Anda di halaman 1dari 40

KTID42519005

617.6
CLA
a

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT KELUARGA DENGAN


STATUS KARIES PADA KELUARGA

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada


Program Studi Diploma IV Terapi Gigi Jurusan Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Aceh

Diajukan Oleh:

CLARA RIJANI
P07125216 005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PROGRAM STUDI D-IV
TERAPI GIGI
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT KELUARGA DENGAN


STATUS KARIES PADA KELUARGA

Skripsi Ini Telah Disetujui Untuk Disidangkan Dihadapan


Tim Penguji Prodi D-IV Terapi Gigi Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Aceh

Banda Aceh, ....................2020

Pembimbing

Nurdin, S.SiT, MDSc


NIP 197105181994031002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Nama : Clara Rijani

Nim : PO 7125216 005

Judul Skripsi : Asuhan Keperawatan gigi dan Mulut Keluarga dengan Status

Karies pada keluarga

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya sendiri dan bukanlah

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik dari pihak lain.

Adapun karya atau pendapat pihak yang dikutip, ditulis sesuai dengan kaidah

penulisan yang berlaku. Demikian pernyataan ini saya buat dengan rasa

bertanggung jawab dan saya bersedia menerima konsenkuesi apapun sesuai

dengan aturan yang berlaku apabila dikemudian hari diketahui pernyataan ini

tidak benar.

Banda Aceh, 31 agustus 2020

Yang Menyatakan

Clara Rijani

iv
Hari tak akan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan

indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya

hidup justru akan terasa, apabila semuanya berlalu dengan baik, meski harus

memerlukan pengorbanan. Derapan langkah di antara liku-liku kecintaan ku akan

cita. Dikelilingi padang ilalang dan pematang sawah. Ku ikatkan tekat pada

serumpun rundukan padi. Ku simpan buhul-buhul asa yang kelak akan ku raih.

Hanya petuahmu yang selalu ku bawa dalam hati.

Kata terima kasih saja tak cukup untuk ku ucapkan atas jasa yang telah

diberikan. Hanya doa yang bisa kupanjatkan kepada yang maha kuasa atas segala

nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan kepada ku sejak lahir sampai detik

ini.

Teruntuk ayah dan mamak, terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang tak

terhingga yang selalu ada disetiap suka maupun duka, yang senantiasa selalu

mendoakan disetiap detik waktu yang berjalan. Sehingga sampai pada titik ini.

Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberi

pelajaran kehidupan didunia perkampusan, pertemanan dan tumpang tindih bahu

ketika lelah menyelimuti.Terima kasih juga ku ucapkan kepada semua yang telah

berbaik hati dan ikhlas dalam menyemangati, membantu, menolong tanpa pamrih.

Tanpa kalian aku hanya butiran debu.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menimba ilmu hingga menyelesaikan skripsi ini.
Salawat beserta salam kepada Rasulullah SWA yang mana oleh beliau telah
membawa kita dari alam jahiliyah ke alam islamiyah seperti yang kita rasakan
pada saat ini.
Skripsi ini berjudul Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Keluarga
dengan Status Karies pada Keluarga disusun dan diajukan sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma IV Jurusan Keperawatan gigi.
Skripsi ini disusun bertitik tolak dari keinginan penulis untuk memberi konstribusi
yang nyata dalam usaha meningkatkan kualitas fisik didalam kehidupan sehari-
hari. Penyusunan skripsi ini juga didasarkan atas keinginan penulis yang begitu
besar dalam pengembangan ilmu keperawatan gigi.
Skripsi ini dibuat berdasarkan referensi-referensi yang akurat dari berbagai
sumber penelitian. Akhirnya pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ampera Miko, DNCom, MM selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Aceh
2. Nurdin, S.Si.T selaku ketua Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Aceh dan sekaligus dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing dan mendorong semangat penulis dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini.
3. Andriani, SKM, M.Kes selaku ketua prodi D-IV keperawatan gigi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Aceh.
4. dr. drg. Cut Aja Nuraskin, M.Pd selaku penguji I yang telah memberikan
arahan dan masukan dalam menyempurnakan proposal skripsi ini.
5. Reca, S.ST, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan arahan dan
masukan dalam menyempurnakan proposal skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar prodi D-IV Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Aceh yang telah memberi ilmu sehingga penulis dapat menulis
skripsi ini
7. Kepada Ayah dan Ibu serta seluruh keluarga tersayang yang telah memberi
dorongan kepada penulis.
8. Teman – teman yang telah banyak membantu penulis sehingga dapat
terselesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penyajian, bahasa, maupun
dari segi materi. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
memgharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak,
sehingga akan memberikan suatu informasi yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Banda Aceh, 27 april 2020

Penulis

vii
ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Keluarga dengan Status Karies pada
Keluarga

Clara Rijani
Mahasiswi Prodi D-IV Terapi Gigi Program Sarjana Terapan Jurusan
Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Aceh
Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang dapat menyerang semua
orang dan dapat timbul pada satu atau lebih permukaan gigi. karies gigi diawali
dari rusaknya permukaan gigi seperti pit, fissures, dan daerah inter dental yang
kemudian dapat meluas kebagian yang lebih dalam seperti dentin, dan pulpa.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan gigi dan
mulut keluarga dengan status karies keluarga. Metode yang digunakan dalam
penyusunan skripsi ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan studi
literatur. Hasil dari penelitian ini adalah keluarga yang dengan asuhan dan
perilaku keluarga yang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut keluarganya
tingkat kariesnya rendah dan sebaliknya. Kesimpulan dan saran berdasarkan
penelitian yang dilakukan, keluarga yang dengan asuhan dan perilaku keluarga
yang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut keluarganya tingkat kariesnya
rendah dan keluarga yang kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut
keluarganya tingkat kariesnya masih tinggi. Diharapkan peran orang tua dalam
meningkatkan pengetahuan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan
cara menyikat dengan teknik yang tepat dan tepat waktu, memeriksakan kesehatan
gigi dan mulut dengan teratur setiap 6 bulan sekali ke tempat pelayanan kesehatan.
Orang tua harus membimbing anak dalam melakukan sikat gigi dan dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut keluarganya agar dapat mempraktekkan
perilaku hidup sehat dibidang kesehatan gigi dan mulut di rumah.

Kata kunci : asuhan gigi dan mulut keluarga, status karies.

viii
ABSTRACT
Family Dental and Oral Nursing Care with Caries Status in The Family

Caries are dental hard tissue diseases that can attack everyone and can arise on
one or more surfaces of teeth. This research aims to describe the care of nursing
teeth and family mouths with the status of family caries. The method used in the
preparation of skripsi is descriptive research with the design of literature studies.
The result of this study was that families with foster care and family behaviors
who cared about the health of their teeth and mouths had low caries and vice
versa. Conclusions and suggestions based on research conducted, families with
foster care and family behaviors who care about the health of their family's teeth
and mouth rates are low and families who are less concerned about the health of
their teeth and mouths are still high. Dexpect the role of parents in improving the
knowledge and maintenance of dental and oral health by brushing with
appropriate and timely techniques, checking dental and oral health regularly every
6 months to the health service. Parents should guide the child in doing
toothbrushes and in the maintenance of their family's dental and oral health agar
can practice healthy livingbehaviors in the field of dental and oral health at home.

Keywords : foster teeth and family mouth, caries status

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
A. Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Keluarga ....................................... 5
B. Karies ...................................................................................................... 11
C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut Keluarga dengan Status Karies....................................................... 16
BAB III METODE DAN PELAKSANAAN ........................................................ 18
A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 18
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 18
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Sebagai investasi bagi pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh

kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan antar

upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya yang telah

dilaksanakan oleh periode sebelumnya, (Kemenkes RI, 2015)

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan jasmani yang

tidak bisa dipisahkan satu dan yang lainnya. Kesehatan gigi dan mulut yang

terganggu bisa menjadi tanda atau bahkan menjadi faktor timbulnya

gangguan kesehatan yang lain (Marimbun,2016).

Asuhan keperawatan gigi merupakan pelayanan yang dilakukan oleh

perawat gigi yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi serta

untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut. Peran keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi (Friedman Dkk,

2010).

Asuhan keperawatan gigi keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang diberikan melalui praktek keperawatan gigi kepada keluarga, untuk

1
2

membantu, menyelesaikan masalah kesehatan gigi kelurga tersebut dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metodologi proses

keperawatan merupakan metodologi penyelesaian masalah kesehatan klien

secara ilmiah berdasarkan pengetahuan ilmiah serta menggunakan teknologi

kesehatan dan keperawatan, meliputi tahapan: pengkajian, diagnose,

perencanaan, implementasi dan evaluasi .

Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang dapat menyerang

semua orang dan dapat timbul pada satu atau lebih permukaan gigi. karies

gigi diawali dari rusaknya permukaan gigi seperti pit, fissures, dan daerah

inter dental yang kemudian dapat meluas kebagian yang lebih dalam seperti

dentin, dan pulpa (Tarigan, 2014).

Provinsi Aceh menunjukkan prevalensi penduduk bermasalah gigi dan

mulut sebesar 30,5% dan yang mengalami karies gigi aktif 1,4%.

(Depkes,2013). Hasil penelitian Ni Made sirat (2011) menujukkan bahwa

pelayanan asuhan paling dominan memberikan pengaruh terhadap status

DMF-T siswa.

Hasil penelitian Linda Suryani et al., (2019) menunjukkan bahwa

pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut orang tua

murid masih belum baik, hal tersebut menyebabkan orang tua kurang

membimbing anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut sebelum

dilakukan home visit, sehingga mengakibatkan keadaan kesehatan gigi dan

mulut anak buruk.


3

Hasil penelitian Puspita Kania Dewi et al., (2017) berdasarkan hasil

anamnesa, seluruh anak di SDN Mekarjaya belum pernah mengunjungi

dokter gigi dan mendapatkan perawatan gigi. Jarak tempuh menuju fasilitas

kesehatan yaitu puskesmas mempunyai jarak tempuh yang cukup jauh yaitu ±

5 km. Puskesmas merupakan salah satu contoh faktor pendukung yang

mempengaruhi perilaku kesehatan gigi dan mulut.

Hasil penelitian Rham Hakim Sulthan et al., (2019) dengan subjek dalam

penelitian ini adalah satu keluarga dengan tahap perkembangan keluarga anak

usia prasekolah di desa Wonorejo lor yang merupakan wilayah kerja

Puskesmas Gondangrejo yang dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama

4 kali kunjungan yaitu dari tanggal 21 Februari 2019 sampai 26 Februari

2019 menunjukkan bahwa menunjukkan ada peningkatan kemampuan

menggosok gigi. Rekomendasi pendidikan kesehatan menggosok gigi yang

benar bisa dilakukan oleh perawat pada keluarga untuk meningkatkan

kemampuan menggosok gigi.

Hasil penelitian dari Ziyaan Azdzahiy Bebe et al., (2018) di Kelurahan

Dadapsari, Semarang Utara, Kota Semarang menemukan komponen

konsumsi glukosa merupakan faktor risiko kejadian karies gigi pada orang

dewasa usia 20-39 tahun.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan gigi

dan mulut keluarga dengan status karies keluarga.


4

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membuat masukan antara lain:

1. Bagi peneliti akan memperluas wawasan ilmu pengetahuan tentang

asuhan gigi dan mulut keluarga.

2. Bagi masyarakat akan memberikan informasi tentang asuhan

keperawatan gigi dan mulut keluarga


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Keluarga

1. Definisi Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Keluarga

Asuhan keperawatan gigi dan mulut merupakan pelayanan yang

dilakukan oleh perawat gigi yang ditujukan untuk meningkatkan derajat

kesehatan gigi serta untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut.

Peran keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi (Friedman, M., Bowden, R.V., Jones, 2010).

Asuhan keperawatan gigi dan mulut keluarga adalah suatu rangkaian

kegiatan dalam praktik keperawatan gigi dan mulut yang diberikan kepada

klien sebagai anggota keluarga, berpedoman pada standar keperawatan,

berlandasan pada etika dan etiket keperawatan, dalam lingkup wewenang

serta tanggung jawab keperawatan. (Kelompok kerja CHS, 1994; Mc

Closkey & Grace, 2001)

Asuhan keperawatan gigi dan mulut keluarga merupakan suatu

rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan gigi kepada

keluarga, untuk membantu, menyelesaikan masalah kesehatan gigi kelurga

tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metodologi

proses keperawatan merupakan metodologi penyelesaian masalah kesehatan

klien secara ilmiah berdasarkan pengetahuan ilmiah serta menggunakan

5
6

teknologi kesehatan dan keperawatan, meliputi tahapan: pengkajian,

diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Menurut Taylor, (1993) perspektif dari asuhan adalah suatu pelayanan

yang diberikan berpusat pada hubungan interpersonal. Asuhan dilakukan

berawal dengan mendengarkan keluhan klien, juga mendengar dan

mengolah saran - saran dari orang lain yang mengarah pada tanggung jawab

profesional. Dengan mendengar data/informasi dari klien, anda dapat

mengetahui masalah - masalah yang dihadapi oleh klien tersebut. Selain

mendengarkan, perawat gigi dapat menggali keterangan-keterangan lain

yang relevan untuk mendukung pelaksanaan pelayanan asuhan yang akan

diberikan.

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan

kesehatan gigi dan mulut yang terencana, ditujukan pada kelompok

tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu tertentu diselenggarakan

secara berkesinambungan dalam bidang promotif, preventif dan kuratif

sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok dan masyarakat.

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dalam rangka

tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut

yang optimal, diawali dari diri individu itu sendiri. Setiap orang hendaknya

peduli dengan kesehatan diri sendiri. Setelah individu tersebut peduli

terhadap kesehatannya sendiri, diharapkan dapat menjadi contoh bagi

orang lain, baik dalam keluarga maupun masyarakat dalam kesehatan gigi

dan mulut.
7

Menurut Friedman (1998) proses keperawatan gigi dan mulut

merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan gigi dan mulut, yang

dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi

tertentu, konsep tertentu, teori atau filsafah. Dalam proses keperawatan gigi

dan mulut keluarga juga dibagi dalam lima tahap yang terdiri dari:

pengkajian keluarga, identifikasi keluarga dan individu atau diagnose

keperawatan, rencana perawatan, implementasi rencana sumber – sumber

dan evaluasi perawatan.

2. Tahap Asuhan Keperawatan gigi keluarga

Mengadopsi konsep dental hygiene, asuhan keperawatan gigi dapat

diartikan sebagai suatu proses menggunakan pendekatan sistematik

dalam pelayanan perawatan gigi. Di dalam pelaksanaannya terdapat

beberapa aspek atau perilaku kunci yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Pengkajian

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien

yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah,

serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses

keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar

tentang masalah- masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar

tersebut digunakan untuk menentuan diagnosis keperawatan,

merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah-masalah klien.


8

Data yang dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif.

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang

disampaikan oleh pasien, seperti rasa sakit/nyeri yang dirasakan pasien,

sakit kepala dan hal-hal lain yang membuat pasien tidak nyaman

dengan keadaan mulu dan giginya.

Selanjutnya, dalam pengumpulan data subjektif dilakukan juga

wawancara tentang keadaan kesehatan umum pasien meliputi golongan

darah, penyakit degenerasi atau penyakit lain termasuk alergi obat dan

makanan, berhubungan dengan rencana perawatan yang akan

dilakukan. Sebaiknya dalam pengumpulan data kesehatan umum

dilakukan juga pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah,

pernafasan, denyut nadi dan suhu tubuh.

Keberhasilan pengumpulan data subjektif dipengaruhi oleh

kemampuan perawat gigi dalam melakukan komunikasi kepada klien,

baik secara verbal maupun non verbal. Kemampuan berkomunikasi

dapat anda pelajari dan praktikkan dalam melaksanakan pekerjaan

sebagai perawat gigi.

Setelah semua data subjektif dikumpulkan, pengkajian selanjutnya

dilakukan dengan melihat dan melakukan pemeriksaan sebagai data

objektif. Data objektif merupakan data yang diperoleh melalui suatu

pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui

(berlaku). Data objektif yang dikumpulkan dengan pemeriksaan pada

extra oral (di luar mulut) dan intra oral (di dalam mulut)
9

b. Tahap diagnose

Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada

kebutuhan-kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan

asuhan kesehatan gigi. Ketika kebutuhan manusia dari klien tersebut di

luar jangkauan pelayanan asuhan keperawatan gigi maka klien harus

dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain yang sesuai.

Diagnosis adalah suatu proses berpikir kritis berdasarkan data-data

klinis klien yang dianalisa dan ditandai oleh suatu pernyataan diagnosa.

Dalam pelayanan asuhan keperawatan gigi, diagnosis dapat diartikan

sebagai analisis dari penyebab dan sifat dari suatu masalah dan situasi

atau pernyataan mengenai solusinya.

Ketika diagnosis keperawatan gigi telah valid, maka hal tersebut

merupakan faktor utama yang dapat membantu klien untuk mencapai

pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai kondisi yang baik pada

mulutnya melalui intervensi (tindakan) keperawatan gigi yang layak.

c. Tahap perencanaan

Merupakan tindakan penentuan tipe-tipe intervensi keperawatan

gigi yang dapat dilaksanakan (diimplentasikan) untuk mengatasi

masalah klien dan membantu klien mencapai pemenuhan kebutuhannya

yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Perencanaan juga

merupakan kerangka kerja untuk pembuatan keputusan dan menguji

penilaian klinis dalam pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi.

Pada dasarnya, perencanaan merupakan kesempatan untuk


10

mengintegrasikan keputusan-keputusan yang mendukung pencapaian

tujuan dengan baik. Membuat rencana keperawatan dan menentukan

pendekatan yang digunakan bertujuan untuk memecahkan masalah

pasien. Rencana asuhan keperawatan yang dibuat seharusnya dapat

mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah gigi yang dihadapi

pasien.

Dalam perencanan, asuhan keperawatan gigi dan mulut juga

dikelompokkan berdasarkan jenis tindakan, yaitu promotif, preventif dan

kuratif yang merupakan kompetensi perawat gigi. tindakan promotif

terdiri dari penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi. tindakan

preventif terdiri dari pembersihan karang gigi, oral prophylaxis,

aplikasi fluor dan fissure sealent.

d. Tahap Implementasi

Dalam tahap implementasi atau tindakan pelaksanaan, anda akan

menerapkan semua perencanaan yang telah anda rancang secara khusus

untuk memenuhi kebutuhan pasien yang berhubungan dengan kesehatan

gigi dan mulut. Implementasi termasuk tindakan-tindakan yang

dilaksanakan perawat gigi atau pihak lain dalam rangka mencapai tujuan

kesehatan gigi dan mulut pasien. Setiap tindakan yang dilaksanakan

dilakukan pencatatan dalam catatan pasien (medical record/client

record).
11

e. Tahap evaluasi

Evaluasi memiliki pengertian penilaian terhadap sejumlah

informasi yang diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

(Potter dan Perry, 2005). Evaluasi dilakukan dengan memeriksa ulang

proses asuhan keperawatan gigi dan mulut yang telah dilakukan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan tersebut

Tujuan evaluasi adalah menilai apakah perawatan sudah sesuai

dengan perawatan yang diharapkan oleh klien dan perawat. Dengan

adanya evaluasi selama proses perawatan, dapat dilakukan penyesuaian

terhadap apa yang direncanakan. Dalam keperawatan gigi dan mulut,

tujuan evaluasi adalah untuk menentukan perkembangan kesehatan

pasien, menilai efektifitas, efisiensi, dan produktivitas tindakan

keperawatan yang telah diberikan, menilai pelaksanaan asuhan

keperawatan. Evaluasi juga diberikan sebagai tanggung jawab dan

tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan perawatan.

B. Karies

1. Definisi Karies

Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan karies yang ditandai dengan

rusaknya email dan dentin yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme

bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi akibat

interaksi produk-produk mikroorganisme, saliva dan zat-zat yang berasal

dari makanan (Ramayanti, 2013)


12

Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang dapat menyerang

semua orang dan dapat timbul pada satu atau lebih permukaan gigi. karies

gigi diawali dari rusaknya permukaan gigi seperti pit, fissures, dan daerah

inter dental yang kemudian dapat meluas kebagian yang lebih dalam seperti

dentin, dan pulpa (Tarigan, 2014).

2. Etiologi Karies

Secara garis besar karies gigi disebabkan karena tingginya kadar asam

pada rongga mulut yang disebabkan karena fermentasi karbohidrat. Karies

merupakan penyakit multifaktorial karena karies dapat terjadi jika

terpenuhinya empat faktor, yaitu:

a. Host

Host adalah organ tubuh manusia (gigi dan saliva), bentuk anatomi

dan variasi-variasi pada morfologi gigi yang dapat mempengaruhi

terjadinya karies gigi. Bentuk morfologi seperti bentuk pit dan fisur

dapat mempengaruhi retensi gigi terhadap karies, karena pada daerah

tersebut sisa-sisa makanan maupunbakteri mudah tertinggal pada

daerah tersebut yang menyebabkan terjadinya karies gigi.

Struktur anatomi gigi juga mempengaruhi perkembangan karies

pada gigi, lapisan terluar gigi atau enamel adalah lapisan lebih keras

dan lebih padat, sehingga lapisan enamel ini lebih tahan karies

dibandingkan lapisan didalamnya (Eliza, H., Hiranya, N., Neneng,

2011).
13

Hal ini disebabkan karena enamel mengalami mineralisasi yang

cukup baik, mengandung fluor, fosfat, sedikit mengandung karbonat

dan air. Tidak sedikit ditemukan kasus pada enamel terdapat karies gigi

yang kecil, tetapi setelah di cek oleh dokter gigi kariesnya sudah meluas

didalam dentin (Chemiawan, E., M. Gartika, R. Indriyanti, 2014).

Saliva atau air liur adalah host yang bertugas sebagai pertahanan

utama dari karies gigi dengan cara memineralisasi karies gigi yang

masih dini melalui komponen ion fosfat dan fluor. Saliva juga terdapat

enzim-enzim zidine, lysozyme, dan mucine yang dapat membuat bakteri

dalam mulut tidak berbahaya karena bersifat bakteriostatis. Tinggi

rendahnya kadar saliva juga berdampak pada pertahanan gigi terhadap

karies, berkurangnya kadar saliva yang disebabkan karena obat, usia,

hormonal, efek psikis, dehidrasi, dan lain-lain dapat menyebabkan

karies gigi yang tidak terkendali (Tarigan, 2014).

b. Mikroorganisme

Mikroorganisme terdiri dari plak dan bakteri didalam rongga mulut

yang berperan penting dalam proses terjadinya karies.

1) Plak adalah suatu deposit lunak yang tidak berwarna dan terdiri

dari sekelompok mikroorganisme pada gigi yang diawali dengan

terbentuknya pellicle. Plak merupakan tempat untuk mendukung

pertumbuhan bakteri dalam proses terjadinya karies (Gurenlian,

2007).
14

2) Kolonisasi bakteri atau mikroorganisme yang ditemukan pada plak

berperan dalam proses demineralisasi, demineralisasi terjadi karena

bakteri memproduksi asam dari karbohidrat yang diragikan seperti

sukrosa dan glukosa yang menyebabkan pH menurun dibawah 5

yang kemudian menyebabkan demineralisasi gigi. Mikroorganisme

yang seringkali ditemukan adalah golongan streptococcus dan

lactobacillus (Gurenlian, 2007).

c. Substrat

Substrat adalah makanan atau minuman yang kita konsumsi,

terutama makanan dan minuman yang mengandung gula atau sukrosa.

Konsumsi makanan dan minuman yang tinggi asam akan berdampak

dalam terbentuknya plak. Didalam plak terdapat suatu kondisi yang

membantu kolonisasi dan perkembangbiakan mikroorganisme pada

permukaan gigi dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan

untuk memproduksi asam dan bahan yang aktif dalam timbulnya karies.

Terlalu seringnya mengkonsumsi gula akan menahan pH plak dibawah

normal dan menyebabkan demineralisasi enamel (Eliza, H., Hiranya,

N., Neneng, 2011).

d. Waktu

Faktor terakhir yang menyebabkan karies adalah waktu, karena

terjadinya karies membutuhkan waktu lama atau sering disebut sebagai

penyakit kronis progresif. Pada proses agent dan substrat dalam

terbentuknya suatu karies atau lubang pada gigi membutuhkan waktu


15

yang lama. Waktu untuk terjadinya karies ini bervariasai, dari hitungan

bulanan hingga tahunan (Eliza, H., Hiranya, N., Neneng, 2011).

Sisa-sisa makanan pada rongga mulut yang tidak segera

dibersihkan akan difermentasi oleh bakteri yang kemudian

menghasilkan asam pada rongga mulut dan berdampak pada

demineralisasi gigi. Bakteri membutuhkan waktu sekitar 1-3 menit

untuk melakukan metabolisme karbohidrat. Saliva membutuhkan waktu

sekitar 10-30 menit untuk mengembalikan pH asam menjadi normal.

Dalam waktu yang sesingkat ini proses demineralisasi enamel sudah

terjadi, dan hal ini akan semakin parah apabila seseorang memakan

makanan ringan diantara jam makannya (Ramayanti dan Purnakarya,

2013).

3. Mekanisme terjadinya karies

Karies gigi terjadi karena terpenuhinya empat faktor etiologi karies

yang saling melengkapi. Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan

adanya plak pada permukaan gigi. Plak dapat digambarkan sebagai lapisan

yang kadang-kadang tebalnya sampai 2 mm pada semua permukaan gigi.

Plak ini sangat tipis dan baru terlihat setelah dilakukan pewarnaan.

Plak dihasilkan dari sukrosa (gula) atau sisa makanan yang menempel

di permukaan gigi dan menyebabkan pertumbuhan bakteri. Keadaan

tersebut akan menurunkan pH mulut yang dapat menyebabkan terjadinya

demineralisasi enamel yang berlanjut menjadi karies gigi (Kennedy, 2002).


16

C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Asuhan Keperawatan Gigi dan

Mulut Keluarga dengan Status Karies

Peran keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi (Friedmann, 2010). Tugas keluarga di bidang kesehatan

dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas keluarga

di bidang kesehatan yaitu diantaranya adalah berperilaku yang baik terhadap

kesehatan. (Suprajitno, 2004)

Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan karies yang ditandai dengan

rusaknya email dan dentin yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme

bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi akibat

interaksi produk-produk mikroorganisme, saliva dan zat-zat yang berasal dari

makanan (Ramayanti, 2013).

Status kesehatan gigi dan mulut seseorang, keluarga atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik

maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan (Hiremath, S,

2011). Perilaku memegang peran yang penting dalam mempengaruhi status

kesehatan gigi dan mulut. Perilaku dan pengetahuan seseorang mengenai

kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi baik buruknya

status kesehatan gigi sehingga akan mempengaruhi juga angka karies yang

terjadi.

Menurut Jiao, dkk (2012) salah satu masalah gigi pada anak adalah karies

gigi atau gigi berlubang. Penyebab karies gigi atau gigi berlubang adalah
17

karena mengkonsumsi minuman dan makanan manis seperti sirup fruktosa

atau beberapa campuran sukrosa, dan fruktosa.

Prevalensi karies gigi pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak

laki-laki karena masa pubertas perempuan biasanya lebih cepat daripada laki -

laki. Kondisi tersebut karena adanya perubahan hormonal (Pintauli, S.,

Hamada, T., 2008). Selain itu waktu erupsi gigi anak perempuan biasanya

dapat lebih cepat 1 hingga 6 bulan dibandingkan laki - laki sehingga

perempuan lebih cepat mengalami karies daripada laki-laki pada usia

kronologis yang sama (Subedi, B., Shakya, P., Jnawali, M., 2011).

Selain itu kebiasaan anak perempuan yang lebih suka mengonsumsi

makanan yang kariogenik dibandingkan anak laki - laki juga merupakan

faktor peningkatan karies yang tinggi pada anak perempuan (Mangkey, 2015)
BAB III
METODE DAN PELAKSANAAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah penelitian deskriptif dengan rancangan studi literatur.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan cara studi kepustakaan yang dilakukan dengan

menelaah teori-teori, laporan-laporan penelitian seerta jurnal yang berkaitan

dengan permasalahan terutama teori tentang asuhan keperawatan gigi dan

mulut keluarga.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan gigi dan mulut keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan

dalam praktik keperawatan gigi dan mulut yang diberikan kepada klien sebagai

anggota keluarga, berpedoman pada standar keperawatan, berlandasan pada etika

dan etiket keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab

keperawatan. (Kelompok kerja CHS, 1994; Mc Closkey & Grace, 2001)

Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan karies yang ditandai dengan

rusaknya email dan dentin yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme bakteri

dalam plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi akibat interaksi produk-

produk mikroorganisme, saliva dan zat-zat yang berasal dari makanan

(Ramayanti, 2013)

Perilaku orang tua yang baik terhadap kesehatan gigi akan menghasilkan

keadaan kesehatan gigi yang baik pada anak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

perilaku orang tua dalam keluarga terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat

berupa: memotivasi anak untuk menyikat gigi dengan teratur dan tepat waktu, dan

membimbing anak sewaktu menyikat gigi. Mendorong kerjasama yang lebih erat

antara anak dengan ibunya sebagai pembimbing dalam menggosok gigi akan

membuat tertanamnya perilaku yang baik pada anak terhadap pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut (Budiharto, 2009).

Hasil penelitian Linda, S, (2019) menunjukkan bahwa home visit asuhan

keperawatan gigi keluarga dengan uji wilcoxon ada perbedaan nilai PHP, decay

dan filing pada kelompok perlakuan diperoleh nilai signifikansi (<0,05). Pada uji

19
20

Mann-Whitney perbedaan nilai PHP, decay dan filing nilai signifikansi lebih kecil

dari nilai alpha (<0,05) pada kedua kelompok. Kesimpulan terdapat perbedaan

nilai PHP, decay dan filing pada kedua kelompok dengan nilai signifikansi lebih

kecil dari nilai alpha (000<0,05) artinya ada perbedaan atau pengaruh home visit

pada nilai PHP, decay dan filing pada kedua kelompok.

Menurut Permenkes no. 58 tahun 2012 Pasal 1 bahwa pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam

bidang promotif, preventif, dan kuratif sederhana yang diberikan kepada individu,

kelompok, dan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan

gigi dan mulut yang optimal.

Tujuan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah untuk

meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam

rangka tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut,

serta status kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Secara khusus tujuan

pelayanan asuhan keperawatan gigi, antara lain: untuk meningkatnya

pengetahuan, sikap dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat di

bidang kesehatan gigi dan mulut yang mencakup beberapa kemampuan

diantaranya mampu untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut, mampu

melaksanakan upaya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, mampu

mengetahui kelainan-kelainan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut serta

mampu mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

Sasaran pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut diutamakan kepada

siswa sekolah dasar yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut. Upaya-upaya
21

dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yakni penyuluhan. Penyuluhan

merupakan upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku seseorang, sekelompok

orang atau masyarakat sedemikian rupa, sehingga mempunyai kemampuan dan

kebiasaan berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi.

Dalam konsepsi kesehatan secara umum, Jurnal Bahana Kesehatan

Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November 2017 148 penyuluhan kesehatan

diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara

menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan, dengan demikian

masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat

melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.

Peran keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah untuk mempertahankan

keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Tugas keluarga di bidang kesehatan dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu diantaranya adalah

berperilaku yang baik terhadap kesehatan.

Perilaku orang tua yang baik terhadap kesehatan gigi akan menghasilkan

keadaan kesehatan gigi yang baik pada anak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

perilaku orang tua dalam keluarga terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat

berupa: memotivasi anak untuk menyikat gigi dengan teratur dan tepat waktu, dan

membimbing anak sewaktu menyikat gigi. Mendorong kerjasama yang lebih erat

antara anak dengan ibunya sebagai pembimbing dalam menggosok gigi akan

membuat tertanamnya perilaku yang baik pada anak terhadap pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut (Budiharto, 2009).


22

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Swedia,

menunjukkan hasil penurunan angka kebersihan mulut dengan menyikat gigi

dengan diawasi orang tua terbukti lebih baik dari pada yang tidak diawasi oleh

orang tuanya dalam menyikat gigi (Axelsoon Dkk, 2003). Mengajak orang tua

agar memperhatikan dan mengontrol anak untuk menyikat gigi dengan benar dan

tepat waktu, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan. Peran serta orang

tua dalam mengontrol waktu sikat gigi anak dapat mempengaruhi nilai kebersihan

gigi dan mulut pada anak (Kanli Dkk, 2000).

Berdasarkan uji beda Mann-Witney Test pada decay dan filing diperoleh hasil

(,000<0,05) menunjukkan arti bahwa ada perbedaan nilai decay dan filing pada

kedua kelompok. Dalam home visit perawat gigi memberikan motivasi bahwa gigi

yang berlubang agar mendapat perawatan, dan menjelaskan bahaya dari lubang

gigi, sehingga anak dan orang tua mengerti, dan timbul motivasi bersedia untuk

melakukan perawatan. Hal ini sesusai dengan penelitian yang dilakukan pada anak

remaja Turki yang frekuensi mengunjungi dokter gigi rendah diberi motivasi dan

mengunjungi rumah melakukan pendekatan dengan orang tua, dan memberi

pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut, dan memberikan penjelasan akan

pentingnya dilakukan perawatan pada gigi, memberi dampak yang positif

terhadap perawatan gigi dan mulut meningkat.

Keluarga merupakan tempat yang paling tepat untuk dilakukan pendekatan,

Melalui home visit perawat gigi bertujuan untuk melakukan pendekatan dengan

memberikan pengetahuan, melalui penyuluhan dan mengajak keluarga untuk

mengenal masalah kesehatan gigi, mengetahui faktor penyebab masalah, dan


23

menggali konstribusi keluarga dalam memecahkan masalah kesehatan gigi dan

memberikan motivasi untuk melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

keluarga. Peran perawat gigi terbukti dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi

pada nilai PHP, decay dan filing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden pada SD pelayanan asuhan

memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut lebih baik

dari SD UKGS. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SD di wilayah kerja

Puskesmas I Denpasar Selatan mempunyai perilaku yang baik terhadap kesehatan

gigi dan mulut. Perilaku adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu

tindakan nyata. Perilaku juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat

oleh orang lain (Ni Made Sirat, 2011).

Secara aplikatif terdapat hal yang berbanding terbalik antara perilaku

terhadap status kesehatan gigi dan mulut. Semakin baik perilaku seseorang maka

semakin tinggi tingkat kebersihan giginya dan semakin rendah pula status karies

giginya. Hal tersebut dilihat dari apa yang telah dilakukan sesuai dengan tingkatan

pelayan kesehatan gigi yang didapat. Sebaliknya, jika perilaku yang tidak baik
24

akan semakin rendah tingkat kebersihan gigi dan mulutnya serta semakin tinggi

status karies giginya.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pelayanan asuhan paling dominan

memberikan pengaruh terhadap status DMF-T siswa dengan nilai p=0,003 dengan

nilai OR sebesar 5,942. Hal ini disebabkan karena SD pelayanan asuhan

memperoleh pelayanan kesehatan gigi secara menyeluruh, antara lain: sikat gigi

masal yang dilaksanakan secara rutin setiap dua minggu sekali, kumur-kumur

larutan fluor, topikal aplikasi, serta penambalan gigi yang karies.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nur Amaniah (2009)

terhadap siswa sekolah dasar di Kabupaten Aceh Tamiang menunjukkan bahwa

status DMF-T siswa baik. Hal ini disebabkan tersedianya sarana/prasarana yang

baik dan frekuensi kunjungan petugas kesehatan gigi dan mulut baik. Program

pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa SD terus dilaksanakan

secara berkesinambungan dan dikembangkan ke sekolah - sekolah lain yang

belum mendapat pelayanan asuhan. Selain itu untuk SD UKGS upaya-upaya

kesehatan gigi serta frekuensi kunjungan petugas kesehatan gigi lebih

ditingkatkan lagi. Dengan adanya program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan

mulut dapat meningkatkan status DMF-T siswa sekolah dasar.

Hasil penelitian mengenai indeks DMF-T dan def-t berdasarkan karakteristik

jenis kelamin menunjukan bahwa pada anak perempuan memiliki indeks yang

lebih tinggi dibandingkan laki-laki, artinya pengalaman karies pada anak

perempuan lebih tinggi dibandingkan pada anak laki-laki. Hasil penelitian ini

ditunjang dengan penelitian yang diakukan pada anak sekolah dasar di Kelurahan
25

Kinilow 1 Kecamatan Tomohon utara menunjukan bahwa prevalensi karies dan

indeks DMF-T lebih tinggi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-

laki (Pontonuwu Dkk, 2013). Selama masa kanak-kanak sampai remaja

perempuan memiliki pengalaman karies yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki (Sihombing, 2009).

Prevalensi karies gigi pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-

laki karena masa pubertas perempuan biasanya lebih cepat daripada laki-laki.

Kondisi tersebut karena adanya perubahan hormonal (Sihombing Dkk, 2009).

Selain itu waktu erupsi gigi anak perempuan biasanya dapat lebih cepat 1 hingga 6

bulan dibandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih cepat mengalami karies

daripada laki-laki pada usia kronologis yang sama (Subedi Dkk, 2011). Selain itu

kebiasaan anak perempuan yang lebih suka mengonsumsi makanan yang

kariogenik dibandingkan anak laki-laki juga merupakan faktor peningkatan karies

yang tinggi pada anak perempuan (Mangkey Dkk, 2015)

Hasil penelitian mengenai nilai indeks DMF-T berdasarkan usia menunjukan

peningkatan, sedangkan nilai indeks def-t mengalami penurunan. Hal ini dapat

terjadi karena tingkat prevalensi karies gigi juga akan meningkat seiring

bertambahnya usia (Pintauli Dkk, 2008). Anak usia sekolah dasar memiliki

pengalaman karies yang tinggi. Hal ini disebabkan, pada geligi usia tersebut

mengalami fase pergantian gigi, dari gigi sulung ke fase gigi dewasa.

Gigi yang sedang erupsi memiliki kerentanan terhadap karies, kerentanan itu

meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang mengalami erupsi

sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi
26

antagonisnya. Hasil penelitian menunjukan indeks def-t mengalami penurunan

berdasarkan pertambahan usia.

Indeks DMF-T yang diperoleh pada usia 12 tahun termasuk kedalam kategori

tinggi. Usia 12 tahun merupakan usia pantauan global atau dijadikan indikator

usia oleh WHO. Usia 12 tahun ini dianggap semua gigi permanen telah erupsi

kecuali molar ke tiga dan pada usia ini juga dianggap anak sudah dapat

berkomunikasi. Indeks DMF-T yang diperoleh pada usia 6 tahun yaitu termasuk

kedalam kategori tinggi, begitu juga dengan indeks def-t termasuk ke dalam

kategori yang tinggi.

Usia 5 - 6 tahun menurut WHO termasuk kedalam kategori usia yang

dijadikan dasar pengalaman karies dan juga sebagai acuan untuk melihat

pengalaman karies yang terjadi pada gigi sulung . Hasil penelitian pada usia 12

tahun bila dibandingkan dengan salah satu tujuan Oral Health 2020 untuk anak

yaitu Indeks DMF-T < 1 tidak sesuai dan masih sangat jauh untuk menurunkan

angka kejadian karies pada anak di SDN Mekarjaya menjadi < 1 (Puspita Dkk,

2017).

