Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH CARA MELAWAN HOAX

Nama Kelompok :

-Ria Adawiyah (262111109)

-Enjelina Marlina (241911001)

-Yulia Puspita sari (241911010)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat-

Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “cara melawan

hoax”. Makalah ini membahas mengenai penyebaran hoax di media sosial, pengaruh

fenomena hoax melalui media sosial, dan peran pemerintah dan masyarakat dalam menyikapi

hoax melalui media sosial?

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata Komputer yang telah

memberikan tugas makalah ini, sehingga kami bisa lebih memahami bahwa hoax yang

disebarluaskan melalui media sosial mampu mengancam persatuan bangsa Indonesia.

Kami menyadari, dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali kekurangannya.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki

makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.

Jakarta , 3 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk
mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita
tersebut adalah palsu. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah
mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan
barang/kejadian sejatinya. Suatu pemberitaan palsu berbeda dengan misalnya
pertunjukan sulap; dalam pemberitaan palsu, pendengar/penonton tidak sadar sedang
dibohongi, sedangkan pada suatu pertunjukan sulap, penonton justru mengharapkan
supaya ditipu. Hoax bertujuan membuat opini publik, membentuk presepsi dan juga
untuk having fun yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan
media sosial.
Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang dapat menyebabkan
seseorang cenderung mudah percaya pada hoax. Orang lebih cenderung percaya hoax
jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki (Respati, 2017).
Contohnya jika seseorang penganut paham bumi datar memperoleh artikel yang
membahas tentang berbagai teori konspirasi mengenai foto satelit maka secara naluri
orang tersebut akan mudah percaya karena mendukung teori bumi datar yang
diyakininya. Secara alami perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika opini
atau keyakinannya mendapat afirmasi sehingga cenderung tidak akan mempedulikan
apakah informasi yang diterimanya benar dan bahkan mudah saja bagi mereka untuk
menyebarkan kembali informasi tersebut. Hal ini dapat diperparah jika si penyebar hoax
memiliki pengetahuan yang kurang dalam memanfaatkan internet guna mencari
informasi lebih dalam atau sekadar untuk cek dan ricek fakta.
Untuk mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang HOAX tersebut di
dalam perkembangan teknologi dan penyebarannya di lingkungan masyarakat dan
integrasi bangsa oleh karena itu, kami akan membuat makalah yang berjudul “Cara
Melawan HOAX” yang bermaksud juga untuk menambah wawasan para pembaca.
Arti hoax adalah kabar, informasi, berita palsu atau bohong. Dalam KBBI
disebutkan bahwa arti hoax adalah berita bohong. Hoax merupakan informasi yang
direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Dengan kata lain, arti hoax juga bisa
didefinisikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-
olah meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Hoax merupakan ekses
negatif kebebasan berbicara dan berpendapat di internet. Khususnya media sosial dan
blog. Sedangkan menurut wikipedia, arti hoax adalah usaha untuk menipu atau
mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu. Padahal pencipta berita
tersebut tahu bahwa berita yang ia berikan adalah berita palsu.
Realita saat ini berita hoax semakin menyerbu internet terlihat dari hasil survey
tentang Wabah Hoax Nasional oleh Mastel (2017), bahwa saluran penyebaran berita
hoax tiga tertinggi berasal dari media sosial berupa facebook pada urutan tertinggi
92,40%, aplikasi chatting 62,80%, dan situs web 34,90%. Berita hoax sendiri lebih
condong membawa dampak negatif daripada dampak positif. Bramy Biantoro (2016)
menyebutkan ada empat bahaya yang ditimbulkan dari berita hoax, yakni hoax
membuang waktu dan uang, hoax jadi pengalih isu, hoax sebagai sarana penipuan
publik, serta hoax sebagai pemicu kepanikan publik.Dilansir dari berbagai sumber, ada
beberapa macam isu hoax di antaranya terkait agama, permasalahan sosial, politik.

