Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL SKRIPSI

PEDOMAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN

PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI DANA DESA

(Studi Putusan Nomor : 12/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg dan Putusan Nomor :

38/Pid.Sus-Tpk/2022/PN.Plg)

Diajukan Sebagai Prasyarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar Proposal

Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh :

M. PRIMA AKBAR

02011381924430

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022
HALAMAN PENGESAHAN PERSETUJUAN
SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

Nama : M. PRIMA AKBAR

Nomor Induk Mahasiswa : 02011381924430

Program Kekhususan : Hukum Pidana

JUDUL

PEDOMAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN


PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI DANA DESA

(Studi Putusan Nomor : 12/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg dan Putusan Nomor :


38/Pid.Sus-Tpk/2022/PN.Plg)

Palembang, 2022

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Dr. Henny Yuningsih, S.H., M.H. Isma Nurillah S.H., M.H.


NIP.198301242009122001 NIP. 199404152019032033

Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Pidana

Rd. Muhammad Ikhsan, S.H., M.H.


NIP. 196802211995121001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

PROPOSAL SKRIPSI ..................................................................................... ii

A. Latar Belakang ......................................... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah .................................... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian.................................... Error! Bookmark not defined.

E. Ruang Lingkup ......................................... Error! Bookmark not defined.

F. Kerangka Teori ........................................ Error! Bookmark not defined.

1. Teori Pertimbangan Hakim .................. Error! Bookmark not defined.

2. Teori Perundang-undangan .................. Error! Bookmark not defined.

G. Metode Penelitian..................................... Error! Bookmark not defined.

1. Jenis Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.

2. Pendekatan Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined.

3. Sumber Bahan Hukum ......................... Error! Bookmark not defined.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum .... Error! Bookmark not defined.

5. Teknik Analisis Bahan Hukum .......................................................... 18

6. Teknik Penarikan Kesimpulan............................................................ 18

H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
PROPOSAL SKRIPSI

PEDOMAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN


PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI DANA DESA
(Studi Putusan Nomor : 12/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg dan Putusan Nomor :
38/Pid.Sus-Tpk/2022/PN.Plg)
A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia sebagai negara yang merdeka memiliki salah satu

cita-cita ialah dengan adanya pembangunan ekonomi yang

berkesinambungan dan berkelanjutan. Seharusnya salah satu wujudnya

adalah Indonesia dinyatakan sebagai salah satu negara maju di dunia. Akan

tetapi, permasalahan yang begitu kompleks menghantui cita-cita tersebut.

Salah satu permasalahannya adalah tindak pidana korupsi yang semakin

marak di segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Todaro dan

Smith menyatakan bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menciptakan distribusi yang

merata1.

Di dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa. Desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah tertentu dan

memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang

diakui negara. 2 Berdasarkan pasal 75 ayat (1) Undangan- Undang Nomor

1
Michael P. Todaro dan Smith, Pembangunan Ekonomi Di Dunia, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 2016, hlm. 271.
2
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

1
2

6 Tahun 2014 tentang Desa, pasal 93 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor

43 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 dikatakan bahwa Kepala Desa adalah

pemegang kekeuasaan pengeloaan Keuangan Desa.3

Dana Desa yang bersumber dari APBN merupakan salah satu poin

penting lahirnya Undang-Undang Desa Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.

Dana desa merupakan bentuk nyata perhatian negara terhadap keberadaan

desa karena dengan Dana desa maka pengakuan akan hak asal usul

(Rekognisi) dan kewenangan lokal berskala desa (Subsidiaritas) sudah

dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat. Penyaluran dana desa oleh

Pemerintah Pusat ke Desa sudah berlangsung selama 3 tahun. Tahun 2015

jumlah dana desa Rp 20,76 Trilliun, tahun 2016 Rp 46,98 Trilliun dan tahun

2017 Rp 60 Trilliun untuk jumlah desa 74.954, dengan prioritas penggunaan

untuk kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat berskala lokal

secara swakelola. 4

Sebelum menjelaskan mengenai pengertian korupsi, terlebih dahulu

akan diuraikan mengenai pengertian tentang tindak pidana. Dalam

pembentuk undang-undang istilah yang digunakan untuk menyebutkan

nama tindak pidana ialah straafbaarfeit tetapi tidak memberikan

penjelasan secara rinci mengenai straafbaarfeit tersebut. Secara harfiah

3
Yusrianto Kadir, Pencegahan Korupsi Dalam Pengelolaan Dana Desa, Jurnal
IUS Kajian Hukum dan Keadilan, Vol 6 No. 3, 2018, hlm 433.
4
Ibid, hlm 434.
3

perkataan straafbaarfeit berarti sebagian dari kenyataan yang dapat

dihukum.5

Fakta adanya korupsi inilah yang biasanya ditemui dalam lingkup

pemerintahan daerah (desa) di berbagai negara, di mana efek atas perbuatan

korupsi sistematis telah menimbulkan kerugian ekonomi sebab

mengacaukan insentif, kerugian politik karena melemahkan lembaga-

lembaga pemerintahan dan kerugian sosial dikarenakan kekayaan serta

kekuasaan jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggungjawab. Jika korupsi

ini telah berkembang secara mengakar sedemikian rupa sehingga

berdampak pada aturan hukum yang tidak lagi diindahkan, hak milik tidak

lagi mendapatkan pengakuan, insentif serta investasi mengalami kekacauan,

maka akibatnya pembangunan sektor ekonomi dan politik turut mengalami

kemandegan. 6

Istilah korupsi berasal dari satu kata dalam bahasa latin yakni

corruption atau corruptus yang diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Misalnya diterjemahkan dalam bahasa inggris menjadi corruption atau

corrupt dalam bahasa Perancis menjadi corruption dan dalam bahasa

Belanda diterjemahkan menjadi istilah coruptie (korruptie). Coruptie dalam

bahasa belanda itu mengandung arti perbuatan korup, penyuapan. Secara

harfiah istilah tersebut berarti segala macam perbuatan yang tidak baik.

Pengertian tersebut tentu tidak tepat apabila dilihat dari sudut hukum postif

5
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta 2008, hlm5
6
Anita, Penegakan Hukum Atas Tindak Pidana Korupsi Dana Desa Di Kabupaten
Bone, Skripsi, 2019, hlm 9.
4

yang ada. Tidak ada definisi atau pengertian korupsi atau tindak pidana

korupsi dari sudut hukum pidana, baik dalam peraturan perundang-

undangan yang sudah tidak berlaku maupun hukum positif sekarang.7

Tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga

harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, upaya

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi perlu dilakukan

secara terus menerus dan berkesinambungan serta perlu didukung oleh

berbagai sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya

lainnya seperti peningkatan kapasitas kelembagaan serta peningkatan

penegakan hukum guna menumbuh kesadaran dan sikap tindak masyarakat

yang anti korupsi.8

Penegakan hukum berarti, bagaimana hukum tersebut harus

ditegakkan, dengan demikian unsur-unsur dalam penegakan hukum berupa

kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan harus diperhatikan.

Pemerintah seharusnya selalu menjadikan pemberantasan korupsi sebagai

agenda prioritas yang harus ditanggulangi secara serius dan mendesak,

mengingat hal tersebut merupakan bagian dari agenda untuk

7
Adami Chawazi, Hukum Pidana Korupsi Di Indonesia, Penerbit Rajawali Pers,
Jakarta 2016, hlm 1.
8
Achmad Surya, Problematika Penyidik Dalam Penetapan Tersangka Tindak
Pidana Korupsi Dana Desa Di Kabupaten Aceh Tengah, Jurnal Hukum, Vol 4 No 1, 2018,
hlm 2.
5

mengembalikan keyakinan masyarakat maupun dunia internasional dalam

hal upaya peningkatan kemajuan ekonomi negara.9

Contoh Kasus yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap yakni

Putusan Nomor : 12/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg. Terdakwa dalam tindak

pidana korupsi tersebut adalah kepala desa berinisial K disalah satu desa di

wilayah hukum pengadilan tindak pidana korupsi Pengadilan Negeri

Palembang Kelas IA.

Dipersidangan terungkap fakta bahwa terdakwa K telah

menyalahgunakan kekuasaan nya dengan telah melakukan permohonan

dana untuk APBD desa Pedataran sebanyak 4 (empat) kali dan beberapa

dipakai untuk kepentingan pribadi pada anggaran tahun 2017, dengan

Kerugian Keuangan negara Rp. 404.737.761,00 (empat ratus empat juta

tujuh ratus tiga puluh tujuh tujuh ratus enam puluh satu rupiah).

Terdakwa K juga terbukti telah menikmati Kerugian Keuangan

Negara tersebut serta menggunakan uang untuk hal – hal antara lain sebagai

berikut : Pembayaran hutang ZAINUDIN (Kakak Terdakwa) kepada

OMIDI als GINTUL bin SENIN sejumlahRp.80.000.000,00 (Delapan

Puluh Juta Rupiah) yang dititipkan melalui Saksi DIKI ROSTON bin

ZAINUDIN, Pembayaran kebutuhan berobat ibu kandung Terdakwa

sejumlahRp.5.200.000,00 (Lima Juta Dua Ratus Ribu Rupiah), Pembayaran

kebutuhan berobat kakak ipar Terdakwa sejumlahRp.3.800.000,00 (Tiga

9
Tri Novita, Problematika Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Dana Desa
Di Provinsi Riau, Jurnal Wawasan Yuridika, Vol 5 No. 2, 2021, hlm 297.
6

Juta delapan Ratus Ribu Rupiah), Rehab jalan RT 08 Desa Pedataran

sejumlah Rp.8.000.000,00 (Delapan Juta Rupiah), Pembelian material

pembuatan jalan ke Kebun sejumlahRp.3.000.000,00 (tiga Juta Rupiah),

Biaya karaoke sejumlah Rp.500.000,00 (Lima ratus Ribu Rupiah),

Pengembalian atas temuan Inspektorat Kabupaten OKU pertanggung

jawaban Kegiatan Penggunaan Dana Desa Tahun 2016

sejumlahRp.28.312.000,00 (Dua Puluh Delapan Juta Tiga Ratus Dua Belas

Juta Rupiah) dan untuk keperluan pribadi Terdakwa sejumlah

Rp.3.000.000,00 (Tiga Juta Rupiah).

Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Palembang tersebut

terdakwa dijatuhkan pidana selama 5 (lima) Tahun dan pidana denda

sejumlah Rp. 200.000.000,00(Dua Ratus Juta Rupiah), dengan ketentuan

apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama

3 (Tiga) bulan, terdakwa K juga harus membayar Uang Pengganti sejumlah

Rp.404.737.761,00 (empat ratus empat juta tujuh ratus tiga puluh tujuh ribu

tujuh ratus enam puluh satu rupiah) dan jika terpidana tidak membayar uang

pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan

pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya disita

oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal

Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar

uang pengganti maka diganti dengan pidana penjara selama 1 (Satu) tahun.

Atas perbuatannya tersebut, Terdakwa didakwa melanggar pasal 2

ayat (1) Jo Pasal 81 Undang-undang R.I. Nomor 31 Tahun 1999 Tentang


7

pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Unndang R.I. Nomor 20 Tahun 2001.

Dalam putusan tersebut, terdakwa dijatuhkan sanksi pidana dengan

hukuman yang ringan yaitu hanya 5 (lima) tahun dimana menurut penulis

hukuman tersebut masih tergolong ringan untuk membuat efek jera bagi

pelaku dan mencegah orang lain terutama penyelenggara begara atau

pegawai negeri untuk melakukan tindak pidana korupsi.

Contoh Kasus yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap

selanjutnya yakni Putusan Nomor : 38/Pid.Sus-Tpk/2022/PN.Plg.

Bahwa terdakwa ROSUROHATI S.KOM, M.Si Binti H. AHMAD

SUHADA selaku Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Petikan Surat

Keputusan Bupati Musi Rawas Nomor : 181/KPTS/BKPSDM/2019 tanggal

18 Februari 2019 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil bersama-

sama dengan RIFAI, S.Pd, M. Pd Bin RILMAN (dilakukan penuntutan

secara terpisah)selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

berdasarkan Surat Keputusan Plt. Kepala Dinas Pendidikan Nomor :

800/023/KPTS/DISDIK/2019 tanggal 03 Januari 2019 serta Sdr.IRWAN

EVENDI, S.Pd., M. Pd Bin RASYID UMAR (dilakukan penuntutan secara

terpisah)selaku Pengguna Anggaran berdasarkan Surat Keputusan Bupati

Musi Rawas Nomor : 755/KPTS/V/2018 tanggal 28 Desember 2018 tentang

Penunjukan Kepala Perangkat Daerah Selaku Pejabat Pengguna Anggaran

/Pengguna Barang di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Musi Rawas

Tahun Anggaran 2019 sekaligus selaku Plt. Kepala Dinas Pendidikan


8

Kabupaten Musi Rawas berdasarkan Surat Perintah Bupati Musi Rawas

Nomor : 800/ 121/ BKPSDM/ 2018 tanggal 08 Februari 2018 sejak tanggal

08 Februari 2018 dan Surat Perintah Bupati Musi Rawas Nomor : 800/ 151/

BKPSDM/ 2019 tanggal 02 Oktober 2019 sejak tanggal 07 Oktober 2019

s.d 07 Januari 2020 pada kurun waktu bulan Februari 2019 sampai dengan

Agustus 2019 bertempat di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Musi

Rawas di Jalan Komplek Perkantoran Pemkab.Musi Rawas, Jalan Lintas

Sumatera Km. 12,5 Muara Beliti Musi Rawas atau pada suatu tempat yang

masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

pada Pengadilan Kelas IA Khusus Palembang berdasarkan Undang-Undang

Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dan

Keputusan Mahkamah Agung RI No.22/KMA/SKII/2011 tertanggal 7

Februari 2011.

Bahwa Terdakwa telah didakwa dengan Dakwaan Primair

melanggar pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18 ayat (1) huruf b, ayat (2) dan ayat (3)

Undang- Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo pasal 55 ayat (1) ke-

1 KUHPidana,

Selanjutnya didakwa dengan Dakwaan Subsidair melanggar pasal 3

Jo Pasal 18 ayat (1) huruf b, ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor

31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana


9

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP; dan

didakwa pula dengan

Dakwaan Lebih Subsidair melanggar pasal 8 Jo Pasal 18 ayat (1)

huruf b, ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

KorupsiJo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan

dipidana, maka ia haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;

Memperhatikan, ketentuan Pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana

telah dirubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana,

PERMA Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pemidanaan Pasal 2 dan

Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta

Peraturan Perundang-undangan lain yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menjadikan

penulisan skripsi dengan judul: PEDOMAN PERTIMBANGAN HAKIM


10

DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA

KORUPSI DANA DESA (Studi Putusan Nomor : 12/Pid.Sus-

Tpk/2020/PN.Plg dan Putusan Nomor : 38/Pid.Sus-Tpk/2022/PN.Plg )

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Pedoman Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana

terhadap tindak pidana korupsi dana desa pada Putusan Nomor:

12/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg dan Putusan Nomor : 38/Pid.Sus-

Tpk/2022/PN.Plg ?

2. Bagaimana dasar Pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana

terhadap oknum Kepala Desa yang melakukan tindak pidana korupsi

Dana Desa?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk menjelaskan Pedoman Pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan pidana terhadap tindak pidana korupsi dana desa pada

Putusan Nomor: 12/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg dan Putusan Nomor :

38/Pid.Sus-Tpk/2022/PN.Plg

2. Untuk menjelaskan dasar Pertimbangan hakim dalam penjatuhan

pidana terhadap oknum Kepala Desa yang melakukan tindak pidana

korupsi Dana Desa


11

D. Manfaat Penelitian

Adapun Kegunaan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum pidana, dan menjadi

masukan bagi masyarakat, sserta menjadi masukan dalam pembangunan

hukum indonesia.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu

bentuk sumbangan pemikiran dari calon sarjana dalam hal Pedoman

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana dalam tindak pidana

korupsi dana desa serta dasar pertimbangan hakim yang ideal dalam

penjatuhan pidana terhadap oknum Kepala Desa yang melakukan tindak

pidana korupsi Dana Desa.

2. Secara Praktis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

masyarakat, dan menambah literatur kepustakaan hukum pidana khusus

nya yang berhubungan dengan Pedoman pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan pidana dalam tindak pidana korupsi dana desa serta dasar

pertimbangan hakim yang ideal dalam penjatuhan pidana terhadap

oknum Kepala Desa yang melakukan tindak pidana korupsi Dana Desa.
12

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini telah ditetapkan untuk

membatasi pembahasan-pembahasan pada penelitian agar pembahasan

menjadi jelas, terstruktur dan tidak menyimpang dari judul dan rumusan

masalah yang sudah ditetapkan. Penulis memfokuskan ruang lingkup

dalam penelitian ini dalam dua permasalahan yaitu, pembuktian dan

pertanggungjawaban pidana terhadap Kepala Desa Sebagai Pelaku

tindak pidana korupsi dana desa

F. Kerangka Teori

1. Teori Pertimbangan Hakim

Pengertian Putusan Hakim menurut Sudikno Mertokusumon

adalah, putusan yang berisikan ira – ira putusan, pertimbangan Hakim

dan amar putusan. Sehingga pertimbangan dinilai sebagai dasar

putusan hakim untuk menjatuhkan suatu nestapa, alasan yang sesuai

dan jelas dalam pertimbangan sebagai dasar putusan hakim menjadi

objektif dan berwibawa.

Menurut sudarto, ada beberapa keputusan yang diberikan

oleh hakim yakni sebagai berikut:10

a. Keputusan menyangkut peristiwa, berkaitan dengan tindakan

terdakwa,

10
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Libery,
2005), Hlm. 22.
13

b. Keputusan menyangkut hukuman, berkaitan dengan tindakpidana

dan pertanggungjawaban terhadap tindakan yang dilakukan

c. Keputusan yang menyangkut pidana nya, berkaitan dengan

dapat/tidaknya pidana dijatuhkan.

Pasal 183 KUHAP menyatakan yakni, hakim tidak boleh

menjatuhkan hukuman kepada seseorang kecuali terdapat minimal

dua alat bukti yang sah, dan adanya keyakinan bahwa benar terdakwa

yang bersalah melakukannya. Tidak ada yang menghambat proses

hukum serta menimbulkan kerugian baik dalam hal penangkapan

maupun pembuktian kejahatan11

2. Teori Perundang-undangan

Suatu penelitian yang bersifat normative tentu harus

menggunakan teori perundang-undangan, karena yang akan diteliti

adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema

sentral suatu penelitian. Untuk itu peneliti harus melihat hukum

sebagat system tetutup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Comprehensive yang memiliki arti bahwa norma-norma hukum

yang ada di dalamnya terkait antara satu dengan lain secara logis.

b. All-inclusive yang memiliki arti bahwa kumpulan norma hukum

tersebut cukup mampu menampung permasalahan hukum yang ada

kekurangan hukum.

11
Isma Nurillah, Dan Nashriana, “Gatekeeper Dalam Skema Korupsi Dan
Praktik Pencucian Uang”. Jurnal Simbur Cahaya (Desember 2019). Hlm 213
14

c. Systematic yang memiliki arti bahwa disamping bertautan antara

satu dengan yang lain, norma-norma hukum tersebut juga tersusun

secara hierarkis.12

G. Metode Penelitian

Metodologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata “Methodos” dan

“logos”. Metodelogi penelitian adalah ilmu yang membicarakan tatacara

atau jalan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki

langkah-langkah yang sistematis, meliputi prosedur penelitian dan teknik

penelitian.13 Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan

aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi.14

Berdasarkan penelitian ini sehubungan dengan permasalahan

Pedoman Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap tindak

pidana korupsi dana desa, untuk dapat memahami obyek yang menjadi

sasaran dari ilmu yang bersangkutan. Adapun metode penelitian di dalam

penelitian ini adalah penelitian normatif.

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka penelitian ini tergolong

penelitian hukum normatif. Penelitian Hukum normatif adalah ”suatu

12
Johnny Ibrahim, 2008, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Penerbit : Bayumedia Publishing, Jawa Timur, hlm. 302
13
Arikunto, Suharsini, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 125
14
Suratman dan H.Philips Dillah, 2014, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta,
Bandung, hlm. 32
15

proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

dihadapi”15. Penelitian ini menggunakan konsep legis positivis yang

menyatakan bahwa hukum adalah edentik dengan norma-norma tertulis

yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga-lembaga atau pejabat

berwenang.Selain itu konsep ini juga memandang hukum sebagai sistem

normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas dari kehidupan

masyarakat.16 Penelitian Hukum normatif menganalisa suatu keberlakuan

hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan-bahan hukum, seperti

penelitian terhadap azas-azas hukum, hukum positif, aturan hukum dan

kaedah hukum.17 Selanjutnya Peter Mahmud Marzuki merumuskan

penelitian hukum sebagai suatu proses untuk menemukan aturan hukum

maupun doktrin-doktri hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.18

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum menggunakan beberapa pendekatan. Dengan

pendekatan tersebut penelitiakan mendapatkan informasi dari berbagai

aspek mengenai permasalahan yang sedang dicari jawabannya. Penelitian

yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode pendekatan Undang-

15
Ibid, hlm 35.
16
Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghali
Indonesia, Jakarta, hlm. 11.
17
Soerjono Soekanto, 1984, Metode Penelitian Hukm, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm 234.
18
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Cetakan Kedua, Kencana,
Jakarta, hlm.29.
16

undang dan pendekatan kasus yang disesuaikan dengan rumusan masalah

penulis yaitu :

a. Pendekatan Undang-Undang

Dilakukan dengan cara mengartikan semua Undang-

undang dan regulasi yang bersangkutan dengan masalah

penulis.19

b. Pendekatan Kasus

Pendekatan kasus dalam penelitian normatif bertujuan

untuk mempelajari penerapan norma-norma atauu kaidah

hukum yang dilakukan dalam praktek umum. Terutama untuk

kasus-kasus yang telah di putus sebagaimana yang dapat dilihat

di dalam yuriisprudensi terhadap perkara-perkara yang menjadi

fokus penelitian jelas kasus-kasus yang telah terjadi serta

menggunakan hasil analisisnya untuk bahan masukan dalam

implementasi hukum.20

3. Sumber Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer, di antaranya adalah :

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan

Hukum Pidana.

19
Zainudin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 105.
20
, Johny Ibrahim,Op.,Cit ,hlm. 268
17

2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Jo. Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantas Tindak Pidana

Korupsi.

3) Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman

4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi

Kolusi Dan Nepotisme.

5) Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor : 12/Pid.Sus-

Tpk/2020/PN.Plg

6) Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor : 38/Pid.Sus-

Tpk/2022/PN.Plg

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yaitu semua publikasi tentang

hukum yang merupakandokumen yang tidak resmi.21 yakni

berupa buku-buku, hasil penelitian dan bahan pustaka lainnya

yang berkaitan dengan penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan-bahan yang memberiikan informasi tentang

bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum dan

21
Zainuddin Ali Op.Cit, hlm. 54.
18

wawancara dilakukan guna memperoleh data pendukung untuk

menunjang data sekunder yang berasal dari studi kepustakaan

4. Pengumpulan Bahan Penelitian

Untuk memperoleh bahan yang sesuai dan mencakup permasalahan

dalam penelitian hukum ini, maka penulis menggunakan bahan melalui

studi kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan,

buku-buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.

5. Analisis Bahan Hukum Penelitian

Data yang diperoleh dari studi kepustakaan itu dianalisis secara

deskriftif kualitatif, dengan cara menginterpretasikan data menjadi data

yang tersusun secara ringkas. Pada akhirnya hasil metode ini diuraikan

dalam bentuk kata-kata gunapenarikan kesimpulan untuk menggambarkan

jawaban dari permasalahan penelitian.22

6. Penarikan Kesimpulan

Teknik penarikan kesimpulan merupakan suatu cara untuk

menarik kesimpulan dari data yang di dapat dalam suatu penelitian. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh penulis, teknik penarikan kesimpulan yang

digunakan adalah penarikan kesimpulan deduktif yaitu dengan cara

berfikir mendasar pada hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik

kesimpulan secara khusus. 23

22
Bambang Sunggono, 1997, Metode Penelitian Hukum, Raja GrafindoPersada,
Jakarta, hlm. 83
23
Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, UI-
Press, Jakarta, hlm.11
19

Penggunaan teori-teori dan penafsiran hasil analisis bahan hukum

normatif preskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan,

menstrukturkan dan mensistematisasi, serta menghormanisasikann

temuan-temuan hukum baru yang menjadi dasat untuk menarik

kesimpulan sebagai jawaban permasalahan.

1. Sistematika Penulisan

Peneliti membuat sistematika penulisan skripsi ini dengan terdiri dari 4

bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan dari penulisan skripsi

yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, ruang lingkup, kerangka teori, metode

penelitian dan sistematika sistematika penulisan skripsi.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan tinjauan pustaka dari penulisan

skripsi yang menjelaskan mengenai bagaimana Pedoman

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap

Tindak Pidana Korupsi Dana Desa serta Bagaimana dasar

pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap oknum

Kepala Desa yang melakukan tindak pidana korupsi Dana Desa

terhadap putusan nomor : 12/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg dan

putusan nomor 38/Pid.Sus-Tpk/2022/PN.Plg


20

BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan dari bagaimana

Pedoman Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana

Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dana Desa Bagaimana dasar

pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap oknum

Kepala Desa yang melakukan tindak pidana korupsi Dana Desa

terhadap putusan nomor: 12/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg dan

putusan nomor 38/Pid.Sus-Tpk/2022/PN.Plg

BAB IV : PENUTUP

Bab ini yang merupakan penutup dari penulisan skripsi

yang berisi kesimpulan dan saran-saran dari penulis terhadap

penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adami Chawazi, Hukum Pidana Korupsi Di Indonesia, Penerbit Rajawali Pers,


Jakarta 2016.

Arikunto, Suharsini, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Bumi


Aksara, Jakarta.

Bambang Sunggono, 1997, Metode Penelitian Hukum, Raja GrafindoPersada,


Jakarta,.

Eddy O.S Hiariej, “Prinsip-Prinsip Hukum Pidana”, Cetakan Kedua, Cahaya Atma
Pustaka Yogyakarta, 2017.

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta 2008.

Johny Ibrahim, 2005, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang.

Hanafi Mahrus, “Sistem Pertanggungjawaban Pidana”, Cetakan Pertama, Jakarta,


Rajawali Pers, 2015.

Michael P. Todaro dan Smith, Pembangunan Ekonomi Di Dunia, Penerbit


Erlangga, Jakarta, 2016.

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Cetakan Kedua, Kencana,


Jakarta, hlm.29.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghali
Indonesia, Jakarta.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar,Yogyakarta: Libery,
2005

Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, UI-Press,


Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1984, Metode Penelitian Hukm, PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta, hlm 234.

Suratman dan H.Philips Dillah, 2014, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta,


Bandung.

Zainudin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

PERATURAN
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

JURNAL
Achmad Surya, Problematika Penyidik Dalam Penetapan Tersangka Tindak
Pidana Korupsi Dana Desa Di Kabupaten Aceh Tengah, Jurnal Hukum,
Vol 4 No 1, 2018.

Isma Nurillah, Dan Nashriana, “Gatekeeper Dalam Skema Korupsi Dan Praktik Pencucian Uang”.
Jurnal Simbur Cahaya, Desember 2019, Hlm 213

Tri Novita, Problematika Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Dana Desa
Di Provinsi Riau, Jurnal Wawasan Yuridika, Vol 5 No. 2, 2021.

Yusrianto Kadir, Pencegahan Korupsi Dalam Pengelolaan Dana Desa, Jurnal IUS
Kajian Hukum dan Keadilan, Vol 6 No. 3, 2018.
SKRIPSI
Anita, Penegakan Hukum Atas Tindak Pidana Korupsi Dana Desa Di Kabupaten
Bone, Skripsi, 2019.

PUTUSAN PENGADILAN

Putusan Nomor : 12/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg

Putusan Nomor : 14/Pid.Sus-Tpk/2020/PN.Plg

Anda mungkin juga menyukai