Oleh :
I Wayan Ariwibawa
Nim : 201003011
i
DALANG GOWANG
SKRIP KARYA SENI
OLEH:
I WAYAN ARIWIBAWA
NIM : 2010 03 011
ii
DALANG GOWANG
SKRIP KARYA SENI
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
iii
SKRIP KARYA SENI
Karya Seni ini telah di pergelarkan dan di uji oleh dosen penguji, Fakultas
Anggota :
Mengetahui:
Dekan Ketua Jurusan Pedalangan
Fakultas Seni Pertunjukan Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Denpasar Institut Seni Indonesia Denpasar
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan
Yang Maha Esa atas asung kerta wara nugraha-Nya, sehingga karya seni dan skrip
karya ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tanpa hambatan atau rintangan
yang berarti, walaupun disadari, skrip karya ini masih jauh dari kesempurnaan.
atas karya seni yang diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir. Dalam
skrip karya ini, diuraikan latar belakang terwujudnya karya seni, proses
pembentukan, hingga terwujud menjadi suatu karya seni. Garapan ini merupakan
Sangat disadari, bahwa dalam penyusunan skrip dan karya seni ini tidak
akan terwujud seperti sekarang tanpa dukungan dari beragai pihak baik moral
maupun material. Untuk itu pada kesempatan ini, tidaklah berlebihan apabila
v
4. Dru Hendro, S.Sen., M.Si. dan I Gusti Putu Sudarta, SSP., M.Sn.
5. Bapak dan Ibu tercinta yang telah banyak memberi nasehat, maupun
penggarapan.
8. Serta para pendukung lainnya yang sulit untuk disebutkan satu persatu,
maaf karena hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis selaku manusia yang
penuh dengan kekurangan dan masih harus banyak belajar. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi
Penulis
vi
”MOTTO”
vii
DAFTAR ISI
ISI Hal
JUDUL ................................................................................................................... i
MOTTO ............................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
viii
BAB IV WUJUD GARAPAN
BAB V PENUTUP
ix
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
pendukungnya dianggap bermutu tinggi. Keberadaan wayang kulit kini tidak saja
dikenal oleh masyarakat Bali tetapi juga sebagian besar masyarakat Indonesia,
bahkan oleh masyarakat dunia. Dalang dan dunia pewayangan penting sekali
fungsi, dan maknanya sangat penting, terutama dalam rangka usaha untuk
membina mental dan spiritual atas jiwa dan budi pekerti kehidupan rakyat
wayang bukan hanya sekedar hiburan semata, tetapi juga sebagai hasil seni
dan di tempatkan pada satu keseluruhan dan keutuhan. Untuk menyikapinya dan
menempatkan pada proporsinya yang wajar, kita tidak cukup hanya mengenalnya,
timbul kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan. (Kama Salah, 1991 : 1)
kreativitas terhadap seniman itu sendiri. Kreativitas bukan hanya bekal untuk
mencipta saja, tetapi sebagai bekal untuk belajar secara lebih mendalam.
1
Masyarakatpun mulai memberikan nilai tinggi terhadap orang yang kreatif, dalam
hal ini menciptakan sebuah karya seni. Kreativitas menuntun kita untuk menanam,
proses pembenihan gagasan baru, yang original, lebih maju, dan sekaligus
merupakan lompatan atau jenjang baru dalam alam pikiran si pencetus gagasan,
Wayang Kulit Bali khususnya, masih banyak yang tidak mengindahkan pakem-
penggarap untuk ikut serta memberikan apresiasi tentang problema yang terjadi di
hal tersebut dan menempatkan pada proporsinya yang wajar, kita tidak cukup
secara benar.
garapan karya I Ketut Sudiana yang berjudul Grenyem Leak menceritakan tentang
dua sisi dunia, yaitu dunia gaib dan nyata (Sekala dan Niskala). Kedua hal
2
tersebut tidak dapat dipisahkan dalam sisi kehidupan manusia. Dalam garapan
Grenyem Leak terlihat jelas kedua sisi yang dimaksud. Ini terlihat pada saat
pulang ia melihat leak (makhluk astral) yang sedang mempermainkan jabang bayi
di tengah kuburan. Dalang Krekek berusaha merebut jabang bayi tersebut dan
beradu kesaktian hingga akhirnya leak tersebut dapat ditaklukan dan bayi dapat
diselamatkan hingga akhirnya diberi nama Granyam, karena berawal dari grenyem
leak.
adegan penganugrahan gelar dalang gowang pada bagian klimak garapan dan
dunia gaib (dunia gamang) atas permintaan dari Bendesa Sunya Merta (bendesa
gamang), yang berujung pada penugrahan cepala danta bebed sekaligus diberi
Pakeliran ini adalah salah satu bentuk garapan yang memadukan unsur
drama teater dengan wayang kulit sebagai satu kesatuan cerita yang utuh. Drama
dalam bahasa yunani juga; draomai atau dran. Artinya bertindak, berlaku,
berbuat, beraksi, dapat pula berarti naskah lakon. Dan teater berasal dari akar kata
3
sebagai semua jenis dan bentuk tontonan (seni pertunjukan tradisional-rakyat-
1). Sehingga drama teater merupakan hasil dari seni sastra (naskah) yang di
Garapan mengambil tema Rwa Bhineda (dua sisi kehidupan), kedua hal
ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Seperti halnya Dalang Anteban yang
dalam pertunjukan, serta empat tungguh gender wayang sebagai ciri khas wayang
kulit Bali. Adapun tujuannya untuk menambah wawasan dan kreativitas dalam
bidang penggarapan karya seni, baik dari segi bentuk, struktur pertunjukan, tata
Ide merupakan hal mendasar dalam setiap penciptaan sebuah karya seni.
