Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SIKAP SEORANG PEMIMPIN MENERAPKAN NILAI-NILAI


AL-QURAN DALAM BERKARYA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Sains
Dosen Pengampu : Dr. Ing. H Suparno Satira, DEA

Disusun Oleh:
Apong Yanti ‘’’’’’’’’’’’’’’’’
Feby Aulia
Lisna Herliani 11803004
Sita Puspa Triana 11803006

UNIVERSITAS HALIM SANUSI PUI BANDUNG


2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa., yang hanya
kepada-Nya-lah, kita harus menghambakan diri. Sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW, yang telah
memberikan keteladanan dan petunjuk jalan yang baik dan yang benar kepada
umatnya. Dengan keteladanan dan petunjuk yang baik dan benar tersebut dari
beliau diharapkan kita sebagai umatnya dapat mencontoh dan mengamalkan
sunnah-sunnahnya. Semoga kita semua akan memperoleh syafaatnya di hari
kiamat nanti. Aamiin.
Saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia,
yakni bapak Dr. Ing. Suparno Satira DEA dan kepada rekan-rekan yang
memberikan partisipasi atas makalah ini, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
Bahasa Indonesia yakni makalah yang berjudul “Sikap Seorang Pemimpin
Menerapkan Nnilai-Nilai Al-Quran dalam Berkarya”.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan.
Sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih baik ke
depannya. Dan diharapkan makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.

Bandung, 22 Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Pengertian Kepemimpinan....................................................................................2
B. Kepemimpinan dalam Islam.................................................................................3
C. Teori Kepemimpinan.............................................................................................5
D. Gaya Kepemimpinan dalam Islam.......................................................................6
E. Fungsi Kepemimpinan...........................................................................................6
F. Syarat-Syarat Kepemimpinan..............................................................................8
G. Sifat-Sifat Pemimpin..............................................................................................9
H. Idealitas Kepemimpinan dalam Islam................................................................14
I. Konsep Motivasi Kerja dalam Islam..................................................................14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................18
A. Kesimpulan...........................................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
“Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin
bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” Mungkin kata-kata tersebut
yang paling cocok dan pas bagi setiap orang muslim di jagad raya ini.
Kenapa tidak, manusia diturunkan di bumi ini adalah sebagai khalifah
yang memakmurkan dan menyemarakkan dunia. Mungkin kita juga
sepakat bahwa pada setiap individu manusia muslim adalah seorang
pemimpin. Yakni memimpin dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas
dirinya sendiri.
Berbicara tentang “kepemimpinan”, sungguh alangkah
menumbuhkan jiwa semangat bagi setiap muslim yang peduli akan iman
yang diembannya. Jika kita menoleh jauh ke belakang tentang sejarah awal
Islam, tentulah kita akan menemukan banyak pelajaran yang luar biasa
apabila diaplikasikan dalam dunia modern sekarang, khususnya dalam hal
“kepemimpinan”. Bagaimana bentuk kepemimpinan Rasulullah dan para
sahabat-sahabatnya. Dan bagaimana sikap seorang pemimpin menerapkan
nilai-nilai alqur’an dalam menciptakan sebuah karya.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam makalah ini adalah bagaimana sikap seorang
pemimpin menerapkan nilai-nilai alquran dalam menciptakan sebuah
karya.
C. Tujuan
Dari uraian rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui sikap seorang pemimpin
menerapkan nilai-nilai alqur’an dalam menciptakan sebuah karya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan kata dasarnya adalah pemimpin yang berarti : 1)
orang yang memimpin, 2) petunjuk: buku petunjuk atau pedoman. 1
Sedangkan dalam istilah Islam pemimpin dikonotasikan dengan kata
khalifah, amir atau imamah.
Khalifah adalah pengganti yaitu seseorang yang menggantikan
tempat orang lain yang lain dalam beberapa persoalan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kata khalifah yang berarti pengganti telah
berkembang menjadi " titel atau gelaran bagi pemimpin tertinggi
masyarakat Muslim sebagai gelar yang berlabel agama".2
Imamah berarti yang menjadi pemimpin, yang menjadi suri teladan
atau contoh yang harus diikuti atau yang mendahului3 dan Amir
mempunyai arti pemimpin ( Qaid Zaim ) dan dalam kamus Inggris
diartikan dengan orang yang memerintah, komandan, kepala dan raja.4
Dalam istilah lain pemimpin sering merujuk pengertian Ulil Amri
atau pejabat adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan
orang lain dan Khadimul Umat ( pelayan umat ) dengan pengertian
seorang pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan
masyarakat.5 Sedangkan kepemimpinan sendiri mempunyai arti perihal
pemimpin : cara memimpin.6
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan
seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan di dalam suatu
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai
Pustaka, 2001, Cet. I, hlm 874
2
J. Suyuti Pulungan, Fiqih Siyasah; Ajaran dan Pemikiran, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, Cet
III, 1997, Ed. I hlm 48-49
3
Ibid, hlm 59
4
Ibid, hlm 63
5
Hafidhuddin, Dudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syari’ah dalam Praktik, Cet. I, Jakarta:
Gema Insani Perss, 2003, hlm 120
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op.Cit., hlm 874

2
situasi tertentu. Berdasarkan defenisi tersebut, bahwa kepemimpinan
terjadi apabila di dalam situasi tertentu seseorang mempengaruhi perilaku
orang lain baik secara perseorangan atau kelompok. Oleh karena itu
kepemimpinan suatu proses dapat dirumuskan sebagai berikut :
L = F (l, f, s )

L = Leadership F = function
l = leader f = follower
s = situation
Apabila rumus tersebut diterjemahkan secara bebas : K = f ( p, b, s )
Kepemimpinan K adalah berfungsinya ( f ), pemimpin ( p ), bawahan ( b )
di dalam situasi tertentu.7
B. Kepemimpinan dalam Islam
Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang
berarti wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah SAW sama
artinya yang terkandung dalam perkataan “amir” atau pengusaha. Oleh
karena itu kedua istilah dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pemimpin
formal.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa ayat 59 yang
berbunyi:

‫إِن‬I َ‫ ِر ِمن ُكمۡ ۖ ف‬I ۡ‫و َل َوأُوْ لِي ٱأۡل َم‬I ‫َّس‬ ْ I‫وا ٱهَّلل َ َوأَ ِطي ُع‬I
ُ ‫وا ٱلر‬I ْ I‫و ْا أَ ِطي ُع‬Iٓ Iُ‫ا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬IIَ‫ٰيَٓأَيُّه‬
ُ ‫ ُر ُّدوهُ إِلَى ٱهَّلل ِ َوٱلر‬I َ‫ ۡي ٖء ف‬I ‫زَ ۡعتُمۡ فِي َش‬IIَ‫تَ ٰن‬
‫و ِم‬Iۡ Iَ‫ونَ بِٱهَّلل ِ َو ۡٱلي‬IIُ‫و ِل إِن ُكنتُمۡ تُ ۡؤ ِمن‬I ‫َّس‬
ۡ َ ِ‫ٱأۡل ٓ ِخ ۚ ِر ٰ َذل‬
٥٩ ‫وياًل‬ ِ ‫ر َوأَ ۡح َس ُن تَأ‬ٞ ‫ك خ َۡي‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”

7
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987.Cet. III, hlm 25

3
Setiap kepemimpinan selalu menggunakan power atau kekuatan.
Kekuatan yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan seseorang
dalam mempengaruhi orang lain.8 Kemampuan pemimpin untuk membina
hubungan baik, komunikasi dan interaksi dengan para bawahan dan
seluruh elemen perusahaan. Kemampuan adalah persyaratan mutlak bagi
seorang pemimpin dalam membina komunikasi untuk menjalankan
perusahaan sehingga akan terjadi kesatuan pemahaman.
Selain itu dengan kemampuan kepemimpinan akan memungkinkan
seseorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya agar mereka mau
menjalankan segala tugas dan tanggung jawab dengan jujur, amanah,
ikhlas, dan profesional.9
Dalam Islam sendiri di dalam sejarah mengalami pasang surut pada
sistem kepemimpinannya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman
pemimpinannya terhadap masa depan mengenai bagaimana mengatur
strategi dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh umat dalam
segala posisi kehidupan untuk menentukan langkah sejarah. Untuk itu
kepemimpinan sangatlah mempengaruhi bagi kesejahteraan umat, apakah
akan mencapai suatu kejayaan atau bahkan suatu kemunduran. Karena
bukan rahasia umum lagi bahwa Islam pernah mencapai suatu masa
kejayaan ketika abad-abad perkembangan awal Islam. Dalam Islam
seseorang yang menjadi pemimpin haruslah memenuhi enam persyaratan,
yaitu:
a. Mempunyai kekuatan, kekuatan yang dimaksudkan disini adalah
kemampuan dan kapasitas serta kecerdasan dalam menunaikan tugas-
tugas.
b. Amanah, yakni kejujuran, dan kontrol yang baik.
c. Adanya kepekaan nurani yang dengannya diukur hak-hak yang ada.
d. Profesional, hendaknya dia menunaikan kewajiban-kewajiban yang
dibebankan padanya dengan tekun dan profesional.
8
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, Jakarta: Rineke Cipta, 2004, hlm. 182
9
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.137

4
e. Tidak mengambil kesempatan dari posisi atau jabatan yang sedang
didudukinya.
f. Menempatkan orang yang paling cocok dan pantas pada satu-satu
jabatan.10
C. Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku
pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya dengan menonjolkan
latar belakang historys, sebab-musabab timbulnya kepemimpinan,
persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok
dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan. Tiga teori yang menonjol
dalam menjelaskan kemunculan pemimpin ialah:
1. Teori Genetic
a) Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh
bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya.
b) Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi kondisi
yang bagaimanapun juga, yang khusus.
c) Secara filosofi teori tersebut menganut pandangan determinitis.
2. Teori Sosial
a) Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk, tidak
terlahirkan begitu saja.
b) Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha pemyiapan
dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
3. Teori Ekologis
Seorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia
telah memiliki bakat-nakat kepemimpinan dan bakat- bakat ini sempat
di kembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai
dengan tuntutan lingkungan ekologisnya.11
D. Gaya Kepemimpinan dalam Islam

10
Ibid, hlm. 138
11
Ibid, hlm. 95

5
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak
gerik yang bagus kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Gaya
kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seseorang pemimpin,
baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.12
Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten
dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku
seseorang. Gaya kepemimpinan menunjukan, secara langsung maupun
tidak langsung, tentang keyakinan seseorang pimpinan terhadap
kemampuan karyawannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku
dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat dan
sikap yang diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba
mempengaruhi karyawannya.
Gaya kepemimpinan merupakan perilaku dasar dari seorang pemimpin
dalam menggerakkan karyawannya, gaya kepemimpinan yang paling ideal
adalah gaya kepemimpinan yang bertumpu pada tauladan bukan pada
perkataan dan perintah. Manajemen merupakan dari gaya kepemimpinan.
Banyaknya para teoritis manajemen menggambarkannya pengertian
dengan berbagai gaya.
E. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat berjalan dengan baik apabila fungsinya telah
terpenuhi, oleh sebab itu seorang pemimpin haruslah dapat menggunakan
peran yang dimilikinya secara optimal sehingga akan dapat mewujudkan
fungsi kepemimpinan dengan kerja sama dari orang-orang yang
dipimpinnya. Fungsi pemimpin adalah memandu, menuntun,
membimbing, memotivasi, menjalin komunikasi yang baik,
mengorganisasi, mengawasi, dan membawa kelompoknya pada tujuan
yang telah diterapkan.

Adapun Menurut Veithzal Rivai, secara operasional dapat dibedakan

12
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi., Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 42.

6
atas:
a. Fungsi Instruktif
Pemimpin berfungsi komunikasi yang menentukan apa (itu
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu
memulai, melaksankan, dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat
mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif
sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
b. Fungsi Konsultif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultif sebagai
komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin
dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalampengambilan
keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok
memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai
dengan posisi masing-masing.
d. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan
pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi
delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada
orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan
melaksanakannya secara bertanggung jawab. Fungsi pendelegasian ini,
harus diwujudkan karena kemajuan perkembangan kelompok tidak
mungkin diwujudkan oleh seseorang pemimpin seorang diri.

e. Fungsi Pengendalian

7
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif
harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif, sehingga memungkunkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Dalam melaksanakannya fungsi
pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.13
F. Syarat-Syarat Kepemimpinan
Stodgill dalam bukunya Personal Fictors Associated with
Leadership yang dikutip oleh A. Lee dalam bukunya Management
Theories and Prescription menyatakan, bahwa pimpinan itu harus
memiliki beberapa kelebihan:
1) Kapasitas: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau
verbal facility , keaslian, kemampuan menilai.
2) Prestasi atau achievement: gelar kesarjanaan ilmu pengetahuan,
perolehan dalam olahraga dan atletik dan lain-lain.
3) Tanggung jawab: mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri,
agresif dan hasrat untuk unggul.
4) Partisipasi: aktif memiliki sosiobilitas tinggi, mampu bergaul,
koperatif atau serba bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya
rasa humor.
5) Status meliputi : kedudukan, sosial ekonomi cukup tinggi, populer,
tenar.
Mar’at menyatakan pada dasarnya deskripsi tingkah laku seorang
pemimpin disebut leadership traits. Pada umumnya faktor-faktor yang
akan mempertimbangkan adalah:
1) Keadaan fisik dan konstitusional misalnya berat badan, tinggi badan,
tubuhnya, energinya, kesehatan dan penampilan.
2) Kecerdasan.
3) Kepercayaan diri.
4) Penyesuaian diri.

13
Ibid, hlm 34-35

8
6) Kemempuan yang meliputi inisiatif dan ambisinya.
7) Memiliki kepribadian yang penuh optimisme, dapat mengungkakan
sesuatu secara baik, memiliki orginalitas, keterbuakaan, gembira dan
merasa dirinya yakin.
8) Sifat-sifat situasional yang berarti partisipasi sosial dalam situasi apa
pun dapat menyesuaikan.14
G. Sifat-Sifat Pemimpin
George R. Terry dalam bukunya “Principles of Management” 1964
yang diambil dalam bukunya Kartini Kartono berjudul Pemimpin dan
Kepemimpinan (apakah pemimpin abnormal itu?) menuliskan sepuluh
sifat pemimpin yang unggul yaitu:
1) Kekuatan
Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi
pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang
lama serta tidak teratur, dan ditengahtengah situasi-situasi yang sering
tidak menentu. Oleh karena itu daya tahan untuk mengatasi pelbagai
rintangan adalah syarat yang harus ada pada pemimpin.
2) Stabilitas Emosi
Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil artinya dia
tidak mudah marah, tersinggung perasaan dan tidak meledak-ledak
secara emosional. Ia menghormati martabat orang lain, toleran
terhadap kelemahan orang lain, dan bisa memaafkan kesalahan-
kesalahan yang tidak terlalu prinsipil.
3) Pengetahuan Tentang Relasi Insani
Salah satu tugas pokok pemimpin ialah memajukan dan
mengembangkan semua bakat serta potensi anak buah, untuk bisa
bersama-sama maju dan mengecap kesejahteraan. Karena itu
pemimpin diharapkan memiliki pengetahuan tentang sifat, watak dan
perilaku anggota kelompoknya, agar ia bisa menilai kelebihan dan

14
K. Pemardi, Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1996,
hlm 17-19

9
kelemahan atau keterbatasan pengikutnya, yang disesuaikan dengan
tugas-tugas atau pekerjaan yang akan diberikan pada masing-masing
individu.
4) Kejujuran
Pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu
jujur pada diri sendiri dan pada orang lain (terutama bawahannya).
Dia selalu menepati janji, tidak selingkuh atau munafik, dapat
dipercaya dan berlaku adil terhadap semua orang.
5) Objektif
Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang
bersih, supaya objektif (tidak subjektif, berdasar prasangka sendiri).
Dia akan mencari bukti-bukti nyata dan sabab-musabab setiap
kejadian dan memberikan alasan yang rasional atas penolakannya.
6) Dorongan Pribadi
Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin itu harus
muncul dari dalam hati sanubari sendiri. Dukungan dari luar akan
memperkuat hasrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan
pengabdian diri kepada kepentingan orang banyak.
7) Keterampilan Berkomunikasi
Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah
menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan
orang luar dan mudah memahami maksud para anggotanya. Juga
pandai mengkoordinasikan macam-macam sumber tenaga manusia,
dan mahir mengintergrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda-
beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan.
8) Kemampuan Mengajar
Pemimpin yang baik itu diharapkan juga menjadi guru yang baik.
Mengajar itu adalah membawa siswa (orang yang belajar) secara
sistematis dan intensional pada sasaran-sasaran tertentu, guna
mengembangkan pengetahuan, keterampilan/kemahiran teknis
tertentu, dan menambah pengalaman mereka. Yang dituju ialah agar

10
para pengikutnya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan
partisipasinya.
9) Keterampilan Sosial
Pemimpin juga diharapkan memiliki kemampuan untuk mengelola
manusia, agar mereka dapat mengembangkan bakat dan potensinya.
Pemimpin dapat mengenali segi-segi kelemahan dan kekuatan setiap
anggotanya, agar bisa ditempatkan pada tugas-tugas yang cocok
dengan pembawaan masing-masing. Dia bersikap ramah, terbuka, dan
mudah menjalin persahabatan berdasarkan rasa saling percaya-
mempercayai. Dia menghargai pendapat orang lain, untuk bisa
memupuk kerja sama yang baik dalam suasana rukun dan damai.
10) Kecakapan Teknis atau Kecakapan Manajerial
Pemimpin harus superior dalam satu dan beberapa kemahiran
teknis tertentu. Juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat
rencana, mengelola, menganalisis keadaan, membuat keutusan,
mengarahkan, mengontrol dan memperbaiki situasi yang tidak
mapan.15
Sedangkan menurut al-Quran sifat kepemimpinan yaitu:
1) Ar-Rahman dan Ar-Rahim
Bagi orang-orang yang beriman melakukan kebaikan berupa jihad
kepad a jalan Allah baik harta benda atau jiwa raganya mendapat
derajat yang tinggi di sisi Allah dan mendapa kemenangan. Allah
memberi kegembiraan dengan memberi rahmat berupa keridhaan dan
surga, hal ini merupakan kesenangan yang kekal.
Jihad ke jalan Allah yang paling produktif melalui jihad keilmuan
(pengelolaan pendidikan), karena Allah akan mengangkat derajat bagi
orang yang beriman dan orang yang memiliki ilmu. Dalam
kepemimpinan pendidikan perlu adanya amaliah dalam lingkungannya

15
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (apakah kepemimpinan abnormal itu?),hal. 47-
50

11
menerapkan rasa kasih sayang kepada semua elemen masyarakat dan
dunia pendidikan.
Tunjukkanlah sifat rahman dan rahim, sebagaimana Allah memiliki
sifat rahman dan rahim terhadap makhluk-Nya dengan penuh kasih
sayang, karena seorang pemimpin apalagi pemimpin pendidikan
menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
2) Ikhlas
Dalam ajaran al-Quran terdapat beberapa anjuran berbuat ikhlas
bagi manusia. Dalam al-Quran Allah berfirman dalam surat Az-Zumar
ayat 2:

ٗ ِ‫ٱعبُ ِد ٱهَّلل َ ُم ۡخل‬


َ ‫صا لَّهُ ٱلد‬
٢ ‫ِّين‬ ۡ َ‫ق ف‬ َ َ‫ك ۡٱل ِك ٰت‬
ِّ ‫ب بِ ۡٱل َح‬ َ ‫نز ۡلنَٓا إِلَ ۡي‬
َ َ‫إِنَّٓا أ‬
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan
(membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya”
Ajaran al-Qur’an membawa kebenaran, maka manusia
diperintahkan menyembah kepada-Nya dengan ikhlas, karena Allah
tidak menyukai orang-orang yang pamrih (riya).

َ ‫ لَّهُ ٱلد‬I‫صا‬
١١ ‫ِّين‬ ُ ‫قُ ۡل إِنِّ ٓي أُ ِم ۡر‬
ٗ ِ‫ت أَ ۡن أَ ۡعبُ َد ٱهَّلل َ ُم ۡخل‬
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama” (QS. Az-Zunar: 11).
Ayat diatas merupakan perintah Allah bagi umat manusia untuk
bebuat ikhlas dalam menjalankan agama. Wahbah Zuhaili
menjelaskan pengertian ayat tersebut bahwa, Tuhan memerintahkan
ikhlas dalam beribadah hanya kepada-Nya. Bagi orang-orang yang
bebuat riya maka sia-sialah segala amal perbuatannya bahkan mereka
berdosa dari segala perbuatan yang disertai dengan rasa riya.
Sifat ikhlas harus selalu diupayakan bagi setiap insan, lebihlebih
seorang pemimpin yang akan menjadi panutan. Mobilisasi ikhlas
merupakan hal yang prinsip terutama bagi pemimpin pendidikan

12
karena ia sebagai panutan bagi umat. Sosialisasi ikhlas kepada seluruh
komponen pendidikan akan memiliki dampak yang positif dalam
meningkatkan kinerja seluruh komponen tersebut. Hal ini karena
setiap langkah manusia ada pertanggungjawabannya,sedangkan amal
perbuatan manusia akan diterima baik oleh Allah apabila amaliahnya
dilakukan dengan ikhlas.
3) Hasanah
Allah memerintahkan ummat manusia untuk selalu berbuat baik di
muka bumi ini. Bukan tanpa alasan bahwa Allah menyenangi
kebaikan. Kebaikan Allah untuk semua makhluk hanya untuk dirinya
sendiri tidak ada asar kebaikan makhluk terhadap Allah. Allah
berfirman yang artinya “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan
(pula)” (QS. Ar-Rahman: 60).
Allah memimpin dan mendidik mahluk dengan kebaikan yang
sangat luas dan tak terbatas. Kebaikan Allah berupa segala
kenikmatan berupa kesesahatan, harta, perasaan dan kenikmatan
lainnya. Kebaikan Allah diberikan terhadap semua makhluk, baik
yang beriman maupun yang ingkar kepada-Nya. Namun bagi mereka
yang berbuat baik maka Allah akan melimpahkan kebaikan berlipat
ganda baik di dunia juga di akhirat.
Dari beberapa ayat diatas betapa Dzat yang paling hasanah dan Dia
memerintahkan manusia untuk berbuat hasanah, baik hasanah dalam
urusan di dunia maupun usaha untuk kehidupan di akhirat. Hasanah
untuk seluruh amaliyah manusia termasuk dalam dunia pendidikan.
Dalam kepemimpinan pendidikan tentunya sifat hasanah Allah
menjadi modal utama untuk diaplikasikan. Hasanah dalam
berkomunikasi, sikap, perbuatan, kebijakan dan aspek-aspek yang
lain.16

16
Hefniy Rozak, Kepemimpinan Pendidikan dalam al-Qur’an Tinjauan Sakralitas, Profanitas dan
Gabungan, Yogyakarta: Teras, 2014, hlm 101-108

13
H. Idealitas Kepemimpinan dalam Islam
Menurut Anton Athoillah dalam bukunya “Dasar-Dasar Manajemen”
menyebutkan pemimpin ideal adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1) Adil, yaitu yang meletakkan segala sesuatu secara proporsional, tertib,
dan disiplin. Pemimpin yang tidak berat sebelah, tidak pili-pilih bulu,
dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
2) Amanah, artinya jujur, bertanggung jawab, dan mempertanggung
jawabkan seluruh titipan aspirasi masyarakat atau karywannya. Tidak
melakukan pengkhianatan kepada rakyatnya atau karyawannya.
3) Fathonah, memiliki kecerdasan.
4) Tabliq, artinya menyampaikan segala hal dengan benar, tidak ada
yang ditutup-tutupi, terbuka, dan menerima saran atau kritik dari
bawahannya/karyawnnya.
5) Shiddiq, artinya benar, sebagai ciri dari perilaku pemimpin yang adil,
apa yang dikatakan sama dengan apa yang dilakuka.
6) Qona’ah, Artinya menerima apa adanya, tidak serakah, dan pandai
berterima kasih kepada Tuhan. Pemimpin yang qana’ah adalah
pemimpin yang tidak akan melakukan korupsi dan merugikan uang
negara, mengambinghitamkan masyarakat dan anak buahnya.
7) Siasah, adalah pemimpin yang pandai mengatur strategi guna
memperoleh kemaslahatan bagi masyarakat atau anak
buahnya/karyawannya.
8) Sabar, artinya pandai mengendalikan hawa nafsu dan menyalurkan
seluruh tenaga serta pikiran dengan kecerdasan emosional yang
optimal.17
I. Konsep Motivasi Kerja dalam Islam
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yakni movera, yang
berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.

17
Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm 210-211

14
Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau
“want”. Kebutuhan adalah suatu “potensi” dalam diri manusia yang perlu
ditanggapi atau direspons. 18
Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut diiwujudkan dalam bentuk
tindakan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, dan hasilnya adalah orang
yang bersangkutan merasa atau menjadi puas. Apabila kebutuhan tersebut
belum direspon maka akan selalu berpotensi untuk muncul kembali
sampai dengan terpenuhinya kebutuhan yang dimaksud.19 Banyak batasan
pengertian tentang motivasi ini antara lain sebagai berikut:
1. Pengertian motivasi seperti yang dirumuskan oleh Terry G adalah
keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan (perilaku).
2. Sedangkan Stooner mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal
yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku
seseorang
3. Dalam konteks pengembangan organisasi, Flippo merumuskan bahwa
motivasi adalah suatu arahan karyawan dalam suatu organisasi atau
bekerja sama dalam mencapai keinginan para karyawan dalam rangka
pencapaian keberhasilan organisasi.
4. Dalam konteks yang sama (pengembangan organisasi), Duncan
mengemukakan bahwa motivasi adalah setiap usaha yang didasari
untuk mempengaruhi perilaku seseorang dalam meningkatkan tujuan
organisasi semaksimal mungkin.
5. Knootz merumuskan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan
usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan (motivation
refers to the drive and efford to satisfy a want or goal)
6. Berbeda dengan Hasibuan yang merumuskan bahwa motivasi adalah
suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan

18
Hadari nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gadja Madja University, Yogyakarta, 1996,
hlm. 352
19
Ibid, hlm.353

15
bekerja seseorang. Ia menambahkan bahwa setiap motif mempunyai
tujaun tertentu yang ingin dicapai.
Dalam berbagai batasan dan dalam konteks yang berbeda seperti
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi pada dasarnya
merupakan interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya.
Di dalam diri seseorang terdapat “kebutuhan” atau “keinginan” (wants)
terhadap objek di luar diri seseorang tersebut, kemudian bagaimana
seseorang tersebut menghubungkan antara kebutuhan dengan “situasi di
luar” objek tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud.
Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu alasan (reasoning) seseorang untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pemberian motivasi merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan dalam
kegiatan menjalankan usaha, dan bentuknya bermacam-macam tidak
terbatas pada imbalan materi semata. Kepemimpinan yang baik dan
diterima secara luas dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana menimbulkan
motivasi kerja, karena pujian ataupun sekedar senyuman dari pimpinan
yang kharismatik kadang cukup untuk membangkitkan semangat kerja.
Pada zamannya Rasulullah lebih banyak memberi motivasi non-materi
dalam bentuk pujian, perkataan, maupun arahan. Misalnya perkataan Rasul
pada Abu Dzar ra, “Tiada yang dinaungi langit dan dipikul bumi yang
lebih setia dari Abu Dzar”, ataupun gelar-gelar yang diberikan beliau pada
para sahabatnya seperti Ash-Shiddiq untuk Abu Bakar, Al-Faruq untuk
Umar bin Khathab, Asadullah untuk Hamzah. Banyak hal yang dapat
dilakukan dalam membangkitkan motivasi kerja karyawan dan hal ini
sangat perlu dilakukan karena motivasi dapat membangkitkan semangat
karyawan untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Motivasi sangat penting dalam setiap diri manusia, karena tidak akan
ada yang memenuhi semua kebutuhan kita, dan tidak akan mendapat apa
yang kita inginkan kecuali dengan berusaha untuk meraihnya sendiri.
Islam adalah agama yang fitrah, yang sesuai dengan kebutuhan manusia,
diantaranya kebutuhan fisik. Dan, salah satu cara memenuhi kebutuhan

16
fisik itu ialah dengan bekerja. Mencari nafkah yang merupakan bagian dari
ibadah. Motivasi dalam islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis,
bukan juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala
cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang
istimewa dalam pandangan islam.20
Islam menganggap kehidupan tidak berakhir di dunia melainkan
dilanjutkan di akhirat. Akibatnya, segala sesuatu yang kita buat di dunia
ini harus dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa manusia memiliki tiga unsur, jasad, akal, dan hati. Jasad
memiliki kebutuhanyang harus dipuaskan dan bersifat fisik. Rasulullah
mengajarkan bahwa kepada jasad harus diberikan hak-haknya. Mata punya
hak, kalau mengantuk harus tidur, badan punya hak, kalau lelah harus
istirahat dan ini dipuaskan dengan memberi istirahat beberapa saat dalam
bekerja.

20
Jusmaliani, Pengelolaan Sumber Daya Insani, Jakarta: Bumi Aksara,, 2011

17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
George R. Terry dalam bukunya “Principles of Management” 1964
yang diambil dalam bukunya Kartini Kartono berjudul Pemimpin dan
Kepemimpinan (apakah pemimpin abnormal itu?) menuliskan sepuluh
sifat pemimpin yang unggul yaitu:
1) Kekuatan
2) Stabilitas Emosi
3) Pengetahuan Tentang Relasi Insani
4) Kejujuran
5) Objektif
6) Dorongan Pribadi
7) Keterampilan Berkomunikasi
8) Kemampuan Mengajar
9) Keterampilan Sosial
10) Kecakapan Teknis atau Kecakapan Manajerial
Sedangkan menurut al-Quran sifat kepemimpinan yaitu:
1) Ar-Rahman dan Ar-Rahim
2) Ikhlas
3) Hasanah
Sedangkan menurut Anton Athoillah dalam bukunya “Dasar-Dasar
Manajemen” menyebutkan pemimpin ideal adalah pemimpin yang
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Adil
2) Amanah
3) Fathonah
4) Tabliq
5) Shiddiq
6) Qona’ah

18
7) Siasah
8) Sabar
B. Saran
“Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin
bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” Hakikatnya kita adalah
seorang pemimpin. Apa yang kita miliki akan di pertanggungjawabkan
kelak, begitu pun apa yang kita lakukan. Kami berharap makalah ini dapat
menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua agar bisa menjadi pemimpin
yang senantiasa menerapkan nilai-nilai alquran dalam segala aktifitas salah
satunya dalam berkarya. Penulis menyarankan agar pembaca tidak cepat
puas dan senantiasa terus belajar dari sumber lain, karena kami sadar
makalah ini jauh dari kata sempurna.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan
Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Hadari nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gadja Madja University,


Yogyakarta, 1996.

Hafidhuddin, Dudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syari’ah dalam Praktik,


Cet. I, Jakarta: Gema Insani Perss, 2003.

Hefniy Rozak, Kepemimpinan Pendidikan dalam al-Qur’an Tinjauan Sakralitas,


Profanitas dan Gabungan, Yogyakarta: Teras, 2014.

J. Suyuti Pulungan, Fiqih Siyasah; Ajaran dan Pemikiran, Jakarta: PT.Raja


Grafindo Persada, Cet III, 1997, Ed. I

Jusmaliani, Pengelolaan Sumber Daya Insani, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

K. Pemardi, Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT


RINEKA CIPTA, 1996.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional,


Jakarta: Balai Pustaka, 2001, Cet. I

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (apakah kepemimpinan abnormal


itu?).

Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, Jakarta: Rineke Cipta, 2004.

20
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987.Cet.
III.

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi., Jakarta: Rajawali Pers,


2012.

21

Anda mungkin juga menyukai