Partikularisme
dari berbagai bidang tentang pengertian partikular. Menurut Peter Salim, kata partikular dalam
bentuk kata sifat ialah pribadi, individu, tertentu, khusus, luar biasa, istimewa, pemilih, dan sangat
hati-hati. Partikular biasanya dipakai untuk suatu hal atau kualitas tertentu yang dianggap lain dari
yang lain.[2] Menurut Vivian Ridler, ia adalah seorang dosen di Biritania, ia mengatakan bahwa
partikular ialah milik, bagian, bukan universal. Dalam bidang matematika, partikular ialah nomor
khusus, masing-masing komponen atau faktor dari nomor.[3] Menurut James W. Fowler, ia
adalah seorang psikolog dan teolog Amerika Serikat. Ia mengatakan bahwa yang partikular itu
merupakan sesuatu yang terikat dalam waktu, bersifat konkret dan lokal.[4] Menurut Ali
Mudhofir yang adalah seorang filsuf mengatakan bahwa partikular ialah istilah yang pada
umumnya digunakan untuk menunjukkan sifat sebagian yang dilawankan dengan sifat universal.
Lorens Bagus, ia adalah seorang filsuf Indonesia. Menurutnya, pengertian partikular ialah, 1)
anggota individual dari suatu kelompok yang kontras dengan ciri-ciri yang melukiskan anggota-
anggota kelompok itu. 2) “beberapa” yang bertentangan dengan “semua”. 3) dalam metafisika,
suatu kesatuan individual yang ada, yang saling berhubungan dengan kesatuan-kesatuan
lainnya.[6] Dan menurut P. F. Strawson yang juga adalah seorang filsuf, mendapat perbedaan
antara partikular dan individualis. Ia mengatakan tidak semuanya yang individual merupakan
partikular, tetapi semua partikular ialah individual.[7] Sehingga dapat disimpulkan bahwa
partikular adalah bagian yang bersifat pribadi, tertentu atau istimewa maka dianggap lain dari yang
lain. Partikular berlawanan dengan sikap universal sehingga partikular dapat digambarkan dengan
pengelompokan.
Laudon, partikularisme (particularism), adalah penilaian dan tindakan berdasarkan yang sempit
atau berdasarkan karakteristik pribadi, dalam bentuk apa pun (agama, kebangsaan, etnis,
regionalisme, posisi geopolitik) yang menolak konsep dasar dari suatu kultur global bersama dan
menolak dimasukinya pasar domestik oleh barang dan jasa asing. Perbedaan dalam beberapa
kebudayaan menghasilkan perbedaan dalam ekspektasi sosial, politik, dan pada akhirnya aturan
hukumnya. Partikularisme membuat pendapat dan melakukan kegiatan berdasarkan batasan atau
karakteristik personal dalam segala bentuk (agama, bangsa, suku, kedaerahan, letak
geogrefis).[9]Di dalam Kamus Bisnis dikatakan bahwa partikularisme (particularism) adalah
sebuah perspektif budaya yang berorientasi dan menggunakan berbagai standar evaluatif yang
didasarkan pada hubungan dan situasi.[10] Oleh karena itu, partikularisme dapat dikatakan sebuah
paham yang menyatakan penilaian dan tindakan berdasarkan pribadi, menolak konsep dasar
bersama dan yang menggunakan evaluasi berdasarkan hubungan dan situasi sehingga dapat
dikatakan suatu sistem yang mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.
kedelapanbelas dari pemerintahannya, yaitu tahun 622 sM. Dia menghapuskan semua kultus dan
kebiasaan kafir, baik dari Asyur maupun dari orang-orang Kanaani dan membunuh para nabinya
termasuk imam-imam, sida-sida dan para pelacur dari kedua jenis kelamin. Dia juga melarang
kebiasaan-kebiasaan seperti ilmu sihir dan ramalan. Tetapi pusat dari semua tindakan Raja Yosua
ialah memusatkan semua ibadah umum dan korban di Yerusalem. Dia mengundang para imam
Selain raja Yosia, nabi Ezra dan Nehemia berusaha untuk mebaharui kehidupan beragama,
sosial dan ekonomi dari bangsa Ibrani yang berakar dari rasa kebangsaan nasionalis akan tradisi
nenek moyang bangsa Ibrani (Neh. 2:3) dan perhatian yang tulus mempertahankan reputasi nama
Yahweh di tengah-tengah perlawanan orang-orang kafir (bnd. Ezra 9: 1-15; Neh. 1: 4-11). Dalam
kitab ini, membuktikan kebenaran sejarah yang praktis dari periode pemulangan umat Ibrani, serta
pemisahan diri dari orang-orang asing, dan lain sebagainya). Hal ini ditujukan kepada banyak dari
pelanggaran-pelanggaran yang sama terhadap perjanjian Allah yang dicela oleh nabi-nabi pasca
pembuangan, termasuk kelesuan rohani dan penyembahan yang salah, ketidakadilan sosial,
Pemimpin Israel seperti Ezra mengambil tindakan keras untuk mencegah masyarakat
Yahudi yang kecil supaya tidak ditelan atau melebur ke dalam masyarakat Palestina pada
keeksklusifan. Dasar tindakan itu ialah suatu konsep kemurnian dara, berdasarkan keyakinan
bahwa Israel merupakan “benih suci” yang dipilih TUHAN sendiri. Sehingga, partisipasi dalam
ibadat kepada TUHAN terbatas kepada mereka yang lahir dari bangsa Yahudi. Dengan demikian,
keeksklusivan menjadi suatu sumber kekuatan. Hal tersebut membuat Israel menjadi terisolasi dari
dunia sekitar, sampai menjadi suatu sektarian. Bukan hanya itu saja, hubungan kaum Yahudi
dengan kaum Samaria juga semakin renggang, terdapat suatu “jurang” yang tidak dapat
dijembatani antara Yerusalem dengan Betel dan mencegah hubungan kontak dengan kaum
Samaria terkhusus pada masa pembuangan.[52] Yosua, Ezra dan Nehemia melakukan
pembaharuan tersebut atas dasar kemurnian keyakinan umat Israel supaya tidak menyembah
2.2.2 Sosial
Ezra dan Nehemia adalah tokoh pembaharuan perjanjian dalam masyarakat pasca
pembuangan. Seruan untuk pembaharuan rohani dan keadilan sosial yang dilakukan oleh kedua
pembaharu ini dimaksudkan untuk memperbaiki perlakuan kejam dan berbagai perilaku tak
senonoh di antara sisa-sisa Israel yang kembali, dan menanamkan harapan serta mendorong
semangat juang umat itu. Ketaatan pada ketetapan-ketetapan perjanjian Allah merupakan prasyarat
yang wajib untuk memperoleh berkat-berkat TUHAN dan pemulihan Israel sebagai milik
kepunyaan-Nya yang khusus. Pesan yang mereka sampaikan ialah pemeliharaan Allah yang
menguasai semua kegiatan manusia demi kepentingan “umat pilihan-Nya” (Ezra 7:9; Nehemia
2:8). Penekanan khusus pada kemurnian agama dan keterpisahan sosial dalam masyarakat kini
menolong untuk mempertahankan identitas umat Ibrani sebagai satu “umat yang terpisah”, karena
nasionalisme yang dinamis yang dikatikan dengan kemerdekaan politik dari periode pra
pengalaman pahit yang dialami Yehuda dengan bangsa-bangsa lain. Pembuangan ke Babylon
dilihat dan diakui sebagai hukuman Allah karena dosa bangsa-Nya, terutama dosa sinkretisme.
Sinkretisme ini adalah hasil dari pergaulan Israel dengan bangsa-bangsa kafir. Oleh karena itu
sesudah masa pembuangan di Babylon, mereka berusaha mencegah, agar bangsa Yehuda tidak
jatuh kembali ke dalam sinkretisme itu. Dengan demikian maka sejak saat itu mereka bersifat
tertutup dan partikularistis dan menarik diri dari pergaulan dengan bangsa-bangsa lain.[54]
2.2.3 Budaya
Pada tahun yang ke-12 pemerintahan Yosia, ia mulai merusakkan semua patung berhala
dibakar dekat sungai Kidron. Imam-imam berhala yang diangkat oleh raja yang digantikannya
semuanya dipecatnya. Patung Asyera yang didirikan di dalam Bait Suci dibongkarnya dan semua
pelacuran keagamaan yang dilakukan di dalam Bait Suci dibasmi dan dilarangnya. Mezbah-
mezbah di atas sotoh untuk penyembahan matahari, bulan dan bintang-bintang dihancurkan.
Bukit-bukit pengorbanan dihancurkan. Di Betel, ia membakar tulang-tulang imam-imam berhala
Yosia membuat ikatan perjanjian baru di hadapan hadirat Allah, “hanya kepada Tuhan saja
kita akan sujud menyembah dan taat akan firman yang melandasi perjanjian itu, sebagai mana
tercantum dalam kitab ini”. Dalam 2 Raja-raja 22-25, sang raja mewujudkan firman itu dalam
perbuatan: patung-patung allah dimusnahkan, tiang-tiang pemujaan menjadi abu. Enyahlah segala
yang berbau kafir. Kuda-kuda yang dipersembahkan oleh raja-raja Yehuda kepada matahari harus
disingkirkan dari lapangan, batu-batuan yang dianggap keramat dihancurkan, dan para imam
dibunuh di atas mezbahnya masing-masing. “Enyahlah segala ilah itu, hanya Tuhan saja yang akan
kita sembah!” semuanya itu ilah belaka. Itu tidak berarti bahwa keberadaannya disangkal,
sebaliknya keberadaannya itu tidak berlaku bagi seorang Israel yang benar. [56]
2.2.4 Politik
Israel terorganisasi secara politik oleh suatu struktur kesukuan.[57] Sebelum pembuangan,
Israel mempunyai suatu jati diri nasional, kebebasan politik di negerinya sendiri yang beribu
kota Yerusalem, raja sendiri yang berasal dari keturunan Daud, dan Bait Suci di mana mereka
yakin dapat bertemu dengan Allah secara khusus. Pembuangan telah menghancurkan semuanya
itu. Tanpa Negara, kemerdekaan, Bait Suci, atau raja, komunitas pasca-pembuangan mencari jati
diri baru, yang masih ada kaitannya dengan Israel di masa lalu namun sesuai dengan lingkungan
Keanggotaan dalam komunitas baru itu hanya terbatas bagi mereka yang telah dimurnikan
melalui pengalaman pembuangan dan mereka yang berusaha mempertahankan kemurnian serta
keunikan mereka dengan memisahkan diri dari orang asing. Kemurnian darah menjadi sangat
penting, dan perkawinan dengan orang asing dianggap sebagai ancaman terhadap integritas
komunitas baru mereka. Keberatan atas perkawinan dengan orang asing terungkap lewat
keyakinan bahwa yang serba suci perlu dipisahkan. Keterpisahan fisik dari bangsa dan barang yang
tidak dipersembahkan kepada TUHAN. Kebijakan eksklusif dari periode restorasi perlu dilihat
dalam konteks komunitas yang sedang mempertahankan diri menghadapi persoalan identitas yang
Posisi bangsa Israel bukan saja sebagai umat Allah tetapi juga bangsa Allah. Sebutan ini
memperlihatkan bahwa Israel tidak semata-mata merupakan suatu komunitas agama saja
melainkan juga merupakan suatu komunitas politik. Keadaan ini dapat dilihat terutama ketika
bangsa Israel berada dalam keadaan tertindas dan terjajah oleh kekuatan-kekuatan asing.[59]