Anda di halaman 1dari 2

Pengertian nafkah

Kata nafkah berasal dari bahasa Arab yakni anfaqa-yunfiqu-infaaqan yang berarti al-
kharaj atau keluar, pengeluaran. Adapun bentuk jamaknya adalah nafaqat yang secara
bahasa berarti sesuatu yang dikeluarkan manusia untuk tanggungannya.

Dalam kamus Arab-Indonesia, secara etimologi kata nafkah diartikan dengan


“pembelanjaan”. Dalam tata bahasa Indonesia, kata nafkah secara resmi sudah dipakai
dengan arti pengeluaran. Adapun menurut istilah syara’ nafkah adalah:

‫كفاية من يمونه من الطعام والكثوة والثكنى‬

Artinya: “mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggung jawabnya berupa makanan,
pakaian, dan tempat tinggal.”

Menurut kamus bahasa Indonesia, pengertian nafkah adalah: 1) Belanja untuk


memelihara kehidupan, 2) Rezeki, makanan sehari-hari, 3) Uang belanja yang diberikan
kepada istri, 4) Uang pendapatan mencari rezeki dan sebagainya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat dipahami bahwa nafkah adalah pengeluaran yang
biasanya dipergunakan oleh seseorang untuk orang yang menjadi tanggungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup, baik berupa pangan, sandang, ataupun papan dan lainnya dengan
sesuatu yang baik.1

Secara prinsip, nafkah lahir karena adanya beban tanggung jawab (dzimmah) sehingga
karakteristiknya sama dengan ketentuan kafarat yang menjadi sebuah kewajiban sebagai
akibat dari beban pertanggungjawaban atas sebuah perbuatan. Ketentuan nafkah memiliki
takaran besaran kewajiban yang disesuaikan dengan kemampuan pihak yang akan memberi
nafkah, sebagaimana kafarat yang menentukan pula tingkatan besaran kewajiban dengan
disesuaikan atas perbuatan berdasarkan penyebabnya.2 Tidak ada ketentuan yang
menjelaskan berapa ukuran nafkah secara pasti, justru menunjukkan betapa fleksibelnya
Islam dalam menetapkan aturan nafkah.

Secara operasional kata nafkah dapat dirumuskan dalam pengertian kewajiban


seseorang yang timbul sebagai akibat perbuatannya yang mengandung beban tanggung jawab

1
Jumni Nelli, Analisis tentang Kewajiban Nafkah Keluarga Dalam Pemberlakuan Harta Bersama, Al-Istinbath:
Jurnal Hukum Islam, Vol. 2, No. 1, 2017, h. 30.
2
Ahmad Rajafi, Reinterpretasi Makna Nafkah dalam Bingkai Islam Nusaantara, Al Ihkam, Vol. 13, No. 1,
2018, h. 103.
berupa pembayaran sejumlah biaya guna memenuhi kebutuhan primer, sekunder, maupun
tersier dari sesuatu yang menjadi tanggungannya.

Pada dasarnya, ada 2 macam nafkah:


a. Nafkah yang diwajibkan kepada manusia untuk dirinya, apabila dia mampu dia harus
memberikan nafkah kepada yang lainnya.
b. Nafkah yang diwajibkan kepada manusia untuk kebutuhan orang lain. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, yakni: pernikahan, kekerabatan, dan kepemilikan.
Nafkah istri menjadi kewajiban bagi suami untuk memenuhinya dikarenakan sudah
menjadi tanggungannya, nafkah kerabat wajib dipenuhi oleh kerabatnya disebabkan
hubungan darah dan mahram, sedangkan nafkah seorang hamba waajib dipenuhi oleh
tuannya disebabkan karena kepemilikan.

Anda mungkin juga menyukai