id
SKRIPSI
Disusun oleh
SHANTI DYAH PUSPA RATRI
C0106047
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Disusun oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sastra Daerah
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Disusun Oleh:
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Anonim
“Sesuatu yang belum kita kerjakan, seringkali nampak mustahil, kita baru yakin
Evelyn Underhill
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
4. Almamater
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala
untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra jurusan Sastra Daerah di Fakultas Sastra
berkat bantuan dari beberapa pihak, maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra beserta staf yang
ini.
Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberi motivasi
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Bapak dan Ibu dosen jurusan Sastra Daerah yang telah memberi bekal
11. Teman-teman Sastra Daerah angkatan 2006. Terima kasih untuk cerita
diingatanku.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan serta bantuan yang
“Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, penulis menyadari sepenuh hati akan
makna peribahasa itu, bahwa tak ada sesuatu yang tak sempurna. Untuk itu, segala
saran dan kritik yang membangun dengan senang hati penulis harapkan demi
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… ii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………… iv
HALAMAN MOTTO………………………………………………………. v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xv
ABSTRAK……………………………………………………………......... xvi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Batasan Masalah………………………………………………..... 6
C. Permasalahan…………………………………………………….. 7
D. Tujuan Permasalahan…………………………………………….. 7
E. Manfaat Penelitian………………………………………………... 8
F. Sistematika Penulisan…………………………………………...... 9
A. Tradisi Lisan……………………………………………………… 10
B. Folklor…………………………………………………………….. 11
C. Cerita Rakyat……………………………………………………… 17
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Upacara Tradisional……………………………………………… 19
G. Makna Simbolik………………………………………………….. 21
H. Fungsi Mitos……………………………………………………… 22
I. Pendekatan Folklor……………………………………………..... 24
B. Lokasi Penelitian………………………………………………..... 26
C. Bentuk Penelitian………………………………………………… 26
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………. 31
1. Kondisi Geografis………………………………………….... 31
2. Kondisi Demografis…………………………………………. 32
4. Tradisi Masyarakat……………………………………………. 37
C. Fungsi Mitos……………………………………………………… 64
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dunia…………………………………………………… 66
BAB V PENUTUP………………………………………………………… 84
A. Kesimpulan……………………………………………………..... 84
B. Saran……………………………………………………………… 86
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 88
LAMPIRAN…………………………………………………………..…… 90
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
ha : Hekto are/hektar
km : Kilometer
m : Meter
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sinopsis…………………………………………………….. 91
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Shanti Dyah Puspa Ratri. C 0106047. Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional
Perang Obor di Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara,
Propinsi Jawa Tengah (Tinjauan Folklor). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
serta nilai guna dari folklor yang diteliti. Analisis simboliknya menggunakan
analisis budaya, untuk mencari makna dari simbol-simbol yang ada pada
penelitian. Peneliti juga menggunakan analisis fungsi pelaku berdasarkan teori
Vladimir Propp.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, (1) Kondisi geografis Desa
Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara jawa Tengah ini termasuk
wilayah bagian utara. Daerah ini digunakan masyarakat sebagai tempat
pemukiman, pertanian, tegalan, industri kayu ukir, dan lain-lain. Pendidikan
masyarakat Tegalsambi terbilang masih rendah kualitas dan partisipasi
masyarakat dalam pendidikan,. (2) Cerita rakyat Perang Obor ini merupakan mite
karena ditokohi oleh dua orang manusia yaitu Kiai Babadan dan Ki Gemblong.
Kiai Babadan dan Ki Gemblong yang saling berperang menggunakan obor
kemudian dampak dari peperangan mereka dijadikan suatu kepercayaan oleh
warga Tegalsambi pada saat itu. (3) Akibat adanya peristiwa perang obor, muncul
kepercayaan / mitos yang dijadikan landasan warga setempat untuk tidak
melanggar larangan-larangan dalam pelaksanaan Upacara Tradisional Perang
Obor. Masyarakat menganggap bahwa semua itu adalah warisan leluhur yang
perlu dijaga dan dilestarikan. (4) Dalam pelaksanaan Upacara Tradisional Perang
Obor menggunakan sesaji yang kemudian diletakkan di tempat-tempat yang
diyakini sebagai tempat persinggahan arwah leluhur mereka. Tiap-tiap sesaji
memiliki makna simbolik yang mengandung tentang pesan kebaikan sebagai
pedoman dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. (5) Nilai guna yang
terkandung dalam Cerita Rakyat Perang Obor yaitu sebagai cermin atau proyeksi
angan-angan pemiliknya, alat pengesah pranata dan lembaga kebudayaan, alat
pendidikan, dan lain-lain.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional Perang Obor pelaku dalam cerita rakyat perang obor? (3) Mitos apa saja yang
di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan terkandung di dalam pelaksanaan Upacara Tradisional Perang
Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah Obor? (4) Apa makna simbolik sesaji dalam pelaksanaan
(Tinjauan Folklor) Upacara Tradisional Perang Obor? (5) Fungsi apa saja yang
terdapat pada Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional Perang
Shanti Dyah Puspa Ratri1
Obor bagi masyarakat pemiliknya? Penelitian ini bertujuan (1)
Drs. Aloysius Indratmo, M.Hum2
Siti Muslifah, S.S, M.Hum3 Mendeskripsikan profil masyarakat Desa Tegalsambi (2)
mendeskripsikan bentuk dan asal-usul Cerita Rakyat Perang
Obor, serta menganalisis struktur fungsi pelaku dalam Cerita
ABSTRAK Rakyat Perang Obor (3) Mendeskripsikan mitos-mitos apa saja
yang terdapat dalam pelaksanaan Upacara Tradisional Perang
2010. Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional Perang Obor Obor (4) Mendeskripsikan makna simbolik sesaji dalam
di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten pelaksanaan Upacara Tradisional Perang Obor (5)
Jepara Propinsi Jawa Tengah (Tinjauan Folklor). Skripsi: Mendeskripsikan fungsi Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional
Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Perang Obor bagi warga desa pemiliknya.
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Teori yang digunakan adalah teori folklor, karena bentuk
Alasan yang melatarbelakangi penelitian ini karya sastra sebagian lisan merupakan bagian dari folklor.
adalah berangkat dari suatu kondisi warisan budaya yang Dikatakan sebagian lisan karena dalam penelitian ini terdapat
dapat punah apabila tidak dilestarikan. Maka diperlukan cerita rakyat yang berbentuk lisan, dan upacara tradisional yang
adanya penggalian terhadap budaya tersebut guna berbentuk bukan lisan. Penelitian terhadap cerita rakyat Perang
menghindari kelenyapan, karena setiap cerita rakyat Obor di Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten
mengandung pemahaman yang bisa memberikan manfaat Jepara, Jawa Tengah menggunakan Tinjauan Folklor.
dalam kehidupan manusia. Metode penelitian yang dilakukan untuk mencapai
Disamping cerita rakyat Perang Obor sarat dengan tujuan dari penelitian ini adalah lokasi penelitian yang berada di
nilai moral, juga terdapat upacara tradisional Perang Obor Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa
sebagai realisasi adanya cerita rakyat tersebut yang Tengah. Jenis penelitian ini adalah penelitian folklor, bentuk
diyakini kebenarannya oleh masyarakat pemiliknya. penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) primer yaitu informan atau narasumber, sumber data sekunder
Bagaimana profil masyarakat Desa Tegalsambi? (2) berupa Upacara Tradisional Perang Obor, sumber tertulis
Bagaimana bentuk dan asal-usul serta analisis fungsi mengenai teks Cerita Rakyat Perang Obor dari Dinas Pariwisata
Jepara, alat perekam, dan kamera. Data primer yaitu Cerita
1
Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0106047 Rakyat Perang Obor, dan data sekunder yaitu informan serta
2
Dosen Pembimbing I hasil pengamatan dari tradisi Upacara Tradisional Perang Obor.
