Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH MENYIKAT GIGI TERHADAP KARIES GIGI PADA

REMAJA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada


Program Studi Diploma IV Terapi Gigi Jurusan Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Aceh

Di ajukan oleh :
FITRIA NINGSIH
PO7125216 052

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES ACEH JURUSAN KESEHATAN GIGI
PRODI TERAPI GIGI PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

‫ْــــــــــــــــم اﷲِالرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيم‬


;ِ ‫بِس‬

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT,


sertashalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW
karena dengan berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikian Skripsi
ini yang berjudul “PENGARUH MENYIKAT GIGI TERHADAP KARIES GIGI
PADA REMAJA”.
Melalui kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Nasri S.Si,T M.Kes selaku pembimbing yang
telah banyak membantu penulis dalam memberikan petunjuk, arahan, bimbingan
serta dukungan dalam penyusunan Skripsi ini.
Serta tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada :
1.Bapak Dr, Teuku salfiyadi, SKM,M.Pd selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Aceh.
2.Ibu Andriani, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi DIV Jurusan keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Aceh.
3.Bapak Nurdin. S.S.I.T MDSC selaku Penguji I dan Bapak Wirja, S.ST, M.Kes
selaku penguji II yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam
menyusun Skripsi ini.
4.Bapak dan Ibu dosen staf pada Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan
Aceh.
5.Kepada Ayahanda dan Ibunda serta keluarga tercinta.
6.Kepada teman-teman Jurusan Keperawatan Gigi seperjuangan yang memberi
dorongan semangat dan motifasi demi kelancaran proses penyelesaian Skripsi
ini.
Akhirnya semoga jasa dan amal baik yang telah disumbangkan penulis
serahkan kepada ALLAH SWT untuk membalasnya. Harapan penulis semoga
Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidik kearah yang lebih baik.Amin
ya rabbal a’lamin.

i
Banda Aceh, Mei 2021
Penulis

FITRIA NINGSIH
P0 7125216 052

ii
DAFTAR ISI

PENGARUH MENYIKAT GIGI TERHADAP KARIES GIGI PADA REMAJAi


TAHUN 2021............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang....................................................................................................5
B. Tujuan Penelitian............................................................................................9
C. Manfaat Penelitian........................................................................................10
BAB II....................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................11
A, Pengaruh.......................................................................................................11
B. Menyikat Gigi..............................................................................................11
1. Menyikat gigi..............................................................................................11
2. Tujuan menyikat gigi..................................................................................12
3. Waktu menyikat gigi...................................................................................22
4. Metode menyikat gigi.................................................................................22
5. Pemakaian Pasta Gigi...............................................................................24
6. Metode menyikat gigi.................................................................................24
C. Karies Gigi....................................................................................................26
1. Pengertian karies gigi.................................................................................26
2. Akibat karies gigi........................................................................................27
3. Proses terjadinya Karies.............................................................................27
4. Faktor Risiko..............................................................................................27
5. Patogenesis Karies Gigi..............................................................................28
7. Klasifikasi Karies Gigi...............................................................................29
BAB III..................................................................................................................30
METODE DAN PELAKSANAAN.......................................................................30
A. Rancangan Penelitian........................................................................................30
B. Metode Analisa Data.........................................................................................30
C. Metode Pengumpulan Data...............................................................................30

iii
D. Studi Literatur...................................................................................................31
BAB IV HASIL Studi Literatur
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................35
A. Kesimpulan.......................................................................................................35
B. Saran..................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

iv
5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai di rongga

mulut, sehingga merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit ini terjadi

karena demineralisasi jaringan permukaan gigi oleh asam organis yang berasal

dari makanan yang mengandung gula. Karies bersifat kronis dan dalam

perkembanganya membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar

penderita mempunyai potensi mengalami gangguan seumur hidup. Namun

demikian penyakit ini sering tidak mendapat perhatian dari masyarakat dan

perencana program kesehatan, karena jarang membahayakan jiwa. (Hendri 2019)

Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia

pada umumnya adalah kebersihan gigi dan mulut. Tingginya angka penyakit gigi

dan mulut saat ini sangat dipenggaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya

adalah faktor perilaku masyarakat yang belum menyadari pentingnya

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut pertama adalah

karies gigi yang banyak di masyarakat, dunia, dan dialami pula oleh hampir 90%

masyarakat di Indonesia (Soeroso Y.,et al., 2014).

