Pokok Bahasan :
Sasaran : Masyarakat
Waktu : 30 menit
Tempat : RSKD
I. LATAR BELAKANG
Salah-satu bentuk dari kejahatan adalah kekerasan terhadap sesama
manusia. kekerasan merupakan suatu konsep yang makna dan isinya sangat
tergantung pada masyarakat sendiri. Selain faktor kekuatan, kekerasan juga
muncul karena adanya kekuasaan yang diabsahkan secara hukum dalam
pengertian yang luas. Kekerasan bisa terjadi dalam berbagai bidang, baik
politik, ekonomi, sosial budaya dan pemikiran agama. Lebih jauh lagi
kekerasan itu telah memasuki ruang lingkup yang paling kecil dan eksklusif
yaitu keluarga. Di dalam keluarga, kekerasan terhadap perempuan bisa
terjadi antara anggota keluarga. Di tengah masyarakat modern yang
dibangun atas prinsip rasionalitas, demokrasi dan humanisme yang secara
teori dapat menekan tindak kekerasan namun budaya kekerasan ini menjadi
sebuah fenomena yang tidak dapat dipisahkan. Segala bentuk kejahatan
terhadap martabat manusia dan kekerasan, terutama kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang
harus dihapuskan.
Biasanya yang menjadi korban dalam KDRT adalah kebanyakan
perempuan. Di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang banyak
1
terjadi pelanggaran hak asasi manusia diantaranya adalah hak-hak
perempuan. Data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan), memperlihatkan bahwa pada sepanjang
tahun 2003 telah terjadi 5.934 kasus kekerasan terhadap perempuan.
Sebanyak 2.703 diantaranya adalah kasus KDRT, dengan korban terbanyak
adalah istri yaitu 2.025 kasus atau 75%.4 Bahkan dalam pengamatan
Kompas, kasus KDRT cenderung meningkat. 5 Seperti halnya fenomena
gunung es, kasus-kasus yang dilaporkan diyakini jauh lebih sedikit
daripada yang tersembunyi dan tidak terungkap.
Untuk itulah kami inggin melakukan penyuluhan mengenai prilaku
KDRT utuk dapat meminimalisir dan mencegah terjadinya prilaku
kekerasan.
IV. METODE
2
Ceramah, demontrasi dan tanya jawab
V. MEDIA
a. Leaflet
b. Leptop
c. LCD
3
-Factor pemicu terjadinya kekerasan demonstrasi
- Dampak dari kekerasan dengan cermat
- Upaya pemulihan dan preventif - Menanyakan hal
b. Memberikan kesempatan pada peserta yang belum jelas
penyuluhan untuk bertanya - Menyimak
c. Menjawab pertanyaan peserta jawaban penyaji
penyuluhan yang berkaitan dengan
materi yang kurang jelas
3. Penutup 7 menit
a. Tanya jawab (evaluasi) :
- Menyimpulkan hasil materi - Menanyakanhal
yang belum jelas
serta menjawab
pertanyaan dari
penyaji untuk
mengetahui
apakah keluarga
sudah mengerti.
4
Setting / Tempat menyerupai huruf “U”
O 4 2 1 O6
5 O6
O O7
3
O O O O 8
O O O O
Keterangan :
1. Papan tulis
2. Laptop
3. LCD
4. Penyaji
5. Moderator/ sekretaris
6. Fasilitator
7. Observer
8. audiens
IX. PENGORGANISASI
a. Penyaji : indah
b. Moderator : agus hari
c. Fasilitator : mariadana
d. Observer : parma
e. Anggota :- asih
- Ardi saputra
5
X. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Materi siap dua hari sebelum penyuluhan
b) Media : lcd, leaflet, dan Laptop siap 1 hari sebelum penyuluhan
c) Penyuluh melaksanakan tugasnya sesuai dengan pembagian tugas
2. Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dimulai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Suasana penyuluhan tertib
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum
penyuluhan selesai
3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien serta pengunjung dapat :
XI. REFERENSI
Gail Wiscart Stuart, Sandra J. Sundeen.2002. Buku Saku Keperawatan
Jiwa, Edisi 3 . Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3.
Jakarta : EGC
MATERI PENYULUHAN
6
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz,
1993).
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua
menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk
kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut
dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)
perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan
hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak
langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah
adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang
harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah
akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi
akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan
yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons
kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
Konselor Pernikahan Jan Held LPC menjelaskan kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) adalah sebuah perilaku manipulatif dan mengontrol
yang dilakukan pasangan. Perilaku kekerasan tersebut mencakup empat hal:
7
1. Kekerasan Fisik : Anda disebut mengalami kekerasan fisik jika
pasangan melakukan pemukulan, ditampar, menarik rambut,
mencekik atau melakukan sentuhan (secara kasar) yang tidak
diinginkan.
2. Kekerasan Seksual : Sentuhan secara seksual, hubungan seksual
yang tak diinginkan adalah bentuk dari kekerasan seksual.
3. Kekerasan Psikis : Anda diisolasi atau dijauhkan dari keluarga dan
teman-teman, setiap aktivitas dipantau pasangan, pasangan terlalu
posesif atau kerap disakiti dengan kata-kata kasar. Jika iya, artinya
Anda sudah mengalami kekerasan psikis.
4. Kecemburuan : Pasangan suka mengancam dan mengintimidasi,
pasangan kerap membuat Anda tersakiti dengan merendahkan atau
mengucapkan kata-kata kasar, pasangan kerap membuat Anda
merasa tidak bisa hidup sendiri, adalah bagian dari kecemburuan.
KDRT adalah pelakuan kasar dalam bentuk fisik dan nonfisik yang
dilakukan oleh seorang atau lebih anggota keluarga kepada anggota lainnya.
8
kepala karena tidak merasa tegantung lagi pada suami secara
ekonomi.
h. Kehamilan yang tidak dikehendaki atau kemandulan,
i. Poligami dan perselingkuhan, dan lain-lain.
9
tersendiri. Setelah periode bulan madu ini, terjadi fase munculnya
ketegangan yang diwarnai oleh pertengkaran, saling diam, atau suami lebih
banyak mengeluh. Ketegangan tersebut berakhir dengan episode kekerasan
lain, setelah itu suami penganiaya merasa menyesal dan berjanji untuk
berubah. Siklus ini terjadi berulang-ulang. Setiap waktu korban terus
berharap bahwa kali ini kekerasan akan berakhir.
Pada awalnya, periode bulan madu dapat berlangsung berminggu-
minggu atau bahkan berbulan-bulan, yang membuat wanita yakin bahwa
hubungan telah membaik dan perilaku suaminya telah berubah. Pada waktu
selanjutnya, episode kekerasan terjadi lebih sering, periode penyesalan tidak
ada sama sekali, dan tingkat kekerasan serta keparahan cedera semakin
berat. Pada akhirnya, perilaku kekerasan rutin terjadi, beberapa kali
seminggu atau bahkan setiap hari.
10
E. Dampak Daei KDRT
Beberapa dampak yang mungkin timbul akibat terjadinya KDRT adalah:
1. Dampak pada istri : perasaan rendah diri, malu dan pasif, gangguan
kesehatan mental seperti kecemasan yang berlebihan, susah makan dan
susah tidur, mengalami sakit serius, luka parah dan cacat permanen,
gangguan kesehatan seksual.
2. Dampak pada anak-anak : mengembangkan prilaku agresif dan
pendendam, mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan,
kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik.
3. Dampak pada suami : merasa rendah diri, pemalu, dan pesimis,
pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri.
4. Korban sebagai perwujudan dampak psikis dari kekerasan yang ia
alami. Ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
dapat tampil dalam perilaku-perilaku berikut ini :
Kehilangan minat untuk merawat diri, yang tampil dalam
perilaku menolak atau enggan makan/minum, makan tidak
teratur, malas mandi atau berdandan, tampil berantakan seperti
rambut kusut, pakaian awut-awutan.
Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, yang
tampil dalam perilaku mengurung diri di kamar, tidak mau
berhubungan dengan orang lain, cenderung diam, dan enggan
bercakap-cakap.
Perilaku depresif, tampil dalam bentuk pandangan mata kosong
seperti menatap jauh ke depan, murung, banyak melamun,
mudah menangis, sulit tidur atau sebaliknya terlalu banyak
tidur, dan berpikir tentang kematian
Terganggunya aktivitas atau pekerjaan sehari-hari, seperti
sering menjatuhkan barang tanpa sengaja, kurang teliti dalam
bekerja yang ditunjukkan dengan banyaknya kesalahan yang
tidak perlu, sering datang terlambat atau tidak masuk bekerja,
11
tugas-tugas terlambat tidak sesuai tenggat waktu, tidak
menyediakan makanan untuk anak padahal sebelumnya hal-hal
ini dilakukannya secara rutin
Ketidakmampuan melihat kelebihan diri, tidak yakin dengan
kemampuan diri, dan kecenderungan membandingkan diri
dengan orang lain yang dianggapnya lebih baik. Contohnya
menganggap diri tidak memiliki kelebihan meski fakta yang ada
menunjukkan hal sebaliknya, atau sering bertanya apakah yang
ia lakukan sudah benar atau belum
Kehilangan keberanian untuk melakukan tindakan yang
ditunjukkan dengan tidak berani mengungkapkan pendapat atau
tidak berani mengingatkan pelaku jika bertindak salah
Stres pascatrauma, yang tampil dalam bentuk mudah terkejut,
selalu waspada; sangat takut bila melihat pelaku, orang yang
mirip pelaku, benda-benda atau situasi yang mengingatkan akan
kekerasan, gangguan kilas balik (flash back) seperti tiba-tiba
disergap bayangan kejadian yang telah dialami, mimpi-mimpi
buruk dan atau gangguan tidur
Kebingungan-kebingungan dan hilangnya orientasi, yang
tampil dalam bentuk merasa sangat bingung, tidak tahu hendak
melakukan apa atau harus bagaimana melakukannya, seperti
orang linglung, bengong, mudah lupa akan banyak hal, terlihat
tidak peduli pada keadaan sekitar, tidak konsentrasi bila diajak
berbicara
Menyakiti diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri
Perilaku berlebihan dan tidak lazim seperti tertawa sendiri,
bercakap-cakap sendiri, terus berbicara dan sulit dihentikan,
pembicaraan kacau; melantur, berteriak-teriak, terlihat kacau
tak mampu mengendalikan diri, berulang-ulang menyebut nama
tertentu, misalnya nama pelaku tanpa sadar
Perilaku agresif, seperti menjadi kasar atau mudah marah
terhadap anak/pekerja rumah tangga/staf atau rekan kerja,
12
membalas kekasaran pelaku seperti mengucapkan kata-kata
kasar, banyak mengeluhkan kekecewaan terhadap pelaku
Sakit tanpa ada penyebab medis (psikosomatis), seperti infeksi
lambung, gangguan pencernaan, sakit kepala, namun dokter
tidak menemukan penyebab medis, mudah merasa lelah, seperti
tidak bertenaga, dan pegal/sakit/ngilu, tubuh sering gemetar
Khusus pada anak, dampak psikis muncul dalam bentuk:
a) Mundur kembali ke fase perkembangan sebelumnya
seperti kembali mengompol, tidak berani lagi tidur sendiri,
kembali ingin terus berdekatan dengan orang lain yang
dirasa memberi rasa aman, harus selalu ditemani
b) Gangguan perkembangan bahasa seperti keterlambatan
perkembangan bahasa, gangguan bicara seperti gagap.
c) Depresi yang tampil dalam bentuk perilaku menolak ke
sekolah; prestasi menurun; tidak dapat mengerjakan tugas
sekolah atau pekerjaan rumah dengan baik yang ditandai
dengan banyaknya kesalahan, kurangnya perhatian pada
tugas atau pada penjelasan yang diberikan orang tua/guru,
dan berbagai keluhan fisik.
13
secara rutin untuk bertukar pikiran, berdiskusi, dan
sharing tentang berbagai masalah yangdihadapi dan
bagaimana jalan keluar yang baik dari masalah yang
dihadapi oleh perempuan.
b) Menjalin hubungan keluarga yang harmonis dan terbuka antara
suami-istri-anak dan keluarga lainya.
c) Menanamkan nilai-nilai agama
d) Perempuan harus berani dan tegas dalam menghadapi laki-laki
agar mereka merasa segan pada perempuan
e) Kendatipun suami dan isteri sama-sama sibuk, cobalah beri
perhatian pada anak-anak dan luangkan waktu untuk berdiskusi
dan bercanda dalam keluarga
f) Jangan menghadapi masalah dalam rumah tangga dengan
emosi, atau menaruh curiga yang berlebihan pada istri/suami.
g) Bila salah satu pasangan sedang marah/emosi, sebaiknya yang
lain menggunakan ilmu Silence is golden, baru kemudian
mendiskusikannya pada saat-saat yang memungkinkan.
14
15