Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

Nama : Hanoch tamala


Nim : 201921447
Kelas : R5H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada tuhan yang
maha esa, karena berkat dan karunia-nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya dengan judul Memorandum Of Understanding (MoU).
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dalam
matakuliah perancangan kontak jurusan teknik perminyakan fakultas teknik
universitas islam riau. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna dan banyak kekurangan, hal ini mengingat masih terbatasnya
pengetahuan dan kemampuan serta pengalaman penulis mengenai judul yang
penulis bahas dalam makalah ini. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik dari
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulisan makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan bantuan berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak
yang terlah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah memorandum of
understanding ini. Besar harapan penulis agar karya tulis ini nantinya berguna dan
menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa teknik perminyakan lainnya yang
membutuhkan materi-materi mengenai memorandum of understanding ini.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan
bagi pembaca sekalian.

Ambon 27 november 2021


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………... iii
DAFTAR ISI ............................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN........................................................... 1
A. latar belakang masalah ............................................................ 4
B. rumusan masalah..................................................................... 4
C. tujuan ................................................................................. 4

BAB I. PENDAHULUAN........................................................... 1
D. latar belakang masalah ............................................................ 4
E. rumusan masalah..................................................................... 4
F. tujuan ................................................................................. 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Memorandum of understanding (MoU) dalam bahasa indonesia
diterjemahkan dalam berbagai istilah, antara lain "nota kesepakatan", "nota
kesepahaman", "perjanjian kerja sama", "perjanjian pendahuluan". Di dalam kitab
undang-undang hukum perdata (KUH perdata) tidak dikenal apa yang dinamakan
nota kesepahaman. Akan tetapi apabila kita mengamati praktek pembuatan
kontrak terlebih kontrak-kontrak bisnis, banyak yang dibuat dengan disertai nota
kesepahaman yang keberadaannya didasarkan pada ketentuan pasal 1338 KUH
perdata. Selain pasal tersebut, pasal 1320 KUH perdata tentang syarat sahnya
perjanjian, khususnya yang berhubungan dengan kesepakatan, dijadikan sebagai
dasar pula bagi nota kesepahaman khususnya oleh mereka yang berpendapat
bahwa nota kesepahaman merupakan kontrak karena adanya kesepakatan, dan
dengan adanya kesepakatan maka ia mengikat. Apabila kita membaca undang-
undang nomor 24 tahun 2000 tentang perjanjian internasional, dapat dikatakan
pula bahwa undang-undang tersebut merupakan dasar nota kesepahaman.
Lebih lanjut nota kesepahaman didefinisikan atau memiliki pengertian
kesepakatan di antara pihak untuk berunding dalam rangka membuat perjanjian di
kemudian hari, apabila hal-hal yang belum pasti telah dapat dipastikan. Nota
kesepahaman bukanlah kontrak. Kontraknya sendiri belum terbentuk. Dengan
demikian nota kesepahaman tidak memiliki kekuatan mengikat. Akan tetapi
dalam praktek bisnis ia sering dipandang sebagai kontrak dan memiliki kekuatan
mengikat para pihak yang menjadi subjek di dalamnya atau yang
menandatanganinya. Walaupun dalam praktek bisnis nota kesepahaman sering
dipandang sebagai kontrak dan memiliki kekuatan mengikat para pihak yang
menjadi subjek di dalamnya atau yang menandatanganinya, namun dalam
realitanya apabila salah satu pihak tidak melaksanakan substansi nota
kesepahaman, maka pihak lainnya tidak pernah menggugat persoalan itu ke
pengadilan. Ini berarti bahwa nota kesepahaman hanya mempunyai kekuatan
mengikat secara moral.
Tujuan pembuatan nota kesepahaman adalah untuk mengadakan hubungan
hukum, sebagai suatu surat yang dibuat oleh salah satu pihak yang isinya memuat
kehendak, surat tersebut ditujukan kepada pihak lain, dan berdasarkan surat
tersebut pihak yang lain diharapkan untuk membuat letter of intent yang sejenis
untuk menunjukkan niatnya.
Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian MoU secara umum merupakan suatu nota dimana masing-masing
pihak melakukan penandatanganan MoU sebagai suatu pedoman awal tanda
adanya suatu kesepahaman diantara mereka. MoU sengaja dibuat dan tidak formal
karena biasanya hanya dilakukan di bawah tangan saja. C sengaja dibuat ringkas
karena pihak yang menandatangani MoU tersebut merupakan pihak-pihak masih
dalam negosiasi awal, akan tetapi daripada tidak ada ikatan apa-apa maka
dibuatlah MoU.
MoU sebenarnya tidak dikenal dalam hukum konvensional kita, sehingga
banyak yang mempertanyakan bagaimana sesungguhnya kedudukan dari MoU itu
sendiri, apakah itu merupakan suatu kontrak atau hanya suatu dokumen sederhana
mengenai kesepahaman-kesepahaman yang terjadi antar pihak.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas ialah :

1. Bagaimanakah istilah dan pengertian MoU itu ?


2. Bagaimanakah pengaturan mengenai MoU itu ?
3. Bagaimanakah macam-macam MoU itu ?
4. Bagaimanakah tujuan MoU itu ?
5. Bagaimakah kekuatan mengikat dan bentuk MoU itu ?
6. Bagaimakah MoU didalam dunia migas ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Istilah dan pengertian memorandum of understanding


Istilah memorandum of understanding berasal dari dua kata, yaitu
memorandum dan understanding. Secara gramatikal memorandum of
understanding diartikan sebagai nota kesepahaman. Dalam black’s law dictionary
yang di maksud memorandum adalah : “is to serve as the basic of future formal
contract or deed”, yang artinya adalah dasar untuk memulai penyusunan kontrak
atau akta secara formal pada masa datang. Yang dimaksud dengan understanding
adalah: “an implied agreement resulting from the express term of another
agreement, wheter written or oral”, yang artinya adalah pernyataan persetujuan
secara tidak langsung terhadap hubungannya dengan persetujuan lain, baik secara
lisan maupun tertulis.
Dari terjemahan kedua kata itu, dapat dirumuskan pengertian
memorandum of understanding adalah dasar penyusunan kontrak pada masa
mendatang yang didasarkan pada hasil pemufakatan para pihak baik secara tertulis
maupun tidak.
Memorandum of understanding dalam pengertian idealnya merupakan suatu
bentuk perjanjian ataupun kesepakatan awal yang menyatakan langkah
pencapaian dan saling mengerti antara kedua belah pihak untuk langkah kemudian
pada penandatanganan suatu kontrak.
Memorandum adalah suatu peringatan, lembar peringatan, atau juga suatu
lembar catatan. Memorandum juga merupakan suatu nota/ surat peringatan tak
resmi yang merupakan suatu bentuk komunikasi yang berisi antara lain mengenai
saran, arahan dan penerangan. Terhadap suatu MoU, selain istilah MoU yang
sering dipakai sebagai singkatan dari memorandum of understanding, juga banyak
dipakai istilah-istilah lain misalnya nota kesepahaman atau terkadang disebut
sebagai nota kesepakatan. Tetapi, walaupun begitu istilah MoU tetap merupakan
istilah yang paling populer dan lebih bersifat internasional dibandingkan dengan
istilah-istilah lainnya.
Istilah lain yang sering juga dipakai untuk m.o.u ini, terutama oleh negara-
negara Eropa adalah apa yang disebut dengan head agreement, cooperation
agreement, dan gentlement agreement yang sebenarnya mempunyai arti yang
sama saja dengan arti yang dikandung oleh istilah MoU.
Dalam perbendaharaan kata-kata indonesia, istilah MoU diterjemahkan ke
dalam berbagai istilah yang bervariasi, yang tampak belum begitu baku. Sebut
saja misalnya istilah seperti “nota kesepakatan atau nota kesepahaman”.
Menurut pengertian beberapa ahli, definisi memorandum of understanding adalah
sebagai berikut :
1. Menurut munir fuady, mengartikan bahwa memorandum of understanding
sebagai berikut ; perjanjian pendahuluan, dalam arti nantinya akan diikuti dan
dijabarkan dalam perjanjian lain yang mengaturnya secara detail, karena itu,
memorandum of understanding berisikan hal-hal yang pokok saja. Adapun
mengenai lain-lain aspek dari memorandum of understanding relatif sama dengan
perjanjian-perjanjian lain.
2. Erman rajagukguk mengartikan memorandum of understanding sebagai
berikut ; dokumen yang memuat saling pengertian diantara para pihak sebelum
perjanjian dibuat. Isi dari memorandum of understanding harus dimasukkan ke
dalam kontrak, sehingga ia mempunyai kekuatan mengikat.
3. I. Nyoman sudana, mengartikan memorandum of understanding sebagai suatu
perjanjian pendahuluan, dalam arti akan diikuti perjanjian lainnya.
4. H. Salim mengartikan memorandum of understanding sebagai berikut ; nota
kesepahaman yang dibuat antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum
lainnya, baik dalam suatu negara maupun antarnegara untuk melakukan kerjasama
dalam berbagai aspek kehidupan dan jangka waktu tertentu.

B. Pengaturan mengenai MoU


Hingga saat ini tidak dikenal pengaturan khusus tentang mou. Hanya saja,
merujuk dari defenisi dan pengertian di atas, dimana MoU tidak lain adalah
merupakan perjanjian pendahuluan, maka pengaturannya tunduk pada ketentuan
tentang perikatan yang tercantum dalam buku iii kitab undang -undang hukum
perdata. Pengaturan MoU pada ketentuan buku iii kuh perdata yang sifatnya
terbuka membawa konsekuensi pada materi muatan atau substansi dari MoU yang
terbuka pula. Artinya para pihak diberi kebebasan untuk menentukan materi
muatan MoU akan mengatur apa saja, sepanjang tidak bertentangan dengan
hukum, dan norma kepatutan, kehati-hatian dan susila yang hidup dan diakui
dalam masyarakat, serta sepanjang penyusunan MoU itu memenuhi syarat-syarat
sahnya sebuah perjanjian sebagaimana tertuang dalam pasal 1320 kuh perdata.
Pasal 1320 kuh perdata menyebutkan bahwa syarat sahnya perjanjian adalah
(i) Adanya kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri;
(ii) Para pihakyang membuat perjanjian adalah pihak yang cakap;
(iii) Perjanjian dibuat karena ada hal tertentu; dan
(iv) Serta hal tersebut merupakan hal yang halal.

Kekuatan mengikat mou terdapat dua pendapat. Pertama, pendapat yang


menyatakan bahwa MoU kekuatan mengikat dan memaksa sama halnya dengan
perjanjian itu sendiri. Walaupun secara khusus tidak ada pengaturan tentang mou
dan materi muatan MoU itu diserahkan kepada pra pihak yang membuatnya serta
bahwa mou adalah merupakan perjanjian pendahuluan, bukan berarti MoU
tersebut tidak mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa bagi para pihak untuk
mentaatinya dan/atau melaksanakannya.
C. Macam-macam MoU
MoU dapat dibagi menurut negara dan kehendak para pihak. MoU
menurut negara merupakan mou yang dibuat antara negara yang satu dengan
negara yang lainnya. Mou menurut negara yang membuatnya dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1. MoU yang bersifat nasional.
2. MoU yang bersifat internasional.
MoU yang bersifat nasional merupakan mou yang kedua belah pihaknya
adalah warga negara atau badan hukum indonesia, misalnya MoU yang dibuat
antara badan hukum indonesia dengan badan hukum indonesia lainnya atau antara
PT dengan pemerintah daerah.
MoU yang bersifat internasional merupakan nota kesepahaman yang dibuat
antara pemerintah indonesia dengan pemerintah negara asing dan/atau antara
badan hukum indonesia dengan badan hukum negara asing. MoU menurut
kehendak para pihak yang membuatnya merupakan mou yang dibuat oleh para
pihak yang sejak awal telah menyetujui kekuatan mengikat dari MoU tersebut.
D. Tujuan MoU
Pada prinsipnya, ada beberapa alasan mengapa dibuat suatu memorandum
of understanding dalam suatu transaksi bisnis. Yaitu sebagai berikut:
1) karena prospek bisnisnya belum jelas benar, sehingga belum bisa
dipastikan apakah deal kerja sama tersebut akan ditindak lanjuti. Untuk
menghindari kesulitan dalam hal pembatalan suatu agreement nantinya, dibuatlah
memorandum of understanding yang memang mudah dibatalkan.
2) karena dianggap penandatangan kontrak masih lama dengan negosiasi
yang alot. Karena itu, dari pada tidak ada ikatan apa-apa sebelum ditandantangani
kontrak tersebut, dibuatlah memorandum of understanding yang akan berlaku
untuk sementara waktu.
3) karena masing-masing pihak dalam perjanjian masih ragu-ragu dan masih
perlu waktu untuk pikir-pikir dalam hal menandatangani suatu kontrak, sehingga
untuk sementara dibuatlah memorandum of understanding.
4) karena memorandum of understanding dibuat dan ditandantangani oleh
pihak eksekutif teras dari suatu perusahaan, sehingga untuk suatu perjanjian yang
telah rinci mesti dirancang dan dinegosiasi khusus oleh staf-stafnya yang lebih
rendah tetapi lebih menguasai teknis.
Di dalam suatu perjanjian yang didahului dengan membuat memorandum of
understanding dimaksudkan supaya memberikan kesempatan kepada pihak yang
bersepakat untuk memperhitungkan apakah saling menguntungkan atau tidak jika
diadakan kerja sama, sehingga agar memorandum of understanding dapat
ditindaklanjuti dengan perjanjian dan dapat diterapkan sanksi-sanksi. Jika salah
satu pihak melakukan wanprestasi, tetapi jika sanksi-sanksi sudah di-cantumkan
dalam memorandum of understanding akan berakibat bertentangan dengan hukum
perjanjian/ perikatan, karena dalam memorandum of understanding belum ada
suatu hubungan hukum antara para pihak, yang berarti belum mengikat.

E. Kekuatan Mengikat Dan Bentuk MoU


Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak lain, dan
pihak lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Perjanjian akan menerbitkan
perikatan antara dua orang yang membuatnya untuk melakukan suatu hal.
Ketentuan pasal 1338 kuhperdata menjadi dasar hukum bagi kekuatan
mengikat mou itu. Menurut pasal 1338, setiap perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi para pembuatnya. Dengan kata lain jika
mou itu telah dibuat secara sah, memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian
sebagaimana disebut dalam pasal 1320, maka kedudukan dan/atau keberlakuan
mou bagi para pihak dapat disamakan dengan sebuah undang-undang yang
mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa. Tentu saja pengikat itu hanya
menyangkut dan sebatas pada hal-hal pokok yang termuat dalam MoU.
Kedua, pendapat yang menyatakan dengan menitikberatkan MoU sebagai
sebuah perjanjian pendahuluan sebagai bukti awal suatu kesepakatan yang
memuat hal-hal pokok, serta yang harus diikuti oleh perjanjian lain, maka
walaupun pengaturan MoU tunduk pada ketentuan perikatan dalam kuhperdata,
kekuatan mengikat MoU hanya sebatas moral saja. Dengan kata lain pula mou
merupakan gentlement agreement.
Mou ini adalah salah satu jenis dokumen resmi yang didalamnya memuat
penjelasan tentang persetujuan diantara dua belah pihak. Dikumen MoU ini
lazimnya digunakan didalam sebuah perusahaan berkaitan dengan perjanjian-
perjanjian atau kesepakatan yang dibuat antara perusahaan dengan klien-nya.
Bentuk MoU dapat dikenali dari ciri-ciridari isinya yang ringkas, biasanya cukup
ditulis dalam satu halaman saja, berisi hal yang dianggap paling pokok atau
penting saja., bersifat pendahuluan saja dan biasanya dapat diikuti oleh surat
perjanjian yang dimuat terbatas. Umumnya dibuat dalam bentuk perjanjian
dibawah tangan atau tidak memiliki dasar hukum yang kuat. Dokumen mou bukan
merupakan hukum yang mengikat para pihak. Agar mengikat secara hukum, maka
harus ditindaklanjuti dengan sebuah perjanjian. Kesepakatan mou ini bersifat
moral, akan tetapi dalam prakteknya, mou tetap disejajarkan dengan perjanjian
lainnya. Ikatan yang terbentuk tidak hanya bersifat moral, tetapi juga menjadi
sebuah ikatan hukum. Poin pentingnya terletak pada isi atau materi dari nota
kesepahaman itu, bukan semata-mata pada istilah.
Sebagai contoh, mou digunakan sebagai perjanjian kerjasama tenaga kerja
atau karyawan dengan perusahaannya, perjanjian bidang kesehatan antara pasien
dengan pihak rumah sakit, perjanjian bidang pendidikan antara tata usaha dengan
honorer, dan sebagainya.
F. Akibat bila terjadi suatu pengingkaran substansi dari M.O.U
Pengingkaran yang terjadi dalam substansi dari M.O.U dapat
dikategorikan menjadi dua bagian yaitu :
a. Pengingkaran terhadap substansi M.O.U yang tidak berkedudukan sebagai
kontrak
b. Pengingkaran substansi M.O.U yang berkedudukan sebagai kontrak
(wanprestasi).
Untuk M.O.U yang sifatnya bukan merupakan suatu kontrak maka tidak
ada sanksi apapun bagi pihak yang mengingkarinya kecuali sanksi moral. Upaya
penyelesaian untuk masalah ini lebih pada musyawarah untuk mencari suatu jalan
keluarnya. Adanya sanksi moral dalam hal ini dimisalkan bahwa pihak yang
mengingkarinya M.O.U hanya mendapatkan suatu cap buruk terhadap track
recordnya. Dan suatu hari bila ia mengadakan suatu perjanjian lagi terhadap
pihak lain maka kemungkinan dia tidak akan dipercaya lagi dan tidak akan ada
lagi yang akan melakukan kerjasama bisnis lagi dengannya.
Kemudian bagaimana dengan kedudukan dari M.O.U yang tidak mempunyai
suatu kekuatan hukum yang memaksa (sanksi) sehingga bisa mempunyai sanksi.
Hal itu tentunya tidak terlepas dari teori ratifikasi. Dimana yang dimaksud
dengan ratifikasi disini adalah suatu tindakan pengakuan yang menguatkan
tindakan yang telah dilakukan sebelumnya, dalam hal ini akan menguatkan
perjanjian yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi dalam hal ini M.O.U yang telah
dibuat sebelumnya diratifikasi menjadi sebuah kontrak baru dengan substansi
lebih tegas menyangkut hak dan kewajiban masing-masing pihak disertai dengan
sanksi yang tegas pula jika terdapat suatu pelanggaran.
Sedangkan untuk M.O.U yang sifatnya sudah merupakan suatu kontrak maka
apabila terjadi suatu wanprestasi terhadap substansi dalam M.O.U ini maka pihak
tersebut harus memenuhi prestasi yang telah dilanggarnya atau ia akan dikenai
sanksi dari perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Lebih lanjut nota kesepahaman didefinisikan atau memiliki pengertian
kesepakatan di antara pihak untuk berunding dalam rangka membuat
perjanjian di kemudian hari, apabila hal-hal yang belum pasti telah dapat
dipastikan.
2. Pengaturan mou pada ketentuan buku iii kuh perdata yang sifatnya terbuka
membawa konsekuensi pada materi muatan atau substansi dari mou yang
terbuka pula.
3. Mou menurut negara yang membuatnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
bersifat nasion dan yang bersifat internasional.
4. Mou yang bersifat nasional merupakan mou yang kedua belah pihaknya
adalah warga negara atau badan hukum indonesia
5. Di dalam suatu perjanjian yang didahului dengan membuat memorandum of
understanding dimaksudkan supaya memberikan kesempatan kepada pihak
yang bersepakat untuk memperhitungkan apakah saling menguntungkan atau
tidak jika diadakan kerja sama, sehingga agar memorandum of understanding
dapat ditindaklanjuti dengan perjanjian dan dapat diterapkan sanksi-sanksi.
6. Ketentuan pasal 1338 kuhperdata menjadi dasar hukum bagi kekuatan
mengikat mou itu
7. Kesepakatan mou ini bersifat moral, akan tetapi dalam prakteknya, mou tetap
disejajarkan dengan perjanjian lainnya
8. Jadi dalam hal ini M.O.U yang telah dibuat sebelumnya diratifikasi menjadi
sebuah kontrak baru dengan substansi lebih tegas menyangkut hak dan
kewajiban masing-masing pihak disertai dengan sanksi yang tegas pula jika
terdapat suatu pelanggaran.
B. Saran
Sebagai rekomendasi dalam ilmu pengetahuan khususnya mengenai
Hukum Kontrak, maka saran yang disampaikan adalah:
1. Agar terjadi kejelasan dalam hukum mengenai sifat sebuah kesepakatan yang
dibuat, jika apa yang disepakati adalah hal yang sangat penting maka
hendaknya dibuat dihadapan notaris, karena akan memberikan legalitas yang
tinggi pada akta yang dibuat.
2. Apabila terjadi pengingkaran terhadap substansi dari M.O.U yang sifatnya
hanya merupakan kesepakatan biasa yang hanya mempunyai sanksi moral
didalamnya, maka hendaknya pebisnis langsung melakukan black list
terhadap pihak yang mengingkari tersebut dan tidak melakukan deal-deal
kerjasama lagi dengan pihak tersebut. Apabila terjadi pengingkaran terhadap
substansi dari M.O.U yang sifatnya sudah merupakan kontrak atau setingkat
dengan perjanjian, maka hendaknya pebisnis menyelesaikannya masalah
tersebut di dalam pengadilan karena akan memberikan kepastian hukum
dalam penggantian kerugiannya

DAFTAR PUSTAKA
http://www.bpkp.go.id › konten › p...Penyusunan Memorandum of Understanding
(MoU) – BPKP, https://m.merdeka.com › trending MOU adalah Memorandum Of
Understanding, Ketahui Tujuan Beserta , https://badilum.mahkamahagung.go.id
› ...PDF
c. format memorandum of understanding / perjanjian kerjasama,
https://journal.unpar.ac.id › article
View of Kekuatan Hukum Memorandum of Understanding (MoU) Dalam Hukum
...

Anda mungkin juga menyukai