Anda di halaman 1dari 193

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TUGAS AKHIR

DESAIN INTERIOR
MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA
DI SURABAYA
DENGAN PENDEKATAN KONSEP MODERN

Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa


Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun oleh
FAHMY RADHIKA
C0807001

JURUSAN DESAIN INTERIOR


FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit
2012to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN

DESAIN INTERIOR
MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA
DI SURABAYA
Dengan Pendekatan Konsep Modern

Disetujui untuk diajukan, guna melengkapi syarat kelulusan Tugas Akhir


Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2012

Disusun oleh:
FAHMY RADHIKA
C 08007001

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. IF. Bambang Sulistyono, Sk, M.T.arch Silfia Mona A, ST. M.Arch
NIP. 19621125 199303 1 001 NIP. 19790226 200212 2 002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Desain Interior

Anung B Studyanto, S.Sn, MT


NIP.commit
19710816 200501 1 001
to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggung jawabkan pada sidang Tugas Akhir


Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2012

Penguji :

Ketua Drs. Ken Sunarko, M.Si. ( )


NIP. 19511128 198303 1 001

Sekretaris Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, MT. ( )


NIP. 19770612 200112 2 003

Penguji 1 Drs. IF. Bambang S, Sk, M.T.arch ( )


NIP. 19621125 199303 1 001

Penguji II Silfia Mona A, ST. M.Arch ( )


NIP. 19790226 200212 2 002

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan


Fakultas Sastra dan Seni Rupa Desain Interior

Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D Anung B Studyanto, S.Sn, MT


NIP. 1960032 819860 1 001 NIP. 19710816 200501 1 001
commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAN

Nama : Fahmy Radhika


NIM : C 0807001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir


berjudul “Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya
(Dengan Pendekatan Konsep Modern)” adalah benar-benar karya
sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan
karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan)
dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas
Akhir dan gelar Sarjana yang telah diperoleh.

Surakarta, 1 Januari 2012


Yang membuat pernyataan,

Fahmy Radhika
C 0807001

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :


1. Ibu dan Bapak serta kakakku tercinta
2. Semua teman yang membantu TA ku
3. Saudara-saudariku se-Desain Interior, UNS
4. Semua teman-temanku
commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada


kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), Kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
commit to user
lain. (QS.Al-Insyirah 94: 6-7)

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur hanyalah milik Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan anugrah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan Laporan Tugas Akhir “Desain Interior Museum Kebudayaan China
Di Surabaya” ini dengan baik.

Penyusunan penulisan ini diajukan untuk melengkapi Laporan Tugas


Akhir sebagai persyaratan menempuh gelar Sarjana di Jurusan Desain
Interior, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
kedua Orang tua beserta keluarga kami yang telah banyak memberikan motivasi,
dukungan serta doa’nya demi kelancaran proses TA maupun penyusan
penulisan ini. Tidak lupa pula penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Anung B Studyanto, S.Sn, MT selaku Ketua Jurusan Desain Interior
UNS
2. Iik Endang SW, S.Sn, M.Ds. selaku koordinator Tugas Akhir
3. Drs. IF. Bambang Sulistyono, Sk.,M.T.arch dan Silfia Mona A, ST.
M.Arch selaku dosen pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan
pengarahan.
4. Seluruh Dosen, staf dan rekan-rekan di Jurusan Desain Interior
UNS, terimakasih atas ilmu, pengalaman, nasihatnya yang takkan
pernah sia-sia.
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, yang telah
banyak memberikan dukungan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
penulisan ini, namun dengan penuh harapan semoga penulisan ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, 1 Januari 2012

commit to user Penulis

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DESAIN INTERIOR
MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA
DI SURABAYA
( Dengan Pendekatan Konsep Modern )

Fahmy Radhika 1
Drs. IF. Bambang Sulistyono S, Sk. MT 2
Silfia Mona Aryani, ST. M.Arch3

ABSTRAKSI

Fahmy Radhika. C0807001. 2012. Desain Interior Museum Kebudayaan China


di Surabaya (Dengan Pendekatan Konsep Modern). Pengantar Tugas Akhir:
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Permasalahan yang akan dibahas dalam Desian Interior Kebudayaan China


ini, yaitu (1) Bagaimana mendesain interior museum kebudayaan China
sebagai sarana informasi, edukasi, dan rekreasi yang inspiratif bagi pengunjung
museum? (2) Bagaimana mendesain interior museum kebudayaan China dengan
penataan sistem display materi yang interaktif tanpa meninggalkan aspek
keamanan benda – benda materi dan kenyamanan pengunjung? (3) Bagaimana
mendesain interior museum kebudayaan China yang sesuai dengan konsep
modern?
Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah
metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok yang
digunakan oleh peneliti, yaitu: (1) Data Reduksi adalah proses seleksi,
pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. (2) Data Display, Merupakan
suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan. (3) Concludeing Drawing, Dari awal penelitian
data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-
pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi- proporsi.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Desain Interior
Museum Kebudayaan China memerlukan proses desain yang matang, mulai
dari berbagai pertimbangan dan analisa studi literature maupun studi lapangan
hingga terwujud adanya konsep perancangan desain untuk selanjutnya
diterapkan dalam perancangan. (2) dalam Desain Interior Museum
Kebudayaan China, tema perancangan memiliki peran penting didalam
memecahkan suatu masalah yang mana ide gagasan bisa bermula dari sebuah
tema yang diangkat. Konsep yang dihadirkan dalam perancangan ini adalah
“Modern”.

1
Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C0807001
2
Dosen Pembimbing 1
3
Dosen Pembimbing 2 commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

INTERIOR DESIGN OF CHINESE CULTURAL MUSEUM IN


SURABAYA
(Using A Modern Concept Approach)

Fahmy Radhika1
Drs. IF. Bambang Sulistyono, S.Sk.MT,2
Silfia Mona Aryani, ST. M.Arch 3

ABSTRACT
Fahmy Radhika. C0807001. 2012. Interior Design of Chinese Cultural Museum in
Surabaya (Using Modern Concept Approach). Introduction to Final Project:
Interior Design Department of Faculty of Letters and Fine Arts of Surakarta
Sebelas Maret University.
The problems addressed in this Interior Design of Chinese Culture are: (1)
How to design an interior of Chinese cultural museum as the inspiring
information, education, and recreation media for the visitors of museum? (2) How
to design an interior of Chinese cultural museum with an interactive material
display system layout without abandoning the security aspect of material objects
and visitors’ comfort? and (3) How to design an interior of Chinese culture
museum consistent with modern concept?
The method used in the problem discussion was an interactive analysis
method, consisting of three main stages: (1) Data reduction including the process
of selecting, focusing, simplifying and abstracting data. (2) Data display
constituting the process of organizing information before drawing a conclusion
from the research conducted. (3) Conclusion drawing, since the beginning of data
research, the research should had started to record rules, question pattern, causal
direction, and proportions
From the analysis, the following conclusions could be drawn. (1) An
interior design of Chinese Cultural Museum needed a mature designing from a
variety of consideration and analysis on literature study to field study until a
design concept was realized to be applied later in the designing. (2) In the Interior
Design of Chinese Cultural Museum, the theme of designing played an important
role in solving a problem in which the idea might depart from a theme raised. The
concept presented in this design was “Modern”.

1
Student, Interior Design Department with NIM C0807001
2
First Consultant commit to user
3
Second Consultant

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. iii
PERNYATAAN .................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................................. v
MOTTO.................................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ............................................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL................................................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2. Batasan Masalah.................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.4. Tujuan..................................................................................................... 3
1.5. Sasaran ................................................................................................... 3
1.6. Manfaat................................................................................................... 3
1.7. Metode Desain ....................................................................................... 4
1.8. Pola Pikir Perancangan ......................................................................... 6
1.9. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7
BAB II KAJIAN LITERATUR ............................................................................. 9
2.1. Pengertian Judul..................................................................................... 9
2.2. Tinjauan Umum Museum..................................................................... 11
2.2.1. Pengertian Museum .................................................................... 11
2.2.2. Sejarah Perkembangan Museum ................................................ 11
2.2.3. Fungsi, Tujuan dan Tugas Museum .......................................... 14
commit..............................................................................
2.2.4. Jenis Museum to user 16

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2.5. Persyaratan Museum ................................................................... 19


2.2.6. Koleksi Museum ......................................................................... 21
2.2.7. Metode Penyajian Koleksi.......................................................... 26
2.2.8. Peralatan Museum ....................................................................... 27
2.2.9. Struktur Organisasi Museum...................................................... 27
2.2.10. Pengunjung Museum ................................................................ 30
2.3. Tinjauan Khusus Museum .................................................................... 32
2.3.1. Tinjauan Ruang Museum ....................................................... 32
2.3.2. Tinjauan Sirkulasi.................................................................. 36
2.3.3. Tinjauan Organisasi Ruang .................................................... 58
2.3.4. Komponen Pembentuk Ruang................................................ 60
2.3.5. Sistem Interior ........................................................................ 63
2.3.6. Sistem Keamanan ................................................................... 77
2.3.7. Sistem Display Pameran ........................................................ 84
2.3.8. Furniture ................................................................................. 92
2.3.9. Pertimbangan Desain ............................................................. 94
2.4. Tinjauan Umum Kota Surabaya .......................................................... 98
2.4.1. Sejarah Kota Surabaya ................................................................ 99
2.5. Tinjauan 3 Dinasti ................................................................................. 100
2.5.1. Dinasti Ming........................................................................... 100
2.5.2. Dinasti Qing ........................................................................... 103
2.5.3. Dinasti Shang ......................................................................... 106
2.6. Tinjauan Tentang Modern .................................................................... 111
BAB III STUDI LAPANGAN ................................................................................. 113
3.1. Lokasi Survey ........................................................................................ 113
3.2. Sejarah Museum Nasional.................................................................... 113
3.3. Waktu Operasional Museum Nasional ............................................... 114
3.4. Sistem Display ....................................................................................... 114
3.5. Sistem Maintenance .............................................................................. 115
3.6. Fasilitas ................................................................................................... 115
3.7. Dokumentasi Pribadi ............................................................................. 116
commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV PROGRAMMING ..................................................................................... 121


4.1. Analisa Existing .................................................................................... 121
4.1.1. Asumsi Lingkungan ..................................................................... 121
4.1.2. Asumsi Lokasi .............................................................................. 121
4.1.3. Denah Existing ............................................................................. 122
4.2. Programing............................................................................................. 122
4.2.1. Status Kelembagaan ............................................................... 122
4.2.2. Struktur Organisasi................................................................. 123
4.2.3. Waktu Operasional ................................................................. 123
4.3. Program Kegiatan ............................................................................ 123
4.3.1. Pola Kegiatan Museum .......................................................... 123
4.3.2. Pola Kegiatan Manusia .......................................................... 124
4.4. Analisa Kebutuhan Ruang ............................................................... 127
4.5. Fasilitas Ruang ................................................................................ 128
4.6. Besaran Ruang ................................................................................. 129
4.7. Sistem Organisasi Ruang ................................................................. 138
4.7.1. Analisa Alternatif Organisasi Ruang ..................................... 138
4.7.2. Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang ............................... 139
4.8. Sistem Sirkulasi ............................................................................... 140
4.9. Hubungan Antar Ruang ................................................................... 142
4.10. Zoning Grouping ........................................................................... 142
BAB V KONSEP DESAIN ...................................................................................... 144
5.1. Ide Desain ........................................................................................ 144
5.2. Tema Desain .................................................................................... 144
5.3. Desain Layout .................................................................................. 145
5.4. Pembentuk Ruang ................................................................................. 145
5.4.1. Lantai ............................................................................................ 145
5.4.2. Dinding ......................................................................................... 146
5.4.3. Langit-langit ................................................................................ 147
5.5. Desain Interior Sistem ........................................................................... 147
5.5.1. Pencahayaan ................................................................................ 147
commit
5.5.2. Penghawaan to user
................................................................................. 147

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5.5.3. Akustik ......................................................................................... 148


5.6. Desain Furniture ..................................................................................... 148
5.7. Desain Elemen Estetis ........................................................................... 148
5.8. Skema Bahan dan Warna ...................................................................... 148
5.9. Sistem Keamanan ................................................................................... 149
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 150
6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 150
6.2. Saran ....................................................................................................... 151
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 152
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 154

Denah Existing ................................................................................................. 155


Denah Perubahan.............................................................................................. 156
Denah Interior ................................................................................................... 157
Layout................................................................................................................ 158
Floor Plan .......................................................................................................... 159
Reflected Ceiling Plan ..................................................................................... 160
Tampak Potongan AA ..................................................................................... 161
Tampak Potongan BB-CC ............................................................................... 162
Tampak Potongan DD-EE ............................................................................... 163
Tampak Potongan FF ....................................................................................... 164
Detail Konstruksi 1 .......................................................................................... 165
Detail Konstruksi 2 .......................................................................................... 166
Detail Konstruksi 3 dan 4 ................................................................................ 167
Gambar Furniture (display souvenir) ............................................................. 168
Gambar Furniture (kursi cafe)......................................................................... 169
Gambar Furniture (sofa cafe) .......................................................................... 170
Gambar Furniture (vitrin) ................................................................................ 171
Aksonometri ..................................................................................................... 172
Perspektif 1 ....................................................................................................... 173
Perspektif 2 ....................................................................................................... 174
Perspektif 3 ....................................................................................................... 175
commit to user
Perspektif 4 ....................................................................................................... 176

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Skema Arus dan Sirkulasi Koleksi di Dalam Museum ................................ 40
Skema 1.2 Skema Arus dan Sirkulasi Pengunjung di Dalam Museum ......................... 41
Skema 4.1 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi ............................................. 124
Skema 4.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi................... 124
Skema 4.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi .......................... 125
Skema 4.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran ................................... 125
Skema 4.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Servis ........................................................ 126
Skema 4.6 Pola Kegiatan Pengunjung atau Wisatawan Umum ..................................... 126
Skema 4.7 Pola Kegiatan Pengunjung atau Wisatawan Khusus .................................... 127

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Pola Pikir Perancangan .................................................................................... 6
Bagan 2.2 Struktur Permuseuman di Indonesia ............................................................... 28
Bagan 2.3 Struktur Organisasi Museum Swasta.............................................................. 28
Bagan 2.4 Struktur Organisasi Museum Pemerintah ...................................................... 29
Bagan 2.5 Struktur Organisasi Museum Secara Umum ................................................. 29
Bagan 2.6 Struktur Organisasi .......................................................................................... 123

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sirkulasi Pengunjung Yang Diarahkan Dengan Sistem Tata Pamernya .... 45
Gambar 2.2 Tipe Dasar Dari Orientasi Pengunjung Di Ruang Pamer ............................ 49
Gambar 2.3 Petunjuk Tentang Ruangan Di Ruang Pamer ............................................... 49
Gambar 2.5 Beragam Sistem Pencahayaan Yang Digunakan Dalam Ruang ................. 66
Gambar 2.6 Sumber Pencahayaan Pada Sudut Langit-Langit Atas Ruangan ................. 68
Gambar 2.7 Sumber Pencahayaan Yang Ditutupi Panel/Kaca ......................................... 68
Gambar 2.8 Pencahayaan Khusus Pada Ambalan ............................................................. 69
Gambar 2.9 Pencahayaan Khusus Pada Ambalan ............................................................. 70
Gambar 2.10 Daerah Refleksi Pencahayaan Terhadap Benda Pamer ............................... 70
Gambar 2.11 Letak Sumber Pencahayaan Terhadap Benda Pamer 3D ............................. 71
Gambar 2.12 Penempatan Kisi-Kisi Dibawah Lampu ........................................................ 71
Gambar 2.13 Refleksi Pencahayaan Pada Bidang Kaca Miring ........................................ 72
Gambar 2.14 Refleksi Pencahayaan Pada Bidang Kaca Miring ........................................ 72
Gambar 2.15 Kemungkinan Yang Terjadi Pada Ventilasi Silang ...................................... 73
Gambar 2.16 Jarak Dan Sudut Pandang Yang Baik ............................................................ 85
Gambar 2.17 Daerah Visual Manusia ................................................................................... 85
Gambar 2.18 Gerakan Kepala Manusia ................................................................................ 85
Gambar 2.19 Penyajian Benda 2D Panel.............................................................................. 87
Gambar 2.20 Penyajian Benda 2D dan 3D ........................................................................... 87
Gambar 2.21 Penyajian Benda 3D Batuan ........................................................................... 87
Gambar 2.22 Penyajian Benda 3D Benda Kecil Berharga ................................................. 87
Gambar 2.23 Penyajian Benda Diorama .............................................................................. 88
Gambar 2.24 Penyajian Berdasar Split level ........................................................................ 88
Gambar 2.25 Penyajian Dengan Mezanin ............................................................................ 89
Gambar 2.26 Penyajian Dengan Dekorasi Moral ................................................................ 89
Gambar 2.27 Penyajian Benda 2D dan 3D Berdasar Split Level Plafon........................... 89
Gambar 2.28 Sistem Display Film ........................................................................................ 90
Gambar 2.29 Sistem Display Computer ............................................................................... 90
Gambar 2.30 Sistem Display Remote Control Dan Tata Lampu ....................................... 90
Gambar 2.31 Sistem Materi Koleksi Berputar ..................................................................... 90
commit to user
Gambar 2.32 Bagian Depan Museum Nasional ................................................................... 116

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.33 Sistem Keamanan ............................................................................................ 116


Gambar 2.34 Sistem Pengarahan .......................................................................................... 117
Gambar 2.35 Sistem Pencahayaan Benda Koleksi .............................................................. 117
Gambar 2.36 Ceiling Lantai 1 ............................................................................................... 117
Gambar 2.37 Pola Lantai Area Emas dan Keramik............................................................. 118
Gambar 2.38 Diorama Lantai 1 ............................................................................................. 118
Gambar 2.39 Ceiling Area Pamer ......................................................................................... 119
Gambar 2.40 Vitrin ................................................................................................................. 119
Gambar 2.41 Diorama ............................................................................................................ 119
Gambar 2.42 Interior Area Pamer ......................................................................................... 120
Gambar 2.43 Peta Surabaya Jl. Pemuda ............................................................................... 122
Gambar 2.44 Hubungan Antar Ruang .................................................................................. 142
Gambar 2.45 Zoning ............................................................................................................... 143
Gambar 2.46 Grouping ........................................................................................................... 143
Gambar 2.47 Museum Of Memory and Tolerance Meksiko .............................................. 145
Gambar 2.48 Denah Existing ................................................................................................. 155
Gambar 2.49 Denah Perubahan ............................................................................................. 156
Gambar 2.50 Denah Interior .................................................................................................. 157
Gambar 2.51 Layout ............................................................................................................... 158
Gambar 2.52 Floor Plan ......................................................................................................... 159
Gambar 2.53 Reflected Ceiling Plan .................................................................................... 160
Gambar 2.54 Tampak Potongan AA ..................................................................................... 161
Gambar 2.55 Tampak Potongan BB-CC .............................................................................. 162
Gambar 2.56 Tampak Potongan DD-EE .............................................................................. 163
Gambar 2.57 Tampak Potongan FF ...................................................................................... 164
Gambar 2.58 Detail Konstruksi 1 .......................................................................................... 165
Gambar 2.59 Detail Konstruksi 2 .......................................................................................... 166
Gambar 2.60 Detail Konstruksi 3 dan 4 ............................................................................... 167
Gambar 2.61 Furniture (display souvenir) ........................................................................... 168
Gambar 2.62 Furniture (kursi cafe) ....................................................................................... 169
Gambar 2.63 Furniture (sofa cafe) ........................................................................................ 170
commit to user
Gambar 2.64 Furniture (vitrin) .............................................................................................. 171

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.65 Aksonometri ..................................................................................................... 172


Gambar 2.66 Perspektif 1 ...................................................................................................... 173
Gambar 2.67 Perspektif 2 ...................................................................................................... 174
Gambar 2.68 Perspektif 3 ...................................................................................................... 175
Gambar 2.69 Perspektif 4 ...................................................................................................... 176

commit to user

xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Level Cahaya yang Dianjurkan ........................................................................ 25


Tabel 2.2 Alternatif Layout dalam Ruang Pamer ............................................................ 36
Tabel 2.3 Pola Sirkulasi dalam Museum .......................................................................... 42
Tabel 2.4 Pola Hubungan antara Sirkulasi dan Ruang Pamer ....................................... 43
Tabel 2.5 Pencarian Orientasi oleh Pengunjung .............................................................. 48
Tabel 2.6 Pola Pengunjung dalam Pemiliha Rute .......................................................... 51
Tabel 2.7 Pola Pengunjung dalam Peralihan Rute .......................................................... 52
Tabel 2.8 Kejenuhan Pengunjung terhadap Objek dan Ruang Pamer ........................... 54
Tabel 2.9 Luas Area Ruang Pamer yang Dilalui Pengunjung ........................................ 56
Tabel 2.10 Penarik dan Pengalih Perhatian dalam Ruang Pamer .................................... 57
Tabel 2.11 Bentuk Organisasi Ruang ................................................................................. 58
Tabel 2.12 Ukuran Penggunaan Iluminasi ......................................................................... 65
Tabel 2.13 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung ........................................................... 127
Tabel 2.14 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola .............................................................. 128
Tabel 2.15 Besaran Ruang, Kegiatan dan Dimensi Furniture .......................................... 129
Tabel 2.16 Alternatif Organisasi Ruang ............................................................................. 139
Tabel 2.17 Hasil Analisa Organisasi Ruang ...................................................................... 139
Tabel 2.18 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung ................................................................. 141
Tabel 2.19 Analisa Bahan dan Kegunaan Lantai............................................................... 145
Tabel 2.20 Analisa Bahan dan Kegunaan Dinding ........................................................... 146
Tabel 2.21 Analisa Bahan dan Kegunaan Langit-langit ................................................... 147

commit to user

xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TUGAS AKHIR

DESAIN INTERIOR
MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA
DI SURABAYA
DENGAN PENDEKATAN KONSEP MODERN

Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa


Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun oleh
FAHMY RADHIKA
C0807001

JURUSAN DESAIN INTERIOR


FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit
2012to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN

DESAIN INTERIOR
MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA
DI SURABAYA
Dengan Pendekatan Konsep Modern

Disetujui untuk diajukan, guna melengkapi syarat kelulusan Tugas Akhir


Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2012

Disusun oleh:
FAHMY RADHIKA
C 08007001

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. IF. Bambang Sulistyono, Sk, M.T.arch Silfia Mona A, ST. M.Arch
NIP. 19621125 199303 1 001 NIP. 19790226 200212 2 002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Desain Interior

Anung B Studyanto, S.Sn, MT


NIP.commit
19710816 200501 1 001
to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggung jawabkan pada sidang Tugas Akhir


Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2012

Penguji :

Ketua Drs. Ken Sunarko, M.Si. ( )


NIP. 19511128 198303 1 001

Sekretaris Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, MT. ( )


NIP. 19770612 200112 2 003

Penguji 1 Drs. IF. Bambang S, Sk, M.T.arch ( )


NIP. 19621125 199303 1 001

Penguji II Silfia Mona A, ST. M.Arch ( )


NIP. 19790226 200212 2 002

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan


Fakultas Sastra dan Seni Rupa Desain Interior

Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D Anung B Studyanto, S.Sn, MT


NIP. 1960032 819860 1 001 NIP. 19710816 200501 1 001
commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAN

Nama : Fahmy Radhika


NIM : C 0807001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir


berjudul “Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya
(Dengan Pendekatan Konsep Modern)” adalah benar-benar karya
sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan
karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan)
dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas
Akhir dan gelar Sarjana yang telah diperoleh.

Surakarta, 1 Januari 2012


Yang membuat pernyataan,

Fahmy Radhika
C 0807001

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :


1. Ibu dan Bapak serta kakakku tercinta
2. Semua teman yang membantu TA ku
3. Saudara-saudariku se-Desain Interior, UNS
4. Semua teman-temanku
commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada


kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), Kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
commit to user
lain. (QS.Al-Insyirah 94: 6-7)

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur hanyalah milik Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan anugrah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan Laporan Tugas Akhir “Desain Interior Museum Kebudayaan China
Di Surabaya” ini dengan baik.

Penyusunan penulisan ini diajukan untuk melengkapi Laporan Tugas


Akhir sebagai persyaratan menempuh gelar Sarjana di Jurusan Desain
Interior, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
kedua Orang tua beserta keluarga kami yang telah banyak memberikan motivasi,
dukungan serta doa’nya demi kelancaran proses TA maupun penyusan
penulisan ini. Tidak lupa pula penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Anung B Studyanto, S.Sn, MT selaku Ketua Jurusan Desain Interior
UNS
2. Iik Endang SW, S.Sn, M.Ds. selaku koordinator Tugas Akhir
3. Drs. IF. Bambang Sulistyono, Sk.,M.T.arch dan Silfia Mona A, ST.
M.Arch selaku dosen pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan
pengarahan.
4. Seluruh Dosen, staf dan rekan-rekan di Jurusan Desain Interior
UNS, terimakasih atas ilmu, pengalaman, nasihatnya yang takkan
pernah sia-sia.
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, yang telah
banyak memberikan dukungan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
penulisan ini, namun dengan penuh harapan semoga penulisan ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, 1 Januari 2012

commit to user Penulis

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DESAIN INTERIOR
MUSEUM KEBUDAYAAN CHINA
DI SURABAYA
( Dengan Pendekatan Konsep Modern )

Fahmy Radhika 1
Drs. IF. Bambang Sulistyono S, Sk. MT 2
Silfia Mona Aryani, ST. M.Arch3

ABSTRAKSI

Fahmy Radhika. C0807001. 2012. Desain Interior Museum Kebudayaan


China di Surabaya (Dengan Pendekatan Konsep Modern). Pengantar
Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang akan dibahas dalam Desian Interior


Kebudayaan China ini, yaitu (1) Bagaimana mendesain interior
museum kebudayaan China sebagai sarana informasi, edukasi, dan rekreasi
yang inspiratif bagi pengunjung museum? (2) Bagaimana mendesain
interior museum kebudayaan China dengan penataan sistem display materi
yang interaktif tanpa meninggalkan aspek keamanan benda – benda materi
dan kenyamanan pengunjung? (3) Bagaimana mendesain interior museum
kebudayaan China yang sesuai dengan konsep modern?
Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah
metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok
yang digunakan oleh peneliti, yaitu: (1) Data Reduksi adalah proses
seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. (2) Data Display,
Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah
kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. (3) Concludeing Drawing,
Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan
pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan
proporsi- proporsi.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Desain
Interior Museum Kebudayaan China memerlukan proses desain yang
matang, mulai dari berbagai pertimbangan dan analisa studi literature
maupun studi lapangan hingga terwujud adanya konsep perancangan
desain untuk selanjutnya diterapkan dalam perancangan. (2) dalam
Desain Interior Museum Kebudayaan China, tema perancangan memiliki
peran penting didalam memecahkan suatu masalah yang mana ide gagasan
bisa bermula dari sebuah tema yang diangkat. Konsep yang dihadirkan
dalam perancangan ini adalah “Modern”.

1
Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C0807001
2
Dosen Pembimbing 1
3
Dosen Pembimbing 2 commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

INTERIOR DESIGN OF CHINESE CULTURAL MUSEUM IN


SURABAYA
(Using A Modern Concept Approach)

Fahmy Radhika1
Drs. IF. Bambang Sulistyono, S.Sk.MT,2
Silfia Mona Aryani, ST. M.Arch 3

ABSTRACT
Fahmy Radhika. C0807001. 2012. Interior Design of Chinese Cultural Museum in
Surabaya (Using Modern Concept Approach). Introduction to Final Project:
Interior Design Department of Faculty of Letters and Fine Arts of Surakarta
Sebelas Maret University.
The problems addressed in this Interior Design of Chinese Culture are: (1)
How to design an interior of Chinese cultural museum as the inspiring
information, education, and recreation media for the visitors of museum? (2) How
to design an interior of Chinese cultural museum with an interactive material
display system layout without abandoning the security aspect of material objects
and visitors’ comfort? and (3) How to design an interior of Chinese culture
museum consistent with modern concept?
The method used in the problem discussion was an interactive analysis
method, consisting of three main stages: (1) Data reduction including the process
of selecting, focusing, simplifying and abstracting data. (2) Data display
constituting the process of organizing information before drawing a conclusion
from the research conducted. (3) Conclusion drawing, since the beginning of data
research, the research should had started to record rules, question pattern, causal
direction, and proportions
From the analysis, the following conclusions could be drawn. (1) An
interior design of Chinese Cultural Museum needed a mature designing from a
variety of consideration and analysis on literature study to field study until a
design concept was realized to be applied later in the designing. (2) In the Interior
Design of Chinese Cultural Museum, the theme of designing played an important
role in solving a problem in which the idea might depart from a theme raised. The
concept presented in this design was “Modern”.

1
Student, Interior Design Department with NIM C0807001
2
First Consultant commit to user
3
Second Consultant

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. iii
PERNYATAAN .................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................................. v
MOTTO.................................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ............................................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL................................................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2. Batasan Masalah.................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.4. Tujuan..................................................................................................... 3
1.5. Sasaran ................................................................................................... 3
1.6. Manfaat................................................................................................... 3
1.7. Metode Desain ....................................................................................... 4
1.8. Pola Pikir Perancangan ......................................................................... 6
1.9. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7
BAB II KAJIAN LITERATUR ............................................................................. 9
2.1. Pengertian Judul..................................................................................... 9
2.2. Tinjauan Umum Museum..................................................................... 11
2.2.1. Pengertian Museum .................................................................... 11
2.2.2. Sejarah Perkembangan Museum ................................................ 11
2.2.3. Fungsi, Tujuan dan Tugas Museum .......................................... 14
commit..............................................................................
2.2.4. Jenis Museum to user 16

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2.5. Persyaratan Museum ................................................................... 19


2.2.6. Koleksi Museum ......................................................................... 21
2.2.7. Metode Penyajian Koleksi.......................................................... 26
2.2.8. Peralatan Museum ....................................................................... 27
2.2.9. Struktur Organisasi Museum...................................................... 27
2.2.10. Pengunjung Museum ................................................................ 30
2.3. Tinjauan Khusus Museum .................................................................... 32
2.3.1. Tinjauan Ruang Museum ....................................................... 32
2.3.2. Tinjauan Sirkulasi.................................................................. 36
2.3.3. Tinjauan Organisasi Ruang .................................................... 58
2.3.4. Komponen Pembentuk Ruang................................................ 60
2.3.5. Sistem Interior ........................................................................ 63
2.3.6. Sistem Keamanan ................................................................... 77
2.3.7. Sistem Display Pameran ........................................................ 84
2.3.8. Furniture ................................................................................. 92
2.3.9. Pertimbangan Desain ............................................................. 94
2.4. Tinjauan Umum Kota Surabaya .......................................................... 98
2.4.1. Sejarah Kota Surabaya ................................................................ 99
2.5. Tinjauan 3 Dinasti ................................................................................. 100
2.5.1. Dinasti Ming........................................................................... 100
2.5.2. Dinasti Qing ........................................................................... 103
2.5.3. Dinasti Shang ......................................................................... 106
2.6. Tinjauan Tentang Modern .................................................................... 111
BAB III STUDI LAPANGAN ................................................................................. 113
3.1. Lokasi Survey ........................................................................................ 113
3.2. Sejarah Museum Nasional.................................................................... 113
3.3. Waktu Operasional Museum Nasional ............................................... 114
3.4. Sistem Display ....................................................................................... 114
3.5. Sistem Maintenance .............................................................................. 115
3.6. Fasilitas ................................................................................................... 115
3.7. Dokumentasi Pribadi ............................................................................. 116
commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV PROGRAMMING ..................................................................................... 121


4.1. Analisa Existing .................................................................................... 121
4.1.1. Asumsi Lingkungan ..................................................................... 121
4.1.2. Asumsi Lokasi .............................................................................. 121
4.1.3. Denah Existing ............................................................................. 122
4.2. Programing............................................................................................. 122
4.2.1. Status Kelembagaan ............................................................... 122
4.2.2. Struktur Organisasi................................................................. 123
4.2.3. Waktu Operasional ................................................................. 123
4.3. Program Kegiatan ............................................................................ 123
4.3.1. Pola Kegiatan Museum .......................................................... 123
4.3.2. Pola Kegiatan Manusia .......................................................... 124
4.4. Analisa Kebutuhan Ruang ............................................................... 127
4.5. Fasilitas Ruang ................................................................................ 128
4.6. Besaran Ruang ................................................................................. 129
4.7. Sistem Organisasi Ruang ................................................................. 138
4.7.1. Analisa Alternatif Organisasi Ruang ..................................... 138
4.7.2. Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang ............................... 139
4.8. Sistem Sirkulasi ............................................................................... 140
4.9. Hubungan Antar Ruang ................................................................... 142
4.10. Zoning Grouping ........................................................................... 142
BAB V KONSEP DESAIN ...................................................................................... 144
5.1. Ide Desain ........................................................................................ 144
5.2. Tema Desain .................................................................................... 144
5.3. Desain Layout .................................................................................. 145
5.4. Pembentuk Ruang ................................................................................. 145
5.4.1. Lantai ............................................................................................ 145
5.4.2. Dinding ......................................................................................... 146
5.4.3. Langit-langit ................................................................................ 147
5.5. Desain Interior Sistem ........................................................................... 147
5.5.1. Pencahayaan ................................................................................ 147
commit
5.5.2. Penghawaan to user
................................................................................. 147

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5.5.3. Akustik ......................................................................................... 148


5.6. Desain Furniture ..................................................................................... 148
5.7. Desain Elemen Estetis ........................................................................... 148
5.8. Skema Bahan dan Warna ...................................................................... 148
5.9. Sistem Keamanan ................................................................................... 149
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 150
6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 150
6.2. Saran ....................................................................................................... 151
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 152
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 154

Denah Existing ................................................................................................. 155


Denah Perubahan.............................................................................................. 156
Denah Interior ................................................................................................... 157
Layout................................................................................................................ 158
Floor Plan .......................................................................................................... 159
Reflected Ceiling Plan ..................................................................................... 160
Tampak Potongan AA ..................................................................................... 161
Tampak Potongan BB-CC ............................................................................... 162
Tampak Potongan DD-EE ............................................................................... 163
Tampak Potongan FF ....................................................................................... 164
Detail Konstruksi 1 .......................................................................................... 165
Detail Konstruksi 2 .......................................................................................... 166
Detail Konstruksi 3 dan 4 ................................................................................ 167
Gambar Furniture (display souvenir) ............................................................. 168
Gambar Furniture (kursi cafe)......................................................................... 169
Gambar Furniture (sofa cafe) .......................................................................... 170
Gambar Furniture (vitrin) ................................................................................ 171
Aksonometri ..................................................................................................... 172
Perspektif 1 ....................................................................................................... 173
Perspektif 2 ....................................................................................................... 174
Perspektif 3 ....................................................................................................... 175
commit to user
Perspektif 4 ....................................................................................................... 176

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Skema Arus dan Sirkulasi Koleksi di Dalam Museum ................................ 40
Skema 1.2 Skema Arus dan Sirkulasi Pengunjung di Dalam Museum ......................... 41
Skema 4.1 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi ............................................. 124
Skema 4.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi................... 124
Skema 4.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi .......................... 125
Skema 4.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran ................................... 125
Skema 4.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Servis ........................................................ 126
Skema 4.6 Pola Kegiatan Pengunjung atau Wisatawan Umum ..................................... 126
Skema 4.7 Pola Kegiatan Pengunjung atau Wisatawan Khusus .................................... 127

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Pola Pikir Perancangan .................................................................................... 6
Bagan 2.2 Struktur Permuseuman di Indonesia ............................................................... 28
Bagan 2.3 Struktur Organisasi Museum Swasta.............................................................. 28
Bagan 2.4 Struktur Organisasi Museum Pemerintah ...................................................... 29
Bagan 2.5 Struktur Organisasi Museum Secara Umum ................................................. 29
Bagan 2.6 Struktur Organisasi .......................................................................................... 123

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sirkulasi Pengunjung Yang Diarahkan Dengan Sistem Tata Pamernya .... 45
Gambar 2.2 Tipe Dasar Dari Orientasi Pengunjung Di Ruang Pamer ............................ 49
Gambar 2.3 Petunjuk Tentang Ruangan Di Ruang Pamer ............................................... 49
Gambar 2.5 Beragam Sistem Pencahayaan Yang Digunakan Dalam Ruang ................. 66
Gambar 2.6 Sumber Pencahayaan Pada Sudut Langit-Langit Atas Ruangan ................. 68
Gambar 2.7 Sumber Pencahayaan Yang Ditutupi Panel/Kaca ......................................... 68
Gambar 2.8 Pencahayaan Khusus Pada Ambalan ............................................................. 69
Gambar 2.9 Pencahayaan Khusus Pada Ambalan ............................................................. 70
Gambar 2.10 Daerah Refleksi Pencahayaan Terhadap Benda Pamer ............................... 70
Gambar 2.11 Letak Sumber Pencahayaan Terhadap Benda Pamer 3D ............................. 71
Gambar 2.12 Penempatan Kisi-Kisi Dibawah Lampu ........................................................ 71
Gambar 2.13 Refleksi Pencahayaan Pada Bidang Kaca Miring ........................................ 72
Gambar 2.14 Refleksi Pencahayaan Pada Bidang Kaca Miring ........................................ 72
Gambar 2.15 Kemungkinan Yang Terjadi Pada Ventilasi Silang ...................................... 73
Gambar 2.16 Jarak Dan Sudut Pandang Yang Baik ............................................................ 85
Gambar 2.17 Daerah Visual Manusia ................................................................................... 85
Gambar 2.18 Gerakan Kepala Manusia ................................................................................ 85
Gambar 2.19 Penyajian Benda 2D Panel.............................................................................. 87
Gambar 2.20 Penyajian Benda 2D dan 3D ........................................................................... 87
Gambar 2.21 Penyajian Benda 3D Batuan ........................................................................... 87
Gambar 2.22 Penyajian Benda 3D Benda Kecil Berharga ................................................. 87
Gambar 2.23 Penyajian Benda Diorama .............................................................................. 88
Gambar 2.24 Penyajian Berdasar Split level ........................................................................ 88
Gambar 2.25 Penyajian Dengan Mezanin ............................................................................ 89
Gambar 2.26 Penyajian Dengan Dekorasi Moral ................................................................ 89
Gambar 2.27 Penyajian Benda 2D dan 3D Berdasar Split Level Plafon........................... 89
Gambar 2.28 Sistem Display Film ........................................................................................ 90
Gambar 2.29 Sistem Display Computer ............................................................................... 90
Gambar 2.30 Sistem Display Remote Control Dan Tata Lampu ....................................... 90
Gambar 2.31 Sistem Materi Koleksi Berputar ..................................................................... 90
commit to user
Gambar 2.32 Bagian Depan Museum Nasional ................................................................... 116

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.33 Sistem Keamanan ............................................................................................ 116


Gambar 2.34 Sistem Pengarahan .......................................................................................... 117
Gambar 2.35 Sistem Pencahayaan Benda Koleksi .............................................................. 117
Gambar 2.36 Ceiling Lantai 1 ............................................................................................... 117
Gambar 2.37 Pola Lantai Area Emas dan Keramik............................................................. 118
Gambar 2.38 Diorama Lantai 1 ............................................................................................. 118
Gambar 2.39 Ceiling Area Pamer ......................................................................................... 119
Gambar 2.40 Vitrin ................................................................................................................. 119
Gambar 2.41 Diorama ............................................................................................................ 119
Gambar 2.42 Interior Area Pamer ......................................................................................... 120
Gambar 2.43 Peta Surabaya Jl. Pemuda ............................................................................... 122
Gambar 2.44 Hubungan Antar Ruang .................................................................................. 142
Gambar 2.45 Zoning ............................................................................................................... 143
Gambar 2.46 Grouping ........................................................................................................... 143
Gambar 2.47 Museum Of Memory and Tolerance Meksiko .............................................. 145
Gambar 2.48 Denah Existing ................................................................................................. 155
Gambar 2.49 Denah Perubahan ............................................................................................. 156
Gambar 2.50 Denah Interior .................................................................................................. 157
Gambar 2.51 Layout ............................................................................................................... 158
Gambar 2.52 Floor Plan ......................................................................................................... 159
Gambar 2.53 Reflected Ceiling Plan .................................................................................... 160
Gambar 2.54 Tampak Potongan AA ..................................................................................... 161
Gambar 2.55 Tampak Potongan BB-CC .............................................................................. 162
Gambar 2.56 Tampak Potongan DD-EE .............................................................................. 163
Gambar 2.57 Tampak Potongan FF ...................................................................................... 164
Gambar 2.58 Detail Konstruksi 1 .......................................................................................... 165
Gambar 2.59 Detail Konstruksi 2 .......................................................................................... 166
Gambar 2.60 Detail Konstruksi 3 dan 4 ............................................................................... 167
Gambar 2.61 Furniture (display souvenir) ........................................................................... 168
Gambar 2.62 Furniture (kursi cafe) ....................................................................................... 169
Gambar 2.63 Furniture (sofa cafe) ........................................................................................ 170
commit to user
Gambar 2.64 Furniture (vitrin) .............................................................................................. 171

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.65 Aksonometri ..................................................................................................... 172


Gambar 2.66 Perspektif 1 ...................................................................................................... 173
Gambar 2.67 Perspektif 2 ...................................................................................................... 174
Gambar 2.68 Perspektif 3 ...................................................................................................... 175
Gambar 2.69 Perspektif 4 ...................................................................................................... 176

commit to user

xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Level Cahaya yang Dianjurkan ........................................................................ 25


Tabel 2.2 Alternatif Layout dalam Ruang Pamer ............................................................ 36
Tabel 2.3 Pola Sirkulasi dalam Museum .......................................................................... 42
Tabel 2.4 Pola Hubungan antara Sirkulasi dan Ruang Pamer ....................................... 43
Tabel 2.5 Pencarian Orientasi oleh Pengunjung .............................................................. 48
Tabel 2.6 Pola Pengunjung dalam Pemiliha Rute .......................................................... 51
Tabel 2.7 Pola Pengunjung dalam Peralihan Rute .......................................................... 52
Tabel 2.8 Kejenuhan Pengunjung terhadap Objek dan Ruang Pamer ........................... 54
Tabel 2.9 Luas Area Ruang Pamer yang Dilalui Pengunjung ........................................ 56
Tabel 2.10 Penarik dan Pengalih Perhatian dalam Ruang Pamer .................................... 57
Tabel 2.11 Bentuk Organisasi Ruang ................................................................................. 58
Tabel 2.12 Ukuran Penggunaan Iluminasi ......................................................................... 65
Tabel 2.13 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung ........................................................... 127
Tabel 2.14 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola .............................................................. 128
Tabel 2.15 Besaran Ruang, Kegiatan dan Dimensi Furniture .......................................... 129
Tabel 2.16 Alternatif Organisasi Ruang ............................................................................. 139
Tabel 2.17 Hasil Analisa Organisasi Ruang ...................................................................... 139
Tabel 2.18 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung ................................................................. 141
Tabel 2.19 Analisa Bahan dan Kegunaan Lantai............................................................... 145
Tabel 2.20 Analisa Bahan dan Kegunaan Dinding ........................................................... 146
Tabel 2.21 Analisa Bahan dan Kegunaan Langit-langit ................................................... 147

commit to user

xix
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seni budaya Cina merupakan warisan budaya yang paling tua di dunia
selain itu juga mempunyai nilai yang tinggi. Kasya seni nya kurang lebih di mulai
tahun 4000 SM. Banyak sekali karya seni yang menakjubkan ditemukan pada
makan raja pada masa jayanya atau pada makan saudagar kaya pada saat itu.
Karya-karya yang menakjubkan terjadi pada masa dinasti Shang (1766-1122 SM),
Ming (1368-1644), Qing (1644-1912). Pada masa jayanya dari dinasti tersebut
mempunyaai karakter seni yang berbeda-beda tidak hanya dalam bentuk lukisan
maupun pahatan tetapi juga barang tembikar, puisi maupun novel. Perabot rumah
tangga, barang hiasan dan seni menata ruang serta seni taman masih banyak ditiru
hingga sekarang. (Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 14, 1990, hal 144)
Seni budaya Cina mengalami perkembangan seiring berjalannya kemajuan
pada aspek seni dan budaya. Indonesia seni budaya Cina mempunyai pengaruh
yang besar baik dari adat perkawinan sampai pada seni bentuk. Pentingnya sebuah
karya seni dan budaya Cina yang sudah ada maka diperlukan tempat yang bisa
mewadahi hasil karya seni. Dengan melihat adaanya kebutuhan dibentuklah
Museum Kebudayaan Cina yang berfungsi memamerkan karya-karya yang
mempunyai nilai seni tinggi.
Museum adalah sebuah badan atau lembaga yang tetap, yang tidak
mencari keuntungan, yang bertugas menghimpun, merawat, meneliti, dan
menyajikan untuk kepentingan studi dan kenikmatan setiap benda, pembuktian
alam, manusia dan kebudayaan. (ICOM : International Council Of Museum)
Museum pada saat ini dirasa kurang menarik serta kurang representatif
dalam menampilkan benda-benda koleksinya. Berbagai macam pendapat dan
gambaran masyarakat mengenai museum bisa dikatakan menyedihkan karena
mereka menggambarkan bahwa museum itu adalah tempat yang membosankan.
Padahal tujuan dari adanya museum adalah sebagai sarana penyampaian
pendidikan, informasi dan hiburan hal ini akan menjadi faktor memudarnya minat
commit
dan antusias masyarakat untuk to user
mengunjungi sebuah museum. Museum
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

mempunyai peran juga dalam melestarikan serta mengembangkan kebudayaan


yang ada di negeri ini karena sebagai media edukasi bagi masyarakat yang mana
memiliki informasi-informasi penting mengenai budaya.
Dari penjelasan di atas, dibutuhkan suatu tempat yang mendukung,
representatif dan informatif untuk menampilkan karya seni yang ada,dengan baik
juga untuk mengangkat seniman - seniman tersebut ke permukaan kembali agar
lebih dikenal oleh masyarakat baik karya maupun profilnya, selaain itu juga
sebagai motivator bagi para seniman untuk menciptakan sebuah hasil karya seni
yang tidak termakan oleh waktu. Ketika aspek-aspek tersebut terpenuhi maka
masyarakat akan lebih tertarik untuk berkunjung yang pada akhirnya masyarakat
itu sendiri bisa menjadi salah satu tujuan wisata alternatif. Berawal dari faktor
inilah perencanaan dan perancangan museum dan fasilitasnya ini sebagai salah
satu sarana yang memenuhi kebutuhan aktivitas tersebut.

1.2 BATASAN MASALAH


Perencanaan dan perancangan ini dibatasi pada masalah yang berkaitan
dengan aspek perencanaan dan perancangan Museum Kebudayaan China yang
mengandalkan konsep modern dimana di dalamnya terdapat fasilitas utama berupa
area pamer, area souvenir dan fasilitas pendukung seperti gudang, kantor
administrasi, cafe yang saling terkait satu dengan yang lain, dengan luasan
bangunan 1200-1500 m².

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana menciptakan sebuah museum yang representatif, komunikatif
dan kondusif.
2. Bagaimana mendesain interior Museum Kebudayaan China dengan
penataan sistem display materi yang interaktif tanpa meninggalkan aspek
keamanan benda – benda materi dan kenyamanan pengunjung?
3. Bagaimana mendesain interior Museum Kebudayaan China yang sesuai
dengan tema yang tepat?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

1.4 TUJUAN
1. Mendesain interior Museum Kebudayaan China sebagai sarana informasi,
edukasi, dan rekreasi yang inspiratif bagi pengunjung museum.
2. Mendesain interior Museum Kebudayaan China dengan penataan sistem
display materi yang interaktif tanpa meninggalkan aspek keamanan benda
– benda materi dan kenyamanan pengunjung.
3. Mendesain interior Museum Kebudayaan China yang sesuai dengan
pengaplikasian konsep modern.

1.5 SASARAN
1. Sasaran pengunjung:
a. Wisatawan umum (Nusantara dan Mancanegara)
b. Masyarakat umum kota Surabaya dan sekitarnya.
2. Sasaran perancangan desain:
a. Merancang interior dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
aktivitas secara fungsional pada Museum Kebudayaan China.
b. Merancang interior dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan
kenyamanan serta nilai etestik sebagi ciri khas utama pada Museum
Kebudayaan China.

1.6 MANFAAT
1. Manfaaat bagi Desainer
Memberikan pandangan baru terhadap pengolahan ruang dalam yang
dimana memiliki fungsi museum yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.
Setiap desainer mampu berkreasi tentang mengolah desain mereka sesuai
dengan yang mereka inginkan dan sukai. Namun, banyak diantara mereka
yang belum mampu untuk benar-benar merealisasikannya. Perancangan ini
diharapkan dapat memberikan pandangan bahwa untuk merealisasikan
desain terlebih dulu berasal dari sebuah mimpi yang kemudian
digabungkan dengan kebutuhan yang ada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

2. Bagi Dunia Akademik


a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah “Museum
Kebudayaan Cina”.
b. Mengenalkan salah satu bentuk perkembangan interior baru dalam
dunia akademik khususnya sebuah museum.

3. Manfaat Bagi Masyarakat:


a. Menambah ilmu pengetahuan mengenai kebudayaan dan kesenian pada
masa Dinasti Ming, Dinasti Qing, Dinasti Shang.
b. Mempererat tali silaturahmi antara etnis tionghoa dengan masyarakat
pribumi khususnya di Surabaya

4. Manfaat Bagi Pemerintah


a. Menambah nilai budaya yang ada di Indonesia yang pada dasarnya
Indonesia kaya akan budaya dari segala etnis.
b. Memperarat hubungan bilateral antara Indonesia dengan Cina

1.7 METODE DESAIN


1. Bentuk Penelitian
Dalam menyelesaikan proses Desian Interior Museum Kebudayaan
China, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang
memusatkan pada pendekatan sejarah (approach historical). Dimana
dalam bentuk penelitian ini lebih mengutamakan pengumpulan data
berupa kata – kata / kalimat / gambar yang memiliki arti lebih kaya
daripada sekedar angka atau frekuensi.
2. Lokasi Survey
Demi mendapatkan suatu keakuratan data, perlu dilakukan penelitian
yang dilaksanakan pada Museum Nasional yang berada di Jl. Merdeka
no.12 Jakarta Pusat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi lokasi yang bisa
dijadikan referensi dan materi pembanding tentang hal-hal yang
berkaitan dengan proyek desain ini, terutama dalam bidang
interior, misalnya tentang sistem display, keamanan, pencahayaan,
dan sebagainya. Dengan mempergunakan alat bantu berupa kamera
foto, alat tulis, dan sebagainya.
b. Wawancara Mendalam ( In Dept Interviewing )
Wawancara dalam pengumpulan data ini bersifat open – ended dan
mendalam dilakukan secara tidak formal. Wawancara ini dilakukan
pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna mendapatkan
data yang rinci dan mendalam.
c. Analisa Konten
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

1.8 POLA PIKIR PERANCANGAN

Bagan 2.1
Pola Pikir Perancangan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

1.9 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan dalam Desain Interior Museum Kebudayaan China adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan mencakup Latar Belakang Masalah yang meliputi
peranan dan keberadaan Museum Kebudayaan Cina di Surabaya,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan sasaran, serta
Metodologi yang meliputi metode sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Mengemukakan Kajian Teoritis tentang Proyek Desain Interior
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya, yang meliputi pembahasan
teori tentang ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup
tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen
pembentuk ruang, sistem interior, sistem keamanan, sistem
penyajian dan display pameran serta pertimbangan desain.
BAB III STUDI LAPANGAN
Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar
acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan
pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa dari konsep
Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya.
BAB IV ANALISA DESAIN
Merupakan uraian tentang program kegiatan dan program ruang
yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior yang
meliputi definisi proyek, asumsi lokasi, status kelembagaaan,
struktur orhanisasi, program kegiatan, alur kegiatan, program
ruang, besaran ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang, sistem
interior, sistem keamanan, sistem organisasi ruang, sistem sirkulasi,
pola hubungan aantar ruang, zoning grouping.
BAB V KONSEP DESAIN
Merupakan uraian tentang ide atau gagasan beserta tema, suasana
ruang, pola penataan ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

sistem interior, dan sistem keamanan yang akan melatar belakangi


terciptanya karya desain interior
BAB VI KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa data , evaluasi konsep
perencanaan dan perancangan serta keputusan desain dari konsep
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 PENGERTIAN JUDUL


Pengertian judul proyek “ Desain Interior Museum Kebudayaan China di
Surabaya ” dengan Pendekatan Konsep Modern adalah sebagai berikut :
Desain : 1) Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebaginya.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 138)
2) Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam
jenis perancangan dimanan titik beratnya adalah
melihat sesuatu persoalan tidak secara tepisah atau
tersendiri melainkan sebagi suatu kesatuan dimana
satu masalah dengan lainnya saling kait mengkait.
(Suptandar, 1999 : 12)
Interior : 1) Ruang dalam suatu bangunan, yang
mengungkapkan tata kehidupan manusia melalui
media ruang. (Ensiklopedi Nasional Indonesia,
1991 : 197)
2) Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan
perabot (hiasan, dsb) di ruang dalam gedung.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).
Desain Interior : Adalah karya arsitek atau desainer yang khusus
menyangkut bagian dalam dari suatu bangunan.
(Suptandar, 1999 : 11)
Museum : Sebuah badan atau lembaga yang tetap, yang
tidakmencari keuntungan, yang bertugas
menghimpun, merawat, meneliti, dan menyajikan
untuk kepentingan studi dan kenikmatan setiap
benda, pembuktian alam, manusia dan kebudayaan.
(ICOM International Council Of Museum)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Kebudayaan : Hasil akhir dari sebuah perilaku ataupun akalbudi dari


manusia seperti kepeercayaan, keseniaan, adat
istiadat dan lain sebagainya
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990, hal.132)
China : Wilayah luas serta keadaan alam yang heterogen.
Lingkup geografisnya membentang dari Siberia
hingga daerah beriklim tropis dan dari Sanudra
Pasifik hingga mencapai jantung Asia Tengah.
(Ivan Taniputera, History Of China, 2009, halaman
21)
Surabaya : Ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya
merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah
Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya
yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan
pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di
kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan
sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang
sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut
kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata
Surabaya konon berasal dari cerita mitos
pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya dan
akhirnya menjadi kota Surabaya.
Modern : yang terbaru, tidak tradisional, kekinian. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia,1993 : 370).
Jadi, “Desain Interior Museum Kebudayaan China dengan Pendekatan
Konsep Modern” adalah sebuah tempat yang mempunyai berbagai fasilitas
rekreasi dan informasi tentang kebudayaan Cina khususnya pada era Dinasti
Ming, Dinasti Qing, Dinasti Shang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
ingin mencari informasi dan edukasi serta tema interior yang disesuaikan dengan
mengikuti perkembangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2.2 TINJAUAN UMUM MUSEUM


2.2.1 Pengertian Museum
Museum berasal dari kata “Mouseion” yang merupakan
kuil klasik tempat pemujaan Dewi Muse dalam mitologi Yunani,
yang dipercaya sebagai lambang cabang ilmu pengetahuan dan
kesenian. Museum adalah suatu lembaga yang bersifat badan
hukum yang tetap, tidak mencari keuntungan dalam
pelaksanaannya kepada masyarakat, tetapi untuk memajukan
masyarakat lingkungannya, serta terbuka untuk umum. Museum
mengadakan kegiatan pengadaan, pengawetan, riset, komunikasi
dan pameran segala macam benda bahan pembuktian tentang
kehadiran umat manusia dan lingkungannya untuk tujuan tertentu,
pengkajian dan pendidikan maupun kesenangan.
(Moh. Amir Sutarga, 1989 : 23)

2.2.2 Sejarah dan Perkembangan Museum


Sejarah Museum diawali dengan munculnya naluri ilmiah
manusia, yaitu naluri untuk melakukan pengumpulan (collecting
instinct). Sejak 85.000 tahun silam sudah merupakan tukang
himpun, terbukti dari oleh hasil penelitian para arkeolog dalam
gua-gua di Eropa dimana berdiam manusia Neanderthal dimana
didalam gua ini ditemukan kepingan-kepingan batu yang disebut
juga oker, fosil aneka bentuk, serta bebatuan lainnya.
Koleksi ini merupakan penyajian pertama yang disebut
Curiokabinet dan merupakan yang tertua dan nama ini merupakan
museum pertama dalam sejarah dunia.
Pada akhir abad 18 di Eropa Barat, banyak muncul kegiatan
– kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Eropa dalam bidang –
bidang ilmiah, hingga banyak pula berdiri perkumpulan atau
lembaga ilmiah. Salah satunya berdiri sejenis museum yang
disebut dengan Institutional Museum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Diawali dengan pecahnya revolusi perancis, yang kemudian


melahirkan semboyan Liberte, Egalite et Fraternite (merdeka,
persamaan dan persaudaraan), membawa perubahan pada sendi –
sendi kehidupan yang lama dengan lahirnya bibit – bibit demokrasi
barat yang menjadi sebuah tatanan kehidupan baru bagi bangsa
Eropa. Perubahan tatanan kehidupan ini menyebabkan disitanya
banyak istana milik raja maupun para bangasawan oleh negara dan
semua koleksi yang awalnya hanya diperuntukkan khusus bagi
keluarga raja beserta kerabatnya dan para bangsawan, menjadi
terbuka untuk umum atau rakyat. Sebagai contoh adalah museum
Le Louvre di Paris, Perancis, yang berasal dari koleksi Raja Frans I
yang selanjutnya diperluas oleh Raja Louis XIV dari Fotainebleau
ke istana Louvre sekarang.
Sejak saat itulah kemudian museum menjadi salah satu
lambang bagi kedaulatan rakyat khususnya dibidang ilmu
pengetahuan, kebudayaan maupun seni dan tidak lagi hanya
menjadi monopoli kaum bangsawan dan kaum cendikiawan saja,
tetapi telah menjadi milik umum dan seluruh lapisan masyarakat.
Dalam perkembangan berikutnya museum lebih menonjolkan
fungsi rekreasi daripada fungsi edukatifnya. Setelah perang dunia
II banyak negara yang sadar bahwa kehidupan cultural, seperti
halnya dunia pendidikan dipandang perlu untuk dimasukkan
dalam jangkauan strategis kebudayaan dan dikelola oleh sistem
adminstrasi kebudayaan.
Secara internasional perlu adanya kerjasama di bidang
kebudayaan dan tugas ini kemudian dipercayakan pada UNESCO,
sebagai salah satu badan PBB yang mengurusi masalah
pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Selanjutnya
dibidang permuseuman, UNESCO membenuk suatu lembaga yang
mengurusi masalah permuseuman secara internasional, yang
disebut dengan International Council of Museum, disingkat ICOM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Pada tahun 1981, ICOM memiliki anggota kurang lebih 7000


anggota dari semua negara anggota PBB.
Di Indonesia sendiri mempunyai sejarah ilmu dan kesenian
yang paling tua diantara Negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal
ini dikaitkan dengan sejarah jaman kolonialisme dan Imperialisme.
Pada tanggal 24 April 1778, Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen, badan usaha yang bertujuan
memajukan penelitian dalam bidang seni, ilmu, khususnya bidang
ilmu sejarah, arkeologi, etnografi, dan fisika serta menerbitkan
berbagai penelitian, mendirikan suatu lembaga ilmu pengetahuan.
JCM. Radermacher, sebagai pendiri menyumbangkan sebuah
rumah berikut koleksi budaya sebagai cikal bakal museum di
Indonesia.
Dengan bertambahnya jumlah koleksi, pada awal abad ke
19, Sir Thomas Stamford Raffles membangun gedung baru di Jalan
Majapahit nomor 3, yang diberi nama Literary Society. Dan pada
tahun 1862, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk
membangun gedung museum baru yang dapat digunakan sebagai
kantor sekaligus untuk memamerkan koleksi. Gedung itu terletak
di Jalan Medan Merdeka Barat nomor 12, Jakarta Pusat.
Diresmikan pada tahun 1868, yang kemudian dikenal dengan nama
Museum Gajah, karena terdapat patung Gajah yang terbuat dari
perunggu, yang merupakan hadiah dari raja Culalongkorn, dari
Thailand. Museum ini juga disebut Museum Arca, karena
didalamnya tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal
dari berbagai kurun waktu. Pada tanggal 29 Febuari 1950.
Lembaga tersebut menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia, dan
pada tanggal 17 September 1962 diserahkan kepada pemerintah
Indonesia dan menjadi Museum Pusat, dan pada tanggal 28 Mei
1979 berubah nama menjadi Museum Nasional yang merupakan
museum tertua di Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Perkembangan museum di Indonesia mengalami pasang


surut. Pada tahun 1662 didirikan De Ambonsche Raritteinkamer,
oleh Rumpuis, tetapi kemudian lenyap dimakan tahun.
Pada abad 20 didirikan Museum Aceh pada masa
pemerintahan Hindia Belanda dan diresmikan ole Gubernur Sipil
dan Militer Aceh Jendral HMA Swart pad atanggal 31 Juli 1915.
Museum ini dkembangkan menjadi Museum Negri Provinsi Aceh.
Tahun 1922 Von Faber, warga Surabaya keturunan Jerman
menderkan Museum Steelijk Historish Museum Surabaya, yang
saat ini berubah namanya menjadi Museum Negeri Mpu Tantular.
Di Bali pada tanggal 8 September 1932 diresmikan sebuah
museum dengan nama Bali museum, yang kemudian pada tahun
1965 dierahkan kepada pemerintah, dan saat ini namanya menjadi
Museum Negeri Proinsi Bali. Di Yogyakarta sejak tahun 1924
dirintas sebuah museum oleh Java Institut yang pada tahun 1935
diresmikan menjadi Museum Sonobudoyo, kemudian setelah
proklamasi museum ini dikelola oleh pemerintah daerah, dan
akhirnya pada tahun 1974 museum ini diserahkan ke pemerintah
pusat. Setelah tahun 1945 Museum-Museum di Indonesia terus
bermunculan baik yang didirikan oleh pihak pemerintah maupun
swasta. Sampai saat ini telah berdiri sekitar 140 buah museum di
Indonesia.

2.2.3 Fungsi, tujuan dan tugas museum


a) Fungsi menurut ICOM, fungsi Museum dengan praktek
pengelolaan museum sehari-hari, sebagai berikut:
1) Pengumpulan dan pengamatan warisan dan budaya
2) Dokumentasi, informasi, dan penelitian alam
3) Konservasi dan preservasi
4) Penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk masyarakat
umum
commit to user
5) Pengenalan dan penghayatan kesenian
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

6) Pengenalan kebudayaan lintas daerah dan lintas bangsa


7) Visualisasi warisan budaya alam dan budaya
8) Cerminan tumbuhnya dan berkembangnya peradaban umat
manusia
9) Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa

b) Tujuan Museum
Tujuan museum menurut Sampurno Kadarsan, dapat dibagi
menjadi dua tujuan, yaitu tujuan institutional dan tujuan fungsional.
1) Tujuan institutional
Memberikan pengertian kepada Bangsa Indonesia,
khususnya generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada,
hal ini merupakan watak dan kesadaran bangsa, bahwa
kebudayaan yang dimiliki Indonesia khususnya, sangat agung,
juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya
asing yang tidak sesuai.
2) Tujuan fungsional
Sebagai wadah tujuan fungsional agar dapat berlaku secara
efektif terhadap dua kepentingan yang saling berpengaruh,
yaitu:
(a) Kepentingan obyek
Memberikan wadah atau tempat untuk menyimpan
serta melindungi benda – benda koleksi yang mempunyai
nilai budaya, dari kerusakan atau kemusnahan yang
disebabkan, antara lain pengaruh iklim, alam, biologis
maupun manusia.
(b) kepentingan umum
Menyimpulkan penemuan – penemuan benda,
pemeliharaan dari kerusakan, penyajian benda – benda
koleksi kepada masyarakat umum agar dapat:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

(1) Menarik sehingga menimbulkan rasa bangga dan


bertanggung jawab.
(2) Dipelajari dan menunjang ilmu pengetahuan.
3) Tugas museum
Tugas museum disamping sebagai koleksi, preparasi,
edukasi maupun rekreasi, tugas pokok museum dapat diterangkan
sebagai berikut:
(a) Melaksanakan pengumpulan, perawatan dan penyajian benda
yang bernilai budaya dan bernilai historis
(b) Melaksanakan dan menyebarluaskan hasil penelitian
kebudayaan daerah dan bangsa berdasarkan koleksi
(c) Melaksanakan perpustakaan, dokumentasi, dan penelitian
ilmiah
(d) Membuat reproduksi karya kebudayaan nasional
(e) Melaksanakan tata usaha
Selain seperti diuraikan di atas, terdapat pula tugas museum
dibidang tourisme sebagai usaha untuk memperkenalkan harta
budaya bangsa kepada para wisatawan asing.
2.2.4 Jenis Museum
Di Indonesia jenis museum dibagi berdasarkan macam –
macam ilmu pengetahuan. Adanya perbedaan materi yang
dipelajari dalam setiap ilmu pengetahuan dengan sendirinya
membawa pengaruh dalam segala hal yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan tersebut, seperti halnya teori, obyek – obyek yang
dipelajari dan sebagainya.
Pembagian museum berdasarkan perbedaan dalam ilmu
pengetahuan adalah sebagai berikut :
a) Museum ilmu pengetahuan alam dan teknologi, yang termasuk
museum ini adalah museum zoologi, museum botani, museum
industri, museum kesehatan, museum pertanian, museum lalu lintas
dan lain – lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

b) Museum sejarah dan kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah


museum seni rupa, museum etnografi, museum arkeologi, museum
kesenian, museum antropologi, museum perjuangan, museum
pendidikan jasmani dan lain – lain.
Disamping perbedaan berdasarkan kategori ilmu
pengetahuan, pembagian museum dapat diklasifikasikan
berdasarkan tipenya, sebagai berikut :
a) Museum ilmu hayat
b) Museum sejarah dan antropologi
c) Museum ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Museum seni (Moh. Amir Sutaarga; 1989: 2)
Dalam Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 075/1975, bagian XFVI, pasal 728,
dikemukakan bahwa sistem klasifikasi museum sebenarnya lebih
bersifat fleksibel agar dapat menuju kearah tujuan yang hendak
dicapai yaitu pembinaan dan pengembangan – pengembangan
museum di Indonesia. Hal tersebut di atas dikemukakan lagi dalam
seminar pengelolaan dan pendayagunaan museum di Indonesia,
yang selanjutnya diterbitkan dalam buku. Dalam buku tersebut
disebutkan bahwa, Direktorat Permuseuman membagi museum
menjadi tiga tipe berdasarkan jenis koleksinya, sebagai berikut :
a) Museum Umum, yaitu museum yang tidak membatasi jenis
koleksinya. Koleksinya berupa kumpulan bukti material manusia
dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dan teknologi maupun berbagai cabang – cabang seni.
b) Museum Khusus, yaitu museum yang membatasi jenis koleksinya,
berupa kumpulan bukti material atau lingkungannya yang berkaitan
dengan satu cabang ilmu pengetahuan atau satu cabang seni atau
satu cabang teknologi.
c) Museum Pendidikan, yaitu museum yang jenis koleksinya
dikhususkan pada tingkat pendidikan umum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Museum juga dapat digolongkan menurut kedudukannya


ruang lingkup wilayah tugas, sebagai berikut :
a) Museum Nasionalm, adalah museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda – benda yang berasal dari, mewakili maupun yang
berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya
dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.
b) Museum Regional Propinsi, adalah museum yang benda
koleksinya merupakan kumpulan benda yang berasal, mewakili,
serta berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya
dari wilayah propinsi tertentu.
c) Museum Lokal, adalah museum yang benda koleksinya terdiri
kumpulan benda yang berasal, mewakili, dan berkaitan dengan
bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah lokal
setempat, kabupaten atau kotamadya tertentu.
Sedangkan menurut penyelenggaraannya berdasarkan status
hukumnya, museum dapat dibagi dalam kategori, sebagai berikut :
a) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan serta
dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi menjadi
museum yang dikelola oleh pemerintah pusat dan museum yang
dikelola oleh pemerintah daerah.
b) Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan serta
dikelola oleh pihak swasta.
Sedangkan berdasarkan bentuk bangunannya, museum
dapat dibagi dalam kategori, sebagai berikut :
a) Museum Tertutup, museum yang koleksinya berada didalam suatu
bangunan permanent
b) Museum Terbuka, museum yang sebagian besar koleksinya berada
di luar bangunan permanent.
c) Museum Kombinasi, museum yang koleksinya berada di dalam
dan di luar bangunan permanen.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

2.2.5 Persyaratan Museum


a) Lingkungan Museum
1) Lokasi museum harus strategis, mudah dijangkau untuk umum.
2) Lokasi museum harus sehat;
(a) Tidak terletak di daerah industri yang udaranya sudah
tercemar
(b) Tidak berada pada daerah berawa, tanah berlumpur, tanah
berpasir, dengan elemen-elemen iklim yang berpengaruh
pada lokasi tersebut.
(c) Nilai lingkungan sekitar museum yang bersifat sebagai
pusat rekreasi.
(d) Sesuai dengan peruntukkan bangunan umum.

b) Persyaratan Bangunan
3) Persyaratan Umum:
(a) Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan menurut:
(1) Fungsi dan aktivitasnya
(2) Ketenangan dan keramaian
(3) Keamanan
(b) Pintu masuk utama (main entrance) adalah untuk
pengunjung museum
(c) Pintu masuk khusus (service entrance) untuk bagian
pelayanan, perkantoran, rumah serta ruang-ruang pada
bangunan khusus.
(d) Area publik (Public Area), terdiri dari bagian:
(a) Bagian utama (Pameran tetap dan pameran temporer)
(b) Auditorium, gift shop, kafetaria, pos jaga, ticket box,
dan penitipan barang, ruang duduk, toilret, dan
sebagainya.
(e) Area semi publik (Semi Public Area), terdiri
dari:Bangunan administrasi (perpustakaan dan ruang
penerangan,commit to userdan lain-lain)
ruang rapat,
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

(f) Area privat (Private Area), terdiri dari:


(a) Pelayanan teknis (laboratorium, storage, dan lain-lain)
(b) Kantor pengelola
2) Persyaratan Khusus:
(a) Bangunan Utama (pameran tetap dan temporer)
(1) Memuat benda-benda koleksi yang dipamerkan
(2) Mudah dicapai dari luar maupun dalam
(3) Merupakan bangunan yang harus memiliki daya tarik
sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh
pengunjung museum
(4) Mempunyai sistem keamanan yang baik, dari segi
konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah
rusaknya benda-benda secara alami maupun
kriminalitas dan pencurian.
(b) Bangunan Auditorium
(1) Mudah dipakai untuk umum
(2) Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan
ceramah.
(c) Bangunan Khusus
(1) Terletak pada ruang tenang
(2) Mempunyai pintu masuk khusus
(3) Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap
kerusakan, kebakaran, kriminalitas) yang menyangkut
segi-segi konstruksi maupun spesifikasi ruang.
(d) Bangunan Administrasi;
(1) Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum
maupun bangunan-bangunan lain
(2) Mempunyai pintu masuk khusus

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

2.2.6 Koleksi Museum


a) Pengertian koleksi
Pengertian koleksi secara harafiah adalah “kumpulan
(gambar, benda – benda bersejarah, lukisan dan sebagainya) yang
sering dikaitkan dengan minat atau hobby obyek (yang lengkap),
berarti pula sebagai kumpulan segala hal yang berhubungan
dengan studi penelitian. (KBBI,1995: 450)
b) Syarat-syarat koleksi Museum
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh koleksi
Museum, yaitu antara lain:
(1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika)
(2) Dapat diidentifikasikan mengenai wujudnya (morfologi),
tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya,
asalnya secara historis dan geografis, genusnya (dalam orda
biologi), atau periodenya (dalam geologi khususnya benda-
benda sejarah alam dan teknologi).
(3) Harus dapat dijadikan dokumen dalam arti sebagai bukti
kenyataan dan kehadirannya realitas dan eksistensinya bagi
penelitian ilmiah.
(4) Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal jadi monumen
dalam sejarah alam atau budaya.
(5) Benda asli, replika atau reproduksi yang sah menurut
persyaratan permuseuman.
c) Jenis-jenis Koleksi Museum
Terbagi dalam dua kategori:
1) Koleksi Umum, yang berkaitan dengan berbagai cabang seni,
disiplin ilmu dan teknologi
2) Koleksi Khusus, yang berkaitan dengan satu cabang seni,
disiplin ilmu dan teknologi.
Adapun koleksi dari sebuah museum itu dapat bermacam –
macam bentuknya, yaitu dapat berupa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

1) Etnografika : yaitu kumpulan benda – benda hasil budaya


suku – suku bangsa
2) Prehistorika : yaitu kumpulan benda – benda prasejarah
3) Arkeologika : yaitu kumpulan benda – benda arkeologi
4) Historika : yaitu kumpulan benda – benda bernilai sejarah
5) Numistika dan heraldika, yaitu kumpulan benda – benda alat
tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang,
cap, lencana, tanda jasa, dan surat – surat berharga.
6) Naskah – naskah kuno dan bersejarah
7) Keramik asing
8) Buku dan majalah anti kuariat
9) Karya seni dan seni kriya
10) Benda – benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap
reproduksi yang dapat dijadikan dokumen.
11) Diorama, yaitu gambaran berbentuk tiga dimensi
12) Benda – benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan
maupun mineral
13) Replika yaitu tiruan dari benda sesungguhnya
14) Miniatur yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun
berukuran kecil
15) Koleksi hasil abstraksi
Alam S. Wittlin merumuskan tentang koleksi museum
sebagai berikut:
1) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi).
2) Social prestige collection (koleksi kebanggaan social).
3) Magic collectioan (koleksi kepercayaan magis).
4) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai
sebuah pernyataan kesetiaan kelompok).
5) Collection stimulating curiosity and inguire (koleksi
memancing keingintahuan dan pertanyaan).
6) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni
commit
yang memancing to user emosional).
pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Menurut Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 77, berdasarkan


sumber dasar materialnya, terdiri dari dua sumber, yaitu:
1) In Organik
Merupakan koleksi yang berupa batuan dan kekayaan alam.
Seperti batu alam, metal, keramik, kaca,
2) Organik
Merupakan koleksi yang sumber dasarnya terbuat dari tanaman
dan hewan.
d) Pengadaan
Sebuah museum, untuk melengkapi koleksinya diperlukan
adanya suatu proses pengadaan koleksi museum, yaitu suatu
kegiatan pengumpulan benda – benda realita atau pembuatan
replica, yang dapat dijadikan suatu koleksi museum dan berguna
sebagai bahan pembuktian sejarah alam dan budaya manusia serta
lingkungannya.
Tujuan dari pengadaan koleksi museum ini sendiri adalah
untuk menghimpun, mencatat, melestarikan dan
mengkomunikasikan benda – benda sejarah dan budaya untuk
kepentingan studi, pendidikan dan rekreasi yang sehat, sehingga
terhimpunnya dan termanfaatkannya benda – benda sejarah dan
budaya tersebut bagi masyarakat.
Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan :
1) Penemuan/penggalian.
2) Pembelian.
3) Hadiah/hibah.
4) Titipan dari perorangan atau badan hukum.
e) Konservasi Koleksi
Pada suatu bangunan museum terdapat beberapa hal yang
harus menjadi perhatian khusus, agar keutuhan koleksi didalamnya
dapat terjaga dengan baik dan aman. Diantaranya hal-hal yang
harus diperhatikan antara lain:
1) Debu dan Sinarcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Debu dan sinar cahaya dalam banyak hal dapat masuk


dengan mudah ke ruang-ruang penyimpanan dan ruang pameran.
Hal ini dapat dihindari dengan mengadakan perbaikan-perbaikan
pada bangunan, seperti dengan mengunakan penolak debu, penolak
cahaya pada jendela-jendela, dan sebagainya.
2) Gas
Ada kerusakan yang disebabkan oleh gas-gas yang
merusakkan yang dapat disebabkan oleh bahan vitrin atau
pengyangga koleksi. Hal ini dapat dihindari dengan pemilihan
bahan vitrin yang tidak mengandung asam dan pengutamaan pada
ventilasi.
3) Perlindungan terhadap pencurian.
Di ruang pamer harus terdapat suatu instruksi agar para
pengunjung tidak dapat memegang obyek.
4) Ruang penyimpanan
Syarat-syarat pada ruang penyimpanan, antara lain:
(a) Tempatkan obyek koleksi pada lemari yang cukup vetilasi.
(b) usahakan ruang gerak secukupnya untuk dapat menangani
obyek.
(c) Jangan meletakkan obyek di tempat orang-orang berjalan.
(d) Kumpulkan bagian obyek di satu tempat.
(e) Jangan saling menumpuk obyek.
5) Sinar Cahaya dan Penolakan Sinar Matahari
Cahaya terlihat dan sinar UV dapat merusakkan obyek-
obyek, seperti rapuhnya dan lunturnya warna-warna tekstil,
kertas, kayu. Kerusakan ini dalam kebayakan hal permanent
dan kumulatif. Banyaknya cahaya yang terlihat dinyatakan
dalam Lux, banyaknya sinar UV dengan mikro-Watt per
Lumen. Nilai ini diukur dengan meteran Lux dan UV.
Standar yang berlaku adalah 50 Lux dan 75 Mikro Watt per
lumen untuk bahan peka cahaya seperti kertas dab tekstil,
commit
maksimal 200 Luxtodan
user75 Mikro-Watt per Lumen untuk
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

bahan kurang peka cahaya seperti kayu yang tidak di cat


dan lukisan. Untuk batu tidak berlaku nilai Lux.
Penerangan didalam vitrin mempunyai kerugian tambahan,
yaitu temperature dalam vitrin naik dan kelembaban udara
relative turun. Tetapi kalau lampu dimatika yang terjadi
kebalikannya.
Didalam ruang-ruang pameran semua museum dipakai
berbagai macam lampu, dengan temperature warna berbeda.
Lampu fluoresensi bertemperatur lebih tinggi dari pada
lampu pijar, yang terlihat cahaya putih. Lampu pijar
memberi cahaya kekuning-kuningan.

LEVEL CAHAYA YANG DIANJURKAN

BAHAN Iluminasi radiasi radiasi UV


Lumen / M2 watt/lumen watt / M2
Tidak sensitif
 Logam
 Keramik < 300 > 200
 Gelas

Sensitif
 Cat minyak < 150 > 80 12.000
 Kayu
Sangat sensitive
 Lukisan
< 50 > 30 15.000
 Tekstil

Tabel 2. 1
Tabel Level Cahaya yang dianjurkan berdasarkan jenis bahan koleksi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

6) Kutu dan Serangga


Di gedung-gedung banyak digunakan pemakaian bahan
kimia, seperti penyempotan insektisida, dengan
memperhatikan cara pertahanan, pencegahan, dan
pensialiran adanya kutu dan serangga.
Di gedung-gedung tidak terdapat alat penahan masuknya
insek, pintu dan jendela terbuka uantuk waktu yang lama
dan bercelah-celah dibagian sambungan-sambungan dan
ambang-ambang pintu.
Inspeksi memang sulit karena ruangan-ruangan museum
tidak teratur secara sistematis.
7) Musibah
Dilengkapi alat pemadam kebakaran pada tiap ruang dan
disertai penjaga malam pada gedung. Lima menit pertama
sangat menentukan apakah kebakaran tersebut menjalatr
atau tidak.

2.2.7 Metode Penyajian Koleksi


a) Pengertian Metode Penyajian Koleksi
Merupakan sebuah cara yang bertujuan untuk mengkomunikasikan
suatu gagasan yang berhubungan dengan koleksi terhadap pihak
lain.
b) Jenis Jenis Metode Penyajian Koleksi
Metode Penyajian Koleksi terbagi 3, yaitu:
1) Metode Intelektual/ Edukatif
Memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan benda
tersebut, seperti proses pembuatan, penggunaan, fungsi.
2) Artistik/ Estetik
Memamerkan benda-benda yang mengandung unsur
keindahan untuk mengangkat penghayatan terhadap nilai-nilai
artistik dari koleksi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

3) Romantik/ Evokatif
Benda-benda yang dipamerkan disertai unsur lingkungan
dimana benda tersebut berada untuk menggugah suasana
penuh pengertian dan harmoni pengunjung

2.2.8 Peralatan museum


a) Pengertian Peralatan Museum
Setiap alat atau benda yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan administrasi dan teknik permuseuman
b) Jenis-Jenis Peralatan Museum
Peralatan museum terbagi menjadi:
1) Peralatan kantor
Setiap benda bergerak yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif perkantoran
museum.
2) Peralatan teknis
Setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan teknik permuseuman.

2.2.9 Struktur Organisasi Museum


Sistem dan Stuktur permuseuman di Indonesia diatur antara
lain :
a) Keputusan Presiden RI No. 45 Th. 1974
b) Surat Keputusan Mentri P & K No. 079 / 0 / Th. 1975
Pada dasarnya museum di Indonesia ditangani langsung oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) yang
termasuk di dalamnya adalah Direktorat Museum, Direktorat Sejarah
dan Kepurbakalaan. Sedangkan Derektorat Jendral Kebudayaan akan
menugaskan kepada unit – unit pembina teknis terhadap masing –
masing badan dengan bidangnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

DEPDIKBUD

DIREKTUR JENDRAL DIREKTUR JENDRAL


KEBUDAYAAN PENDIDIKAN

DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT KESENIAN PENGHAYATAN
PERMUSEUMAN PURBAKALA KEPERCAYAAN

DIREKTORAT SEJARAH DAN


NILAI TRADISIONAL

Bagan 2.2
Struktur permuseuman di Indonesia

BADAN PENDIRI

BADAN BADAN
PENASEHAT PENGAWAS
BADAN PENGURUS

MUSEUM

Bagan 2.3
Struktur Organisasi Museum Swasta
Sumber : (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 39)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

BADAN PEMERINTAH

UNIT PEMBINAAN
TEKNIS
PERMUSEUMAN

MUSEUM MUSEUM MUSEUM MUSEUM

Bagan 2.4
Struktur Organisasi Museum Pemerintah
Sumber : (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 40)

KEPALA MUSEUM

TATA USAHA
DAN
PERPUSTAKAAN

KURATOR KONSEVA PREPAR EDUKATOR


KOLEKSI TOR ATOR PEMBIMBING
PERPUST STUDIO EDUKATIF
AKAAN

Bagan 2.5
Struktur Organisasi Museum Secara Umum
Sumber : (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 43)

Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum


mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :
a) Pembidangan Tata Usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi
ketertiban/keamanan, kepegawaian dan keuangan.
b) Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi kegiatan yang
berhubungan dengan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi
sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah


dan persiapan bahan koleksi.
c) Pembidangan Pengelola Koleksi yang meliputi konservasi
preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban
suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium
koleksi.
d) Pembidangan Preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi
koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk
menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel
reparasi.
e) Pembidangan Bimbingan dan Publikasi yang meliputi kegiatan
bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah
dan popular dan penanganan peralatan audiovisual.
f) Pembidangan Pengelolaan Perpustakaan yang meliputi kegiatan
penanganan kepustakaan/referensi.
Setiap pembidangan tersebut di atas dipimpin oleh kepala yang
bertanggung jawab kepada kepala Museum. Susunan organisasi dan
tata kerja museum, tergantung kepada tingkat kedudukan dan status
museum.

2.2.10 Pengunjung Museum


2.3 Pembagian pengunjung museum
Berdasarkan jumlahnya, terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1) Perorangan
(a) Pengunjung perorangan pada umumnya sudah tahu seluk
beluk mueum
(b) Yang sudah biasan berurusan dengan “orang dalam”
(c) Untuk keperluan studi atau riset.
(d) Mengisi waktu luang dengan melihat pameran
2) Kelompok
(a) Berdasarkan Status Sosial, terbagi atas:
(1) Pelajar/commit to user
Mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

(2) Seniman
(3) Tamu Bisnis
(b) Berdasarkan Asalnya, terbagi atas:
(1) Pengunjung Lokal, dikunjungi oleh pengunjung pada
radius 5 mil dari museum
(2) Pengunjung Regional, mencakup pengunjung pada
jarak 2 jam dari sekitar museum,
(3) Pengunjung Nasional, mencakup seluruh penduduk satu
negara
(4) Pengunjung Internasional, untuk dikunjungi oleh
pengunjung dari luar negara pada waktu-waktu
tertentu.

2.4 Motivasi Pengunjung Museum


Ada tiga macam motivasi pengunjung museum:
1) Motivasi Estetik
Publik Museum yang mempnyai motivasi estetik
menghendaki adanya sistem pameran benda-benda koleksi
yang benar-benar terencana baik dengan latar belakang yang
netral yang memberikan tempat artistic bagi koleksi yang
dipamerkan, ditata seefektif mungkin.
2) Motivasi Romantik
Pengunjung yang mempunyai motivasi romantik
menghendaki suatu pameran yang menampilkan satu seri
benda-benda koleksi yang secara murni menampilkan
kepentingan-kepentingan manusiawi, sedemikian rupa
sehingga dengan demikian dapat mengundang partisipasi dan
identifikasi masyarakat yang diwakili oleh benda-benda
koleksi yang dipamerkan.
3) Motivasi Intelektual
Pengunjung dengan motivasi intetelektual terdapat
commit to user
hasrat untuk menambagh pengetahuan dan untuk itu dipelukan,
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

da untuk system pameran yang skematis, yang memudahkan


bimbingan menurut tahap-tahap yang dikehendaki, dari awal
hingga akhir, dari suatu sugesti atau kesimpulan kepada tahap
berikutnya.

2.3 TINJAUAN KHUSUS MUSEUM ( LOBBY dan RUANG PAMER )


2.3.1 Tinjauan Ruang Museum
a) Lobby
2.3.1.1 Pengertian
Yang dimaksud dengan lobby, pengertiannya secara harafiah
adalah ruang teras dekat dengan pintu masuk yang dilengkapi
dengan beberapa perangkat meja – kursi, yang berfungsi sebagai
ruang duduk atau ruang tunggu.
Penataan lobby yang baik sangat diperlukan dalam manajemen
pengunjung dalam sebuah museum. Lobby merupakan ruang
kontrol yang cukup untuk pengorganisasian ruang, disamping itu
lobby harus cukup lapang, menarik, baik dalam penerangannya,
ventilasinya maupun penataan ruangannya.
2.3.1.2 Fungsi Lobby
(a) Sebagai Fungsi Ekonomi, yaitu pengunjung dapat
memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobby dan
tanpa harus pergi ke tempat lain, sehingga menghemat
tenaga dan biaya.
(b) Sebagai Fungsi Sosial, yaitu lobby dapat memberikan
informasi kepada pengunjung tentang fasilitas-fasilitas
yang disediakan di lobby agar pengunjung dapat saling
berinteraksi dengan sesama pengunjung lain serta
karyawan.
(c) Lobby sebagai alat penghubung, yaitu memberikan
informasi serta fasilitas sebagai tujuan pendidikan maupun
pariwisata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

2.3.1.3 Fasilitas
Untuk dapat memenuhi kebutuhan aktifitas dalam museum,
maka lobby museum sebaiknya. ( Vail, Coleman
Laurence,1950:155)
(a) Tersedianya ruang pengecekan dan meja informasi.
(b) Tersedianya fasilitas telepon umum
(c) Tersedianya counter penjualan (dapat dilakukan di meja
informasi), jika menjual kartu pos dapat disediakan meja
untuk menulis.
(d) Tersedia pula display buku dan barang – barang cetakan.
(e) Tersedia fasilitas pameran pendahuluan ( memamerkan
apa yang menarik dari museum ).
b) Ruang pamer
2.3.2.1 Pengertian
Ruang pamerdalam bahasa inggrisnya disebut dengan
Show room, yaitu …..” room used for the display of good or
merchendise “ ( Ernst Neufert,1987:359). Pengertian tersebut
dapat diterjemahkan sebagai berikut, ruang pamer adalah
ruangan yang digunakan untuk kepentingan pemajangan benda
– benda koleksi atau barang – barang dagangan. Dari
pengertian di atas, maka ruang pamer museum memiliki arti
suatu ruangan yang digunakan untuk menata dan
memamerkan benda – benda koleksi agar dapat dilihat oleh
pengunjung .
Ruang pamer menurut pengertian yang dikemukakan
oleh Pamudji Suptandar, adalah sebagai berikut :
“Ruang pameran / galeri yaitu suatu wadah dari obyek
– obyek yang digunakan untuk memamerkan karya – karya
seni atau pengetahuan ilmiah yang dapat dirasakan secara
subyektif.”
Ruang Pamer merupakan tempat untuk mewujudkan
commit
komunikasi antara to user
benda pamer dan pengunjung. Ruang Pamer
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

dapat dianggap sebagai kunci pameran yang berbicara tentang


kekayaan dari koleksi.

2.3.2.2 Tipe Ruang Pamer


Ruang pamer dapat dibagi ke dalam dua jenis tipe,
yaitu :
(a) Ruang pamer sementara, digunakan untuk memamerkan
materi pameran seperti lukisan, patung dan materi pameran
yang dapat dipindahkan maupun diganti – ganti. Letaknya
diliantai pameran utama, ataupun lantai bawah dekat
dengan lobby
(b) Ruang pamer permanen , terbagi dua jenis, yaitu :
(1) pameran umum, obyeknya berukuran besar dapat
berupa ruangan sejarah, informasi – informasi umum
tentang koleksi museum maupun pameran kerja.
(2) pameran penelitian, obyeknya berukuran kecil,
memamerkan hasil – hasil penelitian.
Skala maupun proposi ruang pamer dapat berubah
seiring dengan waktu dan kebutuhan. Untuk bangunan –
bangunan masa kin, lazim ruangan yang digunakan berukuran
sedang, untuk bangunan – bangunan kuno banyak
menggunakan ruangan – ruangan berukuran besar.
Tipe – tipe Ruang Pamer, adalah sebagai berikut :
(a) Kamar sederhana berukuran sedang merupakan bentuk
yang paling lazim.
(b) Aula dengan balkon merupakan bentuk ruangan yang juga
lazim dan salah satu yang tertua.
(c) Aula pengadilan ( CIERE story hall ) merupakan aula besar
dengan jendela – jendela tinggi di kedua sisinya.
(d) Galeri Lukis Terbuka ( Skylighted picture gallery )
merupakan tipe ruang yang paling umum dalam museum
seni. commit ini
Ruangan to user
tampak paling sederhana bagi
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

pengunjung maupun bagi arsitek dianggap sebagai ruang


yang paling sulit dirancang.
(e) Koridor Pertunjukan merupakan tipe ruang pamer yang
sesungguhnya bukan ruangan, tetapi merupakan suatu jalan
atau lorong. Digunakan untuk display supaya tidak tampak
kosong.
(f) Tipe ruangan yang bebas, dapat dibagi – bagi saat ada
pameran. Ruangan ini tidak berjendela tapi ada tempat yang
dapat dibuka untuk cahaya alami.

c) Tata Ruang Area Pameran


2.3.3.1 Pengertian Pameran
Pameran adalah suatu bentuk kegiatan promosi yang
bertujuan untuk menstimulir/meningkatkan omzet penjualan
dengan cara memperlihatkan (display), memperagakan (demo
workshop) materi produk secara langsung kepada masyarakat
atau konsumen. (William J Stanton, 1989).
2.3.3.2 Lay Out
Pertimbangan dalam merencanakan lay-out ruang
pamer adalah tipe pameran, pengunjung dan aktivitas.
(1) Daya tarik utama dan sirkulasi utama.
(2) Pola aliran, waktu yang diperlukan untuk tiap aktivitas.
(3) Kapasitas ruang, formasi antrian.
(4) Informasi, petunjuk, rambu, dan pertolongan.
(5) Pelayanan pameran, pembersihan dan pemeliharaan.
(6) Keamanan dan perlindungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Dari pertimbangan tersebut, maka alternatif lay-out


pada ruang pamer adalah sebagai berikut :

Rencana terbuka, jenis ini biasa diterapkan pada


pameran berskala besar.

Inti dengan galeri satelit, adalah lay-out dimana


bagian tengah menjadi inti pameran dan
dikelilingi oleh display dengan alur tematik.

Progresi linier, lay-out jenis ini diatur dengan


rangkaian area display dalam rute tertentu.

Kombinasi. Lay-out dengan area display tematik


namun sirkulasinya bebas.

Kombinasi, lay-out jenis ini disesuaikan dengan


tipe display dan bangunan yang digunakan.

Tabel 2.2
Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer
(Sumber : Fred Lawson, 2000 : 117)

2.3.4 Tinjauan Sirkulasi


a. Pengertian
Menurut Francis DK ching dalam bukunya Arsitektur :
bentuk, ruang dan susunan jalan sirkulasi dapat diartikan sebagai tali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

yang terlihat yang menghubungkan ruang – ruang suatu bangunan


atau suatu deretan ruang – ruang dalam maupun luar bersama.

b. Sirkulasi Umum Pengunjung (sirkulasi antar ruang – ruang museum)


Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer,
polanya berdasarkan dari lay out bangunan, namun tidak menutup
kemungkinan tergantung pula pada perilaku pengunjung sendiri.
Perilaku pengunjung dapat diketahui dari apa yang akan dilakukan
orang dalam ruangan tersebut.
Penggunaan tangga juga sangat diperlukan dalam sirkulasi di
sebuah gedung, gunanya sebagai penghubung antar lantai. Yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan tangga ini adalah tidak
menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur, juga memudahkan bagi
penyandang cacat untuk melaluinya disamping pula kemudahan
untuk memindahkan barang – barang.
Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok tingkat dan
tidak terpisah – pisah, seperti ada 2 – 3 tingkat dari ruang depan ke
lobby, kemudian dari lobby ke ruang pamer disebelahnya, demikian
pula untuk ruang – ruang lainnya.
Tangga utama sebaiknya dihubungkan dengan lobby dengan
pertimbangan kenyamanan dan ekonomis ruang, tidak semestinya
diletakkan di ruang pamer, karena akan mengganggu sirkulasi dan
maupun penataan benda koleksi. Untuk penanggulangan kebakaran,
sebaiknya setiap tangga diatur serta dihubungkan dengan pintu –
pintu yang dapat dibuka dan ditutup dengan cepat.
Anak tangga sebaiknya disusun sederhana sehingga tidak
mengganggu sirkulasi yang tidak penting serta dibuat senyaman
mungkin. Tangga – tangga harus mempunyai penerangan buatan
yang cukup. Elevator juga dapat dipasang pada bangunan museum,
jumlahnya tergantung pada kondisi museum. Museum besar
umumbya memiliki dua elevator. Elevator untuk manusia dan barang
menggunakan tombol – tombol
commit to user
otomatis, pintu elevator pun dibuat
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

secara otomatis. Untuk barang, pintu elevator terbagi dua secara


horizontal di tengah dan dibuka ke atas dan bawah.
Sebagai alternatif pengganti tangga dan elevator, dapat
dipergunakan jalur landai ( Ramp ) dan escalator yang banyak
dipergunakan pada bangunan modern. Untuk bangunan museum,
penggunaan jalur landai maupun escalator dianggap masih baru dan
umumnya dipakai untuk membentuk ruang. Ramp atau jalur landai
tidak mahal dalam pengkontruksian maupun pengoperasionalnya,
sedangkan escalator lebih mahal baik dalam hal pemasangan maupun
pengoperasiannya

c. Penerapan Sistem Sirkulasi pada Bangunan


1) Sirkulasi Eksternal Bangunan
a) Sistem Pencapaian Bangunan
Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian berputar
dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan sebagai
arena pameran (outdoor dan indoor) yang menonjolkan unsur
informatif dan memerlukan akses yang mendukung kondisi
tersebut, pencapaian berputar juga sesuai dengan bangunan
multi fungsi dimana akan mempermudah akses terhadap
fasilitas-fasilitas yang ada pada bangunan tersebut.
b) Pengolahan Sistem Eksternal
Karena bangunan yang direncanakan merupakan bangunan
multi fungsi dengan berbagai macam pelaku kegiatan, maka
perlu dilakukannya pemisahan entrance site tiap-tiap pelaku
tersebut. Pemisahan entrance site juga dilakukan antara
sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan service.
2) Sirkulasi Internal Bangunan
a) Sirkulasi Vertikal
Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam
bangunan secara vertikal atau cara mencapai aruang tertentu
commit to dan
yang berada diatasnya usersebaliknya. Sirkulasi vertikal juga
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

ditekankan sebagai jalur darurat bila suatu saat terjadi


bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga, eskalator dan lift.
b) Sirkulasi Horizontal
(1) Sistem Memusat
Yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat entrance dari
berbagai ruang. Sistem ini sesuai diterapkan pada ruang-
ruang pamer. Untuk lebih jelasnya pada sistem memusat
bisa di lihat pada diagram berikut :
(2) Sistem Jalur Tunggal
Sistem dengan menggunakan koridor sebagai
penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada
diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan
pada ruang-ruang pertemuan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

d. Sirkulasi Koleksi
.
A B C D

E
Kolektor

Ruang Isolasi Ruang Penerimaan


/ karantina Barang

Ruang Ruang Sortir Ruang


Produksi Restorasi

Registrasi

Bangunan
Museum
Gudang /
Storage

Ruang Pemeran Ruang Pameran Ruang Ekspedisi


Temporer Tetap Pameran Keliling

Gedung Lain Museum Lain

Skema Arus dan Sirkulasi Koleksi di dalam Museum


A,B,C,D, dan E : daerah dan tempat dimana koleksi diadakan atau asal dimana koleksi diperoleh.
Sumber : (Depdikbud,1992/1993 : 89)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

e. Sirkulasi Pengunjung Museum

PENGUNJUNG MUSEUM ( tidak termasuk yang bersifat bisnis )

Rombongan Perorangan Mencari Ingin menambah


informasi pengetahuan

Penjaga pintu / loket tiket

Penitipan R. tunggu /
Barang R. Informasi
R. tamu

R. tunggu

Auditorium R. pamer tetap R. Studi


Koleksi

R. pamer Perkantoran dan


R. pamer khusus Administrasi
temporer

Ruang Gudang
Pengamanan

Ruang Teknis dan Rumah Tangga

Skema Arus dan sirkulasi Pengunjung di dalam Museum


Sumber : (Depdikbud, 1992/1993 : 88)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

f. Sirkulasi Khusus Pengunjung


Menurut D.A. Robillard sirkulasi dalam museum dapat dibagi
menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu :
Gambar Tipe Sirkulasi
a. Langsung (Straight ), alur lintasan pengunjung
diarahkan oleh ruang interior dengan pintu
masuk pada salah satu sisi dan pintu keluar
pada sisi yang lainnya.
b. Linier ( Linear ), sirkulasi diarahkan oleh
rancangan bangunan yang permanen,
pengunjung biasanya memakai pintu masuk
keluar yang sama. Selain itu pengunjung
berjalan melalui jalur yang menerus, tidak
perduli masih pada area yang sama.
c. Terbuka ( Open ), dalam hal ini tidak
disertakan dinding display permanen didalam
ruang pamer, sehingga elemen sirkulasi dan
ruang pamer benar – benar menyatu. Ruang –
ruang dari jenis pola terbuka in cenderung
simetris, dan jalan – jalan masuk yang ada
tidak dirancang untuk mempengaruhi
orientasi perjalanan pengunjung.
d. Memutar ( Loop ), partisi / dinding pembatas
menjadi suatu yang dominan pada pola ini.
Ruang – ruang pamer diletakkan sejajar atau
saling berdekatan membentuk suatu yang
teratur yang mengarahkan pengunjung untuk
mengitari pusat ruang tersebut, seperti
courtyard, dan kelompok yang lainnya.
e. Membentuk cabang (Branch, Lobby Foyer),
suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat
yang commit to user
kemudian menyebar menuju arah ruang
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara


visual tidak mengganggu sirkulasi.
f. Membentuk cabang ( Branch, Gallery –
Lobby)

g. Membentuk cabang ( Branch, Linear )

Tabel 2.3
Pola sirkulasi dalam museum
(Sumber: D.A Robilard, Public Space Design in Museum : 41)

g. Hubungan Sirkulasi dan Ruang Pamer


Beberapa pola keterkaitan ruang pamer dan sirkulasi antara lain :
Gambar Pola Keterkaitan Ruang Pamer dan
Sirkulasi
a. Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to
room), pengunjung mengunjungi ruang
pamer secara berurutan dari ruang yang
satu ke ruang pamer berikutnya.
b. Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer
(coridor to room), memungkinkan
pengujung untuk mengitari jalan sirkulasi
dan memilih untuk memasuki ruang pamer
melalui ruang koridor. Bila pengunjung
tidak menghendaki ke suatu ruang pamer
tertentu maka pengunjung dapat langsung
menuju ke ruang pamer berikutnya.
c. Sirkulasi dari ruang pusat ke ruang pamer
(nave to room), disini pengunjung dapat
melihat secara langsung seluruh pintu
ruang pamer, sehingga memudahkan
commit to user
pengunjung untuk memilih memasuki
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

ruang pamer yang disukai.


d. Sirkulasi terbuka ( open ), sirkulasi
pengunjung menyatu dengan ruang pamer.
Seluruh koleksi yang dipajang dapat
terlihat secara langsung oleh pengunjung
dan pengunjung dapat bergerak bebas dan
cepat untuk memilih koleksi mana yang
hendak diamati.

e. Sirkulasi linier, dalam suatu ruang pamer


terdapat sirkulasi utama yang membentuk
linier dan menembus ruang pamer
tersebut.
Tabel 2.4
Pola hubungan antara sirkulasi dan ruang pamer
(Sumber: D.A Robilard, Public Space Design in Museum: 47)

Selain itu, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang


memungkinkan pengunjung untuk tertarik bergerak mengunjungi
ruang – ruang pamer, antara lain :
1) Keragaman antara ruang pamer, pengunjung tertarik
memasuki ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh
pengalaman yang berbeda pula
2) Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama,
sehingga memudahkan pengunjung pada suatu uang pamer
untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalui jalur
utama yang dirasakan cepat.
3) Peta – peta dan tanda – tanda pada jalan masuk ruang pamer.
4) Pandangan keluar, memberikan suasana santai dan
menciptakan kesan tetap adanya kedekatan dengan
lingkungan luar.
5) Pembagian ruang dengan memanfaatkan kolom – kolom
commit to user
bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Laurence Vail Colemen (1950) juga membahas tentang


tingkah laku pengunjung dalam mengamati koleksi pameran di
museum. Ada yang hanya mengamati koleksi pameran di museum.
Ada yang hanya mengamati benda secara sepintas saja, tetapi ada
pula yang mengamati secara cermat dengan waktu yang relatif lama.
Untuk itu diperlukan adanya satu sistem yang sesuai dengan tuntutan
itu. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung yang ingin mengamati
lebih mendalam koleksi pameran tidak terganggu oleh pengunjung
yang hnya melihat secara sepintas saja. Tetapi cara ini memerlukan
ruang yang lebih luas dan lebih banyak peralatannya.

Gambar 2.1
Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamernya, untuk
pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas dan secara
cermat / detail.
( Sumber : Laurence Vail Coleman, Museum Building,1950:146 )

Dalam buku Exhebition a Survey of International Design


mengemukakan ada tujuh cara untuk mengarahkan gerak pengunjung
pameran, ketujuh cara tersebut adalah :
1) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana oleh tata
pameran yang menerus dengan satu arah pandang serta
commit to user
memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah.
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

2) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan


tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta
memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.
3) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan
tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta
memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah.
4) Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan
tata pameran yang disusun secara melingkar dengan satu atau
dua arah pandang, serta mempunyai jalan masuk dan keluar
yang sama.
5) Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang
bercabang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.
6) Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang
saling berpotongan dan bercabang, serta memiliki jalan masuk
dan keluar yang sama.

h. Orientasi
Antara sirkulasi dan orientasi yang berupa isyarat – isyarat
spasial memiliki keterkaitan erat. Pengaruh isyarat tersebut terhadap
pengunjung selama memasuki ruang – ruang museum harus
diperhatikan secara terpadu. Selain itu, rasa bingung para
pengunjung akibat dari kurang memadainya sistem sirkulasi dan
isyarat – isyarat spasial yang ada, ternyata dapat pula menimbulkan
kelelahan pengunjung. Untuk melawan tekanan dan rasa bingung,
pengunjung memerlukan suatu sistem orientasi yang dapat
memberikan ingatan yang kuat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Pengunjung sangat membutuhkan penempatan tanda –


tanda dan peta – peta pada titik – titik lintasan utama seperti tangga,
elevator, eskalator, teras tempat menunggu, tempat penyeberangan,
titik pertemuan koridor, dan pintu masuk ke ruang pamer.

o Terlalu banyak pilihan


membingungkan pengunjung

o Kebanyakan pengunjung bingung


terhadap posisi arah di dalam ruang
pamer seperti barat, timur, utara dan
selatan
o Pengunjung menghendaki petunjuk
arah untuk membantu mereka dalam
menentukan arah.
o Kebanyakan pengunjung menemukan
peta denah yang sulit untuk diikuti
o Kebanyakan pengunjung kembali
mengikuti jalur semula selama
mengunjungi ruang – ruang pamer
o Pengunjung menggunakan peta untuk
mencapai semua tempat mengikuti
petunjuk–petunjuk yang dianggap
menunjukkan arah yang
menyenangkan dan menetukan jalur
khusus
o Pengunjung lebih cenderung tertarik
dengan petunjuk arah daripada
membaca peta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

o Pengunjung yang memanfaatkan buku


pedoman, membaca petunjuk arah
daan menanyakan kepada penjaga
cenderung tinggal lebih lama daripada
yang tidak sama sekali.

o Pengunjung yang tidak terarah


cenderung cepat merasa bosan dan
langsung cepat meninggalkan ruang
pamer.
o Petunjuk yang tidak memadai
merupakan penyebab utama
timbulnya kelelahan pengunjung
o Alat petunjuk biasanya berupa peta
dan denah, buku pedoman, tanda–
tanda staf informasi dan isyarat–
isyarat penting lainnya.
o Pengunjung memerlukan sistem
orientasi fisik yang menunjukkan arah
yang akan dikunjungi baik jenis
koleksi maupun jalur pencapaian yang
mudah dan cepat.
o Pengunjung mencari titik utama
sebagai acuan arah seperti foyer,
penyeberangan, pertemuan koridor
dan lainnya.
o Beberapa pengunjung cenderung
mengikuti suatu rangkaian sesuai
maksud dari merancang ruang pamer

Tabel 2.5
Pencarian Orientasi oleh Pengunjung
Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (focal point),


pemandangan (vista), dan perubahan suasana. Selain itu, harus
menyediakan pusat orientasi yang jelas dimana pengunjung dengan mudah
dan cepat dapat memetakan kedalam pemikirannya seluruh konfigurasi
jalur-jalur yang ada dalam museum.
Beberapa tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah
landmark dalam bentuk ruang, landmark dalam bentuk benda, arah
sirkulasi, kesinambungan dan skala jalur, pemakaian peta dan petunjuk
yang jelas, serta penempatan lokasi peta, petunjuk dan landmark yang
jelas.

Gambar 2.2
Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah landmark,


baik dalam bentuk ruang, bentuk benda, arah sirkulasi.

Gambar 2.3
Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer
commit to user
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

Landmark dapat juga dijadikan pedoman dalam pencarian arah


yang tepat, misalnya dalam ruang pamer tersebut di tengah dipasang
materi koleksi yang dapat menarik pengunjung (point of Interest), tentu
tujuan utama pengunjung ke arah materi tersebut baru melihat-lihat yang
lain.

Gambar 2.4
Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
i. Pemilihan Rute
Pemilihan rute merupakan motivasi pengunjung untuk
memilih rute-rute kunjungan yang lebih jelas dan pasti, berusaha
menemukan tempat-tempat terbaik, seperti halnya berusaha mencari
hall dan ruang pameran utama.
Pengunjung sangat jarang membuat jalur pengamatan lengkap
pada ruang pamer. Mereka cenderung melihat ke arah area dinding
sebelah kanan. Pengunjung lebih banyak mengambil rute terpendek
di antara pintu masuk dan pintu keluar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

 Setelah memasuki ruang pamer


kebanyakan pengunjung akan
belok ke kiri membentuk rute
pengamatan berlawanan
dengan arah jarum jam.
 Faktor yang mempengaruhi
pengunjung untuk belok ke
kanan setelah memasuki ruang
pamer adalah posisi pintu
keluar ruang pamer, arah
petunjuk pada pintu masuk
 jarak dinding dari pengunjung
pada titik pintu masuk, ukuran
luas ruangan galeri dan
kebiasaan berjalan
pengunjung.

 Faktor yang mempengaruhi


pencarian sebuah rute adalah
lokasi pintu masuk dan keluar,
jalur dari pintu masuk ke pintu
keluar yang dianggap dapat
memberikan suatu hal – hal
baru, landmark dan ruang
pamer yang menarik, lebar dan
keteraturan jalur yang dilalui

 Pengunjung tidak akan


memasuki ruang pamer yang
tidak memiliki pintu keluar
atau yang pintu keluarnya tidak
terlihat dengan jelas.
 Pengunjung cenderung melalui
jalur yang searah dari pintu ke
pintu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

 Kebanyakan pengunjung tidak


memulai untuk memasuki
ruang pamer secara sistematis
(seperti lantai pertama, kedua
dan ketiga).

Tabel 2.6
Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute.
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
j. Alur Lintasan
Alur lintasan pengunjung merupakan kecenderungan gerak
lintasan pengunjung kepada suasana yang lebih disenangi dalam
memulai pengamatan ketika memasuki ruang pamer. Kepadatan
orang pada ruang dan waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi
kualitas komunikasi yang dimaksudkan oleh pengunjung.

 Alur lintasan dari kanan ke kiri lebih


sering dilakukan pengunjung daripada
dari kiri ke kanan

 Pengelompokan sculpture, tempat


duduk dan lainnya letaknya di tengah
ruangan akan menggangu alur
lintasan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

 Peletakan kelompokan koleksi benda


di tengah ruang pamer cenderung
mempercepat alur lintasan
pengunjung.

 Ruang pamer yang memberikan


pengontrolan terhadap alur lintasan
pengunjung adalah lebih baik
dibanding yang tanpa kontrol

Tabel 2.7
Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute.
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

k. Kejenuhan Terhadap Obyek dan Ruang Pamer


Faktor penunjang kejenuhan juga bisa diakibatkan oleh
kejenuhan terhadap obyek dan ruang pamer (kemonotonan penataan
obyek koleksi baik mengenai gayanya, periode, pengelompokkan
subyek, dan lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya minat
pengunjung memiliki keterkaitan dengan sususnan pameran yaitu
keragaman, kekontrasan antara ruang-ruang pamer yang
bersebelahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

 Kurangnya keragaman dan


kekontrasan dalam rancangan
ruang pamer (seperti
pencahayaan, kontras spesial
dan lainnya) akan
memperpendek waktu
pengamatan terhadap area
pameran yang dilalui.
 Kurangnya keragaman dan
kontras ini menyebabkan
masalah kejenuhan
pengunjung yang paling utama
daripada kelelahan fisik setelah
mengamati koleksi.

 Pengunjung mengamati sedikit


lama pada obyek yang diminati
dan melewati banyak koleksi
dan ruang pamer yang tidak
diminati.

 Pengunjung menambah
kecepatan berjalannya bila
tidak ada sesuatu yang menarik
pada ruang pamer tersebut.
 Pengunjung tinggal lebih lama
pada ruang pamer pertama dari
pada ruang pamer selanjutnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

 Pengunjung tinggal
memberikan perhatian secara
luas kadangkala berhenti
sejenak pada obyek tertentu
dan melewatkan beberapa
obyek yang tidak diminatinya

 Lamanya waktu yang


dihabiskan di depan sebuah
pameran dan jumlah obyek
yang diminati semakin
berkurang setelah memasuki
ruang pamer.
 Di ruang pamer yang besar
kemungkinan bahwa
pengunjung akan mengamati
beberapa obyek yang tersedia
adalah lebih kecil daripada di
ruang pamer kecil

 Banyaknya obyek yang


dipamerkan kadangkala sedikit
waktu diluangkan pengunjung
untuk mengamatinya daripada
area yang memiliki obyek
tidak terlalu banyak.

Tabel 2.8
Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

l. Luas Pengerakan dalam Ruang Pamer


Luas pergerakan pengunjung ini lebih dipengaruhi karena
keinginan untuk mengamati benda yang belum pernah dilihatnya dan
memasuki ruangan yang belum pernah dilihat dan dialaminya.
Warna lantai, dinding, lokasi pintu masuk dan pintu keluar dapat
mempengaruhi luas pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer.

 Pengunjung lebih banyak memanfaatkan


area dinding sebelah kanan dibanding area
sebelah kiri ruang pamer.

 Pengunjung lebih sedikit berjalan-jalan di


ruang tersebut pintu keluar.

 Pengunjung cenderung lebih banyak


berjalan-jalan di ruang pamer yang warna
lantai, dinding dan atapnya yang sedikit
lebih gelap bila dibandingkan dengan
ruang pamer yang bewarna lebih terang.

 Pengunjung pria lebih banyak


mengunjungi area pamer dibandingkan
pengunjung wanita.
 Pengumjung pria lebih banyak berjalan-
jalan di dalam ruang pamer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

 Peletakan pintu ruang pamer (terutama


pintu keluar) yang kurang tepat bisa
menyebabkan pengunjung menuju
pintu keluar tanpa memperhatikan
obyek yang dipamerkan.

 Pengunjung akan berlama-lama dan


banyak berjalan-jalan dalam ruang pamer
bila terpampang banyak informasi yang
dibutuhkan pengunjung bila terdapat
kekontrasan di dalam ruang pamer.
Tabel 2.9
Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

m. Penarikan dan Pengalihan Perhatian


Penataan seluruh bagian ruang pamer juga sama pentingnya
dengan obyek lokasi itu sendiri. Segala sesuatunya bisa dilakukan
untuk menghindari konflik antara obyek pameran atau keadaan
sekitarnya, dan berusaha untuk meningkatkan mutu museum agar
dapat melakukan komunikasi yang lebih baik dengan para
pengunjung dari berbagai kalangan dan pengunjung yang hanya
bersifat sementara.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

 Terlalu jauhnya jarak tempuh terhadap


obyek yang harus diamati pengunjung
cenderung mengabaikannya dan
langsung menuju pintu keluar.

 Pengunjung memberikan banyak


perhatian kepada lingkungan yang
belum pernah dikenal sebelumnya.
 Ruang pamer yang cenderung
monoton tidak banyak mendapat
perhatian pengun jung

Tabel 2.10
Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer.
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

2.3.5 Tinjauan Organisasi Ruang


Organisasi ruang tergantung pada permintaan atas program
bangunan seperti : hubungan fungsional, persyaratan keluasan ruang
klasifikasi hirarki ruang-ruang dan syarat-syarat penempatan
pencahayaan atau pemandangan.
Syarat-syarat organisasi ruang sebagai berikut :
a) Memiliki fungsi-fungsi yang khusus atau kesamaan fungsi secara
jamak.
b) Penggunaan fleksible dan dengan bebas dapat dimanipulasikan.
c) Memiliki fungsi serupa dan dapat dikelompokkan menjadi suatu
cluster fungsional atau dapat diulang dalam suatu urutan linier.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

d) Menghendaki adanya celah terbuka untuk mendapatkan cahaya,


ventilasi, pemandangan atau pencapaian keluar bangunan.
e) Pemisahan sesuai dengan fungsi ruang dan mudah dijangkau.

Bentuk organisasi ruang dapat dibedakan antara lain sebagai berikut :


No Bentuk Organisasi Ruang Keterangan

1 Organisasi Ruang Tertutup a. Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat
ruang-ruang di sekitarnya.
A. Ruang sekitar mempunyai
bentuk, ukuran dan fungsi sama dengan ruang
lainnya.
B. Ruang sektar berbeda dengan
ruang yang lainnya, baik bentuk, ukuran
maupun fungsi.
2 Organisasi Ruang Linier a. Merupakan deretan ruang-ruang.
b. Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain
yang sifatnya memanjang.
c. Masing-masing ruang dihubungkan secara
langsung
d. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda, tapi yang berfungsi penting diletakkan
pada deretan ruang.
3 Organisasi Ruang Secara a. Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan
Radial organisasi linier.
b. Organisasi yang terpusat mengarah ke dalam
sedangkan yang linier mengarah keluar.
c. Lengan radial dapat berbeda satu dengan yang
lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi
ruang.

4 Organisasi Ruang a. Organisasi ini merupakan pengulangan dari


Mengelompok bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya
dari ruang-ruang yang berbeda ukurannya,
bentuk dan fungsi.
b. Pembuatan sumbu membantu susunan
organisasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

5 Organisasi Ruang Secara a. Terdiri dari beberapa ruang yang posisi


Grid ruangnya tersusun dengan pola grid.
b. Organisasi ruang terbentuk hubungan antara
ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.
c. Penggunaan ruang yang disusun secara grid
banyak dijumpai pada interior ruang
perkantoran yang terdiri dari banyak devisi.

Tabel 2.11
Bentuk Organisasi Ruang
Sumber: (Francis D.K Ching, Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya,1996: 205)

2.3.4 Komponen Pembentuk Ruang


a. Lantai pada umumnya:
a) lantai harus kuat dan dapat menahan beban di atasnya
b) mudah dibersihkan
c) kedap suara
d) tahan terhadap kelembaban
e) memberikan rasa hangat pada kaki, dsb
Menurut Pamudji Suptandar, lantai ruang pamer seharusnya tidak
licin dan ekonomis dalam pemasangan atau perawatannya. Perlu
diingat warna permukaan yang mengkilat akan memantulkan cahaya,
permukaan yang terlalu gelap akan menyerap cahaya dan akan
mengkontraskan kecemerlangan yang akan mempengaruhi
penglihatan, demikian pula jika permukaannya terlalui terang.
Lantai ruang pamer seharusnya tampak baik secara umum dan
fungsi. Menurut Francis DK Ching lantai yang berwarna terang akan
meningkatkan tingkat kekuatan cahaya dalam suatu ruang, sedangkan
lantai yang berwarna gelap akan menyerap sebagaian besar cahaya
yang jatuh di atas permukaannya. Lantai menyalurkan kualitas fisiknya
– tekstur dan kepadatannya – langsung kepada kita ketika kita berjalan
di atas permukaannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

b. Dinding
Dinding adalah elemen utama yang dengannya kita membentuk
ruang interior. Dinding mengendalikan ukuran dan bentuk ruang,
dinding juga dapat dilihat sebagai penghalang yang merupakan batas
sirkulasi kita, memisahkan satu ruang dengan ruang disebelahnya dan
menyediakan privasi visual maupun akustik bagi pemakainya sebuah
ruang. ( Francis DK Ching,1996:180)
Fungsi dinding dalam bangunan antara lain :
1) Untuk menahan tepi dari urukan atau tumpukan tanah
2) Untuk menyokong atau menopang balok, lantai dan langit – langit.
3) Sebagai penyekat atau pembagi ruang
4) Sebagai pelindung apai dari bahaya kebakaran
5) Sabagai latar belakang dari benda dalam ruangan
6) Sebagai unsur dekorasi dalam tata ruang.
Persyaratan dinding adalah :
1) Keras dan kuat
2) Tahan terhadap panas dan dingin
3) Tidak terpengaruh dengan alam dan tahan lama
4) Warna tidak berubah
5) Tahan terhadap AC
6) Tahan terhadap air dan kelembaban
7) Kedap suara
8) Mudah dalam pemeliharaan
9) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang
10) Cukup tahan getaran dan tidak retak
Dalam sebuah museum tentu dinding memberikan peranan penting
dalam memberikan suatu suasana dan kesan pada ruang pamer,
sehingga pengolahan dinding dalam ruang pamer merupakan faktor
penting untuk memvisualisasikan benda koleksi secara maksimal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Beberapa cara peletakan materi koleksi yang terletak di dinding


adalah menggunakan :
1) Dinding galeri kayu dilapisi pabrik
2) Rel gantung
3) Draperis ( sebagai latar belakang obyek yang berdiri bebas )

c. Langit – langit
Istilah langit – langit, ceiling berasal dari istilah “ceil” yang
berarti melindungi dengan suatu bidang penyekat antara lantai dengan
atap, sehingga terbentuklah suatu ruang. (Pamudji Suptandar,1999:56)
Dalam buku yang sama, Pamudji Suptandar mengatakan
tentang bentuk dan fungsi langit – langit, sebagai berikut :
1) Penampilan dari langit – langit bisa bervariasi, misalnya dengan
penurunan, bergelombang dan sebagainya.
2) Sebagai bidang penutup, pembatas, pembentuk pada bagian atas
ruang.
3) Tinggi rendah langit – langit bisa memberikan kesan luas dan
sempitnya ruang
4) Untuk menempatkan titik pencahayaan dan penghawaan suatu
ruang.
Persyaratan langit – langit adalah :
1) Mudah pemeliharaannya
2) Meredam suara / akustik
3) Menunjang aspek dekoratif
4) Tahan terhadap kelembaban
5) Memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu
6) Mencerminkan unsur kemegahan dari bangunan itu
7) Pemasangannya harus disesuikan dengan sistem pencahayaan
atau penghawaan baik secara alami maupun buatan.
Pada ruang pamer, agar dapat menarik pegunjung dibuat ceiling
yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan
memberi kesan mewah.commit to user
(Pamudji Suptandar, 1999 : 132)
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi,


telah memberikan penemuan – penemuan di bidang industri,
khususnya terciptanya bahan – bahan bangunan termasuk bahan untuk
langit – langit, sehingga memungkinkan untuk memenuhi segala jenis
ruang, khusus untuk museum, ruang pamer yang menggunakan
pencahayaan buatan memerlukan ketinggian antara 12 –14 kaki.
Apabila diterapkan penggunaan skylight adalah antara 18 – 19 kaki.
Sedangkan apabila diterapkan keduanya ( mixed lighting ), ketinggian
langit – langit dapat bervariasi. Dari aspek konstruksi harus
dipertimbangkan penempatan ducting udara, sirkuit lampu serta segi
keamanannya karena mungkin terdapat berbagai peralatan elektrik,
AC, lampu, dll.

2.3.5 Sistem Interior


a. Pencahayaan
1) Sumber Pencahayaan
Sumber pencahayaan ada dua, yaitu :
a) Sistem pencahayaan alami
Sistem pencahayaan alami ini merupakan sistem yang
sangat sederhana, yaitu dengan mengandalkan cahaya matahari
pada siang hari. Sifat dari sistem pencahayaan alami ini antara
lain :
(1) Cahaya alami siang tidak kontinyu
(2) Cahaya matahari dapat merusak sebagaian benda – benda
koleksi museum, karena tingkat iluminasinya, dan
komposisi spectrum cahaya.
Cahaya campuran, yaitu sebagaian dari cahaya
matahari dan sebagaian dari cahaya lampu yang biasa dipakai
saat siang hari. Namun yang banyak adalah lampu, karena
bagaimanapun bentuk ruangannya, selalu ada lampu yang
mendukung. Ilmu pengetahuan museum saat ini lebih
commitbuatan
menekankan lampu to userdi ruang pamer sehingga tidak
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

mengherankan bila ruangan itu begitu tertutup dari sinar


matahari.

b) Sistem Pencahayaan Buatan


Pencahayaan buatan yang sering digunakan dapat dibagi
dua macam yaitu :
(1) lampu fluoresensi, di sini proses pengubahan energi
listrik menjadi energi cahaya yang berlangsung dalam
suatu gas dalam tingkat atom, dan tidak disertai oleh
penghasilan energi panas, biasanya lampu ini berbentuk
pipa.
(2) Lampu pijar yang terangnya datang dari benda kawat
yang panas, dimana sebagaian energi berubah menjadi
energi panas dan sebagian menampakkan diri sebagai
energi cahaya. Di sini energi cahaya timbul dari energi
listrik yang berlangsung pada tingkat molekul dan
disertai pengeluran energi panas.
Suatu ruang pamer museum membutuhkan pencahayaan
buatan dengan kualitas sebaik mungkin, dengan indeks
penampakan warna maksimal 90, suhu warna ± 4000 Kelvin.
Untuk itu dapat digunakan pencahayaan umum, berupa lampu
– lampu TL putih yang mempunyai arus cahaya khusus.
Meskipun pemakaian lampu atau penerangan lain
“menghidupkan” benda – benda yang sedang dipamerkan,
pengaruhnya terhadap koleksi yang berada di ruang
penyimpanan dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat
buruk. Para kurator sepakat untuk menghindari pemakaian
cahaya yang langsung menyinari tempat penyimpanan barang
seperti lemari kava, vitrin dan lain – lain. Bila pencahayaan ini
memang diperlukan, maka pemakaian filter yang menyerap
radiasi sinar ultra violet sangat disarankan, sehingga diperoleh
cahaya dengancommit to user
intensitas sebesar + 100 foot candles saja.
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

Intensitas sebesar inilah yang terbaik baagi benda – benda yang


mudah rusak oleh pengaruh cahaya.

MAKSIMUM
OBYEK
ILLUMINASI
Benda – benda yang tidak sensitive terhadap cahaya
antara lain : logam, batu, kaca, keramik, barang perhiasan Bebas dari ukuran
(batu – batu intan, berlian, dan sebagainya), tulang. cahaya

Benda – benda yang sensitive terhadap cahaya : lukisan,


lukisan dinding, kulit, tanduk. 150 LUX
Benda – benda yang sangat sensitive terhadap cahaya :
tekstil, pakaian, seragam, lukisan cat air, lukisan tempera, 50 LUX
printing dan drawing, naskah, benda – benda etnografi
dan yang sejenis dengan itu
Tabel 2.12
Ukuran penggunaan illuminasi cahaya terhadap benda – benda koleksi museum.
( Sumber : VJ. Herman,1981: 72 )

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

2) Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan


a) Pencahayaan Buatan Umum
Berfungsi untuk menerangi seluruh ruang bagi
kegiatan Ruang Pamer. Ada empat macam sistem
pencahayaan secara umum, yaitu :
(1) Sistem Pencahayaan Langsung.
(2) Sistem Pencahayaan Semi Langsung.
(3) Sistem Pencahayaan Semi Tak Langsung.
(4) Sistem Pencahayaan Tak Langsung

Gambar 2.5
Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang
Sumber: John E. Flynn & Segil, 1970 : 141
Lampu buatan langsung, digunakan untuk
penerangan obyek, diantaranya :
(1) Instalasi loteng (Attic Instalation). Lampu dengan
reflector ini diletakkan di bawah kaca atap. Lampu pijar
ditempatkan di empat baris paralel dengan empat
dinding.
(2) Kaca atap buatan/palsu (False Skylight). Alat untuk
mendapat efek kaca atap tanpa penggunaan kaca atap.
Mengurangi pembukaan atap. Lebih baik dan ekonomis
daripada kaca atap.
(3) Spotlight.
(4) Lampu Hias (Louvered Lights). Menggunakan satu atau
commit pijar.
banyak lampu to userSinarnya ke bawah dan yang
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

diterangi bisa sempit atau luas. Lampu ini akan


membentuk bayangan hias di lantai.
(5) Atap Hias (Louvered Ceiling). Atap gantung terbuat dari
lembaran metal atau plastik yang berwujud persegi,
bersilang–silang. Lampunya secara tidak langsung akan
menyinari ruangan tanpa menyilaukan.
(6) Lampu palung (Trough Lights). Baik yang terbuka
maupun lensa penutup. Dengan lensa biasa palung harus
dimiringkan untuk mengarahkan cahaya. Sistem ini lazim
dipakai di Galery.
(7) Lampu Troffer adalah panel cahaya yang diletakkan
tinggi di langit–langit. Untuk ruang pamer, panel ini
ditutup oleh lensa langsung khusus yang menempatkan
cahaya di sudut dinding atau tempat lain yang diinginkan.
(8) Lampu Polarisasi, masih terbatas, mengurangi silau, akan
menolong penglihatan.
(9) Lampu Kasus (Cases Lighting), bentuk umum dalam
pencahayaan obyek langsung.
Lampu buatan tidak langsung, untuk ruang bukan
langsung obyek:
(1) Lampu terpasang gantung (suspended fixture) jenis ini
tidak langsung atau semi tidak langsung menggunakan
lampu pijar. Lampu ini menjaga mata dari kesilauan
dengan mengarahkan cahaya ke langit-langit. Bayang-
bayang yang tidak menyenangkan di langit-langit
dikurangi dengan penggunaan alat-alat lain yang
memantulkan sedikit cahaya ke bagian luar peralatan
yang sudah terpasang itu.
(2) Lampu ke atas tersembunyi (concealed uplights)
digunakan untuk mencurahkan cahaya ke langit-langit
dari atas kotak, layar atau barang lain. Jenis portable
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

lampu ini tidak tepat dipakai di ruang pamer tapi dapat


dipakai di lobby.

Gambar 2.6
Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas ruangan.

(1) Teluk lampu (lighting cases) dengan tempat kecil


horizontal di dinding yang menyembunyikan sumber
cahaya sangat efektif untuk pencahayaan tidak langsung,
cocok untuk ruang sedang atau besar (aula)
(2) Panel Lampu (lighting panels) papan yang diangkat
terbuka dengan lampu palung yang tersembunyi di
tepinya. Panel langit-langitnya berbentuk variatif (bulat,
persegi, bujur sangkar atau bebas)

Gambar 2.7
Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus cahaya yang
berfungsi sebagai pembagi cahaya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

b) Pencahayaan Buatan Khusus


Pencahayaan khusus adalah pencahayaan yang
ditujukan terhadap benda pamer museum.

Gambar 2.8
Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.

Pencahayaan harus disesuaikan dengan sifat benda,


yang dalam hal ini dapat dibagi menjadi :
(1) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua
dimensi.
(2) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga
dimensi.
Penerapan pencahayaan khusus terhadap benda
koleksi dua dimensi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
(a) Untuk benda pamer pada bidang vertikal.
Peletakan benda pamer pada bidang vertikal,
sebaiknya sumber cahayanya memiliki sudut 30
derajat dari bidang tempat pemasangan benda
pamer tersebut.
(b) Untuk benda pamer pada bidang horizontal
Benda pamer yang terletak pada bidang
horizontal, sebaiknya peletakan pencahayaan ada
di luar daerah refleksi. Hal ini disebabkan oleh
sering terjadinya kesilauan yang mengganggu
pengunjung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.9
Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.
(c) Untuk mengatasi timbulnya kesilauan perlu dibuat
daerah gelap pada langit-langit atau lantai yang
berada pada benda pamer tersebut. Hal ini berguna
untuk menyerap pantulan yang terjadi.

Gambar 2.10
Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang vertikal.
Untuk pencahayaan khusus terhadap benda koleksi
tiga dimensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
(1) Untuk benda pamer pada kotak terbuka.
Benda pamer yang terletak pada kotak tanpa penutup,
dibutuhkan peletakan sumber cahaya dengan tingkat
iluminasinya yang tinggi dengan tujuan untuk
menonjolkan benda pamer serta menghilangkan bayangan.
Salah satu cara yang tepat dalam hal ini adalah dengan dua
buah lampu sorot dengan sudut 30 derajat dari titik pusat
benda. Namun apabila ingin mendapatkan efek cahaya
yang istimewa dapat dicoba dengan mengubah-ubah letak
sumber pencahayaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.11
Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D

(2) Untuk benda pamer dalam kotak kaca


Benda pamer dalam kotak kaca harus menghindari
penyilauan. Hal ini karena sifat kaca yang menimbulkan
refleksi, menyebabkan pengamat menjadi silau. Untuk
mengatasi refleksi pada bidang kaca ada tiga cara, yaitu :
(a) Peletakan bidang kaca dengan arah vertikal.
Refleksi dapat diatasi dengan memberikan latar
belakang yang gelap atau menggunakan lampu yang
tersembunyi di bawah ambalan.

Gambar 2.12
Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi pengaruh refleksi cahaya
(b) Peletakan bidang kaca miring ke arah vertikal.
Untuk peletakan bidang kaca dengan arah miring ke
arah vertikal, refleksinya dapat diatasi dengan
meletakkan lampu yang dilengkapi penutup di bagian
dalam kotak (pada bagian atas) dan meletakkan cermin
commit to user
di bagian bawah kotak.
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.13
Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah Vertical
(c) Peletakan bidang kaca miring ke arah horisontal

Gambar 2.14
Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal
Sistem Penyerapan Cahaya, dibagi menjadi :
(1) Difusi, cahaya alami diserap dengan kaca difusi untuk
mengurangi silau dan juga menyebarkan pemantulan
khususnya dari langit – langit dan dinding
(2) Layar (screening) dengan tirai ,kre (venetian blinde),
diafragma. Sulit bila jendela tinggi tapi dapat diatasi dengan
kre (venetian blinde)

b. Penghawaan
1) Penghawaan alami
Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (Natural).
Dalam buku “Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan“ dikatakan
bahwa, bila harus menggunakan sistem penghawaan alami di dalam
suatu ruangan, maka harus diperhatikan ventilasi horizontal yang
commit to user
terbuka secara cermat dan baik agar penghawaan alami yang
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

dipergunakan itu sesuai dengan kebutuhan. (YB. Mangunwijaya,


1997 : 148).
Untuk Indonesia secara umum, tingkat suhu udara yang
cocok dalam ruangan penyimpanan adalah antara 20 oC dan 24oC,
sedangkan tingkat kelembaban antara 45% dan 60%. Penggunaan
AC tidak dianjurkan untuk menggunakan ventilasi yang baik
sehingga suhu di dalam dan di luar gedung tetap sama. Dengan
ventilasi saja, dapat terjadi tingkat kelembaban di dalam ruangan
menjadi tingkat kelembaban relatif di dalam ruang penyimpanan,
dapat digunakan alat dehumidifier.

A. A
NGINMA
TI
B.

C.DAERAH UDARA
MATI
D.

E. F.

G. H.

Gambar 2.15
Kemungkinan yang terjadi pada sistem ventilasi silang
Sumber : (Y.B Mangunwijaya, 1997 : 149)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

Keterangan gambar :
a. tak ada arus, karena tidak ada jalan keluar.
b. Lubang keluar dan masuk sama luasnya, arus ventilasi baik
untuk kedudukan tubuh manusia. Lebih baik bila jalan keluar
diperluas.
c. Lubang masuk tinggi lubang keluar rendah, tidak baik, karena
menimbulkan daerah udara mati di bawah lubang masuk, yang
justru merupakan tempat yang baik dan dibutuhkan oleh tubuh
manusia.
d. Lubang – lubang yang luas, ventilasi baik sekali
e. Pada lubang masuk diberikan semacam ovestek dan angin
langsung keluar lewat lubang ats di sisi keluar.
f. Pada sisi keluar ditambahkan satu lubang di bagian bawah, dan
terjadilah perbaikan aliran udara pada daerah tubuh manusia.
g. Dengan melepas sedikit overstek, aliran udara menjadi lebih
baik lagi.
h. Dengan kasa – kasa ventilasi dapat lebih diperbaiki lagi.
Atau untuk menyerap kelembaban yang terjadi di dalam
lemari, rak atau peti penyimpanan, penggunaan silica gel sangat
membantu. Dapat juga dengan pemakaian polyethylene. Untuk
mencegah terjadinya goresan pada benda koleksi, disarankann agar
benda-benda tersebut sebelum dibungkus dengan lembaran tipis
polyethelene lebih dahulu diantari dengan anyaman kapas (cotton
webbing)
Apabila suhu di dalam ruang penyimpanan ruang terlalu
tinggi dan udara terlalu kering, dapat dikurangi dengan pemakaian
alat humidifer. Sedangkan untuk mengurangi pencemaran yaitu
menyaring debu gas yang dihasilkan zat-zat kimia, debu garam yang
dibawa air laut, menggunakan airlocks. Pemakaian airlocks ini
sangat membantu kebersihan ruangan gedung secara keseluruhan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

2) Penghawaan Buatan
Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan
manusia. Sistem penghawaan buatan yang umum digunakan di
dalam sebuah museum adalah :
a) Sistem Heating atau Radiator, fungsinya untuk meninggikan
suhu dengan cara sistem pemanasan air. Sistem ini biasa
digunakan di daerah yang beriklim sub tropis.
b) Air Conditioning (AC), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
temperature, kelembaban, aliran udara dan untuk menjaga
kualitas udara yang betul terpelihara. Sistem penggunaan AC ini
pada umumnya dipakai pada daerah yang beriklim tropis. ( Vail,
Coleman Laurence,1950: 150 )

c. Akustik
Pengkondisian suara bertujuan mengurangi gangguan bunyi
yang ditimbulkan oleh suara baik dari dalam maupun dari luar
bangunan museum.
Gangguan bunyi khususnya pada suatu museum, biasanya
diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor kebisingan dari luar (
berupa keramaian kendaraan pada jalur transportasi atau areal parkir
) serta faktor dari dalam ruang itu sendiri ( karena aktifitas / kegiatan
yang berlangsung di dalamnya seperti bunyi langkah kaki dan
pembicaraan pengunjung atau bunyi yang ditimbulkan oleh
perangkat sound system pada ruang audio visual / auditorium serta
materi koleksi peragaan pada ruang pamer yang menggunakan efek
sound system ).
Isolasi bunyi merupakan cara untuk menanggulangi
terjadinya kebisingan atau gangguan bunyi dengan pengurangan
atau pemisahan sumber bunyi dari yang lain, sehingga terjadi
penyerapan dan pemantulan bunyi. Dalam hal ini, penerapan
pemakaian bahan – bahan material interior pada komponen –
commit
komponen pembentuk user dinding, langit – langit ) sangat
ruangto( lantai,
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

berpengaruh. Selain itu tingkat kekuatan bunyi perlu juga diatur


untuk mengurangi kebisingan dalam ruang.
Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bunyi,
diantaranya dengan pemilihan bahan yang berstandar akustik yang
baik, misalnya pemilihan bahan yang kurang kepadatannya, sebab
semakin lunak / berpori / berbentuk serabut, maka akan semakin
banyak menyerap bunyi dan semakin sedikit memantulkan bunyi.
Klasifikasi bahan penyerap bunyi, diantaranya yaitu :
1) Bahan berpori
Karakteristik dari bahan berpori :
(a) Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi
dibanding frekuensi rendah.
(b) Efisiensi akustiknya membaik dengan bertambah tebalnya
lapisan penahan dan bertambahnya jarak dari lapisan
penahan.
Contohnya : papan serat (fiber board), mineral
woods,selimut isolasi ( semacam jaringan seluler dengan pori –
pori saling berhubungan ), plester lembut (soft plester).
2) Penyerap panel
Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang
yang padat tetapi terpisah oleh suatu ruang udara, akan
berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila
tertumbuk oleh gelombang bunyi. Getaran lentur dari panel
tersebut yang akan menyerap energi bunyi yang datang dan
mengubahnya menjadai energi panas.
Karakteristik dari penyerap panel yaitu merupakan
penyerap bunyi yang efisien pada frekuensi rendah.
Contohnya : panel kayu (hardboard), plastic board,
langit – langit plesteran yang digantung, gypsum board, lantai
kayu / panggung, pelat logam.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

3) Resonator rongga (helmh oltz)


Resonator rongga terdiri dari jumlah udara tertutup yang
dibatasi oleh dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang / celah
sempit ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi
merambat.
Karakteristik dari resonator rongga yaitu menyerap
energi bunyi maksimal pada frekuensi rendah yang sempit.
Contoh : resonator rongga individual ( balok beton
standar, soundbox), resonator berlubang ( lembaran asbestos
semen, hardboard msonite, lembaran baja / aluminium polos),
resonator celah ( batasan beton berongga khusus rusuk / slat
kayu ).
Selain itu, penggunaan bahan-bahan akustik dalam
perancangan interior, juga memultifungsikan bahan antara
fungsi penyerapan bunyi sekaligus penyelesaian interior.
Oleh karena itu, pemilihan bahan-bahan dengan
petimbangan-pertimbangan di luar segi akustik juga perlu
diperhatikan, diantaranya :
(a) Penampilan bahan (ukuran tepi, warna, sambungan)
(b) Daya tahan terhadap kebakaran, kelembaban, temperatur
dan kondensasi ruang.
(c) Biaya dan kemudahan instalasi.
(d) Mudah dalam perawatannya.
(e) Kesatuan dengan elemen-elemen ruang (pintu, jendela dan
lighting).
(f) Keawetan (daya tahan terhadap tumbukan dan goresan)
(g) Pemantulan cahaya dan ketebalan/berat.

2.3.6 Sistem Keamanan


Arti pengamanan ruang pamer secara singkat adalah berupa
usaha melindungi gedung museum, segala isinya, staf karyawan dan
pengunjung ruang commit
pamer todari
userkerusakan dan gangguan yang
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

disebabkan oleh bencana alam dan ulah manusia dalam bentuk


pencurian, perampokan, kebakaran, vandalisme atau tangan-tangan
jahil, konflik politik, kerusuhan, banjir, gempa bumi dan sebagainya.
Tujuan pengamanan museum ialah terciptanya suatu museum
yang utuh, lengkap dan tentram dimana para pengunjung museum
merasa tentram, nyaman dan tenang selama berada dan menikmati
benda – benda yang dipamerkan. Demikian pula para staf museum
yang terdiri dari kurator, educator, preparatory, konservator serta
tenaga administrasi dapat bekerja dengan tenang, karena museum
bebas dari gangguan keamanan, baik yang datang dari luar maupun
dalam. Sifat kerja pengamanan museum adalah dinamis. Di dalam
pelaksanaan teknisnya, sifat kerja pengamanan museum dapat
dibedakan atas dua macam yaitu: yang bersifat stasis, dan yang
bersifat dinamis / mobile (keliling). Sifat pengaman museum statis
ditujukan khusus pada pengunjung museum. Ia melaksanakan tugas
pengawasan yaitu mengawasi para pengunjung yang sedang melihat
pameran di ruang pameran tetap, jadi tugasnya menjaga ruangan
pameran. Pengamanan museum yang kedua bersifat dinamis atau
mobile (keliling) tugasnya melakukan pemeriksaan keliling ke
ruangan – ruangan, pameran tetap, auditorium, ruang admistrasi,
ruang kuratorial, ruang preparasi, ruang edukasi, ruang konservasi
dan laboratorium serta kompleks museum dimana terdapat koleksi –
koleksi yang terbuka.
Adapun waktu pengamanan museum tersebut adalah ketika
museum akan dibuka, museum sedang dibuka, maupun ketika
museum menjelang ditutup serta pada malam hari.
Ada beberapa faktor unsur pengamanan museum yang perlu
diperhatikan antara lain :
a) Manusia, meliputi :
Banyaknya pengunjung museum yang datang dengan
tujuan serta kepentingan yang berbeda satu sama lain, sebagai
contoh, misalnyacommit to user museum yang memanfaatkan
ada pengunjung
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

untuk mengadakan studi atau penelitian, ada sekedar untuk


berekreasi dengan keluarga, tetapi ada juga yang memanfaatkan
untuk mencari keuntungan sendiri dengan cara mencuri barang –
barang koleksi yang ada di museum. Disamping itu ada pula
yang secara iseng mengotori, membuat corat – coret di dinding
tembok dan pagar atau merusak taman dan halaman yang
merugikan pihak museum. Ulah dan tingkah laku para tuna
wisma yang ada di sekelilingnya dengan membuang sampah dan
kotoran dengan sembaranga, juga menimbulkan gangguan
kenyamanan, kenikmatan dan ketertiban pengunjung museum.
b) Fisik bangunan, meliputi :
(1) Bahan – bahan kimia untuk laboratorium dan konservasi
tidak disimpan di tempat yang baik dan aman.
(2) Pintu jendela dan lemari – lemari koleksi tidak terpasang
dengan kunci – kunci yang baik dan kuat
(3) Pemilihan serta penentuan bahan – bahan bangunan
sebaiknya memilih bahan yang tidak mudah terbakar oleh
api.
c) Peralatan dan Sarana, meliputi :
(1) Belum tersedianya alat pemadam api, sehingga bila timbul
bahaya kebakaran akan berakibat fatal dan tidak tertolong
lagi.
(2) pada umumnya saluran air dari hydrant (wall dan freezing
hydrant ) sulit diperoleh, karena jaraknya yang terlalu jauh
atau hanya pada lokasi gedung yang ada di kota besar saja
yang sudah ada jaringan saluran dari PAM. dll
d) Alam dan Lingkungan, meliputi :
(1) udara di daerah itu sangat lembab, sehingga bisa merusak
koleksi.
(2) gangguan hewan atau binatang sejenis insect yang
menyerang dan merusak koleksi jenis kayu, kain, kertas dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

juga jenis jamur untuk koleksi perunggu, batu dan


sebagainya.
(3) terjadinya bencana alam yang secara tiba – tiba dan tak
terduga yang bisa berakibat rusaknya bangunan museum
maupun koleksi di dalamnya. Dll
Cara pengamanan benda – benda koleksi dapat dilakukan
dengan cara :
a) Pengamanan Umum Melalui Tata Kerja dan Tata Ruang
Untuk menjamin keamanan benda – benda koleksi ini
maka perlu ada pembagian tugas dan kewajiban yang tegas dan
ketat diantara para petugas. Adapun tugas – tugas itu antara lain:
(1) Memeriksa ruang – ruang penyimpanan secara rutin /
berkala
(2) Menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh
fasilitas penyimpanan.
(3) Membuat peraturan yang ketat
Dan dalam perencanaan sebuah gedung harus
diperhatikan hubungan antara ruang – ruang penyimpanan dan
bagian gedung lainnya agar tidak memudahkan terjadi pencurian
atau perusakan oleh tangan – tangan jahil. Pengunjung ruang
penyimpanan harus diantar oleh seorang petugas kurator dan
harus melalui ruang registrasi yang merupakan ruang
pengawasan.
b) Pengamanan Terhadap Pencurian dan Tangan – tangan
Jahil
Ada dua jenis pengamanan untuk maksud ini. Dan alat
tersebut sebaiknya dipakai di seluruh bangunan. Alat yang
dimaksud adalah:
(1) Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection Systems)
Sistem ini dipakai untuk melindungi bangunan
terhadap bahaya dari luar. Penekanan pengamanan terutama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

ditujukan pada jendela, pintu, atap, lubang ventilasi dan


dinding – dinding yang mudah tembus.
Didalam ruang pamer ada beberapa kekuatiran dan
kerusakan benda koleksi pameran, seperti yang dikemukakan
oleh Dadang Udansyah dalam bukunya berjudul Sarana
Pameran di Museum, antara lain yaitu :
(a) Vandalisme
Kebiasaan Vandalisme ini banyak terjadi karena
keisengan dan kurangnya kesadaran akan benda – benda
yang bernilai sejarah dan kurangnya apresiasi kepada
nilai – nilai kebudayaan bangsa kebiasaan ini misalnya,
menusuk – nusuk, menggoresi benda koleksi, mencorat –
coret, dan sebagainya.
(b) Touch Complex (penyakit ingin meraba)
Umumnya orang tidak puas melihat saja,
mereka masih penasaran apabila tidak meraba benda –
benda koleksi yang dilihatnya
(c) Kelalaian yang dilakukan oleh pengunjung
Bersandar pada benda koleksi, panil atau benda
lainnya, membuang sampah sembarangan, meludah,
menaikkan kaki pada benda koleksi merupakan sedikit
contoh kelalaian yang sering dilakukan oleh pengunjung.
(d) Kebiasaan merokok
Didamping asap rokok yang bisa menyebabkan
polusi udara, terutama apabila ruangan tersebut
menggunakan AC, abu rokokpun menyebabkan ruangan
menjadi kotor, apalagi bila membuang puntung rokok
tidak pada tempatnya, apabila puntung rokok tersebut
masih menyala dapat mengakibatkan kebakaran.
(e) Pencurian
Meskipun pencurian jarang terjadi, tetapi
commit
apabila ini to user
sampai terjadi akan sangat merugikan sekali
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

baik bagi pihak museum maupun pihak pengunjung


sendiri.
(2) Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection Systems)
Jenis ini sangat bermanfaat dalam pengamanan
gedung, apabila ternyata sistem perimeter gagal berfungsi,
misalnya bila pencuri / penjahatnya telah berhasil menyelinap
masuk dan bersembunyi di dalam gedung sebelumnya
saatnya pintu – pintu ditutup. Contoh yang paling sederhana
dari jenis ini ialah kunci.
Kalau alat diatas banyak pula ragamnya. Ada yang
bekerja secara mekanis, ada yang secara elektris. Diantaranya
adalah:
(a) Saklar magnetic ( magnetic contact switch )
(b) Pita kertas logam (metal foil tape)
(c) sensor pemberitahuan / pencegahan bila kaca pecah
(glass breaking sensor)
(d) Kamera pemantau (photoelectronic eyes)
(e) Pendeteksi getaran (vibration detectors)
(f) pemberitahuaan/peringatan getaran (internal vibration
sensor)
(g) alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote
door control)
(h) pengubah sinar infra merah (passive infra – red)

c) Pengaman Terhadap Kebakaran


Perlindungan terhadap bahaya kebakaran dapat dimulai
dengan pemasangan kontruksi bangunan tahan api terutama di
ruangan yang mudah terbakar. Ruangan juga perlu memliki
pintu – pintu api. Juga dapat pula digunakan dinding – dinding
khusus.
Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian
commit
bencana (api) adalah to usermenempatkan tangga pada tempat
dengan
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

yang tepat. Tangga utama mungkin tidak dapat didesain seperti


ini, tapi tangga sekunder untuk umum dan staf hendaknya
diletakkan di dekat dinding dan pintu.
Berkaitan dengan bencana kebakaran, ruangan museum
terbagi dua:
(1) Ruangan – ruangan di mana air untuk memadamkan api dapat
juga merusak seperti halnya api itu sendiri
Contoh : Ruang Pamer, Ruang Kuratorial, Ruang
Penyimpanan.
(2) Ruang yang bila ada kerusakan tidak akan terlalu serius.
Contoh : Bengkel mekanik, penyimpanan barang persediaan
peralatan, peti.
Ruang yang disebutkan pertama sebaiknya tidak
menggunakan air sebagai pemadam tapi CO2 yang dapat
dipasang otomatis ataupun portable.
Ruangan yang punya perlindungan air otomatis biasanya
adalah basement sehingga dapat dipasang instalasi air di sana.
Sedangkan ruang bagian atas basement tidak memerlukanya
tetapi perlu diawasi atau dijaga jika ada keadaan darurat. Juga
dipasang alarm api atau alat deteksi. Di bagian – bagian tertentu
harus disediakan selang air dan perlengkapan kebakaran yang
lain.
Berkaitan pula dengan perlindungan terhadap api adalah
masalah yang timbul akibat resiko perang dan juga gempa bumi.
Resiko bahaya dari hal ini dapat muncul dengan pemakaian kaca
di atas kepala yang terlalu berlebihan atau kontruksi lain yang
rendah tingkat keselamatannya.
Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal, yaitu :
(1) Pendeteksi panas ( thermal detector ), yang akan bereaksi
terhadap perubahan suhu.
(2) Pendeteksi asap ( smoke detector ), yang bereaksi terhadap
commit
gas atau aerosol yangtokeluar
user pada saat kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

Mengenai alat pemadam kebakaran dapat dipilih di bawah ini :


(1) Sistem penyemprotan ( sprinkle system )
(2) Sistem pemadaman dengan gas (gas system)
(3) Tabung pemadaman api (portable fire extinguisher)
Untuk ruang penyimpanan koleksi seperti ini, maka
portable fire extinguisher, yaitu dari jenis dry chemical
extinguisher kiranya paling menguntungkan, karena tepung
residu yang ditinggalkan tidak merusak semua jenis benda.

2.3.7 Sistem Display Pameran


Display pameran menyangkut beberapa hal, diantaranya:
a) Benda koleksi
Sistem display pada museum menyangkut beberapa hal, yaitu
mudah tidaknya barang pajang dapat dinikmati pada suatu pameran
dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu :
(1) Ukuran barang detail kritisnya.
(2) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras
sekitarnya.
(3) Penerangan dan kecerahan benda tersebut.
(4) Warna cahaya yang menerangi benda itu.
(5) Waktu saat melihat
b) Faktor Penglihatan
Yaitu mudah tidaknya barang pajang dapat dinikmati pada
suatu pameran, dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu:
(1) Ukuran barang detail kritisnya
(2) Kontras benda – benda dengan latar belakangnya dan kontras
sekitarnya
(3) Penerangan dan kecerahan benda tersebut
(4) Warna cerah yang menerangi benda itu
(5) Waktu saat melihat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.16
Jarak dan Sudut Pandang yang Baik
Sumber: (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 1979 : 195)

Gambar 2.17
Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical
Sumber : (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)

Gambar 2.18
Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam Mengamati Materi Koleksi
Sumber : (Julius Panero Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)

Garis pandang baku berada pada garis horizontal 0 derajat, tapi


pada kenyataanya garis pandang alami berada di bawah garis
horizontal dan sedikit beragam dan tergantung pada masing-masing
orang. Saat berdiri garis pandang normal berada pada 10 o, saat
duduk 15o, saat rileks 30odan 38o di bawah garis horizontal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

Keterbatasan jarak pandang mata manusia berupa batas


pandangan mata manusia tanpa menggerakkan bola matanya
(Polychromatic). Batas pandangan itu dalam bidang vertikal dan
horisontal.
Batas pandangan mata manusia normal yaitu:
Vertikal : - max.50, min 27 di atas sumbu mata
- max 40, min 10 di bawah sumbu mata
Horizontal : - max 79 di bawah sumbu mata
Gerakan kepala pada garis horizontal, tersusun berdasar rotasi
leher dan gerak sekitar 45o kekiri dan kanan, dapat dicapai tanpa
kesulitan oleh semua orang.

c) Sistem Penyajian Materi Koleksi


Pengelompokan benda – benda menurut jenis dan bentuknya
dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang paling
sesuai untuknya. Kelompok yang ada misalnya: benda – benda
keramik / batuan, lukisan / foto, senjata / peralatan, pakaian, buku –
buku dan barang cetak, film / video cassette dan lain – lain.
Bentuk penyajian berbeda – beda pula, ada yang berupa lemari
berpintu, rak terbuka, laci – laci atau gantungan yang dapat digeser –
geser. Berapa banyak yang diperlukan untuk setiap kelompok
tergantung dari jumlah benda yang ada atau yang akan ada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

Cara penyajian materi koleksi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni :


(1) Berdasarkan Bentuk Penyajian ( wadah materi koleksi yang
ditampilkan ).
(a) Bentuk sistem panel ( Panel System )

Gambar 2.19
Penyajian untuk benda 2 D :
Gambar, bagan, grafik, lukisan,
stiker, dan foto

(b) Bentuk sistem boks khusus


Gambar 2.20
Penyajian untuk benda 2D dan 3D :
MATERI 2D gambar, foto, benda – benda kecil
BOX KHUSUS STANDART yang berharga, benda – benda dari
kulit dan tekstil, palaentologi dan
geologi, dan lain - lain.

(c) Bentuk sistem boks standar (stand box)

Gambar 2.21
Penyajian untuk benda 3D : batuan,
peralatan, miniatur, replika, patung,
dan sebagainya.

(d) Bentuk vitrin

KACA
Gambar 2.22
MATERI 3D
TEKS DATA KOLEKSI Penyajian benda 3D : Benda –
benda kecil yang berharga, benda –
benda dari kulit, paleontologi dan
geologi, dan lain - lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

(e) Bentuk sistem diorama

Gambar 2.23
Penyajian untuk benda 3D :
Diorama suatu peristiwa / kisah,
diorama, suatu tema pameran, dll.

(2) Berdasarkan Aspek Aksentualisasi yang ditampilkan.


Aksentualisasi dari materi yang ditampilkan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, hal ini dimaksudkan agar :
(a) Benda / materi koleksi dapat sebagai point of interest
(b) Aspek estetika lebih ditonjolkan pada materi koleksi
sehingga akan menambah daya tarik pengamat.
(c) Persepsi dan penghayatan komunikasi dapat lebih detail
dan telliti.
Adapun cara yang dilakukan adalah dengan :
(a) Perbedaan tinggi lantai (split level)

Penyajian untuk benda 3D:


peralatan, miniatur, replika patung,
dll.
Aksentualisasi yang ditampilkan :
- materi koleksi sebagai point of
interest
- kecenderungan komunikasi visual
lebih detail

Gambar 2.24

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

(b) Sistem mezanin


Dipakai pada ruang pamer yang multi
level sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi pengamat dari ruang
atas dengan materi koleksi di ruang
bawah.
Penyajian untuk benda 3D : peralatan,
miniatur, replika patung,dll.
Aksentualisasi yang ditampilkan.
- mengurangi penggunaan sekat dinding
sehingga kebebasan ruang terbentuk.
Gambar 2.25

(c) Memasukkan dalam dinding dengan dekorasi mural.


Penyajian untuk benda 2D dan 3D
yang berkaitan dengan dekoratif
MATERI KOLEKSI mural..
Aksentualisasi yang ditampilkan.
- materi koleksi diperagakan pada
lubang dinding dengan penerangan
diatasnya yang terfokus
- aksentualisasi menunjukkan
materi koleksi lebih menonjol.

Gambar 2.26

(d) Split level plafon/langit – langit


Penyajian untuk benda 2D dan 3D
Aksentualisasi yang ditampilkan.
- penurunan celling pada materi
koleksi dengan fokus penerangan
dapat meningkatkan daya tarik
obyek pamer.
- materi koleksi sebagai pusat
utama
Gambar 2.27

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

(3) Berdasarkan Faktor Teknologi


Penggunaan teknologi modern sangat mendukung fungsi
dan suasana yang ingin ditampilkan, yaitu bersifat informatif,
edukatif, dan rekreatif. Hal ini akan menimbulkan persepsi
pengamatan yang lebih detail dan teliti.
(a) Sistem display film/sinematografi

Penyajian berupa teater film / multi


R. PROYEKTOR
media yang menggambarkan suatu
peristiwa / kisah yang sesuai
dengan tema museumnya.
Gambar 2.28
SCREEN

(b) Sistem display komputer / monitor tv


Gambar 2.29
Penyajian menggunakan program
komputer, baik dengan sistem layar
lebar atau tidak.

(c) Sistem display remote kontrol dan tata lampu


Gambar 2.30
Penyajian materi dapat berupa
materi koleksi 2D ( grafik, bagan
TV LAYAR LEBAR

interktif ) dengan dilengkapi


tombol pengatur. Atau materi 3D (
miniatur suatu proses produksi,
CONTROL PROGRAMING maket) yang dilengkapi display tata
lampu yang menarik

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

(d) Sistem materi koleksi berputar

Gambar 2.31
LAMPU
Penyajian berupa materi 3D dengan
ukuran kecil dan sedang ( 0,5 m² -
PETA TEKTONIK
3,0m²) serta persyaratan berat
maksimum 150 kg
REMOTE CONTROL

(4) Berdasarkan Kronologis


Yaitu koleksi yang dipamerkan disusun dari yang muda usianya.

d) Persyaratan Media Display Koleksi


Kerangka ( penutup ) rak, tembaga atau aluminium ditutup
satin atau dicat ( mesti jarang ). Kerangka harus kuat, tahan debu dan
kutu, tahan lembab, aman terhadap pencuri namun mudah dibuka
dan baik kelihatannya. Penutupnya harus terkunci atau didukung
dengan sekrup supaya tidak banyak kunci. ( Vail, Coleman
Laurence,1950:235)
Pencahayaan dengan membuat isi rak lebih bercahaya dari
pada sekelilingnya, yaitu cara penggunaan lampu dalam frame atau
kerangka tetapi model ini akan memancarkan udara dan merusak
obyek, usaha lain adalah dengan lampu TL dan juga lampu yang
diberi filter.
Rak kelompok, rak untuk diorama atau kelompok
lingkungan tertentu. Rak ini dipasang tertanam di dinding. Dapat
pula digunakan rak – rak diorama kecil. Lampu rak ini mempunyai
peran penting sebagai kesan dramatis.
Lampu pameran, perlu untuk memberi tambahan permukaan
pameran dan juga untuk membagi panjang dinding dan membagi
lantai ruangan. Besar ukuran layar harus selaras dengan skala
sekelilingnya. Sekatcommit to userbangku duduk sering dipakai di
penunjang,
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

galeri lukisan. Juga dapat disediakan kursi – kursi kecil yang dapat
diputar untuk orang – orang yang duduk dekat obyek di display
vertikal. Kursi kecil dari meja untuk kelompok umur yang berukuran
sesuai, diperlukan di museum umum.
Persyaratan – persyaratan dalam perencanaan pembuatan
vitrin sebagai berikut :
1) Keamanan benda koleksi harus terjamin.
2) Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih leluasa
dan mudah serta enak melihat koleksi yang ditata di
dalamnya.
3) Pengaturan cahaya dalam vitrin tidak boleh menggangu
koleksi maupun menyilaukan pengunjung.
4) Bentuk vitrin harus disesuaikan dengan dinding.
Menurut bentuknya vitrin terbagi atas dua macam, yaitu:
1) Vitrin tunggal
2) Vitrin ganda

2.3.8 Furniture
Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan
secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu :
a) Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau
tidak terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan
meja.
b) Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu
berada (built-in). Contohnya : rak, lemari yang menyatu dengan
dinding, tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai.
Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam
kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti
dibawah ini :
a) Sifat Peletakan.
Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

b) Ukuran.
Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan
besaran ruang dan kebutuhan dalam penggunaan.
c) Bentuk.
d) Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar
kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang
maksimal.
e) Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi
suatu tema tertentu.
f) Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu
kepentingan.
Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan
dengan pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan
berikut ini :
a) Penentuan daerah aktif dan pasif.
(1) Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan
frekuensi tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu
lintas (flow), gang (lorong), daerah depan pintu, dan
sebagainya.
(2) Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan
frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini
sesuai digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk.
b) Bentuk Kegiatan.
Bentuk kegiatan menentukan susunan letak serta
kelengkapan furniture.
c) Ukuran Gerak.
Ukuran gerak dimaksudkan untuk memperhitungkan
ruang/jarak yang dibutuhkan oleh sikap gerak/kegiatan manusia.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

2.3.9 Pertimbangan Desain


a) Bentuk
Ciri – ciri visual bentuk dapat dijelaskan sebagai berikut :
(1) Wujud adalah ciri – ciri pokok yang memvisualkan bentuk.
Wujud ialah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan dan
sisi suatu bentuk
(2) Dimensi adalah panjang, lebar dan tinggi. Dimensi – dimensi
ini memerlukan adanya proporsi, adapun skalanya
ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap
bentuk – bentuk lain disekelilingnya.
(3) Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan
suatu benda atau bentuk. Warna adalah atribut yang paling
mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap
lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual
suatu bentuk.
(4) Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk, tekstur
mempengaruhi baik perasaan kita pada waktu menyentuh
maupun kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan
bentuk tersebut.
(5) Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu
lingkungan atau medan visual.
(6) Orientasi adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang
dasar, arah mata angin atau terhadap pandangan seseorang
yang melihatnya.
(7) Inertia visuil adalah derajat konsentrasi dan stabilitas suatu
bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya
terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.
(Francis DK Ching, 1996: 50)

b) Unsur – unsur desain


Ada beberapa unsur dasar di dalam desain yang meliputi
commit
unsur visual ( unsur yangto dapat
user dilihat ) serta unsur yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

Unsur – unsur yang melebur dalam desain membentuk satu


kesatuan atau unity. Kesatuan bentuk dapat pula diperoleh dari
pertimbangan :
(1) Proporsi yaitu hubungan antara ukuran bagian terhadap keseluruhan,
antara bagian yang satu dengan yang lain.
(2) Keseimbangan yaitu suatu kondisi atau kesan berat, tekanan,
tegangan, sehingga memberi kesan kestabilan, tenang dan
seimbang.
(3) Irama dapat diartikan sebagai pengulangan garis, bentuk,
wujud, dan warna secara teratur dan harmonis.
(4) Emphasis atau tekanan adalah suatu bentuk yang mendapat
perhatian atau tingkat kekuatan tertentu, atau penonjolan
bagian tertentu.

c) Warna
Warna penting dalam desain karena warna membawa misi
untuk masing – masing benda yang selalu ada warna yang
menyertai keberadaanya. Warna dapat pula menggambarkan
perasaaan psikologis seseorang, seperti perasaan takut, ragu –
ragu, berani, tenang dan sebagainya. Warna juga sering
difungsikan sebagai alat untuk merekayasa suatu ruang sehingga
tampak luas atau sempit. Warna juga dipengaruhi oleh cahaya,
baik cahaya alami maupun cahaya buatan.
Disamping itu secara psikologis warna memiliki pengaruh
terhadap perasaan manusia seperti yang diuraikan di bawah ini:
(1) Biru, umumnya dinamakan warna menjauh, bersifat dingin,
baik dan tenang
(2) Hijau, menyejukkan dan dapat mengurangi ketegangan
hidup.
(3) Kuning, merangsang dan menarik perhatian.
(4) Merah, menyenangkan dan merangsang otak memberi kesan
mewah dan kebahagiaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

(5) Abu – abu, memberi efek dingin, sebaiknya dikombinasikan


dengan warna lain.
(6) Orange, merangsang, dapat menimbulkan rasa sakit dan
kejenuhan.
(7) Coklat, memberi pengaruh rasa segar, tenang, dan hangat.
(8) Putih dapat mematikan semangat jika tidak dikombinasikan
dengan warna – warna emas.
(9) Hitam, cenderung memberi pengaruh menekan, bila
digunakan dengan warna lain berfungsi menunjang intensitas
warna tersebut.
d) Elemen Estetis
Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada benda-
benda yang memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam
ruang, benda-benda tersebut dapat menimbulkan kegembiraan
visual untuk mata, tekstur yang menarik untuk diraba atau sebagai
stimulan perasaan. Pada akhirnya, baik sendiri-sendiri atau
bersama-sama, aksesoris adalah bukti jelas hunian.
Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa :
(1) Manfaat : alat-alat dan objek-objek yang memang berguna.
(2) Incidental : Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur
(3) Dekoratif : benda seni dan tanaman. (Francis DK
Ching, 1996: 272-275).
e) Tema
Dalam suatu perancangan desain interior, tema memegang
peranan yang penting, karena tema dapat memberikan suatu
suasana tertentu dan membentuk karakter ruangan tertentu.
Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan
pemecahan bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain
yang dihasilkan dapat memenuhi tuntutan kegiatan dan fungsi
ruang yang sesungguhnya.
Dalam buku Interior design in the 20th Century disebutkan
commit
bahwa tema yang to user adalah suatu elemen utama
sesungguhnya
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

yang memberikan arah desain. Elemen itu mungkin berupa cara


untuk memperlakukan isi, elemen tertentu untuk mempengaruhi
ukuran atau cara untuk meningkatkan sirkulasi. Setiap interior
yang baik tersusun satu atau lebih garis, bentuk dan warna yang
membangun konsep sebagai temanya.
Secara garis besar tema yang diterapkan pada museum
harus disesuaikan dengan karakteristik dari kegiatan museum
itu sendiri, yakni bersifat non formal. Tema dan nuansa yang
hendak dicapai diaplikasikan melalui penggunaan bahan dan
warna unsur pembentuk ruang, pengisi ruang maupun elemen
estetis yang mendukung suasana.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

2.4.1 Tinjauan Umum Kota Surabaya

Peta Kota Surabaya

Data Singkat Kota Surabaya

Hari jadi 31 Mei 1293

Gubernur Soekarwo

Wilayah 47.922 km²

Kabupaten / 29 kabupaten / 9 kota


Kota

Kepadatan 37.070.731 jiwa (2005)


Penduduk

Suku bangsa Jawa, Madura, Tionghoa, Arab

Bahasa Indonesia, Jawa

Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha,


Kong Hucu

Zona waktu WIB

Kode telepon 031


Tabel 2.13 Data Kota Surabaya
Sumber : http://www.surabaya.go.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia.


Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa,
Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan
di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota
Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan
merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata Surabaya
konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara sura (ikan hiu) dan
baya (buaya) dan akhirnya menjadi kota Surabaya.
Sumber: http://www.surabaya.go.id

2.4.2 SEJARAH KOTA SURABAYA


Nama Surabaya muncul sejak awal pertumbuhan kerajaan
Majapahit. Nama Surabaya diambil dari simbol ikan Sura dan Buaya.
Simbol itu sesungguhnya untuk menggambarkan peristiwa heroik yang
terjadi di kawasan Ujung Galuh (nama daerah Surabaya di masa silam),
yakni pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Widjaja dengan
pasukan tentara Tar Tar pada tanggal 31 Mei 1293. Tanggal itulah yang
kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Surabaya.
Awalnya Kota Surabaya adalah kawasan perkampungan atau
pedesaan di pinggiran sungai. Nama-nama kampung yang kini masih ada
seperti Kaliasin, Kaliwaron, Kalidami, Ketabangkali, Kalikepiting,
Darmokali, dan sebagainya adalah bukti yang menjelaskan bahwa kawasan
Surabaya adalah kawasan yang memiliki banyak aliran air / sungai. Secara
geografis kawasan Surabaya merupakan kawasan yang berada di dekat
laut dan aliran sungai besar (Brantas, dengan anak kalinya).
Lokasi Surabaya yang berada di pinggir pantai, menjadi lintasan
hilir mudik manusia dari berbagai wilayah. Surabaya, menjadi pertemuan
antara orang pedalaman pulau Jawa dengan orang dari luar. Kemudian
pada tahun 1612 Surabaya sudah merupakan bandar perdagangan yang
sangat ramai. Peranan Kota Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat
penting sejak lama. Saatcommit
itu sungai Kalimas merupakan sungai yang
to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

dipenuhi perahu-perahu yang berlayar menuju pelosok Surabaya. Banyak


pedagang Portugis membeli rempah-rempah dari pedagang pribumi. Di
bawah kekuasaan Trunojoyo, Surabaya menjadi pelabuhan transit dan
tempat penimbunan barang-barang dari daerah subur, yaitu delta Brantas.
Sementara, Kalimas menjadi “sungai emas” yang membawa barang-
barang berharga dari pedalaman.
Kota Surabaya juga sangat berkaitan dengan revolusi kemerdekaan
Republik Indonesia. Sejak penjajahan Belanda maupun Jepang, rakyat
Surabaya (Arek Suroboyo) bertempur habis-habisan untuk merebut
kemerdekaan. Puncaknya pada tanggal 10 Nopember 1945, Arek
Suroboyo berhasil menduduki Hotel Oranye (sekarang Hotel Mojopahit)
yang saat itu menjadi simbol kolonialisme. Karena kegigihannya itu, maka
setiap Tanggal 10 Nopember, Indonesia memperingatinya sebagai Hari
Pahlawan. Hingga saat ini bekas-bekas masa penjajahan terlihat dengan
masih cukup banyaknya bangunan kuno bersejarah di sini.
Sumber: http://www.surabaya.go.id

2.5 Tinjauan 3 Dinasti


2.5.1 Dinasti Ming
Dinasti Ming (1368 - 1644) adalah dinasti satu dari dua dinasti
yang didirikan oleh pemberontakan petani sepanjang sejarah Cina. Dinasti
ini adalah dinasti bangsa Han yang terakhir memerintah setelah Dinasti
Song. Pada tahun 1368 Zhu Yuanzhang berhasil mengusir bangsa Mongol
kembali ke utara dan menghancurkan Dinasti Yuan yang mereka dirikan.
Ia mendirikan dinasti Ming, dengan ibukotanya di Yingtian (sekarang
Nanjing) sebelum putranya, Zhu Di, yang menjadi kaisar ke-3
memindahkan ibukota ke Shuntian (sekarang Beijing). Yingtian kemudian
berganti nama menjadi Nanjing (ibukota selatan).
Awal Dinasti Ming ditandai dengan masa-masa ketenangan dan
kemakmuran di bawah Kaisar Hongwu, Zhu Yuanzhang. Kaisar Hongwu
melakukan reformasi pada sistem pemerintahan dan birokrasi dengan
membentuk organ birokrasi baru yang saling mengimbangi untuk
commit to user
mencegah munculnya lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

terlalu besar. Ia juga melalukan pembangunan ekonomi, menghentikan


segala ekspedisi militer untuk memberi rakyat waktu dan ketenangan
untuk melakukan tanggung jawab mereka di bidang masing-masing.
Kebijakan ini berhasil ditandai dengan peningkatan jumlah populasi
sampai dengan 10.650.000 kepala keluarga atau 65.000.000 jiwa pada
tahun 1393.
Di penghujung Dinasti Ming, pemberontakan marak di seluruh
negara dan pada puncaknya, Beijing jatuh ke tangan pemberontak yang
dipimpin oleh Li Zicheng. Kekalahan ini menyebabkan Chongzhen
menggantung diri di bukit di belakang Kota Terlarang. Li yang
bersengketa dengan Wu Sangui menangkapi keluarganya di Beijing
menyebabkan Wu memutuskan untuk menyerah kepada suku Manchu
yang kemudian menaklukkan Li Zicheng dan menguasai Beijing pada
tahun 1644.
Setelah Beijing dikuasai oleh suku Manchu, mereke kemudian
mendirikan Dinasti Qing yang menandai runtuhnya Dinasti Ming. Sisa-
sisa kekuatan yang setia kepada Dinasti Ming kemudian mengungsi ke
selatan Cina dan meneruskan perlawanan secara terpisah. Dalam sejarah,
kekuatan ini dikenal sebagai Ming Selatan. Ming Selatan kemudian
berhasil dihancurkan oleh Kaisar Kangxi pada tahun 1683.
a. Awal Berdiri
Dinasti Yuan adalah dinasti yang didirikan oleh bangsa Mongol
yang dianggap sebagai bangsa asing oleh suku Han. Diskriminasi
kekaisaran terhadap suku Han yang mayoritas sangat kentara dengan
pembagian kasta yang didasarkan atas etnisitas. Suku Han dialokasikan di
dua kasta terendah pada zaman tersebut.
Penghujung Dinasti Yuan juga ditandai dengan pemerintahan yang
korup, pajak dan inflasi yang tinggi. Hal ini diperparah dengan tingkah
laku bangsawan Mongol yang sewenang-wenang. Kekaisaran kemudian
mengganti mata uang yang telah beredar sejak zaman Kublai Khan dengan
mata uang baru. Mata uang baru ini kemudian dicetak dalam jumlah besar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

sehingga menyebabkan hiperinflasi. Perekonomian ambruk dan bencana


kelaparan merebak di mana-mana.
Tahun 1351, Sungai Kuning meluap menyebabkan banjir besar.
Bencana ini memperparah kondisi perekonomian yang telah sangat kacau.
Kekaisaran kemudian memerintahkan seluruh ratusan ribu petani dan
tentara untuk memperbaiki bendungan Sungau Kuning. Kerja paksa ini
menyebabkan ketidakpuasan rakyat mencapai puncaknya.
b. Pemberontakan Petani
Hiperinflasi dan ketidakpuasan atas kerja paksa menanggulangi
bencana banjir Sungai Kuning menyebabkan pecahnya pemberontakan
petani secara massal. Pemberontakan ini dikenal dengan Pemberontakan
Serban Merah yang meletus pada bulan Mei 1351.
Tahun berikutnya, Guo Zixing memimpin pemberontakan dan
berhasil menguasai wilayah Haozhou (sekarang Kabupaten Fengyang,
Anhui). Pada saat ini, Zhu Yuanzhang ikut berpartisipasi dan berjasa
dalam beberapa pertempuran. Jasa Zhu kemudian menarik perhatian Guo
yang akhirnya menikahkan putri angkatnya kepada Zhu. Setelahnya, Zhu
kemudian meninggalkan Haozhou dan memperkuat diri sendiri. Tahun
1356, dengan kekuatannya sendiri, ia berhasil menaklukkan Jiqing
(sekarang Nanjing, Jiangsu) dan mengganti nama menjadi Yingtian.
Yingtian inilah yang kemudian menjadi ibukota yang baru setelah Dinasti
Ming berdiri.
c. Berdirinya Dinasti Ming
Zhu Yuanzhang kemudian memutuskan untuk berbasis di Yingtian
untuk memusatkan kekuatan demi mempersatukan daratan Cina. Pada
awalnya, situasi Zhu di wilayah Yingtian sangat tidak strategi buat
mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat. Kemudian ia menerima
nasihat Zhu Sheng untuk memperkuat pertahanan dan memusatkan
perhatian pada perbaikan logistik dan tidak terlalu gegabah untuk
mengangkat diri sendiri menjadi raja.
Kebijakan ini menyebabkan Zhu dapat memperkuat dirinya dalam
commit
waktu singkat. Ia kemudian to user kekuatan pemberontak lainnya,
menyerang
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

Chen Youliang pada tahun 1360. Ia kemudian berhasil memukul mundur


pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir sebelah timur Yingtian.
Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan kekuatan Chen.
Tahun 1367, Zhu berhasil menaklukkan Zhang Shicheng,
pemberontak lainnya dan menguasai Pingjiang (sekarang Suzhou,
Jiangsu). Dalam tahun yang sama, Zhu juga menghancurkan kekuatan
Fang Guozhen yang pada saat itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang.
Setelah keberhasilan ini, Zhu Yuanzhang mengangkat diri sebagai kaisar
pada tahun 1368, memulai sejarah Dinasti Ming selama 300 tahun ke
depan. Ia menetapkan Hongwu sebagai tahun pemerintahan sehingga ia
dikenal juga sebagai Kaisar Hongwu. Di tahun itu juga, Kaisar Hongwu
melakukan ekspedisi ke utara untuk mempersatukan Cina. Kekaisaran
Yuan yang saat itu telah melemah tidak dapat menghambat tentara Ming
yang saat itu bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan.
Ibukota Yuan, Dadu berhasil dikuasai dan dibumi-hanguskan atas perintah
Kaisar Hongwu. Suku Mongol kemudian berhasil diusir kembali ke
padang rumput Mongol. Setelah berhasil menghancurkan Dinasti Yuan,
Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming Yuzhen di Sichuan pada
tahun 1371. Sepuluh tahun kemudian, hancurnya kekuatan Raja Liang dari
Dinasti Yuan di Yunnan mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah
Dinasti Ming. (Sumber :Ivan Taniputera, History Of China, Bab 15, Halaman 461)

2.5.2 Dinasti Qing


Dinasti Qing (1644 - 1911), dikenal juga sebagai Dinasti Manchu
dan adalah satu dari dua dinasti asing yang memerintah di Cina setelah
dinasti Yuan Mongol dan juga adalah dinasti yang terakhir di Cina. Asing
dalam arti adalah sebuah dinasti pemerintahan non-Han yang dianggap
sebagai entitas Cina di zaman dulu. Dinasti ini didirikan oleh orang
Manchuria dari klan Aisin, kemudian mengadopsi tata cara pemerintahan
dinasti sebelumnya serta meleburkan diri ke dalam entitas Cina itu sendiri.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id

a. Masa Keemasan
Dinasti Qing mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kaisar
Kangxi (memerintah 1662 - 1722), Yongzheng (1723 - 1735) dan
Qianlong (1735 - 1796).Pada tahun 1661 kaisar Shunzhi meninggal pada
usia 24 tahun dan digantikan oleh putra keempatnya, Aixinjueluo Xuanyue
sebagai Kaisar Kangxi. Pada masa awal pemerintahannya, Kaisar Kangxi
dibantu oleh 4 Mentri Wali dan dibina oleh neneknya, Ibusuri Xiaozhuang.
Pada tahun 1669, Kaisar Kangxi berhasil menggagalkan rencana salah satu
Mentri Walinya, Aobai yang ingin memberontak. Ia juga berhasil
meredam Pemberontakan Tiga Raja Muda (salah satunya adalah Wu
Sangui, yang diberi wilayah dan gelar pangeran karena jasanya) dan
pemberontakan suku-suku dari Mongolia. Taiwan yang dikuasai keluarga
Zheng yang setia pada dinasti Ming, berhasil dikuasai pada tahun 1683.
Perjanjian perbatasan dengan Rusia juga dibuat tahun 1689. Sepeninggal
Kaisar Kangxi pada tahun 1722, putranya yang keempat pangeran Yong
(terlahir Aixinjueluo Yinzhen) naik tahta sebagai Yongzheng.
Pemerintahannya diwarnai dengan sengketa antara pangeran, yang merasa
naiknya Kaisar Yongzheng adalah rekayasa. Kaisar Yongzheng dikenal
sebagai kaisar yang pekerja keras. Pada masa pemerintahannya ekonomi
negara Qing menguat.
Pangeran Bao (Aixinjueluo Hongli) menggantikan ayahnya dengan
era Qianlong pada tahun 1735. Pada masa pemerintahannya wilayah Qing
Raya diperluas oleh kesuksesan Kampanye-kampanye Militernya yang
dikenal sebagai Sepuluh Kampanye Besar. Sayangnya masa-masa akhir
pemerintahannya tercemar oleh praktek korupsi oleh para pejabat, salah
satunya oleh menteri kesayangannya Heshen. Demi menunjukkan baktinya
pada kakeknya kaisar Kangxi, kaisar Qianlong turun tahta sebelum
lamanya memerintah menyamai kaisar Kangxi dan menyerahkan tahta
pada putranya yang kelimabelas Pangeran Jia (Aixinjueluo Yongyan).
Pangeran Jia menjadi Kaisar Jiaqing dan ia sendiri menjadi kaisar emeritus
(Taishanghuang) tetapi tetap memegang kendali pemerintahan sampai
commit to
meninggal. Sepeninggal ayahnya, user Jiaqing kemudian mengeksekusi
Kaisar
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

Heshen dengan tuduhan korupsi dan menyita kekayaannya. Korupsi yang


mulai merajalela dalam pemerintahan pada masa akhir kaisar Qianlong,
menandakan mulai melemahnya dinasti Qing.
b. Wilayah
Luas wilayah Dinasti Qing pada masa puncaknya pernah mencpai
12 juta kilometer persegi. Pada akhir abad ke-16, Ketsaran Rusia
mengadakan ekspansi ke timur. Pada waktu tentara Dinasti Qing
menyerbu masuk ke pedalaman, pasukan Ketsaran Rusia dengan
menggunakan kesempatan itu menduduki Yaksa dan Nibuchu. Pemerintah
Dinasti Qing berkali-kali menuntut agresor Ketsaran Rusia menarik diri
dari wilayah Tiongkok. Tahun 1685 dan 1686, Kaisar Kangxi
memerintahkan tentara Dinasti Qing dua kali menyerbu pasukan Ketsaran
Rusia di Yaksa. Ketentaraan Rusia terpaksa menyetujui mengadakan
perundingan untuk menyelesaikan masalah perbatasan sektor timur
Tiongkok-Rusia. Tahun 1689, wakil-wakil Tiongkok dan Rusia
mengadakan perundingan di Nichersink. Dan secara resmi
menandatangani perjanjian perbatasan pertama, yaitu Perjanjian Nibuchu.
c. Sosial Budaya dan Agama
Dalam pemerintahan Dinasti Qing mempunyai kebudayaan yang
unik, yang mana kebudayaan tersebut mengikuti kebudayaan masyarakat
Manchu. Masyarakat Manchu memiliki gaya rambut yang istimewa.
Mereka menggunting semua rambut di bagian depan kepala dan
menjadikan rambut di bagian belakang kepala sebagai tocang yang
panjang. Akan tetapi hal tersebut menjadi sebuah perdebatan, karena hal
tersebut sangatlah menghina bangsa Han, yang mana bangsa mereka
sangatlah menjunjung atau menganggap bahwa rambut adalah suatu
turunan dari leluhur yang memang patut untuk dilestarikan.
Dalam hal arsitektur, pemerintahan Qing pada umumnya mewarisi
tradisi dari Dinasti Ming, yang mana mereka beranggapan bahwa
bangunan adalah sesuatu hal yang penting dalam teknologi pembinaan dan
kemegahannya. Beijing, ibunegara Dinasti Qing telah memelihara pada
commit to
asasnya keadaan asalnya daripada user Ming. Di dalam kota terdapat 20
Dinasti
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

buah gerbang yang tinggi dan megah, gerbang yang paling megah ialah
Gerbang Zhengyang di dalam kota. Istana diraja Dinasti Ming telah
digunakan terus oleh Raja Dinasti Qing, sehingga raja Dinasti Qing telah
membina besar-besaran taman diraja antaranya Taman Yuanmingyuan dan
Taman Yihe.
Dalam periode tersebut, pembinaan Cina juga telah menggunakan
kaca dari luar negara. Selain itu, rumah penduduk yang bergaya bebas dan
beraneka ragam telah banyak digunakan. Bangunan Agama Budhha Tibet
yang bergaya unik telah banyak digunakan dalam period tersebut. Bahkan
bangunan kuil telah mereka perbarui. Mereka telah menciptakan seni
bangunan yang beraneka ragam, contohnya adalah bangunan Kuil Yonghe
dan beberapa kuil agama Budha Tibet yang digunakan di Chengde,
Provinsi Hebei Cina. Pada periode akhir Dinasti Qing, bangunan yang
dibina dengan seni bina Cina dengan barat juga telah digunakan di Cina.
Dinasti Qing juga mengadopsi cara-cara dari dinasti Ming terutama
anutan Konghucu. Walaupun pada awalnya pembauran antara bangsa Han
dan Man dilarang demi untuk mempertahankan budaya dan ciri bangsa
Manchu, pada akhir abad ke 19 bangsa Manchu sudah sangat membaur
dengan bangsa Han dan kehilangan banyak identitas mereka, contohnya
bahasa Manchu yang lama kelamaan digantikan hampir sepenuhnya
dengan bahasa Mandarin, bahkan dalam lingkungan keluarga kerajaan.
Bahkan pakaian Cina tradisional atau yang sering disebut Hanfu,
juga digantikan dengan pakaian gaya Manchu, yaitu Qipao (pakaian akar
panji panji) dan Tangzhuang. Budaya tersebut harus diikuti oleh rakyat
Cina. Dan apabila ada rakyat Cina yang tidak menggunakannya maka akan
dikenakan hukuman. Dan hukuman bagi yang tidak mematuhi undang-
undang itu adalah hukuman mati. (Sumber : Ivan Taniputera, History Of China,
Bab 16, Halaman 495)

2.5.3 Dinasti Shang (1600—1046 SM)


Dinasti yang mengantikan Dinasti Xia dalam sejarah Cina. Sekitar
tahun 1600 SM, Dinasti Shang didirikan
commit to useroleh pemimpin suku Shang, Tang
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

setelah memusnahkan Dinasti Xia. Dinasti Shang melewati masa


pemerintahan sebanyak 17 generasi, 31 raja. Berkuasa selama 500-an
tahun, sampai 20 Januari 1046 SM ditaklukkan oleh Zhou Wuwang

a. Asal Usul Dinasti Shang


Akhir dari pemerintahan Dinasti Xia, kekacauan dalam
pemerintahan Dinasti Xia sendiri tidak pernah terkendali, ganguan dan
serangan dari luar juga tidak pernah berhenti, setelah naik takhta, Jie juga
tidak berusaha mengubah kondisi, malahan semakin lalim dan kejam,
sehingga para bangsawan akhirnya mulai memberontak. Pada sekitar tahun
1600 SM, pemimpin dari suku Shang, Tang bergabung dengan suku
bangsa lainnya mengulingkan Dinasti Xia, dan mendirikan Dinasti Shang.
Pada awalnya suku Shang ber-ibukota di Bo (sekarang Shangqiu Propinsi
Henan), setelah mengalahkan Dinasti Xia, memindahkan ibukota ke barat
dan tetap disebut dengan nama Bo (sekarang Yanshi Propinsi Henan).
Setelah naik takhta, Tāng memerintah dengan bijaksana terhadap
rakyatnya, dengan bantuan dari menteri-menteri berbakat seperti Yiyin dan
Zhòngyuán, negara semakin kuat dan makmur. Setelah Tāng meninggal,
oleh karena putra sulungnya Dading mati muda, maka singgasana
diwariskan kepada adik Dading, Waibing; setelah Waibing meninggal,
digantikan oleh adiknya Zhongren dan setelah Zhongren meninggal,
singgasana diwariskan kembali kepada putra dari Dàdīng, Tàijiǎ. Tahun
ketiga pemerintahan Tàijiǎ, oleh karena memerintah dengan tidak benar
dan tidak bermoral, Tàijiǎ diasingkan oleh Yiyin ke istana Tonggong.
Setelah tiga tahun tinggal di istana Tonggong, Taijia merasa sangat
menyesal, sehingga akhirnya Yiyin menjemput dan menyerahkan kembali
kekuasaan kepadanya.
Pada mulanya, Dinasti Shang beberapa kali memindahkan ibukota-
nya, sampai terakhir pada masa pemerintahan Pangeng, menetapkan
ibukota di Yin (sekarang Anyang Propinsi Henan), sehingga Dinasti Shang
sering juga disebut sebagai Dinasti Yin. Setelah Pángeng memindahkan
commit
ibukota ke Yin, ekonomi to user
masyarakat Dinasti Shang mengalami
perpustakaan.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id

perkembangan lebih maju lagi. Sampai kemudian masa pemerintahan


Wuding, Dinasti Shang melakukan banyak serangan ekpansi,
menaklukkan banyak negara kecil disekitarnya, memperluas wilayah
teritorialnya, sehingga Dinasti Shāng mencapai puncak kejayaannya.
Setelah Wǔdīng meninggal, Dinasti Shang mulai mundur dan
melemah. Raja terakhir Dinasti Shang, Dìxin atau Zhouwang berhasil
memajukan hubungan perekonomian dan kebudayaan dengan membuka
hubungan dengan Cina bagian tenggara, perairan Sungai Huáihé dan
Chángjiāng tetapi karena selalu terlibat dalam peperangan dan
membangun istana dalam skala besar, yang sangat menguras dan
menghabiskan sumber daya manusia maupun kekayaan rakyat, sehingga
menimbulkan kekecewaan dalam hati rakyat. Zhouwang mengerahkan 300
kereta perang, 3000 pasukan serangan depan, 4500 prajurit, dan bergabung
dengan suku Qiang、Mao、Lu dan sebagainya, serentak menyerang
Zhouwang, dan berhasil menyerang sampai ibukota Dinasti Shang,
Chaoge (sekarang Kabupaten Qíxiàn, Kota Hèbì, Propinsi Henan).
Pada saat itu pasukan Shang sedang berperang melawan suku
bangsa kecil di timur laut, sehingga terpaksa memakai budak dan prajurit
tahanan untuk menghadapi perang di daerah Muye, 70 lǐ (satuan jarak)
dari Cháogē. Para budak tidak ingin berperang untuk raja Shāng
Zhouwang yang jahat dan lalim, sehingga pada saat-saat kritis, pasukan
Shāng tiba-tiba memutar arah, menyerang pasukan sendiri. Ternyata
pasukan yang membelot adalah budak-budak dan prajurit tahanan yang
sudah lama membenci Shang Zhouwang. Pasukan Shang menjadi kacau
dan dengan mudah dihancurkan.
Setelah Pertempuran Mùyě, Shang Zhouwang yang sadar akan
kekalahannya, tidak ingin pasukan Zhōu merebut dan memiliki istana dan
hartanya, ia memerintahkan bawahannya untuk mengumpulkan semua
harta istana, dan membungkus diri dengan kain, berbaring diatas semua
barang berharga tersebut, dengan api, membakar dan menghabisi hidupnya
yang penuh dosa. Zhōu Wǔwáng atas dukungan dari berbagai suku bangsa
commitDinasti
dan negara kecil, mendirikan to userZhōu, dinasti masyarakat budak
perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id

ketiga di Cina. Setelah Dinasti Shāng roboh, sisa keluarga penguasa


Dinasti Shāng yang selamat secara bersama menganti marga mereka dari
Zǐ menjadi nama dinasti mereka yang telah jatuh, Yīn.
Keluarga kerajaan yang selamat kemudian menjadi aristokrat dan
sering membantu keperluan administrasi untuk pemerintah Dinasti Zhōu.
Zhōu Chéngwáng melalui mangkubuminya, yang merupakan pamannya
sendiri, Zhōu Gōngdàn, menganugerahkan kepada saudara Shāng
Zhòuwáng, Wéizǐ daerah bekas ibukota lama Dinasti Shāng商dan
sekitarnya menjadi negara Sòng. Negara Sòng dan keturunan Dinasti
Shāng masih meneruskan ritual kepada raja-raja Dinasti Shāng yang
meninggal dan bertahan sampai tahun 286sm.
Antara legenda Korea and Cina menyatakan bahwa salah seorang
pangeran Dinasti Shāng yang tidak puas, bernama Jīzǐ (Kija), menolak
menyerahkan kekuasaannya kepada Dinasti Zhōu, memilih meninggalkan
Cina dengan sisa tentaranya dan mendirikan Gija Joseon dekat Pyongyang
sekarang yang menjadi salah satu dari awal negara Korea (Go-, Gija-, dan
Wiman-Joseon). Meskipun demikian Jīzǐ jarang sekali disebut dalam
sejarah, dan ada yang menganggap cerita kepergiannya ke Joseon
hanyalah mistik.
b. Wilayah Kekuasaan
Daerah kekuasaan Dinasti Shāng timur mencapai lautan, barat
mencapai bagian barat propinsi Shanxi, timur laut mencapai propinsi
Liáoníng, selatan hingga sekitar Jiāngnán (tidak termasuk Propinsi
Sìchuān、Yúnnán Guìzhōu dan daerah sekitar barat daya), dan merupakan
salah satu kerajaan terbesar di dunia pada waktu itu, tetapi daerah
pemerintahan utama masih di sekitar Zhōngyuán Mendirikan ibukota di
Bò (sekarang Kabupaten Cáoxiàn Propinsi Shāndōng), dan beberapa kali
pindah ibukota, terakhir Pángēng memindahkan ibukota ke Yīn (sekarang
Desa Xiǎotúncūn, Ānyáng Propinsi Hénán), dan oleh karena itu, maka
Dinasti Shāng sering juga disebut sebagai Dinasti Yīn.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 110
digilib.uns.ac.id

c. Pemerintahan
Dinasti Shāng menetapkan beberapa struktur kenegaraan yang
lebih sempurna. Pemerintah pusat membentuk dua departemen penting
yaitu departemen sekretariat urusan negara dan departemen tata hukum
negara. Daerah-daerah diserahkan kepada para bangsawan, guna
memperkuat pemeritahan didaerah, dan masih banyak pejabat dan
pengawal istana. Sedangkan kekuasaan militer dan peralatan perang tetap
ditangan keluarga kerajaan langsung, para negarawan juga menetapkan
Xíngfá (hukuman) dan Jiānyù (penjara) yang sangat kejam. Selain itu, juga
menggunakan kepercayaan agama untuk memperkokoh kekuasaan
pemerintah, raja Dinasti Shāng 商 bahkan menyebut diri sendiri sebagai
wakil dari Tuhan didunia ini, mengabungkan kekuasaan ketuhanan dan
kekuasaan kerajaan.
d. Kondisi Ekonomi
Pertanian Dinasti Shāng sudah lebih maju, sudah bisa
menggunakan berbagai jenis tanaman untuk diciptakan menjadi arak,
sudah sanggup menciptakan peralatan perunggu yang lebih rapi dan bagus
serta sudah bisa membuat keramik putih atau porselin. Oleh karena sangat
berkembangnya pertukaran barang, sehingga telah muncul kota pada awal
peradaban manusia, dan merupakan kerajaan yang sangat makmur pada
waktu itu. Oleh karena perdagangan Dinasti Shāng sangat maju, hubungan
dagang dengan negara disekitarnya juga sangat banyak, sebutan pedagang
dalam bahasa Cina, Shāngrén (pedagang), adalah berasal dari sebutan
orang-orang di negara sekitarnya terhadap orang dari Dinasti Shāng.
Pertanian adalah bagian paling penting dalam bidang ekonomi, tanah
pertanian lebih tertata dan teratur, jenis pertanian juga lebih banyak. Usaha
pertenunan juga mengalami perkembangan ; peternakan sangat makmur,
selain enam jenis ternak utama, juga berhasil memelihara ternak gajah.
e. Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan
Pada zaman Dinasti Shāng, mulai dikembangkan kemampuan
kerajinan besi, kerajinan keramik dan porselin, perdagangan juga sangat
commit
pesat. Dari hasil penemuan to user
tulang ramalan (Jiǎgúwén) membuktikan
perpustakaan.uns.ac.id 111
digilib.uns.ac.id

perkembangan tulisan pada masa Dinasti Shāng sudah mengalami suatu


masa perkembangan yang cukup lama. Astrologi dan tata hukum lebih
maju dari zaman Dinasti Xià, banyak penemuan baru dari ilmu
perbintangan, seperti ditemukannya planet Mars dan planet Venus, selain
itu, juga terdapat catatan tertulis tentang ilmu matematika dan medis, serta
perkembangan seni musik juga sudah sangat tinggi, muncul banyak alat
musik dan seni tari; seperti Diāosù yang merupakan salah satu seni paling
terkenal pada masyarakat perbudakan Dinasti Shāng. (Sumber : History Of
China, Bab 3, Halaman 61)

2.6 TINJAUAN TENTANG MODERN


Arsitektur modern memiliki ornamen yang minim dan fungsional.
Pada arsitektur modern fungsi lebih diutamakan dalam menentukan
bentuk, ukuran dan bahan. Di Indonesia rumah-rumah dengan gaya
arsitektur modern mulai banyak diterapkan pada awal tahun 70-an.
Gaya arsitektur modern muncul sebagai gaya internasional yang
cukup memiliki kemiripan di semua tempat, semua negara. Setidaknya,
gaya modern tetap mengusung fungsi ruang sebagai titik awal desain. Di
Indonesia, gaya modern dipandang sebagai gaya dimana fungsi ruang juga
merupakan titik awal desain.
Gaya modern adalah gaya yang simple, bersih, fungsional, stylish,
trendy, up-to-date yang berkaitan dengan gaya hidup modern yang sedang
berkembang pesat. Gaya hidup modern ditopang oleh kemajuan teknologi,
dimana banyak hal yang sebelumnya tidak bisa dibuat dan didapatkan
menjadi tersedia bagi banyak orang.
Dalam arsitektur, gaya hidup modern berimbas kepada keinginan
untuk memiliki bangunan yang simple, bersih dan fungsional, sebagai
simbol dari semangat modern. Namun, gaya hidup semacam ini hanya
dimiliki oleh sebagian masyarakat saja, terutama yang berada di kota
besar, dimana kehidupan menuntut gaya hidup yang lebih cepat,
fungsional dan efisien.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 112
digilib.uns.ac.id

Untuk menyebut gaya modern yang berornamen tersebut sebagai


gaya modern murni bukanlah hal yang tepat, lagipula proses berkembang
gaya ini tidak terjadi di Indonesia. Untuk menyebutnya sebagai gaya
postmodern, apalagi, di Indonesia bahkan istilah ini cenderung dihindari
untuk menghindari ketidak-fahaman masyarakat. Sehingga gaya arsitektur
modern di Indonesia akan muncul sebagai gaya khas "Modern Indonesia"
dengan karakter sebagai berikut:
a. Memiliki perhatian yang besar terhadap fungsi ruang, yang didapatkan
dari pola aktivitas penghuni.
b. Memiliki perhatian yang besar terhadap material bangunan yang
digunakan untuk mendapatkan hasil akhir (estetika) yang diinginkan.
c. Memiliki analogi mesin dalam penataan dan pengembangan ruang-ruang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 113
digilib.uns.ac.id

BAB III
KAJIAN LAPANGAN

3.1 Lokasi Survey


Museum Nasional atau sering disebut Museum Gajah terletak di Jalan
Merdeka Barat No.12 Jakarta Pusat.

3.2 Sejarah Museum Nasional


Museum Nasional atau Museum Gajah adalah salah satu wujud pengaruh
Eropa, terutama semangat Abad Pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18.
Gedung ini dibangun pada tahun 1862 oleh Pemerintah Belanda di bawah
Gubernur-Jendral JCM Radermacher sebagai respons adanya perhimpunan
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang bertujuan
menelaah riset-riset ilmiah di Hindia Belanda. Museum ini diresmikan pada tahun
1868, tapi secara institusi cikal bakal Museum ini lahir tahun 1778, tepatnya
tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten
en Wetenschappen oleh pemerintah Belanda. Radermacher menyumbang sebuah
gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan
benda-benda budaya sehingga menjadi dasar untuk pendirian museum.
Di masa pemerintahan Inggris di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford
Raffles (1811-1816), yang juga berlaku sebagai Direktur dari Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan
gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit No.3. Gedung ini digunakan sebagai
museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit
de Harmonie".) Gedung ini sekarang berada di kompleks Sekretariat Negara.
Di tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan Majapahit, pemerintah
Hindia-Belanda mendirikan gedung baru yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat
No.12. Gedung ini dibuka untuk umum pada tahun 1868.
Museum Nasional dikenal sebagai Museum Gajah sejak dihadiahkannya
patung gajah perunggu oleh Raja Chulalongkorn dari Thailand pada 1871. Tetapi
pada 28 Mei 1979, namanya resmi menjadi Museum Nasional Republik
commit to1962,
Indonesia. Kemudian pada 17 September user Lembaga Kebudayaan Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id 114
digilib.uns.ac.id

yang mengelolanya, menyerahkan Museum kepada pemerintah Republik


Indonesia. Sejak itu pengelolaan museum resmi oleh Direktorat Jendral Sejarah
dan Arkeologi, di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tetapi mulai
tahun 2005, Museum Nasional berada di bawah pengelolaan Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata.
Museum Nasional berada di daerah Jakarta Pusat Jl. Merdeka Barat 12.
Merupakan museum yang mempunyai 2 bangunan yang berbeda dari aspek
interior dan sistem penyajian materi koleksinya. Pada bangunan pertama yang
dibangun pada jaman belanda sistem penyajiannya dengan cara pengelompokan
koleksi berdasarkan daerah / wilayah, sedangkan bangunan kedua merupakan
museum modern yang menggunakan penyajian materi koleksi berdasarkan tema
dan sub-tema jadi setiap lantai memamerkan koleksinya berbeda-beda karena
dikelompokkan berdasarkan konsep tersebut.

3.3 Waktu Operasional Museum Nasional


 Selasa – Kamis : 08.00 – 16.00
 Jumat : 08.00 – 11.30
13.00 – 16.00
 Sabtu – Minggu : 08.00 – 17.00
 Senin / Hari Besar : Libur

3.4 Sistem Display


Koleksi-koleksi benda antik yang ada di Museum Nasional ini
dikumpulkan hasil dari hibah kolektor yang ada di Indonesia, membeli sendiri
dengan anggaran dana museum, selain itu juga berasal dari penitipan kolektor.
Museum Nasional mempunyai 2 sistem penyajian koleksi yang berbeda
antara bangunan lama (zaman belanda) dengan bangunan baru.
1. Bangunan Lama
Sistem penyajian benda-benda koleksinya tidak berdasarkan pada
pengkategorian tahun maupun jenis benda akan tetapi berdasarkan pada
daerah / wilayah. Misalnya benda yang ditemukan di daerah Jawa semua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 115
digilib.uns.ac.id

akan dijadikan satu kelompok dengan label daerah penemuan benda


tersebut.
2. Bangunan Baru
Sistem penyajian benda-benda koleksi pada bangunan baru berbeda
dengan bangunan lama karena pada bangunan baru berdasarkan tema dan
sub-tema, seperti berikut :
a. Lantai 1 : Manusia dan lingkungan
b. Lantai 2 : Ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Lantai 3 : Organisasi sosial
d. Lantai 4 : Emas dan keramik

3.5 Sistem Maintenance


a. Pembersihan secara bekala vitrin dan koleksi
b. Pembersihan dilakukan oleh aspek-aspek museum
Aspek preparasi : Penataan koleksi
Aspek konservasi : Perawatan koleksi
Teknisi : Pencahayaan dan keamanan

3.6 Fasilitas
a. Auditorium
b. Ruang pameran temporer dan tetap
c. Ruang audiovisual
d. Toko souvenir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 116
digilib.uns.ac.id

3.7 Dokumentasi Foto Pribadi

Gambar 2.32 bagian depan Museum Nasional


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 2.33Sistem Keamanan


Sumber : dokumentasi pribadi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 117
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.34 Sistem Pengarahan


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 2.35 Sistem Pencahayaan Benda Koleksi


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 2.36 Ceiling Lantai 1


Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 118
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.37 Pola Lantai Area Emas & Keramik


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 2.38 Diorama Lantai 1


Sumber : dokumentasi pribadi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 119
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.39 Ceiling Area Pamer


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 2.40 Vitrin


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 2.41 Diorama


commit to user
Sumber : Dokumentasi pribadi
perpustakaan.uns.ac.id 120
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.42 Interior Area Pamer


Sumber : dokumentasi pribadi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 121
digilib.uns.ac.id

BAB IV
PROGRAMMING

4.1 ANALISA EKSISTING


4.1.1 Asumsi Lingkungan
Lokasi museum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Lokasi museum harus strategis, yaitu mudah dijangkau oleh
umum
b. Lokasi museum harus sehat, pengertiannya yaitu :
1) Lokasinya tidak berada di daerah perindustrian yang banyak
terjadi polusi udara maupun pencemaran lainnya.
2) Lokasi tersebut bukan daerah dengan tanah berlumpur atau
tanah rawa maupun tanah yang berpasir disamping didukung
pula oleh elemen -elemen iklim yang berpengaruh pada
lokasi tersebut, seperti misalnya kelembaban udara
setidaknya harus terkontrol mencapai kenetralan antara 55%
sampai 65%.
3) Tersedianya sarana maupun fasilitas penunjang operasional.
4) Memiliki daya tarik wisata yang tinggi, sehingga menarik
banyak pengunjung untuk datang ke lokasi tersebut.

4.1.2 Asumsi Lokasi


Dasar pertimbangan penentuan site lokasi Museum Kebudayaan
Cina di Jalan Pemuda Surabaya menurut kondisi setempat adalah :
a. Mempunyai daya tarik wisatawan dan termasuk dalam satu kawasan
dengan bangunan – bangunan bersejarah di Surabaya.
b. Terletak di pusat kota sehingga untuk mencapainya atau
transportasinya mudah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 122
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.43
Peta Surabaya Jl. Pemuda

4.1.3 Denah Existing


Denah existing merupakan denah asli yang menjadi dasar dalam
mendesain berdirinya bangunan, yang masih berupa ruang-ruang
kosong, yang kemudian dalam pengembangannya didesain sesuai
kebutuhan pengguna bangunan tersebut. Dalam hal ini existing
menjadi awal terbentuknya bangunan yang mewadahi suatu aktivitas
didalamnya.

4.2 PROGRAMING
4.2.1 Status Kelembagaan
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya ini merupakan museum yang
dikelola oleh lembaga swasta, dengan melibatkan instansi pemerintah
daerah dan Dinas Pariwisata Kota Surabaya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 123
digilib.uns.ac.id

4.2.2 Struktur Organisasi

KEPALA MUSEUM

SUB BAG
TATA
USAHA

SEKSI SUB KELOMPOK SEKSI KOLEKSI


PAMERAN JABATAN DAN
DAN FUNGSIONAL PERAWATAN
EDUKASI Bagan 4.1
Struktur Organisasi

Bagan 2.6
Struktur Organisasi
4.2.3 Waktu Operasional Museum Kebudayaan Cina
 Selasa – Kamis : 08.00 – 16.00
 Jumat : 08.00 – 11.30
13.00 – 16.00
 Sabtu – Minggu : 08.00 – 17.00
 Senin / Hari Besar : Libur

4.3 Program Kegiatan


4.3.1 Program Kegiatan Museum
1) Kegiatan pengelolaan museum yang meliputi kegiatan
menjalankan dan mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada di
dalam museum agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
2) Kegiatan pendidikan (edukatif), bimbingan dan penyebarluasan
informasi melalui sarana pameran.
3) Kegiatan pendukung, antara lain yaitu kegiatan merawat,
memperbaiki dan mendokumentasi materi koleksi dan sarana
pendukungnya.
4) Kegiatan servis, kegiatan pelayanan baik pada pengunjung
maupun pada gedung itu sendiri antara lain : menjaga keamanan
gedung, menjaga kebersihan gedung, memberi pelayanan dalam
commit
bidang logistik dan to user
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id 124
digilib.uns.ac.id

4.3.2 Pola Kegiatan Manusia


a. Kegiatan Pengelola
1) Pengelola Administrasi

Datang/Pulang Kantor / Rapat,diskusi,


Adminstrasi pertemuan
ME/SE

- Musholla

- Lavatory

- Kafetaria

Skema 4.1
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya

2) Pengelola Perawatan dan Dokumentasi

Rapat,diskusi,
pertemuan
- R. Penerimaan Barang

Datang/Pulang Kantor/ - R. Koleksi

ME/SE Administrasi - Konservasi


- Musholla
- R. Preparasi
- Lavatory
- Storage
- Kafetaria

Skema 4.2
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 125
digilib.uns.ac.id

3) Pengelola Bimbingan dan Edukasi

Rapat,diskusi,
pertemuan

Datang/Pulang Kantor / - R. Pamer


Adminstrasi
ME/SE - R. Audio Visual

- Musholla - R.Serbaguna

- Lavatory - Perpustakaan

Skema 4.3
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya

4) Pengelola Persiapan Pameran

Rapat,diskusi,
pertemuan
- R. Informasi

Datang/Pulang Kantor / - R. Data


Adminstrasi
ME/SE - R. Kontrol / Jaga

- Loket Tiket
- Musholla
- R. Penitipan Barang
- Lavatory
- Gudang
- Kafetaria
- Toko Souvenir
Skema 4.4
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 126
digilib.uns.ac.id

5) Kegiatan Servis

Datang/Pulang - R. Informasi Merawat dan


menjaga gedung/
SE - R. Kontrol/ Jaga
bangunan
- Loket Tiket

- Storage
- Musholla
- Toko Souvenir
- Lavatory

- Kafetaria
Skema 4.5
Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya

b. Kegiatan Pengunjung Museum


1) Wisatawan Umum

Datang/Pulang Membeli Tiket

ME - Melihat pameran
- Melihat pemutaran
film/audiovisual
Menitipkan - Membaca buku/
barang perpustakaan
- Ke mushola
- Ke lavatory
- Istirahat

Skema 4.6
Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 127
digilib.uns.ac.id

2) Pelajar dan Mahasiswa serta Peneliti (wisatawan khusus)

Datang/Pulang Membeli Tiket R.Informasi R.Tamu/

ME R.Tunggu
Menitipkan
barang

- Melakukan penelitian/ R. konservasi & Storage


- Melihat pemutaran film/audiovisual
- Membaca buku/ perpustakaan
- Mushola
- Lavatory
- Istirahat

Skema 4.7
Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya

4.4 Analisa Kebutuhan Ruang


a. Kelompok Pengunjung
Aktifitas Kebutuhan Ruang

- Datang - Lobby
- Mencari informasi - Resepsionis
- Membeli/memesan souvenir - Area souvenir
- Kebutuhan konsumsi - Cafe
- Melihat barang koleksi - Area pamer
- Aktifitas pribadi - Toilet

Tabel 2.13 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung


(Sumber: Analisa Penulis)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 128
digilib.uns.ac.id

b. Kelompok Pengelola Staff


Aktifitas Kebutuhan Ruang
- Pengawasan - Lobby
- Administrasi - Office
- Rapat, Koordinasi - R. Direksi
- Penyimpanan Barang - Gudang simpan
- Penyiapan Makan - Storage kitchen
- Kebutuhan Konsumsi - Pantry
- Memberikan Informasi - Lobby
- Memberikan Penawaran - Area Souvenir
- Pelayanan - Cafe
- Aktifitas pribadi - Toilet, musholla
Tabel 2.14 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola
(Sumber: Analisa Penulis)

4.5 Fasilitas Ruang


a. Fasilitas Penerimaan
1. Lobby
2. Area tiket
3. Area penitipan barang
4. Area resepsionis
b. Fasilitas Pelayanan dan Penjualan
1. Area pamer
2. Area souvenir
3. Cafe
4. Bar
5. Toilet
c. Fasilitas Pengelolaan
1. Office
2. R. Direksi
3. R. Kurator
4. R. Konservator
commit to user
5. R. Reparator
perpustakaan.uns.ac.id 129
digilib.uns.ac.id

6. Pantry
7. Toilet
8. Musholla
d. Mechanical dan Electrical
1. Gudang penyimpanan
2. Gudang Penerimaan

4.6 Besaran Ruang


Besaran ruang direncnakan disesuaikan menurut kebutuhan dan standard
yang telah diterapkan dengan menggunakan standard dari :
 NAD : Neufert Architect Data
 DM : Dimensi Manusia & Ruang Interior
RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS
Kapasitas 20% dari jumlah
pengguna bangunan per hari
Lobby = 40-60 orang HD 54 m²
Standar 0.9 m²/orang
Luas 60x0.9 == 54 m²
Literatur Lobby

Gambar zona sirkulasi

commit to user
Gambar lintasan publik utama
perpustakaan.uns.ac.id 130
digilib.uns.ac.id

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Kapasitas 2 orang
(1.25x2) + (1.25x2x25%) =
2.5+0.625 = 3.125
Furniture meja tiket
(0.6x0.9) x2 = 0.54
Kursi tiket (0.5x0.5) x2 =
0.5
Area Total 0.54+0.54 = 1.04
HD 5.53 m²
Tiket Toleransi 25%x1.04 = 0.26
Total furniture 1.04+0.26 =
1.3
Jadi 3.125+1.3 = 4.425
Toleransi barang 25%x4.425
= 1.106
Kebutuhan ruang
4.425+1.106 = 5.53 m²

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Kapasitas 2 orang
(1.25x2) + (1.25x2x25%) =
2.5+0.625 = 3.125
Furniture meja (0.6x1.2) =
0.72
Kursi (0.5x0.5) x2 = 0.5
Lemari simpan (0.5x2.4) =
Area
1.2
Penitipan HD 7.7 m²
Total 0.72+0.5+1.2 = 2.42
Barang
Toleransi 25%x2.42= 0.605
Total furniture 2.42+0.605 =
3.025
Jadi 3.125+3.025 = 6.15
Toleransi barang 25%x6.15
= 1.54
commit to user
Kebutuhan ruang 6.15+1.54
perpustakaan.uns.ac.id 131
digilib.uns.ac.id

= 7.7 m²

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Area Kapasitas 60 orang HD 190 m²
Cafe Standar 2m²/orang
Luas 60x2m² = 120m²
Flow 25%x120m² =
30m²
Luas 160+30 = 190 m²

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 132
digilib.uns.ac.id

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Area Kapasitas 20% dari HD 54 m²
Souvenir jumlah pengguna
bangunan per hari =
40-60 orang
Standar 0.9 m²/orang
Luas 60x0.9 == 54 m²

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Kapasitas 150 orang
Area
Standar 0.9 m²/orang HD 135 m²
Pamer
Luas 150x0.9 = 135 m²

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 133
digilib.uns.ac.id

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Kapasitas 5 orang
(1.25x5) + (1.25x5x25%) =
6.25+1.56 = 7.81
Gudang
Meja (0.6x1.2) = 0.72
Penerimaan
Kursi (0.5x0.5) x3 = 0.75
Cafe
Toleransi 25%x1.47= 0.37
Total furniture 1.47+0.37 = HD 24.12 m²
Gudang
1.84
Penerimaan
Jadi 7.81+1.84 = 9.65
Materi
Toleransi barang 25%x9.65
Museum
= 2.41
Kebutuhan ruang 9.65+2.41
= 12.06 m² (x2 = 24.12 m²)

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Kapasitas 5 orang
(1.25x5) + (1.25x5x25%) =
6.25+1.56 = 7.81
Lemari simpan (0.6x3.5) x3
= 6.3
Gudang Toleransi 25%x6.3= 1.58
Penyimpanan Total furniture 6.3+1.58 = HD 19.5 m²
Cafe 7.9
Jadi 7.81+7.9 = 15.70
Toleransi barang
25%x15.70 = 3.9
Kebutuhan ruang 15.70+3.9
= 19.5 m²

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Kapasitas 3 orang
Ruang
(1.25x3) + (1.25x3x25%) = HD 9.6 m²
Direksi
3.75+0.93 = 4.68
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 134
digilib.uns.ac.id

Meja (2x0.8) = 1.6


Kursi direksi (0.5x0.6) = 0.3
Kursi hadap (0.5x0.5) x2 =
0.5
Total 1.6+0.3+0.5 = 2.4
Toleransi 25%x2.4 = 0.6
Total furniture 2.4+0.6 = 3
Jadi 4.68+3 = 7.68
Toleransi barang
25%x7.68= 1.92
Kebutuhan ruang
7.68+1.92= 9.6 m²

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Kapasitas 3 orang
(1.25x3) + (1.25x3x25%) =
3.75+0.93 = 4.68
Meja (2x0.8) = 1.6
Kursi direksi (0.5x0.6) = 0.3
Kursi hadap (0.5x0.5) x2 =
0.5
Ruang
Total 1.6+0.3+0.5 = 2.4 HD 9.6 m²
Kurator
Toleransi 25%x2.4 = 0.6
Total furniture 2.4+0.6 = 3
Jadi 4.68+3 = 7.68
Toleransi barang
25%x7.68= 1.92
Kebutuhan ruang
7.68+1.92= 9.6 m²

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Ruang Kapasitas 3 orang
Konservasi & (1.25x3) + (1.25x3x25%) = HD 9.6 m²
Reparasi 3.75+0.93 = 4.68
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 135
digilib.uns.ac.id

Meja (2x0.8) = 1.6


Kursi direksi (0.5x0.6) = 0.3
Kursi hadap (0.5x0.5) x2 =
0.5
Total 1.6+0.3+0.5 = 2.4
Toleransi 25%x2.4 = 0.6
Total furniture 2.4+0.6 = 3
Jadi 4.68+3 = 7.68
Toleransi barang
25%x7.68= 1.92
Kebutuhan ruang
7.68+1.92= 9.6 m²

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Office sirkulasi 10 orang =
(1.25x10) +
(1.25x10x25%)
jumlah= 12.5+3.125 =
15.625
furniture meja kerja =
(1.524x0.8)x10 = 12.19
kursi kerja = (0.5x0.5)
x 10 = 2.5
total = 12.19 + 2.5 =
14.69 HD 9.6 m²
toleransi = 25% x 14.69
= 3.67
total furmiture =
14.69+3.67 = 18.36
jadi = 15.625 + 18.36 =
33.98
toleransi barang =
25%x33.98 = 8.50
kebutuhan ruang =
33.98 commit
+ 8.50 to
= user
42.48
perpustakaan.uns.ac.id 136
digilib.uns.ac.id

m2

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Toilet Pengunjung Kapasitas 10 orang
(1.25x10) +
(1.25x10x25%) =
12.5+3.125 = 15.625
Wastafel (0.55x0.5)
x5= 1.37
Closet (0.62x0.6) x10 =
3.7
Total 1.37+3.7= 5.07
Toleransi 25%x5.07= HD 27.45 m²
1.27
Total furniture
5.07+1.27 = 6.34
Jadi 15.625+6.34=
21.94
Toleransi barang
25%x21.94= 5.48
Kebutuhan ruang
21.94+5.48= 27.45 m²

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 137
digilib.uns.ac.id

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Toilet Pengelola Kapasitas 6 orang
(1.25x6) +
(1.25x6x25%) =
7.5+1.87 = 9.37
Wastafel (0.55x0.5)
x4= 1.1
Closet (0.62x0.6) x4 =
1.48
Total 1.1+1.48= 2.58
HD 15.80 m²
Toleransi 25%x2.58 =
0.64
Total furniture
2.58+0.64= 3.24
Jadi 9.37+3.24= 12.62
Toleransi barang
25%12.62= 3.15
Kebutuhan ruang
12.62+3.15= 15.80 m²

RUANG KETERANGAN STANDAR LUAS


Kapasitas 6 orang
Standar 0.8 m²/orang
Musholla Luas 6x0.8 = 4.8 m² HD 5.3 m²
Flow 10%x4.8 = 0.48
Luas 4.8+0.48 = 5.3 m²
JUMLAH BESARAN RUANG 578 m²
Tabel 2.15 Besaran Ruang, Kegiatan, Dimensi Furniture
(Sumber: Analisa Penulis)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 138
digilib.uns.ac.id

4.7 Sistem Organisasi Ruang


Sebagai pertimbangan dalam pemilihan organisasi ruang yang
selaras dengan fungsi dan sasaran desain Museum Kebudayaan China di
Surabaya, dengan pertimbangan tema dan ide pemikiran desain meliputi :
a. Pengelompokan jenis koleksi dan penyajian
b. Pengelompokan fungsi ruang
c. Tingkat efisiensi sirkulasi
d. Kebutuhan pencapaian
e. Interior sistem
f. Ruang gerak yang cukup
g. Tingkat efisiensi ruang

4.7.1 Analisa Alternatif Organisasi Ruang


Bentuk Organisasi Keterangan
Ruang
Organisasi Ruang Analisa pertama, penataan ruang pada Museum
Tertutup Kebudayaan China dengan memilih sebuah ruang
besar dan dominan sebagai pusat ruang-ruang di
sekitarnya,. Ruang sekitar mempunyai bentuk,
ukuran dan fungsi berbeda dengan ruang lainnya.
Kelebihan pada tingkat efisiensi ruang dan
aksibilitas ruang sedangkan kekurangan pada
pengelompokan fungsi ruang dan arah pandang.
Organisasi Ruang Analisa kedua, penataaan ruang pada Museum
Linier Kebudayaan China dibentuk dengan deretan ruang,
Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain yang
sifatnya memanjang, ruang dihubungkan secara
langsung
Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda,
tapi yang berfungsi penting seperti ruang pamer
diletakkan pada urutan pertama
Kelebihan pada pengelompokan fungsi ruang san
sirkulasi lebih sederhana.
commit to user
Kekurangan pada tingkat efisiensi ruang dan arah
perpustakaan.uns.ac.id 139
digilib.uns.ac.id

pandangnya, memungkinkan terjadi persilangan


sirkulasi jika penataan tidak runtut. Pemisahan atau
batasan ruang terlalu vulgar , mungkin terkesan kaku
Organisasi Ruang Analisa ketiga, penataaan ruang pada Museum
Secara Radial Kebudayaan China menggunakan kombinasi dari
organisasi yang terpusat dan organisasi linier.
Beberapa fungsi ruang terpusat mengarah ke dalam
sedangkan yang linier mengarah keluar atau
sebaliknya, lengan radial dapat berbeda satu sama
lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.
Kelebihan ruang dapat diatur sesuai kebutuhan dan
fungsi, pemisahan zoning grouping lebih mudah,
penentuan arah sirkulasi lebih efektif
Kekurangan kemungkinan jalur sirkulasi berjarak
lebih jauh
Tabel 2.16
Alternatif Organisasi Ruang
Museum Kebudayaan Cina di Surabaya
4.7.2 Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang
Pertimbangan Penilaian
Alt. 1 Alt. 2
Tingkat efisiensi ruang - -
Pengelompokan fungsi ruang + +
Aksesbilitas - +
Arah pandang + +
Tabel 2.17
hasil analisa Organisasi Ruang
Museum Kebudayaan di Surabaya
Dari analisis di atas, secara umum penerapan organisasi ruang dan
keruntutan penyajian yang menjadi pertimbangan, maka organisasi ruang yang
terpilih adalah organisasi ruang linier.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 140
digilib.uns.ac.id

4.8 Sistem Sirkulasi


Analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global , yaitu :
Sirkulasi horizontal Gambar
Squential Circulation (linier)
Linier (linear), sirkuasi diarahkan oleh
rancangan bangunan yang permanen,
pengunjung atau berbeda membentuk satu
jalur memakai pintu masuk dan keluar yang
sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui
jalur yang menerus, tidak peduli pada area
yang sama.
Random Circulation
Pengunjung pada umumnya merasa lebih
nyaman dengan memilih sendiri jalur yang
ingin dikunjungi dan menikmati karya seni
dari ruang tersebut, ruang yang dibentuk tanpa
adanya batasan – batasan dinding pemisah
Linier baercabang
Sirkulasi pengunjung tidak terganggu,
pembagian koleksi jelas dan pengunjung
bebas memilih

Keterkaitan sirkulasi dan ruang yang dipakai Gambar


 Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room),
pengunjung mengunjungi ruang pamer secara
berurutan dari ruang yang satu ke ruang
pamer berikutmya.
 Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer
(corridor to room). Memungkinkan
pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi
dan memilih untuk memasuki ruang pamer
melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak
menghendaki suatu ruang pamer maka
pengunjung dapat langsung menuju ke ruang
pamer berikutnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 141
digilib.uns.ac.id

Sirkulasi vertikal keterangan


ramp Kelebihan :
1. Memperlambat arus gerak sirkulasi,
sehingga pengunjung dapat lebih lama
menghayati koleksi yang dipamerkan.
tangga 2. Memberikan nilai lebih bagi koleksi yang
ditampilkan.
3. Memberikan suasana yang tidak
membosankan / monoton bagi
pengunjung
Kekurangan :
Kemungkinan pengunjung lebih cepat lelah
Tabel 2.18
Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 142
digilib.uns.ac.id

4.9 Hubungan Antar Ruang


Proses penentuan pola hubungan antar ruang bertujuan untuk mendapatkan
hubungan dan pola organisasi baik secara makro maupun mikro, yang didasarkan
pada hasil analisis adalah sebagai berikut :

Gambar 2.44
Hubungan Antar Ruang

4.10 Zoning Grouping


Penentuan zonning dan grouping dalam sebuah bangunan disesuaikan dengan
fungsi dan aktivitas manusia yang menggunakan bangunan tersebut. Perencanaan
yang tepat akan memudahkan dan mendukung aktivitas manusia di dalamnya.
Dengan pertimbangan tersebut, kriteria ruang dalam Museum Kebudayaan Cina
terbagi menjadi beberapa zona sebagai berikut :
a. Zona Publik
Merupakan zona yang sangat umum. Setiap orang dapat
menempatinya tanpa syarat atau peraturan yang mengikat. Ruang-ruang
yang terdapat dalam zona publik memiliki akses yang mudah dari luar
bangunan.
b. Zona Privat
Merupakan pengelompokan ruang yang hanya digunakan oleh pihak-
commit to user
pihak tertentu dengan syarat-syarat yang kuat karena besifat pribadi. Ruang-
perpustakaan.uns.ac.id 143
digilib.uns.ac.id

ruang yang termasuk dalam zona ini tertutup bagi umum untuk kepentingan
kegiatan yang ada didalamnya.
c. Zona service
Ruang-ruang penunjang di dalam sebuah bangunan untuk melangkapi
dan mendukung segala kegiatan manusia di dalamnya. Zona ini digunakan
oleh pengelola maupun pihak lain.

Gambar 2.45
Zoning

Gambar 2.46

commit to user
Grouping
perpustakaan.uns.ac.id 144
digilib.uns.ac.id

BAB V
KONSEP DESAIN

5.1 Ide Desain


Perancangan interior Museum Kebudayaan China di Surabaya
mempunyai maksud memberikan suasana baru bagi dunia permuseuman, seni
dan pendidikan. Meskipun bidang seni mengalami perkembangan yang pesat
akan teteapi wadah untuk menampilkan hasil-hasil karya seni yang
mempunyai nilai tinggi di Surabaya di nilai masih kurang. Dari masalah
tersebut maka muncul suatu pemecahan masalah yaitu untuk menciptakan
sebuah museum. Sebuah museum bukan hanya sekedar ruang biasa yang di
dalamnya hanya diletakkan sebuah benda kuno akan tetapi harus di desain
yang menarik.

5.2 Tema Desain


Tema yang diusung pada perencanaan dan perancangan Museum
Kebudayaan Cina ini adalah Konsep Modern. Tema ini diambil karena
untuk merubah gambaran (image) museum yang menyeramkan, menjenuhkan
dan tampak klasik maka mengambil tema modern untuk menampilkan sebuah
bangunan yang menarik tidak membosankan dan membuat masyarakat
antusias untuk mengunjungi museum ini. Meskipun museum identik dengan
barang-barang kuno dan bersejarah akan tetapi tidak menutup kemungkinan
untuk disajikan secara modern dengan mengikuti perkembangan jaman.
Gaya modern adalah gaya yang simple, bersih, fungsional, stylish,
trendy, up-to-date yang berkaitan dengan gaya hidup modern yang sedang
berkembang pesat.
Arsitektur modern memiliki ornamen yang minim dan fungsional. Pada
arsitektur modern fungsi lebih diutamakan dalam menentukan bentuk, ukuran
dan bahan. Di Indonesia rumah-rumah dengan gaya arsitektur modern mulai
banyak diterapkan pada awal tahun 70-an.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 145
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.47
Museum Of Memory and Tolerance Meksiko

Beberapa ciri arsitektur modern sebagai berikut:


a. Asimetris i. Jendela Kaca
b. Orientasi pola horizontal j. Aluminium dan stainless steel
c. Atap datar trim pada pintu dan jendela
d. Tidak ada cornice /profil k. Panel mengkilap
atap l. Baluster metal
e. Bentuk Kotak m. Deretan jendela atau garis-
f. Halus garis
g. Penampilan efisien n. Sedikit atau tidak ada hiasan
h. Sudut lengkung o. Denah terbuka
Pemilihan tema tersebut diharapkan supaya para pengunjung bisa lebih
nyaman dan merasakan suasana yang berbeda saat berada di dalam bangunan
tersebut. Dari awal masuk pengunjung akan disajikan dengan hiburan-hiburan
yang diaplikasikan tidak hanya kedalam suatu acara, tetapi pada desain
maupun penyelesian desain dari interior Museum Kebudayaan Cina ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 145
digilib.uns.ac.id

5.3 Desain Layout


Layout merupakan desain ruang yang mengatur posisi atau peletakan
ruang berdasarkan pengorganisasian ruang dan keterkaitan antar ruang yang
disertai dengan pengaturan perabot barang seperti furniture untuk sirkulasi
pengguna ruang.

5.4 Pembentuk Ruang


5.4.1 Lantai
1. Dasar Pertimbangan
a. Mudah dalam perawatan
b. Lantai pada ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan yang
lebih tinggi mampu meredam sumber bising
c. Lantai pada ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan yang
lebih tinggi sebaiknya tidak menggunakan banyak ruang sehingga
tidak mengganggu aktivitas dan kinerja di dalamnya
d. Lantai menjadi petunjuk arah dan mempertegas batas ruang yang
ada.
e. Lantai tidak menghantarkan listrik statis.

2. Analisa Bahan dan Kegunaan


Jenis Bahan Kriteria Umum Analisa Kegunaan
 Tahan gores  Lobby
 Tahan lama  Lavatory
 Banyak variasi bentuk  Cafe
dan warna  Area Pamer
Batu Granit  Mudah dalam  G. Simpan
maintenance  R. Penerimaan
 Pantry

 Hangat  Office
 Lebih formal  Musholla
 R. Direksi
Karpet
 R. Kurator
 R. Konservator
 R. Reparator
Tabel 2.19 Analisa Bahan dan Kegunaan Lantai
commit
(sumber to user
: asumsi penulis)
perpustakaan.uns.ac.id 146
digilib.uns.ac.id

5.4.2 Dinding
1. Dasar Pertimbangan
a. Dinding bersifat isolator terhadap radiasi sinar matahari untuk
menjaga temperatur di dalam ruang.
b. Dinding mampu meredam bising yang berasal dari dalam maupun
luar ruangan.
c. Dinding berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan ruang satu
dengan ruang lainnya.
d. Dinding merupakan pembatas yang menegaskan fungsi ruang

2. Analisa Bahan dan Kegunaan


Jenis Bahan Kriteria Umum Analisa Kegunaan
 Kuat menahan beban
 Tahan panas dan dingin
Batu Bata  Keras Semua ruang
 Murah

 Tahan air  Lobby


 Tembus pandang  Cafe
 Mudah dibersihkan
Kaca
 Kuat terhadap cuaca
 Praktis dan ekonomis
 Tidak tahan getaran
 Murah
 Banyak variasi warna
Semua ruang
Cat  Menarik
 Kualitas tergantung
merek dan harga
Tabel 2.20 Analisa Bahan dan Kegunaan Dinding
(sumber : asumsi penulis)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 147
digilib.uns.ac.id

5.4.3 Langit-langit
1. Dasar Pertimbangan
a. Ceiling merupakan tempat berbagai instalasi ME (Mechanical
Electrical)
b. Ceiling sebagai peredam dan pemantul suara.
c. Ceiling berfungsi mempertegas fungsi ruang di bawahnya.
d. Ceiling memiliki ketinggian yang menysuaikan fungsi.
e. Ceiling sebagai pendukung akustik.

2. Analisa Bahan dan Kegunaan


Jenis Bahan Kriteria Umum Analisa Kegunaan
 Perawatan mudah
 Aplikasi mudah
Gypsum board  Banyak variasi Semua ruang

 Ringan Area Pamer


Aluminium
 Mudah perawatan
Tabel 2.21 Analisa Bahan dan Kegunaan Langit-Langit
(sumber : asumsi penulis)

5.5 Desain Interior Sistem


5.5.1 Pencahayaan
1. Pencahayaan Alami
Penggunaan pencahayaan alami diterapkan di bangunan ini sehingga
pada desain dindingnya dibuat dengan menggunakan material kaca
sehingga cahaya dapat langsung masuk ke dalam ruangan.
2. Pencahayaan Buatan
Pemakaian cahaya buatan di gunakan pada bagian dalam ruang yang
dirasa lebih tertupu atau sedikit terkena cahaya matahari.

5.5.2 Penghawaan
Jenis penghawaan yang banyak diterapkan adalah penghawaan buatan.
Hal ini berkaitan dengan temperature cokelat. Produk cokelat harus
berada pada suhu tertentu untuk menjaga kualitas dan tingkat leleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 148
digilib.uns.ac.id

dari produk cokelat. Untuk penghawaan alami hanya pada beberapa


ruang saja.

5.5.3 Akustik
Sistem akustik yang digunakan pada bangunan dengan memanfaatkan
beberapa material yang dapat meredam bunyi, seperti kayu sebagai
pelapis ceiling, kaca sebagai system estetis juga dimanfaatkan bagi
sistem akustik suatu bangunan untuk meminimalisasikan suara yang
ada pada dalam ruangan tersebut. Sedangkan kaca pada dinding
digunakan untuk meredam bunyi yang berasal dari luar ruangan.

5.6 Desain Furniture


Furniture yang ada pada interior bangunan ini, didesain dengan sentuhan
modern, bentuk-bentuk yang sederhana, fungsional dan menarik dipakai
sebagai acuan desain furniture yang akan dipakai, dengan dipadukan dengan
warna-warna yang memberikan kesan elegan sehingga suasana tersebut dapat
tercipta dengan adanya desain furniture tersebut.

5.7 Desain Elemen Estetis


Dalam merancang desain interior baik dalam bentuk furniture, ceiling,
floor plan harus memperhatikan bahan, bentuk, ukuran standart yang
mendukung terbentuknya kesatuan (unity), penonjolan ( point of interest )
dan keseimbangan ( Balance ). Hal ini dapat memberikan kenyamanan bagi
pengguna ruang interior baik secara individu maupun kelompok.

5.8 Skema Bahan dan Warna


Pemilihan bahan dan warna dalam desain interior ini memilih warna-
warna yang sesuai dengan konsep Modern. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan berupa aluminium dan stainless-steel yang diaplikasikan dengan
kaca dan bahan-bahan yang sesuai dengan tema desain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 149
digilib.uns.ac.id

5.9 Sistem Keamanan


Sistem keamanan pada bangunan ini menggunakan sistem :
a. Petugas keamanan yang berjaga-jaga sewaktu-waktu
b. Keamanan terhadap bahaya kebakaran dengan disediakannya Fire
estinguisher dan tabung hidrant.
Selain sistem pengaturan fisik bangunan terhadap kenyamanan, yang
perlu diperhatikan juga yaitu mengenai dampak desain terhadap faktor
keamanan, seperti bahaya kejahatan, bencana dan kebakaran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 150
digilib.uns.ac.id

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Museum Kebudayaan China dengan Pendekatan Konsep Modern di
Surabaya ini adalah adalah lembaga yang bersifat badan hukum tetap,
tidak mencari keuntungan dalam pelayanannya tetapi untuk kemajuan
masyarakat dan lingkungannya serta terbuka untuk umum, yang
menyimpan atau mengoleksi serta memamerkan segala hal yang
berhubungan dengan karya seni dan kebudayaan China yang ada di
Indonesia. Dengan penyajian representatif yang memanfaatkan kemajuan
teknologi terkini pada sistem display, yang juga disajikan dengan media
yang interaktif. Serta didukung oleh tema interior museum yang atraktif
dengan desain bentuk yang asimetris sesuai dengan konsep modern,
sehingga dapat menjadi sarana rekreasi yang inspiratif bagi pengunjung.
2. Lokasi Museum Kebudayaan China di Surabaya berada di Jalan Pemuda
yang masih berada satu kawasan dengan bangunan – bangunan bersejarah
di Surabaya
3. Sasaran dari keberadaan Museum Kebudayaan China di Surabaya ini
adalah untuk seluruh kalangan masyarakat, yaitu para wisatawan baik
mancanegara maupun domestik, mahasiswa/pelajar dan sebagainya.
4. Misi Museum ini adalah memberikan sarana edukasi dan rekreasi baru
pada masyarakat untuk berapresiasi dan membawa masyarakat kepada
healty habbit dalam berekreasi.
5. Suasana dan karakter yang akan ditampilkan pada interior museum ini
disesuaikan dengan konsep perancangan yaitu modern.
6. Desain Interior Museum Kebudayaan China di Surabaya dibatasi pada
obyek perancangan interior lobby dan ruang pamer tetap.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 151
digilib.uns.ac.id

6.2 Saran
Pada dasarnya keberhasilan desain dapat ditinjau dari :
1. Desain yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai
2. Penggunaan bahan dan material yang sesuai dengan fungsi dan
kebutuhan
3. Tema yang mendukung perancangan
4. Tercapainya hasil yang baik dari segi estetis
Untuk itu perlu partisipasi dari semua masyarakat untuk menciptakan
keberhasilan desain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 152
digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Ching, Francis DK. 1996. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya. Jakarta:
Erlangga
Ching, Francis DK. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga
De Chiara, Joseph, Julius Panero, Martin Zelnik. 1991. Time Saver Standards For
Interior Design and Space Planning. New York: Mc Graw Hill.
Direktorat Permuseuman. 1994. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarata :
Dekdikbud
Flynn, J.E and Segil. A.W. 1970. Architectural Interior System 15th ed.
New York: Van Nostrand Reintold
Herman, V.J. 1981. Pedoman Konservasi Koleksi Museum. Jakarta : Depdikbud
Laurence Vail Coleman. 1950. Museum Building. Washington
Lawson, Fred. 2000. Conggres, Convenition, and Exhibition Facilities Planing
and Management. New Delhi: Architectural Press Oxfort Aukland
Boston Johanesburg Mellbourne
Neufert, Ernst. 1987. Data Arsitek (edisis ke-II terjemahan Sjamsu Amri). Jakarta:
Erlangga
Panero, Julius & Martin Zelnik. 1979. Human Dimension & Interior Space.
London: The Architectural Press
Robbilard, D.A. 1982. Public Space Design In Museum. Jakarta: Gramedia Utama
Suptandar, J.Pamuji. 1999. Desain Interior Pengantar Merencana Interior Untuk
Mahasiswa Desain dan Arsitektur. Jakarta : djambatan
Sutarga, Moh. Amir. 1989. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengolahan Museum.
Jakarta: Dirjen P & K
Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press
Taniputera, Ivan. 2009. History Of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1990. Ensiklopedia Nasional
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Wittlin, Alma S. 1949. The Museum, It’s History and It’s Tasks in Education.
London : Routledge and Keagan Paul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 153
digilib.uns.ac.id

YB. Mangunwijaya. 1980. Pasal – pasal Pengantar Fisika Bangunan. Jakarta :


Erlangga.

Sumber Internet:
http://www.surabaya.go.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 154
digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN

commit to user

Anda mungkin juga menyukai