Disusun Oleh :
TANGERANG
2021
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas nikmat yang telah ALLAH SWT anugerahkan
kepada kami. Salah satu nikmat yang terbesar dari-Mu adalah hidup penulis. Untuk
itu sebagai wujud rasa syukur kami kepada-Mu, penulis harus mengelolanya dengan
baik dan amanah. Semoga dengan terselesainya penulisan makalah ini, penulis
semakin sadar bahwa setiap tarikan nafas adalah anugerah, takdir dan nikmat dari-
Mu yang tak boleh penulis sia-siakan. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya terima kasih
atas doa, teladan, perjuangan dan kesabaran yang telah diajarkan kepada umatnya.
Akhirnya tiada gading yang tak retak dan tiada mawar yang tak berduri, penulis
menyatakan sebagai manusia tidak sempurna, maka dengan senang hati penulis
akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga karya
sederhana ini bermanfaat.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hal ini kami akan membahas kekuasaan Presiden dalam kekuasaan darurat
yakni;
Kekuasaan darurat yang berdasarkan UUD Tahun 1945 pasal 12 yaitu Presiden
mempunyai kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang tentang syarat dan
akibat negara dalam keadaan bahaya tanpa memerlukan persetujuan terlebih
dahulu dari DPR
Dalam hal ini, Presiden Republik Indonesia berdasarkan UUD Tahun 1945 juncto
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, memiliki kewenangan untuk mengesahkan Rancangan
Undang-Undang (RUU) menjadi Undang-Undang (UU), menetapkan Peraturan
Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang (Perppu), Peraturan Pemerintah,
dan Peraturan Presiden12 . Kewenangan Presiden untuk menetapkan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) didasarkan atas ketentuan Pasal 22
ayat (1) UUD RI Tahun 1945 yang menentukan bahwa “Dalam hal ikhwal
kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah
sebagai pengganti undang-undang”.
Menurut pendapat Wirjono Prodjodikoro13, jika pada waktu DPR tidak dalam masa
sidang, sementara Presiden perlu diadakan suatu peraturan yang seharusnya
adalah Undang-Undang. Misalnya peraturan tersebut perubahan dari suatu
undangundang atau materinya memuat ancaman hukuman pidana sehingga harus
4
dibuat dalam bentuk Undang-Undang. Maka Presiden mempunyai kewenangan
untuk mengeluarkan Perppu.
5
a. keamanan atau ketertiban hukum di seluruh wilayah atau di sebagian wilayah
Negara Republik Indonesia terancam oleh pemberontakan, kerusuhan-
kerusuhan atau akibat bencana alam, sehingga dikhawatirkan tidak dapat
diatasi oleh alat-alat perlengkapan secara biasa;
6
Hak Penguasa Darurat Sipil
Sebagai konsekuensi penetapan darurat sipil, penguasa darurat sipil akan memiliki
hak:
7
Wakil Ketua Fraksi PAN DPR, Saleh Partaonan Daulay, menilai penerapan darurat
sipil kurang tepat untuk menanggulangi wabah COVID-19, karena Perpu 23/1959
dan perubahannya lahir pada masa revolusi sebagai respon pada situasi saat itu
yang sifatnya sementara.
Selain itu, Ia menilai bahwa Perpu 23/1959 dan perubahannya lahir sebelum
berlakunya otonomi daerah. Jika diterapkan, belum tentu sesuai dengan situasi dan
sistem politik yang ada saat ini. Perpu 23/1959 dan perubahannya itu pun hanya
ditetapkan bilamana keamanan atau tertib hukum terancam dan bisa pula
diakibatkan bencana alam. Ia menilai bencana wabah COVID-19 ini adalah bencana
nonalam.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam perppu itu dijelaskan 'keadaan darurat sipil' adalah keadaan bahaya
yang ditetapkan oleh Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang untuk seluruh
atau sebagian wilayah negara.