Makalah
IAIN PALOPO
Disusun Oleh:
Fitrah Fauziah
2305010016
Dosen Pengampu:
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala nikmat, karunia
dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah saw.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, penulis berharap makalah ini
Ustadzah Dr. Kartini, M.Pd. dan Ustadz Dr. Bastanul Iman, RN., M.A. atas
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
A. Pengertian Pemimpin dan Non-Muslim.................................... 3
B. Hukum Memilih Pemimpin Non-Muslim dalam Islam............ 7
BAB III PENUTUP....................................................................................... 16
A. Simpulan................................................................................... 16
B. Saran.......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Situasi perpolitikan nasional saat ini telah dan sedang memanas. Salah satu
isu yang sering muncul adalah kepemimpinan muslim dan non-Muslim, sehingga
kandidat. Hal ini tentu saja menarik untuk dianalisis dari sudut pandang hukum
Islam.
politik Islam dari masa ke masa. Di satu sisi, sebagian ulama menganggap bahwa
beberapa ayat dalam al-Quran secara jelas menyatakan demikian. Di sisi lain, ada
pula beberapa ulama yang memandang bahwa esensi perdebatan bukan terletak
pada apakah pemimpin harus orang Islam atau tidak, namun yang terpenting
Hal tersebutlah yang menjadi dasar dalam makalah ini penulis membahas
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. Pemimpin
Pemimpin berasal dari kata “pimpin’ dalam bahasa inggris, yaitu “lead”,
awal struktur dan pusat proses kelompok atau organisasi. 1 Istilah kepemimpinan,
dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata “pimpin” yang mempunyai arti
dituntun dan dibimbing. Sedangkan kata pemimpin itu sendiri mempunyai arti
paling pandai tentang berbagai hal yang ada hubungannya kepada kelompok, serta
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Edisi III, Cet. II;
Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 874.
2
Departememen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. IV;
Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 967.
3
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), 38.
3
4
maksud agar yang dipimpin mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan secara
mencakup empat hal yang saling berhubungan, yakni adanya pemimpin dan
terminologi khalifah, imamah dan ulil amri. Kata khalifah menurut bahasa, yakni
khalafa yang bermakna menggantikan atau pewaris. Kata ini digunakan dalam
sejarah pemerintahan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, dan
Bani Abbasiyah sebagai kepemimpinan politik Islam. Imamah berasal dari kata
imam, dijelaskan bahwa termino imam berarti pemimpin shalat. Imam juga berarti
Ulu Al-Amr terdiri atas dua kata yakni ulu dan al-amr. Ulu bermakna
pemilik, dan al-amr bermakna “perintah, atau tuntunan melakukan sesuatu”. 6 Dari
sini, maka kata ulu al-amr diterjemahkan “pemilik urusan” dan “pemilik
kekuasaan” atau “hak memberi perintah.” Kedua makna ini sejalan, karena siapa
4
Veithzal Rivai, Zainal ,dkk. Kepemimpinan dan Perilaku Organisas,i (Edisi IV; Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), 3.
5
Abu Al-A’la Al-Maududi, Al-Khilafah wa Al-Mulk, diterjemahkan Muhammad Al-Baqir
dengan judul Khilafah dan Kerajaan (Cet. VI; Bandung: Mizan, 1996), 82.
6
Amir Hamzah, “Kriteria Pemimpin Menurut Al-Qur’an”, (Jurnal Al-Qalam: Jurnal
Kajian Islam & Pendidikan Vol. 10. No.2, 2018), 19.
5
pemimpin merupakan orang pandai yang dapat mempengaruhi orang lain dan
2. Non-Muslim
Sedangkan kata non berarti bukan, tidak. Oleh karena itu, non-muslim memiliki
bahawa yang dimaksud dengan non-muslim adalah orang yang tidak menganut
agama Islam, mencakup sejumlah agama dengan segala bentuk kepercayaan dan
variasi ritualnya.
yaitu orang yang tidak mengesakan Allah swt dan tidak mempercayai Nabi
Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul, atau yang tidak beragama Islam. 8 Ahl al-
kitâb (kitâby), yaitu orang-orang yang meyakini keesaan Allah swt namun
Agama Majûsi, yaitu mereka yang menyembah kepada api dan bintang,
dan mempercayai adanya dua Tuhan. Tuhan yang dimaksud adalah Ahuramazda
yang dilambangkan dengan api.10 Shâbi-in yaitu orang yang mengikuti syariat
nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-
sebagai non-muslim yaitu murtad. Murtad secara literal berarti orang yang
berbalik, kembali atau keluar. Dalam pandangan hukum Islam, murtad berarti
keluar dari agama Islam atau tidak mengakui kebenaran Islam baik dengan
berpindah agama lain atau menjadi tidak beragama sama sekali (atheis).12
Dari pembahasan diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa dalam Islam
non-muslim dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: kafir, ahl al-kitâb, shâbi-in,
majûsi, musyrikin, namun didalam masyarakat umum terdapat satu kelompok lagi
Memilih pemimpin dalam islam adalah sesuatu yang sangat urgen. oleh
1. Al-Qur’an
10
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur‟an dan Hadits, (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2014), 178-179.
11
Abu Husain Ibn Faris, Mu’jam al-Maqayyish fi al-Lughâh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979),
156.
12
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur‟an dan Hadits, (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2014), 180.
7
اَل َيَّتِخِذ اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن اْلٰك ِفِر ْيَن َاْو ِلَيۤا َء ِم ْن ُد ْو ِن اْلُم ْؤ ِمِنْيَۚن َو َم ْن َّيْفَعْل ٰذ ِلَك َفَلْيَس ِم َن ِهّٰللا ِفْي َش ْي ٍء ِآاَّل َاْن َتَّتُقْو ا
ِم ْنُهْم ُتٰق ىًةۗ َو ُيَح ِّذ ُر ُك ُم ُهّٰللا َنْفَسٗه ۗ َو ِاَلى ِهّٰللا اْلَم ِصْيُر
Terjemahnya:
ayat tersebut dikaitkan dengan ayat sebelumnya yakni QS. Âli-Imrân/3:27, maka
mereka, karena jika seorang mukmin menjadikan mereka penolong, itu berarti
orang mukmin dalam keadaan lemah, padahal Allah swt enggan melihat orang
beriman dalam keadaan lemah. Jangan jadikan mereka penolong kecuali jika ada
kemaslahatan kaum Muslimin dari pertolongan itu atau paling tidak ada kerugian
13
Kementerian Agama RI, al-Qur`an dan Terjemahnya, (Jakarta: Syamil Qur`an, 2014),
53.
14
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (vol 2,
Tangerang: Lentera Hati, 2016), 71.
8
Selain ayat 28 surat Ali Imran tersebut, sebenarnya ada 11 ayat lain yang
sering dijadikan dalil dalam rangka menolak pemimpin non-Muslim, antara lain:
ayat 118 surat Ali Imran, ayat 22 surat al-Mujadilah, ayat 144 surat al-Nisa, ayat
73 surat al-Anfal, ayat 71 surat al-Taubah, ayat 8 surat al-Taubah, ayat 100 surat
Ali Imran, dan ayat 141 surat an-Nisa’. Semua ayat tersebut, meski dengan
meridhoi kekufuran mereka, dan ini jelas dilarang, karena merestui kekufuran itu
kufur (ar-riḍā bil kufrikufrun). Kedua, bergaul dengan mereka secara baik (al-
muʿāsyarah al-jamīlah) di dunia sesuai kenyataan, dan ini tidak dilarang. Ketiga,
mereka (an-nuṣrah), dan ini tindakan pun dilarang (manhiyyun ʿanhu), kendati
Seperti biasa, segera muncul pro dan kontra tentang kepemimpinan non-
muslim di tengah-tengah penduduk yang mayoritas muslim. Tidak ada satu pun
15
Fakhruddīn ar-Rāzī,Tafsīr al-Kabīr, juz 7, jilid 3, (Cet. I; Dār al-Fikr Beirut
1425/2005), 1603-1604
9
fî Al-Fiqh Al-Khilâfah (Dar Al- I’lam Al-Dauly [tt.] hlm 22-23) menyebutkan
bahwa syarat “Islam” bagi calon pemimpin kaum muslim merupakan sesuatu
yang dapat dimengerti dari hukum Islam secara sangat mudah (‘ulima min ahkâm
Islam dapat menegakkan Islam? Oleh sebab masalahnya sesederhana itu, juga
ditopang oleh dalil yang sangat banyak didalam al-Qura’n (bukan hanya satu atau
dua ayat) maka tidak mengherankan apabila para ulama bersepakat atas wajibnya
syarat “Islam” bagi pemimpin kaum muslim. Al-Qadhi Iyadh berkata, “Para
ulama bersepakat bahwa kepemimpinan (Islam) tidak sah diberikan kepada orang
kafir; dan bahkan bila pemimpin (muslim) kemudian keluar dari Islam (kafir),
maka dia harus turun.” (Shahih Muslim bi Syarh Al-Na wâwi jilid 12 hlm 229).
Ibnu Mundzir juga mengatakan, “Seluruh ahli ilmu bersepakat bahwa orang kafir
sama sekali tidak boleh menjadi pemimpin bagi kaum Muslim dalam keadaan apa
pun.” (Ahkâm Ahl Al- Dzimmah li Ibn Qayyim Al-Jauziyyah jilid II hlm 414).
Mengacu kepada (QS. ‘Ali-Imran: 28) dan ayat-ayat lain yang isinya
senada dengannya ada petunjuk bahwa dalam hal apapun orang kafir tak boleh
berkuasa atas (umat) Islam.16 Atas dasar keyakinan serupa itu, al-Jashshash tidak
negara, tapi juga tak boleh melibatkan non-Muslim dalam segala urusan umat
16
Abu Bakar Ahmad Ibn Ali ar-Razi al-Jassas, Ahkam al-Qur’an (Cet. II; Kairo:
Maktabah wa Mathba’ah Abd ar-Rahman Muhammad, t.t), 290.
10
Islam, sekalipun ada pertalian darah dengannya. Karena itu, seorang pria non-
Muslim, menurutnya, tidak punya hak untuk mengurus prosesi pernikahan putra
kandungnya yang Muslim karena alasan beda agama.17 Senada dengan al-
bahwa seorang Mu’min tidak boleh mengambil orang kafir sebagai pemimpinnya,
juga didasarkan pada hadits marfu’ yang di-takhrij oleh at-Turmudzi, al-Hakim,
dan al-Thabrani, yang berbunyi: Allah swt. Berfirman: Demi kekuasaan-Ku tidak
akan mendapat rahmat-Ku seseorang yang tidak mencintai kekasih-Ku dan tidak
satu hadits lagi, yakni hadits yang diriwayatkan oleh ahlu al Sunan (Al Tirmidzi,
al Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibn Majah) yang berbunyi: Aku lepas hubungan
Nabi ditanya, ya, Rasul Allah, mengapa (demikian)? Nabi bersabda: (Sebab) api
umat Islam, dan pada prinsipnya memang tak akan pernah mungkin bagi
17
Abu Bakar Ahmad Ibn Ali ar-Razi al-Jassas, Ahkam al-Qur’an, (Kairo: Maktabah wa
Mathba’ah Abd ar-Rahman Muhammad, t.t.), 290.
18
Wahbah az-Zuhaili, at-Tafsir al-Munir fi al-’Aqidah wa asy-Syari‘ah wa al-Manhaj,
(Damaskus: Dar al-Fikr al-Ma`asyir, t.), 59.
11
Islam seolah memandang bahwa jalan yang ditempuh oleh orang-orang Kafir itu
baik. Hal ini tidak boleh terjadi, sebab dengan meridhoi kekafiran berarti
mayoritas umat dalam Islam ditentukan dengan konsultasi dan bai’at. Kedua
kekuasaan dalam masyarakat dan ketiga, memiliki syarat kekuatan pribadi dan
dapat dipercaya dengan sikap yang jujur, amanah, adil, maka seorang pemimpin
alasan semacam itu, maka sangat wajar jika kemudian Ibnu Taimiyah
mengeluarkan statement yang sangat berani yakni lebih baik dipimpin oleh
pemimpin kafir yang adil dari pada dipimpin oleh pemimpin muslim yang
dzalim‛. Sebab, orang yang dapat diangkat menjadi pemimpin adalah orang yang
memiliki kekuatan dan integritas, mampu berbuat adil dan memiliki komitmen
yang kuat terhadap kemakmuran rakyat yang ia pimpin terlepas dari latar
belakang keimanannya.20
19
Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf ’an Haqa’iq at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil Fi Wujuh at-
Ta’wil, (Cet. II; Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Mustafaal-babi al-Halabi wa Auladuh,
1392 H/1972 M), 422.
20
Ibn Taimiyah, as-Siyasah asy-Syar‘iyyah fi Islah ar-Ra‘i wa ar-Ra‘iyyah, (Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tt.), 22-23.
12
kaum dzimmi, kecuali sedikit jabatan kunci semisal kepala negara dan majelis
selama tidak bertentangan dengan perintah syariat Islam. Dengan kata lain hanya
orang Islamlah yang mempunyai hak untuk menduduki jabatan kepala negara dan
majelis syura, karena jabatan tersebut akan menjadi penentu lahirnya kebijakan-
kedudukan lainnya, semisal badan administrasi negara, maka kaum minoritas non-
Muslim berhak mendudukinya sesuai prosedur dan aturan dalam negara Islam
tersebut.22
Lirboyo, Kediri, Jawa Timur pada tanggal 21-27 November 1999 tentang Hukum
hukum orang Islam menguasakan urusan kenegaraan kepada orang non Islam?
Jawaban: Orang Islam tidak boleh menguasakan urusan kenegaraan kepada orang
21
Abu al-A’la Maududi, Hak-hak Asasi Manusia dalam Islam. Terj. Bambang Iriana
Djaja Atmadja (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 321.
22
Rasyid Al-Ghanusyi, Huquq al-Muwatanah: Huquq Ghair al-Muslim fi al-Mujtama’ al-
Islami (Virginia: Ma’had al-Alam lial-Fikr al-Islami, 1993), 73.
13
menangani, tetapi t
membawa manfaat.23
Memilih Partai Politik dan Calon Legislatif butir 3 memberikan syarat bahwa
calon pemimpin yang harus dipilih adalah Islam, dengan mengutip al-Qur’an
Sementera itu, MUI dalam Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-
Indonesia Ketiga Tahun 2009 tentang Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilihan
Umum.
kepentingan bangsa.
23
Salah Mahfud, Solusi Hukum Islam: Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes NU
1926-2004 (Cet. III;Kudus:Khalista, 2007), Hlm. 211.
14
pemimpin non-muslim bagi umat Islam. Sedangkan menurut pendapat ulama ada
yang mengatakan menolak namun ada juga yang mengatakan boleh. Oleh karena
haruslah pemimpin yang muslim selama masih ada orang muslim yang layak
dikatakan pemimpim.
Secara garis besar terdapat dua pendapat di kalangan para ulama falam
24
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975 (Jakarta: Erlangga,
2011), 867.
15
Ayat al-Qur’an yang menjadi dasar larangan pemimpin non-muslim dalam Islam
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتَّتِخ ُذ وا اْلَيُهْو َد َو الَّنٰص ٰٓر ى َاْو ِلَيۤا َء ۘ َبْعُضُهْم َاْو ِلَيۤا ُء َبْع ٍۗض َو َم ْن َّيَتَو َّلُهْم ِّم ْنُك ْم َفِاَّنٗه
ّٰظ
ِم ْنُهْم ۗ ِاَّن َهّٰللا اَل َيْهِد ى اْلَقْو َم ال ِلِم ْيَن
Terjemahnya:
walî (pemimpin) bahkan dipandangnya sebagai keluar (murtad) dari agama Allah
dan menyimpang dari pilihan Allah yang merupakan anugerah-Nya (QS. Al-
Mâ’idah [5]: 54). Persoalan ini masuk dalam ranah akidah (keyakinan), karena
pada hakikatnya mereka memerangi kaum Muslim karena masalah akidah dan
agama, sehingga mereka dipandang kaum fasik, yang keluar dari agama Allah
perdamaian dengan non-Muslim yang bersedia hidup damai dengan kaum Muslim
َو ِإن َج َنُح و۟ا ِللَّس ْلِم َفٱْج َنْح َلَها َو َتَو َّك ْل َع َلى ٱِهَّللۚ ِإَّن ۥُه ُهَو ٱلَّسِم يُع ٱْلَعِليُم
Terjemahnya:
16
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”
Kebolehan berbuat baik dan berlaku adil terhadap non-Muslim yang tidak
memerangi kaum Muslim karena alasan agama dan tidak mengusir mereka dari
tanah air mereka (QS. Al-Mumtahanah [60]:8). Sekalipun para ulama yang
membolehkannya dalam kondisi darurat, yaitu kondisi dimana ada beberapa hal
yang tidak bisa ditangani oleh kaum muslimin sendiri baik langsung maupun tidak
langsung, atau terdapat indikasi kuat adanya ketidakberesan (khianat) dari orang
PENUTUP
A. Simpulan
sebagai berikut:
yang dipimpin mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Dalam Al-Quran beragam istilah yang diberikan untuk memaknai kata
kaum kafir dzimmi dalam pemerintahan dibolehkan pada posisi yang strategis
17
18
B. Saran
Penulis tentu sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini oleh
dari itu diharapkan saran dan tambahan ilmu dari teman-teman agar dapat
Al-Jassas, Abu Bakar Ahmad Ibn Ali ar-Razi. Ahkam Al Quran, Kairo: Maktabah
Pustaka, 2002.
Ibn Zakarya, Abu Husain Ahmad Ibn Faris, Mu‟jam Muqayyis al-Lughah, Beirut:
2014.
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, Jakarta:
Erlangga, 2011.
Mahfud, Salah. Solusi Hukum Islam: Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes
Maududi, Abu al-A’la. Hak-hak Asasi Manusia dalam Islam. Terj. Bambang
Rosdakarya, 2001.
Zainal, Rivai Veithzal ,dkk. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi IV.