Anda di halaman 1dari 20

1

TINJAUAN YURIDIS PERKARA PIDANA NOMOR : 4/Pid.


Sus-TPK/2020/PN Bjm TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI
YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA DESA SUNGAI
SELUANG KABUPATEN BATOLA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna melanjutkan penyusunan skripsi
pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan

Oleh :

NIA RAHAYU

NPM : 18810525

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
BANJARMASIN
2022
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Nia Rahayu
NPM : 18810525
Menyatakan bahwa proposal skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS
PERKARA PIDANA NOMOR : 4/Pid. Sus-TPK/2020/PN Bjm TENTANG
TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA
DESA SUNGAI SELUANG KABUPATEN BATOLA

” yaitu hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari diketahui
adanya plagiat maka saya siap mempertanggungjawabkan secara hukum.

Banjarmasin, 18 April 2022


Yang Menyatakan,

Nia Rahayu
NPM : 18810525

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal Skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS PERKARA PIDANA
NOMOR : 4/Pid. Sus-TPK/2020/PN Bjm TENTANG TINDAK PIDANA
KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA DESA SUNGAI
SELUANG KABUPATEN BATOLA ” disusun oleh NIA RAHAYU
(NPM.18810525), telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penilai
Proposal Skripsi Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam
Kalimantan, pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dadin Eka Saputra, SH., M.Hum , S.H.1, M.H


NIK : 061 605 913 NIK :

iii
PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul “TINJAUAN YURIDIS PERKARA PIDANA


NOMOR : 4/Pid. Sus-TPK/2020/PN Bjm TENTANG TINDAK PIDANA
KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA DESA SUNGAI
SELUANG KABUPATEN BATOLA” disusun oleh NIA
RAHAYU(18810525), telah dipertahankan di hadapan Tim Penilai Proposal
Skripsi Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam
Kalimantan, pada:

Hari :
Tanggal :
Penguji

(……………………………………..)
NIDN :

Pembimbing I Pembimbing II

Dadin Eka Saputra, SH., M.Hum , S.H.1, M.H


NIK : 061 605 913 NIK :

Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum Uniska

Dr. Afif Khalid S.H,I, S.H, M.H


NIK. 061 510 811

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikukum Wr Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur kepada Allah SWT berkat
Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita TINJAUAN YURIDIS
PERKARA PIDANA NOMOR : 4/Pid. Sus-TPK/2020/PN Bjm TENTANG
TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA
DESA SUNGAI SELUANG KABUPATEN BATOLA” Laporan proposal
skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada
program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Kalimantan.
Saya menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Abd. Malik selaku Rektor Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
2. Bapak Dr. Afif Khalid S.H.I, S.H, M.H Selaku Dekan Fakultas Hukum
UNISKA
3. Ibu Muthia Septarina, SH., MH selaku ketua program studi Ilmu Hukum
UNISKA.
4. Bapak Dadin Eka Saputra, SH., . selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak memberikan masukan yang bermanfaat.
5. Bapak …….., S.H.I, MH selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan dalam pembuatan proposal skripsi
ini
6. Segenap Dosen Fakultas Hukum yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis
7. Orang tua, saudara-saudara saya,sahabat-sahabat saya, atas doa,
bimbingan, serta kasih sayang yang selalu tercurah selama ini.

v
8. Keluarga besar Fakultas Hukum, khususnya teman-teman seperjuangan
saya di Program studi Ilmu Hukum, fakultas Hukum atas semua dukungan,
semangat, serta kerjasamanya,
9. Seluruh civitas akademika Fakultas Hukum yang telah memberikan
dukungan moril kepada saya.

Saya menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih
lanjut. Aamiin.

Banjarmasin, April 2022

ENRICO BAYU SYAHPUTRA


NPM.18810253

vi
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul Proposal Skripsi........................................................................i
Halaman Pernyataan Orisinalitas..........................................................................ii
Lembar Persetujuan Proposal Skripsi....................................................................iii
Lembar Pengesahan Proposal Skripsi...................................................................iv
Kata Pengantar.......................................................................................................v
Daftar Isi................................................................................................................vii
A. Judul...............................................................................................................1
B. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
C. Rumusan Masalah..........................................................................................4
D. Tujuan Penelitian............................................................................................4
E. Manfaat Penelitian..........................................................................................4
F. Tinjauan pustaka.............................................................................................5
1. Penelitian Sebelumnya............................................................................5
2. Landasan Konseptual..............................................................................7
G. Metode Penelitian...........................................................................................9
1. Jenis Penelitian .......................................................................................9
2. Pendekatan Penelitian.............................................................................9
3. Sumber Data............................................................................................9
4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data............................................11
5. Analisis Data ..........................................................................................11
H. Sistematika Penulisan.....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

vii
A. Judul Penelitian
“TINJAUAN YURIDIS PERKARA PIDANA NOMOR : 4/Pid.Sus-
TPK/2020/PN Bjm TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI YANG
DILAKUKAN OLEH KEPALA DESA SEI SELUANG KABUPATEN
BATOLA”

A. Latar Belakang Masalah


Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
serta kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa). Pemerintahan desa dalam
pembagian wilayah administratif Indonesia berada di bawah kecamatan, Desa
dipimpin oleh seorang kepala desa. Penyelenggara pemerintahan desa
merupakan subsistem dari penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya.
Ketentuan pasal 72 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, pendapatan desa yang bersumber dari alokasi APBN, atau Dana Desa,
bersumber dari belanja pusat dengan mengefektifkan program yang
berbasisdesa secara merata dan berkeadilan. Besaran alokasi anggaran yang
peruntukannya langsung ke desa ditentukan 10 persen dari dan diluar dana
transfer ke daerah (on top). Selain itu, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
ini juga makin menguatkan alokasi dana Desa (ADD) yang berasal dari dana
perimbangan Kabupaten/Kota. Jika sebelumnya hampir tidak ada
Kabupaten/Kota yang memberikan ADD minimal 10 persen dari dana
perimbangan tanpa adanya sanksi, maka pasal 72 Undang-Undang Desa
memberikan hak pada pemerintah untuk memberikan sanksi dengan
melakukan penundaan dan bahkan pemotongan dana perimbangan sebesar
alokasi dana yang tidak diberikan ke Desa.

1
2

Pada kenyataannya dalam praktek pengelolaan keuangan desa


berdasarkan peraturan yang masih berlaku sekarang ini, masih ditemukan
adanya ketimpangan antara aturan dengan praktiknya. Diperhitungkan setiap
desa akan menerima dana minimal 1 Miliyar di wilayah Batola. Sedangkan
desa di luar Batola yang notabene menerima dana perimbangan lebih besar
dari pusat, tentu akan menerima alokasi lebih besar lagi. Sumber pendanaan
desa yang 1begitu besar merupakan konsekuansi atas berlakunya Undang-
Undang Desa tahun 2014. Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan desa harus siap memberikan laporan dan pertanggung
jawaban.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, serta Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK, dana desa merupakan bagian keuangan
negara, maka penggunaanya harus diaudit oleh BPK. Sebab seluruh
penggunaan anggaran dana yang berasal dari APBN dan APBD wajib diaudit
BPK.Selama ini, penggunaan anggaran dana desa tak pernah diaudit oleh
BPK, karena tidak secara langsung penggunaannya dari APBN. Adanya
pemeriksaan oleh BPK dan kemungkinan terjerat oleh kasus hukum, akan
membuat para kepala desa tidak mengajukan anggaran dana desa karena takut
akan menjadi tersangka korupsi karena kesalahan pembuatan laporan .
Terkait urusan dana desa yang masih terus menjadi topik hangat
berbagai kalangan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan
sejumlah persoalan dalam pengelolaan dana desa. Persoalan-persoalan itu
harus dipahami sebaik-baiknya karena menyimpan potensi penyimpangan.
Temuan itu diperoleh setelah KPK melakukan kajian Undang-Undang Desa
dan disetujuinya anggaran sejumlah Rp. 20,7 triliun dalam APBN-Perubahan
tahun 2015. KPK menemukan 14 temuan dalam empat hal, yaitu regulasi,
kelembagaan, tata laksana, pengawasan, dan sumber daya manusia. Selain itu

1
Widjaja Haw, (2003), Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli,Bulat dan Utuh,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal 54.
3

juga harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019


tentang perubahan kedua atas Peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014
tentang peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa.
Bentuk terbanyak korupsi di desa yaitu: penggelapan dana,
penyalahgunaan anggaran, dan penyalahgunaan wewenang. Paling sering
adalah penggelapan dana karena para aparat desa melihat dana sebesar itu
tergiur dan tak tahu apa yang akan mereka perbuat. Penyalahgunaan
wewenang dalam pengelolaan keuangan desa sebagaimana tergambar dalam
kasus di atas, tentu merupakan permasalahan yang serius karena menyangkut
nasib dan kesejahteraan masyarakat di desa setempat. Secara umum,
penyalahgunaan dalam pengelolaan keuangan desa jelas akan menghambat
merujuk pada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (“ Undang-Undang 31/1999”) sebagaimana diubah
oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, dimana ada ancaman pidana
bagi orang yang merugikan kesejahteraan masyarakat dan dapat merugikan
keuangan negara maupun daerah. Selain itu, perbuatan tersebut dapat juga
dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Untuk itu, kita
menyalahgunakan wewenangnya yang berakibat dapat merugikan keuangan
negara.
Kepala Desa Sungai Seluang Kecamatan Belawang Kabupaten Batola
Rahmadi yang selewengkan dana desa di tuntut dua tahun dan enam bulan
penjara. Tuntutan ini disampaikan pada sidang lanjutan di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Banjarmasin, Selasa (14/04/2020) yang dilakukan secara
teleconfrence, oleh JPU dibawah komando Andri Kurniawan Selain pidana
penjara terdakwa juga denda sebesar Rp50 juta subsidair tiga bulan, selain itu
juga diwajibkan membayar uang pengganti Rp545.641.010. apabila dalam
tempo sebulan harta benda tindak mencukupi maka kurungan akan bertambah
selama 15 bulan.
Jaksa Penuntut Umum berkeyakin dan secara sah terdakwa melanggar
Pasal 3 Ayat (1) Jo pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999
4

sebagaimana telah ditambah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, seperti pada
dakwaan subsidairnya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dikaji dalam studi ini, yaitu:
1. Bagaimana pertimbangan hukum dalam putusan tersebut?
2. Bagaimana sanksi tindak pidana korupsi dana desa dalam putusan perkara
Nomor : 4/Pid.sus-TPK/2020/PN.BJM ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. untuk menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan bersalah melakukan
tindak pidana korupsi.
2. Penelitian ini sebagai sarana pengetahuan umum tentang penyelesaian
tindak pidana penyalahgunaan wewenang alokasi dana desa bagi
masyarakat.2

D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya suatu penelitian tentunya agar bisa memberikan manfaat,
terutama di bidang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian
tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi wawasan mengenai pemidanaan dan penjatuhan sanksi
terhadap pelaku tindak pidana korupsi alokasi dana desa.

2
Subroto A. 2009, Skripsi : “Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa” (Semarang: Universitas
Diponegoro 2009) Hal 14.
5

b. Mengetahui dan memberikan gambaran mengenai faktor-faktor


penyebab terjadinya tindak pidana korupsi alokasi dana desa,
khususnya tindak pidana yang dilakukan kepala desa.
2. Manfaat Praktis
Sebagai sarana pengetahuan umum tentang penyelesaian tindak pidana
penyalahgunaan wewenang alokasi dana desa bagi masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Sebelumnya
Di Indonesia, tindak pidana korupsi sudah terjadi secara meluas
dalam masyarakat. Perkembangannya terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, baik dari jumlah kerugiaan keuangan negara dan
banyaknya kasus yang terjadi maupun dari segi ruang lingkupnya yang
memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat serta segi kualitas tindak
pidana yang dilakukan semakin sistematis. Terjadinya peningkatan
tindak pidana korupsi yang tidak terkendali dapat membawa bencana
tidak hanya terhadap kehidupan perekonomian nasional akan tetapi juga
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Prilaku korupsi ini sudah menjalar kesemua lapisan masyarakat,
salah satu pelaku korupsi diantaranya adalah Kepala Desa. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa seperti diatur dalam Pasal 26 Ayat
(4) huruf i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, bahwa
Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang salah satu kewajibannya
antara lain mengelola Keuangan dan Aset Desa.
Namun seiring berjalannya waktu perilaku korupsi juga menjadi
ancaman tersendiri bagi aparatur desa. Mengingat dalam pelaksanaan
undang -undang Desa pemerintah pusat telah menganggarkan Dana Desa
yang cukup besar untuk diberikan kepada Desa. Peran besar yang
diterima oleh pemerintah desa tersebut tentu disertai dengan tanggung
jawab yang besar. Dalam hal ini pemerintah desa dibebani tanggung
6

