Anda di halaman 1dari 18

KONSEP KHALIFAH DAN KHILAFAH

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu


Akhlak dan Tasawuf
Dosen pengampu : Muhammad Sholeh M. Pd. I
Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Zonatan Putra Kus Dwiaji 214110201007


2. Rifa Arifah 214110201004
3. Muhammad Khanif Amrulloh 214110201253
4. Isna Nur Kholifah 214110201250

1 ESY B

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI PROP.K.H SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Khalifah dan Khilafah” ini
dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh dosen. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan
data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku buku yang berkaitan dengan
materi pembelajaran, serta informasi dari media massa yang berhubungan
dengan materi.
Tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada dosen pengajar. Atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada teman-teman
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “Khalifah dan
Khilafah” khususnya bagi penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini memang masih jauh
dari sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang dimaksudkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Purwoke
rto,
Septemb
er 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................I

DAFTAR ISI.......................................................................................................................I

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................II

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................III


B. Rumusan Masalah....................................................................................................IV
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................IV

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................1

1. Pengertian Kholifah dan Khilafah...........................................................................1


2. Sejarah Konsep Khalifah dan Khilafah...................................................................2
3. Syarat Khalifah........................................................................................................3
4. 4 Komponen Penciptaan Manusia...........................................................................4
5. Tugas dan Fungsi Manusia......................................................................................7

BAB III PENUTUP.............................................................................................................9

A. Kritik dan Saran.......................................................................................................9


B. Kesimpulan..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................10

I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Secara umum, sebuah sistem pemerintahan bisa disebut sebagai Khilafah apabila
menerapkan Islam sebagai Ideologi, syariat sebagai dasar hukum, serta mengikuti cara
kepemimpinan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam menjalankan
pemerintahan, meskipun dengan penamaan atau struktur yang berbeda, namun tetap
berpegang pada prinsip yang sama, yaitu sebagai otoritas kepemimpinan umat Islam
di seluruh dunia. Sehingga pada penerapannya, ketika sebuah Negara Khilafah berdiri
(atas persetujuan seluruh umat Islam), kemudian dibai'atnya seorang Khalifah, maka
pendirian Negara Khilafah maupun pembai'atan Khalifah lain setelahnya menjadi
tidak sah. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad tentang pembai'atan Khalifah.
C. Kajian terhadap konsep khilafah dalam Islam menarik untuk diperhatikan karena hal
ini berkaitan dengan hubungan antara agama (Islam) dan negara. Kendatipun terdapat
sejumlah ayat dalam Al-Quran mengenai konsep ini, tidak ada kesepakatan di antara
para ulama mengenai apa dan bagaimana wujud Khilafah Islamiyah ini. Karena
posisinya yang demikian, persoalan khilafah Islamiyah ini seringkali menjadi bahan
perdebatan. Dengan kata lain, masalah khilafah Islamiyah masuk dalam kategori
wilayah ijtihadiyah.
D. Dewasa ini, konsep khilafah Islamiyah kembali muncul ke permukaan setelah adanya
sejumlah kelompok Muslim yang menyuarakannya secara nyaring pentingnya
penyelenggaraan negara atas dasar syariah. Hal ini dipicu oleh adanya sejumlah
kegagalan yang dilakukan para nasionalis sekuler dalam mengelola negara. Di
Indonesia, slogan-slogan yang mengarah dan menuntut ditegakkannya pemerintahan
atas dasar khilafah antara lain dikumandangkan oleh HTI (Hizabut Tahrir Indonesia).
Di antara slogan yang seringkali mereka kemukakan dan banyak tertulis di pamflet-
pamflet atau spanduk-spanduk yang disebarluaskan adalah berbunyi sudah saatnya
khilafah memimpin dunia dengan syariah. Tuntutan mereka adalah agar bentuk
negara menggunakan model khilafah sementara penyelenggaraaan negara atau
pemerintahan didasarkan pada syariat Islam.
E. Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai
hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi.
Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena
itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi
sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar
maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan
otoritas yang sangat besar.
F. Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk
manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan

II
rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan,
dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia
adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar
dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia
dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati,
syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk
menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil
untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.

III
G. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep khalifah ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep khilafah ?
3. Bagaimana sejarah dari konsep khalifah dan khilafah?
4. Apa saja bahan penciptaan manusia ?(4 komponen)
5. Indikator dari bahan penciptaan manusia!
6. Jelaskan perbedaan konsep khalifah dan khilafah !

H. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi atau makna khalifah dan khilafah.
2. Mengetahui konsep khalifah dan khilafah secara
sederhana.
3. Mengetahui sejarah dari konsep khalifah dan khilafah.
4. Mengetahui tentang 4 komponen yang ada dalam bahan
penciptaan manusia.
5. Dapat menjelaskan perbedaan dari konsep khalifah dan
khilafah.
6. Mendapatkan kejelasan tentang konsep dari khalifah dan
khilafah.

IV
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khalifah dan Khilafah


Khalifah
Khalifah (Arab:‫ خليفة‬Khalīfah) adalah gelar yang
diberikan untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW (570–632). Khalifah juga sering
disebut sebagai Amīr al-Mu'minīn (‫أمير‬QQQQ‫ )المؤمنين‬atau
"pemimpin orang yang beriman", atau "pemimpin orang-
orang mukmin", yang kadang-kadang disingkat menjadi
"amir".

Setelah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (Sisa dari


pembakaran Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
dan Ali bin Abi Thalib), kekhalifahan yang dipegang
berulang-ulang oleh Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan
Kesultanan Utsmaniyah, dan sebagian kekhalifahan kecil,
berhasil meluaskan kekuasaannya hingga ke Spanyol,
Afrika Utara, dan Mesir.

Khalifah berperan sebagai pemimpin ummat adun


urusan negara maupun urusan agama. Mekanisme pemilihan
khalifah dilakukan adun dengan wasiat ataupun dengan
majelis Syura' yang merupakan majelis Ahlul Halli wal Aqdi
yakni para berbakat pengetahuan (khususnya keagamaan)
dan mengerti permasalahan ummat. Sedangkan mekanisme
pengangkatannya dilakukan dengan cara bai'at yang
merupakan kontrak setia selang Khalifah dengan ummat.

Khalifah memimpin sebuah Khilafah, yaitu sebuah


sistem kepemimpinan umat, dengan mempergunakan Islam
sebagai Ideologi serta undang-undangnya mengacu untuk
Al-Quran & Hadist.

Kedudukan dan pemerintahan kekhalifahan terakhir,


yaitu kekhalifahan Utsmani berkesudahan dan ditiadakan
dengan pendirian Republik Turki pada tanggal 3 Maret 1924
ditandai dengan pengambilalihan kekuasaan dan wilayah
kekhalifahan oleh Majelis Luhur Nasional Turki, yang
belakang digantikan oleh Kepresidenan Masalah
Keagamaan (The Presidency of Religious Affairs) atau
sering disebut sebagai Diyainah.

1
Khilafah

Khilafah adalah keseluruhan tindakan atau


kemampuan untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain
sebagai pengikut dalam usaha bersama mencapai tujuan.
Islam memandang bahwa Khilafah memiliki posisi yang
sangat strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada
dalam Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur, yaitu
masyarakat Islami yang dalam sistem kehidupannya
menerapkan prinsip-prinsip Islam. Begitu pentingnya
Khilafah atau imam dalam sebuah jama'ah atau kelompok.

B. Sejarah
Khalifah
Setelah kepemimpinan Khulafaur Rasyudin (sisa
dari Abu Bakar,Umar bin khattab,Utsman bin Affan,dan Ali
bin Abi Thalib) kekhalifahan yang dipegang oleh Bani
Umayyah, dan Kesultanan Utsmaniyah dan sebagian
kekhalifahan kecil berhasil meluaskan kekuasaan hingga ke
Spanyol,Afrika Utara, dan Mesir.
Khalifah berperan sebagai pimpinan uat adun urusan
negara maupun urusan agama. Mekanisme pemilihan
khalifah dilakukan adun dengan wasiat apapun dengan
majelis Syura yang merupakan majelis Ahlul Halli wal Aqdi
yakni para berbakat pengetahuan khususnya keagamaan dan
mengerti permasalahan umat. Sedangkan mekanisme
pengangkatannya dilakukan dengan carabai’at yang
merupakan kontrak setia selang khalifah dengan umat.
Khalifah memimpin sebuah khilafah,yaitu sebuah
sistem kepemimpinan umat,dengan mempergunakakn islam
sebgai ideologi serta undang-udangnya mengacu untuk Al-
Quran dan Hadist. Kedudukan dam pemerintahan
kekhalifahan terakhir,yaitu kekhalifahan utsmani
berkesudahan dan ditiadakan dengan pendirian republik
Turki pada tanggal 3 Maret 1924 ditandai dengan
pengambilalihan kekuasaan dan wilayah kekhalifahan oleh
majelis luhur Nasional Turki,yang belakang digantikan oleh
Kepresidenan Masalah Keagamaan (The Presidency of
Religious Affairs) atau sering disebut sebagai Diyainah.

Khilafah

Sistem khilafah diterapkan di era awal-awal


berkembangnya agama islam. Setelah Nabi Muhammad
SAW wafat pada 632,terjadi kekosongan pemimpin umat

2
islam setelahnya. Posisi khalifah kemudian diduduki oleh
sahabat-sahabat nabi.

Masalah kekhalifahan peraa dimulai oleh Abu Bakar


(632-634),Umar bin Khattab (634-644),Utsman bin Affan
(644-656) dan Ali bin Abi Thalib (656-661). Masa inilah
yang disebut juga masa kekhalifahan Rashidun. Kemudian
kekhalifahan kedua yaknikekhalifahan umayyah yang
diperintah oleh bani Umayyah bin Abd Shams. Kemudian
muncul revolusi Abbasiyah dari 746-750,yang dimana
muncul akibat dari pencopotan hak milik non-
Arab,Kekhalifahan Abbasiyah didirikan pada 750 yang
diperintah oleh Abbasiyah. Selanjutnya kekhalifahan besar
yang keempat yaitu kekhalifahan Utsmaniyah. Utsmni
secara bertahap mulai dipandang sebagai pimpinan de facto
dan perwakilan dari dunia muslim.

Khalifah dan khilafah hanya dapat tewujud jika :

1. Adanya seorang khalifah saja dalam satu masa yang


diangkat oleh umat islam sedunia. Khalifah tersebut
harus diangkat dengan sistem Syura bukan dengan
jalan kudeta,sistem demokrasi atau kerajaan (warisan).

2. Adanya wilayah yang menjadi tanah air (wathan) yang


dikuasai penuh oleh umat islam.

3. Diterapkannya sistem islam secara menyeluruh. Atau


dengan kata lain ,semua undang-undang dan sistem
nilai hanya bersumber dari syariat islam yang
bersumberkan dan brdasarkan Al-Quran dan Sunah
Rasul Saw. Seperti undang-undang
pidana,perdata,ekonomi,euangan,dan sebagainya.

4. Sistem khalifah yang dibangun bukan berdasarkan


kepentingan sekeping bumi atau tanah air
tertentu,sekelompok kecil umat islam tertentu dan
tidak pula berdasakan kepentingan pribadi khalifah
atau kelompoknya,melainkan untuk kepentingan islam
dan umat islam secara keseluruhan.

5. Oleh sebab itu Imam Al- Mawardi menyebutkan


dalam bukunya “Al-Ahkam As-Sulthaniyyah” bahwa
ojek Imamiah (kepentingan Nabi Saw) dalam menjaga
agama islam dan mengatur semua urusan duniawi
umat islam.

3
C. Syarat-Syarat Khalifah
Karena Khalifah itu adalah pemimpin tertinggi umat
Islam, bukan hanya pemimpin kelompok atau jamaah umat
Islam tertentu, dan bertanggung jawab atas tegaknya ajaran
Islam dan ururusan duniawi umat Islam, maka para ulama,
baik salaf (generasi awal Islam) maupun khalaf (generasi
setelahnya), telah menyepakati bahwa seorang Khalifah itu
harus memiliki syarat atau kriteria yang sangat ketat. Syarat
atau kriteria yang mereka jelaskan itu berdasarkan petunjuk
Al-Qur’an, Sunnah Rasul Saw. dan juga praktek sebagian
Sahabat, khususnya Khulafaurrasyidin setelah Rasul Saw,
yakni Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, radhiyallahu
‘anhum ajma’in.

Menurut Syekh Muhammad Al-Hasan Addud Asy-


Syangqiti, paling tidak ada sepuluh syarat atau kriteria yang
harus terpenuhi oleh seorang Khalifah :
1) Muslim. Tidak sah jika ia kafir, munafik atau diragukan kebersihan akidahnya.
2) Laki-Laki. Tidak sah jika ia perempuan karena Rasul Saw bersabda : Tidak
akan sukses suatu kaum jika mereka menjadikan wanita sebagai pemimpin.
3) Merdeka. Tidak sah jika ia budak, karena ia harus memimpin dirinya dan
orang lain. Sedangkan budak tidak bebas memimpin dirinya, apalagi
memimpin orang lain.
4) Dewasa. Tidak sah jika anak-anak, kerena anak-anak itu belum mampu
memahami dan memenej permasalahan.
5) Sampai ke derajat Mujtahid. Kerena orang yang bodoh atau berilmu karena
ikut-ikutan (taklid), tidak sah kepemimpinannya seperti yang dijelaskan Ibnu
Hazm, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Abdul Bar bahwa telah ada ijmak (konsensus)
ulama bahwa tidak sah kepemimpinan tertinggi umat Islam jika tidak sampai
ke derajat Mujtahid tentang Islam.
6) Adil. Tidak sah jika ia zalim dan fasik, karena Allah menjelaskan kepada Nabi
Ibrahim bahwa janji kepemimpinan umat itu tidak (sah) bagi orang-orang yang
zalim.
7) Profesional (amanah dan kuat). Khilafah itu bukan tujuan, akan tetapi sarana
untuk mencapai tujuan-tujuan yang disyari’atkan seperti menegakkan agama
Allah di atas muka bumi, menegakkan keadilan, menolong orang-orang yang
yang dizalimi, memakmurkan bumi, memerangi kaum kafir, khususnya yang
memerangi umat Islam dan berbagai tugas besar lainnya. Orang yang tidak
mampu dan tidak kuat mengemban amanah tersebut tidak boleh diangkat
menjadi Khalifah.
8) Sehat penglihatan, pendengaran dan lidahnya dan tidak lemah fisiknya. Orang
yang cacat fisik atau lemah fisik tidak sah kepemimpinannya, karena
bagaimana mungkin orang seperti itu mampu menjalankan tugas besar untu

4
kemaslahatan agama dan umatnya? Untuk dirinya saja memerlukan bantuan
orang lain.
9) Pemberani. Orang-orang pengecut tidak sah jadi Khalifah. Bagaimana
mungkin orang pengecut itu memiliki rasa tanggung jawab terhadap agama
Allah dan urusan Islam dan umat Islam? Ini yang dijelaskan Umar Ibnul
Khattab saat beliau berhaji : Dulu aku adalah pengembala onta bagi Khattab
(ayahnya) di Dhajnan. Jika aku lambat, aku dipukuli, ia berkata: Anda telah
menelantarkan (onta-onta) itu. Jika aku tergesa-gesa, ia pukul aku dan berkata:
Anda tidak menjaganya dengan baik. Sekarang aku telah bebas merdeka di
pagi dan di sore hari. Tidak ada lagi seorangpun yang aku takuti selain Allah.
10) Dari suku Quraisy, yakni dari puak Fihir Bin Malik, Bin Nadhir, Bin Kinanah,
Bin Khuzai’ah. Para ulama sepakat, syarat ini hanya berlaku jika memenuhi
syarat-sayarat sebelumhya. Jika tidak terpenuhi, maka siapapun di antara umat
ini yang memenuhi persayaratan, maka ia adalah yang paling berhak menjadi
Khalifah.1

I. 4 KOMPONEN PENCIPTAAN MANUSIA :


 Manusia.
Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan
dari tanah dengan bermacam-macam istilah, seperti :
Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan
sesungguhnya Allah menciptakan jasad manusia dari
berbagai macam unsur kimiawi yang ada pada tanah. 2
Manusia pertama yang diciptakan adalah Nabi Adam
dari tanah. Penyebutan kata ‫ني‬QQQ‫( ط‬tanah) dimungkinkan
artinya adalah perpaduan antara debu dan air.Sedangkan
anak keturunan nabi Adam asal kejadiaannya dari sperma
yang asal sperma itu sendiri bersumber dari makanan.
Makanan-makanan bisa berasal dari hewan-hewan namun
terkadang bisa berasal dari tumbuhan. Hewan-hewan nanti
di akhirat dikembalikan menjadi tumbuhan yang tumbuhan
tersebut mempunyai wujud dan debu yang disebut ‫ني‬QQ‫ ط‬.
Setelah bentuknya sempurna Allah tiupkan roh dan
menjadikan bagi manusia pendengaran penglihatan dan hati.
Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan
bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam
beberapa fase kehidupan sebagai berikut. Pertama, fase awal
kehidupan manusia yang berupa tanah. Manusia berasal dari
tanah disebabkan oleh dua hal:
i. manusia adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang
diciptakan dari tanah;
1 Ubaidillahbloodlust, makalah fikih diakses dari http://makalahs1.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqih-khilafah, pada tanggal 5 Oktober 2021

2 Heru Juabid Sada, Manusia dalam Perspektif Agama Islam, (Lampung:At Tadzkiyyah, 2016), Vol 7.Hal 130.

5
ii. sperma atau ovum yang menjadi cikal bakal manusia
bersumber dari saripati makanan yang berasal dari
tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah
tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh
Al-Qur’an dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian
sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di
rahim sehingga berubah menjadi embrio (‘alaqah).
Keempat, proses selanjutnya, embrio tersebut berubah
menjadi segumpal daging (mudgah). Kelima, proses ini
merupakan kelanjutan dari mudgah. Dalam hal ini,
bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai
berubah menjadi tulang belulang. Keenam, proses
penciptaan manusia selanjutnya adalah menjadi daging
(lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada fase ini,
embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak.
Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya
lahirlah bayi tersebut ke atas dunia.3
Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita
mengenai proses penciptaan manusia Hal ini diisyaratkan
Allah swt. dalam Q.S. Sad [38]: 71-72.
ٓ
‫ت فِي ِه‬ ٌ ۢ ِ‫ك لِ ْل َم ٰلَِئ َك ِة ِإنِّى ٰخَ ل‬
ُ ‫ فَِإ َذا َس َّو ْيتُهۥُ َونَفَ ْخ‬٧١ ‫ق بَ َشرًا ِّمن ِطي ٍن‬ َ ُّ‫ِإ ْذ قَا َل َرب‬
۟ ‫وحى فَقَع‬
٧٢ َ‫ُوا لَهۥُ ٰ َس ِج ِدين‬ ِ ُّ‫ِمن ر‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya
dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur
dengan bersujud kepadanya.”(Q.S. Sad [38]: 71-72)
Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan
oleh Allah dari makhluk ciptaanNya yang lainnya, dengan
segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti akal
manusia yang mampu membedakan antara yang baik dan
yang buruk, kemudian memilihnya. Allah SWT
menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta
(ahsanutaqwim), dan menundukkan alam semesta baginya
agar dia dapat memakmurkan dan memelihara kemudian
melestarikan keberlangsungan hidup di alam semesta ini.
Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai
dengan petunjuk Robbnya, dengan raganya, diharapkan aktif
untuk menciptakan karya besar dan tindakan yang benar,
hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan
Allah kepadanya seperti ahsanu taqwim, ulul albab,
rabbaniun dan lai-lain. Maka, dengan semua sifat kemuliaan
dan semua sifat insaniah yang ada dengan kekurangan dan

3 Aat Hidayat, Perspektif Al Quran dan Pendidikan islam dalam Psikologi dan Kepribadian Manusia (Kudus:Jurnal Penelitian, 2017), vol 11.hal 475.

6
keterbatasan, Allah SWT menugaskan misi khusus kepada
umat manusia untuk menguji dan mengetahui mana yang
jujur, beriman dan dusta dalam beragama.
 Fitrah Manusia
Dalam pandangan Islam menyatakan bahwa
kemampuan dasar dan keunggulan manusia dapat
dibandingkan dengan makhluk lainnya yang disebut dengan
fitrah, kata “ Fitrah” yang dalam pengertian etimologi
mengandung arti kejadian. Secara umum makna fitrah
dalam Al-Qur’an dapat dikelompokan kedalam empat
makna
 Sebagai proses penciptaan langit dan bumi
 Proses penciptaan untuk manusia
 Mengatur alam semesta dan isinya secara lebih
serasi dan seimbang
 Memberikan makna pada agama Allah sebagai
acuan dasar dan pedoman bagi manusia dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya.
Manusia yang diciptakan Allah SWT sebagai makluk
sempurna untuk menjadi khalifah di atas permukaan bumi,
mempunyai potensi kemuliaan yang bisa melebihi malaikat
sekalipun, bahkan juga sebaliknya juga berpotensi mendapat
kehinaan yang posisinya lebih rendah dari binatang dan
hewan ternak.Untuk menentukan masing-masing potensi
tersebut, itu sangat tergantung bagaimana seorang manusia
itu dalam menjaga hati dan mengelola hawa nafsunya,
apakah ditundukkan untuk taat kepada semua perintah Allah
untuk mencapai derajat kemuliaan atau malah
memperturutkan segala nafsu tanpa kendali, sehingga
manusia memasuki jurang kehinaan yang serendah-
rendahnya.Demikian antara lain disampaikan Habib Abdul
Haris bin Sholeh Al-Aydrus (Pimpinan Majelis Dilihat dari
karaktaristiknya, menurut Imam al-Ghazali (Ihya ‘Ulum al-
Din, III/119), manusia memiliki empat macam karakter,
yaitu:
1. Al-Rubu’iyah, yaitu sifat “ketuhanan” yang
terdapat pada diri manusia yang apabila telah
menguasai diri manusia maka ia ingin menguasai,
menduduki jabatan yang tinggi, menguasai ilmu
apa saja, suka memaksa orang lain dan tak mau
direndahkan, maunya hanya dipuji. Orang yang
memiliki tabiat ini adalah orang yang cenderung
memelihara segala perbuatan menuju keridhoan
Allah. Ia melahirkan sifat belas kasih, ikhlas,

7
kasih sayang, suka membela yang lemah, suka
menyantuni dan segala sifat terpuji lainnya yang
cenderung mendekat pada keridhoan Allah.
2. Al-Syaithaniyah, yaitu sifat “kesetanan” yang ada
pada diri manusia yang apabila telah menguasai
dirinya ia akan suka merekayasa dengan tipu daya
dan meraih segala sesuatu dengan cara-cara yang
jahat. Di sini mansia suka mengajak pada
perbuatan bid’ah, kemunafikan dan berbagai
kesesatan lainnya. Orang yang memiliki tabiat ini
adalah orang yang gemar berusaha
memperdayakan manusia. Ia suka mempengaruhi
orang lain agar terperosok ke jurang kenistaan.
Hampir segala waktu dikuasai tabiat ini untuk
menyeret manusia menuju keburukan. Karena
kebaikan yang dilakukan manusia berarti
menyakiti dirinya, maka selalu diupayakan agar
manusia terjauhkan daripadanya.
3. Al-Bahimiyah, yaitu sifat manusia berupa
“kehewanan” yang apabila telah menguasai
dirinya ia akan rakus, tamak, suka mencuri,
makan berlebihan, tidur berlebihan dan
bersetubuh berlebihan, suk berzina, berprilaku
homoseks dan lain sebagainya. Orang-orang yang
memilki tabiat ini lebih mengedepankan nafsu
syahwatnya, demi kesenangannya. Akal sehat
yang harus dimiliki sudah dikuasai oleh nafsu
syahwatnya.
4. Al-Sabu’iyah, yaitu sifat “kebuasan” yang apabila
menguasai diri manusia ia akan suka bermusuhan,
berkelahi, suka marah, suka menyerang, suka
memaki, suka berdemo, anarkis, cemburu
berlebihan dan lain sebagainya. Orang yang
memiliki tabiat seperti ini adalah orang yang
maunya menang sendiri, enak sendiri, mulia
sendiri, terpuji sendiri. Ia tidak suka ada yang
menyaingi. Karena itu kebaikan apa saja yang
hendak sampai ke orang lain, dicegah menurut
kemampuannya. Tabiat ini sangat erat dengan
kedengkian, iri, hasud dan cemburu, manakala
orang lain memperoleh nikmat. Singkatnya segala

8
kesenangan menjadi miliknya, segala kesusahan
menjadi milik orang lain.4
Selain empat sifat pemicu dosa pada diri manusia,
Allah SWT juga menganugerahi manusia berupa akal. Fungi
akal ini adalah untuk mengendalikan keempat nafsu)
tersebut. Dengan akal, sifat "Bahimiyah" yang ada pada
manusia, akan dikendalikan untuk hal-hal yang benar,
seperti makan dan tidur secara teratur dan syahwat setelah
menempuh pernikahan.
Dengan akal, sifat manusia "Sabu’iyah" akan
dikendalikan menjadi pemberani, membela kebenaran
agama, menolak kebatilan demi kemaslahatan.
Dengan akal, sifat manusia "syaithaniyah" akan dikendalikan menjadi berhati-hati,
seperti mampu menahan hawa nafsu, qana'ah, iffah, zuhud, jujur, tawadhu, dan
sejumlah sifat baik lainnya. Manusia dengan hati yang demikian itu, senantiasa
mengingat Allah.Dengan akal, sifat manusia "Rububiyah” akan dikendalikan menjadi
seorang pemimpin, manajer dan pelayan bagi orang lain yang tidak sombong dan
otoriter.
Tugas dan Fungsi Manusia
1. Tugas Dan Fungsi Manusia Sebagai Khalifah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai
khalifah di bumi disamping untuk beribadah, juga harus
mampu memelihara dan memakmurkan alam. Kerusakan
yang ada di dunia, dan kerusakan di darat, maupun yang ada
di lautan, tetapi oleh tangantangan manusia yang keluar dari
rambu-rambu yang sudah ditetapkan oleh Allah. Benar,
semua isi yang ada di muka bumi ini diciptakan oleh Allah
SWT. untuk manusia, namun tentunya menggunakan aturan
main yang sudah Allah tetapkan, tidak bebas sekehendak
manusia. M. Quraisy Shihab menyimpulkan bahwa kata
khalifah itu mencakup dua pengertian :
 Orang yang diberi kekuasaan untuk mengelola
wilayah, baik luas maupun terbatas.
 Khalifah memilki potensi untuk mengemban tugasnya,
namun juga dapat berbuat kesalahan dan kekeliruan5.
Tugas kekhalifahan tersebut memang sangat berat.
Namun status ini dapatmenunjukkan arah dengan peran
manusia sebagai penguasa di bumi atas petunjuk Allah.

4 Bacaan madaniI,4 Karakter yang Dimiliki Manusia, diakses dari https://www.bacaanmadani.com/2017/04/4-karakter-yang-dimiliki-manusia.html?m=1, pada tanggal 30

September 2021.

5 Heru Juabid Sada, Manusia dalam Perspektif Agama Islam, (Lampung:At Tadzkiyyah, 2016), Vol 7.Hal 256.

9
Tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini tidak semata
perintah Allah untuk mengelola alam semesta ini, tanpa
adanya arah dan petunjuk dari Allah, akan tetapi Allah telah
membekali manusia dengan potensi-potensi, ilmu
pengetahuan dan sarana untuk memahami ilmu
pengetahuan.

2. Tugas Dan Fungsi Manusia Sebagai Abdillah


Manusia, di muka bumi ini mengemban tugas utama,
yaitu beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT.
Beribadah baik ibadah mahdoh yaitu menjaga hubungan
manusia dengan sang Maha Pencipta Allah SWT sedangkan
ibadah ghaoiru mahdoh, merupakan usaha sadar yang harus
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial yaitu
menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Ibadah
mengandung dua pengertian, yaitu pengertian khusus dan
pengertian umum. Dalam pengertian khusus, ibadah adalah
melaksanakan peraturanperaturan yang mengatur hubungan
antara hamba dan Tuhannya yang tata caranya ditur secara
terperinci di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedang
ibadah dalam arti luas adalah aktivitas yang titik tolaknya
ikhlas dan ditujukan untuk mencapai ridha Allah berupa
amal saleh.tugas manusia sebagai abdillah selain sebagai
menjalankan ibadah yang diwajibkan Allah dan yang
disunnahkan oleh Rosulullah saw yang bernilai baik dalam
kehidupan manusia, baik berhubungan langsung dengan
Allah maupun dengan sesama manusia, kewajiban dan
sunnah tersebut juga harus diaktualisasikan dalam berbagai
tindakan (perilaku). Allah SWT berfirman dalam surat Al
Baqarah ayat 153 :
َّ ٰ ‫صلَ ٰو ِة ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َم َع ٱل‬
َ‫صبِ ِرين‬ َّ ‫صب ِْر َوٱل‬
َّ ‫وا بِٱل‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا ٱ ْستَ ِعين‬
َ
artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.”

10
BAB III PENUTUP

KRITIK DAN SARAN

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak terutama dari
dosen. Kami hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan,itu dari kami sendiri. Dan jika ada
kebenaran itu datangnya dari Allah swt.

KESIMPULAN

Khilafah adalah keseluruhan tindakan atau kemampuan untuk mempengaruhi atau mengajak
oranglain sebagai pengikut dalam usaha bersama mencapai tujuan. Sedangkan khalifah
adalah gelar yang diberikan untuk pemimpin umat islam setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW. Adapun 4 bahan penciptaan manusia yaitu sifat ketuhanan(rububiyah),sifat setan
(syaitanniyah),sifat binatang ternak(bahimiyah),sifat binatang ternak(sabu’iyah).

11
DAFTAR PUSTAKA
Sada, Heru Jubaedin. 2016.Manusia dalam Perspektif Agama Islam. Lampung:At
Tadzkiyyah.

Hidayat, Aat. 2017.Perspektif Al Quran dan Pendidikan Islam dalam Psikologi dan
Kepribadian Manusia. Kudus:Jurnal Penelitian.

Ritongga, Muhammad Shaleh. 2018.Penciptaan Manusia. Jakarta: Jurnal Kajian Ilmu Ilmu
Keislaman.

Madani, Bacaan. 2017 . 4 Karakter yang Dimiliki Manusia. Di akses pada 30 September
2021,dari https://www.bacaanmadani.com/2017/04/4-karakter-yang-dimiliki-manusia.html?
m=1.

KWPSI, Humas. 2019.Empat Sifat Pemicu Dosa Manusia. Diakses pada 30 September
2021dari https://aceh.antaranews.com/berita/56114/.

Kesuma, Guntur Cahya. 2013.Konsep Fitrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam.


Lampung: Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung.

Ubaidillahbloodlust. 2013. Makalah Fiqih. Diakses pada 5 Oktober 2021 dari


http://makalahs1.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqih-khilafah.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai