Anda di halaman 1dari 7

BAB III

KEBIJAKAN SOSIAL
Oleh :
Dra. Hj. SUGIYANTI, M.Pd
A. Pengertian
1. Kebijakan sosial menurut Ricard J. Tifomse di
bagi menjadi 2 yaitu :
 Kebijakan adalah prinsip-prinsip yang
mengatur tindakan yang di arahkan pada
tujuan-tujuan tertentu.
 Sosial adalah pelayanan ditekankan pada

manusia sebagai mahkluk sosial.


2. Menurut Alfred J. Khan
 Kebijakan sosial adalah sebagai unsur-unsur

dasar yang sama dan keputusan-keputusan,


dorongan-dorongan untuk bertindak
sehubungan dengan program-program
kesejahteraan sosial atau pelayanan sosial.
 Berdasarkan definisi diatas kebijakan sosial

mengandung 3 tujuan dan pertimbangan nilai-


nilai, yaitu :
1) Kebijakan sosial ditujukan untuk
mengusahakan perbaikan yaitu memberikan
kesejahteraan pada warga negara.
2) Kebijakan sosial mencakup tujuan-tujuan
ekonomis dan non ekonomis. (Standar upah
minimum).
3) Kebijakan sosial menyangkut usaha-usaha
B. Faktor-faktor yang Mendasari Kebijakan
Sosial.
1. Jumlah penduduk yang bertambah besar.
2. Golongan masyarakat miskin dan terlantar
bertambah jelas kelihatan.
3. Munculnya itu-itu ketenagakerjaan (banyak
tenaga kerja yang berpendidikan rendah bahkan
buta huruf)
4. Kebutuhan akan jaminan terhadap perbedaan
etnis dan kebudayaan.
5. Meningkatkan prioritas dalam kebijakan.
6. Penanggulangan masalah-masalah sosial di
daerah perkotaan, pengintregasian masyarakat,
keadilan sosial dan pengakhiran kemiskinan.
C. Universalisme dan Selektivitas.
1. Universalisme
 Padangan ini mebuat keputusan bahwa perlu adanya

pengembangan tindakan-tindakan kesejahteraan sosial atas


dasar perhitungan yang sama untuk semua orang.
Pelayanan sosial digambarkan sebagai penerimaan “Social
minimum” yang didalamnya terkandung keadilan sosial dan
pengembangan pemerataan kesempatan secara hakiki
bersifat universal. (yang diberi pelayanan bukan hanya yang
bermasalah saja dan sifatnya tidak hanya sementara).
2. Selektivitas.
 Suatu sistem dimana orang hanya memenuhi syarat untuk

memperoleh pelayanan kalau mereka berpenghasilan


dibawah jumlah yang telah ditentukan. Atau dengan kata
lain orang ini hanya akan memperoleh pelayanan jika
setelah melalui suatu test kemiskinan/ means test.
D. Pemerataan sebagai Tujuan.
 Dalam menyusun program-program pelayanan sosial yang
mengandung potensi pemerataan tidak luput dari berbagai
pendapat yang berbeda. Perbedaan dapat berasal dari dua
segi pandangan politik yaitu :
1. Pihak-pihak yang menginginkan agar pelayanan sosial
dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan
dan bukan kondisi atau status. Bagi fihak ini kadang
pemerataan yang terdapat dalam pelayanan tidak perlu
banyak. Yang mereka inginkan adalah peningkatan
mobilitas orang dengan menyediakan dasar-dasar untuk
pengembangan kemapuan dan ketrampilan.
2. Pihak-pihak yang lebih menginginkan penggunaan
pelayanan sosial dari pada mekanisme-mekanisme
pekerjaan atau dasar untuk mengurangi ketidakmerataan
dan untuk menjamin tingkat kehidupan yang memadai.
Mereka menginginkan dilakukannya evaluasi lebih lanjut
tentang akibat-akibat pemerataan dari pelayanan-
E. Referensi
1. Undang-undang No. II Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
2. Sadiman Al Kundarto. 2011. Pendekatan
Pengembangan Sistem dalam Pelayanan
Kesejahteraan Sosial. Semarang. Dinas Sosial
Provinsi Jawa Tengah.
3. Modul Penyuluhan Sosial Dinas Provinsi Jawa
Tengah. Semarang. 2006.

Anda mungkin juga menyukai