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang mendapatkan asuhan

keperawatan gigi dan mulut status kariesnya rendah dan yang tidak mendapatkan

asuhan keperawatan gigi dan mulut status kariesnya tinggi. Begitu pula dengan

perilaku orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut kelurganya. Peneliti

berasumsi, bahwa pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut keluarga

merupakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bidang promotif, preventif,

dan kuratif sederhana yang dijutukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi
27

dan mulut keluarga. Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai

dengan rusaknya lapisan email dan dentin yang diakibatkan karena proses

demineralisasi plak pada gigi. Perilaku orangtua dalam keluarga terhadap

kesehatan gigi dan mulut yang baik akan memberikan dampak yang baik pula

terhadap anak, orangtua yang mengerti dan peduli terhadap kesehatan gigi dan

mulut anaknya tingkat kariesnya lebih tinggi, begitu juga sebaliknya orangtua

yang kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya tingkat kariesnya

cenderung lebih tinggi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa indeks karies lebih

tinggi terjadi pada wanita dibandingkan pria, hal tersebut bisa diakibatkan karena

wanita lebih cepat mengalami erupsi 1 sampai 6 bulan dibandingkan pria, dan

juga wanita rata-rata lebih duluan mengalami pubertas yang mengakibatkan

terjadinya perubahan hormon.


BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan jurnal dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

Asuhan keperawatan gigi keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktek keperawatan gigi kepada keluarga, untuk membantu

menyelesaikan masalah kesehatan gigi keluarga tersebut dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan meliputi tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan karies yang

ditandai dengan rusaknya email dan dentin yang disebabkan oleh aktivitas

metabolisme bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi

akibat interaksi produk-produk mikroorganisme, saliva dan zat-zat yang berasal

dari makanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, keluarga yang dengan

asuhan dan perilaku keluarga yang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut

keluarganya tingkat kariesnya rendah dan keluarga yang kurang peduli terhadap

kesehatan gigi dan mulut keluarganya tingkat kariesnya masih tinggi. Diharapkan

peran orang tua dalam meningkatkan pengetahuan dan pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut dengan cara menyikat dengan teknik yang tepat dan tepat waktu,

memeriksakan kesehatan gigi dan mulut dengan teratur setiap 6 bulan sekali ke

tempat pelayanan kesehatan. Orang tua harus membimbing anak dalam melakukan

sikat gigi dan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut keluarganya agar

dapat mempraktekkan perilaku hidup sehat dibidang kesehatan gigi dan mulut di

rumah.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Bebe, Z. A., Susanto, H. S., & Martini, M. (2018). Faktor Risiko Kejadian
Karies Gigi Pada Orang Dewasa Usia 20-39 Tahun Di Kelurahan Dadapsari,
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 6(1), 365-374.
2. Chemiawan, E., M. Gartika, dan R. Indriyanti. 2014.Perbedaan Prevalensi
Karies Pada Anak SD Dengan Program UKGS dan Tanpa UKGS.
Lembaga Penelitian FKG UNPAD. Bandung
3. Dewi, P. K., Aripin, D., & Suwargiani, A. A. (2017). Indeks DMF-T dan def-t
pada anak di Sekolah Dasar Negeri. Padjadjaran Journal of Dental
Researchers and Students, 1(2), 122-126.
4. Eliza, H., P.M. Hiranya, N. Neneng. 2011.Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC. Jakarta.
5. Friedman, M., Bowden, R.V., Jones, G.E. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,
Teori & Praktik edisi 5.Jakarta : EGC. 2010
6. Gurenlian, J.R. 2007. The Role of Dental Plaque Biofilm in Oral
Health.Journal of Dental Hygiene81(5): 1-11.
7. Hiremath S. Textbook of preventive and community dentistry. 2 nd ed. India:
Reed Elsevier India Private Limited. 2011. h. 211-5.
8. Jiao j, Moudon AV, Hurvitsz PM, Drewnoski A. (2012). How to identify food
desert: measuring physical and economic :acces to supermakers in king
county, woshington. Am J Public Health
9. Mangkey E. Posangi J, Lemana MA. Gambaran status karies pada siswa SMP
Negeri 1 Tomohon. J e-Gigi (eG). 2015;3(1):185-7.
10. Marimbun, B. E., Christy N. M., Damajanty H. C. P., 2016. Hubungan Tingkat
Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Status Karies. Jurnal
e-Gigi (Eg), volume 4, Nomor 2, Hlm. 178
11. Sirait, N. M. Hubungan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Terhadap Status Dmf-T Siswa Sd Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar
Selatantahun 2011.
12. Kementerian Kesehatan RI, (1), 2. Retrieved from
http://gajiroum.kemkes.go.id/gajiroum/data/UU_NO_36_2014.pdf
13. Kennedy. 2002. Konservasi Gigi Anak (Pediatric Operative Dentistry). EGC.
Jakarta.
14. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat pencegahan dan
pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008. h. 4-18.
15. Ramayanti, S., dan I, Purnakarya. 2013. Peran Makanan Terhadap Kejadian
Karies Gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7(2):89-93.
16. Rham Hakim Sulthan, R. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Tahap Perkembangan Keluarga Anak Usia Prasekolah (Doctoral dissertation,
STIKes Kusuma Husada Surakarta).
17. Subedi B, Shakya P, Jnawali M, Paudyal B, Acharya A. Prevalence of dental
caries in 5–6 years and 12–13 years age grup of school children of kathmandu
valley. J Nepal Med Assoc. Oct-Dec 2011;51(184):176-81.
18. Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta. 2004

29
19. Suryani, L. (2018). Pengaruh Home Visit Asuhan Keperawatan Gigi Keluarga
Terhadap Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Balita Di Desa Lambhuk
Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup, 3(1), 69-
79.
20. Tarigan, R. 2014. Karies gigi.Edisi 2. EGC.Jakarta.
21. Taylor Steven J. 1993 Kualitatif : Dasar - Dasar Penelitian. Surabaya: Usaha
Nasional
22. http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-studi-pustaka/ diakses
pada tanggal 29 april 2020

30

Anda mungkin juga menyukai