Rencana aksi nasional pelayanan kesehatan gigi dan mulut 2015-2019 dan

untuk memperkuat pelayanan kesehatan gigi dan mulut guna mendukung

tercapainya Indonesia Sehat Bebas Karies 2030 (Riskesdas 2016). Dari hasil

Riskesdas di Indonesia tahun 2018, status kesehatan gigi dan mulut

denganpopulasi 267 juta, rata-rata penduduk Indonesia memiliki 4-5 gigi


6

yang bermasalah, dari hasil riset kesehatan dasar pada prevalensi karies gigi

menurut standar WHO pada tahun 2018 rerata usia5-6, 8,43% dan 67,3% anak

usia 5 tahun memiliki angka pengalaman karies gigi (dmft) = 6, termasuk

dalam kategori karies anak usia dini yang parah (Riskesdas 2018).

Analisis hubungan status karies gigi pada remaja SMA di Kota Jambi

dengan kualitas hidup menunjukkan bahwa status karies gigi yang kurang baik

(dengan gigi karies ≥ 2 gigi) lebih banyak tidak sering mengalami gangguan

kualitas hidup karena karies gigi, dibanding status karies gigi baik. Hasil statistik

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status karies gigi dengan kualitas

hidup (nilai p > 0,05). Hal ini mungkin karena remaja menganggap karies gigi

tidak menyebabkan gangguan bagi kehidupanya, mereka masih tetap bisa percaya

diri walaupun giginya mengalami karies. Menurut mereka dari mengalami karies

gigi itu suatu hal yang biasa karena memang mungkindari kecil mereka telah

mengalami gigi yang karies. Walaupun sebagian lagi remaja menganggap karies

gigi dapat mempengaruhi kepercayaan mereka. Hal ini diketahui dari wawancara

mendalam kepada beberapa remaja SMA di Kota Jambi. Hasil ini berbeda dengan

penelitian Situmorang (2004) yang menyatakan terdapat hubungan yang

signifikan antara karies gigi dengan kualitas hidup pada masyarakat dan

penelitian, perbedaanya ini mungkin karena responden penelitiannya yang

berbeda dengan peneliti. (Ahmad Khairullah 2019)

Karies gigi merupakan penyakit mulut yang prevalensinya sangat tinggi,

tidak ada satu wilayah di dunia yang bebas dari karies gigi. Karies gigi

menyerang semua orang, semua umur, baik laki-laki maupun perempuan, semua

suku, ras dan pada semua tingkatan status sosial. Survei World Health
7

Organization (WHO) tahun 2013 menyebutkan sebanyak 87% dari anak-anak usia

sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita

karies gigi. Prevalensi karies gigi tertinggi terdapat di Asia dan Am erika Latin,

sedangkan terendah terdapat di Afrika. Selanjutnya menurut penelitian tahun 2013

di negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia ternyata 80-95% dari anakanak

dibawah umur 18 tahun terserang karies gigi (Maulani, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dilakukan oleh

(Setiawan, 2018), Secara umum penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan

adanya plak pada gigi. Plak timbul dari sisa-sisa makanan yang mengendap pada

lapisan gigi kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam

mulut, seperti Streptococcus mutan. Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak

terlihat oleh mata. Plak akan bergabung dengan air liur yang mengandung

kalsium, membentuk endapan garam mineral yang keras. Pertumbuhan plak

dipercepat dengan meningkatnya jumlah bakteri dalam mulut dan

terakumulasinya bakteri dan sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan

membentuk mineral yang disebut dengan karang gigi yang meningkatkan resiko

karies gigi yang tinggi (Muttaqin & Arief, 2018).

Peneliti berpendapat bahwa besarnya persentasi siswa yang mengalami

karies gigi yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan manis, tetapi juga

kondisi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kebiasaan

menggosok gigi dan cara menggosok gigi yang tepat dan benar. Cara menggosok

gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi dengan gerakan vertical

dan gerakan lembut. Seluruh permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah harus
8

disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak dianjurkan

karena dapat merusak email gigi karena vibrasi.

Penelitian dengan judul “Hubungan konsumsi snack, menyikat gigi dan

kunjungan dokter gigi terhadap karies pada siswa kelas VII SMP Santo Yoseph

Denpasar’’ Pada penelitian ini didapati hasil sampel yang pernah berkunjung ke

dokter gigi dalam satu tahun terakhir memiliki status karies yang lebih banyak

dibandingkan dengan status tidak karies. Namun, alasan kunjungan ke dokter gigi

untuk kontrol rutin menunjukkan angka sampel yang lebih sedikit mengalami

karies, sedangkan alasan lain seperti cabut gigi, sakit gigi dan tambal gigi

menunjukkan angka sampel yang lebih banyak mengalami karies meskipun alasan

kontrol rutin merupakan yang terbanyak ditulis sampel. Penelitian yang dilakukan

di Kenya pada anak usia 12 tahun juga mendapati hasil yang sama, dimana anak

yang pernah berkunjung ke dokter gigi dalam satu tahun terakhir memiliki

prevalensi karies yang lebih besar. (Patricia Eviana Cahyadi, Dkk,2018)

Penelitian yang dilakukan Dengan Judul “Perilaku menyikat gigi dengan

status kesehatan gigi dan mulut pada suku anak’’ Menebutkan bahwa sebanyak

93,3% kategori kurang baik. Status karies gigi sebanyak 88,3% kategori tidak

sesuai target, Gambaran status kebersihan gigi dan mulut sebanyak 93,3%

kategori buruk. Tidak ada hubungan perilaku menyikat gigi dengan status karies

gigi dan ada hubungan perilaku menyikat gigi dengan status kebersihan gigi dan

mulut. (Rina Kurnianti dan Valentina NK, PahruRazi .2015)

Penelitian yang dilakukan Dengan Judul “hubungan ketepatan menggosok

gigi dengan kejadian karies gigi” Peneliti berpendapat bahwa besarnya persentasi

siswa yang mengalami karies gigi yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan

manis, tetapi juga kondisi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
9

adalah kebiasaan menggosok gigi dan cara menggosok gigi yang tepat dan benar.

Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi dengan

gerakan vertical dan gerakan lembut. Seluruh permukaan gigi dalam, luar dan

pengunyah harus disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga

tidak dianjurkan karena dapat merusak email gigi karena vibrasi. (Iqbal Abdi

Firdaus , 2020)

Penelitian yang dilakukan Dengan Judul ‘’ pengaruh cara menggosok gigi

terhadap karies gigi pada Remaja” Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara

menggosok gigi berpengaruh terhadap karies pada Remaja. Hasil penelitian ini

sependapat dengan penelitian Nuryati & Wilutono (2018) yang menyatakan

bahwa remaja mempunyai peluang besar untuk terkena karies kategori tinggi.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi

terjadinya karies gigi pada remaja adalah waktu menyikat gigi, teknik menyikat

gigi, intensitas makan makanan manis dan waktu makan makanan manis.( Apri

Utami Parta Santi , Siti Khamimah 2019)

B. Tujuan Penelitian

1.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Pengaruh

menyikat gigi terhadap karies gigi pada remaja.

2.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Pengaruh

menyikat gigi terhadap karies gigi pada remaja.

3.Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti lain yang hendak

melakukan penelitian dibidang yang serupa;


10

4.Hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan bagi para mahasiswa keperawatan gigi poltekkes kemenkes

aceh tentang pengaruh menyikat gigi terhadap karies gigi pada remaja.

5.Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

masyarakat mengenai pengaruh menyikat gigi terhadap karies gigi pada

remaja.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan anatara lain :

1.Bagi ilmu pengetahuan akan memperluas wawasan ilmu pengetahuan tentang

Pengaruh menyikat gigi dengan karies gigi pada remaja

2.Bagi masyarakat akan meberikan informasi Pengaruh menyikat gigi dengan

karies gigi pada remaja.

3.Hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan bagi para mahasiswa keperawatan gigi poltekkes kemenkes aceh

tentang pengaruh menyikat gigi terhadap karies gigi pada remaja.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengaruh

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:1045), ―pengaruh adalah

daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Pengaruh merupakan suatu daya

atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala

sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada disekitarnya

(Yosin, 2012:1).

Menurut surakhmad (2012: 1), Pengaruh adalah kekuatan yang muncul

dari sesuatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan

perubahan yang dapat membentuk kepercayaan atau perubahan. Dapat

disimpulkan pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang dapat timbul

dari sesuatu, baik itu watak,orang, benda, kepercayaan dan perbuatan seseorang

yang dapat mempengaruhi lingkungan yang ada di sekitarnya.

B. Menyikat Gigi

1. Menyikat gigi

Menyikat gigi rutinitas yang paling penting menjaga dan memelihara

kesehatan gigi. Setidaknya penyikatan gigi dilakukan selama 2 menit terutama

diperhatikan daerah pertemuan gigi dan gingiva. Penyikatan gigi sebaiknya

disertai dengan penggunaan pasta gigi yang mengandung flour untuk

mencegah karies gigi sekaligus (Pintauli S, 2016).

11
Menyikat gigi merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk

menjaga kebersihan gigi dan gusi dari plak dan sisa makanan. Menyikat gigi

harus dilakukan dengan baik dan benar agar debris atau sisa makanan benar-

benar dapat dihilangkan dari permukaan gigi (Karina,2011). Menyikat gigi

merupakan suatu cara untuk pengangkatan plak secara mekanis(Putri,2015).

Menyikat gigi setiap hari mempunyai peranan penting dalam menjaga

kesehatan mulut seseorang. Menyikat gigi adalah upaya membersihkan mulut

dari partikel-partikel makanan, plak, bakteri, bau dan rasa yang tidak nyaman

(Potter & Perry, 2012). Plak yang terakumulasi di gigi akan mengakibatkan

terbentuknya karang gigi (Americal Dental Associaion, 2016).

2. Tujuan menyikat gigi

Menghilangkan dan menghambat pembentukan plak, membersihka gigi

dari makanan, debris, dan pewarnaan, menstimulasi jaringan gingiva,

mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan

terhadap akries dan penyakit periodontal (Antika, 2018).

12
Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat

giginya segera setelah makan. American Dental Association (ADA)

memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat

gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan

sebelum tidur malam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bila plak di singkirkan setiap hari

secara sempurna, maka tidak akan menimbulkan efek pada rongga mulut.

Biasanya, rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit, walaupun

demikian ada juga yang melaporkan 2-2,5 menit. Penentuan waktu ini tidak

bisa sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan

program kontrol plak (Pintauli S, 2016).

3. Waktu menyikat gigi

Durasi lama menyikat gigi yang dianjurkan adalah minimal 5 menit,

tetapi sesungguhnya ini terlalu lama. Umumnya orang melakukan penyikatan

gigi maksimal 2 menit (Putri MH, dkk. 2012). Durasi menyikat gigi yang

dianjurkan adalah selama 2 menit (America Dental Assciaion, 2016).

4. Metode menyikat gigi

Menurut Pintauli (2016) menjelaskan ada beberapa cara teknik atau

metode menyikat gigi, di antaranya :

1.Scrubbing , menggerakkan sikat secara horizontal dimana ujung bulu sikat di

letakkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju mundur

berulang-ulang.

22
23

2.Roll, menyikat gigi dengan teknik ini merupakan cara yang paling sederhana

dengan menggerakkan sikat gigi secara memutar dimulai dari permukaan

kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat

diletakkan di area batas gusi dan gigi dengan posisi parallel dengan sumbu

tegaknya gigi.

3.Bass, meletakkan sikat gigi tanpa mengubah posisi bulu sikat.

4.Stillman, mengaplikasikan metode dengan bulu sikat dari arah gusi ke gigi

secara berulang setelah sampai di permukaan kunyah bulu sikat di gerakan

memutar. Bulu sikat di letakkan pada area batas gusi dan gigi sambil

membentuk sudut 45o dengan sumbu tegak gigi seperti pada metode bass.

5.Fones, mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi

ditahan pada posisi menggigit atau oklusi gerakan dilakukan memutar dan

mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah.

6. Kombinasi, yaitu teknik menyikat gigi dengan menggabungkan

metodemetode di atas dan disederhanakan menjadi beberapa gerakan di

antaranya vertikal (bulu sikat diletakkan tegak lurus pada permukaan facial

gigi dari 8 depan sampai belankang bergerak dari leher gigi perbatasan garis

gusi dan gigi ke arah mahkota gigi dan gerakan ini dilakukan juga pada

bagian palatal dan lingual), horizontal (letakkan sikat pada permukaan

kunyah yang disebut oklusal dengan gerakan maju mundur secara berulang-

ulang) dan gerakan memutar (letakkan sikat gigi pada permukaan facial dan

lakukan gerakan memutar dari atas sampai bawah dan dari belakang sebelah

kiri, ke depan sampai belakang kanan).

23
24

5. Pemakaian Pasta Gigi

Pasta gigi sangat membantu pro ses menyikat gigi yang kita lakukan

agar lebih mudah bergerak pada permukaan gigi. Pasta gigi yang yang lebih

dianjurkan untuk digunakan adalah pasta gigi yang mengandung flour. Flour

akan bereaksi dengan enamel,membantu enamel lebih tahan terhadap

kerusakan. Flouride dapat memperlambat perkembangan lesi karies dengan

menghambat proses demineralisasi. Floride meningkatkan ketahanan email

terhadap asam dan meningkatkan proses remineralisasi,bereaksi dengan

hidroksiapatit membentuk fluorapatif. Akhirnya,kadar flour yang tinggi dapat

menghambat metabolism bakteri.

6. Metode menyikat gigi

a. Metode Roll

Ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan

arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan

gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi

bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Permukaan atas

mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah

dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan

gusi dan untuk pembersihan daerah interdental (Ii & Gigi, 2004).

Menyikat gigi digunakan dengan teknik roll. Teknik ini

memungkinkan pembersihan gusi dan gigi tanpa menekan sulkus. Bulu sikat

gigi diletakkan sejajar dan berlawanan dengan attached gingiva sedangkan

kepala sikat sejajar dataran oklusal. Dengan teknik ini, daerah pertiga gigi

24
25

kemungkinan tidak tercakup dengan sikat gigi tapi menyentuh attached

gingiva, oleh karena bila sikat gigi diletakkan terlalu dalam ke vestibulum,

maka kemungkinan dapat menyebabkan trauma pada mucogingiva junction

dan mukosa alveolar (Pintauli S, 2016).

b. Metode Bass

Bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan

panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi.

Dengan cara demikian saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat

dipijat. Sikat gigi digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke

belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama dengan

teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya dan cara

penyikatan permukaan belakang gigi depan. Untuk permukaan belakang

gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertikal (Ii & Gigi, 2004).

Metode bass (1954) pertamakali ditunjukkan untuk menyingkirkan

plak dan debris dari dalam sulkus yang dikombinasikan dengan

menggunakan sikat gigi yang lembut dan benang gigi. Oleh karena itu,

teknik ini digunakan untuk mengontrol penyakit periodontal dan karies.

Sikat gigi diletakkan dengan sudut 45° terhadap apeks gigi. Kemudian bulu

sikat didorong perlahan-lahan kedalam sulkus. Gerakan vibrasi yaitu maju

mundur akan menyebabkan bulu sikat bergetar membersihkan sulkus. Untuk

setiap bagian disarankan 10 kali gerakan (Pintauli S, 2016).

25
26

C. Karies Gigi

1. Pengertian karies gigi

Karies adalah suatu penyakit infeksi yang dihasilkan dari interaksi

bakteri. Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi dari interaksi bakteri

pada permukaan gigi. Bakteri bersifat asam sehingga dalam periode tertentu,

asam akan merusak email gigi dan menyebabkan gigi menjadi berlubang.

(Mirna dara mustika:2014)

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin

dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu

karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan

keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Dalam

pencapaian target Indonesia Sehat 2013, dilakukan peningkatan status

kesehatan gigi juga peningkatan kemampuan masyarakat untuk melakukan

pencegahan secara global. Adapun sasaran secara menyeluruh tahun 2010

menurut WHO 90% anak berumur 5 tahun bebas karies, penduduk berurumur

18 tahun tidak ada gigi yang di cabut karena karies dari kelainan periondontal

(Dewanti,2017).

1. Faktor-faktor tejadinya karies

Faktor utama penyebab karies menurut Hermawan ( 2010) adalah:

a) Gigi dan air ludah Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang

banyak mempermudah terjadinya karies

b) Adanya bakteri penyebab karies Bakteri penyebab karies adalah dari

jenis Streptococcus dan lactobacillus.

26
27

c) Makanan yang kita konsumsi Makanan yang mudah lengket dan

menempel di gigi seperti permen dan coklat, memudahkan terjadinya

karies Menurut Kidd, (2013) Faktor penyebab karies adalah plak, peran

karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi, dan waktu .

2. Akibat karies gigi

Karies dapat menyebabkan rasa sakit yang berdampak pada gangguan

pengunyahan sehingga asupan nutrisi akan berkurang, hal tersebut dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Karies gigi yang tidak di

rawat selain rasa sakit, lama-kelamaan juga dapat menimbulkan bengkak akibat

terbentuknya nanah yang berasal dari gigi tersebut, keadaan ini selain

mengganggu fungsi pengunyahan dan penampilan, fungsi bicara juga ikut

terganggu (Lindawati, 2014).

3. Proses terjadinya Karies

Proses terjadinya karies gigi di mulai dengan adanya plak di permukaan

gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada

waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH

mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email

berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010).

4. Faktor Risiko

Karies Karies merupakan peyakit multifaktorial, Untuk dapat terjadinya

karies harus didapatkan berbagai macam faktor resiko. Faktor resiko adalah

berbagai aspek atau karakteristik dasar dari studi populasi yang mempengaruhi

kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Adanya hubungan sebab akibat antara

27
28

faktor resiko dengan terjadinya karies penting sebagai proses identifikasi dan

menilai perkembangan lesi awal karies.

5. Patogenesis Karies Gigi

Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut

ke dentin. Untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkan

empat faktor utama yang harus saling berinteraksi yaitu faktor host, aget,

substrat dan waktu. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya

plak beserta bakteri penyusunnya. Dalam proses terjadinya kries,

mikroorganisme lactobacillus dan streptococcus mempunyai peranan yang

sangan besar. Proses karies dimulai oleh streptococcus dengan membentuk

asam sehingga menghasilkan pH yang lebih rendah. Penurunan pH tersebut

mendorong laktobacillus untuk memproduksi asam dan menyebabkan

terjadinya proses karies.

Streptococcus memiliki sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya

memegang peranan utama dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi

karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan pH turun, membentuk dan

menyimpan polisakarida intraseluler dari berbagai jenis karbohidrat, simpanan

ini 18 dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme tersebut bila karbohidrat

eksogen kurang sehingga dengan demikian menghasilkan asam terus menerus.

6. Gambaran karies dini

Pada pemeriksaan mikroskop, didapatkan permukaan enamel masih

utuh, sedangkan pada bagian dalam enamel didapatkan kepadatannya

berkurang ini disebabkan karena adanya dekalsifikasi. Bila dengan mata

28
29

telanjang biasanya karies terlihat berwarna coklat kehitaman atau berupa noda-

noda putih , jika diraba dengan sonde email belum tersangkut, lama kelamaan

karies ini akan terasa kasar serta diikuti dengan tertahannya sonde. Karies yang

berwarna coklat kehitaman lebih lama menimbulkam lubang pada gigi

dibandingkan dengan lubang yang berwarna putih, karena pada karies yang

berwarna coklat kehitaman telah mengalami remineralisasi sehingga lebih

resisten terhadap serangan asam, sedangkan pada karies yang berwarna putih

karena adanya demineralisasi di bawah permukaan gigi sehingga lebih rentan

terhadap serangan asam.

7. Klasifikasi Karies Gigi

a. Karies Superfisialis

Karies hanya mengenai enamel, dentin belum terkena.

b. Karies Media

Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

c. Karies Profunda

Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang sudah

mengenai pulpa.

29
30

BAB III

METODE DAN PELAKSANAAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

penelitian deskriptif dengan rancangan studi literatur systematic view.

B. Metode Analisa Data

Data-data yang sudah diperoleh kemudian di analisa dengan metode

analisa deskriptif. Metode analisa deskriptif dilakukan dengan cara

mendeskripsikan dengan fakta-fakta yang kemudian di susul dengan analisis tidak

semata-mata menguraikan, melainkan juga pemahaman dan penjelasan

secukupnya, Penelitian dilakukan dengan cara menelaah teori-teori, laporan-

laporan penelitian serta jurnal-jurnal yang berkaitan dengan permasalahan

terutama teori tentang pengetahuan masyarakat tentang Pengaruh menyikat gigi

C. Metode Pengumpulan Data

Penelusuran artikel dilakukan melalui database online terbitan 10 tahun

terakhir, dengan mengakses https://scholar.google.co.id/ , https://z-lib.org ,

https://ejournal.perpusnas.go.id/, http://lipi.go.id/publikasi/,dan http://

www.scimagojr.com/ yang mana menggunakan kata kunci yang sesuai dengan

pengaruh menyikat gigi dengan adanya karies gigi pada remaja, yang bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan para remaja terhadap pengaruh

menyikat gigi dengan adanya karies gigi.

30
31

D. Studi Literatur

Studi literature adalah cara yang di pakai untuk menghimpun data-data

atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topic yang di angkat dalam suatu

penelitian. Studi literatur bias didapat dari berbagai sumber jurnal, buku,

dokumentasi, internet, dan pustaka.

31
32

BAB IV
HASIL STUDI LITERATUR

Pengaruh adalah proses penyusutan kecenderungan respon dengan

menggunakan stimulasi yang berulangulang, sehingga muncul suatu pola tingkah

laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Paparan mengenai Pengaruh yang

dijelaskan membentuk kebiasaan seseorang dalam membentuk perilaku sosial dan

aktivitas lainnya. (Syah, 2010)

Pengaruh menyikat gigi merupakan tingkah laku membersihkan

gigi yang dilakukan seseorang secara terus menerus. Menurut Wong DKK (2008),

mengungkapkan bahwa Pengaruh menyikat gigi yang baik merupakan cara yang

paling efektif untuk mencegah karies gigi. Menyikat gigi dapat menghilangkan

plak atau deposit bakteri lunak yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies

gigi. Oleh karena itu pengaruh menyikat gigi yang baik dapat turut mencegah

terjadinya karies gigi. (Rahim,2015)

Untuk mencegah terjadinya Karies gigi, sebaiknya seseorang

menjaga higienitas mulutnya dengan menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi

yang mengandung fluoride. Membiasakan diri menyikat gigi dan menggunakan

benang (dental floss) untuk membersihkan gigi, bisa membantu mengurangi

resiko bau mulut, sakit gigi dan penyakit periodontal (Marianti, 2017).

Menyikat gigi adalah membersihkan dari sisa-sisa makanan, bakteri

dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu

yang tepat dan penggunaan alat yang tepat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

32
33

pleh Fitrohpiyah, (2014) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara kebiasaan menyikat gigi dengan karies gigi. Namun penelitian ini tidak

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2012) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menyikat gigi pada malam hari dengan

karies gigi. Secara umum penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya

plak pada gigi. Plak timbul dari sisa-sisa makanan yang mengendap pada lapisan

gigi kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut,

seperti Streptococcus Mutan. Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak

terlihat oleh mata. Plak akan bergabung dengan air liur yang mengandung

kalsium, membentuk endapan garam mineral yang keras. Pertumbuhan plak

dipercepat dengan meningkatnya jumlah bakteri dalam mulut dan

terakumulasinya bakteri dan sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak

akan membentuk mineral yang disebut dengan karang gigi yang meningkatkan

resiko karies gigi (Nila Kasuma 2016).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2018)

mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan antara menggosok gigi dengan

karies gigi. Dari penelitian ini didapatkan hasil menggosok gigi secara umum

digunakan untuk membersihan gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel di

gigi. (Houwink. , 2017)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faizin, Devi Dkk (2019)

Menjelaskan bahwa seluruh Permukaan gigi dalam, luar dan pengunyahan harus

disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak dianjurkan

karena dapat merusak email dan gusi dan akan menyebabkan perkembangan

33
34

lubang karena vibrasi. Permukaan kunyah gigi dimana terdapat fissure atau celah-

celah yang sangat kecil dan menyikat gigi yang paling belakang harus benar-benar

bersih, (Faizin, Devi Dkk 2019).

Data dari dinas kesehatan (DINKES) kabupaten kolaka utara

tentang pengaruh menyikat gigi terhadap karies gigi pada tahun 2015 adalah 1.362

(0,96%) kasus, dan untuk tahun 2016 bulan januari-mai adalah 811 (0,57%) kasus

di kabupaten kolaka utara. (Dinkes kolaka utara, 2015).

Hal terpenting dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah

kesadaran dan prilaku pemeliharaan kebersihan mulut personal. Hal ini begitu

penting karena kegiatanya dilakukan dirumah tanpa ada pengawasan dari

siapapun, sepenuhnya tergantung dari pengetahuan,pemahaman, kesadaran serta

kemauan dari pihak individu untuk menjaga kesehatan mulut dengan menyikat

gigi agar mecegah dari resiko karies. (Wala,HC.,dkk 2014)

Berdasarkan dari teori- teori serta jurnal-jurnal penelitian diatas

yang berkaitan dengan judul penulis berasumsi bahwa pengaruh menyikat gigi

terhadap terjadinya karies gigi pada remaja tidak ada hubungan yang signifikan

antara menyikat gigi dengan karies gigi, untuk mencegah karies gigi di mulai dari

diri sendiri dengan kemauan dan kesadaran dari pihak remaja untuk rutin

memeriksakan kesehatan gigi nya dan menyikat gigi minimal 2x sehari agar

mencegah terjadinya karies pada gigi yang disebabkan oleh plak yang timbul dari

sisa-sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi kemudian berinteraksi

34
35

dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut, sehingga mempercepat

terjadinya karies gigi

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara menyikat gigi dengan karies gigi,

untuk mencegah karies gigi di mulai dari diri sendiri dengan kemauan dan

kesadaran dari pihak remaja untuk rutin memeriksakan kesehatan gigi nya dan

menyikat gigi minimal 2x sehari agar mencegah terjadinya karies pada gigi

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut :

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi salah satunya dengan menyikat gigi

agar mencegah terjadinya karies gigi pada Masyarakat/remaja.

2. Bagi remaja untuk selalu memperthatikan kesehatan gigi dan mulut supaya
terhindar dari lubang gigi (karies), dan rutin memeriksa kesehatan gigi dan
mulut minimal 6 bulan sekali.
3. Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan mengenai cara
menyikat gigi yang baik dan benar dengan metode yang lebih menarik
sehingga remaja/masyarakat dapat memahami penyuluhan yang diberikan, agar
terhindar dari penyakit karies gigi sehingga dapat menjaga kesehatan gigi dan
mulutnya.

36
37

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Khairullah, 2019, Hubungan Menyikat Gigi Terhadap Terjadinya Karies


Pada Remaja Di jambi.
American Dental Association (2016) Toothbrushes Retrieved from http:/www.
ada.org/em/science-research/ada-seal-of-acceptance/product-category-
information/toothbrusshes
Apri Utami Parta Santi , Siti Khamimah 2019, PENGARUH CARA MENGGOSOK GIGI
TERHADAP KARIES GIGI ANAK KELAS IV DI SDN SATRIA JAYA 03 BEKASI
Cahyadi, P.E., Handoko, S.A., Utami, N.W.A. 2018. Hubungan konsumsi snack,
menyikat gigi dan kunjungan dokter gigi terhadap karies pada siswa kelas VII
SMP Santo Yoseph Denpasar. Intisari Sains Medis 9(3): 35-40. DOI:
10.1556/ism.v9i3.264
Dep kes, RI. Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyaraka. Jakarta. Cetakan ketiga
Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 2007.i Hermien Nugraheni
2019,DETERMINAN PERILAKU PENCEGAHAN KARIES GIGI SISWA
SEKOLAH DASAR DI KOTA SEMARANG. Jurnal Kesehatan Gigi 6 (2019)
Dinkes Kabupaten Kolaka Utara. 2015 Profil Kesehatan. Kendari.
Ernawati, D. (2014). Perilaku Ibu dalam upaya Pencegahan Karies Gigi pada
ANak Prasekolah (Early Childhood Caries) Usia 4-5 Tahun di Desa Mirit
Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen. Tesis Universitas Diponegoro
Semarang.
Faizin, Devi, Dkk.(2019) Hubungan Ketepatan Menggosok Gigi Dengan Kejadian
Karies Gigi Pada Remaja
Fitrohpiyah, I. 2014. faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada
Remaja di Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2014.
Hendri. 2019. Hubungan Karies Gigi dan Kebersihan Rongga Mulut Pada
remaja Sma di kota jambi, Reposintory,poltekkes.jambi.ac.id/
Hollins, C. (2012). Leviso’s Textbook for Dental Nurse. (10th Edition). Oxford:
Willey-Blackwell. Kidd dan Bechal (2006).
Houwink, d. (2017), Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta, Indonsia:
Gadjah MAda University Press.
Isro'in. (2012). Personal Hysgiene. Jakarta: EGC.
38

Jurnal kesehatan masyarakat (e-Journal) Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN:


2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Marianti, 2017. Menuju Gigi dan Mulut Sehat, Pencegahan, dan Pemeliharaan.
Medan : USU Press.
Maulani, C. (2014). Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orang Tua dalam
Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi Bagi Anak-Anaknya. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Mustika D. Mirna.DKK 2014. Insidensi Karies gigi pada anak Usia Prasekolah
Di TK Merah Mandiangin Martapura. Jurnal Kedokteran gigi voll II.
No.2. Fakultas kedokteran gigi universitas Lambung Mangkurat.
Banjarmasin
Nila Kasuma, 2016. Plak Gigi sebagai awal dari kejadian karies gigi , Universitas
Andalas, Padang
Pintaulidan Hamada., 2016, Menuju Gigi danMulutSehat ;
Putri.M.H, Herijulianti.E, Nurjannah.N. 2013. Ilmu pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta. EGC.
Rahim, R. 2015. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Pada Malam Hari dan
Kejadian Karies Pada Anak Sekolah Dasar Negeri karang Tengah 07
Tangerang.AvailableAt:http://ejurnal.esaunggul.ac.id/indekx.php/Formil/
article/download/1156/1063 diakses tanggal: September 2021
Rahmawati kartika dewi, l. t. (2018). perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut anak tunanetra usia 7-11 tahun antara penyuluhan metode
leaflet braille dan metode audio. jurnal kesehatan gigi, 5.
Ramadhan, AG, 2010, Serba-Serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut. Bukune, Jakarta
Selatan
Reni Kurniasari, Darmawan Sutantyo, dan Cendrawasih AF. perbandingan
efektivitas teknik menyikat gigi pada.
Rina Kurnianti dan Valentina NK, PahruRazi 2015. Perilaku menyikat gigi dengan status
kesehatan gigi dan mulut pada suku anak dalam di desa palempang provinsi
jambi tahun 2015 Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober
Setiyawan R. 2014. Hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam
dengan karies gigi Pada Remaja Di Tangerang”. Skripsi FIK UI.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
39

Wala,HC., Wicaksono,DA.,Tambunan,E. 2014. Gambaran Status Karies Gigi


Paada Remaja Di Kelurahan Tumatangtang I Kecamatan Tomohon
Selatan. Jurnal.(eprints.unsri.ac.id/…/3/gambaran status karies gigi…/)
Wartonah. (2010). Personal Hygiene. Jakarta: Chamdiyah.

Anda mungkin juga menyukai