.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan penyusunan


makalah ini maka diperlukan rumusan masalah seperti yang diuraikan dalam bentuk
pertanyaan dibawah ini :

1. Apa Tujuan hoax Biasanya di buat untuk mengalihkan isu yang memicuh
kepanikan publik
2. Apakah Hoax mengarah sekelompok orang untuk pengambilan untung
3. Bagaimana perkembangan hoax di media social
.3. Tujuan

1. Apa pengertian dari Hoax di era jaman media social


2. Mengetahui apakah tujuan dari berita bohong di sebarkan kepada masyarakat
3. Bagaimana penyebaran hoax di media social
4. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi hoax di social
media
5. Mengatasi/ solusi perkembangan penyebaran berita hoax di media social
BAB II
PEMBAHASAN

.1. Pengertian hoax di era jaman media social


Menurut peneliti Lynda Walsh dalam buku berjudul Sins Against Science,
istilah hoax, merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang masuk sejak era
industri. Diperkirakan pertama kali dan baru mulai digunakan pada 1808 (Walsh
2016).
Menurut survey mastel tentang wabah hoax nasional hoax yang paling
sering diterima oleh masyarakat melalui tulisan, gambar, dan video di beberapa
media dan juga media penyaluran berita hoax menurut survey mastel tentang
wabah hoax nasional hoax ada berbagai macam bisa melalui email, televisi, situs
web, aplikasi chating (whatsapp dan line), sms, dan yang paling besar penyaluran
berita hoax adalah di media sosial (Mastel.id, 2017).
Hoax adalah informasi sesat dan berbahaya karena menyesatkan persepsi
manusia dengan menyampaikan informasi palsu sebagai kebenaran. Hoax mampu
mempengaruhi banyak orang dengan menodai suatu citra dan kredibilitas (Chen et
al, 2014).
Ada beberapa ciri-ciri yang bisa dijadikan cara untuk mengidentifikasi suatu
berita bohong antara lain:
1. Sumber beritanya berasal dari sumber yang tidak bisa dipercaya, sehingga tidak
ada tautan ke sumber resmi.
2. Isi berita tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Gambar, foto atau video merupakan hasil rekayasa atau editan.
4. Mengandung kalimat yang provokatif, sehingga mudah mempengaruhi
pembacanya.
5. Biasanya mengandung unsur politis dan SARA.

.2. Mengetahui apakah tujuan dari hoax disebar kepada masyarakat


Hoax dapat bertujuan untuk memengaruhi pembaca dengan informasi
palsu sehingga pembaca mengambil tindakan sesuai dengan isi hoax. Sebagai
pesan informasi palsu dan menyesatkan, hoax juga dapat menakut-nakuti orang
yang menerimanya. (Petkovic et al, 2005).
Berita bohong atau hoaks (bahasa Inggris: hoax) adalah informasi yang
sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini tidak sama
dengan rumor, ilmu semu, atau berita palsu, maupun April Mop. Tujuan dari berita
bohong adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan
kebingungan.

Dengan demikian, secara umum definisi hoax adalah berita bohong yang
dibuat dengan tujuan mengolok-olok maupun menipu individu atau kelompok. Hoax
disebarkan pada umumnya bertujuan untuk bahan lelucon atau sekedar iseng,
menjatuhkan pesaing (black campaign), promosi dengan penipuan, membuat dan
menggiring opini publik yang negatif seperti fitnah,kritik tajam, penyebar kebencian
dan lainnya.

.3. Bagaimana penyebaran hoax dimedia social


Penyebaran berita hoax dapat dilakukan dimanapun, melalui media apapun,
dan oleh siapapun. Salah satu alat penyebaran berita hoax yang sedang marak saat ini
adalah media sosial. Media sosial dapat dengan mudah di akses melalui telepon
genggam atau telepon pintar (smartphone). Bukan hanya masyarakat Indonesia saja,
hampir masyarakat dunia saat ini memiliki akun media sosial nya masing-masing.
Beberapa media sosial yang menjadi sasaran empuk penyebaran berita hoax yaitu
Facebook, Instagram, WhatsApp bahkan Youtube.
Mengingat media sosial adalah media yang paling banyak digunakan sehingga
peluang penyebaran berita bohong atau hoax semakin meningkat. Persoalan lainnya
yang menyebabkan penyebaran berita hoax semakin sulit di kendalikan adalah
kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung ingin cepat berbagi informasi di
dunia nyata maupun dunia maya tanpa memperhatikan sumber berita sehingga enggan
untuk mengecek ulang sumber berita yang pertama kali membuat atau menyebarkan
berita tersebut. Karena kebiasaan inilah yang menjadikan seseorang langsung percaya
tanpa memedulikan kebenarannya dan secara tergesa-gesa membagikan berita atau
informasi tersebut kepada pengguna media sosial lainnya.
.4. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi hoax di media
social
A. Peran Pemerintah

Fenomena hoax di media sosial yang semakin merajalela membuat


pemerintah mengambil langkah tegas dengan menerbitkan UU No. 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang diperbarui dengan
UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). UU ITE dalam pasal-pasalnya
mencakup aturan dan larangan apa saja yang harus dipatuhi masyarakat dalam
menggunakan media sosial seperti cara berinteraksi di media sosial, mengatur
apa yang boleh diposting ataupun dilarang untuk di tampilkan di media sosial dan
lain sebagainya agar tidak merugikan pihak manapun.

Pelaku penyebar berita palsu bisa dijerat dengan pasal-pasal lain terkait
yakni pasal 311 dan 378 KUHP, Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang No. 40
tahun 2008 tentang Penghapusan Diskiriminasi Ras dan Etnis, serta para pelaku
penyebaran berita palsu juga dikenakan pasal terkait ujaran kebencian (hate
speech). dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE yang berbunyi:

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan


dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik”.

Adapun ancaman pidana bagi mereka yang memenuhi unsur dalam


Pasal 27 ayat (3) adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 1 miliar. Selain itu, pemerintah telah
membentuk satgas (satuan tugas) antihoax yang diharapkan terus melakukan
verifikasi atau akreditasi terhadap media maupun para penyedia berita melalui
televisi, koran, media online, termasuk melakukan akreditasi dan indepedensi
terhadap para wartawan yang menyajikan informasi, menutup situs-situs yang
menyebarkan berita hoax dan terus melakukan sosialisasi yang berkaitan dengan
hoax serta menerapkan UU ITE.
B. Peran Masyarakat

Hoax sendiri telah menimbulkan keresahan dan membuat sebagian


masyarakat merasa terancam bahkan dapat memecah belah persatuan bangsa.
Solusi agar tidak mudah terpengaruh oleh berita hoax tersebut adalah
membangun daya pikir masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh hoax
yang tidak dapat dipastikan kebenarannya, berpikiran kritis dalam menerima
sebuah berita atau informasi, tidak menelan mentah-mentah sebuah berita atau
informasi dengan melakukan pengecekan ulang sumber berita atau informasi
yang didapat, serta tidak berlebihan dalam menanggapi sebuah berita dengan cara
ini masyarakat diharapkan bisa mengambil peran dalam rangka menyikapi berita
hoax melalui media sosial.

.5. Bagaimana cara mengatasi/solusi perkembangan penyebaran berita hoax di


media social
A. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang
provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu.
Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar
menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif,
sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi,
kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian,
setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih
berimbang.
B. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link,
cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum
terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog,
maka informasinya bisa dibilang meragukan.
C. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari
institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila
informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber,
pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.Hal lain yang perlu
diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan
opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti,
sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga
memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
D. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang
bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada
kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi
pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin
pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian
Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang
terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hoax merupakan sebuah berita bohong yang dibuat dengan tujuan mengolok-
olok maupun menipu individu atau kelompok. . Hoax disebarkan pada umumnya
bertujuan untuk bahan lelucon atau sekedar iseng,menjatuhkan pesaing (black
campaign), promosi dengan penipuan,membuat dan menggiring opini publik yang
negatif seperti fitnah,kritik tajam,penyebar kebencian dan lainnya. Penyebaran berita
hoax dapat dilakukan dimanapun, melalui media apapun, dan oleh siapapun. Salah
satu alat penyebaran berita hoax yang sedang marak saat ini adalah media sosial.
Media sosial dapat dengan mudah di akses melalui telepon gengam atau telepon pintar
(smartphone).

Arti hoax adalah kabar, informasi, berita palsu atau bohong. Dalam KBBI
disebutkan bahwa arti hoax adalah berita bohong. Hoax merupakan informasi yang
direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Dengan kata lain, arti hoax juga bisa
didefinisikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-
olah meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Hoax merupakan ekses
negatif kebebasan berbicara dan berpendapat di internet. Khususnya media sosial dan
blog. Sedangkan menurut wikipedia, arti hoax adalah usaha untuk menipu atau
mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu. Padahal pencipta berita
tersebut tahu bahwa berita yang ia berikan adalah berita palsu.
Peran pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi adanya berita hoax di
media sosial juga sangat penting. Pemerintah telah mengambil langkah tegas dengan
menerbitkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) yang diperbarui dengan UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No.
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Masyarakat juga
jangan mudah terpengaruh dengan adanya berita yang belum tentu kebenarannya
dengan cara tidak menelan mentah-mentah informasi yang didapatkan dan harus
mencari tahu dari mana sumber informasi yang didapatkan.
3.2 Saran

Dalam kehidupan yang serba teknologi ini, berita hoax semakin marak dari
tahun ke tahun, maka dari itu masyarakat diimbau untuk tidak langsung percaya
begitu saja terhadap suatu berita. Masyarakat harus mengenali ciri-ciri berita hoax,
sehingga tidak mudah untuk dipengaruhi oleh berita yang belum jelas
kebenarannya. Mempunyai smartphone seharusnya bisa menjadikan smartpeople
juga.
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, Budi.2017. ”Langkah Pemerintah Menangkal Diseminasi Berita Palsu” dalam


Jurnal Wacana Kinerja Volume 20 No.2 (hlm.25).Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
From:https://www.researchgate.net/publication/326407104_Langkah_Pemerintah_
Menangkal_Diseminasi_Berita_Palsu

Fensi, Fabianus.2018.”HOAX: Tantangan terhadap Idealisme Media & Etika Bermedia”


dalam Bricolage Vol.4 (No.2):133-309.Jakarta: Universitas Bunda Mulia
From:https://journal.ubm.ac.id/index.php/bricolage/article/view/1345/1156

Hadiyati, Bambang Suroto, Fatkhurahman.2018.”Evaluasi Pelatihan Menilai Berita Palsu


atau Hoax Pada Kelompok Arisan Dosen Perempuan” dalam Diklat Review: Jurnal
Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Vol.2, No.2 (hlm.107-108) Riau:Universitas
Lancar Kuning
From:http://ejournal.kompetif.com/index.php/diklatreview/article/view/234/212

Amalliah.2018.”Persepsi Masyarakat terhadap Fenomena Hoax di Media Online pada Era


Post Truth” dalam Jurnal Akrab Juara Volume.3 No.4 Edisi November 2018 (1-
15).Jakarta:Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI)
From: http://akrabjuara.com/index.php/akrabjuara/article/view/392/317

Budiman, Ahmad.2017.”Berita bohong (HOAX) di Media Sosial Pembentukan Opini Publik”


dalam kajian singkat terhadap isu aktual dan strategis Vol.
IX,No.01/I/Puslit/Januari.(hlm.17-20)
From:https://www.qubisa.com/article/mengatasi-berita-hoax

From: https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-
maya/0/sorotan_media

Anda mungkin juga menyukai