BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan saat ini yang dapat mengenai semua kelompok populasi adalah
kesehatan gigi dan mulut. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menggarisbawahi bahwa kesehatan
gigi dan mulut memiliki keterkaitan yang erat dengan kesehatan umum. Laporan Riskesdas menunjukkan
bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi asupan makanan dan nutrisi pada balita,
meningkatkan risiko penyakit umum seperti penyakit jantung, diabetes, dan infeksi saluran pernapasan,
serta berdampak pada kualitas hidup masyarakat dengan meningkatkan risiko isolasi sosial dan beban
finansial akibat biaya pengobatan yang tinggi. Masyarakat perlu memahami bahwa perawatan gigi dan
mulut yang baik merupakan bagian integral dari menjaga kesehatan umum dan meningkatkan kualitas
hidup sehingga sehingga promosi kesehatan gigi mulut menjadi penting (Persatuan Dokter Gigi
Indonesia, 2016). Perawatan kesehatan gigi dan mulut semakin menjadi perhatian dengan hal ini menurut
Undang - Undang No 17 tahun 2023. Pasal tersebut menyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dilakukan dalam bentuk peningkatan Kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan
penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi (Kemenkes, 2023)
Masalah gigi yang sering terjadi di Indonesia yaitu gigi berlubang, gigi hilang atau
dicabut, gigi ditambal, dan gigi goyah. Kelompok usia 55-64 tahun yang mengalami
gigi berlubang sebesar 48,5%, gigi hilang atau dicabut sebesar 29%, gigi ditambal sebesar
4,2%, serta gigi goyah sebesar 15,9% dan usia >65 tahun yang mengalami gigi berluban
g sebesar 38,6%, gigi hilang atau dicabut sebesar 30,6%, gigi ditambal sebesar 3,1%, serta gi
gi goyah sebesar 15,5% (Riskesdas, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) pada
tahun 2014, tingkat kejadian karies gigi pada anak sekitar 60 – 90% anak usia sekolah di seluruh
dunia mengalami karies gigi. Adapun di Indonesia prevalensi angka kejadian karies gigi anak usi
a sekolah mencapai 25,9% dan dilihat dari kelompok umur 1-4 tahun mencapai 10,4%, 9-15 tahu
n mencapai 28,9%, 10-14 tahun mencapai 25,2%. Berdasarkan tingkat prevalensi yang tinggi dan
dampak pada kesehatan umur, ekonomi dan kesejahteraan, penyakit pada rongga mulut merupak
an salah satu masalah kesehatan umum yang utama (Kemenkes, 2016).
1
2
Pemerintah Indonesia memiliki target dan capaian dalam meningkatkan kesehatan gigi da
n mulut masyarakat, seperti yang tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nas
ional (RPJMN) 2020-2024. Salah satu contoh adalah peningkatan akses dan kualitas pelayanan k
esehatan gigi melalui program-program seperti Gerakan Indonesia Bebas Karies pada Tahun 203
0 (Kemenkes, 20202). Riset oleh Rahardjo et al. (2020) menunjukkan bahwa program tersebut te
lah berhasil meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perawatan gigi, serta mengurangi pre
valensi karies gigi pada anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia (Rahardjo et. al.,
2020). Hal tersebut sejalan dengan temuan penelitian oleh Sreedevi et al. (2018) yang meneliti m
engenai efektivitas pendidikan melalui media visual dalam peningkatkan kesadaran dan praktik k
esehatan gigi (Sreedevi, et. al.,2018). Penelitian-penelitian tersebut dapat mendukung pemerintah
Indonesia dalam peningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat serta mewujudkan pola hid
up sehat melalui pelayanan dan edukasi yang lebih baik.
Perilaku kesehatan adalah sesuatu yang berkaitan dengan tindakan individu dalam memel
ihara dan meningkatkan kesehatan (Adhiatmitha, 2018). Menurut teori Blum, bahwa perilaku me
rupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesehatan gigi dan mulut (Astuti, 2018).
Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya angka kejadian penyakit gigi dan mulut sepe
rti karies dan penyakit periodontal disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan Dalam peneli
tian Jatmika S et al (2019), didapatkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan responden terhad
ap kebersihan mulut sebelum dan sesudah diedukasi. Hasil tersebut menunjukkan adanyaa penga
ruh edukasi kesehatan gigi dan mulut terhadap status kebersihan mulut (Jatmika et. al., 2019). Pa
da lansia sendiri, pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi kebersihan dan kesehatan gigi mulut. Pengetahuan merupakan fakto
r yang membentuk perilaku seseorang (Tandra, 2018).
Beberapa penelitian telah mengidentifikasi beberapa metode efektif untuk edukasi keseha
tan gigi dan mulut bagi masyarakat umum. Penelitian oleh Chhabra et al. (2021) dalam jurnal "Jo
urnal of Clinical and Diagnostic Research" menunjukkan bahwa pendekatan berbasis media sosia
l sebagai metode edukasi dapat signifikan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
perawatan gigi dan mulut. Melalui kampanye edukatif di platform media sosial, peningkatan pen
getahuan masyarakat terkait praktik perawatan gigi dan pentingnya pemeriksaan rutin telah tera
mati. Studi ini juga menyimpulkan bahwa melalui pemanfaatan teknologi komunikasi modern, se
perti platform media sosial, informasi tentang pelayanan gigi dan mulut dapat menjangkau lebih
3
banyak orang dengan cara yang lebih mudah diakses dan dipahami (Chhabra et. al.,2021). Studi
oleh Al-Maweri et al. (2020) menemukan bahwa kampanye kesadaran dengan metode ceramah
dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan gigi d
an mengurangi angka keluhan gigi. Selain itu, pendidikan berbasis komunitas, seperti ceramah d
an diskusi, telah terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku perawatan gigi d
i kalangan masyarakat (Al-Maweri et al, 2020). Penelitian oleh Petersen et al. (2015) menunjukk
an bahwa pendidikan kesehatan gigi yang disampaikan oleh petugas kesehatan di tingkat komuni
tas dapat berkontribusi pada perubahan positif dalam praktik pencegahan penyakit gigi (Petersen
et. al., 2015).
Penelitian Tirth A et. al. pada tahun 2017 juga menyatakan bahwa metode edukasi berban
tuan audiovisual dan komputer lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilak
u kebersihan gigi dibandingkan dengan ceramah klasikal. Hal ini mengindikasikan bahwa metod
e edukasi yang lebih interaktif dan visual dapat memiliki dampak (Tirth A et. al.,2017).
Upaya promosi preventif yang holistik dapat secara signifikan meningkatkan keberhasila
n pelayanan gigi dan mulut. Dimulai dengan edukasi yang meliputi peningkatan pengetahuan ma
syarakat tentang pentingnya perawatan gigi dan mulut serta praktik pencegahan yang benar, hal i
ni mempersiapkan individu untuk mengadopsi perilaku yang lebih proaktif dalam merawat keseh
atan gigi mereka. Edukasi tersebut dapat didukung oleh kampanye kesadaran kesehatan gigi yan
g memanfaatkan media massa dan sosial, serta melibatkan profesional kesehatan gigi dalam men
gajarkan teknik-teknik pembersihan gigi yang efektif. Keberhasilan pelayanan gigi dan mulut jug
a dipengaruhi oleh akses yang mudah dan terjangkau terhadap pelayanan medis, termasuk pemer
iksaan rutin dan perawatan yang diberikan oleh tim medis yang terlatih. Dengan integrasi pendek
atan preventif ini, mulai dari pendidikan hingga pemberian layanan kesehatan gigi yang efektif,
masyarakat akan lebih cenderung mengadopsi perilaku pencegahan dan menjaga kesehatan gigi s
ecara berkala, yang pada akhirnya akan meningkatkan keberhasilan pelayanan gigi dan mulut sec
ara keseluruhan (Kurniawan, 2023).
Pencapaian target edukasi kesehatan gigi dibagi menjadi tujuan jangka pendek, tujuan
jangka menengah, dan tujuan jangka panjang. Hasil yang diharapkan dari penyuluhan kesehata
n gigi dalam jangka pendek adalah tercapainya perubahan pengetahuan pasien. Selanjutnya unt
uk tujuan jangka menengah adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang
4
akan mengubah perilaku pasien kearah perilaku sehat. Tujuan jangka panjang adalah agar pas
ien dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari harinya (Ginting, 2019).
Promosi kesehatan gigi dan mulut didasarkan pada kebutuhan untuk mengubah kognisi,
motivasi, dan perilaku individu yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan gigi dan mulut dan
pencegahan penyakit. Konsep promosi kesehatan gigi dan mulut juga bergantung kepada lingkun
gan fisik dan sosial sekitar, gaya hidup, perilaku individu, dan aksesibilitas layanan kesehatan. H
al ini didasarkan pada fakta bahwa banyak penyakit memiliki faktor risiko predisposisi yang sam
a. Pendekatan faktor risiko umum membenarkan profesional gigi untuk pengembangan kemitraa
n multidisiplin. Hal ini memungkinkan untuk mencegah berbagai penyakit dengan lebih efisien d
an hemat biaya daripada hanya berfokus pada satu penyakit tertentu (Musurlieva et. al., 2023).
Namun, penting juga untuk memperhatikan faktor sosial dan budaya dalam merancang pr
ogram edukasi kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian oleh Bernabé et al. (2015) menekankan
perlunya mempertimbangkan norma budaya dan sosial dalam menyusun pesan-pesan edukasi ag
ar pesan tersebut lebih relevan dan dapat diterima oleh masyarakat. Kombinasi antara metode ka
mpanye media, pendidikan komunitas, dan pengakomodasian budaya lokal dapat membentuk pe
ndekatan holistik dalam edukasi kesehatan gigi dan mulut yang berpotensi memberikan dampak
positif yang signifikan dalam meningkatkan kesadaran dan praktik kesehatan gigi masyarakat um
um (Bernabe et. al., 2015).
Pada penelitian Papilaya EA, Zuliari K dan Juliatri, terjadi perubahan perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan nilai rerata 42,14 sebelum dilakukan penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut dan 46,64 setelah dilakukan penyuluhan dengan metode audio-visual. P
ada penelitian Wulandari dkk, adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, sum
ber informasi, dukungan keluarga dan dukungan guru terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut
pada anak usia 12 tahun. Pengetahuan serta sumber informasi dapat mempengaruhi perilaku pasi
en dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dan hal yang paling berperan dalam perilaku menjag
a kesehatan gigi dan mulut pasien adalah sumber informasinya (Papilaya, 2016).
Berdasarkan uraian beberapa penelitian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis pemb
erian edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut dengan metode tertentu terhadap tingkat penget
ahuan kesehatan gigi dan mulut pada pasien tindakan perawatan kesehatan gigi dan rongga mulut.
Namun, pada penelitian ini menggunakan sampel pasien dari berbagai macam departemen yaitu
pasien perawatan periodonsia, konservatif, bedah mulut dan pedodonsia. Pasien-pasien dari depa
5
rtemen tersebut terdiri dari bermacam-macam kelompok usia sehingga hasil penelitian yang dibe
rikan akan lebih menyeluruh.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan y
ang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan mening
katkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan, pence
gahan penyakit, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyar
akat. Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulu
t terdiri atas fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan fasilitas pelayanan kesehatan ruju
kan tingkat lanjutan. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama dapat berupa pelayanan poli gigi dan usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS). Pelayanan
kesehatan gigi di rumah sakit merupakan rangkaian layanan medis yang meliputi pemeriksaan, p
erawatan, dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) ada
lah jenis spesifik dari rumah sakit yang khusus berfokus pada layanan perawatan, pencegahan, da
n pemulihan masalah kesehatan gigi dan mulut. RSGM memiliki fasilitas dan tim medis yang ter
latih dalam bidang kedokteran gigi dan spesialisasinya. Ini mencakup berbagai jenis pelayanan gi
gi seperti pemeriksaan gigi, perawatan karies gigi, bedah mulut, ortodonti, pemutihan gigi, dan la
in-lain. Meskipun RSGM adalah bagian dari rumah sakit secara umum, fokusnya sangat terkait d
engan layanan kesehatan gigi dan mulut, yang memainkan peran penting dalam menjaga kesehat
an keseluruhan tubuh (Kemenkes, 2015).
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSKGM Universitas Indonesia. Rumah Sakit Gigi da
n Mulut (RSGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) adalah lembaga kes
ehatan yang terkait erat dengan Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia. RSGM FKG
UI merupakan pusat pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang menyediakan perawatan gigi kom
prehensif, diagnosa, perawatan penyakit gusi, ortodontik, dan berbagai prosedur kedokteran gigi
lainnya. Selain itu, RSGM FKG UI berperan penting sebagai tempat pendidikan dan penelitian b
agi mahasiswa dan staf akademik Fakultas Kedokteran Gigi UI, dengan tekad untuk memberikan
pelayanan berkualitas tinggi sambil berkontribusi pada kemajuan ilmu kedokteran gigi dan keseh
atan masyarakat secara keseluruhan.
Pada latar belakang telah disebutkan bahwa terdapat angka masalah kesehatan gigi dan
mulut yang masih tinggi, terutama pada pasien anak. Salah satu faktor penentu kesehatan gigi da
n mulut pasien adalah tingkat pengetahuan pasien mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mu
lut. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai kesehatan gigi dan mulut serta pemeliharaannya da
pat mempengaruhi perilaku pasien untuk mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Pasien di
RSGM FKG UI mendapatkan perawatan secara langsung dari mahasiswa/mahasiswi (co-ass) ya
ng sedang menjalankan pendidikan di FKG UI. Selain melakukan pengobatan, co-ass juga secar
a langsung memberikan edukasi saat perawatan. Saat selesai perawatan pasien diharapkan sudah
memahami mengenai kesehatan gigi dan mulut. Metode edukasi yang tepat tentu berpengaruh se
cara langsung kepada tingkat pengetahuan pasien mengenai kesehatan gigi dan mulut.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada pasien di RSKGM FKG
UI sebelum diberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut?
2) Bagaimana tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada pasien di RSKGM FKG
UI setelah diberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut?
3) Apakah jenis edukasi/penyuluhan yang tepat agar pasien memahami mengenai kesehatan
gigi dan mulut?
1.4 Tujuan Penelitian
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produks
i i i i i i i i
i,pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan. Menurut Departemen Kesehatan pen
i i i i i i i i i i i i i
yuluhan kesehatan adalah gabungan dari beberapa kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan p
i i i i i i i i
rinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,dimana individu, keluarga, kelompok atau
i i i i i i i
masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,tahu bagaimana caranya dan melakukan apa ya
i i i i i
Semua sarana media edukasi kesehatan mempunyai fungsi untuk menampilkan pesan ata
i i i i i i i i
u informasi yang ingin disampaikan oleh para ahli,komunikator maupun para praktisi baik melal
i i i i i i
ui cetak maupun elektronik sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sampai merubah peril
i i i i i i i i i i
aku terhadap kesehatan. Penelitian Renni Nur Fatmawati menyebutkan bahwa penyuluhan memb
i i i i i i i i i i i
erikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pada penelitian tentang menu gizi
i i i i i i i i i
seimbang. Penyuluhan merupakan proses perubahan pengetahuan dan sikap yang menutup persia
i i i i i i i i i i
unakan di berbagai jenjang pendidikan yang dimiliki oleh sasaran,dan waktu penyuluhan dilakuk
i i i i i i
an sasaran dapat berpartisipasi secara aktif dan memberikan umpan balik terhadap materi penyul i i i i i i i
uh (Fatmawati, 2014). Berikut merupakan tujuan yang dapat dicapai dari s ebuah kegiatan penyul i i i i i
a) Tercapainya perubahan perilaku individu,keluarga dan masyarakat dalam membina dan mem
i i i i i i i
elihara perilaku sehat dan lingkungan sehat,serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat k
i i i i i i i i i
8
9
b) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai
i i i i i i i i i
dengan konsep hidup sehat baik fisik,mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka ke
i i i i i i i i i
Sasaran dari program penyuluhan ini mencakup berbagai kalangan seperti individu, kelua i i i i i i i
rga, kelompok, dan masyarakat. Dalam hal ini kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan harapa
i i i i i i
n masyarakat dapat mengerti, memahami, tertarik, dan mengikuti apa yang disampaikan dengan i i i i i i
baik dan benar dan atas kesadarannya sendiri berusaha menerapkan hal-hal yang baik tersebut da
i i i i i i i i
lam kehidupan. Menurut Notoadmojo (2007), indikasi keberhasilan dapat dilihat pada seorang in
i i i i i i i i i i
a) Tahap sadar (awareness) pada tahap ini seseorang sudah mengetahui sesuatu yang baru karen i i i i i i i i i
b) Tahap minat (interest) pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui lebih banyak tentang i i i i i i i i i
hal-hal baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari keterangan atau informasi yang l i i i i i i i
ebih
c) Tahap menilai (evaluation) pada tahap ini seseorang mulai menilai atau menimbang-nimbang i i i i i i i i
d) Tahap Mencoba (trial) pada tahap ini seseorang mulai menerapkan atau mencoba dalam skal i i i i i i i i i
a kecil sebagai upaya meyakinkan diri apakah dapat dilanjutkan atau tidak
i i i
e) Tahap penerapan (adoption) pada tahap ini seseorang sudah yakin akan hal baru dan akan mu
i i i i i i i
Indikasi keberhasilan proses penyuluhan juga dapat dilihat dari berbagai tahapan. Berikut i i i i i i i
an individu. Penelitian oleh Ismayilova et al. (2021) di Azerbaijan menunjukkan bahwa progra i i i i i i i i i
(Ismayilova et al.,2021). i i
b. Perubahan Sikap: Keberhasilan penyuluhan tercermin dalam perubahan sikap individu terha
i i i i i i i i
dap topik tertentu. Studi oleh Aryal et al. (2020) di Nepal menemukan bahwa intervensi edukas
i i i i i i i i i i i i
i berhasil merubah sikap dan niat individu terkait penyakit menular seksual (Aryal et. al. 2020).
i i i i i i i
10
c. Perubahan Perilaku: Penyuluhan yang efektif menghasilkan perubahan perilaku positif. Pene
i i i i i i i i i i i
litian oleh Jackson et al. (2020) di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa program edukasi tenta
i i i i i i i i i i
ng gizi mempengaruhi perubahan perilaku makan sehat (Jackson et. al., 2020).
i i i i i i i
d. Pengukuran Jangka Panjang: Keberhasilan penyuluhan juga dapat diamati dalam jangka panj
i i i i
ang. Studi longitudinal oleh Hamilton et al. (2019) di Kanada m enemukan bahwa pendidikan kes i i i i i i i i i i
ehatan remaja memiliki dampak positif pada kebiasaan kesehatan mereka di masa dewasa (Hamil
i i i i i i i i i
Penyuluhan merupakan sebuah proses perubahan suatu perilaku melalui sebuah kegiatan n
i i i i i i i i i i i
on-formal. Menurut Maulana (2009),secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
i i i i i i i i i
a) Keadaan pribadi sasaran. Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran penyuluhan a
i i i i i
dalah ada tidaknya motivasi pribadi sasaran penyuluhan dalam melakukan suatu perubahan. Beri i i i i i
kutnya, adanya ketakutan atau trauma di masa lampau yang b erupa ketidakpercayaan pada pihak i i i i
lain karena pengalaman ketidak-berhasilan atau kegagalan, kekurangsiapan dalam melakukan per
i i i i i i i i
ubahan karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan dana, saran, dan pengalaman serta adany
i i i i i i i i i
a perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang tanpa harus melakukan perubahan.
i i i i i i
b) Keadaan lingkungan fisik. Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang b erpen
i i i
garuh baik secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan. i i i i
c) Keadaan sosial dan budaya masyarakat. Sebagai pola perilaku sudah sewajarnya apabila
i i i i i i
kondisi sosial budaya di masyarakat akan mempengaruhi efektivitas penyuluhan karena kondisi
i i i i i i i i i
sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga
i i i i i i i i i i
masyarakat dan diteruskan secara turun-temurun dan akan sangat sulit merubah perilaku masya i i i i i
d) Keadaan dan macam aktivitas. Kelembagaan yang tersedia dan Menunjang Kegiatan Pen
i i i i i i i i
yuluhan. Ada tidaknya peran serta terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan efektivitas i i i i i i i i i i
penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat keputusan yang akan ditetapkan s
i i i i i i i
ingkat aktivitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan. i i i
Metode penyuluhan kesehatan menurut Notoadmojo (2014) terdapat dua jenis, yaitu meto
i i i i i i i i i i i i i i i
a. Metode didaktik adalah merupakan metode dimana penyuluhan dilakukan satu arah oleh pe
i i i i i i i i i i i
materi kepada peserta yang mendengarkan tetapi tidak diberikan kesempatan untuk mengem
i i i i i i i i i i i i
ukakan pendapatnya. i
b. Metode sokratik adalah merupakan metode yang memberikan kesempatan pada peserta untu
i i i i i i i i i i i i i i
a. Penyuluhan individu
i
Metode ini merupakan metode untuk mengubah perilaku individu yang disesuaikan dengan ke
i i i i i i i i i i i i
b. Penyuluhan kelompok
i i i i
1) Kelompok besar
i i i i
Sebuah kelompok dikatakan besar jika jumlah pesertanya melebihi 15 orang. Untuk kelompo
i i i i i i i i i i i i i
k besar ini, metode yang dapat digunakan misalnya adalah ceramah, seminar dan demonstrasi.
i i i i i i i i
a) Metode Ceramah, i i i i
Metode ceramah dilakukan kepada sasaran dengan memberikan informasi secara lisan dari n
i i i i i i i i i i
arasumber disertai tanya jawab setelahnya. Ciri dari metode ceramah ini adalah adanya kelompo
i i i i i i i i i i i
k sasaran yang telah ditentukan, ada pesan yang akan disampaikan, adanya pertanyaan yang bisa i i i i
diajukan walaupun dibatasi setelah ceramah, serta adanya alat peraga jika kelompok sasarannya j i i i i i i i i
umlah sangat banyak. Keuntungan dari metode ini adalah biaya yang dilakukan r elatif tidak bany i i i i i
ak dan mudah untuk dilakukan, waktu yang dibutuhkan juga dapat dis esuaikan dengan kebutuha i i i
n sasaran dan bisa diterima dengan mudah oleh hampir semua kelompok masyarakat walupun tid i i i i i i i i
b) Metode seminar i i i i
Seminar diartikan sebagai pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah di ba
i i i i i i
wah pimpinan ahli. Metode seminar merupakan sebuah seminar dilakukan untuk membahas seb i i i i i i i i i
c) Metode demonstrasi i i i i i
12
Metode demonstrasi lebih mengutamakan pada peningkatan kemampuan (skill) yang dilaku
i i i i i i i i i
kan dengan menggunakan alat peraga. Kesehatan gigi dan mulut dapat digunakannya manekin m
i i i i i i
2) Kelompok kecili i i i
a) Metode diskusi i i i
Metode diskusi kelompok kecil merupakan diskusi 5-15 peserta yang dipimpin oleh satu ora
i i i i i i i i i i i i i
Metode curah pendapat digunakan untuk mencari solusi dari semua peserta diskusi dan seka
i i i i i i i i i i
c) Metode panel i i i i
Metode panel melibatkan minimal 3 orang panelis yang dihadirkan di depan khalayak sasara
i i i i i i i i
Metode bermain peran digunakan untuk menggambarkan perilaku dari pihak-pihak yang ter
i i i i i i i i
kait dengan isu tertentu dan digunakan sebagai bahan pemikiran kelompok sasaran.
i i i i i i i i
Menurut Konrath 2002, yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya ba
i i i i i i i
ik yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam organisasi untuk meningkatkan dan m i i i i i i i
emelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit, dan memulihkan kesehatan yang
i i i i i i i i i i i i
ditujukan kepada perseorangan, kelompok atau masyarakat (Wowor et al., 2016). Tujuan dari pel i i i i i i i i i i i
ayanan kesehatan adalah untuk memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk m engatasi,
i i i i i i
menetralisasi atau menetralisir semua masalah atau semua penyimpangan tentang kesehatan yang
i i i i i i i i i i
ada dalam masyarakat. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi m i i i i i i i i
asyarakat, maka kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kesehatan semakin meningkat sehingg i i i i i i
a tidak ada lagi upaya yang dapat dilakukan s elain meningkatkan kinerja petugas kesehatan dan i i i i i i
Pelayanan kesehatan yang memadai merupakan tumpuan masyarakat dan menjadi salah satu
i i i i i i
kebutuhan mendasar selain pangan dan juga pendidikan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas a
i i i i i i i i
dalah pelayanan kesehatan yang peduli dan terpusat pada kebutuhan, harapan serta nilai-nilai pel
i i i i i i i i
anggan sebagai titik tolak penyediaan pelayanan kesehatan dan menjadi persyaratan yang harus d
i i i i i i i i i
13
apat dipenuhi agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa pelaya
i i i i i i i i
n secara bertanggung jawab, aman, berkualitas serta merata dan nondiskriminatif, sehingga hak-h
i i i i i i i
ak pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan tersebut dapat terlindungi (Irmawati et al., 201
i i i i i i i i i i i
7).
Pelayanan kesehatan merupakan suatu produk jasa yang unik jika dibandingkan dengan prod
i i i i i i i
uk jasa lainnya (Ilyas, 2003). Hal ini dis ebabkan karena pelayanan kesehatan memiliki 3 ciri uta i i i i i i
besarnya biaya yang dibutuhkan maupun tingkat urgensi dari pelayanan tersebut.
i i i i i
2) Asymmetry of information: Suatu keadaan tidak seimbang antara pengetahuan pemberi pela i i i i i i i i i i i
yanan kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya) dengan pengguna atau pemb
i i i i i i i i i i i
eli jasa pelayanan kesehatan. Ketidakseimbangan informasi ini meliputi informasi tentangi i i i i i i i i
butuh tidaknya seseorang akan suatu pelayanan, tentang kualitas suatu pelayanan, tentang i i i i i i i
3) Externality: Externality menunjukkan bahwa pengguna jasa dan bukan pengguna jasa pelay
i i i i i i i i
anan kesehatan dapat bersama-sama menikmati hasilnya. Demikian juga resiko kebutuhan
i i i i i i i i
pelayanan kesehatan tidak saja menimpa diri pembeli tetapi juga pihak lain mungkin terpap
i i i i i i i i
Berdasarkan teori Levey dan Loomba, jenis dan bentuk dari pelayanan kesehatan yang diber
i i i i i i i i i i i i i
ikan oleh tenaga medis kepada pasien adalah dengan memberikan pelayanan promotif, preventif,
i i i i i i i i i i i i i i
kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. i i i i i i i
1. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelaya
i i i i i i i i i
nan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan (Leve
i i i i i i i i i i i i
y et. al, 1973). Upaya promotif meliputi pemberian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
i i i i i i i i i
2. Pelayanan kesehatan prevent-if adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
i i i i i i i i i
kesehatan/penyakit (Levey et. al, 1973).vUpaya preventif yang dimaksud dapat berupa m
i i i i i i i i i
enyikat gigi, diet makanan, pembersihan karang gigi (scaling), dan pemeriksaan gigi seca i i i i i i
ra rutin
3. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengoba
i i i i i i i i
tan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyak i i i i i i i
14
it, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terja
i i i i i i i i i
ga seoptimal mungkin (Levey et. al, 1973). Upaya kuratif meliputi penambalan gigi.
i i i i i i i
ngembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
i i i i i i i i
anggota masyarakat (Levey et. al, 1973). Upaya rehabilitatif mencakup pembuatan gigi ti
i i i i i i i
ruan.
2.2.1 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
i i i
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang menjadi satu kesat
i i i i i i i
uan karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Salah satu upaya yan
i i i i i i i
g dapat dilakukan dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut adalah dengan memelihara kese i i i i i i i i
hatan gigi dan mulut seseorang tersebut. Kemenkes pada tahun 2014 menjelaskan bahwa kesehat i i i i i i i i i i i i
an gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang sehat dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi s er i i i i
ta unsur-unsur yang berhubungan dalam rongga mulut yaitu dimana individu dapat makan, b erbi i i i
cara dan berinteraksi sosial tanpa adanya suatu disfungsi, gangguan estetik dan ketidaknyamanan
i i i i i i
akibat adanya penyakit pada rongga mulut. Seseorang dapat dikatakan sehat bukan karena hanya i i i i i i i
tubuhnya sehat tetapi keadaan rongga mulut dan giginya juga harus sehat. Berdasarkan
i i i i i i
Permenkes (2014) terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan agar dapat meningkatkan keseh
i i i i i i i i i
a) Melakukan promosi kesehatan gigi dan mulut yang ditujukkan kepada individu, keluarga,
i i i i i i i
b) Pemberian pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut, guru serta dokter kecil di sekolah.
i i i i i i i i i i i i
c) Membuat dan menggunakan media/alat peraga untuk memberikan edukasi kesehatan gig
i i i i i i i i i
i.
d) Melakukan konseling sebagai suatu tindakan promotif dan preventif kesehatan gigi dan m
i i i i i i i i i i
ulut.
Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan langkah awal yang penting dalam m i i i i i i
emberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara dasar yang cepat dan tepat, sehingga perm
i i i i i i i i i
asalahan kesehatan masyarakat dapat diatasi. Pelayananan ini diberikan pada rumah sakit, klinik
i i i i
dokter gigi, dan puskesmas (Permenkes, 2014). Pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi dapat dijelas
i i i i i i i i i i
perti; kemudahan akses ke fasilitas tersebut dan jarak yang harus ditempuh.
i i i i i i i
b. Status sosial yang dapat mempengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi. Pada ma i i i i i i
em pengobatan modern. i i i i
asalah kesehatan gigi dan mulut bukan sebagai masalah yang serius, karena tidak aka i i i i i
n mengganggu jiwanya, sehingga memiliki prioritas yang lebih rendah dibanding mas
i i i i i i
a. Sumber daya, yaitu kemampuan keluarga maupun masyarakat dalam menangani masa
i i i i
lah kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat memperoleh pelayanan kesehatan gigi ya
i i i i i i i i i i
ng dibutuhkan
b. Lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya sarana dan prasarana kesehatan, ada atau tida i i i i
14 yaitu kesadaran akan adanya masalah kesehatan gigi, merupakan dorongan untuk mem
i i i i i i i
anfaatkan fasilitas kesehatan gigi. Evaluasi merupakan proses selanjutnya dari seseorang i i i i i i i i i i
yang menyadari masalah kesehatan gigi. Setelah memperoleh pelayanan kesehatan gigi, a
i i i i i i i i i i i i
da 2 kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, seseorang akan puas terhadap pelayanan y
i i i i i i i i
ang diterimanya maka orang tersebut akan melanjutkan tindakannya, kemungkinan kedua
i i i i i i i
adalah seseorang yang tidak puas akan pelayanan yang diterimanya maka orang tersebut
i i i i i i i i
Pengetahuan merupakan suatu hasil dari rasa k eingintahuan individu terhadap suatu subje
i i i i i i
k yang ingin diketahuinya. Pada dasarnya, manusia dapat memahami secara sederhana tentang pe
i i i i i i i
ngetahuan tetapi tidak semua manusia dapat mengartikan dengan baik tentang pengetahuan itu. P
i i i i i i i i i
engetahuan itu dapat muncul setelah manusia yang mencari tahu. Sesuatu yang dimiliki seseoran
i i i i i i i i
16
g setelah mempelajarinya merupakan makna dari ilmu sedangkan apa yang diketahuinya adalah
i i i i i i i
pengetahuan.Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses perkembanga
i i i i i i i i i i i i
n kesehatan seseorang. Semakin banyak pengetahuan seseorang terhadap kesehatan gigi dan mul
i i i i i i i i i i i i i i
ut, maka semakin baik pula tingkat kesehatan yang dimiliki seseorang. Menurut (Wijaya, 2017), i i i i i i i
Pengetahuan merupakan suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris dan terjadi se
i i i i i i i i i i i
telah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui p
i i i i i i i i i i i i i i i i
anca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian b i i i i i i
esar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan do
i i i i i i i i i i i
main yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang over behavior. Pengetahuan m i i i i i i i i i i i i i
erupakan hasil dari penginderaan seseorang terhadap objek tertentu melalui indra yang dimilikin i i i i i i i i i i i
ya. Pengetahuan tersebut semakin maksimal bila dipengaruhi oleh intensitas perhatian serta perse
i i i i i i i i i i i i i
Menurut Notoadmodjo pada tahun 2011, pengetahuan memiliki tingkatan yang dibagi menj
i i i i i i i i i
a. Tahu (Know) merupakan suatu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelaj i i i i i i i
ari sebelumnya dan mengingatnya secara spesifik dari rangsangan yang diterimanya.
i i i i i i
mengulang informasi sesuai dengan pemahaman individu tersebut terhadap suatu objek dan
i i i i i i i i i i
f. Evaluasi (Evaluation) adalah suatu kemampuan untuk membuat pemikiran sesuai dengan kri
i i i i i i i i
Notoadmojo pada tahun 2011 juga menyatakan terdapat beberapa hal yang sangat berperan u
i i i i i i i i i i
a. Usia merupakan semakin bertambahnya usia, maka tingkat pengetahuan akan berkembang i i i i i i i
b. Pendidikan adalah seseorang yang berpendidikan tinggi, pengetahuan yang dimilikinya aka
i i i i i i i i
imana seseorang dapat bertindak cepat, tepat, dan mudah dalam mengambil keputusan. i i i i i i i i
d. Pekerjaan adalah seseorang yang bekerja, pengetahuannya akan lebih luas daripada seseora
i i i i i i i i i i i i i
e. Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Seseorang deng
i i i i i i i i i i i i i
ningkatan pengetahuan. Berikut beberapa faktor yang signifikan beserta referensi jurnal yang rel
i i i i i i i i i i i i i
evan:
a. Pendidikan Formal: Tingkat pendidikan formal memiliki dampak positif pada pengetahua
i i i i i i i i
n. Studi oleh Alqurashi dan Alenezi (2019) di Arab Saudi menemukan hubungan positif a i i i i i i i
Penelitian oleh Kabali et al. (2019) di India menyimpulkan bahwa akses teknologi infor
i i i i i i i i i i i
masi berkontribusi pada pengetahuan tentang kesehatan anak (Kabali et. al., 2019). i i i i i i i i
pengetahuan. Menurut penelitian oleh Latt et al. (2020) di Myanmar, partisipasi dalam pe
i i i i i i i i i
an. Studi oleh Assery et al. (2019) di Arab Saudi m enemukan bahwa partisipasi dalam pr i i i i i i i
pengetahuan. Penelitian oleh Kassaye et al. (2021) di Ethiopia menunjukkan bahwa progr
i i i i i i i i i i i i
18
am edukasi melalui pesan teks meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi (K
i i i i i i i i i
Berdasarkan penelitian Nurul Cahyani Rahmadhany pada tahun 2020, Edukasi merupakan p
i i i i i
roses interaksi yang mendorong terjadinya pembelajaran melalui penguatan praktik dan pengala
i i i i i i i i i i i i
man. Praktik yang dimaksud disini adalah perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut. Perubahan i i i i i
perilaku kesehatan gigi menggunakan media edukasi berupa video memiliki pengaruh yang sang
i i i i i i i i i i i
kasi kesehatan gigi sebaiknya ditujukan pada golongan rawan terhadap gangguan kesehatan gigi
i i i i i i i i
dan mulut seperti pada anak-anak. Salah satu bentuk usaha untuk meminimalisasi angka kesakita i i i i i
n gigi melalui kegiatan edukasi Kesehatan gigi. Edukasi kesehatan gigi merupakan tindakan pro
i i i i i i i i i i
motif yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehata
i i i i i i i i
Sebuah penelitian dari Bcheraoui et. al. pada tahun 2017 juga menjelasan mengenai pengeta
i i i i i i i i i i i i
huan, sikap dan praktik perawatan pada dokter gigi. Studi ini dilakukan di Libya untuk mengeval i i i i i
uasi pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan gigi pada dokter gigi di sana. Hasilnya menunjuk
i i i i i i
kan bahwa pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan gigi dan praktik pencegahan berkaitan i i i i i i i i i
erat dengan praktik perawatan gigi yang lebih baik. Penulis mengamati bahwa edukasi dapat me
i i i i i i i i
miliki efek positif dalam meningkatkan keberhasilan perawatan gigi dan mulut.
i i i i i i i
Penelitian lain juga dilakukan oleh Tagelsir et. al. pada tahun 2016. Studi ini dilakukan di S
i i i i i i
udan dan bertujuan untuk menilai pengaruh edukasi kesehatan gigi terhadap teknik menyikat gigi i i i i i i i i i
orang tua untuk anak-anak berusia 6-12 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah mendapatk
i i i i i i
an edukasi yang benar mengenai teknik menyikat gigi yang tepat, para orang tua cenderung men
i i i i i i i i i i i
gadopsi teknik yang lebih baik saat membersihkan gigi anak-anak mereka. Studi ini menyoroti p
i i i i i i i i i i i
entingnya edukasi dalam meningkatkan pemahaman orang tua tentang praktik kebersihan mulut i i i i i i i
yang benar, yang pada gilirannya berkontribusi pada keberhasilan perawatan gigi dan mulut pada
i i i i i i
generasi muda.
i i
Menyikat gigi i
Dalam menyingkirkan plak gigi dapat dilakukan secara mekanis dan kemis. Secara mekanis i i i i i i
dapat dilakukan dengan menyikat gigi yang bertujuan untuk menyingkirkan plak dan mencegah t i i i i i i i
19
erjadinya pembentukan plak, membersihkan sisa makanan, debris atau stain, merangsang jaringa i i i i i i
n gingiva dan pemberian fluor (TAF). Menurut American Dental Association (ADA), seseorang i i i i i i i i i i i
wajib untuk menyikat giginya secara teratur yaitu dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan mala i i i i i i
m sebelum tidur. Durasi menyikat gigi setiap orang juga berbeda-beda, dimana hal ini tergantung
i i i i i i i i i
dari faktor kecenderungan terhadap plak, debris, keterampilan menyikat giginya dan kemampuan
i i i i i i i i i i
saliva seseorang dalam membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Umumnya, durasi yang bai
i i i i i i
k bagi seseorang dalam menyikat gigi adalah selama 2-3 menit (American Dental Association, 2
i i i i i i i i i i
022).
Pemilihan Sikat Gigi
i
Sikat gigi yang baik digunakan untuk anak adalah sikat gigi d engan bulu yang lembut dan de i i i
ngan ujung sikat gigi berbentuk bulat. Kepala sikat gigi harus berukuran lebih kecil agar lebih m i i i i i i i
udah beradaptasi dengan ukuran mulut anak. Pegangan sikat gigi harus lebih pendek dan memili
i i i i i i i
ki diameter besar (American Dental Association, 2022). Sikat gigi konvensional menunjukkan pe
i i i i i i i i i i i i
ngurangan plak yang lebih baik karena dapat bergerak ke banyak arah atau multidirectional. Sika i i i i i i i
t gigi konvensional juga terbukti aman untuk anak kecil dalam usaha menjaga kebersihan rongga
i i i i i i i i i
Sejak erupsi gigi desidui pertama, anak sudah harus dibiasakan menyikat gigi. Waktu yang id
i i i i i i
eal anak untuk menyikat gigi adalah 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum t i i i i i i
idur dengan lama penyikatan minimal selama 2 menit. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pu
i i i i i i
skesmas Cempaka Banjarmasin, frekuensi menyikat gigi anak usia 2-5 tahun s ekalipun benar, tet
i i i i i i i i
api apabila waktu melakukan tidak tepat dapat menyebabkan meningkatnya risiko karies. Menyi i i i i i i i i
kat gigi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride yang be
i i i i i i i
rfungsi untuk mencegah karies gigi anak dan dilakukan pemeriksaan 6 bulan sekali (American D i i i i i i i i
ental Association, 2022). Menurut penelitian Santi pada tahun 2019, anak dapat menggosok gigi
i i i i i i i i
tanpa pengawasan orang tua mulai umur 9 tahun,tetapi sampai umur 14 tahun baiknya ornag tua
i i i i
selalu memeriksa apakah anak dapat menggosok gigi dengan baik dan benar. Dalam penelitian in
i i i i i i i i i i
i juga diteemukan beberapa anak masih kurang tepat dalam melakukan sikat gigi seperti pemakai
i i i i i i i i i
an pasta gigi yang berlebihan dan teknik menyikat gigi. Penyebab timbulnya karies gigi adalah i i i i i i i
kurang tepatnya waktu menyikat gigi, teknik menyikat gigi dan frekuensi menyikat gigi (Santi, e
i i i i i i i i
t. al., 2019).
20
Dua metode menyikat gigi yang direkomendasikan untuk anak-anak adalah teknik Horizonta
i i i i i i i i i i
l dan metode Fones. Dalam teknik horizontal, kepala sikat ditempatkan tegak lurus terhadap per
i i i i i i i i i i i i i
mukaan gigi dan dalam penyingkiran plak dilakukan dengan gerakan maju mundur. Beberapa pe i i i i i i
nulis menyarankan teknik horizontal untuk anak-anak dimana pada t eknik ini memiliki penyingk
i i i i i i i
iran plak yang lebih baik daripada metode Fones. Dalam metode Fones, anak akan disuruh untuk i i i i i i i i i i i
mengatupkan giginya, kemudian bulu sikat diposisikan tegak lurus dengan permukaan gigi. Untu
i i i i i i
k menyingkirkan plak dilakukan dengan gerakan membulat, lebar dan memanjang dari marginal
i i i i i i
gingiva dari maksila ke marginal gingiva mandibula dengan tekanan yang ringan. Metode ini san i i i i i i
gat direkomendasikan untuk anak berusia masih kecil karena sangat mudah untuk dipelajari. Bel
i i i i i i i i
gigi yang terbaik untuk anak-anak. Karena kedua teknik ini masing-masing memiliki kekurangan
i i i i i i
yaitu memiliki efek samping bagi gingiva dan struktur gigi dimana t eknik ini dapat menyebabka
i i i i i i
n terjadinya resesi gingiva dan abrasi gigi. M enurut Mascher dkk. baik untuk mendidik anak-ana
i i i i i i
k berusia 8 tahun dalam menggunakan teknik sulkular (metode Bass) karena anak-anak dapat me
i i i i i i i i
mperoleh keterampilan motorik dan kemampuan tangan yang dibutuhkan (American Dental Ass
i i i i i i i i i i i
ociation, 2022). i
Gambar 2.1 Rekomendasi Metode Menyikat Gigi Berdasarkan Status Oral dan Usia Pasie i i i i i i i i i i
n
Sumber: Bok et. al., 2020 i i i
21
Penggunaan Fluor
i i
Sangat penting bagi anak-anak untuk diberikan fluor secara optimal. Fluor sangat berguna da
i i i i i i i
lam mencegah dan mengontrol karies dan merupakan hal paling aman dan efektif bagi anak. Pe
i i i i i i i i i i
mberian fluor dapat diberikan melalui fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur yang men
i i i i i i i
gandung fluor, tablet fluor serta topikal aplikasi fluor (TAF). Pasta gigi berflouride memiliki da
i i i i i i i i i i
mpak peningkatan mineralisasi yang terbatas pada permukaan gigi. Secara mekanisme pasta gigi
i i i i i i i
yang mengandung fluoride memberikan proses perbaikan remineralisasi permukaan gigi secara a
i i i i i i i i i i i i
lami (O’Hagan-Wong et.al., 2022). Penggunaan pasta gigi berfluor yang tepat digunakan sebany
i i i i i i i i
ak 2 kali sehari. AAPD merekomendasikan bahwa pasta gigi yang digunakan oleh anak-anak seb
i i i i i i i i i
esar biji kacang polong atau pea size. Bagi masyarakat umum, fluoridasi air minum merupakan ci i i i i i
ara yang paling efektif untuk menurunkan masalah karies. Penggunaan obat kumur disarankan u
i i i i i i
ntuk anak yang berisiko tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Jika penggunaan pasta gigi ya
i i i i i i i
ng mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak mencukupi untuk mencegah atau mengh
i i i i i i i i i
ambat karies, anak-anak dapat diberikan topikal aplikasi fluor (TAF). Setiap empat atau enam bu
i i i i i i i
lan sekali anak-anak yang mempunyai karies gigi yang tinggi sangat disarankan untuk melakuka
i i i i
Gambar 2.1 Perbandingan Efek Pasta Gigi dengan kandungan Hidroksiapatite dan Flour
i i i i i i i
Pemilihan Makanan
i
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nutrisi yang cukup penting tidak hanya untuk kese
i i i i i i i i
hatan fisik secara keseluruhan, tetapi juga untuk pengembangan dan pemeliharaan kesehatan mul
i i i i i i i i i i
22
ut, terutama gigi dan gusi. Hubungan antara pola makan dan kesehatan mulut sangat berkaitan ka
i i i i i
rena nutrisi yang baik berperan dalam mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi, sedangkan ke
i i i i i i i i i
sehatan gigi dan gusi kita membantu menentukan jenis makanan yang boleh kita makan. Faktany
i i i i i i i
a, ketika satu atau lebih nutrisi dalam makanan hilang, gejala pertama defisiensi sering kali munc
i i i i i i i
ul di mulut (biasanya dengan vitamin C, vitamin B kompleks, dan defisiensi protein). Praktik kes
i i i i i i i i i
ehatan mulut yang baik dimulai sejak dini dan harus dipertahankan sepanjang hidup (Clifford et. i i i i i
al., 2017). Makanan berserat dan kesehatan mulut yang baik merupakan faktor penting dalam pe
i i i i i i i i
ncegahan penyakit gigi dan mulut. Makanan berserat adalah makanan yang mempunyai daya pe
i i i i i i
mbersih gigi yang baik seperti nanas, pir, apel, stroberi, pepaya, semangka dan bengkoang. (Hud
i i i i i i i i i i
a, et al., 2017)
i
Gambar 2.3 Makanan yang dapat menurunkan dan meningkatkan resiko karies dental i i i i i i
Penelitian ini mengambil materi edukasi dari beberapa jurnal dalam maupun luar negeri. B
i i i i i i i i i i
erikut merupakan tabel justifikasi materi edukasi yang akan diberikan kepada pasien.
i i i i i i i
NO i JOURNAL
i
KETERANGAN
i i
i i i i i
ubang.
Proses gigi berlubang
i i i
emaja.
karies gigi. i
Social Services
i i i The American Dental Association (ADA) merekom
i i i i i i i i i han Sikat Gigi
endasikan untuk :
24
minuman manis.
i i i i
(2020). Pengaruh Ko
i i
i i
I), 1(2).
meneliti bahwa data menunjukkan indeks
i i i i
nifikan
i i
th-brushing techniqu i i
e according to patien i i i
s. International Jouri i i
pijat gingiva
nal of Clinical Preve
i i i
ntive Dentistry, 16
i i
● Beberapa metode Teknik menyikat gigi di
i i i i i i i
2)
5 Santi, A. U. P., & Kh Frekuensi dan Pantuan orang tua dalam anak meny i i i i Frekuensi dan wa
i i
i i i i
bekasi. SEMNASFIP.
i i apat menggosok gigi dengan baik dan bena i i i i i
ik menyikat gigi i
bulnya karies i
i i i i i
onal
ent toothbrushes: a c i i i i
7 O’Hagan-Wong, K.,
i i i Pasta Gigi (Gambar 3) Flouride Pasta Gi
i i
i i i i i
permukaan gigi
i
patite toothpaste to p i i i i i
Odontology, 110(2),
i i i dung fluoride memberikan proses perbaika i i i i i i i
mi
ggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan pengobatan dan pemu
i i i i i i i i i
lihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaks
i i i i i i i i
anakan melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medik (Permenkes,
i i i i i i i
2014). Tujuan Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah m emberikan keterampilan untuk meningkatk i i i i i
an mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pendidikan dan penelitian dari tingkat dasar sampai
i i i i i i
tingkat profesional sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan kedokteran dan kedo
i i i i i i i i i i i i i
2) Pelayanan penunjang;
i i
3) Pelayanan rujukan;
i
5) Pendidikan;
i
6) Penelitian dan pengembangan. RSGM dalam menyelenggarakan pelayanan gigi dan mulut me
i i i i i i i i i
ngutamakan perawatan dan rehabilitasi pasien yang dilakukan secara terpadu, meningkatkan da
i i i i i i
Perbedaan antara RSGM (Rumah Sakit Gigi dan Mulut) dan rumah sakit biasa t erletak pada
i i i i
spesialisasi layanan medis yang disediakan. RSGM mengkhususkan diri dalam perawatan keseha
i i i i i i i
tan gigi dan mulut, dengan staf medis yang terlatih khusus dalam bidang ini, serta fasilitas dan pe i i i i i
ralatan yang mendukung prosedur gigi. Di sisi lain, rumah sakit biasa m enyediakan layanan medi
i i i i i i
s yang lebih luas dan beragam, mencakup berbagai spesialisasi medis tanpa fokus pada perawata
i i i i i i i i
Berdasarkan fungsinya, RSGM harus memberikan pelayanan terbaik dalam bagian gigi dan
i i i i i
mulut, sehingga RSGM dituntut untuk memiliki alur pelayanan pasien yang baik juga. Operasio
i i i i i i i
28
/2004 tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM). Berdasarkan fungsinya RSGM dibagi menj
i i i
adi dua bagian, yaitu RSGM pendidikan dan RSGM non pendidikan. RSGM Pendidikan wajib m i i i i i
enyediakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yaitu pelayanan medik gigi dasar, spesialistik da
i i i i i i i
n atau subspesialistik. Sedangkan RSGM Non Pendidikan wajib memberikan pelayanan medik gi
i i i i i i i i
omor 1173 Tahun 2004, disebutkan standar pelayanan profesi kedokteran gigi di Poliklinik Gigi
i i i i i i i i i
7) Pelayanan profesi kedokteran gigi di bidang Penyakit Mulut (oral medicine) (Permenkes,
i i i i i i i i i i i i i
2004)
2.5.1 Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan i
Kedokteran, setiap penyelenggara pendidikan memiliki rumah sakit pendidikan. Rumah sakit pen
i i i i i i i i i i i
didikan merupakan standar mutlak pendidikan profesi yang dimiliki dengan kualitas pelayanan, i
i i i i i i
nfrastruktur dan manajemen yang baik. RSGM pendidikan menyelenggarakan pendidikan, pelay i i i i i i i i
anan dan penelitian kesehatan gigi dan mulut dengan mengutamakan tindakan kuratif dan rehabil
i i i i i i i
itatif tanpa meninggalkan promotif dan preventif yang dilaksanakan secara terpadu dan melaksa
i i i i i i i i
Berdasarkan fungsinya Rumah Sakit Gigi dan Mulut dibedakan menjadi RSGM Pendidikan dan
i i i i
Non Pendidikan. RSGM Pendidikan harus menyediakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yan
i i i i i i i i
g meliputi pelayanan medik gigi dasar, spesialistik dan atau subspesialistik. RSGM Pendidikan h
i i i i i i
e. Memiliki kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Gigi dan Kolegium Kedokteran Gigi.
i i i i i i i i i i i
RSGM pendidikan adalah RSGM yang menyediakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, ju
i i i i i i
ga digunakan sebagai sarana pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi dokter gigi dan tenag i i i i i i i i i
a kesehatan lainnya, serta dihubungkan melalui kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Gigi. RS
i i i i i i i i i
GM pendidikan harus memenuhi kriteria yaitu kebutuhan proses pelatihan, sarana dan prasarana
i i i i i i i i
fisik, aspek yang berkaitan dengan pelatihan, manajemen umum dan mutu pelayanan rumah sakit,
i i i i i i i
aspek keuangan dan sumber pendanaan, serta menjalin kerjasama dengan Fakultas Kedokteran
i i i i i i i i i i i
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) tergolong ke dalam pelayanan kesehatan i i i i i i i i
(Health Care), tetapi di dalamnya terdapat unsur bangunan pendidikan atau sekolah. Dua fungsi
i i i i i i i
utama RSGMP sebagai pusat pelayanan dan pusat pendidikan mengharuskan Rumah Sakit tipe i i i i i i
ni mengintegrasikan dua tipologi bangunan kesehatan dan pendidikan agar menjadi satu banguna
i i i i i i i i
n yang sinergi sesuai dengan dua fungsi utama tersebut (Rendra, 2010). Berikut merupakan alur
i i i i i i i i
pelayanan pasien di rumah sakit penelitian berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pen
i i i i i i i i i i i i
2) Staf keamanan membantu pasien memilih sesuai kategori pelayanan yang sesuai (pasien
i i i i i i i i i i
baru, pasien lama dengan perjanjian atau pasien lama kasus baru) lalu diarahkan k e ruang i i i i i
tunggu resepsionis i i i
3) Untuk pasien baru, staf keamanan memberikan lembar data pasien baru untuk diisi dan di i i i i i i
serahkan ke resepsionis
i i i i i
4) Staf resepsionis memanggil nomor antrian pasien sesuai urutan dan pelayanan, lalu mengi
i i i i i i i i i i
5) Pasien baru dan pasien lama kasus baru diarahkan k e unit Oral Diagnostic untuk dilakuka
i i i i i
n asesmen keperawatan oleh perawat gigi dan diagnostik awal oleh dokter gigi
i i i i i i i i i i i i
6) Pasien lama dengan perjanjian diarahkan langsung ke klinik sesuai jadwal perjanjian
i i i i i i
7) Staf resepsionis di klinik pendidikan (integrasi dan spesialis) mendata pasien yang datang
i i i i i i i i
8) Perawat mengarahkan pasien kepada DPJP yang akan menangani sesuai kebutuhan pasie
i i i i i i i i
n, kemudian DPJP mengarahkan pasien untuk ditangani mahasiswa profesi atau spesialis
i i i i i i
2) Staf keamanan membantu pasien memilih sesuai kategori pelayanan yang sesuai (klinik i i i i i i i i i i
eksekutif pasien baru, pasien lama dengan perjanjian atau pasien lama kasus baru) lalu d
i i i i i i
3) Untuk pasien baru, staf keamanan memberikan lembar data pasien baru untuk diisi dan i i i i i i
diserahkan ke resepsionis. i i i i i
4) Staf resepsionis memanggil nomor antrian pasien sesuai urutan dan pelayanan, lalu men
i i i i i i i i i i
5) Pasien baru dan pasien lama kasus baru diarahkan k e DPJP sesuai keluhan utama pasien
i i i i i i
6) Pasien lama dengan perjanjian diarahkan langsung ke DPJP sesuai jadwal perjanjian pas
i i i i i i
ien. i
7) Staf resepsionis mengarahkan pasien di ruang tunggu klinik eksekutif untuk dilakukan a
i i i i i i i
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang terkait dengan penelitian yang sedang dila
i i i i i i i i i i i
kukan. Berikut adalah penelitian yang relevan yang terkait dengan penelitian penulis
i i i i i i i i i i
1. Betrix E Marim
i i Hubungan tingkat penget i i Hasil uji Chi Square mendapatkan hubungan bermak i i i
bun dkk, 2016 ahuan tentang kesehatan i i i na antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mi i i i i
gigi dan mulut dengan st i ulut dengan status karies (p = 0,022). Terdapat hubu
i i i
atus karies gigi pada pen i i ngan bermakna antara pengetahuan tentang kesehata
i i i i i i
yandang tunanetra i n gigi dan mulut dengan status karies pada penyanda i i i
31
ng tunanetra. i
ta dkk, 2022 ubungan dengan Kesehat i i i yah Kerja Puskesmas Seulimum yang dilakukan pad i i i
an Gigi dan Mulut pada a tanggal 6 sampai dengan 7 Juni 2022 maka dapat d i
3. Isnia Maulida Hubungan Pengetahuan i i Diperoleh nilai P Asym. Sig (2-sid ed) = 0,000 yang
i i i i
ut Pasien Terhadap Kepa i i i ak. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubun i i i i
tuhan Menjalani Perawat i i gan antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan i i i i i
4. Novira Emanu
i i i Perbedaan Sebelum Dan
i i i i Hasil analisis dengan menggunakan uji t sampel ber i i i i
ela Bontong dk
i i Sesudah Penyuluhan Kes
i i i i pasangan di peroleh nilai t hitung pengetahuan sebel i i i i i i i
k., 2017 ehatan Terhadap Perilaku i i um sesudah penyuluhan 3,698 p value 0,001 , t hitun
i i i
enstruasi Pada Pelajar Pu i alue 0,000 dan hasil t hitung tindakan sebelum sesud
i i i i
tri Di Smp Negeri 14 Kot i i i ah penyuluhan yaitu 3,857 p value 0,000. Hal ini me
i i i
atan.
na Astuti, 2018 ahuan Dan Perilaku Pem i i i an antara pengetahuan dengan status kesehatan perio i i i i i i i
Dan Mulut Dengan Statu i rilaku dengan status kesehatan periodontal (gingiviti i i i i i i
s Kesehatan Periodontal
i i i i i s) (p 0,001). Hasil analisis r egresi berganda menunju i i i i
Pada Lanjut Usia kkan ada hubungan yang sangat b ermakna antara pe i i
6. Rara Warih Ga Hubungan Tingkat Hasil dari penelitian diperoleh sebanyak 82,9 % (n= i i i i i i
Perilaku Pemeliharaan
i i i
t pengetahuan kesehatan gigi tinggi dan sebanyak 1
i i i i i
atan gigi
7. Gusti Ayu Wid Gambaran Tingkat Penge i i Hasil persentase tingkat pengetahuan ibu hamil seba
i i i i i i
yaningsih, 202 tahuan Tentang Pemeliha i i i nyak 35 orang ( 72,92 %) yang memiliki tingkat pen i i i
Mulut Pada Ibu Hamil Di miliki kriteria kurang (0%). Rata-rata tingkat penget i i i
8. Nur Azizah dk Hubungan Karies Gigi den i i Kategori indeks def-t pada anak usia dini di PAUD
i i i i
k., 2021 gan Kualitas Hidup pada Baiturrohim dengan kriteria sangat tinggi sebesar 5
i i i i i
Anak Usia Dini di PAUD 6,7%, kriteria tinggi sebesar 16,4%, kriteria sedang i i i i i
<0,05).
9. Melinda Fitri
i Hubungan Tingkat Penge i i Tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada i i i i
Utami, 2023 tahuan Tentang Kesehata i i i orang dewasa paling banyak memiliki kriteria baik y i i i
n Gigi Dan Mulut Denga i aitu 66%. Perilaku menjaga kebersihan gigi dan mul i i i i
Orang Dewasa
i i gi dan mulut pada orang dewasa. Kesimpulan peneli i i i i i
Gigi Pada Pasiendi Poli i i adalah baik yaitu 21orang(60%). Ada hubungan y i
BAB 3
GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN i i i
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM) FKG UI yang b eralamat di Jalan Salemb i i
a Raya No . 4 Jakarta Pusat secara resmi mulai beroperasi pada bulan juni tahun 2002 bersamaan
i i i i i i i
dengan dikeluarkannya surat ijin penyelenggaraan sementara 2002-2005.Pada tahun 2005 Keput
i i i i i i i i
usan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1625/Menkes /SK/XII/2005 dikeluarkan Izi
i i i i i i i i i i i i
n Tetap Penyelenggaraan Rumah Sakit Gigi dan Mulut s ebagai tempat Pendidikan di Fakultas K
i i i i i i i i
edokteran Gigi Universitas Indonesia. Sejak dikeluarkannya ijin tersebut berbagai program perba
i i i i i i i i i i i i
34
ikan telah dan sedang dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Kem
i i i i i i i i i i i
enterian Kesehatan RI. Program-program yang dilaksanakan sesuai kedudukan dan fungsi RSKG
i i i i i i i
M sebagai wahana pendidikan klinis peserta didik FKG UI. Disamping mengusahakan kelengkap
i i i i i i i
an sarana dan prasarana serta penyelenggaraan kegiatan yang menuju pemenuhan persyaratan ses i i i i i i i i i i
uai fungsinya sebagai rumah sakit, RSKGM menunjang program-program pendidikan kedoktera
i i i i i i i i
n gigi sesuai kedudukannya di FKG U (Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020).
i i i i i i i i
i dan mulut Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional pelayanan kesehatan gigi dan mulut ter
i i i i i i
1. Melaksanakan pelayanan dan asuhan gigi mulut dari tingkat primer, sekunder, dan tersier
i i i i i i i
dengan berfokus pada kebutuhan dan keselamatan pasien berbasis ilmu pengetahuan dan
i i i i i i i i i i
araf internasional. i i
35
3.3 Struktur Organisasi i
Rumah Sakit Khusus Gigi Mulut memiliki 6 unit atau ruangan sebagai tempat pelayanan i i i i
perawatan gigi dan rongga mulut untuk masyarakat. Unit tersebut memiliki fungsi dan kegunaan
i i i i i i
yang beragam untuk menunjang dari perawatan gigi dan rongga mulut. Keterangan unit atau ruan
i i i i i i
Unit Jasmine merupakan salah satu klinik terintegrasi RSKGM FKG UI yang me i i i i i
mberikan pelayanan perawatan gigi dan rongga mulut pada pasien dengan penyak
i i i i i i i
it yang dapat menular melalui udara (airbone). Dengan demikian,pasien lain terhi i i i i i i i i
ndar dari resiko penularan, sementara pasien dengan penyakit menular dapat tertol
i i i i i i i i i i i i
erawatan gigi dan mulut untuk pasien geriatric secara terintegrasi. Dalam melakuk
i i i i i i i
Unit lotus merupakan salah satu klinik terintegrasi RSKGM FKG UI yang membe
i i i i i i
rikan pelayanan perawatan gigi dan rongga mulut termasuk perawatan infeksi opo
i i i i i i i i
rtunistik. Unit lotus juga memberikan koseling dan rujukan yang diperlukan sesua i i i i i i i
i kasus pasien. i
Unit bedah merupakan sebuah unit yang melayani tindakan operasi dengan anaste
i i i i i i i i
si umum.
Unit radiologi merupakan sebuah unit yang melayani berbagai pemeriksaan radio
i i i i i i i i i
grafis intraoral dan ekstraoral. Terdapat juga fasilitas CBCT untuk m enunjang pe
i i i i i i
Unit rawat inap merupakan sebuah unit rawat inap yang m emiliki 3 ruangan (kela i i i i
RSKGM FKG UI juga memiliki 2 klinik untuk melakukan perawatan gigi dan rongga mu i i i i
Klinik eksekutif merupakan klinik yang menyediakan layanan publik dan spesiali
i i i i i i
s yang komperhensif dan professional. Klinik eksekutif ini akan ditangani oleh do
i i i i i i i i i i i
kter gigi, dokter gigi spesialis dan sub dokter gigi spesialis di bidang kedokteran g
i i i i i i i i i i
igi.
Klinik pendidikan merupakan klinik pendidikan yang dilakukan oleh peserta pend
i i i i i i i i
idikan profesi kedokteran gigi dibawah pengawasan dokter gigi spesialis dan kons
i i i i i i i i i i
ultan.
Pada RSKGM FKG UI ini juga memiliki instalasi gawat darurat (IGD) 24 jam dan lab ora i i
torium klinis yang melayani pasien RSKGM FKG UI untuk menunjang perawatan gigi dan rong
i i i i i i
ga mulut.
Fasilitas RSKGM FKG UI terdiri dari Unit Jasmine, Unit Edeleweis, Unit Lotus, Unit i i i i i i i
Bedah, Unit Radiologi dan Klinik Eksklusif. Berikut merupakan gambar dari unit-unit tersebut.
i i i i i i i i
usif
BAB 4
Kerangka teori merupakan gambaran dari kerangka pemikiran penelitian. Pada penelitian
i i i i i i i i i i
ini, kerangka teori diambil dari penelitian Astuti pada tahun 2018 yang berjudul Hubungan Antar
i i i i i i
a Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan P
i i i i i i i i i i i
eriodontal. Pada penelitian tersebut dijelaskan beberapa faktor predisposisi dari perilaku menjaga
i i i i i i i i i i i i i i
kesehatan gigi dan mulut pasien adalah usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan. Sel
i i i i i i i i i
ain itu beberapa teori penelitian juga diambil dari penelitian Gayatri pada tahun 2017 yang b erju
i i i i i i i i i
dul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak SDN i i i i i i i i
Kauman 2 Malang. Menurut Green dalam Ni Nyoman (2019), perilaku dipengaruhi oleh tiga fakt i i i i i i i i i
or yaitu faktor predisposisi, seperti pendidikan, pengetahuan, persepsi dan sikap, faktor penduku
i i i i i i i i i i i i
ng, seperti waktu dan sarana, dan faktor penguat seperti peraturan dan tokoh panutan.
i i i i i i i i i
Faktor Pendukung:
Waktu Faktor predisposisi:
Sarana Usia
Tingkat pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
41
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya peneliti membuat kerangka
i i i i i i i i
konsep berdasarkan tingkat pengetahuan pasien dan edukasi dokter setelah perawatan, maka den
i i i i i i i i i i i i i
gan adanya keterbatasan peneliti, tidak semua teori yang ada diteliti. Tingkat pengetahuan pasien
i i i i i i i i i i i
41
merupakan variabel yang terikat dan jenis edukasi dokter gigi merupakan variabel bebas . Keran
i i i i i i i i i i i
Sebelum dilaku
kan perawatan
Tingkat Pengeta
Edukasi dokter gigi
huan Pasien
Setelah dilakuka
n perawatan
Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2014) adalah suatu atribut ata
i i i i i i i i i i
u sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan ole
i i i i i i i i i i
h peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian variabel-varia
i i i i i i i i
1. Edukasi
i Suatu upaya yang dire Kuisioner i i i 1. Tepat
i Nominal
i
kesehatan gigi
i i ncanakan untuk mem i 2. Tidak te i
memahami dan
i
mengimplementasika
i i i
n tentang cara i
menjaga kesehatan
i i i
22).
42
No
i Variabel i Definisi Operasional
i i i i Alat Ukur Hasil Ukur Skala Uk
ur
Variabel Dependen i i i i
Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Hipotesis berfungsi untuk
i i i i i i i i i i
menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktik
i i i i i i i i
Ho
i : Tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan pasien sebelum dan sesud
i i i i i i i i i
Ha : Terdapat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan pasien sebelum dan sesudah dib
i i i i i i i i i
BAB 5
METODE PENELITIAN
i i i i i
ndekatan one group pretest posttest untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat pengeta
i i i i i i i i i i i i i i i
huan pasien sebelum dan sesudah edukasi dari dokter mengenai perawatan kesehatan gigi.
i i i i i i i i i i i i
Lokasi penelitian ini adalah di Poli Gigi RSKGM FKG UI. Waktu penelitian akan dilaku
i i i i i i
5.3.1 Populasi i
Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita t eliti. Populasi dalam pene
i i i i i i i i i i
litian ini adalah seluruh pasien yang melakukan perawatan gigi di departemen pedodonsia, konse i i i i i i i i i i i i
5.3.2 Sampel i
Sampel adalah sebagian dari Populasi, syarat sampel yang baik adalah yang dapat mewak
i i i i i
ili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Sampel penelitian adalah bagian yang m ewakili pop
i i i i i i i i
ulasi untuk diteliti, Sugiyono (2014) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakt eristik yang di i i i i i
Jumlah populasi pasien Departemen Periodontik, Konservatif, Bedah Mulut dan Pedondo i i i i i i i i i i i i i i
tik di RSKGM FKG UI pada bulan Agustus 2023 adalah s ebesar 1991 pasien. Penelitian ini men i i i i i i
ggunakan teknik Slovin menurut Sugiyono (2015:87). Adapun penelitian ini menggunakan rumu
i i i i i i i i
s Slovin karena dalam penarikan sampel, jumlahnya harus representative agar hasil penelitian da
i i i i i i i i i i
pat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak memerlukan tabel jumlah sampel, namun da
i i i i i i i
Rumus Slovin: i
N
n= 2
1+ N e
1991
n= = 95,21= 95 responden
1+1991 ¿ ¿
i i i
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir;
i i i i i i i i i i i i i
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar (Sugiyono, 2015)
i i i i i
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil (Sugiyono, 2015)
i i i i i
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan sekali p i i i i i i i i
erawatan di Poli Gigi RSKGM FKG UI. Untuk menghindari terjadinya drop out apabila data sa i i i i i
mpel tidak lengkap atau responden berhenti ditengah penelitian, maka jumlah sampel ditambah 1
i i i i i i i i i i i
0%. Koreksi atau penambahan jumlah sampel berdasarkan prediksi drop out (Kelana, 2011). Ma
i i i i i i i i i
ka sampel penelitian 95+10%= 95+9.5= 104.5= 105 Responden. Berdasarkan rumus di atas mak
i i i i i i i
45
a jumlah sampel penelitian sebanyak 105 orang yang dijadikan sebagai sampel setelah mereka m i i i i i i i i i i i i
enandatangani informed consent sebagai persetujuan menjadi responden dalam penelitian ini. i i i i i i i i i i i i i
a. Kriteria Inklusi i
dan Pedodonsia. i i i
2) Pasien yang mendapatkan perawatan dan selesai dalam satu kali kunjungan.
i i i i i
b. Kriteria Ekslusi i i
Informan adalah seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu
i i i i i i i i i
objek. Informan yaitu yang berkaitan dengan sekelompok orang, kejadian atau semua yang mem
i i i i i i i i i i i i
punyai karakteristik tertentu (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan informan yang akan digunak i i i i i i i i
an dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik nonprobability sampling dengan jeni
i i i i i i i i i
s Purposive Sampling.Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan memilih pasi
i i i i i i i i i
en teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang dipilih ada pasien yang
i i i i i i i i i i
Jenis data yang digunakan dalam p enelitian ini adalah terdiri dari data prime dan sekunde
i i i i i i i
r. Data primer yaitu berupa data yang dikumpulkan langsung dari responden melalui edukasi per
i i i i i i i i
awatan gigi kemudian diikuti pengisian kuisioner Data observasi didapatkan dari pengamatan pe i i i i i i i i
neliti di tempat perawatan. Data wawancara didapatkan dari dokter dan koas yang melakukan per
i i i i i i i i
awatan pada pasien. Penelitian ini juga mengumpulkan data sekunder dari telaah dokumen rekam i i i i i i i i i i
medis. Data sekunder yang didapatkan adalah, peraturan dan SOP rumah sakit.
i i i i i
46
enelitian yaitu data dari hasil wawancara d engan membagikan kuesioner yang telah dibuat oleh p
i i i i i i i i i i
eneliti. Sebelum kuesioner disebarkan ke responden terlebih dahulu peneliti memberikan penjela
i i i i i i i i i i i i i i i i i i i
san tentang cara pengisian kuesioner serta meminta responden untuk menandatangani persetujua
i i i i i i i i i i i i i
n menjadi responden (Informed Consent). Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dil
i i i i i i i i i i i
akukan dengan penjelasan langsung kepada responden dengan pembagian kuesioner. Jawaban ya
i i i i i i i i i i i i
ng telah diisi seluruhnya langsung dikumpul, sedangkan jika ada jawaban yang b elum lengkap, r
i i i i i i
esponden diminta untuk mengisi jawaban yang belum lengkap tersebut. Penelitian ini juga melak
i i i i i i i i i i
ukan observasi secara langsung saat pasien dilakukan perawatan. Kemudian telaah dokumen reka
i i i i i i i i i i
m medis pasien juga dilakukan untuk mendapatkan data perawatan pasien. Peneliti juga mengaju
i i i i i i i i
kan permohonan pada rumah sakit penelitian untuk melihat peraturan rumah sakit dan S OP ruma
i i i i i i i i
h sakit penelitian. i i
Tahap persiapan merupakan tahap mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam i i i i i i
penelitian, yaitu mempersiapkan lembar kuesioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan tentan
i i i i i i i i i i i i
1. Menetapkan subyek penelitian, yaitu pasien yang melakukan sekali perawatan di Poli Gig
i i i i i i i i i i
i RSKGM UI.
2. Peneliti mendatangi subyek penelitian untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian s
i i i i i i i i i i i
4. Peneliti membacakan pertanyaan dalam kuesioner dan melakukan wawancara kepada res
i i i i i i i i i i
5. Peneliti melakukan pengolahan dan analisis data berdasarkan seluruh informasi yang tela
i i i i i i i i i
h dikumpulkan.
5.6 Instrumen Penelitian i i i
47
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket (kue
i i i i i i i
sioner) yang akan disebarkan kepada responden. Kuisioner didapatkan dari penelitian Widyaning
i i i i i i i i i i i
sih pada tahun 2021 yang berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Pemeliharaan Keseh i i i i i i i i
atan Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil di Kabupat en Gianyar Tahun 2021. Untuk memperoleh info i i i i i i
rmasi dari responden, peneliti mengunakan lembaran kuesioner yang disusun secara terstruktur b i i i i i i i i i i i i i
erdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab r esponden. Instrumen penelitian i i i i i i i i i i
ini juga berupa wawancara dan observasi secara langsung. Telaah dokumen juga dilakukan i i i i i i i
dalam penelitian ini. Dokumen tersebut adalah data kunjungan, telaah dokumen
i i i i i i i i i Standae i
Untuk menghindari persoalan teknis yang berkaitan dengan saat dilakukan pengumpulan i i i i i i i
data responden dan ketelitian dalam memberikan jawaban, peneliti memberikan petunjuk dalam
i i i i i i i i i i i i
pengisian kuesioner serta mengadakan pengawasan dan penjelasan kembali bila responden meng
i i i i i i i i i i i i i i
alami kesulitan dalam hal-hal yang kurang jelas bagi responden yang bisa membaca dan menulis.
i i i i i i i
1. Editing Data i
Tahap ini merupakan kegiatan penyuntingan data yang terkumpul yaitu dengan cara i i i i i
memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan karakteristik dari setiap jawaban dan daftar
i i i i i i i i
pertanyaan editing data dilakukan setiap responden selesai mengisi daftar pertanyaan, jika ad
i i i i i i i i i i
a kesalahan atau jawaban yang kurang maka daftar p ertanyaan tersebut dikembalikan untuk d
i i i i i
ilengkapi. i
2. Coding data i
Setelah data diedit, langkah selanjutnya adalah mengkoding data yaitu dilakukan den
i i i i i i i
gan cara memberikan dengan tujuan untuk memudahkan entry data. Pada saat coding peneliti i i i i i i i i
3. Entry data i
4. Cleaning data i
Melakukan koreksi terhadap data sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam pengkodea
i i i i i i i i i
ran distribusi frekuensi dan diketahui variasi dari masing-masing variabel. Tujuan dari analisi
i i i i
Dengan rumus:
i
f
P= x 100 %
n
Dimana : P = Presentasi i i
F = Frekuensi i i
i bagaimana pengaruh antara dua variabel yaitu satu variabel independen dan satu variabel depen
i i i i i i i i i
den. Metode uji statistik yang digunakan adalah uji T-dependen. Adapun rumus dari uji T-depen
i i i i i i i i i
Keterangan :
i i
x = Rata-rata sampel i
n = Jumlah sampel i
t = T hitung
5.8 Validitas Data
Keabsahan suatu data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan berdasarkan kriteria tertent
i i i i i i i i i
u. Menurut Moleong ada 4 kriteria dalam Teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu
i i i i i i i i i
2. Keteralihan i i
3. Ketergantungan i i
4. Kepastian. i
Teknik pemeriksaan data yang digunakan untuk membuktikan kebenaran atau kepercayaan d
i i i i i i i i
ata tersebut dapat dilakukan melalui perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangul
i i i i i i i i i
asi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota, uraian
i i i i i i i i i i i i i
rinci, audit kebergantungan, dan audit kepastian. Dari berbagai macam Teknik tersebut maka pe i i i i i i i i
meriksaan data kriteria derajat kepercayaan digunakan Teknik triangulasi. Triangulasi merupaka
i i i i i i i
n suatu cara untuk mendapatkan data yang benar-benar absah dengan menggunakan pendekatan i i i i i i i
metode ganda. Triangulasi adalah cara untuk m emanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sen
i i i i i i
diri sebagai keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Berikut macam-m
i i i i i i i i i i
a. Triangulasi sumber i
Triangulasi sumber berarti membandingkan mencek ulang derajat kepercayaan suatu informa i i i i i i i i i
si yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan de
i i i i i i i i i i
ngan wawancara; membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang telah ada dalam pene i i i i i i i
b. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang b erhubungan dengan perubahan suatu i i i
proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke wakt
i i i i i i i i
u. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi peneliti mengadakan pengamatan secara l
i i i i i i i i i
angsung saat perawatan pasien dan tidak hanya satu kali pengamatan saja melainkan berkali-kali. i i i i i
c. Triangulasi metode i i i
Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data atau megengecek keabsahan tem i i i i i i i i i i i i i
uan penelitian. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu tekhnik
i i i i i i i i i
pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama, pelaksanaan juga dapat dilakukan dengan
i i i i
cara pengecekan kembali. Peneliti membandingkan hasil wawancara yang telah diperoleh dari in
i i i i i i i i i i i
formasi yaitu perawatan dan edukasi yang didapatkan dari dokter atau koas. Peneliti juga mengec
i i i i i i i i i i i
Suatu persetujuan yang ditanda tangani oleh responden sebagai bentuk resmi kesediaan re
i i i i i i i i i i i i i
sponden guna menghindari suatu keadaan hal-hal yang tidak diinginkan peneliti.
i i i i i i
2. Confidentialy
i i