3
Dosen Pembimbing II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Teknik dengan pengumpulan data dengan observasi pedoman dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. (5)
langsung, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis Nilai guna yang terkandung dalam Cerita Rakyat Perang Obor
data menggunakan cara pengumpulan data kepada para yaitu sebagai cermin atau proyeksi angan-angan pemiliknya,
informan, kemudian menggunakan analisis folklor untuk alat pengesah pranata dan lembaga kebudayaan, alat pendidikan,
mendeskripsikan bentuk, isi, mitos, serta nilai guna dari dan lain-lain.
folklor yang diteliti. Analisis simboliknya menggunakan
analisis budaya, untuk mencari makna dari simbol-simbol
yang ada pada penelitian. Peneliti juga menggunakan
analisis fungsi pelaku berdasarkan teori Vladimir Propp.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, (1) Kondisi
geografis Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan
Kabupaten Jepara jawa Tengah ini termasuk wilayah
bagian utara. Daerah ini digunakan masyarakat sebagai
tempat pemukiman, pertanian, tegalan, industri kayu ukir,
dan lain-lain. Pendidikan masyarakat Tegalsambi
terbilang masih rendah kualitas dan partisipasi masyarakat
dalam pendidikan,. (2) Cerita rakyat Perang Obor ini
merupakan mite karena ditokohi oleh dua orang manusia
yaitu Kiai Babadan dan Ki Gemblong. Kiai Babadan dan
Ki Gemblong yang saling berperang menggunakan obor
kemudian dampak dari peperangan mereka dijadikan
suatu kepercayaan oleh warga Tegalsambi pada saat itu.
(3) Akibat adanya peristiwa perang obor, muncul
kepercayaan / mitos yang dijadikan landasan warga
setempat untuk tidak melanggar larangan-larangan dalam
pelaksanaan Upacara Tradisional Perang Obor.
Masyarakat menganggap bahwa semua itu adalah warisan
leluhur yang perlu dijaga dan dilestarikan. (4) Dalam
pelaksanaan Upacara Tradisional Perang Obor
menggunakan sesaji yang kemudian diletakkan di tempat-
tempat yang diyakini sebagai tempat persinggahan arwah
leluhur mereka. Tiap-tiap sesaji memiliki makna simbolik
yang mengandung tentang pesan kebaikan sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pun tidak bisa melepaskan tradisi atau kebudayaan yang melekat pada dirinya
begitu saja. Mereka tetap memegang teguh warisan leluhur yang sudah turun
temurun dan menjadi suatu tradisi yang bernilai tinggi. Tradisi warisan leluhur
Folklor merupakan bagian dari kebudayaan berupa karya sastra yang lahir
dan berkembang dalam masyarakat tradisional. Karya sastra merupakan hasil dari
kreativitas manusia baik secara tertulis maupun secara lisan berisi tentang
misalnya prosa, cerita pendek, cerita bersambung, novel dan lain-lain, sedangkan
karya sastra lisan adalah karya sastra yang diwariskan turun-temurun secara lisan,
dan salah satu jenis karya sastra lisan adalah cerita rakyat.
daerah Jepara. Jepara merupakan salah satu kabupaten provinsi Jawa Tengah yang
cerita rakyat Perang Obor. Cerita rakyat Perang Obor masih relevan dan
commitObor
Kabupaten Jepara. Cerita rakyat Perang to user
adalah objek dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
lisan dari mulut ke mulut. Sastra lisan berfungsi sebagai alat untuk menghibur dan
sebagai karya yang mengandung hal yang berguna. Horace (dalam Depdikbud, 7 :
1996) mengatakan bahwa sastra lisan berfungsi dulce et utile (sweet and useful).
kegembiraan, kepuasan, atau kelegaan pada hati pendengar. Sastra lisan sebagai
yang bersangkutan. Cerita rakyat bersifat anonim. Maksudnya, dalam cerita rakyat
masa, bahkan dari penuturan satu ke penuturan lain dalam waktu yang berbeda,
meski dari kelompok atau individu yang sama. Hal tersebut disebabkan karena
penuturnya tidak mampu mengingat seluruh isi cerita secara urut dan lengkap
cerita yang dituturkannya itu, lalu diganti atau diubahnya dengan bagian hasil
rekamannya sendiri.
Menurut cerita yang berkembang, asal mula cerita rakyat Perang Obor
kerbau yang digembalanya. Di desa Tegalsambi terdapat seorang petani kaya raya
kerbau dan sapi. Namun karena tidak bisa mengurusnya, maka Kiai Babadan
kerbau dan sapinya menjadi kurus-kurus dan sakit, bahkan mulai ada yang mati.
Babadan mengetahui apa yang menyebabkan ternaknya menjadi sakit, tak lain
semacam itu Kiai Babadan marah besar. Kiai Babadan menemui Ki Gemblong
Gemblong tidak tinggal diam. Dia merampas obor yang dibawa Kiai Babadan
untuk balas memukul Kiai Babadan, sehingga terjadilah Perang Obor yang apinya
jerami di dekat kandang ternak. Kobaran api tersebut mengakibatkan ternak yang
berada di kandang lari tunggang langgang dan tanpa diduga ternak yang tadinya
sakit akhirnya menjadi sembuh. Mereka heran dengan keadaan tersebut, bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
ternak yang semula sakit tiba-tiba menjadi sembuh. Mengetahui kenyataan seperti
kehidupan sehari-hari. Nilai moral yang paling menonjol dalam cerita rakyat
Perang Obor adalah pentingnya sikap tanggungjawab. Hal ini terutama yang
Perang Obor. Upacara tersebut dimaksudkan untuk mengusir segala ruh jahat
yang mendatangkan penyakit. Pada saat sekarang upacara tradisional Perang Obor
digunakan sebagai sarana sedekah bumi, untuk ungkapan rasa syukur warga Desa
Tegalsambi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara tradisional ini diadakan
setahun sekali, yaitu Senin Pahing malam Selasa Pon pada bulan Besar
erat dengan kepercayaan yang sulit dilepaskan dan dilupakan begitu saja oleh
masyarakat setempat.
Budaya warisan lisan akan punah apabila tidak dijaga dan dilestarikan.
cerita rakyat dan upacara tradisional Perang Obor dalam penelitian ini. Karena
tersebut terkandung maksud tertentu antara lain sebagai upaya untuk lebih
Penulisan penelitian cerita Rakyat Perang Obor ini, diharapkan agar lebih
memasyarakat atau dikenal lebih luas. Jadi, bukan hanya dikenal masyarakat
Jepara atau Jawa Tengah saja. Upacara tradisional Perang Obor merupakan tradisi
masyarakat Desa Tegalsambi yang sangat unik dan memiliki ciri khas. Cara
permainannya yaitu, para pemain saling memukul dengan menggunakan dua atau
tiga bendel pelepah kelapa kering yang bagian dalamnya diisi dengan daun
pisang. Obor yang telah tersedia dinyalakan bersama untuk dimainkan / digunakan
beragama menghapus ajaran budaya dan adat istiadat yang ada kaitannya dengan
cerita rakyat dan upacara tradisional Perang Obor. Hal tersebut merupakan bukti
Tanggapan positif dapat dilihat dari adanya tradisi upacara tradisional Perang
Obor. Warga saling gotong royong mempersiapkan acara tersebut hingga selesai
acara. Selain itu, rasa kebersamaan pun juga terlihat ketika warga berkumpul di
dilestarikan agar tidak punah terkikis oleh budaya modern. Penelitian ini
kebudayaan daerah.
B. Batasan Masalah
ini membatasi masalah isi, fungsi mitos, makna simbolik, serta nilai guna dalam
Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional Perang Obor. Langkah awal yakni dengan
mengkaji bentuk, isi, serta analisis fungsi pelaku cerita rakyat Perang Obor.
Langkah kedua yaitu menganalisis fungsi mitos dalam Cerita Rakyat dan Upacara
masalah selanjutnya yakni menelaah nilai guna yang terdapat dalam Cerita Rakyat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
C. Permasalahan
Supaya penelitian ini terfokus, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai
berikut:
Kabupaten Jepara?
2. Bagaimanakah bentuk dan asal-usul, serta analisis fungsi pelaku cerita rakyat
Perang Obor?
Perang Obor?
Perang Obor?
5. Nilai guna apa saja yang terdapat pada Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional
D. Tujuan Penelitian
Merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena
dengan tujuan itulah dapat diketahui apa yang hendak dicapai atau diharapkan.
Kabupaten Jepara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
E. Manfaat Penelitian
Dalam hal manfaat yang berkaitan dengan penelitian ini dilihat dari obyek
kajian, batasan masalah, serta tujuan yang dicapai, hasil yang hendak dicapai
dalam penelitian adalah sebuah laporan penelitian yang berisi deskripsi tentang
Jepara. Oleh sebab itu, manfaat penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua,
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang dicapai dari penelitian ini adalah (a) secara
untuk dapat mengetahui bentuk dan isi yang terkandung dalam Cerita Rakyat
dan Upacara Tradisional Perang Obor, (b) sebagai ajaran dan fungsi bagi
wawasan dan dapat dijadikan sebagai sumber ilmu bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
Obor sebagai salah satu aset lisan dan tradisi Nusantara, (b) untuk kesempatan
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini meliputi lima bab. Kelima bab tersebut
penulisan.
Bab II Landasan Teori. Dalam penelitian ini berisi teori-teori yang berupa
analisis fungsi pelaku oleh Valdimir Propp, pengertian cerita rakyat, bentuk cerita
rakyat, nilai guna folklor, penegrtian upacara tradisional, makna simbolik, fungsi
Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi Metode penelitian sastra lisan,
lokasi penelitian, bentuk penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik
bentuk dan asal-usul cerita rakyat Perang Obor, analisis fungsi pelaku, fungsi
mitos, makna simbolik sesaji, dan nilai guna cerita rakyat Perang Obor.
Bab V Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran. Pada akhir tulisan ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
maka dalam suatu penelitian sebaiknya berpegangan pada suatu paham atau teori
tertentu, sehingga arah dan tujuan dari penelitian akan lebih jelas dan mudah
untuk dikaji.
A. Tradisi Lisan
pewarisan yang khas. Tradisi lisan adalah warisan leluhur Jawa yang abadi.
Sebuah mutiara kultur leluhur yang hampir terlupakan oleh banyak orang, namun
tetap bertahan. Tradisi itu ada, lestari, hidup, berkembang, tanpa paksaan dan
justru tradisi lisan berkembang pesat. Selanjutnya pada saat mesin cetak
primer. Yakni, tradisi lisan yang belum bersentuhan dengan tradisi lain. Tradisi ini
dapat dikatakan masih murni pada akar kolektif. Namun, tradisi lisan primer pun
commit to usermereka.
menyuarakan apa saja, menurut sepengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
ditekankan. Tradisi lisan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek proses dan
produk. Sebagai produk, tradisi lisan merupakan pesan lisan yang didasarkan pada
pesan generasi sebelumnya. Tradisi lisan sebagai proses, berupa pewarisan pesan
melalui mulut ke mulut sepanjang waktu hingga hilangnya pesan itu. Pesan tradisi
memang sangat beragam. Pesan itu berkaitan dengan karakteristik tradisi lisan.
Dari sini muncul sekurang-kurangnya tiga hal, yang berhubungan dengan ciri
tradisi lisan (Endraswara, 2005 : 4) yaitu : (1) tak reliabel, artinya tradisi lisan itu
cenderung berubah-ubah, tak ajeg, dan rentan perubahan, (2) berisi kebenaran
terbatas, tradisi lisan hanya memuat kebenaran intern, dan tak harus bersifat
universal, (3) memuat aspek-aspek historis masa lalu. Dengan kata lain, tradisi
lisan akan terjadi apabila ada kesaksian seseorang secara lisan terhadap peristiwa.
Kesaksian itu diteruskan orang lain secara lisan pula, sehingga menyebar kemana
lisan.
B. Folklor
diwariskan turun temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional
dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai
dengan gerak isyarat / alat pembantu pengingat. Folklor bukan terbatas pada
1997 : 2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
penyebarannya melalui tutur kata atau lisan. Oleh sebab itu ada yang
disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh
3. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau
4. Folklor bersifat anonym, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa cerita rakyat telah menjadi milik
masyarakat pendukungnya.
ulangan dan mempunyai pembukuan dan penutupan yang baku. Gaya ini
terpendam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
8. Folklor menjadi milik bersama dari suatu kolektif tertentu. Dasar anggapan
9. Folklor bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatan kasar, terlalu
folklor dan mana yang bukan. Apabila karya budaya memenuhi sebagian ciri di
atas, maka karya tersebut masuk kategori folklor. Jan Harold Brunvand, seorang
ahli folklor dari Amerika Serikat menggolongkan folklor ke dalam tiga kelompok
besar berdasarkan tipenya: (1) folklor lisan (verbal folklore), (2) folklor sebagian
lisan (partly verbal folklore), (3) folklor bukan lisan (non verbal folklore). (dalam
Teori mengenai folklor sebagai bagian dari tradisi lisan dikemukakan oleh
banyak ahli. Vladimir Propp adalah seorang peneliti sastra yang berasal dari
Jerman., objek penelitian Propp adalah cerita rakyat. Propp (1987: 93-98)
menyimpulkan bahwa semua cerita yang diselidiki memiliki struktur yang sama.
Artinya, dalam sebuah cerita para pelaku dan sifat-sifatnya dapat berubah, tetapi
fungsi-fungsi yang ada pada cerita rakyat, yang maksimal memiliki 31 fungsi.
Sebelum memasuki persoalan asal-usul cerita rakyat, terlebih dulu harus dapat
mencari jawaban pada persoalan apakah yang digambarkan oleh cerita rakyat itu
sendiri.
Fungsi-fungsi pelaku tersebut mengikuti susunan cerita dalam cerita rakyat. Untuk
setiap fungsi diberi: (1) ringkasan isinya; (2) definisi ringkas di dalam satu
(1987 : 28)
7. Korban terpedaya dengan tipuan itu dan tanpa sadar membantu musuhnya
8.a. Seorang anggota keluarga kekurangan sesuatu atau ingin memiliki sesuatu
diminta atau diperintah, diizinkan untuk pergi atau menjadi utusan (definisi:
↑).
12. Pahlawan diuji, ditanya, diserang, dan lain-lain, yang membuka jalan untuk
donor (definisi: reaksi pahlawan, lambang: E). reaksi pahlawan bisa positif,
14. Pahlawan menerima alat sakti (definisi: penerimaan alat sakti, lambang: F).
15. Pahlawan dipindahkan, dan diantar ke tempat terdapatnya objek yang dicari
23. Pahlawan yang tidak dikenali tiba di rumah / di negerinya atau di negeri lain
25. Pahlawan diserahi tugas sulit (definisi: tugas sulit, lambang: M).
Ex).
lambang: T).
31. Pahlawan menikah dan naik tahta (definisi: pernikahan, lambang: W).
dibuat kerangka urutan fungsi dan variasi tindakannya. Fungsi yang dimaksud di
3. Lingkungan pembantu/penolong
6. Lingkungan hero
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
C. Cerita rakyat
bahwa cerita rakyat adalah cerita lisan sebagai bagian dari folklor dan merupakan
bagian persediaan cerita yang telah mengenal huruf maupun belum. Di dalam
bahasa Inggris, cerita rakyat disebut dengan istilah folktale adalah sangat inklusif.
Secara singkat dikatakan bahwa cerita rakyat merupakan jenis cerita yang hidup di
Cerita rakyat sebagai bagian dari folklor merupakan bagian dari persediaan
cerita yang telah lama hidup dalam tradisi suatu masyarakat. Cerita rakyat itu
berada dalam beberapa generasi, berkenaan dengan masa lalu. Selain itu pula
mengandung survival, yaitu sesuatu yang masih terdapat dalam budaya masa kini
1981 : 17).
atau merupakan suatu hasil rekaman semata yang terdorong oleh keinginan untuk
menyampaikan pesan atau amanat tertentu, atau merupakan suatu upaya anggota
masyarakat untuk memberi atau mendapatkan hiburan atau sebagai pelipur lara
rakyat adalah salah satu peninggalan atau warisan budaya yang diturunkan dari
disebarkan dari mulut ke mulut dalam bentuk bahasa prosa. cerita berfungsi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga
1. Mite (myth)
serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para Dewa
atau makhluk setengah Dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia
yang bukan seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau.
2. Legenda (legend)
Legenda (Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh
3. Dongeng (folktale)
oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun
tempat. Dongeng juga merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran
fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk
3. Alat pendidikan.
Dari fungsi di atas berarti mengarahkan bahwa folklor memang penting bagi
kehidupan.
F. Upacara Tradisional
segala ancaman yang datang dari lingkungan hidupnya. Untuk itu, manusia secara
(Syamsuddin, 1985 : 1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
bersama. Upacara tradisional itu merupakan bagian yang integral dari kebudayaan
dapat mengalami kepunahan bila tidak memiliki fungsi sama sekali dalam
simbol yang berperan sebagai alat komunikasi antar manusia, dan juga menjadi
anggota masyarakat terhadap aturan dalam bentuk upacara tradisional itu disertai
keseganan atau ketakutan mereka terhadap sanksi yang bersifat sakral magis.
sosial yang tidak tertulis. Upacara tradisional wajib dikenal dan diketahui oleh
masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
G. Makna Simbolik
simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai dengan unsur-
unsur simbolik. Kata simbol berasal dari bahasa Yunani, symbolos yang berarti
tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol atau
lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan pengantara pemahaman
penting ialah dayanya. Simbol / lambang itu tidak hanya menunjukkan sesuatu
bagi manusia pendukungnya tidak sekedar makna, tetapi ia mengandung arti apa
Simbol-simbol ritual ada juga yang berupa sesaji (dalam penelitian ini).
Sesaji merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku agar
lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya pendekatan diri melalui sesaji
juga merupakan sarana untuk “negosiasi” spiritual kepada hal-hal gaib. Hal ini
diharapkan ruh tersebut akan jinak, dan mau membantu hidup manusia (Suwardi
itu merupakan upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
H. Fungsi Mitos
Salah satu dari semua gejala kebudayaan, yang paling sulit didekati
dengan analisis logis semata-mata adalah mitos. Mitos lebih terjelma dalam
sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku mereka, yaitu taat kepada larangan
atau suruhan yang berhubungan erat dengan cerita-cerita itu. Pada dasarnya mitos
adalah anggapan atau kepercayaan terhadap suatu hal yang berkaitan dengan
Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu
kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat dituturkan, tetapi juga dapat
2007 : 37). Melalui mitos, manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam
sukunya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
2. Mitos memberi jaminan bagi masa kini. Pada musim semi misalnya bila
diperagakan dalam sebuah tarian, bagaimana pada jaman dulu para dewa
dewasa ini.
dengan fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam alam pikiran modern,
Mitos yang diyakini oleh suatu masyarakat, hidup dalam alam pikiran
manusia sebagai konsep yang abstrak dan sebagai persepsi atau imajinasi manusia
bagian dari kehidupan manusia, sehingga mitos secara sadar akan terefleksi ke
dalam hasil karya budaya manusianya, khususnya pada karya sastra masyarakat
yang bersangkutan.
keberanian, sopan santun, dan lain-lain. Mitos merupakan suatu cerita yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
I. Pendekatan Folklor
Ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dari objek
persiapan yang matang. Apabila hal ini tidak dilakukan, maka usaha
2. Penelitian di Tempat.
hendak diteliti atau paling sedikit dengan para informan. Tahap ini
maka sebagai peneliti harus jujur, rendah hati, dan tidak bersikap
Pada setiap naskah koleksi folklor harus mengandung tiga macam bahan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Aspek-aspek yang diangkat dalam penelitian sastra lisan meliputi tiga hal:
(1) mengkaji asal-usul sastra lisan, yang mengungkap dari mana sastra itu lahir,
transformasinya; (2) mengkaji pesan dan makna sastra lisan, yaitu nilai-nilai apa
(3) mengkaji fungsi sastra lisan, antara lain untuk kontrol sosial politik, mendidik
B. Lokasi Penelitian
berjarak 4 km dari pusat kota. Di desa tersebut terdapat tradisi upacara tradisional
yang sangat unik, yaitu upacara tradisional Perang Obor yang selalu dinanti-nanti
oleh warga Desa Tegalsambi khususnya, dan masyarakat Jepara pada umumnya.
C. Bentuk Penelitian
terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar, bukan dalam bentuk angka-angka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
ditafsirkan oleh subjek (Nyoman Kutha Ratna, 2004 : 47). Dalam penelitian
kualitatif folklor yang diutamakan adalah penyajian hasil melalui kata-kata atau
fenomena budaya.
a. Sumber Data
Sumber data terdiri atas dua jenis, yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang dalam hal
ini adalah informan, yaitu warga terpilih yang mengetahui cerita tersebut. Sumber
data sekunder adalah sumber data penunjang penelitian yang dalam hal ini adalah
upacara tradisional, artikel oleh Dinas Pariwisata Jepara, alat perekam, dan
kamera.
b. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah Cerita Rakyat dan Upacara
Tradisional Perang Obor hasil wawancara dengan informan. Data sekunder berupa
keterangan atau data yang terambil dari artikel oleh Dinas Pariwisata Jepara,
5. Perangkat Desa
a. Observasi langsung
yang terjadi.
b. Wawancara
tidak terstruktur, yang dilakukan dengan suasana akrab dan terbuka, pelaksanaan
2007:190)
c. Dokumentasi
gambar lainnya yang dapat digunakan untuk memperkuat data yang ada. Alat-alat
yang digunakan untuk memperoleh dokumen dalam penelitian ini adalah kamera
d. Content Analysis
memanfaatkan prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku
Melalui content analysis data yang diperoleh secara cermat untuk dapat
diambil kesimpulan mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini, serta hal-
hal penting yang menjadi pokok persoalan penelitian. Dengan demikian analisis
mendeskripsikan bentuk dan isi, mitos, serta fungsi dari folklor yang diteliti.
fungsi berdasarkan teori Vladimir Propp dalam buku Morfologi Cerita Rakyat
yang dialih bahasakan oleh Noriah Taslim. Teori Vladimir Propp ini terdiri dari
adalah mengolah data dan menganalisa data. Di dalam penelitian ini pengolahan
menganalisa data dipergunakan teknik analisis kualitatif, yaitu suatu analisis yang
berdasarkan pada hubungan sebab akibat dari fenomena sejarah dalam waktu dan
situasi tertentu. Dari analisis data itu akan dihasilkan suatu tulisan yang bersifat
deskriptif analisis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Kondisi Geografis
geografis wilayah, desa Tegalsambi berada di sebelah selatan Ibu kota Kabupaten
Kabupaten Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibu Kota Kecamatan 6 Km, dan ke Ibu
kota Kabupaten 4 Km/mil laut. Untuk menuju desa Tegalsambi dapat ditempuh
pantai 500 m. Luas lahan yang ada terbagi dalam beberapa peruntukan, dapat
ekonomi, dan lain-lain. Desa Tegalsambi berdampingan atau dibatasi oleh desa
Sebelah Barat : Desa Teluk Awur dan Pantai Utara Bagian Barat
Secara topografi, Desa Tegalsambi dapat dibagi dalam dua wilayah, yaitu
wilayah pantai dan wilayah dataran rendah di bagian barat dan wilayah dataran
2. Kondisi Demografis
Tegalsambi yang tercatat secara administrasi berjumlah 4283 jiwa yang terdiri
dari 2183 laki-laki (51 %) dan 2100 perempuan (49 %). Dengan demikian jumlah
perempuan.
Disamping itu komposisi penduduk juga berpengaruh sekali apabila dilihat dari
menurut usia dapat untuk melihat berapa besar usia penduduk yang termasuk usia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Tabel 1
kayu / ukir, yaitu 754 jiwa. Kegiatan di sektor pertanian dilakukan penduduk
dilakukan penduduk pada saat musim penghujan. Sedangkan untuk lahan tegalan
diupayakan dengan ditanami jagung dan ketela pohon, yang pada umumnya hasil
Tabel 2
1 Petani 214
2 Buruh tani 43
3 Peternakan 204
4 Pedagang 151
5 Wirausaha 258
8 Pensiunan 9
9 Tukang bangunan 8
12 Nelayan 65
13 Montir 19
14 Guru 51
JUMLAH 2060
yang paling menonjol adalah berupa toko-toko hasil kerajinan industri ukiran
kayu yang bisa dijumpai di sepanjang jalan desa, toko-toko, dan pasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
a. Pendidikan
kemajuan dan perkembangan bagi suatu daerah, karena hal tersebut sangat
berhubungan erat dengan sikap tingkah laku masyarakat di suatu daerah. Melalui
bukan tolak ukur kualitas tenaga kerja. Tingginya tingkat pendidikan penduduk di
pengetahuan masyarakat.
Tabel 3
1 TK 1 101
2 SD/MI 3 476
3 SMP/MTs 1 268
sarana peribadatan berupa masjid dan mushalla yang tersebar hampir di semua
RT. Meskipun ada yang berlainan agama, namun mereka hidup rukun dan
Tabel 4
1 Islam 4279 22
2 Kristen 4 -
Sekian banyak penduduk yang memeluk agama islam, ada sebagian yang
Desa Tegalsambi juga masih percaya akan adanya kekuatan supranatural dan
moyangnya. Kebiasaan itu antara lain selamatan atau upacara seperti diwujudkan
dalam selamatan daur hidup manusia yang meliputi kelahiran sampai kematian.
makhluk halus, kekuatan gaib, kekuatan sakti, dan sebagainya. Kepercayaan yang
Hal itu diwujudkan dengan cara setiap malam jumat Petinggi Tegalsambi
4. Tradisi Masyarakat
diliputi simbol-simbol.
dan mengikuti tata cara yang selalu dilakukan setiap tahunnya tetap dilaksanakan,
maka masyarakat Desa Tegalsambi akan dijaga keselamatannya serta diberi rizki
Puluhan, Nyatus, Nyewu, Methil Padi, Selamatan Sedekah Bumi (Perang Obor),
dan sebagainya.
dilaksanakan. Upacara methil padi ini dilaksanakan pada sore hari menjelang
selamatan selesai ditutup dengan do’a, maka tumpeng beserta ingkung ditinggal di
sawah sebagai persembahan dan ungkapan terima kasih kepada Dewi Sri yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
telah menjaga dan memelihara tanaman padi mereka. Keesokan harinya panen
upacara tradisional Perang Obor pada setiap tahunnya serta tradisi ziarah yang
masyarakat.
dongeng. Untuk mengetahui bentuk Cerita Rakyat Perang Obor, maka perlu
Mite memiliki ciri cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan kemudian
dewa, tempat terjadinya di tempat lain jauh dari masa purba. Legenda ditokohi
manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan seringkali
yang kita kenal kini, karena waktunya belum terlalu lampau. Sedangkan dongeng
adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh
warga selalu mengadakan upacara tradisional Perang Obor untuk menolak bala
lisan. Dikatakan sebagian lisan karena terdapat Cerita Rakyat Perang Obor yang
Obor dikatakan folklor bukan lisan, karena dalam upacara tersebut disertai
yang diadakan setiap satu tahun sekali. Tujuan diadakannya Upacara Tradisional
Perang Obor adalah sebagai sarana untuk memohon kepada Allah SWT agar
marabahaya. Dengan kata lain, Upacara Tradisional Perang Obor bertujuan untuk
sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur warga kepada Allah SWT.
UTPO) diadakan atas dasar kesepakatan warga Desa Tegalsambi. Dahulu, UTPO
diadakan pada hari Senin Pahing malam Selasa Pon di bulan Dzulhijah. Untuk
sekarang ini UTPO tetap diadakan pada hari Senin Pahing malam Selasa Pon,
namun bulannya disesuaikan dengan musim panen, karena UTPO dirayakan untuk
sedekah bumi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
dari generasi ke generasi berikutnya. CRPO dianggap benar oleh masyarakat Desa
Tegalsambi.
1. Informan 1
Di sini ada tokoh Mbah Kiai Babadan dan Kiai Gemblong. Mbah Babadan adalah
pendatang yang berasal dari Madura, dengan nama Pangeran Sindura. Sedangkan
Ki Gemblong saya kurang tahu profilnya, kenapa bisa disebut dengan sebutan
“Gemblong”. Namun menurut cerita yang ada, Ki Gemblong itu orangnya tinggi
besar berkulit putih. Mereka adalah murid-murid Mbah Dasuki. Mereka sedang
Kiai Babadan berkonsultasi kepada Mbah Dasuki atas kejadian yang menimpa
keteledoran Mbah Gemblong yang lalai. Mbah Babadan yang marah akibat ulah
Mbah Gemblong, lalu memukulkan obor kepada Mbah Gemblong. Pijaran api
Kalau kita ukur dengan logika, kerbau-kerbau yang tadinya lemas menjadi
lari tunggang langgang. Kerbaunya banyak banget yang lari. Ketika kandang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
sudah terbakar habis, kerbau-kerbau kembali pulang dan sudah sembuh. Sejarah
Bapak Sumarno)
2. Informan 2
“Kiai Babadan nggoleki pangone karo obor. Bareng ketemu iku Kiai
Gemblong jik sibuk nggolek iwak neng kali Kembangan. “lhawong kene wong
tuwa nggoleki kok sek setengah mati”. Lha terus obore dikebyokake neng Kiai
gemblong. Terus obore Kiai Babadan diroyok Kiai Gemblong ngge ngebyok Kiai
Babadan. Dadi kebyok-kebyokan iku asal mulane Kiai Babadan nggoleki Kiai
Gemblong iku ketemu. Dadi timbulnya Perang Obor iku asale ndok kana.. Fokuse
Terjemahan:
sungan Kembangan. “saya itu orang tua kok mencari kamu sampai capek”.
Ki Gemblong merebut obor tersebut dan balas memukul Kiai Babadan. Pukul
memukul itu asal mulanya Kiai Babadan yang menemukan Ki Gemblong. Jadi,
3. Informan 3
“Asal-usule Perang Obor, konon jaman dahulu kala… Mboh tahun pira…
Pada jaman dahulu kala ada seorang juragan namanya Kiai Babadan, karo
pangone Kiai Gemblong, ngono… Pada suatu hari, Kiai Gemblong punya
Pada waktu itu juragane kan ngamuk-ngamuk. Sampe larut malam tidak pulang-
pulang. Kiai Babadan pada waktu itu nggoleki Kiai Gemblong karo gawa obor.
Obor pada jaman semana kan ndak pakai minyak tanah, yaiku nganggo blarak.
Lha Kiai Babadan mbuktikake Ki Gemblong sedang sibuk mbakar iwak kali. Lha
niku juragane nesu. Terus Kiai Gemblong dikebyok. Kali pertama sing dikebyok
Kiai Gemblong, terus Kiai Gemblong ganti ngebyok Kiai Babadan, akhire
kebyok-kebyokan antara juragan karo pangone. Lha niku asal mulane Perang
Obor. Mboh tahun pira-pira bapak ndak tahu…” (wawancara dengan Bapak H.
Nur Salim)
Terjemahan:
Asal asul Perang Obor, konon zaman dahulu kala, entah tahun berapa.
Pada zaman dahulu kala ada seorang juragan yang bernama Kiai Babadan, dengan
membakar ikan yang ada di sungai. Pada waktu itu majikannya marah-marah,
pada waktu itu mencari Kiai Gemblong dengan membawa obor. Obor pada saat
itu tidak memakai minyak tanah, tapi menggunakan blarak. Kemudian Kiai
Marahlah sang juragan. Lalu Kiai Babadan memukul Ki Gemblong. Pertama kali
yang dipukul adalah Ki Gemblong, kemudian Kiai Gemblong balas memukul Kiai
Itulah asal usul Perang Obor. “Untuk tahun kejadiannya bapak tidak
mengetahui…”.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
4. Informan 4
”Awal mula cerita ini di mulai dari perselisihan dua orang, yaitu Kiai
Babadan sebagai juragan kaya yang punya ternak banyak dan Kiai Gemblong
suatu hari Kiai Babadan mencari Gemblong karena sampai sore belum pulang
membawa ternaknya, dan terus mencari dan baru ketemu di ladang sedang
membakar ikan. Lalu Kiai Babadan marah dan kebetulan di ladang tersebut
banyak blarak (daun kelapa kering yang jatuh). Lalu blarak tersebut dipukulkan
pada Gemblong yang pada waktu itu ngligo. Tidak terima Gemblung dipukuli,
Kiai Babadan membawa obor, karena hari sudah mulai gelap, dengan blarak yang
dibakar yang digunakan juga untuk memukul.” (wawancara dengan Bapak Hadi)
5. Informan 5
”asal mulanipun Perang Obor, ing Tegalsambi niki wonten tokoh Kiai
ternak. Nanging dangu-dangu kok Ki Gemblong sek mbeler, balike angon dalu.
Kiai Babadan iku mulai curiga, kok ternak-ternake dados kurus lan penyakitan.
Gemblong malah asik mbakar iwak ing pinggir kali. Kiai Babadan mboten nrima
ternakipun kok mboten dirumati. Kiai Babadan jelas nesu, he’e ra? Menika pas
Gemblong kaget lan mboten nrima. Direbut obor saking tanganipun Kiai
Babadan, trus ganti dikebyokake marang Kiai Babadan. Akhire dados perang-
Bapak Kamidi)
Terjemahan:
Asal mula Perang Obor, di Desa Tegalsambi ada tokoh bernama Kiai
itu berteman. Awal mulanya Ki Gemblong rajin dalam mengurus ternak. Tapi
lam- kelamaan Ki Gemblong menjadi malas, selalu pulang malam. Kiai Babadan
Ki Gemblong sedang asyik membakar ikan di pinggir sungai. Kiai Babadan tidak
marah. Kiai Babadan mencari Ki Gemblong saat malam hari dengan membawa
obor. Kiai Babadan yang terlanjur kecewa memukul Ki Gemblong dari belakang
dengan obor yang dibawanya. Ki Gemblong kaget tidak terima. Direbut obor dari
6. Suntingan teks:
Pada abad XVI Masehi. Pada waktu di desa Tegalsambi ada seorang
petani yang sangat kaya raya dengan sebutan “Mbah Kiai Babadan”. Beliau
sangat tekun dalam memelihara binatang – binatang tersebut, setiap pagi dan sore
tersebut tampak gemuk – gemuk dan sehat. Tentu saja Kiai Babadan merasa
Kembangan sambil asyik menyaksikan banyak ikan dan udang yang ada di sungai
tersebut, dan tanpa menyia-nyiakan waktu ia langsung menangkap ikan dan udang
tersebut yang hasil tangkapannya lalu di bakar dan dimakan dikandang. Setelah
kejadian ini hampir setiap hari Ki Gemblong selalu menangkap ikan dan udang,
kerbau dan sapinya menjadi kurus-kurus dan akhirnya jatuh sakit bahkan mulai
ada yang mati. Keadaan ini menyebabkan Kiai Babadan menjadi bingung, tidak
penyebab binatang piaraannya menjadi kurus –kurus dan akhirnya jatuh sakit,
tidak lain dikarenakan Ki Gemblong tidak lagi mau mengurus binatang – binatang
tersebut namun lebih asyik menangkap ikan dan udang untuk dibakar dan
dimakannya.
Melihat hal semacam itu Kiai Babadan marah besar, disaat ditemui Ki
diam, dengan mengambil sebuah obor yang sama untuk menghadapi Kiai
mana dan sempat membakar tumpukan jerami yang terdapat disebelah kandang.
Kobaran api tersebut mengakibatkan sapi dan kerbau yang berada di kandang lari
tunggang langgang dan tanpa diduga binatang yang tadinya sakit akhirnya
menjadi sembuh bahkan binatang tersebut mampu berdiri dengan tegak sambil
teks dari artikel Dinas Pariwisata Jepara, CRPO menceritakan tentang dua tokoh,
yaitu seorang petani kaya raya yang bernama Kiai Babadan dan penggembala
mereka berdua berteman baik. Ketika Kiai Babadan tidak bisa mengurus
ternak yang menjadi kurus-kurus dan sakit. Pada mulanya Kiai Babadan masih
menganggap wajar hal itu, namun keadaan semakin parah. Kemudian Kiai
daripada mengurus ternak. Kiai Babadan yang mengetahui hal tersebut marah
besar dan memukul Ki Gemblong dengan sebuah obor yang dibawanya ketika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
kemudian merampas obor dari tangan Kiai Babadan dan balas memukul dengan
isi CRPO:
2. Identitas Ki Gemblong
a) Seorang penggembala
4. Kinerja Ki Gemblong
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
menutupi kesalahannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
memiliki versinya sendiri baik dalam hal nama-nama tokoh, perwatakan, latar
cerita, dan alur cerita. Apabila struktur cerita rakyat Perang Obor dikaji dengan
teori fungsi pelaku dari Vladimir Propp, maka akan menghasilkan bentuk cerita
menggembalakan ternaknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
2. Pelanggaran, lambang: δ
Hewan yang tadinya gemuk-gemuk menjadi kurus dan sakit-sakitan, hal itu
3. Kejahatan, lambang: A
ternak-ternak Kiai Babadan menjadi tak terurus dan sakit. Tentu saja hal itu
4. Penipuan, lambang: η
5. Muslihat, lambang: θ
merugikannya.
kurus dan ada yang mati, karena Ki Gemblong tidak mau mengurusnya lagi.
Sebagai pemilik ternak, Kiai Babadan tidak terima atas apa yang terjadi pada
Gemblong yang tidak terima dengan perlakuan tersebut balas memukul Kiai
Gemblong.
7. Pertarungan, lambang: H
yang merasa terancam jiwanya merebut obor yang dibawa Kiai Babadan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
untuk ganti memukulnya. Akhirnya mereka saling berebut obor dan pukul
8. Hukuman, lambang: U
9. Pengakuan, lambang : Q
atau beberapa fungsi. Namun dari kesembilan fungsi pelaku dalam CRPO hanya
tersebut yaitu lingkungan aksi penjarah, dimana peristiwa dalam CRPO terjadi di
sembilan fungsi. Namun, dalam CRPO tidak menggunakan unsur penjahat dan
majikan. Sang majikan mencari bawahannya yang belum pulang juga saat
sedang asyik membakar ikan di pinggir sungai. Kiai Babadan selaku majikan
pada hari Senin Pahing malam Selasa Pon pada bulan Dzulhijah, namun untuk
pelaksanaan sekarang ini disesuaikan dengan masa panen. Dalam pola berpikir
orang Jawa yang menganut tradisi warisan dari leluhur, ada keyakinan atau
kepercayaan terhadap apa yang dianggap hari keramat dan suci. Warga
Tegalsambi meyakini bahwa pada hari tesebut merupakan hari hilangnya wabah
yang harus dilaksanakan oleh warga Desa Tegalsambi. Kegiatan tersebut antara
lain:
a. Selamatan di punden-punden
makam para leluhur dan sesepuh pendiri Desa Tegalsambi. Selamatan ini
a.1. Senin Pahing (tiga puluh lima hari sebelum pelaksanaan UPTO), pada
waktu setelah Shalat Dhuhur atau kurang lebih pukul 12.30 WIB,
sawah ataupun tegalan. Pada saat itu, daerah tersebut belum mempunyai
doa bersama. Para perangkat desa dan warga datang ke punden sambil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
waktu dan tempat yang berbeda. Pelaksanaan pada punden yang satu
a.2. Jum’at Legi, pada waktu setelah Shalat Maghrib atau kurang lebih pukul
punden ini hanya berupa perempatan saja, tidak ada nisannya. Untuk
orang awam tidak akan ada yang tahu bahwa di perempatan tersebut
Gemblong.
a.3. Senin Wage, pada waktu setelah Shalat Dhuhur atau kurang lebih pukul
a.4. Jum’at Pon, setelah Shalat Dhuhur diadakan selamatan di tiga tempat
sekaligus, dan warga desa yang memiliki tanah di sekitar punden akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
Babadan adalah tokoh dalam Cerita Rakyat Perang Obor yang memiliki
sisi-Nya.
Penyembelihan kerbau dilakukan oleh modin dan dibantu oleh para perangkat
desa. Saat penyembelihan, darah yang mengalir dari leher kerbau ditampung
pada sebuah kuali kecil yang akan digunakan untuk perlengkapan sesaji.
Hasil penyembelihan yang digunakan untuk sesaji yaitu daging dan darahnya.
Khusus darah kerbau, hanya digunakan untuk sesaji di rumah Petinggi saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
Tegalsambi.
pernah dipakai untuk bekerja. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Desa
Petinggi, ruang penyimpanan pusaka desa, serta untuk acara wayang. Warga
yang dapat menjaga kelancaran acara UTPO, serta untuk menghormati para
leluhur.
wayang kulit tersebut adalah lakon Sri Sadana. Lakon Sri Sadana dimainkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
pada siang hari, dan itu merupakan tema wajib yang sudah ditentukan dan
merupakan tradisi warisan leluhur. Dikatakan tema wajib karena Sri Sadana
Dewi Sri, yaitu Dewi Padi yang dipercaya mampu menjadikan tanah
pertanian menjadi subur. Cerita wayang di siang hari selalu menyajikan kisah
Sri Sadana, yang menceritakan kembalinya Dewi Sri ke tanah Jawa dan
pertunjukan ini sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen dan sebagai
rasa terima kasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi) yang telah menjaga dan
merawat tanaman mereka. Pada malam hari setelah perang obor selesai
masjid desa, masjid Baituz Zakirin. Mereka membawa nasi lengkap dengan
lauk pauknya utnuk menggelar kenduri dan doa bersama. Warga duduk
para warga Desa Tegalsambi dari segala musibah dan malapetaka, serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
supaya dalam pelaksanaan UTPO dapat berjalan lancar tanpa adanya suatu
halangan apapun.
dilaksanakan oleh warga dari pagi hingga malam adalah UTPO. Upacara
telah siap maka UPTO siap dimulai. Kepala desa dengan memakai pakaian
adat Jawa berjalan menuju perempatan desa dengan didampingi oleh para
perangkat desa dan bayan leger yang membawa pusaka desa. Sedangkan para
panggung kehormatan.
desa, dilanjutkan acara sambutan dari Kepala Desa Tegalsambi, Camat, dan
menandakan bahwa perang obor sudah bisa dimulai. Sesaat kemudian para
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
peperangan.
pelepah daun kelapa kering (blarak). Selain itu juga dibutuhkan daun pisang
pelepah daun kelapa kering dengan daun pisang kemudian ditata dengan
Perang Obor dibagi menjadi empat bagian yang menyebar di empat penjuru
Untuk menjaga agar tidak terlalu panas jika terkena pijaran api, para
Selain sebagai penolak bahaya, adapun makna dari api obor tersebut
bahwa api merupakan lambang dari semangat. Api yang menyala membakar
tersebut. Para pemain dan perangkat desa berkumpul di rumah Petinggi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
berdoa bersama sebagai ungkapan rasa syukur bahwa segala kegiatan yang
khusus oleh ibu petinggi. Para penonton yang mengalami luka bakar dari
percikan api tersebut juga bisa mengobati lukanya. Obat tersebut sangat
Desa Tegalsambi. Untuk itu, warga bertanggung jawab atas segala pelaksanaan
terlibat yaitu Kepala Desa beserta perangkatnya, tokoh agama, serta organisasi
hari pelaksanaan, sarana dan prasarana, dan sebagainya. Yang terlibat dalam tahap
kemenyan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
terima kasih warga kepada Dewi Sri (Dewi Padi) yang telah menjaga padi
dan tanaman mereka. Yang terlibat dalam penyelenggaraan ini antara lain:
Tradisional Perang Obor. Yang terlibat dalam pelaksanaan ini antara lain:
desa berkumpul di rumah kepala desa untuk melakukan doa bersama dan
bersama. Yang terlibat dalam acara penutupan ini adalah semua warga yang
terlibat dari tahap awal upacara hingga puncak acara, antara lain:
3. Bupati Jepara
4. Modin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id
C. Fungsi Mitos
Cerita-cerita mitos diturunkan secara lisan dari satu generasi kepada generasi
yang ada, sehubungan dengan pelaksanaan UTPO. Mereka sadar bahwa ada
Warga Desa Tegalsambi percaya bahwa dengan adanya pelaksanaan UTPO, maka
warga bisa terhindar dari segala mara bahaya. Mitos-mitos yang dipercaya oleh
Salah satu mitos yang dipercaya warga Tegalsambi, bahwa di desa tersebut
ada sejenis makhluk ghaib berupa harimau. Harimau tersebut diakui sebagai
suara seperti auman harimau yang meminta sesajen. Warga menyebutnya Macan
Bumi. Jika sudah titi wancinya namun sesaji belum disiapkan, maka macan
Namun pemberian makan pada macan bumi hanya di saat ritual Perang Obor saja,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
jadi tidak setiap hari. Apabila pemberian makan pada macan bumi terlupakan,
Desa Tegalsambi, maka upacara tersebut tidak bisa dipisahkan dari agenda
tahun 1955 terjadi peristiwa petinggi Desa Tegalsambi yang berkuasa pada saat
itu bermaksud menghapus ritual tersebut. Menurut beliau UTPO dianggap syirik,
ritual yang sudah melekat dengan sengaja tidak dilaksanakan. Seketika itu, istri
akhirnya setahun berikutnya atas saran para sesepuh desa, petinggi tersebut
mengadakan UPTO. Seketika itu juga istri petinggi yang mendadak gila menjadi
sehat kembali. Semenjak kejadian tersebut, sampai sekarang tidak ada lagi
UTPO tidak bisa dilepaskan dengan api. Dalam ritual tersebut, kedua kubu
saling menyerang dengan menggunakan obor. Tentu saja akibat yang ditimbulkan
adalah luka bakar. Setelah para peserta melaksanakan perang obor, luka-luka
bakar yang diderita para pemain segera diolesi dengan minyak. Minyak oles yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
ketentuan bahwa peramu minyak haruslah ibu Petinggi sendiri, tidak boleh
Bahan yang digunakan untuk meramu obat adalah minyak kelapa yang
dicampur dengan bunga bekas doa selama satu tahun. Bunga bekas doa yang
dimaksud adalah bunga layon, yaitu bunga sisa dari pusaka desa yang selalu diberi
sesaji dengan membakar kemenyan dan bunga telon pada tiap-tiap malam Jum’at
oleh Kepala desa, seraya memohon keselamatan untuk warga Desa Tegalsambi.
Bunga tersebut dikumpulkan menjadi satu, setelah satu tahun / pada hari
pelaksanaan Upacara Tradisional Perang Obor hasil kumpulan bunga yang telah
layu tersebut dijadikan sebagai bahan dasar minyak penyembuh luka bakar.
percaya, jika warga dari desa lain menjadi peserta, maka akan mengancam
pada peristiwa yang pernah terjadi. Ada seorang warga luar desa Tegalsambi yang
nekat ingin menjadi peserta Perang Obor. Kemudian terjadilah hal yang tak
diinginkan, warga luar desa tersebut kesakitan karena terkena percikan api.
Dari beberapa mitos di atas, maka mitos memiliki nilai guna, antara lain:
sadar atau tidak sadar kehadirannya dapat dirasakan atau diketahui oleh
manusia. Terkait dengan mitos yang ada dalam UTPO, kekuatan gaib
di tiap perbatasan Desa yang dianggap “dihuni” oleh para leluhur Desa
fenomena yang terjadi di alam semesta. Fenomena alam yang terjadi pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
tersebut.
UTPO. Upacara tersebut diadakan satu tahun sekali, yaitu pada hari Senin
Bagi warga Desa Tegalsambi, ritual tersebut sebagai tolak bala dan
juga sebagai syukuran warga Desa setelah panen padi, agar tahun-tahun
dari marabahaya. Hal ini menjadikan mitos sebagai suatu perantara antara
baik dan mana yang buruk, serta mendidiknya untuk menjadi lebih baik.
yang benar dan menjadi milik mereka yang berharga, karena merupakan
sesuatu yang suci, bermakna dan menjadi contoh model bagi kehidupan
manusia.
pesan terselubung yang memberikan petunjuk tentang apa yang boleh dan dan
dijumpai baik disengaja atau tidak, masyarakat sering melanggar aturan yang
seharusnya dipatuhi. Oleh karena itu, melalui lambang disampaikan pesan agar
masyarakat selalu ingat apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan.
bentuk sesaji. Selain memiliki pesan tentang baik dan buruk, sesaji juga
1. Daging Kerbau
daging kerbau jantan muda, belum kawin, dan belum pernah digunakan untuk
2. Darah kerbau
hendaknya rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk rakyat hingga titik
darah penghabisan.
3. Pisang raja
akan hidup tentram dan bahagia jika antara pemimpin dan rakyatnya saling
bahagia.
4. Jajan pasar
semua yang ditanam menghasilkan panen yang baik dan melimpah sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
5. Kembang telon
Kembang telon terdiri dari bunga mawar, bunga kenanga, dan bunga
Tegalsambi. Telon berasal dari kata telu (tiga), dengan harapan agar meraih
tiga kesempurnaan dan kemuliaan hidup (tri tunggal jaya sampurna). Sugih
6. Kemenyan
7. Degan
Degan sebagai lambang air suci dari surga. Hal ini mempunyai makna
bahwa tidak ada manusia yang suci di dunia ini kecuali Tuhan Sang Pencipta
alam semesta.
8. Sega golong
bulat. Nasi ini melambangkan lumakuning kebulatan tekad, rasa, karsa, dan
9. Telur
Manusia terbentuk dari sperma dan ovum. Kemudian berbentuk janin dalam
rahim ibu. Rahim ibu sebagai perumpamaan cangkang telur. Ibu memegang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
kehidupan sang bayi. Maka tersirat pesan supaya kita berbakti pada orang tua,
pertimbangan.
11. Kemiri
Tuhan. Adanya kemiri dalam sesaji diharapkan agar permohonan warga akan
12. Gemblong
dengan baik tanpa halangan apapun. Selain itu, jadah mempunyai makna
13. Ketan
dekat dengan Tuhan dan diampuni segala dosa dan kesalahannya. Ketan
maksud disajikannya ketan adalah sebagai lambang kesucian hati orang yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
mengirim doa kepada arwah leluhurnya, agar selalu dekat dengan Tuhan dan
diampuni dosanya.
15. Sisir
kebaikan.
16. Kaca
Klasa bangka adalah tikar kecil yang terbuat dari daun pandan yang
dianyam. Klasa bangka biasanya digunakan untuk alas orang yang sudah
bahwa kehidupan di dunia ini tidak abadi. Semua manusia pada akhirnya
akan meninggal.
pokok dari taubat disamping meminta maaf dan menyesali perbuatan. Dengan
kupat, diharapkan akan ringan dan mudah bagi kita untuk mengakui
Air putih dalam kendi yang terbuat dari tanah, ini mempunyai maksud
20. Tumpeng
Tuhan. Dengan keyakinan, maka akan berhasil dan sukses. Begitu pula
dengan UTPO, dengan keteguhan iman dan yakin maka upacara tersebut akan
berjalan sebagai mana mestinya tanpa suatu halangan apapun, dan paling
Maksudnya dalam jenang ini terdapat dua warna yaitu abang dan putih.
Jenang abang adalah simbol benih dari ibu (biyung) dan jenang putih dari
ayah (bapa). Jenang abang putih merupakan lambang dari percampuran raga
antara Bapa dan Ibu. Percampuran ragawi yang diikat oleh rasa sejati, dan
jiwa yang penuh cinta kasih yang mulia, sebagai pasangan hidup yang seiring
bencana, subur makmur, gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta
raharja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
hati yang selalu sumeleh, lega lila lan legawa. Hatinya selalu berserah diri
23. Ingkung
24. Cengkaruk
Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk cerita yang hidup dalam
a. Sistem proyeksi
masyarakat dalam cerita ini, yaitu CRPO di Desa Tegalsambi dari generasi
budaya, dan agama. Mereka memandang tradisi adalah suatu ritual sebagai
warisan budaya turun temurun yang bisa diingat oleh anak cucu. Namun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
c. Alat pendidikan
antara lain:
kesanggupannya tersebut.
dihukum agar jera dan tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dalam CRPO tersirat adanya larangan dan aturan tentang yang harus
CRPO yang tergolong dalam folklor sebagian lisan juga terdapat bentuk
upacara sebagai tradisi yang merupakan bagian folklor bukan lisannya. UTPO
masih dilestarikan oleh warga Desa Tegalsambi. UTPO memiliki fungsi kaitannya
penyelenggaraannya terdapat nilai kerjasama dan gotong royong dengan rasa rela
karena mereka yakin bahwa proyek pekerjaan tersebut bermanfaat bagi mereka.
solidaritas yang tinggi antar umat beragama. Sebagai contoh, dalam proses
pembacaan doa lebih banyak menggunakan doa-doa yang bersifat islami, serta
masyarakat yang beragama non muslimpun tidak ada yang protes. Mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
Pelaksanaan UTPO dengan segala ritualnya memakan waktu kurang lebih satu
bulan sebelum acara puncak perang obor, yang dimulai dengan selamatan di
wayang, selamatan di masjid, dan acara puncak yaitu perang obor. Merupakan
suatu wahana hiburan yang sangat dinantikan oleh masyarakat setempat, selalin
sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga sebagai
Desa Tegalsambi.
Tegalsambi sebagai pemilik CRPO. Hal ini diharapkan membawa dampak positif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
pun di muka bumi ini yang tidak membutuhkan pertolongan dari yang
terpuji. Oleh karena itu, sikap tersebut perlu dilestarikan, karena sangat
gemuk. Kiai Babadan selaku pemilik ternak sangat senang atas kinerja
tugas yang telah disepakati dengan penuh kesadaran. Sadar akan resiko
mamah”, tidak ada hasil positif yang diambil dari seorang pemalas. Jika
Sesuatu yang berkilauan itu belum tentu emas. Bisa jadi itu
terkecoh dan tidak kuasa menahan nafsunya untuk lebih fokus mencari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id
ikan daripada mengurus ternak. Tanpa dia sadari, dia telah lalai dengan
cerita ini, pihak yang paling merasa dirugikan adalah Kiai Babadan
patuh, maka akan timbul rasa sayang, rasa kasih yang ikhlas. Tuhan
pasti akan ridho mencurahkan cinta kasih-Nya pada hamba yang patuh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
jawa Tengah ini termasuk wilayah bagian utara. Daerah ini digunakan
Perang Obor. Cerita Rakyat Perang Obor masuk ke dalam golongan folklor
berbentuk mite, yang dianggap oleh sang empunya cerita sebagai suatu
yang ada dalam cerita, yaitu Kiai Babadan dan Ki Gemblong. Sedangkan
dikatakan bukan lisan karena dalam Cerita Rakyat Perang Obor terdapat
sebuah pelaksanaan upacara tradisional sebagai tindak lanjut atas cerita yang
syukur warga Desa Tegalsambi kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
Tegalsambi, antara lain mitos auman macan bumi / siluman penunggu Desa
perang obor, mitos minyak obat penyembuh luka bakar, dan lain-lain. Adanya
mitos tersebut sebagai dampak munculnya legenda Perang Obor antara Kiai
dan hal-hal yang buruk, serta bermakna untuk meminta permohonan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain sebagai lambang memohon kepada Tuhan,
Tradisional Perang Obor berjalan lancar tanpa ada suatu halangan apapun.
5. Nilai Guna dari adanya Cerita Rakyat Perang Obor mampu memberikan hal-
hal yang bermanfaat bagi masyarakat, antara lain sebagai sistem proyeksi,
B. Saran
Cerita Rakyat Perang Obor merupakan salah satu dari sekian banyak
warisan leluhur yang harus dijaga. Cerita rakyat Perang Obor mengandung nilai
moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk bertindak. Begitu pula dengan
tradisi Upacara Tradisional Perang Obor yang merupakan warisan adat istiadat ini
kembali Cerita Rakyat Perang Obor kepada generasi berikutnya melalui cerita
berpangkal pada kehidupan modern, maka adat istiadat bangsa Indonesia ini akan
dapat mendangkalkan adat istiadat leluhur, terlebih pada generasi muda yang
masih belum kuat dan belum mampu mengantisipasi kedatangan budaya asing
melupakan sumber nilai-nilai luhur yang mengakar pada adat istiadat kebudayaan
bangsa kita. Apabila pergeseran nilai dibiarkan berlarut-larut, maka tidak mustahil
tradisi Upacara Tradisional Perang Obor akan dilupakan dan bahkan tidak dikenal
oleh generasi muda dan akhirnya akan hilang sama sekali. Oleh karena itu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
commit to user