Anda di halaman 1dari 18

Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.

2 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.705

AJARAN ETIKA HINDU DALAM LONTAR TATTWA


KALA

I Made Gami Sandi Untara


STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Abstrak
Lontar Kala Tattwa adalah sebuah naskah lontar yang bersifat Siwaistik yang
secara spesifik menjelaskan tentang asal-usul kelahiran Sang Hyang Kala beserta
anugrah-anugrah yang diterima dari orang tuanya-Bhatara Siwa dan Dewi Uma. Lontar
Kala tattwa juga terdapat ajaran Etika Hindu yang mengatur tingkah laku yang baik dan
benar untuk kebahagiaan hidup serta keharmonisan hubungan antara manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa, antar sesama manusia, manusia dengan alam semesta dan ciptaan-
Nya. Ajaran etika Hindu juga bermakna dapat membentuk budi pekerti yang luhur dan
hakekat manusia sebagai makhluk individu, sosial religius yang dapat diimplementasikan
ke dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan kualitatif, yang mana
termasuk dalam pendekatan kualitatif filsafat kepustakaan.. Metode pengumpulan data
dalam artikel ini adalah studi kepustakaan. Hasil yang diperoleh dari artikel ilmiah adalah
ajaran Etika Hindu yang terkandung dalam Lontar Tattwa Kala yaitu a) Nilai Sad Ripu
(Pengendalian Diri) b) Nilai Panca Yajna dalam Lontar Tattwa Kala yang terdiri dari
Dewa Yajna yang dilakukan kehadapan c) Nilai Catur Guru yaitu terdiri dari Guru
Rupaka adalah orang tua dirumah, Guru Pengajian adalah guru yang mengajar di sekolah,
Guru wisesa adalah Pemerintah dan Guru Swadhyaya adalah Ida Sang Hyang Widhi
Wasa d) Nilai Tri Kaya Parisudha dalam Lontar Tattwa Kala yaitu Manacika yaitu yang
berarti berpikir suci atau berpikir yang benar, Wacika yaitu yang berarti berkata yang
benar dan Kayika yaitu yang berarti perbuatan atau prilaku suci atau berprilaku yang
benar.
Kata Kunci: Etika, Lontar Tattwa Kala

I. PENDAHULUAN banyak terkandung atau terdapat di


Agama Hindu memiliki tiga dalam sebuah karya sastra. Di Bali,
kerangka dasar, yaitu Tattwa, Susila, dan banyak terdapat sastra-sastra agama
Acara. Tattwa diartikan sebagai sumber yang berupa lontar-lontar berbahasa
atau ajaran kebenaran/kenyataan. Susila Sanskerta dan Jawa Kuna yang
berasal dari kata su dan sila. Su berarti diterjemahkan ke dalam bahasa Bali dan
baik, dan sila berarti dasar, perilaku atau bahasa Indonesia. Terjemahan ini
tindakan, susila berarti perilaku yang penting karena untuk menjembatani
baik. Secara umum susila diartikan sama pembaca yang kurang mampu
dengan kata etika. Acara berarti tradisi memahami bahasa Sanskerta dan bahasa
atau kebiasaan yang baik.Tiga kerangka Jawa Kuna. Aktualisasi hormatnya umat
dasar ini secara sistemik merupakan satu Hindu di Bali dapat dilihat pada tradisi
kesatuan yang saling berhubungan. Nyastra. Istilah anak nyastra “orang
Seluruh rangkaian Acara agama Hindu berilmu” dalam masyarakat Bali,
pada dasarnya dilandasi oleh Susila. walaupun dalam kenyataannya seorang
Selain bersumber pada kitab- belum tentu seluas itu penguasaan
kitab di atas, ajaran agama Hindu juga pengetahuannya. Namun, karena ia
1
Ajaran Etika Hindu dalam Lontar Tattwa Kala
I Made Gami Sandi Untara

senang membaca dan menulis dan dapat termasuk lembaga pendidikan. Etika
berbuat kebaikan/kebajikan terhadap Hindu adalah tingkah laku yang baik dan
sesama, biasanya orang itu mendapat benar untuk kebahagiaan hidup serta
tempat terhormat di kalangan keharmonisan hubungan antara manusia
masyarakat Bali (Bagus, 1980:8). dengan Tuhan Yang Maha Esa, antar
Sastra Jawa Kuna merupakan sesama manusia, manusia dengan alam
salah satu warisan budaya bangsa semesta dan ciptaan-Nya. Ajaran etika
Indonesia yang mempunyai nilai sangat Hindu juga bermakna dapat membentuk
tinggi. Sejarah telah mencatat bahwa budi pekerti yang luhur dan hakekat
Sastra Jawa Kuna mencapai puncak manusia sebagai makhluk individu,
perkembangannya yang sangat subur sosial religius yang dapat
atara abad ke-9 hingga abad ke-16 diimplementasikan ke dalam kehidupan
dipusat-pusat kerajaan Hindu, seperti sehari-hari.
Kerajaan Kediri, Singasari, dan Penelitian ini adalah kualitatif
Majapahit (Zoetmulder, 1985:18). dengan menggunakan pendekatan
Sesuai dengan sistem kekuasaan pada kualitatif, yang mana termasuk dalam
waktu itu hasil Sastra Jawa Kuna pendekatan kualitatif filsafat
umumnya dijiwai oleh agama Hindu. kepustakaan. Tattwa kala merupakan
Hasil karya sastra ini tumbuh subur salah susastra Hindu ynag ada di Bali
sehingga banyak karya sastra yang lahir, menjadi objek material dalam penelitian
seperti kakawin Bharatayudda, Arjuna ini, yang kemudian dianalisis
Wiwaha, Gatotkacasraya, menggunakan metode khas filsafat
Siwaratrikalpa, dan sebagainya (Wika, khususnya filsafat ketuhanan sebagai
2013:2). objek formal. Data dalam kajian ini
Oleh karena itu, kepustakaan dikumpulkan melalui studi kepustakaan
Bali sangat kaya dan beraneka ragam terkait inti dari ajaran etika hindu yang
jenisnya. Keberadaan agama Hindu terdapat dalam lontar Tattwa kala,
banyak tersimpan pada kepustakaan- mengumpulkan pustaka-pustaka
kepustakaan tersebut, baik mengenai termasuk buku-buku terkait ajaran etika.
Tattwa, Susila, dan Acara. Naskah Data yang telah dikumpulkan kemudian
keagamaan yang teksnya mengandung direduksi untuk menentukan data yang
ajaran ketuhanan adalah teks Tattwa. sesuai untuk dianalisis menggunakan
Dari sekian banyak teks Tattwa yang metode hermeneutika. Melalui metode
ada, ada yang mengandung ajaran etika hermeneutika ini data yang telah
hindu yakni yang terdapat dalam lontar dikumpulkan kemudian dianalisis
Tattwa kala. Dalam Tattwa Kala ini melalui tahapan hermeneutika sehingga
diceritakan bagaimana sulitnya Sang hasil analisis data diharapkan merupakan
Hyang Kala mencari Ayah Ibunya data yang benar-benar objektif. Hasil
karena beliau dianggap masih kotor. analisis kritis terhadap data disajikan
Akhirnya diberi petunjuk oleh Bhatara dalam bentuk deskriptif-naratif
Siwa agar memotong gigi taringnya. Isi
dari lontar tattwa kala sangat sarat akan II. PEMBAHASAN
ajaran yang mengacu pada Tiga 2.1 Sinopsis Lontar Tattwa Kala
Kerangka Dasar agama Hindu Tersebutlah suatu hari Bhatara
khususnya Tattwa dan Upacara. Ajaran Siwa dan Dewi Uma sedang berjalan-
susila (etika Hindu) terkandung dalam jalan di pinggir pantai untuk melihat
Lontar Tattwa Kala, di dalamnya tersirat keindahan laut. Pada saat itu angin
ajaran etika yang amat luhur untuk bertiup cukup kencang sehingga
dicermati sebagai pedoman mengatur menyingkap kain Dewi Uma. Bangkitlah
diri sendiri, kelompok atau organisasi, nafsu Bhatara Siwa, tetapi sebelum
2
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.705

terjadi hubungan sperma Bhatara Siwa Bhtarari Uma kemudian


terlebih dahulu keluar dan jatuh di laut. memerintahkan Hyang kala agar tinggal
Sperma itu dikatakan bercahaya di pura Dalem dengan nama Bhatari
sehingga mengagetkan bhatara Brahma Durgha sebagai dewanya golongan Kala,
dan Bhatara Wisnu, kemudian atas Durga, Pisaca, Wil (cuil), raksasa,
kesaktian yoganya sperma itu berhasil Danuja, Kingkara, penyakit, hama, bisa
dikumpulkan dan lahir menjadi raksasa dan segala yang gaib. Ketika Dewi Uma
yang tinggi dan besar yang nantinya masuk ke Pura Dalem beliau bergelar
disebut Sang Hyang Kala. Bhatari Durga Dewi dan Hyang Kala
Setelah Sang Hyang Kala sadar (Bhatara Durga) bernama Kalika. Di
akan diri ingin mengetahui siapa samping gelar itu Hyang Kala juga
sebenarnya orang tuanya. Kemudian sering disebut Sang Jutisrana pada saat
dipandangnya seluruh penjuru arah mata beliau berada di Bale Agung. Hyang
angin. Ternyata sepi, karena itu ia Pancamahabhuta pada saat beliau
berterak keras-keras sehingga sebagai dewanya segala yang dahsyat.
mengguncangkan alam sorga. Dewata Bhuta Rajapati pada saat beliau marah.
nawa Sanga menjadi murka, kemudian Sang Yamaraja, Sang Bhutaraja setelah
datang bersama-sama mengeroyok, beliau disucikan. Sang Hyang
namun Sang Hyang Kala tidak melawan. Purusangkara pada saat kekacauan dan
Diserang oleh para Dewata Sang Hyang pergolakan dunia. Sang Hyang Kala
Kala tidak sedikitpun terluka oleh Mretyu pada masa kaliyuga. Sang Hyang
senjata mereka. Menyaksikan hal ini Mretyunjiwa pada saat masa kertayuga.
para Dewata Nawa Sanga kemudian Bhatari Durga Dewi juga member
melaporkan kehadapan Bhatara Siwa, anugrah yang dapat dijadikan makanan
bahwa ada raksasa yang mengobrak- oleh Hyang Kala, yaitu orang yang tidur
abrik sorga. Atas dasar itu Bhatara Siwa sdamapai sore dan terbangun setelah
turun dan mengadapinya. Akhirnya matahari terbenam. Anak kecil menangis
terjadi perang tanding antara Bahtara di malam hari, orang yang membaca
Siwa dengan Sang Hyang Kala. Sang kidung kakawin dan tutur utama di
Hyang Kala tidak dapat dilukai, hal ini tengah jalan, orang yang merapatkan
menyebabkan Bhatara Siwa melarikan perkumpulan (nyangkepang) di jalan.
diri. Bhatari Durga Dewi juga menekankan
Dari kejauhan kemudian agar hyang Kala member anugrah pada
Bhatara Siwa bertanya, apa sebabnya ia orang yang tahu pemujaan terhadap
menyerang para Dewata. Sang Hyang Hyang Kala adalah manusia sejati.
Kala menjelaskan bahwa ia tidak pernah Manusia sejati dapat bercampur dengan
menyerang para Dewata, tetapi ia hendak Bhatara, Durga , Dewa dan Bhatara
menanyakan siapa ayah ibunya. Setalah Hyang. Sebaliknya menghukum orang
mengtahui tujuan kedatangannya. yang tidak sesuai dengan kelahirannya.
Bhatara siwa menyadari bahwa itu Bhatara Siwa juga memberikan
adalah putranya. Lalu beliau meminta wejangan kepada Hyang kala, Hyang
agar taringnya dipotong. Bhatara siwa Kala dapat mengambil jiwa manusia atau
menjelaskan kalau beliau sendiri binatang pada sasih kesanga terutama
ayahnya dan Dewi Uma adalah ibunya. orang berdosa, jahat, bersenggama tidak
Sejak saat itulah si raksasa diberi nama sesuai dengan Sila karma sesana dan
Hyang Kala oleh bhatara Siwa. Hyang agama. Dapat menyebarkan penyalit
Kala diberi anugrah untuk membunuh kusta, hama dan penyakit binatang yang
(yang bersalah) dan member hidup (yang tidak dapat disembuhkan pada desa adat
tidak bersalah) serta menumbuhkan atau wilayah yang terkena penyakit.
segala yang bernafas.
3
Ajaran Etika Hindu dalam Lontar Tattwa Kala
I Made Gami Sandi Untara

Untuk keselamatan Negara dan adapun penjelasan dari sad


rakyat, seorang pemimpin dapat ripu adalah sebagai berikut:
melaksanakan upacara yadnya sebagai 1) Kama
penebus jiwa yang ditujukan pada Hyang Keinginan bila dikendalikan
Kala dan semua Dewata. Rincian yadnya dan diarahkan ke hal-hal positif akan
yang harus dilakukan yaitu Manusia bermanfaat. Namun, jika tidak
yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, dikendalikan dapat membahayakan dan
Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Siwa menjerumuskan diri sendiri, sikap asuri
Yadnya, Aswameda Yadnya. Setiap sampad yakni sifat-sifat raksasa pada
pelaksanaan yadnya harus bersaksikan manusia yaitu kama (keinginan yang
Sang Hyang Weda Carana (Catur Weda). negatif). Keinginan manusia yang selalu
diikuti atau keinginan yang selalu
2.2 Nilai Sad Ripu (Pengendalian dituruti. Kalau nafsu bersumber tidak
Diri) dalam Lontar Tattwa Kala pernah puas, keinginan itu muncul tanpa
Sad Ripu adalah bagian dari mengenal ruang, tempat dan waktu.
ajaran Susila agama Hindu. Sad Kalau nafsu itu dituruti sampai tua renta
ripu berasal dari bahasa Sansekerta dari bahkan sampai matipun tidak akan puas.
kata sad dan ripu. Sad berarti Karena nafsu itu bagaikan api disiram
enam, ripu berarti musuh. Jadi sad ripu dengan bahan bakar minyak, semakin
adalah enam jenis musuh yang terdapat banyak disiram semakin tambah besar
dalam diri manusia Pengaruh sad ripu apinya sehingga menimbulkan bahaya
terhadap manusia sangat besar dan yang besar. Lontar Kala Tattwa juga
sangat membahayakan karena menjelaskan adanya keinginan yang tak
kemanapun manusia pergi atau terkendali dari Bhatāra Siwa yang
bersembunyi selalu menyertai dan dijelaskan dalam sloka berikut:
sewaktu-waktu kalau kita lengah dapat Caritan Bhatara Siwa sareng
mencelakakan kita. Konsekwensi dari swaminida Bhatari Giriputri lungha
pada pelaksanaan sad ripu, umumnya nulu sagara.Ndah tan dwa prapta
dapat menyusahkan atau ring luhur ing samudra. Tan dwa
menyengsarakan dan bahkan kasmaran Bhatara Siwa ahyun
menghancurkan semua orang (Sudirga, asanggama ring rabhi Sang Hyang
2007:21). Giriputri. Tan kahyun Ida Bhatari,
Adapun bagian-bagian sad ripu eling ring paragon ing Hyang.
adalah sebagai berikut : (Lontar Kala Tattwa: 1)
1. Kama artinya hawa nafsu atau Terjemahan:
keinginan yang negatif (keinginan Diceritakan Bhatāra Siwa bersama
yang tidak terkendali) permaisuri-Nya yaitu Bhatārī
2. Lobha artinya loba, tamak, rakus, Giriputri pergi melihat-lihat laut,
(gelah anak, gelah aku) samudra. Tak berapa lama sampailah
3. Krodha artinya kemarahan, beliau di atas samudra. Tiba-tiba
kebencian, emosi bangkitlah birahi Bhatāra Siwa, ingin
4. Moha artinya kegusaran atau bersenggama dengan permaisurinya,
kebingungan, tidak tahu jalan yang Sang Hyang Giriputri. Tidak maulah
benar beliau (Bhatārī Giriputri) karena
5. Mada artinya kemabukan, tidak sadar sebagai perwujudan dewata.
dapat mengontrol diri Demikian pula hanya dengan
6. Matsarya artinya irihati, atau orang yang selalu menghumbar nafsu
dengki, iri melihat orang berbahagia akan semakin sengsara dan menderita
dan senang melihat orang menderita hidupnya, Oleh sebab itu janganlah
(Sudirga, 2007:21-22). menuruti sifat-sifat kama dalam Sad
4
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.705

Ripu ini. Kendalikan diri dengan kemarahan para Dewata Nawa


melaksanakan ajaran Tri Kaya Sangha. Lalu menyerangnya.
Parisudha. Ada juga kebenaran lain Dikeroyoknya raksasa itu oleh para
yang bisa diandalkan untuk mengatasi dewata seluruhnya. Tidak cidera
kama atau hawa nafsu atau keinginan (sedikitpun) raksasa itu, lalu ia
dengan kebutuhan keinginan itu boleh berkata “Ah bahagia rasanya ketemu,
dipenuhi, boleh tidak, dipenuhi apabila janganlah engkau menyerangku, aku
akan berdampak positif, tidak dipenuhi minta kebenaran.”
apabila berdampak negatif. Berdasarkan penjelasan sloka
2) Lobha tersebut sifat lobha atau rakus ini adalah
Orang-orang yang lobha selalu sifat selalu ingin melebihi yang lainnya,
resah, gelisah, gusar, resah bekerja apalagi kurang kalau diberikan bagian
seperti robot, tidak mengenal waktu, dan yang sama-sama saja tidak mau. Sifat
tidak memperhatikan kesehatan. lobha dalam sad ripu ini untuk
Akibatnya hidup selalu susah, gelisah, memenuhi kehendak lobhanya
selalu merasa ada beban, tidak pernah melalukan apa saa, sampai perbuatan
menikmati rasa keindahan, dan yang tidak halal atau pekerjaan yang
kenikmatan hidup. Lobha merupakan tidak wajarpun dilakukan demi
bagian dari hidup manusia. Jadi, berhati- tercapainya cita-citanya. Perbuatan
harilah menyiasati lobha agar tidak lobhanya ini kalau dituruti banyak
diperbudak olehnya. Arahkanlah sifat menimbulkan bahaya baik mengenai diri
loba ke hal yang positif, benar dan sendiri maupun mengenai orang lain.
bermanfaat, dalam kitab Lontar Tattwa Dengan menuruti lobha, rasa
Kala dijelaskan dalam sloka berikut: kemanusiaan akan menjadi hilang
Tandwa makrak ikang raksasa 3) Krodha
masinghanada, gumeter ikang Kemarahan timbul karena
nagara, menggang-menggung tang jengkel, bosan, tersinggung, kesepian,
swarga kabeh. Tandwa mijil kecewa, capek, merasa terhina, difitnah,
prawatek dewata Nawasangha kabeh, dinodai, diabaikan, atau dilecehkan.
katon tikang danuja agung krura Kemarahan adalah sumber penderitaan.
rupa, makrak manggrang Adapun alasanya, marah itu tidak baik.
masinghanada. Tandwa muntab Marah dan emosi tidak dapat
krodhan ira Bhatara watek Dewata menyelesaikan masalah. Marah
Nawasangha kabeh, teher mapag i merupakan racun batin yang sangat
mamanahi. Karebut ikang raksasa berbahaya dan dapat menghancurkan
dening Dewata kabeh. Tan wikara kehidupan spiritual, sikap asuri sampad
mwah ikang danuja, nuhur sira yakni sifat-sifat raksasa pada manusia
umatur: “Ah ah bhagya ko yaitu krodha sifat marah atau emosi pada
kapangguh, aja sira amrong ngong, akhirnya tidak dapat menyelesaikan
ngong aminta bener ”. permasalahan, bahkan kalau marah
(Lontar Kala Tattwa: 2) dituruti akan menimbulkan pertengkaran
Terjemahan: dan pertengkaran akan menimbulkan
Maka berteriaklah raksasa itu permusuhan dan dari permusuhan ini
bagaikan raungan singa, sehingga banyak menimbulkan kerugian yang
bumi menjadi bergetar, seluruh sorga tidak terhitung jumlahnya. Lontar Kala
bergoyang. Lalu keluarlah Dewata Tattwa juga menjelaskan adanya
Nawasangha seluruhnya, dilihatnya kemarahan yang tak terkendali dari
raksasa besar dengan rupa yang luar Bhatāra Siwa yang dijelaskan dalam
biasa, berterial-teriak bagaikan sloka berikut:
raungan singa. Kemudian bangkitlah
5
Ajaran Etika Hindu dalam Lontar Tattwa Kala
I Made Gami Sandi Untara

Dadya ta wirosa Bhatara Siwa. agung dosane kita? Tan urung kita
Umatura Bhatari: “Uduh pukulan aja mati deng ku”.
mangkana, dudu polah ing Hyang”. (Lontar Kala Tattwa: 2)
Ling Bhatara: “Singgih Bhatari aja Terjemahan:
sira mangkana, apan tan siddha Sabda Bhatāra Siwa : “Ah uh uh ah
inandetan ikang indriya yan tan aweh mah, janganlah engkau ragu-ragu,
tan suka aku”. aku hadapi sekarang”. Lalu beliau
(Lontar Kala Tattwa: 1) keluar dan ditemuinya raksasa itu.
Terjemahan: “Aum engkau raksasa, sangat besar
Kemudian marahlah Bhatāra Siwa. dosamu. Matilah engkau olehku”.
Berkatalah Bhatārī Giriputri : Duhai 5) Mada
jungjungan, janganlah demikian, Mada artinya mabuk, seperti
(perilaku seperti itu) bukanlah mabuk karena minuman keras dan
perilaku dewata. Berkatalah Bhatāra narkoba. Minuman merupakan salah satu
(Siwa) : “Ya Bhatārī janganlah penyakit yang sulit dihilangkan., sikap
demikian, karena tidak terkendalikan asuri sampad yakni sifat-sifat raksasa
keinginanku, jika tidak diberikan pada manusia yaitu sifat kemabukan ini
tidak senanglah aku.” Akhirnya menimbulkan permusuhan, karena orang
(keduanya) sama-sama marah. mabuk suaranya macam-macam dan
Namun belum terpenuhi keinginan suaranya kasar-kasar menyebabkan
Bhatāra (Siwa), sperma beliau sudah orang tersinggung mendengarnya.
keluar dan jatuh ke laut. Selanjutnya Semua rahasia terbongkar, kata-katanya
Bhatāra Siwa kembali ke sorga tidak karuan-karuan, ngawur dan
bersama dengan permaisuri-Nya. mencaci maki dan menentang setiap
Berdasarkan hal tersebut sifat lawan bicaranya. Kalau sering
marah tidak hanya ada di dalam diri mengkonsumsi miras dan sejenisnya
manusia tetapi ada pada dalam diri Dewa menyebabkan penyakit lever, jantung,
atau Bhatara, sifat marah sangatlah ginjal dan penyakit saraf yang
merugikan diri karena disamping membahayakan kesehatan, ekonomi, dan
kerugian material juga sangat merusak keluarga menjadi berantakan. Adapun
kesehatan fisik dan mental. cara mencegah atau mengurangi sifat-
4) Moha sifat mabuk ini adalah dengan cara :
Pikiran bingung membuat 1. Menjauhi miras atau narkoba
menjadi tidak terkontrol. Orang yang tersebut
dalam keadaan binggung tidak dapat 2. Melakukan bratha puasa, latihan
berfikir dan melakukan pekerjaan tidak makan dan tidak minum
dengan baik. Agar kebingungan dapat pada hari-hari suci misalnya pada
diatasi dengan bijak, manusia hendaknya hari Siwa Ratri atau pada hari
selalu berfikir panjang, tenang, penuh suci Nyepi.
kearifan, dan penuh pertimbangan. 3. Hindari bergaul dengan orang-
Manusia juga harus senantiasa orang pemabuk
menyeimbangkan pembentukan pikiran 4. Turuti petuah-petuah dari guru di
dengan hati nurani dan selalu merasa sekolah, di rumah (Catur Guru)
bersyukur atas karunia Ida Sang Hyang 6) Matsarya
Widhi Wasa, dalam Lontar Kala Tattwa Sikap asuri sampad yakni sifat-
dijelaskan dalam sloka berikut: sifat raksasa pada manusia yaitu sifat iri
Ling Bhatara Siwa: “Ah Uh Ah Mah, hati adalah perasaan orang selalu tidak
aja sira sangsaya ku papaga senang melihat orang yang berhasil,
mangke”. Neher sira mijil, kapanggih melihat orang yang maju, sukses dan
tang danawa”. “Aum sira danuja bahagia. Karena merasa disaingi
6
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.705

usahanya atau cita-citanya disaingi. sanggar paryangan panyawang,


Orang yang sifatnya iri hati sering magawe palawatan ing dewa bhatara
membalikkan fakta, sering memfitnah, Hyang, inimyan-imyan sinembah
melakukan ilmu hitam dan sejenisnya maka puja kerti ring widdhi, de ning
yang dapat membencanai orang yang citta nirmala magawe ya pancagra
tidak disenanginya atau lawanya. Orang pasakrama mwang peletan. Ika dewa-
yang bersifat iri hati hidupnya tidak Yajna maka pangilang papa-klesa,
pernah tenang. Adapun cara panyadmanya mawang kadurmitanya
menghindari atau menghilangkan sifat ring loka, agung alit ikang pangaci
iri hati tersebut antara lain adalah : juga Dewa yajnya, magawe magawe
1. Mensyukuri segala apa usaha kapagehan ing Sang Hyang Pramana
sudah dicapai makadi Sang Hyang Urip ring
2. Ikut merasakan suka duka teman Bhuwana kabeh, apan langgeng yoga
dan orang lain ning watek dewata kabeh
3. Melaksanakan ajaran Tat Twam ngamredyaken ayuning jagat raya.
Asi. Mangkana kengetakena.
4. Saling asah, saling asuh, saling (Lontar Kala Tattwa: 7)
asih paras-paros, saluwung- Terjemahan:
luwung sebayantaka. Dewa Yajna yaitu memberikan
5. Tekun melakukan swadharma. persembahan pada Dewa pada hari
6. Memahami ajaran dharma yang baik dengan mendirikan sanggar
“Dharma raksatah raksitah” parhyangan sebagai tempat
artinya siapa membela dharma pemujaan, membuat patung
akan dibela oleh dharma itu. perwujudan dewa dan leluhur yang
Berdasarkan penjelasan- telah “didewatakan”. Inimyan-imyan
penjelasan tersebut cara mengatasi atau untuk disembah dan sebagai
menghindarinya adalah dengan jalan persembahan kepada Tuhan. Dengan
mengendalikan unsur-unsur Sad Ripu itu pikiran yang suci dibuatlah pancagra
sendiri dan mengarahkan pada untuk keperluan bersama dan peletan
perbuatan-perbuatan yang positif. (tempat peristirahatan). Itulah Dewa
Dengan jalan taqwa dan menyerahkan Yajna sebagai penghapus papa
diri pada Sang Hyang Widhi Wasa atau penderitaan, baik yang dibawa sejak
meningkatkan Sradha Bhakti kepada Ida lahir atau kemalangannya dalam
Sang Hyang Widhi Wasa dan segala hidup di dunia ini. Besar-kecil
manifestasinya upacara itu juga Dewa Yajna
namanya, yang menyebabkan
2.3 Nilai Panca Yajna dalam Lontar langgengnya (kekalnya) sang hyang
Tattwa Kala atma dan jiwanya seluruh alam,, oleh
Yajna adalah berarti kurban suci karena langgengnya yoga para dewata
yang dilaksanakan dengan tulus ikhlas, menyebabkan bertambahnya
terdapat lima jenis Yajna yang disebut kebaikan dunia ini. Demikian,
dengan Panca Yajna, yaitu: ingatlah.
1. Dewa Yajna, adalah Yajna yang
dilakukan kehadapan Ida Sang Hyang Gunaning aswameda Yajna
Widhi Wasa. Lontar Kala Tattwa juga kawruhaken denta naku, ikang Yajna
menjelaskan adanya ajaran dari Dewa angentasaken saisin rat bhawana,
Yajna yang dijelaskan dalam sloka umilangaken sarwa geleh geleh ing
berikut: loka makadi tar ila ila kabeh, mwang
Dewa-Yajna ya ta weh dewahara ri sarwa krura, sarwa mandi, sarwa
kala dina rahayu angadegaken magalak sarwa mrana, marmaning
7
Ajaran Etika Hindu dalam Lontar Tattwa Kala
I Made Gami Sandi Untara

pada inangaskara ikang sarwa tiryak dan kampuh, mas, perak, permata
sarwa prani, sarwa janma, tekeng mulia. Besar kecil punia (pemberian)
daitya danawa raksasa, Bhuta kala itu Rsi Yajna juga namanya, disertai
dewa bhatara. Ika samodaya dengan pikiran yang suci dan tidak
inarpanakena ginawe homa, maka ada rasa terikat akan miliknya, karena
stana Sang Hyang Agni dumila rsi Yajna akan melenyapkan segala
gumeseng ikang lengkaning bhuwana dosa dan kemalangan orang berYajna
kabeh sampai dengan lima bentuk
(Lontar Kala Tattwa: 8) kesengsaraan leluhurnya.demikianlah
Terjemahan: pahalanya. Oleh karena disucikan
Guna dari Aswameda Yajna, oleh para rsi seluruhnya.
ketahuilah oleh anakku, adalah Yajna 3. Pitra Yajna adalah Yajna yang
untuk membebaskan seisi dunia, dilakukan kepada para roh leluhur
menghilangkan segala kotoran dari termasuk kepada orang tua yang masih
dunia, terutama segala dosa, segala hidup. Lontar Kala Tattwa juga
yang menyeramkan, segala yang gaib, menjelaskan adanya ajaran dari Pitra
segala yang buas, segala penyakit Yajna yang dijelaskan dalam sloka
tanaman, karena semuanya disucikan berikut:
oleh Yajna itu, apakah itu binatang, Kunang ikang pitra-Yajna: aturana
mahkluk hidup, manusia, sampai tadah saji ring sang dewa pitara.
pada detya, dewata, raksasa, bhuta, Nguniweh anangun sawa prateka,
kala, dewa dan bhatara. Itu akan anebas atmaning mati ring Hyang
tersucikan dengan dibuatkan “homa”, Yama Dipati mwang ri sawatek ing
sebagai stana Sang Hyang Agni yang kingkara Butha, sang amidanda atma
menyala membakar seluruh panca-gati sangsara. Samangkana
kekotoran di dunia. sapratekan ing sawa aweha muktya
2. Rsi Yajna adalah Yajna yang swarga sang dewa pitara, apan ana
dilakukan kepada para rsi/guru atas jasa- dosanya du ing kari maurip ring
jasa beliau membina umat dan madya-pada mangke Yama ning loka
mengembangkan ajaran agama. Lontar tinemunya sangsara dinenda de ning
Kala Tattwa juga menjelaskan adanya Sang Hyang Yamadipati, pinilara de
ajaran dari RsiYajna yang dijelaskan ning watek kingkara butha, karaning
dalam sloka berikut: wenang tinebasan dening pangaci-
Kunang ikang resi-Yajna abhojana aci manut sakramania amuja pitra de
ring watek sang maharesi saha dulur ning pitrayajnya maka prasiddha
wastra kampuh, mas pirak, ratna ning sang atma mantuk ing swarga-
rajya yoga. Agung alit ikang punya ye loka.
resi-Yajna sakadi nulur ri buddhi nira (Lontar Kala Tattwa: 7)
mahening ten hana tresnani Terjemahan:
drewenira, dening resi-yajnya ilang Adapun Pitra Yajna adalah
ning papa pataka nira sang ayajnya persembahan sesajen (saji) kepada
tekeng papa gati sangsara ning Sang Dewa Pitara (leluhur). Lebih-
kawitan ira. Mangkana pwa ya, apan lebih menyelenggarakan sawa
wus kaparisuddha dening watek prateka, menebus atma orang yang
resinggana makabehan. meninggal pada Sang HyangYama
(Lontar Kala Tattwa: 7) Dapati dan pada kelompok Kingkara
Terjemahan: Bhuta, yang menghukum atma
Kalau Rsi Yajna itu adalah dengan lima bentuk penyengsaraan.
mempersembahkan makanan kepada Demikian upacara terhadap jenasah,
maha rsi yang disertai dengan kain memberikan Sang Dewa Pitara
8
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.705

(leluhur) untuk menikmati sorga, oleh padamu. Perhatikanlah penjelasanku


karena ada dosanya pada waktu masih mengenai Yajna yaitu”. Yajna adalah
hidup di dunia, makanya sekarang sebagai penebusan hukuman kepada
menerima penderitaan dineraka Tuhan dari orang yang berdosa,
dihukum oleh Sang Hyang Yama sebagai pembeli jiwa paa
Dipati, dihukum oleh para Kingkara kehidupannya masing-masing.
Bhuta. Itu menyebabkan patut ditebus Manusia Yajna bermanfaat untuk
dengan suatu upacara sesuai dengan menjadikan kokohnya Negara dan
tatacara memuja Pitra (Roh Leluhur) kekalnya sang pemimpin yang
dengan pitra Yajna sebagai sarana menguasai Negara. Tata cara Yajna
agar sang atma dapat kembali kea lam adalah dengan membagi-membagi
sorga. dana, kesenangan, segala yang mulia
4. Manusa Yajna adalah Yajna yang seperti isi kerajaan, disertai
dilakukan kepada sesama manusia. persembahan hidangan umbi-umbian
Lontar Kala Tattwa juga menjelaskan dan buah-buahan, sebagai saksi Sang
adanya ajaran dari Manusia Yajna yang Hyang Siwaditya, yang dipuja oleh
dijelaskan dalam sloka berikut: sang pendeta yang mempunyai
Ling Bhatara: “haywa sangsaya kita pengetahuan sempurna, seorang raja
ndah ku warah i kita”. Kapratyaksa dapat
den ta ikang linghan ing Yajna. Ikang melaksanakan/menyelenggarakan
Yajna maka panebasan danda I Yajna yang demikian. Dan lagi pada
Hyang ri wang sudosa makadi waktu orang memuja dewa ditempat
panuku jiwa rikahuripanya swang pemujaan sang catur warna (empat
swang, gunaning manusa Yajna golongan masyarakat di bali) sebagai
magawe kateguhan ing jagat, mwang huli desa adat. Yajna yang demikian
langgeng ira sang pradipati rumaksa dapat dilaksanakan. Lain daripada itu
bhumi, tingkah ing Yajna madana tidak boleh, walaupun di pura dangka
dana, kasukan sarwa mulya saraja dan pura leluhur untuk golongan
yoga maka dulurin bhojana mwang sudra (paibon) tidak boleh medana-
sarwa phala mula, maka saksi Sang dana. Kalau ada yang melanggar, itu
Hyang Siwa-ditya, pinuja denira sang boleh menjadi santapanmu. Hukum
siddhayogi, Sang natha ratu juga orang yang demikian, suruh rakyat
wenang amanguna Yajna mangkana. kalamu untuk memakan dan
Lawan waneh yen kalan ing wang meminum darahnya, dagingnya.
angastiti dewa ring Demikianlah sepatutnya.
paryanganpanyiwyan ira sang catur 5. Bhuta Yajna adalah Yajna yang
warna maka pangulun ing desa dilakukan kepada para Bhuta Kala yang
pakaraman. Samangkan wenang. bertujuan untuk menetralisir kekuatan
Lyan sakarika tan wenang, twin ring alam sehingga menjadi harmonis. Lontar
pura madangka pahibon ing sudra Kala Tattwa juga menjelaskan adanya
janma tan wenang apadana. Yan ana ajaran dari Bhuta Yajna yang dijelaskan
amurug ika wenang tadahan ta, walik dalam sloka berikut:
danda wang mangkana, konen Kunang ikang bhuta Yajna maka
wadwa kalan ta amangan anginuma ngaran ing tawur, kweh
rahnya, dagingnya. Mangkana pratingkahnya agung alit sarupa ning
kramanya. tawur ya .bhuta-yajnya juga nga. Ika
(Lontar Kala Tattwa: 5) maka tadahane kita pareng lan
Terjemahan: wadwa kala nira makabehan, apan
Sabda Bhatara (Siwa) : “janganlah tawur makas sisilih wak ira sang
enkau ragu, sekarang akan ke jelaskan adrewa ya caru, apan panawur danda
9
Ajaran Etika Hindu dalam Lontar Tattwa Kala
I Made Gami Sandi Untara

ning sudosa nira twin kadurmitan Rsi Gana Agung bentuk tawurnya
kaupradrawan lawan (kekuatan) perlindungannya enam
kadurmanggalanira prasiddha ning tahun. Kalau Panca Sanak Alit bentuk
pamidandanira agung alit tuten ira tawurnya (kekuatan)
pwa ya. Apa kunang pratyeka nira ya perlindungannya setahun tiga bulan.
ta kwa lingan ta nihan. Yan panca Kalau Panca Sanak Agung bentuk
sata maka tawurnya satumpek tawurnya (kekuatan)
pangraksanya. Yan panca-kelud perlindungannya lima tahun lima
panawurnya nemang lek bulan. Kalau Tawur Agung bentyk
pangraksanya. Yanya resi-gana alit 6 tawurnya (kekuatan)
lek maka pangraksanya. Yan resi- perlindungannya Sembilan tahun.
gana agung 6 tahun pangraksanya. Kalau Tawur Gentuh bentuk
Yan panca-sanak alit, satahun tigang tawurnya (kekuatan)
lek pangraksanya. Yanya panca- perlindungannya sepuluh tahun.
sanak agung 5 tahun 5 lek Kalau Panca Wali Krama bentuk
pangraksanya. Yanya tawur agung 9 tawurnya (kekuatan)
tahun pangraksanya. Yanya tawur perlindungannya dua belas tahu enam
gentuh 10 tahun. Yanya panca-wali- bulan. Kalau Amalik Sumpah bentuk
krama 12 tahun 6 lek pangraksanya. tawurnya (kekuatan)
Yanya amalik sumpah 8 tahun perlindungannya delapan tahun.
pangraksanya. Yanya Ekadasaludra Kalau Eka Dasa Rudra bentuk
11 tahun pangraksanya. Yanya tawurnya (kekuatan)
Arebhu-gumi sapanyenengan perlindungannya sebelas tahun. Kalau
pangraksanya. Mangkana Arebhu Bhumibentuk tawurnya
pangraksaning tawur kawruhakena. (kekuatan) perlindungannya seumur
(Lontar Kala Tattwa: 6) manusia perlindungannya.
Terjemahan: Demikianlah perlindunagan masing-
Adapun Bhuta Yajna itu adalah masing tawur, ketahuilah.
tawur. Beragam bentuknya, besar-
kecil tawur bentuknya itu juga bhuta Demi terciptanya
Yajna namanya. Itu menjadi keharmonisan antara manusia dengan
santapanmu bersama rakyat kalamu, tuhan (Ida Sang Hyang Widhi
oleh karena tawur sebagai korban Wasa),antara manusia dengan alam dan
yang menyelenggarakan caru, sebagai manusia dengan manusia maka Yajna ini
pembebas hukuman orang yang merupakan suatu aspek penting yang
berdosa ataupun (orang yang menunjang di dalamnya,
memperoleh) pertanda buruk, mala Yajna yang dilakukan dengan
petaka, dan isyarat yang kurang baik, menghaturkan persembahan sehabis
(tawur) itu dapat menghilangkan memasak di setiap pagi hari di sebut
hukuman yang besar dan kecil, karena dengan Yajna sesa atau dalam bahasa
itu patut diikuti. Adapun perinciannya sehari hari sering kita sebut mesaiban.
masing-masing adalah demikian.
Kalau Panca Sata sebagai bentuk 2.4. Nilai Catur Guru dalam Lontar
tawurnya (kekuatan) Tattwa Kala
perlindungannya selama satu tumpek Kata Catur berasal dari bahasa
(35 hari). Kalau Panca Klud sebagai sansekerta yang berarti empat, kata guru
tawurnya enam bulan (kekuatan) berasal dari akar kata
perlindungannya. Kalau Rsi Gana sansekerta gri yang berarti memuji
Alit sebagai tawurnya enam bulan dan gur yang berarti
(kekuatan) perlindungannya. Kalau mengangkat, gu berpengetahuan dan
10
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.705

memberikan pencerahan serta mampu dengan sarana dan prasarana yang


untuk mengarahkan orang lain. Dalam lengkap
agama Hindu, guru merupakan simbol 4. Guru Swadhyaya adalah Tuhan.
bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu Segala kebutuhan makhluk semua
(vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang terpenuhi oleh-Nya. Beliau adalah
guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan maha pengasih dan penyayang.
murid-muridnya. berarti kegelapan Demikian pula alam semesta ini
dan ru berarti penerangan (Suhardana, begitu indah dan menakjubkan.
2010:24) Semua itu berkat kebesaran Sang
Dalam Taitiriya Upanisad Hyang Widhi (Suhardana, 2010:25)
(VII:4) dikatakan bahwa seorang guru Lontar Kala Tattwa juga
hendaknya mengajarkan dengan sepenuh menjelaskan adanya ajaran dari Catur
hati dan jiwanya. Keberadaan guru juga Guru yang dijelaskan dalam sloka
dijelaskan dalam epos Ramayana dan berikut:
Mahabharata, dalam ramayana Umatur Sang Durga: “Singgih
dikisahkan tentang pendidikan yang Bhatara, paran maka mrtane ranak
ditempuh oleh Sri Rama dan ketiga Bhatari?”.
adiknya Bharata, Laksmana dan Lah hana maka tadahane kita, yan
Satrugna yang harus mengabdikan hana wang turu, tut sore mwang salah
dirinya pada guru Vasistha demikian masa atangi wus surup ing aditya,
juga para Pandawa yang telah menuntut mwang rare nangis ring wengi
ilmu pada Bhisma dan Drona. Dari hasil kapatakut dening bapa babunya hana
didikannya itulah baik Rama bersaudara ujare, nah nah amah ne amah.
maupun Pandawa menjadi orang yang Mwang yan hana wang amaca
berkarakter mulia tentunya hal ini tidak kidung, kakawin, tutur motama ring
lepas dari peran guru, orang tua dan tengah dalan, iku maka mrtane sira.
keadaan lingkungan sosial dan budaya Yan hana wang anyangkepang seka
(Suhardana, 2010:24) ring margi, aja sira anadah tan
Sesuai dengan ajaran Hindu yogya. Kunang yan hana wang wruha
ada 4 guru yang harus dihormati yaitu: pangastutyane kita wenang siwa
1. Guru Rupaka adalah orang tua di aweha kasidyan ta, sapamintanya
rumah yaitu ayah dan ibu. Orang tua yogya tuten den ta lawan sawadwan
sangat berjasa bagi anak-anaknya. ta kabeh, apan ika wang sanak jati.
Jasa itulah yang menyebabkan tiap Sira maka aran kamanusa jati.
manusia mempunyai tiga hutang yaitu (Lontar Kala Tattwa: 3)
hutang badan, hutang jasa dan hutang Terjemahan:
hidup. Berkatalah Sang Durga : “Hormat
2. Guru Pengajian adalah guru yang Bhatari, apa yang menjadi makanan
mengajar di sekolah. Guru sangat anak Bhatari”.
berjasa karena telah mendidik dan Nah ini sebagai makananmu yaitu,
mengajarkan berbagai ilmu kalau ada orang yang tidur dampai
pengetahuan dan keterampilan yang sore dan tidak pada waktunya yaitu
menjadikan manusia mampu setelah matahari terbenam, dan anak
meningkatkan taraf hidupnya melalui kecil menangis pada waktu malam
ilmu pengetahuan. ditakut – takuti oleh ayah – ibunya
3. Guru Wisesa adalah pemerintah. dengan kata – kata, nah nah amah ne
Dalam mengikuti kegiatan aguron- amah (Ya makan, ini makan). Dan
guron (belajar di sekolah), pemerintah lagi kalau ada orang membaca
telah menyediakan gedung sekolah kidung, kekawin, tutur yang utama di
tengah jalan, itu menjadi makananmu.
11
Ajaran Etika Hindu dalam Lontar Tattwa Kala
I Made Gami Sandi Untara

Kalau ada orang yang mengadakan tidak menolak apa yang telah diberikan
pertemuan untuk perkumpulan Bhatara Siwa selain itu ajaran Guru
dijalan, itu juga boleh kamu Pengajian dalam Lontar Kala Tattwa
memakannya. Dan lagi kalau ada sebagai berikut:
orang yang mengetahui prihal Kunang guna ning asiwa-yajnya,
pemujaan kepadamu, wajarlah bila apan Yajna ri mami Hyang Siwa-pati
kamu memberikannya anugerah, linaksanan de ning wang dredha
segala permintaan patut kamu berikan bhakti ring guru, ya ta umilangaken
bersama rakyatmu semua, sebab itu papa pataka lemeh ing sariranya
saudaramu yang sesungguhnya. Ia luluh temahanya.
yang disebut manusia yang sejati Kadyang apa bhaktinya ring dang
Berdasarkan uraian tersebut di guru, maka siddhaning yajnyanya?
atas merupakan salah satu ajaran Guru Ya ta duk ta Kari maurip aweh bhoga
Rupaka dalam Lontar Kala Tattwa pabhoga phala mula mwang
karena Bhatari Durga Dewi memberi sakalwiraning dadi paguruyaga
anugrah kepada anaknya yaitu Sang dinulur dening manah ening satya
Hyang Kala yang dapat dijadikan ring ulah sadhu bhudi, nda teka ri
makanan, dan Sang Hyang Kala pati sang guru wruh sira angaskara
mematuhi apa yang telah diberikan ni maweh kamoksa pada nira sang
Bhatari Durga, selain itu ajaran Guru pangempwan tekeng sapangacinya
Rupaka dalam Lontar Kala Tattwa apitra Yajna. Nimitanyan Sang
sebagai berikut: Hyang Atma mantuk maring swarga
Tandwa umatur Sang Hyang Kala, loka umor ing sarwa dewata. Ya ta
ling nira:”Sang tabe yan nama siwa sangkaying bhakti ning sisya juga
ya pukulun paduka Bhatara tan nimitanya. Mangkana kengetakena.
wihang si ranak Bhatara ring krta (Lontar Kala Tattwa: 7)
nugraha Bhatara. Hana mwah Terjemahan:
pasajnan ingong ring jeng Bhatara. Adapun manfaat dari Siwa Yajna,
Kadyang apa pangraksan ikang karena Yajna itu ditunjukan untuk
Yajna swang swang? Kadyang apa Sang Hyang Siwapati yang
pratatan ika? Lah warahan ngong dilaksanakan oleh orang yang setia
mangke”. kepada guru. Hal itu akan
(Lontar Kala Tattwa: 5) menghilangkan papa dan penderitaan,
Terjemahan: serta menyebabkan leburnya
Setelah itu berkatalah Sang Hyang kebencuan dalam diri.
Kala, sabda beliau : “mohon ampun Bagaimana wujud bhaktinya
Oh Siwa, hamba sujud padaMu, putra kehadapan guru itu, merupakan
Bhatara tidak menolak akan segala penyebab keberhasilan
anugerah Hyang Bhatara. Ada lagi persembahannya itu? Yaitu ketika
pertanyaan hamba kehadapan sang guru masih hidup
Bhatara. Bagaimana perlindungan dipersembahkan makanan seperti
masing-masing Yajna itu? Bagaimana umbi-umbian, buah-buahan serta
susunanya? Jelaskanlah hamba segala sesuatu yang dapat
sekarang. dipersembahkan kepada guru yang
Berdasarkan uraian tersebut di disertai dengan pikiran yang suci,
atas merupakan salah satu ajaran Guru setia dalam tindakan, berbudi luhur.
Rupaka dalam Lontar Kala Tattwa Pada waktu kematian sang guru, ia
karena Bhatara Siwa memberi bisa melaksanakan upacara
anugrah/kekuatan kepada anaknya yaitu penyucian dan mengantarkan atma
Sang Hyang Kala dan Sang Hyang Kala sang guru kealam kelepasan dengan
12
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.705

menyelenggarakan seluruh upacar disebut Sang Hyang Titah, beliau asal


Pitra Yajna. Sehingga atma dapat yang memberikan perintah, yang
kembali kea lam sorga bersatu dengan memerintahkan semuanya. Siwa
para dewata. Itu semua akibat arinya siwi. Siwi artinya junjung
bhaktinya seorang siswa. Demikian, (meletakkan diatas kepala). Itu
ingatlah. artinya siwadwara artinya ubun-ubun.

Berdasarkan uraian tersebut di Berdasarkan uraian tersebut di


atas merupakan salah satu ajaran Guru atas merupakan salah satu ajaran Guru
Pengajian dalam Lontar Kala Tattwa Wisesa dalam Lontar Kala Tattwa
karena ketika sang guru masih hidup karena Sang Hyang Titah, beliau asal
dipersembahkan makanan seperti umbi- yang memberikan perintah, yang
umbian, buah-buahan serta segala memerintahkan semuanya. Selain itu
sesuatu yang dapat dipersembahkan ajaran Guru Wisesa dalam Lontar Kala
kepada guru yang disertai dengan pikiran Tattwa sebagai berikut:
yang suci, setia dalam tindakan, berbudi Mangkana karma tiningkah de sang
luhur. Pada waktu kematian sang guru, ia wijnana ya ryadeg ning
bisa melaksanakan upacara penyucian aswayambhuwa manu prih
dan mengantarkan atma sang guru kapagehan ing bhuwana. Mangkana
kealam kelepasan dengan tiningkah yan hana bhumi
menyelenggarakan seluruh upacar Pitra kaputungan ratunya twin kahilangan,
Yajna. Sehingga atma dapat kembali ke yadyapin ilang sangkayan ing keneng
sorga bersatu dengan para dewata. Itu sapa keneng soda, keneng temah
semua akibat bhaktinya seorang siswa. mwah durmita, durmanggala, sira
Selain itu ajaran Guru Wisesa dalam sang yajamana juga wihikan ri
Lontar Kala Tattwa sebagai berikut: samangkana, apan sang ratu winasa
Mwah Bhtāra Rama Wijawam dening satru, wenang sira Bhatari
kawruh akena. Bha, nga., wit. Ta, Uma-pati inastungkara dening homa
nga., wetu. Ra. Nga., angebeki loka. aswameda Yajna pareng lan Sang
Rama, nga., bapa. Wija, nga., anak. Hyang Saraswati. Sira wenang
Yama, nga., ibu. I bapa, nga., umulihaken kahayuning loka twin
cangkem. Anak, nga. Jihwa, nga., ring swarga kahyangan yanya
lidah. Yam., nga., ibu pahledan. Ika kadurmitan. Mangkana juga
ngaran Dewa Bhatara ring sarira. kramanya, apan sira sang yajamana
Ika ngaran Sang Hyang Titah, sira maka ngaran catur-asrama. Sira
wekas ing tuduh, ika anuduh aken ngawak ing sangkan paraning sa rat
kabeh. Siwa, nga. Siwi, nga., suhun. kabeh. Sira pangadeganing Sang
Ika ngaran siwadwara, nga., Hyang Catur weda.
pabahan. (Lontar Kala Tattwa:8 )
(Lontar Kala Tattwa:15 ) Terjemahan:
Terjemahan: Demikian yang dilaksanakan oleh
Lagi yang perlu diketahui mengenai orang yang bijaksana pada masa
Bhatara Rama Wijaya. Bha artinya pemerintahan aswayambhuwa Manu
asal. Ta artinya lahir. Ra artinya mengharapkan kokohnya dunia.
memenuhi dunia. Rama artinya Demikan juga tata cara yang harus
bapak. Wija artinya anak. Yama dilaksanakan bila ada
artinya ibu. I Bapa artinya mulut. Negara/kerajaan yang tidak ada
Anak artinya jihwa. Jihwa artinya pemimpinnya atau meninggal,
lidah. Yam artinya ibu pahledan. Itu meskipun meninggalnya karena kena
nama Bhatara dalam badan. Itu yang kutukan, sial, tanda-tanda buruk,
13
Ajaran Etika Hindu dalam Lontar Tattwa Kala
I Made Gami Sandi Untara

beliau Sang yajamana mengetahui hal Kemudian beliau berganti nama,


itu, karena raja akan binasa oleh bernama beliau Bhatari Durga,
musuh, maka itu patutlah Bhatari sebagai anugrah Bhatari (Uma) yang
Umapati dipuja dengan distanakan di Dalem, Sang Hyang
menyelenggarakan homa aswameda Panca Maha Bhuta sebutan beliau
yadnya serta pemujaan Sang Hyang yang lain (Sang Hyang Kala),oleh
Saraswati. Beliaulah yang dapat karena beliau menjadi dewanya
memulihkan kebaikan dunia segala yang dahsyat, beliau
termasuk juga sorga dan tempat suci dimuliakan di Desa yaitu di Bale
kalau mengalami bencana. Agung. Demikianlah sabda Bhatara
Demikianlah tata caranya, oleh Siwa,dan lagi : “Aum putraku Sang
karena Sang yajamana disebut catur Hyang Kala, engkau patut tinggal di
asrama, asal dan kembalinya seluruh desa, engkau menguasai desa adat,
dunia. Beliau adalah perwujudan engkau boleh mengambil jiwanya
Sang Catur Weda. manusia maupun binatang setiap
Berdasarkan uraian tersebut di tahun pada waktu sasih kesanga (
atas merupakan salah satu ajaran Guru Maret ). Terutama menghukum orang
Wisesa dalam Lontar Kala Tattwa. yang berdosa, jahat, bersenggama
Selain itu ajaran Guru Swadhyaya dalam tidak sesuai dengan sila-krama,
Lontar Kala Tattwa sebagai berikut: dharma sesana, dan agamanya.
Telas sira sinalin aran maka sijna Demikian pula dapat menyebarkan
sira Bhatari Durga, apanugraha sira penyakit kusta, hama dan penyakit
Bhatari siniwin ira ring Dalem, Sang binatang yang tidak dapat terobati,
Hyang Panca MahaButha pasanggan dan di desa adat yang tertimpa alamat
ira, apan sira dewan ing sarwa krura, buruk, sebagai hukuman dari Sang
siniwi sira ring Desa Bale Agung. Hyang Surya Raditya, pada buni yang
Mangkana ling Bhatara Siwa mwah: telah terkena cemar. Itu yang menjadi
“Aum ranak Hyang Kala pasajnan ta santapanmu bersama dengan seluruh
mangkana wenang sira sumendi ring rakyat kala-mu, Sang Hyang Kala
desa rumakasaka kita ikang desa Mretyu sebutannya. Oleh karena
pakraman, wenang sira nguptin i engkau Bhuta Rajapati yang dalam
jiwan ing manusa tuwin pasu janma keadaan marah, Sang Hyang Yama
ngatahun sasih kasangha. Nguniweh Raja Sebutanmu yang lain.
amidanda wang dudu, dursila, drti
kama tan manuta ri sila karma Berdasarkan uraian tersebut di
dharma sasana mwah agamanya. atas merupakan salah satu ajaran Guru
Samangkana kita wenang Swadhyaya dalam Lontar Kala Tattwa
angadakaken gring tutumpur sasab karena Bhatari Durga memberikan
mrana mwang grubug tan sidha anugrah kepada Sang Hyang Kala
inusadan, mwang ring desa sebagai dewa yang hebat dalam artian
pakraman sakatibanan durmanggala, Sang Hyang Kala sebagai sang pencipta
apan pamidandan ira Sang Hyang dan menguasai desa adat, Sang Hyang
Siwa Raditya, ring bhumi katiban Kala boleh mengambil jiwanya manusia
letuh. Ika maka ta buktyan ta lawan maupun binatang setiap tahun pada
sawadwa kalan ta, Sang Hyang Kala waktu sasih kesanga ( Maret ) serta
Mrtyu pasanggahan ta, apan kita menghukum orang yang berdosa, jahat,
Bhuta Rajapati Krodha, Shang bersenggama tidak sesuai dengan sila-
Hyang Yama Raja pasajnan ta mwah. krama, dharma sesana, dan agamanya.
(Lontar Kala Tattwa:5) Demikian pula dapat menyebarkan
Terjemahan: penyakit kusta, hama dan penyakit
14
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.705

binatang yang tidak dapat terobati, dan di Mohon beritahukanlah putra


desa adat yang tertimpa alamat buruk, Bhatari”.
Oleh karena itu Sang Hyang
Kala dalam Lontar Kala Tattwa bisa Hana mwah ikang segahana sira aja
disebut sebagai Guru Swadhyaya karena sira milihin sega, apan pawak ing
segala kebutuhan makhluk semua Sang Hyang Amrta, papa dahat sira
terpenuhi oleh-Nya. Beliau adalah maha tan siddhi phalanya. Apa lwirnya:
pengasih dan penyayang serta penyebab sisa, tataban, carikan, lungsuran
kehancuran paridan. Iku wenang sira nganggo”.
(Lontar Kala Tattwa: 12)
3.5. Nilai Tri Kaya Parisudha dalam Terjemahan:
Lontar Tattwa Kala Adalagi orang yang mengaturkan
Tri Kaya Parisudha berasal dari persembahan padamu, janganlah
3 suku kata yaitu Tri artinya “Tiga”, engkau memilih persembahan, sebab
Kaya artinya Karya atau perbuatan persembahan itu perwujudan Sang
sedangkan Parisudha artinya penyucian. Hyang Amreta, alangkah papanya
Jadi Tri Kaya Parisudha berarti tiga tidak akan manjur jadinya. Apa
perbuatan atau prilaku yang harus di diantaranya; bisa, tataban, carikan,
sucikan. Yang dimana Tri Kaya lungsuran, paridan. Itu semua boleh
Parisudha ini sangat berpengaruh di engkau menyantabnya.
dalam manusia menjalani hidup sebagai
umat manusia. Adapun bagian - bagian b) Wacika yaitu yang berarti berkata
dari Tri Kaya Parisudha aadalah sebagai yang benar. maka baiknyalah kita di
berikut: Manacika, Wacika dan Kayika dalam kehidupan sehari – hari sebaiknya
(Suhardana, 2006:44) berkata yang benar ,tidak menyingguang
Adapun jabaran/arti dari ataupun menghina dan mencaci orang
bagian Tri Kaya Parisudha yaitu: lain (Suhardana, 2006:45). Lontar Kala
a) Manacika yaitu yang berarti Tattwa juga menjelaskan adanya ajaran
berpikir suci atau berpikir yang benar. dari Wacika yang dijelaskan dalam sloka
Karena pikiran yang mengundang sifat berikut:
dan seluruh organ tubuh untuk Kunang mon hana sira sang amawa
melakukan sesuatu. Maka ada baiknya bhumi minta sih ing Hyang, amalaku
jika pikiran kita selalu bersih dan selalu ta huripan ing bhumin ira tekeng
berpikir positif (Suhardana, 2006:44). janman ira sapunpunan ira, den age
Lontar Kala Tattwa juga menjelaskan sira anuku jiwa ring kita mwang ring
adanya ajaran dari Manacika yang sarwa dewata, dening pangaci
dijelaskan dalam sloka berikut: banten. Nimitanyan wruha sih wang
Umatur Bhatara ri ibun ta: “Singgih ring pratekan ing Yajna apan. Apa
Bhatari, kunang yan ana wang lwirnya: manusa-Yajna, Bhuta-
keneng lara kagringan, kadyang apa Yajna, rsi Yajna, dewa Yajna, pitra
upasubanya? Ndah warah akena Yajna, siwa Yajna, aswameda Yajna.
ranak Bhatari”. Ika sapta Yajna , nga., maka ahyun
(Lontar Kala Tattwa: 11) ing bhuwana sarira mwang bhumi
Terjemahan: mandala tekeng swarga kahyangan,
Berkatalah Bhatara Kala kepada apan maka wrddhyan ing jagat.
ibunya, “Yang Mulia Bhatari, kalau Yanyan wus tiningkah samangkana
ada orang kena penyakit, wenang kita ranaku somya rupa
bagaimanakah upacaranya yang lawan sawadwa kalan ta, mari
manjur (untuk menyembuhkan)? sagleng ta saha pamidanda,
anadahan kita panglukatan ring sang
15
Ajaran Etika Hindu dalam Lontar Tattwa Kala
I Made Gami Sandi Untara

Brahmana Siwa Buddha prasiddha Ndah ling sira Bhatari: “Uduh Bapa-
umilang aken lemah ning sarira naku hana panganugrahang kwa ri
wayawan ta. Byakta kita temah kita, mangke aja sira cahuh, anusup
dewata dewati. Maran sira wenang sira ring desa pakraman, ring dalem
apisan lawan bapa babun ta amukti sira alungguh, Duega maka aran ta
ring swarga loka. sangkaying ibun ta Bhatari karanan
(Lontar Kala Tattwa: 5) ing dadi Bhatari Dhurga, Bhatara
Terjemahan: Siwa iki bapan ta asung maka sajnan
Apabila ada raja memohon belas ta Hyang Kala, ri kalanya syung ira
kasihan dewata, memohon kapunggel. Mangkane harane kita,
keselamatan Negara dengan seluruh dadi kita dewan ing watek Kala,
rakyat yang ada di wilayah kerajaan, Dhurga, Pisaca, Wil, Danuja,
maka agar segeralahia menebus jiwa Kingkara, Raksasa mwang gring,
padamu dan semua dewata dengan sasab, marana kabeh, sahanan ing
upacara sesajen. Karena itu orang sarwa wisya mandi, nging ring desa
harus mengetahui rincian tentang yogya pangreh ta ring sarwa mangsa
Yajna. Diantaranya :Manusia Yajna, ika, kunang kalan ing hulun tamamah
Bhuta Yajna, Rsi Yajna, Dewa Yajna, ing dalem dadya hulun Bhatari Durga
Pitra Yajna, Siwa Yajna, aswameda Dewi, apan ing hulun anugraha ring
Yajna. Itulah tujuh Yajna namanya, kita. Matangnyan hulun masajna
yang dapat mengantarkan pada Bhatari Durga Dewi. Kita ring
kesantosaan badan dan seluruh bumi pinggir, maka aran kita kalika. Kita
sampai ke sorga, oleh karena dapat ring Bale Agung maka aran jutisrana.
mengantarkan pada kesejahteraan Jah tasmat umangguhang kita
dunia. sidYajnana”.
Kalau itu telah dilaksanakan, (Lontar Kala Tattwa: 3)
maka engkau putraku dan seluruh rakyat Terjemahan:
kalamu kembali dalam wujudmu yang Selanjutnya bersabdalah Bhatari Uma
lemah lembut, lenyap segala : “Duhai putraku, ada anugerahku
keangkaraanmu demikianlah padamu, mulai sekarang janganlah
hukumanmu, engkau akan menerima engkau mengembara, menyusuplah
ruwatan dari pendeta Siwa-Budha, engkai di desa pakraman, di pura
sehingga dapat menghilangkan Dalemlah engkau tinggal, Durga
kebencian yang melekat pada badanmu. sebagai namamu, pemberian ibumu
Yang menyebabkan engkau menjadi yang bernama Bhatari Uma, itulah
dewa-dewi. Engkau akan dapat brsama- sebabnya engkau menjadi Bhatara
sama dengan ayah ibumu menikmati Durga. Bhatara Siwa ini adalah
kenikmatan alam sorga. ayahmu, yang menganugrahkan kamu
c) Kayika yaitu yang berarti perbuatan nama Hyang Kala, pada waktu
atau prilaku suci atau berprilaku yang taringmu dipotong. Demikianlah
benar, dimana perbuatan kita dalam namamu, engkau menjadi dewanya
kehidupan sehari-hari sangat kelompok Kala, Durga, Pisaca, Wil,
berpengaruh di dalam diri manusia. Danuja, Kingkara, Raksasa dan
Maka sebaiknyalah kita berprilaku yang segala macam penyakit, hama, serta
baik demi terciptanya hubungan yang segala macam bisa (racun), dan segala
harmonis antara sesama manusia kekuatan gaib, di desa engkau
(Suhardana, 2006:45). Lontar Kala dibenarkan untuk memakan segala
Tattwa juga menjelaskan adanya ajaran makananmu itu. Adapun pada saat
dari Kayika yang dijelaskan dalam sloka aku berada di pura Dalem maka
berikut: menjadilah aku Bhatari Uma Dewi,
16
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.705

karena akulah yang Yajna adalah Yajna yang dilakukan


menganugrahkanmu. Oleh karenanya kepada para roh leluhur termasuk kepada
aku bernama Bhatari Durga Dewi. orang tua yang masih hidup, Manusa
Engkau berada di pinggirnya, sebagai Yajna adalah Yajna yang dilakukan
namamu kalika. Bila engkau berada kepada sesama manusia dan Bhuta Yajna
di Bale-Agung engkau bernama adalah Yajna yang dilakukan kepada
Jutisrana. Semoga engkau para Bhuta Kala yang bertujuan untuk
menemukan keberhasilan dalam menetralisir kekuatan alam sehingga
pikiranmu. menjadi harmonis c) Nilai Catur Guru
Dari ketiga unsur Tri Kaya dalam Lontar Kala Tattwa yaitu terdiri
Parisudha ini saling memiliki dari Guru Rupaka adalah orang tua
keterikatan yaitu dmana jika kita sebagai dirumah, Guru Pengaian adalah guru
umat manusia sudah berfikir yang yang mengajar di sekolah, Guru wisesa
benar/suci maka terciptalah perkataan adalah Pemerintah dan Guru Swadhyaya
yang suci pula dan bila perkataan sudah adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan
benar maka perbuatan kitapun pasti akan d) Nilai Tri Kaya Parisudha dalam
benar pula. Lontar Kala Tattwa yaitu Manacika
yaitu yang berarti berpikir suci atau
III. SIMPULAN berpikir yang benar, Wacika yaitu yang
Kala tattwa adalah sebuah berarti berkata yang benar dan Kayika
naskah lontar yang bersifat Siwaistik yaitu yang berarti perbuatan atau prilaku
yang secara spesifik menjelaskan suci atau berprilaku yang benar.
tentang asal-usul kelahiran Sang Hyang
Kala beserta anugrah-anugrah yang DAFTAR PUSTAKA
diterima dari orang tuanya-Bhatara Siwa Atmaja, Nada, dkk. 2010. Etika Hindu.
dan Dewi Uma.Tokoh Primer (Utama) Paramita Surabaya
dalam Lontar Kala Tattwa yaitu Sang Bagus, I Gusti Ngurah. 1980. Aksara
Hyang Kala, Dewa Siwa dan Bhatari
Dalam Kebudayaan, Suatu Kajian
Giri Putri merupakan tokoh sekunder
dalam Lontar Tattwa Kala dan Adapun Antropologi. Denpasar:
tokoh pelengkap (komplementer) yang Universitas Udayana
ditampilkan oleh pengarang antara lain: Bertens, k.2007. Etika. Jakarta: PT.
Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Gramedia Pustaka Utama
Dewata Nawa Sanga. Dewa Brahma dan Dunia, I Wayan. 2009. Kala Tattwa
Dewa Wisnu Teks dan Translit. Surabaya:
Ajaran Etika Hindu yang terkandung
dalam Lontar Kala Tattwa yaitu a) Nilai Paramita.
Sad Ripu (Pengendalian Diri) yang Kantor Dokumentasi Budaya Bali.
terdiri dari Kama artinya hawa nafsu, 2005. Alih Aksara dan Alih
Lobha artinya loba, tamak Moha artinya Bahasa Lontar tutur Adna
kegusaran, Mada artinya kemabukan, Bhuana, Tattwa Kala.
Matsarya artinya irihati, atau dengki Ajiswamandala. Denpasar:
dalam Lontar Tattwa Kala, b) Nilai
PUSDOK.
Panca Yajna dalam Lontar Tattwa Kala
yang terdiri dari Dewa Yajna yang Mantra, Ida Bagus. tt. Tata Susila
dilakukan kehadapan Ida Sang Hyang Hindu Dharma.
Widhi Wasa, Rsi Yajna adalah Yajna Sudirga, Ida Bagus,dkk. 2007. Widya
yang dilakukan kepada para rsi/guru atas Dharma Agama Hindu.
jasa-jasa beliau membina umat dan Jakarta:Ganesha Exact
mengembangkan ajaran agama, Pitra
17
Ajaran Etika Hindu dalam Lontar Tattwa Kala
I Made Gami Sandi Untara

Suhardana, K.M. 2006. Memaknai Tesis. Denpasar: Institut Hindu


Kesejagatan Hindu.. Denpasar, Dharma Negeri Denpasar.
PT. Empat Warna Komunikasi. Zoetmulder, PJ. 1994. Kalangwan,
Suhardana, K.M. 2010. Catur Guru Sastra Jawa Kuna Selayang
Bhakti Bhakti Kepada Empat Pandang. Jakarta: Jambatan.
Guru Dilengkapi Sila Kramaning
Aguron-guron dan Siwa Sarana.
Surabaya: Paramita.
Wika, I Made. 2013. “Kajian Teologi
Hindu Kakawin Bharata Yuddha”.

18

Anda mungkin juga menyukai