Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN MOTIVASI BEROBAT GIGI DENGAN

KEPARAHAN KARIES GIGI PADA PENGUNJUNG POLI


GIGI
DI PUSKESMAS BANJARBARU SELATAN

Proposal skripsi diajukan guna memenuhi sebagian syarat untuk


memperoleh predikat Sarjana Terapan Kesehatan

Oleh:
KARTINI LAWATI
NIM. P07125220025

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN KESEHATAN GIGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan Indonesia Bebas Karies 2030, Kementerian
Kesehatan menetapkan Komite Kesehatan Gigi dan Mulut melalui Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 189 Tahun 2019 tentang Komite Kesehatan Gigi dan
Mulut. Komite ini bertugas di antaranya membantu Kementerian Kesehatan
dalam menyusun rencana strategis dan rencana aksi upaya kesehatan gigi dan
mulut, melaksanakan advokasi dengan stakeholder lainnya, melakukan
monitoring dan evaluasi, dan memberikan rekomendasi atas penyelesaian
masalah terkait pelaksanaan upaya kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI,
2018).
Kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat Indonesia masih merupakan
hal yang penting dan sangat perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga
kesehatan, baik dokter maupun perawat gigi. Menurut Pusdatin Kemenkes
(2018), prevalensi karies gigi di Indonesia 88,8% dengan prevalensi karies akar
adalah 56,6%. Prevalensi karies gigi cenderung tinggi di atas 70% pada semua
kelompok umur (Kemenkes,2018).
Riskesdas 2018 juga mencatat proporsi masalah gigi dan mulut sebesar
57,6% dan yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 10,2%.
Proporsi perilaku menyikat gigi dilakukan dengan benar sebesar 2,8%.
Sedangkan masalah kesehatan mulut yang mayoritas dialami penduduk
Indonesia adalah penyakit karies gigi sebesar 45,3%. Berdasarkan hasil
Riskesdas, 2018 Kalimantan Selatan masyarakat yang menerima perawatan
dari tenaga medis gigi dengan kelompok umur 3-4 tahun sebesar (6,03%), 5-9
tahun (22,79%), 10-14 tahun (14,34%), 15-24 tahun (11,43%), 25-34 tahun
(12,19%), 35-44 tahun (11,91%), 45-54 tahun (10,41%), 55-64 tahun (9,31%),
dan umur 65+ tahun (4,98%) kunjungan. Fakta yang terjadi, 46,90%
masyarakat Kalimantan Selatan memiliki masalah gigi rusak/berlubang/sakit.
Kunjungan penderita ke puskesmas rata-rata sudah dalam keadaan lanjut untuk
berobat, sehingga dapat diartikan bahwa tingkat kesadaran masyarakat pada
umumnya untuk berobat sedini mungkin masih sangat minim dan belum dapat
dilaksanakan. Masyarakat berkunjung bila sudah mengalami sakit gigi. Hal ini
terlihat dari rendahnya jumlah pengunjung yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan gigi di Puskesmas. Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
tidak saja berupa pencabutan gigi dan penambalan gigi tetapi masyarakat harus
berkunjung minal 6 bulan sekali setiap tahunnya (Riskesdas, 2018).
Hal ini juga di dukung dengan adanya data kunjungan berobat pasien
yang menderita sakit gigi/gigi berlubang sebagai berikut, frekuensi berobat ke
tenaga medis gigi 1-3× kunjungan sebanyak 1,4%, 4-6× kunjungan 2,1%, ≥7×
kunjungan 1,1%, dan yang tidak pernah berobat 95,5%. Pada pedesaan,
frekuensi berobat ke tenaga medis gigi 1-3× kunjungan sebanyak 0,7%, 4-6×
kunjungan 2,0%, ≥7× kunjungan 1,1%, dan yang tidak pernah berobat 96,2%
(Riskesdas, 2018). Berdasarkan uraian data diatas, dapat disimpulkan bahwa
mayoritas penduduk masih memiliki motivasi rendah dan kurang adanya
dorongan berperilaku sehat untuk berkunjung ke tenaga medis gigi untuk
berobat.
Lendawati (2013) menyatakan bahwa pengetahuan menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi motivasi untuk mempertahankan gigi.
Pengetahuan yang kurang menyebabkan seseorang tidak mengetahui penyebab
penyakit gigi dan langkah-langkah pencegahannya. Pengetahuan tentang
kesehatan gigi dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk
berobat ke dokter gigi maupun ke puskesmas yang ada.
Menurut Werang dkk (2019), motivasi sendiri merupakan suatu
dorongan yang muncul di dalam atau di luar diri seseorang dan mendorong
mereka untuk melakukan sesuatu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi juga
dapat menjadi kekuatan pendorong yang mendorong orang untuk bertindak
demi kebaikan mereka sendiri. Berdasarkan pemaparan diatas kesehatan gigi
dan mulut perlu ditingkatkan. Caranya tidak lain adalah memberikan motivasi
kepada masyarakat terkhusus kepada pasien yang menderita sakit gigi.
Berdasarkan data-data dan fenomena yang terjadi diatas, motivasi
sangatlah berhubungan erat dengan kesehatan gigi dan mulut yang mana hal
tersebut bisa membuat seseorang sadar untuk segera memeriksakan kesehatan
gigi dan mulutnya serta berobat ke dokter gigi atau puskesmas-puskesmas
terdekat yang ada di sekitar untuk mencegah hal lain yang tak terduga seperti
contohnya sakit gigi atau penyakit gigi dan mulut lainnya. Maka dari itu,
peniliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Motivasi
Berobat dengan Keparahan Karies Gigi pada Pengunjung Poli Gigi di
Puskesmas Banjarbaru Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan bahwa
permasalahan dari penelitian ini adalah “Apakah ada hubangan motivasi
berobat gigi dengan keparahan karies gigi pada pengunjung poli gigi di
Puskesmas Banjarbaru Selatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi berobat
dengan keparahan karies gigi pada pengunjung poli gigi di Puskesmas
Banjarbaru Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui motivasi berobat gigi pada pengujung gigi di Puskesmas
Banjarbaru Selatan.
b. Mengetahui keparahan karies gigi pada pengunjung poli gigi di
Puskesmas Banjarbaru Selatan.
c. Mengetahui hubungan motivasi berobat gigi dengan keparahan karies
gigi pada pengunjung poli gigi di Puskesmas Banjarbaru Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan baru dan
pengetahuan bagi peneliti sebagai referensi dalam penelitian Skripsi bagi
mereka yang memerlukan, terutama bagi mahasiswa/i Jurusan Kesehatan
Gigi sehingga dapat dijadikan perbandingan bagi peneliti-peneliti
selanjutnya.
2. Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dan pergi berobat gigi
serta merubah perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut menjadi lebih
baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai