Anda di halaman 1dari 124

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

DESAIN INTERIOR
’’ ROCKUSTIK CAFE AND MUSIC ’’
di SOLO

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Senirupa
Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :
Ragil Triananda
C 0803024

FAKULTAS SASTRA DAN SENIRUPA


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DESAIN INTERIOR
’’ROCKUSTIK CAFE AND MUSIC’’
di SOLO

Telah disetujui oleh Pembimbing


untuk di Uji di hadapan Dewan
Penguji

Disusun oleh

Ragil Triananda
C 0803024

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Soepono Sasongko, M.Sn. Anung B Studyanto, S.Sn, MT


NIP. 19570319 198903 1 001 NIP. 19710816 200501 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn.


NIP. 19621221 199201 1 001
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggung jawabkan pada sidang Tugas Akhir


Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Tanggal 21 Januari 2011

Penguji :

Ketua Mulyadi, S.Sn, M.Ds ( )


NIP. 19730702 200212 1 001

Sekretaris Lu’lu’ Purwaningrum, S.Sn, MT ( )


NIP. 19770612 20012 2 003

Penguji I Drs. Soepono Sasongko, M.Sn. ( )


NIP. 19570319 198903 1 001

Penguji II Anung B Studyanto, S.Sn, MT ( )


NIP. 19710816 200501 1 001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Dekan


Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Rahmanu Widayat, MSn. Drs. Sudarno, MA.


NIP. 19621221 199201 1 001 NIP. 19530315 198506 1 001
commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : Ragil Triananda


NIM : C 0803024

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir


berjudul “ Desain Interior Rockustik Cafe and Music di Solo ’’ adalah benar-
benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang
bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan)
dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan
gelar Sarjana yang telah diperoleh.

Surakarta, 01 Februari 2011


Yang membuat pernyataan,

Ragil Triananda

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :


1. Papa Mamaku tercinta
2. Semua teman yang membantu TA ku
3. Semua rekan-rekan rock n blues seluruh indonesia
4. Saudara-saudariku se-Desain Interior, UNS
5. Semua rekan-rekan music solo

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

…Lakukanlah semuanya dengan


pemikiran matang dan hati yang
ikhlas…niscaya akan menghasilkan
sesuatu yang indah…

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis
mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas
Akhir dengan judul Desain Interior Rockustik Cafe and Music
Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi
oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini
penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas
Sastra dan Seni Rupa.
3. Drs. Soepono Sasongko, M.Sn selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah
Tugas Akhir.
4. Anung B.Studyanto, Ssn, M.T selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah
Tugas Akhir.
5. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir
6. Mulyadi, S.Sn, M.Ds selaku Ketua sidang Tugas Akhir.
7. Mulyadi, S.Sn, M.Ds dan Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, M.T selaku Penguji
sidang Tugas Akhir.
8. Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, M.T. selaku Pembimbing Akademik.
9. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga
terselesaikannya Tugas Akhir ini.
10. Ibu dan Bapak, atas semua doa dan dukungannya selama ini…maaf pabila
terlalu lama study-nya..matur nuwun sanget…
11. Sang bidadari penyelamatku Indriyani Micklem dan family

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12. Adikku Andi PM, yang selalu memberi dukungan kepada penulis. Serta semua
saudara yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
13. Terima kasih kepada Rockustik Skuad dan family (Sukro sabar beudh , Ilman
cekip, Gosong jazz, Ayt, Klowor kentang, Daniel kenthung , Kethil , Olga
mancing mania, Oscar cagak ting) serta semua sahabat-sahabat, yang selalu
memotivasi penulis untuk selalu bersemangat dalam menjalani hidup sekarang
dan selamanya. Jadikan blues sebagai pedoman hidupmu..
14. Semua sahabat-sahabat Desain Interior angkatan 2003 pada khususnya,
angkatan-angkatan yang lainnya pada umumnya. Terima kasih, sahabat-
sahabat. Berkat doa serta dukungan kalian, akhirnya sampai juga pada titik
sekarang ini.
15. Semua kawan-kawan beserta tim yang telah membantu dengan baik mulai dari
proses awal, proses pengerjaan, hingga proses akhir Tugas Akhir ini. Terima
kasih sekali kawan. Allah SWT akan membalas kebaikan kalian semua.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga
Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya, Amin.
Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat
menyempurnakan penyusunan Tugas Akhir ini dari pembaca.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Surakarta, 01 Februari 2011


Penulis

Ragil Triananda
C 0803024

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DESAIN INTERIOR
“ ROCKUSTIK CAFE AND MUSIC ’’

ABSTRAKSI
Ragil Triananda. C 0803024. 2011. Desain Interior Rockustik Cafe and
Music di Solo Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra
dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang akan dibahas dalam Desain Interior Rockustik
cafe and music ini, yaitu (1) Bagaimana mendesain interior Rockustik Cafe
and Music sebagai sarana informasi, edukasi, dan rekreasi yang inspiratif bagi
pengunjung Cafe? (2) Bagaimana mendesain interior rockustik cafe and music
dengan penataan sistem yang interaktif tanpa meninggalkan aspek
keamanan dan kenyamanan pengunjung? (3) Bagaimana mendesain interior
rockustik cafe and music yang sesuai dengan karakter musik rock dengan
pengaplikasian tema yang tepat?
Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode
pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok yang digunakan
oleh peneliti, yaitu: (1) Data Reduksi adalah proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi data. (2) Data Display, Merupakan suatu
penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian
yang dilakukan. (3) Concludeing Drawing, Dari awal penelitian data
penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola
pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi- proporsi.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Desain Interior
rockustik cafe and music memerlukan proses desain yang matang, mulai dari
berbagai pertimbangan dan analisa studi literature maupun studi lapangan hingga
terwujud adanya konsep perancangan desain untuk selanjutnya diterapkan
dalam perancangan. (2) dalam Desain Interior rockustik cafe and music, tema
perancangan memiliki peran penting didalam memecahkan suatu masalah yang
mana ide gagasan bisa bermula dari sebuah tema yang diangkat. Tema yang
dihadirkan dalam perancangan ini adalah “ROCK” dengan konsep one
stop music service

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Batasan Masalah ..................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .................................................................. 3
D. Tujuan ..................................................................................... 3
E. Sasaran..................................................................................... 3
F. Manfaat .................................................................................. 4
G. Pola Pikir Perancangan .......................................................... 5
H. Metodologi Pembahasan ........................................................ 5
I. Sistematika Penulisan .............................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................. 10
A. Tinjauan Umum Cafe ........................................................ 10
1. Pengertian Cafe .......................................................... 10
2. Sejarah Café dan Perkembangan ................................. 10
3. Kegiatan pada Cafe ..................................................... 11
4. Fasilitas Cafe .............................................................. 11
5. Sistem Pelayanan ........................................................ 12
B. Tinjauan Khusus Area Penjualan........................................... 14
commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Sistem Pelayanan ........................................................ 14


2. Sistem Display ............................................................ 14
3. Prinsip Desain Sarana Penjualan ................................. 22
C. Organisasi Ruang ................................................................... 23
D. Tinjauan Khusus tentang Musik ............................................ 24
1. Pengertian Musik ....................................................... 24
2. Perkembangan Musik di Indonesia ............................. 26
E. Standarisasi Interior ........................................................... 26
1. Unsur Ruang .............................................................. 26
F. Interior Sistem ................................................................... 32
1. Pencahayaan .............................................................. 32
2. Penghawaan ............................................................... 44
G. Pertimbangan Desain ......................................................... 50
1. Elemen Desain ........................................................... 50
2. Prinsip Desain ............................................................ 52
3. Warna ........................................................................ 53
4. Tema .......................................................................... 54
H. Sistem Keamanan .............................................................. 56
I. Tujuan dan Sasaran............................................................ 56
J. Status Kelembagaan .......................................................... 57
BAB III DATA LAPANGAN THE ROCK CAFE JAKARTA ........ 58
A. Deskripsi Lapangan ................................................................ 58
1. Sejarah singkat dan latar belakang .............................. 58
2. Site Area .................................................................... 58
3. Status kelembagaan .................................................... 59
B. Pola Kegiatan .................................................................... 59
C. Fasilitas Ruang .................................................................. 60
D. Interior .............................................................................. 65
1. Organisasi Ruang ....................................................... 65
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
INTERIOR ROCKUSTIC CAFE and MUSIC ................... 66
A. Asumsi Lokal........................................................................ 66
commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Lokasi ........................................................................ 66
2. Analisa Tapak ............................................................ 67
B. Jadwal Operasional ......................................................... 68
C. Pola Kegiatan .................................................................. 69
D. Kebutuhan Ruang ............................................................ 69
E. Sistem Pelayanan ............................................................ 70
F. Organisasi Ruang ............................................................ 70
G. Hubungan Antar Ruang ................................................... 72
H. Jenis Ruang dan Fasilitas Ruang...................................... 73
I. Besaran Ruang ................................................................ 75
J. Zoning dan Grouping ...................................................... 77
K. Sirkulasi .......................................................................... 77
L. Konsep Desain ................................................................ 78
BAB V PENUTUP .................................................................................. 87
A. Kesimpulan ............................................................................. 87
B. Saran ........................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 88
LAMPIRAN ........................................................................................................ 90

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Pola Pikir Desain ...................................................................... 5


Skema 1.2 Model analisa interaktif ............................................................ 7

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Antrophometri pelayanan pramusaji ..................................... 13


Gambar 2.2 Antrophometri area makan ................................................... 13
Gambar 2.3 Etalase sistem terbuka .......................................................... 16
Gambar 2.4 Etalase sistem tertutup ......................................................... 16
Gambar 2.5 Etalase sudut ........................................................................ 16
Gambar 2.6 Etalase atas .......................................................................... 17
Gambar 2.7 Etalase benam ...................................................................... 17
Gambar 2.8 Etalase bertingkat................................................................. 18
Gambar 2.9 Etalase arcade ...................................................................... 18
Gambar 2.10 Vitrine ................................................................................. 19
Gambar 2.11 Tempel dan Vanil ................................................................ 19
Gambar 2.12 Sistem gantung .................................................................... 20
Gambar 2.13 Island Display ...................................................................... 20
Gambar 2.14 Table Fixture ....................................................................... 21
Gambar 2.15 Cases Fixture ....................................................................... 21
Gambar 2.16 Panel Fixture........................................................................ 22
Gambar 2.17 Daerah Frekuensi yang dapat ditangkap indera dengan
manusia ............................................................................... 47
Gambar 2.18 Reverberation time dengan volume aula............................... 48
Gambar 2.19 Dinding berlapis majemuk ................................................... 50
Gambar 3.1 Site Area .............................................................................. 58
Gambar 3.2 Bagan Struktur Organisasi ................................................... 59
Gambar 3.3 Bagan Pola kegiatan Pengunjung ......................................... 59
Gambar 3.4 Bagan Pola kegiatan Pengelola ............................................ 60
Gambar 3.5 Foyer (terdapat pool table) ................................................... 60
Gambar 3.6 Main bar and kitchen ........................................................... 61
Gambar 3.7 Main bar and kitchen ........................................................... 61
Gambar 3.8 Dinning room ...................................................................... 62
Gambar 3.9 Dinning room ...................................................................... 62
Gambar 3.10 VIP room ............................................................................. 63
commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.11 VIP room ............................................................................. 63


Gambar 3.12 Operator room ..................................................................... 64
Gambar 3.13 Stage .................................................................................... 64
Gambar 3.14 Stage .................................................................................... 65
Gambar 4.1 Peta Solo dan Site Plan Perancangan .................................... 61
Gambar 4.2 Bagan Pola kegiatan Pengunjung ......................................... 64
Gambar 4.3 Bagan Pola kegiatan Pengelola ............................................ 64

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Organisasi ruang ...................................................................... 23


Tabel 4.1 Analisa Tapak ......................................................................... 68
Tabel 4.2 Organisasi ruang....................................................................... 72
Tabel 4.3 Lobby ....................................................................................... 73
Tabel 4.4 Dinning room ........................................................................... 73
Tabel 4.5 Music shop ............................................................................... 73
Tabel 4.6 Gallery ..................................................................................... 74
Tabel 4.7 Music studio ............................................................................. 74
Tabel 4.8 Office ....................................................................................... 75
Tabel 4.9 Besaran ruang kegiatan penerimaan ......................................... 75
Tabel 4.10 Besaran ruang music outlet ....................................................... 76
Tabel 4.11 Besaran ruang Café .................................................................. 76
Tabel 4.12 Kelompok kegiatan pengelola................................................... 77

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Musik merupakan salah satu yang bisa dibilang sebuah media dari apa
yang manusia rasakan. Apa yang manusia inginkan. Melalui musiklah,
manusia dapat mengeluarkan segala jengah di dalam otak. Dapat
mengeluarkan segala emosi yang selama ini terpendam.
Musik merupakan sebuah terapi, bagi mereka yang ingin merasakan
bagaimana hidup yang sebenarnya.
Terdapat sebuah kesimpulan, yang telah di ambil dari sebuah
penelitian. Bahwasannya watak, maupun kepribadian seseorang dapat sedikit
banyak terlihat dari jenis / genre dari musik yang terbiasa mereka dengar.
Seperti bagaimana watak sebenarnya orang pencinta musik bertempo pelan /
lambat. Bagaimana watak dari seseorang pecinta musik bertempo cepat/
keras. Atau bahkan bagaimana watak dari orang pecinta musik bergenre
ethnic.
Dalam hal ini ingin mengangkat sebuah genre musik, yaitu musik
rock dimana dari sudut pandang orang pada umumnya musik rock adalah
musik yang kental dengan pemberontakan, kekerasan dan anarkisme dengan
alunan beat yang keras ,tempo cepat dan cenderung berisik sehingga banyak
orang yang memandang miring music ini. Namun sebenarnya apabila dikaji
lebih dalam dan ada yang bisa mengolah dengan sentuhan yang dinamis,
harmonis dan soulfull maka musik ini akan terasa sangat nyaman untuk
dinikmati semua orang dan tentu saja tidak lepas dari pemain musiknya juga
atmosfer dari area itu sendiri.
Akhirnya ,lahirlah sebuah ide, gagasan atau boleh dibilang jawaban
dari sebuah paradigma orang-orang mengenai bagaimana bisa menikmati
alunan musik seperti yang telah dijelaskan di atas dengan tempat yang
nyaman, aman dan dengan fasilitas yang menunjang.
Mendengarkan musik kurang lengkap tanpa media, yang dimaksud
disini adalah sebuah media ketika orang ingin menikmati sebuah lantunan
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

lagu pasti akan membutuhkan CD atau kaset. Namun dalam perkembangan


jaman yang serba canggih ini, sangatlah wajar bagi sebagian orang memilih
sesuatu yang serba instan dan mungkin juga tak perlu biaya mahal untuk
dapat sebuah kepuasan menikmati lagu, dalam hal ini khususnya adalah
pembajakan karya seni ,yaitu lagu.
Rockustic café and music ingin memberi pengertian tentang
bagaimana menghargai hasil karya orang lain dan melestarikan, khususnya
karya cipta lagu dari sebuah nama band yang pernah besar dan tetap menjadi
legenda sepanjang masa yang mungkin sudah di lupakan atau mungkin sudah
bubar namun namanya masih eksis sampai sekarang, seperti The Who,
Genesis, The Beatles, The Police, The Rolling Stones dan masih banyak lagi.
Bagi orang-orang yang benar-benar mengerti dan menghargai, mereka
dengan sendirinya akan mencari sesuatu yang berbau dengan idolanya.
Disini, di Rockustic café and music menawarkan sebuah konsep
penjualan merchandise music yang paling komplit dan juga CD dan kaset pita
dimana sekarang ini kaset pita sangatlah jarang ditemui di pasaran, dan yang
menjadi sesuatu yang unik disini adalah karena kaset-kaset pita second dari
band-band rock tempo dulu akan menjadi prioritas dalam penjualan dari
outlet ini walau tetap ada produksi kaset pita atau CD baru dari band lama
atau baru namun tetap pada konsep, yaitu music rock yang paling dominan.
Juga pengunjung dapat menikmati serta melihat didalam gallery barang-
barang bersejarah(original maupun replica) dari musisi-musisi kelas dunia
yang tentunya sudah menjadi legenda hidup maupun yang masih berkiprah di
dunianya.
Masih dalam lingkup yang sama, bagi sebagian orang, sosok idola
dalam hal ini pada khususnya adalah sosok sang legenda atau artis rock yang
mempunyai peran besar dalam perkembangan dunia musik yang juga
memberikan kontribusi yang sangat berpengaruh bagi penggemarnya. Hal ini
menjadikan banyak sekali orang yang terinspirasi dengan sang idola bahkan
mungkin ingin menjadi penerusnya.
Dengan sebuah karya jugalah aspirasi mereka didengarkan , maka dari
itu rockustic café and music ini menyediakan fasilitas disamping music shop,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

galeri dan café ada juga studio musik lengkap dengan operator room dengan
standart yang memadai. Sehingga pengunjung (khususnya yang mempunyai
hobi bermusik) dapat langsung take/record karya atau lagu pribadi.

B. Batasan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang diatas maka perancangan rockustik
café and music ini dibatasi pada area yang berhubungan langsung dengan
pengunjung ,yaitu lobby, café, music gallery, music shop dan music studio

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mendesain interior rockustik café and music sebagai sarana
informasi, edukasi, rekreasi dan hiburan yang inspiratif bagi pengunjung?
2. Bagaimana mendesain interior rockustik café and music dengan
penataan yang menarik dengan tidak meninggalkan aspek keamanan
materi dan kenyamanan pengunjung?
3. Bagaimana mendesain interior rockustik café and music yang sesuai
dengan karakter musik rock dengan pengaplikasian tema yang tepat?

D. Tujuan
Menyediakan wadah bagi masyarakat untuk berkumpul, menyalurkan
hobi bermain musik berbelanja (kaset/CD/DVD dan fashion figure band
legenda atau merchandise dan juga alat musik) sesuai selera serta untuk
penikmat music live, khususnya musik dengan genre rock

E. Sasaran
1. Sasaran pengunjung:
Masyarakat umum semua kalangan
2. Sasaran perancangan desain:
a. Merancang interior dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
aktivitas secara fungsional pada rockustik café and music
b. Merancang interior dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan
kenyamanan serta nilai etestik sebagi ciri khas utama pada rockustik
café and music
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

F. Manfaat
1. Bagi Penulis/Desainer
a. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan
merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen dan fungsi dari ruang-ruang yang ada di dalam Rockustic
Café and music
b. Dapat berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam
proyek perencanaan dan perancangan interior, terutama bagi para
pecinta musik rock, dengan menerapkan ide-ide dan gagasan-gagasan
yang ada.
2. Bagi Dunia Akademik
a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah café dengan
karakteristik yang menonjol.
b. Menambah salah satu bentuk perkembangan interior baru di dalam
dunia akademik.
3. Bagi Masyarakat
a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang musik rock itu
sendiri.
b. Dapat menjadi sebuah sarana hiburan, tempat pembelajaran, informasi,
dan juga sebagai penyaluran hobi dan bakat bagi masyarakat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

G. POLA PIKIR PERANCANGAN

desain interior rockustik café and music

Skema 1.1
Pola Pikir Desain

H. METODOLOGI PEMBAHASAN
1. Bentuk Penelitian
Dalam menyelesaikan proses Desain Interior Rockustik cafe and
music di Solo metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
yang memusatkan pada pendekatan sejarah (approach historical). Dimana
dalam bentuk penelitian ini lebih mengutamakan pengumpulan data berupa
kata – kata / kalimat / gambar yang memiliki arti lebih kaya daripada
sekedar angka atau frekuensi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini, antara lain :
a. Informan
Terdiri dari lingkungan musisi, pengamat musik dan pecinta musik
sebagai subyek yang dianggap mengerti tentang informasi yang
dibutuhkan dalam perancangan ini.
b. Arsip dan Dokumen Visual
Dalam hal ini, belum ada buku yang khusus berisi tentang sejarah dan
perkembangan musik rock di Indonesia. Oleh karena itu, arsip dan
dokumen yang dijadikan literatur adalah tulisan, artikel dalam tabloid,
majalah hingga blog yang berhungan dengan sejarah dan perkembangan
musik rock di Indonesia. Disamping itu juga mempergunakan buku-
buku standar internasional misal Time Saver Standart For Building
Types (Joseph de Chiara), Neufert Architect Data dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi lokasi yang bisa dijadikan
referensi dan materi pembanding tentang hal-hal yang berkaitan
dengan proyek desain ini, terutama dalam bidang interior, misalnya
tentang sistem display, keamanan, pencahayaan, dan sebagainya.
Dengan mempergunakan alat bantu berupa kamera foto, alat tulis, dan
sebagainya.
b. Wawancara Mendalam ( In Dept Interviewing )
Wawancara dalam pengumpulan data ini bersifat open – ended dan
mendalam dilakukan secara tidak formal. Wawancara ini dilakukan
pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna mendapatkan data
yang rinci dan mendalam.
c. Content Analisis
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

4. Validitas Data
Untuk menjamin data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
validitas datanya dilakukan dengan metode “Trianggulasi Data“ yaitu
mempergunakan sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data
yang sejenis / sama. ( HB, Sutopo. 2000 : 34 ). Dengan demikian
kebenaran data akan teruji oleh data yang diperoleh dari sumber lain.

5. Analisa Data
Model Analisa Data yang digunakan adalah analisis interaktif.
Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan / verifikasi. Reduksi data dilakukan
sejak proses pengumpulan data belum berlangsung diteruskan pada waktu
pengumpulan data dan bersamaan terjalin dengan dua komponen yang
lain. Tiga komponen tersebut masih mengalir dan tetap saling menjalin
pada waktu kegiatan pengumpulan data berakhir. Ketiga komponen
tersebut saling berinteraksi sebagai sebuah siklus dalam pengumpulan
data. ( HB,Sutopo, 2000 : 40 )

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan / verifikasi

Skema 1.2 : Model analisa interaktif


Sumber : ( Metodologi Penelitian Kualitatif, H.B. Sutopo,2002 : 96 )

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

I. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan mencakup Latar Belakang Masalah yang meliputi
peranan dan keberadaan rockustik café and music di Solo, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan sasaran, serta Metodologi yang
meliputi metode sistematika pembahasan.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Mengemukakan Kajian Teoritis tentang Proyek Desain Interior
rockustik café and music di Solo , yang meliputi pembahasan teori tentang
ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang pengertian,
fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior,
sistem keamanan, sistem penyajian dan display pameran serta
pertimbangan desain.
3. BAB III STUDI LAPANGAN
Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar
acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan
pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa data.
4. BAB IV DESAIN INTERIOR ROCKUSTIK CAFÉ AND MUSIC di
SOLO
a. Analisis Eksisting
1) Analisa lingkungan (keluar) termasuk di dalamnya view, akses,
arah cahaya, dan lain - lain.
2) Analisa Interior termasuk di dalamnya akses, sirkulasi dan human
dimension.
b. Programing
1) Status Kelembagaan Proyek.
2) Struktur Organisasi.
3) Sistem operasional
4) Kegiatan
5) Fasilitas Pengisi Ruang
6) Fasilitas Ruang
7) Besaran Ruang (studi ruang dan anthropometri)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

8) Sistem sirkulasi
9) Hubungan Antar Ruang
10) Zoning dan Grouping
c. Konsep Perancangan
1) Ide dasar
a) Paradigma, slogan, dan lain - lain
b) Bentuk
c) Suasana
2) Tema
a) Sebagai pemecahan masalah
b) Sebagai dekorasi
3) Aspek suasana dan Karakter Ruang
4) Aspek penataan ruang/lay out
a) Sistem sirkulasi dan organisai ruang
5) Aspek Pembentuk Ruang
6) Aspek bentuk, bahan dan warna
7) Interior sistem (pencahayaan, penghawaan, akustik)
8) Sistem keamanan (kebakaran dan keamanan )
9) Aksesbilitas (fasilitas )
5. BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
Merupakan kesimpulan dari proses analisis yang sekaligus
merupakan konsep Desain Interior rockustik café and music di
Solo
b. Daftar pustaka
c. Lampiran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang cafe


1. Pengertian cafe
a. Café (in Eroupe) place where the public may buy and drink coffe,
beer, wine, spirits,etc.
Café ( di Eropa ) adalah tempat di mana masyarakat umum boleh
membeli dan meminum kopi, bir, anggur, minuman ringan, dan lain –
lain.
b. Café dapat diartikan sebagai restoran, rumah makan, warung kopi.
c. secara garis besar café diartikan sebagai restoran kecil yang menjual
cakes ( kue – kue ), sandwich (roti isi), kopi dan teh. Pilihan
makanannya terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.
d. sedangkan café secara etimologi berasal dari kata kahve dalam bahasa
Turki, yang artinya coffe dalam bahasa inggris atau kopi dalam bahasa
Indonesia. Café merupakan tempat minum kopi dan makan makanan
ringan serta dikemas dalam desain interior yang sederhana.

2. Sejarah café dan perkembangannya


Café pertama kali didirikan di Constantinopel pada tahun 1550.
kemudian pada tahun 1672 seorang bernama Pascal berkebangsaan
Armenia menjual minuman kopi dalam kedai di arena pameran Saint –
Germany, Paris. Dari sana ia memperkenalkan dan meneruskan jenis
usahanya ke berbagai negara Eropa. Kemudian eksistensi café terus
berkembang sehingga pengertian café sudah agak berubah. Polai – Royal,
Grand Boulevard, Left Bank, serta Bougnats adalah café – café yang
dibuat dalam nafas modern mengikuti perkembangan zaman. Koran,
catur kartu disediakan di café tersebut sebagai fasilitas tambahan. Bahkan
pada zaman Revolusi Perancis café dijadikan sebagai ajang untuk
berpolitik.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Disamping café – café yang didesain dalam nafas modern, ada


juga beberapa café yang tetap mempertahankan keasliannya sesuai
dengan konsep dasar awal didirikannya café yaitu menjual kopi dan
makanan sederhana terutama di Inggris. Sedangkan bicara mengenai
perkembangan café di Indonesia sendiri sejak lama memang kedai –
kedai rumah makan tumbuh bersama perkembangan kegiatan perjalan
orang untuk bergadang, beranjang sana maupun wisata.
Dari yang semula café hanya menyediakan kopi dengan makanan
ringan, mulai berkembang mengikuti perkembangan zaman yaitu dengan
menyajikan menu lain dan fasilitas lain sesuai selera pasar.

3. Kegiatan pada café


Karena merupakan sejenis restaurant kecil maka kegiatan pada
café sama dengan restaurant, yaitu :
a. Kegiatan pengelola
Kegiatan di awali dengan merencanakan menu yang akan dihidangkan
samapai dengan perencanaan biaya dan perhitungan administrasi
penjualan.
b. Kegiatan Konsumen
Konsumen merupakan individu – individu yang memanfaatkan jasa,
sehingga di sebut juga pembeli. Adapun kegiatannya meliputi :
Datang, duduk, memesan makanan atau minuman, selesai, membayar,
keluar.
c. Kegiatan atau aktifitas barang
Aktifitas barang terdapat beberapa jenis penyaluran barang, yaitu :
bahan mentah, bahan jadi, dan barang yang harus dibuang/sampah.

4. Fasilitas café , antara lain :


a. Table Set ( dinning room)
b. Area Pengunjung
c. Kasir
d. Stage (bila ada live music-nya)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

e. Operator room
f. Toilet
g. Storage
h. Kitchen

5. Sistem pelayanan
Sistem pelayanan akan kebutuhan makan dan minum bagi para
pengunjung terdapat beberapa jenis system pelayanan, antara lain :
a. Table service
Yaitu jenis pelayanan atau servis yang sudah lama ada dan
merupakan jenis pelayanan tertua diantara jenis pelayanan yang lain.
Pada system ini pelayan memberi daftar menu makanan dan
pengunjung menulis pesanan yang akan di bawa ke bagian kitchen dan
kasir. Makanan sudah tesedia dalam piring ( diolah di dapur ) dan
tinggal disajikan ke meja pengunjung. Pembayaran bisa langsung ke
kasir atau lewat pelayan.
b. Counter service
Pada sistem ini tamu tidak mengambil sendirian hidangan yang
disediakan, tetapi terlebih dahulu memesan makanan dan minuman
yang tersedia di counter. Kemudian pelayan mengantar pesanan
tersebut ke meja pemesan. Tamu dapat memilih makanan atau
minuman sesuai dengan selera dan sudah tersedia pada counter. Jenis
ini merupakan servis informal dan banyak terdapat di café – café,
coffe shop, snack bar dan lain – lain.
c. Tray service
Merupakan penyajian makanan dan minuman dengan
menggunakan nampan atau baki. Dimana pengunjung langsung
memesan kepada pelayan dan pelayan langsung menyajikan
pesanannya, juga formil.( Laili Rachim Arifiyanto.2007)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

Gambar 2.1 Antrophometri pelayanan pramusaji


(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior)

Gambar 2.2. Antrophometri area makan


(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

B. Tinjauan khusus area penjualan


1. Sistem Pelayanan
a. Self Service
Adalah system pelayanan dimana pengunjung bebas memilih
dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian membawanya
ke kasir untuk pembayaran.
b. Self Selection (Swa Seleksi)
Adalah jenis sitem pelayanan dimana pengunjung juga dapat
memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian
dengan dibantu oleh pramuniaga, produk dibawa ke bagian kasir untuk
pemabayaran.
c. Personal
Adalah jenis sitem pelayanan tertutup dimana segala bentuk
pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam pemilihan maupun
pengambilan produk. Dalam system ini, dari proses pemilihan,
pengambilan sampai dengan pembayaran semua dilayani pramuniaga
sepenuhnya.

2. Sistem Display
a. Serambi Pamer
Untuk menarik perhatian, pada Area Penjualan biasanya
dilengkapi dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang
dengan mempertimbangkan musim atau gaya. Suatu serambi pamer
dapat memberikan kesan yang efektif, kesan tersebut tentu saja
berhubungan dengan berbagai ide dan harga.
b. Display Interior
Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan
display interior menjadi
1) Merchandise Display, meliputi
a) Display terbuka (Open Display)
Merupakan bentuk display yang memberikan
kemungkinan pada pembeli untuk mengamati barang dagangan
tanpa bantuan pelayan took.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

b) Display Tertutup ( Closed Display)


Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam
almari dinding (wall case). Keuntungan utamnya adalah
terjaganya barang dagangan dari pencurian dan menjaga
kondidi siap jual.

c) Display Arsitektural (Architectural Display)


Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna
menunjukkan bermacam-macam barang dagangan sesuai
dengan bangunan, seperti model bangunan perumahan, dapur,
kamar mandi secara menyeluruh. Keuntungan utamanya
adalah dapat memberikan gambaran yang utuh dan nyata lewat
peragaan dalam display ini.
2) Vendor Display
Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat
penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.
3) Store Sign and Decorations
Istilah Store Sign meliputi tanda pembayaran, kartu hadiah /
harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat serupa.
( Delbert J. Duncan & Stanley D Hollander, 1977 : 468)
c. Perlengkapan Display
Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa
etalase dan show room.
1) Macam-macam Etalase.
a) Etalase Sistem Terbuka.
Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan
ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan
interior ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang
kasat mata dan arah pandangan kurang terfokus.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

Gambar 2.3 Etalase sistem terbuka


(Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

b) Etalase Sistem Tertutup


Etalase mempunyai pembatas antara ruang display
dengan ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat,
dan mempunyai pandangan visual lebih terfokus.

Gambar 2.4 Etalase sistem tertutup


(Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

c) Etalase Khusus
- Etalase Sudut
Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di
persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.

Gambar 2.5 Etalase sudut


(Sumber : Maryamah Aminy , 2003)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

- Etalase Atas
Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari
bangunan bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai papan
reklame.

Gambar 2.6 Etalase atas


(Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

- Etalase Benam
Merupakan Etalase yang memiliki lantai lebih
rendah daripada lantai disekitarnya.

Gambar 2.7 Etalase benam


(Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

- Etalase bertingkat
Etalase penggabungan antara etalase atas dan atalase
benam dan lebih lagi dengan system etalase terbuka. Sudut
pandang kurang sesuai dengan sudut pandang pengamat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Gambar 2.8 Etalase bertingkat


(Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

- Etalase Arcade
Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan
yang memanjang ke belakang dengan bagian muka yang
sempit, sehingga ada ruang yang kurang efisien.

Gambar 2.9 Etalase arcade


(Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

2) Macam-macam display
a) Vitrine
Menggunakan pelindung tertutup (vitrine) untuk benda-
benda yang berdimensi kecil maupun yang sedang. Penggunaan
vitrine pada area penjualan koleksi tetap membutuhkan
perawatan yang serius.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Gambar 2.10 Vitrine


(Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

b) Tempel dan Panil


Panil digunakan sebagai tempat memamerkan materi
koleksi dan difungsikan sebagai penyekat ruang pada area
penjualan.

Gambar 2.11 Tempel dan Panil


(Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

c) Sistem gantung
Khususnya untuk koleksi materi fashion yang bersifat ‘
fancy’. Kelemahan system ini ialah penataan terlihat kurang
rapih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Gambar 2.12 Sistem Gantung


(Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

d) Island Display
Produk-produk terbaru, sebagai point of interest dari
ruang, karena posisinya yang sentries dan lebih ‘hidup’ sehingga
dapat mengundang pengunjung untuk dapat melihat langsung.

Gambar 2.13 Island Display


(Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

e) Table Fixture
Sebagai wadah display khususnya accessories seperti
giwang, cincin, kalung, dan sebagainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Gambar 2.14 Table Fixture


(Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

f) Cases Fixture
Rak terbuka atau transparan sebagai wadah display
barang-barang millineries seperti sepatu, tas dan lain-lain.

Gambar 2.15 Cases Fixture


(Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

g) Box Fixture
Kotak terbuka sebagai wadah display perlengkapan
fashion seperti payung, scraf dan lain sebagainya.
h) Panel Fixture
Penyajian khusus millineries seperti ikat penggang, dasi
dan accessories yang berukuran kecil.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Gambar 2.16 Panel Fixture


(Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

3. Prinsip Desain Sarana Penjualan


Desain sarana Penjualan harus disederhanakan dan tak dipaksakan.
Maksudnya adalah dalam mendisplay materi, jika perlengkapannya lebih
menarik perhatian ini akan mengurangi daya tarik materi koleksi dan
melemahkan penjualan. (William P. Spence, 1979 : 412)
Penampilan materi selain dipengaruhi factor teknis, juga
dipengaruhi factor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat dilihat /
Dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :
a. Ukuran materi
b. Pencahayaan dan warna dari materi pamer
c. Warna cahaya yang melatari
d. Kontras benda dengan latar belakang
e. Waktu saat melihat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

C. Organisasi ruang
Alternatif Karakter/Kaidah Penerapan
Linear Bersifat fleksibel, terdiri dari Massa bangunan
ruang yang berulang dalam disusun berbaris
hal ukuran dan fungsi dari tiap
ruang disepanjang deretan
tersebut memiliki hubungan
dengan ruang luar
Radial Memadukan unsur-unsur pola Massa bangunan
terpusat dan linear dengan menyebar dari satu
ruang-ruang pusat yang titik pusat massa
dominan dan pola-pola linear sebagai sentral
yang berkembang menjadi
jari-jarinya
Cluster Menggabungkan ruang-ruang Massa bangunan
yang berlainan bentuk tapi disusun berkelompok
bersifat kegiatan yang sama sesuai dengan kegiatan
dan berhubungan satu sama yang serupa
yang lain berdasarkan
penempatan & ukuran visual
seperti sumbunya
Memusat Bentuk stabil merupakan Massa bangunan
komposisi terpusat yang disusun mengelilinggi
terdiri dari sejumlah ruang- pusat massa
ruang sekunder yang
dikelompokkan mengelilingi
sebuah ruang pusat yang besar
dan dominan

Tabel 2.1 Organisasi ruang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

D. Tinjauan khusus tentang music


1. Pengertian Musik
Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-
beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi
sejati tentang musik juga bermacam-macam:
a) Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya
b) Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau
kumpulan dan disajikan sebagai musik
c) .Musik adalah seni memadukan suara dalam melodi dan harmoni
untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran.
Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali.
Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan
mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan
menumbuhkan jiwa patriotisme
(E.M. Horsley, Hutchison’s New 20th century enclycopedia, London
1980)
Rock adalah salah satu aliran musik yang berirama keras.
Rock, dalam pengertian yang paling luas, meliputi hampir semua
musik pop sejak awal 1950-an. Bentuk yang paling awal, rock and roll,
adalah perpaduan dari berbagai genre di akhir 1940-an, dengan musisi-
musisi seperti Chuck Berry, Bill Haley, Buddy Holly, dan Elvis Presley.
Hal ini kemudian didengar oleh orang di seluruh dunia, dan pada
pertengahan 1960-an beberapa grup musik Inggris, misalnya The Beatles,
mulai meniru dan menjadi populer.
Musik rock kemudian berkembang menjadi psychedelic rock,
kemudian menjadi progressive rock. Beberapa band Inggris seperti The
Yardbirds dan The Who kemudian berkembang menjadi hard rock, dan
kemudian menjadi heavy metal. Akhir 1970-an musik punk rock mulai
berkembang, dengan kelompok-kelompok seperti The Clash, The
Ramones, dan Sex Pistols. Di tahun 1980-an, rock berkembang terus,
terutama metal berkembang menjadi thrash metal, glam metal, death
metal, dan black metal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Didalam music rock terjadi banyak perkembangan aliran lagi,


sebagai salah satu contoh aliran yang sangat dikenal adalah Progressive
rock atau sering disingkat prog adalah jenis musik yang mulai
berkembang pada akhir dekade 60-an dan mencapai masa jayanya di
tahun 70-an, menggabungkan elemen-elemen dari rock, jazz dan musik
klasik. Kadang pengaruh dari blues dan musik tradisional juga terasa.
Berawal dari eksperimentasi musisi rock saat itu, diinspirasi oleh
The Beatles dan The Beach Boys mereka mulai menggabungkan musik
tradisional, musik klasik dan jazz ke dalam komposisi mereka. Beberapa
band progressive rock terkemuka adalah Yes, King Crimson, UK, Pink
Floyd dan Genesis dari sekitar tahun 1969, Rush dari tahun 70-an dan
Marillion, Dream Theater dari 80-an.
Seperti halnya aliran-aliran musik yang lain, adalah sangat sulit
untuk mendefinisikan musik rock progresif secara tepat. Karena inilah
terdapat banyak perdebatan mengenai apakah satu kelompok musik prog
atau tidak. Namun ada beberapa ciri khas musik prog yang biasanya
dapat ditemui dalam karya-karya musisi prog. Di antaranya adalah ritme
yang tidak konvensional (bukan 4/4 atau sinkopasi), penguasaan alat
musik yang mahir dengan permainan solo yang rumit, dan lagu-lagu yang
panjangnya melebihi normal (lebih dari 5 menit, biasanya sekitar 12-20
menit atau bahkan lebih panjang).
Banyak grup progressive rock yang menerbitkan satu album
dengan lagu-lagu yang bertemakan sama atau sambung-menyambung
menceritakan satu cerita (disebut album konsep). Contoh-contoh album
konsep di antaranya adalah Metropolis 2: Scenes from a Memory dari
Dream Theater dan The Lamb Lies Down on Broadway dari Genesis.
Banyak pula group musik progressive saat ini yang mulai keluar dari
stigma musik progressive sebagai genre dan kembali ke pemikiran inti
musik progressive sebagai pandangan yang amat sangat kuat dipengaruhi
pandangan Jazz.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

2. Perkembangan musik di Indonesia


Perkembangan Musik di Indonesia banyak dipengaruhi oleh
budaya Barat yang beradaptasi dengan budaya Indonesia. Masuknya
budaya barat di Indonesia melalui bangsa Belanda bersamaan dengan
usaha penjajahannya, sehingga musik di Indonesia mengalami
perkembangan dan menjadi beraneka ragam bentuknya. Jenis musik di
Indonesia dari tahun 1945 sampai sekarang dapat digolongkan menjadi
beberapa kategori, yaitu ;
a) Budaya Musik Etnik
b) Musik Perjuangan dan Lagu Perjuangan
c) Musik Baru dalam Idiom Tradisi Barat
d) Musik Baru bersumber dari Unsur Etnik
e) Musik Baru berlatar belakang Indonesia & Barat
f) Musik yang bertolak dari suatu Estetika Musik Kontemporer
Barat
g) Musik popular yang berasal dari proses Akulturasi antara
berbagai tradisi
h) Pop, Rock, Jazz yang berorientasi ke Barat
(Dieter Mack, 1991)

E. Standarisasi Interior
1. Unsur Ruang
a. Lantai
Batasan pengertian lantai adalah : (Pamuji Suptandar, Desain
Interior : Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Desain
dan Arsitektur, Djambatan, Jakarta, 1990 : 123)
1) Lantai merupakan bidang datar dan dijadikan sebagai alas dasar
ruangan dimana aktifitas manusia dilakukan diatasnya dan
mempunyai sifat /fungsi ruang.
2) Sebagai pembatas ruang antara tingkat satu dengan tingkat
berikutnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Biasanya ruang umum akan meliputi luas lantai yang cukup


besar untuk penanganan peranannya secara efisien. Luas lantai
merupakan permulaan masalah karena menyangkut juga soal volume
dan efeknya dipengaruhi oleh panjang, lebar, ketinggian bahan dan
warna. Warna lantai yang gelap akan menjadikan ruang akan tampak
lebih kecil. Warna yang formal menjadikan ruangan tampak agung.
Begitu juga warna yang ringan akan menjadikan ruang menjadi
tampak lebih luas.
Bentuk Lantai auditorium mempengaruhi rangkaian sumber
bunyi-jejak-transmisi-penerimaan. Bentuk lantai auditorium
biasanya mengambil salah satu atau kombinasi bentuk – bentuknya.
Selain dilihat fungsinya, lantai untuk sebuah gedung
pertunjukan harus memperhatikan penggunaan – penggunaan bahan.
Dipilih bahan yang tidak licin karena banyak evaluasi pada setting
area. Yang perlu diingat bahan tersebut mudah dibersihkan
mengingat jangka waktu pemakaian dan keluasan ruang. Dalam
perencanaan lantai dalam gedung pertunjukan perlu diperhatikan :
1) Fungsi lantai
2) Sifat lantai
3) Karakter lantai
4) Konstruksi lantai
Bentuk lantai dan penjelasannya
1) Lantai Empat Persegi
Adalah bentuk lantai yang histories dengan unsure tradisi
yang menonjol dan masih banyak digunakan dengan berhasil.
Pemantulan silang antara dinding – dinding sejajar
menyebabkan bertambahnya kepenuhan nada suatu segia
akustik ruang.
2) Lantai Bentuk Kipas
Bentuk lantai kipas membawa penonton lebih dekat ke
sumber bunyi, sehingga memungkinkan konstruksi balkon.
Dnding belakang yang dilengkupan kecuali bila diatur secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

akustik atau dibuat difusi cenderung menciptakan gema atau


pemusatan bunyi.
3) Lantai Bentuk Tapal Kuda
Bentuk in menggambarkan pengaturan bentuk rumah –
rumah opera. Keistimewaan kharakteristik bentuk lantai ini
adalah kotak – kotak yang berhubungan (ring of boxes) yang
satu di atas yang lain. Walaupun tanpa lapisan permukaan
penyerap bunyi, menyediakan RT (waktu dengung) yang
relative pendek yang cocok untuk bagian – bagian yang cepat
dari opera Eropa, tetapi terlalu pendek untuk pagelaran orkestra.
4) Lantai Bentuk Tak Teratur
Bentuk ini membawa penonton sangat dekat dengan
sumber bunyi. Bentuk ini dapat menjamin keakraban akustik
dan ketegasan karena permukaan yang digunakan untuk
menghasilkan pemantulan – pemantulan dengan waktu
tundasingkat dapat dipadukan dengan mudah ke dalam
keseluruhan rancangan arsitektur.
5) Lantai Bentuk Lengkung
Bentuk ini biasanya dihubungkan dengan atap kubah
yang sangat tinggi. Kecuali diatur secara akustik, dinding –
dinding melengkung dapat menghasilkan gema, pemantulan
dengan waktu tunda yang panjang dan pemusatan bunyi.
Kesemuanya berperan pada RT (waktu dengung) yang sangat
panjang. Maka dari itu lantai melengkung harus dihindari.
(Leslei L. Doelle, Akustik Lingkungan, 1986 : 95). Denah tak
teratur memberi kesempatan untuk distribusi elemen – elemen
penyerap secara acak dan permukaan permukaan tak teratur
yang difusif. Hubungan daerah penonton dan panggung
memungkinkan rancangan dalam lingkup yang lebar
menyebabkan makin terpenuhinya beberapa persyaratan akustik
musik. Dari sudut pandang akustik, sampai sekarang bentuk
lantai ini menghasilkan keuntungan – keuntungan yang belum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

dimanfaatkan. Untuk sudut kemiringan, lantai dibuat dengan


system berundak untuk memperoleh sudut pandang penonton
yang baik. Untuk tinggi titik mata 1120 mm, lebar tangga
panggung tempat duduk (jarak deretan) bebas mnimum /baris,
diasumsikan bahwa penonton dapat melihat diantara kepala
penonton di depannya C2 = 130 mm, memungkinkan rata – rata
penonotn di depannya (Ernest Neufert, Arsitek Data, 1984, : 125).
Persyaratan dan Fungsi Lantai
Dengan adanya perkembangan yang semakin pesat
melahirkan suatu teknologi sehingga kemudahan dan kecermatan
pemasangan bahan lantai sesuai dengan yang diharapkan. Sekarang
telah banyak ditemukan teknik konstruksi lantai untuk lantai pentas.
Sebenarnya ada 3 prinsip yang perlu menjadi pertimbangan kita
selain masalah kelenturan dan daya pantul, maka ketiga prinsip itu
adalah :
1) Pertama ; lantai yang baik hendaknya dibuat dari kayu atau
papan kayu yang kering dengan kerangka balok silang yang
ditata diatas lantai semen.
2) Kedua ; pemakaian konstruksi yang cukup kuat seperti apa yang
diterapkan pada system konstruksi untuk industri dengan
keangka kasok yang dipasang mendasar (mill constructions).
3) Ketiga ; menerapkan system pasak dan berpegas yang dipasang
secara sempurna (webbing system),ini dimaksudkan untuk
mendapat daya sangga kelenturan secara optimal dari berbagai
sisinya.
Ketiga prinsip tersebut sebenarnya ditentukan atas dasar
beberapa pengamatan dan esperimentasi yang kemudian
menghasilkan satu criteria seperti tadi. Seorang ahli yang melakukan
pengamatan khusus tentang masalah ini ; Dan Peterson, menyatakan
bahwa karakter lantai kayu dengan kerangka sangat ideal untuk
kebutuhan aktifitas yang dinamik seperti gerakan – gerakan tari.
Pemakaian kayu untuk lantai daerah pentas rupanya menjadi favorit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

bagi para pakar seni pertunjukan, walaupun materi itu sebenarnya


bukan sesuatu yang baru.

b. Dinding
Dinding merupakan unsure penting dalam pembentukan
ruang baik sebagai unsure penyekat, pembagi ruang maupun sebagai
unsure dekorasi. Dari sisi fisika bangunan, dinding mempunyai
fungsi :
1) Pemikul beban
2) Fungsi penutup atau pembatas ruangan baik visual maupun
akustik
3) Menghadapi alam luar dan dalam ruangan
Fungsi dinding terbagi menjadi dua bagian :
1) Fungsi struktural, misalnya :
- Breaking walls, yaitu untuk menahan tepi /tumpukan tanah.
- Load bearing walls, yaitu menopang balok – balok lantai,
atap dan lain – lain.
- Foundation walls, yaitu menopang balok – balok lantai
pertama.
2) Fungsi Non Struktural
- Party walls, sebagai pemisah dua bangunan dan bersandar
pada masing – masing bangunan.
- Fire walls, sebagai pelindung pancaran api dari kebakaran.
- Curtain panel walls, sebagai pengisi suatu konstruksi yang
kaku seperti konstruksi rangka baja dan sebagainya.
- Partition walls, untuk pemisah dan pembentuk ruang yang
lebih besardalam ruangan. (Pamudji Subtandar, Desain
Interior : Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa
Desain dan Arsitektur, Djambatan, Jakarta, 1990 : 146)
Pengolahan dan pengaturan kualitas akustik yaitu dengan
cara penentuan jenis dan sifat permukaan dinding serta langit –

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

langit dengan mengaturan kemampuan penyerapan dan pantulan


bunyi.
Menurut Leslei L. Doelle dalam Akustik Lingkungan
disebutkan bahwa dalam pemilihan konstruksi dinding dan tiga
factor yang perlu diperhatikan.
1) Tingkat bising yang ada atau diduga ada di daerah sumber bunyi
atau ruang bunyi
2) Tingkat bising latar belakang yang dapat diteima diruang
penerimaan
3) Kemampuan dinding yang dipilih untuk mereduksi bising luar
menjadi level yang dapat diterima
Dinding dibangun secara vertical dan horizontal efektif
sekelilingnya antara elemen – elemennya dan sekeliling bukaan
tombol dan lain – lain. Dinding dibangun dari papan structural atau
bila dikaitkan pada langit – langit gantung maka langkah yang
diambil untuk perbaikan akustik pada bagian – bagian yang hilang
yaitu diatas langit – langit gantung. (Leslei L. Doelle, Akustik
Lingkungan, 1986 : 183)

c. Langit – Langit
Ditinjau dari segi fungsinya, langit – langit memiliki berbagai
fungsi yang tidak kalah pentingnya dengan unsure – unsure
pembentuk ruang yang lain seperti lantai dan dinding sebagaimana
disebutkan oleh Pamudji Suptandar sebagai berikut :
1) Langit – langit berfungsi sebagai peredam suara (akustik)
dengan ditunjang oleh lantai dan dinding. Misalnya pada cafe
dengan pemasangan bidang – bidang semu yang dapat
meningkatkan pemantulan secara langsung.
2) Langit – langit merupakan ruang (rongga) untuk pelindung
berbagai instalasi, ducting AC, kabel listrik gantungan armature,
loudspeaker, dan lain – lain. (Pamudji Suptandar, Desain Interior :
Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Desain dan
Arsitektur, Djambatan, Jakarta, 1982 : 59)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

Langit – langit disamping sebagai karakter ruang juga


sebagai pemantul yang diletakkan dengan tepat, dengan permukaan
dibuat patah – patah secara efektif akan menyumbangkan kekerasan
yang ukup ketempat duduk yang jauh secara merata dengan bahan
seperti plester, gypsum board, ply wood, pexi glass, papan plastic,
dan sebagainya.
Langit – langit gantung yang diletakkan pada lantai structural
banyak menyumbang pada insulasi bunyi lantai terhadap bising di
udara dan bising benturan. Untuk menambah daya gemanya, Leslei
menjelaskan sebagai berikut :
1) Selaput langit – langit harus mempunyai berat tidak kurang dari
5 lembar per lift persegi (25 kg/m2). Bila selimut penyerap
(mineral wool atau glass wool) digunakan ruang udara diatas
langit – langit berat selaput dikurangi.
2) Selaput langit – langit tidak terlalu tegak.
3) Jarak langsung transmisi bising lewat langit – langit harus
dihindari dengan menggunakan selaput padat atau kedap suara.
Celah antara langit – langit dan bangunan atau kerangka
sekelilingnya harus dtutup untuk menghndari penembusan lewat
jejak langsung di udara. (Leslei L. Doelle, Akustik Lingkungan, 1986 :
187)

F. Interior Sistem
1. Pencahayaan
a. batasan Pengertian Pencahayaan
Untuk masalah pencahayaan, akan lebih jelas kiranya bila
ditelaah terlebih dahulu pengertian dari pencahayaan itu sendiri.
Cahaya merupakan P.J.M.Van der Maijs diartikan “sebuah
pancaran elektromaknetik yang terlihat oleh mata” [P.J.M. Van der
Meijs,Fisika Bangunan. Erlangga, Jakarta, 1983, Hal:96]. Sedangkan
pencahayaan berasal dari bahasa inggris “Lighting “ atau ‘
illumination’ yang di-indonesia-kan menjadi ‘illuminasi’ [John

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

M.Echolas and Hasan Shadily,An Indonesia English Dictonary


Gramedia ,Jakarta,1980, Hal : 386]
Illuminasi atau penerangan adalah kepadatan terang yang
mengalirkan energi pada suatu permukaan (The density of luminous
flow of energy on surface) (Arnold Friedmann,F.Pile and F.Wilson ,
Interior Design, Elsevier, New York, 1977, hal:337). Dapat diartkan “
kepadatan fluks cahaya persatuan luas yang diterangi secara seagam
pada suatu permukaan “ (Kusudiarso Hdinoto, Standart Penerangan
Buatan di dalam Gedung-gedung, Dirjen Cipta Karya, Bandung, 1978, Hal
:2)
Prinsip yang diambil dari beberapa pengertian pencahayaan
dan illuminasi di atas yaitu penerapan cahaya pada suatu permukaan
atau obyek yang dipantulkan ke mata sehingga menyebabkan terang.
Pencahayaan sangat penting bagi kehidupan manusia, karena selain
menerangi obyek, juga dapat menunjang aktifitas manusia terutama
dimalam hari maupun pada siang hari dari keadaan gelap.
b. Tinjauan Perencanaan Pencahayaan Secara Kuantitas.
1) Macam Pencahayaan.
Dalam kehiduoan sehari-hari ada dua macam pencahayaan
yaitu pencahayaan alam ( Natural lighting) dan pencahayaan buatan
(Artifical lighting). Dalam beberapa hal , fungsi kedua macam
pencahayaan tersebut tidak dapat dipisahkan.
a) Pencahayaan alam (Natural Lighting)
Yang dimaksud pencahayaan alam disini yaitu
pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, sinar bualn dan
sumber-sumber lain dari alam misallnya fosfor dan sebagainya.
Sumber pencahayaan alam yang biasa digunakan untuk
perancangan ruang dalam pada umumnya adalah sinar
matahari. Sinar matahari tersebut dapat diperoleh secara
langsung maupun tidak langsung. Pencahayaan langsung
biasanya diperoleh melalui atap, jendela, genteng kaca dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

lain-lain. Sedangkan pencahayaan tidak langsung digunakan


melaluui skylight, permainan bidang kaca, dan lain-lain.
Ada beberapa kemungkinan mengenai masuknya sinar
matahari ke dalam ruang yaitu:
- Sinar matahari yang langsung tanpa halangan apapun.
- Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan.
- Sinar matahari refleksi luar, yatu hasil pantulan cahaya
dari benda-benda yang berdiri diluar bangunan dan
masuk kedalam ruangan melalui lubang jendela atau
lubang cahaya lainnya.
- Sinar matahari refleksi dalam, yaittu hasil pantulan
cahaya dari benda-benda yang dekat sekitar bangunan
maupun benda-benda dan elemen ruangan itu sendiri.
Dalam hal tersebut jika diinginkan untuk mendapatkan
jalannya sinar matahari yang sehat dan tetap bertahan adalah
melalui jendela. Sehingga bangunan dirancang dengan jendela-
jendela atua pintu-pintu yang diarahkan pada jalannya
matahari.
b) Pencahayaan Buatan
Dalam interior suatu bangunan banyak memanfaatkan
cahaya buatan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dalam
ruang. Yang dimaksud pencahayaan buatan yaitu pencahayaan
yang berasal dari cahaya buatan manusia. Misalnya cahaya
lilin, sinar lampu dan lain-lain.
Biasanya cahaya buatan dipergunakan jika cahaya
alami tidak memadai untuk dipakai melihat pekerjaan yang
diinginkan dan jika dipentingkan untuk mengendalikan warna
cahaya pada suatu pekerjaan tertentu.
Jadi pencahayaan buatan adalah hasil ciptaan yang
dalam interior dimanfaatkan untuk menciptakan kondisi-
kondisi tertentu sesuai dengan kehendak dan fungsi ruang.
Diantara fungsi pencahayaan buatan yang kita ketahui yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

untuk menunjang kegiatan sehari-hari dan memberi keindahan


dalam desain suatu ruang. Dalam hal ini sangat berkaitan erat
dengan penggunaan bahan , pemilihan warna, komposisi dan
lain-lain.
Dengan desain pencahayaan yang baik akan
menimbulkan kenyamanan bagi si penghuni. Adapun fungsi
pokok pencahayaan buatan antara lain sebagai berikut:
o Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-
penghuni melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan
visual secara mudah dan tepat.
o Memungknkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak
secara mudah dan aman.
o Menciptakan limgkungan visual yang nyaman dan
berpengaruh baik kepada prestasi.
Sehingga dalam interior suatu bangunan, banyak
memanfaatkan cahaya buatan untuk menciptakan kondisi-
kondisi tertentu, sesuai dengan kehendak dan fungsi ruang.
c) Jenis Sumber Pencahayaan Buatan (lampu)
Secara umum kita membedakan 2 jenis lampu yaitu :
lampu pijar dan lampu pelepasan listrik (yang dibedakan lagi
dalam lampu fluorescent dan lampu berisi gas bertekanan
tinggi).
o Lampu pijar.
Lampu pijar adalah lampu yang cahayanya diproduksi
oleh pemanasan listrik dari kawat halus (filament) ampai
temperatur tinggi yamg memancar dalam daerah penglihatan
dari pancaran spectrum. Yang membedakan antara lampu-
lampu dengan lampu tanpa gas halogen. Hal ini dikemukakan
oleh Philips dalam buku Lighting Manual sebagai berikut:
The incandescent lamp produces its liht by the
electrical heating of wire (the filament) to such a high
temperature that radiation in the visible region of the
spectrum is emited. One distinguishes between lamp
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

with and lamp without a halogen filing. (Philips,


Lighting Manual, Jakarta, Hal:11)

Karena cahaya panas yang ditimbulkan dari lampu pijar


tersebut maka akan merugikan bila dalam proses kerja. Bila
sumber cahaya atau lampu pijar tersebut dipasang terlalu dekat
dengan kepala, maka panas yang dpancarkan langsung akan
mengakibatkan gangguan.
Pada lampu pijar ini, jika efisiensi cahaya semakin
tinggi maka wattnya semakin tinggi pula. Efisiensi tersebut
dinyatakan dalam lumen /watt.
o Lampu Pelepas Listrik
Lampu pelepasan listrik yang kita kenal terdiri dari
berbagai jenis antara lain : lampu flouresent, mercury atau
sodium, xenon, helium, nitrogen, atau carbon – dioksida dan
lain – lain.
Di dalam pembahasan ini tidak akan disebutkan secara
keseluruhan mengenai jenis – jenis lampu yang ada. Tetapi
yang akan dibahas di sini hamya jenis – jenis lampu yang ada
relevansinya dengan pemakaian di dalam gedung pertunjukan,
sebagai contohnya lampu fluorescent.
Lampu fluorescent merupakan suatu tabung silendrik
tertutup rapat pada kedua ujungnya dan mengandung suatu
campuran gas berat, biasanya argon uap air raksa bertekanan
rendah. Pada kedua ujungnya dipasang katoda dan anoda yang
memberikan electron – electron untuk menghidupkan dan
menjaga pelepasan gas atau mercuri arc.
Efisiensi lampu jenis ini termasuk golongan yang tinggi
disbanding dengan lampu pijar, dan sangat dipengaruhi oleh
warna (cahaya) lampunya. Efisiensi lampu fluorescent adalah
bemacam – macam. Untuk lampu yang berwarna merah
efisiensinya 4-5 lumen/watt, lampu warna biru dan merah
jambu 25-30 lumen/watt dan untuk warna hijau 70 lumen/watt.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

Warna lampu putih dicapai dengan campuran dari zat – zat


fluorescent yang memancarkan beraneka warna sehingga
diperoleh derajad keputihan seperti beberapa jenis daylight,
white dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan :
Flourescent warna Warm white 44 lumen/watt
Daylight 49 lumen/watt
White 80 lumen/watt
Generasi biru 80 lumen/watt
Jadi kharakteristik yang ditampilkan oleh warna lampu
fluorescent mengarah pada warna dingin dengan efisiensi yang
berbeda dan tergantung warna (cahaya) lampunya.
Lampu pelepasan listrik selain lampu fluorescent pada
prinsipnya sama dengan lampu fluorescent, hanya saja di sini
tabung lampu dan uap /gasnya berbeda. Warna yang
dikeluarkan oleh lampu – lampu tersebut ditentukan dari jenis
gas dan tekanan didalam tabung lampunya.
Dalam hal efisiensi pengubahan bentuk energi menjadi
cahaya pada lampu pijar (incandescent lamp) dan lampu
fluorescent tidak sepenuhnya input wattnya ke dalam lampu
akan diubah menjadi cahaya dalam spectrum yang kelihatan.
Efisiensi pengubahan bentuk energi itu bahkan relative agak
rendah.
Dari kedua golongan jenis lampu (lampu pijar dan
lampu pelepasan listrik) tersebut diatas sebenarnya masing –
masing tersiri dari berbagai sub jenis dengan berbagai
karakterstik dan untuk fungsi – fungsi tertentu.
Jenis – jenis lampu yang penggunaannya bersifat umum :
• Incandescent lamp /lampu pijar :
- Clear standart lamp
- Clear Lustre Lamp
- Clear Twisted Candle Lamp
- Flame Standart Lamp
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

- Coloured Standart Lamp


- Coloured Lustre Lamp
- Night Lamp
- Blown – bulb Refletor Lamp
- Nicro – bowl Reflector Lamp, PC 35
- Mini – bowl Refletor Lamp
- PAR 38 cool spot and Floor Lamp
- PAR 38 Economy Spot and Flood Lamp
- Halogen Reflector Lamp
• Flourescent lamps :
- Swicht – start ‘TL’D and ‘TL’ lamp
- ‘TL’ Miniature almp
- Blacklight Blue and Blacklight lamp ‘TL’/08, TW,
PHW dan MLW.
- Teknik Penempatan Lampu
Di dalam pencahayaan buatan, digunakan teknik – teknik penempatan lampu
sebagai upaya untuk mendukung metode dan system pencahayaan di dalam ruang.
Adapun teknik – teknik tersebut dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
• Teknik penempatan pada dinding
• Teknik penempatan pada plafon (ceiling)
• Teknik penempatan yang dapat dipindah – pindah
• Teknik penempatan yang digantung
• Teknik penempatan khusus
Teknik penempatan lampu dari beberapa bagian tersebut dibagi atas beberapa cara
antara lain :
• Teknik penempatan dinding
- Valances
- Wall bracket
- Ceiling mounted spot flood light
- Lumminous panel /wall
- Mounted at wall
• Teknik penempatan pada ceiling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

- Cove lighting
- Luminous ceiling
- Cornices
- Recessed in ceiling
- Attached to ceiling
- Soffit
• Teknik penempatan lampu yang dapat dipindah – pindah
- Portable lamp
- Standart lamp
• Teknik penempatan lampu yang digantung
- Pandant atau hanging
• Teknik penempatan khusus /pada perabot
- Recessed fixtures for ceiling and table to lighting
- Recessed fixtures for transminating glass shelves in cupboards
- Drape fixtures for flower window high added lighting below
Untuk lebih jelasnya, dari masing – masing teknik penempatan lampu tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Valances : yaitu penempatan lampu dengan penyinaran tidak
langsung dan ditempatkan diatas jendela agar menimbulkan
refleksi.
Wall bracked : penempatan lampu dengan cara memasang penutup
dinding dengan mempergunakan lampu cahaya atau lampu
dekorasi.
Celing mounted spot : penempatan pijar di dalam ceiling untuk mengurangi
udara panas di dalam ruang.
Luminous panel/ wall : yaitu dengan penempatan panel yang jernih dari kaca atau
plastic yang melindungi sebaris lampu fluorescent.
Mounted at wall : yaitu penempatan lampu yang ditempatkan pada dinding
Cove lighting : termasuk tipe pencahayaan tidak langsung
Luminous ceiling : yaitu menutup seluruh permukaan dari plafon/ ceiling atau
sebagian dari celing

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

Cornices : yaitu tipe valance yang melekat pada ceiling, dimana


seluruh cahaya langsung dipancarkan ke bawah.
Recessed in ceiling : yaitu teknik penempatan dimana lampu disembunyikan di
dalam ceiling sehngga cahaya mengarah ke bawah
Attached to celing : yaitu teknik penempatan lampu yang ditempatkan pada
permukaan ceiling
Portable lamp : yaitu lampu yang bias dipindah – pindah
Pendant/ hanging : yaitu teknik penempatan lampu dengan cara digantung

- Distribusi/ Pembagian Cahaya


Yang dimaksud distribusi/ pembagian cahaya adalah metode – metode
teoritis dan system pembagian pencahayaan pada suatu permukaan/ objek yang
diterangi.
a. Metode Pencahayaan
Dalam pencahayaan buatan terdapat 3 metode dasar yang dapat
dipergunakan pada ruang kegiatan manusia dan masing – masing metode
mempunyai sifat dan tujuan sendiri – sendiri. Yang dimaksud dengan
pencahayaan umum adalah suatu system yang dirancang untuk memberikan
pencahayaan yang seragan dan merata, walaupun tidak perlu menyebar untuk
seluruh keluasan yang dipertimbangkan.
Pencahayaan setempat adalah suatu system pencahayaan pada keluasan
yang terbatas dengan kekuatan tinggi. Kecerahan yang normal biasanya dari
model pencahayaan langsung, dipasang secara langsung diatas bdang kerja.
Tujuannya untuk memberikan tingkat pencahayaan yang tinggi pada bidang
kerja setempat.
Paduan antara pencahayaan umum dan setempat, dipakai untuk bidang –
bidang dimana penglihatan penglihatan umum pada bidang – bidang kerja
adalah rendah tetapi pencahayaan setempat berkekuatan tinggi, dalam hal ini
dibutuhkan pencahayaan tambahan.
Penerangan merata memberikan iluminasi yang tersebar secara cukup
seragam di seluruh ruangan. Penerangan terarah, seluruh ruangan
memperoleh cahaya dari suatu jurusan tertentu. Sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

penerangansetempat, cahaya dikonsentrasikan pada tempat melaksanakan


tugas visual.
Jadi, dalam penerapan metode pencahayaan tersebut harus
dipertimbangkan kegiatan apa yang akan dilakukan pada ruang atau budang
kerja tersebut. Setiap jenis kegiatan atau pekerjaan menuntut derajat
keterangan cahaya sendiri – sendiri.
b. Sistem Pencahayaan
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang pembagian system
pencahayaan dengan maksud dan tujuan yang sama. Sistem pencahayaan
dibagi menjadi 5 yaitu :
- Direct (pencahayaan langsung)
- Semi – direct (pencahayaan semi langsung)
- General difussing (menyebar umum)
- Semi – indirect (semi tak langsung)
- Indirect (tak langsung)
Metode di atas dapat dijelaskan :
• Pencahayaan langsung (direct), yatu 90-100% dari cahaya diarahkan
secara langsung kepada permukaan yang diterangi.
• Pencahayaan semi langsung (semi direct), yatu 60-90% dari cahaya
diarahkan langsung kepada permukaan yang perlu diterang, sedangkan
selebihnya menerangi (serta dipantulkan oleh) langit – langit dan dinding.
• Pencahayaan menyebar umum (general difussing), jenis ini memberikan
penyebaran ke atas dan ke bawah yang diperkirakan sama.
• Pencahayaan semi tak langsung (semi – indrect), yaitu bila 60-90% dari
pada cahaya diarahkan ke langit – langit dan dinding bagian atas, sisanya
ke bawah.
• Pencahayaan tak langsung (indirect), yaitu bila 90-100% dari pada cahaya
diarahkan kea rah langit – langit dan dinding bagian atas, untuk
dipantulkan kemudian menerangi seluuh ruanagan berupa cahaya diffuse.
Dari penjelasan tersebut dimaksudkan bahwa pencahayaan tidak langsung, 90-
100% cahaya yang dikeluarkan, diarahkan pada ceiling dan dinding bagian atas
ruangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

Pencahayaan semi – tak langsung, 60-90% cahaya diarahkan ke atas,


penyebaran sama dengan pencahayaan tidak langsung.
Pencahayaan menyebar umum memberikan penyebaran yang sama ke seluruh
ruangan.
Pencahayaan semi – langsung, 60-90% dari out put penyinaran diarahkan ke
bawah dan sisanya ke atas komponen yang melayani untuk penerangan langit –
langit.
Pencahayaan langsung, secara praktis semua cahaya diarahkan ke bawah,
pencahayaan ceiling merupakan hasil pantulan cahaya dari lantai dan perabot.
Dengan demikian jelas bahwa kelima system pencahayaan tersebut
mempunyai spesifikasi dari masing – masing tipe yang terbatas pada arahan
cahaya dan prosentase penyabaran cahaya ke dalam ruangan.

Ukuran Cahaya dalam Pencahayaan Buatan


Kesatuan – Kesatuan Cahaya
Dalam pengukuran cahaya buatan sering dipergunakan istilah; kekuatan
cahaya atau intensitas cahaya dengan symbol “I”, kekuatan penerangan atau
intensitas terang dengan symbol “E”, aliran cahaya atau fluks cahaya dengan
symbol “O”, jumlah banyak cahaya dengan symbol “Q”, luminasi kecermelangan
dengan symbol “B”.
Kesatuan dasar yang dipakai untuk mengukur cahaya dan terang ialah
kesatuan cahaya yang diukur dengan lilin (candela). Atas sendi ukuran lilin itu
kita memperoleh kesatuan – keatuan lainnya, seperti dijelaskan sebagai berikut :
• 10,764 lux = 1 footcandle

• footcandle =
lumen

luas aera dalam foot persegi

lm
• fc =
sq ft

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

• lumen lm
lux = =
sq m
luas area dalam m2

• sebagai perhitungan estimasi /perkiraan, dapat dipakai raso kasar : 10 lux =


1footcandle.
Karena pencahayaan khusus mengenai pencahayaan buatan disini hanya
dalam batas ukuran lux, sedangkan iluminasi cahaya yang diketahui langsung
menggunakan alat pengukur cahaya (Lumensecon dengan standart fc).
Berdasarkan rumus di atas, mencapai ukuran lux adalah dai ukuran
footcandle yang diperoleh, dikalikan 10,764.

Standart Penerangan Buatan (iluminasi) pada panggung


Tata Lampu Panggung
• Posisi peletakan lampu
- Lampu diletakkan tepat di atas panggung
- Lampu diletakkan diatas panggung bagian depan
- Lampu diletakkan sejajar objek disamping kiri dan kanan panggung
- Lampu diletakkan disamping kiri dan kanan panggung bagian atas
- Lampu diletakkan di lantai panggung bagian depan
- Lampu diletakkan di atas audience menyorot ke arah panggung
- Lampu diletakkan di belakang penonton ke arah panggung
• Macam jenis dan tipe lampu
Antara lain : spot light, striplight, floodlight, dan special lighting equipment

Aspek fungsi
Sebagai mana diketahui bahwa pencahayaan buatan sebagai sumber cahaya untuk
kegiatan sehari – hari dan memberi keindahan dalam desain suatu ruangan. Pada
interior suatu bangunan, cahaya buatan banyak dimanfaatkan untuk menciptakan
kondisi – kondisi tertentu sesuai dengan kehendak dan fungsi ruang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

2. Penghawaan
Merupakan usaha mengatur kebutuhan manusia akan udara atau
hawa untuk kelangsungan hidupnya. Adanya sirkulasi udara yang lancar
memungkinkan ruangan berada dalam suhu dan kelembaban yang wajar
dan nyaman. (Roderick Ham, Theatre Planning. 1973 : 237-239). Dilihat dari
cara kerjanya, ventilasi dapat dibadakan menjadi dua, yaitu :
• Ventilasi alamiah
Bertujuan mendapatkan kenyamanan udara bagi pemakai ruangan
dengan aturan suhu, kelembaban dan sirkulasi udara dalam ruang
tergantung pada factor alam antara lain kecepatan angina, karena
gerakan atau aliran yang bergerak, orientasi wadah kegiatan.
• Ventilasi buatan
Aliran udara diperoleh dengan menggunakan alat Bantu seperti kipas
angina dan lain sebagainya.
Penghawaan diperlukan pada teater karena tidak memungkinkan
perlubangan yang dapat mengakibatkan kebocoran suara sehingga
tercipta kondisi akustik yang tidak baik.
Standart kenyamanan ruang :
- Temperatur udara : 180-250 C
- Kelembaban : 40-70 %
- Pergerakan udara : 0,1-0,5 m/detik
Penghawaan buatan dalam hal ini adalah penghawaan air conditioner
(AC) yang macamnya terdiri dari :
- Window Unit, yaitu AC yang digunakan pada ruang – ruang kecil
dimana system mekanisnya terdapat dalam satu unit yang kompak.
- Split Unit, yaitu AC yang digunakan untuk satu atau beberapa
ruang, sedang kelengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap
ruang.
- Central AC yaitu AC yang digunakan untuk ruang luas dan
perlengkapan keseluruhannya terletak diluar ruangan kemudian
didistribusikan ke ruang-ruang melalui ducting dan berakhir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

dengan aliran diffuser. (Pamudji Suptandar, Interior Design,1982,


Hal: 85)

3. Akustik
Pinsip Perencanaan
Merupakan upaya penyelesaian terhadap gangguan suara bising yang
bersumber pada:
- Mesin-mesin (MEE)
- Lalu lintas sekitar
- Aktifitas pemakai ruang.
Pengelolaan Bunyi
a) Bunyi langsung, bila pendengar menerima banyak bunyi langsung
maka akan menguntungkan kekerasan bunyi. Oleh karena itu harus
diupayakan pemanfaatan bunyi langsung dalam pembentukan ruang.
b) Bunyi Pantul, jika bunyi pantul diatur baik maka dapat memperkeras
bunyi langsung. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah :
- material pemantul
- permukaan pantulnya
c) Elininasi Cacat Akustik Ruang, perencanan harus terhindar dari cacat
akustik ruang seperti :
- Gema
- Pemantulan yang berkepanjangan (long delayed)
- Gaung/ flutter echo (gema menerus)
- Pemusatan bunyi
- Ruang garden (coupled spaces)
- Distorsi
- Resonansi ruang
- Bayangan bunyi (La Prasetyo Msc, 1990, Hal: 64-67)
Cacat akustik dapat diatasi dengan :
- Menghindari gema, flutter echo dan long delayed
- Meniadakan bayangan bunyi dengan membuat panjang balkon (D)
selalu lebih kecil dengan dua kali tinggi balkon (H) atau (D<2H)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Material Akustik
Dibedakan menjadi :
- Bahan pemantul
- Bahan penyerap
Material akustik sebagai komponen pembentuk ruang, yaitu :
Elemen Pembentuk Ruang, untuk mendapatkan system penyerapan
bunyi/ suara yang kita inginkan, maka komponen pembentuk ruang seperti
langit-langit dan dinding diatur sedemikian rupa sehingga memperkuat
fungsinya sebagai penguat suara.
Elemen Pengisi Suara, elemen yang dimaksudkan adalah manusia,
tempat duduk/kursi, tirai dan lain-lain yang berada dalam ruang dalam
wujud tiga dimensi. Dalam hal ini tempat duduk dan manusia berwujud
satu kesatuan sebagai penyerap ruang artinya ada/tidak adanya pengunjung
di tempat duduk tersebut harus koefisien absorbsi manusia, yaitu sekitar
0,80 ( pengunjung dalam tempat duduk kursi kayu dengan sedikit bahan
lunak/empuk yang memberi bunyi seandainya ada dan tidak pengunjung
pada tempat duduk tersebut pada frekuensi 500-2000 Hz).
Sistem Penguat Bunyi
Digunakan untuk tujuan :
- Menguatkan bunyi, jika sumber bunyi terlalu lemah untuk
didengarkan
- Menyediakan bunyi yang diperkuat bila penonton melimpah.
- Menambah tingkat bunyi diatas panggung dengan keuntungan/
kebaikan pementas atau pendengar yang duduk di panggung
- Menyediakan fasilitas elektromagenetik bagi kenyamanan penonton,
pementas dan staff serta untuk menghasilkan efek – efek bunyi
- Mereduksi pengaruh menutupi dari tingkat bising latar belakang yang
berlebih.
- Mengoperasikan instrument – inetrument bunyi elektrik.
Tiap sistem penguat bunyi saluran tunggal terdiri dari tiga
komponen utama yaitu mikrofon, penguat (amplifier) dan pengeras suara
(loudspeaker). Pendistribusian suara dalam ruang juga dipengaruhi oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

penempatan suara. Ada tiga jenis pengeras suara utama yang dapat
diinginkan :
(a) Sistem yang ditempatkan secara terputus dengan pengeras suara
(auster) tunggal di atas sumber bunyi dengan keuntungan memberi
kewajaran maksimum karena bunyi yang diperkuat datang dari arah
yang sama dari bunyi asli.
(b) Bunyi yang didistribusi yang menggunakan sejumlah pengeras di atas
dan ditempatkan diseluruh ruang tetapi system ini mempunyai
kekurangan tidak didapatkan keaslian suara yang didistribusikan.
(c) Sistem Stereophonics dengan pengeras suara gugus dua atau lebih,
sekeliling bukan panggung atau sumber bunyi. Sistem ni digunakan
karena memberi kesan bahwa bunyi dating dari sumber asal tanpa
diperkuat dan menambah keaslian/ kemurnian bunyi dan kenikmatan
mendengar dengan nyata.

Batas-batas dan Persyaratan Kenikmatan Audio

Gambar 2.17 Daerah frekuensi yang dapat ditangkap indera dengar manusia.

(Sumber : Fisika Bangunan I)

Hubungan empiris antara volume ruang auditorium ,


jumlah penyerapan oleh material bangunan dan kuantitas waktu
reverberant bunyi, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

RT = k (V/Sa)

Gambar 2.18 Reverberation time dengan volume aula

(Sumber : Fisika Bangunan I)

Dalam penanganan desain akustik dalam ruangan ada


beberapa faktor yang seharusnya diperhatikan untuk
mendapatkan kenyamanan akustik, diantaranya adalah :
1) Bentuk bidang pembatas ruang yaitu dinding, lantai
ataupun langit-langitnya.
2) Bahan bidang pembatas ruang, terutama untuk mengenal
karakter bahan yang kita akan pergunakan dalam ruang
tersebut perlu untuk dimengerti. Secara umum dibedakan :
a) Penyerapan nada-nada tinggi
Yaitu Bahan-bahan yang mengandung banyak
hawa udara atau berpori-pori- lembut. Misalnya serabut
gelas, serabut kayu, serabut kelapa, bahan sintesisi
berbentuk busa dan sebagainya. Semakin berpori

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

semakin ringanlah bahan dan semakin bagus sebagai


penyerap nada-nada tinggi.
b) Penyerapan nada-nada menengah dan rendah
Penyerap nada-nada menengah dan rendah
(gelombang panjang) bekerja pada prinsip pengubahan
energi bunyi ke energi mekanis, yaitu gerak getaran
suatu selaput, membran atau pelat yang relatif tipis
tetapi padat dan karenanya bisa bergetar secepat
mungkin, sehingga banyak energi bunyi diubah menjadi
getaran selaput/resonator.
3) Memperhatikan metode konstruktif pemasangan bahan,
yaitu pemasangan pelat-pelat akustik yang tepat.
4) Isolasi dinding
a) Dinding berlapis tunggal
Dapat direncanakan dengan tergantung pada 3 faktor
 Volume dinding dan beratnya
 Jumlah pori-pori di dalamnya (kepadatan)
 Kekakuan lentur
b) Dinding berlapis majemuk
Lazimnya terdiri dari 2 lapisan perantara di tengahnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan isolasi :
 Kepadatan dan berat bahan setiap lapisan
 Derajat kekakuan bahan dalam hubungan dengan
kemampuan resonansinya.
 Jarak antara kedua lapisan
 Lapisan udara diantaranya atau sifat kekauan bahan
lapisan tengah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

Gambar 2.19 Dinding berlapis majemuk


(Sumber : www.sae.edu)

5) Perletakan Program Ruang


Pembagian zone bising dan tenang dalam konsep
perencanaan dan perancanagan arsitektur perlu untuk
menentukan perletakan program ruang ditinjau dari
tuntutan kegiatan yang diwadahi oleh ruang tersebut.

G. Pertimbangan Desain
1. Elemen Desain
Beberapa unsure dalam desain meliputi unsure visual maupun yang
tidak terlihat tetapi dapat dirasakan adalah garis, nada, warna, teksture,
ruang, ritme, aksen, tension, arah dan ukuran. (Arfial Arshad, Nirmana
Trimatra, UNS Press, Surakarta, 1995)
Terdapat beberapa elemen desain yaitu :
1) Form (bentuk)
- Memberikan kesan tertutup dan padat, luas, dan meruang, dapat
pula memberi kesan terbuka
- Bentuk hendaknya dapat mencermnkan fungsi
2) Space (ruang)
- Merupakan pengisi ruang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

3) Light and Shadow


- Sinar memantul dan terpancar dari bentuk
- Bayangan akan muncul pada daerah yang tidak tersentuh oleh
sinar
- Memberi kesan ‘kedalaman’ pada suatu bangunan
- Elemen – elemen ni dapat meniptakan efek efek atau kesan
‘segan’
4) Teksture
- Teksture adalah karakter permukaan suatu bentuk, tekstur
mempengaruhi baik perasaan kita pada waktu menyentuh maupun
kualitas pemantulan cahaya. (D.K. Franchais Ching, Arsitektur :
Bentuk, Ruang, dan Susunannya, Erlangga, Jakarta, 1996)
- Banyak ditentukan pada kharakteristik bahan sehingga dapat
memberi kesan kasar, halus, lugu, polos, riang, ramai, ataupun
ribut dan lain – lain
- Dapat mencptakan penampilan yang diinginkan.
5) Line
- Mampu menciptakan aspek ‘pergerakan’ atau mobilitas.
- Mampu menciptakan aspek panjang atau lama dan berat atau bobot
- Mampu menciptakan aspek horizontal dan vertical
6) Colour dan Warna
- Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk,
warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu
bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot vsual
suatu bentuk. Mampu memberikan suatu tekanan dankontras.
- Menggunakan banyak warna sama buruknya dengan bila menggunakan
warna yang kurang sama sekali.
7) Dimensi
- Adalah panjang, lebar, dan tinggi. Dimensi – dimensi ini
memerlukan adanya proporsi, adapun skala ditentukan oleh
perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk – bentuk lan
disekelilingnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

8) Posisi
- Adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkaran atau
medan visual

2. Prinsip Desain
Merupakan petunjuk pelaksanaan dari elemen desain di atas, sering
juga disebut unsure – unsure desain, yaitu :
1) Unity, rasa kesatuan, keutuhan dalam keseluruhan memberi tampilan
tidak ada bagian yang berkesan sebagai tambahan atau tempelan
semata.
2) Repetition, unity dapat dicapai antara lain dengan repetisi. Merupakan
suatu ulangan sebagai bentuk, lengkung, ruang, tekstur, dan sebaginya
yang diulang – ulang sehingga mampu mengikat kesan struktur secara
estetis.
3) Rhythm, irama dapat diartikan sebagai penulangan garis, bentuk,
wujud, dan warna secara teratur dengan urutan regulasi maka akan
teripta aspek atau rasa dari irama (rhythm).
4) Variety, tanpa variasi akan mengakibatkan kebosanan dan dapat
melelahkan pandangan. Terlalu banyak ritme, repetisi, dan unity akan
pula merusak rasa dari variety. Untuk menciptakan variasi dapat
menggunakan sinar, bayangan, warna, dan lain – lain.
5) Emphasis, atau sering disebut dengan tekanan adalah suatu bentuk
yang mendapat perhatian atau tingkat kekuatan tertentu atau
penonjolan bagian tertentu. Digunakan untuk menarik perhatian pada
subjeknya dan dapat diciptakan dengan warna, tekstur, bentuk, maupun
garis.
6) Balance, adalah keseimbangan, yaitu suatu kondisi seperti berat,
tekanan, tegangan, sehingga memberi kesan kesetabilan, tenang, dan
seimbang. Formal balance biasanya memiliki sumbu simetri,
sedangkan informal balance dapat mewakili variasi dan distribusi yang
harmoni antara ruang, bentuk, garis, warna, sinar dan bayangan serta
tekstur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

3. Warna
Warna merupakan aspek yang sangat penting dalam desain interior.
SEcara psikologis warna dapat menggambarkan perasaan seseorang.
Warna juga bias menimbulkan kesan tertentu dalam ruang seperti kesan
luas ataupun sempit. Pewarnaan pada interior sangat dipengaruhi oleh
cahaya baik pencahayaan alami maupun pencahayaan buatan. Devinisi
warna ada tiga yaitu (John F. Pile, Interior Design, Pretice – hall, INC, New
York, 1988 : 243):
1) Hue, warna sebagai warna meliputi warna primer, sekunder, dan
tertier
2) Value, warna sebagai pengungkap gelap dan terang, dalam keadaan ini
warna selalu dikaitkan dengan keadaan gelap dan terang.
3) Saturation, warna sebagai suhu, dalam hal ini setiap warna selalu
berhubungan dengan aspek psikologis yang diterima oleh seseorang
apakah itu terasa dingin atau sebaliknya.
Sedangkan berdasarkan letaknya dalam diagram warna dibagi menjadi :
1) Warna hangat; merah, orange, kuning
2) Warna dingin; hijau, biru, violet
3) Warna netral; abu – abu, hitam, putih
Warna mempengaruhi bentuk, ukuran, berat, dan suhu. Warna itu
ekspresif karena warna membawa gagasan tentang symbol. (Tate, Allen &
Smith, c Ray, Interior Design in the 20th Century. Harper & Row Publisher,
New York, 1986 : 149)
Disamping itu secara psikologis, warna memiliki pengaruh
terhadap perasaan manusia seperti yang dijelaskan berikut :
1) Biru, umumnya dinamakan warna menjauh, bersifat dingin, baik dan
terang.
2) Hijau, menyejukkan dan dapat mengurangi ketegangan hidup.
3) Kuning, merangsang dan menarik perhatian, biasanya diasosiasikan
dengan keceriaan bahkan humor (dalam pencahyaan teater biasanya
untuk adegan komedi)
4) Merah, menyenangkan dan merangsang otak, memberi kesan mewah
dan bahagia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

5) Abu – abu, memberi kesan dingin, sebaiknya dikombinasikan dengan


warna lain.
6) Orange, merangsang dapat menimbulkan rasasakit dankejenuhan.
7) Coklat, memberi pengaruh rasa segar, tenang, dan hangat.
8) Putih, dapat mematikan semangat jika tidak dikombinasikan dengan
warna – warna emas.
9) Hitam, bersifat menunjang intensitas warna tersebut.
4. Tema
Dalam suatu perancangan desain interior, tema memegang peranan
penting, karena tema dapat memberikan suasana dan membentuk karakter
ruangan tertentu sesuai dengan yang diharapkan oleh tema tersebut.
Sebuah tema harus mampu menjawab dan memberikan pemecahan
bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan dapat
memenuhi tuntutan kegiatan dan fungsi ruang yang sesungguhnya.
Dalam buku Interior Design in the 20th Century disebutkan bahwa
tema yang sesungguhnya adalah suatu elemen utama yang memberikan
arahan desain. Elemen itu mungkin berupa cara untuk memperlakukan isi,
elemen tertentu untuk mempengaruhi ukuran atau cara untuk
meningkatkan sirkulasi. Setiap interior yang baik tersusun satu atau lebih
garis, bentuk, dan warna yang membangun konsep sebagai temanya.
Yang perlu kita ketahui pula bahwa pada dasarnya tema dalam desan
interior terdiri dari dua bentuk yaitu tema sebagai konsep dan tema sebagai
dekoratif tema.
Konsep adalah suatu ide, gagasan, pengertian yang ada di dalam
pikiran manusia, betapapun konsep etrsebut kecil, belum lengkap ataupun
kurang detail, namun konsep bagaimanapun juga merupakan serangkaian
pikiran yang paling utama dalam suatu proyek. Dapat dikatakan pula
konsep itu adalah suatu gagasan yang sering muncul secara spontan dan
mungkin diterima secara ringkas. Ini adalah suatu generalisasi yang dilihat
dalam mata pikiran secra keseluruhan tanpa bagian – bagian khususnya.
Dalam konsep desain interior seharusnya dicari sesuatu yang ideal,
tetapi hanya dalam bentuk – bentuk batasan yang dihasilkan dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

kenyataan – kenyataan dalam syarat – syarat program atau tuntutan


daripembatasan – pembatasan rencana ruang yang ada. Konsep desain
interior yang valid tidak dapat muncul jika tidak dari tuntutan program dan
juga dari rencana program yang ada. Sehingga konsep desain interior yang
dapat memenuhi tuntutan dan dapat menjawab permasalahan –
permasalahan ruang adalah konsep interior yang benar.
Konsep di dalam desain netrior juga dapat berarti beberapa
karakteristik yang dominant dan karakterstik ini dapat dianggap sebaai
suatu tema. Membangun suatu karakterstik yang dominant atau tema
penting untuk desain setiap interior. Tema dapat memiliki level dominasi,
contohnya bentuk yang baik dapat diulang – ulang pada ukuran yang lebih
besar atau lebih kecil atau warna pada internsitas yang penuh dalamsuatu
bahan atau lokasi tetapi hanya satu warna atau warna tips pada bagian
yang lan. Dari sinilah kita dapat mulai menyusun tema konseptual. Dalam
pengertian lain tema adalah unsure – unsure yang diambil dari suatu objek
yang menurut seniman mamiliki nilai yang dapat diterapkan dalam
menyusun dan membentuk karya. Dapat dikatakan pula bahwa nilai – nilai
yang ada dalam suatu objek dapat disusun untuk membentuk suatu
karakteristik sebuah ruang sesuai dengan konsep ruang tersebut.
Ada suatu bahaya yang menganggap penggunaan suatu tema sebagai
pengganti untuk konsep, karena tema sering dimaksudkan atau diartikan
sebagaitema dekoratif saja. Seperti contohnya dalam tema natural,
pemikiran ini bias timbul sebagai akibat dari cerita – cerita klise, seperti
adanya area sawah, bangunan yang bersafat terbuka penuh dengan
tanaman, lantai pola batu bata dan sebagainya. Ketika klise semacam itu
diterapkan dalam suatu ruangan, dan juga ketika usaha seseorang untuk
menciptakan kembali suatu alam yang natural daripada untuk
membangkitkan karakteristik yang ada di dalam gagasan tentang sebuah
alam, tujuan dari konsep sebuah ruang tersebut telah disalahartikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

H. Sistem Keamanan
Keamanan yang dimaksud adalah keamanan yang berhubungan
dengan fisik manusia, wadah kegiatan serta lingkungannya. Untuk itu perlu
diperlukan :
a. Satpam/ security
b. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran
c. Tanda penunjuk arah
d. Alat pengunci (hardware locking)
e. Tanda bahaya (alarm)
Sedang bahaya kebakaran secara mekanis dilakukan dengan :
a. Fire Alarm System, dipasang pada tempat tertentu dengan jumlah yang
memadai.
b. Smoke Detector, dipasang di tempat tertentu dengan jarak modul
tertentu. Alat ini akan bekerja bila suhu mencapai 70 C, radius pelayanan
sejauh 70 m.
c. Automatic Sprinkler, jaringan yang dilengkapi dengan kepala penyiram.
Bekerja secara otomatis bila terdeteksi adanya api/panas pada suhu 135-
160 C. Radius pancaran 25 m2 dan kebutuhan airnya ditampung pada
reservoir.
d. Fire Hydrant, menggunankan daya semprot air melalui selang sepanjang
30 m dan unit lainnya yang disimpan dalam kotak tertutup diletakkan
ditempat strategis.
e. Fire Extinghuiser, alat pemadam portable yang digunakan untuk
membantu terutama untuk mengatasi kebakaran setempat.

I. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran dari café yang rencananya akan berdiri di Solo
ini adalah agar masyarakat pada umumnya dan penggemar pada khususnya
dapat terhibur dengan adanya live music rock akustik dengan sajian menu
café dan dan tentunya juga bisa membeli kaset atau fashion style dari band
legend tempo dulu serta tidak menutup kemungkinan sebagai tempat untuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

ajang jamm session dan sharing bagi masyarakat yang belum mengenal music
rock lebih dalam

J. Status Kelembagaan

Pemimpin Perusahaan

Wakil pimpinan Sekretaris

Bagian Bagian Bagian Humas


Bagian Umum operasional administrasi
K.

Koordinator
Promosi dan
Karyawan
Pemasaran

Gambar 3.0

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
DATA LAPANGAN
THE ROCK CAFÉ JAKARTA

A. Deskripsi Lapangan
1. Sejarah singkat dan latar belakang
The Rock café adalah sebuah café yang dulu bernama JK7 Bar ‘n
Club yang singkatan dari Jalan Kemang Raya no 7 Jakarta.Berdiri pada 12
Juli 2006,pendirinya adalah Fanny Wantah,I Gusti Made Sudiksa dan ide
gagasannya dari seorang musisi papan atas Indonesia yaitu Ahmad Dhani.
Cafe ini berdiri di lantai bawah di salah satu hotel berbintang yang ada di
Jakarta,yaitu Grand Flora hotel yang dipimpin oleh Yusnita Sari.
Maksud dan tujuan dari The Rock café ini adalah sebagai tempat
hiburan malam yang menonjolkan konsep yang lain daripada café lain.
Atmosfer rock sangat kentara ketika kita sudah masuk
didalamnya.Memang café ini mempuyai karakter kuat karena didukung
oleh desain yang menarik,lighting dan sound system yang bagus dan
tentunya para musisi yang hebat.Sajian musiknya pun hanya khusus music
rock yang legendaris dari band band papan atas dunia.

2. Site Area

Gambar 3.1 Site Area

.
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

3. Status Kelembagaan

Pemimpin Perusahaan

Wakil pimpinan Sekretaris

Bagian Bagian Bagian Humas


Bagian Umum operasional administrasi
A.

Koordinator
Promosi dan
Karyawan
Pemasaran

Gambar 3.2 Bagan Struktur Organisasi

B. Pola Kegiatan
Pengunjung
Menikmati
music live

Mencari Duduk,memilih
Datang Informasi menu,makan dan Ke toilet Pergi
minum

Bermain billyard

Gambar 3.3 Bagan Pola kegiatan Pengunjung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

Pengelola

Istirahat

Datang Absen Bekerja Pergi

Ke Toilet

Gambar 3.4 Bagan Pola kegiatan Pengelola

C. Fasilitas ruang
1. Foyer ( terdapat pool table )

Gambar 3.5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

2. Main bar and kitchen

Gambar 3.6

Gambar 3.7

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

3. Dinning room

Gambar 3.8

Gambar 3.9

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

4. VIP room

Gambar 3.10

Gambar 3.11

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

5. Operator room

Gambar 3.12
6. Rest room
7. Lavatory
8. Stage

Gambar 3.13

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Gambar 3.14

D. Interior
1. Organisasi ruang
Mempertimbangkan perencanaan bentuk organisasi ruang maka
perlu adanya :
a. Pengelompokan massa yang akan dilihat dari karakter dan macam
kegiatan yang diwadahi.
b. Karakter yang ditampilkan dengan bentuk-bentuk dinamis sehingga
turut mendukung dan membangun dari tema yang akan diangkat
sehingga menjadi kesatuan. Melihat daripada layout dari The Rock
cafe jakarta maka cafe ini menerapkan organisasi ruang yang memusat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

BAB IV
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR
ROCKUSTIC CAFÉ and MUSIC

A. Asumsi Lokasi
1. Lokasi
Lokasi rockustic cafe and music diasumsikan di Jalan Raya
Adisucipto, Manahan, Solo. Alasan pemilihan tempat yaitu lokasi strategis
dekat dengan daerah berkumpulnya anak muda dan mudah dijangkau baik
dari Kota Solo maupun dari Kota sekitarnya baik dengan kendaraan umum
maupun pribadi. Disamping itu lokasi berada di daerah yang jalur
transportasinya relative lancar, jadi akan memudahkan dari manapun
menjangkau Rockustic cafe n Music outlet.
Site Plan

Gambar 4.1 Peta Solo dan Site Plan Perancangan


(Sumber : www.google.com/image search/peta solo)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

2. Analisa Tapak

1. Sirkulasi
Menentukan ME dan SE,
dengan dasar pertimbangan :
kemudahan sirkulasi aktivitas
ME

dan dan mobilitas sekitar


SE

ME terletak dibagian utara untuk


memudahkan sirkulasi dan menarik
pengunjung.
SE pada bagian barat sebelah belakang
bangunan untuk memudahkan aktivitas
penerimaan barang dan sirkulasi karyawan
serta tidak menganggu sirkulasi pengunjung

2. Pencahayaan dan Penghawaan


Memperhatikan control
terhadap matahari dari timur
ke barat
Memperhatikan angin musim

Penanaman tanaman sebagai bayang-bayang dan


untuk mendapatkan udara alami
Pemberian kanopi untuk mengurangi panas dan
berfungsi sebagai drainase ketika hujan.
Pemanfaatan arah utara selatan dengan bukaan
sebagai cross ventilasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

3. View dan Akustik


Dasar pertimbangan : letak
bangunan dan lingkungan
disekitar bangunan.

View kearah utara dan barat untuk menarik


perhatian pengunjung
Akustik lingkungan pertimbangan material di
sekitar sumber bising serta pertimbangan
konstruksi dan struktur bangunan. Bentuk atap
dan fasad bangunan yang mampu
mendistribusikan bunyi secara maksimal.

Tabel 4.1 Analisa Tapak

B. Jadwal Operasional
1. pengunjung : antara jam 12.00-02.00 WIB
2. pengelola : 1. manager, antara jam 11.00-urusan selesai
2. waiter/ess, terbagi menjadi 3 shift, yaitu :
- shift I (11.00-16.00 WIB)
- shift II (16.00-21.00 WIB)
- shift III (21.00-02.00 WIB)
3. musician,on stage mulai jam 20.00-24.00 WIB
(break satu jam,ditengah waktu on stage)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

C. Pola Kegiatan
Pengunjung
Menikmati
music live

Mencari Duduk,memili
Datang Informasi h menu,makan Ke toilet Pergi
dan minum

Mencari kaset n
merchandise music
Ke studio music ke
galeri
Gambar 4.2 Bagan Pola kegiatan Pengunjung

Pengelola

Istirahat

Datang Absen Bekerja Pergi

Ke Toilet

Gambar 4.3 Bagan Pola kegiatan Pengelola

D. Kebutuhan Ruang
1. Zona Penerimaan
a.) Lobby
b.) Informasi
2. Zona Pelayanan dan Penjualan
a.) Cafe
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

- Dining Area
- Kitchen
- Counter Cashier
- Storage
- Lavatory
- Rest and Prepare Room
- Stage
- Mini bar
- Technics room
- Storage
b.) Musik Shop
- Area Display
- Fiting room
- Counter Cashier
- Storage
3. Zona Pengelolaan Office
- Manager room
- Staf Area
- Lavatory

E. Sistem Pelayanan
1. Fasilitas Penjualan
Cafe
- Menggunakan pelayanan waiters
Musik Outlet
- pelayanan self service
- pelayanan cashier

F. Organisasi Ruang
Mempertimbangkan perencanaan bentuk organisasi ruang maka perlu
adanya :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

1. Pengelompokan massa yang akan dilihat dari karakter dan macam


kegiatan yang diwadahi.
2. Karakter yang ditampilkan dengan bentuk-bentuk dinamis sehingga turut
mendukung dan membangun dari tema yang akan diangkat sehingga
menjadi kesatuan.
Alternatif Karakter/Kaidah Penerapan

Linear Bersifat fleksibel, terdiri dari Massa bangunan

ruang yang berulang dalam disusun berbaris

hal ukuran dan fungsi dari tiap

ruang disepanjang deretan

tersebut memiliki hubungan

dengan ruang luar

Radial Memadukan unsur-unsur pola Massa bangunan

terpusat dan linear dengan menyebar dari satu

ruang-ruang pusat yang titik pusat massa

dominan dan pola-pola linear sebagai sentral

yang berkembang menjadi

jari-jarinya

Cluster Menggabungkan ruang-ruang Massa bangunan

yang berlainan bentuk tapi disusun berkelompok

bersifat kegiatan yang sama sesuai dengan kegiatan

dan berhubungan satu sama yang serupa

yang lain berdasarkan

penempatan & ukuran visual

seperti sumbunya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Memusat Bentuk stabil merupakan Massa bangunan

komposisi terpusat yang disusun mengelilinggi

terdiri dari sejumlah ruang- pusat massa

ruang sekunder yang

dikelompokkan mengelilingi

sebuah ruang pusat yang besar

dan dominan

Tabel 4.2 Organisasi ruang

Dasar pertimbangan yang digunakan antara lain berdasar pada sistem


pelayanan, aktivitas pengunjung, dan pencapaian tujuan atau tema yang diangkat,
maka setelah menimbang dari alternatif tersebut maka dipilihlah bentuk linier.

G. Hubungan antar ruang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

H. Jenis Ruang dan Fasilitas Ruang


1. Lobby
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengunjung Mencari Recepsionist area Meja counter, stool
informasi, duduk- recepsionist, rak sound
duduk sistem, telepon intercom,

Melayani pengeras suara

pengunjung yang Sofa lounge, meja, rak


Pengelola
mencari informasi multifungsi

Tabel 4.3
2. Dinning Room
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengunjung Pesan makanan & Dining Area Meja & kursi makan,
minuman, makan aksesoris ruang,
minum, menikmati booths&benches
hiburan, membayar, Dapur Kitchen Set, perlengkapan
ke toilet masak&peralatan
Melayani Cashier counter Meja&Kursi Counter,
Pengelola pemesanan, mesin penghitung uang
memasak, melayani Almari penyimpanan, rak
Storage
pembayaran Clost, wastafel, cermin
lavatory
Tabel 4.4
3. Musik Shop
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengunjung Melihat-lihat, Area penjualan Display counter, etalase,
memilih&mencoba & Display rak, manekin
barang, membeli,
membayar Ruang Ganti Cermin, gantungan
Melayani dan pakaian.
Pengelola mengawasi, menerima Cashier Meja&Kursi Counter,
pembayaran mesin penghitung uang
Tabel 4.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

4. Gallery
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengelola Bekerja sesuai Gallery Display counter
bidang, mengawasi Vitrin
manekin
Storage room locker
rak

Tabel 4.6

5. Music studio
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengelola Manager: Manager room, Meja&kursi Kerja, rak,
Memimpin, almari, laptop
meneliti laporan, Staff area @ Meja&kursi Kerja, rak,
mengadakan rapat komputer, partisi

Meeting room meja&kursi, amari, slide


Staff: proyektor
Bekerja sesuai Lavatory closet, wastafel, urinoir,
bidang cermin

Tabel 4.7

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

6. Office
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengelola Manager: Manager room, Meja&kursi Kerja, rak,
Memimpin, almari, laptop
meneliti laporan, Staff area @ Meja&kursi Kerja, rak,
mengadakan rapat komputer, partisi

Meeting room meja&kursi, amari, slide


Staff: proyektor
Bekerja sesuai Lavatory closet, wastafel, urinoir,
bidang cermin

Tabel 4.8

I. Besaran Ruang
Penentuan Besaran Ruang mengacu pada standar yang didapatkan dari:
a. Studi Besaran Ruang dan Asumsi (Ass)
b. Data arsitek, Ernest Neufert (DA)

 Kegiatan Penerimaan

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

Ruang duduk 8 2/unit 2,5 m2/orang DA 40m2

Area 1 2 4,48m2/orang DA 8,96m2

Recepsionist

Sirkulasi 60%

Tabel 4.9

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

 Kelompok Kegiatan Pengunjung

Musik outlet

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

R. Pamer 1 50 200 m2/ruang Ass 200m2

R. Cashier 1 2 4 m2/orang Ass 8m2

R. Ganti 3 1 1,5m2/orang Ass 4,5m2

Storage 1 - 12 m2/ruang DA 12m2

Sirkulasi 60%

Tabel 4.10

Café

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

Dining Area 1 60 2,5 m2/orang DA 150m2

Dapur 1 4 40%dining area DA 60m2

Pantry 1 4 20%dapur DA 12m2

Storage 1 - 6 m2/ruang DA 6m2

Rest Room 1 10 2,5m2/orang Ass 25m2

Lavatory 1 Pria : 1WC, ,1 2,7 m2/WC DA 6,8m2

wastafel 0,7 m2/wastafel

Wanita : 1WC, 1

wastafel

Cashier 1 2 4 m2/orang Ass 8m2

Sirkulasi 60%

Tabel 4.11

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

 Kelompok Kegiatan Pengelola

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

R. Direksi 1 6 20 m2/ruang Ass 20m2

R. sekretaris 1 1 4 m2/orang Ass 4m2

R. Staff 1 6 4m2/orang Ass 24m2

R. Rapat 1 20 2,5 m2/orang DA 50m2

R. Pengawasan 1 3 15m2/ruang DA 15m2

Lavatory 1 Pria : 1WC, 1 2,7 m2/WC DA 8,2m2

urinoir,1 wastafel 0,7 m2/urinoir

Wanita : 1WC, 2 0,7 m2/wastafel

wastafel

Sirkulasi 30%

Tabel 4.12

J. Zoning dan Grouping


1. Zone Publik
- Harus mencapai kenyamanan
- Sirkulasi mudah dan efisien
- Terdapat akses keluar bangunan
2. Zone Servis
- Mudah dicapai oleh publik
- Tingkat ketenangan cukup
3. Zone Privat
- Ketenangan tinggi

K. Sirkulasi
1. Sirkulasi Pengunjung
Menggunakan system sirkulasi radial (radiating sirkulation) yaitu sirkulasi
alternative dengan arah keluar acces point sehingga pengunjung lebih
leluasa memilih fasilitas yang mereka inginkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

2. Sirkulasi Pengelola
Menggunakan system sirkulasi linier yaitu sirkulasi dengan system
langsung dari access point menuju ke akhir sirkulasi.

L. Konsep Desain
1. Pengertian
Musik adalah : Ilmu / seni menyusun nada atau suara dalam urutan,
kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara)
yang mempunyai kesatuan / kesinambungan. (E.M. Horsley, Hutchison’s
New 20th century enclycopedia, London 1980)
2. Konsep
a. filosofi
Secara garis besar konsep filosofi yang diterapkan pada
perancangan ini didasarkan pada penghargaan dan perhatian besar
terhadap pengunjung untuk mendapatkan pelayanan yang layak dan
memadai sehingga tercapai tujuan masyarakat untuk mencari informasi,
bertukar pikiran, serta hiburan
b. psikologi
Rockustik Cafe and Music diharapkan mampu membangun
kepercayaan pada pengunjung dari penampilan dan kelancaran proses
aktivitas yang berlangsung didalamnya, dengan demikian rasa puas dan
senang diharapkan tumbuh kembali didalamnya.
c. fisik
Bentuk bangunan yang mengadaptasi konsep modern diharap
dapat memenuhi fungsi dan tujuan kegiatan yang berlangsung
didalamnya. Pemilihan warna, penerapan ornamen yang minimalis dan
materi interior yang memberi kesan eksklusif dengan tidak mengurangi
nilai estetis dan fungsi elemen interior dan bangunan diharapkan dapat
membangun dampak psikologis yang ingin dicapai. Dengan konsep one
stop service music pengunjungpun dapat melakukan aktivitas music
yang saling berkaitan didalam satu tempat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

3. Pertimbangan Desain
a. Fungsi, Bahan dan Teknis
Dalam menentukan ketiga unsur yang saling berkaitan ini perlu
adanya pertimbangan akankah solusi yang diambil akan mendukung
terciptanya atmosfer yang mengacu pada terwujudnya tema yang
diangkat.
Dalam menentukan ketiga hal diatas perlu dipertimbangkan pula
bahwa alternatif yang dipilih harus :
1) Mendukung tema yang diangkat
2) Mudah perawatan
3) Tahan dalam cuaca dan kelembapan
4) Mendukung akustik
5) Tidak menyimpan bibit penyakit
b. Estetis
Fungsi dari elemen estetis adalah untuk menambah keindahan
suatu benda pada bangunan. Penerapan elemen estetis harus dapat
diatur dengan bentuk, fungsi dan strukturalnya agar dapat mencapai
suasana yang diinginkan. Dalam perancangan suatu ruangan, hubungan
antar unsur-unsur dekorasi dalam interior harus terpadu dengan
eksteriornya .unsur-unsur ini antara lain proporsi, warna, garis dan
tekstur.
1) Warna
Sebagai komponen seni ,warna memegang peranan yang
kuat dan mutlak selalu berhadapan dengan indera penglihatan
manusia yang selalu mempunyai penilaian hal tentang warna
diungkap oleh Neufert Ernst : warna pada bangunan sangat
membantu penampilan bangunan, terutama bagi para arsitek, warna
adalah alat bantu untuk dapat merancang suatu keindahan dan
kenyamanan, juga dapat menjadi alat pemacu penampilan suatu
rancangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

2) Garis
Salah satu unsur penentu terwakilinya tema adalah garis,
dimana garis yang terbentuk akan memberikan efek psikologis.
Garis menentukan bentuk dan dimensi dari ruang yang dibentuk,
tentu saja memberi efek psikologis.
a) Garis horisontal memberi kesan membumi, hal yang tidak
bergerak dan memuaskan .
b) Garis vertikal memberi kesan kewibawaan dan megah.
c) Garis diagonal memberi kesan ketidakstabilan atau suatu yang
bergerak.
3) Tekstur
Pengertian tekstur adalah rasa permukaan atau
penggambaran dari sifat permukaan dari suatu objek (benda atau
bidang). Tekstur dapat memberikan pengaruh dari pandangan atau
sentuhan dan memberikan kesan atau pesan dari permukaan yang
ditampilkannya :
a) Halus, memberi kesan menyenangkan dan tidak
mempengaruhi dominasi ruang .
b) Kasar, memberi kesan keras, kuat dan mendominasi
penampilan bentuk. Untuk membangun suasana atau
membentuk image dari suatu desain tekstur merupakan salah
satu unsur pendukung yang memegang peranan, sehingga
penggunaan tekstur pada tiap eleman pembentuk interior juga
berbeda tergantung pada kesan atau image yang akan
ditampilkan .
c. Tema & Gaya
Tema yang dipilih dalam Perancangan Rockustic Cafe and
Music, adalah rock, sesuai dengan konsepnya yaitu ingin memberi
nuansa cafe dengan atmosfer music rock yang kental,tak hanya dari
musicnya namun dari desainnya juga sangat mendukung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

d. Lay Out
Perancangan lay out menggunakan beberapa pertimbangan ,antara lain:
a) fungsi ruang
b) zoning dan grouping
c) organisasi ruang
d) sirkulasi
e) anthopometri

4. Elemen Pembentuk Interior


a. Lantai
Lantai merupakan salah satu elemen pembentuk interior yang
memegang peranan penting didalam ruang. Lantai ini akan membantu
pembentukan kesan dari tempat lantai itu berada ,membangun kesan
luas, nyaman dan apapun yang dicoba diwakilkan darinya .
Pola lantai juga diterapkan pada Rockustic cafe and music.
Disamping fungsinya sebagai unsur estetis, pembentuk suasana yang
divisualisasikan melalui kesan pola dan bahannya, juga berfungsi
sebagai pengatur sirkulasi.Hal ini dapat dibaca dari pola dan warna
lantai yang membimbing kita pada suatu tujuan
1) Area Stage
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Mendukung akustik,
mengisolasi panas, tidak licin karena perubahan elevasi pemain
music, mudah dibersihkan.
Alternatif Bahan : Karpet, Parquet, Rubber Tile, Vinyl dan
Lantai Gabus
Pola lantai hanya sebagai unsur estetis yang mendukung tema
2) Area Penerimaan, Pelayanan dan Penjualan
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Tidak licin karena
perubahan elevasi pada sitting area, mudah dibersihkan,
Mengisolasi panas, dan Mendukung arahan tema
Alternatif Bahan : Marmer,Granit, Vinyl Carpet dan Keramik

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Pola lantai dapat digunakan sebagai aksen dan juga berfungsi


sebagai jalur sirkulasi
3) Lavatory
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Tidak licin dan mudah
dibersihkan
Alternatif Bahan : Keramik bertekstur dan koral sikat
Pola lantai hanya sebagai unsur estetis saja

b. Dinding
Penggunaan bahan dan warna diharapakan mampu memberi
kesan berani dan misterius. Pemilihan bahan dan warna antara lain
menggunakan pertimbangan bahwa alternatif yang dipilih meredam
bunyi sebagai pendukung akustik.
1) Area Stage
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Mendukung akustik, tahan
lama dan mudah dibersihkan
Alternatif Bahan : teakwood, acoustic board, glasswool,
karpet, bahan lain yang dilengkapi fungsi utama dinding sebagai
penyerap bunyi sekaligus unsur estetis
2) Area Penerimaan, Pelayanan dan Penjualan
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : tahan lama dan mudah
dalam perawatan, tahan terhadap temperatur dan kelembaban,
mendukung akustik.
Alternatif Bahan : dinding finishing cat, teakwood,
wallpaper, kaca.
Dinding partisi juga diperlukan sebagai pemisah dan
pembentuk ruang yang lebih kecil di dalam ruang yang lebih besar.
3) Lavatory
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : tahan lama dan mudah
dalam perawatan, tahan terhadap temperatur dan kelembaban,
mendukung akustik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Alternatif Bahan : dinding finishing keramik, dinding


finishing marmer, dinding finishing cat.
c. Ceiling
Pada prinsipnya penggunaan ceiling hampir sama pada semua
ruang, dengan dasar pertimbangannya adalah mereduksi bunyi, mudah
dalam perawatan, tidak menyimpan penyakit, serta mendukung
sirkulasi udara.
1) Area Stage
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Mendukung akustik,
Mempunyai kekuatan yang dapat mendukung pencahayaan dan
investasi lain, ringan, tahan lama dan mudah dibersihkan.
Alternatif Bahan : lumberceiling, acoustic board, gypsum,
karpet, bahan lain yang dilengkapi fungsi utama ceiling sebagai
penyerap bunyi sekaligus unsur estetis
2) Area Penerimaan, Pelayanan dan Penjualan
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : mempunyai kekuatan yang
dapat mendukung pencahayaan dan investasi lain, ringan, tahan
lama, dan mudah dibersihkan.
Alternatif Bahan : lumberceiling, gypsum dan fiber.
3) Lavatory
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : mudah dalam perawatan,
tahan terhadap temperatur dan kelembaban,
Alternatif Bahan : gypsum wet area, eternity

5. Interior Sistem
a. Pencahayaan
Perancangan pencahayaan pada Rockustic cafe and music dibuat
berdasarkan pertimbangan
1) aktivitas kegiatan
2) sirkulasi
3) kenyamanan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Jenis Pencahayaan yang digunakan yaitu :


Pencahayaan Alami (sinar matahari) yang pencahayaannya pada
siang hari yang masuk melalui dinding kaca serta jendela kaca yang
terdapat pada ruang.
Pencahayaan Buatan berupa lampu Flourescent untuk cahaya
umum, sedang untuk kegiatan pelayanan diperlukan pencahayaan
khusus antara lain down light, spot light dan wall lamp.
b. Penghawaan
Secara umum, perbedaan tekanan udara yang tinggi ditempatkan
pada daerah sirkulasi dan pelayanan pengunjung, dengan prinsip bahwa
udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Penghawaan yang digunakan yaitu pencahayaan alami dan
buatan. Penghawaan alami melalui ventilasi dinding, sedangkan
penghawaan buatan menggunakan kipas angin dan exhaust untuk
daerah dapur dan lavatory.
c. Sistem Akustik
Kebisingan tidak dapat dihindari karena aktivitas pengunjung
yang bermacam-macam. Agar mengurangi bising unsur pembentuk
ruang menggunakan bahan yang dapat mereduksi bising.
Akustik terpenuhi dengan penggunaan material dan penerapan
dinding akustik sistem double wall serta penggunaan panel-panel
akustik pada area studio.
Untuk menentukan kebutuhan akustik studio dihitung dengan
rumus waktu dengung (reverberation time) dimana waktu dengan yang
dibutuhkan dalam 1000Hz di ruang studio yang nyaman yaitu 0,2 dB.

Rumus : RT = 0,16V / A
RT : Waktu dengung
V : Volume Ruang
A : Jumlah koefisien dalam m3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

6. Furniture
Desain furniture dituntut untuk fungsional menjawab kebutuhan,
dengan demikian konstruksinya harus tepat dan kuat jadi mampu
menjawab permasalahan yang ada. Selain fungsional furniture harus
memenuhi tuntutan aman, nyaman dan mudah dalam perawatan.
Pemilihan bahan dan warna disesuaikan menurut kebutuhan dan
sesuai dengan tema yang akan dimunculkan.

7. Utilitas Bangunan
a. Kriteria Pemilihan sistem Utilitas
1) Sistem utilitas diusahakan mempunyai nilai kemudahan yang
tinggi baik pemasangan maupun operasionalnya, sehingga
tercapai ekonomis dalam pembiayaan.
2) Kapasitas yang digunakan sesuai dengan persyaratan standar
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
3) Disesuaikan dengan tuntutan kegiatan dalam bangunan.
Sedangkan kriteria pemilihan sistem utilitas diatas dipilih
berdasarkan pertimbangan :
1.) Efisiensi biaya Operasional
2.) Persyaratan biaya operasional dan perawatan.
3.) Luasan lantai yang dilayani
4.) Kondisi fisik lingkungan
5.) Pemanfaatan Jaringan yang sudah ada.

8. Sistem Keamanan
Terlepas dari sistem pengaturan fisik bangunan terhadap
kenyamanan, perlu juga diperhatikan resiko atau dampak desain terhadap
keamanan akan bahaya kejahatan dan bahaya terhadap bencana dan
kebakaran.
Untuk mengantisipasi terhadap kedua kemungkinan tersebut maka
perlu dinilai adanya :
a. Sistem komunikasi yang baik (sistem keamanan CCTV)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

b. Penanggulangan kebakaran kecil (Portable Extinghuisher Sistem)


c. Penanggulangan kebakaran besar untuk Dining area Menggunakan
Pemadam Kebakaran CO2 : dengan sistem Isolasi sehingga Tidak
merusak Peralatan Elektronik dan juga tekstil
d. Penanggulangan kebakaran besar untuk area lainnya dengan Hydrant
Sistem

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR
ROCKUSTIC CAFÉ and MUSIC

A. Asumsi Lokasi
1. Lokasi
Lokasi rockustic cafe and music diasumsikan di Jalan Raya
Adisucipto, Manahan, Solo. Alasan pemilihan tempat yaitu lokasi strategis
dekat dengan daerah berkumpulnya anak muda dan mudah dijangkau baik
dari Kota Solo maupun dari Kota sekitarnya baik dengan kendaraan umum
maupun pribadi. Disamping itu lokasi berada di daerah yang jalur
transportasinya relative lancar, jadi akan memudahkan dari manapun
menjangkau Rockustic cafe n Music outlet.
Site Plan

Gambar 4.1 Peta Solo dan Site Plan Perancangan


(Sumber : www.google.com/image search/peta solo)

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

2. Analisa Tapak

1. Sirkulasi
Menentukan ME dan SE,
dengan dasar pertimbangan :
kemudahan sirkulasi aktivitas
ME

dan dan mobilitas sekitar


SE

ME terletak dibagian utara untuk


memudahkan sirkulasi dan menarik
pengunjung.
SE pada bagian barat sebelah belakang
bangunan untuk memudahkan aktivitas
penerimaan barang dan sirkulasi karyawan
serta tidak menganggu sirkulasi pengunjung

2. Pencahayaan dan Penghawaan


Memperhatikan control
terhadap matahari dari timur
ke barat
Memperhatikan angin musim

Penanaman tanaman sebagai bayang-bayang dan


untuk mendapatkan udara alami
Pemberian kanopi untuk mengurangi panas dan
berfungsi sebagai drainase ketika hujan.
Pemanfaatan arah utara selatan dengan bukaan
sebagai cross ventilasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

3. View dan Akustik


Dasar pertimbangan : letak
bangunan dan lingkungan
disekitar bangunan.

View kearah utara dan barat untuk menarik


perhatian pengunjung
Akustik lingkungan pertimbangan material di
sekitar sumber bising serta pertimbangan
konstruksi dan struktur bangunan. Bentuk atap
dan fasad bangunan yang mampu
mendistribusikan bunyi secara maksimal.

Tabel 4.1 Analisa Tapak

B. Jadwal Operasional
1. pengunjung : antara jam 12.00-02.00 WIB
2. pengelola : 1. manager, antara jam 11.00-urusan selesai
2. waiter/ess, terbagi menjadi 3 shift, yaitu :
- shift I (11.00-16.00 WIB)
- shift II (16.00-21.00 WIB)
- shift III (21.00-02.00 WIB)
3. musician,on stage mulai jam 20.00-24.00 WIB
(break satu jam,ditengah waktu on stage)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

C. Pola Kegiatan
Pengunjung
Menikmati
music live

Mencari Duduk,memili
Datang Informasi h menu,makan Ke toilet Pergi
dan minum

Mencari kaset n
merchandise music
Ke studio music ke
galeri
Gambar 4.2 Bagan Pola kegiatan Pengunjung

Pengelola

Istirahat

Datang Absen Bekerja Pergi

Ke Toilet

Gambar 4.3 Bagan Pola kegiatan Pengelola

D. Kebutuhan Ruang
1. Zona Penerimaan
a.) Lobby
b.) Informasi
2. Zona Pelayanan dan Penjualan
a.) Cafe
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

- Dining Area
- Kitchen
- Counter Cashier
- Storage
- Lavatory
- Rest and Prepare Room
- Stage
- Mini bar
- Technics room
- Storage
b.) Musik Shop
- Area Display
- Fiting room
- Counter Cashier
- Storage
3. Zona Pengelolaan Office
- Manager room
- Staf Area
- Lavatory

E. Sistem Pelayanan
1. Fasilitas Penjualan
Cafe
- Menggunakan pelayanan waiters
Musik Outlet
- pelayanan self service
- pelayanan cashier

F. Organisasi Ruang
Mempertimbangkan perencanaan bentuk organisasi ruang maka perlu
adanya :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

1. Pengelompokan massa yang akan dilihat dari karakter dan macam


kegiatan yang diwadahi.
2. Karakter yang ditampilkan dengan bentuk-bentuk dinamis sehingga turut
mendukung dan membangun dari tema yang akan diangkat sehingga
menjadi kesatuan.
Alternatif Karakter/Kaidah Penerapan

Linear Bersifat fleksibel, terdiri dari Massa bangunan

ruang yang berulang dalam disusun berbaris

hal ukuran dan fungsi dari tiap

ruang disepanjang deretan

tersebut memiliki hubungan

dengan ruang luar

Radial Memadukan unsur-unsur pola Massa bangunan

terpusat dan linear dengan menyebar dari satu

ruang-ruang pusat yang titik pusat massa

dominan dan pola-pola linear sebagai sentral

yang berkembang menjadi

jari-jarinya

Cluster Menggabungkan ruang-ruang Massa bangunan

yang berlainan bentuk tapi disusun berkelompok

bersifat kegiatan yang sama sesuai dengan kegiatan

dan berhubungan satu sama yang serupa

yang lain berdasarkan

penempatan & ukuran visual

seperti sumbunya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

Memusat Bentuk stabil merupakan Massa bangunan

komposisi terpusat yang disusun mengelilinggi

terdiri dari sejumlah ruang- pusat massa

ruang sekunder yang

dikelompokkan mengelilingi

sebuah ruang pusat yang besar

dan dominan

Tabel 4.2 Organisasi ruang

Dasar pertimbangan yang digunakan antara lain berdasar pada sistem


pelayanan, aktivitas pengunjung, dan pencapaian tujuan atau tema yang diangkat,
maka setelah menimbang dari alternatif tersebut maka dipilihlah bentuk linier.

G. Hubungan antar ruang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

H. Jenis Ruang dan Fasilitas Ruang


1. Lobby
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengunjung Mencari Recepsionist area Meja counter, stool
informasi, duduk- recepsionist, rak sound
duduk sistem, telepon intercom,

Melayani pengeras suara

pengunjung yang Sofa lounge, meja, rak


Pengelola
mencari informasi multifungsi

Tabel 4.3
2. Dinning Room
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengunjung Pesan makanan & Dining Area Meja & kursi makan,
minuman, makan aksesoris ruang,
minum, menikmati booths&benches
hiburan, membayar, Dapur Kitchen Set, perlengkapan
ke toilet masak&peralatan
Melayani Cashier counter Meja&Kursi Counter,
Pengelola pemesanan, mesin penghitung uang
memasak, melayani Almari penyimpanan, rak
Storage
pembayaran Clost, wastafel, cermin
lavatory
Tabel 4.4
3. Musik Shop
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengunjung Melihat-lihat, Area penjualan Display counter, etalase,
memilih&mencoba & Display rak, manekin
barang, membeli,
membayar Ruang Ganti Cermin, gantungan
Melayani dan pakaian.
Pengelola mengawasi, menerima Cashier Meja&Kursi Counter,
pembayaran mesin penghitung uang
Tabel 4.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

4. Gallery
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengelola Bekerja sesuai Gallery Display counter
bidang, mengawasi Vitrin
manekin
Storage room locker
rak

Tabel 4.6

5. Music studio
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengelola Manager: Manager room, Meja&kursi Kerja, rak,
Memimpin, almari, laptop
meneliti laporan, Staff area @ Meja&kursi Kerja, rak,
mengadakan rapat komputer, partisi

Meeting room meja&kursi, amari, slide


Staff: proyektor
Bekerja sesuai Lavatory closet, wastafel, urinoir,
bidang cermin

Tabel 4.7

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

6. Office
PELAKU AKTIVITAS KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG
Pengelola Manager: Manager room, Meja&kursi Kerja, rak,
Memimpin, almari, laptop
meneliti laporan, Staff area @ Meja&kursi Kerja, rak,
mengadakan rapat komputer, partisi

Meeting room meja&kursi, amari, slide


Staff: proyektor
Bekerja sesuai Lavatory closet, wastafel, urinoir,
bidang cermin

Tabel 4.8

I. Besaran Ruang
Penentuan Besaran Ruang mengacu pada standar yang didapatkan dari:
a. Studi Besaran Ruang dan Asumsi (Ass)
b. Data arsitek, Ernest Neufert (DA)

 Kegiatan Penerimaan

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

Ruang duduk 8 2/unit 2,5 m2/orang DA 40m2

Area 1 2 4,48m2/orang DA 8,96m2

Recepsionist

Sirkulasi 60%

Tabel 4.9

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

 Kelompok Kegiatan Pengunjung

Musik outlet

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

R. Pamer 1 50 200 m2/ruang Ass 200m2

R. Cashier 1 2 4 m2/orang Ass 8m2

R. Ganti 3 1 1,5m2/orang Ass 4,5m2

Storage 1 - 12 m2/ruang DA 12m2

Sirkulasi 60%

Tabel 4.10

Café

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

Dining Area 1 60 2,5 m2/orang DA 150m2

Dapur 1 4 40%dining area DA 60m2

Pantry 1 4 20%dapur DA 12m2

Storage 1 - 6 m2/ruang DA 6m2

Rest Room 1 10 2,5m2/orang Ass 25m2

Lavatory 1 Pria : 1WC, ,1 2,7 m2/WC DA 6,8m2

wastafel 0,7 m2/wastafel

Wanita : 1WC, 1

wastafel

Cashier 1 2 4 m2/orang Ass 8m2

Sirkulasi 60%

Tabel 4.11

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

 Kelompok Kegiatan Pengelola

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

R. Direksi 1 6 20 m2/ruang Ass 20m2

R. sekretaris 1 1 4 m2/orang Ass 4m2

R. Staff 1 6 4m2/orang Ass 24m2

R. Rapat 1 20 2,5 m2/orang DA 50m2

R. Pengawasan 1 3 15m2/ruang DA 15m2

Lavatory 1 Pria : 1WC, 1 2,7 m2/WC DA 8,2m2

urinoir,1 wastafel 0,7 m2/urinoir

Wanita : 1WC, 2 0,7 m2/wastafel

wastafel

Sirkulasi 30%

Tabel 4.12

J. Zoning dan Grouping


1. Zone Publik
- Harus mencapai kenyamanan
- Sirkulasi mudah dan efisien
- Terdapat akses keluar bangunan
2. Zone Servis
- Mudah dicapai oleh publik
- Tingkat ketenangan cukup
3. Zone Privat
- Ketenangan tinggi

K. Sirkulasi
1. Sirkulasi Pengunjung
Menggunakan system sirkulasi radial (radiating sirkulation) yaitu sirkulasi
alternative dengan arah keluar acces point sehingga pengunjung lebih
leluasa memilih fasilitas yang mereka inginkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

2. Sirkulasi Pengelola
Menggunakan system sirkulasi linier yaitu sirkulasi dengan system
langsung dari access point menuju ke akhir sirkulasi.

L. Konsep Desain
1. Pengertian
Musik adalah : Ilmu / seni menyusun nada atau suara dalam urutan,
kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara)
yang mempunyai kesatuan / kesinambungan. (E.M. Horsley, Hutchison’s
New 20th century enclycopedia, London 1980)
2. Konsep
a. filosofi
Secara garis besar konsep filosofi yang diterapkan pada
perancangan ini didasarkan pada penghargaan dan perhatian besar
terhadap pengunjung untuk mendapatkan pelayanan yang layak dan
memadai sehingga tercapai tujuan masyarakat untuk mencari informasi,
bertukar pikiran, serta hiburan
b. psikologi
Rockustik Cafe and Music diharapkan mampu membangun
kepercayaan pada pengunjung dari penampilan dan kelancaran proses
aktivitas yang berlangsung didalamnya, dengan demikian rasa puas dan
senang diharapkan tumbuh kembali didalamnya.
c. fisik
Bentuk bangunan yang mengadaptasi konsep modern diharap
dapat memenuhi fungsi dan tujuan kegiatan yang berlangsung
didalamnya. Pemilihan warna, penerapan ornamen yang minimalis dan
materi interior yang memberi kesan eksklusif dengan tidak mengurangi
nilai estetis dan fungsi elemen interior dan bangunan diharapkan dapat
membangun dampak psikologis yang ingin dicapai. Dengan konsep one
stop service music pengunjungpun dapat melakukan aktivitas music
yang saling berkaitan didalam satu tempat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

3. Pertimbangan Desain
a. Fungsi, Bahan dan Teknis
Dalam menentukan ketiga unsur yang saling berkaitan ini perlu
adanya pertimbangan akankah solusi yang diambil akan mendukung
terciptanya atmosfer yang mengacu pada terwujudnya tema yang
diangkat.
Dalam menentukan ketiga hal diatas perlu dipertimbangkan pula
bahwa alternatif yang dipilih harus :
1) Mendukung tema yang diangkat
2) Mudah perawatan
3) Tahan dalam cuaca dan kelembapan
4) Mendukung akustik
5) Tidak menyimpan bibit penyakit
b. Estetis
Fungsi dari elemen estetis adalah untuk menambah keindahan
suatu benda pada bangunan. Penerapan elemen estetis harus dapat
diatur dengan bentuk, fungsi dan strukturalnya agar dapat mencapai
suasana yang diinginkan. Dalam perancangan suatu ruangan, hubungan
antar unsur-unsur dekorasi dalam interior harus terpadu dengan
eksteriornya .unsur-unsur ini antara lain proporsi, warna, garis dan
tekstur.
1) Warna
Sebagai komponen seni ,warna memegang peranan yang
kuat dan mutlak selalu berhadapan dengan indera penglihatan
manusia yang selalu mempunyai penilaian hal tentang warna
diungkap oleh Neufert Ernst : warna pada bangunan sangat
membantu penampilan bangunan, terutama bagi para arsitek, warna
adalah alat bantu untuk dapat merancang suatu keindahan dan
kenyamanan, juga dapat menjadi alat pemacu penampilan suatu
rancangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

2) Garis
Salah satu unsur penentu terwakilinya tema adalah garis,
dimana garis yang terbentuk akan memberikan efek psikologis.
Garis menentukan bentuk dan dimensi dari ruang yang dibentuk,
tentu saja memberi efek psikologis.
a) Garis horisontal memberi kesan membumi, hal yang tidak
bergerak dan memuaskan .
b) Garis vertikal memberi kesan kewibawaan dan megah.
c) Garis diagonal memberi kesan ketidakstabilan atau suatu yang
bergerak.
3) Tekstur
Pengertian tekstur adalah rasa permukaan atau
penggambaran dari sifat permukaan dari suatu objek (benda atau
bidang). Tekstur dapat memberikan pengaruh dari pandangan atau
sentuhan dan memberikan kesan atau pesan dari permukaan yang
ditampilkannya :
a) Halus, memberi kesan menyenangkan dan tidak
mempengaruhi dominasi ruang .
b) Kasar, memberi kesan keras, kuat dan mendominasi
penampilan bentuk. Untuk membangun suasana atau
membentuk image dari suatu desain tekstur merupakan salah
satu unsur pendukung yang memegang peranan, sehingga
penggunaan tekstur pada tiap eleman pembentuk interior juga
berbeda tergantung pada kesan atau image yang akan
ditampilkan .
c. Tema & Gaya
Tema yang dipilih dalam Perancangan Rockustic Cafe and
Music, adalah rock, sesuai dengan konsepnya yaitu ingin memberi
nuansa cafe dengan atmosfer music rock yang kental,tak hanya dari
musicnya namun dari desainnya juga sangat mendukung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

d. Lay Out
Perancangan lay out menggunakan beberapa pertimbangan ,antara lain:
a) fungsi ruang
b) zoning dan grouping
c) organisasi ruang
d) sirkulasi
e) anthopometri

4. Elemen Pembentuk Interior


a. Lantai
Lantai merupakan salah satu elemen pembentuk interior yang
memegang peranan penting didalam ruang. Lantai ini akan membantu
pembentukan kesan dari tempat lantai itu berada ,membangun kesan
luas, nyaman dan apapun yang dicoba diwakilkan darinya .
Pola lantai juga diterapkan pada Rockustic cafe and music.
Disamping fungsinya sebagai unsur estetis, pembentuk suasana yang
divisualisasikan melalui kesan pola dan bahannya, juga berfungsi
sebagai pengatur sirkulasi.Hal ini dapat dibaca dari pola dan warna
lantai yang membimbing kita pada suatu tujuan
1) Area Stage
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Mendukung akustik,
mengisolasi panas, tidak licin karena perubahan elevasi pemain
music, mudah dibersihkan.
Alternatif Bahan : Karpet, Parquet, Rubber Tile, Vinyl dan
Lantai Gabus
Pola lantai hanya sebagai unsur estetis yang mendukung tema
2) Area Penerimaan, Pelayanan dan Penjualan
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Tidak licin karena
perubahan elevasi pada sitting area, mudah dibersihkan,
Mengisolasi panas, dan Mendukung arahan tema
Alternatif Bahan : Marmer,Granit, Vinyl Carpet dan Keramik

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

Pola lantai dapat digunakan sebagai aksen dan juga berfungsi


sebagai jalur sirkulasi
3) Lavatory
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Tidak licin dan mudah
dibersihkan
Alternatif Bahan : Keramik bertekstur dan koral sikat
Pola lantai hanya sebagai unsur estetis saja

b. Dinding
Penggunaan bahan dan warna diharapakan mampu memberi
kesan berani dan misterius. Pemilihan bahan dan warna antara lain
menggunakan pertimbangan bahwa alternatif yang dipilih meredam
bunyi sebagai pendukung akustik.
1) Area Stage
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Mendukung akustik, tahan
lama dan mudah dibersihkan
Alternatif Bahan : teakwood, acoustic board, glasswool,
karpet, bahan lain yang dilengkapi fungsi utama dinding sebagai
penyerap bunyi sekaligus unsur estetis
2) Area Penerimaan, Pelayanan dan Penjualan
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : tahan lama dan mudah
dalam perawatan, tahan terhadap temperatur dan kelembaban,
mendukung akustik.
Alternatif Bahan : dinding finishing cat, teakwood,
wallpaper, kaca.
Dinding partisi juga diperlukan sebagai pemisah dan
pembentuk ruang yang lebih kecil di dalam ruang yang lebih besar.
3) Lavatory
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : tahan lama dan mudah
dalam perawatan, tahan terhadap temperatur dan kelembaban,
mendukung akustik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Alternatif Bahan : dinding finishing keramik, dinding


finishing marmer, dinding finishing cat.
c. Ceiling
Pada prinsipnya penggunaan ceiling hampir sama pada semua
ruang, dengan dasar pertimbangannya adalah mereduksi bunyi, mudah
dalam perawatan, tidak menyimpan penyakit, serta mendukung
sirkulasi udara.
1) Area Stage
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : Mendukung akustik,
Mempunyai kekuatan yang dapat mendukung pencahayaan dan
investasi lain, ringan, tahan lama dan mudah dibersihkan.
Alternatif Bahan : lumberceiling, acoustic board, gypsum,
karpet, bahan lain yang dilengkapi fungsi utama ceiling sebagai
penyerap bunyi sekaligus unsur estetis
2) Area Penerimaan, Pelayanan dan Penjualan
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : mempunyai kekuatan yang
dapat mendukung pencahayaan dan investasi lain, ringan, tahan
lama, dan mudah dibersihkan.
Alternatif Bahan : lumberceiling, gypsum dan fiber.
3) Lavatory
Tuntutan Bahan terhadap fungsi : mudah dalam perawatan,
tahan terhadap temperatur dan kelembaban,
Alternatif Bahan : gypsum wet area, eternity

5. Interior Sistem
a. Pencahayaan
Perancangan pencahayaan pada Rockustic cafe and music dibuat
berdasarkan pertimbangan
1) aktivitas kegiatan
2) sirkulasi
3) kenyamanan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Jenis Pencahayaan yang digunakan yaitu :


Pencahayaan Alami (sinar matahari) yang pencahayaannya pada
siang hari yang masuk melalui dinding kaca serta jendela kaca yang
terdapat pada ruang.
Pencahayaan Buatan berupa lampu Flourescent untuk cahaya
umum, sedang untuk kegiatan pelayanan diperlukan pencahayaan
khusus antara lain down light, spot light dan wall lamp.
b. Penghawaan
Secara umum, perbedaan tekanan udara yang tinggi ditempatkan
pada daerah sirkulasi dan pelayanan pengunjung, dengan prinsip bahwa
udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Penghawaan yang digunakan yaitu pencahayaan alami dan
buatan. Penghawaan alami melalui ventilasi dinding, sedangkan
penghawaan buatan menggunakan kipas angin dan exhaust untuk
daerah dapur dan lavatory.
c. Sistem Akustik
Kebisingan tidak dapat dihindari karena aktivitas pengunjung
yang bermacam-macam. Agar mengurangi bising unsur pembentuk
ruang menggunakan bahan yang dapat mereduksi bising.
Akustik terpenuhi dengan penggunaan material dan penerapan
dinding akustik sistem double wall serta penggunaan panel-panel
akustik pada area studio.
Untuk menentukan kebutuhan akustik studio dihitung dengan
rumus waktu dengung (reverberation time) dimana waktu dengan yang
dibutuhkan dalam 1000Hz di ruang studio yang nyaman yaitu 0,2 dB.

Rumus : RT = 0,16V / A
RT : Waktu dengung
V : Volume Ruang
A : Jumlah koefisien dalam m3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

6. Furniture
Desain furniture dituntut untuk fungsional menjawab kebutuhan,
dengan demikian konstruksinya harus tepat dan kuat jadi mampu
menjawab permasalahan yang ada. Selain fungsional furniture harus
memenuhi tuntutan aman, nyaman dan mudah dalam perawatan.
Pemilihan bahan dan warna disesuaikan menurut kebutuhan dan
sesuai dengan tema yang akan dimunculkan.

7. Utilitas Bangunan
a. Kriteria Pemilihan sistem Utilitas
1) Sistem utilitas diusahakan mempunyai nilai kemudahan yang
tinggi baik pemasangan maupun operasionalnya, sehingga
tercapai ekonomis dalam pembiayaan.
2) Kapasitas yang digunakan sesuai dengan persyaratan standar
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
3) Disesuaikan dengan tuntutan kegiatan dalam bangunan.
Sedangkan kriteria pemilihan sistem utilitas diatas dipilih
berdasarkan pertimbangan :
1.) Efisiensi biaya Operasional
2.) Persyaratan biaya operasional dan perawatan.
3.) Luasan lantai yang dilayani
4.) Kondisi fisik lingkungan
5.) Pemanfaatan Jaringan yang sudah ada.

8. Sistem Keamanan
Terlepas dari sistem pengaturan fisik bangunan terhadap
kenyamanan, perlu juga diperhatikan resiko atau dampak desain terhadap
keamanan akan bahaya kejahatan dan bahaya terhadap bencana dan
kebakaran.
Untuk mengantisipasi terhadap kedua kemungkinan tersebut maka
perlu dinilai adanya :
a. Sistem komunikasi yang baik (sistem keamanan CCTV)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

b. Penanggulangan kebakaran kecil (Portable Extinghuisher Sistem)


c. Penanggulangan kebakaran besar untuk Dining area Menggunakan
Pemadam Kebakaran CO2 : dengan sistem Isolasi sehingga Tidak
merusak Peralatan Elektronik dan juga tekstil
d. Penanggulangan kebakaran besar untuk area lainnya dengan Hydrant
Sistem

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mempelajari dari uraian-uraian yang tertulis dari bab sebelumnya
penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Cafe merupakan salah satu tempat hiburan yang menarik untuk
dikunjungi,apalagi cafe tersebut bisa menerapkan konsep desain yang
sangat sesuai dengan tema
2. Cafe ternyata tidak hanya saja menyajikan menu makanan,minuman atau
live music saja, tetapi masih bisa dimanfaatkan untuk para pemburu
fashion untuk bergaya ala figur idolanya,dan juga bagi para kolektor kaset
yang ingin menambah koleksinya ,yang semua masih di jalur rock.
3. Kesungguhan pengelola terlihat dari desain Rockustik cafe and music
sehingga pengunjung dapat melihat bonafitas dan kredibilitas tempat ini
dari penataan dan pelayanan yang tersirat didalamnya.

B. SARAN
Pada dasarnya keberhasilan Desain dapat ditinjau dari :
Desain yang dapat memenuhi kebutuhan pemakainya
1. Penggunaan material yang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan
2. Tercapainya hasil yang baik dari segi estetis
Untuk itu perlu partisipasi dari masyarakat semua untuk dapat menciptakan
Keberhasilan Desain.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai