REMAJA
SKRIPSI
Di ajukan oleh :
FITRIA NINGSIH
PO7125216 052
i
Banda Aceh, Mei 2021
Penulis
FITRIA NINGSIH
P0 7125216 052
ii
DAFTAR ISI
iii
D. Studi Literatur...................................................................................................31
BAB IV HASIL Studi Literatur
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................35
A. Kesimpulan.......................................................................................................35
B. Saran..................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
iv
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mulut, sehingga merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit ini terjadi
karena demineralisasi jaringan permukaan gigi oleh asam organis yang berasal
dari makanan yang mengandung gula. Karies bersifat kronis dan dalam
demikian penyakit ini sering tidak mendapat perhatian dari masyarakat dan
pada umumnya adalah kebersihan gigi dan mulut. Tingginya angka penyakit gigi
dan mulut saat ini sangat dipenggaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut pertama adalah
karies gigi yang banyak di masyarakat, dunia, dan dialami pula oleh hampir 90%
Rencana aksi nasional pelayanan kesehatan gigi dan mulut 2015-2019 dan
tercapainya Indonesia Sehat Bebas Karies 2030 (Riskesdas 2016). Dari hasil
yang bermasalah, dari hasil riset kesehatan dasar pada prevalensi karies gigi
menurut standar WHO pada tahun 2018 rerata usia5-6, 8,43% dan 67,3% anak
dalam kategori karies anak usia dini yang parah (Riskesdas 2018).
Analisis hubungan status karies gigi pada remaja SMA di Kota Jambi
dengan kualitas hidup menunjukkan bahwa status karies gigi yang kurang baik
(dengan gigi karies ≥ 2 gigi) lebih banyak tidak sering mengalami gangguan
kualitas hidup karena karies gigi, dibanding status karies gigi baik. Hasil statistik
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status karies gigi dengan kualitas
hidup (nilai p > 0,05). Hal ini mungkin karena remaja menganggap karies gigi
tidak menyebabkan gangguan bagi kehidupanya, mereka masih tetap bisa percaya
diri walaupun giginya mengalami karies. Menurut mereka dari mengalami karies
gigi itu suatu hal yang biasa karena memang mungkindari kecil mereka telah
mengalami gigi yang karies. Walaupun sebagian lagi remaja menganggap karies
gigi dapat mempengaruhi kepercayaan mereka. Hal ini diketahui dari wawancara
mendalam kepada beberapa remaja SMA di Kota Jambi. Hasil ini berbeda dengan
signifikan antara karies gigi dengan kualitas hidup pada masyarakat dan
tidak ada satu wilayah di dunia yang bebas dari karies gigi. Karies gigi
menyerang semua orang, semua umur, baik laki-laki maupun perempuan, semua
suku, ras dan pada semua tingkatan status sosial. Survei World Health
7
Organization (WHO) tahun 2013 menyebutkan sebanyak 87% dari anak-anak usia
sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita
karies gigi. Prevalensi karies gigi tertinggi terdapat di Asia dan Am erika Latin,
(Setiawan, 2018), Secara umum penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan
adanya plak pada gigi. Plak timbul dari sisa-sisa makanan yang mengendap pada
lapisan gigi kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam
mulut, seperti Streptococcus mutan. Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak
terlihat oleh mata. Plak akan bergabung dengan air liur yang mengandung
terakumulasinya bakteri dan sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan
membentuk mineral yang disebut dengan karang gigi yang meningkatkan resiko
karies gigi yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan manis, tetapi juga
menggosok gigi dan cara menggosok gigi yang tepat dan benar. Cara menggosok
gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi dengan gerakan vertical
dan gerakan lembut. Seluruh permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah harus
8
disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak dianjurkan
kunjungan dokter gigi terhadap karies pada siswa kelas VII SMP Santo Yoseph
Denpasar’’ Pada penelitian ini didapati hasil sampel yang pernah berkunjung ke
dokter gigi dalam satu tahun terakhir memiliki status karies yang lebih banyak
dibandingkan dengan status tidak karies. Namun, alasan kunjungan ke dokter gigi
untuk kontrol rutin menunjukkan angka sampel yang lebih sedikit mengalami
karies, sedangkan alasan lain seperti cabut gigi, sakit gigi dan tambal gigi
menunjukkan angka sampel yang lebih banyak mengalami karies meskipun alasan
kontrol rutin merupakan yang terbanyak ditulis sampel. Penelitian yang dilakukan
di Kenya pada anak usia 12 tahun juga mendapati hasil yang sama, dimana anak
yang pernah berkunjung ke dokter gigi dalam satu tahun terakhir memiliki
status kesehatan gigi dan mulut pada suku anak’’ Menebutkan bahwa sebanyak
93,3% kategori kurang baik. Status karies gigi sebanyak 88,3% kategori tidak
sesuai target, Gambaran status kebersihan gigi dan mulut sebanyak 93,3%
kategori buruk. Tidak ada hubungan perilaku menyikat gigi dengan status karies
gigi dan ada hubungan perilaku menyikat gigi dengan status kebersihan gigi dan
gigi dengan kejadian karies gigi” Peneliti berpendapat bahwa besarnya persentasi
siswa yang mengalami karies gigi yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan
manis, tetapi juga kondisi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
9
adalah kebiasaan menggosok gigi dan cara menggosok gigi yang tepat dan benar.
Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi dengan
gerakan vertical dan gerakan lembut. Seluruh permukaan gigi dalam, luar dan
pengunyah harus disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga
tidak dianjurkan karena dapat merusak email gigi karena vibrasi. (Iqbal Abdi
Firdaus , 2020)
terhadap karies gigi pada Remaja” Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara
menggosok gigi berpengaruh terhadap karies pada Remaja. Hasil penelitian ini
bahwa remaja mempunyai peluang besar untuk terkena karies kategori tinggi.
terjadinya karies gigi pada remaja adalah waktu menyikat gigi, teknik menyikat
gigi, intensitas makan makanan manis dan waktu makan makanan manis.( Apri
B. Tujuan Penelitian
3.Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti lain yang hendak
aceh tentang pengaruh menyikat gigi terhadap karies gigi pada remaja.
remaja.
C. Manfaat Penelitian
daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk
atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala
sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada disekitarnya
(Yosin, 2012:1).
dari sesuatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan
disimpulkan pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang dapat timbul
dari sesuatu, baik itu watak,orang, benda, kepercayaan dan perbuatan seseorang
B. Menyikat Gigi
1. Menyikat gigi
11
Menyikat gigi merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk
menjaga kebersihan gigi dan gusi dari plak dan sisa makanan. Menyikat gigi
harus dilakukan dengan baik dan benar agar debris atau sisa makanan benar-
dari partikel-partikel makanan, plak, bakteri, bau dan rasa yang tidak nyaman
(Potter & Perry, 2012). Plak yang terakumulasi di gigi akan mengakibatkan
mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan
12
Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat
gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan
secara sempurna, maka tidak akan menimbulkan efek pada rongga mulut.
demikian ada juga yang melaporkan 2-2,5 menit. Penentuan waktu ini tidak
bisa sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan
gigi maksimal 2 menit (Putri MH, dkk. 2012). Durasi menyikat gigi yang
letakkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju mundur
berulang-ulang.
22
23
2.Roll, menyikat gigi dengan teknik ini merupakan cara yang paling sederhana
kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat
diletakkan di area batas gusi dan gigi dengan posisi parallel dengan sumbu
tegaknya gigi.
4.Stillman, mengaplikasikan metode dengan bulu sikat dari arah gusi ke gigi
memutar. Bulu sikat di letakkan pada area batas gusi dan gigi sambil
membentuk sudut 45o dengan sumbu tegak gigi seperti pada metode bass.
ditahan pada posisi menggigit atau oklusi gerakan dilakukan memutar dan
antaranya vertikal (bulu sikat diletakkan tegak lurus pada permukaan facial
gigi dari 8 depan sampai belankang bergerak dari leher gigi perbatasan garis
gusi dan gigi ke arah mahkota gigi dan gerakan ini dilakukan juga pada
kunyah yang disebut oklusal dengan gerakan maju mundur secara berulang-
ulang) dan gerakan memutar (letakkan sikat gigi pada permukaan facial dan
lakukan gerakan memutar dari atas sampai bawah dan dari belakang sebelah
23
24
Pasta gigi sangat membantu pro ses menyikat gigi yang kita lakukan
agar lebih mudah bergerak pada permukaan gigi. Pasta gigi yang yang lebih
dianjurkan untuk digunakan adalah pasta gigi yang mengandung flour. Flour
a. Metode Roll
Ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan
arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan
gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi
mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah
gusi dan untuk pembersihan daerah interdental (Ii & Gigi, 2004).
memungkinkan pembersihan gusi dan gigi tanpa menekan sulkus. Bulu sikat
kepala sikat sejajar dataran oklusal. Dengan teknik ini, daerah pertiga gigi
24
25
gingiva, oleh karena bila sikat gigi diletakkan terlalu dalam ke vestibulum,
b. Metode Bass
panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi.
Dengan cara demikian saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat
belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama dengan
teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya dan cara
gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertikal (Ii & Gigi, 2004).
menggunakan sikat gigi yang lembut dan benang gigi. Oleh karena itu,
Sikat gigi diletakkan dengan sudut 45° terhadap apeks gigi. Kemudian bulu
25
26
C. Karies Gigi
bakteri. Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi dari interaksi bakteri
pada permukaan gigi. Bakteri bersifat asam sehingga dalam periode tertentu,
asam akan merusak email gigi dan menyebabkan gigi menjadi berlubang.
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin
dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu
keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Dalam
menurut WHO 90% anak berumur 5 tahun bebas karies, penduduk berurumur
18 tahun tidak ada gigi yang di cabut karena karies dari kelainan periondontal
(Dewanti,2017).
a) Gigi dan air ludah Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang
26
27
karies Menurut Kidd, (2013) Faktor penyebab karies adalah plak, peran
rawat selain rasa sakit, lama-kelamaan juga dapat menimbulkan bengkak akibat
terbentuknya nanah yang berasal dari gigi tersebut, keadaan ini selain
gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada
waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
4. Faktor Risiko
karies harus didapatkan berbagai macam faktor resiko. Faktor resiko adalah
berbagai aspek atau karakteristik dasar dari studi populasi yang mempengaruhi
27
28
faktor resiko dengan terjadinya karies penting sebagai proses identifikasi dan
Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut
ke dentin. Untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkan
empat faktor utama yang harus saling berinteraksi yaitu faktor host, aget,
substrat dan waktu. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya
28
29
telanjang biasanya karies terlihat berwarna coklat kehitaman atau berupa noda-
noda putih , jika diraba dengan sonde email belum tersangkut, lama kelamaan
karies ini akan terasa kasar serta diikuti dengan tertahannya sonde. Karies yang
dibandingkan dengan lubang yang berwarna putih, karena pada karies yang
resisten terhadap serangan asam, sedangkan pada karies yang berwarna putih
a. Karies Superfisialis
b. Karies Media
c. Karies Profunda
Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang sudah
mengenai pulpa.
29
30
BAB III
A. Rancangan Penelitian
https://ejournal.perpusnas.go.id/, http://lipi.go.id/publikasi/,dan http://
pengaruh menyikat gigi dengan adanya karies gigi pada remaja, yang bertujuan
30
31
D. Studi Literatur
atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topic yang di angkat dalam suatu
penelitian. Studi literatur bias didapat dari berbagai sumber jurnal, buku,
31
32
BAB IV
HASIL STUDI LITERATUR
laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Paparan mengenai Pengaruh yang
gigi yang dilakukan seseorang secara terus menerus. Menurut Wong DKK (2008),
mengungkapkan bahwa Pengaruh menyikat gigi yang baik merupakan cara yang
paling efektif untuk mencegah karies gigi. Menyikat gigi dapat menghilangkan
plak atau deposit bakteri lunak yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies
gigi. Oleh karena itu pengaruh menyikat gigi yang baik dapat turut mencegah
menjaga higienitas mulutnya dengan menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi
resiko bau mulut, sakit gigi dan penyakit periodontal (Marianti, 2017).
yang tepat dan penggunaan alat yang tepat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
32
33
pleh Fitrohpiyah, (2014) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara kebiasaan menyikat gigi dengan karies gigi. Namun penelitian ini tidak
bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menyikat gigi pada malam hari dengan
karies gigi. Secara umum penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya
plak pada gigi. Plak timbul dari sisa-sisa makanan yang mengendap pada lapisan
gigi kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut,
seperti Streptococcus Mutan. Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak
terlihat oleh mata. Plak akan bergabung dengan air liur yang mengandung
terakumulasinya bakteri dan sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak
akan membentuk mineral yang disebut dengan karang gigi yang meningkatkan
karies gigi. Dari penelitian ini didapatkan hasil menggosok gigi secara umum
Menjelaskan bahwa seluruh Permukaan gigi dalam, luar dan pengunyahan harus
disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak dianjurkan
karena dapat merusak email dan gusi dan akan menyebabkan perkembangan
33
34
lubang karena vibrasi. Permukaan kunyah gigi dimana terdapat fissure atau celah-
celah yang sangat kecil dan menyikat gigi yang paling belakang harus benar-benar
tentang pengaruh menyikat gigi terhadap karies gigi pada tahun 2015 adalah 1.362
(0,96%) kasus, dan untuk tahun 2016 bulan januari-mai adalah 811 (0,57%) kasus
kesadaran dan prilaku pemeliharaan kebersihan mulut personal. Hal ini begitu
kemauan dari pihak individu untuk menjaga kesehatan mulut dengan menyikat
yang berkaitan dengan judul penulis berasumsi bahwa pengaruh menyikat gigi
terhadap terjadinya karies gigi pada remaja tidak ada hubungan yang signifikan
antara menyikat gigi dengan karies gigi, untuk mencegah karies gigi di mulai dari
diri sendiri dengan kemauan dan kesadaran dari pihak remaja untuk rutin
memeriksakan kesehatan gigi nya dan menyikat gigi minimal 2x sehari agar
mencegah terjadinya karies pada gigi yang disebabkan oleh plak yang timbul dari
34
35
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
tidak ada hubungan yang signifikan antara menyikat gigi dengan karies gigi,
untuk mencegah karies gigi di mulai dari diri sendiri dengan kemauan dan
kesadaran dari pihak remaja untuk rutin memeriksakan kesehatan gigi nya dan
menyikat gigi minimal 2x sehari agar mencegah terjadinya karies pada gigi
B. Saran
berikut :
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi salah satunya dengan menyikat gigi
2. Bagi remaja untuk selalu memperthatikan kesehatan gigi dan mulut supaya
terhindar dari lubang gigi (karies), dan rutin memeriksa kesehatan gigi dan
mulut minimal 6 bulan sekali.
3. Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan mengenai cara
menyikat gigi yang baik dan benar dengan metode yang lebih menarik
sehingga remaja/masyarakat dapat memahami penyuluhan yang diberikan, agar
terhindar dari penyakit karies gigi sehingga dapat menjaga kesehatan gigi dan
mulutnya.
36
37
DAFTAR PUSTAKA