Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Tafsir Indonesia
Dosen Pengampu:
M.Lukman Hakim,M.Ud.
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga tersusunnya tugas makalah ini. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata Studi Tafsir Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
Demikianlah tugas ini penulis susun semoga bermanfaat, dapat memenuhi tugas
sumber daya manusia ini dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
penulis dan khususnya untuk pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari para pembaca demi menyempurnakan pembuatan makalah pada tugas yang
lain dan pada waktu mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
E. Kata Kunci................................................................................................................1
F. Metode Penelitian......................................................................................................1
A. Kesimpulan.................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
iii
KEADILAN DALAM PERSEPEKTIF ISLAM
Abstrak
Keadilan merupakan harapan yang dapat dirasakan bagi seluruh umat manusia, karena
keadilan merupakan sebuah cita-cita luhur setiap negara untuk menegakkan keadilan.
Karenanya Islam menghendaki pemenuhan tegaknya keadilan. Keadilan dalam Islam
meliputi berbagai aspek kehidupan yang merangkumi keadilan distributif, retributif dan,
sosial, dan politik. Asas-asas menegakkan keadilan dalam Islam yaitu kebebasan jiwa yang
mutlak dan persamaan kemanusiaan yang sempurna. Keadilan dalam Islam digantungkan
kepada keadilan yang telah ditentukan oleh Allah dalam al-Qur’an dan didukung oleh Hadits
dari Rasulullah SAW. Karena tidak mungkin manusia dapat mengetahui keadilan itu secara
benar dan tepat.
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Allah menciptakan manusia dalam berbagai sifat dan pribadi. Antara satu orang dengan
orang lain tentu saja itu tidak sama. Keadilan dapat dimaknai sebagai perbuatan yang sesuai
dengan norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku. Atau dapat juga diartikaan sebagai
menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsinya atau sesuai dengan kebutuhannya. Keadilan
harus menjadi pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan. Dengan demikian tidak
ada pihak yang merasa dirugikan dengan tindakan atau keputusaan yang telah diambil dan
ditetapkan. Siapa yang berlaaku adil maka sesungguhnya ia telah berakhlak dengan salah satu
akhlak Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diselenggaran penelitian ini guna mengetahui makna adil dalam tafsir rahmat
karya Oemar bakry.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Islam, keadilan merupakan salah satu asas yang harus dijunjung. Allah sendiri
mempunyai sifat Maha Adil (al-„Adlu) yang harus dicontoh oleh hamba-Nya. Bagi
kebanyakan manusia, keadilan sosial adalah sebuah cita-cita luhur. Bahkan setiap negara
sering mencantumkan secara tegas tujuan berdirinya negara tersebut di antaranya untuk
menegakkan keadilan. Banyak ditemukan perintah untuk menegakkan keadilan2 karena
Islam menghendaki agar setiap orang menikmati hak-haknya sebagai manusia dengan
memperoleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya yakni terjaminnya keselamatan
agamanya, keselamatan dirinya (jiwa, raga, dan kehormatannya), keselamatan akalnya,
keselamatan harta bendanya, dan keselamatan nasab keturunannya. Sarana pokok yang
menjamin terlaksananya hal-hal tersebut adalah tegaknya keadilan (al-„adl) di dalam
tatanan kehidupan masyarakat.3
Keadilan memiliki makna umum dan mempunyai makna khusus, meliputi keadilan
dalam bermuamalah, keadilan dalam hukum, keadilan dalam keuangan, dan keadilan
dalam hak-hak manusia.4 Terdapat beberapa istilah untuk mengindikasikan kata „adl5
Beberapa sinonimnya adalah qist1, istiqamah,
wasath, nasib, hissa, mizan162. „Adl berlawanan dengan jawar (ketidakadilan). Terdapat
beberapa sinonim jawar seperti zulm (kelaliman), tughyan (tirani), dan mayl
1
Saiyad Fareed Ahmad, Lima Tantangan Abadi Terhadap Agama dan Jawaban Islam Terhadapnya,
diterjemahkan dari God, Islam, Ethics, and the Skeptic Mind: A Study on Faith, Religios Diversity,
Ethics, and The Problem of Evil, (Bandung: Mizan Pustaka, 2008), h. 151
2
Lihat dalam al-Qur'an surat Al-Hadid ayat 25, surat al-Nahl ayat 90, surat Yunus ayat 13, surat al-Naml
ayat 52, surat al-Israa ayat 16, surat al-Nisaa ayat 58, surat al-Maidah ayat 8, surat al-A‟raf ayat 96
3
Didin Hafidhuddin, Agar Layar Tetap Terkembang: Upaya Menyelamatkan Umat, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2006), h. 249
4
Muhammad Dhiaduddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. I, h. 268
5
2
(kecendrungan), inhiraf (penyimpangan). Secara bahasa, kata „adl diderivasi dari kata
„adala, yang berarti: pertama, bertindak lurus, mengubah atau modifikasi; kedua,
melarikan diri, berpaling dari satu (keburukan) ke perbuatan yang baik; ketiga, seimbang
atau sama, setara atau cocok, atau menyetarakan6; keempat, menyeimbangkan,
menimbang, menjadi seimbang. Istilah „adl sebagai kesetaraan atau keseimbangan
digunakan dalam arti menyeimbangkan sesuatu dengan yang lain. Makna kata „adl bisa
berarti secara kualitatif maupun kuantitatif. Makna yang pertama merujuk pada prinsip
abstrak kesetaraan yang berarti kesetaraan di hadapan hukum atau kepemilikian hak yang
sama.
