Anda di halaman 1dari 17

KEPEMIMPINAN

MAKALAH MATA KULIAH ILMU HADIST

Diajukan Oleh :

Fitri Idani (210301020)

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Islam

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM - BANDA ACEH

TAHUN 2022 M / 1443 H


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim segala puji bagi Allah


yang telah memberikan kita kemudahan serta kelancaran sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Hadist yang berjudul Kepemimpinan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin Kami tidak sanggup menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad saw
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan


ilmu dan pengalaman bagi pembaca. Bagi saya sebagai penyusun makalah masih
merasa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu Saya sangat berharap kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 24 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan masalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Kepemimpinan...........................................................................3
B. Kepemimpinan dalam Islam.........................................................................3
C. Keriteria pemimpin dalam Islam..................................................................5

BAB III PENTUP.................................................................................................11


A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Kritik dan Saran.........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia, baik


itu ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat. Dalam al-quran ada dijelaskan
bahwa manusia dibebani tugas untuk memakmurkan bumi. Tugas tersebut
menempatkan manusia sebagai khalifah. Al-Qur’an juga sebagai Kitab Suci umat
Islam, banyak memberikan petunjuk tentang masalah pemimpin, berupa
ketentuan-ketentuan, nilai etis yang sangat diperlukan dalam kepemimpinan
tersebut.

Masalah kepemimpinan merupakan persoalan keseharian dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kemajuan dan kemunduran masyarakat,
organisasi, usaha, bangsa dan Negara antara lain dipengaruhi oleh pemimpinnya.
Oleh karena itu sejumlah teori tentang pemimpin bermunculan dan berkembang.
Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin
sebagai salah satu persoalan pokok dalam ajarannya. Beberapa pedoman atau
panduan telah digariskan untuk melahirkan kepemimpinan yang diridhai Allah
Swt, yang membawa kemaslahatan, menyelamatkan manusia di dunia dan di
akhirat seperti keteladanan Rasulullah Saw. Maka dari itu dalam makalah ini
penulis hendak membahas bagaimana keriteria pemimpin yang diridhoi Allah Swt
sesuai dengan Rasulullah Saw.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kepemimpinan dalam Islam?
2. Bagaimana keriteria pemimpin dalam perspektif hadist?

iv
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep kepemimpinan dalam islam.
2. Untuk mengetahui keriteria pemimpin dalam sudut pandang Hadist.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologis makna kepemimpinan berasal dari bahasa Inggris yaitu
leadership yang artinya kepemimpinan.1 Kepemimpinan berasal dari kata
pemimpin yang memiliki arti seseorang yang dikenal dan berusaha untuk
mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisasikan apa yang menjadi visinya. 2
Secara terminology kepemimpinan merupakan hubungan yang erat antara
seseorang dengan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama,
hubungan tersebut ditandai dengan tingkah laku terbimbing dari manusia itu
sendiri. Manusia itu biasanya disebut dengan pemimpin, sedangkan kelompok
manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin. 3

B. Kepemimpinan dalam Islam


Dalam bahasa Arab dan al-quran, kepemimpinan dikenal dengan khalifah.
khalifah berasal dari kata khalf yang berarti dibelakang. 4
Kepemimpinan dalam
terminologi islam berkaitan dengan imam, khalifah, wali, ulil amri,dan malik.
Istiah tersebut memiliki makna utama yaitu berkaitan denga otoritas mengatur
orang untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagai wujud kesempurnaan, manusia diciptakan oleh Allah swt
memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba
('abdullah) yang berkewajiban untuk beribadah sebagai bentuk tanggung jawab
ubudiyyah terhadap Tuhan sebagai pencipta. Kedua, sebagai khalifatullah yang

1
Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1997),
hal. 351.
2
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan
Memperdayakan Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Madrasah
(Bandaung: Alfabeta, 2009), hal. 214
3
Pringgodigdo, Ensiklopedia Umum (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hal.549
4
M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al-Quran: Kajian Kosa Kata, Jilid 2 (Jakarta:
Lentera Hati, 2007) hal. 451-452

vi
memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah swt dalam mengurus seluruh
alam. Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk
menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan,
baik untuk dirinya maupun untuk makhluk yang lain.5
Kata khalifah disebut dalam Al-Qur’an pada dua konteks. Pertama, dalam
konteks pembicaraan tentang Nabi Adam As., (QS. Al-Baqarah [2]: 30. Ayat ini
menunjukkan bahwa manusia yang dijadikan khalifah di atas bumi bertugas
memakmurkannya atau membangunnya sesuai dengan konsep yang ditetapkan
oleh Allah Swt., sebagai yang menugaskannya. Kedua, di dalam konteks
pembicaraan tentang Nabi Daud As., (QS. Shad [38]: 26. Ayat ini menunjukkan
bahwa Daud As., menjadi khalifah yang diberi tugas untuk mengelola wilayah
yang terbatas.6
Penggunaan kata khalifah di dalam kedua ayat tersebut, dapat dipahami
bahwa kata ini di dalam al-Qur’an menunjukkan kepada siapa yang diberikan
kekuasaan untuk mengelola suatu wilayah di bumi. Di dalam konteks ini Adam
As., diberi kekuasaan untuk mengelola wilayah yang luas, sedangkan Nabi Daud
As., diberi kekuasaan mengelola wilayah yang terbatas, yaitu negeri Palestina.
Dalam mengelola wilayah kekuasaan itu, seorang khalifah tidak boleh berbuat
sewenang-wenang atau mengikuti hawa nafsunya.
Kepemimpinan adalah konsep yang dimiliki oleh ajaran Islam dalam
memandang kepemimpinan, kepemimpinan dalam Islam mencakup beberapa
Aspek: a) Aspek pengaruh, Dalam ajaran Islam, pemimpin yang tidak memiliki
pengaruh akan menyebabkan hilangnya kepercayaan umat pada pemimpin
tersebut. Bisa menjadi contoh yaki khalifah Abu Bakar, Umar Bin khattab,
Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi Tholib; b) Aspek Kerohanian, Selain sebagai
pemimpin umat, seorang pemimpin juga memiliki kedudukan sebagai pemimpin
agama, hal demikian ini bisa ditunjukkan bagaimana Nabi Muhammad SAW,
beliau adalah seorang pemimpin rakyat dilain sisi beliau juga seorang pemimpin

5
Bashori, "Kepemimpinan Transformasional Kyai Pada Lembaga Pendidikan Islam"
AlTanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2, (2019), hal. 81.
6
M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al-Quran: Kajian Kosa Kata, Jilid 2 (Jakarta:
Lentera Hati, 2007) hal. 451-452

vii
Agama; dan c) Aspek karasteristik, yaitu aspek yang digunkan untuk menilai
kepemimpinan seseorang, meliputi karakter pemimpin baik maupun buruk.7

C. Keriteria Pemimpin dalam Islam


Dalam kehidupan bermasyarakat yang mengalami kemajuan, membentuk
suatu komunitas yang di dalamnya terdapat pemimpin dan orang yang dipimpin.
Namun, kepemimpinan sering menimbulkan permasalahan terutama pada kriteria
kepemimpinan. Permasalahan dalam kepemimpinan antara lain bagaimana
mendapatkan seorang calon pemimpin yang sadar akan posisinya sebagai
pemimpin serta tidak memikirkan kesenangan dirinya sendiri. Seorang pemimpin
yang betul-betul berkualitas harus memenuhi syarat-syarat yang mutlak
sebagaimana hadist Rasulullah saw.

1. Memiliki Jiwa Kepemimpinan

ٍ ‫ َح َّدثَنِي بُ َك ْي ُر بْ ُن َو ْه‬:‫ال‬ َ َ‫اَألس ِد ق‬ ِ


ُّ ‫ْج َز ِر‬
‫ي‬ َ ‫ب ال‬ َ ‫َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر َح َّد َثنَا ُش ْعبَةُ َع ْن َعل ٍّي َأبِي‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ َ ‫ك ح ِديثًا ما ُأح ِّدثُهُ ُك َّل َأح ٍد ِإ َّن رس‬ ٍِ ِ َ َ‫ ق‬:‫ال‬
َ ‫ول اهلل‬ َُ َ َ َ َ َ ُ‫ُأح ِّدث‬ َ ‫س بْ ُن َمالك‬ ُ َ‫ال لي َأن‬ َ َ‫ق‬
‫ش ِإ َّن ل َُه ْم َعلَْي ُك ْم َح ًّقا َولَ ُك ْم‬ٍ ْ‫ اَألِئ َّمةُ ِم ْن ُق َري‬:‫ال‬
َ ‫ت َونَ ْح ُن فِ ِيه َف َق‬ِ ‫اب الْب ْي‬
َ ِ َ‫ام َعلَى ب‬ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
‫اه ُدوا َو َف ْوا َوِإ ْن َح َك ُموا َع َدلُوا فَ َم ْن‬ ِ ِ َ ِ‫َعلَْي ِه ْم َح ًّقا ِمثْ َل َذل‬
َ ‫اسُت ْرح ُموا َف َرح ُموا َوِإ ْن َع‬ ْ ‫ك َما ِإ ْن‬
)‫ (رواة أحمد‬.‫ين‬ ِ ‫َّاس‬ ِ
ْ ِ ‫اهلل َوال َْمالَِئ َكة َوالن‬ ِ ُ‫ك ِم ْن ُهم َفعلَْي ِه ل َْعنَة‬
َ ِ‫َم َي ْف َع ْل َذل‬
8
َ ‫َأج َمع‬ َ ْ ْ‫ل‬
Artinya: Ahmad berkata: diriwayatkan kepada kami oleh Muhammad ibn
Ja‘far, diceritakan kepada kami oleh Syu‘bah dari ‘Ali Abi al-Asad
berkata: diceritakan kepadaku oleh Bukair ibn Wahab al-Jazari, Anas ibn
Malik berkata kepadaku: Aku ceritakan kepadamu sebuah hadis di mana
tidak semua orang saya ceritakan bahwa Rasulullah saw. berdiri di
hadapan baitullah bersama kami lalu beliau bersabda :Para pemimpin itu
adalah dari suku Quraisy. Sesungguhnya mereka mempunyai hak atas
7
Kurniawan, dkk., "Konsep Kepemimpinan Dalam Islam", PRODU: Prokurasi Edukasi
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 1, (Desember 2020), hal 5.
8
Abu ‘Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hambal al-Syaibani. Musnad Ahmad, Juz. III
(Bairut: ‘Alam al-Kutub, 1419 H./1998 M), hal 183.

viii
kamu dan kamu juga mempunyai hak yang sama atas mereka, selagi
mereka diminta mengasihi, maka mereka akan mengasihi, jika berjanji
mereka akan menepati (janji itu) dan jika menghukum mereka berlaku
adil. Maka barang siapa di antara mereka yang tidak berbuat hal yang
demikian, maka laknat Allah, malaikat dan manusia seluruh atas mereka”.
(HR. Ahmad) 9

Hadis di atas tentang kepemimpinan dari suku Quraysh. Maksudnya


kepemimpinan Quraisy tidak berarti harus dari suku Quraisy tetapi pada
karakteristik kepemimpinan Quraisy yang kharismatik, tegas, kuat dan tangguh.
Pokok persoalan kepemimpinan bukan pada orang-orang Quraisy, tetapi pada sifat
dan karakter yang memungkinkan seseorang layak untuk menjadi pemimpin sama
seperti karakter yang dimiliki suku Quraisy pada saat itu.
Suku Quraysh dikenal dengan orang yang maju dan dermawan. Saat itu
mereka memiliki koneksi yang kuat serta memiliki pengetahuan tentang daerah-
daerah sekitar mereka. Selain itu sifat dasar seorang Quraisy bila memerintah,
mereka juga unggul dari suku-suku yang ada saat itu seperti kecakapan
berapiliasi, mobilisasi massa yang baik, ekonom handal, suku mayoritas, birokrat
serta santun.

2. Tanggung jawab

َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َّ :‫وب َع ْن نَافِ ٍع َع ِن ابْ ِن عُ َم َر‬ ِ ‫ِإ‬


:‫ال‬ َ ‫َأن النَّبِ َّي‬ ُ ُّ‫يل َأ ْخَب َرنَا َأي‬ ُ ‫َح َّد َثنَا ْس َماع‬
َّ ‫ َو‬،‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
‫الر ُج ُل‬ ٌ ‫اع َو ُه َو َم ْسُئ‬ٍ ‫َّاس َر‬ ِ َ‫ ف‬،‫ول‬
ِ ‫اَألم ُير الَّ ِذي َعلَى الن‬ ٌ ‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئ‬ ٍ ‫ُكلُّ ُك ْم َر‬
ٍ ‫ َوال َْع ْب ُد َر‬،ٌ‫ت َز ْو ِج َها َو ِه َي َم ْسُئولَة‬ ِ
ِ ‫اعيةٌ َعلَى ب ْي‬ ٌ ‫اع َعلَى َْأه ِل َب ْيتِ ِه َو ُه َو َم ْسُئ‬
‫اع‬ َ َ ‫ َوال َْم ْرَأةُ َر‬،‫ول‬ ٍ ‫َر‬
)‫ (رواة البخارى‬. ‫ول َعن َر ِعيَّتِ ِه‬ ٌ ‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئ‬
ٍ ‫ َأالَ فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬،‫ول‬ٌ ‫ال َسيِّ ِد ِه َو ُه َو َم ْسُئ‬ ِ ‫ َعلَى َم‬10

9
Muhammad Khidri Alwi, “Kepemimpinan dalam Perspektif Hadist”, Jurnal Rihlah,
Vol. 5, No. 2, (2017), hal 56.
10
Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar Ibn
Katsir, 2002), hal 1764.

ix
Artinya: Al-Bukhari berkata, diriwayatkan kepada kami oleh Isma‘il,
dikabarkan kepada kami oleh Ayyub dari Nafi‘ dari Ibn ‘Umar bahwa
Nabi saw. bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Kepala negara adalah
pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya, Setiap suami adalah
pemimpin terhadap keluaganya dan bertanggung jawab terhadapnya, setiap
istri adalah pemimpin bagi rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab
atas kepemimpinannya. Seorang hamba/pelayan adalah pemimpin bagi
harta tuannya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ketahuilah
bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung
jawab atas kepemimpinannya”. (HR. Bukhari)11

Hadist diatas menjelaskan bahwa setiap orang adalah pemimpin, dengan


tanggung jawabnya masing-masing. Seorang pejabat, direktur, manajer, seorang
ayah sekaligus suami, seorang ibu sekaligus isteri, semua akan dimintai
pertanggung jawabannya di hari Akhir atas apa yang dipimpinnya. Begitu juga
dengan pilihan anda terhadap pemimpin yang akan memimpin, akan
dipertanggung jawabkan di Akhirat kelak, karena itulah jangan sampai kita salah
dalam memilih.

3. Amanah

ُ ‫ث َح َّدثَنِي اللَّْي‬
‫ث بْ ُن‬ ٍ ‫ث َح َّدثَنِي َأبِي ُش َع ْي‬
ِ ‫ب ابْ ِن اللَّْي‬ ِ ‫ب بْ ِن الَّ ْلي‬ ِ ِ‫ح َّد َثنَا َع ْب ُدالْمل‬
ٍ ‫ك بْ ُن ُش َع ْي‬ َ َ
‫ض َر ِمي َع ِن‬ْ ‫ْح‬ ِ ِ ‫ب َعن ب ْك ِر بْ ِن َعم ٍرو َع ِن ال‬
َ ‫ْحا ِرث بْ ِن يَ ِزيْد ال‬ َ ْ
ِ ٍ
َ ْ ٍ ‫َس ْعد َح َّدثَني يَ ِزيْ ُد بْ ُن َأبِي ُحَب ْي‬
‫ب بِيَ ِد ِه‬
َ ‫ض َر‬ َ َ‫ْت يَا َر ُس ْو َل اهلل َأالَ تَ ْسَت ْع ِملْنِي ق‬
َ َ‫ال ف‬ َ َ‫ابْ ِن ُح َج ْي َرةَ اَأْل ْكبَ ِر َع ْن َأبِي ذَ ٍّر ق‬
ُ ‫ال ُقل‬

11
Abdul Malik Ghozali dan Subhan Abdullah Acim, "Keriteria Pemimpin dalam
Prespektif Hadist", Jurnal Hukum Islam, Vol. 17, No. 1, (Juni 2018), hal 131

x
‫ي َونَ َد َامةٌ ِإاَّل‬ ِ ِ ِ ُ ‫ض ِع ْي‬ َ َ‫َعلَى َم ْن ِكبِي ثُ َّم ق‬
ٌ ‫ف َوِإَّن َها ََأمانَةٌ َوِإَّن َها َي ْو َم الْقيَ َامة خ ْز‬ َ َّ‫ال يَا َأبَا ذَ ٍّر ِإن‬
َ ‫ك‬
)‫ (رواة مسلم‬.‫ َم ْن َأ َخ َذ َها بِ َح ِّق َها َوَأدَّى الَّ ِذي َعلَْي ِه فِ ْي َها‬12
Artinya: Diceritakan kepada kami oleh ‘Abd al-Malik ibn Syu‘aib ibn al-
Lais, diceritakan kepadaku oleh Ayahku Syu‘aib ibn al-Lais, diceritakan
kepadaku oleh al-Lais ibn Sa‘ad, diceritakan kepadaku oleh Yazīd ibn Abī
Hubaib dari Bakar ibn ‘Amar dari al-Hāris ibn Yazīd al- Hadramī dari Ibn
Hujairah al-Akbar dari Abū Zar, “Saya berkata kepada Rasulullah, wahai
Rasulullah tidakkah engkau mengangkatku menjadi pejabat, lalu
Rasulullah menepuk pundaknya seraya berkata “wahai Abū Zarr,
sesungguhnya engkau lemah, sedangkan jabatan itu adalah amanah dan
merupakan kehinaan serta penyelasan pada hari kiamat nanti kecuali bagi
orang yang mendapatkannya dengan hak serta melaksanakannya dengan
baik dan benar”. (HR. Muslim) 13

Hadis ini merupakan pokok yang agung untuk menjauhi kepemimpinan


terlebih lagi bagi seseorang yang lemah untuk menunaikan tugas-tugas
kepemimpinan. Kehinaan dan penyesalan akan diperoleh bagi orang yang menjadi
pemimpin sementara ia tidak pantas dengan kedudukan tersebut atau ia mungkin
pantas namun tidak berlaku adil dalam menjalankan tugasnya. Maka Allah
menghinakannya pada hari kiamat, membuka kejelekannya dan ia akan menyesal
atas kesia-siaan yang dilakukannya.
Mengajukan diri untuk diangkat menjadi pemimpin adalah sesuatu yang
tercela bila tidak dibarengi dengan kelayakan diri menjadi pemimpin. Namun
sebaliknya, apabila seseorang diangkat menjadi pemimpin karena dukungan atau
permintaan umat, memenuhi syarat dan mampu menjalankan tugas dengan
amanah maka yang seperti ini tidaklah tercela..

12
Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, Juz. VI, (t.tp: Dar Thayyibah, 2006), hal. 6.
13
Muhammad Khidri Alwi, “Kepemimpinan dalam Perspektif Hadist”, Jurnal Rihlah,
Vol. 5, No. 2, (2017), hal 59.

xi
4. Sesuai dengan Aspirasi Rakyat

‫ار َأِئ َّمتِ ُك ْم الَّ ِذيْ َن‬ ِ َ َ‫ عن رسو ِل اهلل صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم ق‬:‫ك‬ ٍِ ٍ
ُ َ‫ خي‬:‫ال‬ َ ََ َْ َ ْ ُ َ ْ َ ‫َع ْن َع ْوف بْ ِن َمال‬
‫صلُّ ْو َن َعلَْي ِه ْم َو ِش َر ُار َأِئ َّمتِ ُك ْم الَّ ِذيْ َن‬
َ ُ‫صلُّ ْو َن َعلَْي ُك ْم َوت‬
ِ ِ
َ ُ‫تُحُّب ْو َن ُه ْم َويُحُّب ْونَ ُك ْم َوي‬
ِ ‫ضونَ ُكم و ُتل ِْع ُنو َن ُهم ويل ِْع ُنونَ ُكم قِ ْيل يا رسو َل‬
‫اهلل َأفَالَ ُننَابِ ُذ ُه ْم‬ ِ ُ ‫ُت ْب ِغ‬
ْ ُ َ َ َ ْ ْ ُ َ ْ ْ َ ْ ْ ُ ‫ض ْو َن ُه ْم َو ُي ْبغ‬
ِ َّ ‫ اَل َما َأقَ ُام ْوا فِ ْي ُك ُم‬:‫ال‬
ُ‫الصالَةَ َوِإذَا َر َْأيتُ ْم م ْن ُواَل تِ ُك ْم َش ْيًئا تُ ْك ِر ُه ْونَه‬ َ ‫ف؟ َف َق‬ ِ ‫الس ْي‬
َّ ِ‫ب‬
)‫ (رواة مسلم‬.‫اع ٍة‬ ِ
َ َ‫فَا ْك َر ُه ْوا َع َملَهُ َوالَ َت ْن ِزعُ ْوا يَ ًدا م ْن ط‬
14

Artinya: Dari 'Auf Ibn Malik, berkata: Aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda: Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian
mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian
mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan
untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian ialah orang-
orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian,
juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian. 'Auf
berkata: Kami berkata: Ya Rasulullah, bolehkah kita memberontak kepada
mereka? Beliau saw. bersabda: Jangan, selama mereka masih mendirikan
shalat di tengah kalian. )HR. Muslim)15

Hadis di atas menuntut adanya keserasian atau kerjasama yang baik antara
pemimpin dan yang dipimpin, semua itu dapat terwujud dengan diangkatnya
pemimpin yang dapat diterima oleh masyarakat karena pemimpin merupakan
representase dari suara rakyat sehingga tidak berlebihan bila sebuah kalimat yang
sering digunakan dalam menggambarkan keagungan aspirasi rakyat tersebut
dengan ungkapan “suara rakyat adalah suara Tuhan” walaupun ungkapan ini
masih perlu direnungkan ulang. Dalam hadis ini pula terlihat Nabi memposisikan

14
Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, Juz. III (t.tp: Dar Thayyibah, 2006), hal 1481
15
Muhammad Khidri Alwi, “Kepemimpinan dalam Perspektif Hadist”, Jurnal Rihlah,
Vol. 5, No. 2, (2017), hal 60

xii
pemimpin sebagai orang yang mulia sehingga dilarang untuk dicaci, laknat dan
membunuhnya, akan tetapi Rasul tidak melarang ummatnya agar ditetap kritis.

Kepemimpinan negara dalam sistem Islam dengan sebutan apapun


terlaksana dengan adanya ikatan antara umat dan penguasa, dan yang mewakili
umat adalah majlis Syura atau majlis umat, ikatan ini bisa disebut baiat. bai'at itu
berisi janji untuk setia dan patuh kepada nabi serta akan mengamalkan dan
membela ajaran Islam. Penggunaan istilah bai'at ini diteruskan sepeninggal Nabi
saw. tetapi telah terjadi pergeseran makna. Pada masa kekhalifahan, bai'at menjadi
ikrar politik, yang tanpanya tak akan sempurna atau tidak diakui seorang
khalifah.16

Oleh karena itu, Aspirasi dari rakyat sangat dibutuhakan agar dengan
memudahkan rakyat dilibatkan dalam setiap keputusan yang ada, sehingga terjalin
hubungan yang saling memahami kewajiban dan hak masing masing antara
pemimpin dan yang dipimpin.

16
al Mahami Ahmad Husain Ya‘qub, al-Nizam Al-Siyasi fi al-Islam (Qum: Ansariyah,
1312 H.), hal. 69-75.

xiii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pemimpin dalam


islam itu sesuai dengan keteladanan Rasulullah Saw. Allah menciptakan manusia
sebagai khalifah dimuka bumi ini. Seorang khalifah harus tampil dalam
kepemimpinannya tidak lepas dari peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Allah
Swt., dan tidak mengikuti hawa nafsunya (yang tidak terbimbing oleh keilmuan
dan keimanannya kepada Allah Swt). Terikat dengan peraturan dan peraturan
yang mengantarkan kepada kemakmuran, maka Islam tampil dalam dunia
kepemimpinan di sector wilayah manapun di muka bumi.

Keriteria pemimpin dalam islam sesuai dengan keteladanan Rasulullah


Saw. Rasulullah memiliki jiwa kepemimpinan, tanggung jawab, jujur, amanah,
serta adil. Selain itu pemimpin dalam islam merupakan kegiatan menuntun,
membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridhai Allah SWT.
Kegiatan ini bermaksud untuk menumbuh kembangkan kemampuannya sendiri di
lingkungan orang-orang yang dipimpin dalam usahanya mencapai ridha Allah
SWT selama kehidupannya di dunia dan di akhirat.

B. Kritik dan Saran

Demikian pembahasan dari makalah ini. Semoga dengan adanya


penjelasan tentang aliran khawarij ini bermanfaaat sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi kita semua. Isi dari makalah ini berasal dari
berbagai sumber dan beberapa referensi. Apabila terdapat kesalahan dan
kekeliruan, penulis menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah.
Terima kasih.

xiv
xv
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Malik Ghozali dan Subhan Abdullah Acim, "Keriteria Pemimpin dalam
Prespektif Hadist", Jurnal Hukum Islam, Vol. 17, No. 1, (Juni 2018), hal
131

Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il. Shahih al-Bukhari, Beirut:


Dar Ibn Katsir, 2002.

Al-Hajjaj , Muslim bin. Shahih Muslim, Juz. III , t.tp: Dar Thayyibah, 2006.

Al-Syaibani, Abu ‘Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hambal. Musnad Ahmad,
Juz. III, Bairut: ‘Alam al-Kutub, 1419 H./1998 M.

Alwi, Muhammad Khidri. “Kepemimpinan dalam Perspektif Hadist”, Jurnal


Rihlah, Vol. 5, No. 2, (2017), hal 56.

Bashori, "Kepemimpinan Transformasional Kyai Pada Lembaga Pendidikan


Islam" altanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2,
(2019), hal. 81.

Kurniawan, dkk., "Konsep Kepemimpinan Dalam Islam", PRODU: Prokurasi


Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 1, (Desember
2020), hal 5.

Pringgodigdo, Ensiklopedia Umum, Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Sadily, Jhon M. Echols dan Hasan. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia,


1997.

Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan


Memperdayakan Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam
Manajemen Madrasah, Bandaung: Alfabeta, 2009.

Shihab, M. Quraish dkk. Ensiklopedia Al-Quran: Kajian Kosa Kata, Jilid 2,


Jakarta: Lentera Hati, 2007.

xvi
Ya‘qub, al Mahami Ahmad Husain Ya‘qub. Al-Nizam Al-Siyasi fi al-Islam, Qum:
Ansariyah, 1312 H.

xvii

Anda mungkin juga menyukai