Disusun Oleh :
TANGERANG
2022
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas nikmat yang telah ALLAH SWT anugerahkan
kepada kami. Salah satu nikmat yang terbesar dari-Mu adalah hidup penulis. Untuk
itu sebagai wujud rasa syukur kami kepada-Mu, penulis harus mengelolanya dengan
baik dan amanah. Semoga dengan terselesainya penulisan makalah ini, penulis
semakin sadar bahwa setiap tarikan nafas adalah anugerah, takdir dan nikmat dari-
Mu yang tak boleh penulis sia-siakan. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya terima kasih
atas doa, teladan, perjuangan dan kesabaran yang telah diajarkan kepada umatnya.
Makalah ini berjudul “Eksekusi Putusan Arbitrase dan ADR” merupakan tugas
yang harus dipenuhi untuk mata kuliah ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
BISNIS. Atas selesainya makalah ini, tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang
telah memberikan kontribusinya dalam rangka penyusunan dan penulisan makalah
ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, terutama kepada dosen pembimbing.
Akhirnya tiada gading yang tak retak dan tiada mawar yang tak berduri, penulis
menyatakan sebagai manusia tidak sempurna, maka dengan senang hati penulis
akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga karya
sederhana ini bermanfaat.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini aktivitas bisnis berkembang begitu pesatnya dan term merambah
dalam berbagai bidang, baik menyangkut barang maupun jasa. Bisnis merupakan
salah satu pilar penopang dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi dan
kegiatan atau transaksi bisnis di Indonesia yang kian marak ini, tidak menutup
kemungkinan terjadinya sengketa atau disputeldifference antar para pihak yang
terlibat. Setiap jenis sengketa yang terjadi menuntut pemecahannya dan
penyelesaian yang cepat. Semakin luas kegiatan perdagangan, semakin banyak
frekuensi terjadi sengketa; di lain pihak juga semakin banyak pula sengketa yang
harus diselesaikan. Membiarkan sengketa bisnis atau dagang terlambat diselesaikan
mengakibatkan perkembangan pembangunan tidak efisien, kegiatan produktifitas
menurun, dunia bisnis akan mengalami kemandulan, biaya produksi akan
meningkat. Secara konvensional penyelesaian sengketa dilakukan oleh masyarakat
kita adalah secara litigasi (peradilan). Cara seperti ini dianggap lebih baik karena
mempunyai kekuatan hukum pasti yang bersifat final dengan posisi para pihak
winlose position. Dalam prakteknya di Indonesia cam penyelesaian model litigasi
seperti ini tidak sepenuhnya diterima dunia bisnis, karena tidak sesuai dengan
tuntutannya. Namun demikian ada juga yang mengambil pilihan melalui jalan
arbitrase. Kecenderungan yang demikian disebabkan karena banyak pelaku bisnis
dalam penyelesaian sengketanya melalui lembaga peradilan tidak selalu
menguntungkan secara adil bagi kepentingan para pihak yang bersengketa. Maka
disini peranan badan arbistrase komersial didalam menyelesaikan sengketa-
sengketa bisnis dibidang perdagangan nasional maupun internasional dewasa ini
menjadi sangat penting. Banyak kontrak nasional dan internasional menyelipkan
klausula arbitrase dan memang bagi kalangan bisnis cara menyelesaikan sengketa
melalui badan ini memberi keuntungan sendiri dari pada melalui badan peradilan
nasional.' Karena sebagai konsekuensi logis dari lamanya proses perkara melalui
pengadilan, maka secara logis pula biaya perkara yang ditimbulkan juga memakan
biaya yang besar dan mahal, seperti ongkos-ongkos biaya perkara yang resmi,
biaya honorarium ahli hukum seperti advokat. Dengan situasi ini akan menyita waktu
3
dan biaya para pihak dan praktis sebagian waktu habis untuk mengurusi perkara
yang berpengaruh pada produktivitas para pebisnis, maka untuk itu berperkara
melalui arbitrase sangat diminati terutama kalangan pebisnis, karena disamping
biayanya murah dan memakan waktu yang relatif singkat dipara pihak sudah
menentukan sendiri arbitrase mana yang akan mengadili apabila tejadi perselisihan
diantara mereka.
Dalam keputusan yang diambil oleh badan arbitrase sifatnya adalah final dan
mengikat, dalam arbitrase tidak dikenal ada banding maupun Kasasi yang
merupakan atau sebagai tandingan terhadap keputusan arbitrase yang dikeluarkan.
Disamping ha1 tersebut dalam putusan arbitrase tidak begitu formal dan putusannya
lebih fleksibel, tidak ada tata cara proses perkara yang mutlak hams dijalani dan
para artratornya (wasit) tidak terkait atau tidak terkungkung dengan proses hukum
formal beracara di pengadilan konvensional dan tidak ada pula kaharusan untuk
berperkara ditingkat tertentu karena para pihak sendirilah yang memiliki kebebasan
untuk menentukan tempat arbitrase bersidang dan sekaligus hukum yang dipakai
atau bahasa yang dipergunakan, apabila perkara tersebut menyangkut 2 (dua)
kepentingan para pihak yang menganut sistem hukum yang berbeda atau dengan
istilah ada unsur asingnya. Alasan lain kelebihan menggunakan arbitrase ini adalah
para pihak tidak bersitegang, dalam proses perkara karena tidak adanya hal-ha1
formil yang dilakukan walctu beracara di arbitrase. Iklim seperti ini sudah barang
tentu akan sangat konstruktif dan akan mendorong semangat kerja sama para pihak
dalam proses penyelesaian suatu perkara. Hal ini akan berarti pula akan
mempercepat proses penyelesaian perkara yang ber~an~kutan.~ Disamping alasan-
alasan itu para pihak dapat memilih para arbitrator yang mereka anggap dapat
memenuhi harapan mereka, baik dari segi keahlian atau pengetahuannya pada
suatu bidang tertentu, para arbitor yang mereka pilih tidak selalu sajana atau ahli
hukum, bisa saja ahli ekonomi, ahli perdagangan, insinyur dan lain-lain. Faktor
kerahasiaan proses berperkara dan putusan yang dikeluarkan merupakan juga
alasan utama mengapa badan arbitrase ini menjadi primadona pengusaha, sebab
melalui arbitrase tidak ada kewajiban mengublikasikan keputusan arbitrase
sebagaimana halnya pada pengadilan biasa. Dengan adanya keserasian ini nama
baik atau image para pihak tetap terlindung, sementara bagi perusaham mereka
dapat menjaga kerahasiaan informasi dagang mereka.3 Keuntungan lain dengan
4
menggunakan arbitrase adalah tidak adanya pilihan hukum yang berlaku dan tidak
ditentukan selebihnya. Mengutip penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999, pada umumnya dikatakan bahwa pranata arbitrase mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan pranata peradilan yaitu antara lain : a. Dijarnin
kerahasiaan sengketa para pihak; b. Dapat dihindari keterlambatan yang diakibatkan
karena ha1 prosedural dan administrative; c. Para pihak dapat memilih arbiter yang
menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman serta latar belakang
yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil; d. Para pihak
dapat menetukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalah serta proses dan
tempat penyelenggaraan arbitrase; e. Putusan arbiter merupakan putusan yang
mengikat dan para pihak dan melalui tata cam (prosedur) sederhana saja ataupun
langsung dapat dilaksanakan.
Gary Good Paster, menyebutkan adanya beberapa alasan memilih arbitrase yaitu :
a. Kebebasan, kepercayaan, dan keagamaan;
b. Keahlian (Expertise);
c. Cepat dan hemat biaya;
d. Bersifat rahasia;
e. Bersifat non prosedur;
f. Kepekaan arbiter;
g. Pelaksanaan putusan
h. Kecenderungan yang modem.
a. Dihindarkan publisitas;
b. Tidak banyak formalitas
c. Bantuan Pengadilan hanya pada taraf tereksekusi;
d. Baik untuk perdagang-pedagang bonafide;
e. Ada jaminan dari perkumpulan-perkumpulan pengusaha;
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ARBITRASE
1) Asas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang atau
beberapa oramg arbiter.
4) Asa final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan akhir dan
mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperi banding
atau kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah disepakati oleh para pihak dalam klausa
atau perjanjian arbitrase. Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase
itu sendiri adalah untuk menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan
hak dikuasai sepenuhnya oleh para pihak, dengan mengeluarkan suatu putusan
yang cepat dan adil,Tanpa adanya formalitas atau prosedur yang berbelit-belit yang
dapat yang menghambat penyelisihan perselisihan.
Selain itu Pengertian arbitrase juga termuat dalam pasal 1 angka 8 Undang
Undang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa Nomor 30 tahun 1999:
“Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa
untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga
dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum
tertentu dalam hal belum timbul sengketa.” Dalam Pasal 5 Undang-undang No.30
tahun 1999 disebutkan bahwa: ”Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase
6
hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan hak yang menurut hukum peraturan
perundangundangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.” Dengan
demikian arbitrase tidak dapat diterapkan untuk masalahmasalah dalam lingkup
hukum keluarga. Arbitase hanya dapat diterapkan untuk masalah-masalah
perniagaan. Bagi pengusaha, arbitrase merupakan pilihan yang paling menarik guna
menyelesaikan sengketa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Dalam
banyak perjanjian perdata, klausula arbitase banyak digunakan sebagai pilihan
penyelesaian sengketa. Pendapat hukum yang diberikan lembaga arbitrase bersifat
mengikat (binding) oleh karena pendapat yang diberikan tersebut
makalahadedidiikirawanakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian
pokok (yang dimintakan pendapatnya pada lembaga arbitrase tersebut).
7
maupun segi empiris atau kenyataan dilapangan. Sejarah Arbitrase Keberadaan
arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa sebenarnya sudah
lama dikenal meskipun jarang dipergunakan. Arbitrase diperkenalkan di Indonesia
bersamaan dengan dipakainya Reglement op de Rechtsvordering (RV) dan Het
Herziene Indonesisch Reglement (HIR) ataupun Rechtsreglement Buiten Govesten
(RBg), karena semula Arbitrase ini diatur dalam pasal 615 s/d 651 reglement of de
rechtvordering. Ketentuan-ketentuan tersebut sekarang ini sudah tidak laku lagi
dengan diundangkannya Undang Undang Nomor 30 tahun 1999. Dalam Undang
Undang nomor 14 tahun 1970 (tentang Pokok Pokok Kekuasaan Kehakiman)
keberadaan arbitrase dapat dilihat dalam penjelasan pasal 3 ayat 1 yang antara lain
menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar
perdamaian atau melalui arbitrase tetap diperbolehkan, akan tetapi putusan arbiter
hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah
untuk dieksekusi dari Pengadilan.
8
hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase. Arbitrase institusi adalah suatu
lembaga permanen yang dikelola oleh berbagai badan arbitrase berdasarkan aturan-
aturan yang mereka tentukan sendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan arbitrase yang
dikeluarkan oleh badan-badan arbitrase seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI), atau yang internasional seperti The Rules of Arbitration dari The
International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, The Arbitration Rules dari The
International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) di Washington.
9
c) para pihak dapat memilih arbiter yang berpengalaman, memiliki
makalahadedidiikirawanlatar belakang yang cukup mengenai masalah yang
disengketakan, serta jujur dan adil ;
f) putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak melalui prosedur
sederhana ataupun dapat langsung dilaksanakan. Disamping keunggulan arbitrase
seperti tersebut diatas, arbitrase juga memiliki kelemahan arbitrase. Dari praktek
yang berjalan di Indonesia, kelemahan arbitrase adalah masih sulitnya upaya
eksekusi dari suatu putusan arbitrase, padahal pengaturan untuk eksekusi putusan
arbitrase nasional maupun internasional sudah cukup jelas.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau
lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak
milik yang dapat menimbulkan akibat hukum antara keduanya.
11
c) Quasi Adjudikatif : merupakan kombinasi antara unsur konsensual dan
adjudikatif. Dari sudut pandang prosesnya
2. Pengadilan Niaga
5. Konsultasi
6. Penilaian Ahli
12