Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan :

Sub Pokok Bahasan : KDRT(Kekerasan Dalam Rumah Tangga)

Sasaran : Masyarakat

Waktu : 30 menit

Hari / Tanggal : kamis,7 November 2019

Tempat : RSKD

Penyuluh : Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Maluku

I. LATAR BELAKANG
Salah-satu bentuk dari kejahatan adalah kekerasan terhadap sesama
manusia. kekerasan merupakan suatu konsep yang makna dan isinya sangat
tergantung pada masyarakat sendiri. Selain faktor kekuatan, kekerasan juga
muncul karena adanya kekuasaan yang diabsahkan secara hukum dalam
pengertian yang luas. Kekerasan bisa terjadi dalam berbagai bidang, baik
politik, ekonomi, sosial budaya dan pemikiran agama. Lebih jauh lagi
kekerasan itu telah memasuki ruang lingkup yang paling kecil dan eksklusif
yaitu keluarga. Di dalam keluarga, kekerasan terhadap perempuan bisa
terjadi antara anggota keluarga. Di tengah masyarakat modern yang
dibangun atas prinsip rasionalitas, demokrasi dan humanisme yang secara
teori dapat menekan tindak kekerasan namun budaya kekerasan ini menjadi
sebuah fenomena yang tidak dapat dipisahkan. Segala bentuk kejahatan
terhadap martabat manusia dan kekerasan, terutama kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang
harus dihapuskan.
Biasanya yang menjadi korban dalam KDRT adalah kebanyakan
perempuan. Di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang banyak

1
terjadi pelanggaran hak asasi manusia diantaranya adalah hak-hak
perempuan. Data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan), memperlihatkan bahwa pada sepanjang
tahun 2003 telah terjadi 5.934 kasus kekerasan terhadap perempuan.
Sebanyak 2.703 diantaranya adalah kasus KDRT, dengan korban terbanyak
adalah istri yaitu 2.025 kasus atau 75%.4 Bahkan dalam pengamatan
Kompas, kasus KDRT cenderung meningkat. 5 Seperti halnya fenomena
gunung es, kasus-kasus yang dilaporkan diyakini jauh lebih sedikit
daripada yang tersembunyi dan tidak terungkap.
Untuk itulah kami inggin melakukan penyuluhan mengenai prilaku
KDRT utuk dapat meminimalisir dan mencegah terjadinya prilaku
kekerasan.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM( TUK)

Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit diharapkan mahasiswa


dapat memahami tentang prilaku kekerasan dalam rumah tangga(KDRT)
dan dapat meakukan sosialisasi pada masyarakat agar perilaku kekerasan
dalam rumah tangga tidak terjadi lagi di masyarakat.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit mahasiswa diharapkan:
1. Mampu menjelaskan mengenai Pengertian dari KDRT
2. Mampu menjelaskan mengenai Bentuk kekerasan dalam rumah
tangga
3. Mampu menjelaskan mengenai Factor pemicu terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga
4. Mampu menjelaskan mengenai Dampak dari kekerasan dalam rumah
tangga
5. Mampu menjelaskan mengelai upaya pemulihan kekerasan dalam
rumah tangga

IV. METODE

2
Ceramah, demontrasi dan tanya jawab

V. MEDIA

a. Leaflet

b. Leptop

c. LCD

VI. ISI MATERI

1. Pengertian dari KDRT


2. Bentuk kekerasan dalam rumah tangga
3. Siklus kekerasan
4. Factor pemicu terjadinya kekerasan
5. Dampak dari kekerasan
6. Upaya pemulihan dan preventif

VII. PROSES PELAKSANAAN

NO. KEGIATAN RESPON KELUARAGA WAKT


U
1. Pendahuluan 3 menit
- Memberikan salam - Membalas salam
- Memperkenalkan diri - Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan - Memberikan
- Menyebutkan materi yang akan respon
disajikan
- Kontrak waktu
2. Penyampaian materi 20
a. Menyampaikan dan menguraikan menit
tentang materi :
- Pengertian dari KDRT - Memperhatikan
- Bentuk kekerasan dalam rumah tangga penjelasan dan
- Siklus kekerasan

3
-Factor pemicu terjadinya kekerasan demonstrasi
- Dampak dari kekerasan dengan cermat
- Upaya pemulihan dan preventif - Menanyakan hal
b. Memberikan kesempatan pada peserta yang belum jelas
penyuluhan untuk bertanya - Menyimak
c. Menjawab pertanyaan peserta jawaban penyaji
penyuluhan yang berkaitan dengan
materi yang kurang jelas

3. Penutup 7 menit
a. Tanya jawab (evaluasi) :
- Menyimpulkan hasil materi - Menanyakanhal
yang belum jelas
serta menjawab
pertanyaan dari
penyaji untuk
mengetahui
apakah keluarga
sudah mengerti.

b. Mengakhiri serta menutup kegiatan - Membalas salam


(salam)

VIII. SETTING TEMPAT

4
Setting / Tempat menyerupai huruf “U”
O 4 2 1 O6

5 O6

O O7
3

O O O O 8
O O O O

Keterangan :
1. Papan tulis
2. Laptop
3. LCD
4. Penyaji
5. Moderator/ sekretaris
6. Fasilitator
7. Observer
8. audiens

IX. PENGORGANISASI
a. Penyaji : indah
b. Moderator : agus hari
c. Fasilitator : mariadana
d. Observer : parma
e. Anggota :- asih
- Ardi saputra

5
X. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur
a) Materi siap dua hari sebelum penyuluhan
b) Media : lcd, leaflet, dan Laptop siap 1 hari sebelum penyuluhan
c) Penyuluh melaksanakan tugasnya sesuai dengan pembagian tugas
2. Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dimulai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Suasana penyuluhan tertib
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum
penyuluhan selesai
3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien serta pengunjung dapat :

a. Mampu menjelaskan pengertian dari KDRT


b. Mampu menjelaskan bentuk kekerasan dalam rumah tangga
c. Mampu menjelaskan siklus kekerasan
d. Mampu menjelaskan factor pemicu terjadinya kekerasan
e. Mampu menjelaskan dampak dari kekerasan
f. Mampu menjelaskan upaya pemulihan dan preventif

XI. REFERENSI
Gail Wiscart Stuart, Sandra J. Sundeen.2002. Buku Saku Keperawatan
Jiwa, Edisi 3 . Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3.
Jakarta : EGC

MATERI PENYULUHAN

6
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz,
1993).
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua
menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk
kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut
dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)
perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan
hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak
langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah
adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang
harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah
akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi
akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan
yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons
kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
Konselor Pernikahan Jan Held LPC menjelaskan kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) adalah sebuah perilaku manipulatif dan mengontrol
yang dilakukan pasangan. Perilaku kekerasan tersebut mencakup empat hal:

7
1. Kekerasan Fisik : Anda disebut mengalami kekerasan fisik jika
pasangan melakukan pemukulan, ditampar, menarik rambut,
mencekik atau melakukan sentuhan (secara kasar) yang tidak
diinginkan.
2. Kekerasan Seksual : Sentuhan secara seksual, hubungan seksual
yang tak diinginkan adalah bentuk dari kekerasan seksual.
3. Kekerasan Psikis : Anda diisolasi atau dijauhkan dari keluarga dan
teman-teman, setiap aktivitas dipantau pasangan, pasangan terlalu
posesif atau kerap disakiti dengan kata-kata kasar. Jika iya, artinya
Anda sudah mengalami kekerasan psikis.
4. Kecemburuan : Pasangan suka mengancam dan mengintimidasi,
pasangan kerap membuat Anda tersakiti dengan merendahkan atau
mengucapkan kata-kata kasar, pasangan kerap membuat Anda
merasa tidak bisa hidup sendiri, adalah bagian dari kecemburuan.
KDRT adalah pelakuan kasar dalam bentuk fisik dan nonfisik yang
dilakukan oleh seorang atau lebih anggota keluarga kepada anggota lainnya.

B. Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga


Ada beberapa faktor yang sering dipandang sebagai pemicu KDRT, yaitu:
a. Pertengkaran masalah uang, suami mengetatkan uang
belanja, memberi uang belanja pas-pasan, sementara isteri banyak
kebutuhan lainnya.
b. Cemburu karena isteri bekerja dan memiliki kedududukan dan
penghasilan lebih tinggi daripada suaminya.
c. Problem/kelainan seksual seperti impotensi, hiperseks, frigid, dan
sadisme seksual.
d. Pengaruh miras, narkoba, perjudian, dan utang.
e. Pertengkaran tentang anak, ketidakserasian cara pandang
terhadap cara pendidikan anak
f. Suami di PHK atau menganggur,
g. Isteri ingin meningkatkan pendidikan atau sibuk dalam
organisasi/bisnis, sering bila isteri bekerja isteri mulai besar

8
kepala karena tidak merasa tegantung lagi pada suami secara
ekonomi.
h. Kehamilan yang tidak dikehendaki atau kemandulan,
i. Poligami dan perselingkuhan, dan lain-lain.

C. Siklus Kekerasan KDRT


Kerap kali para pelaku KDRT membuat pasangannya sulit melepaskan
diri dari mereka. Pelaku ini bisa melakukan berbagai cara misalnya dengan
menguasai atau tidak memberi uang, mencabut akses komunikasi dan
tranportasi. Para pelaku KDRT ini pun punya sikap yang naik turun. Berikut
tiga tahapan sikap mereka :
1. Tahap Membangun Emosi : pada saat ini biasanya pelaku akan
merasa tidak berdaya. Pelaku merasa pasangan yang menjadi korban
KDRT seharusnya menenangkan dan pelaku merasa mereka
memiliki beberapa cara untuk mengatasi stres.
2. Tahap Meledak : ketika stres sudah tidak bisa diatasi, pelaku akan
kehilangan kontrol diri, pelaku pun akan menyalahkan pasangan atas
kekerasan yang mereka lakukan.
3. Tahap 'Bulan Madu' : di tahapan ini si pelaku akan insyaf
mendadak. Mereka akan minta maaf dan berjanji tidak akan
mengulangi perbuatannya. Pelaku juga akan memberikan korbannya
hadiah. Pelaku mengurangi KDRT-nya. Untuk mengatasi perasaan
bersalah, pelaku akan mengalihkan ke hal lain dengan minum
alkohol atau memukul orang/benda lain.
Ada pola yang khas bagaimana penganiayaan terjadi. Episode awal
pemukulan atau perilaku kekerasan biasanya diikuti oleh periode ketika
penganiaya mengungkapkan penyesalannya dan meminta maaf, dengan
berjanji bahwa hal tersebut tidak akan terulang. Ia dapat mengungkapkan
cinta kepada istrinya, bahkan dapat menunjukkan perilaku romantic, dengan
membelikan hadiah dan bunga. Periode penyesalan ini kadang-kadang
disebut periode bulan madu. Wanita biasanya ingin mempercayai suaminya
dan berharap bahwa kekerasan yang dialaminya adalah suatu insiden

9
tersendiri. Setelah periode bulan madu ini, terjadi fase munculnya
ketegangan yang diwarnai oleh pertengkaran, saling diam, atau suami lebih
banyak mengeluh. Ketegangan tersebut berakhir dengan episode kekerasan
lain, setelah itu suami penganiaya merasa menyesal dan berjanji untuk
berubah. Siklus ini terjadi berulang-ulang. Setiap waktu korban terus
berharap bahwa kali ini kekerasan akan berakhir.
Pada awalnya, periode bulan madu dapat berlangsung berminggu-
minggu atau bahkan berbulan-bulan, yang membuat wanita yakin bahwa
hubungan telah membaik dan perilaku suaminya telah berubah. Pada waktu
selanjutnya, episode kekerasan terjadi lebih sering, periode penyesalan tidak
ada sama sekali, dan tingkat kekerasan serta keparahan cedera semakin
berat. Pada akhirnya, perilaku kekerasan rutin terjadi, beberapa kali
seminggu atau bahkan setiap hari.

D. Faktor Pemicu terjadinya Kekerasan KDRT


a) Ada beberapa faktor yang sering dipandang sebagai pemicu KDRT,
yaitu: Pertengkaran masalah uang, suami mengetatkan uang belanja,
memberi uang belanja pas-pasan, sementara isteri banyak kebutuhan
lainnya.
b) Cemburu karena isteri bekerja dan memiliki kedududukan dan
penghasilan lebih tinggi daripada suaminya.
c) Problem/kelainan seksual seperti impotensi, hiperseks, frigid, dan
sadisme seksual.
d) Pengaruh miras, narkoba, perjudian, dan utang.
e) Pertengkaran tentang anak, ketidakserasian cara pandang terhadap cara
pendidikan anak
f) Suami di PHK atau menganggur, Isteri ingin meningkatkan pendidikan
atau sibuk dalam organisasi/bisnis, sering bila isteri bekerja isteri mulai
besar kepala karena tidak merasa tegantung lagi pada suami secara
ekonomi.
g) Kehamilan yang tidak dikehendaki atau kemandulan,
h) Poligami dan perselingkuhan, dan lain-lain.

10
E. Dampak Daei KDRT
Beberapa dampak yang mungkin timbul akibat terjadinya KDRT adalah:
1. Dampak pada istri : perasaan rendah diri, malu dan pasif, gangguan
kesehatan mental seperti kecemasan yang berlebihan, susah makan dan
susah tidur, mengalami sakit serius, luka parah dan cacat permanen,
gangguan kesehatan seksual.
2. Dampak pada anak-anak : mengembangkan prilaku agresif dan
pendendam, mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan,
kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik.
3. Dampak pada suami : merasa rendah diri, pemalu, dan pesimis,
pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri.
4. Korban sebagai perwujudan dampak psikis dari kekerasan yang ia
alami. Ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
dapat tampil dalam perilaku-perilaku berikut ini :
 Kehilangan minat untuk merawat diri, yang tampil dalam
perilaku menolak atau enggan makan/minum, makan tidak
teratur, malas mandi atau berdandan, tampil berantakan seperti
rambut kusut, pakaian awut-awutan.
 Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, yang
tampil dalam perilaku mengurung diri di kamar, tidak mau
berhubungan dengan orang lain, cenderung diam, dan enggan
bercakap-cakap.
 Perilaku depresif, tampil dalam bentuk pandangan mata kosong
seperti menatap jauh ke depan, murung, banyak melamun,
mudah menangis, sulit tidur atau sebaliknya terlalu banyak
tidur, dan berpikir tentang kematian
 Terganggunya aktivitas atau pekerjaan sehari-hari, seperti
sering menjatuhkan barang tanpa sengaja, kurang teliti dalam
bekerja yang ditunjukkan dengan banyaknya kesalahan yang
tidak perlu, sering datang terlambat atau tidak masuk bekerja,

11
tugas-tugas terlambat tidak sesuai tenggat waktu, tidak
menyediakan makanan untuk anak padahal sebelumnya hal-hal
ini dilakukannya secara rutin
 Ketidakmampuan melihat kelebihan diri, tidak yakin dengan
kemampuan diri, dan kecenderungan membandingkan diri
dengan orang lain yang dianggapnya lebih baik. Contohnya
menganggap diri tidak memiliki kelebihan meski fakta yang ada
menunjukkan hal sebaliknya, atau sering bertanya apakah yang
ia lakukan sudah benar atau belum
 Kehilangan keberanian untuk melakukan tindakan yang
ditunjukkan dengan tidak berani mengungkapkan pendapat atau
tidak berani mengingatkan pelaku jika bertindak salah
 Stres pascatrauma, yang tampil dalam bentuk mudah terkejut,
selalu waspada; sangat takut bila melihat pelaku, orang yang
mirip pelaku, benda-benda atau situasi yang mengingatkan akan
kekerasan, gangguan kilas balik (flash back) seperti tiba-tiba
disergap bayangan kejadian yang telah dialami, mimpi-mimpi
buruk dan atau gangguan tidur
 Kebingungan-kebingungan dan hilangnya orientasi, yang
tampil dalam bentuk merasa sangat bingung, tidak tahu hendak
melakukan apa atau harus bagaimana melakukannya, seperti
orang linglung, bengong, mudah lupa akan banyak hal, terlihat
tidak peduli pada keadaan sekitar, tidak konsentrasi bila diajak
berbicara
 Menyakiti diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri
 Perilaku berlebihan dan tidak lazim seperti tertawa sendiri,
bercakap-cakap sendiri, terus berbicara dan sulit dihentikan,
pembicaraan kacau; melantur, berteriak-teriak, terlihat kacau
tak mampu mengendalikan diri, berulang-ulang menyebut nama
tertentu, misalnya nama pelaku tanpa sadar
 Perilaku agresif, seperti menjadi kasar atau mudah marah
terhadap anak/pekerja rumah tangga/staf atau rekan kerja,

12
membalas kekasaran pelaku seperti mengucapkan kata-kata
kasar, banyak mengeluhkan kekecewaan terhadap pelaku
 Sakit tanpa ada penyebab medis (psikosomatis), seperti infeksi
lambung, gangguan pencernaan, sakit kepala, namun dokter
tidak menemukan penyebab medis, mudah merasa lelah, seperti
tidak bertenaga, dan pegal/sakit/ngilu, tubuh sering gemetar
 Khusus pada anak, dampak psikis muncul dalam bentuk:
a) Mundur kembali ke fase perkembangan sebelumnya
seperti kembali mengompol, tidak berani lagi tidur sendiri,
kembali ingin terus berdekatan dengan orang lain yang
dirasa memberi rasa aman, harus selalu ditemani
b) Gangguan perkembangan bahasa seperti keterlambatan
perkembangan bahasa, gangguan bicara seperti gagap.
c) Depresi yang tampil dalam bentuk perilaku menolak ke
sekolah; prestasi menurun; tidak dapat mengerjakan tugas
sekolah atau pekerjaan rumah dengan baik yang ditandai
dengan banyaknya kesalahan, kurangnya perhatian pada
tugas atau pada penjelasan yang diberikan orang tua/guru,
dan berbagai keluhan fisik.

F. Upaya Pemulihan dan Prevetif


Beberapa upaya/langkah pemulihan dan preventif terhadap kekerasan
terhadap perempuan dan KDRT adalah:
a) Dharma Wanita/BKOW atau LSM yang perduli pada
perempuan
Membuka HOTLINE sebagai wadah curhat dan
konsultasi para korban kekerasan.
Mengkoordinir suatu wadah atau asosiasi para korban
kekerasan. Wadah seperti ini mengadakan pertemuan

13
secara rutin untuk bertukar pikiran, berdiskusi, dan
sharing tentang berbagai masalah yangdihadapi dan
bagaimana jalan keluar yang baik dari masalah yang
dihadapi oleh perempuan.
b) Menjalin hubungan keluarga yang harmonis dan terbuka antara
suami-istri-anak dan keluarga lainya.
c) Menanamkan nilai-nilai agama
d) Perempuan harus berani dan tegas dalam menghadapi laki-laki
agar mereka merasa segan pada perempuan
e) Kendatipun suami dan isteri sama-sama sibuk, cobalah beri
perhatian pada anak-anak dan luangkan waktu untuk berdiskusi
dan bercanda dalam keluarga
f) Jangan menghadapi masalah dalam rumah tangga dengan
emosi, atau menaruh curiga yang berlebihan pada istri/suami.
g) Bila salah satu pasangan sedang marah/emosi, sebaiknya yang
lain menggunakan ilmu Silence is golden, baru kemudian
mendiskusikannya pada saat-saat yang memungkinkan.

14
15

Anda mungkin juga menyukai