Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PEMBERIAN PENYULUHAN TENTANG


RISIKO JATUH PADA LANSIA

Bidang Studi : Ilmu Keperawatan


Hari/Tanggal : Kamis, 25 Mei 2017
Jam : 10.00-10.30
Waktu : 45 menit
Tempat Pelaksanaan : Rumah Ibu G dan keluarga
Sasaran : Ibu G dan keluarga
Topik Kegiatan : Pengetahuan tentang risiko jatuh pada lansia
Subtopik :
1. Bahaya jatuh pada lansia
2. Pencegahan risiko jatuh
3. Penangan pertamana setelah jatuh

A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia atau disebut sebagai lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60
tahun keatas. Pada lansia banyak sekali masalah fisik yang sering terjadi salah satunya yaitu
jatuh. Sekitar 28-35% orang berusia lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahun dan meningkat
bagi mereka yang berusia lebih dari 70 tahun sebesar 32-42%. Frekuensi jatuh meningkat
sesuai dengan usia dan tingkat kelemahan. Insiden jatuh tampaknya bervariasi diantara
negara-negara juga. Misalnya, di China sebesar 6-31% dan di Jepang sebesar 20% lansia
jatuh setiap tahun. Sebuah studi di Daerah Amerika (Latin/Karibia) ditemukan proporsi lansia
yang jatuh setiap tahun mulai dari 21,6% di Barbados sampai 34% di Chile.
Jatuh dan cedera adalah akibat dari masalah utama kesehatan masyarakat yang sering
membutuhkan perhatian medis. Jatuh menyebabkan 20-30% dari luka ringan sampai luka
parah, dan mendasari penyebab 10-15% dari semua kunjungan gawat darurat. Lebih dari 50
% dari rawat inap cedera terkait dengan orang-orang lebih dari 65 tahun.
Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi faktor instrinsik dari dalam diri lanjut usia
tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi,
sinkope, dan dizziness serta faktor ekstrinsik dari lingkungan yang tidak mendukung
(bahaya) meliputi lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan
kurang karena cahaya kurang terang, obat-obatan yang diminum dan alat bantu berjalan. Jika
hal ini tidak ditangani maka hal ini akan menimbulkan rasa takut pada lansia untuk
melakukan aktivitasnya secara mandiri, hal ini jika dibiarkan juga dapat menurunkan usia
harapan hidup pada lansia. Jadi kami mengangkat topik ini untuk menginformasikan kepada
lansia serta keluargnya tentang resiko jatu pada lansia serta cara penanggulangan dan
penanganan resiko jatuh pada lansia yang dapat mengurangi angka jatuh pada lansia.
B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pengetahuan Ibu G
dan keluarga meningkat mengenai risko jatuh.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Ibu Dian akan
dapat:
a. Mampu memahami dan mengerti bahaya jatuh pada lansia
b. Mampu memahami dan mengerti mengenai pencegahan risiko jatuh
c. Mampu memahami dan mengerti penanganan pertama setelah jatuh

C. MANFAAT
1. Manfaat bagi pasien
Dapat mengurangi cemas pada pasien tentang resiko jatuh, sehingga pasien tidak perlu
takut atau cemas untuk melakukan aktivitasnya secara mandiri.
2. Manfaat bagi keuarga.
Menambah informasi tentang bagaimana cara penanggulangan resiko jatuh dan
mengetahui tentang penanganan yang tepat ketika lansia terjatuh.
3. Manfaat bagi perawat.
Dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk masyarakat sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan masyarakat.

B. PESERTA PENYULUHAN
Peserta penyuluhan dalam kegiatan ini bersifat keluarga dengan klien Ibu G dan keluarga.
C. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara Penyuluhan adalah Mahasiswa/Mahasiswi Small Group Disccussion (SGD) 3
semester dua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
D. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. STRATEGI PELAKSANAAN
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan
1. 5 menit Pembukaan:
1. Memberi salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan
3. Menjelaskan metode pelaksanaan penyuluhan
4. Menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan
selama penyuluhan
5. Menjelaskan lamanya penyuluhan
2. 30 menit Pelaksanakan:
Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan
dan teratur.
1. Materi mengenai bahaya jatuh pada lansia.
2. Materi mengenai pencegahan resiko jatuh.
3. Materi tentang penanganan pertama setelah
lansia jatuh.
3. 8 menit Evaluasi
1. Memberi kesempatan kepada Ibu G dan
keluarga untuk bertanya dan berdiskusi.
4. 2 menit Penutup:
Mengakhiri penyuluhan dengan mengucapkan salam
kepada Ibu G beserta keluarga dan mengucapkan
terimakasih atas waktu selama penguluhan
berlangsung.
F. MATERI
Terlampir

G. MEDIA
1. Lembar balik
2. leafleat
Keterangan gambar:
H. SETTING TEMPAT 1. Penyuluh
2. Asisten
1 2 3. Peserta
4. Fasilitator
4 3 4 5. Observator
6. Perlengkapan

5
6
I. PENGORGANISASIAN
Penyuluh : Ni Komang Trisna Prihayanti (1602521043)
Asisten : Ni Made Manisa (1602521047)
Peserta : Ibu Dian
Fasilitator : Ni Putu Putri Cahya Permadani (1602521012)
Ni Komang Dewi Trisia Pratiwi (1602521039)
Observator : Ni Kadek Ita Rosiana (1602521015)
Perlengkapan : Sang Putu Sipo Adnyana (1602521014)
Arianto Arif Djoni (1602521035)
Ni Komang Suastiniasih (1602521050)
Vintya Dwi Pratyaswari (1602521061)
Idalia Gorreti Silva Soares (1602521089)

J. METODE
Ceramah dan tanya jawab.
K. RENCANA EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan dipersiapkan dua bulan sebelum kegiatan dan
pembagian kepengurusan satu minggu sebelum kegiatan
penyuluhan.
 Persiapan media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan:
- Lembar balik diproduksi satu lima hari sebelum hari
H kegiatan.
- Leaf fleat diproduksi tiga hari sebelum hari H
kegiatan.
 Persiapan materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan telah
disisipkan dalam bentuk lisan dan terlampir pada lampiran
materi.
 Persiapan peserta
Humas dari petugas penyuluhan telah melakukan kontrak
waktu dengan Ibu G dan kelurga sebulan sebulum kegiatan
dan menghubungi kembali dua hari sebelum kegiatan.

2. Evaluasi Proses
Selama proses berlangsung ( jumlah peserta, keaktifan peserta,
hambatan yang dihadapi selama proses berlangsung).
 Keluarga Ibu G sedang berada di rumah minimal tiga dari
seluruh anggota keluarga bersedia menjadi responden
penyuluhan hingga seluruh rangkaian penyuluhan berakhir.
 Peserta penyuluhan aktif bertanya.
3. Evaluasi Akhir
 Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK penyuluhan yaitu 70%
peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan yang
dibuat mengenai:
- Peserta dapat mengetahui bahaya dari resiko jatuh.
- Peserta dapat mengetahui pencegahan jatuh pada
lansia.
- Peserta dapat mengetahui penanganan pertama pada
lansia yang jatuh.

Lampiran Materi

Bahaya Jatuh

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan
fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang
sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta
kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok
setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk
ansietas, hilangnya rasa percaya diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia
jatuh (Stanley, 2006).
Menurut Kane (1996), yang dikutip oleh Darmojo (2004), komplikasi-komplikasi jatuh adalah :
a. Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit
berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau
fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.
b. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan
fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan
pembatasan gerak.
c. Meninggal

Pencegahan Faktor Resiko Ekstrinsik


Menurut Darmojo, 2004 lingkungan rumah yang aman untuk lanjut usia adalah lingkungan di
dalam rumah dan di luar rumah. Lingkungan di dalam rumah meliputi kamar mandi yaitu
terdapat pegangan di daerah kamar mandi dan mudah dicapai bila diperlukan, permukaan lantai
pancuran di kamar mandi tidak licin, belakang kesed berlapis karet yang tidak bisa licin,
pembuangan air baik sehingga mencegah lantai licin setelah dipakai. Kamar tidur yaitu kesed
tidak merupakan hambatan yang memungkinkan terpeleset atau tergelincir, terdapat meja di
samping tempat tidur untuk meletakkan kacamata atau barang lain. Dapur yaitu lantai terbuat
dari bahan yang tidak licin, tumpahan-tumpahan cepat dibersihkan untuk mencegah terpeleset,
tempat penyimpanan dapat dijangkau dengan mudah, tersedia tempat pijakan yang stabil untuk
mencapai barang yang letaknya tinggi. Ruang tamu yaitu kesed-kesed tidak terletak di atas
karpet, perabotan diletakkan sedemikian rupa sehingga jalan lalu lebar, tinggi kursi dan sofa
cukup sehingga mudah bagi lanjut usia untuk duduk atau bangkit kursi. Tangga yaitu terdapat ril
pegangan yang kuat dikedua sisi anak tangga, lantai anak tangga tidak licin, barang-barang tidak
diletakkan di lantai anak tangga anak, anak tangga terbawah dan teratas diwarnai dengan warna
terang untuk menandai awal dan akhir tangga. Lingkungan di luar rumah meliputi pintu masuk
depan dan belakang dalam keadaan baik, jalan lalu bebas dari lumpur atau air di musim hujan,
sehingga mencegah terpeleset, anak tangga/ril pegangan harus terpasang kuat.

Pertolongan Penanganan Terjatuh

Menurut Andun Sudijandoko (2000:31) cedera akibat terjatuh ditandai dengan rasa sakit,
pembengkakan, memar, kram, pembatasan gerakan sendi, serta kurangnya kekuatan otot yang
mengalami cedera. Sebelum korban dibawa ke rumah sakit, pertolongan pertama yang bisa
dilakukan yaitu evaluasi awal tentang keadaan umum korban, untuk menentukan apakah ada
keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Jika sudah diketahui tidak ada hal yang
mengancam jiwa korban maka lakukan upaya RICE. Komponen RICE mempunyai peranan
masing masing karena mempunyai fungsi tertentu sehingga saling melengkapi untuk penanganan
cedera. Penanganan cedera pada masa dini sangat signifikan fungsinnya sebagai factor penentu
lamanya proses kesembuhan penderita cedera. Apabila ada tindakan pertama yang salah dalam
penanganan cedera, hal itu akan berefek pada lama dan proses penyembuhan cedera tersebut.
Untuk itu prinsip RICE ini sangan berperan dalam segala macam penanganan cedera.

a. Rest yaitu mengistirahatkan anggota tubuh yang mengalami cedera agar tidak menambah
luas cedera tersebut.
b. Ice yaitu memberikan kompres dingin pada daerah yang mengalami cedera dengan tujuan
untuk mengurangi rasa sakit dan dingin akan membantu menghentikan darah.
c. Compression yaitu memberikan balutan tekan pada anggota tubuh yang mengalami
cedera dengan tujuan mengurangi pembengkakan.
d. Elevation yaitu meninggikan anggota tubuh yang mengalami cedera untuk mengurangi
pembengkakan.

Anda mungkin juga menyukai