Anda di halaman 1dari 76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KARAKTER BARONG BALI


DALAM
KARYA SENI GRAFIS

PENGANTAR TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni

Jurusan Seni Rupa Murni

Disusun Oleh :

RIYANG FERIYANDI
C0603032

JURUSAN SENI RUPA MURNI


FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KARAKTER BARONG BALI


DALAM
KARYA SENI GRAFIS

Jurusan Seni Rupa Murni Studio Grafis


Di Susun Oleh :

RIYANG FERIYANDI
C0603032

Telah disetujui oleh :


Pembimbing I

Drs. Rusmadi
NIP. 194604171979031001

Pembimbing II

Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn.


NIP. 195007111981031001

Mengetahui
Ketua Jurusan Seni Rupa Murni

Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn.


NIP. 195007111981031001
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

KARAKTER BARONG BALI


DALAM
KARYA SENI GRAFIS

Disusun oleh :
RIYANG FERIYANDI
C0603032

Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas akhir


Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada Tanggal................................

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua Drs. Sunarto, M.Sn.


NIP. 194708301980031002 ........................
Sekretaris Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum.
NIP. 195603121987031001 ........................
Penguji I Drs. Rusmadi
NIP. 194604171979031001 ........................
Penguji II Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn.
NIP.195007111981031001 ........................

Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A.


NIP. 195303141985061001
commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : RIYANG FERIYANDI


NIM : C0603032

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir berjudul “Karakter


Barong Bali dalam Karya Seni Grafis” adalah betul-betul karya sendiri, bukan
plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam
Pengantar Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang
diperoleh dari Tugas Akhir tersebut.

Surakarta, 2010

yang membuat pernyataan,

Riyang Feriyandi

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

* “Kesenian bagiku adalah langkah untuk mendekati kebenaran Illahi.”( Zaenal


Arifin )

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya Tugas Akhir ini,


Kupersembahkan kepada :

Allah SWT Tuhan Yang maha Esa yang telah memberikan kesehatan,
keselamatan, rejeki, kenikmatan hidup yang tidak bisa di nilai dengan apapun,
sembah sujud pada Mu Tuhanku,
Ibuku yang sangat luar biasa, wanita tegar yang selalu memberiku motivasi
dalam hidup, membuatku mengerti arti hidup, pengorbanan, kerja keras,
membuka mata dan hatiku akan Tuhan,
Bapak, yang selalu ada dalam menemukan jati diri, penuntun ke arah yang benar
meskipun terkadang banyak yang melenceng, membuka mataku tentang kerasnya
hidup, menanamkan prinsip kuat dan keras dalam menjalani hidup,
Adik-adikku yang memberiku keseimbangan dalam hidup, mengisi kekosongan
pikiran,
INCORE (Insomniac of Reosety),yang menjelaskan tentang arti kebersamaan,
persahabatan, persaudaraan, komunitas, sosialisasi, berharap selalu ada sampai
kapanpun,
Teman-teman Seni Rupa angkatan 2003, FSSR, yang memberikan inspirasi dalam
berkarya, motivasi, serta motivasi dalam proses penyelesaian karya tugas akhir,
Semua teman-teman, sahabat, saudara yang tidak bisa disebutkan satu per satu,

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan

rahmat dan hidayahNya telah memberikan kesehatan juga kesempatan untuk

menyelesaikan Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Seni. Dan tidak lupa juga penulis ucapkan sholawat serta salam yang

penulis persembahkan untuk Nabi besar kita semua selama di dunia yaitu Nabi

besar Muhammad SAW yang dimuliakan Allah dan makhluk-Nya.

Penulis ucapkan banyak terimakasih atas segala do’a, petunjuk serta

kerjasamanya sehingga karya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Maka dari itu

penulis ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bapak Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. selaku Ketua Jurusan Seni Rupa

Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret sekaligus

pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktunya untuk berkonsultasi

dan motivasi dalam penyusunan dan penyelesaian karya Tugas Akhir ini..

3. Bapak Drs.Rusmadi selaku Pembimbing I yang telah memberikan dorongan

semangat, motivasi dalam penyusunan dan penyelesaian karya Tugas Akhir

ini.

4. Bapak Drs. Suatmadji, M.Sn. selaku Pembimbing Akademik Seni Rupa

Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.


commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Bapak Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum. selaku koordinator Tugas Akhir

yang selalu memberikan dorongan, motivasi, masukan, bimbingan, serta

petunjuk.

6. Teman-teman, sahabat-sahabat Seni Rupa Murni FSSR UNS khususnya

angkatan 2003, teman-teman Studio grafis, Grafis Darurart, Incore.

7. Dan semua pihak, teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang

telah memberikan dorongan, motivasi, masukan dan bantuan yang berguna

dalam penyusunan dan penyelesaian karya Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih mengalami banyak kekurangan,

maka dari itu kritik dan saran sangatlah penulis harapkan.

Semoga karya “Tugas Akhir” ini bisa bermanfaat bagi Jurusan Seni Rupa

Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret khususnya, bagi

penulis sendiri, serta untuk masyarakat pada umumnya.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

ABSTRAK ..................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Batasan Masalah ........................................................................ 4

C. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

D. Tujuan Penulisan ...................................................................... 5

E. Manfaat Penulisan...................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Karakter Barong Bali................................................................. 6

1. Karakter ............................................................................... 6

2. Karakter Barong Bali ........................................................... 6

3. Topeng................................................................................. 8

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Topeng Bali ......................................................................... 9

5. Makna Warna pada Karakter Barong Bali ............................ 17

6. Makna Motif Kotak-Kotak Hitam Putih Khas Bali ............... 20

B. Barong Bali ............................................................................... 20

C. Rangda .................................................................................... 24

D. Tari Barong Bali........................................................................ 25

E. Seni dan Desain ......................................................................... 27

1. Seni sebagai Media Ekspresi ................................................ 27

2. Desain dan Komposisi.......................................................... 29

3. Unsur-Unsur Rupa (Unsur Desain) ...................................... 30

F. Dasar-Dasar Penyusunan (Prinsip Desain).................................. 33

1. Harmoni............................................................................... 33

2. Kontras ................................................................................ 33

3. Irama atau Repetisi............................................................... 33

4. Gradasi................................................................................. 34

G. Simbol, Simbolisme, Simbolisasi, Distorsi, dan Deformasi........ 34

1. Simbol, Simbolisme, dan Simbolisasi................................... 34

2. Distorsi ................................................................................ 36

3. Deformasi ............................................................................ 36

H. Medium dan Metode.................................................................. 37

1. Medium................................................................................ 37

2. Metode................................................................................. 38

I. Seni Grafis .................................................................................. 38

1. Cetak Tinggi ........................................................................ 49


commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Cetak Dalam ........................................................................ 39

3. Cetak Datar .......................................................................... 40

4. Cetak Saring......................................................................... 40

J. Cetak Saring / Sablon.................................................................. 41

BAB III KARAKTER BARONG BALI

A. Implementasi Teoritik ............................................................... 43

B. Implementasi Visual ................................................................. 46

1. Bentuk .................................................................................. 49

2. Medium ................................................................................ 54

3. Metode Pengerjaan ................................................................ 56

4. Penyajian ............................................................................... 61

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 62

B. Saran ......................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

1. GAMBAR 1. Karakter Sangar Barong Bali................................................. 7

2. GAMBAR 2. Barong Bali ........................................................................... 23

3. GAMBAR 3. Rangda.................................................................................. 25

4. GAMBAR 4. Tari Barong Bali.................................................................... 26

5. GAMBAR 5. Perbedaan Karakter antara Barong Bali, Rangda,


Pentulan/Pentul Tembem, dan Reog Ponorogo ...................... 45

6. GAMBAR 6. Karya 1..................................................................Lampiran Karya

7. GAMBAR 7. Karya 2..................................................................Lampiran Karya

8. GAMBAR 8. Karya 3..................................................................Lampiran Karya

9. GAMBAR 9. Karya 4..................................................................Lampiran Karya

10. GAMBAR 10. Karya 5..............................................................Lampiran Karya

11. GAMBAR 11. Karya 6..............................................................Lampiran Karya

12. GAMBAR 12. Karya 7..............................................................Lampiran Karya

13. GAMBAR 13. Karya 8..............................................................Lampiran Karya

14. GAMBAR 14. Karya 9..............................................................Lampiran Karya

15. GAMBAR 15. Karya 10............................................................Lampiran Karya

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Riyang Feriyandi C0603032. 2010. Karakter Barong Bali Dalam Karya


Seni Grafis. Tugas Akhir : Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret.
Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah (1) Mengapa
Karakter Barong Bali menarik untuk dibahas dan dijadikan tema dalam karya seni
grafis? (2). Bagaimana visualisasi Karakter Barong Bali dalam karya seni grafis?
Tujuan Penulisan Tugas Akhir (1) Mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan
dengan Barong Bali, khususnya Karakter Barong Bali. (2) Memberikan gambaran
visualisasi karya seni grafis tentang Karakter Barong Bali.
Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah
implementasi teoritik dan Implementasi visual. Implementasi teoritik mencakup
tinjauan karya secara teoritik dan konseptual penulis. Implementasi visual
mencakup medium/bahan, teknik/metode pengerjaan, proses, bentuk karya.
Dari Tugas Akhir ini kesimpulan yang didapat adalah Barong Bali
menampilkan kesan sangar serta memiliki karakter atau ciri khas tersendiri, unik,
menarik sehingga mudah dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Barong Bali
juga menarik untuk diwujudkan/divisualisasikan dalam seni cetak grafis
khususnya cetak saring/sablon

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan ini, banyak kita temukan berbagai macam karakter.

Manusia menampilkan berbagai macam karakter yang berbeda. Manusia dengan

segala asal-usulnya membuat perbedaan karakter tersebut. Manusia dengan segala

aspek kejiwaan menampilkan karakter yang berbeda. Manusia dengan latar

belakang dan komunitas berbeda menampilkan karakter yang berbeda pula.

Bahkan karakter seseorang dapat berubah seiring dengan perjalanan hidupnya.

Yang dulunya pendiam, tidak banyak tingkah, sekarang berubah menjadi orang

yang bengis, kejam, dan tak bermoral. Yang dulunya preman, arogan, semaunya

sendiri malah sekarang cenderung pendiam, religius, bertingkah baik, dan sopan.

Banyak sekali karakter yang kita jumpai di dalam kehidupan bermasyarakat ini.

Tidak hanya manusia saja yang memiliki berbagai macam karakter. Pohon,

tumbuhan, binatang, bahkan benda mati sekalipun seperti batu, meja, kayu,

patung, kursi, pelangi, matahari, awan pun juga memiliki berbagai karakter yang

berbeda. Binatang misalnya, memiliki berbagai macam sifat dan karakter. Ada

binatang yang memiliki karakter buas, liar, garang, sangar, jahat, kejam, licik,

gesit, pintar, lamban, bahkan pemalas. Binatang seperti singa, harimau, dan

serigala mempunyai karakter liar, kejam, buas, liar, sangar, dan garang. Semua

orang menilai demikian. Setiap melihat dan mendengar tentang singa, harimau,
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

ataupun serigala yang muncul di dalam benak dan pikiran kita adalah buas,

garang, sangar, liar, jahat, dan kejam. Ada pula binatang yang memiliki karakter

licik, pintar, dan gesit yaitu kancil. Di dalam dongeng, kancil sangat terkenal.

Bahkan anak-anak kecilpun tahu sifat mereka.

Selain manusia dan hewan, benda mati lainnya juga memiliki karakter

yang berbeda pula. Seperti batu, air, pelangi, kursi pun juga memiliki berbagai

macam jenis karakter yang berbeda. Seperti batu misalnya, memiliki karakter

yang keras. Pelangi juga memiliki karakter yang berbeda dengan batu dan benda-

benda lainnya. Pelangi memiliki karakter ceria, indah, berwarna-warni, menarik,

dan cerah. Setiap kita melihat ataupun mendengar kata pelangi pasti keceriaan,

kegembiraan, suka cita yang terlintas di dalam benak kita semua. Karena pelangi

memiliki warna-warna berbeda, cerah yang membuat setiap suasana ceria,

gembira, dan berwarna. Karakter pelangi sangat kuat, pelangi selalu ada di langit

diantara awan-awan, sehingga orang bisa membayangkan dan menggambarkan

pelangi dengan karakter tersebut.

Ada juga benda mati yang memiliki karakter kuat, unik, dan menarik

bahkan bernilai tinggi yaitu benda-benda seni atau karya seni. Benda seni atau

karya seni memiliki karakter kuat. Karakter tersebut terbentuk bukan dengan

sendirinya melainkan dibentuk oleh seniman yang bersangkutan. Seniman

membuat konsep, lalu membentuk karakter seperti apa yang dia inginkan sesuai

dengan kebutuhan. Ada pula yang sudah ada patokan-patokan di dalam

benda/karya seni tersebut, jadi tidak boleh keluar dari patokan tersebut di dalam

pembuatannya. Misalnya topeng, memiliki karakter yang berbeda tergantung


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

fungsi dan kebutuhannya. Topeng dengan muka warna merah menggambarkan

karakter pemarah, kejam, jahat. Topeng dengan muka warna kuning, coklat atau

warna cerah menggambarkan karakter baik, sabar, sopan santun. Namun

terkadang topeng tidak hanya digunakan sebagai properti atau peralatan pentas

saja tetapi ada juga topeng yang digunakan sebagai hiasan dekorasi. Seperti

topeng yang disajikan di dalam suatu rumah, topeng tersebut bukan digunakan

sebagai kepentingan pertunjukan/pementasan melainkan sekedar hiasan dekorasi

atau penghias ruangan. Benda atau karya seni lainnya yaitu Barong, khususnya

Barong Bali. Barong Bali merupakan karya seni yang juga menjadi ciri, identitas

tersendiri yang berasal dari pulau Bali. Setiap orang yang melihat, mendengar

bahkan menyaksikan Barong Bali akan tertuju pada suatu pulau yang sangat

indah, menarik, dan luar biasa yaitu pulau Bali. Barong Bali memiliki karakter

yang sangat kuat yang tidak dimiliki oleh karya seni yang lain. Barong Bali

memiliki karakter tersendiri. Barong Bali memiliki karakter sangar. Karakter

sangar dapat ditangkap dari tampilan fisik khususnya muka atau topeng seperti

mata yang terbelalak/melotot, wajah berwarna merah tua/merah darah, gigi taring

serta wajah yang berwujud seperti binatang/monster. Tetapi selain sangar Barong

Bali juga memiliki karakter baik yang ditangkap dari latar belakang cerita Barong

Bali itu sendiri yang memberinya karakter kebaikan. Dari karakter Barong Bali ini

juga dapat disimpulkan bahwa karakter tidak hanya terbentuk dari tampilan luar

saja melainkan juga dapat dilihat dari latar belakang ataupun dari dalam diri

sesuatu.

Tetapi yang menjadi daya tarik disini adalah tampilan luar dari Barong
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

Bali khususnya pada bagian muka/wajah yaitu karakter sangar. Sama-sama

berkarakter sangar, tetapi setiap benda/karya seni dari masing-masing

daerah/Negara memiliki karakter/ciri khas tersendiri. Seperti Barong Bali yang

memiliki bentuk wajah perpaduan antara singa, macan, sapi/boma. Sedangkan

Reog Ponorogo lebih kental dengan wujud macan dengan motif loreng-loreng

pada wajahnya beserta bulu-bulu burung merak yang membedakan dengan

Barong Bali. Serta Barong Bali yang didukung oleh background sebuah pulau

yang sangat terkenal. Karakter sangar Barong Bali lebih dominan dibanding

benda/karya seni yang lain. Barong Bali sangat unik, sangat berkarakter.

Keindahan bentuk Barong bali menarik bagi penulis. Karakter “sangar” Barong

Bali tersebut yang membuat tertarik penulis. Karakter Barong Bali yang sangat

kuat, karakter Barong Bali yang sangar. Karakter Barong Bali yang mudah

dikenal, membuat penulis ingin mewujudkannya ke dalam karya seni grafis.

B. BATASAN MASALAH

Untuk lebih memudahkan dalam memahami tentang karakter Barong Bali

dalam karya grafis yang dimaksud, penulis membatasi pokok permasalahan pada

karakter Barong Bali yang “sangar”. Kesan sangar dapat ditangkap pada bagian

muka atau wajah (topeng) dari Barong Bali.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa Karakter Barong Bali menarik untuk dibahas dan dijadikan tema

dalam karya seni grafis?

2. Bagaimana visualisasi Karakter Barong Bali dalam karya seni grafis ?


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

D. TUJUAN PENULISAN

1. Mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan Barong Bali, khususnya

Karakter Barong Bali.

2. Memberikan gambaran visualisasi karya seni grafis tentang Karakter Barong

Bali.

E. MANFAAT PENULISAN

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Barong Bali, khususnya

Karakter Barong Bali.

2. Meningkatkan apresiasi terhadap karya seni grafis dengan diangkatnya tema

Karakter Barong Bali.

3. Menambah khasanah budaya Indonesia, khususnya Barong Bali melalui karya

seni grafis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KARAKTER BARONG BALI

1. Karakter

Karakter adalah watak, tabiat, sifat-sifat yang membedakan dengan yang

lain. Berkarakter adalah mempunyai sifat-sifat yang membedakan dengan yang

lain. Karakter ada dalam semua benda baik itu benda hidup ataupun benda mati.

Benda hidup merupakan benda yang tumbuh, bernafas, dan bergerak misalkan

manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan. Sedangkan benda mati adalah benda yang

tidak dapat bergerak sendiri dan bernafas seperti, batu, besi, rumah, dan kayu

(Kamus Bahasa Indonesia, 2008:639).

2. Karakter Barong Bali

Barong adalah karakter dalam mitologi Bali. Ia adalah raja dari roh-roh serta

melambangkan kebaikan (http://barong.html).

Barong merupakan simbol kekuatan baik dan positif. Barong terlihat sangat

menakutkan dengan mata bulat melotot (http://23764-mitologi-dari-barong-dan-

rangda.html).

Ragam dan jenis barong di Bali sangatlah banyak, tetapi Barong yang lebih

banyak dikenal oleh masyarakat pada umumnya adalah Barong Ket/Barong

Keket. Dari wujudnya, Barong Ket ini merupakan perpaduan antara singa, macan,

sapi atau boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit,
commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

ditempel kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari parasok (serat dari

daun sejenis tanaman mirip pandan), ijuk, atau ada pula dari bulu burung gagak

(http://dt-barong-ket.htm).

Karakter Barong Bali diantaranya mewujudkan kesan sangar. Sangar dalam

kamus bahasa Indonesia diartikan dapat mendatangkan bencana, angker. Tetapi

yang dimaksudkan “sangar” disini adalah karakter yang ditampilkan pada bagian

wajah Barong Bali. Kesan sangar lebih utama dapat ditangkap pada bagian muka

atau wajah (topeng) dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain dengan mata

melotot hampir keluar, wajah/muka berwarna merah, gigi taring serta wajah/muka

berwujud binatang/monster.

Topeng Barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker

seperti kuburan. Oleh sebab itu Barong merupakan benda sakral yang sangat

disucikan oleh masyarakat Hindu di Bali (http://tari_barong.php.htm).

Gambar 1

Karakter Sangar Barong Bali


(http://tari-barong.html)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

3. Topeng

Topeng adalah hasil dari seni ukir berupa kedok yang berfungsi sebagai

penutup muka yang lazim terbuat dari kayu, kertas, plastik, atau bahan lain,

dengan bentuk yang berbeda-beda menyerupai muka orang, binatang, atau bentuk

lain. Topeng dalam bahasa latin disebut masca, mascha, atau mascus yang artinya

menutup muka (Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 6, 1989:3596).

- Pembagian Topeng berdasarkan Karakter

Topeng-topeng di setiap daerah dapat dibagi menjadi empat karakter, yaitu

topeng yang berkarakter gagah, alusan, kasar, dan sederhana.

- Topeng yang berkarakter gagah dibuat dengan sunggingan warna merah,

mata terbuka lebar, dan menatap tajam, giginya kelihatan lebih besar, dan

hidung mencuat lurus ke depan.

- Topeng yang berkarakter halus dibuat dengan sunggingan berwarna putih,

rumit, mata sipit, hidung mancung, giginya kecil-kecil, dan rapi.

- Topeng berkarakter kasar dibuat dengan sunggingan berwarna hitam atau

merah darah, mata melotot, gigi besar-besar dan ada yang bertaring,

hidung sangat besar, biasanya berupa raksasa, binatang, atau setan.

- Sedangkan topeng yang berkarakter sederhana dibuat dengan bentuk yang

sangat sederhana tanpa ada ukiran yang rumit dan biasanya terkesan lucu

(MM. Widyastuti, 2007:111).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

4. Topeng Bali

Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah

diciptakan peradaban manusia. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng

memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-

nilai magis dan suci. Ini karena peranan topeng yang besar sebagai simbol-simbol

khusus dalam berbagai upacara dan kegiatan adat yang luhur.

Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah

satu bentuk karya seni tinggi. Tidak hanya karena keindahan estetis yang

dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap

mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan.

Topeng masuk Indonesia pada sekitar abad ke-17. Secara luas digunakan

dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-

cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-

roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku,

topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari.

Topeng sebagai bentuk karya seni tradisional di Bali lebih dikenal dengan

sebutan tapel. Keberadaan topeng dalam masyarakat Bali berkaitan erat dengan

upacara keagamaan Hindu, karena kesenian luluh dalam agama dan masyarakat.

Sebagai sebuah tradisi yang kental dengan nuansa ritual magis, umumnya yang

ditampilkan di tengah masyarakat adalah seni yang disakralkan. Tuah dari topeng

yang merepresentasikan dewa-dewa dipercaya mampu menganugrahkan

ketenteraman dan keselamatan (htttp://cerita-di-balik-topeng.html).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Seni pertunjukan mempergunakan topeng di Bali sudah berkembang sejak

zaman pemerintahan Raja Jaya Pangus sekitar abad X. Dalam kumpulan prasasti

Jaya Pangus ini sudah ditemui beberapa istilah-istilah seperti: atapukan yang

artinya pertunjukan yang mempergunakan alat-alat penutup muka (topeng).

Di Pura penataran Blahbatuh, tersimpan topeng sebanyak 22 buah berasal

dari Jawa dan Bali ke 22 buah topeng ini pada dasarnya merupakan tanda

kemenangan Dalem Gelgel dalam menaklukkan Kerajaan Blambangan. Dalem

Gelgel atau Dalem Waturenggong yang konon parasnya sangat tampan,

disamping tampan beliau juga ”Bagus Aeng” sehingga sangat karismatik dalam

kepemimpinannya. Untuk mendapatkan pasangan yang sepadan, maka beliau

melamar seorang putri dari kerajaan Blambangan.

Setelah lamarannya diterima oleh Raja Blambangan, dalam tahap

pengambilan keputusan, maka secara diam-diam sang putri mengirim utusan ke

Gelgel untuk meyakinkan seperti apa Dalem Waturenggong itu sendiri. Maka

diutuslah seorang tukang gambar untuk menggambar dalem Waturenggong,

namun sangat disayangkan entah apa yang ada dalam benak hati dari si tukang

gambar wajah ini berani membelot, sehingga wajah Dalem yang sangat tampan

dan gagah itu muncul wajah seorang raja yang sepertinya sedang sakit-sakitan.

Akhirnya terjadilah persitegangan saat itu, Blambangan diserang habis dan dapat

di taklukkan sampai akhirnya, sebagai tanda bukti kemenangan kerajaan Gelgel

bawalah beberapa buah Tapel / topeng yaitu topeng maha patih, putri cantik, dan

lain sebagainya sebanyak 22 buah sebagai tanda menyerah dan Blambangan

berada dibawah kekuasaan Raja Bali.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Selanjutnya topeng-topeng ini ditiru oleh beberapa seniman di Bali untuk

dibuat kembali sebagai pelengkap tari-tarian yang berkaitan dengan upacara

agama Hindu di Bali (Wawancara Dengan Ida Bagus Anom Tgl, 26 Juli 2009).

(http://perkembangan-kerajinan-topeng-di-desa-mas.htm).

Di Bali ditemukan beberapa buah prasasti yang memuat tentang kesenian

topeng, salah satunya adalah prasasti Bebetin (tahun 896 Masehi), yang

menyebutkan pertunjukan topeng sebagai partapuka. Dari hasil penelitian dan

inventarisasi selama ini, terdapat sembilan kelompok seni pertunjukan Bali yang

menggunakan topeng antara lain.

Topeng Brutuk

Di Desa Trunyan terdapat sebuah pura bernama Pura Pancering Jagat. Di

pura itu terdapat sebuah patung besar tanpa busana setinggi empat meter yang

bernama Batara Datonta atau Batara Ratu Pancering Jagat. Batara Ratu Pancering

Jagat memiliki sebanyak 21 orang unen-unen dalam bentuk topeng yang

dinamakan topeng Brutuk. Wajah topeng-topeng itu menyerupai topeng-topeng

primitif, matanya besar dengan warna putih atau coklat, diduga peninggalan

kebudayaan pra-Hindu Bali. Topeng-topeng Brutuk itu ditarikan oleh anggota

sekaa taruna. Sebelum menari para taruna harus melewati proses sakralisasi

selama 42 hari.

Barong

Barong adalah topeng yang berwujud binatang mitologi yang memiliki

kekuatan gaib dan dijadikan pelindung masyarakat Bali. Barong Ket juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

dianggap sebagai manifestasi dari Banaspati Raja, atau Raja Hutan. Orang Bali

menganggap seekor singa sebagai Raja Hutan yang paling dahsyat. Dalam

pementasan tari Barong, figur Barong Ket dijadikan lambang kemenangan dan

Rangda merupakan pihak yang kalah. Namun di luar konteks seni pergelaran,

kedua figur itu disandingkan sebagai pelindung masyarakat. Selain Barong Ket, di

Bali terdapat beberapa jenis Barong lainnya, seperti Barong Bangkal, Barong

Gajah, Barong Macan, dan Barong Asu.

Barong Landung

Dari segi wujudnya Barong Landung berbeda dengan barong-barong

lainnya di Bali. Dia berbentuk boneka raksasa, laki-laki dan perempuan serta

diusung oleh seorang penari. Barong Landung diduga manifestasi dari perkawinan

Dalem Balingkang (Jaya Pangus) dengan Putri Cina bernama Kang Ching Wie.

Perkawinan itu tidak direstui oleh Batari Batur, yang kemudian mem-pralina

keduanya. Sebagai tonggak peringatan, maka keduanya diwujudkan ke dalam

pratima kecil dan disembah di Pura Batur. Sebagai wujud besarnya, kedua pratima

itu dibuat dalam bentuk Barong Landung, laki-laki dan perempuan, Jero Gede dan

Jero Luh.

Barong Dingkling

Barong Dingkling disebut juga Barong Blas-blasan. Ciri khas penampilan

Barong Dingkling adalah meloncat-loncat dan kemudian berpisah-pisah satu sama

lain untuk mencari sasarannya. Barong Dingkling yang tapelnya berupa topeng-

topeng wanara seperti Sugriwa, Anoman, Anggada, Menda, dan Jumawan,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

merupakan tari penolak bala dan hama. Setiap tokoh itu mengusir hama-penyakit.

Para wanara yang meloncat-loncat keriangan, dengan bunyi-bunyi ngore seperti

monyet, menggetarkan pohon-pohon kelapa pertanda ritual pembersihan

dilakukan.

Wayang Wong

Seperti diutarakan di atas, bahwa tokoh-tokoh yang digambarkan dalam

Barong Dingkling adalah tokoh-tokoh wanara dalam cerita Ramayana. Dengan

menggunakan lakon Ramayana, kemudian topeng-topeng ini dipentaskan secara

lebih formal dalam upacara-upacara odalan, maka Barong Dingkling ini disebut

sebagai Wayang Wong. Di Bali terdapat dua jenis Wayang Wong, yaitu Wayang

Wong Ramayana dan Wayang Wong Parwa, yang menggunakan lakon

Mahabharata.

Topeng Rangda

Rangda, nama lain dari Calonarang -- janda dari Desa Girah (Dirah) yang

mempraktikkan desti (ilmu hitam) berwujud sebuah topeng yang sangat

mengerikan. Biasanya menggambarkan sifat kejahatan dalam dramatari

Calonarang. Rangda sebagai sungsungan (sakral) hampir tak pernah dipisahkan

keberadaannya dengan Barong Ket. Keduanya distanakan sebagai makhluk

dahsyat yang bisa memberi perlindungan kepada masyarakat penyungsungnya.

Hampir setiap desa di Bali memiliki kedua tokoh ini yang sebagai penjaga

keselamatan desa. Itu pula sebabnya di luar lakon panyalonarangan, Rangda

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

sering dipentaskan sebagai tokoh Dewa Siwa atau Dewi Uma yang memancarkan

sifat kebaikan.

Topeng Bidadari

Sang Hyang Topeng Bidadari atau Sang Hyang Topeng Legong terdapat

di Pura Yogan Agung, Desa Ketewel. Topeng-topeng ini sangat disakralkan dan

hanya ada 9 buah topeng. Dilihat dari proporsi dan ekspresinya, topeng-topeng itu

menyerupai topeng-topeng putri Jawa; matanya sipit, hidungnya mancung,

pelipisnya berhiaskan menggunakan prada emas. Semuanya dipakai oleh para

penari dengan menggigit canggem di bagian dalam topeng. Topeng-topeng Bali

biasanya diikatkan dengan tali karet di kepala. Penggunaan canggem hanya

berlangsung di Jawa.

Topeng Gajah Mada

Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel, Bali berhasil

mengalahkan Blambangan, negara bawahan Majapahit. Panglima Perang Kerajaan

Gelgel I Gusti Ngurah Jelantik Pesimpangan dan Ki Patih Ularan membawa

pulang pampasan perang berupa satu peti topeng yang disebut Topeng Gajah

Mada. Di dalam peti itu terdapat 21 buah topeng sakral dan kini disimpan di Pura

Penataran Topeng, Blahbatuh. Hanya 6 topeng yang menggunakan canggem,

termasuk Gajah Mada, Arya Damar, Hayam Wuruk, dan Sri Juru. Topeng Gajah

Mada hidungnya berlubang, sehingga ketika dipakai, hidung penarinya muncul ke

luar dan ekspresinya termasuk yang paling bagus di antara semua topeng yang

ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Topeng Babad

Topeng Babad menggunakan babad sebagai sumber lakonnya. Ada dua

jenis Topeng Babad yaitu Topeng Pajegan dan Topeng Panca. Topeng Pajegan

dimainkan oleh seorang penari (aktor) yang sendirian menarikan 8-12 tokoh

berbeda dalam sebuah pementasan. Topeng Pajegan disebut juga Topeng Wali,

karena ia berfungsi untuk sarana upacara keagamaan dan dipentaskan sejajar

dengan Wayang Lemah. Sedangkan Topeng Panca dipentaskan oleh lima orang

penari. Topeng ini merupakan perkembangan dari Topeng Pajegan. Topeng Panca

ini berkembang menjadi Topeng Sapta, dengan tambahan penari Putri dan

Condong (Disarikan dari makalah Prof. Dr. I Made Bandem dalam diskusi

''Etnografi Topeng Bali'' 11 April 2007 di Padepokan Sandhi Murti)

(http://bali\bd3.htm).

Topeng berarti penutup muka yang terbuat dari kayu, kertas, kain dan

bahan lainnya dengan bentuk yang berbeda-beda. Dari yang berbentuk wajah

dewa-dewi, manusia, binatang, setan dan lain-lainnya. Di Bali topeng juga adalah

suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan topeng dengan cerita

yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan Babad.

Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari memakai

topeng bungkulan (yang menutup seluruh muka penari), topeng sibakan (yang

menutup hanya sebagian muka dari dahi hingga rahang atas termasuk yang hanya

menutup bagian dahi dan hidung). Semua tokoh yang mengenakan topeng

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

bungkulan tidak perlu berdialog langsung, sedangkan semua tokoh yang memakai

topeng sibakan memakai dialog berbahasa kawi dan Bali.

Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari

Pangelembar (topeng Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan - yang lebih tua,

dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat).

Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di Bali adalah :

Topeng Pajegan yang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong

semua tugas-tugas yang terdapat didalam lakon yang dibawakan. Di dalam topeng

Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yakni topeng Sidakarya. Oleh karena

demikian eratnya hubungan topeng Pajegan dengan upacara keagamaan, maka

topeng ini pun disebut Topeng Wali. Dramatari Topeng hingga kini masih ada

hampir diseluruh Bali.

Topeng Panca yang dimainkan oleh empat atau lima orang penari yang

memainkan peranan yang berbeda-beda sesuai tuntutan lakon,

Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil

dari Dramatari Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng

Bondres, seni pertunjukan topeng yang masih relatif muda yang lebih

mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk menyajikan humor-humor

yang segar (http:// dt-topeng.htm).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

5. Makna Warna pada Karakter Barong Bali

a. Makna Warna dilihat dari Segi Seni/Desain

Makna warna sebagaimana unsur desain yang lain, warna juga mempunyai

makna yang berbeda, antara lain sebagai berikut :

- Merah mempunyai makna api, panas, marah, bahaya, aksi,

gagah, berani, hidup, riang dan dinamis.

- Putih mempunyai makna suci, mati, bersih, tak berdosa,

dan jujur.

- Kuning mempunyai makna matahari, cerah, sukacita,

terang, iri, dan benci.

- Kuning emas mempunyai makna masyhur, agung, luhur,

dan jaya.

- Coklat mempunyai makna stabil dan kukuh.

- Jingga mempunyai makna masak, bahagia, senja, riang,

mashur, dan agung.

- Biru mempunyai makna tenang, kenyataan, damai,

kebenaran, kesedihan dan setia.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

- Hijau mempunyai makna dingin, sejuk, tenang, segar,

mentah, pertumbuhan, dan harapan.

- Merah muda mempunyai makna romantis, dan ringan.

- Ungu mempunyai makna kekayaan, berkabung, bangsawan,

mewah, berduka cita, dan mengandung rahasia.

- Hitam mempunyai makna tragedi, kematian, duka,

kegelapan, gaib, tegas, dan dalam.

Pemaknaan warna dipengaruhi oleh aspek budaya setempat. Pemaknaan

warna yang terkait dengan warna sebagai simbol, di masing-masing daerah

atau wilayah, akan berbeda, sesuai dengan pemaknaannya dalam budaya

setempat. Contoh : bendera tanda adanya kematian, di Indonesia berbeda

sesuai daerah setempat.

Di Yogjakarta, bendera merah, di Jakarta – kuning, di Sulawesi – putih, di

Sumatera – merah, dan sebagainya. Di negeri China, warna merah berarti

Cinta, sedangkan di Indonesia berarti marah atau berani (http://

Seni_rupa.htm).

Bastomi (1996 : 10) mengatakan bahwa secara umum setiap warna

memiliki arti atau perlambang. Warna “Hitam” adalah lambang ketenangan,

kesungguhan dan kejujuran. Warna “Merah” adalah lambang kemarahan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

keberanian, ketamakan, dan kemurkaan. Warna “Putih” adalah lambang

kesucian dan kelembutan. Warna “Kuning” adalah lambang keremajaan, dan

kebesaran. Warna “Biru” adalah lambang lemah pendirian dan perdamaian

(Bastomi dalam MM. Endah Widyastuti, 2007:3).

Wartono (1987:54) mengatakan bahwa warna dapat digolongkan menjadi

dua kelompok, yaitu warna panas dan warna dingin. Warna panas adalah

warna yang mengandung unsur warna merah dan kuning. Warna dingin adalah

warna yang mengandung unsur warna hijau dan biru (Wartono dalam MM.

Endah Widyastuti, 2007:3).

b. Makna Warna pada Kebudayaan Bali

- Warna Hitam mengandung arti keteguhan/keabadian

(kelanggengan)

Warna Putih mengandung arti kesucian

Warna Kuning mengandung arti keluhuran

Warna Biru mengandung arti kejujuran

Warna Hijau mengandung arti kemakmuran

Warna Merah mengandung arti keberanian.

- Warna kuning emas mengandung arti luhur/agung

(http://t-40830.html).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Barong sakral mengutamakan warna merah dan kuning sebagai simbol

keperkasaan dan keagungan (AKADEMIKA, Jurnal Kebudayaan Vol. 4, No. 1,

April 2006 ISSN: 0216-8219 dalam I Ngurah Sudiana, 2006:52).

6. Makna Motif Kotak-Kotak Hitam Putih Khas Bali

Masyarakat Bali, memiliki jenis kain Poleng yang ditandai dengan ragam

hias lingkaran. Dalam alam pikiran mereka lingkaran diartikan matahari,

sedangkan ragam hias kotak-kotak hitam putih melambangkan persatuan dua

unsur yang berlawanan (Rwabhineda) yang ada di alam ini dan menimbulkan

kekuatan magis untuk menghalau kekuatan negatif (Indonesia Indah, 1988: 17)

(http://BUSANA DAN BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA « 'CC' BLOG.htm).

Rwabhineda merupakan ajaran masyarakat Hindu. dua warna yang

digunakan yaitu hitam dan putih itu tidaklah jauh dari epos dualitas terbesar dalam

kehidupan manusia yaitu pasangan yang berkebalikan, ada hitam-putih, baik-

buruk, siang-malam, gembira-sedih, panjang-pendek, dsb. (http://DoubleW.htm).

B. BARONG BALI

Barong, dalam catatan tertulis interpretasi tentang Barong tidak secara

tegas menyebutkan arti kata Barong, masing-masing mempunyai pandangan yang

berbeda-beda, secara etimologi kata, Barong berasal dari bahasa sanskerta yaitu

kata Bhairawa, (Zoetmulder, P.J, Kamus Jawa Kuna-Indonesia) artinya

menakutkan, mengerikan, dahsyat, luar biasa, bentuk Siwa yang mengerikan,

penganut aliran Bhairawa, karena pengaruh warisan bahasa yang dipakai di


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

daerah tertentu yang membedakan bahasa yang dipakai disatu tempat dengan

bahasa yang dipakai di tempat lain walaupun varian-variannya berasal dari satu

bahasa, menjadi Brerong. Dalam Kamus Bali-Indonesia “Brerong” berarti “hantu

hutan semacam kucing”. Kemudian kata “Bererong menjadi Barong”.

Akibat pengaruh evolusi bahasa dari satu tempat ke tempat lain kata

Bhairawa yang di ucapkan berulang-ulang menjadi Berawa, lafal kata Berawa

yang diucapkan sesuai dengan bahasa setempat menjadi Berawo, lafal huruf O

diucapkan, ditegaskan berulang-ulang tersirat mendapat konsonan ‘ng’ diakhir

ucapan menjadi Brerong. Jadi dari kata “Brerong menjadi Barong”.

Ada juga yang mengartikan kalau Barong berasal dari kata “Ba-ru-ang”

dalam bahasa Indonesia huruf u dan a berasimilasi menjadi o, sehingga ru dan a

(ng) menjadi ro (ng) yang berarti dua. “rong” mengandung makna ruang, jadi dua

rong yang dimaksud adalah dua ruang sebagai tempat penarinya (pemundut)

Barong (http://black-barong-shirts-now-available.htm).

Barong adalah karakter dalam mitologi Bali. Ia adalah raja dari roh-roh

serta melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali.

Banas Pati Rajah adalah roh yang mendampingi seorang anak dalam hidupnya.

Banas Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang menggerakkan Barong. Sebagai roh

pelindung (http://id.wikipedia. org).

Banaspatirajah sebagai simbol penghormatan kepada kekuatan alam,

antara lain untuk menjaga pohon kayu yang besar seperti beringin, kepah, kepuh,

rangdu agar tidak ditebang seenaknya. Penghormatan yang paling nyata, adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

menggunakan kayu-kayu tersebut sebagai bahan barong. “Barong dapat

dinyatakan sebagai rohnya purusa dan Rangda sebagai pradana, banaspati atau

saktinya”. Banaspatiraja adalah tokoh Dewa yang demikian penting dan menyita

banyak perhatian umat Hindu di Bali. Beliau bukanlah tokoh satu dimensi yang

gampang dipahami, melainkan tokoh multidimensi yang dapat muncul dimana-

mana dan selalu berhubungan dengan kekuatan yang menyeramkan

(http://cultural_my.php.htm).

Barong sering ditampilkan sebagai seekor singa. Tarian tradisional di Bali

yang menggambarkan pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal

dan sering diperlihatkan sebagai atraksi wisata. Barong Singa adalah salah satu

dari lima bentuk Barong. Di pulau Bali setiap bagian pulau Bali mempunyai roh

pelindung untuk tanah dan hutannya masing-masing. Setiap Barong dari yang

mewakili daerah tertentu digambarkan sebagai hewan yang berbeda. Ada babi

hutan, harimau, ular atau naga, dan singa. Bentuk Barong sebagai singa sangatlah

popular dan berasal dari Gianyar (http://id.wikipedia. org).

Bagi masyarakat Bali, Barong dianggap sebagai binatang mitologi yang

mempunyai kekuatan gaib dan dianggap sebagai binatang pelindung masyarakat

Bali dari marabahaya. Dengan kekuatan ini, Barong didudukkan sebagai benda

sakral. Kesakralannya di samping dilegitimasi oleh adanya mitos-mitos yang ada

dalam masyarakat, juga proses pembuatan hingga terbentuknya Barong yang tidak

terlepas dari hal-hal sakral. Barong diekspresikan dalam bentuk tari bebali yang

amat angker (http://barong-ket-satu-bentuk-penomena.html).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

Gambar 2

Barong Bali
(http://tari-barong.html)

Jenis-jenis Barong yang hingga kini masih ada di Bali adalah sebagai berikut :

- Barong Ket

- Barong Gajah

- Barong Bangkal

- Barong Macan

- Barong Asu

- Barong Landung

- Barong Brutuk

- Barong Lembu

- Barong Kedingkling

- Barong Kambing

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

- Barong Gagombrangan

- Barong Sai (http://Serba-Serbi Bali » Blog Archive » Barong Bali.htm)

C. RANGDA

Rangda, menurut etimologinya, kata Rangda dikenal di Bali berasal dari

bahasa jawa lama “Randa” yang berarti janda. Rangda disebut janda dari

sekelompok Tri wangsa yaitu : Waisya, Ksatria, Brahmana. Sedangkan dari sudra

disebut “Balu” kata di alus Bali (tertinggi dari tingkat bahasa Bali) adalah Rangda.

Rangda merupakan simbol dari kekuatan negatif. Hal ini diyakini bahwa penganut

ilmu hitam di Bali mampu berubah bentuk menyerupai Rangda (kebocoran),

sehingga menjadi bingung antara Leak (ilmu hitam) dan rangda di Pura.

Rangda sangatlah penting bagi mitologi Bali. Pertempuran melawan

Rangda Barong sering ditampilkan dalam tarian. Tarian ini sangat populer dan

merupakan warisan penting dalam tradisi Bali. Rangda digambarkan sebagai

wanita dengan rambut panjang acak-acakan serta memiliki kuku, lidah dan

panjang payudara. Wajahnya menakutkan dan memiliki gigi yang tajam

(http://23764-mitologi-dari-barong-dan-rangda.html).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Gambar 3

Rangda
(simbol keburukan/kekuatan negatif)
(http://23764-mitologi-dari-barong-dan-rangda.html)

D. TARI BARONG BALI

Tarian ini merupakan peninggalan kebudayaan Pra Hindu yang

menggunakan boneka berwujud binatang berkaki empat atau manusia purba yang

memiliki kekuatan magis (http://tari_barong.php.htm).

Pertunjukan tari ini dengan atau tanpa lakon, selalu diawali dengan

pertunjukan pembuka, yang diiringi dengan gamelan. Ada beberapa jenis tari

barong namun yang sering dipentaskan untuk konsumsi pariwisata yaitu jenis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Baring Ket. Barong Ket atau Barong Keket adalah tari Barong yang paling banyak

terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan serta memiliki perbendaharaan

gerak tari yang lengkap. Dari wujudnya, Barong Ket ini merupakan perpaduan

antara singa, macan, sapi atau boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-

ukiran dibuat dari kulit, ditempel kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat

dari perasok (serat dari daun sejenis tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula

dari bulu burung gagak. Untuk menarikannya Barong ini diusung oleh dua orang

penari yang disebut Juru Saluk / Juru Bapang, satu penari di bagian kepala dan

yang lainnya di bagian pantat dan ekornya. Tari Barong Keket ini melukiskan

tentang pertarungan tanpa akhir antara kebajikan (dharma) dan keburukan

(adharma) yang merupakan paduan yang selalu berlawanan. (rwa bhineda)

(http://2010 July.htm).

Gambar 4

Tari Barong Bali


(http://23764-mitologi-dari-barong-dan-rangda.html)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

E. SENI DAN DESAIN

1. Seni sebagai Media Ekspresi

Menurut Ki Hajar Dewantara, “Seni yaitu segala perbuatan manusia yang

timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa

perasaan manusia”. Dalam hal ini seni juga merupakan produk keindahan yang

dapat menggerakkan perasaan indah orang lain yang melihatnya. Berbeda dengan

definisi terdahulu, yang dikemukakan oleh Ahdiat K. Miharja yaitu bahwa “Seni

adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan kenyataan dalam karya yang

berkat bentuk maupun isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman

tertentu dalam alam rohani si penerimanya”. Dalam definisi ini dengan tegas

dinyatakan bahwa seni adalah kegiatan rohani, bukan semata-mata kegiatan

jasmani (P. Mulyadi, 2000 : 5).

Menurut Thomas Munro, “Seni adalah alat buatan manusia untuk

menimbulkan efek-efek psikologi atas manusia lain yang melihatnya. Efek

tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berwujud pengamatan, pengenalan,

imajinasi yang rasional maupun emosional”. Dalam pandangan ini, selain

ditekankan sebagai kegiatan rohani, seni harus ditanggapi secara serius dengan

segenap fungsi-fungsi jiwa yang ada. Dengan demikian melihat suatu karya lukis,

grafis maupun patung ataupun karya seni yang lainnya tidak cukup hanya

mengetahui obyek yang divisualisasikan, melainkan tanggapan kita terhadap

obyek tersebut, misalkan pengalaman apa yang pernah kita rasakan sehubungan

dengan obyek tersebut (P. Mulyadi, 2000 : 6).

Menurut The Liang Gie dari sekian banyak definisi tentang seni, dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

digolongkan menjadi lima hal, yaitu:

a. Seni sebagai kegiatan manusia.

Menurut Theo Tolstoy, seni adalah kegiatan manusia yang terjadi bahwa seorang

secara sadar dengan perantara tanda-tanda lahiriah tertentu menyampaikan

perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain.

b. Seni sebagai karya seni.

Dalam bahasa asing dikenal “Work of Art”, pengertian ini terjadi karena adanya

pembagian proses dan produk. Seni lebih tepat diartikan sebagai kegiatan,

sedangkan hasilnya disebut sebagai karya seni.

c. Seni sebagai kemahiran.

Pengertian hal tersebut diambil dari kata seni yaitu “art” yang berasal dari kata

latin “ars” yang artinya kemahiran, sedangkan “art” mempunyai arti

menyambung, jadi dapat diartikan suatu kemahiran mengolah suatu obyek

menjadi suatu hal yang indah.

d. Seni sebagai fine art.

Seni yang utama bertalian dengan pembuatan benda-benda dengan kepentingan

estetis dan tidak berpijak pada kepentingan manfaat atau guna dari benda tersebut.

e. Seni sebagai visual art.

Sebagaimana paling umum digunakan dewasa ini, seni berarti seni penglihatan

yaitu benda-benda kreatifitas masyarakat yang bermaksud mengadakan tata

hubungan pertama-tama melalui mata penghayat (The Liang Gie, 1976, 13).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

2. Desain dan Komposisi

Pengertian umum (luas), desain adalah merancang, menciptakan, termasuk

juga memilih unsur-unsur (misalnya garis, bidang, warna, tekstur, dll.) yang

kemudian menyusun, mengolah dan membentuknya sehingga mewujudkan suatu

kesatuan “bentuk ciptaan” yang mengandung kaidah, rasa dan nilai estetik.

Dengan arti luas maka desain adalah suatu proses untuk menciptakan

semua karya seni khususnya seni rupa (seni murni ataupun seni pakai: dua

matra/dimensional maupun tiga dimensional) (Arfial Arsad Hakim, 1987:2).

Komposisi menyangkut hal “tata-susun” dalam melahirkan suatu bentuk

ungkapan atau ide, dimana kesatuan hubungan, keserasian (unity, harmony)

merupakan hakikat utama di dalam sebuah komposisi. Dengan demikian

menyangkut pula tentang balans, tentang ada atau tidaknya tekanan (aksen atau

emphasis) atau pusat perhatian (centre of interest) di dalam sebuah komposisi, dan

komposisi yang bagaimana yang diciptakan tersebut. Pada dasarnya komposisi

adalah unity, dan unity yang merupakan organisasi dari unsur-unsur adalah desain.

Maka kita dapat pula mengatakan komposisi itu adalah “desain” itu sendiri (Arfial

Arsad Hakim, 1987:35).

a. Komposisi Statis dan Komposisi Dinamis

Komposisi statis adalah suatu komposisi yang pasif, sedangkan komposisi

yang dinamis merupakan komposisi yang aktif, hidup, dan tidak dingin.

b. Komposisi Terbuka dan Komposisi Tertutup

Komposisi terbuka adalah suatu komposisi yang dalam suatu bidang atau

ruang komposisi, unsur-unsur komposisinya merupakan bagian yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

memberi kesan menerus, tersebar meluas dari pusat bidang atau ruang

komposisi tersebut. Ada kesan terbuka dan berkelanjutan.

Sedangkan jika unsur-unsur tersebut seakan-akan terpusat di dalam suatu

ikatan, mengumpul, menyempit, sehingga terlihat adanya pengelompokan

unsur-unsur itu ke dalam pusat bidang atau ruang komposisi, maka

komposisi yang demikian itu dikatakan komposisi tertutup (Arfial Arsad

Hakim, 1987:36-37).

3. Unsur-Unsur rupa ( Unsur Desain )

Unsur-unsur rupa/ unsur-unsur desain diantaranya terdiri dari garis, shape

(bidang), dan warna

a. Garis

Garis adalah hubungan antara sebuah titik, merupakan “jejak” yang

ditimbulkan oleh titik-titik yang digerakkan atau merupakan suatu goresan

atau sapuan yang sempit dan panjang sehingga membentuk seperti benang

atau pita (Arfial Arsad Hakim, 1987:35).

Pembagian garis terdiri atas garis aktual/formal dan garis

ilusif/sugestif ( khayal/semu ). Garis aktual/formal terdiri dari 2 macam

geometris yang sifatnya berpola terukur dan kaku seperti garis lurus, garis

lengkung, garis bergelombang, garis patah-patah. Serta garis ekspresif

yang memiliki sifat lebih bebas dan tak beraturan.

Sedangkan garis semu/ilusif adalah garis yang tidak bersifat

aktual/formal tetapi hanya semu/ilusif. Hadirnya garis tersebut terjadi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

karena pengulangan unsur, atau karena merupakan batas bidang atau

warna, yang merupakan suatu bentuk, ruang ,massa, atau warna (Arfial

Arsad Hakim, 1987:36).

b. Shape

Shape adalah suatu bidang yang terjadi karena dibatasi oleh kontur

(garis) dan atau dibatasi oleh warna yang berbeda atau oleh gelap terang

pada arsiran atau karena adanya tekstur (Dharsono Sony Kartika,

2004:102).

- Shape geometrik (terukur), disini shape merupakan suatu bentuk

yang ada standart (ukuran, aturan, batasan) dalam sifat dan berasal

dari ilmu ukur. Shape tersebut misalnya lingkaran, empat persegi,

segitiga, trapesium, dll.

- Shape biomorphic, disini shape merupakan bentuk yang tidak

beraturan (bentuk-bentuk bebas, organik) (Arfial Arsad Hakim,

1987: 63-64)..

c. Warna

Warna merupakan suatu elemen- elemen dasar yang sangat sensitif

karena kualitasnya, sangat peka terhadap reaksi emosional. Warna

merupakan suatu elemen yang sangat mempunyai emosi, atau mempesona

langsung dan segar (Ocvirk, 1962: 38).

Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya (Kamus Bahasa Indonesia,

2008:1617).

Warna sebagai tanda/lambang/simbol. Disini kehadiran warna

merupakan lambang atau melambangkan sesuatu yang merupakan tradisi

atau pola umum. Kehadiran warna disini banyak digarap oleh seniman

tradisi dan banyak dipakai untuk memberikan warna pada wayang, batik

tradisional, dan tata rupa lain yang mempunyai citra tradisi. Juga

kehadiran warna disini memberikan tanda tertentu yang sudah merupakan

satu kebiasaan umum atau pola umum, misal tanda ”hijau, merah, dan

kuning” lampu jalan. Demikian juga merupakan lambang tertentu yang

dipakai dalam karya seni yang menggunakan pola tertentu seperti pada :

logo, badge, batik, wayang, dan pada busana tradisi misalnya ”warna

merah” dapat berarti penggambaran rasa marah, gairah, cinta yang

membara, bahaya, berani, dan lain-lain. ”Warna putih” berarti suci, tak

berdosa, alim, setia, dan lain-lain. ”Warna kuning” berarti kecewa,

pengecut, sakit hati, duka, misteri, prihatin, dan seterusnya. ”Biru”

melambangkan kecerahan, keagungan, keriangan, dan lain-lain. ”Hijau”

melambangkan kesuburan, kedamaian, kerukunan dan kesejukan. ”Hitam”

adalah lambang kematian, frustasi, kegelapan, tak puas diri, dan

sebagainya (Dharsono Sony Kartika, 2004:109).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

F. DASAR-DASAR PENYUSUNAN (PRINSIP DESAIN)

1. Harmoni

Harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat.

Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul

keserasian (harmoni) (Dharsono Sony Kartika, 2004: 113).

Ritme, repetisi, dan dominans merupakan transisi penghubung bagi

tercapainya suatu kesatuan hubungan unsur-unsur sehingga terwujud harmoni di

dalam bidang gambar. Harmoni menyebabkan tercapainya kesatuan (unity),

sedangkan ritme, repetisi, dan dominan merupakan faktor yang esensial untuk

mencapai harmoni (Arfial Arsad Hakim, 1987: 17).

2. Kontras

Kontras adalah paduan dari unsur-unsur yang berbeda tajam, pertentangan

adalah dinamik dari ekstensi menarik perhatian (Dharsono Sony Kartika,

2004:114).

Kontras, pertentangan, atau variasi adalah esensi dinamis pada semua

esistensi, dan pada semua bentuk seni sebagai dramatisasi kehidupan manusia.

Kontras merupakan hal yang esensial untuk mencapai unity dalam desain. Sebagai

suatu variasi, rangsangan perhatian dan untuk membangkitkan kehangatan (Arfial

Arsad Hakim, 1987:27).

3. Irama atau Repetisi

Irama atau repetisi adalah perulangan unsur-unsur seni/desain. Keduanya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan saling mendukung satu dengan yang

lain. Irama atau ritme adalah hasil dari repetisi dan metode yang jitu untuk

mengikat keseluruhan unsur-unsur desain ke dalam satu kesatuan (Arfial Arsad

Hakim, 1987:18).

4. Gradasi

Gradasi merupakan satu sistem paduan dari laras menuju ke kontras,

dengan meningkatkan masa dari unsur yang dihadirkan. Gradasi merupakan

paduan dari interval kecil ke interval besar, yang dilakukan dengan penambahan

atau pengurangan secara laras dan bertahap. Gradasi merupakan keselarasan yang

dinamik, dimana terjadi perpaduan antara kehalusan dan kekasaran yang hadir

bersama seperti halnya kehidupan. Gradasi merupakan penggambaran susunan

monoton menuju dinamika yang menarik (Dharsono Sony Kartika, 2004:116).

Gradasi adalah suatu deret, tangga dimana suatu kekontrasan telah

dijembatani oleh suatu rangkaian dari semacam atau kesamaan, peralihan atau

langkah yang selaras (Arfial Arsad Hakim, 1987:20).

G. SIMBOL, SIMBOLISME, SIMBOLISASI, DISTORSI, DAN

DEFORMASI

1. Simbol, Simbolisme, dan Simbolisasi

Secara umum dapat dipahami bahwa simbol merupakan sebuah aktifitas

manusia yang secara bebas menafsirkan sesuatu sebagai personifikasi pribadi

sehingga simbol dapat memilih pemahaman berbeda antara pribadi satu dangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

lainya. Karena memiliki sifat yang sangat subyektif, untuk memahaminya kita

harus mempelajari latar belakang budaya tempat simbol tersebut muncul.

Simbol merupakan tanda yang dapat melambangkan atau mewakili sesuatu

atau benda secara orbiter (terbentuk begitu saja) dan konvensional (kesepakatan).

Simbol seni adalah kedalaman makna harfiah yang sama, kesadaran yang

sebenarnya dirasakan dalam acuan kapasitas batiniahnya. “A. Sudiarja di dalam

buku Manusia Multi Dimensional” mengungkapkan bahwa simbol seni bukanlah

suatu susunan, jadi tak dapat dikatakan teratur atau tidak teratur. Simbol seni

adalah satu dan utuh, karena itu ia tidak menyampaikan “makna” (meaning) untuk

“dimengerti”, melainkan “pesan’ (import) untuk “diresapkan”. Terhadap “makna”

orang hanya dapat mengerti atau tidak mengerti, tetapi terhadap “pesan” dari seni,

orang dapat tersentuh secara lemah dan secara itensif. Sehingga dalam hal ini

terdapat elastisitas yang luas terhadap peresapan “pesan” seni itu (A. Sudiarja,

1982: 77).

Dalam “Bunga Rampai Seni” oleh Suryo Suradjijo ditulis bahwa simbol seni

adalah bentuk ekspresif itu sendiri. Ia adalah suatu simbol dalam arti yang lazim,

karena itu tidak dapat dikatakan dengan tegas mempunyai “arti” yang ia miliki

adalah “makna” (Suryo Suradjijo, 1985 : 41).

Sedangkan pengertian simbolisme menurut Suryo Suradjijo adalah suatu bahasa,

sesuatu sistem simbol-simbol, walaupun dengan batasan arti yang agak elastis dan

tata (rules) kombinasi dengan cara yang sama mengekpresikan ide-ide yang

dibentuk (Suryo Suradjijo, 1985: 38).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

2. Distorsi

Distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang

dibengkokkan. Pada keadaan tertentu dalam berkarya seni dibutuhkan karena

merupakan salah satu cara mencoba menggali kemungkinan-kemungkinan lain

pada suatu bentuk atau figure (Mike Susanto, 2001 : 33), sedangkan menurut

Suryo Suradjijo dalam buku pegangan kuliahnya mengatakan bahwa distorsi

adalah pengubahan bentuk yang bertujuan untuk lebih menonjolkan karakteristik

visual objek, sehingga mendapatkan bentuk menjadi sempurna dari bentuk alam

atau mungkin mendapatkan bentuk lain yang sesuai dengan konsep estetik

senimannya (Suryo Suradjijo, 1996 : 77).

Distorsi adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian

karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek

yang digambar. Misalnya pada penggambaran tokoh figur Gatutkaca pada wayang

kulit purwa. Demikian juga pada penggambaran topeng, warna merah, mata

melotot. Untuk melebihkan bentuk karakter figur tokoh angkara murka pada

topeng raksasa pada Wayang Wong di Bali atau topeng Klana dari cerita Panji di

Jawa (Dharsono Sony Kartika, 2004:103).

3. Deformasi

Deformasi dipakai dalam istilah pengubahan bentuk yang tidak dapat

diklarifikasikan ke dalam distorsi. Tetapi deformasi bagaimanapun bentuk yang

diciptakan seniman, imaji penghayat masih dapat menangkap tema alam di

dalamnya. Misal pada bentuk patung yang kaku dan karya abstrak (Suryo

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Suradjijo, 1994:80).

Deformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada

interpestasi karakter, dengan cara mengubah bentuk objek dengan cara

menggambarkan objek tersebut dengan hanya sebagian yang dianggap mewakili,

atau pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil interpretasi yang

sifatnya sangat hakiki. Perubahan bentuk semacam ini banyak dijumpai pada seni

lukis modern. Unsur-unsur yang dihadirkan merupakan komposisi yang setiap

unsurnya menimbulkan getaran karakter dari wujud ekspresi simbolis (Dharsono

Sony Kartika, 2004:104).

H. MEDIUM DAN METODE

1. Medium

Untuk menghasilkan suatu karya seni yang bagus dan sempurna, medium

sangat dibutuhkan. Semua karya seni menggunakan medium yang berbeda,

tergantung dari jenis karya seni yang akan dibuat. Suatu karya seni, selain

ditentukan oleh penciptanya dengan segala peralatan seperti kuas, palet, pahat,

dan sebagainya masih juga mempunyai ketergantungan dengan material atau

bahan seperti tinta, cat, batu, pasir, dan sebagainya. Bahan atau material dalam

dunia seni pada dasarnya merupakan sesuatu yang kongkrit, sesuatu yang nyata-

nyata “ada” (P. Mulyadi, 1992: 21).

Medium merupakan alat untuk mengungkapkan amanat seni (Kamus

Bahasa Indonesia).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

2. Metode

Metode adalah cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat

melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang

ditentukan. Metode adalah cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang

untuk mencapai suatu maksud (Kamus Bahasa Indonesia, 2008:952).

I. SENI GRAFIS

Seni grafis berasal dari bahasa Yunani “Graphein” yang berarti menulis

atau menggambar. Menurut Nathan Klober dalam buku Pengetahuan Seni, seni

grafis (cetak) merupakan pengubahan gambar bebas karya perupa menjadi cetakan

yang melalui proses manual dan menggunakan material tertentu. Seni grafis

merupakan salah satu cabang seni rupa yang erat kaitannya dengan masalah cetak-

mencetak. Suatu usaha untuk memperbanyak karya (P. Mulyadi, 2000 : 8).

Sedangkan menurut Dharsono Sony Kartika, seni grafis pada dasarnya

menitik beratkan pada teknik cetak mencetak, sebagai usaha untuk dapat

memperbanyak atau melipatgandakan sesuatu baik gambar ataupun tulisan dengan

cara tertentu (Dharsono Sony Kartika, 2004 : 38).

Seni grafis secara sederhana merupakan bentuk ungkapan seni rupa dua

dimensi yang memanfaatkan proses cetak. Karya grafis memungkinkan diperoleh

jumlah lebih dari satu. Proses cetak dalam seni grafis cenderung terbatas pada

proses manual atau semi mekanis, yaitu suatu proses langsung yang melibatkan

ketrampilan tangan sang seniman. Jumlah edisi suatu karya grafis biasanya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

terbatas. Walaupun karya seni grafis berjumlah banyak (lebih dari satu), secara

konvensi tiap lembar edisinya diakui sebagai karya original, bukan reproduktif.

Untuk mempertegas keaslian karya, dengan menggunakan pensil,

senimannya memberikan catatan di bagian bawah di luar gambar, berupa tanda

tangan, tahun pembuatan, judul karya, dan nomor urut cetak serta jumlah edisinya.

Misalnya, 10/25 berarti cetakan ke-10 dengan seluruh jumlah edisinya 25

(Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 6, 1989:221).

1. Cetak Tinggi

Cetak tinggi disebut demikian karena permukaan acuan cetak atau klise

yang akan menerima tinta berada paling tinggi. Pencetakan pada umumnya

dilakukan dengan gosokan. Yang termasuk dalam cetak tinggi ini antara lain,

cukilan kayu (woodcut), cukilan lino (linocut), dan torehan kayu (wood

engraving). Ciri khas karya cukilan kayu terletak pada pemanfaatan efek serat

kayu (tekstur).

2. Cetak Dalam

Prinsip cetak ini kebalikan dari cetak tinggi. Tinta yang akan dipindah

ke atas kertas berada di bagian dalam acuan cetaknya (tembaga). Pencetakan

dilakukan dengan mesin khusus, mesin etsa. Dari segi proses, cetak dalam dibagi

atas dua bagian, yaitu yang menggunakan asam: etsa (etching) serta akuatin

(aquatint), dan yang tanpa asam: goresan langsung (drypoint), torehan logam

(engraving) dan mezotin (mezzotint).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Ciri khas karya etsa terletak pada kelembutan dan keluwesan garis,

akuatin berciri keragaman nada warna dan tekstur, goresan langsung berciri

kekasaran garis, torehan logam berciri keragaman garis, dan mezotin berciri

kepekatan nada warna yang hampir serupa dengan karya akuatin.

3. Cetak Datar

Cetak datar disebut demikian karena acuan cetakannya (batu lito,

alumunium, ofset) tidak mengalami peninggian atau pendalaman seperti pada

proses cetak tinggi atau dalam. Proses ini berangkat dari pemanfaatan suatu

kenyataan bahwa air dan minyak tidak dapat bersatu. Lithografi merupakan satu-

satunya teknik yang mengandalkan teknik ini.

Dalam hal ini, percetakan tergantung pada suatu reaksi kimiawi yaitu

sifat berlawanan antara lemak dan air. Sket digambar dengan krayon berlemak

pada sebuah batu lithografis atau lempengan logam yang menarik tinta. Sedang

bagian- bagian yang tidak tergambari dibiarkan sehingga menolak tinta.

Percetakan dilakukan dengan menggunakan alat penekan lithografis. Kertas

ditaruh diatas acuan dan siap dicetak. Bagian yang berlemak adalah bagian yang

menyerap tinta dan menghasilkan lukisan (Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid

6,1989:221-222).

4. Cetak Saring

Cetak Saring yang paling sederhana, cetakannya terbuat dari kertas atau

plastik. Kertas atau plastik dilubangi dengan cutter kemudian ditaburi tinta diatas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

permukaannya. Kertas putih diletakan dibawahnya, ditekan- tekan dengan

bantalan busa dan diangkat maka jadilah hasil cetak tersebut.

Cetak stensil, klisenya terbuat dari kertas sheet. Proses

penggambarannya dan pencetakkannya sama dengan proses cetak saring diatas,

hanya bantalan busa diganti dengan kuas yang besar. Pada masa sekarang untuk

cetak ini orang lebih banyak menggunakan stensil.

Cetak saring yang paling popular sekarang ini adalah cetak sablon

(screen printing). Bahan klisenya terbuat dari kain sutra yang halus dan

mempunyai ukuran pori- pori yang berbeda. Ukuran- ukuran itu membedakan

penyablonan pada kain, kertas, kulit, plastik dan bahan lainnya.

Proses pembuatan klise menggunakan obat afdruk dan dilakukan di

kamar gelap atau tidak terkena sinar matahari. Pencetakannya menggunakan rakel

dengan bahan pewarna selain tinta juga menggunakan cat sablon (Napsiruddin

dkk,1996:20).

J. CETAK SARING / SABLON

Istilah cetak saring di Indonesia kurang dikenal. Istilah yang lebih popular

adalah cetak sablon. Konon, kata sablon berasal dari bahasa Belanda, yakni

schablon. Kata ini berkulturasi dan menjadi bahasa serapan sehingga

bermetamorfosis menjadi kata sablon. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata

sablon sendiri didefinisikan sebagai pola berdesign yang dapat dilukis berdasarkan

contoh (Guntur Nusantara, 2003: 1-3).

Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi menciptakan warna

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman menggambar

berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang dipakai juga film.)

Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan stensil. (Bagian yang berlubang

adalah bagian yang akan diwarnai.) Sebuah screen dibuat dari selembar kain

(asalnya dulu menggunakan sutra) yang direntangkan pada rangka kayu.

Selanjutnya stensil ditempelkan pada screen. Kemudian screen diletakkan di atas

kertas kering atau kain. Tinta dituangkan di sisi dalam screen. Sebuah rakel dari

karet digunakan untuk meratakan tinta melintasi screen, di atas stensil, dan

menuju ke kertas atau kain. Screen diangkat ketika gambar sudah ditransfer ke

kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa dipakai

lagi setelah dibersihkan (http://teknik-seni-grafis.html).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

BAB III

KARAKTER BARONG BALI

A. Implementasi Teoritis

Karakter Barong Bali sangatlah kuat, sangat mudah dikenali. Seperti mata

bulat melotot hampir keluar, wajah warna merah, gigi taring, serta wajah mirip

binatang purbakala/monster. Karakter Barong Bali berbeda dari karya seni/budaya

dari manapun. Meski tidak menutup kemungkinan ada sedikit kemiripan. Banyak

karya seni yang memiliki kesamaan atau kemiripan bentuk dengan Barong Bali.

Tetapi secara keseluruhan Barong Bali tetap memiliki ciri khas atau karakter

tersendiri.

Karakter yang dimaksud dan ingin ditampilkan disini adalah karakter

sangar Barong Bali. Karakter sangar tersebut lebih dimunculkan dan dapat

ditangkap pada bagian wajah karena bagian tersebut lebih banyak mendapat

perhatian dibanding dengan bagian tubuh yang lain. Bagian wajah lebih berperan

menampilkan karakter tersebut. Adapun yang mendukung karakter sangar tersebut

seperti mata yang melotot, wajah/bagian muka dominan warna merah, gigi taring

serta wajah mirip binatang purbakala/monster. Meskipun ada kemiripan dari

karakter tersebut dengan karya seni yang lain, tapi secara keseluruhan memiliki

perbedaan. Perbedaan tersebut misalnya seperti, Rangda memiliki sebagian besar

karakter yang memiliki kemiripan pada bagian wajah dengan Barong Bali.

Kemiripan tersebut terletak pada matanya yang bulat melotot serta memiliki gigi

commit to user

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

taring. Tetapi secara keseluruhan tetap terdapat perbedaan diantara Rangda dan

Barong Bali yaitu pada bagian taring. Pada Rangda gigi taring terlihat lebih

panjang dibanding Barong Bali. Selain itu pada Rangda memiliki lidah panjang

yang menjulur keluar sedangkan pada Barong Bali tidak. Itu sebagian kecil

perbedaan antara Rangda dan Barong Bali yang masih banyak perbedaan lainnya.

Contoh lain seperti pada topeng pentulan/pentul tembem pada kesenian reog

ponorogo. Pentulan/pentul tembem ini juga memiliki beberapa

kesamaan/kemiripan dengan Barong Bali yaitu pada mata yang bulat melotot serta

wajah dominan warna merah. Tetapi letak perbedaan Pentulan/pentul tembem

dengan Barong Bali yaitu pada hidung mereka. Pentulan/pentul tembem memiliki

hidung panjang dan besar mirip tokoh pewayangan petruk sedangkan Barong Bali

memiliki bentuk hidung mirip babi. Berbeda pula dengan karakter Reog Ponorogo

sendiri. Pada bagian wajah/muka reog terdapat motif loreng-loreng

macan/harimau. Serta terdapat rambut yang mirip rambut singa pada bagian

kepala reog, juga dihiasi bulu-bulu burung merak yang membentuk seperti kipas,

yang tidak terdapat pada Barong Bali. Itulah beberapa karakter yang membedakan

antara Barong Bali dengan karya seni lainnya. Dan merupakan karakter khas

Barong Bali yang membedakan dengan karya seni yang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Barong Bali Rangda

Pentulan/Pentul tembem Reog ponorogo

Gambar 5

Perbedaan Karakter antara Barong Bali, Rangda, Pentulan/Pentul Tembem, dan


Reog Ponorogo

Barong Bali (http://tari-barong.html)


Rangda (http://23764-mitologi-dari-barong-dan-rangda.html)
Pentulan/Pentul tembem (http://Toko Reog Online.htm)
Reog Ponorogo (http://ssstttt-ada-reog-ponorogo-di-palembang.html)

Pada semua karya menampilkan bentuk-bentuk dari wajah Barong Bali,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

dikarenakan ingin menampilkan karakter sangar yang lebih bisa ditangkap pada

bagian wajah. Ada yang berupa potongan-potongan bagian wajah Barong Bali

yang disusun secara acak. Ada pula yang dimasukkan motif kotak-kotak hitam

putih khas Bali yang dipadukan dengan Barong Bali dimaksudkan agar bisa

memperkuat karakter Barong Bali tersebut.

Bentuk-bentuk potongan yang disusun berbeda-beda pada karya satu

dengan yang lain dimaksudkan memberikan nuansa lain pada karya Barong Bali

serta memberikan perbedaan antara karya Barong Bali yang satu dengan karya

Barong Bali lainnya. Bentuk-bentuk susunan potongan pada karya ini juga

memberikan pandangan baru pada karya Barong Bali sehingga tidak monoton

hanya menampilkan murni karya/gambar Barong Bali saja. Potongan-potongan

tersebut tidak disusun secara acak saja tetapi juga mempertimbangkan dari sisi

estetika seperti harmoni, komposisi, dan unsur rupa lainnya.

B. Implementasi Visual

Di dalam karya, penulis hanya menampilkan bagian muka atau wajah dari

Barong Bali tanpa menunjukkan bagian lainnya. Dikarenakan penulis ingin

menonjolkan karakter sangar dari Barong Bali. Bagi penulis karakter tersebut

lebih bisa ditangkap pada bagian wajah. Dengan tidak menutup kemungkinan

bagian-bagian tubuh lain dari Barong Bali juga ikut memberi karakter. Tetapi

pada dasarnya bagian wajah atau mukalah yang lebih jelas menangkap karakter

sangar tersebut karena terletak paling depan dan paling atas. Sebagai contoh jika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

kita melihat seseorang pastilah bagian wajah dahulu yang akan kita amati, begitu

juga dengan karakter sangar dan mudah dikenal dari Barong Bali. Semua lebih

mudah ditangkap dari bagian wajah.

Pada semua karya, pada dasarnya penulis ingin menampilkan karakter

yang dimiliki oleh Barong Bali yaitu sangar. Karakter tersebut sudah banyak

dijelaskan oleh penulis panjang lebar di halaman sebelumnya seperti mata bulat

melotot hampir keluar, muka atau wajah warna merah, serta gigi taring yang

kelihatan keluar. Itu akan memudahkan untuk memahami karya dari penulis. Di

luar daripada itu, penulis juga tidak ingin hanya menampilkan karakter tersebut.

Penulis juga menampilkan berbagai macam suasana yang ditampilkan oleh

karakter sangar Barong Bali di dalam karya.

Di dalam beberapa karya, terdapat beberapa mimik muka atau wajah yang

sedang marah, yang digambarkan melalui mulut yang terbuka lebar, gigi taring

terlihat keluar serta wajah yang terkesan mendongak ke atas menandakan

kemarahannya. Ada juga wajah Barong Bali yang terkesan sedang terdiam

digambarkan dengan mulut yang mengatup atau menutup serta bagian wajah

menunduk penuh konsentrasi. Pada semua karya, diberikan warna-warna seperti

merah, kuning, kuning tua, coklat, dan hitam dengan tujuan mempertegas Barong

Bali tanpa menghilangkan karakter aslinya. Hampir semua karya diberikan warna

yang sama karena warna-warna tersebut merupakan karakter kuat atau ciri khas

dari Barong Bali serta dimaksudkan supaya lebih mudah untuk memahami

karakter dan tidak menimbulkan pemikiran yang semrawut. Warna merah yang

diberikan menandakan keberanian, kesan marah, amarah. Sehingga menambah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

kesan sangar pada Barong Bali tersebut. Ada juga warna kuning, dimaksudkan

mewakili unsur emas pada barong Bali itu sendiri. Warna kuning/emas/kuning

emas dalam kebudayaan Bali mempunyai makna luhur, keluhuran/agung. Warna

putih kertas diberikan untuk memberi keseimbangan atau kontras warna. Warna

putih juga mempunyai makna bersih, suci. Ada juga warna coklat tua, merupakan

bayangan, atau gelap terang dari warna kuning untuk memberi keseimbangan

supaya tidak terkesan kaku. Warna hitam diberikan pada semua karya untuk

mempertegas karakter dari karya tersebut. Warna hitam juga merupakan warna

tegas. Hitam adalah warna gelap, warna mistis sehingga lebih memberikan kesan

angker pada Barong Bali. Warna hitam memberikan dan memperkuat karakter

sangar dari Barong Bali. Pada satu karya coba diberikan unsur atau motif kotak-

kotak hitam putih. Motif kotak-kotak hitam putih merupakan khas Bali. Dengan

begitu bisa mempertegas karakter Barong Bali.

Sedangkan pada bentuk terlihat seperti terdiri dari berbagai bidang karena

merupakan unsur pecahan dari proses dalam komputer. Pada karya ini

dimasukkan proses komputer untuk membantu serta memudahkan proses dalam

berkarya. Serta memunculkan karya Barong Bali yang baru. Jika dicermati

memang terlihat seperti bidang atau bentuk yang tak beraturan tetapi jika dilihat

secara keseluruhan karakter Barong Bali bisa ditangkap dan dilihat dengan jelas.

Penulis memang mencoba bereksplorasi di dalam karya ini. Salah satunya

adalah dimasukkannya proses komputer di dalam semua karya. Selain sketsa

dasar, proses komputer membantu menyempurnakan sketsa gambar yang akan

dibuat dalam bentuk karya cetak saring/sablon.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

Dalam pembuatan karya ini, penulis lebih memilih Seni Grafis, khususnya

cetak saring/sablon karena di dalam keseharian lebih sering menggunakannya

dibandingkan dengan jenis cetak grafis lainnya. Penulis lebih menguasai teknik-

teknik seni cetak saring/sablon. Cetak saring/Sablon dipilih karena memiliki

karakter menarik, khusus, dan bisa berkembang.. Cetak saring/sablon dirasa juga

bisa bersaing dengan seni cetak lainnya misalnya cetak datar/cukil. Meskipun

tidak menutup kemungkinan cetak datar/cukil juga mempunyai karakteristik

tersendiri.

Tampilan dari karya Barong Bali ini tidak semuanya menampilkan bagian

wajah secara utuh melainkan melalui proses pengolahan dalam media komputer

yang menjadikan tampilan lebih variatif, unik, menarik, dan berbeda dengan tanpa

menghilangkan karakter asli dari Barong Bali. Seperti, menampilkan potongan-

potongan wajah dari Barong Bali dengan tanpa menghilangkan karakternya..

Karakter yang ditangkap tetap terlihat jelas dari karya tersebut. Ada pula yang

secara acak menata potongan-potongan Barong Bali namun karakter yang

diangkat tetap bisa ditangkap. Dimaksudkan agar karya menampilkan bentuk-

bentuk karya Barong Bali yang baru dan menarik. Juga untuk memberikan

nuansa, pandangan, serta ide-ide lain dari karya yang berhubungan dengan seni

cetak grafis khususnya cetak saring/sablon.

1. Bentuk

Di dalam sebuah karya bentuk sangat berpengaruh pada bagus dan

tidaknya sebuah karya. Bentuk yang diciptakan haruslah sesuai dengan tema yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

diangkat. Di dalam proses pembuatan karya, penulis juga mempelajari,

menganalisa, mencari referensi tentang Barong Bali untuk lebih memperkuat

pengetahuan penulis dalam pembuatan karya Barong Bali ini serta bisa

memaksimalkan karya yang dibuat. Dalam semua karya menampilkan karakter

sangar dari Barong Bali. Ada kesan marah yang ditangkap dari karakter sangar

tersebut, ada pula kesan hening. Proses komputer yang dimasukkan dalam proses

berkarya banyak membantu untuk memberikan suasana berbeda pada setiap

karya. Meskipun karakter sangar dari Barong Bali yang diangkat sebagai karakter

yang utama sebagai tema, namun ada berbagai macam suasana yang dapat

ditampilkan pada karya ini. Pada karya ini juga tidak murni bentuk dari Barong

Bali pada umumnya melainkan sudah mengalami proses distorsi dan deformasi.

Distorsi terdapat pada warna serta shape yang berupa bentuk potongan-

potongan/pecahan warna yang merupakan penyederhanaan bentuk dari proses

komputer serta bisa memunculkan karakter kuat dari Barong Bali. Sedangkan

Deformasi terletak pada keseluruhan karya yang menekankan pada karakter

sangar Barong Bali dengan menampilkan bagian wajah/muka serta menghasilkan

karya baru/desain baru/komposisi baru. Karya Barong Bali ini juga untuk

membedakan dengan karya-karya Barong Bali lainnya yang hanya menampilkan

karakter murni wujud dari Barong Bali dengan background yang alami, etnik,

tradisi saja. Tetapi dengan proses deformasi disini, bisa menampilkan karya

Barong Bali yang modern serta lebih bisa menyatu dengan perkembangan desain

serta karya seni pada saat ini.

Bentuk dari suatu karya tidak bisa terlepas dari unsur-unsur yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

mendukung bentuk dari karya tersebut seperti garis, warna, tekstur, dan shape.

Unsur-unsur tersebut digunakan pada setiap karya seni untuk menghasilkan suatu

komposisi karya yang menarik.

Garis dimunculkan pada semua karya berupa garis semu/ilusif yang

hadirnya garis tersebut terjadi karena pengulangan unsur, atau karena merupakan

batas bidang atau warna. Karena pada semua karya terdiri dari beberapa

potongan-potongan atau pecahan warna dari penyederhanaan bentuk Barong Bali

melalui proses komputer, sehingga tidak terlihat garis aktual/formal. Tidak ada

garis actual/formal pada semua karya juga dikarenakan dimasukkannya unsur

pemisahan warna oleh media komputer sehingga tidak memunculkan garis

actual/formal pada semua karya karena dengan begitupun sudah tercapai karakter

Barong Bali yang diinginkan. Garis aktual/formal disini lebih cenderung

mengarah ke bentuk shape/bidang seperti pada “BARONG BALI I, BARONG

BALI III, BARONG BALI IV, BARONG BALI V, dan BARONG BALI VIII”.

Memang ada kesan garis aktual/formal yang dimunculkan tetapi cenderung juga

mengarah ke shape/bidang berwarna hitam.

Shape/bidang juga merupakan unsur seni rupa yang penting, seperti dalam

karya Barong Bali ini misalnya. Jika dicermati lebih detail, pada karya ini terdiri

dari beberapa shape/bidang yang bersinggungan membentuk suatu karakter

Barong Bali secara keseluruhan. Seperti sudah dijelaskan di awal, shape terbentuk

karena pengolahan/pemisahan warna di dalam komputer. Tetapi. Jika tidak dilihat

secara detail shape tersebut terlihat seolah-olah tersamarkan oleh karakter Barong

Bali yang dimunculkan. Shape pada karya disini terbagi atas 2 macam yaitu shape
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

yang lebar dan yang berupa potongan-potongan kecil yang berbeda warna. Shape

yang lebar/besar (berwarna kuning) terdapat pada semua karya, begitu juga shape

kecil yang berupa potongan-potongan pecahan warna (coklat muda, coklat tua,

merah, dan hitam). Pada karya “BARONG BALI VI” misalnya, diberikan

shape/bidang kotak-kotak yang merupakan motif/ciri khas Bali untuk memperkuat

karakter Barong Bali tersebut. Pada karya “BARONG BALI IV, BARONG BALI

V, dan BARONG BALI X” diberikan background yang berupa shape warna

hitam. Shape/bidang warna hitam disini tidak hanya berfungsi sebagai

background saja melainkan juga sebagai penguat karakter mistis Barong Bali,

karena kesan mistis dapat ditangkap dari background gelap. Shape/bidang warna

hitam juga tidak sekedar shape warna hitam saja, melainkan jika dicermati lebih

dalam, shape hitam tersebut merupakan potongan-potongan dari wajah Barong

Bali sehingga masih menyatu dengan tema yang diangkat dan bukan sekedar

background hitam pendukung kesan mistis. Sedangkan pada “BARONG BALI II,

BARONG BALI IV dan BARONG BALI VIII” terlihat bentuk potongan-

potongan wajah Barong Bali yang diolah dengan proses komputer sehingga

terbentuk bentuk/desain karya baru, meskipun pada dasarnya pada semua karya

juga mempunyai konsep yang sama yaitu mengolah gambar Barong Bali menjadi

susunan/komposisi/desain baru yang lebih menarik dengan teknik cetak

saring/sablon. Tetapi pada “BARONG BALI II, BARONG BALI IV, dan

BARONG BALI VIII” bentuk potongan-potongan wajah Barong Bali tersebut

lebih terlihat jelas dibandingkan dengan karya-karya yang lain. Lain pula dengan

“BARONG BALI VII”, menampilkan bentuk shape yang lebih acak/semrawut

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

memberi kesan/suasana bingung dengan mulut Barong Bali yang tidak terlalu

terbuka lebar menandakan kesan bingung ditambah dengan background semrawut

tersebut, berbeda dengan “BARONG BALI I dan BARONG BALI III” yang lebih

menampilkan suasana/kesan marah dengan mulut yang terbuka lebar didukung

dengan background tersebut, meskipun sama-sama memiliki background yang

semrawut/kacau. Pada “BARONG IX” shape seperti pada keseluruhan karya

berupa pecahan/potongan-potongan warna pengaruh dari proses oleh media

komputer.

Warna sangat berpengaruh besar pada sebuah karya seni. Warna bisa

mendukung harmonisasi sebuah karya seni. Warna pada karya disini tidak hanya

terpatok pada warna primer merah, kuning, biru melainkan juga hitam dan putih.

Warna-warna dipilih dimaksudkan untuk lebih menegaskan dan

memperkuat karakter Barong Bali tanpa meninggalkan pakem/patokan tentang

filosofis pemberian warna pada kebudayaan Bali itu sendiri.

Secara keseluruhan pada karya Barong Bali ini menampilkan karakter

sangar yang dimiliki Barong Bali (lebih bisa ditangkap pada bagian wajah) seperti

mata yang melotot, wajah berwarna merah, memiliki gigi taring, serta bentuk

wajah yang menyerupai binatang purbakala/monster (binatang aneh perpaduan

antara beberapa hewan yaitu singa, macan, sapi/boma). Ada pula beberapa kesan

yang ditimbulkan seperti Barong Bali yang sedang marah pada saat membuka

mulutnya lebar-lebar serta diam tertangkap pada saat Barong Bali mengatupkan

mulutnya. Nuansa yang ditimbulkan pada keseluruhan karya juga berbeda.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Pembidangan yang bervariasi juga sangat kuat memberikan suasana dinamis dan

berbeda pada setiap karya. Suasana, pembidangan yang terjadi terbentuk akibat

pengaruh proses pengolahan menggunakan komputer, dengan memperhatikan

komposisi serta unsur-unsur seni sehingga menghasilkan suasana dinamis,

susunan bentuk baru dan menarik.

2. Medium

Medium yang digunakan dalam proses pembuatan karya adalah cetak

saring/sablon. Cetak saring /sablon dipilih karena penulis lebih sering

menggunakan media tersebut sehingga lebih mudah di dalam proses berkarya

serta bisa memaksimalkan hasil karyanya. Serta penulis lebih bisa bereksplorasi

dengan menggunakan media ini dibandingkan dengan media seni cetak yang lain.

Serta dengan media cetak saring/sablon ini diharapkan lebih baik dan dapat

bersaing dalam berkarya dengan media-media karya seni lainnya.

Di dalam cetak saring/sablon terdapat beberapa medium yang digunakan.

Medium yang digunakan dalam cetak saring/sablon diantaranya : screen, rakel,

tinta sablon, kertas karton, photo emulsion, flashdisk, komputer, dan printer.

Komputer berperan dalam proses pengkaryaan. Di dalam seluruh karya,

terlihat seperti bagian-bagian bentuk bidang yang merupakan hasil pecahan dari

proses dalam komputer. Bentuk bidang tersebut terbentuk karena telah mengalami

proses pemisahan warna dalam komputer sehingga menghasilkan bentuk-bentuk

tersebut. Bentuk bidang tersebut jika kita cermati secara keseluruhan terlihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

karakter karya Barong Bali yang sebenarnya. Bentuk bidang tersebut merupakan

penyederhanaan dari proses komputer yang dimaksudkan untuk memudahkan di

dalam proses berkarya cetak saring/sablon. Selain itu bentuk bidang tersebut

menonjolkan ciri kuat karya cetak saring/sablon serta menghasilkan bentuk karya

baru yang menarik.

Screen unsur penting dalam proses cetak saring/sablon. Screen unsur inti

pada semua seni cetak saring/sablon. Screen yang dipakai pada karya ini adalah

screen dengan kain yang berpori-pori renggang dimaksudkan supaya tinta yang

disapukan pada screen bisa maksimal dan memberikan hasil yang lebih bagus

Tinta yang dipakai adalah rubber white yang dicampur dengan binder

karena karakter rubber yang cenderung soft atau halus, tidak mengkilap, redup

supaya tidak terkesan silau pada saat penyajian karya yang dapat

menutupi,menyamarkan karya. Sedangkan campuran binder selain sebagai

pengencer dari rubber juga dipakai sebagai pengawet sehingga karya dapat lebih

awet dan tahan lama.

Lalu yang paling penting disini adalah kertas. Kertas yang dipilih adalah

kertas karton putih, karena dibanding dengan kertas yang lain, kertas karton

mempunyai ketebalan yang cukup untuk mendukung proses dalam berkarya.

Selain itu jika dicetak berulang-ulang kertas tersebut tidak mudah robek atau

kusut berbeda dengan kertas hvs atau kertas tipis lainnya. Karena di dalam seni

cetak khususnya cetak saring/sablon full color (seperti pada karya Barong Bali ini)

cetakan tidak hanya terdiri dari satu cetakan saja melainkan beberapa cetakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

warna. Meskipun adapula karya cetak yang hanya terdiri dari satu warna saja dan

melakukan satu kali cetakan pada kertas.

3. Metode Pengerjaan

Metode atau cara kerja sangat penting dan dibutuhkan di dalam proses

pembuatan suatu karya. Hal itu dimaksudkan guna memudahkan serta dapat

mempercepat kerja. Selain itu juga bisa menghasilkan karya yang lebih baik

dengan susunan kerja yang teratur. Adapun metode atau cara yang dilakukan

adalah sebagai berikut.

- Tahap pertama Pembuatan sketsa,

Membuat sketsa terlebih dahulu yang akan digunakan untuk acuan

di dalam pengerjaan selanjutnya. Sketsa dibuat dalam jumlah banyak.

Dimaksudkan agar didapatkan gambar yang paling bagus dan

sempurna yang diinginkan, berbeda jika hanya membuat beberapa

sketsa saja maka tidak akan ada perbandingan gambar mana yang lebih

bagus. Sketsa sangat berguna sekali untuk tahap awal pengerjaan

karya. Sketsa merupakan tahap awal di dalam penuangan ide, gagasan

dan pikiran brilliant mengenai pembuatan karya. Tanpa sketsa tidak

akan bisa terlihat gambaran, bayangan seperti apa karya yang akan

dibuat.

- Tahap ke-dua Pemilihan Sketsa,

yaitu memilih sketsa yang akan dipakai untuk acuan. Sketsa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

paling bagus, menarik, sempurna serta sesuai dengan tema yang

diangkat yang dipilih dan akan digunakan untuk proses berikutnya.

- Tahap ke-tiga Proses Pengolahan Gambar dalam Komputer,

Setelah memilih sketsa yang tepat, maka dilanjutkan dengan proses

pengolahan gambar dalam komputer yaitu pengolahan gambar melalui

media komputer. Komputer terdiri perangkat keras (hardware) dan

perangkat lunak (software). Perangkat keras (hardware) adalah benda-

benda yang mendukung kerja komputer seperti, printer (mesin cetak),

monitor, dan lain-lain. Sedangkan perangkat lunak (software) adalah

sistem jaringan yang berada di komputer untuk menjalankan suatu

program. Selanjutnya, dengan patokan sketsa yang telah dipilih maka

masuklah pada proses pengolahan gambar dengan menggunakan

komputer. Di dalam proses komputer ini, sketsa diolah lagi menjadi

gambar yang menarik dengan tanpa mengubah karakter sketsa/tema

yang diangkat. Untuk mengolah gambar di dalam proses komputer ini,

digunakan perangkat lunak (software) “Corel draw”. Corel draw

adalah program grafis vector dengan tampilan vector yang paling

mudah untuk menciptakan perencanaan (layout) sebuah design (Tarsu

Maki, 2002: 15). Corel draw dipilih karena mudah dan lebih sering

digunakan penulis untuk proses pengolahan gambar. Gambar diolah,

disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangkan harmonisasi,

komposisi, dan unsur seni yang lain, supaya menghasilkan gambar

atau karya yang menarik. Setelah gambar selesai diolah, data berupa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

gambar tersebut di simpan dalam komputer. Atau bisa disimpan dalam

media flashdisk.

- Tahap ke-empat Pencetakan Gambar,

Setelah proses pengolahan gambar dengan menggunakan media

komputer selesai, maka dilanjutkan dengan proses pencetakan gambar.

Proses pencetakan gambar menggunakan perangkat keras (hardware)

printer (mesin cetak). Gambar yang sudah jadi dan disimpan dalam

komputer/flashdisk tadi dicetak dengan menggunakan printer untuk

menganalisa hasil gambar setelah mengalami proses pengolahan dalam

komputer.

- Tahap ke-lima Proses Pemisahan Warna,

Setelah proses pencetakan selesai dan memperoleh gambar yang

dinginkan maka proses selanjutnya adalah masuk ke dalam proses

pengolahan komputer kembali untuk proses pemisahan warna. Di

dalam proses ini, gambar yang sudah jadi dicetak dipisahkan warnanya

menjadi beberapa warna yang akan digunakan sebagai film dalam

proses pengafdrukan. Masing-masing warna dari gambar dipisahkan

lalu dibuat menjadi hitam putih. Warna yang telah dipisahkan sendiri-

sendiri, misalkan kuning, merah, hitam, dan coklat diubah menjadi

satu warna, yaitu warna hitam. Dikarenakan dalam proses

pengafdrukan hanya warna hitam/gelap yang lebih bagus yang dapat

digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

- Tahap ke-enam Pencetakan Gambar Hitam Putih/film(untuk Afdruk),

Yaitu proses pencetakan gambar hitam putih yang akan digunakan

sebagai film untuk proses pengafdrukan. Proses pencetakan masih

menggunakan perangkat keras (hardware) printer. Tetapi dalam hal ini

karena gambar yang dibutuhkan berukuran besar maka printer yang

digunakan juga berukuran besar pula.

- Tahap ke-tujuh Proses Afdruk,

Setelah gambar yang akan digunakan untuk film dalam proses

pengafdrukan selesai, maka dilanjutkan dengan proses pengafdrukan

itu sendiri. Proses pengafdrukan membutuhkan beberapa macam bahan

seperti, screen, photo emulsion, scraf/mika tebal, busa, kaca, film,

pengering/hair dyer, semprotan air. Proses yang pertama yaitu

menyiapkan screen yang telah bersih dari segala jenis kotoran.

Oleskan photo emulsion 2-3 kali ke bagian dalam dan luar screen

secara merata. Setelah photo emulsion dirasa merata lalu keringkan

dengan kipas angin atau hair dryer. Setelah kering, meletakkan posisi

film/negatif ke bagian luar screen (yg tidak ada kayunya) secara

terbalik (bagian depan gambar/film menempel pada bagian luar

screen). Kemudian kaca diletakkan di atas film yang sudah dipasang

benar di atas screen lalu tekan jangan sampai gambar bergerak. Kaca

disini difungsikan untuk menekan gambar pada screen agar tidak

bergerak. Kaca juga digunakan karena transparan/tembus cahaya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

sehingga tidak mengganggu proses pengafdrukan. Setelah itu,

memberikan busa pada bagian dalam screen (yang ada kayunya)

dimaksudkan sebagai penopang, penyangga, juga sebagai penahan

berat beban kaca pada saat proses pengafdrukan. Lalu setelah

semuanya selesai dilanjutkan dengan proses penyinaran yaitu

melakukan proses penyinaran di bawah sinar matahari langsung

kurang lebih 15-20 detik. Waktu yang dibutuhkan di dalam proses

penyinaran tidak begitu lama dimaksudkan supaya photo emulsion

yang dioleskan tidak terlalu kering sehingga susah untuk disemprot.

Setelah selesai disinari dengan sinar matahari, maka disemprot dengan

air sampai sesuai dengan gambar yang diinginkan lalu dikeringkan.

- Tahap ke-delapan Proses Sablon,

Pertama mencampur cat sablon/tinta sablon yaitu Rubber dengan

menggunakan campuran binder sebagai pengencer agar tidak terlalu

kental serta sebagai perekat. Karena tinta yang terlalu kental sulit

untuk dikuaskan/disapukan serta mudah sekali kering sehingga

menutupi pori-pori screen. Setelah selesai dicampur, tinta dituangkan

pada bagian dalam screen dilanjutkan dengan menguaskan tinta dari

atas ke bawah secara merata dengan menggunakan rakel. Setelah

gambar tercetak dengan teknik sablon, gambar dikeringkan.

Dilanjutkan dengan warna-warna lain sesuai dengan gambar yang

sebenarnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

4. Penyajian

Untuk memperindah karya maka diberikan unsur yang bisa memperindah

dan mempercantik sebuah karya yaitu pigura. Disini pigura yang digunakan

berwarna coklat (warna natural kayu), tidak menghilangkan unsur serat kayu yang

dapat memperindah karya serta kaca transparan biasa. Warna natural dirasakan

sangat cocok dan menyatu dengan karya. Warna natural juga diharapkan tidak

akan mengurangi keindahan suatu karya. Kaca transparan/bening/biasa dipilih

karena mendukung serta tidak mempengaruhi keindahan karya. Pigura yang

digunakan juga harus baik dalam artian pada saat digunakan tidak mengganggu,

menghilangkan, serta menyamarkan keindahan karya itu sendiri. Bahkan harus

mendukung keindahan karya. Pigura yang digunakan harus dipilih dengan

seksama karena menentukan segi keindahan karya. Pigura juga harus disesuaikan

dan dipilih dengan benar mengenai tebal pigura, bahan, serta motif profil yang

akan dipakai.

Tebal pigura yang akan digunakan adalah 2,5 cm, dengan lebar lis kayu

(luar ke dalam pigura) 4,5 cm. Untuk ukuran pigura 68 x 89 cm. Ukuran

disesuaikan dengan panjang dan lebar karya. Dalam hal ini karya sendiri

berukuran 35 x 40 cm sehingga dirasa cocok/sesuai dengan pigura tersebut. Profil

kayu menggunakan profil biasa tidak menggunakan banyak ornamen seperti

ukiran atau pahatan karena ukiran/pahatan bisa menggangu keindahan suatu

karya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter utama Barong Bali

adalah sangar. Karakter sangar lebih bisa ditangkap pada bagian wajah/muka

(topeng) Barong Bali. Meskipun dari beberapa karya yang ditampilkan

menampilkan sisi lain dari karakter-karakter Barong Bali yang berbeda seperti,

suasana Barong Bali yang sedang marah, suasana Barong Bali yang sedang diam.

Dengan kata lain Barong Bali memiliki kesan yang berbeda-beda di dalam setiap

karya yang ditampilkan.

Barong Bali sangar dikarenakan ciri fisiknya yang sangat

menakutkan/menyeramkan serta memiliki ciri khas tersendiri. Barong Bali

berbeda dengan ragam dan jenis kebudayaan yang lain. Karakter Barong Bali

yang sangar terletak pada 2 buah bola mata yang bulat melotot hampir keluar,

bagian wajah yang berwarna merah, gigi taring yang terlihat tajam dari luar, serta

bentuk bagian wajah atau kepala mirip binatang purbakala/monster (wujud

binatang aneh perpaduan antara beberapa binatang seperti singa, macan,

sapi/boma). Kesan sangar juga dipekuat dari didapatkannya bahan-bahan dari

Barong Bali itu sendiri terutama topeng yang diperoleh dari tempat-tempat angker

seperti kuburan sehingga Barong Bali digolongkan menjadi benda sakral yang

disucikan oleh masyarakat hindu di Bali.


commit to user

62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

Di balik karakter sangar yang diangkat, Barong Bali sebenarnya adalah

simbol kebajikan atau kebenaran, sedangkan Rangda adalah simbol kejahatan.

B. SARAN

Barong Bali adalah salah satu kebudayaan yang kita punya yang sangat

bernilai tinggi. Barong Bali sangat menarik untuk dinikmati. Dari uraian penulisan

serta karya-karya yang dihasilkan ternyata Barong Bali sangat menarik untuk

dijadikan tema dalam pembuatan karya seni grafis serta dapat juga diwujudkan

pada pembuatan karya seni yang lain.

Semoga dengan diangkatnya tema Karakter Barong Bali dalam Karya

Grafis ini dapat bermanfaat serta menarik minat masyarakat terutama pekerja seni

dan diharapkan menjadikan Barong Bali menjadi tema dari karya-karya yang akan

dibuat, terutama seni grafis.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai