Anda di halaman 1dari 210

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RUMAH SINGGAH ANAK JALANAN


DI SURAKARTA
Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku
Studi Kasus Kecamatan Banjarsari

TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SYARAT
GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU ( S1 )
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

DISUSUN OLEH :
SELVIANA RACHMAN
I 0205113

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA
2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR

PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

RUMAH SINGGAH ANAK JALAN DI SURAKARTA


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU
STUDI KASUS KECAMATAN BANJARSARI

DISUSUN OLEH :
SELVIANA RACHMAN
NIM. I0205113

SURAKARTA, 12 OKTOBER 2010


Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh
PEMBIMBING TUGAS AKHIR

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

IR. MDE PURNOMO, MT MENGESAHKAN, PURWANTO S.N., ST, MT


NIP.PEMBANTU DEKAN
19511111 198003 1 002I KETUA JURUSAN
NIP. 19720324 ARSITEKTUR
200003 1 001
FAKULTAS TEKNIK UNS FAKULTAS TEKNIK UNS

IR. NOEGROHO JARWANTI, MT IR. HARDIYATI, MT


NIP. 19561112 198403 2 007 NIP. 19561209 198601 2 001

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN
THANKS FOR.......

ƒ Allah SWT, atas karunia, nikmat, dan segala kebahagiaan yang telah
Engkau berikan dalam hidupku sampai saat ini, yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
ƒ Rasulullah SAW, dengan segala keunggulan akhlak. Semoga selalu
menjadi panutanku dalam menjalani kehidupan ini.
ƒ Mama dan Papa di rumah. Terima kasih yang tiada habis-habisnya
karena telah memberiku kehidupan yang tidak kurang satu apapun. Selalu
bekerja keras tanpa mengeluh sedikit pun, yang selalu dapat menjadi
tempat aku berkeluh kesah tentang kesulitan yang aku alami, selalu
mendukung langkah dan keputusan apa pun yang aku ambil. Serta Doa
dan Restu kalian yang selalu menyertaiku.
ƒ Adik-adikku tercinta, Billy dan Tri yang selalu teringat setiap waktu.
Maaf kakak nggak bisa berada di sisi kalian di saat kalian membutuhkan.
ƒ Keluarga besar, yang telah banyak mensupport aku dan memberikan
doanya agar aku cepat lulus dan mendapatkan nilai yang aksimal
ƒ Pak Ipung dan Pak Pur, makasih banget atas kesabarannya membimbing
saya yang rada males ini pak, hehehe........
ƒ Dosen-dosen jurusan Arsitektur yang telah membimbing dalam
menyelesaikan tugas.
ƒ Moo-kuu makasih ya dah nemenin aku selama ini. Nganterin aku cari
data, bikin maket sampe rela kecelakaan bareng juga, pokoknya kamu
yang tebaik deh...hehehehe...
ƒ Teman seperjuangan aku melakukan TA, Tutut, tomi, aan, dll (Periode
119) thanks and sorry ya selama ini ngerepotin terus...hehehe....
ƒ Teman-teman seangkatan Arsitektur 2005. Nadia, nonik, arfin, gema,
sam, adit, fatoy, yogi, dll..maap ga bisa nyebutin satu-satu..tapi nama
kalian terukir jelas dihatiku.. we are always 2005 !!! buat nonik
makasih ya dah bantuin konsumsinya...ayo semangat biar cepet nyusul...;)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ƒ Desi ‘n Nitra, anak 2007 yang mau susah-susah bantuin bikin panel
sampe nemenin begadang..makasih ya adik-adikku....:)
ƒ Teman-teman basket S-Tech, makasih dah jadi keluargaku selama di
solo. Kalian banyak membantu dan menghiburku. Kalian teman-teman
terbaik. Kibow makasih ya atas bantuannya yang tanpa pamrih...
ƒ Teman-teman kos semuanya. Maap aku nggak bisa menyebutkan nama
kalian satu persatu. Pokoknya makasih banget buat bantuannya. Makasih
para penghuni KOS CERIA...i will miss u all...(T.T)
ƒ Ratri dan si Ipin yang udah mau susah-susah nemenin aku...makasih
ya...;)
ƒ Para pengurus DILTS foundation, Rumah Singgah Kampung
Jembatan dan PPAP Seroja buat semua bantuannya yang telah
mempersiapkan data dan juga info-info penting sehingga TA ini berjalan
lancar.
ƒ Buat semua pihak yang telah membantu....maaf kalau saya lupa
menyebutkan, berarti anda masuk dalam kategori ini....hehehehehe...

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas
perkenaan-Nya Penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Konsep Tugas
Akhir dengan judul “Rumah Singgah anak Jalanan di Surakarta Dengan
Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari” yang
merupakan syarat wajib kelulusan di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret. Konsep Tugas Akhir dengan judul “Rumah Singgah
anak Jalanan di Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus
Kecamatan Banjarsari” Penulis lalui melalui serangkaian proses yang sngat
panjang dan melelahkan. Tetapi pada akhirnya Penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir dengan judul “Rumah Singgah anak Jalanan di Surakarta Dengan
Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari” ini dengan
perasaan puas dan lega. Semua kerja keras Penulis ini tentu saja tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
• Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya hingga penulis mampu
menyelesaikan Tugas Akhir.
• Ir. Hardiyati , MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS.
• Ir. Soedwiwahjono . MT, selaku Pembiming Akademik yang telah dengan
sabar memberikan saran dan masukan serta bimbingan selama Penulis
menempuh pendidikan di kampus Arsitektur UNS.
• Ir. MDE Purnomo, MT dan Purwanto S.N, ST, MT selaku pembimbing
tugas akhir yang telah bekerjasama dengan baik, kesediaan dalam
membimbing, masukan, serta penyelesaian dari masalah-masalah yang
Penulis temui dalam penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Rumah
Singgah anak Jalanan di Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku
Studi Kasus Kecamatan Banjarsari” ini.
• Para pengurus DILTS Foundation, Kampung Jembatan, PPAP Seroja dan
LSM-LSM lainnya atas bantuan informasi serta data-data yang penulis
perlukan dalam penyusunan konsep Tugas Akhir.
• Staf Bappeda Sub Bidang BKRPP (Badan Kesejahteraan Rakyat dan
Pemberdayaan Perempuan) Surakarta atas kerjasama dan bantuan data
sehingga konsep Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
• Bapak Dwi Setyo, SH, selaku lurah dari kelurahan Sumber untuk bantuan
data serta informasi untuk penyusunan konsep Tugas Akhir.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

• Semua pihak yang telah membantu Penulis dalam serangkaian proses ini
yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Rumah
Singgah anak Jalanan di Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi
Kasus Kecamatan Banjarsari” yang ditulis ini terdapat banyak kekurangan baik
dari segi penulisan, maupun isi dan materi Tugas Akhir. Hal tersebut tak lain
dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan yang
Penulis miliki. Untuk itu adanya kritik, saran, maupun masukanan yang dapat
memperbaiki kemampuan serta menambah pengetahuan penulis sangat
diharapkan. Akhir kata, semoga laporan yang Penulis buat ini juga mampu
memberikan manfaat bagi berbagai pihak, khususnya mahasiswa arsitektur UNS.

Surakarta, 12 Oktober 2010

Selviana Rachman

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
LEMBARPENGESAHAN........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN....................................................................................................... v
DAFTAR ISI............................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xvi
DAFTAR SKEMA................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. JUDUL ............................................................................................................. I - 1
B. DEFENISI DAN PEMAHAMAN JUDUL
1. Rumah Singgah ........................................................................................ I - 1
2. Anak Jalanan ............................................................................................. I - 1
3. Rumah Singgah Anak Jalanan di Surakarta.......................................... I - 1
C. LATAR BELAKANG
1. Pengertian dan Tumbuh Kembang Anak .............................................. I - 2
2. Anak Jalanan dan Problematikanya........................................................ I - 3
3. Solusi Rumah Singgah Dalam Pandangan Arsitek............................. I - 3
4. Gambaran Surakarta sebagai Setting Rumah Singgah......................... I - 5
5. Kondisi Kampung Tempurejo, Kelurahan Sumber,
Kecamatan Banjarsari............................................................................... I - 6
6. Keadaaan rumah singgah yang telah ada............................................... I - 7
D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
1. Persoalan.................................................................................................. I - 13 
2. Pemasalahan............................................................................................. I - 13 
E. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan ...................................................................................................... I - 14 
2. Sasaran ..................................................................................................... I - 14 
F. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN

commit to user vii

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

1. Lingkup Pembahasan.............................................................................. I - 14 


2. Batasan Pembahasan ............................................................................. I - 15 
G. METODE PEMBAHASAN
1. Metode Pencarian Data dan Informasi ................................................ I - 16 
2. Metode Penelusuran Masalah ............................................................... I - 18 
3. Metode Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan ........... I - 18
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ................................................................ I - 19
I. POLA PIKIR ATAU ALUR PIKIR .............................................................. I - 22
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN PRESEDEN
A. TINJAUAN ANAK JALANAN
1. Pengertian ................................................................................................ II - 1 
2. Hak-hak Anak Jalanan ........................................................................... II - 2 
3. Kriteria Anak jalanan ............................................................................. II - 4 
4. Latar Belakang penyebab anak jalanan ............................................... II - 5 
5. Klasifikasi anak jalanan ......................................................................... II - 6 
6. Pengkategorian anak jalanan berdasarkan hubungan  
dengan keluarga....................................................................................... II - 8 
7. Jenis pekerjaan anak jalanan.................................................................. II - 9 
8. Resiko yang dihadapi anak jalanan....................................................... II - 9
9. Permasalahan yang terjadi disekitar anak Jalanan............................ II - 10
B. KAJIAN RUMAH SINGGAH
1. Landasan hukum pendirian rumah singgah .................................... II - 10 
2. Pengertian rumah singgah ................................................................. II - 11 
3. Fungsi rumah singgah ....................................................................... II - 11 
4. Tujuan Rumah Singgah ..................................................................... II - 12 
5. Prinsip-prinsip rumah singgah ......................................................... II - 13 
6. Standar Penerima Pelayanan ............................................................ II - 15 
7. Standar Pelaksana Rumah singgah .................................................. II - 15 
8. Prosedur Pendirian Rumah Singgah ................................................ II - 15 
9. Sistem Administrasi pada Rumah Singgah.................................... II - 16 
10. Sarana dan Perlengkapan Rumah Singgah...................................... II - 16 
11. Pembiayaan pada Rumah Singgah.................................................... II - 17 

commit to user viii

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

12. Tahap-Tahap Pelayanan Masyarakat................................................ II - 17 


13. Kegiatan-kegiatan Rumah Singgah.................................................. II - 19 
14. Keuntungan adanya rumah singgah.................................................. II - 21 
15. Permasalahan yang timbul pada rumah singgah............................. II - 21 
16. Langkah keberhasilan tumah singgah.............................................. II - 22 
C. TEORI PERILAKU DALAM ARSITEKTUR
1. Perilaku dan arsitektur.............................................................................. II - 24 
2. Perilaku Perkembangan Anak.................................................................. II - 31 
3. Perilaku dan Karakter Anak jalanan serta kaitannya dengan  
segi arsitektur.......................................................................................... II - 35 
D. PRESEDEN RUMAH SINGGAH YANG TELAH ADA
1. Rumah singgah Kampung Jembatan dan DILTS..................................... II - 39 
2. Rumah Singgah The Bamboe’s................................................................ II - 40 

BAB III TINJAUAN ANAK JALANAN DI SURAKARTA


A. LOKASI OPERASI ANAK JALANAN....................................................... III - 1 
B. KARAKTERISTIK ANAK JALANAN SURAKARTA.............................. III - 3 
C. KONDISI ANAK JALANAN DI SURAKARTA....................................... III - 5
1. Interaksi sosial anak jalanan dengan masyarakat sekitar.................. III - 5 
2. Interaksi sosial sesama anak jalanan.................................................... III - 5 
D. PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA
ANAK JALANAN DI URAKARTA............................................................ III - 6
E. UPAYA PENANGGLANGAN PERMASALAHAN
ANAK JALANAN DI SURAKARTA......................................................... III - 7
F. KONDISI RUMAH SINGGAH DI SURAKARTA...................................... III - 8
G. KONDISI KAMPUNG TEMPREJO DI KELURAHAN SUMBER
KECAMATAN BANJARSARI..................................................................... III - 8

BAB IV RUMAH SINGGAH BAGI ANAK JALANAN DI SURAKARTA YANG


DIRENCANAKAN
A. PENGERTIAN............................................................................................. IV - 1
B. TUJUAN....................................................................................................... IV - 1

commit to user ix

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

C. SASARAN PELAYANAN ......................................................................... IV - 3


D. FUNGSI DAN PERAN............................................................................... IV - 4
E. SIFAT KELEMBAGAAN........................................................................... IV - 5
F. STRUKTUR ORGANISASI........................................................................ IV - 5
G. ARAH PERENCANAAN............................................................................ IV - 6
H. PROGRAM PELAYANAN......................................................................... IV - 7
I. KARAKTERISTIK....................................................................................... IV - 8

BAB V ANALISA PENDEKATAN KONSEP RUMAH SINGGAH BAGI ANAK


JALANAN DI SURAKARTA
A. PENDEKATAN PERILAKU........................................................................ V - 1
B. ANALISAPENDEKATAN KONSEP............................................................ V - 3
1. Analisa Perencanaan.............................................................................. V - 3
a. Analisa Pemilihan Lokasi............................................................... V - 3
b. Analisa Pemilihan Site.................................................................... V - 5
c. Analisa Pengolahan Site................................................................. V - 7
1) Exsisting site............................................................................. V - 8
2) Pencapaian................................................................................ V - 9
3) Zonifikasi Site........................................................................ V - 11
4) Pola Sirkulasi.......................................................................... V - 17
5) Orientasi Bangunan............................................................... V - 23
6) Penataan Lansekap................................................................. V - 24
a) Vegetasi............................................................................. V - 24
b) Pagar Depan..................................................................... V - 25
c) Kolam buatan................................................................... V - 26
2. Analisa Perancangan............................................................................ V - 27
a. Analisa Peruangan......................................................................... V - 27
1) Pelaku dan Aktifitas............................................................... V - 27
2) Pola Aktifitas.......................................................................... V - 29
3) Karakter Aktifitas................................................................... V - 33
4) Kebutuhan Ruang................................................................... V - 35
5) Pengelompokkan Ruang....................................................... V - 40

commit to user x

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

6) Karakter Ruang...................................................................... V - 41
7) Besaran Ruang........................................................................ V - 43
8) Pola Hubungan Ruang dan Organisasi Rua....................... V - 50
b. Analisa Tampak Bangunan.......................................................... V - 54
1) Jumlah dan Tata Letak Massa.............................................. V - 54
2) Bentuk Massa......................................................................... V - 56
c. Analisa Sistem Struktur................................................................ V - 59
d. Analisa Sistem Utilitas.................................................................. V - 60
1) Sistem komunikasi................................................................. V - 60
2) Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran............................. V - 61
3) Sistem Penyediaan Air Bersih.............................................. V - 63
4) Sistem Sanitasi....................................................................... V - 63
5) Siste,m Drainase..................................................................... V - 64
6) Sistem Kelistrikan.................................................................. V - 65
e. Analisa Ruang Dalam Bangunan................................................. V - 66
1) Sirkulasi dalam Ruang.......................................................... V - 66
2) Faktor Keintiman dalam Bangunan.................................... V - 68
3) Faktor Sosial dalam Bangunan............................................ V - 72
4) Kenyamanan........................................................................... V - 73
a) Kenyamanan Fisik.......................................................... V - 73
b) Kenyamanan Psikologis................................................ V - 76

BAB V I KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SINGGAH


BAGI ANAK JALANAN DI SURAKARTA
A. KONSEP PERENCANAAN..................................................................... VI - 1
B. KONSEP PERANCANGAN..................................................................... VI - 1
1. Konsep Programatik Peruangan...................................................... VI - 1
2. Kosep Programatik Kebutuhan Ruang........................................... VI - 2
3. Konsep Programatik Hubungan dan Organisasi Ruang.............. VI - 5
4. Konsep Programatik Besaran Ruang.............................................. VI - 8
5. Konsep Programatik Persyaratan Ruang..................................... VI - 14
6. Konsep Programatik Pemilihan Lokasi Dan Site

commit to user xi

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

a. Pemilihan lokasi........................................................................ VI - 15
b. Pemilihan site............................................................................ VI - 16
7. Konsep Programatik Pengolahan Site
a. Iklim........................................................................................... VI - 17
b. Pencapaian................................................................................ VI - 17
c. Bising......................................................................................... VI - 18
d. View dan orientasi bangunan................................................. VI - 19
e. Sirkulasi..................................................................................... VI - 19
8. Konsep Programatik Zonifikasi Site............................................ VI - 20
9. Konsep Programatik Arsitektur
a. Massa dan tampilan bangunantata ruang dal........................ VI - 22
b. Tata ruang Dalam..................................................................... VI - 24
10. Konsep Programatik Sistem Struktur Bangunan
a. Sistem sub struktur................................................................... VI - 24
b. Sistem super struktur............................................................... VI - 24
c. Sistem upper struktur .............................................................. VI - 24
11. Konsep Programatik Utilitas Bangunan
a.Sistem Komunikasi .................................................................. VI - 25
b. Sistem fire protection.............................................................. VI - 25
c. Sistem air bersih....................................................................... VI - 25
d. Sistem pembuangan air kotor................................................. VI - 25
e. Sistem pembuangan sampah................................................... VI - 26
f. Sistem instalasi listrik ............................................................. VI - 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... xix
DAFTAR UNDUH ............................................................................................................... xx
LAMPIRAN .......................................................................................................................... xxi

commit to user xii

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. 1 Rumah singgah di The Bamboe’s ........................................................... I - 9


Gambar I. 2 Kegiatan Bermusik di The Bamboe’s ..................................................... I - 11
Gambar I. 3 Ruang tamu & kumpul The Bamboe’s .................................................. I - 11
Gambar I. 4 Kamar Tidur di The Bamboe’s ............................................................... I - 12
Gambar I. 5 Fasilitas dalam Rumah singgah The Bamboe’s ...................................... I - 12
Gambar II. 1 Rumah singgah di The Bamboe’s ........................................................ II - 40
Gambar II. 2 Kegiatan Bermusik di The Bamboe’s .................................................. II - 42
Gambar II. 3 Ruang tamu & kumpul The Bamboe’s ................................................ II - 42
Gambar II. 4 Kamar Tidur di The Bamboe’s ............................................................ II - 43
Gambar II. 5 Fasilitas dalam Rumah singgah The Bamboe’s ................................... II - 43
Gambar III. 1 Peta pembagian Kecamatan di kota Surakarta ................................... III - 1
Gambar V. 1 Peta Surakarta ....................................................................................... V - 3
Gambar V.2 Foto lokasi ........................................................................................... V - 8
Gambar V. 3 Site yang dipilih .................................................................................. V - 9
Gambar V.4 Ukuran Site .......................................................................................... V - 9
Gambar V. 5 peletakkan SE dan ME ....................................................................... V - 11
Gambar V.6 Penzoningan yang direncanakan .......................................................... V - 14
Gambar V.7 Penzoningan yang direncanakan .......................................................... V - 16
Gambar V.8 Penanda batas sirkulasi ........................................................................ V - 19
Gambar V.5 Sistem parkir paralel ........................................................................... V - 21
Gambar V.6 Sistem parkir menyudut 45º ............................................................... V - 21
Gambar V.7 Sistem parkir menyudut 90º .............................................................. V - 22
Gambar V. 8 Peletakan ME dan SE ........................................................................ V - 22
Gambar V. 9 Alur sirkulasi ...................................................................................... V - 22
Gambar V.10 View site ............................................................................................ V - 23
Gambar V.11 Respon view ...................................................................................... V - 24
Gambar V.12 Pola aktifitas pengelola .................................................................... V - 29
Gambar V.13 Pola aktifitas anak jalanan disekitar rumah singgah......................... V - 29
Gambar V.14 Pola aktifitas anak jalanan yang menetap ......................................... V - 30

commit to user xiii

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Gambar V.15 Pola aktifitas pengunjung ................................................................. V - 30


Gambar V.16 Tata massa banyak ............................................................................ V - 55
Gambar V.17 Tata massa tunggal ........................................................................... V - 55
Gambar V.18 Tata massa Tunggal Berkantung ...................................................... V - 56
Gambar V.19 Analisa bentuk fasilitas perlindungan,
pengasuhan dan pengenbangan yang direncanakan.......................... V - 58
Gambar V.20 Analisa bentuk fasilitas pendidikan
dan pelatihan yang direncanakan ...................................................... V - 59
Gambar V.21 Analisa bentuk fasilitas kebersamaan yang direncanakan ............... V - 59
Gambar V.22 Bentuk dan Kualitas Ruang .............................................................. V - 66
Gambar V.23 Single Corridor ................................................................................. V - 67
Gambar V.24 Double Corridor ............................................................................... V - 67
Gambar V.25 Radial ................................................................................................ V - 68
Gambar V.26 Suasana ruang yang tercipta berdasarkan ketinggian ......................... V - 69
Gambar V.27 Jenis Tatanan Pembentuk Perilaku Sosial .......................................... V - 73
Gambar V. 28 selasar ................................................................................................ V - 74
Gambar V. 29 ventilasi vertikal ................................................................................ V - 74
Gambar V. 30 gambar penggunaan ventilasi menyilang .......................................... V - 75
Gambar V. 31 Sun shading ....................................................................................... V - 75
Gambar V.32 Pemecahan masalah sirkulasi barat pada kompleks bangunan........... V - 76
Gambar V.33 Jenis penciptaan cahaya alami dan pembayangan............................... V - 76
Gambar VI. 1 Lokasi Site yang dipilih .................................................................... VI - 16
Gambar VI. 2 Iklim dalam site ................................................................................ VI - 17
Gambar VI. 3 peletakkan SE dan ME ..................................................................... VI - 18
Gambar VI. 4 Penzoningan kaibat kebisingan ........................................................ VI - 18
Gambar VI. 5 View dan orientasi bangunan ........................................................... VI - 19
Gambar VI. 6 Sirkulasi dalam site .......................................................................... VI - 19
Gambar VI. 7 Penzoningan yang direncanakan ...................................................... VI - 20
Gambar VI. 8 Analisa bentuk fasilitas perlindungan,
pengasuhan dan pengenbangan yang direncanakan ........................ VI - 22
Gambar VI. 9 Analisa bentuk fasilitas pendidikan dan
pelatihan yang direncanakan ........................................................... VI - 23
commit to user xiv

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Gambar VI.10 Analisa bentuk fasilitas kebersamaan yang direncanakan ............. VI - 23


Gambar VI.11 Analisa bentuk fasilitas kebersamaan yang direncanakan ............. VI - 23

commit to user xv

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 penggolongan Anak Jalanan ........................................................................ II - 38


Tabel III. 1 Titik-titik lokasi anak jalanan beroperasi ................................................. III - 2
Tabel IV.1 Peran dan fungsi dalam rumah singgah .................................................... IV - 4
Tabel IV.2 Karakteristik rumah singgah ..................................................................... IV - 8
Tabel IV.3 Karakter ruang rumah singgah ................................................................... IV - 9
Tabel IV.4 Karakter aktifitas-ruang rumah singgah .................................................... IV -10
Tabel VI. 1 Kriteria penentuan lokasi ........................................................................... V - 7
Tabel VI.2 Fungsi dan aktifitas rumah singgah ............................................................ V - 13
Tabel VI. 3 Penzoningan yang direncanakan ................................................................. V - 15
Tabel V. 4 Pembagian zoning berdasarkan fungsi ........................................................ V - 16
Tabel V. 5 Alternatif Sirkulasi pejalan kaki .................................................................. V - 17
Tabel V.6 Alternatif Sirkulasi Kendaraan ...................................................................... V - 20
Tabel V.7 Tabel Pelaku dan Aktifitas dalam Rumah Singgah ...................................... V - 28
Tabel V.8 Pola aktifitas dalam Rumah Singgah ........................................................... V - 31
Tabel V.9 Karakter aktifitas dalam Rumah Singgah .................................................... V - 34
Tabel V.10 Jenis Perilaku ............................................................................................. V - 35
Tabel V.11 Kebutuhan Ruang ...................................................................................... V - 37
Tabel V.12 Pengelompokkan Ruang ........................................................................... V - 40
Tabel V.13 Pengelompokkan Ruang yang direncanakan ............................................ V - 41
Tabel V.14 Karakter Ruang ......................................................................................... V - 42
Tabel V.15 Karakter Ruang yang direncanakan .......................................................... V - 42
Tabel V.16 Besaran Ruang fungsi perlindungan yang direncanakan........................... V - 44
Tabel V.17 Besaran Ruang fungsi pendidikan yang direncanakan.............................. V - 45
Tabel V.18 Besaran Ruang fungsi pelatihan yang direncanakan ................................. V - 47
Tabel V.19 Besaran Ruang fungsi pengelola yang direncanakan ................................ V - 48
Tabel V.20 Besaran Ruang fungsi pengasuhan yang direncanakan ............................. V - 49
Tabel V.21 Besaran Ruang fungsi penunjang yang direncanakan ............................... V - 50
Tabel V.22 Hubungan ruang dan fungsi ...................................................................... V - 51
Tabel V.23 Pola Hubungan ruang Publik ..................................................................... V - 51

commit to user xvi

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Tabel V.24 Pola Hubungan ruang semi Publik ............................................................ V - 52


Tabel V.25 Pola Hubungan ruang Privat ...................................................................... V - 53
Tabel V.26 Pola Hubungan ruang servis ...................................................................... V - 53
Tabel V.27 Analisa bentuk dasar ................................................................................. V - 57
Tabel V.28 Analisa bentuk bangunan .......................................................................... V - 58
Tabel V.29 besaran ruang dan kesannya terhadap anak-anak ...................................... V - 69
Tabel VI. 1 Tabel Pelaku dan Aktifitas dalam Rumah Singgah ................................... VI - 1
Tabel VI. 2 Kebutuhan Ruang ...................................................................................... VI - 2
Tabel VI.3 Pola Hubungan ruang Publik ..................................................................... VI - 5
Tabel VI.4 Pola Hubungan ruang semi Publik ............................................................ VI - 6
Tabel VI.5 Pola Hubungan ruang Privat ..................................................................... VI - 7
Tabel VI.6 Pola Hubungan ruang servis ..................................................................... VI - 7
Tabel VI.7 Besaran Ruang fungsi perlindungan yang direncanakan ......................... VI - 8
Tabel VI.8 Besaran Ruang fungsi pendidikan yang direncanakan ............................ VI - 9
Tabel VI.9 Besaran Ruang fungsi pelatihan & pengembangan yang direncanakan ............ VI - 11
Tabel VI.10 Besaran Ruang fungsi pengelola yang direncanakan ............................. VI - 12 
Tabel VI.11 Besaran Ruang fungsi pengasuhan yang direncanakan ......................... VI - 13
Tabel VI.12 Besaran Ruang fungsi penunjang yang direncanakan ........................... VI - 14
Tabel VI. 13 Penzoningan yang direncanakan ............................................................. VI - 20
Tabel VI.14 Pembagian zoning berdasarkan fungsi .................................................... VI - 22 

commit to user xvi

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

DAFTAR SKEMA

Skema I. 1 Sejarah Rumah Singgah The Bamboe’s ................................................. I - 9


Skema I. 2 Alur pikir penulis .................................................................................... I - 22
Skema I. 3 Alur pikir Perancangan .......................................................................... I - 23
Skema II. 1 Sejarah Rumah Singgah The Bamboe’s ............................................... II - 40
Skema IV.1 sifat kelembagaan rumah singgah ....................................................... IV - 5
Skema IV.2 Struktur organisasi rumah singgah ...................................................... IV - 5
Skema IV.3 Arah Perencanaan rumah singgah ........................................................ IV - 6
Skema V.1 Alur Perancangan dan perencanaan ......................................................... V - 1
Skema V.2 Gambar Makna Arsitektural..................................................................... V - 2
Skema V.3 Organisasi Ruang Publik ...................................................................... V - 52
Skema V.4 Organisasi Ruang semi Publik .............................................................. V - 52
Skema V.5 Organisasi Ruang Privat ....................................................................... V - 53
Skema V.6 Organisasi Ruang Servis ........................................................................ V - 53
Skema V.7 Sistem Komunikasi yg direncanakan .................................................... V - 61
Skema V.8 Sistem Air Bersih .................................................................................. V - 63
Skema V.9 Sistem Air Bersih yg direncanakan ....................................................... V - 64
Skema V.10 Sistem drainase ................................................................................... V - 64
Skema V.11 Sistem Drainase yg direncanakan........................................................ V - 65
Skema V.12 Sistem Kelistrikan yg direncanakan..................................................... V - 65
Skema VI.1 Organisasi Ruang Publik .................................................................... VI - 6
Skema VI.2 Organisasi Ruang semi Publik ............................................................ VI - 6
Skema VI.3 Organisasi Ruang Privat ..................................................................... VI - 7
Skema VI.4 Organisasi Ruang Servis ..................................................................... VI - 7
Skema VI.5 Sistem Komunikasi yg direncanakan ................................................... VI - 25
Skema VI.6 Sistem Air Bersih yg direncanakan ..................................................... VI - 25
Skema VI.7 Sistem Kelistrikan yg direncanakan .................................................... VI - 26

commit to user xviii

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

BAB I
PENDAHULUAN

A. JUDUL
Rumah Singgah Anak Jalanan di Surakarta
Sebagai Wadah Kegiatan Anak Jalanan melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku

B. DEFINISI DAN PEMAHAMAN JUDUL

Rumah Singgah :
• Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat
realisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat.
(Departemen Sosial R,I,2002)
Anak Jalanan :
• Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk
mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum
lainnya.(Kamus Besar Bahasa Indonesia .1990)
• Anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari
keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam
kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya.(UNICEF, International
confrence of children, New York. 1995)
Dari definisi di atas dapat ditarik sutu pemahaman tentang Rumah Singgah Anak
Jalanan di Surakarta sbb:
• Merupakan wadah bagi anak-anak jalanan yang bertujuan sebagai tempat
perlindungan, pendidikkan, pembinaan dan pelatihan anak jalanan agar
mereka lebih kreatif dan inovatif sehingga kemudian dapat kembali
kedalam kehidupan sosial dan dihargai oleh masyarakat luas dengan
memperhatikan faktor perilaku individu dan sosial mereka sebagai
pertimbangan utama desain.

commit to user I-1

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

C. LATAR BELAKANG
1. Pengertian dan Tumbuh Kembang Anak
Anak adalah anugerah tersendiri bagi setiap orang tua. Sebagai seorang
anak ada tahap-tahap tumbuh dan berkembang yang seharusnya mereka terima.
Menurut seorang psikolog yang bernama Elizabeth Hurlock “ Pertumbuhan
adalah terjadinya pertambahan dalam ukuran, sedangkan berkembang adalah
suatu seri perubahan yang progresif dalam pola yang bertautan dan berurutan.
Perkembangan fisik secara langsung maupun tidak langsung akan menentukan
keterampilan anak dalam bergerak.”
Anak-anak menurut Hurlock memiliki beberapa fase pertumbuhan dan
perkembangan, antara lain :
a. Usia 0-2 Tahun ( Periode Vital ), Masa bayi disebut juga masa vital karena
kondisi fisik dan mental bayi merupakan pondasi bagi perkembangan dan
pertumbuhan.
b. Usia 1 -5 Tahun ( Periode estatis ), Pada periode ini hubungan sosial pada
masa anak-anak terlihat pada usaha anak yang mulai belajar mengadakan
hubungan diri secara emosional dengan orang lain.
c. Usia 6-12 tahun ( periode intelektual ), pada fase ini anak-anak
mengalami perkembangan yang sangat pesat sesuai dengan apa yang
didapatkannya.
d. Usia 13 – 19 Tahun ( Periode pueral / masa remaja ), fase ini merupakan
fase penghubung antara masa peralihan, masa anak-anak dengan masa
remaja.
Fase-fase pada tumbuh kembang anak dapat menciptakan karakteristik
anak yang sesungguhnya. Karakteristik inilah yang akan membuat seorang
anak akan menjadi apa nantinya. Walaupun masih anak-anak dan masih
tergantung pada orang tua anak-anak memiliki hak-hak dan kewajiban sendiri-
sendiri sebagai manusia. Namun dikarenakan keadaan yang tidak memadai,
maka ada anak-anak yang tidak mendapatkan hak-haknya tetapi harus
melakukan kewajiban yang bukan milikinya.

commit to user I-2

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

2. Anak Jalanan dan Problematikanya


Salah satu anak-anak yang kurang beruntung itu adalah anak-anak
jalanan yang terpaksa bekerja di jalanan atau melarikan diri ke jalanan atas
kemiskinan yang dialami keluarganya (Departemen Sosial RI tahun 2002).
Mereka terpaksa bekerja atau bahkan dipaksa bekerja demi membantu
kehidupan keluarganya. Bahkan, tak jarang dari mereka yang menjadi tulang
punggung keluarga. Usia anak yang tergolong masih kecil terkadang justru
dimanfaatkan untuk mencari penghidupan atau mencari uang di jalan, padahal
seperti yang kita ketahui bahwa mereka (anak-anak Jalanan) seharusnya berada
disekolah tetapi ternyata mereka berada di jalanan untuk mencari uang guna
membayar biaya sekolah mereka namun terpaksa putus sekolah dan terpaksa
tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka terima.
Adanya peraturan perundangan yang menyebutkan secara jelas mengenai
hak-hak individu dah hak-hak anak, sepearti pasal 34 UUD 1945 (Pemeliharaan
fakir miskin dan anak terlantar diatur oleh Negara), Pasal 31 UUD 1945 (tiap
warga Negara berhak medapat pengajaran), Konvensi Hak anak (pelarangan
eksploitasi anak), Konvensi ILO No.138 tahun 1973 ps.2 ayat 1 mengenai usia
minimum anak diperbolehkan bekerja adalah 16 tahun, UU No.4 tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak serta peraturan perundang-undangan lainnya
semakin meyakinkan untuk menciptakan sebuah wadah yang sesuai bagi anak,
dalam hal ini anak-anak jalanan dimana mereka kurang atau bahkan tidak
terpenuhi haknya karena harus bekerja di jalanan. Penciptaan wadah yang
mampu memberikan perlindungan, menyediakan sarana pendidikan, pembinaan,
pengembangan diri serta menawarkan diri serta menawarkan fasilitas yang
membuat hak-hak mereka sebagai anak terpenuhi akan sangat membantu anak-
anak jalanan menuju arah kehidupan yang lebih baik lagi dan tertata, baik secara
psikis maupun fisik.

3. Solusi Rumah Singgah Dalam Pandangan Arsitektur


Arsitektur saat ini semakin berkembang dan sangat perlu diketahui dan
disadari bahwa dunia arsitektur tidak bisa dilepaskan dari lingkungan dan
masyarakat yang mengelilingi. Dalam mewujudkan suatu lingkungan binaan,

commit to user I-3

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

arsitektur selalu menghubungkan antara manusia, masyarakat dan alam


sekitarnya serta memenuhi kebutuhan manusia dari berbagai aspek antara lain
aspek sosial, ekonomi, psikologis dan kebudayaan manusia itu sendiri.
Dilihat dari keberadaannya, arsitektur mempunyai dua fungsi yaitu
secara fisik dan perilaku. Secara fisik, fungsi arsitektur adalah mewadahi semua
kebutuhan manusia yang terbentuk berdasarkan kebutuhannya akan ruang.
Sedangkan secara perilaku, arsitektur berperan dalam terbentuknya program
ruang yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan perilaku anak jalanan.
Dalam kaitannya dengan kajian ini, arsitektur digunakan sebagai salah satu
usaha yang dapat mewadahi dan mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan anak
jalanan agar mereka dapat hidup yang anam, sehat, nyaman dan berkelanjutan
sesuai karakter anak jalanan supaya mereka lebih dihargai oleh masyarakat luas.
Salah satu wujud karya arsitektur yang dirasa sesuai sebagai usaha
penanganan anak jalanan ini adalah pengadaan rumah singgah bagi anak jalanan.
Munculnya rumah singgah anak jalanan merupakan “aksi kepedulian” dari
segelintir orang yang selama ini melihat dan merasakan ketidakadilan
dikalangan anak jalanan.
Tapi sejauh ini keinginan keras untuk mengentaskan mereka dari jalanan
dan mendapatkan hak-hak mereka justru belum direspon secara baik. Penolakan,
pertentangan, tidak ada dukungan malah komentar yang memerahkan telinga
dari para pakar justru diterima oleh beberapa rumah singgah yang sudah ada saat
ini.
Menurut temuan di lapangan, banyak rumah singgah yang tidak
dimanfaatkan secara optimal oleh anak jalanan karena anak jalanan tidak tertarik
dan tidak merasa membutuhkannya. Ini dikarenakan pengelola rumah singgah
kurang kreaktif dan inovatif dalam menciptakan kegiatan sehingga anak-anak
kurang tertarik bergabung dalam rumah singgah. Anak-anak jalanan cenderung
menjadikan rumah singgah hanya sebagai tempat tinggal sementara, tanpa ada
rasa memiliki dan tanggung jawab untuk mengikuti program-program yang
ditawarkan sehingga mereka tidak termotivasi untuk memperbaiki dirinya
sendiri.

commit to user I-4

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Kegagalan yang terjadi pada beberapa rumah singgah yang sudah ada
ditangkap dan ditampung oleh beberapa kalangan yang kemudian kereka
membuat metode dan wadah baru untuk menangani anak jalanan tersebut.
Beberapa wadah baru yang dimunculkan yakni sanggar seni, sanggar belajar,
dan pesantren kilat anak jalanan dirasa mampu dan dianggap lebih efektif karena
bisa menampung masalah-masalah yang ada. Metode pendekatan personal dan
kegiatan yang lebih menarik dirasa dapat hidup lebih baik. Apalagi jika semua
fasilitas tersebut digabungkan pada satu wadah yang dikelola secara baik, maka
wadah yang terbentuk akan lebih efektif dan optimal fungsinya.

4. Gambaran Surakarta sebagai Setting Rumah Singgah


Ditengah dilema bagaimana konsep penanganan yang anak jalanan yang
dirasa sesuai dan tepat, beberapa rumah singgah yang ada saat ini justru tidak
berfungsi lagi. Padahal jumlah anak jalanan di Surakarta semakin meningkat.
Pendataan terakhir yang berhasil dilakukan menyatakan bahwa terdapat
sedikitnya ada 543 anak jalanan yang beroperasi di 5 kecamatan di Surakarta.
Semakin banyak jumlah anak jalanan di Surakata memicu semakin
bertambahnya resiko kekerasaan yang dialami mereka di jalan. Kasus kekerasan
pada anak yang terjadi di Surakarta telah mencapai titik yang memprihatinkan
(dra. Ismi Dwi Astuti,Msi ).
Kasus kekerasaan tersebut berkaitan dengan masalah pelacuran anak,
pelanggaran hukum dan perlakuan yang semena-mena terhadap anak khususnya
anak jalanan. Kasus ini bukan merupakan kasus kekerasan yang sebatas
kriminalitas biasa atau medis. Namun lebih dari itu kasus yang terjadi
menyangkut banyak aspek antara lain aspek sosial, politik, ekonomi, dan
budaya.
Penanganan terhadap kasus kekerasan pada anak jalanan ini sebenarnya
telah mendapat sorotan dari pihak Pemkot. Dalam hal ini Pemkot telah
menyediakan anggaran untuk berusaha mengatasi permasalahan tersebut dimana
anggaran ini digunakan dalam mengatasi masalah yang terjadi. Hal ini
disebabkan kareana cara tersebut dirasa tidak efektif dalam menyentuh
permasalahan utamanya. Dalam prakteknya dana tersebut hanya digunakan

commit to user I-5

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

dalan operasi penertiban dan tidak ada usaha penanganan pasca penertiban
tersebut.
Menindaklanjuti dari sikap yang diambil oleh pemkot mengenai usaha
mengatasi masalah kekerasan pada anak jalanan ini diperlukan usaha lebih nyata
daripada sekedar razia dan penertiban. Dimana diperlukan suatu tindakan
penanganan anak jalanan setelah dilakukan razia. Langkah yang dirasa sesuai
untuk mendukung usaha tersebut adalah dengan menghadirkan rumah singgah
bagi anak jalanan yang difungsikan tidak hanya setelah dilakukan razia tetapi
juga bisa dilakukan proses pendataan sebelum masuk ke rumah singgah.
Tujuan dari disediakannya fasilitas rumah singgah ini adalah diharapkan
anak-anak jalanan yang tertampung di dalamnya mendapatkan tempat
perlindungan, pendidikan dan pelatihan yang mampu memberikan keamanan
dan kenyamanan bagi mereka yang tidak mereka dapatkan sebelumnya
dijalanan.
Selain itu fasilitas ini juga bertujuan untuk menyelamatkan masa depan
anak-anak jalanan tersebut sehingga hidup merka tidak habiskan di jalanan
dimana tidak ada jaminan untuk kearah hidup yang lebih baik. Dengan adanya
rumah singgah ini nantinya diharapkan mereka mampu meningkatnya
keterampilan dan menambah kemampuan serta kemahiran mereka agar dapat
berguna nantinya jika mereka kembali hidup di dunia luar, karena nantinya pada
fasilitas ini akan dilengkapi dengan berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk
mengakomodasi kebutuhan dan pelatihan bagi anak jalanan.
Tujuan lain dari disediakannya fasilitas rumah singgah ini adalah sebagai
sarana penertiban anak jalanan yang semakin banyak jumlahnya saat ini,
sehingga dapat dihindari adanya eksploitasi anak-anak jalanan dimana banyak
diantara mereka yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan
pribadinya.

5. Kondisi Kampung Tempurejo, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari


Kota Surakarta.
Kampung tempurejo sendiri termasuk salah satu kampung yang cukup luas
dalam cakupan kelurahan Sumber kecamatan Banjarsari Surakarta. Kampung

commit to user I-6

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Tempurejo memiliki luas lahan sekitar kurang lebih 41.950 m² dengan 6 (enam)
RT yang ada di dalamnya. Dari seluas lahan pada Kampung Tempurejo terdapat
±445 Kepala Keluarga dalam satu kampung. Dan tiap-tiap keluarga memiliki
rata-rata 4 orang anggota keluarga, walaupun juga banyak yang memiliki jumlah
anggota keluarga lebih dari itu. Dan rata-rata keluaga memiliki tempat tinggal
dengan luas yang berkisar antara 72m² - 124 m². Dan maksimal bangunan pada
kampung ini terdiri dari tiga lantai, tetapi sebagian besar bangunan di kampung
ini memiliki ketinggian dua lantai.
Masalah pendidikan di kampung Termpurejo cukup baik, indikatornya adalah
pada kampung ini terdapat sebuah Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah
4 yang membuktikan bahwa lokasi kampung ini merupakan lokasi yang
kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Sedangkan untuk mata pencaharian
sebagian besar penduduk Kampung Tempurejo merupakan pedagang dan
pegawai, keadaan ini menjelaskan bahwa kampung ini memiliki kondisi
ekonomi yang sangat baik walaupun tidak berlebih. Bisa dibilang kondisi
ekonomi pada lingkungan ini menengah kebawah. Yang sesuai untuk anak
jalanan agar mereka tidak merasa berbeda dengan masyarakat yang telah ada.
6. Keadaaan rumah singgah yang telah ada
Setelah melakukan survei langsung keadaan dari beberapa rumah
singgah yang ada di dua kota yakni di kota Jakarta dan Surakarta, terdapat
perbedaan persepsi yang mencolok mengenai rumah singgah. Jika di Jakarta
rumah singgah hanya diperuntukan bagi anak jalanan yang berguna sebagai
wadah pembinaan, pelatihan dan pendidikan anak jalanan, sedangkan di
Surakarta rumah singgah yakni rumah/tempat yang dibuat oleh pemerintah
sebagai tempal tinggal bagi seseorang yang berasal dari luar kota Surakarta dan
ingin menentap sementara. Adapun beberapa rumah singgah yang diperuntukkan
untuk anak jalanan khususnya, pada beberapa tahun belakangan ini kurang
beroperasi sebagaimana seharusnya. Selain itu rumah singgah di kota Surakarta
disewakan berbeda dengan yang ada di Jakarta yang diciptakan cuma-cuma
untuk anak jalanan.
Adapun rumah singgah anak jalanan yanng dapat digunakan untuk
preseden antara lain :
commit to user I-7

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

a) Rumah Singgah Kampung Jembatan dan DILTS


Rumah singgah yang dikunjungi di Jakarta yakni rumah singgah DILTS dan
Kampung Jembatan. Di kedua rumah singgah ini memiliki kegiatan yang
hampir sama pada setiap rumah singgah yang berfungsi utama untuk
membina. Namun terdapat kekurangan arsitektur yang terlihat dari
keterbatasannya ruangan sbagai wadah dari kegiatan yang dilakukan. Kedua
rumah singgah ini hanya berupa rumah tinggal biasa yang disewa oleh LSM
tersebut untuk kegiatan belajar, bermain, bersosialisasi dan berkarya. Karena
keterbatasan ruang ini maka kegiatan dilakukan dalam 1 ruang yang
menimbulkan ketidaknyamanan anak-anak jalanan untuk menerima pelajaran
yang diajarkan. Selain itu walaupun mereka berkarya mereka masih sulit
menemukan tempat untuk menjual karya mereka ke masyarakat umum,
kalaupun ada letaknya jauh dan sedikit merugikan anak jalanan karena sistem
bagi hasil dari penjualan tersebut.
Rumah singgah kampung jembatan dan DILTS memiliki konsep pembinaan
yang sama dikarenakan dua rumah singgah ini dikelola oleh satu lembaga
masyarakat yang sama yaitu DILTS foundation. Adapun konsep pengajaran
dan pengembangan pendidikan serta bakat anak jalanan di rumah singgah ini
yakni dengan memberikan pelajaran dan pendidikkan yang dijadwalkan
setiap minggunya. Sehingga sebagian anak-anak jalanan yang tidak tinggal
dirumah singgah ini sudah mengetahui waktu berkumpul untuk belajar.
Konsep pembelajaran ini sayangnya hanya dilakukan 1 kali dalam seminggu
dalam waktu 2 jam. Hal ini sangat disayangkan karena pendidikan anak-anak
jalanan menjadi kurang mendapatkan ilmu.
Sedangkan untuk pembinaan anak jalanan kebanyakan dari anggota DILTS
foundation melakukan penyuluhan ditempat-tempat anak jalanan beroperasi
seperti di perempatan jalanan, pinggir jalanan, pasar, terminal, dll untuk
mengajak mereka belajar bersama pada waktu yang sudah ditentukan.
Untuk bangunannya sangat disayangkan karena bangunan ini hanya berupa
rumah tinggal yang ruangannya digunakan multifungsi, yakni satu ruangan
dapat digunakan sebagai beberapa ruang. Seperti ruang tamu yang digunakan

commit to user I-8

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

juga sebagai ruang makan, belajar dan tidur. Untuk tidur tetap dipisahkan
antara anak jalanan laki-laki dan perempuan.
b) Rumah Singgah The Bamboe’S
Rumah singgah the bamboe’s ini terletak di jalan Stella III no.88, Medan,
Sumatera Utara. Lokasi rumah singgah ini sangat amat mudah dicapai dari
titik lokasi anak jalanan Medan. Karena bangunan ini tidak terlalu jauh dari
pasar umum Medan, Terminal antar kota dan pusat kota. Rumah singgah ini
awalnya merupakan kantor KKSP (Yayasan Kelompok Kerja Sosial
Perkotaan) yang dipimpin oleh Bapak Ahmad Taufan Damanik.

Gambar I. 1 rumah singgah The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010.

Skema I. 1 Sejarah Rumah Singgah The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010.

commit to user I-9

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Menurut Bapak Taufan latar belakang pendirian rumah singgah itu, karena
dari tahun ke tahun jumlah anak jalanan dan maupun permasalahan anak di
jalan terus meningkat. Dalam penanganan masalah anak jalanan, KKSP
mempunyai dua konsep pendekatan. Pendekatan pertama disebut eleminasi.
Anak di jalanan ditarik dari jalanan kemudian diberikan pendidikan, diberi
bantuan usaha, disupervisi usaha dan eksistensinya. Namun pendekatan ini
tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Anak-anak jalanan itu
kembali turun ke jalan.
Pendekatan kedua adalah pendekatan kultur. Anak jalanan tetap berada di
jalanan. Mereka diajarkan agar respek dengan pasar mereka. Kalau mau
berjualan, berjualan yang baik. Kalau memilih ngamen, ngamenlah dengan
baik dan dibekali keterampilan agar karyanya bisa dihargai. Mereka dibekali
wawasan dan bimbingan bagaimana berinteraksi dengan masyarakat. Ada
etika yang juga harus mereka taati agar bisa diterima sebagai bagian dari
kehidupan sosial masyarakat. Kebebasan yang mereka anut tidak
mengganggu kehidupan lainnya. Bila ini terjadi akan timbul friksi antara
mereka dengan masyarakat yang merugikan mereka sendiri, karena bisa
dikucilkan dari kehidupan sosial masyarakat.
Berangkat dari kondisi ini, KKSP kemudian membuat program rumah
singgah untuk anak jalanan di Medan pada awal tahun 1991. Fungsi utama
rumah singgah sebagai tempat berteduh anak-anak jalanan yang tidak
memiliki rumah. Selain itu menjadi tempat anak jalanan saling berinteraksi
dan menjalin komunikasi. Di tempat ini mereka dididik bersolidaritas,
mengasah kreativitas dan meningkatkan keterampilan. Polanya mengadopsi
program serupa yang dilaksanakan beberapa lembaga peduli anak di Filipina.
Sedangkan untuk konsep pembinaan anak jalananan yang sudah masuk dan
terdaftar dalam rumah singgah ini yaitu dengan memberikan pengajaran dan
pembekalan ilmu, selain itu anak jalanan juga diasah untuk memperdalam
bakat dan minat anak jalanan. Dalam rumah singgah ini pengasahan bakat
mengenai bermusik sangat amat terlihat hal ini terbukti dengan terbentuknya
sebuah kelompok musik bernama The Bamboe’s yang telah menghasilkan
musik di dunia musik nasional. Hal ini tidak lepas dari fasilitas-fasilitas yang
commit to user I - 10

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

sudah disediakan rumah singgah ini sehingga anak jalanan bisa berkarya
dengan baik. Fasilitas studio musik dan alat-alat band merupakan suatu media
untuk membina dan mengembangkan bakat anak jalanan salah satunya.

Gambat I. 2 Kegiatan Bermusik di The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010.

Suasana dalam rumah singgah ini sangatlah nyaman karena kedekatan para
penghuni baik anak didik (anak jalanan) maupun pengasuh. Anak didik di
rumah singgah ini yang terdata kurang lebih 100 orang dengan 50 pengasuh
dan volounteer. Suasana kekeluargaan terasa sangat kental sehingga kesan
nyaman tercipta. Adapun fasilitas yang disediakan juga sangat baik, terbukti
dengan disediakannya ruang kumpul bersama dan juga aula.

Gambat I. 3 Ruang tamu & kumpul The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010.

Sedangkan mengenai fasilitas yang ada dalam rumah singgah ini tidak
berbeda jauh dengan rumah singgah anak jalanan lainnya. Hanya saja rumah
singgah ini lebih memiliki stuktur peruangan yang sangat lengkap.
Semisalnya saja terdapat taman bermain yang merupakan salah satu fasilitas
yang dapat membantu kondisi psikologis anak. Untuk ruang tidur juga
dibedakan antara ruang tidur anak perempuan dan laki-laki.
commit to user I - 11

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Gambat I. 4 Kamar Tidur di The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010.

Untuk fasilitas servis dan yang lainnya rumah singgah ini juga memiliki
konsep yang sangat baik. Karena rumah singgah ini memiliki ruang mandi,
tempat cuci dan taman yang bagus. Hal ini sangat dibutuhkan bagi kegiatan
sehari-hari anak jalanan. Taman juga merupakan media terbaik bagi
kebutuhnan rekreasi anak jalanan sehingga anak jalanan tidak bosan.

Gambat I. 5 Fasilitas dalam Rumah singgah The


Bamboe’s
Sumber : www.google.com . 2010.

commit to user I - 12

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN


1. Pemasalahan
Bagaimana membuat rancangan wadah yang mampu dipersepsikan
sebagai tempat tinggal, perlindungan, pendidikan, pelatihan dan pembinaan
melalui berbagai pendidikan non formal yang terprogram dan tidak terprogram
serta pengembangan bakat bagi anak jalanan- melalui kajian konsep
wadah/setting fisik (ruang, bangunan dan lingkungan) yang homy (merumah) di
dalam lingkungan kehidupan masyarakat agar anak jalanan kembali memahami
sistem nilai bermasyarakat.
2. Persoalan Perancangan
a. Bagaimana memilih lokasi yang dapat menarik anak jalanan untuk kembali
merumah (homy), melalui kajian pola sebaran titik-titik strategis setting
komunal anak jalanan di Surakarta ?
b. Bagaimana memilih site dan pengolahan site yang representatif sebagai
setting fisik bagi anak jalanan yang dapat menciptakan interaksi internal dan
interaksi dengan masyarakat sekitarnya?
c. Bagaimana menciptakan fasilitas yang dapat memenuhi tuntutan
kenyamanan didalam dan diluar bangunan yang dapat merefleksikan
kebebasan yang terikat di dalam tatanan kehidupan bermasyarakat?
d. Bagaimana menciptakan program penataan sistem setting (ruang,bangunan
dan lingkungan) yang representatif terhadap kebutuhan fungsi melalui
kajian perilaku anak jalanan serta penataan sistem setting fisik yang dapat
menciptakan persepsi anak jalanan terhadap lingkungan yang sedang
dihadapi (atribusi)?
e. Bagaimana mewujudkan tampilan bentuk fisik bangunan (beserta penentuan
material bahan bangunan) yang dapat dipersepsikan oleh anak jalanan
sebagai suasana merumah (homy) dan selaras dengan arsitektur lingkungan
di sekitarnya?

commit to user I - 13

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

E. TUJUAN DAN SASARAN


1. Tujuan
Merumuskan konsep perencanaan dan sistem konsep perancangan sebagai
dasar guna membuat desain atau rancang bangun arsitektur suatu
wadah/tempat/setting fisik yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal,
pendidikan, dan pembinaan dengan berbagai pendidikan formal dan non formal
bagi anak jalanan, dimana antara kegiatan yang ada di dalamnya dapat saling
terkait namun tidak saling mengganggu bagi penghuni dan dapat berinteraksi
dengan masyarakat sekitarnya (sosialisasi).
2. Sasaran Konsep Perancangan
a. Konsep lokasi.
b. Konsep site dan pengolahan site yang sesuai dengan kebutuhan anak jalanan
dan sinergi keadaaan lingkungan masyarakat sekitar berdasarkan kebutuhan
internal dan interaksi sosial.
c. Konsep programatik sistem peruangan (besaran ruang, penghubung ruang
bangunan / lingkungan) yang sesuai dengan kebutuhan, fungsi serta perilaku
anak jalanan.
d. Konsep tampilan bangunan dengan pemilihan material bahan bangunan yang
mampu mempersepsikan dan menghasilkan kenyamanan pada bangunan yang
berfungsi sebagai wadah atau tempat tinggal, pendidikan, pelatihan dan
pembinaan bagi anak jalanan.
e. Konsep bentuk, jumlah dan pengolahan tata letak massa bangunan rumah
singgah yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat
setempat.

F. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN


1. Lingkup Pembahasan
a. Pembahasan diawali dengan pengungkapan dan masalah-masalah mengenai
anak jalanan dan fasilitas-fasilitas yang ada dan dibutuhkan bagi anak jalanan
di Indonesia pada umumnya dan Surakarta pada khususnya.

commit to user I - 14

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Perilaku dan karakteristik anak jalanan yang menjadi acuan dalam


perencanaan dan perancangan arsitektur yang disesuaikan dengan standart
dan aturan ilmu arsitektur khususnya arsitektur perilaku.
c. Ilmu arsitektur yang digunakan untuk membentuk fisik bangunan, baik
interior maupun eksterior sesuai dengan pendekatan yang dilakukan dalam
kaitannya dengan anak jalanan, yaitu pendekaan arsitektur perilaku.
2.Batasan Pembahasan
a. Anak Jalanan
Pembahasan ditujukan bagi anak-anak jalanan dengan usia 16 tahun dimana
pada batas usia tersebut anak masih memiliki hak anak sepenuhnya (antara
lain untuk belajar, bermain, bergaul dan bukan untuk bekerja, belum dikenai
sanksi hukum, masih sepenuhnya mendapatkan perlindungan orang
tua/walinya) yang bekerja dan hidup dijalanan di lingkungan kota surakarta
kecamatan Banjarsari khususnya.
b. Kualitatif
Batasan berdasarkan pada konsepsi rumah singgah anak jalanan untuk
memperbaiki perilaku dan karakteristik anak jalanan yang selama ini menjadi
wacana negatif dalam masyarakat sehingga menjadi lebih baik lagi dan dapat
bersosialisasi dengan masyarakat umum tanpa merasa adanya perbedaan.
Dengan menempatkan pendekatan ilmu arsitektur perilaku seperti teori
pendekatan ruang yang homy (merumah) dan sosialisasi (dapat berinteraksi
dengan masyarakat sekitar), yang dapat mendukung rumah singgah anak
jalanan. Tujuannya adalah untuk menerapkan konsepsi rumah singgah anak
jalanan yang lebih baik dan untuk membatasi kajian perancangan agar
terfokus pada ilmu arsitektur ruang dan perilaku.
c. Kuantitas
Batasan berdasarkan pada prediksi banyaknya anak jalanan di kota Surakarta
yang terus meningkat pada 5 tahun mendatang. Acuan dalam perhitungan
jumlah anak jalanan di Surakarta didapatkan berdasarkan data anak jalanan
pada Dinas Sosial kota Surakarta yang tercatat dari tahun 2006-2009
berjumlah 960 anak jalanan yang terbagi pada 5 kecamatan di Surakarta.
Melihat peningkatan jumlah tiap tahunnya, maka persetase peningkatan
commit to user I - 15

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

jumlah anak jalanan 5 tahun mendatang diasumsikan mencapai 32%. Oleh


karena itu untuk jangka waktu 5 tahun kedepan anak jalanan Surakarta bagian
kecamatan Banjarsari diperhitungkan sebagai berikut :
960 + (32% x 960) = 960 + 307
= 1267 / 5 (kecamatan di Surakarta)
= ± 254 anak jalanan ~ 255 anak jalanan
Maka jumlah anak berkebutuhan khusus yang akan ditampung pada Rumah
Singgah Anak Jalanan di Surakarta khususnya kecamatan Banjarsari untuk 5
tahun yang akan datang adalah 255 anak jalanan.

G. METODE PEMBAHASAN
1. Metode Pencarian Data
a. Tahap Pengumpulan data ( pengumpulan data )
Untuk mendapatkan data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam
penyusunan konsep perencanaan dan perancangan dapat dilakukan dengan
cara :
1) Data Primer
Data Primer yakni data utama yang berhubungan langsung mengenai
anak jalanan dan lokasi yang ingin digunakan. Adapun cara
pengumpulan data dilapangan adalah :
a) mengadakan pengamatan langsung di lapangan mengenai keadaan
dan kondisi anak jalanan di Surakarta.
b) Studi komparatif pada fasilitas sejenis yang dianggap relevan dengan
judul.
c) Wawancara dengan pelaku atau anak jalanan yang terkait langsung
pada fasilitas ini.
Survey dilakukan untuk mengetahui :
a) Kondisi dan Keadaan anak Jalanan di lapangan.
b) Kondisi fisik site yang terpilih.
c) Kondisi tata Guna lahan, tata ruang dan massa pada lokasi.
d) Jaringan Transportasi dan sarana penunjang pada lokasi.
Instrumen pengambilan data melalui : catatan, gambar dan foto.
commit to user I - 16

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

2) Data Sekunder (Informasi)


Data sekunder yakni data penunjang yang berhubungan baik langsung
ataupun tak langsung mengenai anak jalanan dan apapun yang ingin
digunakan. Adapun cara pengumpulan data dilapangan adalah :
a) Studi Literatur
Studi ini bertujuan untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang
telah diteliti orang lain melalui studi kepustakaan maupun studi yang
telah dilakukan oleh berbagai instansi. Adapun data sekunder yang
dibutuhkan antara lain :
- Karakter dan perilaku anak jalanan secara umum.
- Jumah dan data anak jalanan.
- Data rumah singgah anak jalanan.
- Artikel-artikel dari media massa, majalah, surat kabar dan arsip
yang terkait dengan pembahasan.
b) Survey Instansional
Survey ini dilakukan untuk mengumpulkan data melalui kunjungan
keinstansi yang mampu member data tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pembahasan, antara lain jumlah anak jalanan di
Surakarta, tempat operasi anak jalanan, keberadaan rumah singgah
anak jalanan di Surakarta, dan lain-lain. Instrumen pengambilan data
melalui catatan dan gambar. Cara pengambilan data dengan
wawancara dan studi pustaka pada instansi terkait, yakni antara lain :
- P3G LPPM UNS
- LSM-LSM yang menangani masalaha anak jalanan
- Rumah singgah – rumah singgah yang menangani anak jalanan
b. Tahap Pengolahan Data
Yaitu tahap pengolahan data yang diperoleh untuk menentukan data yang
reliable dan valid. Tahap ini meliputi :
1) Identifikasi data yang diperoleh.
2) Klasifikasi yang sejenis.
3) Penyusunan data secara sistematis.

commit to user I - 17

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

4) Mengaitkan data yang satu dengan yang lain untuk menunjang


pembahasan.
2. Metode Penelusuran Masalah
Permasalahan muncul karena tidak adanya keseuaiaan antara apa yang ada pada
kenyataan dengan harapan yang ingin dicapai. Identifikasi permasalahan :
a. Permasalahaan kualitatif
Pengungkapan permasalahan yang telah dideskripsikan secara verbal dan
diolah dengan kata-kata berupa :
1) Semakin banyaknya jumlah anak jalanan dan permasalahan yang
melingkupi mereka.
2) Kegagalan fasilitas yang sejenis dibeberapa tempat.
b. Permasalahan Kuantitatif
Pengungkapan permasalahan yang telah lebih menjurus pada hal yang
terukur, teramati, yaitu :
1) Kebutuhan akan wadah yang lebih sesuai dan memenuhi persyaratan
perancangan.
2) Kebutuhan akan fasilitas penunjang yang diperlukan.
3. Metode Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan
a. Pendekatan KonsepPerencanaan
1) Analisis Deskripsi
Yaitu dengan memaparkan hasil pendataan kebutuhan yang telah
dilakukan, meliputi :
a) Jumlah anak jalanan di Surakarta dan lokasi operasinya.
b) Karakter dan perilaku anak jalanan di Surakarta.
c) Cara penanganan anak jalanan di Surakarta.
d) Permasalahan yang timbul pada anak jalanan di Surakarta.
2) Analisis sumber teoretik dan empiris yang relevan dan data yang
tersedia untuk mendapatkan gambaran umum perencanaan.
b. Pendekatan Konsep Perancangan atau Konsep Programatik
Pendekatan Konsep Perancangan menggunakan pendekatan Pemrograman
Arsitektur (sesuai gambar kerangka pikir):
1) Analisis pendekatan Konsep pemilihan lokasi dan site
commit to user I - 18

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

2) Analisis pendekatan Konsep programatik penataan site


3) Analisis pendekatan Konsep programatik sistem peruangan
4) Analisis pendekatan Konsep programatik bentuk dan gubahan masa
5) Analisis pendekatan Konsep programatik struktur dan konstruksi
6) Analisis pendekatan Konsep Programatik Utilitas

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Bagian I : PENDAHULUAN
Tahap pendahuluan membahas beberapa hal terkait judul,
pemahaman judul, latar belakang munculnya gagasan
mengenai obyek, permasalahan dan persoalan terkait gagasan,
tujuan dan sasaran yang akan dicapai, lingkup pembahasan dan
batasan, metoda pembahasan, serta sistematika pembahasan
Bagian II : KAJIAN KEPUSTAKAAN DAN PRESEDEN
Pembahasan pada bab ini bertujuan untuk mendapatkan
masukan gambaran umum tentang rumah singgah anak jalanan
sebelum memahami konsep (building concept) sesungguhnya
yaitu melalui kajian atau ekplorasi bagaimana sesungguhnya
anak jalanan, bagaimana sebenarnya konsep tentang sosok
rumah singgah yang pernah ada (concept of) dan peran teoretik
tentang perilaku (behavioral) sehingga didapatkan refferensi
rumusan gambaran umum tentang rumah singgah anak jalanan
yang akan direncanakan. Pada bab ini akan akan membahas
tentang anak jalanan khususnya pada perilaku dan karakteristik
anak jalanan dan ilmu perilaku dalam arsitektur yang berguna
sebagai landasan gambaran desain rumah singgah yang lebih
sesuai. Selain itu juga akan dibahas mengenai rumah singgah
dan preseden rumah singgah yang telah ada agar dapat
menganalisa apa saja kekurangan dan kelebihan rumah singgah
yang telah ada.

commit to user I - 19

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Bagian III : TINJAUAN ANAK JALANAN DI SURAKARTA


Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data-data anak jalanan
khususnya di surakarta yang akan digunakan sebagai landasaan
dalam perancangan rumah singgah yang akan dibuat. Data
eksplorasi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
banyak anak jalanan yang membutuhkan fasilitas rumah
singgah yang akan dibuat. Selain itu, ini juga akan menentukan
seperti apa dan bagaimana bangunan rumah singgah yang akan
dibuat berdasarkan data-data tersebut.
Bagian IV : RUMAH SINGGAH BAGI ANAK JALANAN DI
SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN
Dilihat dari hasil uraian ataupun analisa pada bab-bab
sebelumnya, didapatkan data dan informasi bahwa anak
jalanan memiliki kebutuhan akan fasilitas yang memadai bagi
kegiatan sehari-harinya. Oleh karena itu dibutuhkan rumah
singgah yang dapat memenuhi kebutuhan dan juga sesuai
dengan standar persyaratan rumah singgah yang ditetapkan.
Pembahasan pada bab ini merupakan hasil analisis yang dapat
memberi gambaran umum tentang rumah singgah bagi anak
jalanan, melalui kajian pengertian, tujuan, sasaran pelayanan,
fungsi dan peran, bentuk kelembagaan. Dan pada bab ini
penulis akan memberikan alternatif sebuah desain Rumah
Singgah di Surakarta sebagai Wadah Kegiatan Anak Jalanan
melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku sehingga diharapkan
dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada.
Bagian V : ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN
DAN KONSEP PERANCANGAN RUMAH SINGGAH
BAGI ANAK JALANAN DI SURAKARTA
Pembahasan pada bab ini adalah melakukan kajian analisis
untuk mendapatkan Konsep Perencanaan (building concept)
dan Konsep Perancangan melalui pendekatan pemrograman
arsitektur. Konsep Programatik Perancangan yang akan
commit to user I - 20

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

dihasilkan merupakan Program-program perancangan yang


akan dipersiapkan sebagai dasar membuat rancang bangun
arsitektur.
Bagian VI : KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP
PERANCANGAN RUMAH SINGGAH BAGI ANAK
JALANAN DI SURAKARTA
Bagian ini memaparkan tentang hasil rumusan konsep
perencanaan dan konsep programatik perancangan yang
merupakan hasil akhir dari proses analisis sebagai konsep dan
program yang ditransformasikan untuk membuat wujud desain
(rancang bangun arsitektural) yang terdiri dari sistem konsep
programatik:
1). Konsep pemilihan lokasi dan site
2). Konsep programatik penataan site
3). Konsep programatik sistem peruangan
4). Konsep programatik bentuk dan gubahan masa
5). Konsep programatik struktur dan konstruksi
6). Konsep Programatik Utilitas

commit to user I - 21

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

I. POLA PIKIR ATAU ALUR PIKIR


Pola pikir dalam pembahasan ini terdiri atas:
1. Pola pikir penulisan
LATAR BELAKANG

• Fenomena anak jalanan yang ada


• Fungsi fasilitas peminanaan yang kurang optimal
• Problematika anak jalanan
GAGASAN

Suatu wadah/tempat/bangunan yang dapat dijadikan


sebagai tempat tinggal, pendidikan, dan pembinaan
dengan berbagai pendidikan formal dan non formal
bagi anak jalanan, dimana antara kegiatan yang ada di
dalamnya dapat saling terkait namun tidak saling
PERMASALAHAN mengganggu bagi penghuni dan pengelola di
Bagaimana mempersepsikan dan mewujudkan tempat
dalamnya.
tinggal, perlindungan, pendidikan, pelatihan dan
pembinaan dengan berbagai pendidikan formal dan
non formal serta pengembangan bakat bagi anak
jalanan sebagai wadah yang homy (nyaman, efisen dan
efektif) di dalam lingkup kehidupan masyarakat.

PERSOALAN
• Bagaimana menentukan lokasi, site dan pengolahan
site?
• Bagaimana pola sirkulasi/pencapaian? TUJUAN
• Bagaimana menciptakan program ruang? Merumuskan sitem konsep perencanaan dan
• Bagaimana mewujudkan tampilan fisik bangunan? perancangan sebagi dasar guna membua desain atau
• Bagaimana bentuk, jumlah dan pengolahan tata ranc angan suatu rumah singgah.
letak massa bangunan?
SASARAN

Konsep perencanaan dan Perancangan yang meliputi :

a. Konsep memilih lokasi, site dan pengolahan site.


b. Konsep mewujudkan pola sirkulasi/pencapaian.
c. Konsep menciptakan program ruang.
DATA d. Konsep mewujudkan tampilan bangunan.
e. Konsep mewujudkan bentuk, jumlah dan
A. Lokasi operasi anak jalanan pengolahan tata letak massa bangunan.
B. Karakteristik anak jalanan
C. Kondisi anak jalanan
D. Permasalahan anak jalanan
E. Upaya penanganan masalah anak jalanan
F. Kondisi rumah singgah di Surakarta

SUBSTANSI

PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN  KONSEP PERENCANAAN DAN 
KONSEP PERANCANGAN  KONSEPPERANCANGAN 

(ANALISA&SINTESA)

DESAIN 

Skema I. 2 Alur pikir penulis


Sumber : analisa penulis. 2010.

commit to user I - 22

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

2. Pola pikir Perancangan melalui pendekatan Pemrograman Arsitektur

Skema I. 3 Alur pikir Perancangan


Sumber : analisa penulis. 2010.

commit to user I - 23

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN PRESEDEN

Pembahasan pada bab ini bertujuan untuk mendapatkan masukan gambaran umum
tentang rumah singgah anak jalanan sebelum memahami konsep (building concept)
sesungguhnya yaitu melalui kajian atau ekplorasi bagaimana sesungguhnya anak
jalanan, bagaimana sebenarnya konsep tentang sosok rumah singgah yang pernah
ada (concept of) dan peran teoretik tentang perilaku (behavioral) sehingga
didapatkan refferensi rumusan gambaran umum tentang rumah singgah anak
jalanan yang akan direncanakan. Pada bab ini akan akan membahas tentang anak
jalanan khususnya pada perilaku dan karakteristik anak jalanan dan ilmu perilaku
dalam arsitektur yang berguna sebagai landasan gambaran desain rumah singgah
yang lebih sesuai. Selain itu juga akan dibahas mengenai rumah singgah dan
preseden rumah singgah yang telah ada agar dapat menganalisa apa saja
kekurangan dan kelebihan rumah singgah yang telah ada.

A. TINJAUAN ANAK JALANAN


1. PENGERTIAN
Untuk memahami keberadaan anak jalalan secara utuh kita harus terlebih
dahlu mengetahui defenisi anak jalanan. Ada beberapa defenisi atau
pengertian siapa anak jalanan yang dilihat dari beberapa pihak.
Menurut Departemen Sosial RI , anak jalanan adalahanak yang sebagian
besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di
jalanana atau tempat-tempat umum lainnya.
UNICEF memberikan batasan mengenai anak jalanan, yaitu street
children those who have abandoned their homes, school and immadiate
communities before they are 16 yearsof age and have drifted into a nomadic
street (Anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari
keluarga,sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam
kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya).

commit to user II - 1

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Ada pendapat lain mengatakan bahwa anak jalanan adalah anak yang
berusia antara 7-15 tahun yang bekerja di jalanan dan dapat mengganggu
ketentraman dan keselamatan orang lain.
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa anak jalanan adalah anak
yangberkeliaran di jalan raya sambil bekerja mengemis atau menganggur saja.

2. HAK-HAK ANAK
  Sebagai seorang individu, anak, tidak terkecuali anak-anak jalanan juga
memiliki hak-hak yang sama dengan mereka (anak) yang tidak berada di
jalanan. Akan tetapi, karena berbagai alasan, hak-hak sebagai seorang anak
tidak dapat terpenuhi karena mereka harus mencari uang bekerja di jalanan
hampir setiap harinya. Dalam skala internasional, hak-hak anak diatur pada
Konvensi Anak sedunia oleh PBB. Di negara kita, Indonesia, hak-hak anak
tersebut oleh pemerintah dalam beberapa peraturan, antara lain : Undang-
Undang Dasar, Undang-Undang, maupun Peraturan Pemerintah lainnya. Hak-
hak anak yang secara langsung terkait dengan keberadaan anak jalanan10,
antara lain:
a. Konvensi Hak Anak yang disetujui Majelis Umum PBB tanggal 20
November 1989, hak-hak yang dimiliki oleh seorang anak adalah :
1) Hak kelangsungan hidup dan hak untuk memperoleh pendidikan
tertinggi yang bisa dijangkau dan hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dan pengobatan, khususnya perawatan kesehatan primer.
2) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari diskriminasi; hak
mendapat perlindungan dari kekerasan, penyalahgunaan sampai
penelantaran; hak mendapat perlindungan bagi anak-anak tanpa
keluarga; hak mendapat perlindungan bagi anak-anak pengungsi.
3) Hak untuk tumbuh berkembang, termasuk hak untuk mendapat segala
pendidikan, hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak yang
cukup bagi perkembangan fisik, mental dan kepribadian.
4) Hak untuk berpartisipasi dalam mengungkapkan apa yang menjadi
pandangannya, kepeduliannya, dan perhatiannya, terutama
menyangkut hal-hal yang akan mempengaruhi kehidupannya.
commit to user II - 2

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. UUD 1945 ps. 34 : Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.
c. UUD 1945 ps. 31 : Setiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.
d. UU no. 4 th 1979 tentang Kesejahteraan Anak, berisi antara lain :
Bab I : Kesejahteraan anak mengenai tata kehidupan dan penghidupan
anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan
dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
Bab II : Hak anak (Pasal 2)
1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan
bimbingan berdasarkan kasih sayang dalam keluarganya
maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan
berkembang secara wajar.
2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan
kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan
kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga
negara yang baik dan berguna.
3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik
semasa dalam kendunagn maupun sesudah dilahirkan.
4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup
yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan
dan perkembangan dengan wajar.
Bab IV : Usaha kesejahteraan anak
1) Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan,
pengembangn, pencegahaan, dan rehabilitasi.
2) Usaha tersebut dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
(perorangan, keluarga, kelompok, organisasi,
sosial/organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, media
massa, lembaga pendidikan)
e. UU no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Bab I : Hak anak adalah bagian dari HAM yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan Negara.
Bab III : Hak dan kewajiban anak antara lain :
commit to user II - 3

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

1) Hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang dan


berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindunagn dari
kekerasan dan diskriminasi.
2) Hak unutk mendapatkan pelayanan kesehartan dan
jaminan sosial sesuai kebutuhab fisik, mental, sprituak,
dan sosial.
3) Hak untuk menadapat pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadi dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya.
4) Hak untuk beristirahat, memanfaatkan waktu luang,
bergaul dengan teman sebaya, bermain, berekreasi sesuai
minat dan bakatnya.
Bab IV : Kewajiban dan tanggung jawab atas anak :
1) Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua
wajib dan bertanggung jawab terhadap perlindungan
anak.
2) Pemerintah wajib menyelengarakan wajib belajar 9 tahun
untuk semua anak.
3) Pemerintah bertanggung jawab untuk memberi
pendidikan atau bantuan Cuma-Cuma atau pelayanan
khusus akan pendidikan dari keluarga kurang mampu,
anak terlantar, anak terpencil.
4) Pemeliharaan dan perawatan anak terlantar dilakukan
oleh pemerintah dan lembaga masyarakat dengan
kerjasama dengan pihak terkait.
f. PP no. 2 th 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Anak

3. KRITERIA ANAK JALANAN


Menurut Departemen Sosial Jawa Tengah tahun 1999, menyatakan
bahwa ada beberapa kriteria dimana seorang anak bisa dikatan sebagai anak
jalanan, antara lain :
commit to user II - 4

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

a. Berusia antara 6-18 tahun


b. Laki-laki maupun perempuan
c. Masih sekolah maupun sudah putus sekolah.
d. Tinggal dengan orang tua maupun tidak atau tinggal dijalanan.
e. Mempunyai aktifitas di jalan baik secara terus menerus maupun tidak,
minimal 4 jamdalam sehari.

3. LATAR BELAKANG PENYEBAB ANAK JALANAN


Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada dijalanan
memang tidak dapat disamaratakan. Banyak faktor yang kemudian
diidentifikasikan sebagai penyebab tmbuh dan berkembangnya anak jalanan.
Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan dikota
bukanlah semata-mata karena berkembangnya suatu kota tetapi justru karena
tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang
kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat mermberikan
kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebh baik di kota .
Hal senada juga diunkapkan oleh Suparinah Sadli, bahwa ada berbagai
faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya maslaha
gelandangan dan anak jalanan , antara lain faktor kemiskinan (struktural dan
pribadi),faktor keterbatasan kesempatan kerja (intern dan eksteren), faktor
yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor
pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya
sendiri dan berbagai faktor lainnya.
Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab
timbulnya anak jalanan adalah faktor kondisi sosial ekonomi disamping
karena adanya faktor broken home serta faktor-faktor lainnya.
Seperti yang dikatakan oleh Hening Budiyawati dkk (dalam Odi
Sholahudin 2000,11) yang sesuai dengan hasil penelitian yang menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan
pada alasan dan penuturan mereka adalah karena :
a. Kekerasan dalam rumah tangga
b. Dorongan keluarga
commit to user II - 5

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

c. Ingin bebas
d. Ingin memiliki uang sendiri
e. Pengaruh teman
Dari beberapa pendapat mengenai faktor penyebab munculnya anak
jalanan diatas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor penyebab munculnya
anak jalanan antara lain :
a. Kemiskinan keluarga sebagian besar merupakan alasan yang
mendorong orang untuk memaksa anaknya bekerja (eksploitasi anak).
b. Terdapatnya kekerasan dalam keluarga yang menyebabkan anak
mencari perlindungan di luar atau di jalanan dengan cara mereka
sendiri.
c. Dorongan untuk berpetualang dan rekruitment alamiah maupun ditarik
oleh anak jalanan yang telah ada.
d. Kurangnya keterampilan dan pendidikan yang dimiliki merupakan salah
satu alasan anak jalanan kemudian terju kesektor informal yaitu dengan
mengasong, mengamen bahkan mengemis di jalanan yang memang
tidak membutuhkan keahlian khusus.
e. Kurang harmonisnya hubungan keluarga, termasuk kurangnya kasih
sayang dan perhatian dari pihak orang tuan atau keluarga mereka.

4. KLASIFIKASI ANAK JALANAN


Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (1999 ; 22-24), anak
jalanan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu :
a. Children on The Street
Adalah anak-anak yang bekerja dijalanan dan masih tinggal bersama
orang tuanya atau saudara mereka. Mereka sering kali diidentikkan
sebagai pekerja miran kota yang pulang tidak teratur kepada orang
tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hari
hingga sore hari seperti mengasong, menyemir sepatu, mengamen, dll.
Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara
atau tema-teman senasibnya.

commit to user II - 6

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Children Of The Street


Anak-anak yang bekerja dan bermukin di sembarang tempat seperti
emperan toko, taman kota, dll. Anak jalanan ini tidak lagi mempunyai
kontak dengan orang tua ataupun keluarganya. Mereka tinggal 24jam di
jalanan dan mengguakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang
hidupnya. Umumnya mereka tidak mau kembali kerumah, kehidupan
jalanandan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.
c. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka
tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau
sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman,
belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas
usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan koran.
d. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada
dijalanan untuk mencari kerja, atau masih labil terhadap suatu
pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP.
Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa (orang tua
ataupun keluarganya) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus,
menyemir sepatu, membawakan barang belanjaan (kuli panggul),
pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.
Sedangkan menurut Tata Sudrajat (1999 : 5) anak jalanan dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang
tuanya, yaitu :
a. Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan
tinggal di jalanan (anak yang hidup di jalanan / children the street).
b. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak
sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali,
dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di
jalanan (Children on the street).
c. Anak yang masih sekolah atau putus sekolah, kelompok ini masuk
kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan (velnearable to be
street children).

commit to user II - 7

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ada dua jenis tempat tinggal anak-anak
jalanan tersebut, yaitu :
a. Pulang ke rumah
Anak-anak jalanan yang masih mempunyai orang tua atau keluarga
setelah bekerja di jalanan pada waktu-waktu tertentu tetap akan pulang
kerumah orang tuanya masing-masing.
b. Sembarang tempat di ruang urban
Pada umumnya anak-anak yang sudah tidak memiliki tempat tinggal
dan tidak melakukan kontak dengan orang tua atau keluarganya, mereka
terpaksa tinggal dan bekerja di jalanan.
Sedangkan menurut Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat
Marjinal Kota (HIMMATA) pengelompokan anak jalanan dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu ;
a. Anak semi jalananan
Diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan mencari penghasilan
dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan keluarga.
b. Anak jalanan murni
Diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan menjalani kehidupannya
di jalanan tanpa punya hubungan dengan kerluarga.

5. PENGKATEGORIAN ANAK JALAN BERDASARKAN HUBUNGAN


DENGAN KELUARGA
a. Mereka yang karena sebab tertentu menjadi terpisah secar permanen
dengan orang tua atau keluarga dan hidup serta bekerja dijalanan.
b. Mereka yang karena sebab tertentu harus bekerja dijalanan dan terpisah
secara temporer dengan orang tua atau keluarga namun secara periodik
masih menjalin hubungan dengan orang tua atau keluarga mereka.
c. Mereka yang karena sebab tertentu harus bekerja dijalanan namun setiap
harinya masih tinggal bersama orang tua atau keluarga mereka.
d. Anak-anak yang hidup dan bekerja di jalanan bersama orang tua atau
keluarga mereka.

commit to user II - 8

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

6. JENIS PEKERJAAN ANAK JALANAN


Pada umunya ad beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan oleh anak
jalanan, antara lain :
a. Mengamen
Anak-anak jalanan di kota-kota besar sebagian besar lebih senang
mengamen baik diperempatan-perempatan jalan maupun di dalam bis-bis
kota dengan berbekal alat musik sederhana seperti kerincing dari tutup
botol, botol yg diisi pasir , dll.
b. Mengasong/menjajakan koran
Pekerjaan ini sebagian besar dilakukan oleh anak –anak jalanan yang
beraakitifitas di terminal. Biasanya mereka hanya menjualkan dagangan
dari pedagang yang lebih besar yang kemudian akan diberi upah.
c. Menyemir sepatu
d. Pemulung

7. RESIKO YANG DIHADAPI ANAK JALANAN


Mengingat lokasi kerja dan tempat tinggal anak jalanan yang berada
dijalanan tanpa adanya kontrol dari pihak yang berwenang maka akan sangat
riskan bagi mereka untuk menghadapi resiko yang timbul karena keadaan
tersebut. Resiko-resiko tersebut antara lain :
a. Anak-anak jalanan yang hidup terpisah dengan orang tua mereka tidak
mempunyai tempat tinggal yang memadai.
b. Perkembangan jasmani , rohani dan juga sosial mereka yang tehambat.
c. Kurangnya kasih sayang dan penerimaan sosial yang semestinya.
d. Beresiko tinggi terhadap gangguan kesehatan akibat kehidupan mereka
yang tidak sehat di jalanan.
e. Beresiko tinggi tehadap gangguan psikotropika.
f. Internalisasi perilaku seksual yang rawan PMS/AIDS.
g. Rawan terhadap kecelakaaan lalu lintas.
h. Akses yang terbatas pada pendidikan formal maupun non-formal, dan
beresiko drop out pada usia dini.

commit to user II - 9

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

i. Beresiko kehilangan bukti identitas diri (akte kelahiran, KK, dll) sehingga
beresiko tinggi untuk kehilangan hak sebagai warga negara atau warga
masyarakat semestinya.

8. PERMASALAHAN YANG TERJADI DISEKITAR ANAK JALANAN


Pesoalan yang kemudian muncul adalah anak-anak jalanan pada
umumnya berada pada usia sekolah, usia produktif, mereka mempunyai
kesempatan yang sama dengan anak-anak yang lainnya, mereka adalah warga
negara yang berhak mendapatkan pelayanan pendidikan, tetapi disi lain mereka
tidak bisa meninggalkan kebiasaan mencari penghidupan dijalanan.

B. RUMAH SINGGAH
Salah satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan
rumah singgah. Konfrensi Nasional II Masalah pekerja anak di Indonesia pada
bulan juli 1996 mendefinisikan rumah singgah sebagai tempat pemusatan
sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh
informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih
lanjut.
Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan
sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka.
Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat
realisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat.
1. LANDASAN HUKUM PENDIRIAN RUMAH SINGGAH
Pelayanan kesejahteraan sosial terhadap anak jalanan dilandasi UUD 1945
pasal 34 yang selanjutnya diatur antara lain :
a. Undang-undang no. 6 tahun 1974 tentang ketentuan pokok-pokok
kesejaahteraan anak sosial.
b. Undang-undang no. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
c. Peraturan pemerintah No. 2 tahun 1988 tentang usaha Kesejahteraan Bagi
Anak yang bermasalah.
d. Keputusan Presiden RI No. 36 Tahnu 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak
anak.

commit to user II - 10

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

2. PENGERTIAN RUMAH SINGGAH


Rumah singgah didefinisikan sebagai suatu wahana yang yang
dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak yang akan
membantu mereka.
Dari pengertian ini, maka terkansu unsur :
a. Rumah singgah memberlakukan proses informal, memberikan
perlindungan, dan suasana penanaman kembali nilai dan norma
masyarakat kepada anak jalanan.
b. Adanya anak jalanan yang didampingi.
c. Pihak yang akan membantu mereka karena rumah singgah merupakan
tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya.

3. FUNGSI RUMAH SINGGAH


Rumah singgah memiliki fungsi sebagai berikuit :
a. Tempat penjankauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dan anak
jalanan untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan dan mencari jalan
keluar dan kesulitan mereka.
b. Tempat membangun kepercayaan antara anak jalanan dengan pekerja
sosial dan latihan meningkatkan kepercayaan diri berhubungnan dengan
orang lain.
c. Perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, seks, ekonomi, dan bentuk
lainnya yang terjadi di jalanan.
d. Tempat menanamkan kembali dan memperkuat sikap, perilaku dan fungsi
sosial anak sejalan dengan norma-norma masyarakat.
e. Tempat memahami masalahyang dihadapi anak jalanan dan menemukan
penyaluran kepada lembaga-lembaga lain sebagai rujukan.
f. Sebagai perantara antara anak jalanan dengan keluarga/lembaga lain,
seperti panti, keluarga pengganti dan lembaga pelayanan sosial lainnya.
Anak jalanan diharapkan tidak terus-menerus bergantung kepada rumah
singgah, melainkan dapat memperoleh kehidupan yang ;ebih baik melalui
atau setelah proses yang dijalaninya.

commit to user II - 11

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

g. Tempat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak


jalanan seperti data tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus
keterampilan, dll.

4. TUJUAN RUMAH SINGGAH


Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu
anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedang secara khusus tujuan rumah singgah
adalah :
a. Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai-
nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
b. Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau ke
panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan.
c. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan
anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang
produktif.
Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak
jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :
a. Sebagai tempat pertemuan (meeting point) pekerja sosial dan anak jalanan.
Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan
keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan
dan melakukan berbagai aktifitas pembinaan.
b. Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi
sebagai tempat melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak
jalanan serta melakukan rujukan pelayanan sosial bagi anak jalanan.
c. Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga
pengganti dan lembaga lainnya.
d. Perlindungan. Rmah singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari
berbagai bentuk kekerasan dan perilaku penyimpangan seksual ataupun
berbagai bentuk kekerasan lainnya yang sering dialami oleh anak jalanan.
e. Pusat informasi tentang anak jalanan.

commit to user II - 12

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

f. Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungdi mengembalikan dan menanamkan


funsi sosial anak.
g. Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak
jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial.
h. Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah
masyarakat merupakan salah satu upaya mengenalkan kembali norma,
situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain
mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat
terhadap penanganan masalah anak jalanan.
Dalam kaitannya dengan model pembinaan anak jalanan di rumah
singgah, ada berbagai hal yang ingin diketahui. Misalnya tahap-tahap
pemberdayaan anak jalanan. Apakah pembinaan tersebut dilakukan dengan cara
model penjangkauan kunjungan pendahuluan dan persahabatan dengan mereka.
Apakah dilakukan dengan cara identifikasi masalah (problem assessment)
sebagai langkah dalama menginventarisir identitas anak jalanan. Ataukah yang
dilakukan dengan cara memberikan pendidikan alternatif (pendidikan luar
sekolah) sebagai kegiatan untuk mencegah munculnya masalah sosial anak
jalanan, seperti pelatihan dan peningkatan keterampilan.

5. PRINSIP-PRINSIP RUMAH SINGGAH


Prinsip rumah singgah mendasari fungsi-fungsi dan pelaksanaan kegiatan yang
melipti :
a. Semi institusional, dalam bentuk semi institusional ini anak jalanan sebagai
peerima pelayanana boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara
maupun hanya mengikuti kegiatan.
b. Terbuka 24 jam, rumah singgah terbuka 24 jam bagi anak. Mereka boleh
datang kapan saja , baik siang ataupun malam hari terutama anak jalanan
yang baru mengenal rumah singgah.
c. Hubungan informal (kekeluargaan), hubungan yang terjadi di rumah
singgah bersifat informal seperti perkawanan atau kekeluargaan. Anak
jalanan dibimbing merasa sebagai anggota keluarga besar dimana para
pekerja sosial berperan sebagai teman, saudara/kakak, orang tua.

commit to user II - 13

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

d. Bebas terbatas untuk apa saja bagi anak. Di rumah singgah anak dibebaskan
untuk melakukan apa saja seperti tidur, bermain, bercanda, bercengkrama,
mandi. Tetapi dilarang untuk perilaku yang negatif seperti perjudian,
merokok , meminum minuman keras, dan sejenisnya.
e. Persinggahan dari jalanan atau ke alternatif lain.rumah singgah merupakan
persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang
dipilih dan ditentukan oleh anak. Pengertian singgah adalah sebagai berikut:
1) Anak jalanan boleh tinggal sementara untuk tujuan perlindungan,
misalnya karena tidak punya rumah, ancaman di jalanan,
ancaman/kekerasan dari orang tua. Biasanya hal ini dihadapi anak
yang hidup dijalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal.
2) Pada saat tinggal sementara mereka memperoleh intervensi intensif
dari pekerja sosial untuk menemukan situasi seperti tertera di atas
sehingga mereka tidak tergantung terus dengan Rumah Singgah.
3) Anak jalanan datang sewaktu-waktu untuk bercakap-cakap, istirahat,
bermain, mengikuti kegiatan.
4) Rumah singgah tidak memperkenankan anak jalanan untuk tinggal
selamanya misalnya karena tidak membayar.
5) Anak jalanan yang masih tinggal dengan orang tua atau saudararanya
atau sudah mempunyai tempat tinggal tetap sendirian maupun
berkelompok tidak diperkenankan tinggal menetap di rumah singgah
kecuali ada situasi yang bersifat darurat.
f. Partisipasi. Kegiatan yang dilaksanakan rumah singgah didasarkan pada
prinsip partisipasi dan kebersamaan.
g. Belajar bermasyarakat. Rumah singgah ditempatkan di tengah masyarakat
agar mereka kembali belajar norma dan menunjukkan sikap dan perilaku
yang berlaku di masyarakat.

commit to user II - 14

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

6. STANDAR PENERIMAAN PELAYANAN


Penerima pelayanan rumah singgah adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan undang-undang perlindungan anak dan konvensi hak anak
(KHA), batasaan umur anak adalah 16 tahun ke bawah. Usia lebih dari 16
tahun dapat dipertimbangkan sebagai kelompok pendukung rumah singgah
b. Jumlah anak jalanan penerima pelayanan ditentukan berdasarkan
kemampuan rumah singgah.
c. Setiap rumah singgah boleh menentukan sendiri kategori anak jalanan yang
didampinginya. Kategori anak jalanan dapat disesuaikan dengan kondisi
anak jalanan di masing-masing kota.

7. STANDAR PELAKSANAAN RUMAH SINGGAH


Standar pelaksanaan rumah singgah mencakup :
a. Unsur pelaksanaan rumah singgah terdiri dari :
1) Manajer / pimpinan
2) Pekerja sosial
3) Petugas administrasi
4) Koordinator anak jalanan
b. Kualifikasi pelaksana rumah singgah seharusnya seperti :
1) Mempunyai komitmen dan bersedia bekerja dengan anak jalanan.
2) Pendidikan tinggi bukan merupakan persyaratan tetapi merupakan
nilai tambah.
3) Mempunyai pengalaman dalam penanganan anak jalanan.
4) Pernah mengikuti pelatihan mengenai materi yang terkait dengan
permasalahan anak jalanan dan program pelayanannya.

8. PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH SINGGAH


Rumah singgah dapat didirikan pemerintah maupun masyarakat dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Posedur pendirian rumah singgah oleh pemerintah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

commit to user II - 15

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Prosedur pendirian rumah singgah sebagai sebuah yayasan berdasarkan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Prosedur pendirian rumah singgah di bawah yayasan mengikuti tata cara
yayasan tersebut sebagian dari padanya dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

9. SISTEM ADMINISTRASI PADA RUMAH SINGGAH


Sistem administrasi dirumah singgah terbagi tiga, yaitu :
a. Admistrasi keuangan mencakup :
1) Penyusunan anggaran
2) Penggunaan keuangan sesuai ketentuan
3) Pertanggung jawaban keuangan
b. Administrasi ketatausahaan mencakup :
1) Kegiatan surat menyurat
2) Penyediaan alat tulis kantor
3) Pencataan dan pemeliharaan barang inventaris kantor
4) Pembuat laporan, pendokumentasian, dan penyampaian kepada instansi
terkait.
5) Pemeliharaan alat dan sarana untuk kegiatan
6) Pengatur kerja dan pelaksanaan
c. Administrasi pelayanan meliputi :
1) Perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi program.
2) Pengumpulan data, penyajian dan pendokumentasian data anak jalanan
dan keluarga.
3) Proses penanganan masalah dan memberi pelayanan.

10. SARANA DAN PERLENGKAPAN RUMAH SINGGAH


Standar sarana dan perlengkapan Rumah Singgah terdiri dari :
a. Kriteria rumah singgah meliputi ruangan untuk berkumpul anak, ruangan
untuk kegiatan administrasi, ruanagan untuk pelaksana, ruangan untuk
menyimpan lemari dan barang-barang anak jalanan, kamar mandi dan
dapur.

commit to user II - 16

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Perlengkapan rumah lengkap dan rutin


c. Perlengkapan bermain
d. Perlengkapan belajar
e. Perlengkapan tidur
f. Perlengkapan makan
g. Perlengkapan kantor

11. PEMBIAYAAN PADA RUMAH SINGGAH


Sumber pembiayaan dalam rumah singgah dapat berasal :
a. Swadana yang salah satunya dapat diperoleh dari kegiatan ekonomi
produktif lembaga.
b. Bantuan/subsidi dari pemerintah pusat ataupun daerah.
c. Kerjasama proyek dengan lembaga internasional maupun nasional yang
tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
d. Kerjasama proyek/bantuan dari perusahaan swasta.
e. Donatur/sumbagan masyarakat.
f. Sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat.

12. TAHAP-TAHAP PELAYANAN MASYARAKAT


Pelayanan Rumah Singgah terbagi menjadi beberapa tahap berikut ini :
a. Tahap I : Penjangkauan
1) Secara intensif berlangsung pada tiga bulan pertama dan selanjutnya
sesuai kebutuhan dan dapat menggunakan anak jalanan lainnya.
2) Para petugas turun ke jalanan/ kantong sasaran, bertemu, dan berkenalan
dengan anak jalanan.
3) Membuat pemetaan wilayah dan gambaran keadaan anak jalanan.
4) Mengidentifikasi mereka secara kelompok seperti jenis kegiatana, asal
daerah, kebiasaan di jalanan.
5) Membentuk kelompok, memilih ketuanya dan anggota dengan jelas.
6) Mensosialisasikan manfaat rumah singgah.
7) Menambahkan kepercayaan kepada pekerja sosial.

commit to user II - 17

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Tahap II : Mengkaji
1) Induksi peranan anak jalanan di Rumah Singgah
2) Mengisi file anak
3) Menginduksikan permasalahan anak
4) Membahas perkembangan kemajuan anak sesuai perubahan yang terjadi
pada anak
c. Tahap III : Persiapan Pemberdayaan
1) Membbuat rumah singgah sebagai suatu keluarga yang terbuka dan mau
mendengar nasehat.
2) Membuat peraturan yang menyenangkan dan tidak memaksa anak.
3) Memberikan bimbingan sosial baik kasus maupun perilaku sehari-hari
dengan cara dan metode yang menyenangkan.
4) Membuat jadwalpemeriksaan kesehatan setiap bulan.
5) Mengadakan kegiatan yang menyenangkan anak seperti permainan,
olahraga, kesenian, dll.
6) Membagi penanganan anak jalanan oleh pekerja sosial. Fle untuk itu
dapat dimintakan kepada petugas adminstrasi.
7) Membuat persiapan pada diri anak jalanan terhadap kegiatannya.
d. Tahap IV : Rujukan Pemberdayaan
1) Mengidentifikasi anak secara satu ersatu berdasarkan kebutuhan
pelayanan.
2) Menghubungi sumber yang diperlukan dan mendorong anak
mendayagunakannya.
3) Menyiapkan anak memperoleh pelayanan tersebut.
4) Membuat kesepakatan dengan sistem sumber.
5) Mengantar anak memperoleh pelayanan.
6) Mendorong anak bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan dan
menerima pelayanan tersebut.
7) Memantau kemajuan anak selama memperoleh pelayanan dan membantu
mengatasi kesulitan yang dihadapi.
e. Tahap V : Pengakhiran (Terminasi)
1) Mandiri/produktif/alih kerja
commit to user II - 18

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

2) Anak kembali kepada keluarganya, panti atau lembaga pengganti


3) Anak masih di jalanan
4) Masuk Boarding House
5) Anak masih dijalanan, namun mendapat pekerjaan yang lebih baik
6) Peningkatan pendapatan bagi orang tuanya

13. KEGIATAN-KEGIATAN RUMAH SINGGAH


Kegiatan-kegiatan pada rumah singgah, meliputi :
a. Penjangkauan dan pendampingan di jalanan, meliputi :
1) Kunjungan lapangan dan perkenalan
2) Pemeliharaan hubungan dengan anak
3) Pembentukkan kelompok di jalanan
4) Konseling dan mendapatkan
b. Pengkajian masalah , meliputi :
1) Pengisian file profil anak
2) Pengisian file monitoring perkembangan anak
3) Pembahasan kasus
c. Resosialisasi, meliputi :
1) Pengenalan peranan anggota rumah singgah
2) Kegiatan keagamaan
3) Pengajaran dan diskusi tentang norma sosial
4) Permainan, pertunjukkan seni, dan olahraga
5) Membaca buku, majalah dan menonton televisi
6) Bimbingan sosial perilaku sehari-hari
7) Bimbingan sosial kasus
8) Pemeliharaan kesehatan
9) Penyatuan kembali dengan keluarga
10) Surat-menyurat dan kunjungan rumah kepada orang tua anak jalanan
11) Pertemuan dengan warga sekitar rumah singgah secara rutin maupun
dalam kegiatan bersama.

commit to user II - 19

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

d. Rujukan pemberdayaan untuk anak jalanan, meliputi :


1) Pendidikan melalui sekolah seperti beasiswa, alat sekolah, bimbingan
belajar, kejar paket A dan B, ujian persamaan.
2) Pendidikan jalanan untuk membekali anak berbagai hal di jalanan dan
mendidiknya mampu mengatasi persoalan dan ancaman di jalanan.
3) Pelatihan untuk tingkat remaja
4) Pelayanan keterampilan kerja melalui lembaga pelatihan keterampilan
seperti perbengkelan, menjahit, sablon dan lainnya.
5) Bantuan modal dan bimbingan usaha bagi anak, baik di daerah asal
maupun di kota secra perorangan maupun berkelompok.
6) Membantu anak menemukan pekerjaan lain. Para pekerja sosial
berhubungan dengan berbagai sumber dan membuka kesempatan
kepada anak untuk memperoleh pekerjaan.
e. Pemberdayaan untuk orang ua anak jalanan, meliputi :
1) Bimbingan dan penyluhan dengan kunjungan rumah, surat-menyurat ,
mengundang mereka datang atau pada saat mereka datang ke Rumah
Singgah. Kegiatan ini dilakkan perorangan atau berkelompok. Materi
yang diberikan mengenai pengasuhan anak, nilai anak, cara mengatasi
masalah anak, dll.
2) Pemberian modal dan bimbingan usaha.
f. Terminasi dilakukan untuk mengakhiri proses penanganan anak jalanan.
Pelayanan lanjutan untuk anak sesudah terminasi adalah sebagai berikut :
1) Kunjungan Rumah, untuk tujuan :
a) Berkenalan dengan orang tua anak
b) Mengidentifikasi mereka
c) Memantau anak yang sudah pulang
d) Memberikan modal usaha kepada anak dan orang tua jika
diperlukan
2) Pemantauan, terhadap :
a) Anak yang masih mengikuti kursus keterampilan
b) Anak yang bersekolah
c) Anak yang alih kerja
commit to user II - 20

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

d) Anak yang melakukan usaha


e) Orang tua yang telah memperoleh bantuan modal
f) Rujukkan ke panti
14. KEUNTUNGAN ADANYA RUMAH SINGGAH
Dari sekitar 12.360 anak jalanan yang sudah terbina, mereka mengaku
banyak sekali keuntungan yang mereka dapatkan dengan adanya rumah singgah.
Mereka minimal telah tersentuh oleh kepedulian masyarakat dan pemerintah.
Mereka bisa merasakan enaknya sekolah, enaknya belajar mengemudi, belajar
mengutak atik mesin mobil atau motor, belajar komputer, membuat sumbu
kompor, memasak, bermusik, dll.
Lebih penting lagi mereka sudah tidak lagi menggunakan lem untuk teler
(mabuk), tidak berjudi, tidak dilecehkan secara seksual, tidak merasa takut dan
tertekan, dll.

15. PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA RUMAH SINGGAH


Menurut temuan lapangan yang ada, banyak rumah singgah yang tidak
dimanfaatkan secara optimaloleh anak jalanan karena anak tidak tertarik dan
tidak merasa membutuhkannya. Ini karena pengelola rumah singgah lainnya
kurang kreatif dan inovatif dalam menciptakan kegiatan sehingga anak tidak
tertarik bergabung dalam rumah singgah. Dari sisi pengembangan program
masih lemah khususnya untuk menciptakan rujukan dan mengembangkan
kerjasama dengan pihak lain.
Kualitas penanganan dan profesionalisme pekerja sosial sangat
ditentukan dari kelembagaan dan sumber daya manusia. Terutama ditingkat
pekerja sosial maupun pengelola rumah sijnggah lainnya yang tidak memahami
perannya karena tidak memahami latar belakang pekerjaan sosial maupun
pengalaman yang cukup mengelola rumah singgah.
Kasus ini banyak ditemukan pada rumah singgah dadakan, tidak
memiliki visi kedepan, dan hanya berorientasi proyek sehingga hanya
menekankan target kualitas dan tidak memperhitungkan tingkat urgensi
kelompok binaan.

commit to user II - 21

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Ada persoalan mendasar dalam menangani anak jalanan di rumah


singgah. Bila dari konseptual program rumah singgah cukup ideal makan tetapi
ia tergantung pada pelaksanaannya, apakhan secara komprehensif dan
menyeluruh atau tidak.
Ditinjau dari segi komperhensi program seharusnya menyentuh semua
tingkatan masyarakat yaitu anak, keluarga, komunitas dan pemerintah. Namun
pada prakteknya hanya pada orang tua dan anak sedangkan pada komunitas dan
pemerintah kurang. Tingkatan program hendaknya mencakup kegiatan aksi
yakni advokasi, sosialisasi, mobilisasi, pemberdayaan, penyediaan pelayanan
dasar, menciptakan tambahan penghasilan kurang menggarap aspek advokasi,
sosialisasi, mobilisasi sumber dan pemberdayaan.
Karena rumah singgah kurang menyentuh tingkatan pemerintah dan
masyarakat, dan kurang menekankan pada aspek advokasi, sosialisasi,
mobilisasi, dan pemberdayaan sehingga dampak dari rumah singgah kurang
maksimal. Bila advokasi dan sosialisasi ke Pemda dan pemerintah digarap
dengan serius melibatkan jaringan LSM yang kuat dan instansi terkait, paling
tidak dapat mendorong Pemda dan masyarakat peduli. Dan pada akhirnya dapat
mendukung keberlanjutan program.
Begitu pula dengan aspek mobilisasi dan pemberdayaan yang kurang
ditekankan sehingga keterlibatan masyarakat untuk mendukung anak jalanan
kurang, tragisnya ketergantungan anak jalanan dan orang tua makin menjadi-
jadi.

16. LANGKAH KEBERHASILAN RUMAH SINGGAH


Terdapat 3 cara pendekatan penanganan terhadap anak jalanana, yaitu melalui :
a. Center Based Programe
Yaitu cara membuat tempat penampungan yang dapat dipakai sebagai
tempat tinggal atau rumah bagi anak jalanan yang bersifat tidak permanen.
Ditempat ini anak diajarkan untuk kembali berorientasi pada nilai-nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat.

commit to user II - 22

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Street Based Intervention


Yaitu mengadakan pendekatan langsung ditempat anak jalanan berada,
debnan mengadakan dialog langsung, mencoba untuk memahami dan
menerima situasi mereka, menempatkan diri sebagai teman mereka.
Pendekatan ini memberikan nuansa yang realistis mengenai kehidupan
anak jalanan membuat sesuatu pengharapan yang baik bagi anak.
c. Community Based Strategy
Yaitu dengan memperhatikan gejala munculnya anak jalanan, baik
keluarga maupun lingkungannya. Cara yang dilakukan adalah dengan
memberikan pendidikan baik formal maupun informal, seperti latihan
keterampilan, latihan kerja. Melatih keluarganya juga untuk bisa
memperbaiki cara mengasuh anak dan memperbaiki taraf kehidupan
keluarga lebih baik lagi.
Selain itu menurut DepSos RI tahun 1992, bahwa pengoptimalan suatu
Rumah Singgah dapat dilakukan dengan beberapa pedoman sebagai
berikut :
1) Satu orang pengasuh dan valounteer menangani paling banyak 2
orang anak jalanan.
2) Rumah singgah terletak pada lokasi di sekitar tempat pangkalan anak
jalanan.
3) Dapat menjalankan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.
4) Menerapkan saah satu tau gabungan dari jenis pendekatan terhadap
anak jalanan.

C. TEORI PERILAKU DALAM ARSITEKTUR


Perilaku adalah sebuah kata yang menunjukan tentang keadaan manusia
yang berkaitan dengan segala aktivitasnya baik secara fisik maupun interaksi
manusia dengan sesamanya ataupun lingkungan fisiknya.
Keberadaan perilaku tersebut ada kalanya dapat diamati, dicatat maupun
diukur karena perilaku mencakup segala kegiatan yang kasat mata seperti cara
makan.bekerja , berintraksi, dll. Selain hal-hal yang kasat mata seperti tersebut

commit to user II - 23

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

diatas, perilaku juga mencakup hal-hal tak kasat mata , anatar alain berimajinasi,
motivasi, dan proses yang terjadi ketika manusia dalam keadaan diam.
1. PERILAKU DAN ARSITEKTUR
Perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor ari dalam maupun
faktor dari luar seseorang. Secara umum proses dan pola perilaku pada manusia
terbagi menjadi dua, yaitu proses individu dan proses sosial.
a. Proses Individu
Dalam kedudukannya sebagai bagian dari suatu lingkungan, manusia
tidak bisa lepas dari peranannya sebagai individual. Terdapat beberapa
hal yang dianggap terjadi pada masing-masing individu baik sebelum
atau bahkan sesudah dia mengalami proses sosial. Proses-proses yang
dapat terjadi secara individu dalam pikiran masing-masing orang antara
lain :
1) Persepsi
Sebagian besar dari arsitektur dibentuk oleh persepsi manusia.
Selama hidupnya, manusia merekam informasi yang ia dapatkan
baik dari cara dia melihat, mendengar, menyentuh atau bahkan
merasakan kedalam pikiran mereka. Karya arsitektur diciptakan dari
tangan sang arsitek yang sebagian besar bentuk-bentuknya berasal
dari rekaman sebagai bentuk yang mereka dapatkan melalui
beberapa pengalaman mereka sebelumnya.
Persepsi adalah proses memperoleh atau menerima informasi dari
lingkungan (menurut joyce Marcella Laurens. 2004). secara sadar
atau tidak manusia seringkali merekam rangsangan-rangsangan yang
berwujud yang bisa mereka tangkap secara indera yang mereka
miliki. Proses penerimaan sampai manusia menyadari dan mengerti
adanya rangsangan inilah yang disebut sebagai persepsi.
2) Kognisi Spasial
Kognisi spasial berkaitan dengan cara seseorang untuk memperoleh,
mengatur, menyimpan dan memanggil kembali berbagai macam
informasi tentang lokasi, jarak maupun tatanan dalam lingkungan
fisik disekitarnya yang dikumpulkan dalam satu bentuk peta mental.
commit to user II - 24

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Peta mental seseorang seringkali berbeda antara satu dengan yang


lain, tergantung bagaimana makna sesuatu itu bagi dirinya. Dalam
arsitektur, maknaberperan penting untuk memberikan nafas pada
bangunan. Makna ini dapat dimunculkan melalui beberapa
komponen antara lain imaji, symbol dan tanda.
Dalam arsitektur ada dua makna yang dikenal, yakni makna
representasi an makna responsive. Keduanya mempunyai peranan
penting untuk memprediksi perilaku. Makna representasi merupakan
makna yang ditangkap seseorang dari sebuah benda, sedangkan makna
responsive merupakan kelanjutan dari ,akna representasi yang
menyangkut respon yang timbul setelah melihat dan mencermati suatu
benda.
Dalam suatu tatanan lingkungan, sikap dan perilaku manusia sangat
terkaitdengan motivasi. Kesemua sikap tersebut berhubungan dengan
pengalaman hidup serta proses sosialisasi yang dilakukan dan hal ini
mengakibatkan setiap orang mempunyai kompetensi yang berbeda, baik
secara fisik, sosial maupun budaya (Joyce Marcella Laurens, 2004).
Perbedaan ini akhirnya akan mempengaruhi cara pandang seseorang
(way of seeing) terhadap lingkungan maupun bagaimana dia
menggunakan (way of using) lingkungan tersebut.
b. Proses Sosial
Proses sosial ini menyangkut bagaimana seseorang berbagi dan
membagi ruang atau lingkungannya dengan orang lain disekitarnya.
Proses sosial dari dalam diri manusia dapat diamati melalui beberapa
komponen diantaranya adalah privacy, personal space, density, dan
territory.
1) Privacy
Privacy adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang
untuk tidak diganggu kesendiriannya (Joyce Marcella Laurens,
2004). Dalam hal ini, untuk mendapatkan tingkat privacy yang
diinginkan, seseoranga memerlukan kemapuan tersendiri agar dapat
mengontrol keinginanya sebagai pribadi dan keinginan orang-orang
commit to user II - 25

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

atau lingkungan disekitarnya agar tetap seimbang. Tingkat privacy


orang berbeda-beda satu sam lain. Pada beberapa kasus privacy
bukan hanya bisa dilakukan oleh seorang individu namun ada
kalanya terjadi pada beberapa atau sekelompok individu. Privacy
jenis ini disebut privacy kelompok.
Secara umum, ada beberapa jenis privacy yang dapat didefenisikan.
Terdapat enam jenis privacy yang terbagi dalam dua golongan
(Holahan dalam Arsitektur dan Perilaku Manusia).
a) Golongan pertama adalah orang yang membutuhkan privacy
secara fisik. Hal ini diwujudkan melalui tingkah laku yang
cenderung menarik diri dari lingkungannya diantaranya
dengan cara :
Keinginan untuk menyendiri, dimana privacy, ini tebentuk
karena adanya batasan ruang sehingga orang itu bebas
melakukan apapun tanpa merasa terganggu atau diganggu
orang lain.
• Keinginan untuk menjauh, dimana privacy ini terjadi
bila seseorang menjauhi segala sesuatu karena
beranggapan bahwa sesuatu tersebut itu sebagai
gangguan.
• Keinginan untuk intim dengan orang/sekelompok
orang, dimana privacy ini terjadi karena adanya
kegiatan. Ada kalanya orang yang saling mengenal
dengan akrab mempunyai keinginan untuk menyendiri
agar tidak mendapat gangguan.
b) Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan
diri sendiri yang diwujudkan dalam tingkah laku dengan
hanya memberi informasi secara terbatas dan seperlunya,
seperti :
• Keinginan merahasiakan diri sendiri (anonymity)

commit to user II - 26

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Keinginan untuk mengungkapkan diri terlalau banyak


kepada otrang lain (reserve)
• Keinginan untuk tidak terlibat dengan para tetangga
(not neighboring)
Dalam arsitektur, tujuan perancangan adalah memberikan privacy
yang sebesar mungkin untuk setiap orang. Namun demikian, hal
ini tidak berarti membuat bangunan yang terpisah atau terisolasi
dari lingkungan. Yang perlu diperhatikan disini adalah bagaiman
seseorang tetap memungkinkan untuk memilih tingkat privacy
yang diinginkan walaupun berada dalam lingkungan yang
kompleks.
2) Personal Space
Personal space adalah suatu area yang dengan batas maya
mengelilingi diri seseorang dan orang lain tidak diperkenankan
masuk kedalamnya.
Pada dasarnya besar kecilnya personal space pada diri seseorang
bersifat relatif atau fleksibel. Ada beberapa tingkatan jarak ruang
personal yang disebut sebagai jarak komunikasi. Menurut edward
Hall dalam bukunya arsitektur dan perilaku manusia, jarak
komunikasi ada empat macam, yaitu :
a) Jarak intim
Fase dekat (0,00 – 0,15 m) dan fase jauh (0,15 – 0,50 m).
Jarak komunikasi yang terjadi pada interaksi orang-orang
yang sudah sangat akrab atau intim, bisa juga terjadi pada
orang-orang yang berada pada tingkat emosional yang sangat
tinggi.
b) Jarak personal
Fase dekat (0,50 – 0,75 m) dan fase jauh (0,75 – 1,20 m).
Jarak komunikasi yang terjadi pada orang-orang yang sudah
saling mengenal dan cukup akrab.

commit to user II - 27

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

c) Jarak sosial
fase dekat (1,20 – 2,10 m) dan fase jauh (2,10 – 3,60 m).
Jarak komunikasi yang terjadi pada interaksi orang-orang
yang belum atau baru saling mengenal.
d) Jarak publik
fase dekat (3,60 – 7,50 m) dan fase jauh (lebih dari 7,50 m).
Jarak komunikasi pada hubungan yang lebih formal dan
seringkali terjadi hanya dari satu arah.
Terdapat pula beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
personal space. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a) Faktor pesonal yang berasal dari diri dalam diri individu itu
sendiri. Faktor ini meliputi :
1.) Jenis kelamin
Personal space yang dibentuk pada pasangan pria dan
wanita lebih besar daripada personal space yang
dibentuk pasangan pria dan pria maupun wanit dan
wanita ketika berinteraksi. Salah satu kemungkinan
perbedaan besar kecilnya personal space yang berkaitan
dengan jenis kelamin lebih disebabkan oleh adanya
perbedaan dalam sosialisasi antara pria dan wanita
daripada karena kepribadian biologisnya.
2.) Umur
Semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin
besar personal space yang dikenakannya pada orang-
orang tertentu
3.) Tipe kepribadian (personality)
Seseorang yang mempunyai kepribadian introvert
(tertutup, tidak mudah berteman, pemalu) cenderung
mempunyai ruang personal yang lebih besar
dibandingkan dengan orang-orang yang bertipe
ekstrovert (pandai bergaul, supel,ramah)

commit to user II - 28

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

4.) Latar belakang budaya


Latar belakang suku bangsa dan juga budaya seseorang
mempengaruhi besarnya ruang personal. Orang-orang
jawa mempunyai ruang personal yang cukup besar
apalagi jika dikaitkan dengan status mereka maupun
gender.
b) Faktor situasi lingkungan
Pada saat tertentu, personal space bisa menjadi cukup besar,
namun pada saat lainnya dia bahkan menjadi tidak ada. Hal
ini turut dipengaruhi oleh tingkat hubungan orang tersebut
dengan orang-orang disekitarnya. Misalnya ketika bertemu
dengan keluarga atau teman dekat, personal space seseorang
menjadi sangat kecil. Namun ketika bertemu dengan orang
asing, mungkin dia sudah merasa nyaman jika harus
berdekatan dengan orang tersebut.
3) Teritori (Territory)
Teritory merupakan perwujudan ego seseorang atas keinginannya
untuk tidak diganggu oleh orang lain. Pada hal-hal tertentu
teritory dianggap sebagai sebuah wilayah yang telah menjadi hak
seseorang.
Ada beberapa tipe tritory yang dibagi berdasarkan derajat
privacy, afiliacy (pertalian) dan kemungkinan pencapaian
(Altman, Arsitektur dan Perilaku Manusia).
a) Teritori primer
Teritori primer merupaka tempat yang sangat pribadi
sifatnya bagi seseorang atau kelompok orang. Teritori ini
hanya bisa dimasuki oleh pihak yang sudah sangat dekat
atau mendapatkan ijin khusus dari pihak yang bersangkutan.
Berdasarkan kepemilikannya, teritori ini bisa saja menjadi
milik individual maupun kelompok tertentu yang dikontrol
relatif permanen dan mempunyai keterlibatan psikologi
yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya.
commit to user II - 29

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Contoh teritori primer adalah kamar tidur dalam runmah,


ruang kantor atau dalam skala besar seperti negara.
b) Teritori sekunder
Dibanding teritori primer, teritori ini bersifat tidak terlalu
pribadi bagi pemiliknya. Teritori ini dimiliki bersama oleh
sejumlah orang yang relatif saling mengenal.
Kendali pada teritori ini tidak seketat pada teritori primer
karena kadang berganti pengguna, bergiliran bahkan salin
berbagi dengan orang asing lainnya.
Contoh teritori sekunder adalah loker diperpustakaan, meja
kantin, ruang kelas.
c) Teritori publik
Teritori publik merupakan area atau tempat-tempat terbuka
dan dapat digunakan oleh umum serta siapapun. Namun ada
kalanya teritori publik ini dikuasai oleh kelompok orang
tertentu atau tertutup untuk kelompok orang tertentu,
misalnya beberapa mall yang melarang siswa berseragam
masuk ke area mereka.
Contoh teritori publik adalah pasar, lobi hotel, pantai, jalan
dan tempat-tempat rekreasi.
Seperti halnya ruang personal, ada kalanya juga terjadi
pelanggaran dalam teritori. Pelanggaran-pelanggaran itu antara
lain :
a) Invasi, yakni seseorang secara fisik memasuki teritori orang
lain dan bertujuan mengambil kontrol atas teritori tersebut.
b) Kekerasan,yaitu bentuk pelanggaran teritori yang bersifat
temporer atas teritori seseorang.
c) Kontaminasi , yaitu bentuk pelanggaran dengan
meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan atau
mengganggu teritori orang lain.
Dari hal tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa banyak hal baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar diri manusia itu sendiri
commit to user II - 30

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

yang dapat mempengarui seseorang untuk melakukan perilaku


tertentu. Walaupun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku manusia dalam satu lingkungan dapat diketahui, namun
pada dasarnya seorang arsitek hanya mampun melakukan prediksi
atau pendekatan-pendekatan perilaku dalam menciptakan sebuah
desain. Hal ini tidak bisa dihindari karena manusia merupakan
makhluk yang seringkali berubah. Secara konseptual pendekatan
perilaku menekankan bahwa manusia merupakan makhluk
berpikir yang mempunyai persepsi dan keputusan dalam
interaksinya dengan lingkungan.

2. PERILAKU PERKEMBANGAN ANAK


a. Masa-Masa Perkembangan Anak Secara Umum
Pembagian perkembangana keadaan selama masa-masa perkembangan
hanyalah untuk memudahkan bagi kita mempelajari dan memahami jiwa
anak-anak. Walaupun perkembangan itu dibagi-bagi kedalam masa-masa
perkembangan, namun tetap merupakan kesatuan yang hanya dipahami
dalam hubungan keseluruhannya.
Para ahli psikologi membagi masa-masa perkebangan ini menurut
pendapat yang berbeda-beda denan menggunakan dasar-dasar pemikiran
yang berlainan.
1) Pembagian Aristoteles
Menurut Aristoteles ada tiga masa perkembangan, yaitu:
a) Periode anak kecil (kleuter), usia sampai 7 tahun
b) Periode anak sekolah, usia 7 sampai 14 tahun
c) Periode pubertas (remaja), usia 14-21 tahun
2) Pembagian Comenius
Pembagian masa-masa perkembangan menurur Comenius (dicata
magna) adalah sebagai berikut :
a) Masa sekolah ibu, smapai usia 6 tahn
b) Masa sekolah bahasa ibu, usia 6 - 12 tahun
c) Masa sekolah bahasa latin, usia 12 - 18 tahun
commit to user II - 31

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

d) Masa sekolah tinggi, usia 18 – 24 tahun


Pembagian menurut Comenius ini sangat berpengaruh
dalam jenjang pendidikan di Indonesia.
3) Pembagian Ch. Buhler
Menurut Ch. Buhler, mengemukaan bahwa masa perkembangan
anak dan pemuda dalam bukunya Practishe Kinder Psycgologie
adalah sebagai berikut :
a) Masa pertama, yakni usia sampai 1 tahun.
Pada masa ini terjadi dua peristiwa penting, yakni anak
belajar berjalan dan berbicara.
b) Masa kedua, yakni usia 2 - 4 tahun.
Pada masa ini anak menyamakan semua benda mati dan
binatang sama seperti dirinya. Pada usia 3 tahun dia kan
mengalami krisi I.
c) Masa ketiga, yakni usia 5 - 8 tahun.
Pada masa ini pandangan terhadap dunia sekelilingnya
ditinjau dan diterima secara objektif.
Keadaan dunia luar mulai dikenalnya melalui bermain,
kemajuan berbahsa dan pertumbuhan kemauannya.
d) Masa keempat, yakni usia 9 - 13 tahun.
Pada masa ini keinginan untuk maju dan memahami
kenyataan mencapai titik tertinggi. Dari segi kejiwaan
tampak tenang seakan-akan dia siap menghadapi
perubahan yang akan datang.
Pada masa ini timbul kritik pada diri sendiri, kesadaran
akan kemauan, penuh pertimbangan, mengutamakan
tenaga sendiri, disertai pertentangan yang timbul dengan
dunia lingkungan dan sekitarnya.
e) Masa kelima, yakni usia 14 - 19 tahun.
Pada masa ini anak terlihat lebih subyektif. Kemampuan
dan kesadaran dirinya terus meningkat. Hal ini
mempengaruhi difat-sifat dan tingkah lakunya dimana
commit to user II - 32

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

mereka akan berusaha memberontak, senang mengkritik,


suka menentang, dsb.
4) Pembagian Kohnstman
Menurut Kohnstamm dalam bukunya Pribadi dalam
Perkembangan, masa perkembangan dilihat dari sisi pendidikan
adalah sebagai berikut:
a) Masa vital (penyusu), sampai usia 1,5 tahun.
b) Masa anak kecil (estetis), usia 1,5 – 5 tahun.
c) Masa anak sekolah (intelektual), usia 5 – 14 tahun.
d) Masa remaja, usia 14 – 21 tahun.
e) Mas dewasa (matang), usia 21 tahun keatas.
b. Perkembangan Masa Sekolah
Setelah anak mencapai usia 6 atau 7 tahun, mereka mengenal lebih
banyak teman dalam lingkungan barunya dan nantinya akan
mempengaruhi perkembangan berpikirnya.
Pada masa perkembangan ini banyak fase yang dapat diamati dan penting
untuk diketahui agar dapat mengatasi permasalahan yang timbul pada
masa ini. Fase tersebut antara lain :
1) Perkembangan pengamatan
Terdapat dua tipe pengamatan yang ditemukan pada masa ini,
yakni :
a) Tipe pelihat warna, dimana anak yang tergolong tipe ini
dalam perkembangan perasaannya akan lebih cepat
terhadap warna.
b) Tipe pelihat bentuk, dimana anak yang tergolong tipe ini
dalam perkembangan perasaanya akan lebih cepat melihat
bentuk.
2) Perkembangan fantasi
Pada masa ini perhatian anak mulai ditunjukkan untuk dunia luar
yakni dunia nyata. Tetapi bukan berarti fantasinya menjadi
lenyap, namun fantasi itu tetap hidup. Fantasi yang terus hidup
tersebut akan mencari lapangan penyaluran lain, misalnya
commit to user II - 33

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

hiburan seperti membaca buku, mendengarkan cerita, membuat


sesuatu, dsb.
3) Perkembangan berfikir
Pada masa ini anak tidak lagi bersifat egosentris, artinya anak
tidak lagi memandang diri sendiri sebagai pusat perhatian
lingkungannya. Anak mulai memperhatikan keadaan sekeliling
secara objektif.
Minat anak terutama ditujukan untuk hal-hal yang bergerak. Hal
–hal yang mengandung kegiatan akan menarik perhatiannya.
Dengan senang hati ia akan mengikuti bermacam-macam
kegiatan walaupun perhatiannya tidak terpusat pada satu kegiatan
saja. Hal ini hendaknya menjadi catatan bahwa anak harus
mendapatkan penyaluran dan bimbingan yang baika agar anak
tidak bertindak asal.
4) Perkembangan perasaan
Anak pada usia ini memiliki perasaan yang lebih kuat
pengaruhnya dibandingkan dengan perasaan orang dewasa. Anak
akan lekas merasa puas dan selalu gembira serta jarang menyesali
perbuatannya. Mereka belum mampu merasakan kesusahan yang
dirasakan orang lain.
5) Perkembanga rasa sosial
Bergaul dengan teman sebaya dan berusaha menyesuaikan diri
merupakan usaha mereka untuk membangkitkan rasa sosial atau
nilai-nilai sosial.
Hal-hal yang diuraikan diatas menjadi dasar dalam penanganan anak
yang diperlukan dalam perncanaan fasilitas ini. Setidaknya teori-teori ini
dapat digunakan sebagai bahan pembanding dan bahan pertimbangan
mengingat secara alamiah perkembangan anak semua sama baik itu anak
jalanan maupun anak normal. Hanya karena tuntutan hidup dan keadaan
lingkunganlah yang menjadikan mereka sedikit berbeda, dan hal tersebut
yang akan berusaha kita kembalikan ke pribadi anak jalanan itu sendiri.

commit to user II - 34

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

3. PERILAKU DAN KARAKTER ANAK JALANAN SERTA


KAITANNYA DENGAN SEGI ARSITEKTURAL
a. Pengkategorian Usia Anak Jalanan
1) Kategori Usia Anak Jalanan Secara Umum
a.) Menurut Departemen Sosial Jateng, usia anak jalanan secara
umum adalah kurang dari 16 tahun ( Departemen sosial tahun
1999)
b.) Menurut Tata Sudrajat, usia anak jalanan adalah usia 5- 15 tahun
karena dianggap pada usia ini dirasa anak benar-bear produktif
dijalanan dan mereka dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang
lain.
c.) Menurut Soedijar, usia anak jalanan adalah 7-15 tahun, dan
bekerja diljalanan.
2) Kategori Usia Anak Jalanan di Surakarta
Sedangkan usia anak jalanan di Surakarta relatif lebih umum dalam
jarak usia 5-15 tahun, dimana dirasa usia tersebut merupakan usia
produktif bagi anak untuk bekerja,karena lebih dari usia 16 sudah
dianggap remaja dan bukan anak-anak.

b. Beberapa perilaku Khusus Anak Jalanan


1) Aktif dan kreatif
Dalam menjalani kehidupan dijalanan, anak jalanan secara tidak
langsung akan berkembang menjadi pribadi yang aktif dan kreatif. Hal
ini terjadi karena merekadituntut untuk dapat bertahan hidup dijalanan
dengan keahlian yang mereka miliki. Selain itu mereka tidak hanya
diam tetapi harus aktif untukdapat bertahan hidup. Mereka akan
melakukan apa saja yang bisa memperpanjang kehidupan mereka dan
menghasilkan sesuatu bagi mereka.
2) Mandiri dan bebas
Karena anak jalanan hidup sendiri dalam artian mencari uang sendiri
pada usia dini, maka mereka lebih mandiri dalam menjalani

commit to user II - 35

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

kehidupannya. Mereka tidak tergantung pada penghasilan dari


orangtuanya, namu mereka mencari sendiri penghasilannya.
Hal ini berdampak pada pola perilaku keseharian mereka. Mereka
menjadi terbiasa melakukan kegiatan sendiri. Tuntutan untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri berdampak mereka selalu mengatur
dirinya sendiri tanpa ada campur tangan dari orang lain. Misalnya
dalam hal makan dan tidur, mereka tidak akan berkompromi dengan
orang lain, sewaktu mereka butuh makan maupun tidur mereka akan
melakukannya dimanapun, walaupun seringkali mereka
melakukannya secara bersama-sama namun tidak ada peraturan yang
mengharuskan mereka melakukanya secara bersama-sama.
3) Rasa solidaritas yang tinggi antar sesama anak jalanan
Rasa solidaritas dari dlam diri anak jalanan berasa dari adanya rasa
senasib sepenanggungan yang mereka rasakan selama mereka hidup
bersama di jalanan. Misalnya dalam hal pekerjaan,tanpa adanya
pembagian yang resmi dari segi pendapatan, mereka tetap akan
bekerja bersama. Hasil dari pekerjaan bersama tersebut biasanya akan
dibagi dengan sesama anjal yang ikut bekerja.
Dalam menjalin rasa solidaritasnya tak jarang mereka berkumpul
sekedar untuk mengobrol maupun bertukar informasi. Hal ini biasa
mereka lakukan dipinggir-pinggir jalan atau di tempat yang biasa
mereka gunakan untuk berkumpul.
4) Adaptif dengan lingkungan
Kebiasaan anak jalanan yang terbiasa hidup dijalanan menimbulkan
perilaku dasar pada mereka yakni mereka mampu dan adaptif untuk
hidup dimana saja. Hal ini dapat timbul karena mereka yakin mereka
tidak bisa adaptif dengan lingkungannya mereka tidak akan mampu
bertahan dalam persaingan dijalanan. Kebiasaan yang mengharuskan
mereka hidup dijalanan menyebabkan mereka harus cepat dapat
menyesuaikan diri dan berbaur dengan lingkungan.

commit to user II - 36

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

c. Karakter Anak Jalanan


Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang
menyenangkan melainkan keteraksaan yang harus mereka terima karena
adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi
fenomena yang menuntut perhatian semua pihaksecara psikologis mereka
adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyain bentukkan
mental emosional yang kokoh sementara pada saat yang sama mereka
harus bergaul dengan duinia jalanan yang keras dan cenderung
berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukkan
kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial.
Dimana labilitas emosi dan mental mereka ditunjang dengan penampilan
yang kumuh melahirkan pendapat yang negatif oleh sebagian
besarmasyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikkan dengan
pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri dan sampah masyarakat
yang harus disingkirkan.
Pada taraf tertentu pendapat masyarakat ini justru akan memicu perasaan
alternatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian
introvert, cenderung suka mengendalikan diri dan asosial.
Mengenai karakter anak jalanan sendiri sebenarnya ada 2 karakter kuat
yang tumbuh diantara mereka, yaitu :
• Individualistis
Mereka hidup sendiri, berkepribadian introvert / tertutup dansusah
untuk berhubungan dengan orang lain.
• Berkoloni
Biasaanya merka hidup bersama-sama atau berkelompok dengan
teman mereka yang senasib sepenanggungan. Mereka mencari kerja
bersama-sama dan tidak dapat bertahan jika hidup sendirian.
Dari uraian karakter anak jalanan diatas dapat ditabelkan sebagai
beritut dengan penggolongan anak jalanan menjadi 2 golongan :  

commit to user II - 37

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Tabel II.1 penggolongan Anak Jalanan


KARAKTER CHILDREN OF THE STREET CHILDREN ON THE STREET
• Karakter  • Liar,  emosi  tidak  terkontrol,  • Lebih  mudah  diatur,  agak 
psikologis  bebas,  tidak  pedulipada  diri  terkontrol  emosinya,  masih 
  sendiri.  ada norma yang dianut. 
• Pola hidup  • Tidak  teratur,  suka  kebebasan  • Mandiri, lebih  mudah diatur, 
  berekspresi,  mandiri,  bekerja  bekerja dari pagi hingga sore 
  seharian penuh dijalanan.  dijalanan. 
• Tempat tinggal  • 24  jan  tinggal  dijalanan,  • Dilingkungan  kumuh 
  dipinggir atau emperan toko.  dipinggiran  kota  atau 
    sepanjang  bantaran  sungai 
    dan pinggiran rel kereta api. 
• Hubungan  • Sudah  putuh  hubungan  dengan  • Intensitas pertemuan dengan 
dengan keluarga  orang  tuaa,  hidup  sendiri  orang tua tidak teratur. 
  dengan kelompoknya, tidak mau   
  kembali kerumah.   
• Interaksi sosial  • Memisahkan diri dan bergabung  • Mudah  berinteraksi  dengan 
  dengan  sesama  jenis  orang  lain,  cenderung 
  kelompoknya,  idividu,  sulit  berkelompok,  solidaritas 
  berinteraksi  dengan  orang  lain,  tinggi. 
  solidaritas  tinggi  dengan   
  sesamatemannya.   
• Latar  belakang  • Broken  home,  pelarian  dari  • Keadaan  sosial  ekonomi 
kondisi  masalah keluarga.  keluarga yang kekurangan. 
• Pembinaan   • Sebelum  menjadi  anak  jalanan  • Ada  sebagian  yang  masih 
yang didapatkan  masih bersekolah dan mendapat  sekolah  dan  ada  yang  tidak, 
  perhatian  dari  keluarga,  dan  masih  mendapat  kasih 
  sekarang tidak lagi.  sayang  dan  perhatian  dr 
    keluarga. 
• Modus pekerjaan  • Untuk  bertahan  hidup,  untuk  • Membantu  orang  tua 
  makan sendiri.  mengatasi  masalah 
    keuangan keluarga. 
• Usia  • 5‐15  tahun  (usia  produktif  di  • 5‐15 tahun (usia produktif  di 
jalanan)  jalanan) 
Sumber : dra. Ismi dan I. Sandyawan S. 2006
 
 
 
   

commit to user II - 38

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

D. PRESEDEN RUMAH SINGGAH YANG TELAH ADA


1. Rumah Singgah Kampung Jembatan dan DILTS
Rumah singgah yang dikunjungi di Jakarta yakni rumah singgah DILTS
dan Kampung Jembatan. Di kedua rumah singgah ini memiliki kegiatan yang
hampir sama pada setiap rumah singah yang berfungsi utama untuk membina.
Namun terdapat kekurangan arsitektur yang terlihat dari keterbatasannya
ruangan sbagai wadah dari kegiatan yang dilakukan. Kedua rumah singgah ini
hanya berupa rumah tinggal biasa yang disewa oleh LSM tersebut untuk
kegiatan belajar, bermain, bersosialisasi dan berkarya. Karena keterbatasan
ruang ini maka kegiatan dilakukan dalam 1 ruang yang menimbulkan
ketidaknyamanan anak-anak jalanan untuk menerima pelajaran yang diajarkan.
Selain itu walaupun mereka berkarya mereka masih sulit menemukan tempat
untuk menjual karya mereka ke masyarakat umum, kalaupun ada letaknya jauh
dan sedikit merugikan anak jalanan karema sistem bagi hasil dari penjualan
tersebut.
Rumah singgah kampung jembatan dan DILTS memiliki konsep
pembinaan yang sama dikarenakan dua rumah singgah ini dikelola oleh satu
lembaga masyarakat yang sama yaitu DILTS foundation. Adapun konsep
penajaran dan pengembangan pendidikan serta bakat anak jalanan di rumha
singgah ini yakni denngan memberikan pelajaran dan pendidikkan yang
dijadwalkan setiap minggunya. Sehingga sebagian anak-anak jalanan yang
tidak tinggal dirumah singgah ini sudah mengetahui waktu berkumpul untuk
beajar. Konsep pembelajaran ini sayangnya hanya dilakukan 1 kali dalam
seminggu dalam waktu 2 jam. Hal ini sangat disayangkan karena pendidikan
anak-anak jalanan menjadi kurang mendapatkan ilmu.
Sedangkan untuk pembinaan anak jalanan kebanyakan dari anggota
DILTS foundation melakukan penyuluhan ditempat-tempat anak jalanan
beroperasi seperti di perempatan jalanan, pinggir jalanan, pasar, terminal, dll
untuk mengajak mereka belajar bersama pada waktu yang sudah ditentukan.
Untuk bangunnya sangat disayangkan karena bangunan ini hanya
berupa rumah tinggal yang ruangannya digunakan multifungsi, yakni satu
ruangan dapat digunakan sebagai beberapa ruang. Seperti ruang tamu yang
commit to user II - 39

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

digunakan juga sebagai ruang makan, belajar dan tidur. Untuk tidur tetap
dipisahkan antara anak jalanan laki-laki dan perempuan.

2. Rumah Singgah The Bamboe’S


Rumah singgah the bamboe’s ini terletak di jalan Stella III no.88,
Medan, Sumatera Utara. Lokasi rumah singgah ini sangat amat mudah dicapai
dari titik lokasi anak jalanan Medan. Karena bangunan ini tidak terlalu jauh dari
pasar umum Medan, Terminal antar kota dan pusat kota. Rumah singgah ini
awalnya merupakan kantor KKSP (Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan)
yang dipimpin oleh Bapak Ahmad Taufan Damanik.

Gambar II. 1 Rumah singgah di The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010

Skema II. 1 Sejarah Rumah Singgah The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010
commit to user II - 40

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Menurut Bapak Taufan latar-belakang pendirian rumah singgah itu,


karena dari tahun ke tahun jumlah anak jalanan dan maupun permasalahan anak
di jalan terus meningkat. Dalam penanganan masalah anak jalanan, KKSP
mempunyai dua konsep pendekatan. Pendekatan pertama disebut eleminasi.
Anak di jalanan ditarik dari jalanan kemudian diberikan pendidikan, diberi
bantuan usaha, disupervisi usaha dan eksistensinya. Namun pendekatan ini tidak
mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Anak-anak jalanan itu kembali turun
ke jalan.
Pendekatan kedua adalah pendekatan kultur. Anak jalanan tetap berada
di jalanan. Mereka diajarkan agar respek dengan pasar mereka. Kalau mau
berjualan, berjualan yang baik. Kalau memilih ngamen, ngamenlah dengan baik
dan dibekali keterampilan agar karyanya bisa dihargai. Mereka dibekali
wawasan dan bimbingan bagaimana berinteraksi dengan masyarakat. Ada etika
yang juga harus mereka taati agar bisa diterima sebagai bagian dari kehidupan
sosial masyarakat. Kebebasan yang mereka anut tidak mengganggu kehidupan
lainnya. Bila ini terjadi akan timbul friksi antara mereka dengan masyarakat
yang merugikan mereka sendiri, karena bisa dikucilkan dari kehidupan sosial
masyarakat.
Berangkat dari kondisi ini, KKSP kemudian membuat program rumah
singgah untuk anak jalanan di Medan pada awal tahun 1991. Fungsi utama
rumah singgah sebagai tempat berteduh anak-anak jalanan yang tidak memiliki
rumah. Selain itu menjadi tempat anak jalanan saling berinteraksi dan menjalin
komunikasi. Di tempat ini mereka dididik bersolidaritas, mengasah kreativitas
dan meningkatkan keterampilan. Polanya mengadopsi program serupa yang
dilaksanakan beberapa lembaga peduli anak di Filipina.
Sedangkan untuk konsep pembinaan anak jalananan yang sudah masuk dan
terdaftar dalam rumah singgah ini yaitu dengan memberikan pengajaran dan
pembekalan ilmu, selain itu anak jalanan juga diasah untuk memperdalam bakat
dan minat anak jalanan. Dalam rumah singgah ini pengasahan bakat mengenai
bermusik sangat amat terlihat hal ini terbukti dengan terbentuknya sebuah
kelompok musik bernama The Bamboe’s yang telah menghasilkan musik di
dunia musik nasional. Hal ini tidak lepas dari fasilitas-fasilitas yang sudah
commit to user II - 41

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

disediakan rumah singgah ini sehingga anak jalanan bisa berkarya dengan baik.
Fasilitas studio musik dan alat-alat band merupakan suatu media untuk membina
dan mengembangkan bakat anak jalanan salah satunya.

Gambar II. 2 Kegiatan Bermusik di The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010

Suasanan dalam rumah singgah ini sangatlah nyaman karena kedekatan


para penghuni baik anak didik (anak jalanan) maupun pengasuh. Anak didik di
rumah singgah ini yang terdata kurang lebih 100 orang dengan 50 pengasuh dan
volounteer. Suasanan kekeluargaan terasa sangat kental sehingga kesan nyaman
tercipta. Adapun fasilitas yang disediakan juga sangat baik, terbukti dengan
disediakannya ruang kumpul bersama dan juga aula.

Gambar II. 3 Ruang tamu & kumpul The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010

Sedangakan mengenai fasilitas yang ada dalam rumah singgah ini tidak
berbeda jauh dengan rumah singgah anak jalanan lainnya. Hanya saja rumah
singgah ini lebih memiliki stuktur peruangan yang sangat lengkap. Semisalnya
saja terdapat taman bermain yang merupakan salah satu fasilitas yang dapat
commit to user II - 42

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

membantu kondisi psikologis anak. Untuk ruang tidur juga dibedakan antara
ruang tidur anak perempuan dan laki-laki.

Gambar II. 4 Kamar Tidur di The Bamboe’s


Sumber : www.google.com . 2010

Untuk fasilitas servis dan yang lainnya rumah singgah ini juga memiliki
konsep yang sangat baik. Karena rumah singgah ini memiliki ruang
mandi,tempat cuci dan taman yang bagus. Hal ini sangat dibutuhkan bagi
kegiatan sehari-hari anak jalanan. Taman juga merupakan media terbaik bagi
kebutuhnan rekreasi anak jalanan sehingga anak jalanan tidak bosan.

Gambar II. 5 Fasilitas dalam Rumah singgah The Bamboe’s


Sumber : www.google.com .2010
commit to user II - 43

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

BAB III
TINJAUAN ANAK JALANAN DI SURAKARTA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data-data anak jalanan khususnya di surakarta
yang akan digunakan sebagai landasaan dalam perancangan rumah singgah yang akan
dibuat. Data eksplorasi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
anak jalanan yang membutuhkan fasilitas rumah singgah yang akan dibuat. Selain itu,
ini juga akan menentukan seperti apa dan bagaimana bangunan rumah singgah yang
akan dibuat berdasarkan data-data tersebut.

A. LOKASI OPERASI ANAK JALANAN DI SURAKARTA


Keadaan kota Surakarta yang memiliki banyak potensi serta semakin
berkembang dari waktu ke waktu disegala bidang terutama pembangunan sarana
maupun prasarana juga perdagangan saat ini (2010) ternyata bukanlah jaminan
bahwa daerah tersebut terbebas dari masalah sosial. Masalah-masalah sosial akan
selalu timbul menyertai perkembangan tersebut. Salah satu permasalahan sosial
yang timbul dan semakin berkembang sekarang ini adalah semakin banyaknya
anak-anak yang beraktivitas di jalanan untuk mencari nafkah (bekerja). Tempat
bekerja anak jalanan di Surakarta adalah tempat-tempat publik, seperti pasar,
terminal, stasiun, taman-taman kota, dan lain sebagainya. Beberapa dari mereka
bahkan tinggal dan tidur ditempat-tempat tersebut.

Gambar III. 1 Peta pembagian Kecamatan di kota Surakarta


Sumber : www.google.com . 2010.

III - 1

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Berikut titik-titik utama lokasi beroperasinya anak jalanan di Surakarta :

Tabel III. 1 Titik-titik lokasi anak jalanan beroperasi


KELOMPOK USIA 
LOKASI  TITIK UTAMA  AKTIVITAS 
ANAK JALANAN 

1. Koridor  Jl.  Ir.  ƒ Perempatan Sekarpace Dibawah usia 10 tahun  ƒ Mengamen


Sutami  –  Kolonel  ƒ Persimpangan Pedaringan  (mereka biasanya  ƒ Meminta‐
Sutarto,  ƒ Halte Tirtomoyo  beraktivitas secara  minta 
Panggung  ƒ Persimpangan Panggung  individu & 
ƒ Pasar Ledoksari  berkelompok) 

2. Koridor  Jl.  Urip  ƒ POM BENSIN ledoksari Dibawah usia 5 ‐ 10  ƒ Mengamen


Sumoharjo  –  ƒ Perempatan warungpelem  tahun (mereka  ƒ Meminta‐
Jendral  ƒ Perempatan Kantor Pos  biasanya beraktivitas  minta 
Supratman  ƒ Gladag  secara individu & 
berkelompok) 

3. Jalan Slamet  ƒ Persimpangan Nonongan Dibawah usia 5 ‐ 16  ƒ Mengamen


Riyadi – Pertigan  ƒ Perempatan Pasar Pon  tahun (mereka 
Panti Waluyo  ƒ Perempatan Novotel  biasanya beraktivitas 
ƒ Sriwedari  secara berkelompok) 
ƒ Perempatan DKT 
ƒ Purwosari 
ƒ Pertigaan Kerten/panti 
waluyo 
4. Koridor Lapangan  ƒ Manahan Dibawah usia 5 ‐ 10  ƒ Mengamen
Manahan – Kota  ƒ Sepanjang Jajaran PKL di  tahun (mereka  ƒ Meminta‐
Barat  Kota Barat  biasanya beraktivitas  minta 
secara individu & 
berkelompok) 

5. Terminal dan  ƒ Terminal Tirtonadi Dibawah usia 5 ‐ 16  ƒ Mengamen


Stasiun  ƒ Stasiun Balapan  tahun (mereka  ƒ Meminta‐
ƒ Stasiun Jebres  biasanya beraktivitas  minta 
secara individu &  ƒ Mengasong 
berkelompok  ƒ Menyemir 
sepatu 
Sumber : analisis penulis dan DINSOS Surakarta. 2010.

III - 2

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Kebanyakan alasan dari mereka untuk turun ke jalanan sama dengan alasan
anak-anak jalanan di kota-kota yanglain pada umumnya., seperti kemiskinan,
masalah keluarga, dan lain sebagainya. Karena itulah merka hidup dijalanan
sebagai usaha untuk mengubah nasib mereka sebelumnya.
Dari beberapa anak jalanan yang kami temui menjelaskan bahwa ada
diantara mereka yang benar-benar tinggal di jalanan sepanjang hari tetapi ada pula
yang kembali kerumah karena mereka hanya menganggap jalanan sebagai tempat
kerja mereka. Jam kerja anak jalanan pun tidak sama antara yang satu dengan yang
lainnya, ada yang dari pagi hingga sore, ada yang sepulang mereka dari sekolah,
atau bahkan ada yang sepanjang waktu bekerja di jalanan.
Profesi yang mereka lakukan ini juga mengandung resiko yang sama dengan
resiko anak jalanan yang lain. Preman-preman yang menhantui lingkungan kerja
mereka, yang mengharuskan anak-anak jalanan ini untuk membayar uang
keamanan sebesar Rp.1.000,00 – Rp.5.000,00 per hari. Mungkin jumlah yang
diminta ini berbeda setiap hari dan lokasi.

B. KARAKTERISTIK ANAK JALANAN DI SURAKARTA


1. Jumlah Anak Jalanan Surakarta
Jumlah anak jalanan di Surakarta semakin bertambah tiap tahunnya.
Srperti yang disampaikan oleh Bapak Muladi, selaku seksi Rehabilitasi Sosial
Dinas Sosian Pemerintahan Kota Surakarta, mengaku bahwa DenSos belum
dapat berbuat banyak bagi keberadaan anak jalanan. Namun selama ini,
pihaknya bertugas mendata dan melakukan pembinaan terhadap anak jalanan.
Pendataan terakhir yang berhasil dilakukan menyatakan bahwa
terdapat sekitar ±960 anak jalanan pada tahun 2009, jumlah ini bertambah
karena pada tahun 2002 jumlah anak jalanan hanya ±405 dan pada 2007 sekitar
±670 anak.
2. Usia anak Jalanan di Surakarta
Usia anak jalanan di Surakarta sekitar 5 tahun hingga 16 tahun. Usia-
usia di atasnya yang juga bekerja di jalanan Surakarta termasuk/dimasukkan

III - 3

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

pada LSM kapas yang menangani pengamen-pengamen Surakarta dengan


kriteria usia lebih dari 16 tahun.
3. Jenis Kelamin Anak Jalanan Surakarta
Anak jalanan laki-laki di Surakarta memiliki jumlah yang lebih banyak
dibandingkan jumlah anak jalanan perempuan. Menurut data yang didapat pada
tahun 2009 jumlah anak jalanan ± 960 anak, yang terdiri dari ±690 anak laki-laki
dan ±270 anak perempuan.
4. Pendidikan Anak Jalanan Surakarta
Anak jalanan di Surakarta sebagian besar masih duduk di bangku Sekolah Dasar
dan sekolah Menengah Pertama. Selebihnya duduk dibangku SMU, tidak
bersekolah dan putus sekolah. Dari data anak jalanan yang didapati dari LSM,
pendidikan anak jalanan dapat dirinci sebagai berikut :
Masih SD : ± 450 anak
Masih SMP : ± 125 anak
Masih SMA : ± 50 anak
Lulus SD : ± 40 anak
Lulus SMP : ± 45 anak Keterangan :

Lulus SMU : ± 20 anak Dari observasi di lapangan, terdapat tiga


(3) anak putus /tidak sekolah dari
DO SD : ± 20 anak
sepuluh (10) anak yang disurvey.
DO SMP : ± 25 anak
5. Hubungan Anak Jalanan Surakarta dengan Orang Tua dan Keluarga
Anak-anak jalan Surakarta sebagian besar masih tinggal dan
berhubungan dengan orang tua. Akan tetapi ada juga yang berhubungan tidak
teratur bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan orang tua ataupun
keluarganya, dimana anak-anak tersebut tinggal dijalan setiap harinya (tidak
memiliki tempat tinggal).
6. Aktivasi Anak Jalanan Surakarta
Aktivasi anak jalanan Surakarta sebagian besar adalah meminta-minta
dan mengamen (sekitar 80%). Beberapa ada juga yang mengasong, berjualan,
menyemir sepatu, melap kaca mobil, dan sebagainya (sebesar ±20%).

III - 4

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

7. Lama Kerja Anak Jalanan di Surakarta


Lama kerja anak jalanan Surakarta bervariasi, sebagian besar dari mereka
mulai bekerja di jalanan sepulang sekola. Setelah beristirahat sebentar dan
makan siang mereka mulai bekerja dijalanan. Berikut jam kerja anak jalanan
Surakarta :
• Masih sekolah SD : 13.00 – 21.00
• Masih sekolah SMP : 15.00 – 22.00
• Tidak bersekolah : 09.00 – 23.00
8. Penghasilan Anak Jalanan di Surakarta
Penghasilan anak jalanan Surakarta bervariasi. Penghasilan anak jalanan
mulai dari Rp.15.000,00 hingga Rp.75.000,00 per harinya.
9. Pemanfaatan Penghasilan Anak Jalanan di Surakarta
Uang yang mereka peroleh dari bekerja di jalanan, sebagian besar
diserahkan kepada orang tua. Biaya itu kemungkinan besar digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan biaya pendidikan anak-anak
tersebut. Ada pula yang memanfaatkan sebagian penghasilannya untuk sekedar
jajan ataupun bermain play station (PS).

C. KONDISI ANAK JALANAN DI SURAKARTA


1. Interaksi Sosial Sesama Anak Jalanan
Pada tiap-tiap anak jalanan di Surakarta, memiliki komunitas masing-
masing dalam berinteraksi. Dan cara yang mereka gunakanpun berbeda-beda
dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Namun tetap ada kesamaan dari
semua kelompok tersebut yakni adanya rasa solidaritas yang tinggi dan
kerjasama yang baik dalam kelompoknya.
Rasa kebersamaan ini tumbuh tidak hanya pada saat mereka mencari
nafkah saja tetapi juga rasa solidaritas ini juga tumbuh apabila salah satu dari
anggota kelompok mendapatkan musibah seperti sakit atau ditangkap petugas.
2. Interaksi Sosial Anak Jalanan Dengan Masyarakat Sekitar
Citra masyarakat terhadap anak jalanan tidak pernah lepas dari kesan
negatif. Hal ini karena banyak bermunculannya peilaku menyimpang yang
III - 5

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

dilakukan sebagian anak jalanan. Namun, bukan berarti bahwa anak jalanan
sama sekali tidak bisa berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam kota Surakarta sendiri hubungan anak jalanan dengan masyarakat
sekitar sudah cukup baik terjalin seperti hubungan antara anak jalanan dengan
pemilik toko tempat mereka biasanya tidur pada malam hari dengan kegiatan
sehari-hari yang sangat positif (misalnya, pemilik atau karyawan toko sering
meminta bantuan anak jalanan untuk membelikan makanan ataupun
menukarkan uang,dll.)

D. PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA ANAK JALANAN


1. Penjualan Anak Jalanan
Meningkatnya jumlah korban anak jalanan yang dijual baik diluar
negeri atau didalam negeri mencuat maka permasalahan ini patut diwaspadai.
Kebanyakan dari mereka dijual ke Thailand, Singapura dan Korea, mereka
disana dipekerjakan sebagai kurir tetapi tidak jarang pula bagi anak jalanan
perempuan eksplotasi seksual menimpa dirinya.
2. Masalah Pelacuran Anak Jalanan
masalah ini merupakan masalah yang paling tinggi tingkat intensitas
kejadiannya. Bagi anak jalanan perempuan resiko ini sangat besar kemungkinan
terjadinya pada mereka jika mereka tinggal di jalanan secara individu
3. Masalah Kekerasan dan perilaku menyimpang pada anak jalanan
Tingkat kekerasan pada anak meningkat akhir-akhir ini, khususnya di
Surakarta. Terutama masalah perilaku mereka yang menyimpang, misalnya
“ngelem”, berjudi, pergaulan bebas dan minum-minuman keras. Hal ini sering
mereka lakukan ditempat-tempat persembunyian mereka maupun pinggir-
pinggir jalan.

III - 6

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

E. UPAYA PENANGGULANGAN PERMASALAHAN ANAK


JALANAN DI SURAKARTA
Dalam mengatasi permasalahan anak jalanan, pemerintah Kota Surakarta sudah
melakukan beberapa kebijakan dan usaha, yakni:
1. Pihak Dinas Sosial Surakarta mengadakan pelatihan secara temporer
terhadap anak jalanan di Surakarta. Pelatihan tersebut meliputi materi
pengaggulangan narkoba dan minuman keras, bimbingan mental agama,
bimbingan sosial, bimbingan kesadaran hukum, teori kewirausahaan serta
teori dan praktek musik.
2. LSM-LSM di Surakarta juga memberikan pelatihan. Tindakan nyatanya
adalah dengan mengadakan rumah singgah dan beberapa rumah baca bagi
anak jalanan. Saat ini, di Surakarta terdapat 4 rumah singgah yang tersebar
di beberapa tempat di Surakarta.
3. Usaha represif, yakni mengadakan razia yang dianggap sebagai cara yang
paling efektif dalam mengatasi anak jalanan. Usaha ini dilakukan oleh
aparat Kepolisian Surakarta secara berkala.
Kebijakan Pemkot Surakarta dalam penanganan anak jalanan mempunya segi
positif dan segi negatif.
1. Segi Positif :
a. Terwujdnya aspek peran serta mayarakat dan partisipasi masyarakat
untuk mewujudkan anak jalanan yang sejahtera, sehat dan bermanfaat
serta penuh percaya diri
b. Membuka peluang kerja bagi warga masyarakat yang kurang pendidikan
formalnya namun terampil dalam bekerja.
c. Kebijakan tersebut juga dapat memberi peluang bagi para pekerja sosial
untuk data membatu pembinaan anak jalanan.
2. Segi Negatif :
a. Karena belum tedapatnya aturan yang jelas untuk penanganan anak
jalanan, penyaluran anak jalanan yang telah memndapatkan pembinaan
kurang mendapat perhatian dari berbagai instansi terutama Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
III - 7

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Belum adanya tempat penampungan yang permanen untuk melakukan


pembinaan tehadap anak jalanan.
c. Warga masyarakat belum dapat menerima kehadiran anak jalanan karena
kurangnya sosialisasi dari pemerintah maupun dinas terkait.

F. KONDISI RUMAH SINGGAH DI SURAKARTA


Tujuan umum dari pengadaan rumah singgah di Surakarta yakni untuk
merehabilitasi anak jalanan sehingga mereka dapat menjadi anggota masyarakat
yang sadar akan akan tanggung jawab dan haknya. Selain itu rumah singgah ini
juga bertujuan untuk memberdayakan anak jalanan agar mereka dapat menemukan
alternatif alih profesi sehingga dapat mengatasi persoalan mereka secara tanggung
jawab.
Di Surakarta sendiri keberadaan rumah singgah saat ini banyak
penyimpangan fungsi, selain itu sebagian besar rumah singgah yang ada di
Surakarta hanya diperuntukkan bagi orang-orang perantauan yang datang ke
Surakarta tetapi tidak memiliki tempat tinggal lalu mereka tinggal di rumah singgah
tersebut. Contoh nya saja rumah singgah Pondok Boro yang ada di daerah
Nusukan.
Sedangkan rumah singgah yang diperuntukkan bagi anak jalanan
sebenarnya ada 4 rumah singgah, yakni Rumah singgah Putra Bangsa (Gilingan),
Rumah Singgah Panji (Banjarsari), Rumah singgah Harapan bangsa (Jajar) dan
Rumah singgah Kusuma bangsa (Jebres). Namun sayang keempat rumah singgah
tersebut untuk saat ini tidak berfungsi penuh pada pelatihan dan pembinaan rumah
singgah, dan hanya digunakan secara temporer dan tidak berkesinambungan
sehingga pelatihan dan pembinaannya kurang berjalan lancar.

G. KONDISI KAMPUNG TEMPUREJO DI KELURAHAN


SUMBER, KECAMATAN BANJARSARI
Kecamatan Banjarsari adalah kecamatan yang terletak di pusat kota
Surakarta. Di kecamatan ini terletak stasiun Solo Balapan yang melayani perjalanan

III - 8

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

kereta api menuju Jakarta/Yogyakarta, Surabaya dan Semarang. Selain itu di sini
terletak pula Terminal Tirtonadi yang merupakan terminal bus.
Selain itu di kecamatan ini terletak Pura Mangkunagaran, istana kerajaan
Mangkunegara, salah satu ahli waris kerajaan Mataram Baru. Kecamatan ini adalah
kecamatan terbesar di Surakarta dan kebetulan juga kecamatan yang paling kaya.
Banyak hotel berbintang internasional terletak di kecamatan ini.
Selain itu terdapat tiga pemakaman penting di kecamatan ini: TPU
Bonoloyo, Astana Utara Nayu, dan Astana Bibis Luhur.
Luas kelurahan ini ±14,81 km² dengan jumlah penduduk pada 2001
mencapai 153.508 jiwa. Kepadatan penduduk di kecamatan ini adalah 10.365/km².
Kecamatan ini juga terdiri dari 13 kelurahan yakni :
a. Kelurahan Timuran
b. Kelurahan Keprabon
c. Kelurahan Ketelan
d. Kelurahan Punggawan
e. Kelurahan Kestalan
f. Kelurahan Setabelan
g. Kelurahan Gilingan
h. Kelurahan Nusukan
i. Kelurahan Kadipiro
j. Kelurahan Banyuanyar
k. Kelurahan Sumber
l. Kelurahan Manahan
Dalam persoalan ini yang lokasi terdapat pada kelurahan sumber terdiri dari
kurang lebih 5 kampung yang tersebar secara acak. Sebagian besar kampung-
kampung tersebut memiliki luasan dan tingkatan keadaan ekonomi yang berbeda-
beda. Kelurahan Sumber memiliki luasan sekitar ± 234.750 m². Kelurahan Sumber
merupakan kelurahan yang tidak terlalu luas dibandingkan dengan kelurahan-
kelurahan lainnya. Banyaknya penduduk sekitar 8.976 jiwa. Pertumbuhan penduduk
sangat besar. Untuk kelurahan Sumber ini dipegang oleh bapak Dwi Setyo, SH
selaku kepala Kelurahan Sumber.
III - 9

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Semakin meruncing pada suatu tempat, maka yang akan dibahas adalah
Kampung Tempurejo. Kampung Tempurejo sendiri termasuk salah satu kampung
yang cukup luas dalam cakupan kecamatan Banjarsari, kelurahan Sumber. Kampung
Tempurejo memiliki luas lahan sekitar kurang lebih 41.950 m² dengan 6 (enam) RT
yang ada di dalamnya. Dari seluas lahan pada Kampung Tempurejo terdapat ±445
Kepala Keluarga dalam satu kampung. Dan tiap-tiap keluarga memiliki rata-rata 4
orang anggota keluarga, walaupun juga banyak yang memiliki jumlah anggota
keluarga lebih dari itu. Dan rata-rata keluaga memiliki tempat tinggal dengan luas
yang berkisar antara 72m² - 124 m². Dan maksimal bangunan pada kampung ini
terdiri dari tiga lantai, tetapi sebagian besar bangunan di kampung ini memiliki
ketinggian dua lantai.
Masalah pendidikan di kampung Termpurejo bisa dibilang cukup baik,
karena pada kampun inijuga terdapat sebuah Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah 4 yang membuktikan bahwa lokasi kampung ini merupakan lokasi
yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Sedangkan untuk mata pencaharian
sebagian besar penduduk Kampung Tempurejo merupakan pedagang dan pegawai,
keadaan ini menjelaskan bahwa kampung ini memiliki kondisi ekonomi yang sangat
baik walaupun tidak berlebih. Bisa dibilang kondisi ekonomi pada lingkungan ini
menengah kebawah. Yang sesuai untuk anak jalanan agar mereka tidak merasa
berbeda dengan masyarakat yang telah ada.
Potensi yang terlihat pada kampung ini sangatlah banyak apabila melihat
Dari latar belakang kebutuhan lokasi untuk rumah singgah. Kampung ini juga
memiliki sedikit kontur yang mebuat kampung ini menjadi unik. Selain itu kampung
ini juga memiliki banyak fasilitas yang dapat digunakan oleh warganya, antara lain :
a. Sarana keamanan (Pos Siskamling 2 buah)
b. Sarana peribadatan (Masjid 1 buah)
c. Sarana pendidikan (SMP Muhammadiah 4)
d. Sarana Air bersih (PDAM)
e. Sarana Listrik (PLN)
f. Sarana pembuangan sampah (tempat pembuangan sampah bersama)
g. Sarana pembuangan limbah (Riol dan Selokan)
III - 10

 
commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

BAB IV
RUMAH SINGGAH BAGI ANAK JALANAN DI
SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN
Dilihat dari hasil uraian ataupun analisa pada bab-bab sebelumnya, didapatkan data dan
informasi bahwa anak jalanan memiliki kebutuhan akan fasilitas yang memadai bagi
kegiatan sehari-harinya. Oleh karena itu dibutuhkan rumah singgah yang dapat
memenuhi kebutuhan dan juga sesuai dengan standar persyaratan rumah singgah yang
ditetapkan. Pembahasan pada bab ini merupakan hasil analisis yang dapat memberi
gambaran umum tentang rumah singgah bagi anak jalanan, melalui kajian pengertian,
tujuan, sasaran pelayanan, fungsi dan peran, bentuk kelembagaan. Dan pada bab ini
penulis akan memberikan alternatif sebuah desain Rumah Singgah di Surakarta sebagai
Wadah Kegiatan Anak Jalanan melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku sehingga
diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada.

A. PENGERTIAN
Rumah singgah anak jalanan di Surakarta adalah suatu wadah penampungan
yang memberikan pemeliharaan, perlindungan, asuhan, perawatan, pembinaan dan
pelatihan kpada anak jalanan agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar
baik secara rohani maupun jasmani dimana wadah ini disesuaikan dengan karakter
dan perilaku mereka agar nantinya mereka dapat diterima pada masyarakat umum.

B. TUJUAN
Seperti peran rumah singgah yang sudah ditampilkan pada bahasan
sebelumnya, nantinya rumah singgah ini akan bertujuan agar anak jalanan dapat
tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
Hal ini sesuai dengan peran rumah singgah antara lain :
1. Centred based programe
Dimana pendekatan penanganana terhadap anak jalanan ini, lebih mengarah
pada:
a) Perlindungan, karena menyediakan tempat tinggal.
IV - 1
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b) Edukasional, memberikan pengarahan agar anak jalanan dapat hidup


bermasyarakat.
c) Pelatihan, dengan adanya tempat tinggal maka program pelatihan dirasa
cocok diberikan kepada anak jalanan karena terdapat lokasi yang
mendukung.
d) Pembinaan, memberikan pembinaan agar anak jalanan dapat menjadi
manusia yang lebih baik.
2. Street based interventions
Adapun pendekatan jenis ini lebih mengarah pada :
a) Pengasuhan, karena berkaitan dengan konseling dari volounteer terhadap
anak jalanan baik cara besosialisasi maupun segi pengetahuan.
b) Rekreatif, dimana pendekatan ini bersifat menghibur dan
berusahamengembalikan dunia anak-anak yag seharusnya anak jalanan
dapatkan.
c) Perlindungan, karena hasil konseling dan dialog akan ditindak lanjuti
dengan memberikan perlindungan terhadap anak jalanan.
d) Pembinaan, memberikan pembinaan agar anak jalanan dapat menjadi
manusia yang lebih baik.
3. Community based strategy
Sedangkan jenis pendekatan ini lebih mengarah kepada :
a) Edukatif, yakni dengan memberikan pendidikan baik secara formal dan
informal terhadap anak jalanan.
b) Pelatihan, dengan memberikan pembinaan agar anak jalanan dapat
menjadi manusia yang lebih baik.
c) Pembianaan, memberikan pembinaan agar anak jalanan dapat menajdi
manusia yang lebih baik.
d) Rehabilitasi dan adaptasi, memberikan pengarahan agar anak jalanan tidak
kembali ke jalanan dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat pada
umumnya.
Dari berbagai jenis pendekatan anak jalanan diatas, maka dipilih cara
pendekatan dengan menggabungkan ketiga jenis pendekatan tersebut yakni dengan

IV - 2
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

menciptakan rumah singgah yang melindungi/aman, rekreatif, edukatif dan


memberikan pelatihan serta bimbingan dan pengasuhan. Sehingga diharapkan
tujuan rumah singgah ini dapat tercapai.

C. SASARAN PELAYANAN
a. Anak-anak yang masuk dalam kategori anak jalanan yang berumur 5-15 tahun,
dengan pertimbangan kisaran usia ini merupakan usia anak jalanan yang paling
banyak ditemui di Surakarta. Selain itu kisaran usia ini rata-rata anak sekolah
menurut masa perkembangan anak.
Fasilitas rumah singgah ini nantinya akan dibangun pada titik lokasi terbesar
dan terjangkau pencapaiannya oleh anak jalanan di Surakarta.
Sedangkan daya tampung masing-masing rumah singgah disesuaikan dengan
jumlah seluruh anak jalanan pada 5 tahun mendatang diasumsikan sekitar
1.267 anak jalanan uang akan terbagi dalam 5 kecamatan. Jadi masing-masing
rumah singgah di tiap-tiap kecamatan akan menampung sekitar 255 anak
jalanan baik yang menetap ataupun tidak menetap.
Selain itu dasar pemilihan daya tampung ini juga didasarkan pada kebijakan
tentang pengoptimalan suatu rumah singgah yakni sekitar 255 orang dalam
rumah singgah dengan perbandingan antara anak jalanan dengan
pengampu/voulunteer yakni 5 : 1 (5 orang anak jalanan diasuh oleh 1 orang
pengampu).
Sedangkan daya tampung dari rumah singgah ini nantinya adalah :
a. Anak jalanan yang menetap (children off the street) = 180 anak
b. Anak jalanan yang tidak menetap (children on the street) = 75 anak
c. Pengelola menetap = 25 orang
d. Volounteer = 25 orang
b. Penyedian fasilitas hunian, pembinaan, pelatihan dan fasilitas penunjang
lainnya bagi anak jalanan khususnya yang hidup dijalanan dan tidak
mempunyai tempat tinggal tetap serta tidak mempunyai keluarga lagi.
c. Penyediaan fasilitas perlindungan, pelatihan, bimbingan dan pembinaan kepada
anak jalanan yang masih mempunyai keluarga dan tinggal dengan mereka

IV - 3
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

namun masih membutuhkan bantuan berupa binaan, pelatihan dan


perlindungan selama mereka hidup dan bekerja di jalanan.

D. FUNGSI DAN PERAN


Tabel IV.1 Peran dan fungsi dalam rumah singgah
PERAN FUNGSI

• Center based programe • Perlindungan


• Penanganan dengan menyediakan tempat tinggal dan • Edukasional
bimbingan. • Pelatihan
• Pembinaan
• Pengembangan

• Street based interventions • Pengasuhan


• Penanganan dengan cara terjun langsung kelapangan dan • Rekreatif
berhubungan langsung dengan anak jalanan. • Perlindungan
• Pembinaan
• Pencegahan

• Community based strategy • Edukatif


• Penanganan dengan menelusuri permasalahan pada • Pelatihan
lingkungan dan keluarga. • Pembinaan
• Pencegahan dan
rehabilitasi
• Adaptasi

Sumber : data-data analisis penulis. 2010.

Karena rumah singgah ini menggunakan pendekatan penanganan yang


merupakan gabungan dari ketiga jenis penanganan seperti yang telah disebutkan
diatas, maka fungsi yang terdapat pada rumah singgah ini juga sesuai dengan jenis
pendekatannya. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :
1. Pembinaan dan pelatihan
Termasuk didalamnya adalah pendampingan terhadap anak jalanan dan juga
memberikan bekal keterampilan serta pelatihan terhadap anak jalanan.
2. Pengasuhan, rekreatif dan perlindungan
Termasuk didalamnya aktifitas pemeliharaan dan memberikan perawatan
terhadap anak jalanan serta memberikan tempat tinggal yang layak dan
memberikan rasa aman.

IV - 4
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

3. Edukatif dan pengembangan


Termasuk didalamnya memberikan pendidikan baik secara formal amupun
informal dan memberikan bimbingan terhadap anak jalanan.
4. Pencegahan dan rehabilitasi
Termasuk di dalamnya terdapat proses pemulihan terhadap anak jalanan,
pengawasan dan penyantunan terhadap anak jalanan.

E. SIFAT KELEMBAGAAN

Masyarakat, keluarga,
sukarelawan dan mantan Pemerintah
anak jalanan

SEMI
INSTUSIONAL

LSM Badan dunia :


UNICEF, WHO,
dll

Skema IV.1 sifat kelembagaan rumah singgah


Sumber : data-data analisis penulis. 2010

F. STRUKTUR ORGANISASI

LSM / Yayaysan

Pimpinan, wakil, sekertaris, bendahara

Unit teknis

Bagian Bagian Bagian edukasi Bagian


pembinaan dan pengasuhan, dan pencegahan dan
pelatihan : rekreatif dan pengembangan : rehabilitasi :
ƒ Pendampingan perlindungan : ƒ Pendidikan ƒ Kerohanian
ƒ Pemeliharaan
ƒ pelatihan ƒ Penyedian tempat
ƒ Pembimbingan ƒ Kesehatan
tinggal ƒ Minat & bakat ƒ Advokasi
ƒ Erawatan ƒ Penyaluran ƒ Hubungan
ƒ Hiburan dan dengan
rekreasi masyarakat

Skema IV.2 Struktur organisasi rumah singgah


Sumber : data-data analisis penulis. 2010

IV - 5
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

G. ARAH PERENCANAAN

ANAK JALANAN
ƒ Kondepsos
Penerimaan :
ƒ Orsos / LSM
ƒ Intake proses
ƒ Masyarakat
ƒ Studi lapangan
ƒ Panti sosial
ƒ Home visit
CALON ANAK
ƒ Pendampingan
ASUH
ƒ Penempatan Pengasuhan dan
pembimbingan :

ƒ Keb. Fisik
Pengasuhan dan
pembimbingan : ANAK ƒ Keb. Rohani
ASUH
ƒ Keb. Fisik ƒ Keb. Kesehatan

ƒ Keb. Rohani ƒ Keb. Pendidikan

ƒ Keb. Kesehatan ƒ Keb. Emosial

ƒ Keb. Pendidikan

ƒ Keb. Emosial
ANAK MAMPU 
MELAKUKAN 
PERAN SOSIAL

Penyaluran :

ƒ Bekerja sendiri

ƒ Ditempatkan Pembinaan Lanjut 
ƒ Keluarga

ƒ Panti sosial lain

Skema IV.3 Arah Perencanaan rumah singgah


Sumber : data-data analisis penulis. 2010

IV - 6
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

H. PROGRAM PELAYANAN
Sesuai dengan peran dan fungsi rumah singgah ini seperti yang telah
dikemukakan diatas, maka rumah singgah ini mempunyai program pelayanan
antara lain :
1. Program Pembinaan dan Pelatihan
Dimaksudkan untuk memberikan pembinaan dan pelatihan akan keterampilan
bagi anak jalanan, sehingga mantinya diharapkan mereka dapat beralih haluan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan keahlian dan
keterampilan yang telah mereka miliki. Selain itu dengan adanya pembinaan
dapat memberikan bimbingan kepada ansk jalanan dalam menghadapi dunia
luar dan ersosialisasi dengan baik dalam masyarakat.
2. Program Pengasuhan, Rekreatif dan Perlindungan
Dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kebutuhan dasar anak berupa
makanan yang cukup, pakaian, serta tempat yanga aman dan nyaman untuk
anak tinggal, memberi kasih sayang dengan menjalankan fungsi keluarga.
Selain itu juga dapat memberikan layanan rekreatif bagi anak jalanan sehingga
mereka masih dapat merasakan dunia anak-anak mereka ditengah tuntuan
hidup yang harus mereka jalani.
3. Program Pengembangan dan Edukatif
Dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk
mengembangkan potensi secara utuh dengan memberikan pendidikan informal
yang baik secara terprogram maupun tak terprogram maupun serta memberikan
kesempatan kepada anak jalanan untuk berkembang dalam bidang lain
misalnya olahraga dan kesenian. Selain itu nantinya diharapkan melalui
program ini dapat menyalurkana anak jalanan untuk bekerja selain dijalanan.
4. Program Pencegahan dan Pemulihan (Rehabilitasi)
Dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan, sosial dan budaya agar
mereka dapat tumbuh dengan sehat dan wajar dalam peran mereka dikeluarga
dan kehidupan bermasyarakat nantinya.
Jenis-jenis pencegahan dan pemulihan dilakukan melalui bidang :
• Agama : pendidikan keagamaan dan fasilitas ibadah.

IV - 7
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Sosial : penyuluhan, diskusi, konsultasi dan cara beradaptasi


dengan lingkungan.
• Kesehatan : pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan konsultasi
psikologis.

I. KARAKTERISTIK
Terdapat beberapa karateristik yang ingin ditampilkan pada rumah singgah
ini berdasarkan karakter aktifitas dan karakter ruang ang dibutuhkan.
Berikut ini merupakan karakter aktifitas dalam kaitannya dengan peran dan fungsi
rumah singgah ini.
Berikut tabel karakter aktifitas :

Tabel IV.2 Karakteristik rumah singgah

KARAKTER AKTIFITAS 
Peran  Fungsi  Aktifitas 
• Center based  • Perlindungan  • Penyediaan tempat tinggal 
programe  • Edukasional  • Memberikan  pendidikan  baik 
  formal maupun informal 
• Pelatihan  • Memberikan  pelatihan 
  keterampilan dan keahlian 
• Pembinaan  • Memberikan  bimingan  agar  anak 
  jalanan  dapat  bersosialisasi 
  dengan baik 
• Pengembangan  • Mengembangkan bakat dan minat 
  anak  jalanan  dari  bebagai  macam 
bidang  seperti  olahraga,  kesenian 
dan keahlian 
 
• Street   based  • Pengasuhan  • Memberikan  pelayanan, 
interventions    pemeliharaan  dan  perawatan, 
  misalnya  kesehatan  dan 
  memberinya makan 
• Rekreatif  • Menyediakan  hiburan  baik  dari 
  anak  jalanan  maupun  untuk  anak 
  jalanan 
• Perlindungan  • Memberikan  perlindungan  
  selama  mereka  berada  di  jalanan, 
  dengan monitoring 
• Pembinaan  • Memberikan  bimbingan  anak 
  jalanan  dapat  bersosialisasi 
  dengan baik 
• Pencegahan   • Memberikan  pengarahan  agar 
  anak  jalanan  tidak  kembali  ke 
jalanan 
 
 
IV - 8
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

KARAKTER AKTIFITAS 
Peran  Fungsi  Aktifitas 
• Community  • Edukatif  • Memberikan  pendidilan  baik 
based strategy    formal maupun informal 
• Pelatihan  • Memberikan  pelatihan 
  keterampilan dan keahlian 
• Pembinaan  • Memberikan bimbingan agar anak 
  jalanan  dapat  bersosialisasi 
  dengan baik 
• Pencegahan dan  • Memberikan  pengarahan  agar 
rehabilitasi  anak  jalanan  tidak  kembali  ke 
  jalanan 
• Adaptasi  • Memberikan  pengarahan  agar 
  anak  jalanan  dapat  bersosialisasi 
dengan masyarakat sekitar 
Sumber : data-data analisis penulis. 2010

Dari karakter aktifitas diatas dapat diketahui jenis aktifitas yang tejadi dan
untuk selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui fasilitas dan peruangan yang
diperlukan.
Peruangan yang digunakan untuk menampung aktifitas anak jalanan
hendaknya sesuai dengan karakter anak jalanan yakni bebas, mandiri, suka
bersosialisasi, membutuhkan perlindungan dan bimbingan sehingga membutuhkan
pewadahan dengan kondisi yang terbuka, informal, aman dan edukatif, seperti yang
telah dibahas pada bab sebelumnya. Tabel hubungan antara karakter anak jalanan
dengan karakter ruang :
Tabel IV.3 Karakter ruang rumah singgah

KARAKTER RUANG 
Karakteri Anak Jalanan  Karakter Ruang 
• Mandiri dan Bebas  • Karakter  ruangan  yang  diperlukan  lebih  bersifat  terbuka 
Berkaitan dengan fungsi :  dan  iinformal.  Suasanan  yang  kaku  dan  formal  akan 
•  Pengembangan  membuat mereka merasa tidak nyaman. 
•  Pembinaan 
•  Pencegahan 
•  Aktif dan kreatif  • Karakter ruang yang sesuai yakni ruangan yang atraktif dan 
Berkaitan dengan fungsi :  dinamis,  dengan  kondisi  yang  tidak  monoton  dan  kaku 
•  Edukasional  dengan  pembatasan  sekat  pada  ruangan  serta  bersifat 
•  Rekreatif  santai  dimana  kesan  ini  dapat  ditimbulkan  dengan 
•  Pelatihan  pemakaian  bahan  yang  sederhana  dalam  membentuk 
•  pengembangan   ruang. 
• Rasa solidaritas dan sosialisasi  • Karakter ruang yang diperlukan cenderung besar agar dapat 
yang tinggi  menampung  anak  jalanan  dalam  jumlah  yang  cukup, 
Berkaitan dengan fungsi :  mengingat  mereka  tidak  individualistis.  Ruangan  yang  ada 
•  Pembinaan  hendaknya  berkumpul  atau  mengelompok    sesuai 
•  Pencegahan  fungsinya, agar rasa kebersaman dapat dirasakan oleh anak 
•  Adaptasi   jalanan. 

IV - 9
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

KARAKTER RUANG
Karakteri Anak Jalanan  Karakter Ruang 
• Adaptif dengan lingkungan  • Karakter  ruang  yang sesuai adalah karakter  ruang yang sama 
Berkaitan dengan fungsi :  dengan    ruangan  yang  mereka  temui  dilingkungannya. 
•  Edukasional  Ruangan  yang  sederhana,  tanpa  banyak  sekat,  bentuk 
•  Rekreatif  cenderung  kotak  dan  bahan  material  alam  merupakan 
•  Pembinaan  karakter  ruang  yang  membuat  ank  jalanan  merasa  nyaman. 
•  Pencegahan  Ruangan  yang  cenderung  rapi,  bersih  dan  tertata  akan 
menimbulkan  keanehan  dan  rasa  tidak  betah  bagi  anak 
jalanan. 
• Membutuhkan perlindungan  • Karakter  ruang  yang  sesuai  adalah  menimbulkan  rasa  aman 
Berkaitan dengan fungsi :  dengan  penataan  yang  mengumpul  dan  terpusat  namun 
•  Perlindungan  masih  terdapat  sela  antar  ruang  sehingga  tidak  terlalu  kaku. 
•  Pengasuhan  Penyekatan  paa  beberapa  ruang  privat  dilakukan  untuk 
•  Pencegahan   memberikan  rasa  aman  pada  anak  jalanan  erta  pemisahan 
  antar  kelompok  fungsi  yang  berbeda  dapat  dilakukan  agar 
tidak  terlalu  bebas,  namun  jarak  yang  ditimbulkan  juga  tidak 
terlalu jauh. 
Sumber : data-data analisis penulis. 2010

Dari kajian tentang hubungan karakter anak jalanan dengan karakter ruang
yang terbentuk makan akan terlihat hubungan aktifitas dengan pewadahan ruangan
yang sesuai dengan karakternya. Tabel hubungan karakter aktifitas dengan karakter
ruang :
Tabel IV.4 Karakter aktifitas-ruang rumah singgah

Karakter Aktifitas 
Karakter Ruang 
Karakter  Aktifitas 
• Perlindungan  • Penyediaan tempat tinggal.  • Mengelompok, tidak terlalau 
    rapat, bersekat pada ruang 
    privat. 
• Edukasional  • Memberikan pendidikan  • Ruangan yang atraktif dan 
  baik formal maupun  dinamis, tidak monoton, terbuka 
  informal.  dan informal. 
• Pelatihan   • Memberikan pelatihan  • Ruangan yang atraktif dan 
  keterampilan dan keahlian   dinamis, tidak monoton, terbuka 
    dan informal. 
• Pembinaan  • Memberikan bimbingan  • Ruangan yang besar, terbuka dan 
  agar anak jalanan  dapat  santai/informal. 
  bersosialisasi  dengan baik.   
• Pengembangan  • Menegmbangkan minat  • Ruangan yang besar, terbuka dan 
  dan bakat anak jalanan baik  santai/informal dan juga bisa 
  dari bidang olahraga  berupa lapangan/ruang terbuka. 
  maupun kesenian dan   
  keahlian.   
• Pengasuhan  • Memberikan pelayanan,  • Ruangan dengan sekat atau 
  pemeliharan dan  batasan karena enderung privat, 
  perawatan, misalnya  sederhana dengan material yang 
  kesehatan dan memberikan  alami. 
  makanan.   
• Rekreatif   • Menyediakan hiburan baik  • Ruangan yang atraktif dan 
  dari anak jalanan maupun  dinamis, tidak monoton, terbuka  

IV - 10
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Karakter Aktifitas 
Karakter Ruang 
Karakter  Aktifitas 
  untuk anak jalanan.  dan informal. 
• Pencegahan dan  • Memberikan  pengarahan  • Ruangan yang besar, terbuka dan 
Rehabilitasi  agar ajak jalanan tidak  santai/informal. 
kembali ke jalanan 
 
Sumber : data-data analisis penulis. 2010

Dari pembahasan berkaitan dengan karakter ruang dan karakter aktifitas


diatas, maka apat disimpulkan karakteristik rumah singgah yang direncanakan
adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan Karakter Aktifitas
a. Bersifat terbuka
Artinya bisa menerima atau melepaskan anak-anak kapan saja, dan dapat
berfungsi sebagai rumah singgah baik dalam jangka waktu yang lama atau
sementara sampai tujuan anak tercapai dengan pendampingan yang
intensif dan pendidikan alternatif yang sesuai dengan kebutuhan anak dan
bermanfaat bagi masa depan mereka.
b. Pusat kegiatan
Merupakan pusat informasi dan akses bagi saluran kegiatan baik yang
didalam maupun yang di luar, merupakan pusat kegiatan dimana anak-
anak dikumpulkan untuk kegiatan tertentu.
c. Terbuka 24 jam
Terbuka 24 jam bagi anak, maka boleh datang kapan saja, siang hari
maupun malam hari. Hal ini memberikan kesempatan kepada anak jalanan
untuk memperoleh perlindungan kapanpun. Para pekerja sosial siap
dikondisikan untuk menerima anak dalam 24 jam tersebut. Aturan yang
dirumuskan bersama anak jalanan mungkin membatasi jam malam.
d. Hubungan informal dan intim (kekeluargaan)
Hubungan bersifat informal perkawanan atau kekeluargaan. Anak-anak
dibimbing sehingga merasa anggota keluarga besar dimana pekerja sosial
berperan sebagai teman dan saudara. Dengan cara ini diharapkan anak-
anak mudah mengungkapkan masalahnya dan mudah untuk dibimbing

IV - 11
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

dalam mengubah sikap dan perilakunya untuk mencapai sesuatu yang


lebih baik dimasa depan.
e. Bersifat bebas
Artinya anak-anak dibebasjkan untuk melakukan apa saja yang bersifat
positif, seperti tidur, bermain, bercanda, dan lain-lain. Meskipun demikian
hendaknya pekerja sosial melarang perilaku yang negatif seperti merokok,
imun-minuman keras, mengganggu warga sekitar dan lain-lain. Dengan
cara ini diharapkan anak-anak betah, terhidar dari pengaruh buruk,
memperoleh pengalamana hidup dalam satu kesatuan dan memahami nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat. Kesepakatan tentang apa saja yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, dapat dirumuskan bersama atara pekerja sosial
dan anak jalanan dalam satu aturan.
2. Berdasarkan Karakter Peruangan
a. Dinamis (tidak monoton)
Desain yang dinamis diharapkan sebagai terapi psikologi bagi anak-anak
jalanan yaitu untuk menghindari kejenuhan. Hal ini disesuaikan dengan
karakter anak jalanan yang terbiasa hidup bebas dan tidak terkungkung
dalam satu hal yang monoton dan terkotak-kotak.
b. Terbuka dan Intim (akrab)
Kesan terbuka diciptakan untuk meberi kesan menerima dan ramah
sehingga anak jalanan tidak merasa takut/enggan untuk memasuki
bangunan. Ruangan tidak masif, tetapi masih ada hubungan visual antara
ruang dalam dan ruang luar sehingga anak jalanan tidak merasa tertekan
karena mereka terbiasa hidup bebas dialam terbuka.
c. Sedehana dan Informal
Penataan bentuk dan ruang yang sederhana sebagai perwujudan perilaku
mereka yang sebra praktis dan apa adanya. Sederhana ini menyangkut
bentuk, struktur dan bahan yang praktis, ekonomis dan kuat.
d. Mudah dalam pengawasan
Perilaku anak jalanan yang nakal, liar, susah diatur dan diluar kendali
membutuhkan pengawasan yang lebiih ketat agar tindakan mereka tidak

IV - 12
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

merugikan orang lain dan diri mereka sendiri. Desain diharapkan dapat
memudahkan dalam pengawasan yaitu dengan memberikan keleluasaan
pandangan/kontak visual dan kedekatan fisik antara pembinan dan anak
jalanan.

IV - 13
commit to user
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

BAB V
ANALISA PENDEKATAN KONSEP
PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN

Pembahasan pada bab ini adalah melakukan kajian analisis untuk mendapatkan
Konsep Perencanaan (building concept) dan Konsep Perancangan melalui pendekatan
pemrograman arsitektur. Konsep Programatik Perancangan yang akan dihasilkan
merupakan program-program perancangan yang akan dipersiapkan sebagai dasar
membuat rancang bangun arsitektur.

A. PENDEKATAN PERILAKU
Berdasarkan studi perilaku yang telah dilakukan dan teori perilaku yang
telah didapatkan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
fasilitas rumah singgah ini. Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi dari
individu terhadap rangsangan atau lingkungannya. Dalam hal ini makna konsep
ruang sebagai wujud dari perilaku berarti merencanakan dan menciptakan desain
sebuah rumah singgah bagi anak jalanan yang mampu mengakomodasi segala
aktifitas dan kebutuhan mereka dengan menggunakan aspek perilaku sebagai
dasar pertimbangan.

Kebutuhan dasar dan Hak‐Hak Anak Jalanan

Kebutuhan  Fungsi 

Karakter                    
bangunan 

DESAIN

Skema V.1 Alur Perancangan dan perencanaan


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V-1

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Bagi seseorang, keberadaan akan suatu bangunan dapat mempunyai makna


tertentu yang bisa menimbulkan reaksi atau respon tertentu pula. Secara umum hal
ini dapat dipengaruhi oleh makna arsitektural yang bisa terbaca pada setiap
individu. Makna arsitektural itu dapat digambarkan secara sistematik.

Makna Arsitektural 

Stimulasi 
Objek  Prepresentasi  Respons  Respons perilaku

Objek / 
Gagasan untuk  Perasaan  Tindakan / 
benda 
meruang  terundang   perilaku 

Makna Arsitektural

Skema V. 2 Gambar Makna Arsitektural


Sumber : Arsitektur dan Perilaku Manusia. 2004.

Walaupun secara umum nantinya respon yang ditimbulkan akan berbeda,


namun dalam hal ini respon akan diarahkan selayaknya respon anak pada masa
perkembangannya yang sesuai dengan anak jalanan yanga akan ditampun pada
fasilitas ini. Respon tersebut akan menuju ke arah bersemangat, aktif, tertarik
namun santai. Sehingga nantinya rumah singgah ini dapat fungsional bagi anak
jalanan.
Secara umum beberapa kriteria penataan bangunan yang bertujuan untuk
mendapatkan respon pengguna antara lain :
1. Penyediaan an pengaturan ruang yang memperhitungkan kebutuhan dasar anak
jalanan baik kebutuhan secara fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan
kebutuhan secara psikologis, termasuk di dalamnya kan tempar belindung,
belejar dan bermain.
2. Pengaturan dan pengorganisasian ruang bergntung pada sifat aktifitas dan
fungsinya.
commit to user V-2

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

3. Pengaturan ruang-ruang sosiopetal, ruang yang mampu mewadahi interaksi


sosial pengguna yang diterapkan dalam bentuk maupun penataan massa
bangunan serta penataan intreor bangunan.
4. Semua komponen bangunan disesuaikan dengan karakter yang ingin
ditampilkan pada rumah singgah ini diantaranya dinamis, terbuka, sederhana,
aman, intim dan bebas.

B. ANALISA PENDEKATAN KONSEP


1. Analisa perencanaan
a. Analisa pemilihan lokasi
Prinsip Dasar pendekatan :
¾ Lokasi terletak di salah satu wilayah kecamatan di Surakarta
¾ Lokasi terletak di dekat spot-spot anak jalanan
Seperti yang telah dikemukakan pada bahasan sebelumnya bahwa
nantinya rumah singgah yang direncanakan ini tidak hanya pada satu lokasi
untuk menampung seluruh anak jalanan di surakarta. Namn pembangunan
rumah singgah ini diasumsikan akan direncanakan disetiap kecamatan di
Surakarta. Kecamatan yang terdapat di Surakarta, adalah :
1) Kecamatan jebres
2) Kecamatan pasar kliwon
3) Kecamatan Banjarsari
4) Kecamatan serengan
5) Kecamatan laweyan
Selain didasarkan pada banyaknya kecamatan di Surakarta,
penyebaran rumah singgah bertujuan agar tiap rumah singgah dapat
berfungsi optimal dengan jumlah anak jalanan yang ditampung sesuai
dengan daya tampung optimal suatu rumah singgah. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa standart daya tampung optimal sebuah
rumah singgah adalah 255 orang. Dengan kenyaraan tersebut maka jumlah
anak jalanan sekitar 1267 anak di Surakarta tidak mungkin tertampung pada
satu rumah singgah.

commit to user V-3

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Sehingga diharapkan masing-masing rumah singgah mengatasi


permasalahan anak jalanan dan menampung anak jalanan di tiap-tiap
kecamatan di Surakarta berdasarkan spot-spot pangkalan anak jalanan.
Analisa :
Pemilihan lokasi yang sesuai untuk rumah singgah didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan antara lain :
a) Posisi lokasi yang akan terpilih dengan spot-spot pangkalan anak
jalanan. Hendaknya lokasi yang terpilih merupakan lokasi dengan spot-
spot pangkalan anak jalanan yang terbesar.
b) Jumlah anak jalanan yang beroperasi pada lokasi yang bersangkutan.
c) Keadaan sosial ekonomi disekitar lokasi dalam kesesuaian dalam
perwujudan rumah singgah yang direncanakan. Dimana hendaknya
kondisi ekonomi masyarakatnya tidak terlalu tinggi tetapi juga terlalu
kumuh.
Output :
Berdasakan posisi spot-spot pangkalan anak jalanan terhadap lokasi
yang direncanakan yakni di 5 kecamatan di Surakarta, maka lokasi-lokasi
terpilih adalah dikecamatan Banjarsari dengan pertimbangan antara lain :
a) Wilayah kecamatan banjar sari merupakan wilayah di Surakarta yang
paling banyak terdapat spo-spot anak jalanan. Dari 4 spot utama lokasi
anak jalanan dua diantaranya terdapat di kecamatan banjarsari.
b) Adapun spot-spot anak jalanana di kecamatan Banjar sari merupakan
kantong-kantong anak jalanan yang relatiflebih banyak jika
dibandingkan dengan kecamatan yang lain.
c) Berdasarkan kenyataan bahwa di kecamatan Banjarsari sudat terdapat
dua rumah singgah sebelumnya, sehingga dari sini dapat diambil
kesimpulan bahwa kecamatan ini paling sesuai dilihat dari kondisi
lingkungan pemukimannya yang cenderung bukan pemukiman kumh.
Namun disayangkan keberadaan rumah singgah sebelumnya tidak
bertahan lama dikarenakan masalah intern yang terjadi didalamnya.

commit to user V-4

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Analisa pemilihan site


Prinsip dasar pendekatan :
¾ Posisi site terhadap spot-spot anak jalanan
¾ Posisi site terhadap pusat keramaian
¾ Posisi terletak pada kondidi sosial ekonomi masyarakat yang sesuai
Agar rumah singgah ini nantinya dapat fungsional dalam hal ini
dapat menampung aktifitas anak jalanan di Surakarta, maka perlu
diperhatikan beberapa hal yang menjadi dasar dalam pemilihan site.
Beberapa pertimbangan tersebut antar lain :
1) Posisi site terhadap titik-titik anak jalanan
Anak-anak jalanan niasanya akan berkumpul pada satu titik
tertentu yang menjadi pusat aktifitas mereka. Sesuai data yang
telah diperoleh, terdapat beberapa spot-spot utama anak jalanan di
Surakarta. Hal ini perlu dipertimbangkan agar keberadaan site
mudah dijangkau oleh anak jalanan dari lokasi kerja mereka.

KETERANGAN

: spot-spot anak jalanan

: alternatif lokasi

Gambar V. 1 Peta Surakarta


Sumber : www.google.com . 2005.

2) Posisi site terhadap pusat kota atau keramaian


Meskipun lokasi site harus dekat dengan titik-titik anak jalanan
namun yang juga harus dipertimbangkan adalah lokasi site tidak terlalu
dekat dengan pusat keramaian dan pusat kota, yakni daerah gladak. Hal
commit to user V-5

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

ini dimaksudkan untuk menghindari hiruk pikuk dan keramaina karena


keberadaan rumah singgah yang merupakan tempat perlindungan,
bermain dan belajar bagi anak jalanan di Surakarta membutuhkan lokasi
yang cukup tenang.
3) Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Kondisi anak jalanan yang berkeliaran di Surakarta sebagian besar
berasal dari keluarga yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.
Kebanyakan dari mereka tidak nyaman untuk hidup pada lingkungan
dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih tinggi, karena adanya
perasaan takut bahwa mereka tidak akan diteripa pada lingkungan
tersebut. Selain itu, dalam lingkungan merekapun sebagian masyarakat
tidak bisa menerima keberadaan anak jalanan. Anak jalanan dianggap
sebagai pengacau yang harus dihindari.
Pemilihan site pada kondisi sosial ekonomi yang sesuai bertujuan
untuk mereduksi dan mencegah keberadaan anak jalanan didaerah
marjinal yang bersangkutan namu juga tidak dilingkungan kumuh agar
lingkungan ini tidak membawa pengaruh buruk bagi anak jalanan.
Metode jemput bola dimksudkan karena kenyataannya susah untuk
mengajak anak jalanan datang kerumah-rumah singgah. Dalam hal ini
selain berfungsi untuk mereduksi anak jalanan di daerah tersebut,
keberadaan rumah singgah ini juga berfungsi sebagai tempat pembiinaan
bagi mereka.
Analisa :
Berdasarkan pertimbangan dan kriteria pemilihan site tersebut, maka
terdapat beberapa alternatif site yang dianggap sesuai untuk lokasi rumah
singgah anak jalanan di surakarta ini. Alternatif-alternatif tersebut antara
lain :
a) Alternatif I : di daerah Tirtonadi
b) Alternatif II : di daerah Jajar
c) Alternatif III : di daerah Gremet

commit to user V-6

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Tabel VI. 1 Kriteria penentuan lokasi

Alternatif
Kriteria I II III
Lokasi site terhadap titik-titik
3 2 3
anak jalanan
Lokasi site terhadap pusat
3 1 2
kota dan pusat keramaian
Kondisi sosial ekonomi
3 2 3
masyarakat
9 5 8
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Output :
Site terpilih berada di daerah Tirtonadi, kecamatan Banjarsari
berdekatan dengan Manahan, Terminal Tirtonadi, Stasiun balapan dan dekat
dengan pusat kota. Lokasi ini memenuhi beberapa kriteria diantaranya :
a) Dekat dengan kawasan manahan dan tempat pulik seperti terminal dan
stasiun yang merupakan titik-titik terbesar anak jalanan di Surakarta.
b) Jarak dengan pusat kota dan pusat keramaina tidak terlalu jauh namun
juga tidak terlalu ramai sehingga lokasi cukup tenang.
c) Lokasi ini berada pada lingkungan sosial ekonomi masyarakat yang
mendukung, bukan lingkungan marjinal dan juga bukan lingkungan
kumuh.
Potensi lingkungan sosial ekonomi yang dimiliki lokasi ini diharapkan
akan mampu membantu dalam upaya pembinaan anak jalanan sehingga
nantinya mereka dapat diterima dunia luar dimana terlebih dahulu mereka
harus mampu beradaptasi dan diterima lingkungan ini. Secara fisik hal ini
bisa diwujudkan dengan penciptaan desain yang akrab dengan lingkungan.

c. Analisa pengolahan site


Pengolahan site memiliki fungsi yang sangat penting dlm usaha
membentuk karakter bangunanyang ingin ditampilkan yakni terbuka,
dinamis, informal, bebas, anan dan sederhana. Hal tersebut dapat dituangkan
pada tiap-tiap bentuk pengolahan site, diantaranya :

commit to user V-7

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

1) Existing Site
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Posisi site terletak ditengah-tengah perkampungan
¾ Posisis site terletak dekat dengan titik-titik
¾ Posisi terletak pada ditengah-tengah kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang sesuai
Analisa :
kondisi dan potensi site :
a) site berada pada daerah perkampunga penduduk yang berlokasi di
kelurahan sum, kecamatan banjarsari yang berdekatan dengan
kawasan teminal tirtonadi.
b) Kondisi social ekonomi masyarakatnya hampir semuanya termasuk
dalam golongan ekonomi menengah walaupun beberapa warga ada
juga yang berekonomi menengah ke atas namun penduduk didaerah
ini dapat menerima keadaan masyarakat golongan ekonomi ke bawah.
hal ini dibuktikan dengan terdapatnya permukinan golongan
menengah kebawah pada lingkuungan ini.
c) Dekat dengan beberapa koridor anak jalanan antara lain dari selamet
riyadi, tirtonadi, mojosongo, jebres, dan stasiun balapan.
Output :
  
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar V.2 foto lokasi
Sumber : Analisis Penulis. 2010.
 
 

commit to user V-8

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Gambar V. 3 Site yang dipilih


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Gambar V.4 Ukuran Site


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Batas-batas site :
Utara : Pemukiman Warga
Timur : Permukiman Warga dan SMP 4 Muhammadiyah
Selatan : Permukiman Warga
Barat : Permukiman Wargadan Lapangan
2) Pencapaian
Prinsip dasar pendekatan :
¾ keamanan pengguna
commit to user V-9

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

¾ Kelancaran Pencapaian dan sirkulasi


¾ karakter bangunan
Main entrance dan side entrance merupakan salah satu komponen
yang terpenting dalam penatan suatu bangunan. entrance pada suatu
bangunan bertujuan sebagai sebuah akses yang menghubungkan antar
bagian dalam bangunan dengan bangunan luar bangunan di dalam sebuah
site. selain itu entrance mempunyai fungsi penting dalam membentuk
kesan serta karakter bangunan yang akan pertama kali ditemui oleh
pengunjung ketika akan memasuki bangunan.
Beberapa dasar pertimbangan dalam penentuan ME dan SE:
a) kondisi dan potensi jalan disekitar site yang direncanakan.
b) aksesibilitas ke dalam dan keluar site.
c) keamanan sirkulasi baik untuk akses keluar maupun kedalam
bangunan sekalian kemudahan fungís kontrolnya.
d) karakter bangunan akan ditampilkan yakni terbuka, aman, sederhana
dan akrab.
Analisa :
ƒ disebelah utara site terdapat jalan lingkunganyang kecil dan
berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk yang padat
sehingga tidak memungkinkan meletakkan ME dan SE pada daerah
ini
ƒ faktor lain yang perlu diperhatikan dalam peletakkan SE dan ME
adalah faktor kontrol dan efisiensi bangunan. peletakkan ini
diusahakan agar lebih efisien terutama dari segi keamanan bangunan.
ƒ penyesuaian dengan karakter bangunan yang ingin ditampilkan
yakni, terbuka, aman,nyaman, akrab dan sederhana, maka dalam hal
ini perlu perhatian yang lebih pada bagain area penerima. modek
double entrance dinilai dapat mewakili karakter yang diinginkan dan
ditampilkan karen terkesan terbuka namun perlu perhatian lebih dari
pengawasan agar keamanan tetap terjaga. sedangkan single entrance
dirasa terkesan tertutup dan menimbulkan sirkulasi yang semrawut.

commit to user V - 10

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Output :

Gambar V. 5 peletakkan SE dan ME


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

ME dan SE diletakkan terpisah pada arah yang terpisah pula


sehingga banguna dapt terkesan terbuka. selain itu sirkulasi yang
ditimbulkanpun akan lebih terarah dan tidak semrawut. sedangkan dari
segi keamanan juga digunakan double security sehingga keamanan lebih
terjamin. dan dari segi efisiensi bangunan perbedaan ME dan SE dapat
memudahkan sirkulasi setelah dilakukan pemisahan pada zona aktifitas.
3) Zonifikasi site
Prinsip dasar pendekatan :
¾ perilaku individu pengguna
¾ jenis kegiatan dan sifatnya
¾ peran dan fungsi rumah singgah
Untuk penentuan zonifikasi site, dilakukan dengan berbagai dasar
pertimbangan antara lain :
a) perilaku individu anak jalanan dengan berbagai aktifitasnya dalam
menggunakan ruang. beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku,
berikut juga dengan perilaku yang terjadi, yaitu :
1.) latar belakang ekonomi. sebagian besar anak jalanan memiliki
latar belakang ekonomi yang lemah. mereka terbiasa hidup dan
tinggal dirumah-rumah sempit dengan ukuran yang terbatas.
sebagian besar ruangan pada tempat tinggal mereka merupakan
ruangan multifungsi, yakni sebuah ruangan bisa berfungsi
commit to user V - 11

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

sebagai tempat tidur, tempat untu bermain, untuk belajar,


makan, berkumpul dan lain sebagainya.
2.) latar belakang sosial. secara sosial, masyarakat dengan keadaan
ekonomi yang lemah cenderung memiliki hubungan sosial yang
cukup erat satu sama lain jika dibandingkan dengan masyarakat
yang lebih maju. seperti halnya masyarakat dikampung-
kampung marjinal yang mempunyai aktifitas berkumpul yang
cukup besar, begitu pula dengan anak-anak mereka. dalam hal
ini,kebiasaan yang terjadi cenderungbersifat hiburan seperti
bermain bersama ataupun sekedar mengobrol. dalam sebuah
area perkampugan yang memiliki keterbatasan ruang terbuka,
kegiatan inisering terjadi di gang-gang ataupun diperempatan
atau pertigaan pada jalan lingkungan. sedangkan didaerah
sumber, pos ronda merupaka tempat yang paling potensal untuk
berkumpul dan lahan kosong merupakan area potensial untuk
bermain.
3.) faktor personal. walaupun secara umum keberadaan ruang
privasi tidak terlalu mereka butuhkan namun dalam beberapa
hal faktor personal seperti jenis kelamin tetap harus
diperhatikan. dalam kehidupan anakjalanan yang bekerja di
jalanan sendiri, tingkat keamanan bagi anak-anak perempuan
sangat minim sekali.untuk itu perlu adanya pertimbangan
pemisahan fasilitas yang dianggap privat berdasarkan gender
untuk mencegah hal-hal negatif yang mungkin terjadi.
b) Jenis kegiatan dan sifatnya. dalam proses perancangan, jenis
kegiatan memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk
zoning. begitu pula dengan perancangan rumah singgah anak jalana
ini, pengelompokkan ruang berdasarkan jenis kegiatannya
dimaksudkan agar antar kegiatan dapat berlangsung tanpa saling
mengganggu.
c) Berdasarkan peran dan fungsi rumah singgah dalam proses
perencanaan zonifikasi, peran dan fungsi rumah singgah sangat
commit to user V - 12

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

penting dalam kaitannya dengan aktifitas yang diwadahi pada


masing-masing fungsi.
Analisa :
Untuk mengakomodasi perilaku anak jalanan sesuai dengan
karakternya yang bebas maka penyekatan ruang berdasarkan tingkat
privasinya tidak diperhitungkan sehngga hampir setiap sudut ruang dapat
diakses oleh mereka.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa suatu rumah
singgah harus memiliki beberapafasilitas wajib antara ruang komunal
dan ruang bersama. ruang komunal ini dapat di dalam kompleks
bangunan terletak ditengah-tengah sebagai pengikat dan juga dapat diluar
kompleks bangunan terletak di depan sebagai penerima.
walaupun demikian keberadaan ruang privat tetap diperlukan untuk
funsi-fungsi tertentu seperti tempat penyimpanan arsip,ruang tisdur anak
jalanan perempuan dan ruang pengelola.
Sedangkan keberadaan fungsi rumah singgah dan aktifitas yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Tabel VI.2 Fungsi dan aktifitas rumah singgah
PERAN  FUNGSI AKTIFITAS 

Center  • Perlindungan  • penyediaan tempat tinggal 


based   
programe  • Edukasional  • memberikan pendidikan baik 
  formal maupun informal 
 
• Pelatihan  • memberikan pelatihan 
  keterampilan dan keahlian 
 
• Pembinaan  • memberikan bimbingan agar anak 
  jalanan dapat bersosialalisasi 
  dengan baik 
 
• pengembangan  • mengembangkan minat dan bakat 
  anak jalanan baik dari bidang 
olahraga, kesenian dan keahlian 

Street based  • Pengasuhan  • Memberikan pelayanan 


  pemeliharaan dan perawatan, 
programe 
  misalnya kesehatan & memberikan 
  makanan 

commit to user V - 13

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN  FUNGSI AKTIFITAS 

  • Rekreatif  • Menyediakan hiburan baik dari 
  dan untuk anak jalanan 
 
• Perlindungan  • Memberikan perlindungan selama 
  mereka berada dijalanan, dengan 
  monitoring 
 
• Pembinaan  • Memberikan bimbingan agar anak 
  jalanan dapat bersosialisasi dengan 
  baik 
 
• Pencegahan  • Memberikan pengarahan agar 
anak jalanan tidak kembali ke 
jalanan. 

Community  • Edukatif  • memberikan  pendidikan  baik 


based    formal maupun informal 
Programe   
• memberikan  pelatiihan 
• Pelatihan 
keterampilan dan keahlian 
 
• Pembinaan  • membiarkan bimbingan agar  anak 
  jalanan  dapat bersosialisasi 
dengan baik 
 
• Memberikan pengarahan agar 
• Pencegahan dan  anak jalanan tidak kembali ke 
Rehabilitasi  jalanan. 

• Adptasi  • Memberikan bimbingan agar anak 
jalanan dapat bersosialisasi dengan 
masyarakat sekitar 

Sumber : Analisis Penulis. 2010.

output :

Gambar V.6 Penzoningan yang direncanakan


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 14

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Sedangkan hasil dari penzoningan ke dalam fungsi rumah singgah dan


aktifitas yang mewadahi adalah sebagai berikut:
Tabel VI. 3 Penzoningan yang direncanakan
PERAN  FUNGSI  AKTIFITAS  ZONING 
Center  • Perlindungan  • penyediaan tempat  • privat dan 
based    tinggal  sevis 
programe  • Edukasional  • memberikan  • publik 
  pendidikan baik formal   
  maupun informal   
• Pelatihan  • memberikan pelatihan  • publik   
  keterampilan dan   
  keahlian   
• Pembinaan  • memberikan  • semi publik  
  bimbingan agar anak   
  jalanan dapat   
  bersosialalisasi dengan   
  baik   
• pengembangan  • mengembangkan minat  • semi publik   
  dan bakat anak jalanan 
baik dari bidang 
olahraga, kesenian dan 
keahlian 
Street based  • Pengasuhan  • Memberikan pelayanan  • semi publik   
programe    pemeliharaan dan   
    perawatan, misalnya   
  kesehatan &   
  memberikan makanan   
• Rekreatif  • Menyediakan hiburan  • publik   
  baik dari dan untuk   
  anak jalanan   
• Perlindungan  • Memberikan  • publik   
  perlindungan selama   
  mereka berada   
  dijalanan, dengan   
  monitoring   
• Pembinaan  • Memberikan  • semi publik  
  bimbingan agar anak   
  jalanan dapat   
  bersosialisasi dengan   
  baik   
• Pencegahan  • Memberikan  • semi publik  
pengarahan agar anak 
jalanan tidak kembali 
ke jalanan. 
Community  • Edukatif  • memberikan  • publik   
based    pendidikan baik formal   
Programe    maupun informal   
• Pelatihan  • memberikan pelatiihan  • publik   
  keterampilan  dan   
  keahlian   
• Pembinaan  • membiarkan bimbingan  • semi publik  
  agar  anak jalanan    
  dapat bersosialisasi   
  dengan baik   
• Pencegahan dan  • Memberikan  • semi publik  
Rehabilitasi  pengarahan agar anak    

commit to user V - 15

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN  FUNGSI AKTIFITAS ZONING 


    jalanan tidak kembali   
  ke jalanan.    
• Adptasi  • Memberikan  • semi publik  
bimbingan  agar  anak 
jalanan  dapat 
bersosialisasi  dengan 
masyarakat sekitar 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Jadi secara langsung kesimpulan pembagian zoning berdasarkan fungsi


rumah singgah ditabelkan sebagai berikut :
Tabel V. 4 Pembagian zoning berdasarkan fungsi
FUNGSI ZONING
• Perlindungan                           • privat dan sevis 
(penyediaan rumah tinggal)   
• Edukasional                                  • semi publik 
(dalam hal ini termasuk pengelola)   
• Edukatif  • publik   
• Pelatihan  • publik   
• Pembinaan  • semi publik   
• Pengembangan  • publik   
• Rekreatif  • publik   
• Pencegahan dan Rehabilitasi  • semi publik   
• Adptasi  • publik   
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Gambar V.7 Penzoningan yang direncanakan


Sumber : Analisis Penulis
commit to user V - 16

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

4) Pola sirkulasi
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Jenis sirkulasi berdasarkan pelaku kegiatannya dan sarana
pergerakkan
¾ Kemudahan pencapaian dari dan menuju massa-massa bangunan
¾ Kejelasan sirkulasi untuk mempermudah pergerakkan
¾ Penghubung antar ruang yang terarah
¾ Penggunaan space/lahan yang cukup
¾ Kondisi tapak
Analisa
Sirkulasi yang terjadi dalam lingkungan kawasan adalah :
a) Sirkulasi manusia
Sirkulasi manusia ini meliputi pola pergerakkan manusia yang
dilakukan dengan berjalan kaki.
Tabel V. 5 Alternatif Sirkulasi pejalan kaki
Sirkulasi linear Sirkulasi Grid Sirkulasi Radial  Sirkulasi Melingkar
   

• Garis gerak yang  • Gerak bebas  • Berpusat pada  • Gerak melingkar 


sinambung pada  dalam banyak  satu titik pusat  sesuai dengan  
satu arah / lebih  arah yang  yang fungsional  kondisi tapak. 
• Karakter : kaku,  berbeda.  • Karakter :  • Karakter : kaku, 
formal &  • Karakter :  mudah,  mudah dan 
informatif  formal,  terkoordinir,  rekreatif 
monoton, halus  informatif dan 
dan tidak  rekreatif.   
rekreatif. 
Sumber : D.K Ching “Arsitektur, bentuk, ruang, dan susunannya. 1985.

commit to user V - 17

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Sirkulasi pejalan kaki merupakan sirkulasi utama dalam penataan


kompleks bangunan ini. Sedangkan sarana utama bagi pejalan kaki ini
adalah keamanan dan kenyamanan, tanpa terganggu kendaraan. Maka,
untuk mencapai sasaran utama tersebut, pola sirkulasi yang diterapkan
pada kompleks bangunan ini merupakan penggabungan dari beberapa
pola sirkulasi untuk menciptakan karakter sirkulasi yang mudah, jelas
dan informatif sesuai dengan fungsi kawasan sebagai kawasan wisata
budaya. Pola sirkulasi kawasan antara lain :
1.) Pola sirkulasi linear, yang digunakan sebagai jalan utama dalam
tapak, yang sekaligus dapat dipakai sebagai jalur transportasi
kendaraan. Dalam sirkulasi ini, terdapat jalan dan pedestrian yang
berdampingan.
2.) Pola sirkulasi radial, pola radial digunakan untuk mendapatkan
kemudahan bagi pejalan kaki untuk mencapai titik-titik kegiatan
dan sirkulasi penghubung antar fasilitas, dimana terdapat titik pusat
area bersama seperti peletakkan sebuah open space (plaza).
3.) Pola sirkulasi grid, digunakan untuk mendapatkan kemudahan
pencapaian dan gerak bebas dengan banyak arah.
Penggunaan elemen pengarah berupa taman, pohon, lampu, ataupun
pergola dimanfaatkan secara maksimal sebagai pengarah dan peneduh
serta pemberi karakter pada masing-masing kegiatan yang dilalui.
Pengolaha tepi-tepi jalan atau batas jalan penting untuk integrasi jalan
dengan bagian-bagian kawasan lahan yang lain. Pembentukkan detail
akan mempengaruhi perasaan terhadap jalan dan kawasan lahan
disekitarnya. Batas dari tiap sirkulasi terdiri dari satu tepian (edge).
Tetapi itu menegaskan jalur tempuh dan patut mendapat perhatian
perancang karena ketertutupan dan keterbukaan, kekerasan dan
kelunakan adalah sama pentinggnya untuk jalan seperti untuk sirkulasi
pejalan kaki, kendaraan bermotor, dsb. Penanda akan batas sebuah
sirkulasi dapat berupa :

commit to user V - 18

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Pepohonan  

Perbedaan ketinggian, dinding, dan


kanopi pohon 

Ketinggian dinding dan


bangunan . ini berlaku sebagai
gerbang 

Gambar V.8 Penanda batas sirkulasi


Sumber : analisis penulis. 2010.

Social benefits dari jalur pedestrian antara lain :


ƒ Penyediaan ruang bagi aktifitas pejalan kaki. Jalan dianggap
sebagai ruang publik yang dapat digunakan bagi aktifitas-aktifitas
seperti menyanyi, bercakap-cakap, bertemu, melihat, mendengar,
dan aktifitas sosial lain yang sangat manusiawi.
ƒ Mengubah citra sosial dari kota. Melalui adanya jalur pedestrian
dengan sosial dari kota yang dapat mengubah citra sosial dari
sebuah kota.
ƒ Memberikan keamanan pada pejalan kaki. Dengan adanya jalur
yang diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki, pejalan kaki
diharapkanmerasa aman dan ny6aman dalam melakukan aktifitas
sosial mereka, tanpa takut terjadi kecelakaan, atau dengan istilah
lain menekan tingkat kecelakaan dalam kawasan.
Diberlakukannya jalan khusus bagi pejalan kaki memunculkan faktor-
faktor yang harus diperhatikan pada perencanaan yaitu :

commit to user V - 19

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

™ Penyediaan transportasi khusus pada area inti pedestrian, bila jalur


tersebut merupakan jalur yang sangat panjang dengan penggunaan
trem, bus, dll.
™ Perencanaan ruang parkir, keininan untuk selalu parkir mobil
sedekat mungkin dengan daerah tujuan menjadi faktor utama pada
perancangan struktur parkir.
b) Sirkulasi kendaraan
Sirkulasi kendaraan ini meliputi pola pergerakkan kendaraan
beroda dua (sepeda motor dan sepeda), empat (mobil pribadi dan
angkutan umum) dan lebih (truk sampah, mobil pemadan
kebakaran,dsb).
Tabel V.6 Alternatif Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi linear Sirkulasi Grid Sirkulasi Radial
 

• Kenyamanan dn  • Kurangnya keamanan  • Terjaminnya 


keamanan bagi  bagi pejalan kaki.  keamanan dan 
pengendara dan pejalan  • Tidak adanya  kenyamanan bagi 
kaki kurang terjamin.  pemisahan antara  pejalan kaki. 
• Pencapaian menuju ruang  pejalan kaki dan  • Terjadi pemisahan 
kegiatan tiedak jelas,  kendaraan.  antara pejalan kaki 
sehingga sering terjadi  • Kemdahan dalam  dan kendaraan. 
crossing.  pencapaian menuju  • Kemudahan 
ruang kegiatan  pencapaian menuju 
ruang kegiatan. 

Sumber : D.K Ching “Arsitektur, bentuk, ruang, dan susunannya. 1985.

Berdasarkan kriteria diatas, maka sistem sirkulasi kendaraan


yang digunakan pada area perencanaan adalah sistem kantong pakir
dan sistem pakir pada bahu jalan dan ditempatkan pada beberapa zone
yang membutuhkan penataan area parkir.
Sedangkan untuk sistem parkir terbagi dalam bebrapa jenis yaitu :

commit to user V - 20

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Sistem parkir pararel


o Efisiensi diterapkan pada badan jalan
o Sirkulasi keluar-masuk sulit
o Daya tampung kendaraan sedikit
o Kebutuhan ruang flow kendaraan lebar

Gambar V.5 Sistem parkir paralel


Sumber : analisis penulis

• Sistem parkir menyudut 45º


Sistem parkir menyudut 45º adalah :
o Efisiensi diterapkan pada area parkir seperti basement
o Sirkulasi keluar-masuk mudah dan lancar
o Daya tampung kendaraan banyak
o Kebutuhan ruang flow kendaraan lebar

Gambar V.6 Sistem parkir menyudut 45º


Sumber : analisis penulis. 2010.

• Sistem parkir menyudut 90º


Sifat Sistem parkir menyudut 90º adalah :
o Efisiensi diterapkan pada area parkir seperti basement
o Sirkulasi keluar-masuk mudah dan lancar
o Daya tampung kendaraan banyak

commit to user V - 21

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

o Kebutuhan ruang flow kendaraan lebar

Gambar V.7 Sistem parkir menyudut 90º


Sumber : analisis penulis. 2010.

Output :

Gambar V. 8 Peletakan ME dan SE


Sumber : Analisis Penulis

Gambar V. 9 Alur sirkulasi


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 22

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Pencapaian menuju area atau kompleks bangunana dibebaskan dari


kendaraan, oleh karena itu disediakan parkir di depan kompleks
bangunan dekat dengan entrance utama (ME)
• Sedangkan dari arah SE kendaraan dapat masuk, namun tetap tidak
bisa masuk ke dalam kompleks bangunan sehingga disediakan area
untuk loading deck.
• Berdasarkan jenis dan ketiga sifat sistem parkir diatas, sistem
parkir yang dipilih adahal :
o Sistem parkir menyudut 45º
o Sistem parkir menyudut 90º
5) Orientasi bangunan
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Kenyamanan pengguna
¾ Pola sirkulasi terhadap aktifitas pengguna
¾ Karakter bangunan
Analisa :

ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ

Gambar V.10 View site


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

ƒ Untuk mendapatkan kenyamana pada pengguna ditemukan oleh


kesesuaian antara bidang tangkap dan kualitas visual terhadap
bangunan. Oleh karena itu orientasi bangunan diarahkan pada titik
tangkap pandangan pengamat dari arah datangnya.
ƒ Untuk menciptakan karakter bangunan yang terbuka, orientasi tidak
hanya diarahkan pada 1 titik namun terdapat titik-titik orientasi

commit to user V - 23

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

penunjang yang lain. Sedangkan untuk menentukan karakter aman,


maka titik-titik orientasi tersebut diletakkan di dalam kompleks
bangunan pada masing-masing titiknya.
ƒ Karakter ondisi luar site yang tidak memungkinkan adanya view
yang menyenangkan, maka penciptaan view tambahan sebagai titik
orientasi di dalam bangunan yakni dengan penyediaan open space
dapat digunakan sebagai view di dalam bangunan.
Output :

Gambar V.11 Respon view


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

6) Penataan lansekap
Dalam ilmu arsitektur, lansekap merupakan salah satu komponen
pelengkap kompleks bangunan. Dalam proses perencanaan dan
perancangan rumah singgah anak jalanan ini, lansekap berfungsi untuk
mengisi ruang-ruang luar bangunan agar terlihat lebih intim, dekat dan
akrab.
Untuk lansekap terdapat beberapa jenis penataan yang dapat
mendukung kenyamanan maupun estetika bangunan. Beberapakomponen
pembentuk lansekap yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Vegetasi
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Zonifikasi site
¾ Karakter bangunan
commit to user V - 24

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

¾ Akses bangunan
¾ Kebutuhan aktifitas
¾ Kesesuaian dengan fisik bangunan
¾ Fungsi vegetasi
Analisa :
Penggunaan vegetasi dapat digunakan sebagai batas antara zone
satu dengan zone yang lainnya.
Selain itu peletakan vegetasi pada sisi site sebelah timur site
dapat digunakan untuk mereduksi panas dan noise yang timbul dari
arah ini.
Peletakkan vegetasi dapat mengisi ruang-ruang kosong pada
bangunan sehingga menimbulkan kesan intim. Selain itu vegetasi
dapat menimbulkan kesan sejuk pada bangunan sebagai salah satu
kebutuhan kenyamanan pada aktifitas bangunan.
Output :
Adapun karakteristik vegetasi yang digunakan antara lain :
- Pohon perdu
- Pohon palem
- Pohon barier
2. Pagar depan kompleks bangunan
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Karakter bangunan
¾ Keamanan kompleks bangunan
¾ Penataan vegetasi
Analisa :
Sebagai komponen entrance juga lansekap, keberadaan pagar
depan juga depan juga perlu mendapatkan perhatian terutama untuk
memenuhi karakter banguna rumah singgah ini, yakni terbuka, aman
dan sederhana.
• Terbuka dan intim
Penggunaan pagar yang bersifat transparan akan menimbulkan
kesan terbuka sekaligus lapang bagi orang yang melihatnya.
commit to user V - 25

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Aman
Penggunaan pagar disekeliling kompleks bangunana dapat
memberikan rasa aman bagi penghuni di dalamnya namun karena
kesan terbuka misalnya dengan menggunakana pagar dati
tanaman.
• Sederhana dan informal
Agar tidak terjadi kesenjangan yang terlalu besar dengan
lingkungan sekitarnya, karakter sederhana harus tetap
ditampilkan tanpa mengurangi nilai estetika bangunan.
Output :
Berdasarkan hasil analisa diatas maka dipilih pagar bangunan
yakni terbuka, intim, sederhana, aman dan informal sehingga dipilih
pagar bangunan dari bahan alami yang dikombinasikan dengan
vegetasi sebagai pelengkap. Hal ini juga sesuai dengan fungsi vegetasi
bagi bangunann seperti yang telah dibahas sebelumnya.
3. Kolam buatan sebagai pelengkap lansekap
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Zonifikasi site
¾ Karakter bangunan
¾ Faktor estetis adn rekreatif bangunan
Analisa :
Site merupakan area tanah kosong yang tidak berfungsi lagi.
Lingkungan disekitarnya pun merupakan perumahan penduduk yang
memerlukan ornamen-ornamen yang dapat menimbulkan kesan
nyaman dan indah. Oleh karena itu penciprtaan kolam sangat
berpengaruh pada estetika bangunan dan kawasan pemukinan yang
dapat dinikmati oleh penghuni rumah singgah dan masyarakat
sekitarnya. Kolam ini juga dapat berfungsi untuk menimbulkan kesan
rekreatif serta dapat digunakan untuk view di dalam dan di luar
kompleks bangunan.

commit to user V - 26

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Kolam atau elemen pelengkap ini dapat terletak di dalam


bangunan maupun diliar bangunan pada ruang-ruang komunal
maupun sebagai pengisi antara bangunan sehingga terkesan intim.
Output :
Dari analisa diatas maka didapatkan hasil penataan komponen
pelengkap lansekap berupa kolam buatan baik di dalam maupun diluar
kompleks bangunan.

2. Analisa Perancangan
a. Analisa peruangan
1) Pelaku dan aktifitas
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Sasaran pelayanan atau pengguna
¾ Daya tampung
¾ Karakter dan perilaku pengguna
Analisa :
Rumah singgah anak jalanan ini mengakomodasikan beberapa pelaku
kegiatan antara lain :
a) Pengelola, meliputi pengelola tetap dan voluonteer (sukarelawan),
daya tampung untuk keseluruhan 50 orang.
b) Anak jalanan disekitar lokasi yang masih memiliki tempat tinggal,
dengan daya tampung 110 anak.
Dengan kategori :
• Usia anak 5 - 10 tahun, dengan jumlah 40anak
• Usia anak 11 – 16 tahun, denggan jumlah 70 anak
c) Anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal, dengan daya
tampung 80 anak.
Dengan kategori :
• Usia anak 5 - 10 tahun, dengan jumlah 30 anak
• Usia anak 11 – 16 tahun, denggan jumlah 50 anak

commit to user V - 27

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Jumlah daya tampung anak jalanan dalam hal ini dirasakan pada
pengoptimalan rumah singgah. Dimana seperti yang disebutkan
pada pembahasan sebelumnya bahwa anak jalanan di Surakarta
sebanya 960 anak yang terbagi dalam 5 kecamatan dengan 1
rumah singgah pada masing-masing kecamatan tersebut.
Sehingga dapat disimpukan bahwa pada 1 rumah singgah ditiap
kecamatan dapat menampung 225 anak jalanan baik yang
menetap maupun yang tidak menetap. Selain itu kebijakan 1 : 4
dapat diterapkan pada rumah singgah ini (1 volounteer menangani
4 anak jalanan).
d) Pengunjung atau donatur
Output :

Tabel V.7 Tabel Pelaku dan Aktifitas dalam Rumah Singgah


Daya  Peran dalam rumah 
Pelaku  Aktivitas 
tampung  singgah 

PENGELOLA  50 orang  

• Menetap  25 orang  • Perlindungan  • Melindungi dan medampingi 


• Edukatif  anak jalanan di rumah singgah 
• Pembinaan  • Memberikan  bimbingan 
• Tidak menetap  25 orang 
belajar 
  • Meberikan latihan 
keterampilan 
• Membina anak jalanan 
• Pengembangan 
• Pengasuhan  • Mengembangkan bakat anak 
jalanaan 
• Rekreatif 
• Merawat dan mengasuh anak 
• Pencegahan, 
jalanan 
rehabilitasi, 
• Menghibur anak jalanan 
adaptif 
• Membina dari sisi agama dan 
sosialisasi dengan masyarakat 
sekitar 

ANAK JALANAN  255 orang        

• Menetap  180 orang 

• Tidak menetap  75 orang 

Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 28

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

2) Pola aktifitas
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Aktifitas pengguna
¾ Peran dalam rumah singgah
Analisa :
Pola aktifitas pengelola
Beraktifitas :
Pembinaan        Pengasuhan 
Berkumpul        MCK 
Makan dan minum      Memasak 
Istirahat         Ibadah 
Mencuci, menjemur     Membuat arsip dan  
pembukaan 

Datang  Pulang 

Gambar V.12 Pola aktifitas pengelola


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Pola aktifitas anak jalanan disekitar rumah singgah


۞ Kategori usia 5 - 10 tahun ۞ Kategori usia 11 - 16 tahun
Beraktifitas :  Beraktifitas : 
• Bermain  • Belajar 
• Belajar  • Membaca buku 
• Membaca buku  • Bermain musik 
• Bermain musik  • Berkumpul 
• Berkumpul  • Pementasan 
• Pementasan  • Pameran hasil karya 
• Pameran hasil karya  • Kursus keterampilan 
• Istirahat  • Istirahat 
• MCK  • MCK 
• Makan dan minum  • Makan dan minum 
• Ibadah   • Ibadah  

Datang  Pulang  Datang Pulang

Gambar V.13 Pola aktifitas anak jalanan disekitar rumah singgah


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 29

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Pola aktifitas anak jalanan yang menetap


۞ Kategori usia 5 - 10 tahun ۞ Kategori usia 11 - 16 tahun

Beraktifitas :  Beraktifitas : 
• Belajar  • Belajar 
• Membaca buku  • Membaca buku 
• Bermain  • Bermain musik 
• Bermain musik  • Berkumpul 
• Berkumpul  • Bermain 
• Pementasan  • Pementasan 
• Pameran hasil karya  • Istirahat  
• Istirahat  • Pameran hasil karya 
• MCK  • Kursus keterampilan 
• Makan dan minum  • Mencuci, menjemur 
• Ibadah   • Tidur  
• Tidur   • MCK 
• Makan dan minum 
• Ibadah  
 

Datang  Pulang  Datang  Pulang

Gambar V.14 Pola aktifitas anak jalanan yang menetap


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

۞ Pola aktifitas pengunjung

Beraktifitas :
• Bertemu pengelola 
• Acara dana 
• MCK 
• Ibadah 

Datang Pulang

Gambar V.15 Pola aktifitas pengunjung


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 30

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Output :

Tabel V.8 Pola aktifitas dalam Rumah Singgah


PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  AKTIFITAS 
SINGGAH 

PENGELOLA  • Perlindungan  • Tidur  


• Menetap     • Makan  
    • MCK 
    • Memasak 
    • Mencuci & menjemur 
  • Edukatif  • Mengajar 
  • Pelatihan  • Melatih keterampilan 
     
  • Pembinaan  • Membina anak jalanan 
  • Pengembangan  • Membuka  arsip  & 
    pembukuan 
    • Mengelola  rumah 
    singgah  
    • Melatih bakat 
    • Mengikuti  pameran  dan 
    pementasan 
  • Pengasuhan  • Berkumpul 
    • Memeriksa kesehatan 
   
  • Bermain  dan  bermusik 
• Rekratif  dengan anak jalanan 
  • Pencegahan, 
  • Ibadah 
rehabilitasi dan  • Memberikan konseling  
  adaptif 
  • Perlindungan  • Makan  
    • MCK  
 
• Edukatif  • Mengajar 
 
• Pelatihan  • Melatih keterampilan 
 
   
 
• Pembinaan  • Membina anak jalanan 
 
 
  • Membuat  arsip  dan 
  pembukuan 
   
 
• Pengembangan  • Melatih bakat 
• Tidak menetap 
  • Mengikuti  pameran  dan 
 
  pementasan 
• Pengasuhan  • Berkumpul 
  • Memeriksa kesehatan 
• Rekratif  • Bermain  dan  bermusik 
  dengan anak jalanan 
 
• Pencegahan,  • Ibadah 
rehabilitasi dan  • Memberikan konseling 
adaptif 

commit to user V - 31

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  AKTIFITAS 
SINGGAH 

ANAK JALANAN 
MENETAP     
• Usia 5‐10 tahun  • Perlindungan  • Tidur  
    • Makan  
    • MCK 
  • Edukatif  • Belajar 
    • Membaca buku 
  • Pelatihan  • Mengikuti pembinaan 
  • Pembinaan  • Melatih  keterampilan 
    dan bakat 
  • Pementasan 
     
  • Pengembangan  • Pameran hasil karya 
  • Rekratif  • Memeriksa kesehatan 
    • Bermain  
    • Bermain bermusik  
    • Berkumpul  
     
   
• Ibadah 
  • Pencegahan,   
  rehabilitasi dan 
  • Bersosialisasi  dengan 
adaptif 
  masyarakat 
  • Perlindungan  • Tidur  
    • Makan  
• Usia 11‐16 tahun    • MCK 
    • Mencuci dan menjemur 
  • Belajar 
• Edukatif  • Membaca buku 
  • Mengikuti  kursus 
• Pelatihan  keterampilan  dan 
  pelatihan 
  • Mengikuti pembinaan 
• Pembinaan  • Melatih  keterampilan 
• Pengembangan  dan bakat 
  • Pementasan 
   
  • Pameran hasil karya 
  • Memeriksa kesehatan 
• Pengasuhan  • Bermain  
• Rekratif  • Bermain bermusik  
  • Berkumpul  
   
  • Ibadah 
• Pencegahan,   
rehabilitasi dan  • Bersosialisasi  dengan 
adaptif  masyarakat 

ANAK JALANAN      
TIDAK MENETAP  • Perlindungan  • Istirahat  
• Usia 5‐10 tahun    • Makan  
    • MCK 
• Edukatif  • Belajar 
  • Membaca buku 
• Pelatihan  • Mengikuti pembinaan 
   

commit to user V - 32

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  AKTIFITAS 
SINGGAH 

  • Pembinaan  • Melatih  keterampilan 


    dan bakat 
  • Pementasan 
     
  • Pengembangan  • Pameran hasil karya 
  • Rekratif  • Memeriksa kesehatan 
    • Bermain  
    • Bermain bermusik  
    • Berkumpul  
     
  • Pencegahan,  • Ibadah 
  rehabilitasi dan  • Bersosialisasi  dengan 
  adaptif  masyarakat 
 
• Perlindungan  • Istirahat  
• Usia 11‐16 tahun 
  • Makan  
 
  • MCK 
   
• Edukatif  • Belajar 
  • Membaca buku 
• Pelatihan  • Mengikuti  kursus 
  keterampilan  dan 
  pelatihan 
• Pembinaan  • Mengikuti pembinaan 
• Pengembangan  • Melatih  keterampilan 
  dan bakat 
  • Pementasan 
   
  • Pameran hasil karya 
• Pengasuhan  • Memeriksa kesehatan 
• Rekratif  • Bermain  
  • Bermain bermusik  
  • Berkumpul  
   
• Pencegahan,  • Ibadah 
rehabilitasi dan   
adaptif  • Bersosialisasi  dengan 
masyarakat 

DONATUR DAN  • Pengembangan  • memerikas arsip 


PUNGUNJUNG    • mengikuti  pameran  dan 
  pementasan 
• pengasuhan  • pemeriksaan kesehatan 

Sumber : Analisis Penulis. 2010.

3) Karakter aktifitas
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Aktifitas pengguna
¾ Karakter pengguna

commit to user V - 33

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

¾ Peran rumah singgah


Analisa :
Karena anak jalanan yang ditampung tidak hanya dalam satu
kelompok usia melainkan dalam kisaran 5 – 16 tahun dengan 2
pengelompokkan, yakni :
o Usia 5 – 10 tahun
o Usia 11 – 16 tahun
Maka seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa akan terjadi
aktifitas yang berbeda jenisnya. Karena aktifitas yang berbeda maka akan
menimbulkan karakter aktifitas yang berbeda pula.
Output :

Tabel V.9 Karakter aktifitas dalam Rumah Singgah


PERAN RUMAH  FUNGSI RUMAH 
SINGGAH  AKTIFITAS  KARAKTER ATIFITAS 
SINGGAH 
• CENTER BASED  • Perlindungan  • Tidur   • Terpisah berdasarkan 
PROGRAME      gender  
    • Makan   • Bersama‐sama  
    • MCK  • Idividual 
    • Mencuci & menjemur  • Terpisah berdasarkan 
      gender  
  • Edukasional   • Belajar   • Terpisah berdasarkan 
      kelompok usia 
    • Membaca buku  • Terpisah berdasarkan 
• Pelatihan    kelompok usia 
  • Kursus keterampilan  • Terpisah berdasarkan 
    kelompok usia dan 
    gender 
• Pembinaan  • Pembinaan  • Terpisah berdasarkan 
    kelompok usia 
• Pengembangan  • Mengembangkan bakat  • Bersama‐sama  
• Pameran  • Bersama‐sama  
• Pertunjukkan   • Bersama‐sama 
• STREET BASED  • Pengasuhan  • Pemeriksaan kesehatan  • Bersama‐sama 
PROGRAME    • Berkumpul   
  • Rekratif  • Bermain   • Bersama‐sama 
      • Terpisah berdasarkan 
    • Bermain musik  kelompok usia 
• Bersama‐sama 
• CAMMUNITY  • Pencegahan,  • Ibadah  • Terpisah berdasarkan 
BASED PROGRAME  rehabilitasi dan    agama 
  adaptif  • Bersosialisasi  dengan  • Terpisah berdasarkan 
lingkungan  kelompok usia 
 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 34

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

4) Kebutuhan ruang
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Pelaku dan pengguna
¾ Aktifitas pengguna
¾ Karakter aktifitas
¾ Karakter pengguna
Analisa :
Kebutuhan ruang pada fasilitas rumah singgah ini tidak bisa
terlepas dari karakter anak jalanan sebagai pihak pengguna utama.
Adapun keterkaitan antara karakter dan kebutuhan ruang yang harus ada
dalam suatu fasilitas rumah singgah adalah sebagai berikut :

Tabel V.10 Jenis Perilaku


JENIS PERILAKU  KETERANGAN 

Aktif dan kreatif  Anak  jalanana  dituntut  untuk  aktif  dan  kretif  mencari  bemacam‐
macam  kesibukan  yang  dapat  menghasilkan  uang  untuk  bertahan 
hidup. Mereka juga harus aktif dan kreatif  untuk menciptakan hal‐
hal baru agar tidak tertindas dalam persaingan dijalanan. 
 
Dari  segi  arsitektural,  perilaku  ini  perlu  dipertimbangkan  dalam 
menciptakan  wadah  yang  dapat  memancing,  menampung  dan 
menyalurkan kreatifitas mereka. 
Mandiri   Kemandirian  dari  dalam  diri  anak  jalanan  biasanya  muncul  dan 
berasal  dari  faktor  tidak  adanya  perhatian  dan  perlindungan  dari 
keluarga.  Mereka  dituntut  memenuhi  kebutuhannya  sendiri  dan 
mereka  tidak  terbiasa  tergantung  pada  orang  lain  terutama  dalam 
hal tempat tidur dan makan. Mereka terbiasa tidur diman saja baik 
didalam maupun diluar ruangan. 
Seperti yang terjadi dibeberapa rumah singgah, misalnya di Sanggar 
Akar  dan  Rumah  singgah  Ahmad  dahlan,  kamar  tidur  yang 
disediakan  tidak  digunakan  sebagaimana  mestinya  tetapi  mereka 
tidur diluar kamar tidur. 
 
Dari  segi  arsitektural,  perilaku  mereka  ini  sangat  berpengaruh 
pada  penggunaan  ruang.  Sehingga  perilaku  ini  perlu  digunakan 
seperti  pertimbangan  dalam  penataan  pola  ruang  yang  sesuai 
dengan kebutuhan dan kenyamanan mereka. 
Rasa  solidaritas  Karena  merasa  senasip  sepenanggungan,  maka  anak  jalanan 
yang  tinggi  antara  memiliki  rasa  solidaritas  yang  tinggi  pada  sesamanya.  Dalam  hal 
sesama  anak  pekerjaan  terdapat  pembagian  suatu  teritori  dan  time  budgeting 
jalanan   yang  tidak  tertulis  dan  terbentuk  secara  alami.  Mereka  sering 
berkumpul dengan sesamanya walaupun hanya sekedar mengobrol, 
bermain  dan bertukan informasi. 
 
Dari  segi  arsitektural,perilaku  ini  perlu  diperhatikan  dalam 
penciptaan  dan  pemfasilitasan  ruang  komunal  sebagai  salah  satu 
sarana  penting  dalam  kehidupan  sosial  mereka  dengan 
sesamanya. 

commit to user V - 35

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

JENIS PERILAKU  KETERANGAN 

Adaptif  dengan  Dilihar dari aspek anak jalanan yang biasa hidup dimana saja, maka 


lingkungan  pada akhirnya mereka terbentuk menjadi pribadi yang lebih adaptif 
terhadap  lingkungan.  Mereka  dapat  dengan  cepat  menyesuaikan 
diri dan berbaur dengan lingkungan barunya. 
 
Dari  segi  arsitektural,perilaku  ini  berhbungan  erat  dengan 
pemilihan  lokasi  yang  sesuai  untuk  dibangunnya  fasilitas  rumah 
siinggah  ini  karena  dimanapun  lokasinya  anak  jalanan  dapat 
dengan  cepat  beradaptasi.  Namun  agar  lebih  tepat  sasaran  maka 
sebaiknya  dipilih  lokasi  dengan  lingkungan  yang  sesuai  sehingga 
mereka merasa nyaman dan betah untuk tinggal dan beraktifitas. 
Menganggap  Kebanyakana anak jalanan tiak mempunyai tempat tinggal sehingga 
ruang‐ruang  publik  mereka  menganggap  ruang‐ruang  publik  kota  sebagai  rumah 
sebagai  teritori  mereka. Mereka biasa menggunakan emperan toko, halte, gerbong  
mereka  kereta  bekas  di  stasiun,  jalanan  dan  taman  kota  sebagai  tempat 
beraktifitas.  Hal  ini  terjadi  karena  tidak  terpenuhinya  kebutuhan 
mereka akan tempat tinggal dan beraktifitas. 
 
Dari  segi  arsitektural,  perilaku  ini  perlu  diperhatikan  dalam 
penciptaan berbagai fasilitas yang dapat memfasilitasi kebutuhan‐
kebutuhan mereka, dalam hal ini kebutuhan dalam rumah tinggal, 
tempat berkumpul, tempat bermain dan berkreasi. 
Perilaku  yang  Secara konseptual, perilaku jenis ini tidak dapat dihilangkan dari diri 
menyimpang  dan  anak  jalanan.  Namun  secara  fisik,  perilaku  ini  dapat  dikendalikan 
mengganggu  dan  diminimalisir  dengan  memaksimalkan  fungsi  penfawasan  di 
dalam rumah singgah ini.  
Hendaknya pengawasan yang dilakukan tidak bersifat mengikat dan 
kaku  namun  lebih  lunak  dan  lembut.  Pengawasan  ini  dapat 
terbentuk  dari  komunikasi  yang  dapat  tertuang  dalam  desain 
bangunan. 
 
Dari  segi  arsitektural,  perilaku  ini  perlu  diperhatikan  dalam 
penentuan  pola  tata  masa  yang  memungkinkan  terjadinya 
kemudahan  dalam  pengawasan  dan  pengaturan  peruangan  baik 
eksterior  maupun  interior  agar  mereka  dapat  berkomunikasi 
dengan sesama dan pembina melalui penataan bangunan. 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Sedangkan berdasarkan aktifitas, pelaku dan karakter aktifitas akan


didapatkan pula kebutuhan ruang sebagai penunjang ruang-ruang utama
pada rumah singgah.
Output :
Dari analisa diatas maka terdapat ruang-ruang yang harus ada dan
tersedia pada rumah singgah, yakni :
• Ruang tidur bersama
• Ruang komunal untuk berkumpul
• Ruang baca
• Ruang pelatihan

commit to user V - 36

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Selain itu jugga terdapat beberapa ruang penunjang lainnya yang


diperlukan berdasarkan kebutuhan pengguna. Ruang-ruang tersebut
adalah:
• Tempat parkir
• Ruang tamu
Sedangkan berdasarkan aktifitas dan pengguna dapat diperoleh
kebutuhan ruang pada suatu rumah singgah sebagai berikut :

Tabel V.11 Kebutuhan Ruang


PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  SINGGAH  AKTIFITAS  KEBUTUHAN RUANG 

PENGELOLA • Perlindungan  • Tidur   • R. tidur ( t.tinggal) 


• Menetap     • Makan   • R. Makan 
    • MCK  • KM/WC 
    • Memasak  • Dapur  
    • Mencuci & menjemur  • T. cuci dan jemur 
  • Edukasional   • Mengajar  • R. Belajar 
  • Pelatihan  • Melatih keterampilan  • Bengkel  latihan  dan 
      keterampilan 
  • Pembinaan  • Membina anak jalanan  • R. Komunal 
      • R.konseling 
      • Koperasi  
  • Pengembangan  • Membuka  arsip  &  • R. Menabung 
    pembukuan  • R. Arsip pengelola 
    • Mengelola  rumah   
    singgah   • R. Pengelola  
      • R. Rapat  
    • Melatih bakat   
    • Mengikuti  pameran  dan  • R. Musik dan seni 
   
 
pementasan  • R. Pameran 
   
  • Panggung pementasan 
  • Berkumpul 
  • R. Komunal 
  • Memeriksa kesehatan 
  • R. Bermain 
• Pengasuhan  • Bermain  dan  bermusik 
  • R. Kesehatan 
• Rekratif  dengan anak jalanan 
    • R. Musik 
  • Ibadah   
   
    • Musholla  dan  tempat 
  • Memberikan konseling   ibadah 
• Pencegahan, 
  rehabilitasi dan  • R. Konseling 
  adaptif   
  • Perlindungan  • Makan   • R. Makan 
    • MCK   • KM/WC 
 
• Edukasional   • Mengajar  • R. Belajar 
• Tidak menetap 
• Pelatihan  • Melatih keterampilan  • Bengkel  latihan  dan 
 
    keterampilan 
• Pembinaan  • Membina anak jalanan  • R. Komunal 
    • R.konseling 
    • Koperasi  
• Pengembangan  • Membuat  arsip  dan  • R. Menabung 
  pembukuan  • R. Arsip pengelola 

commit to user V - 37

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  SINGGAH  AKTIFITAS  KEBUTUHAN RUANG 

  • R. Pengelola  
    • R. Rapat  
  • Melatih bakat   
  • Mengikuti  pameran  dan  • R. Musik dan seni 
  pementasan  • R. Pameran 
    • Panggung pementasan 
     
  • Berkumpul  • R. Komunal 
    • R. Bermain 
    • R. Kesehatan 
• Pengasuhan  • Memeriksa kesehatan  • R. Musik 
• Rekratif  • Bermain  dan  bermusik   
  dengan anak jalanan   
• Pencegahan,     
rehabilitasi dan  • Ibadah  • Musholla  dan  tempat 
adaptif  • Memberikan konseling  ibadah 
• R. Konseling 
ANAK JALANAN     
MENETAP       
• Usia 5‐10 tahun  • Perlindungan  • Tidur   • R. tidur ( t.tinggal) 
    • Makan   • R. Makan 
    • MCK  • KM/WC 
  • Edukatif  • Belajar  • R. Belajar 
    • Membaca buku  • R. Baca 
  • Pelatihan  • Mengikuti pembinaan  • R.konseling 
  • Pembinaan  • Melatih  keterampilan  • R. Musik dan seni 
    dan bakat   
    • Pementasan  • Panggung pementasan 
  • Pengembangan    • R. Pameran 
  • Rekratif  • Pameran hasil karya  • R. Kesehatan 
    • Memeriksa kesehatan  • R. Bermain 
    • Bermain   • R. Musik 
    • Bermain bermusik   • R. Komunal 
    • Berkumpul    
      • Musholla  dan  tempat 
  • Pencegahan,  • Ibadah  ibadah 
  rehabilitasi dan 
 
  • TPA 
adaptif  • Bersosialisasi  dengan 
 
  masyarakat 
  • Perlindungan  • Tidur   • R. tidur ( t.tinggal) 
    • Makan   • R. Makan 
• Usia 11‐16 tahun    • MCK  • KM/WC 
    • Mencuci dan menjemur  • T. Cuci dan jemur 
  • Belajar   
• Edukatif  • Membaca buku  • R. Belajar 
  • Mengikuti  kursus  • R. Baca 
• Pelatihan  keterampilan  dan  • Bengkel  latihan  dan 
  pelatihan  keterampilan 
  • Mengikuti pembinaan   
• Pembinaan  • Melatih  keterampilan  • R.konseling 
• Pengembangan  dan bakat  • R. Musik dan seni 
  • Pementasan   
    • Panggung pementasan 
  • Pameran hasil karya  • R. Pameran 
  • Memeriksa kesehatan  • R. Kesehatan 

commit to user V - 38

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  SINGGAH  AKTIFITAS  KEBUTUHAN RUANG 

  • Pengasuhan  • Bermain   • R. Bermain 


• Rekratif  • Bermain bermusik   • R. Musik 
  • Berkumpul   • R. Komunal 
     
  • Ibadah  • Musholla  dan  tempat 
• Pencegahan,    ibadah 
rehabilitasi dan  • Bersosialisasi  dengan  • TPA 
adaptif  masyarakat 
ANAK JALANAN        
TIDAK MENETAP       
• Usia 5‐10 tahun  • Perlindungan  • Istirahat   • R. tidur ( t.tinggal) 
    • Makan   • R. Makan 
    • MCK  • KM/WC 
  • Edukatif  • Belajar  • R. Belajar 
    • Membaca buku  • R. Baca 
  • Pelatihan  • Mengikuti pembinaan  • R.konseling 
  • Pembinaan  • Melatih  keterampilan  • R. Musik dan seni 
    dan bakat   
    • Pementasan  • Panggung pementasan 
  • Pengembangan    • R. Pameran 
  • Rekratif  • Pameran hasil karya  • R. Kesehatan 
    • Memeriksa kesehatan  • R. Bermain 
    • Bermain   • R. Musik 
    • Bermain bermusik   • R. Komunal 
    • Berkumpul    
      • Musholla  dan  tempat 
  • Pencegahan,  • Ibadah  ibadah 
  rehabilitasi dan 
 
  • TPA 
adaptif   • Bersosialisasi  dengan 
   
  masyarakat 
  • Perlindungan  • Istirahat   • R. tidur ( t.tinggal) 
• Usia 11‐16 tahun    • Makan   • R. Makan 
    • MCK  • KM/WC 
     
• Edukatif  • Belajar  • R. Belajar 
  • Membaca buku  • R. Baca 
• Pelatihan  • Mengikuti  kursus  • Bengkel  latihan  dan 
  keterampilan  dan  keterampilan 
  pelatihan   
• Pembinaan  • Mengikuti pembinaan  • R.konseling 
• Pengembangan  • Melatih  keterampilan  • R. Musik dan seni 
  dan bakat   
  • Pementasan  • Panggung pementasan 
    • R. Pameran 
  • Pameran hasil karya  • R. Kesehatan 
• Pengasuhan  • Memeriksa kesehatan  • R. Bermain 
• Rekratif  • Bermain   • R. Musik 
  • Bermain bermusik   • R. Komunal 
  • Berkumpul    
• Pencegahan,  • Ibadah  • Musholla  dan  tempat 
rehabilitasi dan  • Bersosialisasi  dengan  ibadah 
adaptif  • TPA 
masyarakat 

Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 39

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

5) Pengelompokkan ruang
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Fungsi dan peran rumah singgah
¾ Zonifikasi
¾ Pengguna
¾ Kebutuhan ruang
Analisa :
Seperti yang telah dikemukakan pada bahasan sebelumnya, bahwa untuk
mencapai tujuan yang diinginkan maka rumah singgah ini mempunyai
beberapa fungsi yang merupakan penjabaran dari peran rumah singgah
itu sendiri dengan metode penanganan anak jalanan yang digunakan.
Dari beerbagai fungsi yang diwadahi dan kebutuhan ruang yang
diperlukan maka dapat dihasilkan kelompok-kelompok ruang
berdasarkan fungsi yang menaungi.
Tabel V.12 Pengelompokkan Ruang
PERAN  KEBUTUHAN RUANG  ZONIFIKASI 
 Perlindungan  • R. tidur ( t.tinggal)  • Privat  
• KM/WC  • Servis  
• T. cuci dan jemur  • Servis 
• R. Makan  • Servis 
• Dapur  • Servis 
Edukasional   • R. Belajar  • Publik 
• R. Baca  • Publik 
Pelatihan   • Bengkel kerja  • Publik 
• R. Keterampilan  • Publik 
Pembinaan   • R. Konseling   • Semi publik 
• R. Bersama  • Semi publik 
• R. Bagian pengelola  • Semi publik 
Pengembangan   • R. Pamer  • Publik 
• R. Musik  • Publik 
• Lapangan   • Publik 
• T. Pertunjukkan  • Publik 
Pengasuhan   • R. Makan bersama  • Semi publik 
• R. Komunal  • Publik 
• R. Kesehatan  • Semi publik 
• R. Bersama  • Publik 
• R. Bagian pengelola  • Semi publik 
Rekratif   • Lapangan  • Publik  
• R. Bermain  • Publik 
• R. Bersama  • Publik 
Pencegahan, rehabilitasi dan  • R. Konseling  • Semi publik 
adaptif  • R. Bagian pengelola  • Semi publik 
S • Musholla, R. Ibadah  • Publik  
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 40

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Output :

Tabel V.13 Pengelompokkan Ruang yang direncanakan


PERAN  KEBUTUHAN RUANG  ZONIFIKASI 

 Perlindungan  • R. tidur ( t.tinggal)  • Privat dan servis 


• KM/WC 
• T. cuci dan jemur 
• R. Makan 
• Dapur 
Edukasional   • R. Belajar  • Publik 
• R. Baca 
Pelatihan   • Bengkel kerja  • Publik 
• R. Keterampilan 
Pembinaan   • R. Konseling   • Semi publik 
• R. Bersama 
• R. Bagian pengelola 
Pengembangan   • R. Pamer  • Publik 
• R. Musik 
• Lapangan  
• T. Pertunjukkan 
Pengasuhan   • R. Makan bersama  • Semi publik 
• R. Komunal 
• R. Kesehatan 
• R. Bersama 
• R. Bagian pengelola 
Rekratif   • Lapangan  • Publik  
• R. Bermain 
• R. Bersama 
Pencegahan, rehabilitasi dan  • R. Konseling  • Semi publik 
adaptif  • R. Bagian pengelola 
• Musholla, R. Ibadah 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

6) Karakter ruang
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Fungsi rumah singgah
¾ Karakter aktifitas
¾ Karakter pengguna
¾ Kebutuhan ruang
Analisa :
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dalam menemukan
karakter ruang ini harus didasarkan pada karakter aktifitas dan kebutuhan
ruang yang ada. Dimana semuanya itu juga tidak bisa dilepaskan dari
karakter pengguna di dalamnya.

commit to user V - 41

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Tabel V.14 Karakter Ruang


PERAN  KEBUTUHAN RUANG  KARAKTER AKTIFITAS 

 Perlindungan  • R. tidur ( t.tinggal)  • Terpisah berdasarkan gender 


• KM/WC  (jenis kelamin) 
• T. cuci dan jemur 
• R. Makan 
• Dapur 
Edukasional   • R. Belajar  • Terpisah berdasarkan usia 
• R. Baca 
Pelatihan   • Bengkel kerja  • Terpisah berdasarkan usia 
• R. Keterampilan 
Pembinaan   • R. Konseling   • Terpisah berdasarkan usia 
• R. Bersama 
• R. Bagian pengelola 
Pengembangan   • R. Pamer  • Bersama‐sama 
• R. Musik 
• Lapangan  
• T. Pertunjukkan 
Pengasuhan   • R. Makan bersama  • Bersama‐sama 
• R. Komunal 
• R. Kesehatan 
• R. Bersama 
• R. Bagian pengelola 
Rekratif   • Lapangan  • Bersama‐sama 
• R. Bermain 
• R. Bersama 
Pencegahan, rehabilitasi dan  • R. Konseling  • Bersama‐sama 
adaptif  • R. Bagian pengelola 
• Musholla, R. Ibadah 
Sumber : Analisis Penulis. 2010

Output :
Dari hasil analisa diatas dapat dilihat karakter ruang pada ruang-
ruang tertentu yang didalamnya terdapat pemisahan berdasarkan usia
antara lain pada fasilitas edukasional, pelatihan dan pembinaan.
Sedangkan untuk karakter ruang yang lain disesuaikan dengn karakter
anak jalanan pada umumnya.

Tabel V.15 Karakter Ruang yang direncanakan


Kebutuhan ruang yang memerlukan 
Karakter Ruang 
karakter tertentu 
• R. tidur anak jalanan  • Bebas bersekat dengan perabot yang minim. 
• R. Makan bersama  • Besar tanpa ada meja makan dan kursi 
• R. Belajar    
™ Untuk anak jalanan 5‐10 tahun  • Karena suasana belajar sambil bermain ruang 
  minim  perabot  dengan  kondisi  ruang  yang 
luas tanpa kursi dan meja. 
 

commit to user V - 42

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Kebutuhan ruang yang memerlukan 
Karakter Ruang 
karakter tertentu 
 
™ Untuk anak jalanan 11‐16  • Karena  karakter  anak  jalanan  yang  tidak  mau 
tahun  diatur  maka  ruang  belajar  dibiarkan  tanpa 
  meja dan kursi. 
   
• Bengkel latihan dan kursus :  • Didalamnya  terdapat  rak‐rak  pendek  untuk 
™ Untuk anak jalanan 5‐10 tahun  menyimpang  peralatan  dengan  kondisi  ruang 
  yang  sama yakni tanpa bersekat. 
   
™ Untuk anak jalanan 11‐16  • Karena  sudah  cukup    besar  tedapat  rak‐rak 
tahun  untuk  menyimpan  ruang  dan  terbukaagar 
  anak jalanan dapat berinteraksi dengan baik. 
• R. Komunal   • Suasana  ruang  terbuka  dengan  kondisi  ruang 
  yang besar dan sederhana. 
• R. Bermain    
™ Untuk anak jalanan 5‐10 tahun  • Tidak  terdapat  rak  yang  membahayakan  dan 
  ruang  cenderung  luas  dengan  ornamen‐
™ Untuk anak jalanan 11‐16  ornamen sebagai hiasan 
tahun  • Ruang  cenderung  luas,  namun  penggunaan 
  ornamen lebih sedikit. 
• R. Musik   • Luas dengan kondisi terbuka. 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

7) Besaran ruang
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Kebutuhan ruang
¾ Daya tampung anak jalanan
¾ Sirkulasi
¾ Karakter ruang
Analisa :
Besaran ruang pada fasilitas rumah singgah ini sebenarnya tidak
memiliki aturan luas tertentu dimana ruang-ruang didalamnya memang
harus bersifat fleksibel untuk mencukupi kebutuhan didalamnya.
Karena karakter anjal yang cenderung bebas sehingga ruangan yang
diperlukan tidak harus berukuran tertentu.
Penentuan gerak flow
ƒ 10% = standart flow gerak minimum
ƒ 20% = kebutuhan keleluasan gerak
ƒ 30% = tuntutan kenyamanan fisik
ƒ 40% = untuk kenyamana praktis
ƒ 50% = persyaratan spesifikasi kegiatan

commit to user V - 43

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

ƒ 60% = keterlibatan terhadap servis kegiatan


ƒ 100 - 200% = untuk ruang umum atau hall
Output :
• Besaran Ruang kelompok Fungsi Perlindungan (Rumah Hunian)

Tabel V.16 Besaran Ruang fungsi perlindungan yang direncanakan


PEREMPUAN 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Ruang Tidur Anak  Kapasitas 2 anak, @ 1.5 – 2.0 m²  36  36 x 8.4 m² = 302.4 m² 


Luasan = 2 x 1.5 m = 6 m² 
Flow 20% = 40% x 6 m² = 2.4 m² 
Total besaran ruang = 8.4  m² 
 
Ruang Tidup  Kapasitas 2 orang , @ 1.5 – 2.0 m²  3  3 x 4.5 m² = 13.5m² 
Pengelola  Luasan = 2 x 1.5 m = 3 m² 
Flow 20% =50% x 3 m² = 1.5 m² 
Total besaran ruang = 4.5  m² 
 
Ruang Tamu +  Kapasitas 10 orang , @ 1.5 – 2.0 m² 1 1 x 22.5 m² = 22.5 m²
Ruang Berkumpul   Luasan = 10 x 1.5 m = 15 m² 
Flow 20% =50% x 15 m² = 7.5 m² 
Total besaran ruang = 22.5  m² 
 
Ruang makan  Kapasitas 15 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 25.2  m² = 25.2 m² 
Luasan = 15 x 1.2 m = 18 m² 
Flow 20% =40% x 18 m² = 7.2 m² 
Total besaran ruang = 25.2  m² 
KM /WC  Asumsi 1.25 x 2 m²  =2.5 m²  9  9 x 2.5 m² = 22.5 m² 
Dapur  Asumsi 2 x 3 m = 6 m² 1 1 x 6 m² = 6 m² 
Gudang   Asumsi 3 x 3 m = 9 m²  1  1 x 9 m² = 9 m² 
Tempat cuci     1  1 x 6 m² = 6 m² 
Tempat  jemur  Asumsi 4 x 3 m = 12 m² 1 1 x 12 m² = 12 m²

LAKI‐LAKI 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Ruang Tidur Anak  Kapasitas 4 anak, @ 1.5 – 2.0 m² 42 42 x 8.4m² = 352.8 m²


Luasan = 4 x 1.5 m = 6 m² 
Flow 40% = 40% x 6 m² =  2.4 m² 
Total besaran ruang =  8.4  m² 
 
 
Ruang Tidup  Kapasitas 2 orang , @ 1.5 – 2.0 m²  3  3 x 4.2 m² = 12.6 m² 
Pengelola  Luasan = 2 x 1.5 m =  3  m² 
Flow 20% = 40% x 3 m² = 1.2 m² 
Total besaran ruang = 4.2 m² 
 
Ruang Tamu +  Kapasitas 15 orang , @ 1.5 – 2.0 m² 1 1 x 25.75m² = 25.75m²
Ruang Berkumpul   Luasan = 15 x 1.5 m = 17.5 m² 
Flow 20% =50% x 17.5 m² = 8.75 m² 
Total besaran ruang = 25.75  m² 

commit to user V - 44

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 


Ruang makan  Kapasitas 15 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 25.2  m² = 25.2 m² 
Luasan = 15 x 1.2 m = 18 m² 
Flow 20% =40% x 18 m² = 7.2 m² 
Total besaran ruang = 25.2  m² 
Dapur  Asumsi 4 x 4 m = 16 m² 1 1 x 16 m² = 16 m²
KM /WC  Asumsi 1.25 x 2 m²  =2.5 m²  9  9 x 2.5 m² = 22.5 m² 
Tempat cuci   Asumsi 4 x 2 m = 8 m²  1  1 x 8 m² = 8 m² 
Tempat  jemur  Asumsi 4 x 4 m = 16 m² 1 1 x 16 m² = 16 m²
Gudang   Asumsi 3 x 2 m = 9 m²  3  3 x 9 m² = 27 m² 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Pendidikan

Tabel V.17 Besaran Ruang fungsi pendidikan yang direncanakan


Anak jalanan 5‐10 tahun 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Kelas   Kapasitas   25 anak, modul  @ 1.2 – 2.0  5  5 x  39 m² = 195 m² 


m² 
Luasan = 25 x 1.2 m = 30  m² 
Flow 30% = 30% x 30  m² =  9m² 
Total besaran ruang =  39  m² 

Anak jalanan 11‐16 tahun 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Kelas   Kapasitas  30 anak, modul  @ 1.2 – 2.0 m²  7  7 x 70.2 m² = 491.4 m² 


Luasan = 30 x 1.8 m = 54  m² 
Flow 30% = 30% x 54  m² =  16.2m² 
Total besaran ruang =  70.2 m² 
Ruang kesehatan   Kapasitas 12 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 36 m² = 36 m² 
Luasan = 12 x 2.0 m =  24  m² 
Flow 30% = 50% x 24 m² = 12.0 m² 
Total besaran ruang =  36.0 m² 
Ruang guru  Kapasitas 15 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 1 1 x 45 m² = 45 m²
Luasan = 15 x 2.0 m =  30  m² 
Flow 30% = 50% x 30 m² = 15.0 m² 
Total besaran ruang =  49.0 m² 
Koperasi   Asumsi 1.5 x 3 = 4.5 m² 1 1 x 4.5 m² = 4.5 m²
Lavatory Wanita  Kapasitas 3 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  9  9 x 6.75 m² = 60.75 m² 
Luasan = 3 x 1.5 m =  4.5  m² 
Flow 30% = 50% x 4.5 m² = 2.25 m² 
Total besaran ruang =  6.75 m² 
Wastafel asumsi  1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 3 3 x 1.05  m² = 3.15 m²
Lavatory Pria   Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  9  9 x 6.75 m² = 60.75 m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3.0  m² 
Flow 30% = 50% x 3.0 m² = 1.5 m² 
Total besaran ruang =  4.5 m² 
Urinoir  kapasitas 2 orang   3  3 x 3  m² = 9 m² 
= 1 x 2,5 x 1,2 = 3 m² 
Wastafel asumsi   3  3 x 1.05  m² = 3.15 m² 
1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 

commit to user V - 45

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Rumah Baca 
Ruang buku   Kapasitas 45 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 70.2 m² = 70.2 m² 
Luasan = 45 x 1.2 m = 54  m² 
Flow 30% = 30% x 54 m² = 16.2  m² 
Total besaran ruang = 70.2 m² 
 
Ruang Baca   Kapasitas 15 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 23.4 m² = 23.4 m² 
Luasan = 15 x 1.2 m = 18  m² 
Flow 30% = 30% x 18 m² = 5.4  m² 
Total besaran ruang = 23.4 m² 
 
Ruang baca  Kapasitas 20 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 1 1 x 31.2 m² = 31.2 m²
lesehan + diskusi  Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 30% = 30% x 24 m² = 7.2  m² 
Total besaran ruang = 31.2 m² 
 

Ruang Peminjaman  Kapasitas 4 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 1 1 x 6.24 m² = 31.2 m²


buku  Luasan = 4 x 1.2 m = 4.8  m² 
Flow 30% = 30% x 4.8 m² = 1.44 m² 
Total besaran ruang = 6.24 m² 
 
Ruang Pengelola  Kapasitas 6 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 9.36 m² = 9.36 m² 
Rumah Baca  Luasan = 6 x 1.2 m = 7.2  m² 
Flow 30% = 30% x 7.2 m² = 2.16 m² 
Total besaran ruang = 9.36 m² 
 
Ruang Arsip buku  Asumsi  4 x 4,5  = 18 m²  1  1 x 18 m² = 18 m² 
 
Lavatory Wanita  Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  2  2 x 3.6 m² = 7.2 m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3  m² 
Flow 30% = 20% x 3  m² = 0.6  m² 
Total besaran ruang =  3.6 m² 
 
Lavatory Pria   Kapasitas 1 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 1.95 m² = 1.95 m² 
Luasan = 1 x 1.5 m =  1.5  m² 
Flow 30% = 30% x 1.5 m² = 0.45 m² 
Total besaran ruang =  1.95 m² 
 
Urinoir  kapasitas 2 orang  1 1 x 3  m² = 9 m² 
= 1 x 2,5 x 1,2 = 3 m² 
 
Wastafel asumsi  3 3 x 1.05  m² = 3.15 m²
1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 
 

Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 46

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Pelatihan & Pengembangan

Tabel V.18 Besaran Ruang fungsi pelatihan yang direncanakan

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Bangunan Pelatihan 
Kelas Pelatihan  Kapasitas  20 anak, modul  @ 1.2 – 2.0  3 3 x 33.6 m² = 100.8 m²
m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang =  33.6 m² 
Laboratorium /  Kapasitas  20 anak, modul  @ 1.2 – 2.0  3 3 x 33.6 m² = 100.8 m²
bengkel pelatihan   m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang =  33.6 m² 
Lavatory Wanita  Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  4  4 x 3.6 m² = 14.4m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3  m² 
Flow 30% = 20% x 3  m² = 0.6  m² 
Total besaran ruang =  3.6 m² 
Lavatory Pria  Kapasitas 1 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  3  3 x 1.95 m² = 5.85 m² 
Luasan = 1 x 1.5 m =  1.5  m² 
Flow 30% = 30% x 1.5 m² = 0.45 m² 
Total besaran ruang =  1.95 m² 
 
KM /WC  Asumsi 1.5 – 2 m² 2 9 x 1.5 m² = 13.5 m²
 
Gudang   Asumsi  3 x 3  m² = 9 m² 2 2 x 9 m² = 18 m² 
 

Bangunan Kesenian 
Ruang seni Musik  Kapasitas  20 anak, modul  @ 1.2 – 2.0  3 3 x 33.6 m² = 100.8 m²
m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang =  33.6 m² 
Ruang Seni teater   Kapasitas  20 anak, modul  @ 1.2 – 2.0  3  3 x 33.6 m² = 100.8 m² 
m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang =  33.6 m² 
Ruang Persiapan  Diasumsikan  3 x 3 m² = 9 m²  2  2 x 9 m² = 18 m² 
 
Ruang Alat  Diasumsikan  3 x 3 m² = 9 m²  2  2 x 9 m² = 18 m² 
 
Hall Berkumpul  Diasumsikan 3 x 9 m² = 27 m²  1  1 x 27 m² = 27 m² 
 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 47

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Pengelola

Tabel V.19 Besaran Ruang fungsi pengelola yang direncanakan

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Ruang Tamu  Asumsi 24 m²  2  2 x 24 m² = 48 m² 


Ruang Karyawan  Kapasitas  15orang, modul  @ 1.2 – 2.0  2 2 x  25.2 m² = 50.4 m²
m² 
Luasan = 15 x 1.2 m = 18  m² 
Flow 40% = 40% x 18  m² =  7.2 m² 
Total besaran ruang = 25.2 m² 
 
Ruang Administrasi  Kapasitas  12 orang, modul  @ 1.2 – 2.0  2  2 x 20 m² = 40 m² 
m² 
Luasan = 12 x 1.2 m = 14.4  m² 
Flow 40% = 40% x 14.4  m² =  5.64 m² 
Total besaran ruang = 20 m² 
 
Ruang Arsip  Asumsi 24 m² 2 2 x 24 m² = 48 m²
 
Ruang Rapat  Kapasitas  20 orang, modul  @ 1.2 – 2.0  1 1 x 33.6 m² = 33.6 m²
m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang = 33.6 m² 
 
Ruang tidur  Kapasitas  20  orang, modul  @ 1.2 – 2.0  4  4 x 33.6 m²= 134.4 m² 
voulenteer  m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang = 33.6 m² 
 
Ruang tidur  Kapasitas  2  orang, modul  @ 1.2 – 2.0 m² 4 4 x 3.36 m² = 13.44 m²
pegelola  Luasan = 2 x 1.2 m = 2.4  m² 
Flow 40% = 40% x 2.4  m² =  0.96 m² 
Total besaran ruang = 3.36 m² 
 
Ruang Kepala  Asumsi 20 m²  1  1 x 20 m² = 20 m² 
Pengelola 
Ruang konseling  Asumsi 9 m²  2  1 x 9 m² = 18 m² 
Khusus 
Ruang Display  Asumsi 35 m² 1 1 x 35 m² = 35 m²
Karya indoor 
Ruang Tamu   Asumsi 24 m² 2 2 x 24 m² = 48 m²
 
Teras`/ balkon  Asumsi 10 m²  2  2 x 10 m² = 20 m² 
 
Ruang arsip  Asumsi  18 m²  1  1 x 18m² = 18 m² 
 
Ruang arsip khusus  Asumsi  20  m²  1  1 x 20m² = 20 m² 
 
Ruang Tamu  Asumsi 20 m²  1  1 x 20 m² = 20 m² 
khusus 
Dapur  Asumsi 17.5 m² 1 1 x 17.5 m² = 17.5 m²
 
Ruang  makan  Asumsi 27 m² 1 1 x 27 m² = 27 m²

commit to user V - 48

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Gudang   Asumsi 9 m² 1 1 x 9 m² = 9 m² 


Lavatory Wanita  Kapasitas 3 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  9  9 x 6.75 m² = 60.75 m² 
Luasan = 3 x 1.5 m =  4.5  m² 
Flow 30% = 50% x 4.5 m² = 2.25 m² 
Total besaran ruang =  6.75 m² 
Wastafel asumsi  3 3 x 1.05  m² = 3.15 m²
1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 
Lavatory Pria   Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  9  9 x 6.75 m² = 60.75 m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3.0  m² 
Flow 30% = 50% x 3.0 m² = 1.5 m² 
Total besaran ruang =  4.5 m² 
 
Urinoir  kapasitas 2 orang  3 3 x 3  m² = 9 m² 
= 1 x 2,5 x 1,2 = 3 m² 
Wastafel asumsi  3 3 x 1.05  m² = 3.15 m²
1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 
Ruang  pengelola  Asumsi 20 m²  1  1 x 20 m² = 20 m² 
Ruang  tamu  Asumsi 10 m²  1  1 x 10m² = 10 m² 
Ruang arsip  Asumsi  20 m² 1 1 x 20m² = 20 m² 
Ruang rapat  Asumsi  20  m²  1  1 x 20m² = 20 m² 
Gudang   Asumsi  5 m²  1  1 x 5m² = 5 m² 
KM/WC  Asumsi  1.5 ‐2  m² 2 2 x 1.5m² = 3 m² 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Pengasuhan


Tabel V.20 Besaran Ruang fungsi pengasuhan yang direncanakan

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Ruang  makan  Asumsi 100 m²  1  1 x 100 m² = 100 m² 


bersama 
Ruang berkumpul  Asumsi 100 m²  1  1 x 100 m² = 100 m² 
bersama 
Dapur  Asumsi  15 m²  1  1 x 15m² = 15 m² 
Ruang audio / alat  Asumsi  15 m² 1 1 x 15m² = 15 m² 
Teras  Asumsi 9 m²  1  1 x 9 m² = 9 m² 
Lavatory Wanita  Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  2  2 x 3.6 m² = 7.2 m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3  m² 
Flow 30% = 20% x 3  m² = 0.6  m² 
Total besaran ruang =  3.6 m² 
Lavatory Pria   Kapasitas 1 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 1.95 m² = 1.95 m² 
Luasan = 1 x 1.5 m =  1.5  m² 
Flow 30% = 30% x 1.5 m² = 0.45 m² 
Total besaran ruang =  1.95 m² 
 
Urinoir  kapasitas 2 orang  1 1 x 3  m² = 9 m² 
= 1 x 2,5 x 1,2 = 3 m² 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 49

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Penunjang

Tabel V.21 Besaran Ruang fungsi penunjang yang direncanakan


Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Masjid   Asumsi 250 m² 1 1 x 250 m² = 250 m²


Komunal   Asumsi 100 m² 2 1 x 8m² = 8 m² 
Taman berkumpul  Asumsi 150 m² 1 1 x 150 m² = 150 m²
Taman Internal  Asumsi 300 m² 1 1 x 300m² = 300 m²
Parkir  Asumsi 580 m² 2 2 x 580 m² = 1160 m²
KM /WC   Asumsi  6  m² 8 1 x 6m² = 6 m² 
Lapangan  dan  Asumsi  750  m² 1 1 x 750m² = 450 m²
display 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Total luasan yang mewadahi fasilitas-fasilitas kegiatan di Rumah


singgah ini adalah :
Kelompok Perlindungan : 925 m² 
Kelompok Pendidikan : 1103.96 m² 
Kelompok Pengembangan & pelatihan : 517.95 m² 
Kelompok Pengelola : 757.14 m² 
Kelompok Pengasuhan : 257.15 m² 
Kelompok Penunjang : 2324 m²
Total Luasan : 5885.2 m² ≈ 5885 m²
8) Pola hubungan dan organisasi ruang
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Kebutuhan ruang
¾ Pengguna
¾ Karakter aktifitas
¾ Zonifikasi
Analisa :
Dari berbagai kebutuhan ruang dan karakter aktifitas yang ada makan
dapat ditemukan pola hubungan antar ruang dan organisasi ruangnya.
Pengelompokkan yang dilakukan adalah berdasarkan zonifikasi ruang
seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

commit to user V - 50

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Tabel V.22 Hubungan ruang dan fungsi


PERAN  FUNGSI 

• R. tidur ( t.tinggal)  • Privat dan servis 
• KM/WC   
• T. cuci dan jemur 
• R. Makan 
• Dapur  
• R. Belajar  • Publik  
• R. Baca   
• Bengkel kerja  • Publik  
• R. Keterampilan   
• R. Konseling   • Semi Publik 
• R. Bersama 
• R. Bagian pengelola 
• R. Pamer  • Publik  
• R. Musik 
• Lapangan  
• T. Pertunjukkan 
• R. Makan bersama  • Semi Publik 
• R. Komunal 
• R. Kesehatan 
• R. Bersama 
• R. Bagian pengelola 
• Lapangan  • Publik 
• R. Bermain 
• R. Bersama 
• R. Konseling  • Semi Publik 
• R. Bagian pengelola 
• Musholla, R. Ibadah 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Output :
a) Kelompok Ruang Publik
• Pola Hubungan ruang
Tabel V.23 Pola Hubungan ruang Publik
1 R. Belajar
2 R. Bersama
3 R. Baca
4 Aula
5 R. Musik
6 Bengkel kerja
7 R. Pameran
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 51

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Oganisasi Ruang
AULA / GAZEBO

R. BACA 
BENGKEL KERJA R. PAMERAN 
dan              
R. KOMUNAL R. BERSAMA
R. MUSIK 

R. BELAJAR
LAPANGAN
Skema V.3 Organisasi Ruang Publik
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

b) Kelompok Ruang Semi Publik


• Pola Hubungan ruang
Tabel V.24 Pola Hubungan ruang semi Publik

1. R. pengelola
2 R. tamu
3 R. arsip
4 R. konsep
Sumber : Analisis Penulis. 2010. 

• Oganisasi Ruang

R. ARSIP

R. PENGELOLA R. TAMU

R. KONSELING TEMPAT

Skema V.4 Organisasi Ruang semi Publik


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 52

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

c) Kelompok Ruang Privat


• Pola Hubungan ruang
Tabel V.25 Pola Hubungan ruang Privat
1. R. tidur pengelola putri
2 R. tidur pengelola putra
3 R. tidur anak putri
4 R. tidur anak putra
5 R. ibadah
6 Hall / R. Bersama
Sumber : Analisis Penulis. 2010. 

• Oganisasi Ruang

R. TIDUR PUTRI

R. TIDUR PENGELOLA Pi

R. IBADAH 
R. TIDUR PENGELOLA 
Pa 

R. TIDUR PUTRA

Skema V.5 Organisasi Ruang Privat


Sumber : Analisis Penulis. 2010.
d) Kelompok Ruang Servis
• Pola Hubungan ruang
Tabel V.26 Pola Hubungan ruang servis
1. Dapur
2 R. makan
3 KM / WC
4 T. cuci dan jemur
Sumber : Analisis Penulis. 2010.
• Oganisasi Ruang

KM / WC

DAPUR R. MAKAN 

T.CUCI & JEMUR

Skema V.6 Organisasi Ruang Servis


Sumber : Analisis Penulis
commit to user V - 53

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Analisa Tampilan Bangunan


Tampilan bangunan memegang peranan yang cukup penting dalam
membentuk karakter bangunan yang ingin ditampilkan. Beberapa karakter
bangunan seperti terbuka, akrab, bebas, sederhana dan aman dapat
diwujudkan melalui komponen-komponen pembentuk tampilan bangunan,
yaitu :
1) Jumlah dan Tata Letak Massa
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Karakter bangunan
¾ Kondisi dan bentuk site
Secara umum, jumlah dan tata letak massa sangat berpengaruh
pada tampilan bangunan secara keseluruhan dan juga karakter yang ingin
dimunculkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tata
letak massa antara lain :
a) Pengaruh tata letak massa terhadap perilaku pengguna
b) Karakter bangunan
c) Kondisi dan bentuk site
d) Orientasi kompleks bangunan
e) Faktor kenyamanan bangunan, tterutama kenyamanan thermalnya
Analisa :
Sebagai bahan pertimbangan, ada beberapa alternatif jumlah dan
tata letak massa yang masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Alternatif tersebut diantaranya :
a) Massa banyak dan menyebar
Massa jenis ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain :
o Massa bangunan dengan bentuk yang terpisah-pisah dan
menyebar terkesan kurang krab namun terkesan bebas dan tidak
terikat.
o Secara psikologis,massa jenis ini dapat mengurangi
aktifitassosial karena aktifitas pengguna cenderung bersifat ke
dalam. Selain itu, interaksi juga terlihat tidak maksimal.
o Bangunan terlihat lebih dinamis dan tidak monoton.
commit to user V - 54

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

o Orientasi bangunan menyebar dan tidak membosankan.


o Memungkinkan aliran udara yang lebih lancar sehingga
kenyamanan dapat tercapai.
o Memungkinkan adanya eksplorasi desain yang lebih luas pada
tiap-tiap unitnya.

Gambar V.16 Tata massa banyak


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

b) Massa tunggal
Massa jenis ini mempunyai k kelebihan dan kekurangan, antara lain :
o Bersifat lebih intim karena memungkinkan terjadinya interaksi
sosial dalam satu bangunan.
o Dari sisi lain tampilan bangunan terkesan kuat dan kokoh,
namun disisi lain justru menimbulkan kesan formal, monoton
dan angkuh.
o Orientasi terbatas kearah dalam bangunan.
o Aliran udara yang ditimbulkan kurang baik karena kemasifan
ruangnya.

Gambar V.17 Tata massa tunggal


Sumber : Analisis Penulis. 2010.
commit to user V - 55

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

c) Masa tunggal berbentuk kantong


Massa jenis ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antar lain :
o Mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi sosial manusia
didalamnya karena bentuknya yang mendukung.
o Dari segi tampilan, bangunannya mempunyai karakter semi
formal yang cukup dinamis, hangat dan akrab.
o Orientasi kompleks bangunannya memusat, sehingga dapat
memudahkan fungsi kontrolnya.
o Aliran yang terjadi cukup baik karena terdapat iner courtyard.

Gambar V.18 Tata massa Tunggal Berkantung


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Output :
Dari hasil analisa diatas dengan melihat keuntungan dan
kergiannya maka dipilih bentuk massa yang merupakan gabungan dari
massa yang menyebar banyak dan berbentuk kantong. Sehingga karakter
bangunan yang diinginkan yakni bebas, sederhana, akrab, dan aman
dapat tercapai.
2) Bentuk Massa
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Karakter bangunan
¾ Kondisi dan bentuk site
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan brntuk
massa untuk bangunan diantaranya adalah :
a) Karakter yang ditampilkan oleh bentuk-bentuk tersebut
b) Kondisi bentuk site
c) Efisiensi baik funsi maupun peruangannya
d) Nilai estetika bangunan
commit to user V - 56

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Dalam hal ini bentuk bangunan pada kompleks bangunan ini


mengarah pada filosofi bentuk fasilitas yang terdapat di dalam kompleks
bangunan ini.
Analisa :

Tabel V.27 Analisa bentuk dasar


 

Kararter  : Formal, teratur, kuat dan kokoh 

Keseesuaian dengan bentuk site : sangat sesuai, karena 
bisa menyesuaikan  dengan bentuk site yang ada. 

Efisien :  sangat efisien dan fleksibel  terutama dari segi 
fungsi dan peruangannya 

Estetika : bentuk tidak kaku, bisa menyesuaikan dengan 
bentuk lain. 

   

Kararter  : semi fornal dan seimbang 

Keseesuaian dengan bentuk site : bisa menyesuaikan 
dengan bentuk site yang ada. 

Efisien  :  keberadaan  sudutnya  membuat  ruangan 


dengan bentuk yang kurang efisien. 

Estetika : bentuk tidak kaku. 

   

Kararter  : Formal, teratur, kuat dan kokoh 

Keseesuaian dengan bentuk site : kurang sesuaiuntuk 
bagian pinggir site namun bisa sesuai jika diletakkan di 
tengah site.. 

Efisien : sangat efisien jika dipakai sebagai open space 

Estetika : bentuk tiidak kaku, mempunyaai nilai estetika 
yang lebih terutama untuk memberi kesan informal. 

Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 57

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Untuk fasilitas yang memberikan fungsi melindungi, mengasuh dan


membina maka digunakan filosofi bentuk yang mengarah pada sikap
melindungi.

Tabel V.28 Analisa bentuk bangunan


Merupakan salah satu filosofi bentuk melindungi 
yakni  sikap orang merengkuh yang memberikan 
perlindungan 

Sumber : analisa  penulis 
 

  Merupakan salah satu filosofi bentuk disiplin dan 
tegas yang digunakan  pada fasilitas‐ fasilitas  
seperti pendidikan dan pelatihan. 

Sumber : analisa  penulis 

Merupakan salah satu filosofi bentuk keakraban 
yang dilambangkan dengan simpul‐simpul 
gandengan tangan dari beberapa orang. 

Sumber : analisa  penulis 

Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Output :
• Fasilitas perlindungan, pengasuhan dan pengembangan

Gambar V.19 Analisa bentuk fasilitas perlindungan, pengasuhan dan pengenbangan yang
direncanakan
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user V - 58

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Fasilitas pendidikan dan pelatihan

Gambar V.20 Analisa bentuk fasilitas pendidikan dan pelatihan yang direncanakan
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

• Fasilitas penunjang kebersamaan

Gambar V.21 Analisa bentuk fasilitas kebersamaan yang direncanakan


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

c. Analisa Sistem Struktur


Prinsip dasar pendekatan :
¾ Kesesuaian jenis struktur
¾ Karakter bangunan
Selain untuk keamanan bangunan secara keseluruhan, keberadaan
struktur juga perlu diperhtikan untuk mendukung karakter dan estetika
bangunan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan struktur
bangunan diantaranya :
a) Kesesuaian jenis struktur dengan karakter dan estetika bangunan yang
terbuka, sederhana dan akrab.
b) Kesesuaian struktur dengan bentuk dan tampilan bangunan.
c) Kondisi tanah pada site yang terpilih

commit to user V - 59

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

d) Efisiensi struktur yang digunakan.


Analisa :
ƒ Struktur Atap :
Dengan berpijak pada karakter serta bentuk bangunan rumah singgah ini,
maka alternatif sistem struktur atap antara lain :
a) Struktur rangka, bisa berupa kuda-kuda rangka baja, kayu ataupun
kombinasi dari baja dan kayu.
b) Struktur atap dasar yang biasanya menggunakan plat beton.
Penggunaan bahan beton ini dianggap sangat fleksibel ,engikuti
bentuk yang ada namun di sisi lain pemakaian beton memerlukan
biaya produksi yang cukup tinggi.
ƒ Struktur Pondasi :
a) Sistem pondasi batu kali
Digunakan untuk bangunan lantai tunggal dengan konstruksi super
struktur ringan. Pondasi batu kali ini diikuti dengan pondasi menerus
untuk mendukung dinding.
b) Sistem pondasi sumuran
Digunakan pada bagian-bagian yang memerlukan tumpuan sistem
panggung.

Output :
Karena kondisi tanah pada site yang mayoritas cenderung rata tanpa
kontur tetapi tetap ada sedikit dan peruntukkan bangunan yang cenderung
satu latai maka sistem pondasi yang digunakan adalah sistem pondasi batu
kali.
Sedangkan untuk rangka atap karena bangunan yang direncanakan
cenderung sederhana dan satu lantai maka struktur atap yang digunakan
dalah struktur rangka yakni dari kuda-kuda kayu dan baja dan struktur atap
datar pada bangunan tertentu.
d. Analisa Sistem Utilitas
1) Sistem komunikasi
Prinsip dasar pendekatan :
commit to user V - 60

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

¾ Kemudahan komunikasi
¾ Kenyamanan
Analisa :
Karena fasilitas yang ada merupakan suatu rumah singgah maka
sistem komunikasi yang ada cenderung sederhana dengan penyedian
saluran telepon dan faksimile serta internet dan itu pun diperuntukkan
hanya untuk pengelola.
Output :
Skema sistem komunikasi
Telepon 
Terminal dan 
Faximile 
PT. TELKOM  panel  PABX
Internet 
pengontrol 

SLJJ/SLI 

Skema V.7 Sistem Komunikasi yg direncanakan


Sumber: analisis penulis. 2010.

2) Sistem pengamana bahaya kebakaran


Prinsip dasar pendekatan :
¾ Fungsi bangunan
¾ Luas bangunan
¾ Kenyamanan
Analisa :
Pada fasilitas ini melihat fungsinya sebagai tempat menampung
anak jalanan yang berkapasitas banyak dan juga penggunanya yang
hampir sebagian anak-anak maka hendaknya sistem bahaya kebakaran ini
mutlak harus ada. Sistem yang dapat digunakan antar lain :
a) Sistem fire alarm
Berfungsi untuk mengetahui dan memperingatkan terjadinya
bahaya kebakaran. Menggunakan dua sistem yaitu sistem otomatis
menggunakan smoke and heat detector dan push button system. Di
setiap detector dan button dilengkapi sensor untuk mengetahui
commit to user V - 61

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

lokasi terjadinya kebakaran. Di setiap lantai jaringan detector,


button dan sensor ini dipusatkan pada sebuah juction box yang
kemudian diteruskan ke kontrol panel. Kontrol panel ini akan
memberikan isyarat dalam bentuk indikasi yang dapat dilihat
(lampu) dan didengar (alarm) serta mengaktifkan sprinkler.
b) Sistem sprinkler gas
Digunakan pada seluruh ruangan pada kelompok ruang operasional
dan ruang-ruang publik.
c) Sistem Sprinkler Air
Berfungsi untuk mencegah terjadinya kebakaran pada radius
tertentu untuk melokalisir kebakaran. Sprinkler yang berfungsi
dipicu dari heat and smoke detector yang memberikan pesan ke
junction box. Setiap sprinkler juga dilengkapi dengan sensor untuk
mengetahui lokasi kebakaran. Sprinkler ini dipasang pada ruang-
ruang selain ruang toko, gudang, seperti pada zone administrasi,
food court dan hall.
d) Fire Estinguisher
Berupa tabung karbondioksida portable untuk memadamkan api
secara manual oleh manusia. Ditempatkan di tempat-tempat
strategis yang mudah dijangkau dan dikenali serta ditempat yang
memiliki resiko kebakaran yang tinggi seperti ruang chiller dan
ruang pompa.
e) Hose Rack dan Indoor Hydrant
Berupa gulungan selang dan hydrant sebagai sumber airnya untuk
memadamkan api yang cukup besar. Diletakkan di tempat-tempat
strategis mudah dijangkau dan dikenali. Sumber air hydrant
diambil dari ground tank untuk kebutuhan air sehari-hari.
f) Outdoor Hydrant
Dihubungkan dengan pipa PDAM untuk mendapatkan kepastian
sumber air serta tekanan air yang memadai.

commit to user V - 62

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Peletakan peralatan untuk pengamanan bahaya kebakaran ini


hendaknya diletakkan di titik yang rentan terhadap bahya kebakaran pada
konpleks bangunan.
Output :
Karena fasilitas bangunan ini tergolong bangunan sederhana maka
sistem yang digunakan adalah sistem fire estinguisher yang dapat
diletakkan dititik-titik rawan terjadinya kebakaran, antara lain :
a) Daerah sekitar tempat tinggal
b) Daerah dapur
c) Daerah pelatihan
3) Sistem penyedian air bersih
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Jaminan ketersedian air
¾ Efisiensi dan efektifitas
Analisa :
Terdapat 2 jenis sistem yang dapat digunakan , antar lain :
a) Up feed distribution
b) Down feed distribution
Output :
Karena fasilitas bangunan ini tergolong bangunan sederhana namun
menuntut kenyamana yang tinggi, maka sistem yang digunakan
merupakan gabungan dari kedua sistem penyediaan air bersih tersebut.
4) Sistem sanitasi
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Kesehatan lingkungan
¾ Kelancaran pembuangan
Analisa :
Secara garis besar sistem yang digunakan adalah seperti dibawah ini :

Kotoran dari dapur  Dibuang dan 
Ditampung  
dan KM/WC  diresapkan 

Skema V.8 Sistem Air Bersih


Sumber: analisis penulis. 2010.

commit to user V - 63

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Output :

Penangkap  Bak  Sewage 


Dapur   lemak  penampungan   treatment  Riol kota

Kotoran cair

Lavatory  

Septic tank  Septic tank 
Kotoran padat peresapan
1 2 

Skema V.9 Sistem Air Bersih yg direncanakan


Sumber: analisis penulis. 2010.

5) Sistem drainase
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Kesehatan lingkungan
¾ Kelancaran pembuangan
Analisa :
Adapun sistem yang digunakan secara garis besar adalah sebagai berikut:

Air hujan yang  Air hujan yang ada di 
dari atap  sekitar tapak  Resapan 

Saluran vertikal  Salurah horisontal Riol 


kota 

BK BK 

Skema V.10 Sistem drainase


Sumber: analisis penulis. 2010.

Output :
Karena nantinya pada site rumah singgah ini terdapat kolam buatan dan
sungai dalam perencanaan lansekapnya maka saluran drainase dapat
dimanfaatkan untuk kolam buatan dan sungai ini. DimaA nantinya
pembuangan kolam buatan akan disalurkan ke riol kota dan sungai yang
telah ada.
commit to user V - 64

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Air hujan yang dari  Air hujan yang ada di sekitar 
atap  tapak Resapan

Saluran vertikal  Salurah horisontal Riol kota 

BK BK

Disalurkan ke kolam 
dan sungai buatan 

Skema V.11 Sistem Drainase yg direncanakan


Sumber: analisis penulis. 2010.

6) Sistem kelistrikan
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Jumlah kebutuhan listrik
¾ Jaminan ketersediaan listrik
Analisa :
Kebutuhan listrik diperlukan pada fasilitas rumah singgah tersebar
untuk ruang-ruang yang terletak pada bangunan yang terpisah satu
dengan yang lainnya.
Listrik yang digunakan berasal dari PLN dan juga tersedia genset
bila sewaktu-waktu terjadi masalah dalam pendistribusian listrik dari
PLN.
Output :
Adapun sistem kelistrikan yang digunakan
Distribusi per ruang
adalah :
Distribusi per ruang
PLN M Travo

Sub 
Genset Travo ATS EMD Travo 

komputer UPS sekering 

komputer sekering 

Skema V.12 Sistem Kelistrikan yg direncanakan


Sumber: analisis penulis. 2010.

commit to user V - 65

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

e. Analisa ruang dalam bangunan


Interior bangunanmemegang peranan yang sangat penting terutama
dalam pembentukkan perilaku manusia karena menyangkut bagaimana
respos seseorang terhadap ruang. Berdasarkan karakter bangunan yang
terbuka, akrab dan aman, maka hal-hal tersebut perlu diperhitungkan dalam
pembentukkan elemen-elemen interior bangunanya adalah :
1) Sirkulasi dalam ruangan
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Perilaku anak jalanan
¾ Kemudahan fungsi kontrol pada bangunan itu sendiri
¾ Efisiensi ruang dengan memadukan funsi sirkulasi dengan fungsi-
fungsi lain yang sejalan.
¾ Kondisi site dan bentuk bangunan
Analisa :
Bentuk ruangan yang sesuai dengan karakter anak jalanan yang
bebas hendaknya terbuka dan karakter anak jalanan yang sederhana dapat
dituangkan dalam bentuk ruangan yang jelas dan tegas.
Dibawah ini merupakan beberapa alternatif bentuk ruang yang
terbuka dan tegas :

 
 
 
 
 
 
Gambar V.22 Bentuk dan Kualitas Ruang
  Sumber : Buku Sumber Konsep Edward T. White. 1987.

Sedangakan sebagai bahan pertimbangan pemilihan sirkulasi dalam


bangunan, terdapat tiga alternatif sirkulasi ruang dalam suatu kompleks
bangunan yaitu :
a) Single corridor
Beberapa ciri yang dimiliki sistem Single corridor antara lain :

commit to user V - 66

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

o Orientasi jelas dan mudah dimengerti.


o Karakter informal lebih akrab
o Memudahkan fungsi kontrol dari luar bangunan
o Keberadaan selasar diluar bangunan dapat digunakan sebagai
tempat terjadinya interaksi sosial antar penghuni, dengan kata lain
selasar dapat pula berfungsi sebagai ruang komunal.

Gambar V.23 Single Corridor


Sumber: analisis penulis. 2010.

b) Double corridor
Beberapa ciri yang dimiliki sistem Double corridor antara lain :
o Bersifat lebih intim karena ruang-ruannya saling berhadapan
o Bersifat lebih fornal dan teratur
o Orientasi jelas dan terarah dan biasanya menuju ke satu titi pada
bangunan.
o Memudahkan fungsi kontrol pada bangunan.

Gambar V.24 Double Corridor


Sumber: analisis penulis. 2010.

commit to user V - 67

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

c) Radial
Beberapa ciri yang dimiliki sistem radial antara lain :
o Bersifat lebih intim karena penempatan ruang-ruangnya yang
saling berhadapan dengan satu bangunan pada pusatnya sebagai
arah orientasi bangunan disekelilingnya.
o Bersifat lebih formal dan teratur dengan fungsi kontrol yang
sangat kuat.
o Orientasi jelas dan terarah menuju satu titik di dalam bangunan

Gambar V.25 Radial


Sumber: analisis penulis. 2010.

Output :
Berdasakan analisa dari bentuk ruang dan sirkulasi ruang diatas,
maka dipilih alternatif gabungan dari single dan double corridor dengan
bentuk ruang terbuka dan terkotak-kotak.
2) Faktor keintiman dalam ruangan
Faktor keintiman dalam bangunandapat diperoleh melalui beberapa
hal, antara lain :
a) Skala ruang
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Kenyamanan pengguna
¾ Karakter ruang
¾ Karakter pengguna dan bangunan
Analisa :
Skala ruang atau proporsi ruang sangat erat kaitannya dengan
ketinggian ruang maupun luasnya. Dalam hal ini human scale
commit to user V - 68

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

merupakan kunci dari penciptaan suasana intim dan akrab pada suatu
ruangan. Secara khusus, skala intim dapat diperoleh dengan cara :
o Memperkecil atau mempersempit semua ukuran dari ukuran
biasanya seperti luasan maupun ketinggiannya. Ruang yang
terlalu luas dan lebar atau langit-langit yang tidak proporsional
dengan ukuran manusia akan menyebabkan ruangan terasa asing

Gambar V.26 suasana ruang yang terciptaa berdasarkan ketinggian


Sumber : buku sumber Konsep Edward T. White. 1987.

o Skema ruang yang amat sederhana dengan bentuk dasar rata


dan horisontal.
o Memperkecil unsur-unsur yang mudah dikenali.
o Memakai ornamen lebih besar daripada biasanya.
o Membuat garis pembagi bidang yang lebih besar.
Berdasarkan kesan-kesan tersebut, untuk ketinggian ruang sendiri
dapat dilakukan perhitungan dengan dasar-dasar sebagai berikut :
Tabel V.29 besaran ruang dan kesannya terhadap anak-anak

1‐2 tahun  : 50 ‐70 cm (h1)    
3 tahun   : 90 cm (h2)              
Tabel V. tinggi tubuh anak-anak
5 tahun   : 110 cm (h3)         
Sumber : Rita T. Murti, Rumah
8 tahun   : 130 cm (h4)      
Singgah anak-anak Jakarta, 1999.
12 – 14 tahun  : 150‐160 cm (h5)   

Kesan intim : 1,5 x h1,2,3,4,5   
kesan manusiawi    : 2,0 x h1,2,3,4,5   
kesan monumental    : 5,0 x h1,2,3,4,5 
kesan shock      : 10 x h1,2,3,4,5       

Sumber : Rita T. Murti, Rumah Singgah anak-anak Jakarta, 1999.

commit to user V - 69

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

RUMUS PERHITUNGAN RUANG UMUM


Ketinggian orang dewasa x 0,5 ketinggian 

Sumber : Rita T. Murti, Rumah Singgah anak-anak Jakarta, 1999.

Output :
Ruang yang digunakan cenderung besar dalam artian tidak
terdapat besaran ruang tertentu karena ruang-ruang dalam fasilitas ini
dapat bersifat fleksibel sesuai dengan karakter anak jalanandan
bangunannya yakni bebas.
Sedangkan ketinggian ruang dibuat rata-rata untuk ruang dewasa
mengingat anak jalanan masih membutuhkan pendampingan dari
orang dewasa ditiap aktifitasnya baik di dalam maupun diluar
ruangan.
b) Warna
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Kenyamanan pengguna
¾ Karakter ruang
¾ Karakter pengguna dan bangunan
Analisa :
Secar umum, penggunaan warna pada ruang lebih berfungsi sebagai
pelengkap bangunan atau memperbaiki kondisi bangunan yang kurang
sesuai. Namun demikian, pemilihan warna dapat menimbulkan
makna dan reaksi psikologis yang berbeda-beda. Berikut beberapa
karakter warna, yaitu :
• Karakter tenang (calm)
Warna ini menciptakan suasana sejuk, dingin,
menyenangkandan mengundang, menghilangkan stress, serta
menimbulkan kesan efisien dalam ruangan.
Selain itu warna tenang akan menimbulkan perasaan pasif,
tenang, tentram, damai, santai dan nyaman. Nuansa warna ini
sesuai dengan individu yang berkepribadian tenang, pendiam,
serius dan introvert.

commit to user V - 70

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Warna-warna yang termasuk golongan ini antara lain biru


muda, biru pucat, biru laut, ungu, hijau daun, hijau muda dan
hijau pupus.
• Karakter hangat (warm)
Warna pada golongan ini mampu menghadirkan suasana
yang hidup, hangat, nyaman dan mengundang, serta memberi
sentuhan dramatis atau kesan etnik kontemporer. Selain itu warna
pada golongan ini juga menimbulkan perasaan akrab, hangat,
tentram, aman dan nyaman.
Warna pada golongan ini mampu menghadirkan suasana
yang lebih hidup,cerah, menciptakan kesan mengundang, segar
dan alami, dan membangkitkan semangat. Selain itu warna ini
juga menimbulkan perasaan segar, nyaman, menyatu dengan
alam, bersemangat dan penuh vitalitas.
Nuansa warna jenis ini cocok untuk individu yang
berkepribadian hangat, simpel, bersahabat, bersemangat dan
antusias.
Warna-warna yang termasuk golongan ini antara lain
merah, coklat, kuning, terakota, oranye dan emas metalik.
• Karakter segar (fresh)
Nuansa warna jenis ini cocok untuk individu yang
berkepribadian terbuka dan spontan, senang bersosialisasi, senang
berinteraksi dengan alam, melakukan kegiatan di alam terbuka
dan senang mencoba hal-hal baru.
Warna-warna yang termasuk golongan ini antara lain putih
kebiru-biruan, kuning muda, kuning lemon/citrus, hijau
daun,hijau limau, hijau apel, biru laut, merah cerah serta pink
muda.

commit to user V - 71

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Karakter berani (vibrant)


Warna pada golongan ini mampu menimbulkan kesan
modern, kontemporer, ekspresif, menciptakan efek dramatis, dan
menonjolkan keunikan ruang.
Selain itu warna pada golongan ini juga menimbulkan
perasaan bebas, membangkitkan semangat, daya konsentrasi dan
keyakinan diri.
Nuansa jenis ini cocok untuk individu berjiwa muda,
semarak, dinamis, penuh semangat, berani mengekspresikan diri
dan senang bergaul.
Warna-warna yang termasuk golongan ini antara lain
kuning menyala, hijau tua, biru tua kehijauan, biru menyala, biru
gelap pekat, merah cerah, oranye menyala, pink tua, hitam dan
putih. (sumber : serial rumah spesial, kombinasi warna).
Output :
Untuk menimbulkan kesan intim dan akrab pada bangunan ini,
digunakan beberapa strategi diantaranya dengan memperkecil skala
bangunan baik luasan maupun ketinggiannya. Selain itu pengguna
waranya dapat saling dikombinasikan. Dalam hal ini yang sesuai
dengan kesan intim dan hangat serta ceria sesuai dengan karakter
anak adalah dengan menggunakan warna dengan karakter hangat,
tenang dan fresh.
3) Faktor sosial dalam bangunan
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Fungsi bangunan
¾ Aktifitas yang terjadi
¾ Karakter anak jalanan
¾ Karakter bangunan
Analisa :
Faktor sosial yang diwadahi pada bangunan ini perlu diperhtikan
dengan tujuan agar ruang-ruang yang terbentuk mampu mewadahi
kontak-kontak sosial penghuninya.
commit to user V - 72

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Bentuk massa dan peletakkan perabotannya dapat mempengaruhi


kontak sosial pada pengguna suatu bangunan. Secara umum, ada dua
macam perilaku sosial yaitu sosiopetal yaitu tatanan yang mampu
memfasilitasi interaksi sosial dan sosiaofugal yaitu tatanan yang
membatasi atau mengurangi interaksi sosial.

Gambar V.27 Jenis Tatanan Pembentuk Perilaku Sosial


Sumber : analisis penulis. 2010.

Bentuk-bentuk yang saling berhadapan dapat menimbulkan adanya


kontak sosial yang lebih erat dibandingkan bentuk berjajaran atau saling
membelakangi.
Output :
Pada rumah singgah ini diharapkan bahwa penataan ruang dan juga
elemen-elemennya mengacu pada tatanan ruang yang mampu
memfasilitasi interaksi sosial. Oleh karena itu perlu adanya
pemaksimalan ruang-ruang sosiopetal agar aktifitas sosial penghninya
lebih hidup.
4) Kenyaman
Faktor kenyaman sangat terkait pada persepsi manusia tentang
ruang tempat dia berada. Kenyamanan tidak bisa diukur dengan alat
tertentu karena sangat subyektif dan tergantung pada berbagai faktor.
Secara umum, kenyamana bangunan dapat ditinjau dari dua faktor, yaitu:
a) Kenyamanan Fisik
Dalam hal ini faktor utama yang mempengaruhi fisik manusia adalah
thermal ( suhu dan kelembaban)
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Kenyamanan pengguna
¾ Karakter bangunan
commit to user V - 73

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

¾ Kondisi site
Analisa :
Matahari dan angin merupakan dua komponen yang dapat saling
melenkapi untuk menciptakan kenyaman bangunan. Iklim tropis yang
panas akam menjadi sangat mengganggu ketika suatu bangunan tidak
dapat mengatur dan menyeimbangka aliran udara dalam ruang-
ruangnya.
Beberapa hal yang dapat membantu memberikan kenyamanan
fisik dalam bangunan, diantaranya :
o Pengadaan selasar disekeliling bangunan yang akan menjadi
ruang transisi antara udara panas diluar ruangan dan udara
nyaman didalam ruangan. Dalam hal ini, selasar berfungsi untuk
mereduksi sebagian udara panas aga menjadi lebih sejuk.

Gambar V. 28 selasar
Sumber : analisis penulis. 2010.

o Menyediakan ruang serampi atau tingkat atas untuk


mengumpulkan dan mengeluarkan panas. Hal ini juga dapat
dilakukan dengan memperbesar ruang bawah atap.

Gambar V. 29 ventilasi vertikal


Sumber : analisis penulis. 2010.

commit to user V - 74

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

o Penggunaan ventilasi menyilang dan pembukaan maksimum bagi


angin. Hal ini berfungsi untuk mengatur agar aliran udara tetap
lancar sehingga udara dalam ruangan selalu berganti dengan
udara yang segar.

Gambar V. 30 gambar penggunaan ventilasi menyilang


Sumber : analisi penulis. 2010.

o Penggunaan sun shading, jendela krepyak atau kisi-kisi untuk


memecah sinar matahari, mengurangi efek panasnya namun tetap
mampu mengalirkan udara segar kedalam ruangan.

Gambar V. 31 Sun shading


Sumber Buku Sumber konsep Edward T. White. 1987.

commit to user V - 75

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Output :
Variasi dan penggabungan dari komponen-komponen tersebut
merupakan yang dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan
kenyamanan thermal dalam ruanganan
Peletakkan tanaman 
sebagai barier yang 
dapat mereduksi pana
Penciptaan taman dan 
kolam akan membantun 
aliran udara dalam 
bangunan 

Gambar V.32 Pemecahan masalah sirkulasi barat pada kompleks bangunan


Sumber : analisis penulis. 2010.

b) Kenyamanan Psikologis
Prinsip dasar pendekatan :
¾ Karakter dan perilaku anak jalanan
¾ Karakter bangunan
Secara psikologis, kenyamana dapat disebabkan oleh banyak
faktor. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa kenyamanan
sangat dipengaruhi persepsi manusianya maka masing-masing
manusia mempunyai tingkat kenyamanan yang berbeda-beda sesuai
dengan pengalaman hidupnya.
Analisa :
Namun demikian, secara fisik terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kenyamanan psikologis seseorang. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah :
o Pencahayaan dan Pembayangan

Gambar V.33 Jenis penciptaan cahaya alami dan pembayangan


Sumber : Buku Sumber Konsep Edward T. White. 1987

commit to user V - 76

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Pengaruh dan warna memungkinkan adanya pengalaman


ruang melalui mata yang berhubungan dengan pengalaman
perasaan. Dalam sebuah ruang, pencahayaan dan pembayangan
juga dapat mempengaruhi orientasi di dalam ruang. Bagian ruang
yang tersinari dan yang berada di dalam bayangan akan
menentukan nilai psikisnya.
Di Indonesia yang beriklim tropis dengan sinar matahari yang
cukup menyengat, secara psikologis ruang yang terbayang atau
lebih gelap dianggap nyaman dan sejuk.
Selain itu, pengaruh pencahayaan dan pembayangan sering kali
diperlukan pada ruang-ruang tertentu agar dapat menimbulkan
kesan yang berbeda-beda. Misalnya pada ruang baca, memang
diperlukan cahaya dengan intensitas yang tinggi dibandingkan
dengan ruang ibadah yang memerlukan cahaya redup untuk
menciptakan kesan religius.
Output :
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka penggunan yang
mendukung baik dari atas maupun dari samping bangunan dapat
menciptakan pencahayaan yang mendukung suasana ruang sehingga
terasa nyaman. Karena kenyaman merupakan faktor yang sangat
penting dalam bangunan ini.

commit to user V - 77

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

BAB VI
KONSEP PERENCANAAN DAN
KONSEP PROGRAMATIK PERANCANGAN
 

  Bab ini merupakan hasil rumusan Konsep Perencanaan dan Konsep Perancangan hasil
analisis bab V yaitu bab mengenai analisis pendekatan Konsep Perencanaan dan Konsep
Perancangan.

A. KONSEP PERENCANAAN:

Konsep Perencanaan atau building performancy concept Rumah Singgah Anak Jalanan
adalah merupakan wadah bagi anak-anak jalanan yang bertujuan sebagai tempat
perlindungan, pendidikkan, pembinaan dan pelatihan anak jalanan agar mereka
lebih kreatif dan inovatif sehingga kemudian dapat kembali kedalam kehidupan
sesuai dengan sistem nilai sosial dan dihargai oleh masyarakat luas dengan
memperhatikan faktor perilaku individu dan sosial mereka sebagai pertimbangan utama
desain.

B. KONSEP PROGRAMATIK PERANCANGAN


1. Konsep Programatik Peruangan
Tabel VI. 1 Tabel Pelaku dan Aktifitas dalam Rumah Singgah
Peran dalam rumah 
Pelaku  Daya tampung  Aktivitas 
singgah 

PENGELOLA  50 orang    
   
• Menetap  25 orang  • Perlindungan  • Melindungi dan medampingi anak 
  jalanan di rumah singgah 
• Tidak menetap  25 orang  • Edukatif  • Memberikan  bimbingan belajar 
• Pembinaan  • Meberikan latihan keterampilan 
• Pengembangan  • Membina anak jalanan 
• Pengasuhan  • Mengembangkan bakat anak jalanaan 
  • Merawat dan mengasuh anak jalanan 
• Rekreatif  • Menghibur anak jalanan 
   
• Pencegahan,  • Membina dari sisi agama dan sosialisasi 
rehabilitasi,  dengan masyarakat sekitar 
adaptif   

commit to user  
VI - 1
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Peran dalam rumah 
Pelaku  Daya tampung  Aktivitas 
singgah 

ANAK JALANAN  255 orang

• Menetap  180 orang 

• Tidak menetap  75 orang 

Sumber : Analisis Penulis. 2010.

2. Konsep Programatik Kebutuhan Ruang


Dari analisa diatas maka terdapat ruang-ruang yang harus ada dan tersedia pada
rumah singgah, yakni :
• Ruang tidur bersama
• Ruang komunal untuk berkumpul
• Ruang baca
• Ruang pelatihan
Selain itu jugga terdapat beberapa ruang penunjang lainnya yang diperlukan
berdasarkan kebutuhan pengguna. Ruang-ruang tersebut adalah:
• Tempat parkir
• Ruang tamu
Sedangkan berdasarkan aktifitas dan pengguna dapat diperoleh kebutuhan ruang pada
suatu rumah singgah sebagai berikut :

Tabel VI. 2 Kebutuhan Ruang

PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  AKTIFITAS  KEBUTUHAN RUANG 
SINGGAH 

PENGELOLA  • Perlindungan  • Tidur   • R. tidur ( t.tinggal) 


• Menetap     • Makan   • R. Makan 
    • MCK  • KM/WC 
    • Memasak  • Dapur  
    • Mencuci & menjemur  • T. cuci dan jemur 
  • Edukasional   • Mengajar  • R. Belajar 
  • Pelatihan  • Melatih keterampilan  • Bengkel  latihan  dan 
      keterampilan 
  • Pembinaan  • Membina anak jalanan  • R. Komunal 
      • R.konseling 
  • Koperasi  
      • R. Menabung 
  • Pengembangan  • Membuka  arsip  &  • R. Arsip pengelola 
    pembukuan   
    • Mengelola  rumah  • R. Pengelola  
    singgah   • R. Rapat  
      
 

commit to user
VI - 2
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  AKTIFITAS  KEBUTUHAN RUANG 
SINGGAH 

    • Melatih bakat  • R. Musik dan seni 
    • Mengikuti  pameran  dan  • R. Pameran 
    pementasan  • Panggung 
      pementasan 
    • Berkumpul  • R. Komunal 
      • R. Bermain 
    • Memeriksa kesehatan  • R. Kesehatan 
  • Pengasuhan  • Bermain  dan  bermusik  • R. Musik 
  • Rekratif  dengan anak jalanan   
    • Ibadah  • Musholla  dan  tempat 
      ibadah 
    • Memberikan konseling   • R. Konseling 
  • Pencegahan,   
  rehabilitasi dan 
  adaptif 
• Tidak menetap  • Perlindungan  • Makan   • R. Makan 
    • MCK   • KM/WC 
• Edukasional   • Mengajar  • R. Belajar 
• Pelatihan  • Melatih keterampilan  • Bengkel  latihan  dan 
    keterampilan 
• Pembinaan  • Membina anak jalanan  • R. Komunal 
    • R.konseling 
• Koperasi  
    • R. Menabung 
• Pengembangan  • Membuat  arsip  dan  • R. Arsip pengelola 
  pembukuan  • R. Pengelola  
    • R. Rapat  
     
  • Melatih bakat  • R. Musik dan seni 
  • Mengikuti  pameran  dan  • R. Pameran 
  pementasan  • Panggung 
    pementasan 
     
  • Berkumpul  • R. Komunal 
    • R. Bermain 
    • R. Kesehatan 
• Pengasuhan  • Memeriksa kesehatan  • R. Musik 
• Rekratif  • Bermain  dan  bermusik   
  dengan anak jalanan   
   
• Pencegahan,  • Ibadah  • Musholla  dan  tempat 
rehabilitasi dan  • Memberikan konseling  ibadah 
adaptif  • R. Konseling 

ANAK JALANAN       
MENETAP       
• Usia 5‐10 tahun  • Perlindungan  • Tidur   • R. tidur ( t.tinggal) 
    • Makan   • R. Makan 
  • MCK  • KM/WC 
• Edukatif  • Belajar  • R. Belajar 
  • Membaca buku  • R. Baca 
• Pelatihan  • Mengikuti pembinaan  • R.konseling 
• Pembinaan  • Melatih  keterampilan  • R. Musik dan seni 
  dan bakat 
 
 

commit to user
VI - 3
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  AKTIFITAS  KEBUTUHAN RUANG 
SINGGAH 

    • Pementasan  • Panggung 
      pementasan 
  • Pengembangan  • Pameran hasil karya  • R. Pameran 
  • Rekratif  • Memeriksa kesehatan  • R. Kesehatan 
    • Bermain   • R. Bermain 
    • Bermain bermusik   • R. Musik 
    • Berkumpul   • R. Komunal 
       
  • Pencegahan,  • Ibadah  • Musholla  dan  tempat 
  rehabilitasi dan  • Bersosialisasi  dengan  ibadah 
  adaptif  masyarakat  • TPA 
• Usia 11‐16 tahun  • Perlindungan  • Tidur   • R. tidur ( t.tinggal) 
    • Makan   • R. Makan 
  • MCK  • KM/WC 
  • Mencuci dan menjemur  • T. Cuci dan jemur 
  • Belajar   
• Edukatif  • Membaca buku  • R. Belajar 
  • Mengikuti  kursus  • R. Baca 
• Pelatihan  keterampilan  dan  • Bengkel  latihan  dan 
  pelatihan  keterampilan 
  • Mengikuti pembinaan   
• Pembinaan  • Melatih  keterampilan  • R.konseling 
• Pengembangan  dan bakat  • R. Musik dan seni 
  • Pementasan   
    • Panggung 
  • Pameran hasil karya  pementasan 
  • Memeriksa kesehatan  • R. Pameran 
• Pengasuhan  • Bermain   • R. Kesehatan 
• Rekratif  • Bermain bermusik   • R. Bermain 
  • Berkumpul   • R. Musik 
    • R. Komunal 
  • Ibadah   
• Pencegahan,    • Musholla  dan  tempat 
rehabilitasi dan  • Bersosialisasi  dengan  ibadah 
adaptif  masyarakat  • TPA 

ANAK JALANAN        
TIDAK MENETAP  • Perlindungan  • Istirahat   • R. Makan 
• Usia 5‐10 tahun    • Makan   • KM/WC 
    • MCK  • R. Belajar 
• Edukatif  • Belajar  • R. Baca 
  • Membaca buku  • R.konseling 
• Pelatihan  • Mengikuti pembinaan  • R. Musik dan seni 
• Pembinaan  • Melatih  keterampilan  • Panggung 
  dan bakat  pementasan 
• Pementasan  • R. Pameran 
  • Pameran hasil karya   
• Pengembangan  • Memeriksa kesehatan  • R. Kesehatan 
• Rekratif  • Bermain   • R. Bermain 
  • Bermain bermusik   • R. Musik 
• Berkumpul   • R. Komunal 
 
 
 
 

commit to user
VI - 4
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN DLM RUMAH 
PELAKU  AKTIFITAS  KEBUTUHAN RUANG 
SINGGAH 

  • Pencegahan,  • Ibadah  • Musholla  dan  tempat 


  rehabilitasi dan  • Bersosialisasi  dengan  ibadah 
  adaptif  masyarakat  • TPA 
 
• Usia 11‐16 tahun 
• Perlindungan  • Istirahat   • R. tidur ( t.tinggal) 
 
  • Makan   • R. Makan 
  • MCK  • KM/WC 
     
• Edukatif  • Belajar  • R. Belajar 
  • Membaca buku  • R. Baca 
• Pelatihan  • Mengikuti  kursus  • Bengkel  latihan  dan 
  keterampilan  dan  keterampilan 
  pelatihan   
• Pembinaan  • Mengikuti pembinaan  • R.konseling 
• Pengembangan  • Melatih  keterampilan  • R. Musik dan seni 
  dan bakat   
  • Pementasan  • Panggung 
    pementasan 
  • Pameran hasil karya  • R. Pameran 
• Pengasuhan  • Memeriksa kesehatan  • R. Kesehatan 
• Rekratif  • Bermain   • R. Bermain 
  • Bermain bermusik   • R. Musik 
  • Berkumpul   • R. Komunal 
     
• Pencegahan,  • Ibadah  • Musholla  dan  tempat 
rehabilitasi dan    ibadah 
adaptif  • Bersosialisasi  dengan  • TPA 
masyarakat 

Sumber : Analisis Penulis. 2010

3. Konsep Programatik Hubungan dan Organisasi Ruang


a) Kelompok Ruang Publik
• Pola Hubungan ruang
Tabel VI.3 Pola Hubungan ruang Publik

1 R. Belajar
2 R. Bersama
3 R. Baca
4 Aula
5 R. Musik
6 Bengkel kerja
7 R. Pameran

Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user
VI - 5
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Oganisasi Ruang
AULA / GAZEBO

R. BACA
BENGKEL KERJA  R. PAMERAN 
dan              
R. KOMUNAL R. BERSAMA
R. MUSIK

R. BELAJAR 
LAPANGAN

Skema VI.1 Organisasi Ruang Publik


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

b) Kelompok Ruang Semi Publik


• Pola Hubungan ruang
Tabel VI.4 Pola Hubungan ruang semi Publik

1. R. pengelola
2 R. tamu
3 R. arsip
4 R. konsep
Sumber : Analisis Penulis. 2010

• Oganisasi Ruang

R. ARSIP

R. PENGELOLA R. TAMU

R. KONSELING TEMPAT

Skema VI.2 Organisasi Ruang semi Publik


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user
VI - 6
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

c) Kelompok Ruang Privat


• Pola Hubungan ruang
Tabel VI.5 Pola Hubungan ruang Privat
1. R. tidur pengelola putri
2 R. tidur pengelola putra
3 R. tidur anak putri
4 R. tidur anak putra
5 R. ibadah
6 Hall / R. Bersama
Sumber : Analisis Penulis. 2010. 
• Oganisasi Ruang

R. TIDUR PUTRI

R. TIDUR PENGELOLA 
Pi 

R. IBADAH
R. TIDUR PENGELOLA 
Pa 

R. TIDUR PUTRA

Skema VI.3 Organisasi Ruang Privat


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

d) Kelompok Ruang Servis


• Pola Hubungan ruang
Tabel VI.6 Pola Hubungan ruang servis
1. Dapur
2 R. makan
3 KM / WC
4 T. cuci dan jemur

Sumber : Analisis Penulis. 2010. 


• Oganisasi Ruang

KM / WC
DAPUR R. MAKAN

T.CUCI & JEMUR

Skema VI.4 Organisasi Ruang Servis


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user
VI - 7
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

4. Konsep Programatik Besaran Ruang


• Besaran Ruang kelompok Fungsi Perlindungan (Rumah Hunian)

Tabel VI.7 Besaran Ruang fungsi perlindungan yang direncanakan


PEREMPUAN 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Ruang Tidur Anak  Kapasitas 2 anak, @ 1.5 – 2.0 m² 36 36 x 8.4 m² = 302.4 m² 


Luasan = 2 x 1.5 m = 6 m² 
Flow 20% = 40% x 6 m² = 2.4 m² 
Total besaran ruang = 8.4  m² 
 
 
 
Ruang Tidup  Kapasitas 2 orang , @ 1.5 – 2.0 m² 3 3 x 4.5 m² = 13.5m² 
Pengelola 
Luasan = 2 x 1.5 m = 3 m² 
Flow 20% =50% x 3 m² = 1.5 m² 
Total besaran ruang = 4.5  m² 
 
 
Ruang Tamu +  Kapasitas 10 orang , @ 1.5 – 2.0 m² 1 1 x 22.5 m² = 22.5 m² 
Ruang Berkumpul  
Luasan = 10 x 1.5 m = 15 m² 
Flow 20% =50% x 15 m² = 7.5 m² 
Total besaran ruang = 22.5  m² 
 
 
Ruang makan  Kapasitas 15 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 1 1 x 25.2  m² = 25.2 m² 
Luasan = 15 x 1.2 m = 18 m² 
Flow 20% =40% x 18 m² = 7.2 m² 
Total besaran ruang = 25.2  m² 
 
 
KM /WC  Asumsi 1.25 x 2 m²  =2.5 m² 9 9 x 2.5 m² = 22.5 m² 
 
Dapur  Asumsi 2 x 3 m = 6 m² 1 1 x 6 m² = 6 m² 
 
 
Gudang   Asumsi 3 x 3 m = 9 m² 1 1 x 9 m² = 9 m² 
 
 
Tempat cuci   Asumsi 2 x 3 m = 6 m² 1 1 x 6 m² = 6 m² 
 
 
Tempat  jemur  Asumsi 4 x 3 m = 12 m² 1 1 x 12 m² = 12 m² 
 
 

commit to user
VI - 8
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

LAKI‐LAKI 
Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Ruang Tidur Anak  Kapasitas 4 anak, @ 1.5 – 2.0 m² 42 42 x 8.4m² = 352.8 m² 


Luasan = 4 x 1.5 m = 6 m² 
Flow 40% = 40% x 6 m² =  2.4 m² 
Total besaran ruang =  8.4  m² 
 
 
Ruang Tidup  Kapasitas 2 orang , @ 1.5 – 2.0 m² 3 3 x 4.2 m² = 12.6 m² 
Pengelola 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3  m² 
Flow 20% = 40% x 3 m² = 1.2 m² 
Total besaran ruang = 4.2 m² 
 
Ruang Tamu +  Kapasitas 15 orang , @ 1.5 – 2.0 m² 1  1 x 25.75m² = 25.75m² 
Ruang Berkumpul  
Luasan = 15 x 1.5 m = 17.5 m² 
Flow 20% =50% x 17.5 m² = 8.75 m² 
Total besaran ruang = 25.75  m² 
 
Ruang makan  Kapasitas 15 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 1 1 x 25.2  m² = 25.2 m² 
Luasan = 15 x 1.2 m = 18 m² 
Flow 20% =40% x 18 m² = 7.2 m² 
Total besaran ruang = 25.2  m² 
 
Dapur  Asumsi 4 x 4 m = 16 m²  1  1 x 16 m² = 16 m² 
 
KM /WC  Asumsi 1.25 x 2 m²  =2.5 m² 9 9 x 2.5 m² = 22.5 m² 
 
Tempat cuci   Asumsi 4 x 2 m = 8 m²  1  1 x 8 m² = 8 m² 
 
Tempat  jemur  Asumsi 4 x 4 m = 16 m²  1  1 x 16 m² = 16 m² 
 
Gudang   Asumsi 3 x 2 m = 9 m² 3 3 x 9 m² = 27 m² 
 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Pendidikan

Tabel VI.8 Besaran Ruang fungsi pendidikan yang direncanakan


Anak jalanan 5‐10 tahun 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Kelas   Kapasitas   25 anak, modul  @ 1.2 – 2.0  5  5 x  39 m² = 195 m² 


m² 
Luasan = 25 x 1.2 m = 30  m² 
Flow 30% = 30% x 30  m² =  9m² 
commit to user
Total besaran ruang =  39  m² 
VI - 9
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Anak jalanan 11‐16 tahun 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Kelas   Kapasitas  30 anak, modul  @ 1.2 – 2.0 m² 7 7 x 70.2 m² = 491.4 m² 


Luasan = 30 x 1.8 m = 54  m² 
Flow 30% = 30% x 54  m² =  16.2m² 
Total besaran ruang =  70.2 m² 
 
Ruang kesehatan   Kapasitas 12 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 36 m² = 36 m² 
Luasan = 12 x 2.0 m =  24  m² 
Flow 30% = 50% x 24 m² = 12.0 m² 
Total besaran ruang =  36.0 m² 
Ruang guru  Kapasitas 15 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 45 m² = 45 m² 
Luasan = 15 x 2.0 m =  30  m² 
Flow 30% = 50% x 30 m² = 15.0 m² 
Total besaran ruang =  49.0 m² 
 
Koperasi   Asumsi 1.5 x 3 = 4.5 m² 1 1 x 4.5 m² = 4.5 m² 
Lavatory Wanita  Kapasitas 3 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  9  9 x 6.75 m² = 60.75 m² 
Luasan = 3 x 1.5 m =  4.5  m² 
Flow 30% = 50% x 4.5 m² = 2.25 m² 
Total besaran ruang =  6.75 m² 
Wastafel asumsi  3 3 x 1.05  m² = 3.15 m² 
1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 
Lavatory Pria   Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  9  9 x 6.75 m² = 60.75 m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3.0  m² 
Flow 30% = 50% x 3.0 m² = 1.5 m² 
Total besaran ruang =  4.5 m² 
 
Urinoir  kapasitas 2 orang  3 3 x 3  m² = 9 m² 
= 1 x 2,5 x 1,2 = 3 m² 
Wastafel asumsi  3 3 x 1.05  m² = 3.15 m² 
1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 

Rumah Baca 
Ruang buku   Kapasitas 45 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 1 1 x 70.2 m² = 70.2 m² 
Luasan = 45 x 1.2 m = 54  m² 
Flow 30% = 30% x 54 m² = 16.2  m² 
Total besaran ruang = 70.2 m² 
 
Ruang Baca   Kapasitas 15 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 23.4 m² = 23.4 m² 
Luasan = 15 x 1.2 m = 18  m² 
Flow 30% = 30% x 18 m² = 5.4  m² 
Total besaran ruang = 23.4 m² 
 
Ruang baca  Kapasitas 20 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 31.2 m² = 31.2 m² 
lesehan + diskusi  Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 30% = 30% x 24 m² = 7.2  m² 
Total besaran ruang = 31.2 m² 
 

Ruang Peminjaman  Kapasitas 4 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 6.24 m² = 31.2 m² 


buku  Luasan = 4 x 1.2 m = 4.8  m² 
Flow 30% = 30% x 4.8 m² = 1.44 m² 
Total besaran ruang = 6.24 m² 
 
commit to user
VI - 10
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Rumah Baca 
Ruang Pengelola  Kapasitas 6 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 1 1 x 9.36 m² = 9.36 m² 
Rumah Baca  Luasan = 6 x 1.2 m = 7.2  m² 
Flow 30% = 30% x 7.2 m² = 2.16 m² 
Total besaran ruang = 9.36 m² 
 
Ruang Arsip buku  Asumsi  4 x 4,5  = 18 m²  1  1 x 18 m² = 18 m² 
Lavatory Wanita  Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 2 2 x 3.6 m² = 7.2 m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3  m² 
Flow 30% = 20% x 3  m² = 0.6  m² 
Total besaran ruang =  3.6 m² 
Lavatory Pria   Kapasitas 1 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  1  1 x 1.95 m² = 1.95 m² 
Luasan = 1 x 1.5 m =  1.5  m² 
Flow 30% = 30% x 1.5 m² = 0.45 m² 
Total besaran ruang =  1.95 m² 
 
Urinoir  kapasitas 2 orang   1  1 x 3  m² = 9 m² 
= 1 x 2,5 x 1,2 = 3 m² 
Wastafel asumsi   3  3 x 1.05  m² = 3.15 m² 
1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Pelatihan & Pengembangan

Tabel VI.9 Besaran Ruang fungsi pelatihan & pengembangan yang direncanakan

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Bangunan Pelatihan 
Kelas Pelatihan  Kapasitas  20 anak, modul  @ 1.2 – 2.0 m² 3 3 x 33.6 m² = 100.8 m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang =  33.6 m² 
Laboratorium /  Kapasitas  20 anak, modul  @ 1.2 – 2.0 m² 3  3 x 33.6 m² = 100.8 m² 
bengkel pelatihan  
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang =  33.6 m² 
Lavatory Wanita  Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 4 4 x 3.6 m² = 14.4m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3  m² 
Flow 30% = 20% x 3  m² = 0.6  m² 
Total besaran ruang =  3.6 m² 
Lavatory Pria  Kapasitas 1 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 3 3 x 1.95 m² = 5.85 m² 
Luasan = 1 x 1.5 m =  1.5  m² 
Flow 30% = 30% x 1.5 m² = 0.45 m² 
Total besaran ruang =  1.95 m² 
 
KM /WC  Asumsi 1.5 – 2 m² 2 9 x 1.5 m² = 13.5 m² 
Gudang   Asumsi  3 x 3  m² = 9 m² 2 2 x 9 m² = 18 m² 
commit to user
VI - 11
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Bangunan Kesenian 
Ruang seni Musik  Kapasitas  20 anak, modul  @ 1.2 – 2.0 m² 3 3 x 33.6 m² = 100.8 m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang =  33.6 m² 
Ruang Seni teater   Kapasitas  20 anak, modul  @ 1.2 – 2.0 m² 3  3 x 33.6 m² = 100.8 m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang =  33.6 m² 
Ruang Persiapan Diasumsikan  3 x 3 m² = 9 m² 2 2 x 9 m² = 18 m² 
   
Ruang Alat  Diasumsikan  3 x 3 m² = 9 m² 2 2 x 9 m² = 18 m² 
 
Hall Berkumpul  Diasumsikan 3 x 9 m² = 27 m² 1 1 x 27 m² = 27 m² 
 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Pengelola


Tabel VI.10 Besaran Ruang fungsi pengelola yang direncanakan

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Ruang Tamu  Asumsi 24 m²  2  2 x 24 m² = 48 m² 


Ruang Karyawan  Kapasitas  15orang, modul  @ 1.2 – 2.0  2  2 x  25.2 m² = 50.4 m² 
m² 
Luasan = 15 x 1.2 m = 18  m² 
Flow 40% = 40% x 18  m² =  7.2 m² 
Total besaran ruang = 25.2 m² 
Ruang Administrasi  Kapasitas  12 orang, modul  @ 1.2 – 2.0  2  2 x 20 m² = 40 m² 
m² 
Luasan = 12 x 1.2 m = 14.4  m² 
Flow 40% = 40% x 14.4  m² =  5.64 m² 
Total besaran ruang = 20 m² 
Ruang Arsip  Asumsi 24 m² 2 2 x 24 m² = 48 m² 
Ruang Rapat  Kapasitas  20 orang, modul  @ 1.2 – 2.0  1  1 x 33.6 m² = 33.6 m² 
m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang = 33.6 m² 
Ruang tidur  Kapasitas  20  orang, modul  @ 1.2 – 2.0  4 4 x 33.6 m²= 134.4 m² 
voulenteer  m² 
Luasan = 20 x 1.2 m = 24  m² 
Flow 40% = 40% x 24  m² =  9.6 m² 
Total besaran ruang = 33.6 m² 
Ruang tidur  Kapasitas  2  orang, modul  @ 1.2 – 2.0 m²  4  4 x 3.36 m² = 13.44 m² 
pegelola  Luasan = 2 x 1.2 m = 2.4  m² 
Flow 40% = 40% x 2.4  m² =  0.96 m² 
Total besaran ruang = 3.36 m² 
Ruang Kepala  Asumsi 20 m²  1  1 x 20 m² = 20 m² 
Pengelola 
Ruang konseling  Asumsi 9 m²  2  1 x 9 m² = 18 m² 
Khusus 

commit to user
VI - 12
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Ruang Display  Asumsi 35 m² 1 1 x 35 m² = 35 m² 


Karya indoor 
Ruang Tamu   Asumsi 24 m²  2  2 x 24 m² = 48 m² 
Teras`/ balkon  Asumsi 10 m²  2  2 x 10 m² = 20 m² 
Ruang arsip  Asumsi  18 m² 1 1 x 18m² = 18 m² 
Ruang arsip khusus  Asumsi  20  m²  1  1 x 20m² = 20 m² 
Ruang Tamu  Asumsi 20 m²  1  1 x 20 m² = 20 m² 
khusus 
Dapur  Asumsi 17.5 m²  1  1 x 17.5 m² = 17.5 m² 
Ruang  makan  Asumsi 27 m² 1 1 x 27 m² = 27 m² 
Gudang   Asumsi 9 m²  1  1 x 9 m² = 9 m² 
Lavatory Wanita  Kapasitas 3 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  9  9 x 6.75 m² = 60.75 m² 
Luasan = 3 x 1.5 m =  4.5  m² 
Flow 30% = 50% x 4.5 m² = 2.25 m² 
Total besaran ruang =  6.75 m² 
Wastafel asumsi   3  3 x 1.05  m² = 3.15 m² 
1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 
Lavatory Pria   Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m²  9  9 x 6.75 m² = 60.75 m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3.0  m² 
Flow 30% = 50% x 3.0 m² = 1.5 m² 
Total besaran ruang =  4.5 m² 
 
Urinoir  kapasitas 2 orang   3  3 x 3  m² = 9 m² 
= 1 x 2,5 x 1,2 = 3 m² 
Wastafel asumsi   3  3 x 1.05  m² = 3.15 m² 
1 x 1.75 x 0.6 = 1.05 m² 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Pengasuhan


Tabel VI.11 Besaran Ruang fungsi pengasuhan yang direncanakan

Nama  ruang  Standart   Jumlah   Besararan ruang 

Ruang  makan  Asumsi 100 m² 1 1 x 100 m² = 100 m² 


bersama 
Ruang berkumpul  Asumsi 100 m² 1 1 x 100 m² = 100 m² 
bersama 
Dapur  Asumsi  15 m² 1 1 x 15m² = 15 m² 
Ruang audio / alat  Asumsi  15 m²  1  1 x 15m² = 15 m² 
Teras  Asumsi 9 m²  1  1 x 9 m² = 9 m² 
Lavatory Wanita  Kapasitas 2 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 2 2 x 3.6 m² = 7.2 m² 
Luasan = 2 x 1.5 m =  3  m² 
Flow 30% = 20% x 3  m² = 0.6  m² 
Total besaran ruang =  3.6 m² 
Lavatory Pria   Kapasitas 1 orang , @ 1.2 – 2.0 m² 1 1 x 1.95 m² = 1.95 m² 
Luasan = 1 x 1.5 m =  1.5  m² 
Flow 30% = 30% x 1.5 m² = 0.45 m² 
Total besaran ruang =  1.95 m² 
 
Urinoir  kapasitas 2 orang   1  1 x 3  m² = 9 m² 
= 1 x 2,5 x 1,2 = 3 m² 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user
VI - 13
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Besaran Ruang kelompok Fungsi Penunjang

Tabel VI.12 Besaran Ruang fungsi penunjang yang direncanakan


Nama ruang Standart Jumlah Besararan ruang

Masjid Asumsi 250 m² 1 1 x 250 m² = 250 m²


Komunal Asumsi 100 m² 2 1 x 8m² = 8 m²
Taman Asumsi 150 m² 1 1 x 150 m² = 150 m²
berkumpul
Taman Internal Asumsi 300 m² 1 1 x 300m² = 300 m²
Parkir Asumsi 580 m² 2 2 x 580 m² = 1160 m²
KM /WC Asumsi 6 m² 8 1 x 6m² = 6 m²
Lapangan dan Asumsi 750 m² 1 1 x 750m² = 450 m²
display
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Total luasan yang mewadahi fasilitas-fasilitas kegiatan di Rumah singgah Anak


Jalanan ini adalah :
Kelompok Perlindungan : 925 m² 
Kelompok Pendidikan : 1103.96 m² 
Kelompok Pengembangan & pelatihan : 517.95 m² 
Kelompok Pengelola : 757.14 m² 
Kelompok Pengasuhan : 257.15 m² 
Kelompok Penunjang : 2324 m²
Total Luasan : 5885.2 m² ≈ 5885 m²

5. Konsep Programatik Persyaratan Ruang


Ruang-ruang pada Rumah singgah Anak Jalanan haruslah memiliki persyaratan-
persyaratan agar konsepsi Lembaga Pemasyarakatan yang baru dapat tercapai.
Persyaratan dan aplikasi penerapannya pada desain adalah sebagai berikut :
a. Skala Ruang
Skala ruang yang digunakan berdasarkan pada kebutuhan akan ruang yang
didapatkan dari prilaku anak jalanan sehari-hari yang tidak melupakan standart-
standart dalam ilmu / buku data arsitek oleh Ernest Neufert.

commit to user
VI - 14
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Warna
Pada ruang-ruang dalam menggunakan warna-warna lembut. Seperti kuning, kren,
biru muda, dll.
c. Tekstur
Pada permukaan ruang-ruang bagian dalam menggunakan tekstur halus,
sedangkan pada luar bangunan digunakan juga tekstur kasar.
d. Garis
Penggunaan garis yang disesuaikan dengan karakter kegiatan dan ruang meliputi
garis vertikal sebagai unsur formalitas dan kewibawaan pada ruang luar, garis
horisontal pada ruang yang relati butuh ketenangan seperti ruang rapat,
perpustakaan dan hunian serta garis diagonal dan lengkung sebagai ornamen
untuk menghindari kesan monoton pada lingkup Rumah Singgah Anak Jalanan.

6. Konsep Programatik Pemilihan Lokasi Dan Site


a. Pemilihan lokasi
Berdasakan posisi spot-spot pangkalan anak jalanan terhadap lokasi yang
direncanakan yakni di 5 kecamatan di Surakarta, maka lokasi-lokasi terpilih adalah
dikecamatan Banjarsari dengan pertimbangan antara lain :
1) Wilayah kecamatan Banjarsari merupakan wilayah di Surakarta yang paling
banyak terdapat spo-spot anak jalanan. Dari 4 spot utama lokasi anak jalanan
dua diantaranya terdapat di kecamatan banjarsari.
2) Adapun spot-spot anak jalanana di kecamatan Banjarsari merupakan
kantong-kantong anak jalanan yang relatif lebih banyak jika dibandingkan
dengan kecamatan yang lain.
3) Berdasarkan kenyataan bahwa di kecamatan Banjarsari sudah terdapat dua
rumah singgah sebelumnya, sehingga dari sini dapat diambil kesimpulan
bahwa kecamatan ini paling sesuai dilihat dari kondisi lingkungan
pemukimannya yang cenderung bukan pemukiman kumh. Namun
disayangkan keberadaan rumah singgah sebelumnya tidak bertahan lama
dikarenakan masalah intern yang terjadi didalamnya.

commit to user
VI - 15
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Pemilihan site
Site terpilih berada di daerah Tirtonadi, kecamatan Banjarsari dalam kampung
Tempurejo yang berdekatan dengan Manahan, Terminal Tirtonadi, Stasiun balapan
dan dekat dengan pusat kota. Lokasi ini memenuhi beberapa kriteria diantaranya :
1) Dekat dengan kawasan manahan dan tempat pulik seperti terminal dan
stasiun yang merupakan titik-titik terbesar anak jalanan di Surakarta.
2) Jarak dengan pusat kota dan pusat keramaina tidak terlalu jauh namun juga
tidak terlalu ramai sehingga lokasi cukup tenang.
3) Lokasi ini berada pada lingkungan sosial ekonomi masyarakat yang
mendukung, bukan lingkungan marjinal dan juga bukan lingkungan kumuh.
Potensi lingkungan sosial ekonomi yang dimiliki lokasi ini diharapkan akan
mampu membantu dalam upaya pembinaan anak jalanan sehingga nantinya mereka
dapat diterima dunia luar dimana terlebih dahulu mereka harus mampu beradaptasi
dan diterima lingkungan ini. Secara fisik hal ini bisa diwujudkan dengan
penciptaan desain yang akrab dengan lingkungan.

Gambar VI. 1 Lokasi Site yang dipilih


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user
VI - 16
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Batas-batas site :
Utara : Pemukiman Warga
Timur : Permukiman Warga dan SMP 4 Muhammadiyah
Selatan : Permukiman Warga
Barat : Permukiman Wargadan Lapangan

7. Konsep Programatik Pengolahan Site


a. Iklim

Gambar VI. 2 Iklim dalam site


Sumber : Analisis Penulis

Melihat potensi iklim berupa matahari dan angin yang ada disite maka dapat
dimanfaatkan pada sisi timur, utara dan selatan dapat dimanfaatkan sebagai
peletakkan bukaan untuk penghawaan dan pencahayaan alami. Untuk sisi bagian
barat site tidak dianjurkan untuk peletakkan bukaan khususnya pada lantai 2 dan 3
di bangunan dalam site.
b. Pencapaian
ME dan SE diletakkan terpisah pada arah yang terpisah pula sehingga banguna
dapat terkesan terbuka. selain itu sirkulasi yang ditimbulkanpun akan lebih terarah
dan tidak semrawut. sedangkan dari segi keamanan juga digunakan double security
sehingga keamanan lebih terjamin. dan dari segi efisiensi bangunan perbedaan ME
dan SE dapat memudahkan sirkulasi setelah dilakukan pemisahan pada zona
aktifitas.
commit to user
VI - 17
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Gambar VI. 3 peletakkan SE dan ME


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

c. Bising
Tingkat kebisingan baik dari luar site dan dalam site dapat menghasilkan
pembagian zoning yang didasarkan pada kebutuhan kenyamanan bangunan akan
suatu bunyi . penzoningan berdasarkan kebisingan dapat dilhat sebagai berikut :

Gambar VI. 4 Penzoningan kaibat kebisingan


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user
VI - 18
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

d. View dan orientasi bangunan


Orientasi bangunan diletakkan pada view yang sangat menarik seperti gambar
dibawah ini :

Gambar VI. 5 view dan orientasi bangunan


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

e. Sirkulasi

Gambar VI.6 Sirkulasi dalam site


Sumber : Analisis Penulis. 2010.
commit to user
VI - 19
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

• Pencapaian menuju area atau kompleks bangunana dibebaskan dari


kendaraan, oleh karena itu disediakan parkir di depan kompleks bangunan
dekat dengan entrance utama (ME)
• Sedangkan dari arah SE kendaraan dapat masuk, namun tetap tidak bisa
masuk ke dalam kompleks bangunan sehingga disediakan area untuk
loading deck.
• Berdasarkan jenis dan ketiga sifat sistem parkir diatas, sistem parkir yang
dipilih adahal :
o Sistem parkir menyudut 45º
o Sistem parkir menyudut 90º

8. Konsep Programatik Zonifikasi Site

Gambar VI. 7 Penzoningan yang direncanakan


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Sedangkan hasil dari penzoningan ke dalam fungsi rumah singgah dan aktifitas yang
mewadahi adalah sebagai berikut:
Tabel VI. 13 Penzoningan yang direncanakan
PERAN  FUNGSI AKTIFITAS ZONING 
Center  • Perlindungan  • penyediaan tempat  • privat dan 
based    tinggal  sevis 
programe    • memberikan  • publik 
• Edukasional  pendidikan baik formal   
  maupun informal   
• Pelatihan  • memberikan pelatihan  • publik   
  keterampilan dan   
  keahlian   
   
 
commit to user
VI - 20
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

PERAN  FUNGSI AKTIFITAS ZONING 


  • Pembinaan  • memberikan  • semi publik   
  bimbingan agar anak   
  jalanan dapat   
  bersosialalisasi dengan  • semi publik   
• pengembangan  baik 
•   • mengembangkan minat 
dan bakat anak jalanan 
baik dari bidang 
olahraga, kesenian dan 
keahlian 
Street based  • Pengasuhan  • Memberikan pelayanan  • semi publik   
programe    pemeliharaan dan   
    perawatan, misalnya   
  kesehatan &   
  memberikan makanan   
• Rekreatif  • Menyediakan hiburan  • publik   
  baik dari dan untuk   
  anak jalanan   
• Perlindungan  • Memberikan  • publik   
  perlindungan selama   
  mereka berada   
  dijalanan, dengan   
  monitoring   
• Pembinaan  • Memberikan  • semi publik   
  bimbingan agar anak   
  jalanan dapat   
  bersosialisasi dengan   
  baik   
• Pencegahan  • Memberikan  • semi publik   
pengarahan agar anak 
jalanan tidak kembali 
ke jalanan. 
Community  • Edukatif  • memberikan  • publik   
based    pendidikan baik formal   
Programe    maupun informal   
  • memberikan pelatiihan   
  keterampilan  dan  • publik   
• Pelatihan  keahlian   
  • membiarkan bimbingan   
  agar  anak jalanan    
  dapat bersosialisasi  • semi publik   
• Pembinaan  dengan baik   
  • Memberikan  • semi publik   
  pengarahan agar anak   
  jalanan tidak kembali   
• Pencegahan dan  ke jalanan.  • semi publik   
Rehabilitasi  • Memberikan 
• Adptasi  bimbingan agar anak 
jalanan dapat 
bersosialisasi dengan 
masyarakat sekitar 
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user
VI - 21
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

Jadi secara langsung kesimpulan pembagian zoning berdasarkan fungsi rumah


singgah ditabelkan sebagai berikut :
Tabel VI.14 Pembagian zoning berdasarkan fungsi
FUNGSI ZONING

• Perlindungan                           • privat dan sevis 
(penyediaan rumah tinggal)   
• Edukasional                  (dalam  • semi publik 
hal ini termasuk pengelola)   
• Edukatif  • publik   
• Pelatihan  • publik   
• Pembinaan  • semi publik   
• Pengembangan  • publik   
• Rekreatif  • publik   
• Pencegahan dan Rehabilitasi  • semi publik   
• Adptasi  • publik   
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

9. Konsep Programatik Arsitektur


a. massa dan tampilan bangunan
Dari hasil analisa sebelumnya dengan melihat keuntungan dan kerugiannya maka
dipilih bentuk massa yang merupakan gabungan dari massa yang menyebar banyak
dan berbentuk kantong. Sehingga karakter bangunan yang diinginkan yakni bebas,
sederhana, akrab, dan aman dapat tercapai.
1) Fasilitas perlindungan, pengasuhan dan pengembangan

Gambar VI.8. Analisa bentuk fasilitas perlindungan, pengasuhan dan pengenbangan yang
direncanakan
Sumber : Analisis Penulis. 2010.

commit to user
VI - 22
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

2) Fasilitas pendidikan dan pelatihan

Gambar VI.9 Analisa bentuk fasilitas pendidikan dan pelatihan yang direncanakan
Sumber : Analisis Penulis. 2010.
3) Fasilitas penunjang kebersamaan

Gambar VI.10 Analisa bentuk fasilitas kebersamaan yang direncanakan


Sumber : Analisis Penulis. 2010.

Untuk tampilan bangunan sendiri yang digunakan adalah bangunan yang


mengadopsi dari bangunan-bangunan rumah yang ada dikampung sekitar. Hal ini
dikarenakan agar tidak adanya kesenjangan dan perbedaan jarak sosial antara anak
jalanan dengan masyarakat sekitar. Seperti penggunaan atap pelana yang bersudut
45 º dan penggunaan materia alam pada bangunan yang memperkuat kesan
sederhana, nyaman dan akrab (sosialisasi) tercapai.

Gambar VI.11 Analisa bentuk fasilitas kebersamaan yang direncanakan


Sumber : Analisis Penulis. 2010.
commit to user
VI - 23
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

b. Tata ruang dalam


Berdasakan analisa dari bentuk ruang dan sirkulasi ruang sebelumnya, maka
dipilih alternatif gabungan dari single dan double corridor dengan bentuk ruang
terbuka dan terkotak-kotak.

10. Konsep Programatik Sistem Struktur Bangunan


a. Sistem sub struktur
Merupakan struktur bangunan bagian bawah yaitu pondasi, yang bertugas
meneruskan beban-beban dari semua unsur bangunan yang dipikulnya kepada
tanah. Dalam perancangan Rumah singgah Anak Jalanan ini sub struktur yang
digunakan adalah struktur yang memiliki kekuatan untuk daya dukung terhadap
bangunan, pondasi batu kali digunakan untuk struktur bangunan dalam site.
Pondasi ini digunakan karena bangunan yang ada dlm site hanya terdiri dari 2
dan 3 lantai.
b. Sistem super struktur
Merupakan struktur bangunan inti (bagian tengah) yaitu badan bangunan yang
berfungsi memikul beban atap di atasnya. Fungsi sebagai pembatas dan sebagai
pembentuk ruang kegiatan. Dalam perancangan Rumah Singgah ini super struktur
(utama) yang digunakan adalah dinding pasangan batu bata, sehingga dinding
tidak memakan biaya banyak dan lebih fleksibel dalam pemilihan material dan
eksplorasi bentuk, karena tidak memiliki beban memikul gaya berat bangunan.
c. Sistem upper struktur
Sistem upper struktur adalah struktur atas yang merupakan struktur penutup atap
pada bangunan. Kriteria-kriteria terkait struktur atas yang digunakan dalam
perancangan antara lain,
ƒ Karakternya sesuai dengan fungsi dan bentuk bangunan

ƒ Kesesuaian dengan lingkungan perkampungan di sekitar

ƒ Sesuai dengan iklim tropis

ƒ Mudah dalam pelaksananaan dan perawatan

Beberapa alternatif sistem upper struktur yang memenuhi kriteria tersebut adalah
Konstruksi Kuda-kuda Kayu dan Baja Modifikasi untuk bagian atap.

commit to user
VI - 24
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

11. Konsep Programatik Utilitas Bangunan


a. Sistem Komunikasi
Skema sistem komunikasi
Telepon 
Terminal dan 
Faximile 
PT. TELKOM  panel  PABX 
Internet 
pengontrol 

SLJJ/SLI 

Skema VI.5 Sistem Komunikasi yg direncanakan


Sumber: analisis penulis. 2010.

b. Sistem fire protection


Karena fasilitas bangunan ini tergolong bangunan sederhana maka sistem yang
digunakan adalah sistem fire estinguisher yang dapat diletakkan dititik-titik rawan
terjadinya kebakaran, antara lain :
1) Daerah sekitar tempat tinggal
2) Daerah dapur
3) Daerah pelatihan

c. Sistem air bersih


Karena fasilitas bangunan ini tergolong bangunan sederhana namun menuntut
kenyaman yang tinggi, maka sistem yang digunakan merupakan gabungan dari
kedua sistem penyediaan air bersih yang ada, yakni :
1) Up feed distribution
2) Down feed distribution

d. Sistem pembuangan air kotor


Sistem pembuangan yang digunakan adalah
Penangkap  Bak penampungan  Sewage 
Dapur lemak  treatment Riol kota

Kotoran cair

Lavatory  

Septic tank 1 Septic tank 2  
Kotoran padat peresapan

Skema VI.6 Sistem Air Bersih yg direncanakan


Sumber: analisis penulis. 2010.
commit to user
VI - 25
 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
 

e. Sistem pembuangan sampah


Di setiap unit bangunan, lapangan dan taman, bak sampah ditempatkan dengan
jarak tertentu. Untuk itu disediakan jalur sirkulasi khusus untuk pengangkutan
sampah yang mengitari kompleks bangunan. Dari bak sampah, setiap hari petugas
mengumpulkannya ke dalam bak induk penampung untuk diangkut mobil
sampah, selanjutnya dibuang ke pembuangan akhir.
f. Sistem instalasi listrik
Sistem kelistrikan yang digunakan adalah :

Distribusi per ruang 

Distribusi per ruang 
PLN  M  Travo

Sub 
Genset  Travo  ATS EMD Travo 

komputer  UPS  sekering 

komputer  sekering 

Skema VI.7 Sistem Kelistrikan yg direncanakan


Sumber: analisis penulis. 2010.

commit to user
VI - 26
 

Anda mungkin juga menyukai