Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu; Dr. Muammar, S.Ag. M.Ag

Disusun Oleh :

1. Freshtia Arnelita Ardae Suntoro (5220005)


2. Zahwa Lailatul Safitri (5220008)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunianya-Nya. kami dapat menyelesaikan tugas sebagaimana yang
diharapkan. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan
tauladan dalam kehidupan manusia menuju jalan yang di ridhoi Allah SWT.

Dalam rangka meneyelesaikan tugas Ilmu Pendidikan Islam, maka dalam hal ini kami
Menyusun makalah yang berjudul :’PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM”.

Kami ucapkan terimakasih Bapak Dr. Muammar, S.Ag. M.Ag sebagai dosen mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam yang telah banyak memberikan arahan dan petunjuk yang jelas sehingga
mempermudah kami menyelesaikan tugas makalah ini.

Terimakasih juga kepada teman-teman yang telah mendukung selesainya makalah ini tepat
waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kami
terbuka pada kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini bisa lebih baik lagi, semoga
makalah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Pemalang, 15 Oktober 2023

(Penyusun)

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... II

DAFTAR ISI................................................................................................................................ III

BAB I....………………………………………………………………………………………….. 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

C. Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II…………………………………………………………………………........…………… 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3

A. PENGERTIAN PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM .......................................................... 3

B. JENIS-JENIS PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM ............................................................. 4

BAB III……………………………………….………………………………………………… 16

PENUTUP .................................................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, sumber utama pendidikan Islam adalah kitab suci Al-
Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad Dan juga pendapat para sahabat, ulama dan ilmuwan
muslim. Pendidikan Islam sebagai bidang keilmuan harus membuka mata kita terhadap
kenyataan bahwa kondisi pendidikan saat ini jauh dari harapan kita. Saya berharap
pendidikan Islam akan memberikan kontribusi bagi pendidikan di Indonesia, namun belum
sepenuhnya terwujud. Salah satu penyebabnya adalah tidak diterapkannya prinsip-prinsip
yang mendasari pendidikan.
Prinsip sering digunakan hanya sebagai formalitas. Prinsip tidak digunakan sebagai
dasar atau dasar untuk mencapai tujuan. Keberadaan prinsip sangat penting dan urgen
dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam. Olch karena itu, dalam
artikel ini, saya akan mencoba menjelaskan sedikit tentang prinsip- prinsip pendidikan
Islam sebagai disiplin ilmu dan kontribusinya.
Dalam prespektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada hakekatnya
adalah mengabdi kepada Allah. Pengabdian kepada Allah sebagai realisasi dari keimanan
yang diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai derajat yang bertaqwa disisinya.
Beriman dan beramal soleh menipakan dua aspek kepribadian yang dicita-citakan dalam
pendidikan Islam. Sedangkan tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan yang
memiliki dimensi religious dan berkemampuan ilmiah.
Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut seorang pendidik bertanggungjawab
mengantarkan peserta didik kearah tujuan tersebut, yaitu dengan menjadikan sifat- sifat
Allah menjadi sebagian karakteristik kepribadiannya. Untuk itu, keberadaan pendidik
dalam dunia pendidikan sangat krusial,Hal ini disebabkan kewajibannya tidak hanya
mentransfer pengetahuan belaka, akan tetapi juga untuk merealisasikan nilai-nilai pada
peserta didik. Bentuk nilai yang ditransfer dan disosialisasikan paling tidak meliputi nilai
etis, nilai pragmatis dan nilai religious. Secara factual, pelaksanaan pengajaran dan

1
pemberian pengetahuan dibidang agama Islam dan untuk merealisasikan nilai pada peserta
didik merupakan tugas yang cukup berat ditengah kehidupan masyarakat yang kompleks,
apalagi pada masa sekarang yaitu pada masa perkembangan era globalisasi dan informasi.
Secara lebih filosofis Muhammad Natsir dalam tulisan" ideology pendidikan Islam"
menyatakan: "Yang dinamakan pendidikan, ialah suatu pimpinan jasmani dan rohani
menuju kesempurnaan dan kelengkapan atau kemanusiaan dengan arti Memang".

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud prinsip – prinsip pendidikan islam ?


2. Bagaimana jenis – jenis prinsip pendidikan islam ?

C. Tujuan

1. Untuk memahami apa itu prinsip – prinsip pendidikan islam ;


2. Untuk menegtahui apa saja jenis – jenis prinsip pendidikan islam ;

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM


Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, terdapat kosakata prinsip dengan arti asas,
kebenaran yang jadi pokok dasar orang berpikir, ber- tindak, dan sebagainya.1
Dengan demikian kata prinsip menggambarkan sebagai landasan operasional.
Dalam bahasa Inggris dijumpai kata principle yang diarti- kan asas, dasar, prinsip, dan
pendirian.2
Dalam bahasa Arab, kata prinsip merupakan terjemahan dari kata asas jamaknya
usus, yang berarti foundation (dasar bangunan), funda- mental (yang utama), groundwork
(landasan kerja), ground (terowongan), basis (tiang utama), keynote (kata kunci).3
Dengan demikian, kata prinsip mengandung arti dasar, sumber, dan asas. Kata sumber
digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang dijadikan sebagai tempat pengambilan
bahan, seperti Al-Qur'an dan as-Sunah yaitu sebagai sumber. Selanjutnya, kata dasar
digunakan sebagai tempat yang dijadikan sandaran atau pijakan dalam membangun
sesuatu, atau sebagai landasan yang digunakan untuk mengembangkan konsep atau teori.
Religiositas, filsafat, dan ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya, misalnya
digunakan sebagai dasar bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam. Adapun kata prinsip
sama artinya dengan kata asas, yaitu kebenaran yang dijadikan pokok dasar dalam berpikir
dan bertindak. Kata prinsip atau asas merupakan landasan operasional atau landasan
bertindak.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan, bahwa yang dimaksud
dengan prinsip pendidikan Islam adalah kebenaran yang dijadikan pokok dasar dalam
merumuskan dan melaksanakan pendidikan Islam. Dengan prinsip ini, maka pendidikan
Islam akan memiliki perbedaan karakter dengan pendidikan di luar Islam.

1
Lihat: W.J.S. Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. ke-12, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 768.
2
Lihat: John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, cet, ke-27, (Ja- karta: Gramedia, 2003), hlm.
447.
3
Lihat: Hans Wehr, J. Milton Cowan (ed.), A Dictionary of Modern Written Arabic, (Beirut: Librarie Du Liban & London:
Macdonald & Evans LTD, 1974), hlm. 15.

3
Kata Islam yang berada di belakang kata pendidikan, menunjukkan bahwa pada
dasarnya prinsip pendidikan Islam itu, sama dengan prinsip yang terdapat dalam ajaran
Islam pada khususnya. Dengan kata lain, bahwa yang dimaksud dengan prinsip pendidikan
Islam adalah prinsip-prinsip ajaran Islam yang digunakan dalam merumuskan dan
melaksanakan ajaran Islam. Prinsip-prinsip ini sifatnya permanen, karena merupakan
ajaran, dan karenanya tidak boleh dihilangkan atau diubah, karena ketika prinsip tersebut
dihilangkan atau diubah, maka menghilangkan sifat dan karakter pendidikan Islam
tersebut. Prinsip tidak boleh berubah, namun cara untuk memperjuangkan tercapainya
prinsip tersebut boleh berubah atau disesuaikan dengan perkembangan zaman, atau
kebutuhan lokal. Dengan demikian, prinsip tersebut dilihat dari segi substansinya bersifat
tetap, sedangkan dari segi pelaksanaannya bersifat fleksibel. Hal ini perlu diperhatikan,
karena masih dijumpai adanya orang yang tidak dapat membedakan antara prinsip dan
nonprinsip. Sebuah prinsip dapat ditunda untuk sementara pelaksanaannya, ketika
keadaannya belum mendukung. Dengan demikian, prinsip memiliki sifat permanen dan
ideal, dalam arti jika pendidikan tersebut dilaksanakan sesuai dengan prinsip tersebut,
maka pendidikan tersebut akan mencapai keadaan yang kukuh dan ideal.

B. JENIS-JENIS PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM


Di kalangan para ahli pendidikan belum banyak yang membahas masalah prinsip
pendidikan secara mendetail. Pembicaraan tentang prinsip pendidikan Islam sering
dilakukan bersamaan atau diselipkan ketika membahas sumber dan dasar pendidikan
Islam, padahal antara ketiganya di samping memiliki kesamaan atau hubungan timbal
balik, namun me- miliki perbedaan sebagaimana telah diuraikan di atas.

Pembahasan tentang prinsip pendidikan Islam secara tersirat di jumpai pada


Mohammad Athiyah al-Abrasyi dalam bukunya al-Tarbi- yah al-Islamiyah. Dalam buku
tersebut al-Abrasyi menyatakan, bahwa pendidikan Islam ialah pendidikan yang ideal. Hal
tersebut antara lain didasarkan pada adanya prinsip kebebasan dan demokrasi dalam
pendidikan, pembentukan akhlak yang mulia sebagai tujuan utama pendidikan Islam,
berbicara manusia sesuai dengan akalnya, menggunakan metode yang berbeda-beda dalam
pengajaran, pendidikan Islam adalah pendidikan bebas, sistem pendidikan individu dalam

4
pendidikan Islam, memberikan perhatian atas pembawaan dan insting seseorang dalam
tuntunan ke bidang-bidang karya yang dipilihnya, mencintai ilmu dan menyediakan diri
untuk belajar, memberikan perhatian terhadap cara- cara berpidato, berdebat dan
kelancaran lidah, memberikan pelayanan terhadap anak-anak secara halus, memberikan
perhatian terhadap sis- tem universitas rakyat, dan perhatian terhadap perpustakaan untuk
me- rangsang penelitian dan pembacaan.4

Selanjutnya, dengan mengacu kepada sumber ajaran Islam, baik al- Qur an, al-Hadis,
sejarah, pendapat para sahabat, maslahat murshalah maupun uruf, dapat dijumpai beberapa
prinsip pendidikan berikut ini.

1. Prinsip Wajib Belajar dan Mengajar

Prinsip wajib belajar adalah prinsip yang menekankan agar setiap orang dalam
Islam merasa bahwa meningkatkan kemampuan diri dalam bidang pengembangan
wawasan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, intelektual, spiritual, dan sosial
merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Dengan prinsip ini, pendidikan Islam
tidak meng- hendaki adanya orang yang bodoh, karena orang yang bodoh bukan saja
menyusahkan dirinya, melainkan menyusahkan orang lain. Karena demikian, beratnya
beban hidup akibat kebodohan, maka Ibn Sina pernah berkata, bahwa akhlak yang
paling buruk adalah kebodohan. 5 Prinsip ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam
surah at-Taubah (9) ayat 122, yang artinya:

‫ين‬
ِّ ُ َّ َ َ َ ٌ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ِّ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ً َّ َ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ
ِ ‫وما كان المؤ ِمنون ِلين ِفروا كافة ۚ فلوَل نفر ِمن كل ِفرق ٍة ِمنهم ط ِائفة ِليتفقهوا ِفي الد‬
َ َ َّ َ َ َ َ ْ
‫َو ِل ُين ِذ ُروا ق ْو َم ُه ْم ِإذا َر َج ُعوا ِإل ْي ِه ْم ل َعل ُه ْم َي ْحذ ُرون‬

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semauanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.

4
Lihat: Mohammad Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyah, (terj.), Bustami A.
5
Ghani dan Djohar Bahry, cet, ke-2, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 19-34. Lihat: Abuddin Nata, Konsep
Pendidikan Ibn Sina, cet. ke-1, (Jakarta: UIN Jakarta 5 Press, 2004), hlm. 78.

5
2. Prinsip Pendidikan untuk Semua (Education for All)

Prinsip pendidikan untuk semua adalah prinsip yang menekankan agar dalam
pendidikan tidak terdapat ketidakadilan perlakuan, atau diskriminasi. Pendidikan harus
diberikan kepada semua orang dengan tidak membedakan karena latar belakang suku,
agama, kebangsaan, sta- tus sosial, jenis kelamin, tempat tinggal, dan lain sebagainya.
Dengan alasan, jika ada orang yang tidak mengenyam pendidikan (bodoh), maka
kebodohannya itu tidak hanya merugikan dirinya, melainkan juga meru- gikan atau akan
menjadi beban orang lain. Itulah sebabnya, semua orang harus dididik, sehingga masing-
masing dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, dapat mengatasi masalahnya
sendiri, dan tidak jadi beban bagi orang lain. Prinsip ini harus diterapkan dalam
merumuskan kebijakan dan mempraktikkan pendidikan Islam.

3. Prinsip Pendidikan Sepanjang Hayat (Long Life Education)

Prinsip pendidikan sepanjang hayat adalah prinsip yang menekan- kan, agar setiap
orang dapat terus belajar dan meningkatkan dirinya sepanjang hayat. Mereka terus belajar
walaupun sudah menyandang gelar kesarjanaan. Hal tersebut dilakukan, karena beberapa
alasan. Per- tama, setiap ilmu yang dipelajari suatu saat akan hilang atau lupa dari ingatan,
karena disebabkan tidak pernah dipelajari lagi. Dengan keadaan demikian, ia akan
menghadapi kesulitan ketika dalam pekerjaan yang akan dilakukan, ilmu tersebut sangat
dibutuhkan, misalnya orang yang pernah hafal Al-Qur'an, namun hafalan ini sudah lupa,
karena tidak lagi belajar menghafalnya, maka ia akan mengalami kesulitan ketika hafalan
tersebut akan digunakan dalam shalat atau berpidato dan sebagainya. Kedua, bahwa ilmu
pengetahuan setiap saat mengalami perkembangan, pembaruan, bahkan pergantian,
mengingat data yang digunakan ilmu pengetahuan tersebut sudah berubah. Oleh sebab itu,
jika ia tidak terus- menerus belajar, maka akan tertinggal dari perkembangan, dan ilmu pe-
ngetahuan yang dimilikinya tidak dapat digunakan lagi, karena sudah tidak relevan.

Prinsip belajar sepanjang hayat ini, sejalan dengan Hadis Nabi Muhammad SAW:

"Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat." (HR. Abu Hurairah).

4. Prinsip Pendidikan Berwawasan Global dan Terbuka

6
Prinsip pendidikan berwawasan global, maksudnya adalah bahwa ilmu
pengetahuan yang dipelajari bukan hanya yang terdapat di dalam negeri sendiri, melainkan
juga ilmu yang ada di negeri orang lain, namun sangat diperlukan untuk negeri sendiri.
Selain itu, pendidikan berwawasan global, menekankan bahwa pendidikan yang dilakukan
ditujukan untuk kepentingan seluruh umat manusia di dunia, dan juga menggunakan
standar yang berlaku di seluruh dunia.

Prinsip pendidikan berwawasan global dan terbuka ini sejalan de- ngan sabda
Rasulullah SAW, sebagai berikut:

"Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina; karena menuntut ilmu itu merupakan
kewajiban bagi setiap orang Islam, dan bahwa sesungguhnya malaikat akan
mengepakkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu, karena ia senang dengan apa
yang dicari oleh penuntut ilmu itu." (HR. Ibn Abd. al-Barr)

5. Prinsip Pendidikan Integralistik dan Seimbang

Prinsip pendidikan integralistik adalah prinsip yang memadukan antara pendidikan


ilmu agama dan pendidikan umum, karena sebagai- mana telah diuraikan di atas, bahwa
ilmu agama dan umum baik secara ontologis (sumbernya), epistemologi (metodenya),
maupun aksiologis (manfaatnya) sama-sama berasal dari Allah SWT, dan antara satu dan
lainnya saling melengkapi. Hal ini sejalan dengan prinsip ajaran Islam yang tidak
memisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Amaliah ke- duniaan bisa menjadi amaliah
keakhiratan jika didasarkan niat ibadah kepada Allah SWT. Sebaliknya, amaliah
keakhiratan bisa menjadi amaliah keduniaan, jika didasarkan niat untuk mencapai urusan
dunia. Dengan demikian, inti integrasi ini adalah prinsip tauhid, yaitu pandangan bahwa
segala sesuatu berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepada Allah SWT (inna lillahi
wa inna ilaihi raji'un).

Tidak hanya itu, prinsip pendidikan integralistik (keterpaduan) ini mencakup pula
integralistik dari segi kelembagaan, perundang-undang- an, anggaran, dan lain sebagainya.
Dengan prinsip ini, maka antara ilmu agama dan ilmu umum, Kementerian Agama dan
Kementerian Pendi- dikan Nasional, biaya pendidikan agama dan pendidikan umum tidak

7
perlu dipertentangkan, dan tidak perlu pula adanya perlakuan yang ber- beda, pilih kasih
atau diskriminasi.

Prinsip integralistik ini dapat dipahami dari ayat Al-Qur'an, sebagai berikut:

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS.al-Mujaadilah (58): 11)

Ilmu agama diperlukan sebagai landasan orientasi, sumber motivasi, sumber


inspirasi, dan menetapkan arah dan tujuan kehidupan agar berjalan lurus. Adapun ilmu
umum, mempercepat seseorang agar sampai pada arah dan tujuan tersebut.

Adapun yang dimaksud dengan prinsip keseimbangan adalah prinsip pendidikan


yang bertujuan agar dalam menetapkan arah, tujuan, dan muatan pendidikan mencakup
semua kebutuhan manusia, baik yang berkaitan dengan materi pendidikan maupun yang
berkaitan dengan pembinaan fisik, keterampilan, ilmu pengetahuan, seni, wawasan, pe-
ngalaman, intelektual, spiritual, kebutuhan individual, dan kebutuhan so- siokultural.
Dengan cara demikian, akan dilahirkan manusia yang utuh, yaitu manusia yang terbina
seluruh bakat, minat, motivasi, dan kecen- derungannya secara seimbang, Prinsip ini
sejalan dengan pesan Al-Qur'an dan Hadis, sebagai berikut:

َ ‫الد ْن َيا َح َس َن ًة َوفي ْاْلخ َرة َح َس َن ًة َوق َنا َع َذ‬


‫اب‬
ُّ
‫ي‬‫ف‬
َ َ َّ َ ُ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫و ِمنهم من يقول ربنا ِآت‬
‫ا‬‫ن‬
َّ
‫الن ِار‬
Dan di antara mereka ada orang yang mendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. al-
Baqarah (2): 201)

6. Prinsip Pendidikan yang Sesuai dengan Bakat Manusia

Prinsip pendidikan yang sesuai dengan bakat manusia adalah prinsip yang berkaitan
dengan merencanakan program atau memberikan pengajaran yang sesuai dengan bakat,
minat, hobi, dan kecenderungan manusia sesuai dengan tingkat perkembangan usianya.
Informasi yang diberikan para ahli psikologi, bahwa setiap manusia di samping memiliki
persamaan dengan manusia lainnya, juga memiliki perbedaan dalam tingkat kemampuan

8
intelektual, bakat, minat, hobi, dan lainnya.Demikian pula perbedaan tingkat usia pada
seseorang menyebabkan terjadinya perbedaan ciri-ciri kejiwaannya. Jiwa anak balita (1-5
tahun), kanak-kanak (5-6 tahun), anak (7-12 tahun), remaja (13-19 tahun), dewasa (20-40
tahun), usia lanjut (41-60), usia pikun (60 s.d. seterusnya), satu dan lainnya berbeda-beda.
Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam merancang program, mendesain ruangan
belajar mengajar, pelayanan di kelas, dan sebagainya. Di samping itu, terdapat pula
manusia yang berada dalam keadaan normal, baik secara jasmani dan rohani, dan ada pula
manusia yang berada dalam keadaan tidak normal, seperti manusia yang lemah daya
ingatnya (idiot), kelewat cerdas (autis), kelewat aktif (hiperaktif), cacat mental, dan cacat
fisik. Perbedaan keadaan ini harus dipertimbangkan dalam menyusun program dan
melayani kegiatan be- lajar mengajar, sehingga akan terasa lebih adil dan manusiawi.

7. Prinsip Pendidikan yang Menyenangkan dan Menggembirakan

Prinsip pendidikan yang menyenangkan ialah prinsip pendidikan yang berkaitan dengan
pemberian pelayanan yang manusiawi, yaitu pe- layanan yang sesuai dengan kebutuhan
manusia, selalu memberikan jalan keluar dan pemecahan masalah, memuaskan,
mencerahkan, meng- gembirakan, dan menggairahkan. Dengan prinsip ini, setiap anak
akan merasa senang untuk belajar, timbul gairah dan minat yang tinggi, mau melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan rasa senang, betah tinggal di dalam kelas
selama berjam-jam, serta mencintai dan menyayangi gurunya. Prinsip ini juga berkaitan
dengan prinsip belajar mengajar PAIKEM, yaitu Partisipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.

Prinsip pendidikan yang menyenangkan ini tidak berarti memperbolehkan setiap anak
berbuat apa saja sesuka hatinya, termasuk perbuatan buruk. Prinsip pendidikan yang
menyenangkan di dalamnya ada ketegasan, pemberian peringatan, bahkan sanksi, namun
semua itu dilakukan secara arif, bijaksana, dan santun. Dengan cara demikian, maka setiap
anak yang diberikan teguran, peringatan, dan sebagainya tidak akan menyebabkan yang
bersangkutan membenci guru, dendam, atau kehilangan minat dan gairah belajar. Prinsip
ini sejalan dengan firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW, sebagai berikut:

ٌ‫اك ب ْال َح ِّق َب ِش ًيرا َو َن ِذ ًيرا ۚ َوإ ْن ِم ْن ُأ َّم ٍة إ ََّل َخ ََل ِف َيها َن ِذير‬
َ َ ْ َ ْ َ َّ
ِ ِ ِ ‫ِإنا أرسلن‬
9
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran se- bagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (QS. Faathir (35): 24).

ِّ َ ُ َ ِّ ُ َ
‫ َو َبش ُروا َوال تنف ُروا‬،‫َي ِّس ُروا َوال ت َع ِّس ُروا‬
"Permudahlah dan jangan kau persulit, gembirakanlah, dan jangan kau takut-takuti."
(HR. Bukhari)"6

8. Prinsip Pendidikan yang Berbasis pada Riset dan Rencana

Prinsip pendidikan yang berbasis pada riset maksudnya adalah pendidikan yang
dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang mendalam,
dan bukan berdasarkan dugaan atau asal-asalan. Adapun prinsip pendidikan yang
direncanakan, adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang matang
yang ditopang oleh hasil kajian dan penelitian yang mendalam. Prinsip ini menghendaki
adanya pendidikan yang bukan hanya berdasarkan prinsip ketulusan semata-mata karena
Allah (lillahi ta'ala), ikut-ikutan atau melanjutnya apa yang sudah dilaksanakan
sebelumnya, melainkan berdasarkan pula pada perencanaan (by design) yang didasarkan
pada hasil penelitian, dan bukan karena serba kebetulan (by accident). Terdapat perbedaan
yang signifikan antara pendidikan yang by design dan by accident. Pendidikan yang
tergolong kurang maju atau tradisional pa- da umumnya dibangun tanpa perencanaan yang
matang, atau sekadar ikut-ikutan, melanjutkan yang telah ada sebelumnya, atau sekadar
bermodalkan lillahi ta'ala. Adapun pendidikan yang tergolong maju dan mo- dern pada
umumnya dibangun berdasarkan perencanaan yang matang yang didasarkan pada hasil
kajian dan penelitian. Prinsip pendidikan yang berdasarkan penelitian dan perencanaan ini
dapat dipahami dari firman Allah SWT:

ُ ْ َ َ َ َ ُ ُ َ َ ُْ ْ َّ ‫س َل َك بهۦ ع ْل ٌم ۚ إ َّن ٱ‬ ُ ‫َو ََل َت ْق‬


ْ ‫ف َما َل‬
‫لس ْم َع َوٱل َب َص َر َوٱلفؤاد ك ُّل أول ِئك كان َعنه‬ ِ ِ ِِ َ ‫ي‬
ً ْ َ
‫مس وَل‬

6
Lihat: al-Marhum Ahmad al-Hasyimi Bek, Mukhtrar al-Ahadits al-Nabawy, Op. cit., hlm.187.

10
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya. (QS. al- Israa' (17): 36).

9. Prinsip Pendidikan yang Unggul dan Profesional

Prinsip pendidikan yang unggul adalah prinsip pendidikan yang menjunjung tinggi dan
mengutamakan mutu lulusan yang unggul dan ditopang oleh berbagai komponen
pendidikan lainnya yang unggul pula. Adapun prinsip pendidikan yang profesionai adalah
prinsip yang mem- berikan tugas dan tanggung jawab dalam mengelola pendidikan kepada
orang yang ahli dalam bidangnya. Dengan keunggulan yang dicapai, maka lulusan
pendidikan akan memiliki daya saing dan dipercaya oleh masyarakat, serta akan
menghasilkan pekerjaan yang unggul pula. Ada- pun dengan profesionalitas pekerjaan,
maka hasilnya akan dapat di- pertanggungjawabkan dan memuaskan peserta didik. Prinsip
pendi- dikan yang unggul dan profesional adalah prinsip yang melihat bahwa tugas
mendidik adalah tugas amanah yang tidak bisa diserahkan pada sembarang orang.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia saat ini antara lain karena tidak berorientasi pada
mutu yang unggul dan tidak dilaksanakan oleh tenaga profesional. Orang-orang yang tidak
memiliki latar belakang pendidikan keguruan misalnya, masih ada yang diberi tugas
menjadi guru. Sementara orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan
malah tidak mau menjadi guru. Prinsip pendidikan yang berbasis pada mutu yang unggul
dan profesional ini didasarkan pada firman Allah SWT dan sabda Rasullah SAW, sebagai
berikut:
ُ َ َْ َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُّ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ َّ َّ
‫اس أن ت ْحك ُموا‬
ِ ‫الن‬ ‫ن‬ ‫ي‬‫ب‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ك‬‫ح‬ ‫ا‬‫ذ‬ ‫إ‬‫و‬
ِ ِ‫ا‬ ‫ه‬‫ل‬‫ه‬ ‫أ‬ ‫ى‬ ‫ل‬‫إ‬ِ ِ ‫ِإ ْن الله يأمركم أن تؤدوا اْلم‬
‫ات‬ ‫ان‬
ْ
ۚ ‫ِبال َعد ِل‬
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. (QS. an-Nisa' (4): 58)

11
"Jika suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."
(HR. Bukhari).7

10. Prinsip Pendidikan yang Rasional dan Objektif

Prinsip pendidikan yang rasional adalah prinsip yang menekankan, agar segala
kebijakan yang ditempuh dalam bidang pendidikan dapat dijelaskan alasan dan
argumentasinya, sehingga kebijakan tersebut dapat diterima dengan penuh kesadaran dan
pengertian, dan bukan karena paksaan. Adapun prinsip pendidikan yang objektif adalah
prinsip yang menekankan, bahwa segala kebijakan atau praktik yang dilakukan dalam
bidang pendidikan didasarkan pada fakta dan alasan yang sesungguhnya, bukan karena
kepentingan dan maksud-maksud seseorang atau kelompok tertentu. Dengan prinsip ini,
maka pendidik- an akan terhindar dari pemaksaan dan penyalahgunaan oleh berbagai
kekuatan internal dan eksternal yang tidak diharapkan.

Prinsip pendidikan yang rasional juga berarti prinsip yang menekankan agar
pendidikan yang diberikan kepada peserta dapat mencerdaskan, mencerahkan, dan
menimbulkan gagasan dan imajinasi kepada peserta didik, dan bukan pendidikan yang
membuat peserta didik ikut- ikutan tanpa argumentasi (taklid) dan verbalistik, karena yang
demikian itu menyebabkan peserta didik menjadi tidak kreatif.

11. Prinsip Pendidikan yang Berbasis Masyarakat

Prinsip pendidikan yang berbasis masyarakat adalah prinsip yang menekankan atau
mengidealkan adanya partisipasi dan inisiatif yang penuh dan kuat dari masyarakat.
Pendidikan sebagai sebuah sistem maupun proses yaitu kegiatan yang membutuhkan
bantuan semua di siplin ilmu, keahlian, dan berbagai hal lainnya: sarana prasarana, infras-
truktur, peralatan dan media pengajaran, sumber daya manusia, keamanan dan kenyamanan
lingkungan, pembiayaan, pengguna lulusan, dan sebagainya. Semua kebutuhan pendidikan
tersebut baru terwujud apabila mendapatkan dukungan dari semua pihak.

Berbagai kebutuhan pendidikan tersebut berada di masyarakat dalam arti seluas-


luasnya, termasuk masyarakat pemilik kekuasaan, pengambil kebijakan, pemilik modal,

7
Lihat: al-Marhum, Ahmad al-Hasyimi Bek, Mukhtar al-Ahadits al-Nabawiy, Loc. cit.. hlm. 19

12
pemilik industri, penyalur tenaga kerja, pemilik ilmu dan keahlian, dan sebagainya. Prinsip
pendidikan yang berbasis masyarakat adalah prinsip yang menekankan keterlibatan semua
unsur dalam masyarakat, melalui program kerja sama, kemitraan, patungan, dan
sebagainya. Prinsip pendidikan yang berbasis masyarakat ini sejalan dengan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan, bahwa pendidikan merupakan
tanggung jawab pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Di dalam sejarah terdapat fakta
yang menunjukkan, bahwa munculnya berbagai lembaga pendidikan yang bervariasi, serta
adanya muatan lokal dalam kurikulum pendidikan, karena adanya dukungan dan partisipasi
masyarakat. Dengan prinsip yang berbasis masyarakat ini, maka pemerintah perlu
menumbuhkan inisiatif dan kreativitas masyarakat agar berpartisipasi dalam kegiatan
pendidikan. Prinsip ini sejalan dengan prinsip ajaran Islam tentang kerja sama dan tolong-
menolong dalam me- ngerjakan perbuatan yang baik. Allah SWT berfirman:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelang- garan. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. al-Maidah (5): 2).

12. Prinsip Pendidikan yang Sesuai dengan Perkembangan Zaman

Prinsip pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman adalah prinsip yang
menekankan adanya penyesuaian berbagai kebijakan dan program pendidikan sesuai
dengan kebutuhan zaman, tanpa mengorbankan hal-hal yang bersifat ajaran dan prinsip.
Prinsip ini ditekankan, karena tugas utama pendidikan adalah mengantarkan atau
menyiapkan manusia agar dapat hidup dan eksis sesuai dengan zamannya. Pendidikan
harus melahirkan lulusan yang dibutuhkan oleh zaman dalam arti yang positif. Di era
globalisasi yang ditandai oleh kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama teknologi komunikasi dan informasi, misalnya, perlu direspons oleh dunia
pendidikan dengan cara menghasilkan para lulusan yang menguasai teknologi komunikasi
dan informasi, seperti komputer dengan berbagai programnya yang canggih. Selanjutnya,
karena dalam dunia kerja saat ini sudah mengharuskan pe- layanan yang berbasis teknologi
modern, maka para tenaga kerja yang dihasilkan dunia pendidikan yang akan memasuki
dunia kerja juga ha- rus menguasai teknologi modern. Prinsip pendidikan yang sesuai de-
ngan perkembangan zaman ini sejalan dengan prinsip ajaran Islam yang menyangkut aspek

13
budaya atau wilayah ijtihad. Menutup aurat bagi wanita dan pria merupakan ajaran Islam,
agar tidak timbul fitnah dan sebagainya. Namun bagaimana cara menutup aurat tersebut
dalam bentuk mode dan pakaiannya ialah masalah budaya atau ijtihad manusia, sehingga
lahirlah berbagai model busana Muslim. Demikian pula ajaran tentang membangun masjid
untuk keperluan ibadah adalah ajaran Islam yang tidak boleh hilang atau diubah. Namun
bagaimana cara membangun masjid dengan aneka arsitektur yang berbeda-beda, ialah
sesuatu .

13. Prinsip Pendidikan Sejak Usia Dini

Prinsip pendidikan sejak usia dini adalah prinsip yang menekankan agar setiap
orang tidak terlambat memberikan pendidikan pada anaknya, dan juga berarti prinsip yang
menekankan, bahwa usia dini merupakan usia yang paling baik untuk dimulainya
pendidikan. Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan sejak usia dini ini mulai disadari,
setelah terda- pat sejumlah fakta yang menunjukkan, bahwa perilaku seseorang di masa
dewasa sangat ditentukan oleh pendidikan yang mereka terima di masa kanak-kanak.
Seorang anak yang di masa kecilnya dibina dengan kasih sayang, kehangatan cinta, dan
perhatian yang penuh dari kedua orangtuanya, ternyata jauh berbeda dengan anak yang di
masa kecilnya tidak pernah merasa kasih sayang atau kehangatan dari orangtuanya.
Kesadaran terhadap prinsip pendidikan usia dini ini dapat dikatakan agak terlambat, jika
dihubungkan dengan berbagai isyarat di dalam Al- Qur'an dan al-Hadis yang berkaitan
dengan pendidikan usia dini, Dalam Islam misalnya ditekankan, agar pasangan suami istri
menjadi pasangan yang saleh dan salehah dengan berdasarkan agama, membina rumah
tangga melalui pernikahan yang sah, senantiasa berdoa dan tidak lupa pada Allah saat
melakukan hubungan suami istri, selalu berdoa dan melakukan berbagai kebaikan pada
saat mengandung (hamil) agar anak- nya menjadi orang yang saleh dan salehah,
membisikkan nama Allah dan nama Rasulullah SAW, melalui azan dan ikamat pada saat
anak lahir, membiasakan makan-makanan yang halal dan baik yang diisyaratkan dengan
memberi madu kepada bayi, membiasakan berpenampilan ber- sih dan rapi dengan
bercukur rambut, yang diisyaratkan dengan men- cukur rambutnya, membiasakan gemar
bergaul dan bersedekah yang di- lambangkan dengan akikah; membiasakan mengucapkan
kata-kata dan panggilan yang santun, yang dilambangkan dengan memberikan nama yang

14
baik; membiasakan ikut shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an, dan melaksanakan hidup
sesuai dengan pola akhlak islami. Semua isyarat ini berkaitan dengan pelaksanaan prinsip
pendidikan sejak usia dini. Prinsip ini juga sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:

"Tuntutlah ilmu dari sejak buaian hingga ke liang lahat."

14. Prinsip Pendidikan yang Terbuka

Prinsip pendidikan yang terbuka adalah prinsip yang menekankan, agar dalam
mengelola pendidikan senantiasa terbuka kepada masyarakat untuk menyampaikan saran,
masukan, gagasan, dan pemikiran yang diperlukan bagi kemajuan pendidikan. Prinsip
pendidikan yang terbuka juga ditekankan, agar sekolah dan masyarakat dapat saling
mengisi dan melengkapi serta saling mengakses, mengingat antara satu dan lain- nya saling
membutuhkan. Di satu sisi keberadaan pendidikan karena memenuhi kebutuhan
masyarakat, sedangkan di sisi lain, keberadaan masyarakat juga ditentukan oleh corak
pendidikan yang diterimanya. Sehubungan dengan itu, maka adanya kerja sama, studi
banding, dan pengembangan perlu dilakukan, dengan tetap memelihara identitas, jati diri,
dan prinsip yang utama.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan kesimpulaan.

Pertama, prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah nilai-nilai pokok yang dipegang teguh
dan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, sehingga terasa
perbedaannya dengan pendidikan di luar Islam, baik dari segi kemajuannya maupun
manfaatnya bagi masyarakat. Prinsip-prinsip inilah yang kemudian menjadi watak dan
karakter pendidikan Islam.

Kedua, dilihat dari segi substansi atau isinya, prinsip-prinsip pen- didikan sama dengan
cita-cita yang bersifat idealistik yang ingin di- perjuangkan oleh Islam melalui kegiatan
pendidikan. Oleh karena itu, jika prinsip-prinsip tersebut dapat ditegakkan, maka
pendidikan Islam akan mencapai kemajuan dan mampu mengungguli pendidikan di luar
Islam, sebagaimana yang pernah diperlihatkan Islam dalam sejarah di abad klasik.

Ketiga, prinsip-prinsip pendidikan Islam pada hakikatnya sama dengan prinsip-prinsip


ajaran Islam pada umumnya. Namun prinsip- prinsip ajaran Islam dalam hubungannya
dengan kegiatan pendidikan, paling kurang ada 13, yaitu prinsip pendidikan untuk semua
(education for all), pendidikan seumur hidup (long life education), wajib belajar dan
mengajar, pendidikan yang seimbang, terbuka, integralistik, sesuai dengan perkembangan
zaman, rasional, profesional, berbasis masyarakat, berbasis riset, berorientasi pada mutu
yang unggul, dan pendidikan sejak usia dini.

Keempat, prinsip-prinsip pendidikan Islam sebagaimana tersebut pada butir tiga di atas,
masih dapat ditambahkan berdasarkan Al-Qur'an dan al-Sunnah dan pendapat para ahli
yang sesuai dengan ke- duanya. Prinsip-prinsip tersebut bersifat ajaran atau nonteknis, dan
perlu diperjuangkan dan ditegakkan pelaksanaannya dalam kegiatan pendidikan. Dengan
prinsip-prinsip itulah, pendidikan Islam akan memiliki watak dan karakter yang khas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.H. Abuddin nata, m.a, ilmu pendidikan islam , Cet. Ke-1, (Jakarta : Kencana, 2010)

Lihat: W.J.S. Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. ke-12, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991),
hlm. 768.

Lihat: John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, cet, ke-27, (Ja-karta: Gramedia, 2003),
hlm. 447.

Lihat: Hans Wehr, J. Milton Cowan (ed.), A Dictionary of Modern Written Arabic, (Beirut: Librarie Du Liban
& London: Macdonald & Evans LTD, 1974), hlm. 15.

17

Anda mungkin juga menyukai