يٰۤـ َاهُّي َا اذَّل ِ ۡي َن ٰا َمنُ ۡوا ُك ۡون ُۡوا قَ َّوا ِمنۡي َ اِب لۡ ِق ۡسطِ ُشهَدَ ٓا َء هّٰلِل ِ َول َ ۡو عَىٰٓل َانۡ ُف ِسمُك ۡ َا ِو الۡ َوادِل َ ۡي ِن َوااۡل َ ۡق َر ِبنۡي َ ؕ ِا ۡن ي َّ ُك ۡن غَ ِنيًّا َا ۡو فَ ِقرۡي ً ا فَاهّٰلل ُ َا ۡوىٰل
هِب ِ َما فَاَل تَت َّ ِب ُعوا الۡه ٰ َٓوى َا ۡن تَ ۡع ِدلُ ۡوا ۚ َوا ِۡن تَلۡ ۤٗوا َا ۡو تُ ۡع ِرضُ ۡوا فَ ِا َّن اهّٰلل َ اَك َن ِب َما تَ ۡع َملُ ۡو َن َخ ِبرۡي ً ا
Artinya : ''Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum
kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.''
a. Tafsir
(Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu menjadi penegak) atau benar-benar
tegak dengan (keadilan) (menjadi saksi) terhadap kebenaran (karena Allah walaupun)
kesaksian itu (terhadap dirimu sendiri) maka menjadi saksilah dengan mengakui kebenaran
dan janganlah kamu menyembunyikannya (atau) terhadap (kedua ibu bapak dan kaum
kerabatmu. Jika ia) maksudnya orang yang disaksikan itu (kaya atau miskin, maka Allah
6
Dan Allah telah meninggikan langit, dan Dia meletakkan neraca (keadilan). (QS al- Rahman
[55]: 7). Mengenai ayat ini, Rasululah SAW menjelaskan dengan bersabda, “Dengan keadilan, tegaklah
langit dan bumi.”
3
lebih utama bagi keduanya) daripada kamu dan lebih tahu kemaslahatan mereka. (Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu) dalam kesaksianmu itu dengan jalan pilih kasih,
misalnya dengan mengutamakan orang yang kaya untuk mengambil muka atau si miskin
karena merasa kasihan kepadanya (agar) tidak (berlaku adil) atau menyeleweng dari
kebenaran. (Dan jika kamu mengubah) atau memutarbalikkan kesaksian, menurut satu qiraat
dengan membuang huruf wawu yang pertama sebagai takhfif (atau berpaling) artinya enggan
untuk memenuhinya (maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan)
hingga akan diberi-Nya balasannya.
4
b. Asbabun Nuzul Q.S An-Nisa ayat 135
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa as-Suddi berkata, "Ayat ini turun pada Nabi
saw. ketika seorang kaya dan seorang fakir berselisih dan mengadukannya kepada beliau.
Dan Rasulullah saw. memihak orang yang fakir karena menurut beliau orang fakir tidak
menzalimi orang yang kaya. Sedangkan Allah tetap ingin agar beliau berlaku kepada orang
yang kaya dan fakir tersebut."
2. Al Maidah ayat 42
ون ِل ُّلس ْح ِت ۚ فَ ن َجٓا ُءوكَ فَٱ ْحمُك بَيْهَن ُ ْم َأ ْو َأ ْع ِر ْض َعهْن ُ ْم ۖ َو ن تُ ْع ِر ْض َعهْن ُ ْم فَلَن يَرُض ُّ وكَ شَ ْيـًٔا ۖ َو ْن َحمَك ْ َت فَٱ ْحمُك َ ُون ِل ْل َك ِذ ِب َأكَّٰ ل
َ مَس َّٰ ُع
ِإ ِإ ِإ
بَيْهَن ُم ِبٱلْ ِق ْسطِ ۚ َّن ٱهَّلل َ حُي ِ ُّب ٱلْ ُم ْق ِس ِط َني
ِإ
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak
memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta
putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika
kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu
sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu)
diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.
a.Tafsir
5
menyukai orang-orang yang adil dalam memberi keputusan dan akan memberi mereka
pahala.7
Pada suatu ketika ada laki-laki dari bani fadik menulis surat kepada para pembesar
orang-orang yahudi di Madinah untuk meminta penjelasan hukum tentang orang yang
melakukan perzinaan terhadap Rasulullah SAW.Apabila Muhammad memutuskan hukum
untuk dijilid,maka kami akan menerima ketentuan itu.Namun jika memerintahkan untuk
dirajam,maka tidak perlu diterima ketentuan tersebut.Orang-orang yahudi mengajukan
pertanyaan tersebut kepada Rasulullah SAW,dan beliau memberikan jawaban agar
dirajam,sehingga orang-orang yahudi tersebut tidak dapat menerima keputusan tersebut.
Peristiwa ini melatarbelakangi ayat ke-42 surah al maidah yang dengan tegas memerintahkan
agar hukum-hukum Allah ditegakkan sebagaimana mestinya,yang pelaksanaanya harus
penuh keadilan dan kebijaksanaan.8
c. Munasabah Ayat
Jika kita diperlihatkan dengan seksama anatara Q.S. An Nisa ayat 135 dan Q.S. Al-
Maidah ayat 42 ini saling berkaitan.Hal ini terlihat dari firman Allah SWT ''Jadilah kamu
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah'' dan juga ''dan jika kamu memutuskan perkara
mereka,maka putuskanlah perkara itu diantara mereka dengan adil''.9
7
M,Quraish Shihab,Tafsir A-Misbah(Pesan,Kesan,dan Keserasian Al-Qur'an),vol 2,(Jakarta:Lentera Hati
2002), hlm. 341
8
Ibid.,hlm. 442
9
Ibid.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa dari kedua ayat ini membahas
tentang pentingnya berlaku adil dLm segala hal,dimana makna dari kata ''adil'' itu ialah dapat
menempatkan sesuatu itu sesuai dengan proposisinya atau sesuai dengan
kebutuhanya.Apabila kita mendapatkan suatu amanat baik itu dari Allah,manusian,dan diri
sendiri itu harus dijaga dengan sebaik-baiknya dan kita harus berbuat adil dengan amanat
yang diberikan kepada kita,jikalau kita tidak bisa berlaku adil maka hendaknya sesuatu hal
tersebut haruslah kita jauhi agar kita terhindar atau tidak yerjerumus kejalan dosa yang dapat
menjeruskan kita kedalam api neraka.Di dalam agama islam perilaku ini merupakan perilaku
yang dianjurkan oleh Allah SWT yang mana apabila kita dapat melaksanakan hal ini dengan
baik maka kita akan memperoleh pahala yang amat besar dari Allah SWT.
7
DAFTAR PUSTAKA
Saiyad Fareed Ahmad, Lima Tantangan Abadi Terhadap Agama dan Jawaban Islam
Terhadapnya, diterjemahkan dari God, Islam, Ethics, and the Skeptic Mind: A Study on Faith,
Religios Diversity, Ethics, and The Problem of Evil, (Bandung: Mizan Pustaka, 2008)
Lihat dalam al-Qur'an surat Al-Hadid ayat 25, surat al-Nahl ayat 90, surat Yunus ayat 13,
surat al-Naml ayat 52, surat al-Israa ayat 16, surat al-Nisaa ayat 58, surat al-Maidah ayat 8,
surat al-A‟raf ayat 96
Muhammad Dhiaduddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001)