Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HOAX

Dosen Pengampu:

Dr. Kadek Rachmawati, drh., M.Kes


Kelompok 3
Nama Anggota:
1. Alrin Leonanda (152010383002)
2. Inas Al Azizu Isyraq (152010383003)
3. Sultan Ali Putra (152010383005)
4. Trinita Putri Sugisnia (152010383006)
5. Adikarsa Pratama (112011133202)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul HOAX ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu Dr.
Kadek Rachmawati, drh., M.Kes. pada mata kuliah Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hoax bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Surabaya, 9 Maret 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………...1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………….1


B. Rumusan masalah …………………………………………………………………....1
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………………2
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hoax ……………………………………………………………………... 3


B. Sejarah Hoax ………………………………………………………………………….3
C. Jenis-jenis informasi Hoax …………………………………………………………... 4
D. Penyebab Hoax ……………………………………………………………………… 5
E. Dampak Hoax ……………………………………………………………………….. 5
F. Upaya Penanggulangan ……………………………………………………………… 6

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………8

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 8
B. Saran ………………………………………………………………………………… 8

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………….9


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berita hoax sekarang ini sedang marak tersebar di berbagai media. Baik itu media cetak
maupun media online. Mirisnya, kebanyakan dari masyarakat kurang peduli dengan adanya
hal tersebut. Kebanyakan dari masyarakat bisa dengan mudah mempercayai berita hoax dan
tak segan-segan untuk menyebarluaskan kepada khalayak.
Berita hoax adalah berita palsu yang diada-adakan atau diputarbalikkan dari realitas
sesungguhnya. Banyak kasus atau peristiwa yang sebenarnya tidak terjadi namun diangkat
menjadi sebuah berita dan dikemas sebaik mungkin agar khalayak tertarik untuk
membacanya. Berita hoax banyak tersebar di berbagai media. Mulai dari broadcast message,
media cetak, maupun media online. Bahkan beberapa media online mainstream pun banyak
mengakat berita-berita hoax untuk dijadikan informasi bagi khalayak.
Sebagai masyarakat modern dan berpendidikan, kita harus pandai dalam menggali
informasi. Kita wajib membaca dengan teliti dan menelusuri sumber dari berita tersebut dan
yang terpenting adalah jangan terlalu mudah untuk menyebarluaskan berita tersebut sebelum
berita tersebut diketahui keasliannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 28 Ayat 1 dijelaskan bahwa
setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).1 1 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fenomena hoax terjadi di media sosial?
2. Bagaimana dampak dari hoax yang sekarang sedang marak terjadi di masyarakat?
3. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam menanggulangi Hoax yang
sekarang marak terjadi di masyarakat ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui fenomena hoax terjadi di media sosial?
2. Untuk mengetahui dampak dari hoax yang sekarang sedang marak terjadi di masyarakat?
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi Hoax yang
sekarang marak terjadi di masyarakat

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan dalam
bidang Komunikasi Massa terutama dalam hal analisis media. Selanjutnya dapat
dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi media-media online dalam hal
menyusun konsep ide sebuah berita serta menjadi evaluasi atas berita yang telah di
analisis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Hoax
Hoax = (Inggris) artinya tipuan, menipu, berita bohong, berita palsu atau kabar burung.
Berita bohong adalah berita yang isinya tidak sesuai dengan kebenaran yang sesungguhnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa Hoax adalah kata yang berarti ketidak benaran suatu informasi.
Hoax bukan singkatan tetapi satu kata dalam bahasa inggris yang punya arti sendiri.
Sedangkan definisi Hoax menurut wikipedia adalah: "Sebuah pemberitaan palsu adalah
usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu,
padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu Salah satu
contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian
dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang/kejadian sejatinya. Suatu pemberitaan
palsu berbeda dengan misalnya pertunjukan sulap, dalam pemberitaan palsu,
pendengar/penonton tidak sadar sedang dibohongi, sedangkan pada suatu pertunjukan sulap,
penonton justru mengharapkan supaya ditipu.

B. Sejarah Hoax
Meski baru mengambil peran utama dalam panggung diskusi publik Indonesia di
beberapa dekade terakhir ini, hoaks sebetulnya punya akar sejarah yang panjang. Hoaks yang
kini tercantum di Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan arti “berita bohong” tak
sesederhana kelihatannya. Sebuah kebohongan bisa disebut hoaks apabila dibuat secara
sengaja agar dipercaya sebagai sebuah kebenaran. Tak hanya itu, kebohongan baru bisa
disebut hoaks apabila keberadaannya memiliki tujuan tertentu, seperti misalnya untuk
memengaruhi opini publik.
Menurut Lynda Walsh dalam buku berjudul Sins Against Science, istilah hoax atau kabar
bohong, merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang masuk sejak era industri. Diperkirakan
pertama kali muncul pada 1808. Menurut Alexander Boese dalam bukunya, Museum of
Hoaxes, mencatat hoax pertama yang dipublikasikan adalah almanak atau penanggalan palsu
yang dibuat Isaac Bickerstaff alias Jonathan Swift pada 1709. Saat itu, ia meramalkan
kematian astrolog John Partridge. Agar meyakinkan publik, ia bahkan membuat obituari
palsu tentang Partridge pada hari yang diramal sebagai hari kematiannya. Swift mengarang
informasi tersebut untuk mempermalukan Partridge di mata publik. Partridge pun berhenti
membuat almanak astrologi hingga 6 tahun setelah hoax beredar.
Di Indonesia, tidak ada yang tahu berita hoax apa yang pertama kali muncul. Namun,
fenomena hoax ini mulai ramai sejak pemilihan gubernur (Pilgub) Jakarta pada tahun 2012
lalu. Biasanya berita hoax pada masa ini banyak memberitakan mengenai kejelekan masing-
masing cagub, atau istilahnya Black Campaign. Hal ini juga terus berlanjut, bahkan makin
menjadi-jadi pada Pilpres 2014 lalu.
Setelah tahu apa itu hoax, bagaimana dengan penyebarannya? Penyebaran hoax
dipercaya berawal saat perilisan film “The Hoax” pada tahun 2006. Sebelum difilmkan, “The
Hoax” muncul dalam bentuk novel. Namun, versi film ternyata berbeda jauh dengan versi
novelnya, seperti misalnya ada yang dihilangkan atau diubah. Dari situ, film The Hoax
dianggap sebagai film yang banyak mengandung kebohongan, sehingga kemudian banyak
kalangan terutama para netter yang menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu
kebohongan.

C. Jenis-jenis Hoax
1. Fake news: Berita bohong, berita yang berusaha menggantikan berita yang asli. Berita ini
bertujuan untuk memalsukan atau memasukkan ketidakbenaran dalam suatu berita.
Penulis berita bohong biasanya menambahkan hal-hal yang tidak benar dan teori
persengkokolan, makin aneh, makin baik. Berita bohong bukanlah komentar humor
terhadap suatu berita.
2. Clickbait: Tautan jebakan, tautan yang diletakkan secara stategis di dalam suatu situs
dengan tujuan untuk menarik orang masuk ke situs lainnya. Konten di dalam tautan ini
sesuai fakta namun judulnya dibuat berlebihan atau dipasang gambar yang menarik untuk
memancing pembaca.
3. Confirmation bias: Bias konfirmasi, kecenderungan untuk menginterpretasikan kejadian
yang baru terjadi sebaik bukti dari kepercayaan yang sudah ada.
4. Misinformation: Informasi yang salah atau tidak akurat, terutama yang ditujukan untuk
menipu.
5. Satire: Sebuah tulisan yang menggunakan humor, ironi, hal yang dibesar-besarkan untuk
mengkomentari kejadian yang sedang hangat. Berita satir dapat dijumpai di pertunjukan
televisi seperti “Saturday Night Live” dan “This Hour has 22 Minutes”.
6. Post-truth: Pasca-kebenaran, kejadian di mana emosi lebih berperan dari pada fakta untuk
membentuk opini publik.
7. Propaganda: Aktifitas menyebar luaskaninformasi, fakta, argumen, gosip, setengah
kebenaran, atau bahkan kebohongan untuk mempengaruhi opini publik.

D. Penyebab Hoax
1. Pengalihan isu, berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan pengalihan isu merupakan salah
satu faktor penyebab munculnya berita hoax guna untuk menutupi/meredam isu-isu lain
yang diharapkan tidak menyebar.
2. Ditungganggi kepentingan, banyaknya berita hoax didominasi oleh akun-akun di media
sosial yang baru bermunculan. Akun-akun yang menyebarkan berita hoax ini tentu akan
banyak mencuri perhatian masyarakat, sehingga penyebaran berita melalui akun ini akan
cepat dan efektif. Hal ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang menginginkan benefit
berupa materi maupun kepentingan untung menjatuhkan citra suatu komunitas maupun
perseorangan.
3. Kurang informasi yang digunakan untuk membuat berita tersebut menyebabkan
perbedaan antara fakta kejadian dan informasi yang didapat oleh masyarakat luas.
4. Kurangnya penegakkan hukum merupakan salah satu penyebab terjadinya banyak berita
hoax beredar, karena kurangnya pengawasan dan penindakkan terhadap oknum yang
menyebarkan maupun menciptakan berita hoax tersebut.

E. Dampak Hoax
1. Generasi muda bisa tersita waktunya
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan bahwa berita hoax di
media sosial bisa berdampak buruk bagi generasi muda. Produktivitas anak muda bisa
tersita karena seringnya menggunakan media sosial. Hasil dari penelitian tersebut
menyatakan bahwa anak muda lebih memprioritaskan isi artikel daripada sumber berita.
Hal ini menjadi alasan kenapa anak muda sangat rentang sekali dengan berita hoax.
2. Memicu perpecahan
Berita hoax seringkali bermuatan isu SARA. Mereka bisa menyebarkan konten-konten
bernada SARA. Alhasil, masyarakat akan terpecah belah karenanya. Masyarakat tidak
bisa membedakan isu mana yang benar dan hoax.
3. Menurunkan reputasi pihak yang dirugikan
Berita hoax seringkali menjatuhkan pihak tertentu. Dengan banyaknya berita hoax, pihak
yang dirugikan akan kesulitan untuk melakukan klarifikasi Kemendikbud dari twitternya
@Kemendikbud mengatakan bahwa pelaku kejahatan bisa menurunkan status sosial dari
objek berita hoax tersebut. Berita hoax juga bisa digunakan untuk mengalahkan
kelompok tertentu dalam politik seperti pada saat pilkada.
4. Menguntungkan pihak tertentu
Kasus kelompok pembuat berita profesional Saracen merupakan bukti nyata bahwa bisnis
hoax menggiurkan. Motif ekonomi bisa menjadi alasan penyebaran berita hoax.
5. Berita hoax membuat fakta tidak lagi bisa dipercaya
Dengan semakin viralnya berita hoax, fakta sebenarnya malah bisa dicap sebagai berita
hoax. Dengan ini masyarakat bisa kebingungan tentang fakta mana yang harus dipercaya.
Dilansir dari website resmi kominfo, Juru Bicara Presiden Johan Budi menegaskan
bahwa berita bohong harus dilawan. "Fungsi humas adalah merespons tuduhan atau finah
tak benar," ujarnya. Johan juga berpesan agar komunikasi dilakukan dengan tepat dan
jelas. Berita hoax bisa muncul dari komunikasi yang kurang tepat dan bisa membuat
persepsi masyarakat menjadi buruk.

F. Upaya Penanggulangan
Untuk menghindari terkena dampak hoaks, kita dapat membiasakan diri untuk berhati-
hati dengan judul yang provokatif, lalu cermati dengan baik kredibilitas sumber berita yang
dibaca, dan jangan lupa untuk selalu memeriksa fakta dengan mencari informasi dari sumber-
sumber yang dapat dipastikan kebenaran beritanya.
Sekarang, sudah banyak media sosial yang dilengkapi dengan fitur untuk melaporkan
kabar hoax. Pada aplikasi Facebook, dapat menggunakan fitur report status dan kategorikan
informasi hoax dengan kategori yang sesuai, jika banyak yang melaporkan, Facebook akan
menghapus post tersebut. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang
negatif, Instagram juga memiliki fitur serupa.
Pemerintah harus memperkuat lagi undang-undang yang mengatur mengenai penyebaran
isu-isu yang tidak sesuai dengan fakta-fakta/ tidak akurat, baik secara pengawasan maupun
penindakan bagi oknum yang telah menyebarkan dan membuat berita hoax tersebut, serta
menyarankan agar masyarakat mengecek kembali kebenaran berita/ sumber berita tersebut
sebelum menarik kesimpulan dan menyebarkan berita tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Yudo Triartanto. 2015. Kredibilitas Teks Hoax Di Media Siber. Jurnal komunikasi volume VI no
2 (Jakarta: Akademi Komunikasi BSI, C).

Savanti Donna. 2019. Hoaks Sebagai Fenomena Global: Penyebab, Dampak, Dan Upaya
Penanggulangan. Komosi Nasional Indonesia.

Lararenjana Edelweis. 2020. Mengenal Arti Hoax Atau Berita Bohong, Ketahui Jenis dan Ciri-
Cirinya. Merdeka: Jatim.

Adiprasetio, Justito. Gumilar, Gumgum, Hartoyo dan Nunik Maharani. 2017. Hoax, Reproduksi
Dan Persebaran: Suatu Penelusuran Literatur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyaraka:
Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai