id
SKRIPSI
Disusun oleh
Disusun oleh
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Indonesia
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M. A.
commit to user
NIP 195303141985061001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
NIM : C0205004
dan Film Mereka Bilang Saya Monyet (Analisis Struktural Robert Stanton) adalah betul-
betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan
karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga sampai saat ini penulis
masih diberikan kesempatan untuk berkarya dan mengisi kehidupan ini. Salawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasul, Muhammad s.a.w, keluarga, dan para
sahabatnya.
Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik setelah sempat
tertunda. Berbagai kendala dan rintangan mulai dari pelaksanaan penelitian sampai pada
penyusunan skripsi ini telah berhasil dilalui. Semua itu tentunya berkat dukungan,
bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
1. Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian ini.
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas
3. Prof. Dr. Soediro Satoto, selaku pembimbing skripsi sekaligus “teman diskusi yang
baik” yang selalu memberikan pemikiran, arahan dan perhatian penuh kepada penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Dra. Murtini, M. S., sebagai penelaah skripsi yang selalu memberikan semangat,
arahan, dan masukan kepada penulis mulai dari pembuatan proposal hingga
6. Segenap karyawan dan Dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta, yang telah membantu dalam fasilitas dan administrasi kepada penulis
selama ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Sinta Tri Rahayu. C0205004. 2010. Perbandingan Kumpulan Cerpen dan Film Mereka
Bilang Saya Monyet (Analisis Struktural Robert Stanton) Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
muncul dalam film adalah Asmoro, Venny, Andien. Persamaan latar ruang adalah di rumah
Momy, rumah Ayah, di Swalayan, Sekolah Mayra. Latar yang dihilangkan adalah kamar
Ayah dan dapur. Penambahan latar ruang adalah dapur, kamar mandi, pekarangan (dalam
rumah Ibu atau Momy), ruang makan dalam rumah Ayah, panggung dan studio, apartemen,
di dalam mobil, jalan raya, diskotek dan café, kantor, hotel, pasar malam, plasa senayan,
sekolah Adjeng SD, rumah Andien dan Venny, kompleks perumahan. Perbedaan latar waktu
terlihat pada tiga masa yang digunakan pada film. Masa pertama ketika Adjeng SD (adaptasi
“Lintah”), masa kedua ketika Adjeng SMP (adapatasi “Melukis Jendela”), masa ketiga
ketika Adjeng dewasa. Persamaan pada cerpen “Lintah” terjadi ketika tokoh utama masih
SD. Pada cerpen “Melukis Jendela” terjadi ketika tokoh utama SD hingga SMP.
2)Perbandingan sarana sastra antara cerpen dengan film Mereka Bilang Saya Monyet
dapat diketahui sebagai berikut. Judul film sama dengan judul buku kumpulan cerpen
Mereka Bilang Saya Monyet. Persamaan judul antara film dan cerpen tersebut dilakukan
dalam rangka fungsi untuk menegaskan bahwa film Mereka Bilang Saya Monyet merupakan
hasil adaptasi dari cerpen yang diambil dari kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet.
Sudut pandang antara cerpen dengan film diketahui terjadi perbedaan yakni dalam cerpen
“Lintah” sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama utama, dalam
cerpen “Melukis Jendela” sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga terbatas,
sedangkan dalam film menggunakan sudut pandang sama dengan cerpen “Lintah”. Gaya dan
nada yang digunakan oleh pengarang antara cerpen dengan film memiliki perbedaan.
Perbedaan tersebut dikarenakan media yang berbeda antara cerpen dengan film, Pengarang
menggunakan persamaan simbol dalam cerpen maupun film yakni hewan Monyet, hewan
Lintah, jendela sedangkan simbol yang tidak muncul dalam film adalah Medusa karena
hanya muncul pada cerpen “Lintah” saja. Ironi yang terdapat dalam cerpen dan film
tersebut di antaranya tentang peristiwa yang sering terjadi di masyarakat namun tidak
diperhatikan. Peristiwa tersebut tentang kekerasan terhadap anak secara fisik maupun mental
yang dilakukan oleh orang dekat (keluarga) karena keegoisan orang tua. Selain itu
pengarang dan sutradara juga memberi kritikan kepada pemerintah tentang minimnya
perlindungan terutama hukum kepada anak yang mengalami peristiwa itu.
3)Perbandingan tema yang terdapat dalam cerpen “Lintah”, “Melukis Jendela” dan film
Mereka Bilang Saya Monyet diketahui memiliki tema yang sama yakni kekerasan fisik dan
mental kepada anak yang dilakukan oleh orang dekat karena keegoisan orang tua sebagai
tema sentral dan kekerasan dalam kehidupan luas termasuk seks sebagai tema bawahan.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vii
ABSTRAK .............................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
1.1.3. Latar................................................................................................. 16
1.2.5. Ironi………………………………………………………………19
1.3. Tema……………………………………………………………………19
C. Kerangka Pikir…………………………………………………………………24
B. Objek Penelitian………………………………………………………………..25
1. Alur………………………………………………………………………28
3. Latar………………………………………………………………………84
1. Judul………………………………………………………………………104
2. Sudut Pandang……………………………………………………………106
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Simbolisme……………………………………………………………….122
5. Ironi……………………………………………………………………….128
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………133
A. Simpulan………………………………………………………………………133
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1................................................................................................................. 50
Diagram 2................................................................................................................. 51
Diagram 3................................................................................................................. 52
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.......................................................................................................... 53
Tabel 2.......................................................................................................... 83
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1...................................................................................................... 57
Gambar 2...................................................................................................... 57
Gambar 3...................................................................................................... 57
Gambar 4...................................................................................................... 60
Gambar 5...................................................................................................... 60
Gambar 6...................................................................................................... 60
Gambar 7...................................................................................................... 61
Gambar 8...................................................................................................... 62
Gambar 9...................................................................................................... 62
Gambar 10.................................................................................................... 66
Gambar 11.................................................................................................... 66
Gambar 12.................................................................................................... 66
Gambar13..................................................................................................... 66
Gambar 14.................................................................................................... 66
Gambar15..................................................................................................... 66
Gambar 16.................................................................................................... 69
Gambar 17.................................................................................................... 69
Gambar 18.................................................................................................... 69
Gambar 19.................................................................................................... 72
Gambar 20.................................................................................................... 72
Gambar 21.................................................................................................... 72
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 22.................................................................................................... 72
Gambar 23.................................................................................................... 73
Gambar 24.................................................................................................... 73
Gambar 25.................................................................................................... 73
Gambar 26.................................................................................................... 74
Gambar 27.................................................................................................... 75
Gambar 28.................................................................................................... 77
Gambar 29.................................................................................................... 80
Gambar 30.................................................................................................... 80
Gambar 31.................................................................................................... 81
Gambar 32.................................................................................................... 85
Gambar 33.................................................................................................... 86
Gambar 34.................................................................................................... 87
Gambar 35.................................................................................................... 87
Gambar 36.................................................................................................... 89
Gambar 37.................................................................................................... 89
Gambar 38.................................................................................................... 90
Gambar 39.................................................................................................... 90
Gambar 40.................................................................................................... 90
Gambar 41.................................................................................................... 91
Gambar 42.................................................................................................... 92
Gambar 43.................................................................................................... 93
Gambar 44.................................................................................................... 93
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 45.................................................................................................... 93
Gambar 46.................................................................................................... 94
Gambar 47.................................................................................................... 94
Gambar 48.................................................................................................... 94
Gambar 49.................................................................................................... 94
Gambar 50.................................................................................................... 94
Gambar 51.................................................................................................... 94
Gambar 52.................................................................................................... 95
Gambar 53.................................................................................................... 95
Gambar 54.................................................................................................... 96
Gambar 55.................................................................................................... 96
Gambar 56.................................................................................................... 97
Gambar 57.................................................................................................... 97
Gambar 58.................................................................................................... 98
Gambar 59.................................................................................................... 98
Gambar 60.................................................................................................... 99
Gambar 61.................................................................................................... 99
Gambar 62.................................................................................................... 99
Gambar 63.................................................................................................... 99
Gambar 64.................................................................................................... 99
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat.
berhenti dalam dunia sastra atau tulisan namun juga dikemas dalam bentuk
audiovisual atau film. Novel menyampaikan cerita, ide, dan amanat dengan
Novel dan film adalah suatu bentuk karya seni yang berbeda. Novel
membentuk satu cerita yang utuh namun berbeda dengan film. Film
film adalah gerak gambar-gambar di sebuah layar putih yang membentuk satu
kesenian: musik, seni rupa, drama, sastra ditambah dengan unsur fotografi
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
Eneste, 1991:18).
seniman. Dalam hal ini adaptasi dari cerpen ke dalam lagu seperti Rectoverso
karya Dee, syair lagu berawal dari puisi misalnya puisi yang bejudul Sajadah
Cerpen ke dalam komik contohnya Anak Kost Dodol karya Dewi Rieke,
dunia. Proses adaptasi menjadi bagian yang sering dilakukan oleh pekerja
film karena hal ini lebih memudahkan mereka dalam penggarapan karena
Sutradara tidak perlu menentukan tema. Banyak serial Korea dan Jepang yang
mengadaptasi dari komik. Misalnya komik Jepang yang berjudul Hana Yori
Animenya dengan judul yang sama. Hana Yori Dango juga diadaptasi ke
dalam serial Korea dengan judul Boys Before Flower, di Taiwan dengan judul
Hours (adaptasi dari komik Gong) dari Korea, Harry Potter (adaptasi novel
karya J.K Rowling), The Lord of the Rings yang diadaptasi dari novel karya
Tolkien.
para sineas Indonesia, seperti pada film Si Doel Anak Betawi (1973) karya
Sjumandjaja yang diangkat dari novel Si Doel Anak Betawi karya Aman Dt.
Madjoindo, film Ca Bau Kan (2002) karya Nia Dinata yang diangkat dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
novel Ca Bau Kan karya Remy Sylado, dua novel karya Habiburrahman El
Shirazy yaitu Ayat-ayat Cinta (2008) dan Ketika Cinta Bertasbih (2009),
Laskar Pelangi (2008) novel karya Andrea Hirata. Adaptasi film Siti Nurbaya
(1990) ke dalam bentuk sinetron yang tayang di Trans TV karya Dedi Setiadi
yang diangkat berdasarkan novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli yang
sinetron karya Tulis Sutan Sati (TVRI), Lupus karya Hilman Wijaya
(Indosiar), Padamu Aku Bersimpuh dan Al Bahri karya Gola Gong (RCTI dan
TV7), film Cintaku di Kampus Biru (1976), sinetron (2003) karya Ashadi
asing lagi terhadap cerita tersebut. Kondisi ini akan mendukung aspek
komersial. Selain itu ada juga yang menitikberatkan pada ide cerita yang
membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.
Dalam hal ini sastra dijadikan sebagai sumber dan titik tolak dari karya
tersebut.
Salah satu karya sastra yang diangkat menjadi sebuah film adalah dua
cerpen Djenar Maesa Ayu yang berjudul “Lintah” dan “Malukis Jendela”
yang diambil dari kumpulan cerpennya yang berjudul Mereka Bilang Saya
masing karya. Perbedaan ini terjadi tidak disebabkan oleh pengarang dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
dengan segi artistik serta perubahan yang sengaja ditimbulkan. Oleh karena,
tidak semua hal yang dapat ditulis dapat divisualisasikan atau sebaliknya. Hal
tersebut terbukti dari hasil adaptasi Mereka Bilang Saya Monyet kumpulan
cerpen dan film dengan judul yang sama tersebut mempunyai perbedaan dan
persamaan walaupun keduanya diciptakan oleh orang yang sama yaitu Djenar
Maesa Ayu. Adaptasi cerpen ke dalam bentuk film yang diciptakan oleh
Film Mereka Bilang Saya Monyet diproduksi tahun 2007 dengan total
biaya 700 juta rupiah. Judul film bergenre drama ini diambil dari buku
dua cerpen yaitu “Lintah” dan “Melukis Jendela” yang diambil dari kumpulan
cerpen tersebut dan mengambil benang merah kedua cerita yang berbeda
berisi sebelas judul cerpen yaitu “Mereka Bilang Saya Monyet” (Jurnal
2002), “Waktu Nayla” (Harian Kompas, Minggu, 28 Juli 2002), “Wong Asu”
(Harian Kompas, Minggu 28 Juli 2002), “Manusya dan Dia” (Majalah A+,
Agustus 2002).
sebuah film. Dua cerpen ini dipilih karena memiliki masalah yang sama yaitu
berkisar ikhwal anak-anak yang masih sangat remaja yang tidak pernah
sayang dari orang tua, Ibu dan Ayah yang lebih mementingkan diri sendiri,
mereka telah kehilangan orang tua di masa yang sangat muda serta pelecehan
seksual terhadap sang anak oleh orang dekat dalam keluarga atau oleh
dengan imajinasi maka wajar jika dalam menghadapi penindasan dari Ibunya
dan Pacar Ibu anak dalam cerpen “Lintah” langsung mendramatisasi dan
ketika dewasa (kisah Adjeng dewasa dan kehidupannya yang ada dalam film).
Dua bentuk karya yang dihasilkan Djenar yaitu cerpen dan film mempunyai
berbagai prestasi. Mereka Bilang Saya Monyet adalah film pertamanya dan
film tersebut berhasil meraih prestrasi baik di dunia film Indonesia maupun
luar negeri. Penghargaan yang berhasil diraih yaitu Festival Film Indonesia
Sjuman & Titi Sjuman, Sutradara Pendatang Terbaru Terbaik Djenar Maesa
Ayu. Asian Hot Shot Berlin (2009) Official Selection., Indonesian Movie
Awards (2008) Best New Comer Actress Titi Sjuman, Best Supporting
International Film Festival: Nominated as The Best Director and The Best
perbandingan karya adaptasi dari cerpen ke bentuk film sangat penting untuk
penggunaan transkrip film adalah pertama kajian dalam penelitian ini adalah
perbandingan struktur cerpen dan film yang dapat dikaji melalui dialog, jalan
cerita dan karakter yang diperoleh dari transkrip film tanpa harus
B. Pembatasan Masalah
perbandingan fakta cerita, sarana sastra, dan tema yang terdapat dalam film
C. Perumusan Masalah
Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet?
Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
D. Tujuan Penelitian
Mereka Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya
Monyet.
Mereka Bilang Saya Monyet dan kumpualan cerpen Mereka Bilang Saya
Monyet.
Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis
Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet;
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini berisi deskripsi yang disajikan dalam bentuk bab yang
dalam bentuk subbab. Sesuai dengan isinya, uraian ringkas mengenai masing-
Bab kedua berisi kajian pustaka dan kerangka pikir. Dalam kajian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian,
objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
Bab kelima merupakan penutup. Bab kelima ini berisi simpulan akhir
dan saran.
lampiran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
A. Penelitian Terdahulu
adaptasi film Mereka Bilang Saya Monyet belum pernah dilakukan. Adapun
Cerpen “Mereka Bilang Saya Monyet” Karya Djenar Maesa Ayu (Kajian
Stilistika) adapun yang analisis sebagai berikut. (1)Pemakaian gaya bahasa dalam
kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet karya Djenar Maesa Ayu meliputi
sinedoke; dan eponym, (2) Gaya bahasa yang paling banyak digunakan dalam
kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet adalah gaya anaphora yaitu
repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat
penegasan agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara jelas dan
penegasan dan penyajian berbagai macam gaya bahasa lain sehingga tulisannya
menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Di sisi lain, pembaca juga
repetisi atau perulangan kata, frasa, dan klausa dalam kalimat, (3) makna gaya
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet
disesuaikan oleh konteks yang ada dalam setiap cerpen yang ditampilkan oleh
yang dialami oleh tokoh-tokohnya yang dibentuk dari imajinasi pengarang yang
Kekerasan terhadap Anak dan Dampak pada Usia Dewasa dalam Film “Mereka
yang dekat dengan kehidupan kita. Dari tahun ke tahun tingkat kekeasan terhadap
anak terus meningkat. Isu-isu sosial dalam masyarakat seperti inilah yang
pesan tersebut tidak hanya melalui berita, baik media cetak maupun elektronik
namun dapat juga disampaikan melalui film dan salah satunya film dengan judul
Mereka Bilang Saya Monyet ini. Di dalamnya diceritakan tentang kekerasan yang
dialami tokoh utama ketika kecil sehingga berdampak pada kondisi psikologis dan
terhadap anak dan dampaknya di usia dewasa baik yang bersifat verbal maupun
nonverbal yang terjadi dalam film Mereka Bilang Saya Monyet. Analisis yang
digunakan yaitu teori semiotika Roland Bathes. Analisis dilakukan dengan dua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
tahap (1) signifikasi tingkat pertama yaitu makna denotasi yang terkandung dalam
scene-scene tersebut dan dilanjutkan dengan (2) signifikasi tingkat kedua yang
Kesimpulan dari penelitian ini adalah film Mereka Bilang Saya Monyet mampu
kekerasa terhadap anak dengan berbagai bentuk antara lain kekerasan secara fisik,
bagi anak di usia dewasa antara lain menjadi pendendam dan ketikpercayaan
objek yaitu kumpulan cerpen dan film Mereka Bilang Saya Monyet karya Djenar
B. Landasan Teori
dan ”Melukis Jendela” yang diambil dari kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya
Monyet dan film Mereka Bilang Saya Monyet oleh karena itu penelitian ini tidak
dapat digunakan mencapai tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menemukan
pembahasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
struktural Robert Stanton. Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi tiga
bagian, yaitu: fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Ia membagi unsur fakta cerita
menjadi tiga, yaitu alur, tokoh, dan latar. Sedangkan sarana cerita terdiri dari
judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada, simbolisme, dan ironi.
elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita.
Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan „struktur faktual‟
atau „tingkatan faktual cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek
cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot dari satu sudut pandang
(Stanton, 2007:22).
1.1.1 Alur
menyebabkan atau yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang
(Stanton, 2007:26).
elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendri meskipun jarang diulas
panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
sendir; alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata,
2007:28).
satu „tokoh utama‟ yaitu tokoh yang terkait dengan semua peristiwa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
1.1.3 Latar
berlansung. Latar dapat berwujud dekor. Latar juga dapat berwujud waktu-
dapat dilihat bahwa latar memiliki daya untuk memunculkan tone dan mode
memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna.
Metode semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai
1.2.1 Judul
menunjukkan karakter, latar, dan tema. Judul merupakan kunci pada makna
makna yang terkandung dalam cerita. Judul juga dapat berisi sindiran
26)
dan emosinya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang
dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu karakter saja. Keempat, pada‟
beberapa karakter melihat, mendengar, atau perpikir atau saat tidak ada satu
bahasa. Meski dua orang pengarang memakai alur, karakter dan latar yang
sama, hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara
umum terletak pada bahasa dan penyebar dalam berbagai aspek seperti
banyaknya imaji dan metafora. Campuran dari berbagai aspek di atas (dengan
Satu elemen yang amat terkait dengan gaya adalah „tone‟. Tone
adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Tone bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
1.2.4 Simbolisme
Pertama, sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita
semesta cerita. Tiga, sebuah simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-
Salah satu bentuk simbol yang khas adalah „momen simbolis‟. Istilah ini
dapat disamaan dengan „momen kunci‟ atau „momen pencerahan‟ (dua istilah
ini sering dipakai oleh para kritisi). Momen simbolis, momen kunci, atau
momem pencerahan adalah tabula tempat seluruh detail yang terlihat dan
1.2.5 Ironi
sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dapat
Dalam dunia fiksi, ada dua jenis ironi yang dikenal luas yaitu „ironi dramatis‟
„Ironi dramatis‟ atau ironi alur dan situasi biasanya muncul melalui
kontras diametris antara penampilan dan realitas, antara maksud dan tujuan
seorang karakter dan hasilnya, atau antara harapan dengan apa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
2007:71). „Tone ironis‟ atau „ironis verbal‟ digunakan untuk menyebut cara
2007:72).
1.3 Tema
Bagian awal dan akhir akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
kembali suatu karya sastra ke dalam bahasa lain dengan menyesuaikan unsur-
kembali suatu karya sastra dan satu jenis ke jenis lain dengan
mempertahankan lakuan, tokoh, serta gaya dan nada aslinya. Misalnya, novel
1990:1).
film yang berdasarkan novel tersebut hanya berdasar pada permintaan pasar
semata sehingga tidak memperhatikan kualitas. Dalam hal ini kita dapat
dibuat berdasarkan novel yang terjual laris (best seller), yang diharapkan
dapat ikut memacu apresiasi film tersebut, b. Sudah menjadi rahasia umum di
kalangan pekerja film kita, betapa sulitnya mencari naskah-naskah yang baik
untuk menghasilkan kualitas film yang baik pula, tidak heran jika film
berkelas festival jarang sekali lahir dari tangan sineas kita karena minimnya
karya tanah air. Akhirnya produser film memilih jalan aman demi memenuhi
14 september 2009).
Cerita yang dituturkan dalam film bisa berasal dari banyak sumber,
namun pada hakikatnya dibagi menjadi dua, yakni cerita asli dan cerita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
adaptasi. Cerita asli maksudnya film tersebut lahir dari buah pikiran
media lain yang kemudian dibuat menjadi sebuah film (Ade, 2009:42).
yang masih mempunyai hati dan ruh novel aslinya. Lebih jauh Krevolin
Simbolon, ada tiga cara utama untuk mengadaptasi karya sastra ke film, yaitu
baru. Selanjutnya ia melanjutkan bahwa dari ketiga cara tersebut, cara ketiga
Krevolin, seorang penulis skenario Hollywood dan pakar dari UCLA, bahwa
mempunyai hutang terhadap karya asli. Tugas seorang penulis skenario ketika
sebanyak mungkin kemiripan dengan cerita asli, tapi membuat pilihan terbaik
(www.google/ tesis adaptasi biola tak berdawai diakses 5 mei 2009). Adaptasi
adalah proses menangkap esensi sebuah karya asli untuk dituangkan ke dalam
media lain. Memang tidak bisa dihindari beberapa elemen akan tetap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
digunakan dan beberapa lainnya akan ditinggalkan tetapi jiwa cerita itu
sebuah novel ke dalam film (ecran dalam bahasa perancis berarti layar).
berbagai perubahan. Oleh sebab itu dapat dikatakan, ekranisasi adalah proses
pula apa yang dinikmati berjam-jam atau berhari-hari harus diubah menjadi
duapuluh menit hal tersebut yang biasa disebut penciutan. Penciutan terjadi
karena tidak semua hal yang diungkapkan dalam novel akan dijumpai dalam
film. Sebagian cerita, alur, tokoh-tokoh, latar, ataupun suasana novel tidak
akan ditemui dalam film. Dalam ekranisasi selain pegurangan sering pula
dengan alih wahana namun pada hakikatnya alih wahana memiliki cakupan
yang lebih luas dari pada ekranisasi. alih wahana adalah perubahan dari satu
jenis kesenian ke dalam jenis kesenian lain. Alih wahana yang dimaksudkan
yang lain, sedangkan alih wahana adalah pengubahan karya sastra atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Pikir
Bilang Saya Monyet adalah hasil adaptasi dari dua cerpen “Lintah” dan
“Melukis Jendela” karya Djenar Maesa Ayu yang terdapat dalam kumpulan
cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Film dan cerpen merupakan dua jenis
dan perbedaan unsur intrinsik yang terjadi antara kedua cerpen dan film.
fiksi menjadi tiga bagian yaitu: fakta cerita, sarana sastra dan tema. Ia
membagi fakta cerita menjadi tiga, yaitu alur, tokoh, latar. Sedangkan sarana
sastra terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme dan ironi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
Perbedaan dan
Persamaan Unsur
intrinsik cerpen
dan film
Teori Struktural
Robert Stanton
a. Tema Sentral
a. Alur a. Judul
b. Karakter b. Tema bawahan b. Sudut pandang
c. Latar c. Gaya dan nada
d. Simbolisme
e. Ironi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang sifat-
sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok yang dapat diamati
Data deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang
berbentuk kata-kata frasa, klausa, kalimat atau paragraf dan bukan angka-
angka. Dengan demikian hasil penelitian ini berisi analisis data yang sifatnya
1992: 15).
B. Objek Penelitian
Adapun objek penelitian ini terdiri dari objek material dan objek
formal. Objek material penelitian ini adalah kumpulan cerpen Mereka Bilang
Saya Monyet dan film Mereka Bilang Saya Monyet. Objek formal penelitian
ini yaitu perbandingan struktur antara cerpen Mereka bilang Saya Monyet dan
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Adapun data penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat, potongan scine-
scine dalam cerpen dan film beserta transkrip film yang menunjukkan persamaan
dan perbedaan.
Sumber data penelitian ini adalah cerpen ”Lintah” dan ”Melukis Jendela”
yang diambil dari kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet karya Djenar
Maesa Ayu yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka. Selain itu juga film yang di
sutradarai oleh Djenar Maesa Ayu dengan judul yang sama yaitu Mereka Bilang
Saya Monyet.
membaca, dan mempelajari data yang diperoleh dari sumber data. Penulis
membaca kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet dan membaca buku,
artikel, majalah, surat kabar yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik simak
catat yaitu menyimak dan mencatat terhadap data-data yang relevan dengan
mencatat hal-hal yang penting untuk penelitian. Penulis juga mengambil gambar-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
1. Reduksi Data
cara tertentu sehingga simpulan akhir dapat ditarik (Milles dan Michael
Hubberman, 1992:16).
Pada tahap reduksi data ini, data yang telah diklasifikasikan kemudian
diseleksi untuk memilih data yang berlimpah kemudian dipilah dalam rangka
2. Penyajian Data
data yang telah tersusun kemudian disajikan dalam bentuk analisis sehingga
3. Penarikan Simpulan
dari data-data yang bersifat khusus menuju simpulan yang bersifat umum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PEMBAHASAN
Cerpen Lintah dan Melukis Jendela dan film Mereka Bilang Saya
perbandingan yang akan dibahas yaitu mengenai alur, tokoh dan penokohan,
serta latar.
1. Alur
dalam cerpen Lintah ditandai dengan huruf (A) dan diikuti dengan angka.
itu dibuatkan sebuah kandang yang mirip rumah boneka berlantai dua,
lengkap dengan kamar tidur, ruang makan, ruang tamu dan kamar
mandi dan ditempatkan tepat di sebelah kamar Ibu. Tokoh Saya selalu
rumah mereka.
A2. Tempat: di rumah, ruang tamu, kamar tidur, ruang televise. Tokoh:
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
di rumah.
A3. Waktu: siang. Tempat: depan TV, kamar tidur. Tokoh: Maha, Lintah
seekor ular yang merah menyala. Lidahnya menjulur keluar dan liurnya
menetes ke bawah. Namun dengan rakusnya Ibu menelan habis air liur
A5. Tempat: di rumah dan di luar rumah. Tokoh: Maha, Lintah (kekasih
Bila makan bersama Lintah itu ditaruh di atas kepala Ibu dan berubah
Maha tidak kuasa lagi menghabiskan makanan yang masih tersisa. Ibu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Bila mereka sedang menonton TV, Lintah itu tertidur di atas pangkuan
Ibu. Ketika ada acara musik di televisi ia akan terbangun dan menari
Ibu adalah seorang selebriti yang jam kerjanya tidak tentu ia hanya
diinginkannya.
Maha dan ibunya kadang berjalan-jalan di luar rumah tentu saja Ibu
kurang ajar ketika sedang jalan-jalan Lintah sering membelah diri dan
tidak berani mengadu kepada Ibunya karena pasti ia akan marah seperti
biasanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Hari itu matahari begitu menyengat. Maha masuk ke kamar Ibu dan
A14. Tempat: di rumah. Waktu: malam hari ketika hujan. Tokoh: Maha dan
Ibu
Ibu dan Maha saling ingin berbicara tetapi ibu mendahului Ibu
dan diikuti dengan angka. Adapun deskripsi episode tersebut adalah sebagai
berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
teror baginya.
B3. Waktu: pagi. Tempat: sekolah. Tokoh: Mayra, tiga orang teman laki-
laki
B4. Tempat: di rumah, kamar Mayra, dapur. Waktu: pulang sekolah. Tokoh:
yat wajahmu,
perlahan mulai menyayat pipinya dan darah segar mulai meleleh hangat
di pipinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
dia inginkan. Mayra mengetuk pintu kamar Ayah namun bukan Ayah
untuknya.
bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
wanita muda. Kamar Ayah tertata rapi, lampu kamar mandi menyala
lukisan Ayah dan Ibu ketimbang ayahnya sendiri serta Ibu yang tidak
pengharapan apa-apa.
lalu bibirnya.
B14. (backtracking ketika belum lulus SD) Waktu: pagi. Tempat: sekolah.
kancingnya satu persatu. Kini Mayra tak lagi berbusana. Kelima anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
B15. Waktu: . tempat: taman indah. Tokoh: Mayra, dua anak perempuan
sekolah. Tidak seperti biasa, kamar tidak terkunci. Mayra tidak ada di
Alur film Mereka Bilang Saya Monyet juga terdiri dari beberapa
dengan huruf (C) dan diikuti dengan angka. Adapun deskripsi episode tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
merah yang besar dan sempat menata tatanan rambutnya yang sudah
tersanggul rapi. Tak berapa lama tirai itu terbuka dan terdengar tepuk
C3. Tokoh: Adjeng kecil, Momy, Lintah. Waktu: Malam. Tempat: kamar
membentur meja.
C4. Waktu: pagi hari. Tempat: kamar. Tokoh: Adjeng dewasa, Momy,
meninggalkan Adjeng.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Suasana lalu lintas jalan raya di pagi hari (disertai dengan narasi dari
asapnya.
Isi narasi:
dengan ruang tidur, ruang makan, ruang tamu dan kamar mandi dan
di rumah kami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
C8. (backtracking ketika Adjeng masih SD) Waktu: siang. Tempat: toilet.
istri.
C11. Waktu: malam. Tempat: cafe. Tokoh: Adjeng, Venny dan Andien
seorang laki-laki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
lintah.
C17. Waktu: pagi. Tempat: dapur, meja makan. Tokoh: Momy, Lintah.
C18. Waktu: pagi. Tempat: kamar, ruang makan. Tokoh: Adjeng kecil,
Momy, Lintah
menyindir Adjeng yang hanya hanya bisa makan layaknya tuan putri,
kelelahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
C19. Waktu: pagi. Tempat: di dalam mobil. Tokoh: Adjeng kecil, Momy,
Lintah.
meninggalkan Asmoro.
Momy dan Adjeng kecil mendatangi kamar hotel yang diduga terdapat
Adjeng
Tokoh: Adjeng.
Asmoro.
seorang wanita.
C29. Waktu: pagi. Tempat: ruang makan. Tokoh: Adjeng, Bi Inah, Ayah,
Wanita muda.
C30. Waktu: siang. Tempat: di sekolah. Tokoh: Adjeng, tiga orang teman
laki-laki
Momy.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
acara itu namun suasana itu tiba-tiba berubah hanya sebuah gambar di
dari lamunannya.
koran.
C34. Waktu: pagi. Tempat: halaman rumah Momy, kamar Adjeng. Tokoh:
dimuat di koran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
masa kecil Adjeng ketika tinggal bersama Momy dan Lintah (pacar
C37. Waktu: malam. Tempat: jalan raya. Tokoh: Adjeng, Andien, Venny
C39. Waktu: malam. Tempat: kamar Venny. Tokoh: Venny, suami Venny.
C40. Waktu: malam. Tempat: rumah Andien. Tokoh: Andien, anak Andien,
pembantu.
C42. Waktu: malam. Tempat: di dalam mobil, di jalan raya. Tokoh: Adjeng,
Asmoro.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
C44. (backtraking ketika Adjeng SD). Waktu: siang. Tempat: kamar mandi.
datang dan melepas pakaian kemudian Ia masuk ke dalam bath up. Air
Tokoh: Adjeng
Lintah menaikkan rok dan meraba paha kanan Adjeng saat di dalam
mobil.
C49. Waktu: siang. Tempat: kamar mandi. Tokoh: Adjeng, Lintah, Momy.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Adjeng
Adjeng berteriak
C52. Waktu: pagi. Tempat kamar. Tokoh: Adjeng SD, Adjeng SMP
C55. Waktu: pagi. Tempat: jalan kompleks perumahan. Tokoh: Adjeng SD,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
dewasa dari dalam mobil dan Adjeng dari jendela membalas lambaian
mengangkatnya.
film)
Lintah dalam film pada episode C5, C8, C12, C16, C18, C19, C26, C44,
C47, C48. Adaptasi cerpen Melukis Jendela dalam film pada episode C14,
C15, C23, C28, C29, C30, C31. Penambahan pada film ada tetapi dalam kedua
cerpen tidak ada terlihat pada episode C1, C2, C4, C6, C7, C9, C10, C11, C13,
C17, C20, C21, C22, C24, C25, C27, C32, C33, C34, C35, C36, C37, C38,
C39, C40, C41, C42, C43, C45, C46, C49, C50, C51, C52, C53, C54, C55.
Pengurangan pada cerpen Lintah terlihat pada episode A2, A7, A9, A13,
episode B1, B2, B4, B5, B6, B8, B10, B11, B12, B13, B14, B15, B16.
Mereka Bilang Saya Monyet sebagai fungsi penyambung antara dua cerita yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
mempunyai kisah masa kecil yang diambil dari Lintah ketika Adjeng kecil
Film Mereka bilang Saya Monyet diambil dari perpaduan antara cerpen
Lintah dan Melukis Jendela namun ketiga karya tersebut sangat berbeda.
Selain dari jumlah episode perbedaan muncul dari jenis alur. Cerpen Lintah
tentang kecintaan Ibu kepada Lintah dan kebencian tokoh utama yaitu Maha
kepada Lintah (kekasih Ibunya). Maha menyebut kekasih ibunya itu sebagai
bahwa tahapan alur awal dalam cerpen Lintah pada episode A1 sampai A8,
sedangkan pada film Mereka Bilang Saya Monyet dimulai dari episode C1
hingga C6. Tahapan alur tengah dalam cerpen Lintah terjadi pada episode A9
sampai A13, pada cerpen Melukis Jendela pada episode B3 hingga B12
Tahapan alur akhir dalam cerpen Lintah terjadi hanya pada episode
A14, pada cerpen Melukis Jendela tahap akhir terjadi pada episode B13
sampai B16 sedangkan pada film terjadi pada episode C47 hingga C58,
demikian pula dengan Melukis Jendela yang juga beralur maju namun satu
bagian episode adalah backtracking yaitu di episode B14. Pada B14 Mayra
kembali ke masa ketika dia belum lulus SD, di sana Mayra membayangkan
Saya Monyet jumlah episode lebih banyak daripada kedua cerpen adaptasinya
selain itu alur pada film juga berbeda yaitu maju mundur. Ada tiga bagian film,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
diantaranya pertama masa ketika tokoh utama kecil atau masih SD (adaptasi
dari cerpen Lintah ), kedua masa ketika tokoh utama SMP (adaptasi dari
cerpen Melukis Jendela ) dan ketiga penambahan (tokoh utama dewasa) yang
tidak ada pada cerpen Lintah maupun Melukis Jendela. Pergantian masa dari
ketiga waktu tersebut dengan cara backtracking atau ditunjukkan hanya dengan
cara muncul bayangan dari tokoh utama dan juga sosilogi atau bercerita dalam
terjadi pada episode C3, C8, C13,C14, C15, C16, C17, C18, C19, C21, C23,
C28, C29, C30, C31, C44. Episode yang menunjukkan masa lalu tetapi bukan
pada episode C12 dan C26. Backtracking juga terjadi pada episode cerpen
Melukis Jendela namun tidak sesering yang terjadi pada film. Backtracking
dalam cerpen Melukis Jendela hanya terjadi pada episode B14 sedangkan
berfungsi sebagai benang merah atau penghubung antara cerita dalam cerpen
Lintah dan Melukis Jendela agar ada kepaduan dari kedua cerpen yang
berbeda tersebut. Kisah kedua cerpen tersebut hadir sebagai masa lalu yang
hingga dewasa. Alur yang tidak jelas pada episode awal akan menimbulkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
peristiwa namun alur tidak diceritakan secara urut hingga mengakibatkan cerita
tidak jelas dan sulit dipahami. Gambar C16 memperlihatkan pacar Momy
meremas pundak Adjeng kecil dan meninggalkan seekor lintah kemudian C18
yang terlihat pada gambar di atas, Adjeng melihat pundaknya terdapat bekas
kecupan yang pada akhirnya terjawab pada C45 terlihat pacar Ibu tidak hanya
kecupan di pundaknya.
Dari petikan gambar di atas juga terlihat pada C19 pacar Momy
paha kanan Adjeng terlihat Lintah. Pada C48 baru terlihat bahwa pacar Momy
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
Perbandingkan alur cerpen dan film akan dijelaskan pada diagram yang
di dalamnya terdapat unsur episode, tahapan alur, dan klimaks cerita dan table
perbedaan berikut:
Diagram 1
Alur cerpen Lintah
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8
A14
Keterangan:
: tahap akhir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
Diagram 2
Cerpen Melukis Jendela
B1 B2
B9
B8 B7 B6 B5 B4 B3
1
B10 B11 B12
Keterangan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
Diagram 3
C1 C2 C3 C4 C5 C6
C58 C57
Keterangan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
Tabel 1
Perbedaan Alur
cerpen film
A. Lintah: 1. Dimulai dari adegan Adjeng
1. Dimulai dengan pemaparan mencoba mengetik di sebuah
tentang Maha dan kebenciannya laptop, adegan berikutnya flash
kepada Lintah (pacar Ibunya) back ke masa ia kecil.
2. Konflik muncul ketika Lintah 2. Pemaparan tentang Lintah dan
mulai mengganggu dan Ibunya serta kebenciannya
membuat Maha merasa tidak kepada Lintah tidak diceritakan
nyaman berada di rumah. diawal episode seperti pada
3. Klimaks terjadi ketika Lintah cerpen Lintah.
memperkosa Maha. 3. Ada banyak penambahan adegan
4. Penyelesaian, Ibu dan Lintah yang tidak ada pada kedua cerpen
memutuskan menikah karena yaitu ketika menceritakan
Ibu hamil. kehidupan Adjeng dewasa.
5. Tidak ada backtracking 4. Tidak semua backtracking atau
B. Melukis Jendela masa lalu yang dialami Adjeng
1. Dimulai dengan pemaparan adalah adaptasi dari kedua
tentang Mayra yang suka cerpen. Misalanya, ketika Adjeng
menyendiri dan hanya SD diantar lintah ketika
menggambar di kamar. berangkat sekolah, ketika Momy
2. Konflik muncul karena Ayah menjemput Adjeng ketika masih
tidak pernah perhatian kepada SD, ketika berada Adjeng dan
Mayra dan hanya sibuk dengan Momy berada di hotel Mencari
urusannya sendiri. Ayahnya, ketika Adjeng di pasar
3. Klimaks terjadi ketika muncul malam kejadian tersebut tidak ada
kekecewaan dari dalam diri pada kedua cerpen.
mayra sendiri terhadap Ibu dan 5. Banyak backtracking dalam film
Ayahnya. 6. Peristiwa tidak terjadi sama
4. Tahap akhir, Mayra memilih persis, ada perbedaan tetapi jika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
Tokoh adalah unsur pembangun yang penting dalam cerita, karena cerita
tokoh yang adalah Mayra, Ayah, Bi Inah dan tiga teman Mayra.
Penambahan tokoh terjadi pada film terlihat dari semakin banyak tokoh baru
yang tidak ada pada kedua cerpen. Tokoh dalam film antara lain Adjeng
dewasa, Adjeng kecil (Maha), Adjeng remaja (Mayra), Momy, Ayah, pacar
Ibu (Lintah), Asmoro, Bi Inah, Venny, Andien serta peran pembantu yang
pacar Ibunya. Tidak ada ciri fisik khusus yang disebutkan dalam
bersusu yang bisa diartikan bahwa Maha belum cukup dewasa. Hal
melalui sikap Maha yang tidak pernah berani melawan Ibu. Maha
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
kutipan.
Dalam film tokoh Maha sama seperti Tokoh Adjeng ketika kecil
yang dialami ketika Adjeng kecil sama seperti kisah yang dialami
hal di atas yang mendukung bahwa Adjeng kecil sama dengan Maha
adalah kesamaan sifat dan nasib. Adjeng kecil juga seorang yang
hanya bisa pasrah dan menerima nasib, tidak bisa membela dan
hanya tinggal bersama Ibu atau Momy (dalam film) yang berprofesi
sebagai artis dan mempunyai seorang pacar yang selalu kurang ajar
berikut.
Isi narasi:
berikut.
SMP diperankan oleh putri pertama Djenar Maesa Ayu yaitu Banyu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
gambar berikut:
Suara wanita : like father like sun kalau udah kerja gak
bisa diganggu, tapi kalau mau digaggu-
ganggu mau gak?
Ayah : hahahahaha kamu tu.
Adjeng terlihat kesal dan mencoret-coret gambar Ayah. (C28)
Gambar 4: gambar 5:
Adjeng bertemu pacar Ayah Adjeng remaja menggambar
Gambar 6:
Adjeng diganggu dan memukul temannya
Di sekolah
hanya ada pada film dan tidak ada pad kedua cerpen. Adjeng
orang tuanya. Hal tersebut terlihat dari masa kecil Adjeng ketika SD
Gambar 7:
Adjeng memakan makanan dari kloset
Gambar 8 Gambar 9
ketika kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
dan dunia malam (gambar 11). Hal tersebut terlihat pada C4,
tersebut (salah satu merek bir) (gambar 13). Selain itu terlihat
gambar 12. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dan petikan
gambar berikut.
Venny : eh, gila lho ye. Santai kali nek, siapa sich yang
telephon?lakor mana lagi?
Adjeng
tangannya di kepala, menyerupai tanduk)
Andien gelas yang ada di
depannya)
Adjeng
Venny : tunggu tunggu! To what?
Andien : to friendship.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Gambar 11 Gambar 12
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
dan Adjeng dewasa adalah orang yang sama yaitu dari tanda di alis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
Gambar 18:
Adjeng Dewasa
2. Lintah atau Pacar Momy
Ibu Maha. Lintah tinggal bersama Maha dan Ibunya. Dalam cerpen
saya temui Lintah itu duduk di sofa ruang tamu kami. kadang
ia mengganggu saya ketika sedang menonton televisi dengan
mengganti saluran seenak hati. Bahkan ia sering kedapatan
sedang pulas tertidur di atas tempat tidur saya, dan tentunya
selalu bersikap manis di depan Ibu. Ketika Ibu pulang Lintah selalu
orang yang jahat dan tidak berperasaan. Hal itu terdapat pada
kutipan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
gambar 19:
Lintah atau pacar Momy
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
Tokoh Ibu berperan sebagai Ibu Maha dan juga kekasih Lintah.
lebih percaya dan sayang kepada orang lain yaitu Lintah. Tokoh ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
Gambar 26:
Momy menyanyi di atas panggung
dan selalu khawatir melihat gaya hidup Adjeng yang tidak sehat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
Gambar 27
berikut.
Momy : Buah?
Adjeng
Momy : Lho, kan udah lama, gak busuk tuh?
Adjeng : Kan ada kulkas Mom
Momy : ya udah. Jangan lupa sarapan!
Kurangin alkohol sama rokoknya!
berikut:
Persamaan sifat antara Ibu dan Momy terlihat ketika Momy juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
Gambar 28:
Ibu mendorong keras kepala Adjeng
4. Ayah
kutipan.
Gambar 27:
Adjeng bersama Ayah dan pacar Ayah
5. Bi Inah
Gambar 28:
Bi Inah menemani Adjeng SMP sarapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
Gambar 29:
Asmoro sedang berbaring
Adjeng yaitu perokok, dugem, alkohol dan free sex. Andien seorang
Gambar 30:
Ibu yang buruk. Sifat Andien yang demikian terlihat pada kutipan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
terlihat merokok dan free sex hanya sesekali minum alkohol dan
Gambar 31:
Venny diacuhkan suaminya
Tokoh Asmoro, Andien dan Venny yang hanya ada dalam film
bersikap dingin.
Melukis Jendela dan film Mereka Bilang Saya Monyet. Tabel ini
commit to user
Tabel 2
Perbandingan Tokoh Cerpen Lintah dan Melukis Jendela dengan Film Mereka Bilang Saya Monyet
Tokoh dalam kumpulan cerpen Tokoh dalam Film
Mereka Bilang Saya Monyet NO Mereka Bilang Saya Monyet
No Lintah No Melukis jendela
1. Tokoh Utama: 1. Tokoh Utama: 1. a. Tokoh Utama:
Maha Mayra Adjeng SD (Maha), Adjeng SMP (Mayra)
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
a. Wanita Cantik a. Wanita Cantik
b. Ibu b. Presenter
_ c. Pengunjung cafe
d. Bos
e. Play boy
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Latar
peristiwa. Untuk itu, dalam pembahasan tentang latar akan dibagi menjadi
Ibu hampir sama dengan cerpen Melukis Jendela yang hanya terjadi di
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
sekitar rumah Ayah. Pada film terjadi perluasan latar sehingga banyak
perbedaan yang muncul dalam hal latar ini. Perbedaan latar tempat
tirai ke dalam kamar Ibu (Momy) saat Ibu dan Lintah sedang
dewasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Gambar 32:
Ibu sedang beristirahat di kamar
b. Ruang makan
Gambar 33:
Momy dan pacarnya di ruang makan
c. Di depan televisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Gambar: 34
Lintah mendatangi Adjeng SD
ketika menonton televisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Gambar 35:
di kamar Adjeng SD (Maha)
e. Kamar mandi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Gambar 40:
Momy melakukan Yoga
2. Rumah Ayah
terlihat kursi, lemari yang terbuat dari kayu tanpa ada ukiran Jepara
Gambar 41:
Salah satu ruangan di rumah Ayah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
a. Kamar Mayra
Gambar 42:
Adjeng SMP menggambar di kamar
b. Kamar Ayah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Ayah adalah:
Gambar 43:
Adjeng SMP bertemu wanita muda
44) sedangkan studio juga hanya terlihat satu kali peristiwa saja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
5. Di dalam Mobil
Kejadian di dalam Mobil juga hanya ada dalam film. Salah satu
6. Jalan raya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Terlihat suasana jalan yang sepi dari dalam mobil. Adjeng dan
teman-temannya berada di dalam mobil sedang membicarakan
tentang cerpen dan Momy.
Venny : Djeng, lo yakin gak harus pulang? Beneran tu nyokap lo
gak kenapa-napa?
Andien : udah dech Ven, sejuta kali lo Tanya gitu mulu. Gue ni
sekarang yang kenapa-napa.
Venny : kenapa jadi lu yang sewot si? Lo tu bener-bener gak
punya perasaan ya Ndien!
Andien : eh Ven, paling gak gue tau rasanya jadi ibu.
Venny : oh mentang-mentang gue gak punya anak lo bisa
ngomong kayak gitu?kalau sampai gue punya anak, gue
bakal jadi ibu yang lebih baik dari pada lo.
Andien : Bajingan, potong kuping gue Ven! Lo gak di kasih anak
karena Tuhan tau, lo hanya bakalan jadi ibu kayak
nyokapnya si Adjeng.
Adjeng : Diam! Tahi lo semua. Turun! (berteriak dan tiba-tiba
menghentikan mobilnya di pinggir jalan)
Venny dan Andien turun dari mobil Adjeng. Venny langsung
masuk sebuah taksi sementara Andien masih berdiri di pinggir jalan
dan menikmati rokoknya. (dialog C37)
kunjungi adalah diskotek dan cafe. Diskotek hanya muncul satu kali
kali peristiwa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Gambar 54:
Adjeng berada di diskotek
Gambar 55:
Cafe1
Cafe 2 terlihat lebih besar daripada café 1. Di cafe tersebut ada
pertunjukan life music dan lebih ramai dari cafe1. Adjeng datang ke
Gambar 56:
Cafe2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
8. Kantor
gedung itu terdapat air mancur dan parkiran yang luas. Kantor juga
hanya ada dalam film karena dalam kedua cerpen adaptasinya tidak
Gambar 57:
Ruangan redaktur
9. Hotel
Gambar 58:
Di depan kamar hotel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Gambar 59:
Di pasar malam
12. Sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
pembantu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
kompleks perumahan.
Gambar 66:
Kompleks perumahan di pagi hari
Tabel 3
5 - 5 - 5 Di dalam mobil
6 - 6 - 6 Jalan raya
7 - 7 - 7 Diskotek dan cafe
8 - 8 - 8 Kantor
9 - 9 - 9 Hotel
10 - 10 - 10 Pasar malam
11 Di swalayan 11 - 11 Plasa Sanayan ketika
sedang berbelanja Momy dan Adjeng jalan-
jalan
12 Sekolah Mayra 12 - 12 Sekolah Adjeng SD (Maha)
(Adjeng SMP)
13 - 13 - 13 Rumah Andien dan Rumah
venny
14 - 14 - 14 Kompleks perumahan
Pada sub bab ini akan diungkapkan latar waktu dalam cerpen dan
berangkat dan pulang sekolah, waktu malam dan suasana sunyi senyap.
Adapun masa pada cerita tidak begitu jelas sehingga sulit diperkirakan
kapan waktu itu terjadi. Latar yang menunjukkan waktu tersebut adalah:
Sepulang sekolah, sering saya temui lintah itu duduk di sofa ruang
tamu (Djenar Maesa Ayu, 2004: 11)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
Hari itu terik matahari begitu menyengat. Seragam saya basah oleh
peluh yang tidak kunjung berhenti menetes (Djenar Maesa Ayu, 2004:
16)
pagi, siang dan malam dapat dilihat langsung dalam suasana film atau
gambar yang bergerak. Waktu kejadian juga terlihat tiga masa. Masa
gambar 67
SD. Masa ketiga Adjeng SMP diperkirakan terjadi pada tahun 1986.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
diperkirakan terjadi pada masa kini hal tersebut terlihat dari alat
laptop yang sering digunakan Adjeng. Hal tersebut terlihat pada gambar:
gambar 68
Adapun sarana sastra yang akan dibahas dalam subbab ini meliputi
1. Judul
dari kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Judul cerpen Lintah
mengacu kepada salah satu tokoh yang ada pada cerpen tersebut. Secara
Nama Lintah muncul dari imajinasi tokoh utama (Maha) yang kemudian dipakai
atau biasa digunakan untuk menyebut pacar Ibunya. Nama lintah dipakai sebagai
simbol dan penggambaran sifat tokoh yang mempunyai nafsu yang menjijikkan.
Lintah kemudian digunakan sebagai judul sebab isi cerita berkisar tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
kepada cerita akhir atau penyelesaian masalah dari tokoh utama yaitu Mayra.
Secara etimologis melukis adalah menoreh kuas atau pensil pada kertas atau
media lain untuk membuat gambar yang indah. Jendela adalah bukaan pada
dinding bangunan, mobil dsb, untuk memungkinkan udara dan cahaya masuk.
Melukis jendela adalah menoreh kuas atau pensil pada kertas atau media lain
untuk membuat gambar yang menyerupai jendela. Lukisan jendela Mayra muncul
dari imajinasi seorang anak yang menginginkan kebebasan dari masalah yang ia
alami. Mayra menyelamatkan diri dari semua masalah yang dialaminya melalui
imajinasi dengan cara melukis jendela yang akan memberikan ventilasi atau
kebebasan perasaannya. Mereka Bilang Saya Monyet juga merupakan salah satu
judul yang terdapat dalam kumpulan cerpen yang kemudian diambil menjadi judul
buku tersebut. Judul Mereka Bilang Saya Monyet lebih mengacu kepada peristiwa
yang terjadi dalam cerpen. Monyet adalah istilah untuk semua anggota primata
yang bukan prosimia ("pra-kera", seperti lemur dan tarsius) atau kera, baik yang
tinggal di Dunia Lama maupun Dunia Baru. Hingga saat ini dikenal 264 jenis
monyet yang hidup di dunia. Monyet juga sering digunakan sebagai umpatan dan
menyebut orang yang sifatnya menyerupai monyet yaitu jelek dan tidak punya
aturan. Hampir semua tokoh dalam cerpen menyebut dan menyamakan tokoh
utama sebagai monyet. Dua cerpen Lintah dan Melukis Jendela dalam
kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya monyet kemudian dipilih untuk diadaptasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
ke dalam sebuah film. Berikut ini gambar sampul buku dan film yang
Pemilihan judul yang sama Antara judul buku dan film memiliki beberapa
alasan. Pertama judul buku Mereka Bilang Saya Monyet telah lebih dulu hadir dan
dikenal masyarakat, sehingga jika Djenar memberikan judul yang sama maka
masyarakat akan langsung mengetahui bahwa film itu merupakan hasil adaptasi
dari buku Mereka Bilang Saya Monyet dengan harapan film juga akan diterima
masyarakat dan akan mengikuti kesuksesan karya sebelumnya. Alasan seperti ini
biasa dilakukan untuk karya adaptasi. Kedua, adanya persaman tema dan
beberapa unsur intrinsik dari kedua cerpen yaitu Lintah dan Melukis Jendela
dengan film Mereka Bilang Saya Monyet seperti kesamaan karakter tokoh, alur
cerita, konflik dan tema cerita yaitu berkisar tentang anak, imajinasi dan seks.
Monyet dapat mewakili kedua cerpen tersebut karena keduanya terdapat dalam
kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Keempat, Judul Mereka Bilang
Saya Monyet
2. Sudut Pandang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
Sudut pandang merupakan hal yang penting dalam suatu cerita karena
cerita. Terjadi perbedaan sudut pandang dalam penceritan cerpen dan film. Dalam
andang orang
pertama utama yaitu sang karakter bercerita dengan kata-katanya sendiri, dalam
sebagai orang ketiga, sedangkan film menggunaknan sudut pandang sama dengan
pengalaman batin tokoh Saya. Tokoh utama bercerita dengan kata-katanya sendiri.
Melalui sudut pandang Saya sebagai tokoh utama dapat dilihat tokoh Saya
Hal tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini, yaitu ketika tokoh Saya
Ibu saya memelihara seeokor lintah. Lintah itu dibuatkan sebuah kandang
yang mirip seperti rumah boneka berlantai dua, lengkap dengan ruang tidur, ruang
makan, ruang tamu dan kamar mandi dan ditempatkan tepat di sebelah kamar Ibu.
Saya selalu merengek kepada ibu untuk memelihara hewan lain, namun Ibu
bersikeras memelihara lintah itu dan mempertahankannya sebagai hewan
peliharaan tunggal di rumah kami (Djenar Maesa Ayu, 2004:11).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
pembaca merasa seolah terlibat dalam cerita. Hal ini disebabkan karena topik
cerita berpusat pada pengalaman dan kejadian yang dialami oleh tokoh utama dan
tokoh lain yang diceritakan oleh tokoh Saya hanya sebagai pelengkap peristiwa
dan pendukung perasaan tokoh Saya. Peristiwa tersebut terlihat pada kutipan
bersama Ibu dan Lintah. Tokoh Saya menceritakan keadaannya yang tidak
nyaman karena kehadiran seorang Lintah. Keadaan tersebut terlihat pada kutipan
di bawah ini.
Sepulang sekolah, sering Saya temui Lintah itu duduk di sofa ruang tamu
kami. Mengganggu Saya ketika sedang menonton televise dengan mengganti
saluran seenak hati. Bahkan ia sering kedapatan sedang pulas tertidur di atas
tempat tidur Saya, dan tentunya membuat Saya mengurungkan niat untuk
beristirahat (Djenar Maesa Ayu, 2004:12)
Saya membuka pintu kamar Ibu. Bau wangi menyergap hidung saya, menyerap
kerinduan, menyergap perasaan. Saya melangkah masuk. Memutar kunci dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
merebahkan diri di atas tempat tidur Ibu sambil memandang lukisan kami berdua
yang terpampang di atasnya. Apakah semua lukisan keluarga yang menampakkan
senyum bahagia hanyalah sandiwara? Pikir saya. Tiba-tiba tercium bau yang saya
kenal dan begitu saya benci. Tanpa dapat saya hindari lintah sudah berdiri tepat di
depan saya. Lintah itu berubah menjadi ular kobra yang siap mematuk mangsanya.
Matanya warna merah saga menyala. Jiwa saya gemetar. Raga saya lumpuh. Ular itu
menyergap, melucuti pakaian saya menjalari satu persatu lekuk tubuh saya. Melumat
tubuh saya yang belum berbulu dan bersusu, dan menari-dari di atasnya
memuntahkan liur yang setiap tetesnya berubah menjadi lintah. Lintah-lintah yang
terus menghisap hingga tubuh mereka jadi merah (Djenar Maesa Ayu: 16-17).
orang ketiga tidak terbatas. Pengarang mengacu pada setiap karakter dan
ganti orang ketiga. Hal yang menunjukkan penggunaan sudut pandang orang
Pada kutipan di atas menyebutkan tokoh Mayra dan kata ia sebagai kata
ganti Mayra hal itu menunjukkan bahwa pengarang menggunakan sudut pandang
orang ketiga karena pengarang memposisiskan tokoh utama sebagai orang ketiga.
Kutipan lain yang menunjukkan hal yang sama adalah sebagai berikut.
Dalam film sudut pandang yang digunakan sutradara sama dengan sudut
topik cerita berpusat pada pengalaman dan kejadian yang dialami oleh tokoh
utama dan tokoh lain yang diceritakan oleh tokoh Saya hanya sebagai pelengkap
peristiwa dan pendukung perasaan tokoh Saya. Tokoh utama dalam film ini yakni
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
berikut ini.
Suasana lalu lintas jalan raya di pagi hari (disertai dengan narasi dari
Adjeng sebagai naratornya tentang cerpennya). Adjeng mengendarai sebuah mobil
berwarna merah. Adjeng mengendarai mobil dengan santai melintasi jalan yang
tidak terlalu padat. Ia memegang rokok ketika menyetir dan sesekali menghisap
dan menghembuskan asapnya.
Isi narasi:
Ibu saya memelihara seeokor lintah. Lintah itu dibuatkan sebuah kandang
yang mirip seperti rumah boneka berlantai dua, lengkap dengan ruang tidur, ruang
makan, ruang tamu dan kamar mandi dan ditempatkan tepat di sebelah kamar Ibu.
Saya selalu merengek kepada ibu untuk memelihara hewan lain, namun Ibu
bersikeras memelihara lintah itu dan mempertahankannya sebagai hewan
peliharaan tunggal di rumah kami (C5)
dengan menggunakan kata Saya. Adjeng menceritakan narasi cerita dan Adjeng
sebagai naratornya. Kutipan lain yang menunjukan hal yang sama ketika Adjeng
melihat dari sela pintu Andien dan seorang laki-laki melakukan hubungan seks di
Pada suatu hari keingintahuan saya mendesak kuat. Saya mengintip dari
sela-sela tirai yang sedikit terbuka ke dalam kamar Ibu. Dan saya sangat kaget
melihat seekor ular yang merah menyala. Lidahnya menjulur keluar dan liurnya
menetes ke bawah. Saya sangat jijik melihatya. Namun ibu dengan rakusnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
menelan habis liur ular besar itu tanpa menyisakan satu tetes pun! Yang lebih
mencengangkan lagi, ular itu lalu berangsur-angsur mengecil. Saya tidak bisa
membayangkan sebelumnya bila ular itu tidak lain adalah Lintah.
Adjeng melihat Andien bercinta dengan laki-laki itu dari sela pintu yang
sedikit di buka. Namun bukan Andien yang ia lihat tetapi perempuan itu berbah
menjadi Momy. Setelah selesai laki-laki itu pergi meninggalkan Andien yang
masih terbaring di sofa. Laki-laki itu berjalan mendekati Adjeng (C12)
Pada dua kutipan di atas tampak jelas bahwa Adjeng (tokoh utama)
sebagai pencerita. Alasan sutradara memilih sudut pandang orang pertama agar
cerita dapat berpusat pada tokoh utama sedangkan tokoh pendukung yang lain
Setiap bentuk kesenian memiliki cara bertutur yang berbeda. Dalam hal
penggunaan bahasa, film dan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet memiliki gaya
yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan media yang digunakan berbeda, yakni
film memanfaatkan media gambar (visual) dan suara (audio) sedangkan cerpen
menggunakan media bahasa verbal atau kata-kata. Dalam cerpen dialog, latar,
latar, ekspresi tokoh bisa langsung ditunjukkan melalui gambar yang bergerak dan
gaya bahasa yang hampir sama yaitu lugas dan bebas. Lugas berarti tidak bertele-
tele dan bebas berarti tidak terkekang aturan budaya dan norma. Sutradara sering
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
memunculkan kata-kata kasar atau umpatan dan juga bebas membahas tentang
seks yang dianggap masih tabu dalam masyarakat kita. Kebebasan berbahasa
Ular itu menyergap, melucuti pakaian saya menjalari satu persatu lekuk tubuh
saya. Melumat tubuh saya yang belum berbulu dan bersusu, dan menari-dari di
atasnya memuntahkan liur yang setiap tetesnya berubah menjadi lintah. Lintah-lintah
yang terus menghisap hingga tubuh mereka jadi merah (Djenar Maesa Ayu, 2004:
17).
Ia menunggu laki-laki itu datang. Mengecup kening, mata lalu bibirnya, dan
mereka berpelukan tanpa busana. Ia membayangkan laki-laki itu meraba payudaranya
yang mulai tumbuh seperti yang pernah ia rasakan di kantin sekolah (Djenar Maesa
Ayu, 2004: 38)
Andien : Aus ni
Adjeng
Venny : tunggu tunggu! To what?
Andien : to friendship.
Adjeng :to sex (mereka tertawa bersama sambil mengangkat gelas bersama
kemudian meminumnya)
Venny : arah jam tiga gue, ada lakor lucu banget. Tapi nengoknya jangan
barengan! (C7)
ia juga menggunakan majas yang sama dalam cerpen dan film yaitu hiperbola,
anafora, dan sarkasme. Gorys Keraf (2004: 127) berpendapat bahwa anafora
adalah repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama pada tiap baris atau
kalimat berikutnya.
kutipan berikut.
Saya penyayang binatang. Namun Saya sangat benci kepada lintah (Djenar
Maesa Ayu, 2004: 11)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
Makna pengulangan kata Saya sebagai kata ganti orang pertama tunggal
memberikan penekanan bahwa binatang yang tidak disukai oleh Saya adalah
lintah karena lintah memiliki sifat menghisap dan tidak pernah puas.
Makna pengulagan kata Saya sebagai kata ganti orang pertama tunggal
berurutan dan menunjukkan rasa penasaran dan kaget pada hal yang tokoh Saya
lihat.
Saya sangat bahagia sangat bahagia mendapatkan mobil Ibu tidak ada.
Saya masuk melalui ruang tamu yang kosong tanpa mereka. Saya menengok
rumah Lintah yang yang rapi tak terjamah. Saya masuk ke dalam kamar lenggang
dan kembali bahagia bersemayam dalam dada. Saya membuka pintu kamar Ibu
(Djenar Maesa Ayu, 2004: 16)
Makna perulangan kata Saya sebagai kata ganti orang pertama tunggal
dan menunjukkan rasa senang karena orang yang tidak diinginkan tidak ada.
Ibumu? Ibu yang mana? Ibu yang tidak pernah kami lihat satu kali pun
juga selama lima tahun bersekolah? Ibu yang tidak pernah datang pada saat
mengambil rapormu sekalipun? (Djenar Maesa Ayu, 2004: 32)
Makna perulangan kata Ibu sebagai penekanan bahwa tiga orang teman
berandalan itu hingga berdarah. Dan mengadu tentang Ayah (Djenar maesa Ayu,
2004: 33)
Dalam film anafora hanya terlihat pada satu episode yaitu ketika Adjeng
dan Asmoro bertengkar. Asmoro marah ketika mengtahui Adjeng bertemu dan
Makna kata Saya yang dilontarkan Adjeng sebagai kata ganti orang
pertama tunggal memberikan penekanan bahwa tokoh Saya merasa tidak pernah
Majas lain yang digunakan adalah hiperbola. Panuti Sudjiman (1990: 35)
Namun ibu dengan rakusnya menelan habis liur ular besar itu tanpa
menyisakan satu tetespun! Yang lebih mencengangkan lagi, ular itu lalu
berangsur-angsur mengecil. Saya tidak bisa membayangkan sebelumnya bila
-13).
menyisakan air liur tanpa menyisakan satu tetes pun. Hal ini jelas tidak mungkin
karena air liur tidak mungkin habis oleh apa-apa. Makna gaya bahasa tersebut
adalah menunjukkan sifat manusia yang serakah karena hawa nafsu yang ada
Mata Saya membeliak lebar. Suara petir tidak lagi terdengar (Djenar
Maesa Ayu, 2004: 17)
Kutipan
ungkapan rasa senang yang amat sangat dari seseorang dengan menggunakan kata
kegembiraan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
berlebihan untuk menununjukan kasih sayang yang besar dari orang tua kepada
anaknya. Penggunaan kata yang berlebih tersebut terlihat pada kutipan berikut.
Ayah dan Ibu menciuminya bertubi-tubi. Mayra merasa geli dan girang. Ia
tertawa keras hingga hingga terguling dari kursi. Mereka memapah Mayra ke atas
tempat tidur. Menyelimuti, membelai dan mendekap hingga Mayra bermimpi
(Djenar Maesa Ayu, 2004: 36).
Namun akhirnya keheningan pecah oleh sebuah suara dari salah satu anak
berandalan itu (Djenar Maesa Ayu,2004: 40)
hiperbola karena jelas kenyataan tidak bisa digambarkan dengan bentuk yang
bulat apalagi dapat ditelan. Makna ungkapan tersebut adalah penggambaran suatu
Ungkapan yang lain ialah dunia yang tak terjamah penderitaan juga
merupakan hiperbola karena tidak ada dunia yang tidak terjamah penderitaan.
Makna ungkapan tersebut adalah sebagai persamaan dari surga yang menurut
pendapat banyak orang tempat yang penuh kebahagiaan dan tidak ada
penderitaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
disamakan dengan benda dari bahan yang dapat dipecah sehingga penggunaan
Dalam film hiperbola hanya sedikit muncul. Hiperbola terlihat saat Adjeng
kecewa dan marah ketika Asmoro tidak memberikan komentar baik tentang
yang terlalu berlebih-lebihan karena kepala tidak aka pecah jika hanya untuk
berfikir. Makna kepala mau pecah yaitu untuk menunjukkan usaha Adjeng yang
berfikir maksimal untuk menulis sebuah cerpen. Hiperbola yang lain adalah
reaksi cuma sampah juga berlebihan karena reaksi tidak bisa disamakan dengan
sampah. Makna reaksi sampah adalah reaksi yang tidak bagus atau tidak bermutu.
Majas yang dominan dalam film adalah sarkasme tetapi dalam cerpen
sarkasme justru tidak muncul. Menurut Gorys Keraf ( 2004: 143) sarkasme adalah
suatu acuan yang lebih kasar dari ironi yang mengandung kepahitan dan celaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
melempar koin tersebut untuk menentukan siapa yang akan mendatangi laki-laki
sesuai tebakannya yang berarti bukan Andien yang akan menemui laki-laki itu
menjadi sarkasme atau kasar karena pengucapannya yang kasar disertai dengan
kloset. Momy mengetahui perbuatan Adjeng dan Momy marah hingga menyebut
Adjeng sebagai keterunan bangsat dan mempunyai bapak bangsat. Bangsat adalah
cacian kepada orang yang bertabiat buruk. Momy juga mengatakan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Kata bangsat juga muncul ketika Momy dan Adjeng SD mendatangi hotel
yang diduga terdapat Ayah bersama perempuan lain. Momy mencoba mengetuk
pintu dan Ayah tidak membuka pintu. Hal itu terlihat pada kutipan.
Mom dan Adjeng mendatangi kamar hotel yang diduga terdapat ayah
Adjeng bersama perempuan lain berada di salah stu kamar. Momy menuju salah
satu kamar kemudian mengetuk kamar bernomor 312.
Momy : mas, mas buka pintunya mas. Saya tahu kamu ada di dalam. Buka
mas! Ini ada anak kamu ni. Buka! Mas buka mas! Buka, buka
bangsat, buka! (mengetuk dan menendang pintu semakin keras
kemudian tersungkur dan menangis keras di depan pintu) (C21)
Momy : jadi karena ini kamu gak angkat telephone Mom. Semalem
diteleponin kirain kenapa taunya asik teler. Momy sampai minta
kunci ke satpam segala. Mana susah lagi dapetnya. Monyet! (C8)
Kutipan di atas juga terdapat sarkasme. Ungkapan kasar tersebut
bawah ini.
Sindiran kasar juga terlihat ketika Momy baru pulang. Momy melihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
langsung makan. Momy terlihat kesal karena kelakuan Adjeng. Sindiran tersebut
Momy : enak ya, tuan putri makan tinggal makan. Boro-boro bantuin
nyiapin, bantuin masak maunya tinggal mangap aja gak mau
repot( Momy terlihat kesal melihat Adjeng yang sedang sarapan
sementara Lintah tengah sibuk memijat pundak Momy yang
terlihat kelelahan) (C18)
Adjeng adalah tokoh yang bersifat temperamental dan sering marah, ketika
Adjeng : kamu tu tolol banget ya! Nonton Tv gak si, baca Koran? Berapa
banyak korban pemerkosaan yang cuma bisa terima nasib?
Berapa banyak yang mau bunuh diri? mereka itu udah kehilangan
semuanya, harga diri, kepercayaan diri, semua. Boro-boro mau
nglawan semangat idupnya aja juga dah ilang dan ini realitas.
Asmoro : tapi Negara kita Negara hukum. Kenapa tidak seret bajingan
pemerkosanya ke kantor polisi, dudukin di meja pengadilan?
Adjeng ? (sambil membelalakkan
mata Asmoro dengam tangannya). Sejak kapan hukum di Negara
ini berlaku ha? Jangankan lapor polisi, orang keluarga yang
harusnya belain aja malah neken-neken korban karena alasan
malu lah, aib keluarga lah, trus malu kalau ketahuan anaknya dah
gak perawan gak mau ngawinin lah, tahi lah! (Adjeng marah)
(C20)
Adjeng menyebut Asmoro tolol karena Asmoro tidak memberikan
umpatan yang sering dipakai Adjeng ketika marah. Tahi adalah sisa makanan
yang keluar dari lubang pelepasan (dubur), tinja. Umpatan tersebut juga terlihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
juga terlihat dari perkataan Andien yaitu bajingan. Bajingan biasanya dipakai
untuk mendamprat.
menghadapi tingkah laku Adjeng. Asmoro marah dan mereka bertengkar karena
memngetahui Adjeng tidur dengan bos. Asmoro menyebut Adjeng sebagai lonte
Adjeng : berani lo ngomong kayak gitu? Gak usah sok jadi pahlawan deh!
Lu tu yang justru yang nylewengin nama gue tau gak? Nama lo tu
di omongin lagi sejak jadi mentor gue. Lo pikir gue buta apa? Lo
pikir gue gak bisa liat kalau karir nulis lo tu tinggal tunggu
matinya aja. Lo yang harus terima kasih sama gue tahu gak?
(Adjeng semakin marah, Asmoro juga marah dan melempar tubuh
Adjeng ke ranjang. Asmoro menutup muka Adjeng dengan bantal
hingga Ia sulit bernafas. Adjeng mencoba melawan sekuat tenaga
melepaskan diri dari Asmoro hingga tidak berdaya )
Asmoro : dasar lonte, selesai di sini kita.(pergi meninggalkan Adjeng yang
masih sulit bernafas) (C46)
memunculkan kosakata yang tidak ada dalam Kamus Bahasa Indonesia. Kata
tersebut termasuk bahasa prokem (bahasa yang dipakai oleh kelompok tertentu)
atau bahasa gaul yang sebagian ada pada kamus bahasa gaul. Kata yang dimaksud
adalah 1). Lekong artinya laki-laki (www.google/ kamus bahasa gaul), 2) lakor
berhubungan seks (arti kata ngewek dilihat dari konteks kalimatnya saja karena
tidak ditemukan dalam kamus, namun sering dipakai dalam istilah mesum).
Venny : eh, gila lho ye. Santai kali nek, siapa sich yang telephon?lakor
mana lagi?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Adjeng
kepala, menyerupai tanduk) (C7)
karena setiap kisah selalu menampakkan hal ironis dari tokoh utama. Maha selalu
bercerita tentang kebencian, dan nasib buruk yang dialami karena perbuatan
peristiwa. Mayra selalu menceritakan tentang sifat Ayah dan Ibu yang hanya ada
Dalam film nada lebih terlihat jelas karena dapat mendengar intonasi dan
ekspresi para tokoh. Nada itu terlihat ketika terjadi pertengkaran atau
mengeluarkan kata-kata umpatan, namun tidak semua kata umpatan yang keluar
Adjeng tidak terjadi ketika bertengkar namun hanya ungkapan kekesalan hati
Momy karena susah mendapatkan kunci dari satpam. Pada peristiwa itu kata
monyet tidak diucapakan dengan nada tinggi. Kekesalan Momy juga terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
Momy : enak ya, tuan putri makan tinggal makan. Boro-boro bantuin
nyiapin, bantuin masak maunya tinggal mangap aja gak mau
repot( Momy terlihat kesal melihat Adjeng yang sedang sarapan
sementara Lintah tengah sibuk memijat pundak Momy yang
terlihat kelelahan) (C18)
Dari kutipan di atas terlihat Momy terlihat kesal kerena Adjeng tidak mau
kepada Adjeng dan menyebut Adjeng sebagai tuan putri yang hanya bisa makan.
4. Simbolisme
Simbol yang ada dalam cerpen dan film Mereka Bilang Saya Monyet
1. Monyet
lemur dan tarsius) atau kera, baik yang tinggal di Dunia Lama maupun
Dunia Baru. Hingga saat ini dikenal 264 jenis monyet yang hidup di dunia.
Tidak seperti kera, monyet biasanya berekor dan berukuran lebih kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
sebagai kera.
dilihat secara isi tidak pernah muncul seekor monyet. Kata monyet hanya
dan umpatan yang keluar dari Momy dan Adjeng ketika mereka kesal atau
berfikir baik atau buruk. Binatang ini juga sering dipakai sebagai umpatan
karena wujud dan sikapnya yang jelek dan banyak bulu hingga terkesan
buruk.
2. Lintah
Lintah dipakai untuk judul cerpen yang diadaptasi ke dalam film. Maha
(tokoh utama dalam cerpen) menyebut pacar ibunya sebagai Lintah. hewan
lintah juga muncul dalam film Mereka Bilang Saya Monyet. Simbol lintah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
memperkosa Maha yang masih kecil. Hal itu terlihat pada kutipan.
Hari itu terik matahari begitu menyengat. Seragam sekolah saya basah
oleh peluh yang tidak kunjung berhenti menetes. Sesekali saya rasakan
perih saat setitik peluh jatuh tepat pada luka-luka bekas gigitan lintah
(Djenar Maesa Ayu,2004: 16)
(pelecehan) pacar Momy kepada Adjeng. Hal itu terlihat pada gambar di
bawah ini.
Momy.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
akan memperkosa Adjeng SD. Ketika Adjeng SD mandi di bath up, pacar
Momy datang dan masuk ke dalam bath up. Adjeng hanya diam saat pacar
lintah lalu berganti darah hingga air berwarna merah. Lintah menunjukkan
terjadi.
3. Jendela
ventilasi, jalan masuk cahaya matahari, jalan udara bebas ke luar masuk,
dan melalui jendela penghuni rumah bisa melihat bebas pemandangan luar.
dapat menghirup udara kebebasan dari luar dan melihat dunia yang
Dalam film pada episode terakhir terlihat Adjeng melihat dari jendela
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
4. Medusa
Saya pernah membaca di surat kabar bahwa Ibu sudah diberi julukan
penyanyi Medusa (Djenar Maesa Ayu, 2004: 14)
itu, Ibu adalah seorang penyanyi Medusa bermakna siapapun yang melihat
Ibu akan kagum hingga, hanya diam membatu seperti ketika melihat
Medusa.
5. Ironi
Dalam cerpen dan film Mereka Bilang Saya Monyet terdapat terdapat
realita dan fenomena yang berkembang dalam masyarakat. Berikut ini beberapa
Ibu saya memelihara seekor lintah. Lintah itu dibuatkan kandang yang mirip
seperti rumah boneka berlantai dua, lengkap dengan kamar tidur, ruang
makan, ruang tamu dan kamar mandi dan ditempatkan tepat di sebelah kamar
ibu. Saya selalu merengek kepada ibu untuk memelihara hewan lain, namun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
kesenangannya sendiri. Ibu juga tidak tahu penderitaan yang dialami anaknya
sindiran kepada orangtua yang egois dan tidak memperhatikan anaknya bahwa
menjadi korban keegoisan orang tuannya. Ayah Mayra selalu sibuk dengan
pekerjaan dan pacarnya. Mayra tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang.
terjadi pada anak usia dini namun pada kenyataannya peristiwa tersebut ada di
Dalam film pelecehan hanya terjadi ketika Adjeng SD dan dilakukan oleh
orang dekat yaitu pacar Momy. Kenyataan dalam masyarakat juga sering terjadi
peristiwa serupa. Pada salah satu episode dalam film Adjeng juga mengatakan
pemerkosaan. Kekecewaan juga ditujukan kepada hukum uang tidak pernah adil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
Dua cerpen dan film karya Djenar ini mempunyai kesamaan tema
yaitu kondisi keluarga yang tidak bahagia. Tema sentral dalam cerita ini
Adjeng pergi karena wanita lain. Momy mempunyai pacar yang selalu
Adjeng.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
bersama Ayah yang hanya sibuk dengan pekerjaan dan pacarnya. Adjeng
SMP tidak pernah medapat kasih sayang dari Ayah dan Ibunya.
psikologis Adjeng. Semua hal yang dialami Adjeng adalah akibat dari
Tema bawahan cerita cerpen dan film adalah tentang kekerasan dan
seks. Kekerasan yang terjadi tidak hanya berupa fisik tetapi juga
perkataan. Tema seks sangat jelas terlihat karena disebutkan dengan jelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Film Mereka Bilang Saya Monyet adalah film adaptasi dari cerpen
Mereka Bilang Saya Monyet. Perbandingan fakta cerita (alur, tokoh, dan
latar) antara cerpen “Lintah”, “Melukis Jendela” dan film Mereka Bilang
Jendela” terdiri dari 16 episode, sedangkan pada film Mereka Bilang Saya
Monyet terdiri dari 58 episode. Penambahan pada episode C1, C2, C4, C6,
C7, C9, C10, C11, C13, C17, C20, C21, C22, C24, C25, C27, C32, C33,
C34, C35, C36, C37, C38, C39, C40, C41, C42, C43, C45, C46, C49,
C50, C51, C52, C53, C54, C55 yang dilakukan dalam film bertujuan
sebagai benang merah atau penghubung antara dua cerita yang berbeda
hingga membentuk satu kepaduan yang utuh. Pengurangan pada A2, A7,
A9, A13, A14 dan B1, B2, B4, B5, B6, B8, B10, B11, B12, B13, B14,
B15, B16 yang dilakukan tidak mempengaruhi tema dan jalan cerita.
Perbedaan juga terlihat dari jenis alur. Cerpen “Lintah” beralur maju tanpa
back tracking, cerpen “Melukis Jendela” beralur maju namun ada satu
commit
episode terjadi backtracking, to user pada film backtraking sangat
sedangkan
133
perpustakaan.uns.ac.id 134
digilib.uns.ac.id
sering dilakukan. Tokoh dan penokohan antara cerpen dan film Mereka
dalam cerpen yang sama dengan yang ada dalam film yakni tokoh Maha
dengan Adjeng SMP dan dua tokoh tersebut muncul dalam film sebagai
masa lalu Adjeng dewasa sebagai tokoh utama. Tokoh lain yang
berkarakter sama yaitu Ibu (Momy), Lintah (pacar Ibu), Ayah, Bi Inah,
muncul dalam film adalah Asmoro, Venny, Andien. Persamaan latar ruang
yang dihilangkan adalah kamar Ayah dan dapur. Penambahan latar ruang
adalah dapur, kamar mandi, pekarangan (dalam rumah Ibu atau Momy),
dalam mobil, jalan raya, diskotek dan café, kantor, hotel, pasar malam,
plasa senayan, sekolah Adjeng SD, rumah Andien dan Venny, kompleks
perumahan. Perbedaan latar waktu terlihat pada tiga masa yang digunakan
tokoh utama masih SD. Pada cerpen “Melukis Jendela” terjadi ketika
2. Perbandingan sarana sastra antara cerpen dengan film Mereka Bilang Saya
Monyet dapat diketahui sebagai berikut. Judul film sama dengan judul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 135
digilib.uns.ac.id
antara film dan novel tersebut dilakukan dalam rangka fungsi untuk
adaptasi dari cerpen yang diambil dari kumpulan cerpen Mereka Bilang
Saya Monyet. Sudut pandang antara cerpen dengan film diketahui terjadi
“Lintah”. Gaya dan nada yang digunakan oleh pengarang antara cerpen
bahasa dan tulisan, sedangkan film selain menggunakan media bahasa dan
yakni hewan Monyet, hewan Lintah, jendela sedangkan simbol yang tidak
muncul dalam film adalah Medusa karena hanya muncul pada cerpen
“Lintah” saja. Ironi yang terdapat dalam cerpen dan film tersebut di
fisik maupun mental yang dilakukan oleh orang dekat (keluarga) karena
keegoisan orang tua, selain itu pengarang dan sutradara juga memberi
Jendela” dan film Mereka Bilang Saya Monyet diketahui memiliki tema
yang sama yakni kekerasan fisik dan mental kepada anak yang dilakukan
oleh orang dekat karena keegoisan orang tua sebagai tema sentral dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 137
digilib.uns.ac.id
B. Saran
jadi penulis berharap akan ada penelitian lanjutan tentang adaptasi film
hasil lebih maksimal tentang adaptasi film ini tidak hanya dari usur
perkembangan adaptasi tidak hanya terjadi pada cerpen ke film saja namun
banyak jenis adaptasi lain seperti adaptasi novel ke film, cerpen ke komik,
komik ke film, cerpen ke lagu, bahkan dari games ke film dan novel serta
commit to user