Anda di halaman 1dari 16

CARA MENGENALI DAN

MENGHINDARI HOAKS
DARI A SAMPAI Z
MEDIA LITERASI KELAS C
SELASA, 21 APRIL 2020
DR. DEDE LILIS CHAEROWATI
CARA MENGENALI DAN MENGHINDARI
HOAKS DARI A SAMPAI Z

Tujuan Pembelajaran
• Mahasiswa memahami langkah-langkah cek fakta baik yang bisa dilakukan sendiri, maupun yang
dilaksanakan bersama-sama.
• Mahasiswa mengetahui bagaimana melakukan cek fakta dengan benar menggunakan langkah-
langkah STOP : See, Talk, Observe, and Prevent/Publish.
• Mahasiswa memahami urgensi mewaspadai hoaks dalam kehidupan sehari-hari

(Sumber : Santi Indra Astuti, MAFINDO)


VIDEO EXPLAINER
Link : https://youtu.be/rc9_kwzxz

Setelah menyaksikan video ini, mahasiswa akan mampu:


• Mengetahui cara mengenali hoaks melalui pengecekan terhadap sumber informasi, pemeriksaan detail visual,
amatan terhadap iklan dan kaidah berita yang baik dan benar (Langkah S/See dalam STOP).
• Memeriksa kredibilitas informasi dengan menilai narasi, konten, dan narasumbernya (Langkah T/Talk dalam
STOP).
• Mengamati dan mengevaluasi kemasan hoaks, mulai dari penggunaan provokasi, kata-kata yang persuasive,
hingga strategi untuk memikat orang sehingga terbujuk pada hoaks (Langkah O/Observe dalam STOP).
• Melakukan publikasi atas klarifikasi hoaks dan mencegah penularan hoaks melalui sejumlah strategi
(Langkah P/Publish dalam STOP).
• Menerapkan sikap bijak bermedia dalam kehidupan sehari-hari.
KONSEP KUNCI

Hoaks
• “a purposefully false story or account that is presented to be true” (Silverman, 2015)
• Hoaks adalah cerita atau keterangan palsu yang ditampilkan seolah-olah benar adanya
(Silverman, 2015)
• “deliberate fabrication or falsification in the mainstream or social media” (Rubin, Chen dan
Conroy, 2015)
• Hoaks adalah fabrikasi atau pemalsuan di media sosial (Rubin, Chen, dan Conroy, 2015)
• “a deliberately concocted untruth made to masquerade as truth” (McDougall, 1941)
• Hoaks adalah ketidakbenaran yang disengaja namun dielu-elukan sebagai kebenaran
(McDougall, 1941)
HOAKS, MISINFORMASI DAN DISINFORMASI

• Misinformation means the inadvertent sharing of false information (First Draft, 2017).
• Misinformasi adalah penyebarluasan informasi keliru yang tidak mengandung unsur
kesengajaan (First Draft, 2017)
• Disinformation means deliberate creation and sharing of information known to be false (First Draft,
2017).
• Disinformasi adalah penciptaan dan penyebarluasan informasi yang diketahui sebagai sesuatu
yang tidak benar (First Draft, 2017).
• Hoaks adalah disinformasi. Namun, tak jarang hoaks bersumber dari
misinformasi, yaitu informasi keliru yang tadinya tak disengaja, kemudian
disebarluaskan secara sengaja. Membedakan disinformasi dan misinformasi
acapkali sulit dilakukan, karena menyangkut pembuktian apakah penyebaran
informasi yang tidak benar itu dilakukan secara sengaja, ataupun tidak.
Bagaimanapun, hoaks tetaplah hoaks, yaitu karena mengandung penyebarluasan
informasi keliru yang secara sengaja dinyatakan sebagai kebenaran.
PRINSIP KUNCI CEK FAKTA

• Begitu banyak informasi yang beredar di tengah kita. Sumbernya bisa dari media massa,
media sosial, atau dari percakapan sehari-hari. Apa yang harus dilakukan pertama kali,
saat menerima informasi?
• Baca informasi sampai selesai.
• Skeptis, jangan langsung percaya
• Tahan dulu, jangan main share
• Lakukan cek fakta, untuk memastikan kebenarannya.
CEK FAKTA DENGAN LANGKAH-LANGKAH STOP!

• See (Lihat)
• Perhatikan detail visual seperti logo, brand atau merek, simbol, dan sebagainya. Terkadang, hoaks tidak menampilkan logo aslinya,
tetapi sesuatu yang menyerupai. Menyerupai, tapi tak sama.
• Cek keaslian foto. Betulkah foto tersebut memang berasal dari kejadian yang diceritakan? Atau, foto palsu yang tidak bersumber
dari informasi yang diberitakan? Gunakan Google Reverse Image, atau aplikasi cek foto lainnya untuk mengecek keaslian atau
orisinalitas foto.
• Perhatikan iklan-iklan dalam informasi tersebut. Jika sebuah ‘informasi’ bertaburan dengan iklan, patut dicurigai apakah yang
‘dijual’ adalah informasinya, atau iklannya. Iklan sendiri kerap berbentuk advertorial atau
• yaitu sebentuk dikemas sebagai berita atau artikel ilmiah.
• Cermati ciri-ciri khusus dari sebuah informasi. Berita, misalnya, punya pakem gaya bahasa dan format tersendiri. Apakah berita
yang diterima memenuhi kriteria tersebut?
• Baca dan cermati keterangan tambahan lainnya. Misalnya, ‘About Us’. Cek semua keterangan yang disebutkan dalam bagian ini.
Talk (Diskusikan)

• Menentukan kelayakan informasi.


• Lakukan pemeriksaan pada sumber informasi.
• Media. Jika bersumber dari media, periksa kredibilitas medianya.
• Narasumber. Lakukan pengecekan pada narasumber, atau nama-nama lain yang disebutkan (apakah orangnya
benar-benar ada?
• Apakah instansinya benar-benar ada? Apakah relevan sesuai dengan topik yang dibicarakan?)
• Instansi/Lembaga/Posisi/Jabatan. Lakukan pengecekan apakah benar-benar ada. Apakah lokasinya benar? Dan
sebagainya.
• Cerita yang utuh. Dapatkan cerita yang tidak setengah-setengah dan perspektif yang lengkap.
• Obyektif dan Berimbang. Jangan berhenti pada opini sepihak saja. Cari fakta yang obyektif dan opini pihak-pihak
lain selengkapnya.
Observe (Amati)

• Telusuri lebih dalam lagi. Hoaks itu punya ciri-ciri khusus.


• Hoaks itu lebay. Terlalu indah, atau terlalu buruk untuk jadi kenyataan.
• Bahasa hoaks biasanya sensasional, provokatif, dan mengandung penggiringan opini ke satu sisi.
• Mengandung kalimat sugestif untuk mem-viral-kan. Tujuannya adalah sharebait.
• Judul dan isi terkadang tidak berhubungan satu sama lain. Tujuannya adalah clickbait.
• Untuk mempermudah, gunakan aplikasi cek fakta. Misalnya, Hoax Buster Tools (HBT) yang
dikembangkan oleh Mafindo. Dalam aplikasi ini, terdapat sejumlah tools untuk mengecek kebenaran
informasi dalam berbagai bentuk: teks, gambar, video, dan lain-lain.
Prevent (Cegah)

• Publikasikan, atau sebarluaskan klarifikasi atas hoaks yang beredar.

• Lakukan pencegahan terhadap hoaks dengan konten positif.

• Rajin-rajin siskamling digital

• Tingkatkan literasi digital


FENOMENA HOAKS DI MEDIA DIGITAL DAN
MEDIA SOSIAL
• Hoaks sesungguhnya bukan hal yang baru. Hoaks beberapa kali pernah muncul, misalnya dalam bentuk
penipuan keuangan berantai di mana seseorang diminta mentransfer sejumlah uang ke rekening tertentu
setelah dinyatakan memenangkan undian berhadiah. Hoaks seperti ini tersebar dalam bentuk pesan SMS
ataupun telepon langsung.
• Kehadiran media digital, dan media sosial membuat peredaran hoaks semakin masif. Media digital dan media
sosial memudahkan orang menerima dan menyebarkan pesan informasi dengan cepat, mudah, dan murah.
Informasi yang diterima, sayangnya, tidak selalu benar. Kehadiran media digital dan media sosial sebagai
informasi di tengah masyarakat yang masih mengalami deficit literasi menyebabkan hoaks merajalela karena
masyarakat dengan tipe seperti itu begitu mudah menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenarannya
terlebih dahulu.
• Berbagai upaya telah dilakukan untuk membatasi peredaran hoaks di media digital dan media sosial. Salah
satunya adalah menanamkan sikap ‘bijak bersosial media’ atau ‘bijak bermedia digital’ supaya orang menjadi
netizen yang cerdas dan berwawasan.
HOAKS DI ERA POST TRUTH ATAU
PASKA KEBENARAN
• Hoaks menjadi penanda era Post Truth, yaitu sebuah periode di mana orang mempercayai ketidakbenaran sebagai sesuatu yang
benar. Di era Post Truth, batas antara ketidakbenaran dan kebenaran menjadi kabur akibat masifnya peredaran hoaks, disinformasi
dan misinformasi. Luapan informasi yang beredar, serta munculnya ketidakpercayaan (distrust) terhadap sumber-sumber informasi
yang valid menyebabkan orang hanya meyakini kebenaran berdasarkan sesuatu yang disukai, atau difavoritkan, bukan berdasarkan
fakta sesungguhnya. Tentu saja, penilaian kebenaran yang tidak faktual seperti ini dapat mengaburkan orang dari kebenaran yang
sesungguhnya.
• Bagaimana solusi untuk mengatasinya? Pertama, saat menerima informasi, siapapun harus mampu memeriksa fakta secara kritis,
dan menjadikannya sebagai kebiasaan sehari-hari. Dengan demikian, terhindar dari hoaks. Kedua, membangun kompetensi literasi
digital, yang terdiri dari kemampuan untuk mengakses media digital, memahami pesan, menganalisa informasi secara kritis, serta
mampu memanfaatkan media dan informasi sesuai dengan kepentingannya.
• Bagaimana jika Anda yang menjadi sasaran hoaks? Betapapun mengesalkannya, jangan diamkan. Segera lakukan klarifikasi, berikan
bukti-bukti secukupnya. Fokus pada fakta, bukan pada perasaan dan emosi. Manfaatkan media sosial, atau media lainnya yang bisa
dijangkau. Jika memang hoaks tersebut sudah sangat mengganggu kenyamanan dan ketenteraman Anda dan keluarga, juga
membuat Anda kesulitan melaksanakan pekerjaan atau tugas-tugas profesional, Anda dapat menimbang untuk menempuh jalur
hukum.
EDUKASI PUBLIK UNTUK MENANGKAL
HOAKS
• Memberantas hoaks tidak cukup hanya dengan mengklarifikasi atau men-debunk hoaks. Diperlukan
edukasi publik untuk menjangkau banyak sasaran. Edukasi publik dapat dilakukan dengan beragam cara,
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Menyebarluaskan materi sosialisasi anti hoaks, iklan layanan
masyarakat terkait dengan isu-isu anti hoaks, video web series, hingga klarifikasi terhadap hoaks ke dalam
grup masing-masing merupakan salah satu cara yang sederhana tetapi ampuh untuk melakukan edukasi
publik di lingkup terbatas. Materi lain yang bisa di-share adalah situs-situs cek fakta dan aplikasi hoax buster
tools (HBT) atau yang sejenis.

• Untuk edukasi publik dalam lingkup yang lebih luas, dapat berkolaborasi dengan pihak-pihak di
sekelilingnya. Siapa saja membutuhkan edukasi publik ketika berhadapan dengan hoaks. Siapa saja dapat
menjadi target edukasi publik terkait dengan pemberantasan hoaks. Jika membutuhkan bantuan, salah
satunya dapat menghubungi Mafindo melalui berbagai kanal media sosial.
DISKUSI DAN PEMBELAJARAN
VIDEO EXPLAINER
Link : https://youtu.be/rc9_kwzxz

Apa saja yang bisa kita pelajari dari video yang baru ditonton?
• Langkah-langkah praktis melakukan periksa fakta melalui STOP Hoax Indonesia. See – Talk – Observe – Prevent.
• Tantangan menerima informasi di era Post Truth.
• Solusi dan strategi untuk mengatasi deficit literasi digital.

Aktivitas
• Coba perhatikan media sosial atau grup WA masing-masing. Identifikasi 5 hoaks lokal yang beredar. Dengan
menggunakan langkah-langkah STOP, Hoax Buster Tools (HBT), atau cara lainnya, klarifikasi atau debunking hoax di
dalam daftar Top Hoax of the Week tersebut.
• Buatlah klarifikasi atas hoaks tersebut, publikasikan di akun media sosial, atau di grup chat tempat Anda menemukan
hoaks itu. Lihat apa yang terjadi, beragam reaksi akan muncul.
Lebih jauh tentang tipe-tipe hoaks dapat merujuk pada jenis-jenis disinformasi/misinformasi
pada modul UNESCO “jurnalisme, berita palsu dan disinformasi: konteks indonesia”.

Dapat diunduh secara bebas di


http://www.unesco.or.id/publication/jurnalismeberitapalsudisinformasikonteksindonesia .pdf

Terima kasih...

Anda mungkin juga menyukai