id
SKRIPSI
Disusun Oleh:
MUCHAROM
C0107033
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Disusun Oleh:
MUCHAROM
C0107033
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Daerah
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Disusun Oleh:
MUCHAROM
C0107033
Dekan
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Belajarlah untuk selalu menerima situasi, karena di situ kamu akan belajar
banyak hal”
(Penulis)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Mucharom
Nim : C0107033
Mucharom
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Simpulan......................................................................................... 101
B. Saran ............................................................................................... 103
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Latar Belakang yang mendasari dilakukan penelitian ini ialah bahwa Cerita
Rakyat Telaga Madirda merupakan salah satu folklor yang berada dalam
masyarakat yang masih kental dengan tradisi maupun adat-istiadat yang
dipercayai oleh masyarakat pendukungnya sebagai sesuatu yang benar dari nenek
moyangnya. Cerita Rakyat Telaga Madirda ini juga merupakan aset kebudayaan
sehingga penelitian ini merupakan salah satu langkah dalam upaya melestarikan
kebudayaan daerah dengan cara mendokumentasikannya.
Rumusan Masalah Penelitian ini, adalah (1) Bagaimanakah profil
masyarakat pendukung Cerita Rakyat Telaga Madirda dan profil Telaga Madirda,
(2) Bagaimanakah bentuk dan isi Cerita Rakyat Telaga Madirda, serta tradisi
budaya yang terkait dengan keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda,
(3)Bagaimanakah unsur-unsur mitos dan fungsi Cerita Rakyat Telaga Madirda,
(4) Bagaimanakah tanggapan dan penghayatan masyarakat pendukung Cerita
Rakyat Telaga Madirda.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan profil masyarakat
pendukung Cerita Rakyat Telaga Madirda dan profil Telaga Madirda, (2)
Mendeskripsikan bentuk dan isi Cerita Rakyat Telaga Madirda, serta tradisi
budaya yang terkait dengan keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda, (3)
Mendeskripsikan unsur-unsur mitos dan fungsi Cerita Rakyat Telaga Madirda,
(4) Mendeskripsikan tanggapan dan penghayatan masyarakat pendukung Cerita
Rakyat Telaga Madirda.
Manfaat penelitian yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis
hasil penelitian diharapkan mengungkap aspek-aspek kekuatan nilai budaya Jawa
sebuah cerita lisan, menambah khasanah penelitian cerita lisan nusantara dan
dapat memperbanyak wawasan pengetahuan cerita lisan. Sedangkan secara praktis
hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan pemasukan
daerah terkait dengan keberadaan cagar budaya di Kabupaten Karanganyar, dan
untuk pengembangan pariwisata Kabupaten Karanganyar.
Penelitian Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan jenis penelitian folklor
dengan bentuk penelitian Deskriptif Kualitatif. Sumber Data berasal dari informan
yaitu penjaga makam (juru kunci), tokoh-tokoh masyarakat atau masyarakat yang
mengetahui Cerita Rakyat Telaga Madirda, hal ini bermanfaat untuk mengetahui
segala informasi tentang keberadaan cerita. Sumber Data yang lain berasal dari
buku-buku, rekaman, foto-foto, peta wilayah, serta referensi yang relevan dengan
penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah
observasi langsung, wawancara dan (Content Analysis) analisis isi. Teknik analisis
data mengunakan tahap-tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan.
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil penelitian ini adalah, (1) profil masyarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar sebagai pendukung Cerita
Rakyat Telaga Madirda ditinjau dari segi geografis, demografis,sosial budaya,
agama dan kepercayaan, tradisi masyarakat (2) Bentuk dari Cerita Rakyat Telaga
Madirda merupakan cerita prosa rakyat yang berbentuk Legenda, dibuktikan
adanya tempat yang berkaitan dengan cerita seperti keberadaan Telaga Madirda.
Tradisi budaya yang terkait dengan keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda
yaitu Nyadran, Besih Dusun, dan Padusan (3) Unsur-unsur mitos Cerita Rakyat
Telaga Madirda yaitu; a) Cara pengambilan air, b) cara membawa air, c) proses
permohonan setelah dikabulkan, d) larangan mencicipi makanan apabila memasak
buat kenduri yang hubungannya untuk upacara Nyadran Telaga Madirda e)
larangan tidak boleh memasak bagi ibu-ibu harus dengan keadaan suci f) Juru
Kunci yang bisa memiliki bunga Kanthil, Cerita Rakyat Telaga Madirda
mempunyai fungsi yaitu; a) sebagai sarana sistem proyeksi, yaitu alat
pencerminan angan-angan kelompok tertentu (suatu kolektif), b) sebagai alat
pendidikan, c) sebagai pengawas norma-norma masyarakat yang harus dipatuhi
kolektifnya, d) sebagai sarana hiburan. Dampak sosial ekonomi yang timbul pada
masyrakat sekitar dengan adanya Telaga Madirda yang paling menonjol adalah
menambah pendapatan masyarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo (4) Penghayatan
masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo,
Kecamatan Ngargoyoso masih banyak yang mengakui keberadaan Cerita Rakyat
Telaga Madirda lengkap dengan peninggalannya yang berupa telaga. Tradisi
mempersembahkan sesaji diselenggarakan dengan wujud Nyadran oleh masyarkat
Dusun Tlogo, Desa Berjo setiap tanggal 15 Ruwah.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SARI PATHI
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
of folk legend, proved the existence of places associated with stories such as the
existence of Lake Madirda. Cultural traditions associated with the presence of
Folklore Nyadran Lake Madirda ie, Bersih Dusun, and Padusan (3) Mythical
elements Folklore Lake Madirda namely: a) How to capture water, b) how to
bring water, c) the account after the petition is granted, d) prohibition to taste the
food when cooking for a feast whose relationship to the ceremony Nyadran Lake
Madirda e) prohibition should not be cooking for mothers should be with the state
of purity f) Interpreter Lock which can have flowers Kanthil. Folklore Madirda
Lake has a function, namely: a) as a means of projection system, which is a
reflection of wishful thinking tools specific group (a collective), as an educational
tool, as a supervisor societal norms that must be adhered to collective.
Socioeconomic impacts that arise in the community about the existence of Lake
Madirda the most prominent is the increase incomes Tlogo Hamlet, Village Berjo
d) as a means of entertainment (4) Appreciation society can be concluded that the
community Tlogo Hamlet, Village Berjo, District Ngargoyoso, Karanganyar
Regency complete with relics of a lake. Tradition of offering offerings being held
with the community Nyadran Tlogo Hamlet, Village Berjo every 15 Ruwah.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia. Sastra lisan merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan
lisan sebagai milik bersama. Sastra lisan sebagai karya seni merupakan karya
yang menggunakan bahasa lisan, diungkapkan dan disebarkan dari mulut ke mulut
berisikan pesan, makna kehidupan, dan nilai-nilai yang luhur. Cerita rakyat
merupakan karya sastra yang secara langsung menjadi milik rakyat, diturunkan
sejak jaman nenek moyang dengan menggunakan tradisi lisan. Meskipun hanya
sekadar sastra lisan, namun cerita rakyat justru merupakan suatu karya sastra yang
menjadi panutan dan cerminan nilai-nilai tradisi kehidupan nyata dari masyarakat
Bahan kajian sastra lisan amat kaya, yang paling penting dalam penelitian
sastra lisan adalah upaya untuk menyelamatkan sastra lisan ke dalam bentuk
tulisan agar dapat dijadikan dokumen dan peninggalan sejarah. Cerita rakyat
sebagai sastra lisan mempunyai banyak fungsi dan sangat menarik serta penting
untuk diselidiki. Cerita Rakyat Telaga Madirda juga perlu dilestarikan sehingga
commit to user
keberadaannya dapat dirasakan oleh masyarakat pendukungnya.
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
Cerita rakyat yang muncul pada masyarakat pedesaan karena cerita rakyat yang
ada masih dipercaya oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu dari beberapa
contoh cerita rakyat yang ada di Indonesia yang sampai saat ini masih dipercaya
Madirda.
cerita lisan folklor. Folklor merupakan sebagian dari kebudayaan suatu kolektif
yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun diantara kolektif macam apa
saja secera tradisional dalam versi yang berbeda-beda, baik dalam bentuk lisan
maupun disertai contoh dengan gerak isyarat atau alat bantu (James Dananjaja
1994: 2).
Cerita lisan lahir dari masyarakat tradisional yang masih memegang teguh
tradisi lisannya. Cerita rakyat merupakan manifestasi manusia yang hidup dalam
secara lisan dari generasi ke generasi. Cerita Rakyat Telaga Madirda digolongkan
sebagai cerita rakyat karena adanya peninggalan berupa telaga dan memiliki
penyebarannya terbatas pada daerah tertentu dan merupakan muatan lokal yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
dalam cerita dianggap merupakan orang yang bersifat dewa atau didewakan atau
dan Anjani yang merupakan tokoh utama Cerita Rakyat Telaga Madirda. Tokoh-
tokoh tersebut oleh masyarakat dianggap sakti karena tokoh-tokoh itu yang
Nama Madirda pada Telaga Madirda berasal dari cerita tentang Sugriwa,
Subali dan Anjani. Pada suatu hari Sugriwa dan Subali melihat kakaknya yang
bernama Dewi Anjani bermain dengan cupu, yaitu bemda ajaib dapat melihat
keindahan jagad raya. Sugriwa dan Subali ingin memiliki cupu seperti yang
dimiliki kakaknya. Mereka berdua merasa iri kepada ayahnya, Resi Gotama
apapun kepada Dewi Anjani. Ternyata cupu itu adalah cupu Manik Astagina yang
hanya dimiliki Dewa Matahari atau Bathara Surya. Resi Gotama menemui istrinya
yang bernama Dewi Windardi untuk menanyakan perihal cupu tersebut. Dewi
Windardi hanya diam, dan Resi Gotama tahu bahwa istrinya telah berselingkuh
dengan Dewa Matahari. Dewi Windardi hanya dapat menangis dan menyesal,
Cupu yang menjadi rebutan antara Sugriwa, Subali dan Anjani tadi
akhirnya dibuang oleh Resi Gotama. Cupu itu terbuang jauh dan terpisah antara
badan cupu dan tutupnya. Tutup cupu jatuh dan menjadi telaga Madirda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
dan sering digunakan orang sebagai tempat untuk berdo’a kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Telaga Madirda biasanya ramai dikunjungi orang pada malam Selasa
Kliwon dan Jum’at Kliwon. Mereka yang datang untuk laku biasanya
termasuk kegiatan batiniah yang bertujuan untuk mendapatkan ridho dari Tuhan.
Ngalap Berkah, ada yang satu jam, satu hari sesuai dengan kepercayaan mereka.
kemenyan. Kemenyan sebagai pengirim do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena simbol keharuman kemenyan sangat disukai oleh Tuhan. Dengan suasana
hening dan sepi menjadikan do’a pelaku Ngalap Berkah khusyu’ dengan harapan
juga dilakukan ketika menjelang bulan puasa. Selain tradisi Ngalap Berkah
terdapat juga tradisi Nyadran yang merupakan upacara ritual atas rasa syukur
Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dimiliki oleh warga masyarakat
Kebiasaan warga sekitar Telaga Madirda yang ada di Dusun Tlogo, Desa
Masyarakat Jawa masih menjujung tinggi mistik tidak pernah lepas dalam hal
menjaga kesakralan dan kekeramatan suatu tempat. Percaya akan penunggu atau
desa maupun pepunden desa masih sangat kental di daerah pedesaan yang
agama Jawa.
Masyarakat Dusun Tlogo, desa Berjo masih ada yang memeluk agama
Islam Kejawen. Hal itu terbukti masyarakat Desa Berjo masih melakukan tradisi
ritual yang selama ini masih berjalan dan turun temurun. Kepercayaan animisme
khususnya pemeluk agama Islam Kejawen. Sebenarnya percaya akan hal-hal yang
gaib dan kekuatan keramat suatu tempat bertujuan untuk menjaga keselamatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
yang mereka yakini tersebut memang benar-benar terjadi dan itu memang sesuatu
yang sangat wingit dan sakral. Mitos bisa menjadi pedoman hidup dan tingkah
kekuatan mitos yang mereka yakini. Di era modern seperti sekarang ini, masih
Mitos sering dijumpai pada komunitas masyarakat yang tinggal dan berdomisili
pada suatu daerah tertentu. Karena banyaknya unsur lapisan masyarakat yang
masih mempercayai akan adanya mitos yang mereka sakralkan dan mereka anut,
maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu perbedaan pandangan dan
mungkin terletak pada jalan cerita mitos ataupun kekuatan mistik yang ada pada
kemungkinan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain akan
Karanganyar.
umumnya, sehingga penelitian ini merupakan salah satu langkah dalam rangka
perlu penguraian terhadap kedudukan Cerita Rakyat Telaga Madirda ini bagi
masyarakat pendukungnya; (3) Mitos yang terdapat dalam Cerita Rakyat Telaga
Madirda merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu digali dan
dihayati.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
dan profil Telaga Madirda yang berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimanakah bentuk dan isi Cerita Rakyat Telaga Madirda yang berada di
Kabupaten Karanganyar?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tentang Cerita Rakyat Telaga Madirda adalah sebagai
berikut :
dan profil Telaga Madirda yang berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar.
2. Mendeskripsikan bentuk dan isi Cerita Rakyat Telaga Madirda yang berada di
Kabupaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
cerita lisan.
2. Manfaat Praktis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini teridiri atas lima bab. Kelima bab tersebut
Bab II Landasan Teori. Bab ini berisi landasan teori pengertian foklor,
pengertian cerita rakyat, fungsi cerita rakyat meliputi nilai guna folklore, ciri-ciri
mitos.
Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi metode penelitian folklor,
lokasi penelitian, bentuk penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik
Bab IV Pembahasan. Bab ini berisi profil masyarakat Dusun Tlogo, dan
bentuk dan asal-usul Cerita Rakyat Telaga Madirda, fungsi mitos, makna, nilai
Madirda.
Bab V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Pada akhir tulisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
menganalisis permasalahan yang ada. Mengingat hal tersebut maka dalam suatu
penelitian sebaiknya berpegang pada suatu paham atau teori tertentu, sehingga
arah dan tujuan penelitian akan lebih jelas dan mudah dikaji.
A. Pengertian Folklor
Secara etimologis kata folklor berasal dari bahasa Inggris folklore, kata
dasarnya folk dan lore (Danandjaja, 1997:2). Folk adalah sekelompok orang yang
dapat berwujud warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata yang
sama, bahasa yang sama, bentuk rambut yang sama, dan lain-lain.
yang juga memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta
secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau
12
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun
contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (1997: 2).
B. Bentuk Folklor
Folklor jika diperhatikan dari segi bentuknya ada dua, yaitu bentuk lisan
dan sebagian lisan (Danandjaja, 1997: 21-22). Bentuk folklor lisan antara lain:
1. Bahasa rakyat, yakni bentuk folklor Indonesia yang termasuk dalam kelompok
pula.
4. Sajak dan puisi rakyat yakni folklor lisan yang memiliki kekhususan,
kalimatnya tidak berbentuk bebas, tapi terikat. Sajak dan puisi rakyat
merupakan kesusastraan yang sudah tertentu bentuknya, baik dari segi jumlah
5. Cerita prosa rakyat, yakni jenis folklor yang paling banyak diteliti oleh para
peneliti/ ahli folklor. Cerita prosa rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan
besar, yaitu: (1) mite (myth), (2) legenda (legend), dan (3) dongeng (folktale).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
6. Nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri atas
kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif
Bentuk folklor yang sebagian lisan terdiri atas dua macam, yaitu (1)
(Danandjaja, 1997: 153); dan (2) permainan rakyat dianggap tergolong ke dalam
melalui tradisi lisan dan banyak di antaranya disebarluaskan tanpa bantuan orang
dewasa, seperti orang tua mereka atau guru sekolah mereka (Danandjaja, 1997:
171).
berpendapat, ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh seorang peneliti di objek
penelitian.
persiapan matang, jika hal ini tidak dilakukan maka usaha penelitian akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
informan, maka sebagai peneliti harus jujur, rendah hati, dan tidak bersikap
Pada setiap naskah koleksi folklor harus mengandung tiga macam bahan yaitu:
secara turun-temurun dan jika folklor itu belum diakui atau dipercaya oleh
Cerita rakyat adalah bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar
disebut dengan istilah folkate adalah sangat inklusif. Secara singkat dikatakan
bahwa setiap jenis cerita yang hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan dari
mulut ke mulut adalah cerita rakyat. Cerita rakyat meliputi mite, legenda dan
a. Mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta
dianggap suci oleh yang empunya cerita, mite ditokohi oleh para dewa atau
makhluk setengah dewa, peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang
b. Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh
yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat.
c. Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan
mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci.
Berlainan dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, walaupun ada kalanya
mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dibantu makluk-makluk
ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang dikenal kini, karena
waktu terjadi belum terlalu lampau (Bascom, 1965b: 3-20). Legenda dapat
(religious legends), (2) legenda alam gaib (supernatural legends), (3) legenda
Dapat disimpulkan cerita rakyat adalah cerita yang sebagai bagian dari
folklor mengandung survival dan disebarkan secara lisan, secara turun temurun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
dari mulut ke mulut disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu cukup
lama. Cerita rakyat berfungsi sebagai media pendidikan, pengajaran dan sekaligus
angan-angan suatu kolektif. Fungsi ini dapat diwujudkan salah satunya dengan
terwujud oleh adanya lembaga yang pada saat ini terus menggali dan
Folklor memiliki sembilan ciri pengenal utama. Ciri pengenal folklor ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
desebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh
yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari satu
3. Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan dalam varian-varian yang berbeda
terpendam);
7. Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai
dengan logika umum (ciri ini berlaku baik bagi folklor lisan maupun folklor
sebagian lisan);
8. Menjadi milik bersama dari kolektif tertentu, hal ini disebabkan oleh pencipta
9. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga seringkali kelihatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
secara teoritis tentang folklor berkisar sekitar cerita (prosa) rakyat meliputi mite,
F. Pengertian Mitos
Mite (myth) adalah cerita prosa rakyat dianggap benar-benar terjadii dan
suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk
setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain bukan yang kita kenal sekarang dan
terjadi pada masa lampau (James Danandjaja, 1994:50). Mitos juga merujuk pada
dahulu. Mitos memiliki dogma yang dianggap suci dan mempunyai konotasi
upacara.
Mitos itu ada yang berasal dari Indonesia dan ada yang berasal dari luar
negeri. Mitos dari luar negeri pada umumnya telah mengalami pengolahan dan
perubahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh
proses adaptasi perubahan jaman. Masyarakat Jawa tidak hanya mengambil mitos
dari India melaikan telah mengadaptasi dewa-dewa India menjadi dewa Jawa.
Bahkan orang Jawa percaya kisah itu terjadi di Jawa. Mitos di Indonesia biasanya
Dapat disimpulkan mitos adalah cerita paling berharga karena suci dan
bermakna, sehingga mitos mampu memberikan arah dan pedoman tingkah laku
mitos begitu saja, meskipun kebenaran mitos belum menjamin dan dapat
dipertanggungjawabkan.
G. Upacara Tradisional
fungsinya bagi kehidupan, dapat mengalami kepunahan bila tidak memiliki fungsi
berbagai aturan yang wajib dipatuhi. Aturan itu tumbuh dan berkembang di dalam
ketakutan mereka terhadap sanksi bersifat sakral magis. Dengan demikian upacara
tradisional itu dapat dianggap sebagai bentuk pranata sosial tidak tertulis, namun
wajib dikenal dan diketahui oleh setiap warga, untuk mengatur sikap tingkah laku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini yaitu di Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan
terjadi secara ilmiah, apa adanya, dalam situasi normal tidak dimanipulasi
keadaan dan kondisinya, serta menekankan pada deskripsi ilmiah. Penelitian ini
dan interaksi manusia dalam situasi tertentu (Atar Semi, 1990: 25-26).
lapangan, foto, video, tape recorder, catatan dan memo, buku-buku penunjang
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
dan dokumen resmi lainnya, (Lexy J. Moleong, 2010: 11). Tujuan penelitian
kualitas dari objek kajian yang berbentuk cerita rakyat atau folklor.
sehingga peneliti harus teliti agar bisa tercapai penelitian yang akurat dan
sempurna, data yang diperoleh sesuai dengan fakta yang berada di lapangan.
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu orang atau
informan, tempat (Desa Berjo dan Telaga Madirda), dan peristiwa (Upacara
Nyadra, bersih dusun dan padusan). Orang yang diperkirakan mengetahui Cerita
Madirda. jarak tempat tinggal informan dengan Telaga Madirda, dan umur
informan + 14-55 tahun yang mengetahui tentang cerita Rakyat Telaga Madirda.
Selain itu tempat observasi dalam penelitian ini berada di Desa Berjo, Kecamatan
wawancara kepada:
4. Peziarah, antara lain; Hadi Purwoko, Agus Setiana, Slamet Darayanto dan
Farid.
Sumber data yang lain dalam penelitian ini adalah buku-buku dan foto-foto
2. Data penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data dari hasil wawancara
yang berupa informasi dan kata-kata yang diucapkan oleh informan yaitu juru
kunci, penduduk sekitar (Sunardi, Sularmi, Sukarni dan Afnan Malik yang
Purwoko, Agus Setiana, Slamet Darayanto dan FaridData yang lain yaitu foto atau
gambar yang memberikan informasi tentang Cerita Rakyat Telaga Madirda berupa
Untuk mengamati fenomena yang ada di luar untuk diungkapkan secara tepat.
pengamat menggunakan alat indra secara langsung dan alat bantu misalnya alat
perekam; kamera dan video. Hal ini fungsinya untuk memudahkan dalam
2. Wawancara
kepada narasumber.
wawancara yang terarah dan wawancara tidak terarah. Wawancara terarah adalah
yang memuaskan.
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dengan
yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan
berdasarkan usia (antara 14-55 tahun), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).
3. Content Analysis
memanfaatkan prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku
atau dokumen (Lexy J. Moleong, 2010: 163). Melalui Content Analysis data yang
diperoleh secara cermat untuk dapat diambil kesimpulan mengenai data yang
dapat digunakan data penelitian ini serta hal-hal penting yang menjadi pokok
persoalan penelitian.
kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moeleong,
2010: 280). Sedangkan menurut Milles dan Huberman (dalam HB. Sutopo,
berikut:
data didapat maka data cerita dibandingkan dan direkontruksi. Data yang
direkontruksi kemudian disusun agar menjadi sebuah cerita yang utuh dan relatif
lengkap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
bentuk cerita prosa rakyat. Cerita yang sudah utuh yang didapat dari hasil
yaitu legenda.
peristiwa-peristiwa upacara tradisi yang terkait dengan cerita. Data yang telah
tradisi yang timbul karena adanya Cerita Rakyat Telaga Madirda. Tradisi-tradisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PEMBAHASAN
Desa Berjo adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar. Desa Berjo berada dilereng Gunung Lawu, karena letak
geografis desa ini berada dilereng pegunungan desa ini memiliki suasana yang
sejuk walaupun disiang hari yaitu dengan suhu rata-rata 30-36ºC. Desa dengan
luas wilyah 1.623.865 Ha ini jauh dari keramaian kota sehingga bisa dibilang
diri yang unik. Unik disini dimaksudkan adalah berbeda dengan masyarakat kota
atau masyarakat pinggiran kota. Hal inilah yang menjadi ciri khas tersendiri bagi
masyarakat desa. Keunikan, ciri khas dan jati diri inilah yang membuat desa
dikenal dan memiliki arti. Dengan memiliki keunikan maka masyarakat luar dapat
biasanya bersantai dengan keluarga. Sering kali mereka juga berkumpul dengan
27
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
Pengamatan dan hasil kajian ini dilakukan secara langsung di lapangan selama
beberapa bulan dengan lebih dari 8 kali kunjungan ke Desa Berjo. Mengenai
a. Sederhana
Jika dilihat dari hasil pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat Desa
Berjo yang sebagian besar bekerja sebagai petani gurem dan buruh tani
sangat tidak mungkin untuk bersikap royal. Hal ini dikarenakan oleh
jumlah pendapatan yang diterima dari hasil kerja keras (bertani atau
tidak sedehana)
desa tidak ingin melukai perasaan tetangga dengan bersikap yang tidak
pergaulan bermasyarakat.
ini terbukti dari beberapa sikap dan perilaku yang ditunjukkan. Sikap dan perilaku
sopan terlihat apabila bertemu dengan orang yang lebih tua atau dituakan,
berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi dan keilmuaan
dengan orang asing yang kelihatan berwibawa. Adanya sikap sopan tersebut
sangat terlihat dan kental dalam pergaulan antara masyarakat. Yang nuda
menghormati yang tua, yang kecil menghormati yang besar. Sikap semacam ini
c. Kekeluargaan (Guyub)
ini terlihat ketika mereka saling bertemu, berinteraksi dan bermasyarakat. Mereka
akan saling menyapa, bercanda dan bergaul diantara anggota masyarakat. Rasa
kekeluargaan yang terjalin diantara mereka salah satunya disebabkan oleh adanya
hubungan darah yang masih kental diantara mereka. Masyarakat desa biasanya
masih memiliki hubungan yang cukup dekat dengan anggota masyarakat yang lain
Desa Berjo biasanya dalam mencari jodoh hanya berkisar tetangga saja, sehingga
antar tetangga menjadi saudara dan hubungan ini menjadi meluas hingga
Biasanya masyarakat Desa Berjo akan menutup diri manakala ada orang
yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang
tugas penelitian akan sulit mendapatkan inforamasi pasti tentang pendapatan dan
masih tabu atau terlalu sensitif untuk diutarakan kepada orang lain, apalagi
orang yang belum begitu dikenal. Hal ini dikarenakan adanya perasaan malu,
minder dan sikap tidak terbuka terhadap orang lain dari warga masyarakat desa.
menganggap masalah ini tidak pantas untuk diketahui oleh orang lain.
dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama
ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program
bagaikan suatu pegangan yang akan senantiasa dipegang, sehingga ketika mereka
sekali dibohongi maka mereka akan senantiasa mengingatnya dan akan terbawa
yang pernah diterimanya sebagai “pathokan” untuk membalas budi. Balas budi ini
tidak selalu dalam wujud materiil tetapi juga dalam bentuk pengahargaan sosial
atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan istilah “ngajeni”. Penghargaan
sosial yang diterima berupa rasa menghargai tersebut sangat terlihat dari sikap dan
perilaku yang ditunjukkan ketika berhadapan dengan orang yang telah berjasa
terhadap dirinya. Orang yang telah diberi kebaikan maka apapun yang dikatakan
kepadanya dari orang yang telah membantunya akan dipatuhi selama tidak
punya gawe atau hajatan serta terkena musibah. Mereka tidak memperhitungkan
kerugian materiil yang dijeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka:
“rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan
inilah yang sampai saat ini masih dilestarikan dan dipertahankan olah masyarakat
Desa Berjo. Rela berkorban untuk tetangga dan saudara dalam masyarakat Desa
Berjo merupakan suatu keharusan jika memang tetangga atau saudara itu mampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
Sambatan adalah gotong royong yang dilakukan oleh para kaum laki-laki
baik tua maupun muda yang ada di Desa Berjo guna meringankan beban suatu
atau memasang batu nisan pada pemakaman. Ini dilakukan dengan bersama-sama
tanpa membedakan statusnya, semua berbaur menjadi satu. Dan juga diadakannya
yang membahas cara atau rencana guna pembanguanan dusun agar dapat lebih
maju.
orang yang punya hajat atau keperluan yang membutuhkan bantuan dari orang
lain. Rewang dilakukan secara bersama-sama tanpa ada suatu ikatan apapun baik
saudara, agama, maupun pekerjaan. Hal itu dilakukan oleh ibu-ibu dengan senang
sunatan atau khitanan, mitoni, mendhak. Semuanya bekerja sama tanpa dibayar
ataupun meminta upah, dengan tujuan agar pekerjaan yang dilakukan cepat selesai
masyarakat Desa Berjo masih berpegang pada Kejawen, yang masih menghormati
khususnya masyarakat di Desa Berjo bersifat sangat religius. Sifat ini ditandai
dengan agama atau kepercayaan yang mereka anut sekarang. Pengakuan dan
keyakinan atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa tercermin dalam pemeluk agama di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Desa Berjo yaitu Islam, Kristen dan Katholik. Warga Desa Berjo sendiri ada yang
kecilnya memeluk agama Kristen dan Katholik. Hal ini terbukti dengan adanya
sarana ibadah yang ada di Desa Berjo yaitu Masjid, Mushola, dan Gereja.
rukun secara berdampingan karena mereka memiliki toleransi beragama yang kuat
dan patut untuk dijadikan contoh. Penduduk di Desa Berjo yang beragama Islam
masih ikut serta melakukan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh sebagian
besar lapisan masyarakat. Kegiatan agama ini meliputi Tahlilan atau Wiridan dan
Bersih Desa, memberi sesaji untuk roh-roh penunggu atau ruh-ruh yang telah
meninggal.
sebagai petani dimana masih mempengaruhi oleh kepercayaan asli berupa sistem
religi animisme, yang merupakan inti dari tradisi kebudayaan Jawa asli yang
animisme dan dinamisme ini telah mengakar dalam alam pikiran dan tradisi Suku
commit to user
Bangsa Jawa khususnya masyarakat Desa Berjo. Para petani biasanya selalu
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
mengadakan upacara ritual, seperti Selametan dan sesaji serta do’a yang dilakukan
dalam rangka memulai usaha seperti halnya menanam padi, menanam palawija,
dan lain-lain serta ketika akan panen. Mereka melakukan hal itu untuk menjaga
do’a secara Islam, juga dilakukan persembahan beruapa makanan atau sesaji
untuk ruh-ruh lain yang dianggap dapat membantu untuk terkabulnya doa mereka.
Orang Jawa khususnya masyarakat Desa Berjo masih melakukan tradisi dan
tindakan berdasarkan pada pandangan hidup atau filsafat hidup yang religius dan
mistik seperti dalam menjalankan upacara peribadatan. Sikap hidup orang Jawa
Masyarakat Desa Berjo percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa,
Rasul dan Nabi, tetapi mereka juga percaya akan adanya alam gaib/makhluk gaib.
Selaian itu mereka juga percaya pada kejadian aneh yang kadang muncul
disekitarnya yang tidak bisa dijangkau oleh alam pikiran manusia. Namun mereka
semua tidak memuja penghuni alam gaib. Kepercayaan, tradisi dan adat istiadat
yang diwariskan oleh nenek moyang masih merupakan hal yang paling utama di
tertentu yang dianggap keramat, yaitu seperti malam Selasa Kliwon dan Jum’at
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
3. Tradisi Masyarakat
Dilihat dari kaca mata sosial masyarakat Berjo memiliki beragam aktivitas
kemasyarakatan yang telah mengakar menjadi tradisi. Aktivitas tersebut ada yang
Orang Jawa berpendapat bahwa yang tidak tampak mata itu ada. Hal gaib,
ruh yang menguasai semua daya dan ruh yang berwatak baik dan buruk. Orang
Jawa terus bersandar kepada daya gaib, dengan cara memohon, memuji melalui
ritual tertentu. Niat dan tujuannya agar daya gaib yang paling berkuasa bisa
membantu manusia agar terhindar dari daya godaan ruh halus yang bersifat buruk.
Dan bisa hidup damai, berdampingan dengan daya ruh halus yang bersifat baik.
Upacara-upacara ritual menjadi lambang kudus dalam dunia spiritual Jawa atau
pada Kejawen. Masyarakat Desa Berjo masih bersifat sangat religius, sifat
tersebut ditandai dengan agama atau kepercayaan yang mereka anut sekarang.
Pengakuan dan keyakinan atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa tercermin dalam
pemeluk agama di Desa Berjo yaitu Islam, Kristen, Katholik, dan Hindu.
Kerukunan agama tetap terjalin dengan baik. Antar pemeluk agama tidak
commit
peribadatan. Meskipun berlainan to user
agama, akan tetapi mereka rukun secara
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
berdampingan karena memiliki toleransi beragama yang kuat dan patut dijadikan
contoh. Penduduk Desa Berjo yang beragama Islam masih ikut serta melakukan
upacara keagamaan atau ritual biasanya dilakukan bersama dengan upacara tradisi
leluhur, yaitu berupa Selametan (Kendhuren), Bersih Desa, memberi sesaji untuk
dan berkembang dalam pengaruh budaya nenek moyang. Sebagai contoh tradisi,
yaitu mitoni (tujuh bulanan). Dalam tradisi Jawa, mitoni merupakan rangkaian
upacara siklus hidup yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian
masyarakat Jawa. Kata mitoni berasal dari kata ‘am’ (awalan am menunjukkan
kata kerja) + ‘7’ (pitu) yang berarti suatu kegiatan yang dilakukan pada hitungan
ke-7. Upacara mitoni ini merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang
dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan
tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa
yang sudah tiada. Para leluhur setelah tiada bertempat tinggal di tempat yang
keselamatan agar pada saat melahirkan lancar serta ibu bayinya juga selamat.
2. Sajen jenang abang, jenang putih, melambangkan benih pria dan wanita yang
3. Sajen berupa sego gudangan, mengandung makna agar calon bayi selalu
4. Benang lawe atau daun kelapa muda yang disebut janur yang dipotong,
bayi.
5. Sajen berupa telur yang nantinya dipecah mengandung makna berupa ramalan
bahwa kalau telur pecah maka bayi yang lahir perempuan, bila telur tidak
6. Sayur 7 warna (sayuran terdiri dari 7 macam sayur yaitu jepan, kacang
panjang, kol/kubis, kluwih, daun mlinjo, wortel, terung). Hal itu dimaksudkan
agar si jabang bayi kelak dapat menjalani kehidupan yang penuh warna-
warni.
dilanjutkan dengan diadakan siraman kepada calon ibu yang hamil menggunakan
air 7 sumber atau sumur dari Berjo yang telah dicampur dengan bunga. Lalu
dilanjutkan dengan calon ibu berganti jarik sebanyak 7 kali sebagai simbol
kampung. Telur ayam dimasukan ke dada ibu hamil oleh dukun bayi yang
kemudian ditangkap oleh nenek bayi ditengah kedua kaki ibu hamil. Apabila
telur dapat ditangkap maka kelak anak yang dilahirkan laki-laki, dan apabila telur
tidak dapat ditangkap maka kelak anak yang dilahirkan adalah perempuan.
Kemudian calon bapak dan calon ibu berjalan masuk rumah sambil
membersihkan tempat yang dilewatinya, sebagai simbol agar kelak pada saat
seseorang yang telah meninggal yaitu, tata cara mengelola atau merawat jenazah.
penghormatan kepada orang yang sudah meninggal. Hal ini memiliki makna
senantiasa mengingat segala kebaikan yang pernah diberikan oleh orang yang
sudah meninggal. Selain itu juga ada kepercayaan bahwa dengan dibantu doa,
maka arwah orang yang meninggal tersebut akan tenang dan diterima Tuhan.
masalah bersama. Kenduri juga berfungsi untuk memberikan hiburan bila ada
yang kesusahan. Kenduri tersebut tidak dapat dilepaskan dari sesaji. Sesaji yang
dihadiri oleh kerabat dan tetangga terdekat. Kenduri menggambarkan pola gotong
penghiburan bila ada kesusahan merupakan contoh konkrit pola pikir masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Istilah sur tanah atau ngesur tanah berarti menggeser tanah (membuat
lubang untuk penguburan mayat). Makna sur tanah adalah memindahkan alam
fana ke alam buka dan wadah semula yang berasal dari tanah akan kembali ke
tanah juga. Upacara ini dilaksanakan pada saat pembuatan liang lahat untuk
d) Lalaban : ini terdiri dari cabai merah, garam, dan bawang merah
e) Dhele ireng: jenis kacang kedelai yang berwarna hitam yang melambangkan
anasir yaitu bumi, api, angin dan air. Peringatan ini dilakukan dengan kenduri,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
mengundang kerabat dan tetangga terdekat. Sesajen yang digunakan sampai acara
a. Tumpeng seger : nasi yang dibentuk seperti kerucut sebagi wujud dari
b. Sega golong : nasi yang dibentuk bulat-bulat seperti bola sebagai wujud bahwa
kebulatan hati yang telah rela melepas orang yang yang disayangi.
e. Lalaban : ini terdiri dari cabai merah, garam, dan bawang merah
f. Sega liwet : nasi yang dimasak liwet dan di dalmnya ada satu buah telur.
g. Sayur sambal goreng : sayur yang terbuat dari kentang yang disantan berwarna
h. Peyek : makanan yang terbuat dari tepung beras dan kacang maupun ikan asin
i. Apem : makanan yang terbuat dari tepung gandum yang dibentik bulat seperti
uang logam yang melambangkan permintaan maaf dari yang meninggal atau
j. Dhele ireng : jenis kacang kedelai yang berwarna hitam yang melambangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
daging, sungsum, jeroan (isi perut), kuku, rambut, tulang, dan otot. Ubarampe
yang digunakan dalam upacara kendurian pitung dinten (tujuh hari) ini sama
(jasad). Bahan untuk kenduri biasanya sama dengan kenduri pada saat
Tata cara dan bahan yang digunakan untuk memperingati seratus hari
puluh hari.
daging, dan jeroan-nya. Tata cara dan bahan yang digunakan untuk memperingati
dan semacamnya yang tinggal hanyalah tulangnya saja. Tata cara dan bahan yang
untuk menyempurnakan semua rasa dan bau hingga semua rasa dan bau sudah
pada malam hari. Bahan yang digunakan untuk kenduri sama dengan bahan yang
digunakan pada peringatan empat puluh hari. Namun ada beberapa bahan yang
a. Sepasang burung merpati dikurung dan diberi rangkaian bunga. Bermakna agar
mayat diaharapkan saat menghadap Tuhan dalam keadaan suci bersih tanpa
dosa dan beban. Setelah do’a selesai dilakukan, burung merpati dilepas dan
diterbangkan. Maksud tata cara ini untuk mengirim tunggangan bagi arwah.
b. Benang lawe empat puluh helai yang bermakna agar orang yang meninggal
Pelaksanaan kenduri baik dari tigang dinten (tiga hari) sampai upacara
seribu hari (nyewu) biasanya dilaksanakan malam hari setelah sholat maghrib.
Acara itu dihadiri kaum laki-laki baik tua maupun remaja. Acara dimulai dengan
commit to user
pembacaan surat Yasin dan Tahlil secara bersama-sama dipimpin oleh imam
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
menggunakan sesajen yang telah dipersiapkan dan dipimpin oleh sesepuh Dusun
Tlogo, dilanjutkan makan bersama. Setelah makan bersama acara selesai, apabila
masih ada sisa ubarampe yang tidak dimakan boleh dibawa pulang oleh kaum
laki-laki yang datang. Untuk masyarakat yang beragama Kristen, biasanya tidak
ada acara pembacaan Tahlil dan Surat Yasin tetapi langsung kenduri saja, serta
ubarampe yang digunakan juga sama saja. Upacara seribu hari (nyewu) ada
pancen yang berupa minuman teh, kopi dan kinang (daun sirih, gambir dan enjet).
Pancen diletakkan diatas meja guna mempersiapkan siapa tahu orang yang
memasuki unsur-unsur yang bernuansa Islam, seperti membaca Tahlil dan Yasin.
Selain slametan, tradisi religius yang ada di masyarakat Berjo adalah Nyadran
dan wiwit.
Wiwit adalah upacara yang dilakukan masyarakat pada saat akan memanen
Kuasa atas karunianya sehingga hasil tanamannya berbuah hasil dan dapat
dipanen.
c) Gudangan yaitu sayuran yang direbus kemudian diberi sambal kelapa yang
memiliki makna agar padinya dapat baik-baik dan segar sehingga hasilnya
bagus.
d) Tempe bakar dan ikan asian baker yaitu tempe atau ikan asin yang dibakar
commit to user
diatas bara api.
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
e) Jenang katul yaitu jenang atau bubur yang dibuat dari katul dan gula jawa.
f) Pisang.
g) Dan ubarampe lainnya seperti kaca, bedak, dan uang sebagai persembahan
yang akan dipanen. Ubarampe dibawa ke sawah, yang kemudian dido’akan agar
panenya tidak ada halangan dan panen berikutnya akan lebih baik lagi. Setelah
berdoa sedikit demi sedikit ubarampe tersebut diberikan di atas daun pisang
sebagai persembahan kepada Dewi Padi atau Dewi Sri. Tidak lupa pula di pojok
sawah tersebut digelung atau ditali dengan padi lainnya, sebagai simbol bahwa
Telaga Madirda adalah sebuah telaga alami terletak di kaki Gunung Lawu
berada di Desa Berjo, telaga ini berada pada ketinggian kurang lebih 600-700 m
dari permukaan laut. Telaga Madirda terletak di ujung tenggara Desa Berjo
tepatnya di Dusun Tlogo. Telaga Madirda memiliki keindahan alam yang unik
walaupun bentuk dari telaga ini seperti lingkaran tetapi tidak beraturan . Letaknya
yang berada di sebelah Gunung Lawu dan diapit oleh Bukit Purung, sementara
aliran air di telaga ini tidak pernah surut sehingga menjadi salah faktor pendukung
tertutup lapisan tanah dengan mata air alami yang sangat besar dan jernih,
Menurut pemaparan dari Juru Kunci telaga, Telaga Madirda ada sudah
sejak ribuan tahun yang lalu. Madirda artinya adalah suatu tempat yang
memabukkan (Zoetmulder 1984: 624) . Telaga yang luasnya tidak lebih besar dari
lapangan sepak bola ini ada karena disebabkan Cupu Manik Astagina yang jatuh
dalam pewayangan)
dan 36 kilometer dari Surakarta. Jika dilihat secara lokasi, Telaga Madirda
aksesnya bisa dikatakan cukup mudah karena dengan aspal yang halus, tanjakan
yang tidak terlalu tinggi, dan lokasi yang nyaman. Bagi pengguna kendaraan
umum dapat menggunakan bus umum dari Solo ke terminal Karangpandan (arah
Selanjutnya naik ojek karena tidak ada kendaraan umum menuju lokasi telaga.
Tarif ojek sudah tercantum, sekitar Rp 50.000 pp, tapi masih bisa dinego.
perjalanan ke arah timur lalu setelah sampai di Karangpandan sudah ada papan
petunjuk jalan menuju lokasi. Tidak jauh dari percabangan sudah ada petugas
retribusi yang akan menarik biaya retribusi sepeda motor sebesar Rp 1.000,- lalu
mengambil jalan yang kanan bawah atau bisa bertanya ke petugas yang ada di
retribusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
menjadi tiga bentuk yaitu mite, legenda, dan dongeng. Cerita Rakyat Telaga
Madirda termasuk ke dalam cerita prosa rakyat yang berbentuk legenda maka
untuk mengetahui pastinya akan dibahas satu persatu bentuk cerita prosa rakyat
yang sesuai dengan Cerita Rakyat Telaga Madirda seperti dibawah ini:
ruh-ruh halus. Ruh-ruh halus tersebut ada yang bersifat baik dan ada yang bersifat
jahat. Ruh-ruh yang bersifat baik sering membantu manusia, misalnya menjaga
desa dari berbagai gangguan. Ruh-ruh halus penjaga desa sering disebut dengan
dhanyang pepunden desa, maupun baureksa. Adapun ruh-ruh yang bersifat jahat
penduduknya memeluk agama Islam Kejawen atau Agami Jawi. Sedangkan dalam
Namun dalam hal ini semua warga Desa Berjo turut serta dalam bentuk ritual
penduduk Desa Berjo masih dipengaruhi oleh kepercayaan asli berupa, sistem
religi animisme dan dinamisme keseluruhan hal itu merupakan inti dari tradisi
kebudayaan Jawa asli yang dijelmakan dalam bentuk penyembahan ruh nenek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
moyang. Sistem religi animisme dan dinamsime ini telah mengakar dalam alam
pikiran.
dianggap dewa, makhluk yang memiliki kekuatan luar biasa yang tidak dimiliki
teciptanya Telaga Madirda, telaga yang memang dianggap keramat dan memiliki
atau desa, danau atau sungai dan sebagainya serta ditokohi oleh manusia. Legenda
berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu. Legenda dapat tercipta
apabila seorang tokoh, tempat atau kejadiaan dianggap berharga oleh kolektifnya
Legenda tentang Sugriwa, Subali dan Anjani termasuk legenda alam gaib
a) Legenda Alam Gaib, yaitu legenda yang berbentuk kisah yang dianggap benar-
benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Seperti efek yang ditimbulkan dari
alam gaib yang terkait dengan Cerita Rakyat Telaga Madirda adalah jika kita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
melaksanakan Ngalap Berkah di Telaga Madirda pada hari Selasa Kliwon atau
Jum’at Kliwon setelah selesai Ngalap Berkah kemudian membawa air dari
Telaga Madirda, air tertsebut akan memberikan berkah pada mereka yang
mengambil air. Jika pada saat Ngalap Berkah kita khusyu’ dalam memanjatkan
b) Legenda setempat, yaitu legenda tentang asal usul suatu tempat yang
berhubungan erat dengan nama suatu tempat contohnya adanya cerita yang
sebuah dusun yang berasal dari Cerita Rakyat Telaga Madirda itu sendiri.
Jadi Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan suatu cerita yang dianggap
tersebut serta terjadinya melalui perjuangan suatu tokoh yang sakti dari cerita
mulut dan dituturkan dari generasi ke generasi berikutnya sampai sekarang. Dari
Legenda.
2. Deskripsi Cerita
penelitian yang dilakukan oleh penulis mendapatkan 3 versi cerita, yaitu (a) dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
masyarakat setempat (dari Juru Kunci telaga), (b) dari buku pewayangan, dan (c)
a. Versi Masyarakat
Pada suatu hari Sugriwa dan Subali melihat kakaknya yang bernama Dewi
Anjani bermain dengan suatu benda ajaib yang disebut dengan cupu. Dengan cupu
itu dapat melihat keindahan jagad raya. Sugriwa dan Subali ingin memiliki cupu
seperti yang dimiliki kakaknya tersebut. Mereka berdua merasa iri kepada
ayahnya yang bernama Resi Gotama, karena hanya Dewi Anjani yang di beri
cupu.
apapun kepada Dewi Anjani. Ternyata cupu itu adalah cupu manik Astagina yang
hanya di miliki Dewa matahari yang bernama Bathara Surya. Resi Gotama
menemui istrinya yang bernama Dewi Windardi untuk menanyakan perihal cupu
tersebut. Dewi Windardi hanya diam, dan Resi Gotama tahu bahwa istrinya telah
berselingkuh dengan Dewa Matahari. Dewi Windardi hanya dapat menangis dan
Cupu yang menjadi rebutan tadi akhirnya dibuang oleh resi Gotama, cupu
itu terbuang jauh dan terpisah antara badan cupu dan tutupnya. Tutup cupu jatuh
b. Versi Wayang
1. Sumber buku “Wayang dan Budaya Jawa” karya Suyamto hal 69-73.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
adalah masih keturunan Bathara Ismaya, putra Prabu Heriya dari Maespati. Dia
adik Prabu Kartawirya, ayahanda Prabu Arjunasasrabahu. Atas jasa dan baktinya
kepada para dewa, Resi Gotama dianugrahi seorang bidadari kahyangan bernama
Dewi Windradi. Dari hasil perkawinan mereka dikaruniai tiga orang anak, Dewi
Anjani yang cantik jelita serta Guwarsa dan Guwarsi yang tampan dan rupawan.
Tahun berganti tahun, Dewi Windradi yang sering merasa kesepian karena
bersuamikan seorang brahmana tua yang lebih banyak bertapa, akhirnya tergoda
oleh panah asmara Bhatara Surya. Terjalinlah hubungan asmara secara rahasia yg
sedemikian rapi sampai bertahun-tahun tidak diketahui oleh Resi Gotama maupun
itu, Bhatara Surya mewanti-wanti untuk jangan pernah sekalipun benda itu
ditunjukkan, apalagi diberikan orang lain, walau itu putranya sendiri. Kalau pesan
itu sampai terlanggar, akan terjadi hal hal yang tak diharapkan. Cupumanik
Astagina adalah pusaka kadewatan yang menurut ketentuan dewata tidak boleh
dilihat atau dimiliki oleh manusia lumrah. Larangan ini disebabkan karena
mengandung rahasia kehidupan alam nyata dan alam kasuwargan. Bila orang
panorama menakjubkan yang ada di seluruh jagad raya, tampil berganti ganti dari
keindahan isi cupu tersebut, putri sulungnya Anjani memergokinya, dan tentu saja
amat ingin mengetahui benda yang sangat menarik itu. Terpaksa Dewi Windradi
Namun, akhirnya Anjani tidak tahan untuk tidak memamerkannya kepada kedua
adiknya, Guwarsa dan Guwarsi. Akibatnya Cupu Manik Astagina itu menjadi
beradik tersebut. Anjani menangis dan melapor pada ibunya, sementara Guwarsa
dan Guwarsi mengadu pada ayahnya. Bahkan secara emosional Guwarsa dan
Guwarsi menuduh ayahnya, Resi Gotama telah berbuat tidak adil menganak
Tuduhan kedua putranya ini membuat Resi Gotama sedih dan prihatin,
sebab ia merasa tidak pernah berbuat seperti itu. Segera saja ia memanggil Anjani
dan Dewi Windradi. Karena rasa takut dan hormat kepada ayahnya, Anjani
bahwa benda itu diperoleh dan dipinjam dari ibunya. Sementara Windradi diam
membisu tidak berani berterus terang dari mana ia mendapatkan benda kadewatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
sama saja artinya dengan tidak menghormati suaminya. Sikap membisu Windradi
membuat Resi Gotama marah, sikap diam Windradi itu bagaikan sebuah patung
batu. Karena pengaruh kesaktiannya, dalam sekejap sang Dewi berubah wujud
menjadi batu sebesar manusia yang mirip sebuah tugu. Menghadapi keterlanjuran
itu Sang Resi segera mengangkat tugu batu tersebut dan dilemparkannya sejauh
mungkin, dan ternyata jatuh di taman Argasoka dekat kerajaan Alengka. Kutukan
ini akan berakhir kelak bila batu tersebut digunakan untuk membela kebenaran
Demi keadilan atas cupu yang diperebutkan ketiga anaknya, Resi Gotama
benda tersebut nanti, dialah pemiliknya. Maka, Anjani, Guwarsi dan Guwarsa
melayang melintas di balik bukit. Cupu tersebut lalu terpisah menjadi dua, bagian
mangkuk jatuh ke tanah dan berubah wujud menjadi sebuah telaga bernama
Nirmala, sedangkan tutupnya jatuh menjadi telaga Sumala. Sementara itu Anjani,
Guwarsi dan Guwarsa yang mengira cupu tersebut jatuh ke dalam telaga di tengah
hutan itu, langsung saja mendekati telaga Nirmala. Menurut cerita kutukan Resi
Gotama, untuk orang yang sedang diliputi rasa serakah keduniawian bila tersentuh
air telaga tersebut maka bagian tubuh yang mengenai air tersebut akan berubah
dan menyelam ke dalam telaga, mencari cupu tadi. Sementara Anjani yang tidak
seberani kedua adik lelakinya hanya termangu berdiri di pinggir telaga. Namun,
telaga tersebut, agar merasa segar. Segera saja kedua tangannya sampai siku
layaknya seekor kera. Akan halnya Guwarsa dan Guwarsi, merekapun segera
badannya menjadi kera. Sungguh suatu malapetaka yang hebat, membuat mereka
bertiga amat terpukul. Tidak ada lagi wajah mempesona Anjani, tidak tersisa lagi
inipun saling berpelukan menangisi kejadian yang menimpa diri mereka. Dengan
penuh penyesalan mereka kembali ke pertapaan dan mohon pada ayahanya agar
wujud mereka dikembalikan seperti semula, tapi Resi Gotama mengatakan bahwa
perubahan wujud mereka sudah tidak dapat dirubah. Namun, walaupun berujud
kera, mereka masih dapat menunaikan darma. Untuk itu, mereka disarankan untuk
Guwarsi dan Guwarsa yang diberi nama baru oleh ayahnya menjadi Subali dan
petunjuk ayah mereka, Anjani bertapa dengan gaya berendam telanjang seperti
Demikianlah. Anjani, Subali & Sugriwa nglakoni tapabrata selama berhari hari,
mereka.
Pada satu masa di dekat negri Alengka (tempat para raksasa), tersebutlah
sebuah pertapaan yang disebut dengan Gunung Sukendra. Hiduplah Resi Gotama
dengan istrinya Dewi Windradi, seorang bidadari keturunan Bathara Asmara. Dari
ditinggal suaminya untuk bertapa. Dewi Windradi yang selalu merasa kesepian
akhirnya tergoda oleh panah asmara Bhatara Surya (dewa Matahari). Terjadi saat
sang dewi sering berjemur telanjang mandi sinar matahari di pagi hari. Terjalinlah
hubungan asmara rahasia yang bertahun-tahun tidak diketahui oleh Resi Gotama,
dan jelas gambaran surga yang serba polos, suci dan penuh kenikmatan.
Sedangkan dari tutupnya akan dapat dilihat dengan jelas seluruh kehidupan semua
commit to user
makluk yang ada di jagad raya. Sedangkan khasiat kesaktian yang dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
Cupumanik Astagina ialah dapat memenuhi semua apa yang diminta dan menjadi
keinginan pemiliknya. Bhatara Surya telah berpesan jangan sekali-kali cupu itu
ditunjukkan apalagi diberikan orang lain, walaupun putranya sendiri. Kalau pesan
Cupumanik Astagina, yakni sebuah alat yang berkhasiat untuk melihat menikmati
keindahan alam dunia. Dewi Anjani menyaksikan, betapa ibunya asyik dengan
Cupu Manik Astagina, yang dikiranya alat itu adalah mainan. Karena rasa
cintanya yang begitu besar pada Dewi Anjani, Dewi Windradi mengabaikan pesan
karena takut putrinya itu akan mengadukan soal adanya Cupumanik Astagina
pada Resi Gotama, suaminya. Dewi Windradi mewanti-wanti agar Dewi Anjani
sampai ada orang yang mengetahui adanya alat permainan itu", kata Dewi
Windradi. Namun Dewi Anjani ternyata tidak mematuhi pesan ibunya. la justru
Cupumanik Astagina.
yang sedang samadi. Ia mendatangi ketiga anaknya dan melihat apa yang mereka
mengenai asal usul Cupumanik Astagina. Karena takut, Dewi Windradi bungkam,
tak berani menjawab. Kepada Dewi Windradi yang diam saja waktu ditanya, Resi
Gotama pun berkata: "Ditanya kok diam saja, seperti tugu ..." Kesaktian Resi
Resi Gotama marah dan cupu itu dilemparkannya jauh-jauh. Kepada ketiga
anaknya itu dan berkata : “Siapa yang dapat menemukan cupu itu, maka ia boleh
Mandirda (di pewayangan disebut Telaga Sumala, "mala" artinya cacat, penyakit,
dosa, atau kesalahan; "su" berarti banyak atau sangat, sedangkan Telaga Nirmala
artinya bebas dari penyakit, karena "nir" berarti bebas atau tidak terkena).
Guwarsa dan Guwarsi yang larinya lebih cepat dibandingkan Dewi Anjani,
sampai ke telaga itu lebih dahulu. Kedua kakak beradik itu segera terjun dan
menyelam ke dalam air telaga mencari Cupumanik Astagina. Dewi Anjani yang
datang lebih lambat, sampai ke telaga itu dalam keadaan lelah. la segera
membungkuk dan mencuci muka dengan air telaga itu untuk menghilangkan
lelahnya. Sementara itu, dua pengasuh Guwarsa dan Guwarsi yaitu Menda dan
Jembawan, berlarian pula mengikuti anak asuhannya. Mereka pun ikut terjun ke
telaga.
Guwarsa dan Guwarsi telah berubah ujud menjadi kera. Sedangkan Dewi Anjani,
hanya wajahnya saja yang berubah ujud menjadi kera, tetapi tubuhnya tetap
manusia biasa. Wajah keranya, tidak mengurangi keindahan tubuh Dewi Anjani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
yang masih remaja itu. Menda dan Jembawan, yang juga berubah wujud menjadi
kera, selanjutnya disebut Kapi Menda dan Kapi Jembawan. Kapi berarti kera.
Ketiga anak Resi Gotama menyesal sekali atas kejadian yang mereka
alami. Mereka lalu kembali ke pertapaan. Resi Gotama menyarankan agar anak-
anaknya mau menerima takdir. Selain itu ia juga mengganti nama mereka.
Keduanya disuruh pergi ke tengah hutan untuk bertapa. Dewi Anjani pun
air Telaga Nirmala selama berbulan-bulan. Selama bertapa itu Dewi Anjani hanya
memakan apa saja yang hanyut di permukaan air telaga itu. Sementara Subali
melakukan tapa ngalong (seperti kelelawar) dan Sugriwa melakukan tapa seperti
Dari ketiga versi cerita penulis mendapatkan bahwa Sugriwa, Subali dan
termasuk warga Desa Berjo Wayang menjadi simbolisme bahkan juga pandangan
hidup. Mereka menganggap cerita tentang Sugriwa, Subali dan Anjani (tokoh
budaya yang pantas dipegang teguh untuk genarasi mereka sebelumnya, generasi
commit
bersikap selaras untuk saling menjaga to user Hal ini yang akhirnya membuat
kerukunan.
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
masyarakat Berjo selalu mencoba untuk berjalan dalam koridor yang benar.
Sugriwa, Subali dan Anjani mampu membawa sebuah tuntunan, nasehat dan nilai
hidup yang ada dalam peristiwa kehidupan. Melalui cerita Sugriwa, Subali dan
Anjani masyarakat diajak kejalan yang benar, selalu menjaga keseimbangan hidup
Bagi sebagian orang cerita Sugriwa, Subali dan Anjani dianggap sesuatu
yang tidak masuk akal. Tetapi untuk masyarakat Berjo keberedaan cerita itu
begitu diakui, dipercaya dan sudah melekat sampai sekarang karena mereka
menganggap bahwa tokoh pewayangan itu memiliki kekuatan yang tidak dimiliki
manusia biasa. Masyarakat Desa Berjo begitu percaya tentang kekuatan “sekti”
(sakti) yang dimiliki oleh Sugriwa, Subali dan Ajani sehingga menjadi pangkal
dari berbagai peristiwa alam yang menyangkut kehidupan masyarakat disana yaitu
dengan adanya Telaga Madirda yang sampai saat ini masih ada.Mengenai
pengakuan yang ada tentang cerita dan keberadaan telaga merupakan legitimasi
Madirda membuat masyarakat Desa Berjo tidak ragu untuk yakin percaya.
Walaupun tidak rasional tetapi kejadian yang ada atau orang-orang yang ngalap
keberdaan cerita. Dengan peristiwa seperti itulah akan membuat cerita Telaga
Madirda akan diakui terus oleh generasi selanjutnya karena mereka akan
Madirda
sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi
yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan,
Kata tradisi cenderung dimaknai sebagai segala sesuatu yang berasal dari
adanya di masa lalu. Tradisi pasti mengalami proses seleksi atau bongkar ulang
kekuasaan yang bermain di sekitarnya. Hal itu tercermin dari tradisi upacara
Nyadran dan Bersih Dusun yang mempunyai makna yang luas. Semua dimaknai
sebagai sesuatu yang berasal dari masa lampau ia tidak bersifat tunggal. Tidak
dan kebaikan meskipun baik dan benar itu bukan semata karena dirinya sendiri
melainkan juga karena dihadirkan sesuai dengan ikatannya pada kekinian. Maka
oleh sebab itu tradisi upacara Nyadran dan Bersih Dusun ini adalah sebuah
a. Nyadran
merupakan salah satu ciri khusus kebudayaan Jawa. Masalah ini erat
masyarakat Jawa dengan Tuhan Yang Maha Esa itu berbentuk beraneka macam
laku ritual bersifat spiritual, seperti ziarah, nyadran, kenduri, tirakat, dan lain-
lain.
karena pengaruh budaya lain yang masuk dan menyatu dengan budaya Jawa.
Menurut Ketua program studi S2 Kajian Budaya UNS Solo, Prof Bani Sudardi
ketika menyampaikan kajian pada seminar. Bahwa tradisi spiritual Jawa memang
bersifat dinamis, selalu mengalami perubahan. Budaya spiritual Jawa selalu dapat
menyatu dengan situasi dan kondisi yang ada. Dan biasanya tradiisi spiritual Jawa
tidak bersifat homogen. Seperti tradisi Nyadran yang sampai sekarang masih
dianut oleh masyarakat Jawa. Apabila dicari akar permasalahannya, laku spiritual
pada tradisi Nyadran tidak menganut pada ajaran agama kalau bulan Ruwah harus
dapat dilakukan kapan saja tidak harus pada Bulan Ruwah. Dan Nyadran dalam
pengertian Islam maknanya sangat simpel dan gampang yaitu agar orang yang
masih hidup selalu ingat bahwa nantinya akan mati juga. Maka sewaktu masih
hidup selalu berbuat yang baik, tidak melanggar norma-norma agama. (Jagad
Tradisi Nyadran itu kalau diteliti ternyata sudah berlaku sejak jaman
lain merupkan cara untuk berbakti kepada orang tua yang berkaitan dengan
percaya dan kepercayaan. Masyarakat Jawa Kuno meyakini bahwa leluhur yang
telah meninggal dunia sebelumnya masih ada dan mempengaruhi kehidupan anak
cucu atau keturunannya (Budi Puspo Priyadi dalam situs www. Kompas Co).
Tradisi ini tidak menganut pada agama tertentu, tetapi pada jaman sekarang selalu
sekarang ini dilakukan oleh semua orang yang beragama. Tradisi Nyadran tidak
hanya terbatas pada agama Islam saja. Namun tradisi Nyadran juga dilakukan
orang-orang penganut agama Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain, maka mereka
mempunyai sifat mudah menyatu dengan kebudayaan lain. Hal seperti ini juga
Hayuning Bawana”, yaitu keadaan yang serba harmonis pada lingkungan tempat
Kebudayaan kalau dilihat dari antropologi, teologi, sosial, agama, dan sejarah
sebagai “agama kerakyatan” di dalam kitab agama dinilai sebagai laku agama
yang sangat simpel dan sinkretis. Kemudian dianggap menyimpang dari ajaran
commitagama
agama yang resmi, selanjutnya bacaan to userrakyat ini akan selalu berlawanan
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
dengan bacaan agama yang dianut oleh para ulama, para ahli teologi dan orang-
orang yang merasa dan menganggap dirinya menguasai, menganut ajaran agama
yang benar dan kemudian tumbuh penilaian kalau ziarah untuk Nyadran dan
tradisi spiritual ziarah lainnya dianggap bukan suatu ajaran agama bahkan
leluhur, sesama, dan Tuhan Yang Maha Esa atas segala ciptaan-Nya. Nyadran
Islam, sehingga nampak adanya lokalitas yang masih Islam. Nyadran adalah
masyarakat Berjo tiap bulan Ruwah selalu datang berkunjung ke makam yang
Apa yang terjadi di Desa Berjo tradisi Nyadran yang merupakan tradisi
peninggalan para leluhur masih lestari dijalankan. Pada setiap bulan Ruwah warga
bersama-sama membersihkan makam para leluhur yang ada di Desa Berjo, ini
adalah ajaran yang mengandung persaudaraan dan gotong royong untuk menjaga
makam leluhur di desanya. Bahkan beberapa warga yang sudah tidak berdomisili
di desa tersebut atau merantau ke daerah lain masih sangat antusias untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
a) Penyelengaraan
dari masyarakat Berjo dan peziarah lain yang dikumpulkan pada beberapa
Nampan gedhe (tempat sesaji selamatan). Setelah undangan dan sesaji sudah siap
semua pengunjung dan masyarakat membawa sesaji yang sudah disiapkan menuju
b) Waktu upacara
tepatnya pada tanggal 15 Ruwah (bulan Jawa), atau tanggal 1 Agustus 2010 dua
minggu sebelum bulan Ramadan. Ritual ini dilaksanakan sekitar jam 10.00
sampai selesai.
c) Pelaksanaan upacara
dan para peziarah yang lain. Adapun susunan acara upacara Nyadran sebagai
berikut:
1. Pembukaan
berjalan lancar.
Sambutan ini diisi oleh Kepala Desa Berjo yaitu bapak Dwi Haryanto.
Sambutan oleh Kepala Desa Berjo berisikan tentang rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang selama ini telah diberi keselamatan dan
berkah.
Berisikan doa dan permohonan dari masyarakat Desa Bejo dan para
dalam hidup.
5. Upacara Nyadran
Acara puncak ini biasanya dilaksanakan para masyarakat dan peziarah yang
d) Perlengkapan Upacara
terkandung bisa dihayati oleh mayarakat Berjo khususnya dan masyarakat umum
pada umumnya.
tertentu secara fisik dalam prosesi upacara dalam Nyadran. Dari makna-makna
nantinya akan menjelaskan akan simbol yang tersimpan di dalamnya. Hasil dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
penelitian berupa deskripsi data makna simbolis upacara Nyadran di Desa Berjo
Kabupaten Karanganyar.
berikut:
1. Tumpeng
Tumpeng yaitu nasi yang terbuat dari beras yang ditaruh dalam Nampan
gedhe yang di dalamnya berisi banyak hasil pertanian dan laut. Nasi tumpeng.
Kata “tumpeng” berasal dari kata Tumungkula Sing Mempeng, artinya kalau ingin
bahwa semakin hari manusia harus senantiasa ingat kepada Tuhan. Tumpeng juga
sebagai penjelmaan alam semesta, dimana nasi berwujud gunung dikelilingi oleh
hasil bumi berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan darat/air. Tumpeng tadi berisi
banyak aneka hasil pertanian dan laut. Berbeda dengan tumpeng yang biasanya
tumpeng yang berada dalam tradisi Nyadran ini hanya berupa nasi yang berbentuk
kerucut dan hasil-hasil pertaniannya berada semua di atasnya. Hal ini bermakna
dalam bentuk dari kerucut dan hasil pertanian berada di bawah yang mengelilingi
tersebut bahwa sebagai manusia hendaknya selalu berikhtiar dan doa dihadapan
Tuhan Yang Maha Esa atau dalam peribahasa Jawa adalah Ngelmu iku kalakone
kanthi laku.
Sajen kedua diwujudkan dalam bentuk pisang raja dan pulut, kendi
umpluk-umpluk di atas daun dadap srep, kremukan, cerutu, sambel gepeng, nasi
commit
putih, jenang abang putih, jajan pasar to user
(srabi setangkep, getuk, wajik, jadah, arem-
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
diupayakan selalu berhasil dan tercapai. Simbolik ini membuktikan bahwa dalam
mencapai sesuatu harus selalu berusaha dan doa agar semua keinginan bisa
terkabul. Peribahasa Jawa juga menyatakan bahwa “Sapa temen bakale tekan”
3. Kuluban
para peziarah lain di antaranya: kacang, tomat, cabai, jagung, dan lain-lain. Sayur-
sayuran ini melambangkan tentang urip, urup, dan urap. Urip artinya harus selalu
sadar dari mana seseorang hidup, apa yang dikerjakan selama hidup, dan
kemanakah tujuan setelah mati, Urup artinya selama hidup harus mempunyai arti
bagi sesama, lingkungan, agama, bangsa dan Negara, Urap artinya dalam
4. Pisang susu
biasanya menyebutnya pisang susu karena rasa dan warnanya seperti susu. Pisang
adalah sesaji yang tidak akan lepas dalam semua tradisi. Masyarakat Desa Berjo
mempercayai upacara masih kurang lengkap apabila tidak ada pisang beserta
buah-buah dan hasil sayur-mayur. Pisang ini merupakan sebuah simbol dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
5. Kembang setaman
kanthil, mawar merah dan putih, serta kenanga. Kembang setaman ini merupakan
lambang nafas manusia, karena semua yang dihadapkan manusia merupakan guru
bagi perjalanan hidupnya. Seperti taman bunga sebaiknya manusia belajar dari hal
yang baik sehingga kehidupannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang
Dupa dan kemenyan adalah sejenis alat pengharum yang berupa bubuk
atau lidi yang cara pengunaannya dibakar. Dupa atau kemenyan dari jaman
Yang Maha Esa. Bau-bau yang harum merupakan lambang indra penciuman yang
jujur. Jika mencium wewangian akan dikatakan harum dan sebaliknya jika
mencium bau busuk akan dikatakan busuk. Hal ini dimaksudkan agar dalam
berdoa/ memohon seharusnya dengan setulus hati dan kesungguhan hati disertai
1. Tujuan:
pendatang.
b. Sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang selalu diberi rizki kepada
masyarakat Berjo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
2. Manfaat
b. Bagi Dinas Pariwisata bisa dijadikan sebagai objek wisata ziarah dan
b. Bersih Dusun
Oleh karena itu alamlah yang menjadi pusat perhatian pandangan hidupnya.
Segala sesuatu akan diupayakan demi kesuburan tanah yang menjadi pusat
perhatian pandangan hidupnya. Setiap bulan suro pada hari Kamis Kliwon
Semua masyarakat meliburkan diri untuk tidak bekerja (tak ada aktivitas
sama sekali) ditakutkan mengikuti upacara adat istiadat selamatan yang dipimpin
oleh sesepuh yang bernama Mbah Wiro dengan membawa sesajen berupa
tumpeng sega gurih, pitik ingkung, gedhang setangkep, apem, dan kembang yang
badan wadakipun dipun tampi ibu pertiwi, badan sukmanipun dipun tampi
sakabehe dosane sawah kosok wangsulipun swargi Eyang Jaya Negara anak
putune ingkang sami manggen wonten dusun Tlogo ngriki pinarengan slamet
sedayanipun lan mugi-mugi gampila anggenipun luruh sandang teda siang patara
commit to user
ratri kenging nyekapi brayatipun sedaya”.
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
Sampai generasi sekarang ini masih dilestarikan karena dirasa masih ada
nilai-nilai yang memang urgen dan esensi, adapun tujuannya adalah sebagai
berikut:
ditinggalkan.
Tumpeng yaitu nasi yang terbuat dari beras yang ditaruh dalam Nampan
gedhe yang di dalamnya berisi banyak hasil pertanian dan laut. Pengertian
tumpeng pada tradisi Bersih Dusun sama dengan nasi tumpeng pada Nyadran
hanya saja yang menjadi ciri khas dalam tumpeng ini akan selalu ada ikan asin
yang ada di dalamnya. Kata “tumpeng” berasal dari kata Tumungkulo Sing
mengartikan bahwa semakin hari manusia harus senantiasa berserah diri kepada
Tuhan dan tumpeng juga sebagai penjelmaan alam semesta, dimana nasi berwujud
gunung dikelilingi oleh hasil bumi berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan darat/air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
Tumpeng tadi berisi banyak aneka hasil pertanian dan laut. Berbeda dengan
tumpeng yang biasanya tumpeng yang berada dalam tradisi Bersih Dusun ini
hanya berupa nasi yang tidak berbentuk kerucut dan hasil-hasil pertaniannya
berada semua di atasnya. Hal ini bermakna dalam bentuk kerucut tersebut bahwa
sebagai manusia hendaknya sama/ sederajat di hadapan Tuhan Yang Maha Esa
2. Pitik Ingkung
Pitik Ingkung (Ayam ingkung), ayam yang digunakan adalah ayam jago
kesalahan atau banyak orang yang mengatakan masih suci. Ingkung juga
3. Gedhang Raja
kewibawaan, keluhuran dan juga kemuliaan. Pisang adalah sesaji yang tidak akan
lengkap apabila tidak ada pisang beserta buah-buah dan hasil sayur-mayur. Pisang
ini merupakan sebuah simbol dari ketulusan suci hati seseorang yang sedang
berdoa.
4. Apem
Apem adalah makanan yang terbuat dari tepung gandum yang dibentuk
bulat seperti uang logam yang melambangkan permintaan maaf dari manusia yang
memiliki banyak kesalahan, karena tidak mungkin manusia itu tidak mempunyai
5. Kembang setaman
kanthil, mawar merah dan putih, serta kenanga. Kembang setaman ini merupakan
lambang nafas manusia, karena semua yang dihadapkan manusia merupakan guru
bagi perjalanan hidupnya. Seperti taman bunga sebaiknya manusia belajar dari hal
yang baik sehingga kehidupannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang
Dupa dan kemenyan adalah sejenis alat pengharum yang berupa bubuk
atau lidi yang cara pengunaannya dibakar. Dupa atau kemenyan dari jaman
biasanya digunakan untuk mengiringi suatu doa, permohonan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Bau-bau yang harum merupakan lambang indra penciuman yang jujur.
Jika mencium wewangian akan dikatakan harum dan sebaliknya jika mencium
bau busuk akan dikatakan busuk. Hal ini dimaksudkan agar dalam berdoa/
memohon seharusnya dengan setulus hati dan kesungguhan hati disertai kejujuran
c. Padusan
Rangkaian berbagai adat tradisi yang dijalani orang Jawa punya tujuan,
yaitu mempersiapkan diri agar bisa memasuki dan menjalani semua kewajiban di
Bulan Puasa yang penuh berkah itu dengan baik. Rangkaian tradisi itu dimulai
dari padusan. Bila dilihat dari aturan agama Islam, rangkaian tradisi seperti itu
sepertinya tidak Islami, karena dalam ajaran agama Islam tidak ada mengenai
meskipun bukan ajaran agama Islam, tradisi tersebut merupakan “kearifan lokal”
Padusan berasal dari kata pa + adus + an, pa berarti tempat, adus berarti
mandi, an berarti akhiran. Padusan diartikan sebagai sarana menyucikan diri atau
badan secara lahir batin untuk menyambut datangnya Bulan Puasa. Lokasi
sungai, sendang, belik, umbul atau sumber air lainya. Dan kebetulan yang ada di
Padusan di Telaga Madirda. Bagi masyrakat Jawa yang masih mengikuti tradisi
Laku Padusan akan lebih memberi berkah apabila dilakukan di sendang, belik,
sungai, atau sumber air alami lainnya yang berhubungan dengan tempat untuk
bertapa pada jaman dahulu serta mempunyai nilai mistik yang tinggi dan keramat.
Dengan melakukan Padusan diharapkan secara lahir dan batin bisa bersih dari
kotoran, maka akan mudah untuk menjalani semua kewajiban pada Bulan Puasa.
bagi masyrakat Jawa yang menjalani ajaran agama Islam, masih sebatas Islam
dengan tradisi yang masih hidup. Seperti tradisi Padusan yang berupa mandi
keramas, bagi orang Jawa diartikan sebagai laku menyiapkan fisik dan batin
ketika memasuki bulan puasa hatinya sudah bersih dan suci (Jagad Jawa no 36
commit to user
September 2007)
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
Bulan puasa adalah bulan yang mengandung banyak harapan, laku batin
seperti itu, sampai sekarang masih banyak masyarakat Jawa memilih melakukan
tradisi Padusan di telaga atau sumber air yang dipercaya mengandung sejarah
Karanganyar.
telaga sehari sebelum puasa, salah satu warga (Warno Hartopo, 34 tahun)
mengungkapkan bahwa tradisi ini sudah dia jalani ketika dia masih SD sampai
dengan semua warga dan tetangga. Kegiatan padusan juga dimanfaatkan untuk
1. Unsur-Unsur Mitos
tetapi hanya berdasarkan anggapan dan kepercayaan semata. Mitos bukan suatu
pembuktian kebenaran, tetapi yang lebih diperhatikan dan terpenting adalah hasil
akhirnya atau akibat dari adanya mitos. Mitos tidak dianggap sebagai hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
irasional, tetapi mitos adalah suatu realitas atau kenyataan. Pada umumnya cerita
masyarakat yang sifatnya bebas, tidak perlu adanya suatu aturan-aturan yang
masyarakat dahulu.
Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon Telaga Madirda ramai dikunjungi orang-orang
dari daerah asal maupun dari luar kota, mereka yang datang ke Telaga biasanya
melakukan upacara Nyadran, Ngalap Berkah, sebagai suatu tradisi yang sudah
ada dari dahulu, tradisi ini hingga sekarang masih dilakukan masyarakat. Karena
masyarakat percaya jika mereka Ngalap Berkah di Telaga Madirda mereka bisa
mewujudkan atau mendapatkan apa yang menjadi keinginan mereka. Banyak dari
para pengunjung yang datang ke Telaga Madirda untuk mencari berkah. Karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
Telaga Madirda mengandung nilai mistik sampai saat ini selalu di agung-
Air yang ada di Telaga Madirda dianggap oleh warga sebagai air yang
menyuburkan tanaman mereka bagi yang bercocok tanam. Bahkan bagi yang
serta membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya gaib sebagai suatu
tradisi laku pelaku dapat merasakan bersatu dengan alam, yang dimaksud disini
agungkan oleh masyarakat Berjo yaitu Sugriwa, Subali dan Anjani. Saat
malakukan ritual Ngalap Berkah seluruh tubuh ini merasakan bersatu padu
dengan alam dan tokoh yang disakralkan ditempat ini atau Telaga Madirda akan
memasuki sukma tubuh dan jiwa. Pada saat ritual Ngalap Berkah atau tradisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
juga dapat menyembuhkan penyakit. Penulis mendapat cerita dari Juru Kunci
bahwa ada seorang bapak yang masih berasal dari Ngargoyoso mengadukan
bahwa anakanya yang masih balita belum bisa jalan padahal umurnya hampir 2
tahun maka bapak tadi meminta bantuan kepada Juru Kunci untuk memberikan
kesembuhan pada anakanya. Maka bapak tadi di suruh bertapa semalam suntuk
dan membawa air dari telaga untuk dibawa pulang dan diusapkan ke kaki
anaknya. Dua bulan kemudian bapak tadi kembali menemui Juru Kunci dan
mengucapkan terima kasih karena berkat bantuannya dan air telaga anaknya kini
sesajen di Telaga Madirda pada hari Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon.
masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
yang disakralkan di sumber mata air Telaga Madirda karena fungsi dari
pohon beringin itu sebagai pusat ekosistem yang mampu mengambil unsur
hara dari dalam tanah menjadikan air yang keluar ke permukaan bumi
terbebas dari toksin unsur hara (zat yang baik untuk kesuburan tumbuhan
jenis hewan. Dengan masyarakat Berjo menjaga mitologi yang sudah ada,
Mitos mengajarkan pada manusia bahwa alam yang dipijak selama ini
perlu adanya perawatan, mitos yang beredar dalam kehidupan masyarakat. Sikap
hidup yang masih terjaga dan terawat dalam lingkungan Desa Berjo adalah sikap
yang masih menganggap bahwa alam adalah tempat manusia dalam memenuhi
kebutuhan.
di dunia ini. Mitos tidak hanya sekedar laporan dari peristiwa yang terjadi saja,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
tetapi juga mengenai upacara-upacara tentang dunia gaib sekitar, tentang dewa
bahkan mitos memberikan arah kepada manusia. Mitos memberi kesadaran pada
manusia bahkan dalam alam semesta ini ada kekuatan-kekuatan gaib. Dimana
manusia ikut berpartisipasi dan ikut menghayati kekuatan gaib. Mitos juga
dunia.
Kekuatan bahwa dunia itu kaya akan cerita-cerita yang mengandung suatu
filsafat yang dalam, gambaran-gambaran yang ajaib dan adat istiadat yang
beraneka warna, namun dunia penuh dengan cerita-cerita mistis dan upacara-
upacara mistis, cerita-cerita mistis berfungsi untuk menangkis mara bahaya dan
mengandung gambaran gaib yang dibuktikan dengan asal muasal Telaga Madirda
itu ada, bahwa Cupu manik Astagina yang dibuang menjadi sebuah telaga. Mitos
ini diyakini masyarakat Berjo bahwa pernah terjadi dan mempengaruhi kehidupan
mereka. Adat istiadat yang dilakukan masyarakat sekitar Telaga Madirda untuk
tahunnya masyarakat Berjo percaya dapat terhindar dari bencana alam dan juga
commit to user
memiliki tujuan untuk menjaga keselamatan hidup seluruh warganya.
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
sumber air itu tidak baik seperti sumur, sendang atau telaga, yang merupakan
suatu larangan yang begitu nyata karena itu adalah merupakan sumber air, airnya
dibutuhkan oleh banyak umat manusia, begitu juga dengan air Telaga Madirda
yang dibutuhkan oleh masyarakat Berjo. Dengan banyaknya air maka masyarakat
limpahan air, meskipun datangnya musim kemarau sekalipun. Mitos tentang air
yang sudah sejak jaman dahulu dan sampai sekarang ditakdirkan sebagai tujuan,
kurang bisa diterima oleh akal sehat manusia, namun sebagian besar masyarakat
dunia yang dipijak manusia juga perlu adanya penghormatan dengan melakukan
Mitos juga merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia,
walaupun belum tentu diyakini kebenarannya, mitos adalah sesuatu makna atau
commit to user
petuah kehidupan yang dapat dijadikan pedoman hidup. Cerita Rakyat Telaga
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
Madirda memberi keyakinan bahwa air yang ada didalamnya memberi kekuatan
tersebut tidak dilakukan maka yang bersangkutan akan mengalami hal yang sama
Menurut pernyataan juru kunci ada orang yang ngalap berkah di Telaga
lebih baik. Usaha perdagangan sayurannnya lebih laku, lebih lancar sehingga
melakukan do’a di telaga karena sudah merasakan sendiri bagaimana tuah dari
Warga Dusun Tlogo jika memasak untuk acara kendurian tidak pernah
dicicipi. Hal ini dikarenakan jika masakan dicicipi terlebih dahulu masyarkat
percaya bahwa sesajen yang mereka gunakan untuk upacara nyadran tidak akan
diinginkan seperti halnya masakan yang digunakan akan menjadi basi. Maka
5. Mitos Larangan Tidak Boleh Memasak Bagi Ibu-Ibu Harus Dengan Keadaan
Suci Tidak Boleh Memasak Dalam Keadaan Kotor Apabila Memasak Untuk
Acara Nyadran
harus dengan keadaan bersih atau suci tidak berhalangan (haid) atau dalam
keadaan kotor. Hal ini mempunyai alasan karena Nyadran adalah suatu ritual yang
sakral dan do’a untuk para leluhurnya. Masyarakat menganggap hal tersebut
6. Mitos Bahwa Hanya Juru Kunci Yang Bisa Memiliki Bunga Kanthil
Ada kepercayaan yang menyatakan bahwa hanya Juru Kunci saja yang
bisa memiliki bunga kanthil, karena bunga itu akan tumbuh dengan sendirinya
dirumah seseorang yang terpilih melalui tumbuhnya bunga kanthil tanpa harus
Cerita rakyat lisan, yaitu disebarkan dari mulut kemulut dengan tutur kata
yang mempunyai kelemahan, karena apa saja yang diteruskan melalui lisan
karena orang sengaja menambahi cerita dalam penceritaannya kepada orang lain.
Cerita rakyat bukan hanya pemikiran dengan intelektual dan bukan pula
dengan logika manusia, tetapi lebih dari itu merupakan orientasi spiritual
supranatural untuk berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Bagi masyarakat
yang ada dalam cerita (khususnya cerita rakyat) dengan memelihara dan
menghayati cerita itu supaya tidak lekas punah begitu saja tanpa ada pelestarian
dan pengembangan.
Cerita rakyat diartikan sebagai salah satu karya sastra (cerita) yang lahir
masyarakat itu telah mengenal huruf atau belum, disebarkan secara lisan, dan
disebarkan antara kolektif tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama dan
harus dengan cara berhati-hati. Karena bila mempergunakan cerita rakyat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
berbentuk prosa akan timbul suatu pemuasan seseorang yang diproyeksikan dalam
bentuk cerita.
Cerita Rakyat Telaga Madirda sebagai milik masyarakat berfungsi sebagai alat
petilasan Sugriwa, Subali, Anjani sebagai tempat keramat atau sakral. Masyarakat
dengan panca indra. Hal itu tidak dapat dipungkiri karena masyarakat di desa
yang dianggap keramat misalnya keris, dan benda-benda pusaka lainnya yang
dianggap memiliki kekuatan gaib, sehingga banyak orang yang ke tempat tersebut
dengan tujuan ngalap berkah yaitu ingin mendapatkan berkah, baik mendapatkan
Sugriwa, Subali dan Anjani, maka masyarakat umum dan masyarakat Desa Berjo
banyak didatangi orang yang ingin ngalap berkah supaya apa yang diinginkan
tercapai atau terkabulkan. Biasanya masyarakat yang datang untuk ngalap berkah
pada hari Kamis malam Jum’at. Menurut kepercayaan orang Jawa pada hari
Kamis malam Jum’at adalah hari istimewa karena merupakan hari penuh berkah
pelestariannya dilakukan oleh generasi muda dan generasi tua. Yaitu dengan acara
syukur yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan informasi yang
bahwa telaga tersebut keramat dan sakral, sehinggga mereka berusaha untuk
melestarikan, menjaga dan merawat Telaga Madirda agar tidak terjadi kepunahan.
cerita rakyat terlebih lagi Telaga Madirda dikenal sebagai tempat yang memiliki
kekuatan linuwih.
cerita.
istiadat kelompoknya. Sama halnya dengan filsafat, ilmu pengetahuan serta agama
memberi jawaban terhadap masalah yang tidak dapat dijawab oleh filsafat dan
akal dan pikir, sedangkan agama mengajarkan kebenaran berdasarkan moral yang
cerita tentang karya orang-orang besar, cerita tentang paahlawan yang dikisahkan
secara otomatis dipatuhi dan dihormati oleh setiap pendukung dan generasinya
dimana cerita rakyat itu tumbuh dan berkembang. Cara semacam ini memang
lazim digunakan oleh hampir semua masyarakat, karena dengan cara ini akan
Dilihat dari segi pendidikan, dapat dilihat semua cerita rakyat dituturkan
pendidikan moral, pendidikan agama, pendidikan cinta, baik cinta terhadap tanah
kejiwaan pada pelakunya atau tokoh-tokohnya apabila dilihat dari segi psikologis
pengkhianatan, kejujuran, dan lain sebagainya. Latar belakang cerita rakyat juga
untuk mempertebal rasa taat dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hormat
commit to
Kabupaten Karanganyar dapat diambil user dan manfaatnya bagi generasi
hikmah
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
penerus pada khususnya sebagai alat pendidikan, dan bagi masyarakat yang
mengenal cerita rakyat. Cerita Rakyat Telaga Madirda sebenarnya juga dapat
bermanfaat dalam pendidikan yang pantas untuk ditiru dan direalisasikan dalam
Cerita Rakyat Telaga Madirda adalah salah satu dari sekian banyak hasil
kebudayaan warisan dari nenek moyang kita. Dan secara umum kebudayaan
tersebut dapat dikelompokan kedalam dua unsur besar, yaitu kebudayaan fisik dan
non fisik. Kebudayaan fisik berupa wujud dari telaga itu sendiri. Sedangkan
kebudayaan non fisik yaitu berupa pranata, norma, dan sistem nilai yang berlaku
dimana Telaga Madirda memiliki cerita rakyat berfungsi sebagai alat pendidikan
anak (pedagogical device) digunakan oleh para orang tau, agar anak-anak mereka
anatar lain berbuat baik kepada sesama dan saling berbagi kepada sesama. Di
dalamnya juga terdapat pendidikan moral, menganjurkan agar kita tidak sombong
jika memiliki benda/barang yang orang lain tidak memilikinya. Karena dapat
menimbulkan kecemburan dan iri hati. Jika kita menjadi seorang laki-laki agar
Bagi warga Desa Berjo cerita mengenai Sugriwa, Subali dan Anjani selain
commit
dapat menghibur anak-anak, juga dapatto memberikan
user suatu pendidikan moral
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id
kepada anak mereka. Anak-anak mereka menjadi lebih peduli kepada lingkungan
Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang
di dalam masing-masing dirinya sendiri. Salah satu unsur yang penting di dalam
Cerita Rakyat Telaga Madirda yaitu unsur pendidikan untuk mendidik manusia
kebinasaan
pepatah mengatakan “di atas langit masih ada langit” yang mencerminkan bahwa
dengan segala kelebihan yang dimikinya, namun pasti masih ada yang
melebihinya lagi. Oleh karena itu kita harus bersifat rendah hati, dan tidak boleh
takabur seperti dalam Cerita Rakyat Telaga Madirda yaitu Anajani yang di
anugrahi kecantikan dan memiliki Cupu Manik Astagiana merasa sombong dan
bangga dengan apa yang ia miliki tetapi akhirnya dengan apa yang ia miliki malah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id
Kolektifnya
bentuk ritual. Rangkaian ritual pada dasarntya merupakan wujud riil pelaksanaan
yang berkaiatan dengan tokoh yang ada dalam Cerita Rakyat Telaga Madirda.
sebagai pedoman tingkah laku atau norma-norma masyarakat yang harus dipatuhi.
terwujud.
dapat menyelamatkan salah satu aset budaya nasional. Cerita rakyat merupakan
yang dapat membentuk pola tingkah laku manusia dan kebudayaan. Cerita rakyat
suatu penghormatan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap dhanyang yang ada
commit to user
di Telaga Madirda. Tradisi mempersembahakan sesajen merupakan tradisi yang
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id
dilakukan masyarakat Desa Berjo dan sekitarnya pada hari-hari tertentu seperti
hari Jum,at Kliwon. Tradisi ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat
Dusun Tlogo, Desa Berjo dan para pendatang baik dari golongan tua maupun dari
golongan muda.
mendapatkan sesuatu yang berharga dan dapat berkomunikasi dengan ruh atau
masih memegang teguh norma-norma yang telah disepakati, baik dosa sengaja
maupun tidak disengaja akan mendapatkan sanksi atau hukuman yang sesuai
masyarakat selalu membuat yang bersangkutan menjadi jera antara lain dengan
c. Sebagai Hiburan
Cerita Rakyat sebagai salah satu bentuk kebudayaan non fisik dapat
commit
dipakai sebagai sarana hiburan, yaitu to user
Cerita Rakyat Telaga Madirda melahirkan
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id
upacara tradisional Nyadran dan acara bersih dusun. Pada malam harinya
terdapat acara yaitu ringgit purwa atau perunjukan wayang sehingga dengan
Yaitu dengan cara menceritakan Cerita Rakyat Telaga Madirda kepada anak cucu
mereka pada waktu mereka beristirahat, sebagai media pengantar tidur. Sehingga
anak cucu mereka akan merasa terhibur jika mendengarkan Cerita Rakyat Telaga
Madirda. Dengan cerita yang disampaikan mereka akan mendapat suatu pesan
moral dan mengenal bagaimana Cerita Rakyat Telaga Madirda yang selama ini
mengenalkan mengenai cerita yang berasal dari daerah sendiri agar tidak punah
dimakan oleh waktu. Sebenarnya cerita rakyat dari daerah tidak kalah baiknya
pengunjung yang datang untuk ngalap berkah terutama pada bulan suro akan
commit
memeberi peluang kepada masyarakat to user
di desa Berjo untuk menambah pendapatan.
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id
misalnya bagi mereka yang ingin berdagang dapat menjajakan dagangannya, bagi
yang memiliki sepeda motor dapat memberi pelayanan jasa antar jemput kepada
pengunjung, karena moda transportasi untuk menuju telaga belum ada angkutan
seperti mobil atau bus. Karena hal itu menyebabkan khususnya masyarakat Desa
Berjo sebagai pendukung Cerita Rakayat Telaga Madirda, menjaga agar lokasi
Telaga Madirda dapat terpelihara dengan, baik karena maerupakan aset yang
karya sastra kosong belaka, tetapi mempunyai tujuan tertentu. Yaitu memberikan
kegunaan, fungsi, dan pelajaran yang baik untuk menambah wawasan masyarakat
ataupun generasi pada saat sekarang ini. Cerita rakyat yang pewarisannya secara
tidak mempunyai dokumen tertulis atau rekaman. Kondisi tersebut ada proses
lupa diri manusia sehingga dapat menjadikan cerita rakyat dengan mudahnya
tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam
waktu yang cukup lama, paling sedikit dua generasi. Keberadaan cerita rakyat
menjadi milik bersama, yaitu masyarakat yang mempercayai adanya cerita dan
yang dilakukan oleh setiap masyarakat akan berbeda-beda pula. Masyarakat bebas
dalam menghayati keberadaan cerita rakyat, dan merupakan bagaian dari fungsi
Telaga Madirda, dapat berguna bagi generasi muda pada masa sekarang ini dan
generasi muda yang akan datang. Dengan mencontoh sebagai ajaran dalam
kehidupan. Pengungkapan dan penilaian suatu karya tidaklah semudah yang kita
pikirkan, bila karya tidak mempunyai fungsi, makna, dan arti bagi masyarakat
pembaca tentu tidak ada yang menanggapi. Karya sastra merupakan ungkapan
penafsiran pertama kali dapat terlihat pada kesanggupan untuk meringkas isi
karya sastra. Jadi karya sastra dapat dipakai sebagai salah satu jembatan untuk
kesusasteraan tidak akan ada apabila tidak ada sebuah karya sastra. Jadi dalam hal
ini kedudukan karya sastra penting sebagai produk budaya yang dinikmati serta
dihayati oleh masyarakat. Karya sastra dapat dibagi menjadi dua yaitu karya sastra
tulis dan karya sastra lisan. Karya sastra yang berbentuk lisan, contohnya cerita
rakyat, cerita rakyat tidak mempunyai pencipta atau pengarangnya. Cerita rakyat
pengarangnya anonim dan pemilik cerita rakyat itu adalah masyarakat sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id
yang memberikan makna terhadap karya satsra yang dihayatinya, sehingga dapat
memberikan reaksi atau tanggapan. Tanggapan yang diambil itu mungkin pasif
memahami karya sastra itu, atau tanggapan aktif yaitu bagaimana seseorang
yaitu tidak ada pengarangnya. Cerita rakyat merupakan karya sastra masyarakat
Telaga Madirda adalah karya sastra yang berbentuk lisan, disebarkan dari mulut
pula. Hal itu disebabkan adanya perbedaan kondisi sosial budaya masyarakat yang
beraneka ragam, seperti status sosial dalam masyarakat, faktor usia dan religi.
Maka dari itu dalam memberikan penilaian terhadap karya sastra yang berbentuk
lisan akan berbeda dari masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya. Dengan
keikutsertaan pembaca atau penikmat, maka cerita rakyat tersebut dapat hidup dan
mengetahui apakah nilai-nilai itu dapat dapat diterapkan atau tidak dalam
Rakyat Telaga Madirda. Di mana di dalam cerita terdapat beberapa ajaran yang
dapat dijadikan panutan atau dapat dicontoh yang kemudian ditiru untuk dijadikan
muda mempunyai cara pandang yang berbeda dalam menghayati inti pokok dari
cerita tersebut, namun kenyataannnya mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu
mempertahankan tradisi yang telah ada seperti ritual/upacara Nyadran dan Bersih
Dusun supaya tidak punah. Selain itu, juga sebagai perwujudan ungkapan rasa
perbedaan yang cukup jelas antara golongan tua dengan golongan muda. Antara
lain tercermin dalam pandangan masyarakat Desa Berjo pada masa kini yang
Madirda dan tokoh dalam cerita. Hal ini dimugkinkan dengan lokasi telaga yang
Madirda untuk sekedar bermaian-main air di sana. Hal ini membuktikan bahwa
golongan muda masih ikut serta dalam menjaga dan melestarikan tradisi dari
masyarakat terhadap Cerita Rakyat Telaga Madirda, apabila cerita hanya sebuah
khayalan belaka yang dibuat oleh masyarakat. Apakah Cerita rakyat Telaga
Salah satunya adalah respendon sendiri masih dibagi menjadi beberapa bagian,
Madirda mengalami perbedaan dan perubahan. Perbedaan itu dapat dilihat dari
sudah tidak mempercayai bahwa cerita tersebut pernah ada dan mempunyai
kekuatan gaib, tetapi untuk kekuatan yang ditimbulkan tetap berasal dari Tuhan
Kebanyakan dari golongan muda tidak mempercayai hal-hal yang tidak masuk
akal. Dikarenakan pola pikir yang sudah maju dan modern. Sebagian golongan
muda menganggap kalau Telaga Madirda adalah tempat untuk rekreasi karena
tempatnya yang sejuk serta sangat cocok untuk memadu kasih. Bagi golongan
muda tradisi padusan di Telaga Madirda sebelum puasa masih mereka lakukan
namun tradisi Ngalap Berkah sudah tidak mereka lakukan. Hanya sebagaian kecil
commit toritual
golongan muda yang masih melakukan user Ngalap Berkah. Namun mereka
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id
masih percaya bahwa Cerita Rakyat Telaga Madirda tersebut benar-benar ada
karena terdapatnya bukti-bukti peninggalan yang masih ada hingga sekarang ini.
kebanyakan dari jawaban mereka hampir sama, yaitu percaya tempat ini memiliki
kekuatan ghaib dan angker tetapi mereka berkunjung ke Telaga Madirda untuk
banyak dan percaya bahwa Cerita Rakyat Telaga Madirda benar-benar terjadi
pada golongan tua mengahayati dengan cara melakukan tradisi yang masih
cara mengunjungi dan melakukan tirakat pada malam harinya. Melakukan tirakat
atau nyepi mencari hari baik dilakukan pada Selasa Pahing dan malam Jum’at
Kliwon. Hal itu dilakukan untuk mnendapatkan berkah dan apa yang dimintanya
akan terkabul.
commitmisalnya
dikeramatkan oleh masyarakat setempat to user Telaga Madirda yang terletak di
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id
Telaga tersebut dipercaya dapat membawa berkah bagi masyarakat yang menjaga
Madirda masih banyak dan percaya akan adanya kekuatan yang timbul dari telaga
itu.
Menurut juru kunci, konon ada lelaki paruh baya yang berasal dari lereng
potong. Dan sekarang, dia tidak hanya sekedar pedagang ayam potong biasa. Juru
secara turun-temurun dari dahulu hingga saat sekarang. Cerita rakyat Telaga
Madirda sangat dipercaya oleh sebagian besar warga masyarakat sekitar Telaga
Madirda. Cara menanggapi dan menghayati Cerita Rakyat Telaga Madirda juga
dan swasta.
a. Petani
pencaharian sebagai petani kebanyakan sama. Mereka percaya dan yakin akan
adanya Telaga Madirda, meraka beranggapan air dari Telaga Madirda merupakan
air pembawa berkah. Karena air dari Telaga Madirda dapat dipergunakan sebagai
sarana pengairan para petani dalam menggarap ladang atau sawahnya, sekalipun
dimusim kemarau. Oleh sebab itulah para petani begitu antusias dalam upacara
ritual Nyadran. Bahkan setiap masa panen tiba mereka melakukan upacara
Kondangan sebagai rasa syukur kerena air telaga tersebut sangat membantu dalam
komplek telaga sebelum mereka memulai musim baru karena dengan membawa
sesajen ke telaga kemudian memanjatkan do’a di telaga para petani percaya akan
b. Swasta
yakin akan keberadaan Telaga Madirda, anggapan bahwa air Telaga Madirda
Desa Berjo yang merantau diluar daerah Ngargoyoso atau bahkan keluar pulau,
mereka sebelum berangkat merantau mengambil sedikit air dari telaga untuk
dibawa ke tempat mereka bekerja dengan tujuan agar selalu memperoleh rejeki
yang cukup sehingga mampu untuk menghadapi tantangan hidup, bahkan ada pula
yang selalu memohon doa agar diberi keselamatan ketika mereka bekerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id
Dua anak dari tetangga Juru Kunci yang bekerja di Jakarta juga dibekali
air dari Telaga Madirda dan menurut penuturannya disana mereka hidup aman,
nyaman dengan pekerjaan yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Air Telaga
Madirda diyakini memberikan berkah serta keselamatan. Namun itu semua bukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
keuangan, selalu mengingat janji, menghargai orang lain (ngajeni), dan suka
tetapi sebagai orang Jawa mereka tidak meninggalkan sifat Jawa yang sudah
mendarah daging dan melekat pada diri mereka sejak mereka dalam kandungan
patang puluh dina, satus dina, mendhak pisan, mendhak pindho dan nyewu
dina. Keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda di Dukuh Tlogo, Desa Berjo,
hal itu terbukti masih banyak orang yang berkunjung ke Telaga Madirda untuk
2. Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan salah satu cerita yang termasuk
commit to user
cerita prosa rakyat yang berbentuk Legenda. Hal ini dibuktikan dengan adanya
101
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id
Telaga Madirda. Selain itu Cerita Rakyat Telaga Madirda, cerita tentang asal
usul Dukuh Tlogo diambil dari kata ‘telaga’ yang menjadi Tlogo oleh
dianggap sebagai tokoh yang linuwih yang disegani oleh masyarakat Desa
kenduri, 5) tidak boleh mencicipi sesajen atau kenduri, 6) bunga kanthil yang
hanya dimiliki juru kunci. Dan juga mempunyai fungsi yaitu : a) sebagai sarana
sarana hiburan. Dampak sosial ekonomi yang timbul pada masyarakat sekitar
dengan adanya Telaga Madirda maupun acara ritual Nyadran dan Bersih
Dusun yang ada di dalamnya yang paling menonjol sebagai sarana menambah
Madirda merupakan warisan budaya dari leluhur harus tetap dijaga dan
dilestarikan secara turun temurun sampai anak cucunya nanti. Bagi golongan
muda mereka percaya bahwa cerita tersebut pernah ada, tetapi kekuatan yang
ditimbulkan tetap berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Golongan muda kurang
yang angker. Namun mereka masih percaya bahwa cerita tersebut benar-benar
ada karena terdapatnya bukti yaitu telaga yang masih ada hingga sekarang.
merupakan tempat yang angker, oleh karena itu golongan tua percaya untuk
Nyadran oleh masyarakat Dukuh Tlogo, Desa Berjo setiap tahun sekali.
B. SARAN
1. Penulis memberikan saran kepada pembaca bahwa masih banyak cerita rakyat
yang ada dalam masyarakat tetapi belum tersentuh dan tergarap. Oleh karena
itu perlu adanya perhatian, kepedulian dan penelitian terhadap cerita rakyat
warisan yang mempunyai nilai tinggi dan sangat berguna bagi generasi
3. Masyarakat Desa Berjo harus mempunyai semboyan atau janji untuk berusaha
ternyata merupakan salah satu wujud kearifan lokal yang berguna sekali dalam
sendiri, masyarakat juga diharapkan untuk ikut berperan serta menjaga dan
mereka.
commit to user