Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGELOMPOKAN MASYARAKAT SUNDA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Budaya Sunda
Dosen Pengampu: Herry Setianto W, M.I.Kom

Disusun oleh:
Sita Puspa Triana
118003003

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS HALIM SANUSI PUI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa., yang hanya
kepada-Nya-lah, kita harus menghambakan diri. Sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW, yang telah
memberikan keteladanan dan petunjuk jalan yang baik dan yang benar kepada
umatnya. Dengan keteladanan dan petunjuk yang baik dan benar tersebut dari
beliau diharapkan kita sebagai umatnya dapat mencontoh dan mengamalkan
sunnah-sunnahnya. Semoga kita semua akan memperoleh syafaatnya di hari
kiamat nanti. Aamiin.
Saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Komunikasi
Pemasaran, yakni Herry Setianto W, M.I.Kom dan kepada rekan-rekan yang
memberikan partisipasi atas makalah ini, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
makalah Budaya Sunda yakni makalah yang berjudul “Pengelompokan
Masyarakat Sunda”.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan.
Sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih baik ke
depannya. Dan diharapkan makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.

Bandung, 25 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Berdasarkan Usia.................................................................................................2
B. Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................................................3
C. Berdasarkan Hubungan Kekerabatan................................................................4
D. Berdasarkan Pelapisan Sosial..............................................................................4
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah suatu masyarakat majemuk yang
memiliki suatu keanekaragaman di dalam beberapa aspek tingkatan
kehidupan. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan suatu
hasil dari cipta rasa karsa manusia yang telah menjadi sebuah sumber
kekayaan bagi Indonesia, sebagai contoh yaitu Suku Sunda merupakan
salah satu suku bangsa yang berada di Jawa bagian Barat . Sebagai salah
salah suku bangsa di Indonesia, Suku Sunda memiliki karakteristik yang
membedakan dari suku lainnya. Keistimewahan dari Suku Sunda tercemin
dalam kebudayaan yang mereka milikinya baik itu dari segi agama,
kesenian, maupun mata pencaharian dan lain sebagainya.
Berbicara mengenai organisasi sosial suatu suku bangsa pada
dasarnya adalah membahas sistem pengelompokan masyarakat yang
didasarkan atas umur, jenis kelamin, kekayaan, sistem atau hubungan
kekerabatan, dan lain sebagainya serta bagaimana hubungan-hubungan
yang terjadi antara individu atau kelompok individu di dalam kelompok
masyarakat tersebut yang telah terpolakan sehingga telah menjadi suatu
sistem hubungan yang mantap.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini yaitu bagaimana
pengelompokan masyarakat sunda?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang
pengelompokan masyarakat sunda.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Stratifikasi sosial adalah pengelompokan masyarakat secara vertikal yang


membagi masyarakat menjadi beberapa lapisan. Pembentuk dari stratifikasi sosial
adalah didasarkan pada kehormatan, kekayaan, pendidikan dan keturunan, secara
umum bisa terbagi tiga di antaranya; Stratifikasi sosial terbuka, Stratifikasi sosial
tertutup, dan Stratifikasi sosial campuran. Dalam masyarakat Indonesia yang
memiliki banyak jenis masyarakat dengan berbagai suku juga memiliki pelapisan
sosial yang berbeda, salah satunya adalah dalam kehidupan masyarakat sunda.
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau
Jawa, Suku Sunda merupakan suatu etnis kedua terbesar di Indonesia setelah etnis
Jawa . Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda
dan di dalam Suku Sunda orang ini memiliki agama bermayoritas Islam.
Secara Etimologi Suku Sunda berasal dari kata Su yang artinya segala
sesuatu yang mengandung sebuah unsur kebaikan atau kesetaraan. Orang Sunda
sendiri memiliki sebuah kepercayaan yaitu sebuah etos atau karakter kesundaan
sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Pengelompokan masyarakat sunda dapat
di lihat berdasarkan usia, jenis kelamin, hubungan kekerabatan, dan pelapisan
sosial.
A. Berdasarkan Usia
Seperti halnya dengan masyarakat lainnya yang ada di Indonesia dan
juga di dunia, masyarakat Sunda terdiri atas kelompok-kelompok individu.
Kehidupan individu ditentukan oleh kelompok tempat ia menjadi anggota.
Dapatlah dikatakan bahwa manusia sejak dilahirkan sampai meninggal dunia
senantiasa bergantung dan terus-menerus dipengaruhi oleh manusia lainnya.
Tanpa asuhan dan pengaruh dari sesamanya, manusia tidak akan tumbuh
dengan baik. Dengan kontak dan bergaul dengan manusia lainnya, pertama-
tama dengan orang tuanya kemudian dengan anggota-anggota lain di dalam
keluarga atau kerabatnya dan seterusnya dengan anggota-anggota masyarakat
yang lebih luas, maka kepribadiannya akan berkembang, demikian pula

2
dengan fisiknya. Sebaliknya, masyarakat juga dipengaruhi oleh individu-
individu yang hidup di dalam kelompok.
Oleh karena di dunia ini terdapat lebih dari satu kelompok manusia,
maka masyarakat tidak akan luput dari pengaruh-pengaruh yang datang dari
kelompok manusia lainnya maupun dari alam sekitar tempat kelompok itu
hidup. Salah satu pengelompokan sosial di masyarakat Sunda adalah
pengelompokan berdasarkan umur. Berdasarkan umur, manusia dalam
masyarakat Sunda dapat dibedakan dalam empat kelompok, meliputi
kelompok anak-anak (budak), pemuda (jajaka untuk laki-laki, mojang untuk
perempuan), orang dewasa (sawawa), dan orang tua (kolot).
Bagi orang Sunda di pedesaan, pada umumnya tidak tahu persis batas
umur tertentu untuk menentukan kelompok-kelompok tersebut, bahkan
umurnya sendiri pun seringkali tidak diketahuinya. Menentukan umur
seseorang biasanya selalu dihubungkan dengan kejadian-kejadian penting
yang bersamaan dengan kelahiran seseorang.
Menurut data formal yang terdapat di kantor-kantor desa di Jawa
Barat, kelompok anak-anak ditentukan dengan ciri atau batas usia dari 1
sampai 15 tahun, kelompok pemuda dari 15 tahun sampai 25 tahun,
kelompok orang dewasa dari 25 tahun sampai 50 tahun, dan kelompok orang
tua dari 50 tahun ke atas. Meskipun demikian, batas yang nyata seringkali
tidak jelas dan relatif, bisa berbeda-beda antar daerah dan kelompok sosial
atau karena status orang bersangkutan. Wanita yang berumur 17 tahun tetapi
telah menikah, ia tidak lagi dimasukkan dalam kelompok pemuda tetapi
masuk dalam sawawa. Pengelompokan ini juga lebih bersifat kategoris,
artinya tidak menunjukkan solidaritas yang nyata. Kelompok anak-anak
masih pasif dalam hubungan sosial sehari-hari.
B. Berdasarkan Jenis Kelamin
Masyarakat Sunda terbagi atas kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan. Kaum laki-laki (suami) bertindak sebagai kepala keluarga yang
harus menanggung ekonomi keluarga, sedangkan kaum perempuan (istri)
berkewajiban mengatur kehidupan keluarga dan mengasuh anak-anak.
Kalaupun harus bekerja, kaum perempuan mengerjakan pekerjaan yang lebih

3
ringan, misalnya menyiangi sawah, menuai padi, dan menumbuk padi. Pada
saat sekarang, ketika semangat emansipasi merambah pedesaan, kaum
perempuan tidak saja terbatas pada kewajiban domestik, tetapi juga sudah
banyak yang bekerja di luar rumah, seperti menjadi pegawai negeri di kantor-
kantor pemerintahan maupun karyawan di pabrik-pabrik atau industri di
wilayah sekitar desa mereka. Namun begitu, pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga masih tetap dijalankannya.
C. Berdasarkan Hubungan Kekerabatan
Di samping berdasarkan umur dan jenis kelamin, masyarakat Sunda
pun mengenal pengelompokan sosial berdasarkan sistem atau hubungan
kekerabatan. Secara umum, orang Sunda menganut sistem kekerabatan yang
bersifat parental, artinya orang Sunda memperhitungkan dan mengakui
hubungan kekerabatan, baik melalui garis keturunan bapak maupun garis
keturunan ibu. Dalam hal ini seorang Ego dalam masyarakat Sunda menjadi
anggota kerabat dari garis bapak dan juga menjadi anggota kerabat dari garis
ibu. Jika ia menikah, maka ia juga menjadi anggota kerabat istrinya atau
suaminya.
Adapun istilah kekerabatan, tujuh generasi ke atas adalah: bapa, aki,
buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, dan kakait siwur. Sedangkan tujuh
generasi ke bawah adalah: anak, incu, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg,
dan kakait siwur. Dilihat dari klasifikasi kekerabatan tersebut, orang Sunda
mempunyai istilah yang berbeda untuk dua generasi ke bawah dan dua
generasi ke atas, sedangkan mulai generasi ketiga digunakan istilah yang
sama, baik ke bawah maupun ke atas. Dua generasi ke bawah dan ke atas
mempunyai hubungan fungsional, sedangkan dari generasi ketiga ke bawah
dan ke atas hanya mempunyai hubungan tradisional dalam hubungan
kekerabatan (Suryaman, 1961).
D. Berdasarkan Pelapisan Sosial
Di samping pengelompokan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan
hubungan kekerabatan, masyarakat Sunda pun dapat dikelompokkan
berdasarkan pelapisan sosialnya. Alisjahbana (dalam Ekadjati, 1995: 219),
yang melakukan studi mengenai organisasi dan struktur sosial orang Sunda di

4
wilayah Priangan, menyatakan bahwa pelapisan sosial masyarakat desa
(jalma leutik) di wilayah Priangan sampai tahun 1916 dapat diklasifikasikan
menjadi lima macam, yaitu:
1. Berkaitan dengan tanam paksa.
2. Berkaitan dengan kepemilikan tanah.
3. Pendidikan.
4. Kedudukan dalam pemerintahan desa.
5. Agama

Penduduk desa yang berkaitan dengan pelaksanaan tanam paksa dan


kepemilikan tanah dapat dibedakan atas tiga kelompok sosial masyarakat
desa, yaitu:

1. Pribumi, jalma bumi, atau cacah, yaitu keturunan keluarga-keluarga


pendiri desa. Mereka memiliki tanah pertanian sejak lama, juga punya
rumah dan tanah pekarangan. Mereka ini tergolong penduduk inti desa.
2. Buyubud, batur, atau manumpang, yaitu mereka yang biasanya hanya
mempunyai rumah dan pekarangan.
3. Bujang atau nyusup, yaitu mereka yang memiliki rumah, tetapi terletak di
pekarangan (tanah) milik orang lain.

Sedangkan berdasarkan pendidikan dan kedudukan, suku sunda di bagi


menjadi dua kelompok, yaitu kelompok menak dan kelompok cacah atau somah.
Pada kelompok menak adalah kelompok keturunan priayi dan kelompok pegawai
negeri. kelompok ini dianggap mempunyai tingkatan tertinggi di mata
masyarakat. Sementara pada kelompok cacah atau somah adalah kelompok yang
terdiri atas pedagang, buruh, petani, dan rakyat biasa.

Di sumber yang berbeda di sebutkan, bahwa suku sunda terdiri dari


beberapa lapisan atau kelompok masyarakat, yaitu:

1. Kelompok pertama adalah golongan priyayi, yaitu pegawai pemerintahan di


desa atau pimpinan formal di desa.
2. Kelompok kuli kenceng, yaitu pemilik sawah yang juga sebagai pedagang
perantara.

5
3. Kelompok kuli gundul, yaitu penggarap sawah dengan sistem sewa.
4. Kelompok kuli karang kopek, yaitu buruh tani yang hanya mempunyai rumah
dan pekarangan saja tetapi tidak punya tanah pertanian sendir.
5. Kelompok indung tlosor yaitu kelas buruh tani, tidak punya rumah dan tanah
pekarangan.

6
BAB III

KESIMPULAN

Stratifikasi sosial adalah pengelompokan masyarakat secara vertikal yang


membagi masyarakat menjadi beberapa lapisan. Pembentuk dari stratifikasi sosial
adalah didasarkan pada kehormatan, kekayaan, pendidikan dan keturunan. Dalam
masyarakat Indonesia yang memiliki banyak jenis masyarakat dengan berbagai
suku juga memiliki pelapisan sosial yang berbeda, salah satunya adalah dalam
kehidupan masyarakat sunda. Pengelompokan masyarakat sunda dapat di lihat
berdasarkan usia, jenis kelamin, hubungan kekerabatan, dan pelapisan sosial.
Berdasarkan umur, manusia dalam masyarakat Sunda dapat dibedakan
dalam empat kelompok, meliputi kelompok anak-anak (budak), pemuda (jajaka
untuk laki-laki, mojang untuk perempuan), orang dewasa (sawawa), dan orang tua
(kolot). Berdasarkan Jenis Kelamin, Masyarakat Sunda terbagi atas kelompok
laki-laki dan kelompok perempuan. Kaum laki-laki (suami) bertindak sebagai
kepala keluarga yang harus menanggung ekonomi keluarga, sedangkan kaum
perempuan (istri) berkewajiban mengatur kehidupan keluarga dan mengasuh
anak-anak.
Berdasarkan hubungan kekerabatan, orang Sunda menganut sistem
kekerabatan yang bersifat parental, artinya orang Sunda memperhitungkan dan
mengakui hubungan kekerabatan, baik melalui garis keturunan bapak maupun
garis keturunan ibu. Adapun istilah kekerabatan, tujuh generasi ke atas adalah:
bapa, aki, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, dan kakait siwur. Sedangkan
tujuh generasi ke bawah adalah: anak, incu, buyut, bao, janggawareng, udeg-
udeg, dan kakait siwur.
Sedangkan berdasarkan pelapisan sosial, suku sunda di bagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok menak dan kelompok cacah atau somah. Pada
kelompok menak adalah kelompok keturunan priayi dan kelompok pegawai
negeri. kelompok ini dianggap mempunyai tingkatan tertinggi di mata
masyarakat. Sementara pada kelompok cacah atau somah adalah kelompok yang
terdiri atas pedagang, buruh, petani, dan rakyat biasa.

7
DAFTAR PUSTAKA

Rani, Angreini. 2016. Stratifikasi Kebudayaan Suku Sunda, di akses pada 25


November 2021 dari https://4shared.com

Muhsin, dkk. 2011. KAJIAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEBUDAYAAN


SUNDA Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Yang Akan Datang. Fakultas Sastra
Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai