Anda di halaman 1dari 157

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PERBANDINGAN KUMPULAN CERPEN DAN FILM

“MEREKA BILANG SAYA MONYET”

(Analisis Struktural Robert Stanton)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan


guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

Sinta Tri Rahayu


C0205004

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERBANDINGAN KUMPULAN CERPEN DAN FILM

“MEREKA BILANG SAYA MONYET”

(Analisis Struktural Robert Stanton)

Disusun oleh

Sinta Tri Rahayu


C0205004

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Prof. Dr. Soediro Satoto


NIP 130516319

Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag.


NIP 196206101989031001

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERBANDINGAN KUMPULAN CERPEN DAN FILM

“MEREKA BILANG SAYA MONYET”

(Analisis Struktural Robert Stanton)


Disusun oleh

Sinta Tri Rahayu


C0205004

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi


Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada tanggal 18 Agustus 2010

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag.


NIP. 196206101989031001 ............................
Sekertaris Dra. Chattri S. Widyastuti, M. Hum
NIP. 196412311994032005 ............................
Penguji I Prof. Dr. Soediro Satoto
NIP. 130516319 ............................
Penguji II Dra. Murtini, M. S.
NIP. 195707141983032001 ............................

Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M. A.
commit to user
NIP 195303141985061001

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : Sinta Tri Rahayu

NIM : C0205004

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Perbandingan Kumpulan Cerpen

dan Film Mereka Bilang Saya Monyet (Analisis Struktural Robert Stanton) adalah betul-

betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan

karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar

pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2010

Yang membuat pernyataan,

Sinta Tri Rahayu

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini ku persembahkan untuk

Ibu terhebat sebagai inspirasi saya,

Ayah (Alm), tlah ku buktikan ku mampu penuhi maumu.

Mbak Anggar dan Mbak Laras

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Hidupmu indah bila kau tahu jalan mana yang benar


Harapan ada, harapan ada bila kau percaya, bila kau mengerti.
(Syair lagu dari Glen Fredly)
Ujian adalah cara Tuhan meningkatkan derajat kita menjadi lebih tinggi
Maka sambut ujian di setiap fase kehidupan yang akan kita jalani.
(Mario Teguh)

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga sampai saat ini penulis

masih diberikan kesempatan untuk berkarya dan mengisi kehidupan ini. Salawat serta salam

semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasul, Muhammad s.a.w, keluarga, dan para

sahabatnya.

Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik setelah sempat

tertunda. Berbagai kendala dan rintangan mulai dari pelaksanaan penelitian sampai pada

penyusunan skripsi ini telah berhasil dilalui. Semua itu tentunya berkat dukungan,

bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian ini.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas

Maret Surakarta, yang telah memberikan kepercayaan dan dukungan selama

penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Soediro Satoto, selaku pembimbing skripsi sekaligus “teman diskusi yang

baik” yang selalu memberikan pemikiran, arahan dan perhatian penuh kepada penulis

selama penelitian berlangsung.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Dra. Murtini, M. S., sebagai penelaah skripsi yang selalu memberikan semangat,

arahan, dan masukan kepada penulis mulai dari pembuatan proposal hingga

penyusunan skripsi ini.

5. FX. Sawardi, M. Hum., sebagai pembimbing akademik yang selalu memberikan

semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan kuliah.

6. Segenap karyawan dan Dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret Surakarta, yang telah membantu dalam fasilitas dan administrasi kepada penulis

selama ini.

7. Keluarga tercinta yang selalu mendukung dan memberi semangat.

8. Mahasiswa Sastra Indonesia khususnya angkatan 2005 yang telah memberikan

kebersamaan, keceriaan, dan pengalaman yang sangat berharga kepada penulis.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya

penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Sinta Tri Rahayu. C0205004. 2010. Perbandingan Kumpulan Cerpen dan Film Mereka
Bilang Saya Monyet (Analisis Struktural Robert Stanton) Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini mengkaji perbandingan struktur cerpen ”Lintah” dan ”Melukis


Jendela” dari kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet dengan film Mereka Bilang
Saya Monyet. Permasalahan yang dibahas adalah 1) Bagaimana perbandingan fakta cerita
yang terdapat dalam film Mereka Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang
Saya Monyet? 2) Bagaimana perbandingan sarana sastra yang terdapat dalam film Mereka
Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet? 3) Bagaimana
perbandingan tema yang terdapat dalam film Mereka Bilang Saya Monyet dan kumpulan
cerpen Mereka Bilang Saya Monyet?
Adapun objek penelitian ini terdiri dari objek material dan objek formal. Objek
material penelitian ini adalah kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet dan film
Mereka Bilang Saya Monyet. Objek formal penelitian ini yaitu perbandingan struktur antara
cerpen Mereka bilang Saya Monyet dan film Mereka Bilang Saya Monyet.Objek kajian
penelitian ini adalah aspek-aspek adaptasi yang terkait dengan persamaan dan perbedaan
dari kumpulan cerpen ke film “Mereka Bilang Saya Monyet” ditinjau dari struktur
narasinya.Teori struktural yang digunakan adalah teori struktural Robert Stanton. Stanton
membagi unsur intrinsik fiksi menjadi tiga bagian, yaitu: fakta cerita, sarana cerita, dan
tema. Ia membagi unsur fakta cerita menjadi tiga, yaitu alur, tokoh, dan latar. Adapun sarana
cerita terdiri dari judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada, simbolisme, dan ironi.
Berdasarkan analisis data penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1)Film Mereka Bilang Saya Monyet adalah film adaptasi dari cerpen “Lintah” dan “Melukis
Jendela” yang terdapat pada kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Perbandingan
fakta cerita (alur, tokoh, dan latar) antara cerpen “Lintah”, “Melukis Jendela” dan film
Mereka Bilang Saya Monyet, di dalamnya terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Alur
cerpen “Lintah” terdiri dari 14 episode, alur cerpen ”Melukis Jendela” terdiri dari 16
episode, sedangkan pada film Mereka Bilang Saya Monyet terdiri dari 58 episode.
Penambahan yang dilakukan dalam film bertujuan sebagai benang merah atau penghubung
antara dua cerita yang berbeda hingga membentuk satu kepaduan yang utuh. Pengurangan
yang dilakukan tidak mempengaruhi tema dan jalan cerita. Perbedaan juga terlihat dari jenis
alur. Cerpen “Lintah” beralur maju tanpa backtracking, cerpen “Melukis Jendela” beralur
maju namun ada satu episode terjadi backtracking, sedangkan pada film backtraking sangat
sering dilakukan. Tokoh dan penokohan antara cerpen dan film Mereka Bilang Saya Monyet
diketahui memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan tersebut menyangkut
karakter beberapa tokoh dalam cerpen yang sama dengan yang ada dalam film yakni tokoh
Maha yang berkarakter sama dengan Adjeng SD, Mayra berkarakter sama dengan Adjeng
SMP dan dua tokoh tersebut muncul dalam film sebagai masa lalu Adjeng dewasa sebagai
tokoh utama. Tokoh lain yang berkarakter sama yaitu Ibu (Momy), Lintah (pacar Ibu),
Ayah, Bi Inah, dan teman-teman laki-laki commit to userSMP (Mayra). Tokoh tambahan yang
Adjeng
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

muncul dalam film adalah Asmoro, Venny, Andien. Persamaan latar ruang adalah di rumah
Momy, rumah Ayah, di Swalayan, Sekolah Mayra. Latar yang dihilangkan adalah kamar
Ayah dan dapur. Penambahan latar ruang adalah dapur, kamar mandi, pekarangan (dalam
rumah Ibu atau Momy), ruang makan dalam rumah Ayah, panggung dan studio, apartemen,
di dalam mobil, jalan raya, diskotek dan café, kantor, hotel, pasar malam, plasa senayan,
sekolah Adjeng SD, rumah Andien dan Venny, kompleks perumahan. Perbedaan latar waktu
terlihat pada tiga masa yang digunakan pada film. Masa pertama ketika Adjeng SD (adaptasi
“Lintah”), masa kedua ketika Adjeng SMP (adapatasi “Melukis Jendela”), masa ketiga
ketika Adjeng dewasa. Persamaan pada cerpen “Lintah” terjadi ketika tokoh utama masih
SD. Pada cerpen “Melukis Jendela” terjadi ketika tokoh utama SD hingga SMP.
2)Perbandingan sarana sastra antara cerpen dengan film Mereka Bilang Saya Monyet
dapat diketahui sebagai berikut. Judul film sama dengan judul buku kumpulan cerpen
Mereka Bilang Saya Monyet. Persamaan judul antara film dan cerpen tersebut dilakukan
dalam rangka fungsi untuk menegaskan bahwa film Mereka Bilang Saya Monyet merupakan
hasil adaptasi dari cerpen yang diambil dari kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet.
Sudut pandang antara cerpen dengan film diketahui terjadi perbedaan yakni dalam cerpen
“Lintah” sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama utama, dalam
cerpen “Melukis Jendela” sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga terbatas,
sedangkan dalam film menggunakan sudut pandang sama dengan cerpen “Lintah”. Gaya dan
nada yang digunakan oleh pengarang antara cerpen dengan film memiliki perbedaan.
Perbedaan tersebut dikarenakan media yang berbeda antara cerpen dengan film, Pengarang
menggunakan persamaan simbol dalam cerpen maupun film yakni hewan Monyet, hewan
Lintah, jendela sedangkan simbol yang tidak muncul dalam film adalah Medusa karena
hanya muncul pada cerpen “Lintah” saja. Ironi yang terdapat dalam cerpen dan film
tersebut di antaranya tentang peristiwa yang sering terjadi di masyarakat namun tidak
diperhatikan. Peristiwa tersebut tentang kekerasan terhadap anak secara fisik maupun mental
yang dilakukan oleh orang dekat (keluarga) karena keegoisan orang tua. Selain itu
pengarang dan sutradara juga memberi kritikan kepada pemerintah tentang minimnya
perlindungan terutama hukum kepada anak yang mengalami peristiwa itu.
3)Perbandingan tema yang terdapat dalam cerpen “Lintah”, “Melukis Jendela” dan film
Mereka Bilang Saya Monyet diketahui memiliki tema yang sama yakni kekerasan fisik dan
mental kepada anak yang dilakukan oleh orang dekat karena keegoisan orang tua sebagai
tema sentral dan kekerasan dalam kehidupan luas termasuk seks sebagai tema bawahan.

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vii
ABSTRAK .............................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 7

C. Perumusan Masalah ................................................................................................ 7

D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR ................................................. 11


A. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 11

B. Landasan Teori ..................................................................................................... 13

1. Teori Struktural Robert Stanton……………………………………………14

1.1. Fakta Cerita……………………………………………………………14

1.1.1. Alur .................................................................................................. 14

1.1.2. Tokoh atau Karakter ........................................................................ 16

1.1.3. Latar................................................................................................. 16

1.2. Sarana Sastra…………………………………………………………..16

1.2.1. Judul ............................................................................................... 17


commit to user
1.2.2. Sudut Pandang ................................................................................. 17
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.2.3. Gaya dan Tone ................................................................................. 18

1.2.4. Simbolisme ...................................................................................... 18

1.2.5. Ironi………………………………………………………………19

1.3. Tema……………………………………………………………………19

2. Adaptasi, Ekranisasi, dan Alih Wahana …………………………………….20

C. Kerangka Pikir…………………………………………………………………24

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................................... 25


A. Metode Penelitian………………………………………………………………25

B. Objek Penelitian………………………………………………………………..25

C. Data dan Sumber Data…………………………………………………………26

D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………….26

E. Teknik Pengolahan Data ……………………………………………………..27

BAB IV ANALISIS ……………………………………………………………………28


A. Perbandingan Fakta Cerita dalam Cerpen “Lintah” dan “Melukis Jendela”

dengan film Mereka Bilang Saya Monyet………………………………………28

1. Alur………………………………………………………………………28

2. Tokoh dan Penokohan ……………………………………………………55

3. Latar………………………………………………………………………84

B. Perbandingan Sarana Sastra dalam Cerpen “Lintah” dan “Melukis Jendela”

dengan film Mereka Bilang Saya Monyet…………………………………….. 104

1. Judul………………………………………………………………………104

2. Sudut Pandang……………………………………………………………106

3. Gaya dan Nada……………………………………………………………111


commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Simbolisme……………………………………………………………….122

5. Ironi……………………………………………………………………….128

C. Perbandingan Tema dalam Cerpen “Lintah” dan “Melukis Jendela”

dengan film Mereka Bilang Saya Monyet………………………………………. 131

BAB V PENUTUP………………………………………………………………………133
A. Simpulan………………………………………………………………………133

B. Saran ................................................................................................................ 137

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 138


LAMPIRAN

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1................................................................................................................. 50

Diagram 2................................................................................................................. 51

Diagram 3................................................................................................................. 52

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1.......................................................................................................... 53

Tabel 2.......................................................................................................... 83

Tabel 3.......................................................................................................... 101

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1...................................................................................................... 57

Gambar 2...................................................................................................... 57

Gambar 3...................................................................................................... 57

Gambar 4...................................................................................................... 60

Gambar 5...................................................................................................... 60

Gambar 6...................................................................................................... 60

Gambar 7...................................................................................................... 61

Gambar 8...................................................................................................... 62

Gambar 9...................................................................................................... 62

Gambar 10.................................................................................................... 66

Gambar 11.................................................................................................... 66

Gambar 12.................................................................................................... 66

Gambar13..................................................................................................... 66

Gambar 14.................................................................................................... 66

Gambar15..................................................................................................... 66

Gambar 16.................................................................................................... 69

Gambar 17.................................................................................................... 69

Gambar 18.................................................................................................... 69

Gambar 19.................................................................................................... 72

Gambar 20.................................................................................................... 72

Gambar 21.................................................................................................... 72
commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 22.................................................................................................... 72

Gambar 23.................................................................................................... 73

Gambar 24.................................................................................................... 73

Gambar 25.................................................................................................... 73

Gambar 26.................................................................................................... 74

Gambar 27.................................................................................................... 75

Gambar 28.................................................................................................... 77

Gambar 29.................................................................................................... 80

Gambar 30.................................................................................................... 80

Gambar 31.................................................................................................... 81

Gambar 32.................................................................................................... 85

Gambar 33.................................................................................................... 86

Gambar 34.................................................................................................... 87

Gambar 35.................................................................................................... 87

Gambar 36.................................................................................................... 89

Gambar 37.................................................................................................... 89

Gambar 38.................................................................................................... 90

Gambar 39.................................................................................................... 90

Gambar 40.................................................................................................... 90

Gambar 41.................................................................................................... 91

Gambar 42.................................................................................................... 92

Gambar 43.................................................................................................... 93

Gambar 44.................................................................................................... 93
commit to user

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 45.................................................................................................... 93

Gambar 46.................................................................................................... 94

Gambar 47.................................................................................................... 94

Gambar 48.................................................................................................... 94

Gambar 49.................................................................................................... 94

Gambar 50.................................................................................................... 94

Gambar 51.................................................................................................... 94

Gambar 52.................................................................................................... 95

Gambar 53.................................................................................................... 95

Gambar 54.................................................................................................... 96

Gambar 55.................................................................................................... 96

Gambar 56.................................................................................................... 97

Gambar 57.................................................................................................... 97

Gambar 58.................................................................................................... 98

Gambar 59.................................................................................................... 98

Gambar 60.................................................................................................... 99

Gambar 61.................................................................................................... 99

Gambar 62.................................................................................................... 99

Gambar 63.................................................................................................... 99

Gambar 64.................................................................................................... 99

Gambar 65.................................................................................................... 100

Gambar 66.................................................................................................... 100

Gambar 67.................................................................................................... 103


commit to user

xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 68.................................................................................................... 103

Gambar 69.................................................................................................... 105

Gambar 70.................................................................................................... 105

Gambar 71.................................................................................................... 125

Gambar 72.................................................................................................... 125

Gambar 73.................................................................................................... 125

Gambar 74.................................................................................................... 125

Gambar 75.................................................................................................... 125

Gambar 76.................................................................................................... 125

Gambar 78.................................................................................................... 125

Gambar 79.................................................................................................... 126

Gambar 80.................................................................................................... 126

Gambar 81.................................................................................................... 126

Gambar 82.................................................................................................... 126

Gambar 83.................................................................................................... 126

Gambar 84.................................................................................................... 126

Gambar 85.................................................................................................... 127

commit to user

xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra sebagai bentuk dan hasil pekerjaan kreatif, pada

hakikatnya adalah suatu media yang menggunakan bahasa untuk

mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Sebuah karya sastra pada

umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan

masyarakat.

Perkembangan penceritaan tentang kehidupan manusia ini tidak hanya

berhenti dalam dunia sastra atau tulisan namun juga dikemas dalam bentuk

audiovisual atau film. Novel menyampaikan cerita, ide, dan amanat dengan

pertolongan kata-kata, sehingga kata-kata menempati kedudukan penting

dalam novel. Seorang novelis hanya bisa menyampaikan cerita atau

amanatnya dengan kata-kata. Seorang novelis membangun alur, penokohan,

latar, dan suasana dengan bantuan kata-kata (Pamusuk Eneste, 1991:6).

Novel dan film adalah suatu bentuk karya seni yang berbeda. Novel

adalah rangkaian peristiwa yang dituangkan melalui tulisan hingga

membentuk satu cerita yang utuh namun berbeda dengan film. Film

merupakan medium audio-visual sehingga hal yang penting dalam sebuah

film adalah gerak gambar-gambar di sebuah layar putih yang membentuk satu

keutuhan cerita. Film juga merupakan gabungan dari berbagai ragam

kesenian: musik, seni rupa, drama, sastra ditambah dengan unsur fotografi

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

itulah yang menyebabkan film menjadi kesenian yang kompleks (Pamusuk

Eneste, 1991:18).

Dalam menciptakan karya, adaptasi sering dilakukan oleh para

seniman. Dalam hal ini adaptasi dari cerpen ke dalam lagu seperti Rectoverso

karya Dee, syair lagu berawal dari puisi misalnya puisi yang bejudul Sajadah

Panjang karya Taufik Ismail yang kemudian dinyanyikan oleh Bimbo.

Cerpen ke dalam komik contohnya Anak Kost Dodol karya Dewi Rieke,

novel ke dalam film seperti The Davinci Code, ataupun sebaliknya.

Pengadaptasian marak dilakukan oleh para sutradara di Indonesia bahkan di

dunia. Proses adaptasi menjadi bagian yang sering dilakukan oleh pekerja

film karena hal ini lebih memudahkan mereka dalam penggarapan karena

Sutradara tidak perlu menentukan tema. Banyak serial Korea dan Jepang yang

mengadaptasi dari komik. Misalnya komik Jepang yang berjudul Hana Yori

Dango diadaptasi menjadi Dorama (istilah serial di Jepang) dan juga

Animenya dengan judul yang sama. Hana Yori Dango juga diadaptasi ke

dalam serial Korea dengan judul Boys Before Flower, di Taiwan dengan judul

Meteor Garden dan keduanya pernah ditayangkan di Indonesia, Princess

Hours (adaptasi dari komik Gong) dari Korea, Harry Potter (adaptasi novel

karya J.K Rowling), The Lord of the Rings yang diadaptasi dari novel karya

Tolkien.

Di Indonesia, proses adaptasi dari novel ke film juga dilakukan oleh

para sineas Indonesia, seperti pada film Si Doel Anak Betawi (1973) karya

Sjumandjaja yang diangkat dari novel Si Doel Anak Betawi karya Aman Dt.

Madjoindo, film Ca Bau Kan (2002) karya Nia Dinata yang diangkat dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

novel Ca Bau Kan karya Remy Sylado, dua novel karya Habiburrahman El

Shirazy yaitu Ayat-ayat Cinta (2008) dan Ketika Cinta Bertasbih (2009),

Laskar Pelangi (2008) novel karya Andrea Hirata. Adaptasi film Siti Nurbaya

(1990) ke dalam bentuk sinetron yang tayang di Trans TV karya Dedi Setiadi

yang diangkat berdasarkan novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli yang

dilanjutkan dengan film Sengsara Membawa Nikmat (1991) dan bentuk

sinetron karya Tulis Sutan Sati (TVRI), Lupus karya Hilman Wijaya

(Indosiar), Padamu Aku Bersimpuh dan Al Bahri karya Gola Gong (RCTI dan

TV7), film Cintaku di Kampus Biru (1976), sinetron (2003) karya Ashadi

Siregar (RCTI), dan Keluarga Cemara karya Arswendo (RCTI).

Pengadaptasian dari novel ke dalam film biasanya dikarenakan novel

tersebut sudah terkenal, sehingga masyarakat pada umumnya sudah tidak

asing lagi terhadap cerita tersebut. Kondisi ini akan mendukung aspek

komersial. Selain itu ada juga yang menitikberatkan pada ide cerita yang

dianggap bagus. Sementara untuk penulis skenario, proses adaptasi cukup

membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

Dalam hal ini sastra dijadikan sebagai sumber dan titik tolak dari karya

tersebut.

Salah satu karya sastra yang diangkat menjadi sebuah film adalah dua

cerpen Djenar Maesa Ayu yang berjudul “Lintah” dan “Malukis Jendela”

yang diambil dari kumpulan cerpennya yang berjudul Mereka Bilang Saya

Monyet. Djenar sebagai penulis menyajikan hasil tulisannya ke dalam bentuk

yang berbeda dan secara otomatis menimbulkan perbedaan struktur masing-

masing karya. Perbedaan ini terjadi tidak disebabkan oleh pengarang dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

sutradara sebagai pembuat film tetapi perbedaan tersebut muncul berkaitan

dengan segi artistik serta perubahan yang sengaja ditimbulkan. Oleh karena,

tidak semua hal yang dapat ditulis dapat divisualisasikan atau sebaliknya. Hal

tersebut terbukti dari hasil adaptasi Mereka Bilang Saya Monyet kumpulan

cerpen dan film dengan judul yang sama tersebut mempunyai perbedaan dan

persamaan walaupun keduanya diciptakan oleh orang yang sama yaitu Djenar

Maesa Ayu. Adaptasi cerpen ke dalam bentuk film yang diciptakan oleh

Djenar Maesa Ayu ini menjadi menarik untuk diteliti.

Film Mereka Bilang Saya Monyet diproduksi tahun 2007 dengan total

biaya 700 juta rupiah. Judul film bergenre drama ini diambil dari buku

kumpulan cerpen berjudul sama. Djenar dan Indra Herlambang mengadaptasi

dua cerpen yaitu “Lintah” dan “Melukis Jendela” yang diambil dari kumpulan

cerpen tersebut dan mengambil benang merah kedua cerita yang berbeda

tersebut ke dalam bentuk skenario.

Film tersebut berdurasi 90 menit yang dibuat dalam format digital

ini dirilis di Blizt Megaplex, Grand Indonesia tanggal 29 Desenber 2007.

Dengan demikian, film ini hanya bisa dinikmati di jaringan bioskop

BlitzMegaplex yang menyediakan fasilitas dukungan format digital tersebut.

Kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet adalah buku Djenar

yang muncul di masyarakat pada tahun 2002. Cerpen-cerpen dalam buku

tersebut sebelumnya pernah muncul di berbagai mass media. Buku tersebut

berisi sebelas judul cerpen yaitu “Mereka Bilang Saya Monyet” (Jurnal

Cerpen Indonesia- edisi 1, Februari 2002), “Lintah” (Harian Kompas,

Minggu, 27 Mei 2001), “Durian” (Harian Media Indonesia Minggu, 20


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

Januari 2002), “Melukis Jendela” (Majalah Sastra Horison- edisi November

2001), “SMS”, “Menepis Harapan” (Harian Republika, Minggu, 24 Maret

2002), “Waktu Nayla” (Harian Kompas, Minggu, 28 Juli 2002), “Wong Asu”

(Harian Lampung Post Minggu, 24 Maret 2002), “Namanya,….,” “Asmoro”

(Harian Kompas, Minggu 28 Juli 2002), “Manusya dan Dia” (Majalah A+,

Agustus 2002).

Djenar menjatuhkan pilihan pada dua cerpen yaitu “Lintah” dan

“Melukis Jendela” untuk selanjutnya digarap lebih lanjut ke dalam bentuk

sebuah film. Dua cerpen ini dipilih karena memiliki masalah yang sama yaitu

berkisar ikhwal anak-anak yang masih sangat remaja yang tidak pernah

mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya karena kurang perhatian dan kasih

sayang dari orang tua, Ibu dan Ayah yang lebih mementingkan diri sendiri,

mereka telah kehilangan orang tua di masa yang sangat muda serta pelecehan

seksual terhadap sang anak oleh orang dekat dalam keluarga atau oleh

lingkungannya (teman sekolah). Dunia anak-anak adalah dunia yang kaya

dengan imajinasi maka wajar jika dalam menghadapi penindasan dari Ibunya

dan Pacar Ibu anak dalam cerpen “Lintah” langsung mendramatisasi dan

menyebut pacar Ibunya sebagai seekor lintah.

Dua cerpen tersebut mempunyai latar belakang sama yaitu tentang

anak-anak yang menjadi korban ketidakbahagiaan keluarga, penggunaan

imajinasi yang diciptakan dalam penceritaan dan penyelesaian masalah serta

masalah tindak pelecehan seksual yang dilakukan orang dekat dan di

sekitarnya. Hal tersebut kemudian dirangkum atau disatukan dengan cara

memunculkan sebuah gambaran kehidupan masa depan kedua tokoh tersebut


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

ketika dewasa (kisah Adjeng dewasa dan kehidupannya yang ada dalam film).

Dua bentuk karya yang dihasilkan Djenar yaitu cerpen dan film mempunyai

persamaan problematika yakni berkisar tentang anak, simbol dan seks.

Djenar adalah seorang sutradara pendatang baru yang muncul dengan

berbagai prestasi. Mereka Bilang Saya Monyet adalah film pertamanya dan

film tersebut berhasil meraih prestrasi baik di dunia film Indonesia maupun

luar negeri. Penghargaan yang berhasil diraih yaitu Festival Film Indonesia

(2009) Skenario Adaptasi Terbaik Djenar Maesa Ayu dan Indra

Herlambang,“ Pemeran Utama Wanita Terbaik Titi Sjuman, Pemeran

Pendukung Wanita Terbaik Henidar Amroe, Penata Musik Terbaik: Aksan

Sjuman & Titi Sjuman, Sutradara Pendatang Terbaru Terbaik Djenar Maesa

Ayu. Asian Hot Shot Berlin (2009) Official Selection., Indonesian Movie

Awards (2008) Best New Comer Actress Titi Sjuman, Best Supporting

Actress Henidar Amroe, Most Favorite Movie Nominee. Singapore

International Film Festival (2008) Nominated as The Best Asian Featured

Film. Jogja Netpac International Film Festival (2008) Official Selection.

Hongkong International Film Festival Official Selection (2008). Tallin Black

Night International Film Festival Official Selection(2008). Jakarta

International Film Festival: Nominated as The Best Director and The Best

Feature Film (2008). Osan’s Cinefan International Film Festival: Nominated

as The Best First Feature Film (Gramedia, 2009).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis sangat tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Kumpulan Cerpen dan

Film “Mereka Bilang Saya Monyet” (Analisis Struktural Robert Stanton)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

perbandingan karya adaptasi dari cerpen ke bentuk film sangat penting untuk

dilakukan agar dapat memperkaya corak penelitian karya sastra Indonesia.

Penilitian ini menggunakan data cerpen dan transkrip film. Alasan

penggunaan transkrip film adalah pertama kajian dalam penelitian ini adalah

perbandingan struktur cerpen dan film yang dapat dikaji melalui dialog, jalan

cerita dan karakter yang diperoleh dari transkrip film tanpa harus

menggunakan skenario, kedua upaya pencarian skenario mengalami kendala.

B. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah

perbandingan fakta cerita, sarana sastra, dan tema yang terdapat dalam film

dan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet.

C. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perbandingan fakta cerita yang terdapat dalam film Mereka

Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet?

2. Bagaimana perbandingan sarana sastra yang terdapat dalam film Mereka

Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet?

3. Bagaimana perbandingan tema yang terdapat dalam film Mereka Bilang

Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mencapai hasil sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan perbandingan fakta cerita yang terdapat dalam film

Mereka Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya

Monyet.

2. Mendeskripsikan perbandingan sarana sastra yang terdapat dalam film

Mereka Bilang Saya Monyet dan kumpualan cerpen Mereka Bilang Saya

Monyet.

3. Mendeskripsikan perbandingan tema yang terdapat dalam film Mereka

Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat:

a. memberikan sebuah alternatif lain mengenai objek penelitian sastra

khususnya bagi mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, dalam hal ini

objek penelitian berupa film dan kumpulan cerpen;

b. memperkaya corak penelitian sastra Indonesia khususnya penelitian

sastra dengan objek kajian film dan kumpulan cerpen;

c. memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu sastra pada

khususnya, dan ilmu humaniora pada umumnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat:

a. menginformasikan tentang film Mereka Bilang Saya Monyet dan

kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet kepada masyarakat;

b. membantu pembaca dalam memahami dan memaknai film Mereka

Bilang Saya Monyet dan kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet;

c. memberikan nilai pembentukan moral dan sikap orang tua terhadap

perkembangan psikologis anak, khususnya tentang nilai-nilai yang

terkandung dalam film Mereka Bilang Saya Monyet dan kumpulan

cerpen Mereka Bilang Saya Monyet.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini berisi deskripsi yang disajikan dalam bentuk bab yang

terdiri atas lima bab. Masing-masing bab tersebut menyajikan uraian-uraian

dalam bentuk subbab. Sesuai dengan isinya, uraian ringkas mengenai masing-

masing bab tersebut dijelaskan dalam sistematika penelitian sebagai berikut.

Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi kajian pustaka dan kerangka pikir. Dalam kajian

pustaka diungkapkan penelitian terdahulu dan landasan teori yang digunakan

untuk menganalisis data kajian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian,

objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, teknik penyajian data, dan teknik penarikan simpulan.

Bab keempat berisi pembahasan. Dalam pembahasan ini akan

disajikan tentang hasil penelitian berupa jawaban permasalahan yang telah

dirumuskan dalam bab pertama.

Bab kelima merupakan penutup. Bab kelima ini berisi simpulan akhir

dan saran.

Penelitian ini juga disertai dengan daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian dengan objek kajian berupa

adaptasi film Mereka Bilang Saya Monyet belum pernah dilakukan. Adapun

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut.

Dewi Mayangsari (2006) mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan UNS dalam skripsinya berjudul Analisis Gaya Bahasa Kumpulan

Cerpen “Mereka Bilang Saya Monyet” Karya Djenar Maesa Ayu (Kajian

Stilistika) adapun yang analisis sebagai berikut. (1)Pemakaian gaya bahasa dalam

kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet karya Djenar Maesa Ayu meliputi

20 jenis gaya bahasa, yaitu bahasa anaphora; hiperbola; epitet; personifikasi;

sarkasme; epizeukis; antithesis; epanalepsis; klimaks; antiklimaks; pleonasme;

anadiplosis; anadiplosis; simile; metonimia; litotes; ironi; paradoks; erotesis;

sinedoke; dan eponym, (2) Gaya bahasa yang paling banyak digunakan dalam

kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet adalah gaya anaphora yaitu

repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat

berikutnya. Hal ini dimaksudkan Djenar untuk memberikan penekanan atau

penegasan agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara jelas dan

tepat. Pengarang banyak menggunakan gaya bahasa perulangan sebagai

penegasan dan penyajian berbagai macam gaya bahasa lain sehingga tulisannya

menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Di sisi lain, pembaca juga

mengungkapkan bahwa pengarang lebih banyak menggunakan gaya bahasa

repetisi atau perulangan kata, frasa, dan klausa dalam kalimat, (3) makna gaya
commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet

disesuaikan oleh konteks yang ada dalam setiap cerpen yang ditampilkan oleh

Djenar sehingga memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pembaca.

Makna tersebut memberikan pemahaman yang lebih memdalam kepada pembaca.

Makna tersebut memberikan gambaran terhadap pembaca mengenai kehidupan

yang dialami oleh tokoh-tokohnya yang dibentuk dari imajinasi pengarang yang

terkadang mendapatkan pembesaran atau hiperbolik dengan mengkaitkannya

pada realitas atau kenyataan hidup yang ada.

Skripsi Ratna Permata Sari (2009) dengan judul Kekerasan Terhadap

Anak dalam Film (Analisis Semiotika Komunikasi Tentang Bentuk-bentuk

Kekerasan terhadap Anak dan Dampak pada Usia Dewasa dalam Film “Mereka

Bilang Saya Monyet”) membahas kekerasan terhadap anak merupakan fenomena

yang dekat dengan kehidupan kita. Dari tahun ke tahun tingkat kekeasan terhadap

anak terus meningkat. Isu-isu sosial dalam masyarakat seperti inilah yang

ditangkap media sebagai wacana yang perlu untuk disosialisasikan. Penyampaian

pesan tersebut tidak hanya melalui berita, baik media cetak maupun elektronik

namun dapat juga disampaikan melalui film dan salah satunya film dengan judul

Mereka Bilang Saya Monyet ini. Di dalamnya diceritakan tentang kekerasan yang

dialami tokoh utama ketika kecil sehingga berdampak pada kondisi psikologis dan

kehidupan sosialnya ketika dewasa. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

lebih dalam tanda-tanda yang digunakan untuk memepresentasikan kekerasan

terhadap anak dan dampaknya di usia dewasa baik yang bersifat verbal maupun

nonverbal yang terjadi dalam film Mereka Bilang Saya Monyet. Analisis yang

digunakan yaitu teori semiotika Roland Bathes. Analisis dilakukan dengan dua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

tahap (1) signifikasi tingkat pertama yaitu makna denotasi yang terkandung dalam

scene-scene tersebut dan dilanjutkan dengan (2) signifikasi tingkat kedua yang

menguraikan makna konotasinya dan dalam tahap inilah terkandung mitos.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah film Mereka Bilang Saya Monyet mampu

menyampaikan berbagai pesan atau tanda-tanda yang menujukkan terjadinya

kekerasa terhadap anak dengan berbagai bentuk antara lain kekerasan secara fisik,

emosional atau verbal, seksual dan kekerasan yang dilakukan di sekolah.

Kekerasan yang dilakukan orang-orang disekitarnya memberikan dampak negatif

bagi anak di usia dewasa antara lain menjadi pendendam dan ketikpercayaan

kepada orang lain.

Berdasarkan pelacakan penulis, penelitian dengan membandingkan kedua

objek yaitu kumpulan cerpen dan film Mereka Bilang Saya Monyet karya Djenar

Maesa Ayu belum pernah dilakukan.

B. Landasan Teori

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan struktural, yang

memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik dalam cerpen yang berjudul “Lintah”

dan ”Melukis Jendela” yang diambil dari kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya

Monyet dan film Mereka Bilang Saya Monyet oleh karena itu penelitian ini tidak

akan membahas unsur-unsur lain di luar teks. Pendekatan struktural dipandang

dapat digunakan mencapai tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menemukan

persamaan sekaligus perbedaan yang terjadi akibat pengadaptasian tersebut.

Berikut akan disampaikan teori yang mendukung untuk digunakan dalam

pembahasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Adapun teori struktural yang digunakan untuk menganalisis adalah teori

struktural Robert Stanton. Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi tiga

bagian, yaitu: fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Ia membagi unsur fakta cerita

menjadi tiga, yaitu alur, tokoh, dan latar. Sedangkan sarana cerita terdiri dari

judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada, simbolisme, dan ironi.

1. Teori Struktural Robert Stanton

1.1 Fakta Cerita

Karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-

elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita.

Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan „struktur faktual‟

atau „tingkatan faktual cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek

cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot dari satu sudut pandang

(Stanton, 2007:22).

Unsur-unsur yang berkaitan dengan fakta cerita adalah sebagia berikut:

1.1.1 Alur

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam

sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang

terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang

menyebabkan atau yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang

tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya

(Stanton, 2007:26).

Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-

elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendri meskipun jarang diulas

panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa

yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya.

Sama halnya dengan elemen-elemen lain, alur alur memiliki hukum-hukum

sendir; alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata,

meyakinan dan logis, dapat menciptakan bermacam-macam kejutan, dan

memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton,

2007:28).

Dua elemen dasar yang membangun alur adalah ‟konflik‟ dan

‟klimaks‟. Konflik utama selalu bersifat fundamental, membenturkan ‟sifat-

sifat‟ dan ‟kekuatan-kekuatan‟ tertentu. (Stanton, 2007:32).

Menurut Soediro Satoto, 1996: 28-29 sorot balik (flashback), yaitu

urutan tahapannya dibalik seperti halnya regresif. Teknik flashback jelas

mengubah teknik pengaluran dari yang progresif ke regresif. Berbeda dengan

teknik tarik balik (backtracking), jenis pengalurannya tetap progresif, hanya

saja pada tahap-tahap tertentu, peristiwanya ditarik ke belakang. Jadi yang

ditarik kebelakang hanya peristiwanya (mengenang peristiwa yang lalu) tetapi

alurnya tetap alur maju atau progresif.

1.1.2 Tokoh atau Karakter

Tokoh atau biasa disebut „karakter‟ biasanya dipakai dalam dua

konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang

muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada berbagai

percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral

dari individu-individu tersebut. Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan

satu „tokoh utama‟ yaitu tokoh yang terkait dengan semua peristiwa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

berlangsung dalam cerita. Alasan seorang tokoh untuk bertindak sebagaimana

yang dilakukan dinamakan „motivasi‟ (Stanton, 2007:33).

1.1.3 Latar

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam

cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang

berlansung. Latar dapat berwujud dekor. Latar juga dapat berwujud waktu-

waktu tertentu. Latar terkadang berpengaruh pada karakter-karakter. Latar

juga terkadang menjadi contoh representasi tema. Dalam berbagai cerita

dapat dilihat bahwa latar memiliki daya untuk memunculkan tone dan mode

emosiaonal yang melingkupi sang karakter. Tone emosional ini disebut

dengan istilah „atmosfer‟. Atmosfer bisa jadi merupakan cermin yang

merefleksikan suasana jiwa sang karakter (Stanton, 2007:35-36).

1.2 Sarana Cerita

Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang)

memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna.

Metode semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai

fakta melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta

tersebut sehingga pengalaman pun dapat dibagi (Stanton, 2007:46-47).

1.2.1 Judul

Judul berhubungan dengan cerita secara keseluruhan karena

menunjukkan karakter, latar, dan tema. Judul merupakan kunci pada makna

cerita. Sering kali judul dari karya sastra mempunyai tingkatan-tingkatan

makna yang terkandung dalam cerita. Judul juga dapat berisi sindiran

terhadap kondisi yang ingin dikritisi oleh pengarang atau merupakan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

kesimpulan terhadap kedaan yang sebenarnya dalam cerita (Stanton, 1965:25-

26)

1.2.2 Sudut Pandang

Stanton dalam bukunya membagi sudut pandang menjadi empat

tipe utama. Pertama, pada „orang pertama-utama‟ sang karakter utama

bercerita dengan kata-katanya sendiri. Kedua, pada „orang pertama-

sampingan‟ cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan).

Ketiga, pada ‟orang ketiga-terbatas‟ pengarang mengacu pada semua karakter

dan emosinya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang

dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu karakter saja. Keempat, pada‟

orang ketiga-tidak terbatas‟ pengarang mengacu pada setiap karakter dan

memposisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat

beberapa karakter melihat, mendengar, atau perpikir atau saat tidak ada satu

karakter pun hadir.

1.2.3 Gaya dan Tone

Dalam sastra, gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan

bahasa. Meski dua orang pengarang memakai alur, karakter dan latar yang

sama, hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara

umum terletak pada bahasa dan penyebar dalam berbagai aspek seperti

kerumitan, ritme, panjang-pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan

banyaknya imaji dan metafora. Campuran dari berbagai aspek di atas (dengan

kadar tertentu) akan menghasilkan gaya (Stanton, 2007:61).

Satu elemen yang amat terkait dengan gaya adalah „tone‟. Tone

adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Tone bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

menampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantis, ironis,

misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan (Stanton, 2007:63).

1.2.4 Simbolisme

Dalam fiksi, simbolisme dapat memunculkan tiga efek yang masing-

masing bergantung pada bagaimana simbol bersangkutan digunakan.

Pertama, sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita

menunjukkan makna peristiwa tersebut. Dua, simbol yang ditampilkan

berulang-ulang mengingatkan kita akan beberapa elemen konstan dalam

semesta cerita. Tiga, sebuah simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-

beda akan membantu kita menemukan tema (Stanton, 2007:65).

Salah satu bentuk simbol yang khas adalah „momen simbolis‟. Istilah ini

dapat disamaan dengan „momen kunci‟ atau „momen pencerahan‟ (dua istilah

ini sering dipakai oleh para kritisi). Momen simbolis, momen kunci, atau

momem pencerahan adalah tabula tempat seluruh detail yang terlihat dan

hubungan fisis mereka dibebani oleh makna (Stanton, 2007:68).

1.2.5 Ironi

Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa

sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dapat

ditemukan dalam hampir semua cerita (terutama yang dikategorikan „bagus‟).

Dalam dunia fiksi, ada dua jenis ironi yang dikenal luas yaitu „ironi dramatis‟

dan „tone ironis‟ (Stanton, 2007:71).

„Ironi dramatis‟ atau ironi alur dan situasi biasanya muncul melalui

kontras diametris antara penampilan dan realitas, antara maksud dan tujuan

seorang karakter dan hasilnya, atau antara harapan dengan apa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

sebenarnya terjadi. Pasangan elemen-elemen di atas terhubung satu sama lain

secara logis (biasanya melalui hubungan kausal atau sebab-akibat) (Stanton,

2007:71). „Tone ironis‟ atau „ironis verbal‟ digunakan untuk menyebut cara

berekspresi yang mengungkapkan makna dngan cara berkebalikan (Stanton,

2007:72).

1.3 Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟ dalam

pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu

diingat (Stanton, 2007:36).

Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak.

Bagian awal dan akhir akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat

keberadaan tema (Stanton, 2007:37).

Tema hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Interpretasi yang baik hendaknya selalu menpertimbangkan

berbagai detail menonjol dalam sebuah cerita. Kriteria ini adalah

yang paling penting.

b. Interpretasi yang baik hendaknya tidak terpengaruh oleh berbagai

detail cerita yang saling berkontradiksi.

c. Interpretasi yang baik hendaknya tidak sepenuhnya tidak

bergantung pada bukti-bukti yang tidak secara jelas diutarakan

(hanya secara implisit).

d. Terakhir, interpretasi yang dihasilkan hendaknya diujarkan secara

jelas oleh cerita bersangkutan (Stanton, 2007:44-45).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

2. Adaptasi, Ekranisasi dan Alih Wahana

Adaptasi ada dua pengertian. Pertama, adaptasi adalah pengolahan

kembali suatu karya sastra ke dalam bahasa lain dengan menyesuaikan unsur-

unsurnya pada lingkungan budaya bahasa sasaran itu. Kedua, pengolahan

kembali suatu karya sastra dan satu jenis ke jenis lain dengan

mempertahankan lakuan, tokoh, serta gaya dan nada aslinya. Misalnya, novel

ditulis kembali menjadi drama. Islilah lain: saduran (Panuti Sudjiman,

1990:1).

Kecenderungan mengadaptasi novel ke dalam sinema sungguh-

sungguh mengalami peningkatan intensitas. Sayang kecenderungan membuat

film yang berdasarkan novel tersebut hanya berdasar pada permintaan pasar

semata sehingga tidak memperhatikan kualitas. Dalam hal ini kita dapat

melihat kecenderungan tersebut melalui beberapa aspek: a. Film tersebut

dibuat berdasarkan novel yang terjual laris (best seller), yang diharapkan

dapat ikut memacu apresiasi film tersebut, b. Sudah menjadi rahasia umum di

kalangan pekerja film kita, betapa sulitnya mencari naskah-naskah yang baik

untuk menghasilkan kualitas film yang baik pula, tidak heran jika film

berkelas festival jarang sekali lahir dari tangan sineas kita karena minimnya

kreator-kreator naskah yang handal. Sementara pasar menginginkan karya-

karya tanah air. Akhirnya produser film memilih jalan aman demi memenuhi

tuntutan pasar (www.google/firmansyah/tesisbiolatakbedawai.com) diakses

14 september 2009).

Cerita yang dituturkan dalam film bisa berasal dari banyak sumber,

namun pada hakikatnya dibagi menjadi dua, yakni cerita asli dan cerita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

adaptasi. Cerita asli maksudnya film tersebut lahir dari buah pikiran

penulisnya, sedangkan cerita adaptasi yakni sebuah film bersumber dari

media lain yang kemudian dibuat menjadi sebuah film (Ade, 2009:42).

Dalam rumusan Richard Krevolin film adaptasi yang “berhasil” yaitu

yang masih mempunyai hati dan ruh novel aslinya. Lebih jauh Krevolin

menjelaskan, “Adaptasi adalah proses menangkap esensi sebuah karya asli

untuk dituangkan ke dalam media lain (Ade, 2009: 46)

Menurut Dwight V Swain dan Joye R Swain yang dikutip Maroeli

Simbolon, ada tiga cara utama untuk mengadaptasi karya sastra ke film, yaitu

mengikuti buku, mengambil konflik-konflik penting, dan membuat cerita

baru. Selanjutnya ia melanjutkan bahwa dari ketiga cara tersebut, cara ketiga

adalah yang sering dilakukan. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat

Krevolin, seorang penulis skenario Hollywood dan pakar dari UCLA, bahwa

ketika seorang penulis skenario mengadaptasi sebuah novel, maka ia tak

mempunyai hutang terhadap karya asli. Tugas seorang penulis skenario ketika

mengadaptasi suatu karya ke dalam skenario film bukanlah mempertahankan

sebanyak mungkin kemiripan dengan cerita asli, tapi membuat pilihan terbaik

dari materi untuk menghasilkan skenario sebaik mungkin. Dengan demikian

penulis skenario berhak mengambil keputusan lain berdasarkan

interpretasinya. Hal tersebut bisa terjadi dalam menentukan tokoh utama

(www.google/ tesis adaptasi biola tak berdawai diakses 5 mei 2009). Adaptasi

adalah proses menangkap esensi sebuah karya asli untuk dituangkan ke dalam

media lain. Memang tidak bisa dihindari beberapa elemen akan tetap

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

digunakan dan beberapa lainnya akan ditinggalkan tetapi jiwa cerita itu

haruslah sama (Richart Krevolin, 2003:78)

Ekranisasi adalah pelayarputihan atau pemindahan/ pengangkatan

sebuah novel ke dalam film (ecran dalam bahasa perancis berarti layar).

Pemindahan novel ke layar putih mau tidak mau mengakibatkan timbulnya

berbagai perubahan. Oleh sebab itu dapat dikatakan, ekranisasi adalah proses

perubahan (Pamusuk Eneste, 1989: 60)

Menurut Pamusuk Eneste (1989:60) selanjutnya Ekranisasi berarti

pula apa yang dinikmati berjam-jam atau berhari-hari harus diubah menjadi

apa yang dinikmati (ditonton) selama Sembilan puluh sampai seratus

duapuluh menit hal tersebut yang biasa disebut penciutan. Penciutan terjadi

karena tidak semua hal yang diungkapkan dalam novel akan dijumpai dalam

film. Sebagian cerita, alur, tokoh-tokoh, latar, ataupun suasana novel tidak

akan ditemui dalam film. Dalam ekranisasi selain pegurangan sering pula

terjadi penambahan dan perubahan yang bervariasi.

Menurut Sapardi (2005: 96) menyebutkan istilah lain dari ekranisasi

dengan alih wahana namun pada hakikatnya alih wahana memiliki cakupan

yang lebih luas dari pada ekranisasi. alih wahana adalah perubahan dari satu

jenis kesenian ke dalam jenis kesenian lain. Alih wahana yang dimaksudkan

di sini tentu saja berbeda dengan terjemahan. Terjemahan atau

penerjemahan adalah pengalihan karya sastra dari satu bahasa ke bahasa

yang lain, sedangkan alih wahana adalah pengubahan karya sastra atau

kesenian menjadi jenis kesenian lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan sebuah cara kerja yang dilakukan oleh

peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Film Mereka

Bilang Saya Monyet adalah hasil adaptasi dari dua cerpen “Lintah” dan

“Melukis Jendela” karya Djenar Maesa Ayu yang terdapat dalam kumpulan

cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Film dan cerpen merupakan dua jenis

karya yang berbeda. Cerpen adalah rangkaian peristiwa yang dituangkan

melalui tulisan sedangkan film merupakan medium audio-visual sehingga hal

yang penting dalam film adalah gerak gambar.

Perbedaan di atas memunculkan problematika yaitu adanya persamaan

dan perbedaan unsur intrinsik yang terjadi antara kedua cerpen dan film.

Persamaan dan perbedaan intrinsik tersebut kemudian dianalisis

menggunakan teori struktural Robert Stanton yang membagi unsur intrinsik

fiksi menjadi tiga bagian yaitu: fakta cerita, sarana sastra dan tema. Ia

membagi fakta cerita menjadi tiga, yaitu alur, tokoh, latar. Sedangkan sarana

sastra terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme dan ironi.

Kedua karya tersebut masing-masing dianalisis menggunakan teori

struktural di atas dan kemudian dibandingkan. Hasil perbadingan tersebut

akan menjawab problematika yang muncul yaitu memperlihatkan dengan

jelas persamaan dan perbedaan yang ada.

Adapun Kerangka pikir penelitian ini secara garis besar dapat

dilukiskan pada bagan di bawah ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Cerpen “Lintah” dan “Melukis


Jendela” dari Kumpulan Adaptasi Film
Cerpen Mereka Bilang
Merera Bilang Saya Monyet Saya Monyet

Perbedaan dan
Persamaan Unsur
intrinsik cerpen
dan film

Teori Struktural
Robert Stanton

Fakta cerita Tema Sarana Sastra

a. Tema Sentral
a. Alur a. Judul
b. Karakter b. Tema bawahan b. Sudut pandang
c. Latar c. Gaya dan nada
d. Simbolisme
e. Ironi

Persamaan dan Perbedaan antara


cerpen dan film di atas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang sifat-

sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok yang dapat diamati

(Moleong 2001: 6).

Data deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang

berbentuk kata-kata frasa, klausa, kalimat atau paragraf dan bukan angka-

angka. Dengan demikian hasil penelitian ini berisi analisis data yang sifatnya

menuturkan, memaparkan, memerikan, menganalisis dan menafsirkan (Satoto

1992: 15).

B. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian ini terdiri dari objek material dan objek

formal. Objek material penelitian ini adalah kumpulan cerpen Mereka Bilang

Saya Monyet dan film Mereka Bilang Saya Monyet. Objek formal penelitian

ini yaitu perbandingan struktur antara cerpen Mereka bilang Saya Monyet dan

film Mereka Bilang Saya Monyet.

Objek kajian penelitian ini adalah aspek-aspek adaptasi yang terkait

dengan persamaan dan perbedaan dari kumpulan cerpen ke film “Mereka

Bilang Saya Monyet” ditinjau dari struktur narasinya.

commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

C. Data dan Sumber Data

Adapun data penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat, potongan scine-

scine dalam cerpen dan film beserta transkrip film yang menunjukkan persamaan

dan perbedaan.

Sumber data penelitian ini adalah cerpen ”Lintah” dan ”Melukis Jendela”

yang diambil dari kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet karya Djenar

Maesa Ayu yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka. Selain itu juga film yang di

sutradarai oleh Djenar Maesa Ayu dengan judul yang sama yaitu Mereka Bilang

Saya Monyet.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan.

Teknik kepustakaan yaitu teknik yang dilakukan dengan mencari, mengumpulkan,

membaca, dan mempelajari data yang diperoleh dari sumber data. Penulis

membaca kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet dan membaca buku,

artikel, majalah, surat kabar yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik simak

catat yaitu menyimak dan mencatat terhadap data-data yang relevan dengan

penelitian. Penulis menyimak film Mereka Bilang Saya Monyet kemudian

mencatat hal-hal yang penting untuk penelitian. Penulis juga mengambil gambar-

gambar dari film yang penting dan mendukung penelitian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

E. Teknik Pengolahan Data

Analisis data terdiri dari 3 kegiatan sebagai berikut.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan

cara tertentu sehingga simpulan akhir dapat ditarik (Milles dan Michael

Hubberman, 1992:16).

Pada tahap reduksi data ini, data yang telah diklasifikasikan kemudian

diseleksi untuk memilih data yang berlimpah kemudian dipilah dalam rangka

menemukan fokus penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian adalah menampilkan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data-

data yang telah tersusun kemudian disajikan dalam bentuk analisis sehingga

akan tergambar permasalahan yang menjadi objek kajian.

3. Penarikan Simpulan

Teknik penarikan simpulan adalah langkah yang esensial dalam proses

penelitian. Penarikan simpulan ini didasarkan atas pengorganisasian

informasi yang diperoleh dalam analisis data. Penarikan simpulan dalam

penelitian ini menggunakan teknik induktif, yaitu teknik penarikan simpulan

dari data-data yang bersifat khusus menuju simpulan yang bersifat umum

(Milles dan Michael Hubberman, 1992:18).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Perbandingan Fakta Cerita dalam Cerpen Lintah dan Melukis

Jendela dengan Film Mereka Bilang Saya Monyet.

Cerpen Lintah dan Melukis Jendela dan film Mereka Bilang Saya

Monyet, memiliki beberapa fakta cerita di dalamnya. Berdasarkan fakta cerita

perbandingan yang akan dibahas yaitu mengenai alur, tokoh dan penokohan,

serta latar.

1. Alur

Alur cerpen Lintah terdiri dari beberapa episode. Episode-episode

dalam cerpen Lintah ditandai dengan huruf (A) dan diikuti dengan angka.

Adapun deskripsi episode-episode tersebut adalah sebagai berikut.

A1. Tempat: waktu: Tokoh: Maha.

Menceritakan tentang Ibu Maha yang memelihara seekor lintah. Lintah

itu dibuatkan sebuah kandang yang mirip rumah boneka berlantai dua,

lengkap dengan kamar tidur, ruang makan, ruang tamu dan kamar

mandi dan ditempatkan tepat di sebelah kamar Ibu. Tokoh Saya selalu

merengek kepada Ibu untuk memelihara hewan lain, namun Ibu

bersikeras memelihara Lintah sebagai hewan peliharaan tunggal di

rumah mereka.

A2. Tempat: di rumah, ruang tamu, kamar tidur, ruang televise. Tokoh:

Maha, Lintah (kekasih ibu), Ibu

Waktu: ketika pulang sekolah, ketika ibu pulang bekerja

commit to user

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

Maha kebenciannya kepada kekasih ibunya yang sering disebutnya

dengan nama Lintah. Lintah selalu mengganggu kenyamanannya ketika

di rumah.

A3. Waktu: siang. Tempat: depan TV, kamar tidur. Tokoh: Maha, Lintah

Setiap pulang sekolah Maha sering mendapatinya tertidur di sofa ruang

tamunya, mengganti saluran televisi sesuka hati. Saat Maha sedang

melihat acara tertentu bahkan Lintah kadang tertidur di tempat tidur

Maha hingga membuatnya mengurungkan niat untuk beristirahat.

Kebencian Maha semakin bertambah melihat kedekatan Lintah dan Ibu.

A4. Waktu: Tempat: kamar. Tokoh: Maha, Ibu, Momy

Pada suatu hari keingintahuan Maha mendesak kuat. Ia mengintip dari

sela-sela tirai yang sedikit terbuka ke dalam kamar. Ia kaget melihat

seekor ular yang merah menyala. Lidahnya menjulur keluar dan liurnya

menetes ke bawah. Namun dengan rakusnya Ibu menelan habis air liur

ular besar itu tanpa menyisakan satu tetespun.

A5. Tempat: di rumah dan di luar rumah. Tokoh: Maha, Lintah (kekasih

ibu), Ibu. Waktu:

Bila makan bersama Lintah itu ditaruh di atas kepala Ibu dan berubah

menjadi ular kecil-kecil tak terhingga banyaknya.

A6. Waktu: Tempat: Tokoh: Maha, Ibu

Maha tidak kuasa lagi menghabiskan makanan yang masih tersisa. Ibu

akan memaki dan memaksa Maha untuk menuntaskannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

A7. Waktu: Tempat: depan TV Tokoh: Maha, Ibu, Lintah

Bila mereka sedang menonton TV, Lintah itu tertidur di atas pangkuan

Ibu. Ketika ada acara musik di televisi ia akan terbangun dan menari

gembira. Pernah Maha pura-pura terganggu nyamuk dan

menyemprotkan obat serangga berharap racun serangga itu bisa

membunuh Lintah namun Ibu marah dan menempeleng Maha.

A8. Waktu: Tempat: Tokoh: Maha, Ibu

Ibu adalah seorang selebriti yang jam kerjanya tidak tentu ia hanya

bekerja jika ada tawaran untuk menyanyi. Keadaan ekonomi keluarga

semakin membaik karena itu Ibu menjadi memilih tawaran pekerjaan

dan inilah yang membuat Ibu lebih sering di rumah.

A9. Waktu: Tempat: Tokoh: Maha, Ibu, Lintah

Maha pernah melihat Ibu di televisi menyanyi dengan Lintah yang

sudah berubah menjadi ular kecil-kecil.

A10. Waktu: siang. Tempat: tokoh: Maha, Ibu

Ibu sering membelikan Maha barang-barang yang tidak pernah

diinginkannya.

A11.Waktu: siang. Tempat: pusat perbelanjaan. Tokoh: Maha, Ibu, Lintah

Maha dan ibunya kadang berjalan-jalan di luar rumah tentu saja Ibu

juga membawa Lintah kesayangannya. Kelakuan Lintah semakin

kurang ajar ketika sedang jalan-jalan Lintah sering membelah diri dan

masuk ke dalam kantung Maha tanpa sepengetahuan Ibu dan Maha

tidak berani mengadu kepada Ibunya karena pasti ia akan marah seperti

biasanya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

A12. Waktu: Tempat: Tokoh: Maha, Lintah

Lintah itu mulai menyelinap ke bawah baju Maha, menyelinap ke

pinggang, ke perut, dan berputar-putar sesuka hati menjelajahi tubuh

Maha sambil menghisapi darahnya.

A13. Waktu: siang. Tempat: kamar Ibu. Tokoh: Maha, Lintah

Hari itu matahari begitu menyengat. Maha masuk ke kamar Ibu dan

merebahkan diri di atas tempat tidur. Tiba-tiba Lintah sudah berdiri di

hadapannya, berubah menjadi ular dan menyergapnya.

A14. Tempat: di rumah. Waktu: malam hari ketika hujan. Tokoh: Maha dan

Ibu

Ibu dan Maha saling ingin berbicara tetapi ibu mendahului Ibu

mengatakan ia mengandung dan akan segera menikah dengan Lintah.

Mendengar perkataan Ibunya Maha hanya terdiam.

Alur cerpen Melukis Jendela juga terdiri dari beberapa episode.

Episode-episode dalam cerpen Melukis Jendela ditandai dengan huruf (B)

dan diikuti dengan angka. Adapun deskripsi episode tersebut adalah sebagai

berikut.

B1. Waktu: Tempat: kamar. Tokoh: Mayra

Sejak kecil Mayra senang melukis. Sebagai anak tunggal ia

menghabiskan banyak waktu hanya dengan melamun tanpa seorang pun

untuk diajak bicara.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

B2. Waktu: malam. Tempat: kamar. Tokoh: Mayra, Ibu

Mayra selalu berkeluh kesah tentang teman-teman pria di sekolahnya

yang kerap meraba payudara dan kemaluannya hingga menimbulkan

teror baginya.

B3. Waktu: pagi. Tempat: sekolah. Tokoh: Mayra, tiga orang teman laki-

laki

Setibanya di sekolah segerombolan anak laki-laki sudah

menghadangnya di depan pintu pagar dan beramai-ramai menariknya ke

kantin yang masih sepi. Seperti biasa mereka memperlakukan Mayra

dengan buruk. Mayra mengayunkan tinjunya, tepat mengenai hidung

Anton kemudian darah segar meleleh. Mayra melepaskan diri kemudian

berlari menuju kelasnya.

B4. Tempat: di rumah, kamar Mayra, dapur. Waktu: pulang sekolah. Tokoh:

Mayra dan Ibu

Tidak ada yang berubah sebelum dan sesudah Mayra meninggalkan

rumah kecuali mobil Ayahnya yang sudah tidak terparkir di dalam

garasi. Mayra berlari ke kamar dan mengeluarkan lukisan ibunya. Ia

menumpahkan kekecewaannya kepada ibunya. Ibu berjalan

yat wajahmu,

perlahan mulai menyayat pipinya dan darah segar mulai meleleh hangat

di pipinya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

B5. Waktu: Tempat: Tokoh: Mayra

Ayah memindahkan Mayra ke sekolah lain setelah dua tahun semenjak

Mayra menyayat pipinya karena alasan malu.

B6. Waktu: siang. Tempat: rumah. Tokoh: Mayra, wanita muda

Mayra sangat senang ketika dinyatakan lulus dari bangku SD dengan

nilai cemerlang. Ia diterima masuk Sekolah Menengah Pertama yang

dia inginkan. Mayra mengetuk pintu kamar Ayah namun bukan Ayah

yang ia temui tetapi seorang wanita muda yang membukakan pintu

untuknya.

B7. Waktu: siang. Tempat: di rumah. Tokoh: Mayra

Mayra membayangkan Ayah dan Ibunya bangga kepadanya dan

menciuminya. Mayra membuka lukisan Ibu dan mereka bertiga

berpelukan dan berjanji akan merayakan itu dengan makan malam

bersama.

B8. Waktu: malam. Tempat: kamar. Tokoh: Mayra

Mayra bermimpi mengenakan gaunnya yang terindah, kalung, giwang

dan cicin berlian hadiah ulang tahun dari Ayah.

B9. Waktu: malam. Tempat: kamar. Tokoh: Mayra, Wanita muda

Mayra mengetuk pintu Ayah dan seorang wanita membuka pintu

untuknya, wanita itu mengatakan Ayahnya sedang beristirahat dan tidak

bisa diganggu. Mayra bersikeras memukul-mukul kamar Ayah dan

berteriak-teriak memanggil Ayah dan Ibunya.

B10.Waktu: malam. Tempat: rumah. Tokoh: Mayra

Mayra terbangun dari mimpinya dan menuju kamar Ayah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

B11.Waktu: malam. Tempat: kamar Ayah. Tokoh: Mayra, Bi Inah

Sesampainya di kamar Ayah, Mayra tidak menemukan Ayah dan

wanita muda. Kamar Ayah tertata rapi, lampu kamar mandi menyala

dan hanya ada Bi Inah yang sedang membersihkan kamar mandi.

B12.Waktu: Tempat: kamar. Tokoh: Mayra

Mayra melukis jendela. Ia sudah merobek-robek dan membakar lukisan

Ayah dan Ibu. Ia merasa dirinya dikhianati. Mayra lebih membembenci

lukisan Ayah dan Ibu ketimbang ayahnya sendiri serta Ibu yang tidak

pernah mencarinya. Kepada Ayah dan Ibu ia sudah tidak punya

pengharapan apa-apa.

B13. Waktu: Tempat: laut. Tokoh: Mayra: seorang laki-laki

Maka Mayra melukis jendela. Sebuah jendela besar tanpa tirai

menghadap ke sebuah dunia yang diinginkan. Ia sering masuk ke dalam

jendela itu lalu menemukan dirinya terbaring di hamparan hangat pasir

dan Mayra menunggu seorang laki-laki datang mengecup kening, mata,

lalu bibirnya.

B14. (backtracking ketika belum lulus SD) Waktu: pagi. Tempat: sekolah.

Tokoh: Mayra. Tiga orang teman laki-laki.

Mayra berdiri bersandar pada tembok lalu perlahan membuka

kancingnya satu persatu. Kini Mayra tak lagi berbusana. Kelima anak

brandal itu menatap Mayra dengan tatapan kosong. Mayra membawa

mereka ke kamar mandi sekolah dan memotong penis mereka.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

B15. Waktu: . tempat: taman indah. Tokoh: Mayra, dua anak perempuan

kecil, seorang laki-laki

Mayra melukis jendela, masuk dan menemukan dirinmya berada di

sebuah taman indah penuh warna-warni bunga. Dua anak permpuan

kecil yang mirip dengannya. Seorang laki-laki sudah menunggu di

sana. Merentangkan tangan untuk memeluk mereka semua.

B16. Waktu: pagi. Tempat: kamar. Tokoh: Bi Inah

Bi Inah mengetuk pintu kamar Mayra untuk membangunkan Mayra

sekolah. Tidak seperti biasa, kamar tidak terkunci. Mayra tidak ada di

kamarnya, ia hanya menemukan kertas-kertas bergambar jendela

berserakan dan ia tahu Mayra tidak akan pernah kembali.

Alur film Mereka Bilang Saya Monyet juga terdiri dari beberapa

episode. Episode-episode dalam film Mereka Bilang Saya Monyet ditandai

dengan huruf (C) dan diikuti dengan angka. Adapun deskripsi episode tersebut

adalah sebagai berikut.

C1. Tokoh: Adjeng, Waktu: malam, Tempat: kamar

Adjeng duduk dengan posisi kaki dinaikkan di atas kursi, berada di

depan laptop yang menyala di atas meja kerjanya dengan cahaya

lampu kerja kecil berada tepat di samping laptopnya. tangannya

memegang rokok dan sesekali menghisapnya, kemudian mulai

menulis tentang Ibunya.

C2. Tokoh: Momy, waktu: malam, Tempat: di panggung pertunjukan

Berpindah ke adegan seorang wanita setengah baya tetapi masih

terlihat cantik (Momy) berada di ruang gelap berdiri di belakang tirai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

merah yang besar dan sempat menata tatanan rambutnya yang sudah

tersanggul rapi. Tak berapa lama tirai itu terbuka dan terdengar tepuk

tangan yang banyak dari arah depan. Momy menggoyang-gayangkan

badannya saat terdengar banyak tepuk tangan dan sorakan dari

penonton yang melihat penampilannya.

C3. Tokoh: Adjeng kecil, Momy, Lintah. Waktu: Malam. Tempat: kamar

dan panggung pertunjukan

Di atas buku terlihat tangan seorang anak (Adjeng SD) memegang

kata cantik dengan peng

berada di belakang dan langsung mendorong kepalanya hingga

membentur meja.

Ilustrasi yang lain menunjukkan Momy sedang menyanyi di atas

panggung dan Lintah memberikan sekuntum bunga mawar merah.

C4. Waktu: pagi hari. Tempat: kamar. Tokoh: Adjeng dewasa, Momy,

Asmoro (pacar Adjeng)

Adjeng kaget dan terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara

telepon. Langsung ia mengambil telepon yang berada di sebelah

kanannya dan menjawab telepon Momy. Asmoro yang tidur di

sampingnya ikut terbangun karena hpnya bergetar kemudian ia pergi

meninggalkan Adjeng.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

C5. Waktu: pagi. Tempat: di dalam mobil. Tokoh: Adjeng

Suasana lalu lintas jalan raya di pagi hari (disertai dengan narasi dari

Adjeng sebagai naratornya tentang cerpennya). Adjeng mengendarai

sebuah mobil berwarna merah. Adjeng mengendarai mobil dengan

santai melintasi jalan yang tidak terlalu padat. Ia memegang rokok

ketika menyetir dan sesekali menghisap dan menghembuskan

asapnya.

Isi narasi:

Ibu saya memelihara seeokor lintah. Lintah itu dibuatkan sebuah

kandang yang mirip seperti rumah boneka berlantai dua, lengkap

dengan ruang tidur, ruang makan, ruang tamu dan kamar mandi dan

ditempatkan tepat di sebelah kamar Ibu. Saya selalu merengek kepada

ibu untuk memelihara hewan lain, namun Ibu bersikeras memelihara

lintah itu dan mempertahankannya sebagai hewan peliharaan tunggal

di rumah kami.

C6. Waktu: pagi. Tempat: kantor. Tokoh: Adjeng, Redaktur

Adjeng menemui Redaktur untuk menyerahkan tulisan cerita anak-

anak sekaligus pamit karna ia ingin mengundurkan diri.

C7. Waktu: malam. Tempat: diskotek, kamar Momy Tokoh: Adjeng,

Andien, Venny, seorang laki-aki, Momy.

Adjeng, Andien dan Venny berada di sebuah diskotek. Mereka

bertemu dengan seorang laki-laki. Momy sebelum tidur berusaha

menelepone Adjeng tapi tidak dihiraukan Adjeng.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

C8. (backtracking ketika Adjeng masih SD) Waktu: siang. Tempat: toilet.

Tokoh: Adjeng kecil, Momy.

Momy marah ketika tahu Adjeng memuntahkan sayuran ke kloset.

C9. (kembali ke Adjeng dewasa) Waktu: pagi. Tempat: apartemen Adjeng.

Tokoh: Adjeng dewasa dan Momy.

Momy datang ke apartemen Adjeng dan menemukan Adjeng sedang

tertidur di bibir kloset karena mabuk. Momy marah karena melihat

gaya hidup Adjeng yang tidak baik.

C10. Waktu: malam. Tempat: Kamar. Tokoh: Adjeng dan Asmoro

Adjeng dan Asmoro melakukan hubungan seksual layaknya suami

istri.

C11. Waktu: malam. Tempat: cafe. Tokoh: Adjeng, Venny dan Andien

Adjeng dan teman-temanya berkumpul di cafe membicarakan

hubungan seksual Adjeng dan Asmoro.

C12. Waktu: malam. Tempat: apartemen tokoh: Adjeng, Andien dan

seorang laki-laki

Saat Adjeng sedang mengetik, temannya datang meminjam kamar

untuk bercinta dengan pasangannya. Muncul bayangan Lintah dan

Momy yang sedang melakukan hubungan tersebut.

C13. (backtracking ketika Adjeng SD). Waktu: siang. Tempat: sekolah.

Tokoh: Adjeng kecil dan Momy.

Pada saat pulang sekolah Adjeng dijemput Momy.

C14. (backtracking beralih ketika Adjeng SMP). Waktu: siang. Tempat:

sekolah: tokoh: Adjeng remaja dan tiga orang teman laki-lakinya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Di sekolah, ketika Adjeng remaja sedang menggambar diganggu

teman-teman laki-lakinya. Kemudian Adjeng memukul salah satu

teman laki-laki yang menganggunya.

C15. Waktu: siang. Tempat: kamar. Tokoh: Adjeng dan Bi Inah

Adjeng SMP kesal karena gambarnya menjadi tidak rapi, kemudian Bi

Inah menyetrika gambar itu

C16. (backtracking ke Adjeng kecil) Waktu: malam. Tempat: ruang TV.

Tokoh: Adjeng SD, Lintah, Momy, Presenter

Saat Adjeng kecil menonton acara Momy di TV, pacar ibunya

mendekatinya kemudian memegang pundaknya dan meninggalkan

lintah.

C17. Waktu: pagi. Tempat: dapur, meja makan. Tokoh: Momy, Lintah.

Lintah menggoreng telur di dapur lalu menyiapkan sarapan untuk

Momy yang baru pulang dan Adjeng mau berangkat ke sekolah.

C18. Waktu: pagi. Tempat: kamar, ruang makan. Tokoh: Adjeng kecil,

Momy, Lintah

Adjeng melihat luka di pundak kirinya. Saat di meja makan Momy

menyindir Adjeng yang hanya hanya bisa makan layaknya tuan putri,

sementara pacar Momy terlihat memijat pundak Momy yang

kelelahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

C19. Waktu: pagi. Tempat: di dalam mobil. Tokoh: Adjeng kecil, Momy,

Lintah.

Lintah mengantarkan Adjeng ke sekolah menggunakan mobil. Di

dalam mobil paha kanan Adjeng terdapat lintah.

C20. (kembali ke Adjeng dewasa) Waktu: pagi. Tempat: kamar apartemen.

Tokoh: Adjeng, Asmoro.

Adjeng Mengkonsultasikan cerpen yang ia buat kepada Asmoro

namun Asmoro mengkritiknya. Adjeng marah dan keluar

meninggalkan Asmoro.

C21. (backtracking ketika Adjeng kecil). Waktu: malam. Tempat: hotel.

Tokoh: Adjeng SD, Momy.

Momy dan Adjeng kecil mendatangi kamar hotel yang diduga terdapat

Ayah Adjeng bersama perempuan lain.

C22. (kembali ke Adjeng dewasa) Waktu: pagi. Tempat: lift. Tokoh:

Adjeng

Adjeng berada dalam lift.

C23. (backtracking ketika Adjeng SMP) Waktu: malam. Tempat: pasar

malam. Tokoh: Adjeng SMP.

Adjeng berteriak-teriak dan bingung mencari Ayahnya.

C24. (kembali ke Adjeng dewasa). Waktu: malam Tempat: apartemen.

Tokoh: Adjeng.

Adjeng keluar dari lift dan menuju apartemennya.

C25. Waktu: pagi. Tempat: apartemen. Tokoh: Adjeng, Momy.

Momy mendatangi apartemen saat Adjeng tertidur di meja kerjanya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

C26. Waktu: siang. Tempat: mall. Tokoh: Adjeng, Momy

Momy dan Adjeng berjalan-jalan di mall. Ia teringat masa kecilnya

saat ia pergi berbelanja bersama Lintah.

C27. Waktu: siang. Tempat: apartemen. Tokoh: Adjeng, Andien, Venny,

Asmoro.

Adjeng dan teman-temannya membicarakan tentang hubungan

Asmoro dan Adjeng, kemudian tiba-tiba Asmoro datang.

C28. (backtracking ketika Adjeng SMP)

Waktu: siang. Tempat: kamar. Tokoh: Adjeng

Adjeng menggambar Ayahnya kemudian ia mencoret-coret

gambarnya karena kesal kepada Ayahnya yang sedang bersama

seorang wanita.

C29. Waktu: pagi. Tempat: ruang makan. Tokoh: Adjeng, Bi Inah, Ayah,

Wanita muda.

Ketika sedang sarapan Adjeng didatangi seorang wanita muda yang

ternyata adalah pacar Ayahnya.

C30. Waktu: siang. Tempat: di sekolah. Tokoh: Adjeng, tiga orang teman

laki-laki

Ketika pulang sekolah Adjeng duduk sedang membaca kemudian

datang tiga orang teman laki-laki dan mengganggunya. Adjeng kesal

dan meninju salah satu teman laki-lakinya.

C31. Waktu: malam. Tempat: halaman rumah. Tokoh: Adjeng, Ayah,

Momy.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

Adjeng berkhayal bila keluarganya utuh dan bahagia. Dalam

khayalannya Adjeng dan Ayahnya menyalakan lilin ulang tahun

sebagai kejutan untuk Momy. Mereka sekeluarga bahagia merayakan

acara itu namun suasana itu tiba-tiba berubah hanya sebuah gambar di

antara tumpukan gambar Adjeng yang lain.

C32. (kembali ke Adjeng dewasa) waktu: malam. Tempat: kamar

apartemen. Tokoh: Adjeng

Adjeng melamun hingga puntung rokok yang ia pegang jatuh di

pahanya. Terdengar suara ketuk pintu dan membuat Adjeng tersadar

dari lamunannya.

C33. Waktu: pagi. Tempat: kamar Momy. Tokoh: Momy, pembantu.

Pembantu Momy memasuki kamar untuk mengantarkan jus buah dan

koran.

C34. Waktu: pagi. Tempat: halaman rumah Momy, kamar Adjeng. Tokoh:

Momy, Adjeng, Asmoro.

Momy menelepon Adjeng hanya untuk menanyakan jawaban teka-teki

silang yang ada di koran. Adjeng kesal.

C35. Waktu: pagi. Tempat: kamar Momy. Tokoh: Momy.

Momy membuka koran dan melihat cerpen Adje

dimuat di koran.

C36. Waktu: siang. Tempat: apartemen. Tokoh: Adjeng, Momy

Momy marah besar setelah mengetahui bahwa Adjeng menulis

Lintah itu untuk menyindir Momy karena isinya menceritakan kisah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

masa kecil Adjeng ketika tinggal bersama Momy dan Lintah (pacar

Momy yang selalu melecehkan Adjeng).

C37. Waktu: malam. Tempat: jalan raya. Tokoh: Adjeng, Andien, Venny

Adjeng dan teman-temanya berada di dalam mobil meributkan tentang

cerpen Adjeng dan Momy.

C38. Waktu: malam. Tempat: café. Tokoh: Adjeng, Asmoro.

Adjeng datang menemui Asmoro yang telah menunggunya.

C39. Waktu: malam. Tempat: kamar Venny. Tokoh: Venny, suami Venny.

Venny terlihat sedih ketika ia kembali ke rumah, terlihat suaminya

tertidur sendiri di kamar. Venny menghampiri dan menciumnya tetapi

suaminya tidak mempedulikannya. Venny menangis karena mereka

belum juga mempunyai anak.

C40. Waktu: malam. Tempat: rumah Andien. Tokoh: Andien, anak Andien,

pembantu.

Andien pulang ke rumah, ia tidak menemukan anaknya di dalam

kamar kemudian ia keluar dan mendapati anaknya justru tidur

bersama pembantunya lalu Andien menangis.

C41. Waktu: malam. Tempat: cafe: tokoh: Adjeng, Asmoro, Pelayan,

Pemain piano, pengunjung cafe yang lain

Adjeng dan Asmoro bermesraan di cafe, orang-orang di sekitarnya

mencibir kemampuan menulis Adjeng hanya bermodal fisik.

C42. Waktu: malam. Tempat: di dalam mobil, di jalan raya. Tokoh: Adjeng,

Asmoro.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Adjeng ngebut mengendarai mobilnya sementara Asmoro

mengikutinya dari belakang. Asmoro menelpon Adjeng.

C43. Waktu: malam. Tempat: apartemen. Tokoh: Adjeng.

Adjeng kembali ke apartement, ia mendengarkan beberapa voice mail

box dari teman-temannya yang mengomentari cerpennya.

C44. (backtraking ketika Adjeng SD). Waktu: siang. Tempat: kamar mandi.

Tokoh: Adjeng, Lintah.

Adjeng sedang berendam di bath up, Adjeng terkejut melihat Lintah

datang dan melepas pakaian kemudian Ia masuk ke dalam bath up. Air

di dalam bath up terdapat banyak lintah kemudian berganti darah.

C45. (kembali ke Adjeng dewasa) waktu: malam. Tempat: kamar mandi.

Tokoh: Adjeng

Adjeng tiba-tiba terkejut ketika berendam di bath up.

C46. Waktu: siang. Tempat: apartemen. Tokoh: Adjeng, Bos, Asmoro.

Boss baru saja meninggalkan apartemen berpapasan dengan Asmoro,

kemudian terjadi pertengkaran hebat antara Adjeng dan Asmoro.

C47. (backtraking ke Adjeng SD) waktu: malam. Tempat: di depan TV.

Tokoh: Adjeng kecil, Lintah

Lintah meremas dan mencium pundak kiri Adjeng

C48. Waktu: pagi. Tempat: di dalam mobil. Tokoh: Adjeng, Lintah

Lintah menaikkan rok dan meraba paha kanan Adjeng saat di dalam

mobil.

C49. Waktu: siang. Tempat: kamar mandi. Tokoh: Adjeng, Lintah, Momy.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Lintah melepas handuk dan memasuki air bath up tempat Adjeng

sedang berendam, saat hendak mendekati Adjeng Momy memukul

kepala Lintah hingga berdarah dan pingsan.

C50. (kembali ke Adjeng dewasa) waktu: siang. Tempat: kamar. Tokoh:

Adjeng

Adjeng berteriak

C51. Waktu: malam. Tempat: kamar Momy. Tokoh: Momy

Momy terbangun dari tidur kemudian menelepon.

C52. Waktu: pagi. Tempat kamar. Tokoh: Adjeng SD, Adjeng SMP

Adjeng SMP membangunkan Adjeng SD untuk pergi sekolah.

C53. Waktu: pagi. Tempat: rumah Ayah. Tokoh: Ayah, Bi Inah

Ayah memanggil Bi Inah dan bersiap-siap pergi ke kantor, sementara

Bi Inah sedang mencuci di belakang

C54. Waktu: pagi. Tempat: rumah. Tokoh Lintah

Lintah bersiap-siap untuk jogging.

C55. Waktu: pagi. Tempat: jalan kompleks perumahan. Tokoh: Adjeng SD,

Adjeng SMP, Asmoro

Adjeng SMP dan Adjeng SD berangkat sekolah dijemput seorang

sopir yang mirip dengan Asmoro.

C56. Waktu: pagi. Tempat: kompleks perumahan. Tokoh: Adjeng kecil,

Adjeng remaja, Lintah, Ayah, Momy, Bi Inah

Terliahat suasana rutinitas di sebuah kompleks pada pagi hari.

C57. Waktu: pagi. Tempat: kompleks perumahan. Tokoh: Adjeng SD,

Adjeng SMP, Adjeng dewasa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

Adjeng remaja dan Adjeng kecil melambaikan tangan kepada Adjeng

dewasa dari dalam mobil dan Adjeng dari jendela membalas lambaian

itu. Terdengar suara telepon dari Momy tapi Adjeng tidak

mengangkatnya.

C58. Waktu: pagi. Tempat: kamar. Tokoh: Adjeng

film)

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah episode cerpen

Lintah adalah 14 episode, cerpen Melukis Jendela 16 dan jumlah episode

di film Mereka Bilang Saya Monyet adalah 58 episode. Adaptasi cerpen

Lintah dalam film pada episode C5, C8, C12, C16, C18, C19, C26, C44,

C47, C48. Adaptasi cerpen Melukis Jendela dalam film pada episode C14,

C15, C23, C28, C29, C30, C31. Penambahan pada film ada tetapi dalam kedua

cerpen tidak ada terlihat pada episode C1, C2, C4, C6, C7, C9, C10, C11, C13,

C17, C20, C21, C22, C24, C25, C27, C32, C33, C34, C35, C36, C37, C38,

C39, C40, C41, C42, C43, C45, C46, C49, C50, C51, C52, C53, C54, C55.

Pengurangan pada cerpen Lintah terlihat pada episode A2, A7, A9, A13,

A14. Adapun pengurangan pada episode Melukis Jendela terlihat pada

episode B1, B2, B4, B5, B6, B8, B10, B11, B12, B13, B14, B15, B16.

Penambahan dan pengurangan episode sebagian besar cerita dalam film

Mereka Bilang Saya Monyet sebagai fungsi penyambung antara dua cerita yang

berbeda hingga membentuk suatu kepaduan yang utuh. Sebagian besar

penambahan menceritakan tentang seorang penulis bernama Adjeng yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

mempunyai kisah masa kecil yang diambil dari Lintah ketika Adjeng kecil

dan Melukis Jendela ketika Adjeng remaja.

Film Mereka bilang Saya Monyet diambil dari perpaduan antara cerpen

Lintah dan Melukis Jendela namun ketiga karya tersebut sangat berbeda.

Selain dari jumlah episode perbedaan muncul dari jenis alur. Cerpen Lintah

beralur maju tanpa backtracking. Bagian awal cerpen Lintah memaparkan

tentang kecintaan Ibu kepada Lintah dan kebencian tokoh utama yaitu Maha

kepada Lintah (kekasih Ibunya). Maha menyebut kekasih ibunya itu sebagai

Lintah yang merupakan hewan yang sangat ia benci. Dapat dideskripsikan

bahwa tahapan alur awal dalam cerpen Lintah pada episode A1 sampai A8,

dalam elukis Jendela hanya terjadi pada episode B1 dan B2 saja,

sedangkan pada film Mereka Bilang Saya Monyet dimulai dari episode C1

hingga C6. Tahapan alur tengah dalam cerpen Lintah terjadi pada episode A9

sampai A13, pada cerpen Melukis Jendela pada episode B3 hingga B12

sedangkan pada film terjadi pada episode C7 sampai C46.

Tahapan alur akhir dalam cerpen Lintah terjadi hanya pada episode

A14, pada cerpen Melukis Jendela tahap akhir terjadi pada episode B13

sampai B16 sedangkan pada film terjadi pada episode C47 hingga C58,

demikian pula dengan Melukis Jendela yang juga beralur maju namun satu

bagian episode adalah backtracking yaitu di episode B14. Pada B14 Mayra

kembali ke masa ketika dia belum lulus SD, di sana Mayra membayangkan

bertemu teman-teman yang sering mengganggunya. Pada Film Mereka Bilang

Saya Monyet jumlah episode lebih banyak daripada kedua cerpen adaptasinya

selain itu alur pada film juga berbeda yaitu maju mundur. Ada tiga bagian film,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

diantaranya pertama masa ketika tokoh utama kecil atau masih SD (adaptasi

dari cerpen Lintah ), kedua masa ketika tokoh utama SMP (adaptasi dari

cerpen Melukis Jendela ) dan ketiga penambahan (tokoh utama dewasa) yang

tidak ada pada cerpen Lintah maupun Melukis Jendela. Pergantian masa dari

ketiga waktu tersebut dengan cara backtracking atau ditunjukkan hanya dengan

cara muncul bayangan dari tokoh utama dan juga sosilogi atau bercerita dalam

hati dengan bahasanya sendiri. Episode film yang mengalami backtracking

terjadi pada episode C3, C8, C13,C14, C15, C16, C17, C18, C19, C21, C23,

C28, C29, C30, C31, C44. Episode yang menunjukkan masa lalu tetapi bukan

backtracking atau hanya berupa bayangan yang tiba-tiba muncul dihadapan

pada episode C12 dan C26. Backtracking juga terjadi pada episode cerpen

Melukis Jendela namun tidak sesering yang terjadi pada film. Backtracking

dalam cerpen Melukis Jendela hanya terjadi pada episode B14 sedangkan

pada cerpen Lintah sama sekali tidak terjadi backtracking.

Episode-episode tambahan dalam film Mereka Bilang saya monyet

berfungsi sebagai benang merah atau penghubung antara cerita dalam cerpen

Lintah dan Melukis Jendela agar ada kepaduan dari kedua cerpen yang

berbeda tersebut. Kisah kedua cerpen tersebut hadir sebagai masa lalu yang

pernah dialami Adjeng ketika kecil hingga mempengaruhi kehidupan Adjeng

hingga dewasa. Alur yang tidak jelas pada episode awal akan menimbulkan

banyak pertanyaan namun semuanya terjawab pada bagian akhir.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

Episode yang dimaksud tampak pada potongan gambar berikut.

Gamabar C16 Gambar C16 Gambar C18 Gambar C47

Dari petikan gambar di atas dapat dilihat sebagai satu rangkaian

peristiwa namun alur tidak diceritakan secara urut hingga mengakibatkan cerita

tidak jelas dan sulit dipahami. Gambar C16 memperlihatkan pacar Momy

meremas pundak Adjeng kecil dan meninggalkan seekor lintah kemudian C18

yang terlihat pada gambar di atas, Adjeng melihat pundaknya terdapat bekas

kecupan yang pada akhirnya terjawab pada C45 terlihat pacar Ibu tidak hanya

meremas pundak Adjeng tetapi juga mencium hingga meninggalkan bekas

kecupan di pundaknya.

Episode lain yang sama terlihat pada petikan gambar berikut:

Gambar C19 Gambar C19 Gambar C48

Dari petikan gambar di atas juga terlihat pada C19 pacar Momy

mengantar Adjeng SD berangkat ke sekolah. Ketika berada di dalam mobil

paha kanan Adjeng terlihat Lintah. Pada C48 baru terlihat bahwa pacar Momy

meraba paha kanan Adjeng ketika di dalam mobil.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Perbandingkan alur cerpen dan film akan dijelaskan pada diagram yang

di dalamnya terdapat unsur episode, tahapan alur, dan klimaks cerita dan table

perbedaan berikut:

Diagram 1
Alur cerpen Lintah

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8

A13 A12 A10 A9


1

A14

Keterangan:

: episode : tahap awal

: klimaks : tahap tengah

: tahap akhir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

Diagram 2
Cerpen Melukis Jendela

B1 B2

B9
B8 B7 B6 B5 B4 B3

1
B10 B11 B12

A16 B15 B14 B13

Keterangan:

: episode : tahap awal

: klimaks : tahap tengah

: backtracking : tahap akhir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

Diagram 3

Film Mereka Bilang Saya Monyet

C1 C2 C3 C4 C5 C6

C15 C14 C13 C12 C11 C10 C9 C8 C7

C16 C17 C18 C19 C20 C21 C22 C23 C24

C33 C32 C31 C30 C29 C28 C27 C26 C25

C34 C35 C37 C38 C39 C40 C41 C42

C46 C45 C44 C43

C47 C48 C49 C50 C51 C52 C54 C55


C56

C58 C57

Keterangan:

: episode : tahap awal

: klimaks : tahap tengah

: backtracking : tahap akhir

: adaptasi cerpen Lintah

: adaptasi cerpen Melukis Jendela

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

Tabel 1

Perbedaan Alur

cerpen film
A. Lintah: 1. Dimulai dari adegan Adjeng
1. Dimulai dengan pemaparan mencoba mengetik di sebuah
tentang Maha dan kebenciannya laptop, adegan berikutnya flash
kepada Lintah (pacar Ibunya) back ke masa ia kecil.
2. Konflik muncul ketika Lintah 2. Pemaparan tentang Lintah dan
mulai mengganggu dan Ibunya serta kebenciannya
membuat Maha merasa tidak kepada Lintah tidak diceritakan
nyaman berada di rumah. diawal episode seperti pada
3. Klimaks terjadi ketika Lintah cerpen Lintah.
memperkosa Maha. 3. Ada banyak penambahan adegan
4. Penyelesaian, Ibu dan Lintah yang tidak ada pada kedua cerpen
memutuskan menikah karena yaitu ketika menceritakan
Ibu hamil. kehidupan Adjeng dewasa.
5. Tidak ada backtracking 4. Tidak semua backtracking atau
B. Melukis Jendela masa lalu yang dialami Adjeng
1. Dimulai dengan pemaparan adalah adaptasi dari kedua
tentang Mayra yang suka cerpen. Misalanya, ketika Adjeng
menyendiri dan hanya SD diantar lintah ketika
menggambar di kamar. berangkat sekolah, ketika Momy
2. Konflik muncul karena Ayah menjemput Adjeng ketika masih
tidak pernah perhatian kepada SD, ketika berada Adjeng dan
Mayra dan hanya sibuk dengan Momy berada di hotel Mencari
urusannya sendiri. Ayahnya, ketika Adjeng di pasar
3. Klimaks terjadi ketika muncul malam kejadian tersebut tidak ada
kekecewaan dari dalam diri pada kedua cerpen.
mayra sendiri terhadap Ibu dan 5. Banyak backtracking dalam film
Ayahnya. 6. Peristiwa tidak terjadi sama
4. Tahap akhir, Mayra memilih persis, ada perbedaan tetapi jika

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

jalannya sendiri tanpa ada Ayah dihilangkan tidak berpengaruh


dan Ibu dalam hidupnya. besar terhadap cerita. Misalnya,
5. Backtracking hanya terjadi ketika Adjeng SMP di ganggu
sekali teman sekolahnya seharusnya
terjadi ketika Adjeng SD dan ada
pelecehan seksual .(dalam cerita
Melukis Jendela) tetapi dalam
film tidak dimunculkan.
7. Klimaks terjadi ketika cerpen
Adjeng yang berjudul Lintah
muncul dan membuat Momy
marah karena merasa cerpen
tersebut menceritakan tentang
kehidupan masa kecil Adjeng,
Momy dan perlakuan buruk pacar
Momy.
8. Pada penyelesaian, pada film
masalah Adjeng SD (adaptasi
Lintah) Momy memukul
pacarnya hingga pingsan dan
berdarah. Pada akhir film Adjeng
melihat dari jendela kamar
apartemennya Adjeng SD dan
Adjeng SMP berangkat ke
sekolah dengan gembira dan juga
terlihat suasana kompleks
perumahan yang damai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah unsur pembangun yang penting dalam cerita, karena cerita

tokoh yang adalah Mayra, Ayah, Bi Inah dan tiga teman Mayra.

Penambahan tokoh terjadi pada film terlihat dari semakin banyak tokoh baru

yang tidak ada pada kedua cerpen. Tokoh dalam film antara lain Adjeng

dewasa, Adjeng kecil (Maha), Adjeng remaja (Mayra), Momy, Ayah, pacar

Ibu (Lintah), Asmoro, Bi Inah, Venny, Andien serta peran pembantu yang

tidak terlalu penting kehadirannya.

1. Maha, Mayra, Adjeng kecil, Adjeng remaja dan Adjeng dewasa

Maha adalah tokoh utama yang muncul pada cerpen Lintah Ia

seorang anak yang menjadi korban pelecehan dan pemerkosaan dari

pacar Ibunya. Tidak ada ciri fisik khusus yang disebutkan dalam

cerpen hanya disebutkan bahwa Maha belum berbulu dan belum

bersusu yang bisa diartikan bahwa Maha belum cukup dewasa. Hal

yang menunjukan itu terdapat pada kutipan:

Ular itu menyergap, melucuti pakaian saya, menjalari satu


persatu lekuk tubuh saya. Melumat tubuh saya yang belum
berbulu dan bersusu, dan menari-nari di atasnya memuntahkan
liur yang setiap tetesnyaberubah menjadi lintah (Djenar Maesa
Ayu: 17).

Maha termasuk anak yang patuh. Kepatuhan Maha digambarkan

melalui sikap Maha yang tidak pernah berani melawan Ibu. Maha

pernah memberanikan diri mengatakan tentang kebenciannya

terhadap Lintah (pacar Ibu) yang tinggal di rumah mereka namun

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

Ibu tetap mempertahankan Lintah itu dan ia harus tetap menerima

kenyataan yang buruk bagi hidupnya. Maha juga tidak pernah

melakukan perlawanan dan mengatakan kepada ibunya ketika

Lintah melakukan pelecehan-pelecehan hingga pemerkosaan. Pada

akhir episode Ibu mengatakan bahwa ia akan menikah dengan

Lintah dan Maha tetap tidak melakukan perlawanan dan diam

menerima kenyataan tersebut. Sifat Maha tersebut terlihat pada

kutipan.

, Maha. dan sebentar lagi Ibu akan menikah.


Sudah lama Ibu hidup sendiri semenjak Ayahmu meninggal.
Dan kamu sudah lama hidup tanpa Ayah.
Mata saya membeliak lebar. Suara petir tidak lagi terdengar.
siapa laki-laki yang bahagia itu, Ibu? Siapakah laki-laki yang

Angin membuka tirai jendela. Sekejap cahaya menerangi


pengharapan jiwa.
Angin mereda. Tirai kembali tertutup. Menghadirkan

Dalam film tokoh Maha sama seperti Tokoh Adjeng ketika kecil

yang diperankan oleh Nadya Rampies. Kisah masa lalu Adjeng

yang dialami ketika Adjeng kecil sama seperti kisah yang dialami

Maha dalam cerpen Lintah . Kisah Adjeng kecil diceritakan

melalui cerpen karya Adjeng dewasa berjudul Lintah ,

backtracking ke masa lalu Adjeng ketika kecil dan bayangan-

bayangan yang kadang muncul dalam diri Adjeng dewasa. Selain

hal di atas yang mendukung bahwa Adjeng kecil sama dengan Maha

adalah kesamaan sifat dan nasib. Adjeng kecil juga seorang yang

hanya bisa pasrah dan menerima nasib, tidak bisa membela dan

melakukan apapun ketika pacar Momy ( Lintah dalam cerpen)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

melakukan pelecehan bahkan pemerkosaan terhadapnya. Ia juga

hanya tinggal bersama Ibu atau Momy (dalam film) yang berprofesi

sebagai artis dan mempunyai seorang pacar yang selalu kurang ajar

terhadapnya. Hal tersebut terdapat pada kutipan dan petikan gambar

berikut.

Suasana lalu lintas jalan raya di pagi hari (disertai


dengan narasi dari Adjeng sebagai naratornya tentang
cerpennya). Adjeng mengendarai sebuah mobil berwarna
merah. Adjeng mengendarai mobil dengan santai melintasi jalan
yang tidak terlalu padat. Ia memegang rokok ketika menyetir
dan sesekali menghisap dan menghembuskan asapnya.

Isi narasi:

Ibu saya memelihara seeokor lintah. Lintah itu


dibuatkan sebuah kandang yang mirip seperti rumah boneka
berlantai dua, lengkap dengan ruang tidur, ruang makan, ruang
tamu dan kamar mandi dan ditempatkan tepat di sebelah kamar
Ibu. Saya selalu merengek kepada ibu untuk memelihara hewan
lain, namun Ibu bersikeras memelihara lintah itu dan
mempertahankannya sebagai hewan peliharaan tunggal di
rumah kami (C5).

Gambar 1: gambar 2: gambar 3:


cerpen Adjeng Adjeng pulang sekolah Adjeng akan diperkosa
Berjudul Lintah

Mayra adalah tokoh utama dalam Melukis Jendela . Dalam

cerpen diceritakan bahwa Mayra suka melukis dan selalu

mengurung diri di kamar. Ia bersifat tertutup dan suka berimajinasi

tentang keluarga yang bahagia bersama Ayah dan Ibunya. Hal

tersebut terlihat pada kutipan:

Sejak kecil Mayra senang melukis. Sebagai anak tunggal ia


menghabiskan banyak waktu hanya dengan melamun tanpa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

seorang pun untuk diajak bicara. Maka ia mulai melukis seorang


ibu, bersanggul dan berkebaya emas dengan selendang coklat
muda yang kontras dengan kain warna coklat tua yang
dikenakannya, sedang duduk memangku Mayra sambil menatap
mata Mayra hangat dan mesra. Setiap Mayra pulang sekolah,
dismbut dengan kelengangan dan kesejukan dari dalam
rumahnya yang ber-Ac, ia akan segera masuk kamar dan
menghabiskan waktu dan bercakap-cakap dengan lukisan itu
(Djenar Maesa Ayu, 2004:31)

Mayra tinggal bersama seorang pembantu yaitu Bi Inah dan

Ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang

penulis dan pacarnya. Mayra juga digambarkan sebagai seorang

gadis yang cantik. Dia selalu mendapatkan perlakuan buruk dari

teman laki-lakinya di sekolah. Mayra mempunyai sifat yang nekat

terbukti Ia pernah menyayat wajahnya sendiri. Ia tidak suka

diganggu teman laki-lakinya hanya karena ia cantik dia juga pernah

nekat memukul hidung salah satu teman yang mengganggunya

hingga berdarah. Kenekatan Mayra tersebut terlihat pada kutipan

berikut.

Mayra menenerima pisau itu ke dalam tangannya dan mereka


bergandengan kembali ke kamar lalu mengunci pintu Mayra
kembali ke kamar dan duduk di depan kaca rias. Ia perlahan
mulai menyayat pipinya dan darah segar mulai meleleh hangat
di pipinya (Djenar Maesa Ayu, 2004:34)

Seperti biasa mereka memperlakukan Mayra dengan buruk.


Mayra mengayunkan tinjunya, tepat mengenai hidung Anton
kemudian darah segar meleleh dari dalamnya. Mayra
melepaskan diri kemudian berlari menuju kelasnya (Djenar
Maesa Ayu, 2004:32)

Dalam film tokoh Mayra sama seperti Adjeng SMP. Adjeng

SMP diperankan oleh putri pertama Djenar Maesa Ayu yaitu Banyu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

Bening. Ketika SMP Adjeng pernah kabur dan tinggal bersama

ayahnya. Hal tesebut terdapat pada pernyataan Momy berikut.

Momy : puas kamu? Setelah usaha Momy untuk


berubah. Kamu pendendam. Kenapa dendam
kamu Cuma buat Momy Djeng? Apapun yang
Momy lakuin ke kamu, itu semua untuk
kepentingan kamu, dan paling nggak sebagai
orang tua tidak pernah lepas tanggung jawab
keanak. Sementara bapak kamu. Dan setelah
kejadian itu Djeng, kamu sempet kan Djeng
tinggal sama bapak kamu? Kamu ngrasain
sendiri gimana sedetikpun dia gak pernah
ngurusin kamu. Kamu liat sendiri yang dia
urusin itu Cuma perenpuan, perempuan dan
perempuan. Sadar gak kamu Djeng? Kalau
bukan ulah bapak kamu, kalau bukan karena
ulah dia yang dengan gampangnya ninggalin
kita gak mungkin ada kejadian ini, gak
mungkin. (Momy menarik nafas mencoba
mengendalikan emosi kemudian pergi.
(Sementara Adjeng masih duduk diam di sofa)
(C36).
Adjeng SMP juga mempunyai sifat yang sama seperti Mayra

yaitu suka melukis atau menggambar. Dia mempunyai seorang

Ayah penulis yang sibuk dengan pekerjaan dan pacarnya. Adjeng

sering diganggu teman-teman laki-laki di sekolahnya dan Adjeng

juga melakukan pemukulan di hidung sama seperti yang di lakukan

Mayra di cerpen. Hal tersebut tedapat pada kutipan dan petikan

gambar berikut:

Adjeng menggambar Ayah,Momy dan Adjeng. Terdengar


ketukan pintu dari luar rumah suara Bi Inah terdengar sayup-
sayup dari luar.
Bi Inah : (tok tok tok) pak, pak ada tamu pak!
Suara wanita : hallo, mas aku ganggu gak?
Ayah : ya enggak dong, ayo masuk!
Suara wanita : anaknya mana?
Ayah : paling di kamarnya lagi gambar, kalau
udah gitu gak bisa di ganggu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

Suara wanita : like father like sun kalau udah kerja gak
bisa diganggu, tapi kalau mau digaggu-
ganggu mau gak?
Ayah : hahahahaha kamu tu.
Adjeng terlihat kesal dan mencoret-coret gambar Ayah. (C28)

Gambar 4: gambar 5:
Adjeng bertemu pacar Ayah Adjeng remaja menggambar

Gambar 6:
Adjeng diganggu dan memukul temannya
Di sekolah

Adjeng dewasa (diperankan Titi Sjuman) adalah seorang penulis

cerita anak-anak. Tokoh Adjeng merupakan tokoh tambahan yang

hanya ada pada film dan tidak ada pad kedua cerpen. Adjeng

diciptakan sutradara sebagai masa depan kedua tokoh utama dalam

cerpen. Hal tersebut berfungsi sebagai benang merah atau

penyambung jalan cerita dari kedua cerpen yang berbeda.

Keberadaan Adjeng dewasa tidak mengubah tema cerita namun jika

dihalangkan dapat diperkirakan cerita menjadi tidak jelas atau kabur

karena tidak padu. Adjeng adalah seorang wanita dewasa yang

memiliki kenangan buruk ketika masa kecil akibat kekerasan yang

dilakukan oleh Ibu dan pelecehan oleh pacar ibunya. Kisah

hidupnya itu di tuangkan dalam karyanya yang berjudul Lintah .

Kisah masa kecil tersebut berdampak psikologis dan sosial yang

akan mempengaruhi kelangsungan hidup hingga dewasa.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

Adjeng mempunyai dua sifat yang bertolak belakang, di depan

Ibunya Ia adalah seorang yang patuh dan penurut tetapi di belakang

Ibunya Ia menjadi seorang yang liar dan tidak bisa dikendalikan.

Pada dasarnya Adjeng adalah seorang anak yang patuh kepada

orang tuanya. Hal tersebut terlihat dari masa kecil Adjeng ketika SD

dan SMP. Adjeng kecil tidak pernah melawan Momy walaupun ia

diperlakukan dengan buruk seperti ketika Momy meminta Adjeng

memakan makanan dari kloset. Perlakuan buruk Momy terlihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 7:
Adjeng memakan makanan dari kloset

Sifat patuh Adjeng dewasa hanya tampak ketika sedang

menghadapi Momy. Setiap Momy menasehati dan berbicara Adjeng

hanya diam sesekali jawab iya dan tidak berani membantah

sedikitpun. Adjeng juga sering berbohong untuk menutupi

kesalahan atau larangan dari Momy. Hal tersebut terlihat pada

kutipan dialog dan petikan gambar berikut.

Momy : jadi karena ini kamu gak angkat telephone


Mom. Semalem diteleponin kirain kenapa
taunya asik teler. Momy sampai minta kunci ke
satpam segala. Mana susah lagi dapetnya.
Monyet!
Adjeng : iya Mom, Sorry.
Momy : gak usah say sorry! Yang ancur itu diri kamu
bukan Momy.
Adjeng : Iya Mom
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

Momy : dari kecil gak pernah ngerasa kalau disayang.


Kalau dibilangin katanya bawel, kamu pikir gak
capek apa? Emangnya marah gak pakai energi?
Adjeng
Momy : bisanya Cuma iya, iya, iya tapi begitu lagi,
begitu lagi.
Adjeng : heeh Mom (menyalakan rokok dan
menghisapnya)
(Momy langsung menghampiri Adjeng mengambil rokok
Adjeng)
Momy : paru-paru kamu tu bisa nunggu nggak si?
(sambil mematikan rokok) Rokok, alcohol,
makan,tidur gak teratur. Kebiasaan jelek bapak
kamu ko dipiara! Coba ngaca, liat tu muka! Dah
kayak mayat idup, kering (sambil melihat muka
Adeng)
(Tedengar suara telepon, Adjeng berdiri hendak mengangkat
telepon).
Momy : gak usah diangkat! Telepon Momy dari
kemarin gak diangkat (Adjeng kembali duduk)
Bangun tidur belum minum air putih, belum
makan. Ngrokok.(telepon masih berdering)
(dialog C9)

Gambar 8 Gambar 9

Gambar 8 dan 9 menunjukkan Adjeng terlihat takut ketika

Momy tiba-tiba datang ke apartemen dan mengetahui Ia mabuk.

(Hp Adjeng berbunyi, adjeng menjawab telepon yang ternyata


dari Momy dan mengisyaratkan pada kedua temannya untuk
diam)
Adjeng : hallo momy, lagi di plasa senayan mom.
Tinta printer abis (Venny meletakkan
tangannya ke kepala menyerupai tanduk)
sendirian mom (tangan Adjeng
mengisyaratkan diam) iya entar gak kemana-
mana kok, nulis (kedua teman Adjeng masih
menggodanya) iya, ya, ok Mom. Bye. Gue
langsung cabut ya? Soalnya tar nyokap gue
rese. Masuk-masuk ke apartemen lagi ah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

Andien : payah lo! Sekali aja gak takut sama nyokap


lo kenapa si? (Dialog C11)

Kutipan di atas juga menunjukkan bahwa Adjeng

berbohong kepada Momy ketika berbicara di telepon. Adjeng

mengatakan bahwa Ia sedang sendirian di plasa senayan padahal

Ia bersama kedua temannya Venny dan Andien. Adjeng

berbohong karena Ia tidak ingin Momy tahu jika Ia bersama

kedua temannya. Setelah selesai telepon Adjeng langsung

pulang ke apartemen meninggalkan Andien dan Venny sebab

Adjeng mengatakan tidak akan kemana-mana pada Momy.

Adjeng juga digambarkan sebagai seorang yang

mempunyai sifat liar dan pemberontak, pendendam, tidak

percaya kepada orang lain dan temperamental. Sifat yang

bertolakbelakang dengan sifat dasar Adjeng ini terbentuk karena

dampak kekerasan (fisik dan mental) yang dialami Adjeng

ketika kecil.

Richard J Gelles, 2004: 6-7 dalam Ratna 129 menjelaskan

bahwa konsekuensi dari tindakan kekerasan anak dapat

menimbulkan kerusakan dan akibat yang lebih luas

(farreaching). Luka-luka fisik, seperti memar-memar (bruises),

goresan-goresan (scrapes) dan luka bakar (burns) hingga

kerusakan otak (brain damage), cacat permanen (Permanent

desabilities) dan kematian (death).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

Dalam penjelasannya lebih lanjut Gelles juga menyatakan

bahwa dalam beberapa kasus, kekerasan dapat mengakibatkan

gangguan-gangguan kejiwaan (Psyhiatric disorders), seperti

depresi (depression), kecemasan berlebihan (excessive anxiety)

atau gangguan identitas diasositif (dissociative identity disorder)

da juga bertambahnya resiko bunuh diri (suicide).

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa sifat yang

bertolakbelakang Adjeng muncul akibat depresi, kecemasan

berlebihan, atau juga gangguan identitas. Adjeng

menginginkan kebebasan dalam hidupnya dari segala tekanan

yang ia alami ketika kecil. Sifat liar dan pemberontak Adjeng

muncul ketika tidak sedang berasama Momy. Adjeng

mempunyai gaya hidup yang bebas. Ia sering keluar malam

untuk dugem dan berpesta di diskotek bersama Andien dan

Venny. Rokok dan alkohol adalah hal biasa buat Adjeng.

Kebiasaan merokok Adjeng dapat dilihat hampir di setiap

bagian film. Dalam kesehariannya Adjeng adalah seorang yang

terbiasa hidup tidak sehat sering merokok, alkohol, free sex,

dan dunia malam (gambar 11). Hal tersebut terlihat pada C4,

ketika pagi Adjeng menerima telepon dari Momy terlihat

Asmoro atau pacar Adjeng sedang tertidur di sampingnya.

Pada C10 juga ditunjukkan bahwa Adjeng dan Asmoro

melakukan hubungan suami istri (gambar 15). Adjeng terbiasa

selalu minum minuman beralkohol terbukti ketika pagi setelah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

Momy menelepon Adjeng menuju meja kerjanya terlihat

banyak kaleng Bintang dan Adjeng meminum dari kaleng

tersebut (salah satu merek bir) (gambar 13). Selain itu terlihat

juga ketika Momy melihat isi kulkas Adjeng banyak terdapat

kaleng-kaleng bir di dalamnya (gambar 14). Kebiasaan Adjeng

merokok sering terlihat di banyak adegan salah satunya pada

gambar 12. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dan petikan

gambar berikut.

Momy : jadi karena ini kamu gak angkat telephone


Mom. Semalem diteleponin kirain kenapa
taunya asik teler. Momy sampai minta kunci ke
satpam segala. Mana susah lagi dapetnya.
Monyet! (dialog C9).

(Momy langsung menghampiri Adjeng mengambil rokok


Adjeng)

Momy : paru-paru kamu tu bisa nunggu nggak si?


(sambil mematikan rokok) Rokok, alcohol,
makan,tidur gak teratur. Kebiasaan jelek bapak
kamu ko dipiara! Coba ngaca, liat tu muka! Dah
kayak mayat idup, kering (sambil melihat muka
Adjeng) (dialog C9).

Momy berada di kamar bersiap tidur namun ia


menyempatkan untuk mencoba menelepon Adjeng. Adjeng
yang larut dalam suasana diskotek tidak mempedulikan telepon
dari Momy dan justru asyik menuang kemudian meminum
alkohol yang ada di depannya.

Venny : eh, gila lho ye. Santai kali nek, siapa sich yang
telephon?lakor mana lagi?
Adjeng
tangannya di kepala, menyerupai tanduk)
Andien gelas yang ada di
depannya)
Adjeng
Venny : tunggu tunggu! To what?
Andien : to friendship.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

Adjeng :to sex (mereka tertawa bersama sambil


mengangkat gelas bersama kemudian
meminumnya) (dialog C7)

Gambar 11 Gambar 12

Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15

Adjeng juga seorang pendendam. Kisah kelam masa

kecilnya masih selalu Ia ingat hal tersebut terbukti pada setiap

backtracking yang menceritakan masa kecilnya. Kisah

dituangkan dalam sebuah cerpen yang terbit dalam surat kabar.

Cerpen tersebut berjudul Lintah dan menceritakan tentang

kisahnya ketika kecil yang selalu mengalami pelecehan dari

pacar Ibunya dan tentang kebenciannya kepada pacar Ibu dan

juga Ibunya. Kemunculan cerpen tersebut bukti sakit hati

Adjeng yang dari kecil hingga dewasa tidak bisa Ia ungkapkan.

Saat Momy datang, Adjeng kaget karena Momy lagsung

membanting koran tersebut sangat keras di depan Adjeng.

Adjeng terlihat tersentak dengan wajah sedikit takut. Momy

sangat marah kepada Adjeng karena Ia masih menyimpan

dendam walaupun Momy sudah berusaha berubah setelah

kejadian yang terjadi di masa lalu. Adjeng hanya

menundukkan wajahnya selama Momy marah tanpa berkilah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

atau memberikan argument apapaun, hal itu bisa disebabkan

Adjeng mengakui bahwa Ia memang menyimpan dendam

kepada Momy. Hal tersebut terlihat pada kutipan dan gambar

berikut:

Momy marah besar setelah mengetahui bahwa Adjeng


menul
menceritakan kisah masa kecil Adjeng ketika tinggal
bersama Momy dan Lintah (pacar Momy yang selalu
melecehkan Adjeng).
Momy : puas kamu? Setelah usaha Momy untuk
berubah. Kamu pendendam. Kenapa
dendam kamu Cuma buat Momy Djeng?
Apapun yang Momy lakuin ke kamu, itu
semua untuk kepentingan kamu, dan paling
nggak sebagai orang tua tidak pernah lepas
tanggung jawab ke anak. Sementara bapak
kamu. Dan setelah kejadian itu Djeng,
kamu sempet kan Djeng tinggal sama bapak
kamu? Kamu ngrasain sendiri gimana
sedetikpun dia gak pernah ngurusin kamu.
Kamu liat sendiri yang dia urusin itu Cuma
perenpuan, perempuan dan perempuan.
Sadar gak kamu Djeng? Kalau bukan ulah
bapak kamu, kalau bukan karena ulah dia
yang dengan gampangnya ninggalin kita
gak mungkin ada kejadian ini, gak
mungkin. (Mommy menarik nafas mencoba
mengendalikan emosi kemudian pergi.
Sementara Adjeng masih duduk diam di
sofa) (dialog C36).

Adjeng seorang yang mudah marah dan emosi. Hal itu

sering terjadi ketika Adjeng bersama Asmoro dan teman-

temannya. Ketika Asmoro memberi pandapat tentang

cerpennya Adjeng tiba-tiba marah dan bernada bicara

tinggi. Kemarahan Adjeng juga tiba-tiba timbul ketika

Venny membahas tentang Asmoro dan dirinya. Pada C46

Asmoro datang ke apartemen Adjeng, dia bertemu dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

Bos yang sering dikencani Adjeng keluar dari apartemen

dengan wajah senang dan sempat menaikan resleting celana

yang menandakan Ia baru selesai melakukan hubungan

suami istri dengan Adjeng. Asmoro cemburu, melihat sikap

Asmoro Adjeng tiba-tiba marah dan terjadi pertengkaran di

antara mereka. Sifat Adjeng yang mudah emosi terlihat

pada kutipan berikut:

Adjeng : jangan bilang kamu cemburu. Belajar dari

Saya sudah berhubungan sama dia jauh


sebelum ketemu kamu, sama aja kan
kamu dah punya bini jauh sebelum
ketemu saya. Lagian kamu tau saya gak
suka sama dia.
Asmoro : kalu gak suka kenapa mau di tidurin?
Adjeng : nah, kamu sendiri ngakunya dah gak cinta
sama yang di rumah trus kenapa mau di
tidurin? Kalau saya si jelas, saya harus
makan, belanja, isi bensin, bayar apartemen
ini buat tempat kita ngewek. Kurang enak
apa si kamu dapet cewek gratisan kayak
saya? Hari gini mana ada cewek yang mau
sama cowok kere? Cuma bego-begonya
saya sama bini kamu aja deh. (Adjeng
marah)
Asmoro : aku pikir kamu udah berubah.
Adjeng : berubah? Untuk apa? Emang kenapa saya?
Asmoro : ckk ah, sudah lah. Susah ngomong sama
orang yang kerjanya bohongin diri sendiri
terus.
Adjeng : tau apa si kamu tentang saya? Tau apa
kamu tentang hidup saya? Gak ada satu
orangpun di dunia ini yang tau tentang
saya. Ibu saya, Bapak saya, temen-temen
saya, apalagi kamu?
Asmoro : terus, terus salahin semua orang untuk lari
dari masalahmu sendiri! Gak tau berterima
kasih.
Adjeng : maksudnya?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

Asmoro : gak tau atau pura-pura gak tau lagi? Kamu


yang gak bisa mengerti apa-apa, bukan
orang lain yang gak ngerti kamu.
Adjeng : saya gak ngerti. Maksud kamu apa?
Asmoro : kamu seharusnya bersyukur sekarang.
Cerpen kamu dimuat di Koran karena aku
yang kirim.
Adjeng : berani lo ngomong kayak gitu? Gak usah
sok jadi pahlawan deh! Lu tu yang justru
yang nylewengin nama gue tau gak? Nama
lo tu di omongin lagi sejak jadi mentor gue.
Lo pikir gue buta apa? Lo pikir gue gak
bisa liat kalau karir nulis lo tu tinggal
tunggu matinya aja. Lo yang harus terima
kasih sam gue tahu gak? (Adjeng semakin
marah, Asmoro juga marah dan melempar
tubuh Adjeng ke ranjang. Asmoro menutup
muka Adjeng dengan bantal hingga Ia sulit
bernafas. Adjeng mencoba melawan sekuat
tenaga melepaskan diri dari Asmoro hingga
tidak berdaya)
Asmoro : dasar lonte, selesai di sini kita.(pergi
meninggalkan Adjeng yang masih sulit
bernafas) (dialog C 46).

Tanda fisik yang membuktikan bahwa Adjeng SD, Adjeng SMP

dan Adjeng dewasa adalah orang yang sama yaitu dari tanda di alis

kanan Adjeng. Tanda di alis kanan tersebut seperti bekas luka

namun dalam cerpen maupun film tidak diterangkan dengan jelas

munculnya tanda tersebut. Akan lebih jelas pada gambar berikut:

Gambar 16: Gambar 17:


Adjeng kecil Adjeng remaja

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

Gambar 18:
Adjeng Dewasa
2. Lintah atau Pacar Momy

Tokoh Lintah muncul dalam cerpen Lintah . Ia adalah pacar

Ibu Maha. Lintah tinggal bersama Maha dan Ibunya. Dalam cerpen

diceritakan bahwa Lintah adalah seorang pedofilia atau menyukai

anak di bawah umur. Hal tersebut tebukti Ia sering melakukan

pelecehan bahkan memperkosa Maha.

Ular itu menyergap, melucuti pakaian saya menjalari satu


persatu lekuk tubuh saya. Melumat tubuh saya yang belum
berbulu dan bersusu, dan menari-nari di atasnya memuntahkan
liur yang setiap tetesnya berubah menjadi lintah. Lintah-lintah
yan
(Djenar Maesa Ayu: 17).

Ia menyelinap dalam kantung saya. ia menyelinap dalam


kantung saya yang satu menyelinap ke pinggang saya. yang
satu ke perut saya. dan mereka berputar-putar sesuka hati
menjelajahi tubuh saya sambil menghisapi darah saya ( Djenar
Maesa Ayu, 2004: 16)

Dari kutipan yang kedua juga ditunjukkan ketika Lintah

menggerayangi tubuh maha dan mengihasapi darahnya

(pelecehan-pelecehan yang sering dilakukan Lintah).

Lintah seorang yang tidak pernah puas atas apa yang

dimiliknya dan juga kurang ajar. Ia sering duduk di sofa ruang

tamu, mengganggu Maha melihat televisi bahkan tidur di tempat

tidur Maha terdapat pada kutipan.

juga dengan rumah pribadi istimewa. Sepulang sekolah, sering


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

saya temui Lintah itu duduk di sofa ruang tamu kami. kadang
ia mengganggu saya ketika sedang menonton televisi dengan
mengganti saluran seenak hati. Bahkan ia sering kedapatan
sedang pulas tertidur di atas tempat tidur saya, dan tentunya

Maesa Ayu: 12).

Lintah adalah seorang yang pandai merayu dan penjilat. Lintah

selalu bersikap manis di depan Ibu. Ketika Ibu pulang Lintah selalu

duduk manis di dalam rumahnya sendiri. Ia juga sering melakukan

perbuatan jahat ke pada Maha tanpa sepengetahuan Ibu. Terdapat

pada kutipan di bawah ini:

Tiap Ibu pulang kerja lintah duduk manis di dalam rumahnya.


Lalu Ibu akan mengecupnya mesra dan membawanya masuk

Lintah juga seorang yang sangat licik. Ia melakukan perbuatan

jahatnya tanpa sepengetahuan Ibu (pelecehan itu dilakukannya

ketika Ibu tidak berada di rumah). Dia juga digambarkan menjkadi

orang yang jahat dan tidak berperasaan. Hal itu terdapat pada

kutipan:

-diam membelah dirinya


menjadi dua, dan seekor menyelinap masuk dalam kantung

eberapa kali berhasil membelah diri tanpa sepengetahuan


Ibu, lintah makin menjadi-jadi. Ia lalu membelah dirinya
menjadi tiga, empat,bahkan lima. Dan kali ini sudah tidak
menyelinap dalam kantung saya. Ia menyelinap ke bawah baju
saya. Yang satu menyelinap ke pinggang saya. Yang satunya
lagi ke perut saya. Dan mereka berputar-putar sesuka hati

(Djenar Maesa Ayu: 15-16)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

Tokoh Lintah mempunyai sifat dan perilaku sama seperti pacar

Momy di film. Pacar Momy diperankan oleh Bucek Depp. Dia

seorang anak Band berwajah tampan dan sedikit terlihat brandalan.

Postur tubuhnya tinggi dan tegap dengan rambut gondrong ikal.

Berikut ini sosok Lintah atau pacar Momy dalam film:

gambar 19:
Lintah atau pacar Momy

Ia seorang pedofilia atau menyukai anak dibawah umur.

Lintah juga digambarkan sebagai lelaki yang pandai mengambil

hati Momy dan kurang ajar. Terbukti ketika di depan Momy Ia

menjadi laki-laki yang baik, memberi Momy bunga ketika selesai

menyanyi (pada gambar 19), membantu menyiapkan sarapan untuk

Momy dan Adjeng SD (pada gambar 20 dan 21). Terlihat pada

petikan gambar berikut:

Gambar 20 Gambar 21 Gambar 22

Adapun sifat pedofilia Lintah atau pacar Momy itu muncul

ketika Ia sedang berdua bersama Adjeng (pada gambar 22, 23, 24

dan 25). Ia melakukan perbuatan jahatnya kepada Adjeng kecil

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

hingga memperkosa Adjeng tanpa sepengetahuan Momy. Sifat

Lintah atau pacar Momy terlihat pada gambar berikut.

Gambar 22 Gambar 23 Gambar 24 Gambar 25

3. Ibu atau Momy

Tokoh Ibu berperan sebagai Ibu Maha dan juga kekasih Lintah.

Ibu adalah seorang artis dan diberi julukan sebagai penyanyi

Medusa. Ibu adalah penyanyi yang menjaga nama baik terbukti

ketika dia sudah mulai terkenal ia mulai pilih-pilih tawaran untuk

menyanyi dan Ibu tidak pernah terang-terangan menunjukkan

hubungannya dengan Lintah di depan umum. Dalam cerpen ini Ibu

diceritakan bukan seorang Ibu yang baik. Ia tidak pernah

memperhatikan serta tidak menyayangi anaknya sendiri, ia justru

lebih percaya dan sayang kepada orang lain yaitu Lintah. Tokoh ini

juga seorang Ibu yang ringan tangan. Ia pernah memukul Maha

hanya karena Maha mengadu perbuatan jahat Lintah padanya dan

juga ketika Maha dengan sengaja menyemprotkan obat serangga

saat Lintah sedang asyik menonton televisi. Terdapat pada kutipan.

televisi menyanyi dengan


Lintah yang sudah berubah menjadi ular-ular kecil itu di atas
kepalanya dan menari-nari. Saya pernah membaca di surat
kabar bahwa Ibu sudah diberi julukan penyanyi Medusa.
Memang banyak sekali tawaran mengalir sesudahnya. Dan ini
membuat Ibu semakin sayang kepada lintah. Mungkin karena
Ibu sudah demikian terkenal, Ibu menjadi pilih-pilih tawaran.
Dan inilah yang membuat Ibu lebih sering berada di rumah
(Djenar Maesa Ayu: 14).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

Dalam film Momy diperankan oleh Henidar Amroe. Momy

adalah seorang artis yang mempunyai banyak penggemar. Hal itu

dibuktikan ketika Momy menyanyi di atas panggung, penonton

memberikan tepuk tangan sambil berdiri. Dalam cerpen tidak

disebutkan ciri fisik khusus namun dalam film Momy mempunyai

ciri fisik yang cantik dan terlihat anggun.

Gambar 26:
Momy menyanyi di atas panggung

Pada waktu Adjeng masih SD Momy mempunyai pacar yang

selalu berbuat tidak baik kepada Maha atau Adjeng SD.

Penggambaran Momy dalam film sama dengan penggambaran

dalam cerpen Lintah . Momy dideskripsikan sebagai seorang

penyanyi yang sedang naik daun ketika Adjeng SD (Maha).

Dalam film diperlihatkan bahwa Momy menyayangi Adjeng

terlihat dari perhatian Momy kepada Adjeng. Momy sering

menelepone menanyakan keadaan Adjeng, mengajak jalan-jalan,

membelikan makanan yang bergizi walaupun Adjeng tidak

menyukainya. Momy juga sering menengok Adjeng ke Apartemen

dan selalu khawatir melihat gaya hidup Adjeng yang tidak sehat.

Pada C51 Momy memukul pacarnya karena ketahuan akan

memeperkosa Adjeng kecil ketika di buth up. Hal tersebut adalah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

tanda rasa saying Momy kepada Adjeng. Momy melakukan

tindakan itu untuk melindungi anaknya dari bahaya.

Gambar 27

Kutipan yang menunjukkan perhatian Momy adalah sebagai

berikut.

Pagi hari, Adjeng kaget dan terbangun dari tidurnya ketika


mendengar suara telepon. Langsung ia mengambil telpon yang
berada di sebelah kanannya dan menjawabnya. Kemudian
terjadi percakapan di telepon antara Adjeng dan Momy.
Adjeng : Morning Momy ( panik, dan sempat melihat ke
samping )
Momy : Morning Djeng, baru bangun?
Adjeng : Udah dari tadi kok Mom.
Leher lagi gak enak ni (sambil memegang
lehernya)
Terlihat seorang pria (Asmoro) tanpa baju dan hanya
menggunakan selimut tidur di sebelah Adjeng terbangun kaget
karena handphone di sampingnya bergetar. Asmoro kemudian
mengambil Hp dan melihatnya.
Momy :kebanyakan ngrokok si kamu. Kebiasaan jelek.
Gimana bis sehat kalau ngrokok terus kayak kereta
api gitu. Mau kena kanker?(Asmoro terburu-buru
bangun dan mencium pundak Andjeng kemudian
meninggalkan tempat tidur lalu keluar kamar)
Adjeng : ini juga udah ngurangin Mom. Semalem juga
Cuma ngrokok tiga batang. (Asmoro kembali
masuk)
Momy : jangan bohong, jumat malem pasti kamu dugem
gak mungkin ngrokok Cuma tiga batang.(Asmoro
mencium Adjeng sebelum benar-benar pergi)
(Adjeng bangun dari tempat tidur menuju meja kerjanya)
Momy : Dje
Adjeng : ya Mom
Momy : lemes amat sich? Kurang vitamin tu. Mau
dibawain lagi?
Adjeng
ada kok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

Momy : Buah?
Adjeng
Momy : Lho, kan udah lama, gak busuk tuh?
Adjeng : Kan ada kulkas Mom
Momy : ya udah. Jangan lupa sarapan!
Kurangin alkohol sama rokoknya!

Adjeng : Iya Mom, Bye (Adjeng menutup telephone


dan meletakkannya di meja) (dialog C4)

Sifat Momy yang perhatian tersebut tidak diceritakan dalam

cerpen bahkan di akhir cerita Ibu memutuskan menikah dengan

Lintah karena telah hamil. Hal tersebut terlihat pada kutipan

berikut:

pakah laki-laki berbahagia itu, Ibu? Siapakah laki-laki


yang akan menjadi ayah saya? Angin membuka tirai jendela.
Sekejap cahaya menerangi pengharapan jiwa.

Angin mereda. Tirai kembali tertutup. Menghadirkan gelap,

Persamaan sifat antara Ibu dan Momy terlihat ketika Momy juga

pernah memperlakukan Adjeng tidak baik. Hal itu muncul akibat

dendam dan sakit hati terhadap suaminya. Momy meluapkan rasa

sakit hatinya kepada Adjeng. Terbukti saat marah Momy selalu

menyalahkan Ayah Adjeng hingga ia berbuat tidak baik kepada

Adjeng. Momy pernah menyuruh Adjeng memakan sayuran dari

kloset hanya karena Adjeng memuntahkan makanannya setelah itu

menyebut bahwa bapak bangsat dan keturunan bangsat. Momy juga

sering menggunakan kata-kata kasar. Kebiasaan tersebut terjadi

hingga Adjeng dewasa.

Perlakuan Momy yang tidak baik terlihat pada kutipan berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

(Adjeng bersimpuh di depan kloset dan memakan makanan


yang telah ia muntahkan).

Momy : Dasar bapak bangsat, keturunan bangsat. Gak


bisa diperlakukan seperti manusia, maunya
diperlakukan seperti binatang. Begitu cara
muntah yang bener. Anak gak tau diuntung.
(Momy pergi meninggalkan Adjeng yang masih
muntah di kloset) (C8)

Dari kutipan di atas terlihat Momy menggunakan kata-kata

kasar. Momy juga menyuruh Adjeng SD memakan lagi sayuran

yang telah dimuntahkan dari dalam kloset. Selain dari perkataan

Momy juga pernah melakukan kekerasan fisik terhadap Adjeng hal

tersebut terlihat pada petikan gambar berikut:

Gambar 28:
Ibu mendorong keras kepala Adjeng

4. Ayah

Ayah adalah tokoh yang muncul dalam cerpen Melukis

Jendela . Dalam cerpen dideskripsikan bahwa Ayah adalah seorang

penulis yang tidak pernah memperhatikan Mayra (Adjeng SMP)

karena Ayah hanya sibuk dengan pekerjaan dan wanita-wanita di

sekitarnya (pacarya). Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.

Dan Ia mengadu tentang Ayah. Ayah yang tidak pernah


mau menceritakan asal-usul Ibu. Ayah yang tidak pernah ada di
rumah atau di rumah namunmenghabiskan waktu seharian
menulis di kamar kerkanya (Djenar Maesa Ayu, 2004: 33)

yang selalu Mayra tanyakan kepada


setiap wanita yang dibawa Ayahnya (Djenar Maesa Ayu, 2004:
35)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

Dalam film Ayah diperankan oleh Agust Melasz. Ayah juga

diceritakan sebagai seorang penulis yang hanya sibuk dengan

pekerjaan dan pacarnya. Pacar Ayah juga pernah datang ke rumah

untuk menemui Ayah dan mencoba mengbrol dengan Adjeng

(terlihat pada gambar 27) Adjeng pernah tinggal dengan Ayahnya

ketika Ia duduk di bangku SMP dan Ia tidak pernah mendapat

perhatian sedikitpun dari Ayahnya. Sifat Ayah tersebut terlihat pada

kutipan.

Bi Inah : Non! (tok tok tok) Non!


Adjeng : iya masuk aja Bi Inah!
Bi Ina : makan dulu non! Nanti keburu dingin
Adjeng : bapak dimana Bi?
Bi Inah : biasa sedang ngetik. Dari tadi malem juga belum
keluar.
Adjeng : ya udah taruh aja Bi! Belum pengen makan.
(dialog C15)

Gambar 27:
Adjeng bersama Ayah dan pacar Ayah

5. Bi Inah

Bi Inah adalah tokoh yang muncul dalam cerpen Melukis

Jendela . Bi Inah adalah seorang pembantu yang bekerja di rumah

Ayah. Bi Inah diperankan oleh Jajang C noer dalam cerpen maupun

film kehadiran Bi Inah sebagai pendamping. Bi Inah yang

memperhatian dan mengurus Mayra (Adjeng SMP) ketika tinggal

bersama Ayah. Perhatian Bi Inah terlihat pada kutipan berikut.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

Pagi-pagi Bi inah mengetuk kamar Mayra untuk


membangunkannya sekolah. Bi Inah tidak menemukan Mayra
disana dan hanya menemukan kertas-kertas bergambar jendela
berserakan. Bi Inah mengetuk kamar majikannya, seorang
wanita membuka pintu dan mengatakan tuannya masih tidur.
Bi Inah menghela napas dan menunggu. Tapi ia tahu, Mayra
tidak akan pernah kembali (Djenar Maesa Ayu, 2004:41)

Dalam film Bi Inah terlihat sabar, menghibur Adjeng SMP

ketika terlihat murung dan selalu mengantarkan makanan untuk

Adjeng. Pada gambar 28 Bi Inah terlihat sabar menemani dan

melayani Adjeng saat sarapan.

Gambar 28:
Bi Inah menemani Adjeng SMP sarapan

6. Asmoro, Andien dan Venny

Asmoro, Venny dan Andien adalah tokoh tambahan yang

hanya ada dalam film. Asmoro diperankan oleh Ray Sahetapy ia

adalah seorang laki-laki setengah baya yang berprofesi sebagai

penulis yang menjadi pacar Adjeng. Asmoro sendiri telah

berkeluarga dan Adjeng bersedia menjadi pacar Asmoro untuk

dijadikan sebagai mentornya. Nama Asmoro sendiri diambil dari

salah satu judul Kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet.

Asmoro pada dasarnya memiliki sifat yang sabar, ia selalu sabar

mengahadapi sifat Adjeng yang emosinya tidak stabil.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

Gambar 29:
Asmoro sedang berbaring

Tokoh tambahan lain adalah Andien yang diperankan oleh

Fairus Faisal. Andien adalah sahabat Adjeng. Andien juga juga

mempunyai kehidupan yang berantakan dan kebiasaan buruk seperti

Adjeng yaitu perokok, dugem, alkohol dan free sex. Andien seorang

Ibu yang tidak pernah mempedulikan anaknya. Ia bukan seorang Ibu

yang baik karena selalu meninggalkan anaknya dengan pembantu di

rumah. Pada gambar 30 terlihat Andien melihat anaknya tidur

bersama pembantu hal tersebut memperlihatkan sifat Andien

sebagai Ibu yang tidak bertanggungjawab.

Gambar 30:

Andien melihat anaknya tidur dengan pembantu


Andien juga bukan seorang sahabat yang baik karena ia selalu

memberi saran Adjeng agar berani melawan Momy. Ketika cerpen

Adjeng muncul ia juga mengomentari sifat Momy sebagia seorang

Ibu yang buruk. Sifat Andien yang demikian terlihat pada kutipan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

Andien : payah lo! Sekali aja gak takut sama nyokap lo


kenapa si?
Venny : udah dech, ngertiin temenya kenapa si?
Andien : ya sebaliknya, apa susahnya sih tu nyokap ngertiin
anaknya sekali-sekali.
Venny : tau apa si lho Ndien? Pengertian lho kan hanya
sebatas tit tit.
Adjeng : dah, gue cabut dulu ya! Selamat hunting (dialog
C11)

Tokoh tambahan selanjutnya adalah Venny yang diperankan

oleh Ayu Dewi. Venny juga sahabat Adjeng. Tokoh Venny

mempunyai perbedaan karakter dengan Andien. Venny tidak pernah

terlihat merokok dan free sex hanya sesekali minum alkohol dan

dugem. Venny mempunyai rumah tangga yang tidak harmonis

karena belum mempunyai anak. Ketidakharmonisan rumah tangga

Venny terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 31:
Venny diacuhkan suaminya

Sebagai sahabat Venny juga lebih pengertian daripada

Andien. Sifat Venny terliahat pada kutipan berikut:

Venny : Djeng, lo yakin gak harus pulang? Beneran


tu nyokap lo gak kenapa-napa?
Andien : udah dech Ven, sejuta kali lo Tanya gitu
mulu. Gue ni sekarang yang kenapa-napa.
Venny : kenapa jadi lu yang sewot si? Lo tu bener-
bener gak punya perasaan ya Ndien!
Andien : eh Ven, paling gak gue tau rasanya jadi ibu.
Venny : oh mentang-mentang gue gak punya anak
lo bisa ngomong kayak gitu?kalau sampai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82

gue punya anak, gue bakal jadi ibu yang


lebih baik dari pada lo.
Andien : Bajingan, potong kuping gue Ven! Lo gak
di kasih anak karena Tuhan tau, lo hanya
bakalan jadi ibu kayak nyokapnya si
Adjeng.
Adjeng : Diam! Tahi lo semua. Turun! (berteriak
dan tiba-tiba menghentikan mobilnya di
pinggir jalan) (dialog C37)

Tokoh Asmoro, Andien dan Venny yang hanya ada dalam film

dihadirkan sebagai pelengkap kehidupan Adjeng. Kehidupan

mereka bertiga memberi contoh lain tentang keadaan keluarga yang

tidak bahagia. Asmoro adalah seorang suami yang tega

mengkhianati istri dan keluarganya. Hubungan Adjeng dan Asmoro

hanya hubungan yang saling menguntungkan bukan karena cinta

atau sayang. Adjeng bersama Asmoro karena butuh mentor dalam

menulis, sama seperti ia bersama Bos kaya hanya untuk mencukupi

kebutuhan materi saja. Kehidupan keluarga Andien juga tidak baik.

Ia mempunyai anak yang tidak jelas ayahnya karena Andien

terbiasa dengan kehidupan sek bebas. Rumah tangga Venny tidak

harmonis karena tidak hadirnya seorang anak hingga suaminya

bersikap dingin.

Berikut ini akan disajikan tabel tokoh cerpen Lintah dan

Melukis Jendela dan film Mereka Bilang Saya Monyet. Tabel ini

akan menunjukkan secara jelas tentang persamaan dan perbedaan

tokoh dalam cerpen dan film Mereka Bilang Saya Monyet.

commit to user
Tabel 2
Perbandingan Tokoh Cerpen Lintah dan Melukis Jendela dengan Film Mereka Bilang Saya Monyet
Tokoh dalam kumpulan cerpen Tokoh dalam Film
Mereka Bilang Saya Monyet NO Mereka Bilang Saya Monyet
No Lintah No Melukis jendela
1. Tokoh Utama: 1. Tokoh Utama: 1. a. Tokoh Utama:
Maha Mayra Adjeng SD (Maha), Adjeng SMP (Mayra)
perpustakaan.uns.ac.id

b. Tokoh Utama Tambahan:


Adjeng Dewasa
2 Tokoh Pendukung: 2 Tokoh Pendukung: 2 Tokoh pendukung:
2.1 Tokoh Pendukung 2.1 Tokoh Pendukung 2.1 Tokoh pendukung Utama:
Utama: Utama: a. Momy (Ibu)
a. Lintah Ayah b. Pacar Momy (Lintah)
b. Ibu (Momy) c. Ayah
2.2 2.2 2.2 Tokoh Pendukung Pendamping:
Tokoh Pendukung Tokoh Pendukung a. Bi Inah
Pendamping: Pendamping: b. 3 teman laki-laki
a. Bi Inah c. Redaktur
b. 3 teman laki-laki
3 Tokoh Bayangan: 3 Tokoh Bayangan: 3 Tokoh Bayangan:

commit to user
a. Wanita Cantik a. Wanita Cantik
b. Ibu b. Presenter
_ c. Pengunjung cafe
d. Bos
e. Play boy

4 Tokoh Tambahan: 4 Tokoh Tambahan: 4 Tokoh Tambahan:


a. Asmoro
_ _ b. Venny
c. Andien
digilib.uns.ac.id

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Latar

Latar cerita berkaitan erat dengan tempat dan waktu terjadinya

peristiwa. Untuk itu, dalam pembahasan tentang latar akan dibagi menjadi

dua subbab yakni latar ruang dan latar waktu.

a. Latar Ruang dalam cerpen Lintah , Melukis Jendela dan film

Mereka Bilang Saya Monyet

Dalam setiap cerita latar tempat digunakan sebagai lokasi kejadian

peristiwa. Latar dalam cerpen Lintah hanya terjadi di sekitar rumah

Ibu hampir sama dengan cerpen Melukis Jendela yang hanya terjadi di
commit to user

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

sekitar rumah Ayah. Pada film terjadi perluasan latar sehingga banyak

perbedaan yang muncul dalam hal latar ini. Perbedaan latar tempat

tersebut akan lebih terlihat dalam uraian di bawah ini.

1. Rumah Momy (Ibu)

Peristiwa ketika di rumah Momy (Ibu) terjadi diberbagai

ruangan antara lain:

a. Kamar tidur Momy (Ibu)

Dalam cerpen lintah peristiwa yang terjadi di kamar Ibu

(Momy) adalah ketika Maha (Adjeng SD) melihat dari balik

tirai ke dalam kamar Ibu (Momy) saat Ibu dan Lintah sedang

berdua dan bermesraan di kamar. Peristiwa lain yang terjadi di

kamar Ibu ketika Lintah memperkosa Maha (Adjeng SD).

Peristiwa di atas terlihat pada kutipan.

Pada suatu haru minggu, keingintahuan saya


mendesak kuat. Saya mengintip dari sela-sela tirai yang
sedikit terbuka ke dalam kamar Ibu (Djenar Maesa Ayu,
2004:12).
Saya membuka pintu kamar Ibu. Bau wangi
menyergap hidung saya, menyergap kerinduan,
menyergap perasaan. Saya melangkah masuk (Djenar
Maesa Ayu, 2004: 16)

Latar ruang kamar tidur Ibu (Momy) dalam film juga

terlihat tetapi dengan peristiwa yang berbeda. Kamar Ibu

(Momy) ditunjukkan hanya ketika Momy sedang beristirahat

atau berbaring dan terkadang juga sedang menelepon Adjeng

dewasa.

Peristiwa tersebut terliahat pada potongan gambar berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

Gambar 32:
Ibu sedang beristirahat di kamar

b. Ruang makan

Dalam cerpen Lintah maupun film ruang makan hanya

ditunjukkan satu kali yaitu ketika Lintah, Momy dan Maha

(Adjeng SD) makan bersama. Kutipan cerpen Lintah dan

potongan gambar yang menunjukkan mereka sedang makan

bersama ialah sebagai berikut.

Bila kami bersama, Lintah itu ditaruhnya di atas


kepala dan berubah menjadi ular-ular kecil tak terhingga
banyaknya (Djenar Maesa Ayu, 2004: 13).

Gambar 33:
Momy dan pacarnya di ruang makan

c. Di depan televisi

Ruang televisi adalah ruang yang biasa digunakan Maha

(Adjeng SD) menghabiskan waktu untuk istirahat dan

menonton acara televisi. Dalam cerpen Lintah ruang televisi

muncul beberapa kali, berbeda dengan film yang hanya muncul

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

pada satu peristiwa saja. Kutipan yang menunjukkan latar di

atas adalah sebagai berikut.

Kadang Ia mengganggu saya ketika sedang menonton


televisi dengan mengganti saluran seenak hati (Djenar
Maesa Ayu, 2004: 12).

Saya pernah melihat ibu di televisi menyanyi dengan


Lintah yang sudah berubah menjadi ular-ular kecil itu di
atas kepalanya yang menari-nari (Djenar Maesa Ayu,
2004: 14)

Episode di ruang televisi terjadi ketika Adjeng SD duduk

dikursi memegang sebuah remot TV dan melihat Momy

sebagai bintang tamu di acara Talkshow kemudian pacar

Momy atau Lintah mendatangi Adjeng SD dan memegang

pundaknya. Peristiwa tersebut terlihat pada gambar berikut:

Gambar: 34
Lintah mendatangi Adjeng SD
ketika menonton televisi

d. Kamar tidur Maha (Adjeng SD)

Dalam cerpen dideskripsikan bahwa Lintah sering

menggunakan kamar tidur Maha untuk tidur hingga Maha

(Adjeng SD) tidak bisa beristirahat dengan tenang di kamarnya

sendiri, sedagkan dalam film kamar Maha (Adjeng) hanya

terlihat ketika Adjeng SD melihat pundak kirinya terdapat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

bekas kecupan dari Lintah (pacar Ibu). Peristiwa itu terdapat

pada kutipan dan petikan gambar di bawah ini:

Bahkan ia sering kedapatan sedang tertidur pulas di


atas tempat tidur saya, dan tentunya membuat saya
mengurungkan niat untuk beristirahat (Djenar Maesa Ayu,
2004: 12)

Gambar 35:
di kamar Adjeng SD (Maha)

e. Kamar mandi

Latar kamar mandi di rumah Momy hanya ada di film

sedangkan dalam cerpen tidak pernah disebutkan adanya

peristiwa di kamar mandi. Ada dua peristiwa yang terjadi di

kamar mandi yaitu peristiwa pertama ketika Momy marah saat

Adjeng SD ketahuan memuntahkan sayuran yang telah

dimakan. Dialog dalam film yang menunjukan Momy marah

karena Adjeng SD memuntahkan makanannya adalah:

(back tracking) ketika Adjeng kecil masih duduk di


bangku SD.
Terlihat Adjeng SD sedang memuntahkan makanan ke
kloset kamar mandi. Selesai memuntahkan sayuran yang
telah dimaknnya Adjeng mengambil tisyu dan
membersihkan mulutnya. Adjeng keluar dari kamar mandi
namun ketika ia membuka pintu Momy sudah berdiri di
depan pintu dengan muka marah.
Momy : kamu muntahin lagi sayurnya?
(Adjeng hanya menggeleng karena ketakutan)
Momy : kalau ditanya jawab yang bener dong!
(Adjeng menunduk semakin takut)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

(Momy melihat sedikit ke dalam kemudian masuk ke


kamar mandi)
Momy : sini kamu! (sambil menggerakan sedikit
kepalanya tanda memanggil)
(Adjeng masuk melakukan perintah Momy)
Momy : ini apa? Kenapa si kamu? Bener-bener gak
ngerti, tiap detik kamu liat dengan mata kepala kamu
sendiri bapak kamu itu tidak pernah kasih kita apa-apa.
Momy yang tiap hari banting tulang untuk cari makan
kamu yang layak dan yang bergizi, tapi kamu malah
muntahin. Kenapa? Kok diem? Kamu pasti punya
alasan, na sekarang momy mau denger apa alasan
kamu? Gak suka makan sayur? (Adjeng mengangguk
ketakutan) O ya? Jadi Cuma alasan gak suka kamu
tega bohongin Momy? (Adjeng menggeleng masih
terlihat ketakutan)Tapi kenapa kamu muntahin?
Kenapa Momy terus-terusan kamu bohongin? Udah
Momy bilang berkali-kali, momy paling gak suka
orang yang suka bohong. Bohong itu bukan berarti
takut, malahan itu berani. Berani ngelawan, berani
tanggung resiko kalau sampai ketahuan. Kamu sengaja
mau ngelawan?(Adjeng tetap menunduk ketakutan)
Terus kenapa? Kenapa makanannya selalu
dimuntahin? (Momy menarik napas panjang dan
mencoba tenang) ya udah kalau kamu gak mau jawab.
Jadi bener ya kamu suka makanannya? (Adjeng
mengangguk) gak ada masalahkan? (Adjeng
menggeleng lagi) Ya udah. Makan! Makan! (Dengan
suara lebih keras)
(Adjeng bersimpuh di depan kloset dan memakan
makanan yang telah ia muntahkan).
(dialog C8)

Gambar 36: Gambar 37:


Adjeng memuntahkan Momy marah
sayur di kloset

Peristwa kedua yang terjadi di kamar mandi ialah ketika

pacar Momy atau Lintah akan memperkosa Adjeng SD.

Kejadian pemerkosaan yang dialami Maha (Adjeng) terjadi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

perbedaan latar. Dalam cerpen Lintah pemerkosaan terjadi di

kamar Ibu (Momy) tetapi dalam film peristiwa tersebut terjadi

di kamar mandi. Perbedaan tersebut terlihat pada kutipan

berikut.

Saya membuka pintu kamar Ibu. Bau wangi menyergap


hidung saya, menyerap kerinduan, menyergap perasaan. Saya
melangkah masuk. Memutar kunci dan merebahkan diri di atas
tempat tidur Ibu sambil memandang lukisan kami berdua yang
terpampang di atasnya. Apakah semua lukisan keluarga yang
menampakkan senyum bahagia hanyalah sandiwara? Pikir
saya. Tiba-tiba tercium bau yang saya kenal dan begitu saya
benci. Tanpa dapat saya hindari lintah sudah berdiri tepat di
depan saya. Lintah itu berubah menjadi ular kobra yang siap
mematuk mangsanya. Matanya warna merah saga menyala.
Jiwa saya gemetar. Raga saya lumpuh. Ular itu menyergap,
melucuti pakaian saya menjalari satu persatu lekuk tubuh saya.
Melumat tubuh saya yang belum berbulu dan bersusu, dan
menari-dari di atasnya memuntahkanliur yang setiap tetesnya
berubah menjadi lintah. Lintah-lintah yang terus menghisap
-17).

Gambar 38: Gambar: 39


Lintah akan memperkosa Momy memukul kepala pacarnya
Adjeng SD (Maha) yang akan memperkosa Adjeng SD

f. Halaman belakang rumah

Latar halaman rumah Momy juga hanya terjadi pada film

saja karena tidak disebutkan di dalam cerpen Lintah maupun

Melukis Jendela. Dalam film terlihat Momy sedang yoga di

halaman belakang rumah kemudian menelepon Adjeng untuk

menanyakan jawaban teka-teki silang di koran. Tampak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

gerakan yoga yang dilakukan Momy ketika di halaman

belakang rumah adalah:

Gambar 40:
Momy melakukan Yoga

2. Rumah Ayah

Latar rumah Ayah ini diambil dari adaptasi cerpen Melukis

Jendela ketika Adjeng SMP (Mayra) tinggal bersama Ayahnya.

Rumah Ayah diceritakan banyak telihat hiasan-hiasan etnik serta

ukiran-ukiran Jepara sedangkan dalam film rumah Ayah tidak

ditunjukkan dengan detail tentang bagian-bagian ruangannya hanya

terlihat kursi, lemari yang terbuat dari kayu tanpa ada ukiran Jepara

hiasan-hiasan etnik, lukisan dan foto-foto yang terpajang di dinding.

Hal tersebut diketahui dari keterangan berikut.

Segala sesuatu masih tetap berada di tempatnya. Lukisan-


lukisan karya para pelukis terkenal, dua patung Bali di samping
pintu kamar Ayah yang terbuat dari kayu ukiran Jepara, barang-
barang antic dan bingkai foto ia dengan Ayahnya, semua rapi,
bersih dan tidak terjamah (Djenar Maesa Ayu, 2004:33)

Gambar 41:
Salah satu ruangan di rumah Ayah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

Peristiwa pada rumah Ayah ini juga terjadi di berbagai ruangan

seperti kamar Mayra (Adjeng SMP), kamar Ayah, garasi, ruang

makan dan dapur.

a. Kamar Mayra

Dalam cerpen Melukis Jendela r semua peristiwa

terjadi di kamar Mayra karena sifat Mayra yang lebih senang

mengurung diri di kamar. Pada film juga terlihat beberapa kali

Adjeng SMP (Mayra) berada di kamar. Kutipan dan potongan

gambar yang menunjukkan kamar Mayra (Adjeng SMP) adalah:

Setiap Mayra pulang sekolah, disambut dengan


kelengangan dan kesejukan dari dalam rumahnya yang ber-
AC, ia akan segera masuk kamar dan menghabiskan waktu
bercakap-cakap dengan lukisan itu (Djenar Maesa Ayu,
2004:31)

Gambar 42:
Adjeng SMP menggambar di kamar

b. Kamar Ayah

Kamar Ayah hanya terdapat pada cerpen Melukis Jendela

sedangkan dalam film sama sekali tidak diperlihatkan sama

sekali. Hanya pada salah satu episode terdengar percakapan

dari kamar Ayah tanpa memperlihatkan suasana kamar Ayah

karena percakapan tersebut hanya terdengar dari kamar Mayra.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Kutipan cerpen Melukis Jendela yang menunjukkan latar kamar

Ayah adalah:

Kamar Ayah tidak tertutup. Kembali rasa lega menyelinap


dalam dada. Ia mengintip ke dalam. Ranjang Ayah teratur rapi,
namun tidak ada Ayah. Tidak ada wanita muda itu (Djenar
Maesa Ayu, 2004: 37)

c. Dapur dan Ruang Makan

Peristiwa yang terjadi ketika di dapur adalah saat Mayra

mengambil pisau untuk menyayat wajahnya. Peristiwa tersebut

dihilangkan dalam film. Peristiwa yang berkaitan dengan

rumah Ayah dalam film terjadi di ruang makan dan kejadian di

ruangan tersebut tidak disebutkan dalam cerpen. Mayra

(Adjeng SMP) bertemu dengan wanita muda yang dibawa

Ayahnya itu di ruang makan. Peristiwa yang terjadi di dapur

dalam cerpen dan ketika Adjeng SMP (Mayra) bertemu wanita

muda di ruang makan terlihat pada kutipan dan petikan berikut:

Lamat-lamat ia merasakan tangan Ibu berhenti mengelus


rambutnya. Ibu berjalan menuntunya ke dapur dan memberinya
sebilah pisau (Djenar Maesa Ayu,2004: 34)

Gambar 43:
Adjeng SMP bertemu wanita muda

3. Panggung Pertunjukan dan studio

Panggunggung pertunjukan hanya terlihat di awal film (gambar

44) sedangkan studio juga hanya terlihat satu kali peristiwa saja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

ketika Momy menjadi bintang tamu dan diwawancarai presenter

tentang keluarga (gambar 45). Kedua hal tersebut dimunculkan

sebagai pendukung pekerjaan Momy sebagai seoerang selebritis.

Kedua peristiwa dan latar tempat tersebut tidak pernah dipakai

dalam cerpen Lintah maupun Melukis Jendela . Potongan

gambar yang menunjukkan latar ini adalah:

Gambar 44: gambar 45


Momy di panggung Momy di studio

4. Apartemen Adjeng dewasa

Hampir semua peristiwa yang terjadi di apartemen Adjeng tidak

ada dalam cerpen. Apartemen adalah tempat tinggal Adjeng dewasa.

Gambar 46 adalah kamar Adjeng. Adjeng sering menghabiskan

waktunya di kamar untuk menulis dan berduaan dengan Asmoro.

Gambar 47 adalah kamar mandi Adjeng. Pada gambar itu Adjeng

tiba-tiba terkejut mengingat kejadian masa lalunya ketika Lintah

hamper memperkosanya. Gambar 48 adalah bagian dapur. Momy

marah di ruang tamu terlihat pada gambar 49. Gambar 50 dan 51

ketika Adjeng berada di dalam lift, dan jalan menuju apartement.

Peristiwa yang terjadi di apartemen terlihat pada gambar:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Gambar 46: gambar 47: gambar 48:


Kamar tidur Adjen kamar mandi dapur

Gambar 49: gambar 50: gambar 51:


Ruang tamu lift jalan menuju kamar

5. Di dalam Mobil

Kejadian di dalam Mobil juga hanya ada dalam film. Salah satu

episode back tracking ketika Adjeng SD juga menunjukan tempat di

dalam mobil yaitu ketika pacar Momy (Lintah) mengantarkan

Adjeng SD berangkat ke sekolah dan terjadi pelecehan di dalam

mobil. Peristiwa yang dialami Adjeng SD (Maha) di dalam mobil

tidak pernah disebutkan dalam cerpen.

Gambar 52: gambar 53:


Adjeng lintah meraba Adjeng SD
mengendarai mobil ketika di mobil

6. Jalan raya

Peristiwa di jalan raya terlihat ketika Adjeng kebut-kebutan

mengedarai mobil karena suasana hati Adjeng sedang tidak enak.

Sebelum kejadian itu Adjeng juga sempat menurunkan kedua

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

temannya di pinggir jalan sebab Adjeng terlihat jengkel karena

pertengkaran temannya yang terjadi di dalam mobil Adjeng yang

membahas tentang cerpen dan Ibunya. Kejengkelan Adjeng atas

pertengkaran kedua temannya hingga akhirnya menurunkannya di

pinggir jalan terlihat pada kutipan dan potongan gambar berikut:

Terlihat suasana jalan yang sepi dari dalam mobil. Adjeng dan
teman-temannya berada di dalam mobil sedang membicarakan
tentang cerpen dan Momy.
Venny : Djeng, lo yakin gak harus pulang? Beneran tu nyokap lo
gak kenapa-napa?
Andien : udah dech Ven, sejuta kali lo Tanya gitu mulu. Gue ni
sekarang yang kenapa-napa.
Venny : kenapa jadi lu yang sewot si? Lo tu bener-bener gak
punya perasaan ya Ndien!
Andien : eh Ven, paling gak gue tau rasanya jadi ibu.
Venny : oh mentang-mentang gue gak punya anak lo bisa
ngomong kayak gitu?kalau sampai gue punya anak, gue
bakal jadi ibu yang lebih baik dari pada lo.
Andien : Bajingan, potong kuping gue Ven! Lo gak di kasih anak
karena Tuhan tau, lo hanya bakalan jadi ibu kayak
nyokapnya si Adjeng.
Adjeng : Diam! Tahi lo semua. Turun! (berteriak dan tiba-tiba
menghentikan mobilnya di pinggir jalan)
Venny dan Andien turun dari mobil Adjeng. Venny langsung
masuk sebuah taksi sementara Andien masih berdiri di pinggir jalan
dan menikmati rokoknya. (dialog C37)

7. Diskotek dan Cafe

Dalam film diceritakan bahwa Adjeng dan teman-temannya

terbiasa dengan kehidupan malam dan tempat yang sering mereka

kunjungi adalah diskotek dan cafe. Diskotek hanya muncul satu kali

ketika mereka bertiga dugem bersama sedangkan cafe muncul dua

kali peristiwa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

Gambar 54:
Adjeng berada di diskotek

Cafe 1 terlihat ketika Adjeng bersama Andien dan Venny

menghabiskan waktu hanya sekedar nongkrong dan ngobrol-ngobrol

membicarakan tentang hubungannya dengan Asmoro.

Gambar 55:
Cafe1
Cafe 2 terlihat lebih besar daripada café 1. Di cafe tersebut ada

pertunjukan life music dan lebih ramai dari cafe1. Adjeng datang ke

cafe 2 untuk menemui Asmoro yang sudah menunggunya di salah

satu tempat duduk. Asmoro meminta pemain piano menyanyikan

sebuah lagu khusus untuk Adjeng sebagai ucapan selamat karena

cerpen pertamanya telah dimuat di koran.

Gambar 56:
Cafe2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

8. Kantor

Latar kantor muncul dia awal film. Adjeng mendatangi redaktur

untuk menyerahkan naskah cerita anak-anak sekaligus berpamitan.

Kantor tersebut berada di salah satu ruangan gedung tinggi. Di depan

gedung itu terdapat air mancur dan parkiran yang luas. Kantor juga

hanya ada dalam film karena dalam kedua cerpen adaptasinya tidak

disebutkan sama sekali.

Gambar 57:
Ruangan redaktur

9. Hotel

Episode yang terjadi di hotel ketika Momy dan Adjeng SD

mencari Ayah yang berada di salah satu kamar hotel. Momy

mengetuk hingga menggedor pintu itu menggunakan kaki sampai

akhirnya Momy menangis di depan pintu kamar hotel karena Ayah

tidak membuka pintu sama sekali.

Gambar 58:
Di depan kamar hotel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

10. Pasar Malam

Adjeng SMP juga pernah terlihat berada di pasar malam

sendirian. Ia nampak kebingungan mencari Ayah dan Ibunya. Lokasi

ini juga tidak disebutkan dalam kedua cerpen.

Gambar 59:
Di pasar malam

11. Plasa Senayan

Plasa senayan pernah menjadi tujuan Momy dan Adjeng dewasa

menghabiskan waktu bersama (gambar 60). Momy mengajak

Adjeng dewasa jalan-jalan, makan bersama dan berbelanja

kebutuhan sehari-hari di sebuah swalayan (gambar 61). Ketika di

swalayan Adjeng tiba-tiba teringat dan seolah melihat dirinya waktu

kecil berbelanja bersama Lintah (pacar Momy) (gambar 62).

Peristiwa tersebut hampir sama dengan peristiwa dalam cerpen

Lintah namun dalam cerpen tidak disebutkan dengan jelas tempat

jalan-jalan tersebut. Hal tersebut terlihat pada kutipan:

Di luar rumah, bila kami sedang berjalan-jalan, Ibu tidak


menaruh Lintah di atas kepalanya (Djenar Maesa Ayu, 2004:15)

Gambar 60 gambar 61 gambar 62

12. Sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Dalam film terdapat dua sekolah yang diceitakan. Sekolah yang

pertama menunjukkan ketika Adjeng sekolah dasar. Momy terlihat

mejemput Adjeng pulang sekolah memakai seragam merah dan

putih. Sedangkan sekolah 2 ketika Adjeng di bangku SMP. Peristiwa

di sekolah 2 ada dalam cerpen Melukis Jendela . Hal tersebut

terdapat pada kutipan:

Keesokan harinya Mayra pergi ke sekolah tanpa beban dan


penuh harapan. Namun setibanya di sekolah segerombolan anak
laki-laki sudah menghadangnya di depan pintu pagar dan beramai-
ramai menariknya ke kantin sekolah yang masih sepi (Djenar Maesa
Ayu, 2004: 32)

Gambar 63 Gambar 64:


Sekolah 1 Adjeng SD Sekolah 2 Adjeng SMP

13. Rumah Andien dan Rumah Venny

Rumah kedua teman Adjeng ini hanya ditunjukan dibagian akhir

cerita. Latar tersebut sebagai keterangan tentang kehidupan rumah

tangga yang berantakan atau tidak baik. Rumah Andien muncul

untuk memperlihatkan bahwa di rumahnya ada anaknya yang tidak

pernah mendapat kasih sayangnya dan hanya tidur dengan

pembantu.

Rumah Venny juga dimunculkan hanya untuk menunjukkan

bahwa ia mempunyai keluarga yang tidak harmonis, karena belum

dikaruniai seorang anak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Gambar 64: Gambar 65:


Rumah Veny Rumah Andien

14. Kompleks Perumahan

Kompleks perumahan ini juga hanya ada dalam film karena

kedua cerpen tidak menyebutkan tentang suasana di lingkungan

kompleks perumahan.

Gambar 66:
Kompleks perumahan di pagi hari

Tabel 3

Latar tempat dalam adaptasi cerpen Lintah , Melukis

Jendela dan film Mereka Bilang Saya Monyet

no Latar yang Sama no Latar yang no Latar Tambahan


dihilangkan
1. Rumah Momy 1. Rumah Momy 1. Rumah Momy
a. Kamar Momy a. Dapur
b. Ruang makan b. Kamar mandi
c. Depan televise c. Pekarangan
d. Kamar Adjeng
SD ( Maha)
2. Rumah Ayah 2. Rumah Ayah 2. Rumah Ayah
Kamar Mayra a. Kamar Ayah Ruang makan
(Adjeng SMP) b. Dapur
3 - 3 - 3. Panggung dan studio
4 - 4 - 4 Apartemen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

5 - 5 - 5 Di dalam mobil
6 - 6 - 6 Jalan raya
7 - 7 - 7 Diskotek dan cafe
8 - 8 - 8 Kantor
9 - 9 - 9 Hotel
10 - 10 - 10 Pasar malam
11 Di swalayan 11 - 11 Plasa Sanayan ketika
sedang berbelanja Momy dan Adjeng jalan-
jalan
12 Sekolah Mayra 12 - 12 Sekolah Adjeng SD (Maha)
(Adjeng SMP)
13 - 13 - 13 Rumah Andien dan Rumah
venny
14 - 14 - 14 Kompleks perumahan

b. Latar waktu dalam cerpen Lintah , Melukis Jendela dan film

Mereka Bilang Saya Monyet

Pada sub bab ini akan diungkapkan latar waktu dalam cerpen dan

film Mereka Bilang Saya Monyet yang disesuaikan dengan kronologi

cerita. Waktu dalam cerpen hanya ditunjukkan ketika tokoh utama

berangkat dan pulang sekolah, waktu malam dan suasana sunyi senyap.

Adapun masa pada cerita tidak begitu jelas sehingga sulit diperkirakan

kapan waktu itu terjadi. Latar yang menunjukkan waktu tersebut adalah:

Sepulang sekolah, sering saya temui lintah itu duduk di sofa ruang
tamu (Djenar Maesa Ayu, 2004: 11)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

Pada suatu hari Minggu, keingintahuan saya mendesak kuat


(Djenar Maesa Ayu, 2004: 12)

Hari itu terik matahari begitu menyengat. Seragam saya basah oleh
peluh yang tidak kunjung berhenti menetes (Djenar Maesa Ayu, 2004:
16)

Senja kelam hari itu. Hujan deras. Suara petir bertalu-talu.


Seberkas kilat menerangi wajah Ibu (Djenar Maesa Ayu, 2004: 17)

Setiap Mayra pulang sekolah, disambut dengan kelengangan dan


kesejukan dari dalam rumahnya yang ber-AC, ia akan segera masuk
kamar dan menghabiskan waktu bercakap-cakap dengan lukisan itu
(Djenar Maesa Ayu, 2004: 31)

Keesokan harinya Mayra pergi ke sekolah tanpa beban dan penuh


pengharapan (Djenar Maesa Ayu, 2004: 32)

Dalam film penggarapan waktu terlihat lebih jelas karena waktu

pagi, siang dan malam dapat dilihat langsung dalam suasana film atau

gambar yang bergerak. Waktu kejadian juga terlihat tiga masa. Masa

pertama ketika Adjeng dewasa, masa kedua saat Adjeng masih SD

ditunjukkan dengan tahun 1982 hal tersebut terlihat ketika Momy di

televisi mengisi suatu acara.

gambar 67

Tahun 1982 dilihat dari postur tubuh diperkirakan Adjeng kelas 5

SD. Masa ketiga Adjeng SMP diperkirakan terjadi pada tahun 1986.

Pergantian masa tersebut ditandai dengan backtracking dan imajinasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

Adjeng dewasa yang muncul tiba-tiba. Kehidupan Adjeng dewasa

diperkirakan terjadi pada masa kini hal tersebut terlihat dari alat

elektronik yang terdapat pada film misalnya telephon genggam dan

laptop yang sering digunakan Adjeng. Hal tersebut terlihat pada gambar:

gambar 68

B. Perbandingan Sarana Sastra yang Terdapat dalam Cerpen dan

dengan film Mereka Bilang Saya Monyet

Adapun sarana sastra yang akan dibahas dalam subbab ini meliputi

judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi.

1. Judul

pen yang diambil

dari kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Judul cerpen Lintah

mengacu kepada salah satu tokoh yang ada pada cerpen tersebut. Secara

etimologis lintah adalah hewan penghisap darah yang bentuknya menjijikkan.

Nama Lintah muncul dari imajinasi tokoh utama (Maha) yang kemudian dipakai

atau biasa digunakan untuk menyebut pacar Ibunya. Nama lintah dipakai sebagai

simbol dan penggambaran sifat tokoh yang mempunyai nafsu yang menjijikkan.

Lintah kemudian digunakan sebagai judul sebab isi cerita berkisar tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

perbuatan seorang tokoh (lintah) yang melakukan perbuatan jahat untuk

memuaskan nafsu menjijikkannya kepada tokoh utama (Maha).

Cerpen yang kedua adalah Melukis Jendela . Judul lebih mengacu

kepada cerita akhir atau penyelesaian masalah dari tokoh utama yaitu Mayra.

Secara etimologis melukis adalah menoreh kuas atau pensil pada kertas atau

media lain untuk membuat gambar yang indah. Jendela adalah bukaan pada

dinding bangunan, mobil dsb, untuk memungkinkan udara dan cahaya masuk.

Melukis jendela adalah menoreh kuas atau pensil pada kertas atau media lain

untuk membuat gambar yang menyerupai jendela. Lukisan jendela Mayra muncul

dari imajinasi seorang anak yang menginginkan kebebasan dari masalah yang ia

alami. Mayra menyelamatkan diri dari semua masalah yang dialaminya melalui

imajinasi dengan cara melukis jendela yang akan memberikan ventilasi atau

kebebasan perasaannya. Mereka Bilang Saya Monyet juga merupakan salah satu

judul yang terdapat dalam kumpulan cerpen yang kemudian diambil menjadi judul

buku tersebut. Judul Mereka Bilang Saya Monyet lebih mengacu kepada peristiwa

yang terjadi dalam cerpen. Monyet adalah istilah untuk semua anggota primata

yang bukan prosimia ("pra-kera", seperti lemur dan tarsius) atau kera, baik yang

tinggal di Dunia Lama maupun Dunia Baru. Hingga saat ini dikenal 264 jenis

monyet yang hidup di dunia. Monyet juga sering digunakan sebagai umpatan dan

menyebut orang yang sifatnya menyerupai monyet yaitu jelek dan tidak punya

aturan. Hampir semua tokoh dalam cerpen menyebut dan menyamakan tokoh

utama sebagai monyet. Dua cerpen Lintah dan Melukis Jendela dalam

kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya monyet kemudian dipilih untuk diadaptasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

ke dalam sebuah film. Berikut ini gambar sampul buku dan film yang

menunjukkan judul yang sama.

Gambar sampul buku Gambar sampul CD film


Mereka Bilang Saya Monyet Mereka Bilang Saya Monyet

Pemilihan judul yang sama Antara judul buku dan film memiliki beberapa

alasan. Pertama judul buku Mereka Bilang Saya Monyet telah lebih dulu hadir dan

dikenal masyarakat, sehingga jika Djenar memberikan judul yang sama maka

masyarakat akan langsung mengetahui bahwa film itu merupakan hasil adaptasi

dari buku Mereka Bilang Saya Monyet dengan harapan film juga akan diterima

masyarakat dan akan mengikuti kesuksesan karya sebelumnya. Alasan seperti ini

biasa dilakukan untuk karya adaptasi. Kedua, adanya persaman tema dan

beberapa unsur intrinsik dari kedua cerpen yaitu Lintah dan Melukis Jendela

dengan film Mereka Bilang Saya Monyet seperti kesamaan karakter tokoh, alur

cerita, konflik dan tema cerita yaitu berkisar tentang anak, imajinasi dan seks.

Mereka Bilang Saya

Monyet dapat mewakili kedua cerpen tersebut karena keduanya terdapat dalam

kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Keempat, Judul Mereka Bilang

Saya Monyet

2. Sudut Pandang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

Sudut pandang merupakan hal yang penting dalam suatu cerita karena

sudut pandang adalah cara pengarang untuk menggambarkan peristiwa dalam

cerita. Terjadi perbedaan sudut pandang dalam penceritan cerpen dan film. Dalam

andang orang

pertama utama yaitu sang karakter bercerita dengan kata-katanya sendiri, dalam

terbatas yaitu pengarang mengacu pada setiap karakter dan memposisikannya

sebagai orang ketiga, sedangkan film menggunaknan sudut pandang sama dengan

menceritakan dirinya sendiri dan pembaca dibawa ke dalam gambaran

pengalaman batin tokoh Saya. Tokoh utama bercerita dengan kata-katanya sendiri.

Melalui sudut pandang Saya sebagai tokoh utama dapat dilihat tokoh Saya

menceritakan tentang dirinya sendiri, menggambarkan tokoh-tokoh lain,

melukiskan waktu, tempat, dan lingkungan tokoh sehingga pembaca dapat

mengerti dan memahami pengalaman tokoh-tokoh dalam cerpen maupun film.

Hal tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini, yaitu ketika tokoh Saya

menceritakan tentang kebenciannya kepada Lintah yang tinggal di rumah bersama

Maha dan Ibu. Kutipan tersebut terlihat di bawah ini.

Ibu saya memelihara seeokor lintah. Lintah itu dibuatkan sebuah kandang
yang mirip seperti rumah boneka berlantai dua, lengkap dengan ruang tidur, ruang
makan, ruang tamu dan kamar mandi dan ditempatkan tepat di sebelah kamar Ibu.
Saya selalu merengek kepada ibu untuk memelihara hewan lain, namun Ibu
bersikeras memelihara lintah itu dan mempertahankannya sebagai hewan
peliharaan tunggal di rumah kami (Djenar Maesa Ayu, 2004:11).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

Kutipan di atas menceritakan bahwa tokoh Saya (Maha) sebagai tokoh

utama meceritakan kebenciannya kepada Lintah dan Ibu bersikeras tetap

mempertahankan Lintah (pacar Ibu) untuk tetap tinggal bersama mereka.

Penggunaan sudut pandang Saya sebagai tokoh utama juga memungkinkan

pembaca merasa seolah terlibat dalam cerita. Hal ini disebabkan karena topik

cerita berpusat pada pengalaman dan kejadian yang dialami oleh tokoh utama dan

tokoh lain yang diceritakan oleh tokoh Saya hanya sebagai pelengkap peristiwa

dan pendukung perasaan tokoh Saya. Peristiwa tersebut terlihat pada kutipan

bersama Ibu dan Lintah. Tokoh Saya menceritakan keadaannya yang tidak

nyaman karena kehadiran seorang Lintah. Keadaan tersebut terlihat pada kutipan

di bawah ini.

Sepulang sekolah, sering Saya temui Lintah itu duduk di sofa ruang tamu
kami. Mengganggu Saya ketika sedang menonton televise dengan mengganti
saluran seenak hati. Bahkan ia sering kedapatan sedang pulas tertidur di atas
tempat tidur Saya, dan tentunya membuat Saya mengurungkan niat untuk
beristirahat (Djenar Maesa Ayu, 2004:12)

Dari kutipan di atas diceritakan bahwa tokoh Saya memaparkan keadaan

yang membuatnya merasa tidak nyaman di rumah karena keberadaan Lintah.

Lintah itu selalu mengganggu dan membuatnya tidak tenang. Kejadian

selanjutnya ketika tokoh

Saya menceritakan tentang perbuatan Lintah ketika melecehkan hingga

memperkosa tokoh Saya. Tokoh Saya menceritakan dengan bahasanya sendiri

tentang kejadian yang dialaminya. Hal tersebut terlihat pada kutipan.

Saya membuka pintu kamar Ibu. Bau wangi menyergap hidung saya, menyerap
kerinduan, menyergap perasaan. Saya melangkah masuk. Memutar kunci dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

merebahkan diri di atas tempat tidur Ibu sambil memandang lukisan kami berdua
yang terpampang di atasnya. Apakah semua lukisan keluarga yang menampakkan
senyum bahagia hanyalah sandiwara? Pikir saya. Tiba-tiba tercium bau yang saya
kenal dan begitu saya benci. Tanpa dapat saya hindari lintah sudah berdiri tepat di
depan saya. Lintah itu berubah menjadi ular kobra yang siap mematuk mangsanya.
Matanya warna merah saga menyala. Jiwa saya gemetar. Raga saya lumpuh. Ular itu
menyergap, melucuti pakaian saya menjalari satu persatu lekuk tubuh saya. Melumat
tubuh saya yang belum berbulu dan bersusu, dan menari-dari di atasnya
memuntahkan liur yang setiap tetesnya berubah menjadi lintah. Lintah-lintah yang
terus menghisap hingga tubuh mereka jadi merah (Djenar Maesa Ayu: 16-17).

orang ketiga tidak terbatas. Pengarang mengacu pada setiap karakter dan

memposisikannya sebagai orang ketiga. Penggunaan tokoh ia menunjukkan kata

ganti orang ketiga. Hal yang menunjukkan penggunaan sudut pandang orang

ketiga adalah sebagai berikut.

Sejak kecil Mayra senang melukis. Sebagai anak tunggal ia menghabiskan


banyak waktu hanya dengan melamun tanpa seorang pun untuk diajak bicara
(Djenar Maesa Ayu, 2004: 31)

Pada kutipan di atas menyebutkan tokoh Mayra dan kata ia sebagai kata

ganti Mayra hal itu menunjukkan bahwa pengarang menggunakan sudut pandang

orang ketiga karena pengarang memposisiskan tokoh utama sebagai orang ketiga.

Kutipan lain yang menunjukkan hal yang sama adalah sebagai berikut.

Mayra berteriak dan menangis keras sambil memukul-mukul pintu kamar


ayahnya. Tidak ada jawaban dari dalam. Mayra terus berteriak memanggil Ayah
dan Ibu. Tetap tidak ada jawaban, semuanya sunyi dan hening sama seperti ketika
Mayra terjaga dari mimpinya (Djenar Maesa Ayu, 2004:36).

Dalam film sudut pandang yang digunakan sutradara sama dengan sudut

topik cerita berpusat pada pengalaman dan kejadian yang dialami oleh tokoh

utama dan tokoh lain yang diceritakan oleh tokoh Saya hanya sebagai pelengkap

peristiwa dan pendukung perasaan tokoh Saya. Tokoh utama dalam film ini yakni
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Adjeng mengisahkan cerita dengan kata-katanya sendiri. Perhatikan kutipan

berikut ini.

Suasana lalu lintas jalan raya di pagi hari (disertai dengan narasi dari
Adjeng sebagai naratornya tentang cerpennya). Adjeng mengendarai sebuah mobil
berwarna merah. Adjeng mengendarai mobil dengan santai melintasi jalan yang
tidak terlalu padat. Ia memegang rokok ketika menyetir dan sesekali menghisap
dan menghembuskan asapnya.
Isi narasi:

Ibu saya memelihara seeokor lintah. Lintah itu dibuatkan sebuah kandang
yang mirip seperti rumah boneka berlantai dua, lengkap dengan ruang tidur, ruang
makan, ruang tamu dan kamar mandi dan ditempatkan tepat di sebelah kamar Ibu.
Saya selalu merengek kepada ibu untuk memelihara hewan lain, namun Ibu
bersikeras memelihara lintah itu dan mempertahankannya sebagai hewan
peliharaan tunggal di rumah kami (C5)

Pada kutipan di atas Adjeng (tokoh utama) menceritakan sendiri kisahnya

dengan menggunakan kata Saya. Adjeng menceritakan narasi cerita dan Adjeng

sebagai naratornya. Kutipan lain yang menunjukan hal yang sama ketika Adjeng

melihat dari sela pintu Andien dan seorang laki-laki melakukan hubungan seks di

apartemen Adjeng. Peristiwa tersebut terdapat pada kutipan.

Andien datang ke apartemen Adjeng dengan laki-laki yang pernah mereka


temui di diskotek. Mereka berdua ingin meminjam kamar Adjeng untuk bercinta.
Andien : dapet bigini (sambil menggenggam tangan dan posisi ibu jari di
jepit telunjuk dan jari tengah, tanda hubungan sex) Andien
berciuman dengan pasangannya di depan pintu.
Adjeng : langsung aja, dan mempersilahkan mereka masuk (Adjeng
mengambil sekaleng bir dari kulkas) eh eh eh, gak di sini gue mau
nulis. Di sana aja! ( kepalanya mengarah ke sofa ruang tamu)
Andien : ok
Adjeng kembali menulis di kamar. Samar-samar Adjeng mendengar
desahan Andien dan sempat membuat Adjeng berhenti menulis karena penasaran.
Adjeng kemudian keluar dan melihat Andien.( disertai narasi dengan suara
Adjeng)
Isi narasi:

Pada suatu hari keingintahuan saya mendesak kuat. Saya mengintip dari
sela-sela tirai yang sedikit terbuka ke dalam kamar Ibu. Dan saya sangat kaget
melihat seekor ular yang merah menyala. Lidahnya menjulur keluar dan liurnya
menetes ke bawah. Saya sangat jijik melihatya. Namun ibu dengan rakusnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

menelan habis liur ular besar itu tanpa menyisakan satu tetes pun! Yang lebih
mencengangkan lagi, ular itu lalu berangsur-angsur mengecil. Saya tidak bisa
membayangkan sebelumnya bila ular itu tidak lain adalah Lintah.

Adjeng melihat Andien bercinta dengan laki-laki itu dari sela pintu yang
sedikit di buka. Namun bukan Andien yang ia lihat tetapi perempuan itu berbah
menjadi Momy. Setelah selesai laki-laki itu pergi meninggalkan Andien yang
masih terbaring di sofa. Laki-laki itu berjalan mendekati Adjeng (C12)

Pada dua kutipan di atas tampak jelas bahwa Adjeng (tokoh utama)

sebagai pencerita. Alasan sutradara memilih sudut pandang orang pertama agar

cerita dapat berpusat pada tokoh utama sedangkan tokoh pendukung yang lain

hanya sebagai pelengkap peristiwa yang dialami oleh tokoh utama.

3. Gaya dan Nada

Setiap bentuk kesenian memiliki cara bertutur yang berbeda. Dalam hal

penggunaan bahasa, film dan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet memiliki gaya

yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan media yang digunakan berbeda, yakni

film memanfaatkan media gambar (visual) dan suara (audio) sedangkan cerpen

menggunakan media bahasa verbal atau kata-kata. Dalam cerpen dialog, latar,

maupun ekspresi tokoh dideskripsikan menggunakan bahasa tetapi dalam film

latar, ekspresi tokoh bisa langsung ditunjukkan melalui gambar yang bergerak dan

audio sedangkan penggunaan bahasa digunakan pada saat dialog antartokoh.

Djenar adalah penulis yang bebas dalam berbahasa termasuk dalam

mengungkapkan hal yang dianggap tabu dalam masyarakat. Dalam cerpen

gaya bahasa yang hampir sama yaitu lugas dan bebas. Lugas berarti tidak bertele-

tele dan bebas berarti tidak terkekang aturan budaya dan norma. Sutradara sering
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

memunculkan kata-kata kasar atau umpatan dan juga bebas membahas tentang

seks yang dianggap masih tabu dalam masyarakat kita. Kebebasan berbahasa

Djenar terlihat pada kutipan berikut.

Ular itu menyergap, melucuti pakaian saya menjalari satu persatu lekuk tubuh
saya. Melumat tubuh saya yang belum berbulu dan bersusu, dan menari-dari di
atasnya memuntahkan liur yang setiap tetesnya berubah menjadi lintah. Lintah-lintah
yang terus menghisap hingga tubuh mereka jadi merah (Djenar Maesa Ayu, 2004:
17).

Ia menunggu laki-laki itu datang. Mengecup kening, mata lalu bibirnya, dan
mereka berpelukan tanpa busana. Ia membayangkan laki-laki itu meraba payudaranya
yang mulai tumbuh seperti yang pernah ia rasakan di kantin sekolah (Djenar Maesa
Ayu, 2004: 38)

Mayra mengenakan kembali baju seragamnya hingga darah di tangannya


menempel pada seragam sekolahnya. Sebelum Mayra pergi, ia melirik sepintas ke
arah Anton yang terlentang di lantai kamar mandi tanpa penis lagi (Djenar Maesa
Ayu, 2004: 41)

Andien : Aus ni
Adjeng
Venny : tunggu tunggu! To what?
Andien : to friendship.
Adjeng :to sex (mereka tertawa bersama sambil mengangkat gelas bersama
kemudian meminumnya)
Venny : arah jam tiga gue, ada lakor lucu banget. Tapi nengoknya jangan
barengan! (C7)

Dari beberapa kutipan di atas terlihat kebebasan Djenar dalam berbahasa

ia juga menggunakan majas yang sama dalam cerpen dan film yaitu hiperbola,

anafora, dan sarkasme. Gorys Keraf (2004: 127) berpendapat bahwa anafora

adalah repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama pada tiap baris atau

kalimat berikutnya.

kutipan berikut.

Saya penyayang binatang. Namun Saya sangat benci kepada lintah (Djenar
Maesa Ayu, 2004: 11)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

Makna pengulangan kata Saya sebagai kata ganti orang pertama tunggal

memberikan penekanan bahwa binatang yang tidak disukai oleh Saya adalah

lintah karena lintah memiliki sifat menghisap dan tidak pernah puas.

Pada suatu hari Minggu, keingintahuan saya mendesak kuat. Saya


mengintip dari sela-sela tirai yang sedikit terbuka ke dalam kamar Ibu. Dan saya
sangat kaget melihat seekor ular yang merah menyala (Djenar Maesa Ayu, 2004:
12)

Makna pengulagan kata Saya sebagai kata ganti orang pertama tunggal

memberikan penekanan bahwa tokoh Saya melakukan suatu kegiatan yang

berurutan dan menunjukkan rasa penasaran dan kaget pada hal yang tokoh Saya

lihat.

Saya sangat bahagia sangat bahagia mendapatkan mobil Ibu tidak ada.
Saya masuk melalui ruang tamu yang kosong tanpa mereka. Saya menengok
rumah Lintah yang yang rapi tak terjamah. Saya masuk ke dalam kamar lenggang
dan kembali bahagia bersemayam dalam dada. Saya membuka pintu kamar Ibu
(Djenar Maesa Ayu, 2004: 16)

Makna perulangan kata Saya sebagai kata ganti orang pertama tunggal

memberikan penekanan bahwa tokoh Saya melakukan suatu kegiatan berurutan

dan menunjukkan rasa senang karena orang yang tidak diinginkan tidak ada.

juga terdapat anafora. Anfora itu terlihat

pada kutipan di bawah ini.

Ibumu? Ibu yang mana? Ibu yang tidak pernah kami lihat satu kali pun
juga selama lima tahun bersekolah? Ibu yang tidak pernah datang pada saat
mengambil rapormu sekalipun? (Djenar Maesa Ayu, 2004: 32)

Makna perulangan kata Ibu sebagai penekanan bahwa tiga orang teman

Mayra meragukan keberadaan Ibu Mayra.

Ia menumpahkan kekecewaanya kepada Ibu. Tentang janji bahwa segala


sesuatu akan lebih baik. Tentang kepuasannya berhasil meninju hidung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

berandalan itu hingga berdarah. Dan mengadu tentang Ayah (Djenar maesa Ayu,
2004: 33)

Makna perulangan kata tentang sebagai penekanan bahwa Mayra

mempunyai banyak persoalan yang harus ia hadapi.

Ia sudah merobek-robek dan membakar lukisan Ayah dan Ibu. Ia merasa


dirinya dikhianati. Ia lebih membenci lukisan Ayah dan Ibu ketimbang ayahnya
yang seharian pergi atau menulis di dalam kamar kerja atau mengunci diri dengan
wanita (Djenar Maesa Ayu, 2004: 37)

Makna perulangan kata ia sebagai kata ganti orang ketiga tunggal

memberikan penekanan bahwa tokoh ia merasakan kekecewaan dan merasa

dikhianati hingga merobek-robek dan membakar lukisan yang dibuatnya sendiri

karena rasa benci yang mendalam.

Dalam film anafora hanya terlihat pada satu episode yaitu ketika Adjeng

dan Asmoro bertengkar. Asmoro marah ketika mengtahui Adjeng bertemu dan

tidur dengan Bos. Kutipan percakapan itu adalah.

Asmoro : aku pikir kamu udah berubah.


Adjeng : berubah? Untuk apa? Emang kenapa saya?
Asmoro : ckk ah, sudah lah. Susah ngomong sama orang yang kerjanya
bohongin diri sendiri terus.
Adjeng : tau apa si kamu tentang saya? Tau apa kamu tentang hidup saya?
Gak ada satu orangpun di dunia ini yang tau tentang saya. Ibu
saya, Bapak saya, temen-temen saya, apalagi kamu?

Makna kata Saya yang dilontarkan Adjeng sebagai kata ganti orang

pertama tunggal memberikan penekanan bahwa tokoh Saya merasa tidak pernah

dimengerti orang lain termasuk orang dekat dan keluarganya.

Majas lain yang digunakan adalah hiperbola. Panuti Sudjiman (1990: 35)

hiperbola adalah majas yang di dalam ungkapan melebih-lebihkan apa yang

sebenarnya dimaksudkan. Hiperbola yang t

Mereka Bilang Saya Monyet adalah sebagai berikut.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

Namun ibu dengan rakusnya menelan habis liur ular besar itu tanpa
menyisakan satu tetespun! Yang lebih mencengangkan lagi, ular itu lalu
berangsur-angsur mengecil. Saya tidak bisa membayangkan sebelumnya bila
-13).

Kutipan di atas terdapat pa . Gaya bahasa di atas

menunjukkan sesuatu hal yang melebih-lebihkan yaitu ditunjukkan dari menelan

menyisakan air liur tanpa menyisakan satu tetes pun. Hal ini jelas tidak mungkin

karena air liur tidak mungkin habis oleh apa-apa. Makna gaya bahasa tersebut

adalah menunjukkan sifat manusia yang serakah karena hawa nafsu yang ada

dalam diri manusia itu.

Kembali petir meledak dan kilatannya memperjelas senyum ibu (Djenar


Maesa Ayu, 2004: 17)
Majas hiperbola terlihat pada perumpamaan petir yang meledak.

Penggunaan kata tersebut berlebih-lebihan. Makna kata tersebut adalah

menunjukkan terjadi telah sesuatu yang buruk.

Mata Saya membeliak lebar. Suara petir tidak lagi terdengar (Djenar
Maesa Ayu, 2004: 17)

Membeliak lebar disamakan dengan membuka mata secara berlebihan

(melotot) yang menunjukkan ekspresi orang terlalu berlebihan. Makna gaya

bahasa di atas menunjukkan seseorang yang sangat kaget mendengar sesuatu.

Ia meluapkan kegembiraannya. Ayah pun turut bergembira. Ia menciumi


dahi Mayra lalu mengatakan betapa bangganya Ayah pada Mayra dan
melantunkan puja puji kepadanya (Djenar Maesa Ayu, 2004: 35)

Kutipan

di atas menunjukkan hal yang terlalu dilebih-lebihkan tentang ekspresi atau

ungkapan rasa senang yang amat sangat dari seseorang dengan menggunakan kata

meluapkan. Padahal kata meluapkan tidak sewajarnya dipakai untuk menunjukkan

kegembiraan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

Ayah menciumnya bertubi-tubi juga merupakan penggunaan kata yang

berlebihan untuk menununjukan kasih sayang yang besar dari orang tua kepada

anaknya. Penggunaan kata yang berlebih tersebut terlihat pada kutipan berikut.

Ayah dan Ibu menciuminya bertubi-tubi. Mayra merasa geli dan girang. Ia
tertawa keras hingga hingga terguling dari kursi. Mereka memapah Mayra ke atas
tempat tidur. Menyelimuti, membelai dan mendekap hingga Mayra bermimpi
(Djenar Maesa Ayu, 2004: 36).

dari beberapa kutipan di bawah ini.

Ia sudah menerima bahwa kenyataan itulah yang mutlak ia telan bulat-


bulat (Djenar Maesa Ayu, 2004: 37)

Dan ketika matahari benar-benar tenggelam bagai ditelan lautan, laki-laki


itu mengulurkan tangannya, membantunya naik ke atas kuda dan mereka pergi
meninggalkan pantai menuju sebuah dunia yang tak terjamah penderitaan (Djenar
Maesa Ayu, 2004: 38)

Namun akhirnya keheningan pecah oleh sebuah suara dari salah satu anak
berandalan itu (Djenar Maesa Ayu,2004: 40)

Penggunaan majas pada kutipan di atas merupakan gaya bahasa yang

melebih-lebihkan untuk menggambarkan suatu keadaan. Terlihat pada ungkapan

kenyataan yang mutlak ia telan bulat-bulat merupakan pernyataan yang

hiperbola karena jelas kenyataan tidak bisa digambarkan dengan bentuk yang

bulat apalagi dapat ditelan. Makna ungkapan tersebut adalah penggambaran suatu

kenyataan yang buruk dan mau tidak mau harus ia terima.

Ungkapan yang lain ialah dunia yang tak terjamah penderitaan juga

merupakan hiperbola karena tidak ada dunia yang tidak terjamah penderitaan.

Makna ungkapan tersebut adalah sebagai persamaan dari surga yang menurut

pendapat banyak orang tempat yang penuh kebahagiaan dan tidak ada

penderitaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

Hiperbola yang lain ditunjukkan dari penggunaan ungkapan keheningan

pecah . Majas tersebut termasuk hiperbola karena keheningan tidak dapat

disamakan dengan benda dari bahan yang dapat dipecah sehingga penggunaan

ungkapan tersebut dirasa terlalu melebi-lebihkan.

Dalam film hiperbola hanya sedikit muncul. Hiperbola terlihat saat Adjeng

kecewa dan marah ketika Asmoro tidak memberikan komentar baik tentang

cerpen karyanya. Kekecewaan Adjeng terlihat pada kutipan di bawah ini.

Adjeng : yang tolol tu lo semua (sambil pergi menuju kamar mandi)


Seenak-enaknya dengerin pesen orang trus pakek dibahas lagi, tau
apa si lo semua? Heh tau apa lo semua? Tau gak rasanya dah
capek-capek nulis rasanya kepala dah mau pecah tapi dapet
reaksinya Cuma sampah. Lo tau gak punya cowok yang gak bisa
diandelin? Boro-boro ngomongin soal tulisan, minta waktunya aja
susah. Gua gak pernah minta macem-macem. Gua gak pernah
minta dia nyerein bininya. Tapi gue selalu dimarahain kalau gue
pergi sama cowok laen, gue tidur sma cowok laen. Apa itu fear
buat gue? (berteriak dan marah) (Asmoro sudah ada di depan pintu
kemudian teman-temannya pergi) (C27)

Pada kutipan di atas Adjeng menggunakan ungkapan kepala dah mau

pecah dan uma sampah . Kepala mau pecah merupakan ungkapan

yang terlalu berlebih-lebihan karena kepala tidak aka pecah jika hanya untuk

berfikir. Makna kepala mau pecah yaitu untuk menunjukkan usaha Adjeng yang

berfikir maksimal untuk menulis sebuah cerpen. Hiperbola yang lain adalah

reaksi cuma sampah juga berlebihan karena reaksi tidak bisa disamakan dengan

sampah. Makna reaksi sampah adalah reaksi yang tidak bagus atau tidak bermutu.

Majas yang dominan dalam film adalah sarkasme tetapi dalam cerpen

sarkasme justru tidak muncul. Menurut Gorys Keraf ( 2004: 143) sarkasme adalah

suatu acuan yang lebih kasar dari ironi yang mengandung kepahitan dan celaan

yang getir. Sarkasme yang dimaksud terlihat pada kutipan berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

Andien : garuda beo?


(Adjeng memutar koin dan Andien menutupkan tangannya ke koin)
Andien : garuda. Anjing, beo. (sambil membuka tangan yang menutupi
koin)
Adjeng : beo itu burung sayang, bukan anjing. (berbicara dekat di telinga
Andien)
Bye beib (mencium pipi Andien dan meninggalkan kedua
temannya menuju seorang lelaki yang duduk di bar) (C7)

Kutipan di atas terjadi ketika di diskotek Adjeng, Venny, Andien melihat

seorang laki-laki. Adjeng mengeluarkan sebuah koin dari kantongnya kemudian

melempar koin tersebut untuk menentukan siapa yang akan mendatangi laki-laki

sesuai tebakannya yang berarti bukan Andien yang akan menemui laki-laki itu

tetapi Adjeng. Anjing adalah binatang yang menggonggong. Kata njing

menjadi sarkasme atau kasar karena pengucapannya yang kasar disertai dengan

berfungsi sebagai umpatan atau makian.

Ketika di kamar mandi diskotek Adjeng menabrak seorang wanita. Wanita

atau perempuan eksperimen

adalah sebutan lain dari pelacur.

Momy : Dasar bapak bangsat, keturunan bangsat. Gak bisa diperlakukan


seperti manusia, maunya diperlakukan seperti binatang. Begitu
cara muntah yang bener. Anak gak tau diuntung. (Momy pergi
meninggalkan Adjeng yang masih muntah di kloset) (C8)

Kutipan di atas terjadi pada waktu Adjeng SD memuntahkan sayuran ke

kloset. Momy mengetahui perbuatan Adjeng dan Momy marah hingga menyebut

Adjeng sebagai keterunan bangsat dan mempunyai bapak bangsat. Bangsat adalah

cacian kepada orang yang bertabiat buruk. Momy juga mengatakan dan

menganggap anaknya seperti binatang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

Kata bangsat juga muncul ketika Momy dan Adjeng SD mendatangi hotel

yang diduga terdapat Ayah bersama perempuan lain. Momy mencoba mengetuk

pintu dan Ayah tidak membuka pintu. Hal itu terlihat pada kutipan.

Mom dan Adjeng mendatangi kamar hotel yang diduga terdapat ayah
Adjeng bersama perempuan lain berada di salah stu kamar. Momy menuju salah
satu kamar kemudian mengetuk kamar bernomor 312.
Momy : mas, mas buka pintunya mas. Saya tahu kamu ada di dalam. Buka
mas! Ini ada anak kamu ni. Buka! Mas buka mas! Buka, buka
bangsat, buka! (mengetuk dan menendang pintu semakin keras
kemudian tersungkur dan menangis keras di depan pintu) (C21)

Momy : jadi karena ini kamu gak angkat telephone Mom. Semalem
diteleponin kirain kenapa taunya asik teler. Momy sampai minta
kunci ke satpam segala. Mana susah lagi dapetnya. Monyet! (C8)
Kutipan di atas juga terdapat sarkasme. Ungkapan kasar tersebut

digunakan Momy ketika ia kesal karena sulit mendapatkan kunci apartemen

digunakan Adjeng umpatan. Kata tersebut

selanjutnya ketika Adjeng merasa terganggu karena kedatangan Andien dan

seorang laki-laki ke apartemennya. Dua peristiwa tersebut terlihat pada kutipan di

bawah ini.

Andien : ngapain? Kan ada bininya.


Andjeng : monyet!!! (sambil menyentuh kepala Andien dan semua tetap
tertawa) (C11)
(Terdengar suara bel dari depan Adjeng semakin kesal. Ia memukul meja sambil
C12)

Sindiran kasar juga terlihat ketika Momy baru pulang. Momy melihat

pacarnya menyiapkan sarapan sementara Adjeng SD terlihat tidak membantu dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

langsung makan. Momy terlihat kesal karena kelakuan Adjeng. Sindiran tersebut

terlihat pada kutipan.

Momy : enak ya, tuan putri makan tinggal makan. Boro-boro bantuin
nyiapin, bantuin masak maunya tinggal mangap aja gak mau
repot( Momy terlihat kesal melihat Adjeng yang sedang sarapan
sementara Lintah tengah sibuk memijat pundak Momy yang
terlihat kelelahan) (C18)
Adjeng adalah tokoh yang bersifat temperamental dan sering marah, ketika

Adjeng marah ia selalu mengeluarkan kata-kata kasar sebagai umpatan. Umpatan

yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Adjeng : kamu tu tolol banget ya! Nonton Tv gak si, baca Koran? Berapa
banyak korban pemerkosaan yang cuma bisa terima nasib?
Berapa banyak yang mau bunuh diri? mereka itu udah kehilangan
semuanya, harga diri, kepercayaan diri, semua. Boro-boro mau
nglawan semangat idupnya aja juga dah ilang dan ini realitas.
Asmoro : tapi Negara kita Negara hukum. Kenapa tidak seret bajingan
pemerkosanya ke kantor polisi, dudukin di meja pengadilan?
Adjeng ? (sambil membelalakkan
mata Asmoro dengam tangannya). Sejak kapan hukum di Negara
ini berlaku ha? Jangankan lapor polisi, orang keluarga yang
harusnya belain aja malah neken-neken korban karena alasan
malu lah, aib keluarga lah, trus malu kalau ketahuan anaknya dah
gak perawan gak mau ngawinin lah, tahi lah! (Adjeng marah)
(C20)
Adjeng menyebut Asmoro tolol karena Asmoro tidak memberikan

komentar yan ahi juga digunakan sebagai

umpatan yang sering dipakai Adjeng ketika marah. Tahi adalah sisa makanan

yang keluar dari lubang pelepasan (dubur), tinja. Umpatan tersebut juga terlihat

pada kutipan di bawah ini.

Venny : oh mentang-mentang gue gak punya anak lo bisa ngomong kayak


gitu?kalau sampai gue punya anak, gue bakal jadi ibu yang lebih
baik dari pada lo.
Andien : Bajingan, potong kuping gue Ven! Lo gak di kasih anak karena
Tuhan tau, lo hanya bakalan jadi ibu kayak nyokapnya si Adjeng.
Adjeng : Diam! Tahi lo semua. Turun! (berteriak dan tiba-tiba
menghentikan mobilnya di pinggir jalan) (C37)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

juga terlihat dari perkataan Andien yaitu bajingan. Bajingan biasanya dipakai

untuk mendamprat.

Sarkasme juga terlihat dari Asmoro ketika ia sudah tidak sabar

menghadapi tingkah laku Adjeng. Asmoro marah dan mereka bertengkar karena

memngetahui Adjeng tidur dengan bos. Asmoro menyebut Adjeng sebagai lonte

karena ia kesal. Sebutan itu terdapat pada kutipan.

Adjeng : berani lo ngomong kayak gitu? Gak usah sok jadi pahlawan deh!
Lu tu yang justru yang nylewengin nama gue tau gak? Nama lo tu
di omongin lagi sejak jadi mentor gue. Lo pikir gue buta apa? Lo
pikir gue gak bisa liat kalau karir nulis lo tu tinggal tunggu
matinya aja. Lo yang harus terima kasih sama gue tahu gak?
(Adjeng semakin marah, Asmoro juga marah dan melempar tubuh
Adjeng ke ranjang. Asmoro menutup muka Adjeng dengan bantal
hingga Ia sulit bernafas. Adjeng mencoba melawan sekuat tenaga
melepaskan diri dari Asmoro hingga tidak berdaya )
Asmoro : dasar lonte, selesai di sini kita.(pergi meninggalkan Adjeng yang
masih sulit bernafas) (C46)

Selain anaphora, hiperbola, dan sarkasme dalam film Djenar juga

memunculkan kosakata yang tidak ada dalam Kamus Bahasa Indonesia. Kata

tersebut termasuk bahasa prokem (bahasa yang dipakai oleh kelompok tertentu)

atau bahasa gaul yang sebagian ada pada kamus bahasa gaul. Kata yang dimaksud

adalah 1). Lekong artinya laki-laki (www.google/ kamus bahasa gaul), 2) lakor

artinya laki-laki (www.google/kamus bahasa gaul), 3) ngewek artinya

berhubungan seks (arti kata ngewek dilihat dari konteks kalimatnya saja karena

tidak ditemukan dalam kamus, namun sering dipakai dalam istilah mesum).

Ketiga kata di atas terdapat pada kutipan.

Venny : eh, gila lho ye. Santai kali nek, siapa sich yang telephon?lakor
mana lagi?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

Adjeng
kepala, menyerupai tanduk) (C7)

Adjeng rah belanjaan)


(Venny melempar terong ke arah Adjeng dan semua tertawa)
Andien : eh awas lho! Berharga ni buat Adjeng. Biasa bo dia si gak punya
lekong.
Adjeng : ah, gue lagi gak mud (C27)

Adjeng : lho tau gak? (Membanting bantal lalu berdiri)


Asmoro : apa cinta? Eh cin.
Adjeng : gue kira punya pacar penulis senior kayak elu bisa bikin gue
tambah pinter, tapi taunya Cuma ngewek doang ( keluar dan
membanting pintu kemudian masuk lagi) ngewek juga gak enak
(membanting pintu lebih keras lagi) (C22)
Nada cerita dalam cerpen

karena setiap kisah selalu menampakkan hal ironis dari tokoh utama. Maha selalu

bercerita tentang kebencian, dan nasib buruk yang dialami karena perbuatan

ada cerita juga muncul hampir di setiap

peristiwa. Mayra selalu menceritakan tentang sifat Ayah dan Ibu yang hanya ada

di bayangannya. Peristiwa tersebut menimbulakan ironi yang terlihat dari

atmosfer cerita yag penuh kesedihan dan penderitaan.

Dalam film nada lebih terlihat jelas karena dapat mendengar intonasi dan

ekspresi para tokoh. Nada itu terlihat ketika terjadi pertengkaran atau

mengeluarkan kata-kata umpatan, namun tidak semua kata umpatan yang keluar

menujukkan pertengkaran. Kata Monyet yang disebut Momy ketika di apartemen

Adjeng tidak terjadi ketika bertengkar namun hanya ungkapan kekesalan hati

Momy karena susah mendapatkan kunci dari satpam. Pada peristiwa itu kata

monyet tidak diucapakan dengan nada tinggi. Kekesalan Momy juga terjadi

ketika back traking Adjeng SD. Terlihat pada kutipan berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

Momy : enak ya, tuan putri makan tinggal makan. Boro-boro bantuin
nyiapin, bantuin masak maunya tinggal mangap aja gak mau
repot( Momy terlihat kesal melihat Adjeng yang sedang sarapan
sementara Lintah tengah sibuk memijat pundak Momy yang
terlihat kelelahan) (C18)

Dari kutipan di atas terlihat Momy terlihat kesal kerena Adjeng tidak mau

membantu lintah menyiapkan makanan. Momy menyindir dengan nada halus

kepada Adjeng dan menyebut Adjeng sebagai tuan putri yang hanya bisa makan.

4. Simbolisme

Simbol yang ada dalam cerpen dan film Mereka Bilang Saya Monyet

mempunyai banyak kesamaan. Simbol digunakan sebagai gambaran sifat tokoh

atau menandai suatu peristiwa. Simbol yang digunakan adalah:

1. Monyet

Simbol yang pertama muncul adalah monyet. Monyet adalah istilah

untuk semua anggota primata yang bukan prosimia ("pra-kera", seperti

lemur dan tarsius) atau kera, baik yang tinggal di Dunia Lama maupun

Dunia Baru. Hingga saat ini dikenal 264 jenis monyet yang hidup di dunia.

Tidak seperti kera, monyet biasanya berekor dan berukuran lebih kecil.

Monyet diketahui dapat belajar dan menggunakan alat untuk

membantunya dalam mendapatkan makanan. Pengelompokan monyet

bersifat parafiletik, karena monyet Dunia Lama (Cercopithecoidea)

sebenarnya lebih dekat kekerabatan genetiknya dengan kera (Hominidae),

daripada monyet Dunia Baru (Platyrrhini). Monyet terbesar adalah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

mandrill. Beberapa monyet dalam bahasa sehari-hari juga sering disebut

sebagai kera.

Monyet digunakan pada judul kumpulan cerpen maupun film namun

dilihat secara isi tidak pernah muncul seekor monyet. Kata monyet hanya

dan umpatan yang keluar dari Momy dan Adjeng ketika mereka kesal atau

marah. Monyet adalah kera yang bulunya keabu-abuan dan berekor

panjang. Beda manusia dengan monyet adalah, manusia bisa berpikir

sebelum berbuat tapi monyet melihat langsung berbuat tanpa pikir

panjang. Mereka juga cenderung meniru perilaku temannya. Begitu

melihat temannya gelantungan, monyet kebanyakan akan meniru begitu

saja (Menurut tim ilmuwan di Duke University Medical Center, North

Carolina dalam http/Wikipedia.monyet.com).

Sebagian orang menganggap perilaku tersebut adalah suatu yang

bodoh karena monyet selalu mengikuti sesuatu yang dilihatnya tanpa

berfikir baik atau buruk. Binatang ini juga sering dipakai sebagai umpatan

karena wujud dan sikapnya yang jelek dan banyak bulu hingga terkesan

buruk.

2. Lintah

Lintah adalah hewan penghisap darah yang bentuknya menjijikkan.

Lintah dipakai untuk judul cerpen yang diadaptasi ke dalam film. Maha

(tokoh utama dalam cerpen) menyebut pacar ibunya sebagai Lintah. hewan

lintah juga muncul dalam film Mereka Bilang Saya Monyet. Simbol lintah

digunakan sebagai penggambaran sifat tokoh (pacar Ibu atau Momy).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

Simbol tersebut digunakan untuk penggambaran tokoh (pacar Momy) yang

mempunyai nafsu yang menjijikkan karena sering melecehkan dan

memperkosa Maha yang masih kecil. Hal itu terlihat pada kutipan.

Beberapa kali berhasil membelah diri tanpa sepengetahuan Ibu, lintah


makin menjdi-jadi. Ia lalu membelah dirinya menjadi tiga, empat, bahkan
lima. Dan kali ini sudah tidak lagi menyelinap ke dalam kantung saya. Ia
menyelinap ke bawah baju saya. Yang satu menyelinap ke pinggang saya.
Yang satunya lagi ke perut saya. Dan mereka berputar-putar sesuka hati
menjelajahi tubuh saya sambil menghisap darah saya (Djenar Maesa Ayu,
2004: 15-16)

Hari itu terik matahari begitu menyengat. Seragam sekolah saya basah
oleh peluh yang tidak kunjung berhenti menetes. Sesekali saya rasakan
perih saat setitik peluh jatuh tepat pada luka-luka bekas gigitan lintah
(Djenar Maesa Ayu,2004: 16)

Dalam film kemunculan hewan lintah menandai setiap perbuatan

(pelecehan) pacar Momy kepada Adjeng. Hal itu terlihat pada gambar di

bawah ini.

Gambar di atas menunjukkan rangkaian peristiwa ketika Adjeng SD

menonton televisi pacar Momy datang dan memegang pundak Adjeng

kemudian ia pergi meninggalkan seekor lintah. Pada episode selanjutnya

ternyata terlihat pacar Momy mencium pundak Adjeng (ditandai

meninggalkan lintah pada episode sebelumnya) gambar terkhir

diperlihatkan pundak Adjeng ada bekas kecupan yang dilakukan pacar

Momy.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

Pada gambar di atas juga memperlihatkan perbuatan pacar Momy

ketika menggerayagi paha kanan Adjeng dan ditandai dengan lintah.

Gambar di atas menunjukkan rangkaian peristiwa ketika pacar Momy

akan memperkosa Adjeng SD. Ketika Adjeng SD mandi di bath up, pacar

Momy datang dan masuk ke dalam bath up. Adjeng hanya diam saat pacar

Momy semakin mendekat kepada Adjeng. Air bath up tiba-tiba dipenuhi

lintah lalu berganti darah hingga air berwarna merah. Lintah menunjukkan

perbuatan pacar Momy kemudian darah pertanda peristiwa buruk telah

terjadi.

3. Jendela

Jendela adalah benda yang sering dilukis Mayra dalam cerpen

ndela berfungsi sebagai

ventilasi, jalan masuk cahaya matahari, jalan udara bebas ke luar masuk,

dan melalui jendela penghuni rumah bisa melihat bebas pemandangan luar.

Berdasarkan fungsi jendela di atas Mayra melukis jendela sebagai simbol

ingin membebaskan diri. Melalui jendela yang dilukisnya ia berharap


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

dapat menghirup udara kebebasan dari luar dan melihat dunia yang

diinginkan. Lewat lukisan jendela itu Mayra bisa mendapatkan ventilasi

kebebasan dan bahkan bisa melakukan pembalasan imajinatif terhadap

teman-temannya. Hal itu terdapat pada kutipan.

Maka Mayra melukis jendela. Sebuah jendela sebagai pengharapannya


sendiri. Ia melukis jendela tanpa tirai menghadap ke dunia yang ia
inginkan. Ia sering membayang masuk kedalam jendela itu dan mendapati
dirinya terbaring di hamparan ombak. Ia merasa menunggu seseorang di
sana. Seorang laki-laki berkuda yang akan datang dan mengecup
keningnya. Dan ketika matahari benar-benar tenggelam bagai ditelan bagai
ditelan lautan, laki-laki itu mengulurkan tangannya, membantunya naik ke
atas kuda dan mereka pergi meninggalakan pantai menuju sebuah dunia
yang tak terjamah penderitaan. Dunia penuh suka cita dan kebahagiaan
(Djenar Maesa Ayu, 2004: 38)

Atau Mayra masuk ke dalam jendela dan menemukan dirinya berada di


sekolah. Udara pagi menusuk kulitnya namun hatinya hangat oleh rasa
suka cita. Seragam SD-nya berlumuran darah. Tangan kanannya
menggenggam pisau yang sama dengan pisau yang ia gunakan untuk
menyayat pipinya. Dan tangan kiri Mayra menggenggam kantong plastik
hitam juga penuh darah. (Djenar Maesa Ayu, 2004:38-39).

Dalam film pada episode terakhir terlihat Adjeng melihat dari jendela

apartemen dan melambaikan tangannya kepada Adjeng SD dan Adjeng

SMP berangkat sekolah. Peristiwa itu adalah bayangan atau imajiasi

Adjeng yang menginginkan kedamaian seperti terlihat dari kompleks

perumahan yang nyaman. Semua penghuni kompleks terlihat damai dalam

menjalani rutinitas masing-masing. Hal itu dikatakan imajinasi Adjeng

karena 1). kemungkinan kecil bahkan tidak mungkin ada kompleks

perumahan di sekitar apartemen mewah, 2) tidak mungkin melihat bahkan

sampai melambaikan tangan pada jarak ketinggian apartemen. Peristiwa

yang dimaksud terlihat pada gambar di bawah ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

4. Medusa

Medusa merupakan tokoh dari mitologi Yunani. Dia seorang wanita

cantik berambut ular. Siapapun yang menatap matanya akan berubah

menjadi batu. Medusa tewas di tangan Perseus, yang kemudian

menggunakan kepalanya sebagai senjata sebelum diberikan kepada Athena

untuk ditempatkan pada perisai Aegis. Medusa muncul pada cerpen

Hal itu terlihat pada kutipan.

Saya pernah membaca di surat kabar bahwa Ibu sudah diberi julukan
penyanyi Medusa (Djenar Maesa Ayu, 2004: 14)

Medusa digunakan untuk menyimbolkan sifat Ibu yang jahat. Selain

itu, Ibu adalah seorang penyanyi Medusa bermakna siapapun yang melihat

Ibu akan kagum hingga, hanya diam membatu seperti ketika melihat

Medusa.

5. Ironi

Dalam cerpen dan film Mereka Bilang Saya Monyet terdapat terdapat

beberapa ironi. Ironi tersebut merupakan pandangan pengarang dalam melihat

realita dan fenomena yang berkembang dalam masyarakat. Berikut ini beberapa

ironi yang terdapat dalam cerpen dan film.

Ibu saya memelihara seekor lintah. Lintah itu dibuatkan kandang yang mirip
seperti rumah boneka berlantai dua, lengkap dengan kamar tidur, ruang
makan, ruang tamu dan kamar mandi dan ditempatkan tepat di sebelah kamar
ibu. Saya selalu merengek kepada ibu untuk memelihara hewan lain, namun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

Ibu bersikeras memelihara lintah itu dan mempertahankannya sebagai


peliharaan tunggal di rumah kami. Saya penyayang binatang namun saya
sangat benci kepada lintah (Djenar Maesa Ayu: 11).

Pada kutipan di atas terlihat keegoisan seorang Ibu. Ia tidak pernah

memperhatikan kemauan dan keluh kesah anaknya karena ia lebih mementingkan

kesenangannya sendiri. Ibu juga tidak tahu penderitaan yang dialami anaknya

sindiran kepada orangtua yang egois dan tidak memperhatikan anaknya bahwa

perbuatannya akan berdampak buruk untuk perkembangan psikologis dan sosial

anak ketika dewasa. Peristiwa di atas juga terjadi dalam film.

menjadi korban keegoisan orang tuannya. Ayah Mayra selalu sibuk dengan

pekerjaan dan pacarnya. Mayra tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang.

Ironi juga terjadi ketika teman-teman laki-laki Mayra melakukan

terjadi pada anak usia dini namun pada kenyataannya peristiwa tersebut ada di

masyarakat. Peristiwa tersebut terdapat pada kutipan.

Ia berkeluh kesah tentang teman-teman prianya di sekolah yang kerap


meraba-raba payudara dan kemaluannya sehingga menyebabkan teror
dalam dirinya setiap berangkat ke sekolah. Ia mendengar ibu dengan
lembut mengatakan segalanya akan membaik esok hari. Mayra mengecup
ibu lalu lalu mendekapnya hingga tertidur (Djenar Maesa Ayu, 2004:32)

Dalam film pelecehan hanya terjadi ketika Adjeng SD dan dilakukan oleh

orang dekat yaitu pacar Momy. Kenyataan dalam masyarakat juga sering terjadi

peristiwa serupa. Pada salah satu episode dalam film Adjeng juga mengatakan

tentang realita di masyarakat tentang ketidakpedulian mereka terhadap korban


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

pemerkosaan. Kekecewaan juga ditujukan kepada hukum uang tidak pernah adil

dan melindungi para korban. Peristiwa tersebut terlihat pada kutipan.

Adjeng mengkonsultasikan cerpen yang ia buat kepada Asmoro di dalam kamar.


Adjeng : gimana? (sambil melempar kertas ke tubuh Asmoro)
Asmoro : huh, a
Ajeng)
Adjeng : ayo dong! Ayo, ayo, ayo gimana menurut kamu?
Asmoro : sedikit berlebihan ya.
Adjeng : maksudnya?
Asmoro : ini bener-bener pernah kamu alami?
Adjeng : ya enggak lah. Emang kenapa?
Asmoro : itulah kamu kayak menulis cerita anak-anak. Terlalu menghayal,
hiperbola. Gak bisa kamu terapin kayak gini di cerita orang
dewasa.
Adjeng : lho namanya juga fiksi, imajinasi.
Asmoro : ya tapi juga butuh logika, cinta!
Adjeng : jangan panggil saya cinta! Justru imajinasi lahir karena realita
sering gak masuk akal, gak logis.
Asmoro : ya, Ok. Tapi coba kamu liat tokoh utama kamu di sini! Perempuan
ini di lecehin terus, diperkosa terus tapi tidak pernah melawan,
apa mungkin?
Adjeng : kamu tu tolol banget ya! Nonton Tv gak si, baca Koran? Berapa
banyak korban pemerkosaan yang cuma bisa terima nasib?
Berapa banyak yang mau bunuh diri? mereka itu udah kehilangan
semuanya, harga diri, kepercayaan diri, semua. Boro-boro mau
nglawan semangat idupnya aja juga dah ilang dan ini realitas.
Asmoro : tapi Negara kita Negara hukum. Kenapa tidak seret bajingan
pemerkosanya ke kantor polisi, dudukin di meja pengadilan?
Adjeng
mata Asmoro dengam tangannya). Sejak kapan hukum di Negara
ini berlaku ha? Jangankan lapor polisi, orang keluarga yang
harusnya belain aja malah neken-neken korban karena alasan
malu lah, aib keluarga lah, trus malu kalau ketahuan anaknya dah
gak perawan gak mau ngawinin lah, tahi lah! (Adjeng marah)
Asmoro : eh kok nyolot cinta?
Adjeng : jangan panggil saya cinta! (semakin marah)
Asmoro : Ok. Aku gak maksud menyinggung kamu. Kamu kan tadi minta
supaya aku kasih pendapat, ya kan? Tulisanmua ini terlalu kelam.
Kelam sih sah-sah aja, tapi ada perubahan dalam cerita, ada
penyelesaian, ada klimaks, jadi tidak ngambang kayak gini. Gak
datar kayak gini.
Adjeng : emangnya dalam realitas setiap hal harus ada penyelesaian?
Asmoro : justru itu kalau kamu bicara realitas, kamu ngomongin realiatas,
kamu tidak bisa mangkir dari realitas karena kamu berhadapan
dengan pembaca. Mereka butuh penyelesaian. Saya si yakin orang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

lebih suka cerita anak-anak kamu, karena lebih spontan, ceria,


menyenangkan.
Adjeng : halah, gak usah bertele-tele! Maksud kamu gue harus nulis untuk
nyenengin orang lain kan?
Asmoro : lho apa salahnya? Semua creator pada akhirnya pengen karyanya
disukai.
Adjeng : lho tau gak? (Membanting bantal lalu berdiri)
Asmoro : apa cinta? Eh cin.
Adjeng : gue kira punya pacar penulis senior kayak elu bisa bikin gue
tambah pinter, tapi taunya Cuma ngewek doang ( keluar dan
membanting pintu kemudian masuk lagi) ngewek juga gak enak
(membanting pintu lebih keras lagi)
Adjeng keluar apartemen dan turun menggunakan lift (C20)

C. Perbandingan Tema dalam

dengan Film Mereka Bilang Saya Monyet.

Dua cerpen dan film karya Djenar ini mempunyai kesamaan tema

yaitu kondisi keluarga yang tidak bahagia. Tema sentral dalam cerita ini

adalah kekerasan yang dilakukan orang dekat dalam keluarga karena

keegoisan orang tua hingga berdampak pada kehidupan anak ketika

dalam cerpen diceritakan Ayahnya meninggal namun pada film Ayah

Adjeng pergi karena wanita lain. Momy mempunyai pacar yang selalu

melcehkan dan memperkosa Adjeng. Momy juga bersikap kasar kepada

Adjeng.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

bersama Ayah yang hanya sibuk dengan pekerjaan dan pacarnya. Adjeng

SMP tidak pernah medapat kasih sayang dari Ayah dan Ibunya.

Adjeng dewasa adalah hasil masa depan Adjeng SD dan SMP.

Peristiwa yang ia alami ketika kecil mempengaruhi kehidupan social dan

psikologis Adjeng. Semua hal yang dialami Adjeng adalah akibat dari

keegoisan orang tua.

Tema bawahan cerita cerpen dan film adalah tentang kekerasan dan

seks. Kekerasan yang terjadi tidak hanya berupa fisik tetapi juga

perkataan. Tema seks sangat jelas terlihat karena disebutkan dengan jelas

dan sering terjadi di dalam peristiwa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dalam bab sebelumnya, dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Film Mereka Bilang Saya Monyet adalah film adaptasi dari cerpen

“Lintah” dan “Melukis Jendela” yang terdapat pada kumpulan cerpen

Mereka Bilang Saya Monyet. Perbandingan fakta cerita (alur, tokoh, dan

latar) antara cerpen “Lintah”, “Melukis Jendela” dan film Mereka Bilang

Saya Monyet, di dalamnya terdapat beberapa persamaan dan perbedaan.

Alur cerpen “Lintah” terdiri dari 14 episode, alur cerpen ”Melukis

Jendela” terdiri dari 16 episode, sedangkan pada film Mereka Bilang Saya

Monyet terdiri dari 58 episode. Penambahan pada episode C1, C2, C4, C6,

C7, C9, C10, C11, C13, C17, C20, C21, C22, C24, C25, C27, C32, C33,

C34, C35, C36, C37, C38, C39, C40, C41, C42, C43, C45, C46, C49,

C50, C51, C52, C53, C54, C55 yang dilakukan dalam film bertujuan

sebagai benang merah atau penghubung antara dua cerita yang berbeda

hingga membentuk satu kepaduan yang utuh. Pengurangan pada A2, A7,

A9, A13, A14 dan B1, B2, B4, B5, B6, B8, B10, B11, B12, B13, B14,

B15, B16 yang dilakukan tidak mempengaruhi tema dan jalan cerita.

Perbedaan juga terlihat dari jenis alur. Cerpen “Lintah” beralur maju tanpa

back tracking, cerpen “Melukis Jendela” beralur maju namun ada satu

commit
episode terjadi backtracking, to user pada film backtraking sangat
sedangkan

133
perpustakaan.uns.ac.id 134
digilib.uns.ac.id

sering dilakukan. Tokoh dan penokohan antara cerpen dan film Mereka

Bilang Saya Monyet diketahui memiliki beberapa persamaan dan

perbedaan. Persamaan tersebut menyangkut karakter beberapa tokoh

dalam cerpen yang sama dengan yang ada dalam film yakni tokoh Maha

yang berkarakter sama dengan Adjeng SD, Mayra berkarakter sama

dengan Adjeng SMP dan dua tokoh tersebut muncul dalam film sebagai

masa lalu Adjeng dewasa sebagai tokoh utama. Tokoh lain yang

berkarakter sama yaitu Ibu (Momy), Lintah (pacar Ibu), Ayah, Bi Inah,

dan teman-teman laki-laki Adjeng SMP (Mayra). Tokoh tambahan yang

muncul dalam film adalah Asmoro, Venny, Andien. Persamaan latar ruang

adalah di rumah Momy, rumah Ayah, di Swalayan, Sekolah Mayra. Latar

yang dihilangkan adalah kamar Ayah dan dapur. Penambahan latar ruang

adalah dapur, kamar mandi, pekarangan (dalam rumah Ibu atau Momy),

ruang makan dalam rumah Ayah, panggung dan studio, apartemen, di

dalam mobil, jalan raya, diskotek dan café, kantor, hotel, pasar malam,

plasa senayan, sekolah Adjeng SD, rumah Andien dan Venny, kompleks

perumahan. Perbedaan latar waktu terlihat pada tiga masa yang digunakan

pada film. Masa pertama ketika Adjeng SD (adaptasi “Lintah”), masa

kedua ketika Adjeng SMP (adapatasi “Melukis Jendela”), masa ketiga

ketika Adjeng dewasa. Persamaan pada cerpen “Lintah” terjadi ketika

tokoh utama masih SD. Pada cerpen “Melukis Jendela” terjadi ketika

tokoh utama SD hingga SMP.

2. Perbandingan sarana sastra antara cerpen dengan film Mereka Bilang Saya

Monyet dapat diketahui sebagai berikut. Judul film sama dengan judul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 135
digilib.uns.ac.id

buku kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Persamaan judul

antara film dan novel tersebut dilakukan dalam rangka fungsi untuk

menegaskan bahwa film Mereka Bilang Saya Monyet merupakan hasil

adaptasi dari cerpen yang diambil dari kumpulan cerpen Mereka Bilang

Saya Monyet. Sudut pandang antara cerpen dengan film diketahui terjadi

perbedaan yakni dalam cerpen “Lintah” sudut pandang yang digunakan

adalah sudut pandang orang pertama utama, dalam cerpen “Melukis

Jendela” sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga terbatas,

sedangkan dalam film menggunakan sudut pandang sama dengan cerpen

“Lintah”. Gaya dan nada yang digunakan oleh pengarang antara cerpen

dengan film memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dikarenakan media

yang berbeda antara cerpen dengan film, cerpen menggunakan media

bahasa dan tulisan, sedangkan film selain menggunakan media bahasa dan

tulisan juga menggunakan media gambar (visual) serta suara (audio).

Pengarang menggunakan persamaan simbol dalam cerpen maupun film

yakni hewan Monyet, hewan Lintah, jendela sedangkan simbol yang tidak

muncul dalam film adalah Medusa karena hanya muncul pada cerpen

“Lintah” saja. Ironi yang terdapat dalam cerpen dan film tersebut di

antaranya tentang peristiwa yang sering terjadi di masyarakat namun tidak

diperhatikan. Peristiwa tersebut tentang kekerasan terhadap anak secara

fisik maupun mental yang dilakukan oleh orang dekat (keluarga) karena

keegoisan orang tua, selain itu pengarang dan sutradara juga memberi

kritikan kepada pemerintah tentang minimnya perlindungan terutama

hukum kepada anak yang mengalami peristiwa itu.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 136
digilib.uns.ac.id

3. Perbandingan tema yang terdapat dalam cerpen “Lintah”, “Melukis

Jendela” dan film Mereka Bilang Saya Monyet diketahui memiliki tema

yang sama yakni kekerasan fisik dan mental kepada anak yang dilakukan

oleh orang dekat karena keegoisan orang tua sebagai tema sentral dan

kekerasan dalam kehidupan luas termasuk seks sebagai tema bawahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 137
digilib.uns.ac.id

B. Saran

1. Dalam penelitian ini, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan

jadi penulis berharap akan ada penelitian lanjutan tentang adaptasi film

Mereka Bilang Saya Monyet ini. Penelitian selanjutnya dapat memberi

hasil lebih maksimal tentang adaptasi film ini tidak hanya dari usur

intrinsik namun juga dari unsur ekstrinsik

2. Penelitian selanjutnya juga diharapkan lebih bervariasi mengingat

perkembangan adaptasi tidak hanya terjadi pada cerpen ke film saja namun

banyak jenis adaptasi lain seperti adaptasi novel ke film, cerpen ke komik,

komik ke film, cerpen ke lagu, bahkan dari games ke film dan novel serta

masih banyak jenis adaptasi yang lain.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai