SKRIPSI
Oleh :
G.331.17.0083
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2022
SURAT PERNYATAAN
bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari terbuktu pernyataan saya tidak benar, maka saya
METERAI
TEMPEL
E32BAJX892987825
Meta RahayuPutri
G.331.17.0083
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
-Marcus Aurelius-
Atas rahmat dan karunia Tuhan YME dan alam semesta, peneliti telah
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini akan dipersembahkan untuk:
• Saya sendiri, karena telah berhasil melewati segala hambatan dari dalam
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME dan alam semesta yang telah memberikan
Selama menyusun skripsi ini, peneliti telah menerima bantuan dari berbagai pihak.
skripsi ini.
skripsi ini.
4. Mbak Errika Dwi Setya Watie selaku dosen pembimbing yang dengan
5. Ibu Hartatik dan Bapak Alm. Slamet Rahardjo selaku orang tua yang
skripsi ini.
material.
di saat sulit.
tempat berbagi keluh kesah sehari-hari. Terima kasih atas dukungan dan
10. Seluruh Warga Abyss server Bangben Impact dan Orang Beneran server
BDSM.
11. Meta Rahayu Putri. Terima kasih untuk tidak pernah berhenti.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN iv
SURAT PERNYATAAN v
KATA PENGANTAR i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3. Tujuan 9
2.1. Film 11
2.2. Representasi 15
iii
2.4. Perempuan Dalam Film 18
iv
4.1.2. Sinopsis Film Little Women 39
4.3 Pembahasan 72
BAB V PENUTUP 78
5.1 Kesimpulan 78
5.2 Saran 79
DAFTAR PUSTAKA 81
v
ABSTRAK
peran dan fungsinya yang mengarah pada domestifikasi. Domestifikasi pada perempuan
sendiri adalah suatu konsep dimana perempuan ditempatkan sebagai makhluk yang
berperan dalam urusan rumah tangga saja. Pada penelitian ini mengangkat topik tentang
perempuan tidak bebas dalam berkarya, perempuan tidak memiliki hak dan kesempatan
yang sama dengan laki-laki, perempuan yang identik dengan pekerjaan rumah tangga,
serta stereotip kodrat perempuan yang diharuskan menikah dan menjadi pendamping
laki-laki.
ABSTRACT
women are placed as creatures who play a role in household affairs only. This research’s
topic is about the representation of women's domestication in the film Little Women. The
problem discussed is how to represent the domestication of women in the film. This study
uses a qualitative approach with the semiotic method of Roland Barthes. The results
show that gender inequality causes women not to be free to work, women do not have the
same rights and opportunities as men, women are identical with household work, and the
natural stereotype of women who are required to marry and become male companions.
PENDAHULUAN
Film merupakan salah satu bentuk media massa yang sangat berpengaruh
yang terjadi di masyarakat. Film mampu menyampaikan pesan dalam bentuk verbal
dan nonverbal, oleh karena itu film disebut dapat menciptakan perspektif baru
dalam memahami suatu persoalan dan memaknai nilai-nilai di masyarakat. Hal ini
tidak terlepas dari potensi media yang dapat merepresentasikan suatu hal pada pola-
bahwa film adalah presentasi dan distribusi dari tradisi lama sebuah hiburan yang
menawarkan cerita, sudut pandang, musik, drama, humor, dan trik teknis untuk
konsumsi popular.
Sama seperti media artistik lainnya, film memiliki sifat dasar dari media
kesamaan dengan media lainnya, film merupakan sesuatu yang unik (Pranajaya,
1999:6). Sebagai media yang tersusun oleh suara dan gambar, film memiliki
keunggulan karena penonton lebih mudah menangkap pesan dan makna yang
disampaikan. Oleh karena itu, film dapat memberikan pengalaman penonton untuk
mengikuti alur cerita dengan mendalam. Selain itu, film juga menjadi cermin atau
1
jendela masyarakat karena menyajikan nilai, norma, dan gaya hidup yang berlaku
di masyarakat (Mulyana, 2008:89). Topik dan genre sangat penting karena sebagai
media komunikasi penyampaian ideologi, film memuat sistem tertentu yang akan
direspon oleh penontonnya. Pada akhirnya, film tidak hanya menjadi sarana
mencari hiburan, inspirasi, serta wawasan, namun juga menjadi objek representasi
atas topik yang diangkat dan pesan yang ingin disampaikan kepada penontonnya.
komunikasi yang berjalan dengan baik. Film sebagai media menjadi instrumen
masyarakat. Tanpa disadari media mampu secara halus menggiring dan membentuk
opini tertentu yang sifatnya tidak netral. Hal ini yang kemudian membentuk
ketidaksetaraan sosial yang sudah ada dalam masyarakat seperti kelas sosial, ras,
gender, dan orientasi sosial lainnya karena pengaruh isi media (Zaimar, 2001:163).
Jowet dan Linton (1980:18) mengemukakan bahwa konten dalam film tidak dapat
bersifat bebas nilai, karena merupakan hasil konstruksi dan rekonstruksi dari hal
sebagai pameran produk bagi media lain. Oleh karena itu, pesan-pesan yang
disampaikan pada suatu film dapat berisi muatan terhadap nilai atau ideologi
tertentu yang pada akhirnya diinternalisasi oleh penontonnya baik secara sadar
2
Terdapat berbagai pesan dalam bentuk simbol-simbol dalam film yang
dan persepsi yang direpresentasikan dalam film sangat beragam melalui cerita yang
diangkat, salah satunya adalah mengenai representasi perempuan. Ridwan dan Adji
banyak terlihat dan muncul dalam berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan.
Praktik yang muncul dalam relasi tersebut diantaranya adalah kesenjangan dan
terhadap kesetaraan. Bentuk relasi tersebut banyak menjadi inspirasi bagi pembuat
Dalam media massa, literatur, film, televisi, dan berbagai media lainnya,
feminitas masih identik dan dikotomi pembagiannya sesuai jenis kelamin. Beere
yang melekat pada laki-laki dan perempuan secara berbeda dipengaruhi oleh
diri seseorang tidak ada hubungannya dengan jenis kelaminnya, tetapi dibentuk
oleh konstruksi masyarakat. Media, dalam hal ini film juga dapat memberi
3
pengaruh terhadap konstruksi maskulinitas dan feminitas (Jowet, Linton, 1980:18).
perempuan sebagai the second sex menempatkan perempuan di ranah domestik dan
lemah, tidak berdaya, atau sebagai obyek seksual. Konstruksi ideologi patriarki
cenderung membaik. Hal ini ditandai dengan perkembangan GII yang semakin
kecil. Namun kawasan negara Arab, Sub-Sahara Afrika, dan Asia Selatan masih
memiliki nilai GII yang tinggi yaitu sebesar 0,5 dibandingkan wilayah Eropa dan
Asia Tengah yang sudah mencapai angka 0,256. Artinya pembangunan manusia
sebesar 50 persen. Jika dibandingkan dengan rata-rata dunia dan wilayah Asia
Timur dan Pasifik, GII Indonesia tahun 2019 masih lebih tinggi yaitu mencapai
4
0,480. Pencapaian pembangunan gender di Indonesia belum optimal dibandingkan
peringkat 121 dari 162 negara. Untuk itu perlu adanya upaya lebih yang harus
dengan peran dan fungsinya yang mengarah pada domestifikasi. Peran perempuan
pada umumnya digambarkan sebagai istri dan ibu yang tempatnya di dalam rumah,
sebagai makhluk yang berperan dalam urusan rumah tangga saja. Dalam
domestifikasi, perempuan hanya boleh terlibat dalam urusan rumah tangga seperti
bergelut dengan pekerjaan rumah dan pengasuhan anak, yang pada akhirnya
domestik. Hal ini akan berdampak lebih jauh karena ketidakseimbangan pembagian
(Siswati, 2014:189).
5
Salah satu film yang menggambarkan tentang perempuan dan usaha
melawan stigma-stigma yang melekat pada dirinya adalah Film Little Women. Film
Little Women merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Louisa
May Alcott yang dipublikasikan dalam dua volume pada tahun 1868 dan 1869.
Novel ini telah diadaptasikan dalam berbagai panggung teater, televisi, musikal,
hingga opera. Salah satu adaptasinya adalah film karya Greta Gerwig yang rilis
pada tahun 2019. Film ini menarik untuk dianalisis karena mengangkat isu
yang lebih relevan dengan realita. Film dengan durasi 135 menit ini bercerita
tentang kehidupan keluarga March pada abad ke-19 di daerah Concord, Amerika
putri keluarga March berusaha meraih impian mereka di tengah kondisi yang serba
Empat bersaudara March hidup dengan mimpi mereka masing-masing. Meg March
New York, Beth March (Eliza Scanlen) yang suka bermain piano, dan Amy March
yang berkelana ke Eropa demi belajar menjadi pelukis. Film ini berpusat pada
protagonis utama yaitu Jo March yang memiliki impian menjadi penulis. Namun ia
harus melewati rintangan sosial di masa itu yaitu dunia laki-laki, yang membatasi
perempuan hanya pada pekerjaan domestik sebagai hal normal. Selain itu
perempuan baru dipandang sukses ketika menikah dengan laki-laki kaya dan
6
mengurus anak dengan baik yang dilakukan dengan mengubur impian serta daya
terkenal dan bertekad tidak menjadi istri orang karena merasa sudah cukup bahagia
dengan dirinya sendiri. Namun ambisinya terbentur dengan masalah domestik yang
Film karya Greta Gerwig ini menjadi pemenang dari berbagai ajang
(Pemenang)
sebesar 100 juta dolar AS pada minggu pertama pemutaran domestik. Meskipun
pemutarannya, film Little Women mampu meraih pendapatan sebesar 95,5 juta
7
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali tanda-tanda representasi
domestifikasi perempuan yang ada dalam film Little Women. Penelitian ini
dengan analisis semiotika Roland Barthes membagi tanda menjadi penanda dan
petanda yang saling berkaitan. Penanda adalah elemen bentuk sedangkan petanda
menjadi tanda. Barthes menggunakan tiga hal yang menjadi inti dalam
mengungkapkan makna yang terpampang secara nyata dan kasat mata, konotatif
mengungkap makna yang tersembunyi di balik tanda-tanda tersirat, dan mitos yang
dalam film adalah “Representasi Feminisme Pada Tokoh Utama Dalam Film Crazy
Rich Asian:Kajian Semiotika” oleh Fauzi Ridwan dan Muhamad Adji tahun 2019.
Penelitian ini mengkaji kode-kode dalam film yang direpresentasikan dalam level
realitas, level representasi, dan level ideologi sesuai dengan teori semiotika John
Fiske. Penelitian kedua adalah penelitian dengan judul “Semiotika Gender Dalam
Film Brave” oleh Maulia Putri Sutorini, Muhammad Alif, dan Sarwani tahun 2019.
Dalam penelitian ini memaparkan makna gender yang tersirat maupun tersurat
dalam film Brave dengan analisis semiotika Roland Barthes dimana tanda dimaknai
dengan pemaknaan secara denotasi, konotasi, dan mitos. Penelitian serupa ketiga
8
yang pernah dilakukan adalah “Pemaknaan Stereotip Gender dan Kelas Sosial Pada
Film Little Women” oleh Luluk Ulhasanah tahun 2020 yang menjadikan
representasi stereotip gender dan stratifikasi kelas sosial sebagai objek penelitan
Meskipun film Little Women ini mengambil latar waktu lebih dari 150 tahun
yang lalu, isu ketidaksetaraan gender masih menjadi stigma di masyarakat hingga
kini. Hal ini ironis karena faktanya masalah perempuan di masa itu tidak jauh
berbeda dengan masa sekarang. Dari uraian yang telah dijabarkan, penulis akhirnya
film Little Women karya Greta Gerwig. Oleh karena itu, penulis bermaksud
Women”?
1.3. Tujuan
Women”
9
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
komunikasi.
2. Manfaat Praktis
secara nyata.
Little Women.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Film
sosial (Sobur, 2003:127). Effendi mengemukakan bahwa film adalah salah satu
bagian dari media massa elektronik yang dapat menyampaikan berbagai jenis pesan
dalam peradaban modern. Film menjadi media komunikasi yang ampuh bukan
dalam hal hiburan saja namun untuk penerangan dan pendidikan. Oleh sebab itu,
dapat ditarik kesimpulan bahwa film adalah sebuah media yang digunakan untuk
adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa
pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi
lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses
elektronik, dan lainnya. Pratista (2008:1) menyebutkan ada dua unsur yang
membentuk sebuah film yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Dalam
perkembangannya, film berawal dari gambar bergerak berwarna hitam dan putih
dan tidak disertai suara atau disebut dengan film bisu. Film bersuara mulai dikenal
pada akhir tahun 1920-an dan berkembang menjadi film berwarna pada tahun 1930-
an (Sumarno, 1996:9).
11
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa film
adalah jenis media komunikasi massa elektronik dan proses budaya masyarakat
yang tersaji dalam bentuk gambar bergerak dengan suara yang digunakan untuk
membentuk suatu film yaitu unsur naratif dan unsur sinematik yang
naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film sehingga unsur ini tidak
bisa dilepaskan dari suatu film. Unsur naratif meliputi tokoh cerita, permasalahan
dan konflik, tujuan, lokasi, serta waktu. Sedangkan unsur sinematik adalah unsur
yang mendukung ide cerita dalam produksi film. Unsur sinematik dalam pembuatan
film bersifat teknis dan terdiri dari empat elemen yaitu mise-en-scene sebagai mata
kamera, sinematografi, penyuntingan gambar, dan tata suara. Hal ini menunjukkan
bahwa unsur naratif dan sinematik merupakan komponen utama yang melekat dan
2004:138) :
1. Film Cerita
Jenis film ini adalh film yang mengandung cerita berupa fiksi
12
diramatisasi melalui gambar yang artistik sehingga menimbulkan
plot dan adegan yang dirancang sejak awal. Struktur dalam film
masalah dan konflik, serta penutup. Film cerita dibagi menjadi dua
kategori yaitu film pendek dan film panjang. Film pendek menurut
Sedangkan film panjang adalah cerita fiksi yang berdurasi lebih dari
2. Film Berita
Film berita menampilkan fakta dan peristiwa yang benar-benar
3. Film Dokumenter
Menurut Robert Flaherty, film dokumenter adalah karya ciptaan
13
suatu kenyataan, sedangkan film berita adalah film tentang
plot, hanya struktur yang didasarkan atas tema atau argumen dari
14
2.2. Representasi
terdapat tiga definisi dari kata “represent”’ yakni: To stand in for, To speak or act
on behalf of, To represent. Dalam praktiknya, ketiga makna dari representasi ini
bisa menjadi saling tumpang tindih. Teori yang dikemukakan oleh Stuart Hall
sangat membantu dalam memahami lebih lanjut mengenai apa makna dari
essential part of the process by which meaning is produced and exchanged between
members of culture.”
makna. Representasi bekerja melalui sistem representasi yang terdiri dari dua
komponen penting, yakni konsep dalam pikiran dan bahasa. Kedua komponen ini
saling berkorelasi. Konsep dari sesuatu hal yang dimiliki dan ada dalam pikiran,
membuat manusia atau seseorang mengetahui makna dari sesuatu hal tersebut.
Namun, makna tidak akan dapat dikomunikasikan tanpa bahasa, sebagai contoh
sederhana, konsep ‘gelas’ dan mengetahui maknanya. Maka seseorang tidak akan
dapat mengkomunisikan makna dari ‘gelas’ (benda yang digunakan orang untuk
tempat minum) jika seseorang tidak dapat mengungkapkannya dalam bahasa yang
15
Oleh karena itu, yang terpenting dalam sistem representasi adalah bahwa
kelompok yang dapat berproduksi dan bertukar makna dengan baik adalah
kelompok tertentu yang memiliki suatu latar belakang pengetahuan yang sama
sehingga dapat menciptakan suatu pemahaman yang (hampir) sama. Berpikir dan
berpikir dan merasa juga berfungsi untuk memaknai sesuatu. Untuk dapat
melakukan hal tersebut, diperlukan latar belakang pemahaman yang sama terhadap
konsep, gambar, dan ide (cultural codes). Pemaknaan terhadap sesuatu bisa sangat
berbeda dalam budaya atau kelompok masyarakat yang berlainan, karena pada
belakang pemahaman yang tidak sama terhadap kode- kode budaya tertentu tidak
akan bisa memahami makna yang diproduksi oleh kelompok masyarakat lain.
(Ekawati, 2016:18)
media massa terhadap segala aspek realitas atau kenyataan seperti masyarakat,
objek, peristiwa hingga identitas budaya. Representasi ini bisa berbentuk kata-kata
atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film.
produksi dan persepsi oleh masyarakat yang mengkonsumsi nilai budaya yang
direpresentasikan.
16
2.3. Domestifikasi Perempuan
dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, yaitu domestic. Secara leksikal
2008:362). Pada penelitian ini, istilah domestifikasi tidak dapat disajikan dalam
dimaksud dan lumrah terjadi adalah seperti perihal memasak, mencuci, menyapu,
Menurut Fakih dalam (Miswoni:2016), stereotip dan beban kerja yang dilimpahkan
maupun publik tetap saja dianggap sebagai ‘membantu suami’ dan diprioritaskan
ditempatkan di rumah.
17
Perempuan tidak memiliki peluang untuk berperan di wilayah publik,
apalagi dalam penempatan posisi yang penting. Posisi perempuan hanya sebagai
penjaga rumah suami dan sebagai ibu yang diwajibkan untuk memelihara anak-
anaknya demi pencitraan moralitas dan harmonisasi keluarga dalam rumah tersebut.
dengan alat reproduksi, sehingga posisi alamiah dari perempuan dan laki-laki
pemilahan yang dibuat atas dasar sosial. Ini dimulai dari orientasi sosial yang terdiri
dari jenis seksual ke orientasi seksual yang sama sekali tidak boleh menyimpang.
18
menjalankan orientasi seksual bersifat feminin. Sedangkan pemilik penis
menjalankan fungsi sebagai laki-laki dan harus berada dalam orientasi maskulin
(Siregar, 2004:336).
rendah daripada laki-laki. Dalam karya seni dan sastra, perempuan sering muncul
sebagai simbol kehalusan, sesuatu yang bergerak lamban, bahkan kadang berhenti.
yang terlanjur diterima kultur masyarakat bahwa mereka adalah “objek” bagi kaum
laki-laki. Perempuan banyak dijadikan objek penderitaan oleh laki-laki baik secara
fisik maupun psikis dan digambarkan sebagai sosok yang lemah dan tertindas.
Perempuan dan media massa memiliki kaitan erat dan saling melengkapi.
popularitas dan media massa menginginkan “nuansa khas” dari sosok perempuan
perempuan adalah cerita klasik yang dominan dalam inspirasi seni dari masa ke
sadar film mulai membuat pernyataan tentang wanita. Apa yang dikatakan film
19
media tersebut (Hadiz, 2004:295). Pencitraan perempuan dalam film tidak sekedar
dilihat sebagai objek, namun juga dilihat sebagai subjek pergulatan perempuan
perempuan lupa bahwa mereka telah dieksploitasi dalam dunia hiper-realitas, yaitu
sebuah dunia yang ada dalam media, dunia realitas yang dikonstruksi oleh media
digunakan pada tahun 1970-an pada film, seni, dan media populer untuk
menjadi pasif dan objek gender (hasrat, eksploitasi, siksaan) daripada menampilkan
dianggap sebagai fantasi yang dibutuhkan untuk tujuan komersil film yang dibuat.
20
2.5. Teori Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani semion yang
berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu-yang atas dasar konvensi
sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.
Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk adanya hal lain
(Wibowo, 2011:5). Istilah semiotika baru digunakan pada abad 18 oleh ahli filsafat
memiliki latar belakang ahli logika sedangkan Ferdinand de Sausure adalah seorang
Course in General Linguistic, sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai
bagian dari kehidupan sosial. Implisit dalam definisi Saussure adalah prinsip bahwa
semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main atau kode sosial yang
produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor
dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode atau sistem tanda, pesan, saluran
21
diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada
luas sebuah objek, peristiwa-peristiwa dan seluruh kebudayaan sebagai tanda. Pada
yang aneh yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau
narasi wacana tertentu. Teori semiotika semakin berkembang dan detail dari analisa
tanda hingga pembahasan akan tanda yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut John Fiske, terdapat tiga studi utama dalam semiotika, yaitu (Hartley,
2010:279):
penyampaian tanda akan makna. Oleh karena hal itu terbagi istilah penanda
kesepakatan yang dibangun disebut dengan kode. Kode meliputi pilihan dan
hubungan.
22
semantik adalah studi mengenai relasi antara tanda dan signifikasi. Dan
pragmatik adalah studi terkait relasi antara tanda dan penggunanya (Danesi,
2012:12).
penanda (signifier) dan petanda (signified). Petanda dan penanda bersifat arbiter
yang berarti tidak ada keterkaitan logis. Penandaan merupakan proses yang
dengan teks. Cakupan penggunaan teks sangat luas seperti dalam televisi, film,
atau iklan. Analisa teks melibatkan aturan pengkombinasian yang terdiri dari
aksis paradigmatic yaitu perbendaharaan tanda atau kata dan aksis sintagmatik
Barthes mengembangkan sebuah model relasi antara sistem yang tediri dari
kata, visual, gambar, benda, dan sintagma yaitu cara pengkombinasian tanda
23
1915 di Cherboug, Normandia, Perancis. Roland Barthes menghasilkan karya-
Semiology. Dengan pemikiran yang lebih menekankan interaksi antara teks dengan
teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan
dari analisisnya. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih sederhana saat
dimensi dari bentuk dan substansi, Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign)
sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam
merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap
realitas eksternal. Dalam hal ini Barthes menyebutnya denotasi, yaitu makna yang
paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk
tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi menjelaskan hubungan antara penanda dan
24
menjelaskan hubungan penanda dan petanda secara implisit yang menciptakan
perasaan.
makna dan tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan
1. Signifier 2. Signified
(Penanda) (Petanda)
denotasi, yaitu makna nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan
interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari
“memberi uang pelicin”. Dengan kata lain, denotasi merupakan apa yang
25
digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana
tidak cukup dengan korelasi ekspresi dan isi tidak hanya ditemui lewat kode saja.
Barthes berpendapat bahwa menafsirkan teks bukan memberi sebuah makna namun
pembenaran bagi nilai-nilai yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam
mitos ini juga terdapat pola tiga dimensi yaitu penanda, petanda dan tanda. Namun,
sebagai suatu sistem yang unik mitos terdiri dari suatu pemaknaan yang telah ada
sebelumnya atau dengan kata lain, mitos merupakan suatu sistem pemaknaan
tataran kedua.
mengemukakan bahwa mitos adalah suatu sistem komunikasi yang berada pada
mengartikan mitos bukan sebagai objek namun sebagai cara menyatakan pesannya
(Barthes, 2010:296).
Menurut Roland Barthes, ada lima kode pokok di dalam teks, yaitu (Piliang,
2011:156):
26
b) Kode Proaretik atau kode tindakan yang danggap sebagai
dikodekan.
diketahui.
27
heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Massa dalam komunikasi massa
merujuk kepada si penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Secara
umum, komunikasi massa berarti pesan yang dikomunikasikan melalui media pada
pada prinsipnya memiliki makna yang sama dan membentuk karakteristik yaitu
sebagai berikut:
1. Komunikator Terlembagakan
Pada komunikasi massa, komunikator menggunakan media massa yang
berupa media cetak maupun elektronik yang berada di bawah satu lembaga
tertentu.
2. Bersifat Umum
Komunikasi massa ditujukan untuk khalayak umum dan bukan untuk
3. Komunikan Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa bersifat anonim. Komunikator tidak
berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan tidak berada di satu tempat
saja.
28
5. Mengutamakan Isi Daripada Hubungan
Isi dalam komunikasi massa disusun sedemikian rupa sesuai dengan
langsung.
karena itu stimulus alat inderanya berbeda tergantung media apa yang
digunakan. Misalnya pada media cetak khalayak hanya bisa melihat, pada
media elektronik seperti radio khalayak hanya bisa mendengar, dan pada
pendengaran.
29
2.8. Kerangka Berpikir
berhubungan dengan segala macam faktor yang telah atau sudah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir adalah gambaran atau model
berupa konsep yang menjelaskan hubungan antara variabel satu dengan lainnya.
Film
Domestifikasi Perempuan
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah film Little Women yang dirilis
pada tahun 2019. Film yang disutradarai oleh Greta Gerwig ini merupakan adaptasi
dari novel dengan judul yang sama karangan Louisa May Alcott yang
dipublikasikan tahun 1868 dan 1869. Little Women telah diadaptasi ke berbagai
karya seni seperti musikal, teater, televisi, hingga opera. Film dengan durasi 135
menit ini bercerita tentang kehidupan keluarga March di Concord, Amerika Serikat
pasca Perang Saudara (1861-1865). Keluarga March hidup dengan empat putri yang
tengah beranjak dewasa yaitu Meg March, Josephine March, Elizabeth March, dan
Amy March. Di tengah kondisi yang serba kekurangan, empat gadis keluarga
perempuan pada masa itu yang masih relevan hingga saat ini. Faktor yang membuat
peneliti memilih film Little Women sebagai objek penelitian selain cerita dan isu
nya adalah film ini tentang perempuan yang disutradarai oleh perempuan, sehingga
Data yang penulis dapatkan dalam penelitian ini adalah uraian dalam bentuk
tulisan bukan angka. Strategi yang digunakan peneliti adalah metode penelitian
31
semiotika. Menurut Milner (1996:47) semiotik adalah studi tentang tanda dan
simbol inilah yang kemudian dikasi maknanya baik secara jelas maupun secara
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
deskriptif bukan hanya menggambarkan mengenai situasi atau kejadian, tetapi juga
Sumber data dalam penelitian adalah hal yang harus diperhatikan. Pada
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama di
responden atau subjek riset, hasil kuesioner, wawancara, dan observasi. Data primer
dalam penelitian ini adalah representasi domestifikasi perempuan yang didapat dari
32
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (Kriyantono,
2010:42). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data dari studi literatur yaitu
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling.
tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Dalam teknik ini, peneliti menggunakan purposive
yang sesuai dengan tujuan penelitian dan memperoleh data akurat, peneliti
mengambil sampel adegan yang terdapat dalam film Little Women. Adegan yang
berkarya.
laki.
33
3. Adegan perempuan hanya ditempatkan dan ditugaskan pada lingkungan
rumah tangga.
laki.
sebagai berikut:
Proses observasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati film Little
Women. Pengamatan dilakukan untuk mencari adegan, dialog, maupun simbol yang
Selain teknik observasi, pengumpulan data dalam penelitian ini juga akan
Informasi ini bersumber dari buku, penelitian yang pernah dilakukan, jurnal, web,
serta artikel yang sudah ada baik dalam bentuk fisik maupun daring.
34
3.6 Triangulasi Data
Menurut Patton, ada empat macam triangulasi yang dapat digunakan dalam
penelitian, yaitu:
metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan jelas untuk diusahakan
informasinya.
c. Triangulasi Peneliti yaitu hasil penelitian baik diatas atau simpulan mengenai
lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji (Moleong,
2005:331)
dimana pemeriksaan sumber yang memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda
sumber data antara lain film itu sendiri, buku, jurnal, dan artikel yang relevan
35
3.7 Teknik Analisis Data
memadukan sejumlah data penelitian yang didapat dari observasi dan studi pustaka.
Kegiatan analisis data ini merupakan suatu proses penyederhanaan data dalam
bentuk yang mudah dibaca kemudian selanjutnya diinterpretasikan. Data yang telah
ada.
secara deskriptif kualitatif berupa paparan mengenai makna adegan dan dialog
dalam film Little Women. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan tahapan
sebagai berikut:
dalam film Little Women sesuai dengan dua tahap signifikasi (two order
of signification).
bentuk objek yang secara eksplisit terlihat oleh mata dan tidak memiliki
36
adegan film, misalnya penampilan tokoh, dialog, dan lain sebagainya
tingkat kedua ini. Dalam hal ini peneliti akan memaknai tanda dan simbol
konotasi dan denotasi yang membentuk makna lapis kedua karena makna
Little Women.
tanda yang ada secara eksplisit. Denotasi dan konotasi menguraikan hubungan
37
BAB IV
Little Women adalah film adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya
Louisa May Alcott. Diterbitkan dalam dua bagian yaitu tahun 1868 dan tahun 1869,
novel Little Women telah diadaptasi ke berbagai karya seperti teater, opera, musikal,
serial televisi, dan film. Little Women diadaptasi dalam film pertama kali pada
tahun 1994 oleh sutradara Gillian Armstrong dan dibintangi oleh Winona Ryder,
Trini Alvaro, Kirsten Dunst, Susan Sarandon, dan Christian Bale. Adaptasi film
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah versi dengan durasi 135 menit dan
disutradarai oleh Greta Gerwig yang dirilis pada tahun 2019. Menurut data dari situs
IMDb, Little Women menghabiskan biaya produksi kurang lebih 40 juta dolar AS
dan berhasil meraih pendapatan 5 kali lipat secara global. Film ini meraih rating
7,8/10 dari 131.602 ulasan pengguna situs IMDb. Film adaptasi ketujuh dari novel
Design pada Academy Awards dan BAFTA Awards, Best Lead Actress pada
AACTA Awards, serta Best Adapted Screenplay dan Best Supporting Actress pada
EDA Awards.
Little Women adalah film ketiga yang disutradarai oleh Greta Gerwig.
Berbeda dari versi adaptasi sebelumnya, Little Women yang digarap oleh Greta
38
Gerwig lebih memberikan unsur-unsur feminisme secara implisit. Penjelasan
konflik dan cerita dalam film ini digambarkan dengan alur yang maju mundur dan
permainan warna untuk membedakan latar waktu dan membangun suasana. Warna
kuning yang hangat dipakai untuk menggambarkan masa lalu yang indah dan
keceriaan masa kecil hingga remaja, sedangkan warna biru digunakan untuk
menggambarkan masa kini yang berat dimana para tokoh berjuang dengan realita
konflik, dan resolusi. Pada segmen pertama yaitu bagian awal, film menampilkan
keluarga March yang bernuansa ceria dan penuh kehangatan masa kecil dimana
mereka masih hidup bersama. Segmen kedua menceritakan fase kesedihan yaitu
konflik-konflik yang dialami keluarga March yaitu para tokoh yang semakin
dewasa dan kehilangan salah satu anggota keluarga. Kemudian segmen ketiga
menceritakan percintaan yang rumit antara Jo March, Theodore, dan Amy March
serta resolusi atas segala konflik yang terjadi termasuk pertentangan idealisme Jo
yang mempunyai dua opsi yaitu hidup menjadi perawan tua yang bebas atau
Film ini mengisahkan tentang kehidupan keluarga March pada masa perang
saudara di Amerika Serikat tahun 1800-an. Keempat kakak beradik Meg March, Jo
March, Amy March, dan Beth March sangat dekat dan akrab satu sama lain
menjalani hidup dengan cara mereka sendiri. Meg March ingin menemukan
39
karirnya menjadi penulis di New York, Beth March yang suka bermain piano, dan
Louisa May Alcott penulis cerita. Banyak peristiwa yang dialami keempat putri
keluarga March ini mulai dari kegagalan cinta, mengejar karir dan mimpi, hingga
konflik keluarga. Si sulung Meg memutuskan untuk menikah dengan seorang guru
bernama John Brooke dan menjalani pilihannya dengan bahagia meskipun harus
tinggal secara sederhana. Jo March yang menjadi protagonis utama dalam film ini,
dengan merantau ke New York. Anak ketiga, Amy March yang artistik, sejak kecil
memiliki hobi dan bakat melukis. Amy kemudian mengikuti jejak sang kakak untuk
melukisnya bersama bibi mereka. Si Bungsu Beth yang hobi bermain piano masih
tinggal bersama ibu mereka di Massachussets karena sakit keras hingga akhir
hayatnya. Keadaan Beth yang semakin memburuk membuat keempat kakak beradik
March berkumpul kembali dan memberi kekuatan untuk satu sama lain.
Selain empat bersaudara March, tokoh lain yang berperan dalam cerita ini
adalah Theodore Laurence atau Laurie yang merupakan teman baik keluarga
March. Laurie adalah cucu dari keluarga Laurence yang kaya raya dan tinggal di
seberang rumah keluarga March. Laurie jatuh cinta pada Jo March namun ditolak
karena Jo hanya melihat Laurie sebagai seorang saudara laki-laki pada saat itu.
40
Laurie kemudian pergi ke Eropa dan bertemu dengan Amy March di Perancis.
Setelah menghabiskan banyak waktu bersama, perasaan romantis antara Laurie dan
Amy mulai tumbuh hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah
Pada akhir cerita, setelah melalui berbagai konflik dan percintaan yang
rumit. Jo yang idealisme nya ingin menjadi wanita mandiri yang bebas dihadapkan
pada pertentangan antara tetap sendiri atau menemukan cintanya dan menikah. Jo
March akhirnya menikah dengan seorang Profesor yang ia kenal semasa di New
York yaitu Friedrich Bhaer. Jo tetap mewujudkan impiannya untuk menjadi penulis
1. Jo March
kedua dari keluarga March dan merupakan tokoh utama dalam film Little
terkenal. Tokoh Jo adalah gambaran diri Louisa May Alcott sendiri sebagai
penulis cerita.
2. Meg March
keluarga March ini mempunyai pribadi yang lembut dan keibuan. Karena
41
kemanusiaan pasca perang, Meg seringkali menjadi figur ibu bagi adik-
adiknya. Meg bercita-cita menjadi aktris teater namun pada akhirnya dia
memilih cinta dan hidup dengan pasangan pilihannya yaitu John Brooke.
3. Amy March
Amy March diperankan oleh Florence Pugh. Amy adalah anak ketiga
keluarga March yang mempunyai bakat artistik yaitu melukis. Sikapnya yang
Amy dipilih oleh Aunt March untuk menemani perjalanannya ke Eropa dan
mendalami seni lukis. Selain itu Amy juga ‘disiapkan’ untuk menikah dengan
4. Beth March
ini memiliki kepribadian yang lembut dan penyayang. Beth mempunyai hobi
dan bakat bermain musik dan menarik hati Mr. Laurence hingga memberikan
diperankan oleh Laura Dern. Marmee sangat aktif dengan kegiatan relawan
masa perang saudara. Selain sosok ibu yang penyayang, Marmee juga sosok
42
yang tegar dan kuat karena menjadi pengganti sosok ayah bagi keluarga March
oleh Timothee Chalamet. Laurie merupakan sahabat baik keluarga March yang
tinggal di seberang rumah. Laurie tinggal bersama kakeknya Mr. Laurence yang
kaya raya. Hobi dan bakat Laurie adalah bermusik namun ditentang oleh
Brooke.
7. John Brooke
yang ditugaskan oleh Mr. Laurence untuk Laurie. John Brooke adalah pribadi
yang cerdas dan lemah lembut. John Brooke jatuh hati kepada putri sulung
mereka hidup dengan sangat sederhana jauh dari impian para gadis di masa itu.
8. Friedrich Bhaer
mendorong Jo untuk menjadi penulis secara serius dengan karya yang sesuai
kemampuan Jo. Ia berpikir Jo bisa menjadi lebih dari penulis kolom di tabloid
43
mingguan. Friedrich jatuh cinta kepada Jo dan mereka akhirnya menikah di
akhir cerita.
9. Aunt March
March yang kaya raya. Ia berpendapat bahwa perempuan harus menikah dengan
pria yang kaya jika ingin hidup bahagia, atau jalan lainnya adalah menjadi kaya.
adalah kakek dari Laurie. Ia merupakan teman baik dari kakek keluarga March.
Mr. Laurence hanya tinggal berdua dengan cucunya Laurie di rumahnya yang
orang tua mereka tidak berada di rumah. Diantara keempat putri keluarga
putrinya yang meninggal dunia ketika seusia Beth. Ia menghadiahi Beth piano
Father March diperankan oleh Bob Odenkirk. Ayah dari Jo dan tiga
saudaranya ini tidak banyak muncul dalam film. Ia diceritakan sedang berada
44
keluarga March ini mempunyai sifat seorang patriot dan suka menolong
sesamanya.
beberapa kali menolak dan merevisi tulisan Jo karena dianggap kurang menjual.
sebagai kunci dari analisisnya. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih
tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau
signifier dalam hubungannya (R) dengan konten (atau signified) (C) ERC.
merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap
realitas eksternal. Dalam hal ini Barthes menyebutnya denotasi, yaitu makna yang
45
paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk
domestifikasi perempuan yang terdapat di balik tanda-tanda atau simbol dalam film
Little Women. Penulis mengambil 4 kriteria adegan yang terkait dengan representasi
berkarya.
rumah tangga.
laki.
laki.
46
Scene 1 (00:01:10-00:04:04)
Denotasi: Musik latar hening, tone warna kebiruan menunjukkan timeline masa kini dengan
kesan dingin, teknik pengambilan gambar menggunakan medium shot, tokoh utama Jo
Konotasi: Adegan menarik nafas panjang dan menghembus beberapa kali menggambarkan
cara menenangkan diri ketika sedang gugup akan menghadapi suatu peristiwa penting..
47
Denotasi: Teknik pengambilan gambar medium close up, dialog: “Temanku minta aku
menawarkan sebuah cerita hasil karyanya. Dia menulisnya. Dia punya cerita lain jika yang
ini cocok”. Selanjutnya kamera mengarah close up ke tangan Jo March yang terdapat bercak
tinta.
48
Konotasi: Pada dialog Jo mengatakan bahwa ia membawa karya temannya, kemudian
kamera menyorot tangan yang terdapat bercak tinta menunjukkan bahwa tulisan itu adalah
49
50
Denotasi: Teknik pengambilan gambar medium close up menyorot profil Mr. Dashwood
yang sedang menyunting karya tulisan milik Jo. Mr. Dashwood tertawa kecil dengan
ekspresi meremehkan saat menyingkirkan kertas-kertas tulisan Jo. Sorot kamera berubah ke
“Kami terima. Negara ini baru melewati perang,orang ingin dihibur bukan diceramahi.
Sekarang ini moral tidak laku.”, dialog Mr.Dashwood: “Kami bayar $25 sampai $30 untuk
51
Konotasi: Laki-laki digambarkan memiliki kuasa atas pengambilan keputusan dan memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari perempuan. Kemampuan dianggap lebih rendah daripada
52
53
Denotasi: Teknik pengambilan gambar medium close up kamera bergantian menyorot
Jo March: “Perlu kuberi tahu temanku kau akan terima jika dia punya cerita yang lebih
bagus?”
Mr. Dashwood: “Suruh dia buat singkat dan menghibur. Jika karakter utamanya wanita,
Jo March: “Apa?”
Konotasi: Perempuan digambarkan tunduk atas perintah laki-laki dalam hal publik dan
domestik. Jo March tidak mau menunjukkan identitas dalam karyanya karena karya penulis
Mitos: Perempuan tidak diberi kebebasan dalam berkarya karena karyanya dipandang
sebelah mata. Dalam ranah publik, perempuan digambarkan lemah dan tidak signifikan
kehadirannya. Peran perempuan dianggap tidak terlalu penting dan sebagai pemanis cerita
saja, terutama dalam tema percintaan karena perempuan dinilai lebih sensitif dan emosional
mengenai hal yang berhubungan dengan perasaan. Dalam hubungan kekuasaan struktural,
kedudukan perempuan lebih rendah daripada laki-laki, bahkan dalam karya seni dan sastra,
perempuan sering muncul sebagai simbol kehalusan, sesuatu yang bergerak lamban, bahkan
kadang berhenti.
54
Scene 2 (00:05:46-00:06:01)
55
56
Denotasi: Tone warna kebiruan, musik latar ceria, teknik pengambilan gambar long shot
menunjukkan situasi apartemen yang ramai. Langkah Jo terburu-buru dan berbicara dengan
nada yang ketus. Friedrich mengomentari tulisan Jo yang berbeda dari yang ia tahu. Dialog:
Friedrich: “Tak ada yang menulis sebaik dirimu hanya untuk uang,”
Jo March: “Saudariku Amy di Paris, dan sebelum dia menikahi orang kaya, aku harus
Konotasi: Perempuan yang berkarir digambarkan sebagai sosok yang keras dan angkuh.
Perempuan memiliki stereotip bahwa mereka lebih mudah menerima ajakan pernikahan dari
Mitos: Perempuan digambarkan sebagai sosok yang bergantung pada laki-laki untuk
memenuhi kebutuhan finansial, terlebih lagi untuk perempuan dari keluarga kurang mampu.
Pernikahan dianggap menjadi jalan keluar untuk permasalahan finansial keluarga mereka.
Hal tersebut dikarenakan perempuan identik dengan pekerjaan rumah yang bersifat domestik
dan bukan di ranah publik, oleh karena itu perempuan yang mandiri, bekerja dan
57
Scene 3 (00:12:56-00:13:17)
58
59
Denotasi: Suara latar musik orchestra, tone warna kekuningan menggambarkan kilas balik
tokoh utama Jo March saat masa remaja, teknik pengambilan gambar medium shot menyorot
sosok Jo dan Meg March kemudian berpindah long shot menunjukkan latar pesta dansa yang
Meg: “Jangan menatap. Jangan menaruh tangan di belakang. Jangan bersalaman. Jangan
Jo ditinggalkan oleh Meg yang pergi berdansa. Kemudian menatap dengan tatapan kosong
Konotasi: Stereotip perempuan di masyarakat adalah sebagai makhluk yang lemah lembut
dan anggun. Melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh laki-laki seperti bersiul atau
berbicara keras membuat perempuan dianggap urakan, tidak terhormat, dan sesuai norma
yang berlaku di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tidak memiliki
60
Scene 4 (00:13:38 – 00:14:51)
61
62
63
Denotasi: Suara latar musik orchestra, tone warna kekuningan menggambarkan kilas balik
tokoh utama Jo March saat masa remaja, teknik pengambilan gambar medium shot
Jo: “Ya, Tn.Laurence, tapi aku bukan Nona March. Hanya Jo. Kau tidak menari?”
Laurie: “Aku lama sekali di Eropa, aku tidak tahu caranya disini”
Jo: “Eropa? Oh, itu keren! Aku tak boleh mengatakan itu.”
Jo: “Meg. Dia kakakku. Dia mengingatkanku bersikap baik agar Ayah bangga saat dia
pulang”
Jo: “Sukarela untuk Pasukan Serikat. Aku ingin berperang bersamanya. Aku kecewa menjadi
perempuan.”
Jo dengan ekspresi sedih mengungkapkan kekecewaannya karena tidak bisa ikut berperang
bersama ayahnya.
Konotasi: Perempuan digambarkan memiliki fisik yang lebih lemah daripada laki-laki
sehingga dianggap hanya mampu mengerjakan pekerjaan yang ringan. Perang identik
dengan maskulinitas dan laki-laki, perempuan digambarkan sebagai pihak yang lemah dan
berdasarkan jenis kelamin. Perempuan dikonstruksikan sebagai feminin dan laki-laki sebagai
64
Scene 5 (00:35:18-00:35:52)
65
66
67
68
Denotasi: Tone warna kekuningan menggambarkan kilas balik tokoh utama Jo March saat
masa remaja, teknik pengambilan gambar medium shot menyorot sosok Jo dan Aunt
March. Aunt March berkata kepada Jo bahwa sama seperti wanita yang lain, ia harus
yang melekat di masyarakat menganggap bahwa menikah adalah jalan untuk membuat
perempuan menjadi terhormat. Perempuan dinilai berhasil dalam hidupnya ketika dia
Mitos: Di masa itu tidak ada cara terhormat bagi perempuan untuk menghasilkan uangnya
sendiri kecuali membuka rumah bordil atau tampil di panggung. Kodrat perempuan adalah
menikah, menjadi pendamping laki-laki dan bergantung pada laki-laki. Posisi perempuan
yang tidak setara dengan laki-laki membuatnya tidak memiliki kesempatan yang sama
69
misalnya dalam hal pencarian nafkah. Tidak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan oleh
perempuan, kalaupun ada stereotip yang melekat pada perempuan membuat hasil
70
Denotasi: Tone kebiruan menunjukkan bahwa timeline berada pada masa kini, masa
dimana para tokoh sudah dewasa. Tekmik pengambilan gambar medium shot menyorot
sosok Amy yang sedang berbicara kepada Laurie. Amy berkata kepada Laurie bahwa
sebagai perempuan ia tidak bisa menghasilkan uang sendiri dan harus bergantung pada
suaminya. Ekspresi yang ditunjukkan dari cara Amy berbicara berkesan sarkastik.
Konotasi: Perempuan digambarkan sebagai entitas yang melekat dan akan selalu
bergantung pada laki-laki. Bahkan setelah menikah perempuan tidak lagi memiliki
Mitos: Posisi perempuan dalam rumah tangga masih dianggap sebagai peran pembantu
suami. Meskipun sudah memiliki hak untuk bekerja, perempuan yang sudah menikah masih
dianggap sebagai penunjang pekerjan suami. Hal ini disebabkan karena perempuan
dipercaya untuk menjaga rumah dan mengurus kebutuhan rumah tangga (Miswoni, 2016).
71
4.3 Pembahasan
yang ada dalam film merepresentasikan makna tertentu. Selanjutnya media massa
yang akan berperan dalam mengubah tanda dan simbol tersebut menjadi ideologi
perempuan tidak bebas dalam berkarya, perempuan yang hanya ditugaskan dan
kesempatan yang sama dengan laki-laki, serta stereotip kodrat perempuan sebagai
mempunyai posisi yang lebih tinggi dan memiliki kuasa lebih dari perempuan
dalam hal pengambilan keputusan. Hal ini digambarkan dalam scene pertama, yaitu
publik. Stereotip yang melekat juga menggambarkan bahwa perempuan tunduk atas
72
perintah laki-laki dalam hal publik dan domestik. Jo yang merupakan seorang
penulis perempuan pada saat itu dipandang sebelah mata. Karya yang ditulis oleh
Jo adalah cerita dengan karakter utama perempuan. Di masa itu, karya yang
dianggap laku secara komersil adalah karya yang jika karakter utamanya
Hal ini semakin memperkuat fakta bahwa dalam hubungan kekuasaan struktural,
lemah dan tidak signifikan kehadirannya. Dalam cerita, peran perempuan dianggap
tidak terlalu penting dan hanya sebagai pemanis saja terutama dalam tema
percintaan karena perempuan dinilai lebih sensitif dan emosional mengenai hal
Pada scene kedua film ini, saat Jo dikritik oleh Friedrich mengenai
yang sibuk berkarir digambarkan sebagai sosok yang ambisius, keras, dan angkuh.
bergantung pada laki-laki untuk memenuhi kebutuhan finansial, terlebih lagi untuk
73
Perempuan distereotipkan lebih mudah menerima ajakan pernikahan dari
laki-laki yang terkenal dan kaya raya. Pernikahan dianggap menjadi jalan keluar
identik dengan pekerjaan rumah yang sifatnya domestik dan bukan di ranah publik,
oleh karena itu perempuan yang mandiri, bekerja, dan menghasilkan uang sendiri
dianggap sebagai hal yang tidak biasa. Kata “dapur, sumur, kasur” masih selalu
dikaitkan dengan perempuan. Padahal ungkapan tersebut dinilai sudah usang dan
tidak lagi dapat dibuktikan secara nyata karena di masa kini banyak perempuan
perempuan masih terus dilekatkan dengan “ dapur, sumur, kasur” dan belum
Adegan dan dialog pada scene ketiga dan keempat menunjukkan bahwa di
ranah publik, perempuan tidak memiliki kebebasan dan kesempatan yang sama
dalam berperilaku seperti laki-laki. Adegan saat Jo dan Meg menghadiri pesta, Meg
yang lemah lembut dan anggun. Melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh laki-
laki seperti bersiul atau berbicara dengan keras membuat perempuan dianggap
urakan, tidak terhormat, dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
menjadi gadis yang baik agar ayahnya bangga, Jo dengan ekspresi sedih
74
fisik yang lebih lemah dibanding laki-laki sehingga dianggap hanya mampu
mengerjakan pekerjaan yang ringan. Perang identik dengan maskulinitas dan laki-
laki, perempuan digambarkan sebagai pihak lemah dan tidak berdaya sehingga
bahkan sudah melekat jauh sebelum perempuan lahir yang kemudian diinternalisasi
menjadi budaya. Perempuan dinilai tidak dapat berkontribusi secara aktif di luar
rumah dan perannya tidak lebih dari sekadar aktivitas dalam rumah. Bahkan di
dunia kerja banyak posisi strategis yang ditutup aksesnya bagi perempuan.
sehingga sulit mengambil keputusan dengan bijak, oleh karena itu perempuan
menikah dan menjadi pendamping laki-laki. Pada scene kelima, Aunt March
berkata kepada Jo bahwa sama seperti perempuan lain, ia harus menikah dengan
baik untuk menjadi perempuan terhormat. Makna dari adegan ini menunjukkan
75
ketika ia menikah dengan laki-laki. Posisi perempuan yang tidak setara dengan laki-
laki membuatnya tidak memiliki kesempatan yang sama misalnya dalam hal
Scene keenam pada film ini, yaitu saat Amy berkata pada Laurie bahwa
digambarkan sebagai entitas yang melekat dan akan selalu bergantung pada laki-
laki. Bahkan setelah menikah perempuan tidak lagi memiliki kebebasan dan
identitasnya sendiri. Posisi perempuan dalam rumah tangga masih dianggap sebagai
peran pembantu suami. Meskipun memiliki hak untuk bekerja, perempuan yang
sudah menikah masih dianggap sebagai penunjang pekerjaan suami. Hal ini
identik dengan kegiatan non-ekonomi yaitu sebagai pengurus rumah tangga dan
pengasuh anak. Tidak ada jaminan serta penghargaan dalam bentuk materi pada
yang lebih kepada laki-laki dalam melakukan kegiatan ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja siang malam dalam rumah tangga
jarang diapresiasi, bahkan status sosial dan ekonominya selalu mengikuti suami dan
76
dan menuntut hak yang sama dengan laki-laki, tetap saja ada masalah-masalah yang
menimbulkan masalah baru dimana impian perempuan terbatas hanya bekerja saja
apresiasi dari keluarga, dan tidak bergantung pada laki-laki. Di sisi lain perempuan
menjalankan fungsi ganda. Little Women adalah film yang memberikan perspektif
hingga saat ini. Kedudukan serta peran perempuan pada tahun 1800an direpresi dan
direduksi menjadi the second sex yang keberadaannya tidak signifikan dalam
faktor utama praktik ini masih berlaku hingga sekarang. Hal ini ironis karena
representasi isu domestifikasi perempuan dalam film yang berlatar waktu lebih dari
150 tahun yang lalu tidak jauh berbeda dan masih relevan di masa sekarang.
77
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada film Little Women (2019)
Tanda yang ditonjolkan antara lain seperti stereotip perempuan sebagai makhluk
yang lebih lemah daripada laki-laki sehingga identik dengan hal-hal yang bersifat
rumah tangga, stereotip tradisional dimana kodrat perempuan adalah menikah dan
dominasi laki-laki pada sektor publik. Karakter tokoh utama sebagai sosok yang
stereotip perempuan di masyarakat yaitu tunduk dan menjadi pihak subordinat serta
tidak langsung. Salah satu dari beragam ideologi yang disampaikan oleh media
kepada masyarakat adalah stereotip gender. Dengan stereotip gender yang sudah
78
beberapa adegan yang dipilih dan dianalisis cukup representatif menunjukkan
5.2 Saran
kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan, media dalam hal ini film diharapkan
dapat menghasilkan tayangan yang lebih sensitif mengenai hal yang berkaitan
dan mengedukasi masyarakat. Namun hal ini akan menjadi sulit jika ideologi yang
tertanam pada individu dan kelompok yang bekerja di balik media masih
yang setara dengan laki-laki dalam ranah publik, jadi tidak seharusnya stereotip
79
perspektif. Hal ini berkaitan dengan minat penonton perempuan terhadap film
Perempuan Dalam Film Tilik” oleh AN Hanifah. Oleh karena itu, penelitian
Peneliti juga berharap akan ada lebih banyak film yang mengangkat isu
tentang domestifikasi perempuan dan kesetaraan gender agar menjadi acuan untuk
80
DAFTAR PUSTAKA
Barthes, Roland. 1988. The Semiotics Challenge. New York: Hill and Wand.
Bungin & Burhan. 2008. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada
Media Group.
Jowett, G & James M. Linton. 1980. Movies as Mass Communication. USA: SAGE
Publication.
81
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenanda
Media Group.
Piliang, Yasraf Amir. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika: Gaya, Kode, dan
Matinya Makna. Bandung: Matahari.
Pranajaya, Adi. 1999. Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar. Jakarta: Yayasan
Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Ridwan, Fauzi & Muhammad Adji. 2019. Representasi Feminisme Pada Tokoh
Utama Dalam Film Crazy Rich Asian: Kajian Semiotika.
https://journal.unpak.ac.id/index.php/salaka/article/view/1282 . Diakses
pada 10 Oktober 2021.
82
Siswati. 2015. Representasi Domestikasi Perempuan Dalam Iklan.
https://ojs.uajy.ac.id/index.php/jik/article/view/417 . Diakses pada 5
Desember 2021.
Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional
Sutorini, MP, Muhammaf Alif, Sarwani. 2019. Semiotika Gender Dalam Film
Brave. https://journal.unpad.ac.id/protvf/article/view/21246 . Diakses pada
10 Oktober 2021.
Ulhasanah, Luluk. 2020. Pemaknaan Stereotip Gender Dan Kelas Sosial Pada Film
Little Women. https://journal.isi.ac.id/index.php/sense/article/view/5100 .
Diakses pada 10 Oktober 2021.
83
Watie, Errika Dwi Setyo. 2010. Representasi Wanita Dalam Media Massa Massa
Kini. https://journals.usm.ac.id/index.php/the-messenger/article/view/297 .
Diakses pada 1 Oktober 2021.
84
B u k i n
a c c
M iE a N
l u r w a h y i
ahyu
Putri
(G.331 G.331.17.0083) mahasiswa ilkom Mrs. Retno Manuhoro
mohon tanya jadwal Mas Edi d
kampu
re sore sampai jam berapa ya mas?
Mohon maaf bu semalam saya kirim
mau
konsulta,
perihal revisi skripsi Tenya ketinggalan, yg point 'berusaha
Saya
SIdang. Terim
Terima kasih.
pasca melawan' ternyata ada di BAB IV A
saya
7.10 AM 209PM
aagenda di jkt.
selasa ada oke-nanti malam dikirim lagi ya 21 M
ada
s e l a s a
an
smp
Saya
8:00 AM
Barusan sudah saya kirim ke email bu
wa
aja 8:01 AM 211 PM
oy
Kinim
wait 2:11 PM
POF Revisi temuan pene.. Baik bu 2:11 PM
33pages 2.0 MB
PDF 12:55 PM
berikut revisi
Selamat siang Mas tdi,
temuan penelitian domestifikasi
Message
0 Message
LEMBAR KONSULTASI
Judul Tugas Akhir : Representasi Domestifikasi Perempuan Dalam Film Little Women
Tanggal Mulai : 14 September 2021
Pembimbing Seminar : Errika Dwi Setyawatie, S.Sos, M.I.Kom
Pembimbing Skripsi : Errika Dwi Setyawatie, S.Sos, M.I.Kom
LEMBAR KONSULTASI
Judul Tugas Akhir : Representasi Domestifikasi Perempuan Dalam Film Little Women
Tanggal Mulai : 14 September 2021
Pembimbing Seminar : Errika Dwi Setyawatie, S.Sos, M.I.Kom
Pembimbing Skripsi : Errika Dwi Setyawatie, S.Sos, M.I.Kom
LEMBAR KONSULTASI
Judul Tugas Akhir : Representasi Domestifikasi Perempuan Dalam Film Little Women
Tanggal Mulai : 14 September 2021
Pembimbing Seminar : Errika Dwi Setyawatie, S.Sos, M.I.Kom
Pembimbing Skripsi : Errika Dwi Setyawatie, S.Sos, M.I.Kom
LEMBAR KONSULTASI
Nomor G / USM.H5.FTIK/V/2022
Lamp.
Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.
Dosen Pembimbing Skripsi
Errika Dwi Setya Watie, S.Sos.,M.l.Kom
Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi
UNIVERSITAS SEMARANG
Di Semarang
Dengan hormat,
Untuk menempuh mata kuliah Skripsi pada Program S1lmu Komunikasi, mohon kepada
mahasiswa yang tersebut di bawah ini:
Nama Metta Rahayu Putri
NIM G.331.17.0083
Program Studi Imu Komunikasi
Pembimbing Skripsi Erika Dwi Setya Watie, S.Sos.,M.I.Kom
Judul TA Representasi Domestifikasi Perempuan di Film Little Women
Dapat diberikan bimbingan dalam pembuatan Skripsi berupa konsutasi dan asistensi.Perlu
kami sampaikan bahwa penyelesaian Skripsi paling lama 1 tahun terhitung semenjak
dikeluarkannya surat penunjukan dosen Pembimbing. Apabila dalam jangka waktu tersebut
belum selesai, maka penulisan Skripsi tersebut dapat
diperpanjang selama 1 tahun berikutnya
dengan memperbarui persyaratan.
Demikian untuk menjadikan periksa, atas bimbingan dan bantuannya diucapkan terimakasih.
Mengetahui
ALUMN URIVERAN, Bekan
SiiAS Ketua Program Studi
A Wakil Dekan lImu Komunikasi