Anda di halaman 1dari 3

Stoik sebagai kunci hidup di zaman sekarang

"Tidak ada yang merugikanmu kecuali dirimu sendiri. Tidak ada yang dapat membuatmu
menderita kecuali dirimu sendiri. Tidak ada yang dapat mempengaruhi pikiranmu kecuali dirimu
sendiri. Kesulitan eksternal hanya akan merusak pikiranmu jika kamu membiarkannya. Jangan
membiarkan pikiranmu merana atas hal-hal yang tidak ada dalam kendalimu." - Marcus Aurelius,
Meditations, 7.15

Banyak dari kita pastinya yang pernah memikirkan bagaimana sebuah insan
hidup dengan layak dan semestinya. Beberapa orang mengatakan jika hidup adalah
harus saling membatu serta tolong menolong, ada juga yang mengatakan jika hidup
harus memiliki tujuan, ada juga yang mengatakan hidup adalah soal bersenang
senang dan masih banyak lagi.
Setiap orang pasti memiliki definisi bagaimana hdup yang layak dan
semestinya, namun saat kita tarik benang merahnya bisa dikatakan hidup hanyalah
soal konsep “Bahagia”. Manusia hidup untuk memenuhi Hasrat mereka masing
masing. Itu memang tidak salah, namun mungkin hanya ada satu dari seribu orang
yang paham betul cara dalam memenuhi Hasrat tersebut.
Hasrat bukan berarti sesuatu yang buruk karena itu adalah hal yang
manusiawi. Ia akan selalu menuntut kita untuk terus terpenuhi. Tapi Hasrat yang tak
disikapi dengan pikiran yang matang akan membuat kita jatuh terperosok kedalam
jurang.
Dalam prosesnya meski kita berusaha menyikapi dengan memikirkan
Langkah kedepannya, manusia pasti tak luput dengan rasa kekhawatiran. Pun
kekhawatiran juga bukan hal yang buruk, kekhawatiran ada untuk membuat kita
dapat menentukan pilihan yang tepat dan terhindar dari hal yang tak diinginkan.
Pilihan pun juga harus disertai dengan moral, Langkah yang diambil tanpa
moral yang baik hanya akan membuat kesengsaraan baik bagi sekitarnya ataupun
dirinya sendiri.
Memiliki pemikiran yang bijaksana adalah pilihan yang tepat untuk digunakan
sebagai acuan. Jangan menilai dan menentukan segala sesuatu hanya atas Hasrat
dan kepentingan pribadi, jangan juga mengikuti arus pemikiran orang lain saja.
Penilaian terhadap suatu yang baik dan buruk, apa yang harus dihindari atau tidak,
penilaian yang objektif akan membuat pilihan yang tepat.

Kegelisahan masyarakat zaman now


Masyarakat akhir akhir ini sangat rentan merasakan frustasi, entah karena
Burn Out, cemas akan akhir tuanya, khawatir tidak dapat memenuhi kehidupan,
bahkan beberapa stress akan pandangan orang lain terhadap diri mereka.
Disini Filsafat stoik dapat menjadi kunci adar masyarakat dapat menekan
emosi emosi negative tersebut. Filsafat stoik / stoicisme yang ditemukan oleh fenisia
bernama Zeno sejak m.320-c. atau 250 sebelum masehi. Ilmu ini dapat membantu
kita agar tidak terbawa emosi dan perasaan karena kesulitan serta penderitaan yang
kita alami dapat kita atasi dengan tenang dan bijaksana. filsafat yang menekankan
kendali atas pikiran dan perilaku. stoikisme juga menekankan pada pentingnya
pengembangan kekuatan mental, seperti pengetahuan, kebijaksanaan, ketekunan,
dan rasa syukur, sebagai cara untuk mengatasi rasa takut, kecemasan, atau
kesedihan.
Penganut Stoicisme lebih memfokuskan kepada hal hal yang dalam kendali
mereka atau hal yang dapat mereka lakukan dan mengabaikan hal diluar itu. Dapat
kita sadari banyak masyarakat khususnya Generasi Z dan Milenial memiliki
kecemasan akan hal yang ada diluar kendali mereka.
Menurut data dari Deloitte Hampir setengah dari Gen z (46%) dan generasi
milenial (47%) hidup dengan gaji ke gaji dan khawatir mereka tidak akan dapat
menutupi pengeluaran mereka. lebih dari seperempat Gen Z (26%) dan generasi
milenial (31%) tidak yakin mereka akan dapat pensiun dengan nyaman. sekitar 12%
dari Generasi Z dan 11% milenial mengkhawatirkan tentang ketidakstabilan politik,
perang, dan konflik antar negara. Presentase yang dimana akan menjadi lebih tinggi
karena adanya invasi Rusia ke Ukraina.
Tidak masalah sebenarnya generasi saat ini memikirkan sekitarnya, itu
merupakan hal baik dan juga bentuk kepedulian terhadap sekitar. Namun jika pikiran
pikiran tersebut tidak disikapi dengan bijak, maka hanya akan membuat kita merasa
frustasi dan cemas.
Rasa frustasi dan kecemasan akan mudah membuat manusia dikuasai oleh
emosi negatif yang berujung membuat insan tersebut malah membuat keputusan
yang serampangan dan merugikan dirinya sendiri.
Jika seseorang dikuasai oleh emosi negatif bagaimana ia akan mencapai
tujuannya, bagaiman ia memenuhi hasratnya, bagaimana menemukan konsep
kebahagiaan semestinya dalam dirinya.
Stoicisme memahami betul betapa berharga dan pentingnya waktu. Tidak
seperti barang yang hilang lalu membeli barang serupa, waktu benar benar
tidakdapat kembali maupun diputar. Memikirkan hal yang diluar kendali hanya akan
merugikan, maksimalkan apa yang kita miliki sekarang dan minimalisir keinginan
yang tidak perlu.
Tujuan tujuan dapat kita raih dengan jika kita melakukannya dengan penuh
pertimbangan. Setiap Langkah yang kita tentukan alangkah baiknya jika diiringi
dengan bijaksana yang penuh kebajikan serta moral diatas semua itu.
Memiliki pemikiran yang bijaksana serta moral yang baik adalah hal yang baik
untuk menjadikannya sebagai acuan. Fokuslah terhadap tujuan meski terdapat
hambatan yang mengaggu kita dalam menentukan Langkah selanjutnya. Jika
pemikiran yang dapat dibilang logis tersebut telah menguasai diri kita, maka
kesulitan apapun tetap akan dilaluinya dengan tenang.
Jadikan orang yang pembelajar, artinya kita selalu menjadikan hal apapun
sebagai sebuah informasi yang akan membantu kita di masa yang akan datang.
Jangan tempatkan ego dan kesombongan diatas segalanya, merasa bahwa diri kita
berada diatas orang lain hanya akan mendatangkan hal buruk bagi kita.
Pemikiran seperti ini bukan berarti untuk menjadi pengalah. Tujuan dari
pemikiran seperti ini adalah untuk bagaimana kita menentukan pilihan yang bijak
dan tidak mendatangkan hal buruk. Kita tetap harus memperjuangkan hak hak yang
kita miliki selagi hal tersebut baik.
Pemikiran yang seperti ini harus duduk dengan tenang dalam otak kita.
Mungkin kita tidak mudah terbiasa untuk berpikir seperti ini, memang kita jugaharus
melatihmental, kepekaan, dan sebagainya. Tapi jika sudah terbiasa, kita akan
merasa tidak aman dan nyaman saat meninggalkan pemikiran tersebut.
“kenikmatan sesungguhnya adalah saat dimana kita bisa bebas dari belenggu
kegelisahan, dan mengerti apa kewajiban yang harus kita lakukan sebagai Hamba-
nya dan sebagai manusia. Yaitu untuk menikmati hidup yang tengah dijalani tanpa
harus merasa gelisah dengan kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan
datang” -seneca (The wishdom of stoic).

Anda mungkin juga menyukai