Seperti yang tertuang dalam Buku Ajar “Estetika Karawitan” oleh I Wayan
Suweca, SSKar., M.Mus, menyebut bahwa, ide adalah gagasan yang merupakan
konsep karya, meliputi tema, latar belakang, ruang lingkup atau batasan karya,
judul, makna, tujuan dll (2009 : 49). Semua merupakan gambaran yang akan
direalisasikan lewat bentuk. Hal ini sangat penting adanya, karena dengan ide
yang cemerlang akan menghasilkan karya yang jelas. Dengan ide yang matang
4
pula seorang komposer akan dapat merealisasikan karyanya dengan efisien,
efektif, dan tepat sasaran. Ide dalam konteks penciptaan sebuah karya dapat
pakeliran inovatif, dengan mengambil cerita dari sebuah tulisan berjudul Kama
And Kala oleh C.Hooykaas (1973 : 148) sebagai landasan penggarap dalam
dalang terkenal dengan proses perjalanan yang melelahkan. Beranjak dari hal
dalam hal ini masih kuat berpijak pada unsur tradisi sehingga menuntut
masih tampak jelas, dalam hal ini memasukkan unsur-unsur dari luar dengan
5
pengolahan yang sangat memadai, menjadikan peluang untuk mewujudkan
inovatif dalam garapan ini bertujuan memberikan suatu bentuk (form) yang dapat
nantinya tidak hanya di pusatkan di balik kelir saja, isi cerita akan di sajikan
manusia dan tata panggung baik penampilan yang bersifat intrinsik berupa
komponen yang melekat pada penampilan seperti ekspresi dan tata busana, maupu
ekstrinsik, komponen yang lepas dari penampilan seperti tata dekor, penataan
lampu, properti dan suasana panggung, dengan pertimbangan nilai estetik dalam
garapan.
intensitas pakeliran wayang kulit bagi pencintanya adalah termasuk salah satu ide
yang sangat penting dalam penggarapan ini atau setidak-tidaknya ide untuk
6
penikmat bahwa menjadi seorang dalang tidaklah semudah yang dibayangkan. Ini
menginspirasi masyarakat. Jumlah orang yang terlibat dalam garapan ini sejumlah
46 orang pemain.
tindak yang akan dilaksanakan semenjak dari dalam pikiran sampai pada garapan
itu ada. Hal ini bagi penggarap harus jeli dan lihai ketika membahas tentang
konsep. Walaupun konsep itu datangnya secara alami ataupun pengalaman dan
lain-lain. (I Ketut Garwa : 42). Melalui konsep dalam penciptaan sebuah karya
pandangan atau persepsi bagi pembaca dalam proses penggarapan sebuah karya.
Selain itu dapat dijadikan pertanggungjawaban secara tertulis dari sang seniman
nuansa-nuansa baru dengan mengolah media atau materi tradisi yang ada. Dari
sebuah garapan dan di sesuaikan dengan tema yang telah diangkat. Dari hal
7
Penyajian garapan ini adalah sebuah pakeliran inovatif, yaitu sebuah
luar pakeliran pada umumnya dan masih berkaitan dengan tema. Media yang
dilakukan pengolahan baik dari musik iringan maupun wayang itu sendiri.
Media yang dimaksud dalam hal ini adalah pengolahan terhadap lakon
GOWANG sebuah garapan yang cenderung menggali ide-ide atau gagasan baru
kendatipun materi trdadisi masih tampak jelas. Penggunaan teater dalam garapan
teater sebagai penyampai isi cerita yang di tampilkan. Adapun media yang di
umumnya. Hal tersebut penggarap bagi menjadi dua kelompok, yaitu media utama
dan tambahan, adapun media utama adalah boneka wayang kulit, keropak, kelir,
8
gender wayang, lampu blencong dan sebagai media tambahan adalah manusia
sebagai penokohan, semar pegulingan Saih Pitu (Tujuh Nada) sebagai musik
iringan, properti pendukung seperti trap, pohon tiruan, keropak wayang tiruan dan
bentuk inovasi, dan memiliki peranan sangat penting dalam mewujudkan garapan
ini.
1.3.2 Pendukung
empat puluh enam orang pemain termasuk penggarap dan pemain musik iringan,
mengingat banyak melibatkan pemain, dengan kata lain segala hal yang berkaitan
bidang ilmu seni pedalangan di ISI Denpasar, karya seni bertujuan untuk
memberikan suatu bentuk pengalaman yang dirasakan dalam sebuah proses kreatif
berkarya.
menjaga harmonisasi alam nyata dan maya melalui kisah Dalang Gowang.
9
Disamping itu, garapan ini bertujuan untuk mengangkat salah satu tokoh yang
menjadi panutan dan yang selalu dimohonkan bimbingannya oleh setiap dalang
pawayangan Bali pada umumnya, sehingga garapan ini lebih bermanfaat sebagai
sajian artistik yang segar dan sehat. Di samping itu, diharapkan bermanfaat dalam
mampu menambah pengetahuan dalam bidang pakeliran baik dari sisi inovasi dan
tradisi bagi insan akademis khususnya di jurusan pedalangan dan masyarakat luas
pada umumnya.
10
1.6 Ruang Lingkup
teater sebagai salah satu tuntutan kreativitas bagi seorang seniman dalam
berkarya. Garapan Dalang Gowang ini berawal dari kegundahan hati seorang
wayang Dalang Anteban dianugerahi cepala dante bebed dan diberi gelar Dalang
Gowang.
(tujuh nada) dengan harapan dapat mendukung suasana yang dikehendaki dan
empat tungguh Gender Wayang sebagai ciri khas dari pertunjukan wayang kulit
Bali. Media pendukung lain seperti properti dan penggunaan teknik permainan
karya dalam penggalian ide-ide baru atau gagasan-gagasan baru namun tetap
mempertahankan nuansa tradisi pada dasarnya materi tradisi masih tampak jelas,
dalam hal ini memasukkan unsur-unsur dari luar pakeliran dengan pengolahan
11
yang sangat memadai, sehingga memberikan peluang bagi penggarap
dalam garapan ini. Durasi waktu garapan ini disajikan salam 45 menit.
12
BAB II
KAJIAN SUMBER
tentang pengertian teater, sejarah teater, drama dan konflik manusia, drama dan
pakaian, tata arias. Tulisan ini membantu penata bekerja secara terarah dan
Kama and Kala: Material for The Study of Shadow Theater in Bali oleh
C.Hooykaas, (1973). Buku ini memuat berbagai jenis cerita pewayangan. Artikel
menjadi sumber inspirasi dari garapan ini. Kisah mengenai Dalang Anteban
tersebut terdapat dalam sebuah lontar yang ada di Gedong Kertya no.2079 yang
Manik Dalang berupa empat buah wayang punakawan digunakan berlatih wayang
hingga akhirnya terkenal menjadi seorang dalang. Pada suatu hari ia mendapatkan
13
undangan dari Bendesa Gamang untuk melakukan pertunjukan di Desa Sunya
Merta. Seusai pementasan Dalang Anteban dianugerahi cepala dante bebed dan
gelar Dalang Gowang oleh Betara Manik Dalang. Berdasarkan cerita tersebut,
GOWANG. Tulisan inilah yang menjadi acuan utama dalam proses penggarapan.
Buku Wayang, Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya oleh Ir. Sri
Mulyono. (1978). Buku ini membahas tentang tantangan wayang masa kini yang
kemasan pewayangan yang inovatif sehingga diminati oleh generasi muda pada
zaman ini.
Buku Estetika: Sebuah Pengantar oleh A.A.M. Djelantik (1999). Buku ini
mengulas bahwa semua benda atau peristiwa mengandung tiga unsur estetis,
yakni: wujud atau rupa, bobot atau isi, dan penampilan atau penyajian.
Penggarapan karya DALANG GOWANG mengacu pada tiga unsur estetis yang
diungkapkan oleh Djelantik. Selain mampu menyajikan sebuah karya yang dapat
dinikmati secara audio dan visual, karya ini juga diharapkan mampu menampilkan
14
2.2 Sumber Diskografi
inspsirasi pada proses penciptaan sebuah garapan. Demikian pula dalam garapan
Dalang Gowang ini penggarap juga menggunakan beberapa rekaman berupa vidio
Maret 2010, bertempat di Bali Safari and Marine Park. Pada video tersebut
Granyam Leak, oleh I Ketut Sudiana S.SP., M.Sn., sebuah garapan yang di
pentaskan dalam rangka hibah seni tahun 2011 di Natya Mandala ISI Denpasar.
I Made Sidja, seorang dalang dari Banjar Bona Kelod, Blahbatuh, Gianyar.
mengenai cerita Dalang Anteban dan memberikan pembabakan yang sesuai untuk
15
Sesungguhnya kata Gowang yang dimaksud berasal dari Kuwang sejenis pohon
“kuwang” atau kurang, yang menuntut seorang dalang untuk tidak cepat puas diri
tentang dunia gamang yang mirip dengan dunia manusia, melakukan segala
dilakukan Pugig menjadi inspirasi dalam adegan-adegan yang dilakukan pada saat
16
BAB III
PROSES KREATIVITAS
Sebuah karya seni tidak akan lahir tanpa adanya sebuah proses
terwujud. Rogers dalam buku Kreativitas Sepanjang Masa oleh Prof. Dr. S.C.
dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu di satu
pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dilain pihak.” Pada
umumnya definisi-definisi ini menekankan aspek “baru” dari produk kreatif yang
dari diri sendiri melahirkan sesuatu yang baru, dalam hal ini tentunya
tahapan yang harus dilalui, seperti yang dikatakan Alma Hawkin Creating
Through Dance dalam (Arka Dwipayana Tri Hita Karana Dalam Bahasa Visual
2011 : 21) disebutkan bahwa, penciptaan seni tari yang baik memakai atau
melewati metode yang terdiri dari tiga tahapan yaitu, Penjajagan (Eksplorasi),
17
langkah akhir dari proses tersebut adalah mewujudkannya menjadi sebuah karya
seni.
Berikut adalah uraian dari proses yang telah penggarap lalui dalam
menafsirkan tema yang dipilih (I Ketut Garwa, 2009 : 43). Tahap ini diartikan
ini merupakan sebuah proses perenungan dalam hal pencarian sebuah inspirasi,
hingga penemuan sebuah ide dan sampai kepada penyusunan berbagai bentuk
garapan.
perhatian penggarap adalah masa kecil penggarap yang begitu terobsesi untuk
menjadi seorang dalang, terlibat langsung dalam setiap garapan wayang, problema
dalang-dalang muda saat ini. Dari hal tersebut, penggarap mencari sumber cerita
yang dapat mendukung ide penggarap. Banyak cerita yang menarik untuk digarap,
namun dari sekian banyak cerita, penggarap sangat tertarik untuk mengangkat
cerita perjalanan seorang hingga menjadi seorang dalang yang sangat terkenal di
dua alam sekala dan niskala (nyata dan gaib) yaitu cerita I Wayan Anteban.
18
Diangkatnya cerita Dalang Anteban, tidak lepas dari beberapa fenomena-
menjadi dalang hanya bersifat sesaat dengan tujuan tertentu. Terlalu ambisiusnya
penggunaan gelar seorang dalang, tanpa memikirkan tanggung jawab yang begitu
besar dari seorang dalang di masyarakat sehinga akan berdampak terhadap orang
lain, dan nantinya akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
karena belum pernah diangkat sebelumnya dan di dalamnya banyak terdapat nilai-
nilai etika, moral, kepemimpinan, dan pendidikan yang dapat dijadikan cerminan
dalam kehidupan. Selain itu, terdapat sekilas tentang cermin perjalanan penggarap
dalam melakoni menjadi seorang dalang hingga saat ini. Sehingga penggarap
pakeliran inovatif yang bersumber dari buku Kama and Kala: Material for The
beberapa video pertunjukan wayang kulit inovatif. Selain itu penggarap mencari
sumber-sumber cerita tertulis yang ada kaitannya dengan Dalang Anteban baik
dari kakawin, buku cerita, wawancara, maupun media internet, hingga nantinya
pakeliran inovatif.
19
Setelah cerita ditetapkan penggarap berkonsultasi dengan bapak I Ketut
Kodi, SSP., M.Si., 13 Januari 2014, di rumahnya. Dari proses tersebut didapatkan
tentang teknik pengolahan cerita, alur, tema dan amanat yang terkandung dalam
I Gusti Putu Sudarta, SSP., M.Sn., 30 Januari, 2014, di kampus ISI Denpasar
ke dalam pakeliran inovatif, baik dari segi waktu, isi cerita, dan iringan.
inovatif ini. Selain ikut membantu, secara tidak langsung mereka juga akan
mendapatkan banyak ilmu dari proses-proses latihan dan dapat mereka terapkan
pada saat mereka ujian nanti. Untuk pendukung karawitan penggarap meminta
bantuan kepada Sekha Tabuh Suara Murti Banjar Babakan, Sukawati, Gianyar
dan pendukung tari Sanggar Paripurna, Bone Kelod, Blahbatuh, Gianyar, dengan
Pagulingan Saih Pitu dengan tujuan dapat memberikan suasana yang diinginkan
dalam setiap adegan, serta menggunakan empat tungguh Gender Wayang sebagai
ciri khas dari wayang kulit bali itu sendiri. Melalui karya Dalang Gowang
penggarap berkeinginan berpikir secara kreatif sehingga wayang kulit Bali tetap
dikenal oleh masyarakat dan sebagai salah satu tindakan pelestarian budaya tetap
terjaga.
20
Penyempurnaan konsep atau rancangan tertulis dilakukan guna
mendapatkan suatu kesatuan antara ide, bentuk, dan penampilan, dan merupakan
Tabel 3.1
Tahap Penjajagan (Eksplorasi)
Desember – Januari 2013/2014
Periode Kegiatan/Usaha yang dilakukan Hasil yang didapat
Waktu per
Minggu
21
Minggu I Membaca cerita-cerita dari Mendapatkan ceritera dalang I
berbagai tulisan-tulisan, baik Wayan Anteban, yang sesuai
(Januari berupa kekawin, maupun dengan keinginan penggarap.
2014) bentuk tulisan yang berkaitan
dengan ide
22
suatu karya pakeliran inovatif. Hal terpenting dilakukan adalah berpikir kreatif
tahapan ini juga dilakukan perekayasaan terhadap pertunjukan bila dirasa kurang
Tabel 3.2
Tahap Percobaan (Improvisasi)
Februari – Maret 2014
Periode Kegiatan / Usaha yang Hasil yang didapat
Waktu per dilakukan
Minggu
23
Minggu 2 Merekam musik iringan untuk Didapat rekaman bagian
diisi ruang gerak wayang yang musik iringan bagian satu,
sesuai dengan ritme dan angsel dua dan tiga.
dari iringan yang digarap.
Maret 2014 untuk mengawali latihan. Nuasen merupakan sebuah upacara yang
dilakukan dengan tujuan agar kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan
garapan di rumah bapak I Ketut Budha Astra, Banjar Babakan, Sukawati, Gianyar
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
ragam gerak wayang. Hasil dari ragam gerak tersebut selanjutnya dibentuk
menjadi kesatuan struktur pertunjukan. Tahapan ini menjadi sangat penting dalam
24
pertimbangan-pertimbangan estetis, karena di dalam membuat suatu keutuhan
mengganti gerak-gerak wayang, tari, retorika bila kehadirannya tidak sesuai dalam
konsep garapan.
terhadap dalang-dalang yang ada di daerah Sukawati seperti dalang I Made Juanda
dan I Wayan Narta yang banyak memberikan masukan dalam hal teknik
wayang, tari, dan retorika sebelum ditransfer kepada pendukung, terlebih dahulu
dicatat pada kertas mengenai segala bentuk gerak tari, wayang, dengan retorika
Tabel 3.3
Tahap Pembentukan (Forming)
April - Mei 2014
25
Minggu 2 Latihan pendukung iringan untuk Beberapa perbaikan
memantapkan keseluruhan iringan untuk penyempurnaan
dan memperbaiki beberapa bagian wujud garapan menjadi
yang dirasa perlu dirubah. lebih baik.
26
BAB IV
WUJUD GARAPAN
dari proses penjajagan guna mendapatkan ide hingga mengendapnya sebuah ide.
Berlanjut pada proses percobaan dilakukan terhadap konsep garap hingga berakhir
DALANG GOWANG yang sarat akan nilai artistik, sehingga layak untuk
sendiri. Tidaklah berlebihan bila penulis menjelaskan arti kata teater, diartikan
sebagai sebuah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di
atas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media : percakapan, gerak dan
laku, dengan atau tanpa dekor, (layar dan sebagainya), didasarkan atas naskah
yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.
27
kemungkinan ide yang dapat digarap hingga melakukan perekayasaan terhadap
negatif dari perubahan global yang berimbas pada perubahan sikap dan moral
dalam berbagai sisi kehidupan, dalam hal ini, hak dan kewajiban seorang dalang.
Amir dalam I Ketut Sudiana, S,Sn., M.Sn. (Grenyem Leak : 12). Wayang sebagai
teater mempunyai pungsi yang sama dengan teater-teater pada umumnya yakni
sarana penyampai ceritera perjalanan I Wayan Anteban dan pesan moral kepada
dalang, penggunaan sarana pendukung seperti lampu spot light, strobo, musik,
tembang, dialog dan seting panggung. Dari upaya kreatif tersebut, diharapkan
Garapan dibagi atas tiga bagian. Adapun rumusan pada bagian pertama
kepadanya untuk mengabdikan dirin sebagai seorang dalang dengan simbol empat
buah wayang, delem, sangut, merdah, tualen dihadirkan lewat bayangan dengan
28
bantuan lampu spot light di belakang layar. Pada bagian ini di peragakan oleh
manusia.
dengan media wayang pada umumnya, seperti penggunaan kelir, keropak, boneka
wayang kulit, lampu blencong, gender wayang sebagai musik iringan dengan
inovasi penggarap lakukan adalah penggunaan trap atau panggung buatan sebagai
menggunakan lagu batel dan tunjang sebagai bentuk inovasi penggarap lakukan
29
4.2 Sinopsis.
kecil di anugrahi empat buah wayang delem, sangut, merdah, tualen oleh Jero
Dengan penuh kebimbangan, karena ia tau bahwa sebagai seorang dalang tidaklah
mudah, dalang sebagai panutan bagi masyarakat dengan semua beban dan
tanggung jawab yang harus di emban. Akan tetapi mau tidak mau kini ia harus
asik mempersiapkan wayang. Mengira ki Dalang lupa acara hari itu, mereka
pemain gender. Setelah semua berkumpul, dengan penuh suka cita mereka
Sunya Merta yang akan mengantarkan ke tempat tujuan. Selang beberapa saat
pertunjukan agar segera dimulai. Karena hal tersebut ki Dalang beserta pemain
30
pembantunya naik keatas pentas. Dengan penuh keseriusan pertunjukan
senopati setelah Rsi Bhisma dan Sang Prabhu Kresna wafat dibunuh oleh Arjuna.
tersebut.
dan marah karena merasa dirinya dihina. Namun atas kebijaksanaan Bendesa
Sunya Merta hadir menenangkan situasi dan meminta maaf kepada I Wayan
memberi upah berupa Ali-ali yang dapat mengantarkannya keluar masuk desa
Sunya Merta (alam gaib) dan sebuah Cepale Dante Bebed. Ketika pemain lain
atas pohon Gowang. Atas kejadian tersebut pula Bendesa Sunya Merta
31
4.3 Pembabakan Lakon / Susunan Pepeson
Babak I
Senapati Salya.
32
Penggunaan tata cahaya diharapkan mampu menegaskan adegan
Babak II
arjuna.
- Kayonan
raksasa.
33
tradisi. penggunaan properti trap dengan ukuran (4x4) dengan
pertujukan wayang.
Babak III
pertunjukan wayang.
tengah pementasan
34
N IDE / KONSEP METODE ALASAN /
O DRAMATIS PER TEATRIKAL, CARA / RASIONAL /
ADEGAN BENTUK TARGET / HARAPAN
PENYAJIAN
35
gender, daalangnya, ditaati.
dan bendesa
sunyamerta
Bendesa
6 Sunya Merta Dalang anteban lari dan Untuk memberikan
memberi
. sebuah Ali- menemukan ending serta
ali, Cepala Danta keropaknya tergantung memberikan
Bebed sebagai upah di atas pohon gowang Conclusion
bermain wayang dan kemudian bertemu penyelesaian cerita
gelar DALANG dengan bendesa sunya garapan.
GOWANG. merta memberikan dia
Cepala Dante Bebed
dan sebuah cincin sakti
yang dapat
digunakankeluar masuk
di dunia tak nyata.
Semenjak itu ia di
kenal dengan dalang
gowang.
36
4.4 Naskah
Dalang Anteban : Pangaksamaning ulun ri hyang yogi swari dulur ri sang sida
ngwayang.
37
I Dodol : wayaannnnn!! Jek sing taen nyak semangat ajak ngitung gae,
dik. Njep sing bang gajih ci nyen kin kak dalang e nyen!!!
I Saplar : nak ngudyang kali jani gelar-gelur? Cang sing tepuk bli
kebatek bise ngomong gen, nyen nak sing bise keto! Cang
pesu durinan nak gae jemak cang, sing keto care beli.
Jero dalannnggg…!!
Dalang Anteban : yeehhhh…! Dodol mare cai ngenah, bape be uling tuni
Dodol : aahhhhhhh…! ipun jeleme males, jek sing taen pesu maluna.
Saplar : lais dalange lais, anteg iba milu lais. Kale lais gaen-gaen ne
Dalang Anteban : tukang gender perenan sing ngenah matane? Mai ye tunden,
Ketika berjalan dalang anteban di kejutkan oleh kedatangan bendesa sunya merta.
38
Vokal : ih sang wawu prapta siapa iki marani ingsun.
Bendesa Sunya : jero-jero dalang, titiyang sampun sane polih tangkil ke jeron
titiyang.
Dalang Anteban : yahhh…! dong sube ye, bakat tandruhin titiyang. Yan
Sigra…!!
Perjalanan dalang anteban bersama bendesa sunya merta di iringi dengan vocal
tandak.
Bendesa Sunya : tuh jero dalang, niki sampun desan titiyang. alit-alit titiyang
pangayah e.
39
Luhhhh mai luhhh, jero dalang nak sube dini. Mai-mai abe
Kedatangan rombongan Dalang Anteban di sambut dengan penuh suka cita dan
Dalang anteban : sampun, sampun. Niki tututan titiyang rauhin tukang gender
Bendesa Sunya : inggih duwaning sampun puput. Ngiring mangkin jero dalang
Singkat cerita, pertunjukan dimulai dengan permainan kayon diiringi lagu Gilak
kayonan.
Vocal dalang : biyatitan sang aneng asrama sedeng angiwa Diana lawan
sampurna wirya.
pati tan ana len sira sang Salya mangkat aneng rana magpag
40
ne. semangatang ibane, yan amone jengah kayun bataran cai
Sangut : nah,
Sangut : bayun cang anggon cang bin mani bin, sing jani gen. melem
Delem dan sangutpun menari di iringi dengan lagu bapang delem. Pada saat
Sangut : tuhhh, ketuwange ibane melem. Jeg sing ngelah pangeluk ika,
dewek, jeg sing taen baange beneh kin delem. Nah ken-ken ja
Ida Rsi Bhisma suba rempong, Ida Sang Prabhu Karna masih
41
Tuh dewe ratuu…!
ngamong jiwapramananta.
Delem : nah ci jeg liu san ngabe satwa, ring kene.! ring keto.! yen a
Sangut : nah adengin ja, kaden ci aluh ngarepin sang Pendawa, tonden
mangkat I Bhima
42
Sangut : Bhima to sube Maprageyang bayun gumi, yan I Bhima nyen
Delem : nah,nah,nah,nah,nah...!!
Babat Kayonan : amek sang paremartha pandita wus limpad saking sunyata.
Samangkana...!
caine, njep ilang cai ditu nyen, ija nanang ngalih panak bagus
43
Tuwalen : nah ede cai ngeraos keto, pang sing nyanget-nyangetang jejeh
nampedang?
sajan.
Tuwalen : tuwah ja suba ade pakelep baos ida Sang Salya dugas ida
Tuwalen : aahhhh cai mula sing taen ningeh satwa, Ida Sang Nakula
Tuwalen : cening Sang Nakula, ede cening sebet cutet rikalaning aji
Tuwalen : awak aji serahang aji teken Sang Korawa. Ne jani, mu mulih
Tuwalen : men neh..! diapin ade baos Sang Salya buka kaketo, ede masi
tunayatna nyan. Lan tangkilang awak caine jani ring ida sang
44
Merdah : masedewek wake nanang.
ikanang saruara.
wahana.
astraningulun mangke.
45
Salya mundur kewalahan dengan kesaktian arjuna. Sang Salya mengeluarkan
winijilaningulun. sigraaa…!!
sehingga suasanapun menjadi gaduh. Dalang dan beberapa pemain lainnya ikut
lari ketakutan.
46
kantos sambeh tututan titiyange rauhin tukang gender, dija
mangkin?
47
anggen titiyang cihna subaktin titiyang puniki katur ali-ali.
4.5 Media
Sebagai salah salah satu faktor utama dalam mewujudkan ide-ide kreatif
adalah :
4.5.1 Cerita
Wayan Anteban, sebuah ceritera bersumber dari Kama and Kala, C.Hooykaas.
material for the study of shadow theater in Bali (1973 : 148). Di awali dengan
hidupnya sebagai dalang dengan berbagai tanggung jawab yang harus dia emban.
48
Teringat akan janjinya menghadiri undangan bendesa sunya, bergegas ia
Tibalah di tempat tujuan dan menggelar pertunjukan dengan lakon Senopati Salya.
menyeramkan, dalang dan pemain lain lari ketakutan hingga akhirnya mereka
meminta maaf. Sebagai upah diberikan Cepala Dante Bebed dan mendapat gelar
DALANG GOWANG.
4.5.2 Kelir
Panjang : 3 meter
Lebar : 2 meter
dinding penutup saat pertunjukan berlangsung, terletak di sebelah kanan dan kiri
49
4.5.3 Wayang
- kayonan
- delem
- sangut
- salya
- asuwatama
- rewang-rewang (raksasa)
- gajah
- yudistira
- arjuna
- bhima
- nakula
- sahadewa
- merdah
- tuwalen
- seperangkat panah
50
4.5.4 Iringan
iringan berikutnyan adalah gambelan Semar Pegulingan Saih Pitu (tujuh nada).
Gender Wayang
- Sepasang gangsa
- Sepasang Kantilan
Semar pegulingan
- Sepasang Calung
51
- Satu buah gong
4.5.5 Bahasa
Penggunaan bahasa sebagai sarana penyampai maksud isi cerita dan pesan
bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Kawi dan Bahasa Bali. Bahasa tidak
4.5.6 Lighting
cahaya yang tersedia di stage. Dan penggunaan cahaya lain seperti spot light dan
strobo guna mendukung adegan dramatik dalam garapan ini. Selain itu masih
4.5.7 Layar
Pada garapan ini di pergunakan dua layar depan berwarna hitam dan putih
dan satu buah layar di belakang berwarna hitam yang tersedia di stage. Guna
memberikan perbedaan kesan suasana yang ingin disampaikan pada setiap bagian
52
serta menjadi sekat pembabakan wayang dan mampu mendukung penataan ruang
4.5.8 Properti
tersebut keropak wayang dari bahan spon, pohon beringin, trap dengan ukuran
tujuan lebih mudah untuk dipahami maksud isi cerita yang ingin disampaikan.
sumber. Drama Teater dihadirkan pada bagian pertama dan ketiga sebagai salah
4.6 Pendukung
pemain utama (penggarap sendiri), lima belas (15) pendukung sebagai pemain
teater. Beberapa berasal dari mahasiswa pedalangan dan sebagian besar dari luar
53
mereka juga mendukung lebih dari satu garapan dalam satu periode ujian.
54
4.7 Deskripsi Simbol
: pemain
: Keropak Wayang
: Pohon Beringin
: Layar Hitam
: Layar Putih
: Asap Smoke.
: Lampu Strobo.
55
4.8 Tata Seting Panggung
putih
lampu blencong
di balik kelir
wayang’
penggunaan pertunjukan,
berada di sekeliling
kelir wayang.
56
Lighting : 8 pemain berada di
57
4.9 Notasi Musik Iringan Wayang
Patet Selisir
1 3 1 7 1 ∙ 3 ∙ 1 3 1 7 1 ∙ 3 3
Patet Selendro
5 4 3 4 ∙ 5 ∙ 7 ∙ ∙ ∙ 5 ∙ 7 ∙ ∙
∙ 5 ∙ 7 ∙ 3 ∙ 4 ∙ 5 ∙ 6 ∙ (7)
∙ ∙ ∙ 5 ∙ 3 ∙ 1 ∙ ∙ ∙ 5 ∙ 1 ∙ 7
∙ ∙ ∙ 5 ∙ 3 ∙ 1 ∙ ∙ ∙ 5 ∙ 1 ∙ 7
∙ 4 4 ∙ 4 4 ∙ 4 4 3 ∙ 4 ∙ 5 ∙ 4
4 ∙ 4 4 3 ∙ 1 ∙ 7 ∙ 5 7 4 5 3 4
1 3 7 5 ∙ 4 ∙ 3 ∙ 1 3 ∙ 1 3 ∙ 1
3 1 7 1 ∙ 3 4 5 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙
5 5 4 5 3 4 5 7 5 5 4 5 3 7 3 1
∙ 5 7 1 ∙ 5 7 1 3 4 5 3 ∙ 1 ∙ 7
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ 1 1 3 ∙ 1 ∙ 3
∙ ∙ ∙ 1 1 3 1 3 3 ∙ 5 ∙ 3 ∙ 3 6
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ 3 3 6 3 6 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ 6 6 5 6 5 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙
3 6 5 7 ∙ 5 ∙ 6 ∙ 3 ∙ 3
58
Ketengkong Ngelembar
Patet Selendro
5 7 4 5 4 4 1 3 7 1 5 4 ∙ ∙ ∙ 3
7 1 3 ∙ 7 1 3 ∙ 7 1 3 7 3 1 7 5
3 4 5 ∙ 3 4 5 ∙ 3 4 5 7 3 5 4 3
∙ ∙ 3 5 ∙ 7 1 1 ∙ 7 1 5 ∙ 4 5 3
∙ ∙ 3 5 ∙ 7 1 1 ∙ 7 1 5 3 4 5 7
∙ ∙ 1 5 ∙ 4 5 7 ∙ ∙ 5 5 ∙ 4 5 3
1 1 1 1 1 5 4 (3)
Patet selisir
7 7 5 4 3 ∙ 7 7 5 4 5 3 4 5 7 ∙
5 5 4 5 7 ∙ 5 5 4 5 7 ∙ 5 7 1 3
3 3 7 7 1 1 1 1 5 ∙ 1 ∙ 5 ∙ 7 ∙
7 7 7 7 7 7 ∙ ∙ 3 ∙ 4 3
∙ ∙ 1 3 ∙ 4 ∙ 3 ∙ ∙ 1 3 ∙ 4 ∙ 5
∙ 7 ∙ 5 ∙ 4 ∙ 3
∙ 4 3 ∙ 4 3 1 7 ∙ 1 7 ∙ 1 3 4 3
59
Kebyar transisi ke pertunjukan wayang
7 7 5 4 3 ∙ 7 7 5 4 5 3 4 5 7 ∙
5 5 4 5 7 ∙ 5 5 4 5 7 ∙ 5 7 1 3
3 3 7 7 1 1 1 1 ∙ 5 ∙ 1 ∙ 5 ∙ 7
7 7 7 7 7 7 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ 3 ∙ 4 3
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ (∙) (∙)
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ (∙) (∙)
∙ ∙ ∙ 1 ∙ ∙ ∙ 3 ∙ ∙ ∙ 4 ∙ ∙ ∙ 5
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ 5 1 ∙ 5 1 5 1 ∙ 5 ∙
1 (3)
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ 3
7 1 3 ∙ 7 1 3 ∙ 7 1 3 ∙ 7 5 4 3
5 4 3 ∙ 5 4 3 ∙ 5 4 3 ∙ 5 7 1 3
∙ ∙ ∙ 5 ∙ ∙ ∙ 3 ∙ ∙ ∙ 5 ∙ ∙ ∙ 3
Kebyar ending
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ 7 1 3
∙ 7 1 3 7 1 3 4 5 3 1 (7)
60
∙ 3 1 ∙ 7 1 ∙ 3 4 ∙ 1 ∙ 4 3 ∙ 1 ∙7
∙ 3 1 ∙ 7 1 ∙ 3 4 ∙ 1 ∙ 4 3 ∙ 1 ∙ 7
∙ 5 5 5 ∙ 4 4 4 ∙ 5 5 5 ∙ 7 7 7
3 4 5 7 3 4 5 7 7 1 3 4 5 3 1 (7)
61
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Konsep dan judul garapan ini pada dasarnya terlahir dari pengalaman
pribadi penggarap menjalani kehidupan sebagai dalang dengan berbagai hal yang
berbagai kemungkinan garap yang di temukan pada setiap media yang telah
diuraikan.
Struktur dari garapan ini terdiri atas tiga bagian. Bagian I menggambarkan
I Wayan Anteban teringat akan anugrah empat wayang dari Manik Dalang,
seorang dalang. Teringat akan janji hari itu mementaskan wayang, iapun bergegas
Desa Sunya Merta dengan lakon Senapati Salya. Bagian III adalah bagian akhir
62
mengacaukan pertunjukan I Wayan Anteban, hingga akhirnya ia di beri sebuah
5.2 Saran-Saran
merupakan cermin dari seseorang yang selalu mempunyai keinginan mencari dan
berbuat, sampai sesuatu yang dikehendaki tercapai. Hal ini memerlukan kepekaan
sebuah karya. Beranjak dari hal tersebut hendaknya kita sebagai generasi muda
sekitar kita. Hasil dari kepekaan tersebut dapat kita gunakan untuk memperkaya
imajinasi kreatif sebagai lahan garap ketika melakukan proses kreativitas guna
63
DAFTAR PUSTAKA
Arka Dwipayana, I Kadek. “Tri Hita Karana Dalam Bahasa Visual” Skrip Karya
Tugas Akhir, Denpasar :Fakultas Seni Rupa Dan Desaen ISI Denpasar,
2011.
C. Hooykaas. Kama And Kala, Material For The Study Of Shadow Theatre In
Bali. North-Holand Publishing Company-Amsterdam, London, 1973.
Putu Sudarta, I Gusti. “Kama Salah” Skrip Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Denpasar, 1991.
Sri Mulyono, Is. WayanG, Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya. PT Gunung
Agung, Jakarta, 1978.
Sudiana, I Ketut. “Grenyem Leak” Laporan Penciptaan Dan Dipa, Fakultas Seni
Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar, 2010.
www.google.com.
64
Lampiran I
Jadwal Pelaksanaan
1 Penyusuna
. n Proposal
2 Ujian
. Proposal
3 Penjajagan
.
4 Percobaan
.
5 Pembentuk
. an
7 Ujian TA
.
Keterangan :
65
Lampiran II
SINOPSIS
Panjang pendek, tinggi rendah, hitam putih, baik buruk, nyata dan tidak nyata,
semua seakan tak terpisah dalam setiap sisi kehidupan manusia, berjalan berdampingan
seiring waktu yang terus bergerak. DALANG GOWANG, adalah sebuah garapan wayang
pakeliran inofatif dengan lakon dalang anteban menggelar wayang di dunia gaib. Garapan
ini memadukan unsur teater dengan wayang kulit yang tetap terstruktur.
Alkisah diceritakan seorang dalang yang mendapatkan anugrah dari Sang Hyang
Manik Dalang, berupa empat buah wayang punakawan yang dapat digunakan berlatih
wayang, hingga akhirnya ia menjadi seorang dalang termasyur, di lain hari bendesa
tanpa sengaja rewang dikeluarkan dan penonton seketika berubah menjadi sangat
menyeramkan. Dalang dan pemain panik ketakuatan dan melarikan diri. Keropak
wayang sekaligus meminta maaf. Sebagai imbalan bendesa gamang memberi imbalan
capel dante bebed anugrah dari betara manik dalang, hingga ia dikenal dengan DALANG
GOWANG.
66
Lampiran III
67
15. Made Ayu Desiari : Gamang 7
- Stage Crew
68
Lampiran IV
DAFTAR INFORMAN
69
4. Nama : I Made Juanda
Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : Dalang.
Pekerjaan : Dalang
70
Lampiran V
Susunan Panitia Pelaksana Ujian Tugas Akhir, Pagelaran Seni, dan Yudisium
Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar
Tahun Akademik 2013/2014.
5. Keamanan : SATPAM
6. Pagelaran
6.1 Operator Ligting : I Made Lila Sardana, ST. ( Koordinator )
Soundsystem dan
Rekaman Audiovisual : I Nyoman Tri Sutanaya, A.Md
I Ketut Agus Darmawan, A.Md
I Ketut Sadia Kariasa, ST
Putu Gede Pradnyana Putra
71
6.2 Protokol : A.A.A. Ngurah Sri Mayun Putri, SST
(Koordinator )
Mahasiswa
Dekan,
TTD.
72
Lampiran VI
Fot : 1 Fot : 2
Foto Pementasan Foto Pementasan
Foto : 3
Dokumentasi saat latihan
73
Foto : 4
Dokumentasi latihan di Natya Mandala
“Koleksi pribadi”
Foto : 5 Foto : 6
Dokumentasi pementasan di Natya Mandala Adegan Marah
“Koleksi pribadi” Terhadap Bendesa Sunya Merta
“Koleksi pribadi”
74
Foto : 7
Adegan gamang saat mengganggu dalang anteban
Koleksi pribadi
Foto : 8
Proses pembuata Properti KropK
“Koleksi pribadi”
75
Foto : 9
Dokumentasi Gladi di Natya Mandala.
Adegan gamang dan Penganugrahan gelar dalang Gowang
76