Anda di halaman 1dari 26

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Musik

Musik adalah suatu keunikan istimewa yang diciptakan manusia yang

mempunyai kapasitas sangat kuat untuk menyampaikan emosi dan mengatur

emosi. Musik adalah bahasa yang mengandung unsur‐unsur universal, bahasa

yang melintasi batas‐ batas usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan.1

Musik berasal dari Bahasa Yunani mousike yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin

musica. Kata benda mousike atau kata sifat mousikos dibentuk dari akar kata mousa, yaitu

nama salah satu Dewi kesenian dan ilmu pengetahuan dalam mitos Yunani.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Musik dibagi menjadi dua bagian:

1. Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada suara dalam

urutan kombinasi dan hubungan temporal untuk

menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan

dan keseimbangan.

1
Ratna Supradewi, “Otak, Musik, Dan Proses Belajar”. Buletin Psikologi. Vol. 18
No. 2, 2010, Hal. 65
2
E. Martasudjita, Pengantar Liturgi-makna, Sejarah dan Teologi Liturgi,
(Yogjakarta: Kanisius, 1999), hal. 135.

9
2. Musik adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa

sehingga menyandang irama lagu dan harmoni.3

Selain itu, ada beberapa hal definisi music, yang diucapkan atau hasil

pemikiran para ahlinya. Sifatnya memang cenderung subyektif, tetapi

minimal dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Diantaranya adalah :

a. Musik adalah ekspresi dari sesuatu yang agung (Wolfgang von


Goethe).

b. Musik adalah bahasa dunia: ia tidak perlu diterjemahkan, dalam

music berbicara kepada jiwa (Dr. Alfred Aurbach, Universitas

California).

c. Musik adalah suatu perwujudan yang lebih tinggi daripada

segala budi (Roman Rolland).

d. Musik adalah suatu perwujudan yang lebih tinggi daripada

segala budi dan filsafat (Beethoven).4

Musik bukan lagi sekedar sarana hiburan biasa, tetapi telah menjadi

pelengkap dan gaya hidup dalam masyarakat dewasa ini. Hampir semua aspek

dalam masyarakat tidak dapat lepas dari musik. Dimanapun keberadaan manusia,

baik di rumah, di taman, di restoran, bahkan di kantor sekalipun selalu terdengar

berbagai jenis musik dimainkan. Musik yang dahulunya digunakan sebagai sarana

3
Disdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1998), hal.
609.
4
Abay D. Subarna, et al, Islam dan Kesenian. (Majelis Kebudyaan
Muhammadiyah Universitas Achmad Dahlan Lembaga LITBANG: 1995), hal.
50.

10
hiburan di pesta-pesta rakyat berkembang menjadi sarana penunjang diberbagai

bidang misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, ekspresi dan bakat. Musik juga

telah berkembang menjadi banyak aliran diantaranya musik klasik, jazz, pop,

rock, dan dangdut.5 Musik dapat mempengaruhi otak, hu‐ bungan saling

mempengaruhi ini terutama diproses oleh komponen otak yang terletak di tengah

otak bernama sistem limbik. Inilah pusat emosi dari seluruh makluk mamalia yang

memungkinkan seorang individu melihat masalah tidak saja dari satu sudut, yakni

rasionalitas, tetapi juga melihatnya dengan pendekatan emosi dan intuisi

(termasuk sense of art).6 Musik merupakan salah satu kontribusi seni yang paling

penting dalam sejarah perkembangan manusia dan merupakan multi-disiplin ilmu

yang melibatkan seluruh koordinasi fisik-mental manusia. definisi musik menurut

Bernstein & Picker adalah suara yang diorganisir ke dalam waktu. Musik juga

merupakan bentuk seni tingkat tinggi yang dapat mengakomodir interpretasi dan

kreativitas individu. Sekelompok orang dalam kegiatan musik tidak pernah

menunjukkan adanya dua orang yang mengekspresikan musik dengan cara yang

mutlak sama.7 Definisi tentang musik juga diungkapkan oleh Jamalus yang

berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu

atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya

5
Eisar Gabela dan Joko Sampurno, “Analisi Fraktal Sinyal Berbagai Jenis
Musik”. Prisma Fisikal. Vol. II No.3, 2014. Hal. 67
6
Ratna Supradewi, “Otak, Musik, Dan Proses Belajar”. Buletin Psikologi. Vol. 18
No. 2, 2010, Hal. 65
7
Sang Nyoman Satria Irnanningrat, “Peran Kemajuan Teknologi Dalam
Pertunjukan Musik”. Invensi. Vol. 2 No. 1, Juni 2017, Hal. 1

11
melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu

dan ekspresi sebagai satu kesatuan.8 Dari beberapa pendapat di atas yang

mendefinisikan tentang musik, kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa musik

adalah suatu hasil cipta manusia yang berisikan ide, pemikiran dan kreativitas

yang dituangkan menjadi karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi

musik yang memiliki unsur-unsur seperti irama, melodi, harmoni, bentuk, dan

struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.

Di dalam musik juga terdapat struktur bentuk komposisi musik yang

meliputi-meliputi unsur-unsur yaitu: (1) ritme, (2) melodi, (3) harmoni, (4)

struktur/bentuklagu, (5) aransemen, dan (6) instrumen.

1. Ritme

Ritme adalah urutan rangkaian gerak yang menjadi unsur dasar dalam

musik dan tari, irama dalam musik terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam

dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang-pendeknya. Menjelaskan

tentang ritme akan terkait dengan konteks irama yang dan instrumen musik yang

dimainkan dalam pola-pola birama yang dihasilkan. Dalam sistem notasi balok

terdapat simbol – simbol not yang menunjukan nilai tertentu untuk menentukan

panjang pendeknya durasi pada setiap bunyi. Tetapi perlu diingatkan, bahwa

pengertian ritme tidak saja menyangkut peraturan durasi not yang berbunyi saja,

tetapi peristiwa tak bebunyi seperti tanda diam merupakan aspek yang

8
Ibid., 1

12
menyangkut persoalan tentang ritme. Dalam tingkat dasar penjalasan tentang

ritme tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:9

Tabel 2.1 Bentuk dan nilai ketuk not

2. Melodi

Melodi adalah salah satu dari unsur seni musik, yaitu kerangka yang

mengkombinasikan beberapa hal sehingga bisa menjadi sebuah seni. Pengertian

melodi adalah memainkan rangkaian nada-nada yang tersusun atau tinggi

rendahnya sehingga menjadi sebuah lagu. Memainkan melodi sama dengan

9
Endri Muris Jatmiko, “STRUKTUR BENTUK KOMPOSISI DAN AKULTURASI
MUSIK TERBANG BIOLA SABDO RAHAYU DESA PEKIRINGAN,
KECAMATAN TALANG, KABUPATEN TEGAL”. CATHARSIS. Vol. 4 No.1,
2015, Hal. 10

13
memainkan notasi-notasi dalam kerangka notasi lagu syair ( disebut juga dengan

instrumental).10

3. Harmoni

Harmoni dalam definisi musik umum adalah keselarasan paduan bunyi

yang memiliki elemen interval dan akor. Dalam konteks ini tidak ditemukan

elemen tersebut dikarenakan tidak digunakannya instrumen musik harmonis

seperti gitar atau orgen. Harmoni dalam hal ini bersifat umum yaitu keselarasan

dari elemen musik dan vokal. Adapun jika ditulis dalam akor jika dianalisis yang

muncul atau yang terjadi pemakaian akor yang sederhana yaitu C, Dm,dan E.

Namun hal ini tidaklah menjadi ketentuan.11

4. Struktur Lagu/Bentuk Lagu

Struktur/ bentuk lagu adalah susunan serta hubungan antara unsur-unsur

musik dalam suatu lagu sehingga menghasilkan suatu komposisi atau lagu yang

bermakna.Dasar pembentukan lagu ini mencakup pengulangan suatu bagian

(repetisi), pengulangan dengan macam-macam perubahan (variasai/sekuens), atau

penambahan bagian baru yang berlainan atau berlawanan (kontras).Dua kalimat

lagu atau lebih membentuk satu bagian lagu.Lagu sederhana ada yang mempunyai

Hendro S.D, “Panduan Praktis Improviasi Gitar” (Yogyakarta: Niaga Swadaya,


10

2005) 2.

Endri Muris Jatmiko, “STRUKTUR BENTUK KOMPOSISI DAN AKULTURASI


11

MUSIK TERBANG BIOLA SABDO RAHAYU DESA PEKIRINGAN,


KECAMATAN TALANG, KABUPATEN TEGAL”. CATHARSIS. Vol. 4 No.1,
2015, Hal. 11

14
bentuk satu bagian biasanya diulang.Bentuk lagu satu bagian yang diulang disebut

AA. Bentuk biner sederhana ialah bentuk lagu yang terdiri atas dua buah bentuk

suatu bagian, bentuk biner ini disebut dengan A B. Bentuk biner ini

dapatdiperpanjang dengan cara mengulang bagian-bagiannya sehingga menjadi A

A B, A B B, atau A A B B.Bentuk lagu musik Terbang Biola Sabdo Rahayu lebih

banyak pengulangan yang sama dengan bentuk lagu AA B.12

5. Aransemen

Aransemen merupakan salah satu cara dalam kerja kreatif musik dalam

menghubungkan musik yang sudah ada, dengan arti bahwa dalam memindahkan

komposisi musik tertentu dari satu media ke media lainnya. Dalam

mengaransemen sebuah lagu seorang arranger membutuhkan sebuah struktur

(susunan) yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Elemen yang membentuk

struktur dalam mengaransemen sebuah lagu antara lain: Intro, chorus, interlude,

variasi.13

12
Ibid., 11

Juliana Sirait dan Kamaluddin Galingging, “ARANSEMEN LAGU BUKU ENDE


13

HKBP “HAHOLONGAN SIAN GINJANG” PADA MASA PENTAKOSTA


DALAMFORMAT PADUAN SUARA DENGAN IRINGAN ORKESTRA”. Jurnal
Penciptaan dan Pengkajian. Vol. 4 No. 1, 2019, Hal. 45

15
6. Instrumen

Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis,

sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau

mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Dalam bidang penelitian instrumen

dapat diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel

dalam penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan

atau pelatihan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi peserta, faktorfaktor

yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil pendidikan

atau pelatihan, perkembangan hasil belajar peserta, keberhasilan proses belajar

mengajar widyaiswara atau pengajar, dan keberhasilan pencapaian suatu program

diklat tertentu.14

Fungsi musik sebagai sarana katarsis meyakini bahwa musik juga dapat

menjadi sarana pengekspresian diri. Musik dianggap mempunyai kekuatan untuk

menggugah emosi, yang dituangkan melalui penjiwaan terhadap alur cerita dan

watak tokoh yang diperankan. Penjiwaan karakter dalam opera, misalnya akan

terkait dengan berbagai macam ekspresi emosi yang tentu saja didukung oleh

karya musik yang tepat seperti apakah pelaku sedang bermasalah, galau, ceria,

percintaan dan lain sebagainya.15 Pada umumnya suatu musik dan lagu dapat

: Liya Dachliyani,
“INSTRUMEN YANG SAHIH : Sebagai Alat Ukur
14

Keberhasilan Suatu Evaluasi Program Diklat (evaluasi pembelajaran)”.


MADIKA. Vol. 5 No 1, 2019, Hal. 58

Sang Nyoman Satria Irnanningrat, “Peran Kemajuan Teknologi Dalam


15

Pertunjukan Musik”. Invensi. Vol. 2 No. 1, Juni 2017, Hal. 1

16
dibagi menjadi beberapa bagian besar yaitu intro, bait, refrain, solo, dan

pengakhiran (coda). Susunan tersebut berlaku bagi karya musik instrumental/

tanpa lirik, dimana dalam karya musik instrumental ada satu atau beberapa alat

musik yang ditonjolkan untuk menggantikan fungsi penyanyi dalam karya musik

yang menggunakan lirik. Dengan melihat susunan suatu karya musik di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa karya musik mempunyai kesamaan dengan suatu

karya sastra, dimana karya musik juga mempunyai pola bagian tertentu (Estiarto,

2010). Suatu karya musik dapat dikategorikan dalam jenis aliran tertentu.

Pengkatagorian ini sifatnya subyektif, karena didasarkan pada penilaian dari

kalangan pengamat musik dan masyarakat atas bentuk, irama, lirik, nada, maupun

harmonisasi dari sebuah lagu. Beberapa aliran musik yang ada di dunia antara lain

adalah klasik, jazz, blues, rock, pop, country, reggae, rap, acappela, dan

kontemporer.16

B. Musik Gereja

1. Definisi Musik Gereja

Musik adalah Ruang dan Waktu. Dikatakan ruang dan waktu karena

musik memiliki melodi (ruang) dan tempo (waktu).17 Musik merupakan sebuah

dunia yang bisa dibentuk oleh mereka yang mampu memainkan dan

Estiarto, Skripsi “Pemenuhan Kebutuhan Informasi Musik Melalui Majalah


16

Gitar Plus (Studi Deskriptif Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas


Pembangunan Nasional Band Veteran Jakarta)” (Jakarta: UPNV, 2010), Hal. 8
17
Alvon Bernardo Panjaitan, Makalah: Pengaruh Perubahan Zaman pada Musik
Gereja Kristen Protestan.2007. Hal 1

17
merancangnya. Menurut Plato (427-347SM) salah seorang tokoh filsafat

Yunanu Klasik, menyatakan yang dapat disebut musik sejati hanyalah musik

vocal. Karena kata-katalah yang dapat menyentuh batin manusia, membentuk

ethos jiwanya. Dengan kata lain musik terkait dengan keindahan dan batin

manusia.18 Secara sederhana musik dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok

yaitu: musik rohani, musik duniawi, dan musik netral. Musik gereja termasuk

dalam kelompok musik rohani, yaitu musik yang berkaitan erat dengan nilai-

nilai spiritual. Untuk melakukan pendekatan yang baik dalam memahami

musik gereja adalah dengan memiliki pengertian yang benar tentang musik

dan gereja. Pada awal mulanya musik gereja dipahami sebatas instrumen yang

digunakan untuk mengiring nyanyian jemaat dan paduan suara di sebuah Gereja.

Tetapi harus dipahami bahwa gereja adalah baik musik instrumental, nyanyian,

maupun paduan suara yang menjadi bagian dalam sebuah ibadah. 19 Tidak semua

musik dapat disebut sebagai musik gerejawi jika tidak menjadi bagian dari ibadah

atau liturgi yang ada. Musik membantu seseorang mengahayati perasaannya

termasuk perasaannya tentang Tuhan. Ester Nasrani mengutip suatu pernyataan

Martin Luther dalam artikelnya yaitu musik sebagai anugrah yan diberikan oleh

tuhan, oleh karena itu setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk

mengupayakan musik sebagai sarana untuk mengembangkan secara kreatif dalam

18
Florentina Wijaya Kusumawati . Diktat: Pengantar Musik Gereja. Hal 2.
19
Paulus Dian Prasetya, Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI
Pacangaan, (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW, 2002), hal. 14

18
ibadah kita.20 Musik gereja yang baik atau tidak tergantung dari kesepakatan

bersama seluruh anggota gereja, apakah mereka menganggap bahwa musik itu

penting atau sekedar menjadi pengiring nyanyian jemaat. Ketika seluruh anggota

gereja berpikiran bahwa musik gerejawi membuat jemaat dapat menghayati unsur

liturgi, nyanyian dan ibadah, serta telah menjadi nyanyian jiwa atau doa hati,

maka akan muncul usaha-usaha untuk menghasilkan suatu musik gerejawi yang

lebih baik. Musik yang baik, akan mengubah suatu ibadah yang rata-rata menjadi

ibadah yang luar biasa dan kemudian manjadi wahana anugerah Allah.21

Menurut Wagner Musik gereja merupakan bagian dari liturgi. Kata

liturgi kadang dihubungkan secara erat dengan gereja-gereja yang taat pada

tatacara keagamaan, tetapi seharusnya tidak perlu. Dalam artinya yang lebih luas,

liturgi hanya berarti cara yang telah dipilih gereja untuk dipakai beribadah

kepada Tuhan.22 Musik gereja adalah varian dari musikologi atau wacana

musikal yang belum banyak dibahas orang atau para musikolog secara

menyeluruh; dari berbagai aspek, padahal memiliki perkembangan yang luar

biasa seiring dengan perkembangan gereja. Di Indonesia, catatan-catatan atau

manuskrip-manuskrip mengenai musik gereja di gereja-gereja bisa dikatakan

sedikit sekali, kalau tidak boleh dibilang tidak ada. Yang ada hanya diskografi,

20
Ester Gunawan Nasrani, Suatu Tinjauan Teologis dan Historis, diunduh resmi
dari http://www.gpdiworld.us tanggal 16 Febuari 2021 pukul 22:25 WIB
21
Paulus Dian presetya, Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI
Pacangaan, (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW, 2002), hal. 16
22
C. Peter Wagner, Pertumbuhan Gereja. Gandum Mas.Cetakan keempat. 1996.
Hal. 91.

19
itu pun baru merebak belakangan ini dengan hadirnya rekaman aktivitas

bermusik di gereja lewat sosial media.23 Musik gereja adalah musik yang

dihadirkan di dalam persekutuan orang yang beriman kepada Kristus. Ini sama

halnya bahwa musik ini hadir dalam konteks ibadah; di sinilah musik gereja

menemukan maknanya sebagai musik ibadah Kristen. Walaupun syair-

syairnya berlandaskan Alkitab, akan tetapi jika musik ini dimainkan di tempat-

tempat yang tidak layak seperti di cafe-cafeatau tempat-tempat yang dekat

dengan kedosaan, maka musik itu juga tidak boleh disebut musik gereja, bahkan

sudah menuju pada tindakan penghinaan kepada Allah sendiri.24 Mengulas

tentang Musik Gereja dalam tulisan Danny Kirnadi megatakan bahwa Musik

Gereja merupakan integrasi yang tepat antara seni musik dengan Theologia.

Musik gereja yang benar adalah musik yang mengandung prinsipprinsip

Theologia Alkitabiah. Baik dari sisi liriknya, elemen musiknya, serta

“perkawinan” antara elemen musik dengan lirik. Musik dan Gereja adalah dua

unsur yang saling menyatu, Musik menjadi sarana penting terciptanya sebuah

peribadatan dalam Gereja. Hadirnya musik juga dapat meningkatkan gairah dan

suasana dalam Ibadah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa musik gereja

adalah musik yang digunakan dalam peribadatan sebagai sarana penunjang yang

M. Hari Sasongko, “Musik Etnik Dan Pengembangan Musik Gereja”. Tonika.


23

Vol. 2 No. 1, 2019, Hal. 38


24
Ibid., Hal. 39

20
tak dapat dipisahkan sehingga secara pribadi dapat merasakan kehadiran Allah

dalam peribadatan.25

2. Bentuk Musik Gereja

a. Musik Instrumental

Bentuk musik gerejawi yang pertama adalah musik instrumentalia. Jenis

musik ini didefinisikan sebagai instrument musik yang digunakan untuk

mendukung penyelenggaraan sebuah ibadah. Dalam prakteknya biasa diwujudkan

dalam fungsi mengiringi nyanyian jemaat dan fungsi liturgis. Di dalam Alkitab

banyak sekali instrument musik yang digunakan dalam peribadatan, misalnya

gambus kecapi, harpa, seruling, sangkakala, dsb. Tidak ada satu ayatpun di dalam

Alkitab yang membatasi jenis musik instrumentalia yang boleh digunakan dalam

kebaktian. Pada perkembangannya Organ dipilih sebagai salah satu instrumen

yang digunakan, meskipun demikian, organ bukan dibuat oleh orang barat, tetapi

oleh seorang ahli teknik kebangsaan Yunani bersama Ktesibios abad ke 3 SM.26

Seiring dengan perkembangan jaman, musikpun turut berkembang

dengan sebutan music komtemporer. Begitu juga halnya dengan music Gerejawi.

Banyak Gereja Protestan yang mulai menggunakan jenis musik rohani

kontemporer dalam peribadatan, seperti halnya nyanyian. Lagu beganre pop

Livie M. Dumondor dan Berehme Adyatmo Purba, “Implementasi Pendidikan


25

Musik Gereja Dalam Pembentukan Karakter Kristiani Pada Kelompok Paduan


Suara Nine’s Voice Sma N 9 Manado”, PSALMOZ Vol. 1 No. 1, (2020). Hal. 23
26
Paulus Dian presetya, Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI
Pacangaan, (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW, 2002), hal. 18

21
banyak yang digunakan sebagai pengganti himne yang dinilai sudah tidak relevan

bagi kaum muda.27 Penyajian musik di dalam gereja sering menjadi penyebab

bentrokan antar generasi. Tidak semua orang dapat mengikuti nyanyian dan

merasa nyaman dengan instrument yang digunakan oleh gereja di masa kini.

Namun demikian, musik Kristen kontemporer sudah menjadi satu bagian dari

Pekabaran Injil yang berusaha menarik perhatian kaum muda. Tanggapan yang

muncul antara lain proses yang diajukan oleh pemimpin gereja. Mereka menilai

musik Kristen kontemporer bukanlah musik yang diberkati oleh tuhan, karena

menimbulkan dampak yang negatif melalui syair dan penampilan penyanyiannya,

sangat duniawi, kurang rohani dan dipakai untuk mencari popularitas pribadi.28

b. Musik Vokal

Bentuk musik yang termasuk dalam musik gerejawi adalah musik Vokal.

Musik vokal biasanya berupa nyanyian yang dilagukan oleh jemaat. Syair akan

lebih menyentuh dan mudah dimaknai jika disandarkan pada sebuah rangkaian

melodi menjadi sebuah lagu. Kita sudah mengenal penggunaan Mazmur, Himne

dan nyanyian baru dapat membuat jemaat membisu karena nyanyian yang sulit.29

Paduan suara merupakan bagian dari musik vokal dalam Gerejawi. Fungsi utama

paduan suara yang benar pada dasarnya adalah untuk membantu jemaat dalam

27
Winnardo Saragih, Misi Musik: Menyembah atau menghujat Allah
(Yogyakarta:Penerbit ANDI, 2008), hal. 90.
28
Ibid., Hal. 91
29
David Ray, Gereja yang Hidup: Ideide Segar Menjadikan Ibadah Lebih Indah,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal. 89.

22
bernyanyi, misalnya dalam mengenalkan lagu baru atau lagu yang sulit, sehingga

bukan justru berfungsi sebagai tontonan yang dilihat di depan jemaat. Ini juga

membawa pengaruh pada penempatan paduan suara yang sebenarnya, yaitu

dibelakang atau di tengah-tengah jemaat sehingga pauan suara turut bernyanyi

bersama jemaat.30 Suatu kesalahan jika paduan suara hanya menjadi tontonan atau

mengambil alih semua nyanyian jemaat seperti di abad-abad sebelum reformasi,

nyanyian jemaat sempat kehilangan perannya, karena diambil oleh pengaruh

Roma, nyanyian jemaat diserahkan kepada paduan suara.31

C. Pelayanan Musik Pemuda

Kata pelayanan dalam konteks Indonesia mempunyai arti yang agung

yaitu menunjuk kepada kerelaan hati untuk melayani tanpa tanpa mengharap

imbalan dari orang yang dilayani. Pelayanan merupakan pengabdian dalam hal ini

pengabdian kepada amanat Tuhan Yesus Kristus yang dinyatakan kepada

sesamanya.32 Seseorang pelayan musik gereja adalah mereka yang terpilih oleh

karena memiliki kreatifitas yang tinggi dalam bidang seni musik, berbakat,

memiliki pengetahuan musik secara sempurna, serta mahir dalam

30
White James, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),
hal. 106
31
J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgika: yang Dipakai Gereja-gereja di
Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), hal. 107.
32
Amos Sukamto,Pelayanan Gereja di Indonesia Pada Era Reformasi,(Jakarta:
Tim Publikasi ICDS, 2003), hal. 138.

23
menggunakannya.33 Pelayanan dalam hal ini dimaksudkan sebagai upaya gereja

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan kelompok kaum muda

baik bagi pemuda gereja yang aktif maupun juga kepada mereka yang kurang

bahkan tidak aktif agar mereka bisa dijangkau.34

Bagi kelompok anak muda modern, apalagi bagi mereka yang tinggal daerah

perkotaan, musik merupakan sesuatu yang sudah tak terpisahkan dari aktivitas

keseharian mereka. Hal tersebut merupakan kebutuhan yang selalu menemani

perjalanan mereka. Entah pada waktu makan, belajar mandiri, berada di rumah

ataupun di ruang publik, ciri kelompok ini selalu terlihat jelas dengan earphone yang

selalu melekat di telinga mereka. Kecanggihan teknologi smartphone menambah vitur

videomax juga membuat mereka semakin mudah menikmati fasilitas hiburan di mana

saja dan kapan saja. Mempertimbangkan kebiasaan yang sudah terbangun sebagai

budaya mereka, maka pelayanan kaum muda yang ingin berhasil perlu memerhatikan

unsur-unsur tersebut dalam menyiapkan pelayanan ibadah pemuda di gereja. Gereja-

gereja sudah perlu memerhatikan ketersediaan fasilitas alat musik dalam sarana

multimedia lainnya untuk ibadah kaum muda. Belum lagi jika mengingat bahwa

Alkitab sendiri juga sangat banyak berbicara tentang musik dalam ibadah (2 Taw.

5:11-14).35

33
Tom Kraeuter, Kunci Keberhasilan Pemimpin Pujian dan Musik (Bandung:
Lembaga Literatur Baptis, 2001), 40.

Robi Panggara dan Leonard Sumule, “Pengaruh Pelayanan Pemuda Berbasis


34

Kontekstual Terhadapa Pertumbuhan Gereja Kemah Injil Indonesia di Kota


Samarinda. JURNAL JAFFRAY. Vol. 17 No. 1, (2019). Hal. 94
35
Ibid., Hal. 96

24
Taufik Abdulah berpendapat bahwa pemuda adalah individu dengan

karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki

pengendalian emosi yang stabil.36 Ada juga di kalangan gereja yang tidak melihat

pemuda tidak pada batasan usia, melainkan dengan menggolongkan semua orang

yang masih berjiwa muda serta mereka yang belum menikah sekagai kelompok

pemuda. Jadi, dari beberapa pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pemuda adalah mereka yang memiliki semangat, kekuatan, daya kreatif yang

tinggi yang mampu membawa perubahan yang cukup besar di dalam masyarakat,

biasanya mereka dikelompokkan pada usia antara 15-30 tahun. Mereka rata-rata

adalah mahasiswa dan karyawan dan pada usia ini mereka sedang mencari jati diri

atau citra diri. Pemuda, jika dilihat dari pendekatan pedagogis dan psikologis,

maka bisa terlihat bahwa pemuda begitu identik dengan pemberontak (baik

kepada orangtua, guru, bahkan kepada orang yang lebih tua dari dirinya), berani

tetapi terkadang ceroboh dalam bertindak karena tidak memikirkan akibat dari

setiap tindakan/keputusan yang mereka ambil, dinamik tetapi seringkali

melanggar norma yang ada dan berlaku di lingkunagn di mana mereka berada, dan

penuh gairah tetapi seringkali berbuat yang aneh-aneh sehingga membuat orang

lain yang ada di sekitar mereka merasa rishi dan terkadang mencela mereka.

Singkatnya bahwa masa ini adalah masa yang romantik, yang kelak akan

36
Taufik Abdullah, Pemuda dan Perubahan Sosial (Jakarta: LP3S, 1974), Hal. 6

25
membuat seseorang yang sudah beranjak dewasa ketika mengenang masa-masa

ini akan ketawa sendiri dan merindukannya.37

Di bawah ini ada beberapa ciri yang menggambarkan pemuda itu sendiri,

diantaranya:

a. Pemuda adalah kelompok usia yang sedang mencari-cari jati

diri, oleh karena itu jangan heran jika para pemuda ini mereka

seringkali berperilaku sebagai manusia-manusia aneh. Dalam

masa ini mereka tidak mau dikekang oleh banyaknya peraturan-

peraturan yang ada, baik itu di dalam rumah, sekolah, mupun di

dalam gereja. Mereka kadang berpikir bahwa nilai rohani adalah

penghalang kebebasan, makanya jangan heran jika beberapa dari

mereka mulai menarik diri dari kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan gereja. Dan yang terakhir bahwa mereka

seringkali bertindak sesuai kemauan mereka sendiri, yang

terkadang berakibat fatal untuk dirinya secara pribadi, maupun

kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.

b. Pemuda seringkali mengidentifikasi diri mereka sebagai pribadi

yang mandiri, meskipun kalau dilihat belum bisa mandiri sendiri.

Ini terjadi karena mereka mau mengaktualisasi diri mereka.

37
Daya Negri Wijaya, “Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa
Reformasi di Indonesia: Dari Berani Berpengetahuan hingga Takut
Berpengetahuan”, Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah No.1, Vol.1,
(2013), Hal. 78.

26
Mereka juga butuh untuk diperhatikan, meskipun terkesan tidak

mau diperhatikan, butuh dihargai, baik itu dari orangtua, guru,

teman/sahabat (terlebih teman lawan jenisnya).

c. Pemuda memperlakukan diri mereka sebagai orang dewasa,

meskipun pada kenyataaanya mereka belum bisa dikatakan

sebagai pribadi yang dewasa karena mereka sering berubahubah,

terkadang terlihat dewasa, namun kadang-kadang juga masih

bersifat kekanakkanakan, dan hal ini seringkali mereka tidak

sadari.

d. Pemuda memiliki idealisme yang cukup tinggi, yang terkadang

membuat orangtua gelenggeleng kepala terhadapnya. Hal ini

bisa terlihat dari obsesi mereka terhadap barang-barang pribadi

yang bermerek dan cukup mahal, mencari pacar yang

cantik/ganteng dan pintar (menurut versi mereka), serta mau

menunjukkan bahwa mereka adalah yang terbaik, baik itu

melalui prestasi mereka maupun dengan karya-karya yang

mereka hasilkan.

e. Pemuda menetapkan aturan bagi diri sendiri tanpa

memikirkan/peduli dengan norma yang berlaku di sekitarnya.

Hal ini mereka lakukan untuk memuaskan diri sendiri dengan

27
apa yang mereka buat, dan ketika hal itu berhasil mereka

lakukan, maka ada kebanggaan tersendiri di dalam diri mereka.38

Musik dalam ibadah seperti combo band, akan memberi nuansa ibadah

tersendiri kepada kaum muda. Tanpa bermaksud meremehkan musik tradisional,

namun kaum muda modern tentu lebih menyukai bentuk-bentuk alat musik

modern pula. Doug Fields menyebutkan bahwa: Sebelum kaum muda dan remaja

merasa nyaman dengan lingkungan, mereka tidak akan sadar dengan hal-hal

teologis. Karena itu, perlu membuat suatu lingkungan positif dengan berbagai

cara, dan salah satunya adalah memainkan musik kontemporer.39

Sozawato Telaumbanua, “Manajemen PAK Pemuda di Era Digital”, Jurnal


38

Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3 No. 2, (2020). Hal. 110


39
Doug Fields, Purpose Driven Youth Ministry: 9 Landasan Penting Bagi
Pertumbuhan yang Sehat (Malang: Gandum Mas, 2014), Hal. 153.

28
Gembala/
Pendeta

Youth Ministry

(Pembina Pemuda)

Ketua

Sekretaris Bendahara

Seksi Seksi Seksi Seksi

Di dalam organisasi gereja selalu memiliki ministry ataupun komisi yang

khusus menangani bidan pemuda. Dari yang penulis lihat, kebanyakan gereja

memiliki sturktur organisasi yang cukup baik, dengan menempatkan orang-orang

yang luar biasa sesuai dengan bidangnya. Demikian halnya dalam pelayanan

kepada pemuda, gereja telah mempersiapkan tim dalam melayani mereka. Dari

sisi pengorganisasian pemuda, secara umum organisasi pemuda yang penulis lihat

adalah seperti berikut ini:

Dalam hal memanage pemuda, otoritasnya biasanya ada di

bawah.Pembina/Koordinator Youth Ministry, baik dari segi pengajaran, kegiatan-

kegiatannya, bahkan keuangannya pun ada di bawah tanggungjawabnya, namun

teknis pelaksanaannya di bawah kewenangan ketua. Kebebasan penuh diberikan

kepada para pemuda untuk berkreasi dan berionovatif, namun harus tetap dalam

kontrol pembina. Selama hal ini masih sesuai rel, maka kegiatan-kegiatannya akan

disupport, baik dari segi ide, waktu maupun dananya. Dalam memanage pemuda

29
di era digital saat ini, gereja harus sepenuh hati, jika tidak, maka tidak akan

menghasilkan apa-apa. Gereja harus serius bahkan harus menyediakan dana yang

cukup untuk pelayanan pemuda. Memang yang sering menjadi masalah adalah

kurangnya support dana dari gereja, sehingga para pemuda setengah mati dalam

menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya.

Sasaran terakhir dari pelayanan kaum muda ialah menuntun pemuda

pemudi menuju kedewasaan dalam Kristus, menyiapkan, memuridkan, dan

melatih mereka untuk melayani Allah. Salah satu metode yang paling efektif

dalam mencapai sasaran itu ialah memberikan tanggung jawab yang nyata kepada

kaum muda. Yang saya maksudkan dengan tanggung jawab yang nyata adalah

tugas-tugas yang mengembangkan mereka secara fisik, sosial, mental, dan yang

terpenting secara rohani. Sehingga mereka akan memiliki cita-cita dan melihat

visi tentang apa yang dapat dilakukan Allah melalui kehidupan mereka.40

D. Metode Diklat Musik Gereja

Diklat mempunyai arti penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam

rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan jabatan

tertentu. Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh seorang

pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan, tiap jenis jabatan atau unit organisasi

40
Warren S. Benson dan Mark H Senter, Pedoman Lengkap untuk Pelayanan
Kaum Muda (Bandung, Kalam Hidup: 1999), Hal. 243.

30
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan

tugas yang efektif dan efisien (Dephutbun dan ITTO,2000).41

Pendidikan pelatihan musik bermakna konsep atau asas dasar dalam

melakukan perencanaan pembelajaran musik. Level pendidikan musik tidak

ditentukan dari sejauh mana seseorang mahir memainkan musik, tetapi

berhubungan dengan pendekatan-pendekatan yang dipakai untuk mempelajari

musik dan bagaimana musik dapat berpengaruh terhadap tiga aspek penting

pendidikan, yakni psikomotor, kognitif dan afektifnya.42 Metode yang digunakan

adalah metode pendidikan, pendampingan dan pelatihan untuk kegiatan pelatihan

musik gereja menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan bagi pemain musik (tim

musik).43 Pendidikan musik memuat input dan output yang sama antara ketiga

aspek yang pertama yaitu aspek Pendidikan yang meliputi : (1) Psikomotor, yaitu

bagaimana keterampilan bermusik dipelajari dan diasah dengan baik,

menggunakan metode-metode yang baik dan tepat. (2) Aspek kognitif, yaitu

dengan pemahaman teoretis dan fakta-fakta empiris dengan musik itu sendiri. (3)

Afektif yang merupakan pengolahan rasa yang dikembangkan dengan belajar

Liya Dachliyani, “INSTRUMEN YANG SAHIH : Sebagai Alat Ukur


41

Keberhasilan Suatu Evaluasi Program Diklat (evaluasi pembelajaran)”,


MADIKA Vol. 5 No. 1, (2019). Hal. 57

Livie M. Dumondor dan Berehme Adyatmo Purba, “Implementasi Pendidikan


42

Musik Gereja Dalam Pembentukan Karakter Kristiani Pada Kelompok Paduan


Suara Nine’s Voice Sma N 9 Manado”, PSALMOZ Vol. 1 No. 1, (2020). Hal. 24

Ance Juliet Panggabean, “PELATIHAN MUSIK DAN ORGAN GEREJA HKBP


43

DI HUMBANG HABINSARAN SIBORONG-BORONG”, PKM: Pengabdian


Kepada Masyarakat Vol. 01 No. 01 (2020). Hal. 18

31
musik. Sedangkan musik pendidikan memiliki makna bahwa segala jenis musik

yang diajarkan untuk kepentingan pendidikan maupun pendidikan musik.44

Program pelatihan musik ini memiliki target kegiatan yaitu adanya

peningkatan kemampuan bermusik dan penambahan teori musik bagi seluruh

pelayan pemuda, serta meningkatkan semangat berlatih musik dan

mengembangkan pelayanan sehingga dapat menghimpun anggota baru yang lebih

banyak.45 Fungsi yang diberikan pada pusat Pelatihan Musik Gereja yaitu tempat

pendidikan dan pelatihan dalam bidang musik gereja serta pemberian informasi

tentang karakteristik musik gereja, sehingga dengan adanya pusat Pelatihan

Pengembangan Musik Gereja diharapkan orang-orang kristiani dapat lebih

mengenal tentang musik gereja, sehingga tertarik untuk belajar dan

mempelajarinya.46

Menurut pendapat Agus M. Hardjana bahwa training atau pelatihan

merupakan kegiatan belajar. Dalam pelatihan yang baik, terjadi perubahan dalam

hal pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan ketermpilan, menjadi lebih baik,

yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara peserta dengan kegiatan-kegiatan

Livie M. Dumondor dan Berehme Adyatmo Purba, “Implementasi Pendidikan


44

Musik Gereja Dalam Pembentukan Karakter Kristiani Pada Kelompok Paduan


Suara Nine’s Voice Sma N 9 Manado”, PSALMOZ Vol. 1 No. 1, (2020). Hal. 25

Kurnia Jatilinuar dan Bagas Arga, “Pelatihan Gending Gerejawi Kepada


45

Kelompok Sabda Laras Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta”, Jurnal


Pengabdia Seni, Vol. 1 No. 2, (2020). Hal. 79

Apriani Vera Setiawati, Skripsi:”Pusat Pelatihan Pengembangan Musik Gereja


46

Di Yogyakarta” (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,2010), Hal.13

32
pelatihan. Dalam proses pelatihan, peserta mendapatkan pengetahuan baru,

pandangan baru, perilaku baru, cara kerja baru, kecakapan baru dan keterampilan

baru. Pembelajaran melalui pelatihan tidak terjadi secara otomatis, hal ini berarti

pelaksanaan pelatihan membutuhkan kerjasama antara trainer dan peserta yang

dilatih. Oleh karena itu, yang terlibat dalam pelatihan bukan hanya trainer tetapi

juga peserta pelatihan tersebut.47

Pelatihan musik gereja ini menggunakan teori yang dinamakan “Teori

Weighted Scale” yaitu teori yang mengkaji keberadaan melodi berdasarkan

kepada delapan unsurnya. Kedelapan unsur melodi itu menurut Malm, adalah: (1)

tangga nada; (2) nada pusat atau nada dasar; (3) wilayah nada); (4) jumlah nada;

(5) penggunaan interval; (6) pola cadensa; (7) formula melodi; dan (8) kontur.48

Tetapi tidak hanya itu,genre musik juga akan digunakan dalam pelatihan usik

gereja. Karena genre musik bukan menjadi masalah mendasar dalam musik

gereja, tetapi lebih kepada muatan musik tersebut. Dalam gereja, musik bisa saja

berasal dari genre musik tertentu, seperti pop, gamelan, musik gendang Karo, dan

sebagainya, sepanjang musik itu ditujukan untuk memuliakan Tuhan dan

mendatangkan berkat bagi jemaat yang mendengarkannya.49

47
Agus M. Hardjana, Training SDM yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 2001),
hal. 16
48
Yehezkiel Steven Natalous Terigan, Skripsi: Manajemen Organisasi Dan
Pelatihan Musik Di Gereja Bethel Indonesia House Of Sacrifice Medan”
(Sumatra:USU,2020). Hal. 14

Andy K. Manurung, Tesis:”Musik Dalam Ibadah Kontemporer Di GBI Meda


49

Plaza” (Sumatra:USU,2011), hal. 74

33
John F. Wilson mengatakan musik itu sendiri tidak mampu menjadikan

seseorang menjadi Kristen, juga tidak membuat mereka menyembah. Dalam

kenyataannya, bagian pokok keberadaan musik gereja saat ini tidak memiliki

perbedaan gaya dalam pelaksanaannya (aransemen), dalam tatanan fisiknya

(instrumen), dan untuk tujuan-tujuan yang lain. Perbedaan-perbedaannya terletak

pada penggunaanya.50

50
John F. Wilson, An Intorduction to Church Music, (Chicago:Moody Press,
1965), hal.17

34

Anda mungkin juga menyukai