jawab dalam pengelolaan keuangan desa yang harus diimbangi dengan


prinsip akuntabilitas dalam pelaksanaannya.
Mantan Kepala Desa Sungai Saluang, Kecamatan Belawang,
Kabupaten Batola, Rahmadi yang duduk sebagai terdakwa pada kasus
korupsi peyelewengan dana desa divonis bersalah oleh majelis hakim
Pengadilan Negeri Tipikor yang dipimpin Teguh Santoso, Selasa
(28/4/2020) siang.
Oleh hakim ia divonis 2 tahun 6 bulan penjara. Terdakwa juga
dikenakan pidana denda Rp 50 juta dengan ketentuan jika denda tak
dibayar diganti hukuman pidana 3 bulan. Selain itu oleh hakim, terdakwa
diminta membayar uang pengganti Rp 500. 641.010 dan jika tak
membayar 1 bulan sejak keputusan tetap maka harta bendanya akan
dilelang dan jika tak punya maka diganti pidana selama 1 tahun penjara.
Terdakwa yang pada sidang didampingi pengacaranya Andri SH
mengatakan menerima. Sementara jaksa penuntut umum (JPU) Andri
Kurniawan mengatakan akan pikir-pikir dulu. "Kita akan pikir-pikir dan
berkonsultasi dengan pimpinan. Memang vonis yang dijatuhkan hakim
sama seperti tuntutan kita," papar JPU.Sebelumnya, terdakwa dituntut
Jaksa Penuntut Umum selama dua tahun dan enam bulan penjara.
Selain itu oleh hakim, terdakwa diminta membayar uang
pengganti Rp 500. 641.010 dan jika tak membayar 1 bulan sejak
keputusan tetap maka harta bendanya akan dilelang dan jika tak punya
maka diganti pidana selama 1 tahun penjara.
Terdakwa yang pada sidang didampingi pengacaranya Andri SH
mengatakan menerima.Sementara jaksa penuntut umum (JPU) Andri
Kurniawan mengatakan akan pikir-pikir dulu.
"Kita akan pikir-pikir dan berkonsultasi dengan pimpinan.
Memang vonis yang dijatuhkan hakim sama seperti tuntutan kita," papar
JPUSebelumnya, terdakwa dituntut JPU selama dua tahun dan enam
bulan penjara.
7

Selain itu terdakwa juga dikenai denda sebesar Rp 50 juta


subsidair tuga bulan.Terdakwa juga oleh jaksa diwajibkan membayar
uang pengganti Rp 545.641.010.
Apabila dalam tempo sebulan harta benda tindak mencukupi
maka kurungan akan bertambah selama 15 bulan.JPU berkeyakinan dan
secara sah terdakwa melanggar pasal 3 ayat (1) Jo pasal 18 UU RI No 31
Tahun 1999 sebagaimana telah ditambah diubah dengan UU No 20 tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, seperti pada
dakwaan subsidairnya.
2. Landasan Konseptual
a. Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana Korupsi merupakan segala tindakan yang dapat
merugikan keuangan maupun perekonomian negara. Menurut
perspektif hukum, definisi korupsi dijelaskan dalam 13 buah Pasal
dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Pengertian sudah mencakup pada setiap Pasal dari pasal 1
sampai pasal 13. Sedangkan Pasal 21 sampai 24 dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menjelaskan tentang
tindak pidana lain yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi.
b. Pengelolaan Keuangan Desa
Desa merupakan pemerintahan terkecil dalam wilayah, dimana
pemerintah desa sekarang sudah berada dibawah naungan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi. Sejak adanya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa, sekarang desa menjadi prioritas dalam pembangunan
Nasional. Dimana dalam hal ini sudah terbukti telah dikucurkannya
dana ke setiap desa yang tersebar di seluruh nusantara. Tercatat
dalam APBN-P telah dialokasikan dana desa sebesar ± Rp. 20,776
triliun kepada seluruh desa yang tersebar di Indonesia. Jumlah desa
8

yang ada saat ini sesuai Permendagri 39 Tahun 2015 sebanyak


74.093 desa (BPKP, 2015).
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota
dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat (Undang-Undang Nomor 60 tahun 2014).
Sedangkan pengelolaan keuangan desa menurut Permendagri Nomor
113 tahun 2014 yaitu, keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa. Kepala Desa sebagai pemegang
kekuasaan pengelola keuangan desa mewakili pemerintah desa,
sehingga setiap kepala desa berhak untuk mengelola dan
menggunakan dana desa dalam program maupun kegiatan yang
bertujuan membangun dan mengembangkan desanya masing-
masing.3
c. Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengelolaan Keuangan Desa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya baik tentang tindakan
pidana korupsi maupun tentang pengelolaan keuangan desa.
Sehingga dapat diartikan bahwa tindak pidana korupsi dalam
pengelolaan keuangan desa adalah segala tindakan yang dapat
merugikan keuangan maupun perekonomian negara maupun desa.
Sehingga segala tindakan yang dilakukan dapat merugikan
masyarakat desa, pemerintah desa dan semua lapisan.
Sama halnya dengan tindakan pidana korupsi secara umum, namun
bedanya tindakan dilakukan oleh para oknum yang berkecimpung
secara langsung dalam pengelolaan keuangan desa seperti kepala
desa, penggelapan dana desa, dan tindakan lainnya yang dapat
3
Yuyun Yulianah. 2015. Potensi Menyelewengkan alokasi Dana Desa. Jurnal Mimbar Justitia.
Vol.1 No.2 : 126.
4Ibid. Hal 126
9

merugikan desa, daerah, dan negara. Namun bukan berarti karena


faktor secara sengaja, melainkan tindakan tanpa sengaja pun bisa
juga menyeret para aparatur desa untuk mendekap dibalik jeruji
sebagai tahanan.

F. Metode Penelitian
Metode Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, sistematika dan pemikiran tertentu dengan
jalan menganalisanya guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Selain itu
juga, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut
untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang
timbul.
1. .Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berjenis penelitian
hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian studi
kepustakaan dengan cara menganalisis suatu isu hukum melalui peraturan
perundang-undangan, literatur, dan mengumpulkan serta menganalisis
bahan hukum yang bersangkut paut dengan masalah yang dibahas dalam
penelitian ini.
2. Pendekatan Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penulisan hukum
normatif, yaitu pendekatan atau penelitian hukum dengan menggunakan
metode pendekatan/teori/konsep dan metode analisis yang termasuk dalam
disiplin Ilmu Hukum yang dogmatis 18 Penelitian ini dilakukan dengan
cara mengkaji ketentuan perundang-undangan diantaranya Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Diantaranya sebagai
berikut:
10

a. Data Primer
Terdiri dari norma atau kaidah dasar yang berkaitan dengan objek
penelitian yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku
1) Pasal 1 Ayat 1 Undnag-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
2) Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pengelola
Keuangan
5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6) Undnag-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Undang-Undang 31/1999) sebagaimana
dirubah Undnag-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Ancaman Pidana
Bagi Orang Yang Merugikan Keuangan Negara
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan
yang berupa bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat dan bahan
hukum yang menjelaskan tentang bahan hukum primer, yang terdiri dari
buku-buku literatur, artikel, hasilpenelitian dan karya ilmiah lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
c. Data Tersier
Data tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya Kamus Besar
Bahasa Indonesia. dan lain sebagainya yang masih ada keterkaitan dengan
masalah yang diteliti. 4

4
Adami Chazawi. 2008. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung : Media Nusantara
Creative, Hal 103.
11

4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


a. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini adalah dengan cara menginventarisikan
Bahan Hukum Primer, Bahan Hukum Sekunder, serta Bahan Hukum
Tersier diatas yang terkait dengan permasalahan hukum dalam
penelitian ini, yang kemudian bahan hukum tersebut dipilah
berdasarkan pokok bahasan.
b. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini peneliti mengolah dan menganalisis bahan
hukum dengan langkah berpikir sistematis, dimana bahan hukum
primer di analisis dengan langkah-langkah normatif dan dilanjutkan
dengan pembahasan secara deskriptif terhadap bahan hukum sekunder
dilakukan dengan penelahaan dengan mengacu terhadap pokok
bahasan permasalahan. Bahan hukum tersier dilakukan penelahaan
dengan mengacu kepada petunjuk yang mampu menjelaskan tentang
istilah-istilah.
5. Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
yaitu analisa terhadap data yang tidak bisa dihitung. Bahan hukum yang
diperoleh selanjutnya akan dilakukan pembahasan, pemeriksaan, dan
pengelompokkan ke dalam bagian-bagian tertentu untuk diolah menjadi
data informasi. Bahan hukum tersebut kemudian ditafsirkan dan dianalisis
guna mendapatkan kejelasan. Setelah bahan hukum dikumpulkan,
kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan bahan hukum,
yaitu mengelola bahan sedemikian rupa sehingga bahan hukum tersebut
tersusun secara runtut, sistematis, sehingga akan memudahkan penelitian
melakukan analisis.
12

G. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini terdiri dari 4 (Empat) Bab, mulai dari Bab I sampai Bab
IV yang secara garis besar isinya sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Mengemukakan Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian Metode Penulisan dan
Sistematika
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan Konsep Dasar Tentang Tindak Pidana Korupsi
Merupakan Tindak Pidana Merugikan Perekonomian Negara dan
Masyarakat Desa Maupun Pemerintah dan Semua Lapisan
BAB III PEMBAHASAN
Menjawab Permasalahan Yang Terkait Tentang Tindak Pidana
Korupsi Yang Dilakukan Oleh Kepala Desa SEI SELUANG
KABUPATEN BATOLA
BAB IV PENUTUP
Dalam Bab Ini Permasalahan Yang Berisikan Kesimpulan Yang
Diperoleh Dari Hasil Penelitian Dan Saran Merupakan Akhir Dari
Penelitian Ini.
13

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KHUP).


Nawawi Barda Arief. 2002. Kebijakan Hukum Pidana, Bandung Citra Aditya
Bakti.
Waluyo,Bambang. 2002. Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Waluyo,Bambang. 2016. Penegakan Hukum Di Indonesia.Jakarta : SinarGrafika.
Widjaja.HAW. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, BulatDan
Utuh. Jakarta: PT raja Grafindo Persada.
Zainuddin, Ali. 2011. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Zainuddin, Ali. 2011. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Internet :

https://www.iaijawatimur.or.id/course/interest/detail/20#:~:text=Sehingga
%20dapat%20diartikan%20bahwa%20tindak,pemerintah%20desa%20dan
%20semua%20lapisan.(diakases pada tangggal,…….April 2022)
https://banjarmasin.tribunnews.com/2020/02/18/video-kades-sungai-saluang-
duduk-jadi-terdakwa-kasus-korupsi-diduga-selewengkan-dana-desa (diakses
pada tanggal pada tangggal,…….April 2022)
http://sipp.pn-banjarmasin.go.id/index.php/detil_perkara(diakses pada tangggal,
…….April 2022)
Jurnal-jurnal :

Subroto A. 2009, Tesis. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. Semarang:


Universitas Diponegoro: Semarang.
Sukmawan Bayu Budiyono. 2013. Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa
Berdasarkan Permendagri No. 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa, Jurnal ilmiah, Fakultas Hukum Malang :
Universitas Brawijaya.
Yuyun Yulianah. 2015. Potensi Menyelewengkan alokasi Dana Desa. Jurnal
Mimbar Justitia. Vol.1 No.2.

Anda mungkin juga menyukai