Disusun Oleh :
NIM : 518100848
YOGYAKARTA
2021
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang tak henti-hentinya
memberikan kenikmatan berupa kesehatan jiwa dan raga sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kegiatan praktek kerja lapangan pada Balai Konservasi Borobudur
Kabupaten Magelang yang berjudul “Identifikasi Pemetaan Budaya Pada Kawasan Pedesaan
Laporan ini ditulis berdasarkan program Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan
peneliti di Balai Konservasi Borobudur, yang dimulai pada tanggal 1 Juni 2021 hingga 31
Juli 2021. Adapun laporan disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh bangku
Yogyakarta.
Keberhasilan penyusunan proposal kegiatan ini tidak akan terwujud dan terselesaikan
dengan baik tanpa ada bantuan, bimbingan dan dorongan serta yang tak terhingga nilainya
dari berbagai pihak baik secara material maupun spiritual. Dalam kesempatan ini dengan
segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang terlibat dalam penulisan proposal kegiatan ini. Dan sekaligus penulis mengucapkan
1. Arif Dwi Saputra, S.S., M.M. selaku Ketua Jurusan Pariwisata STP AMPTA
2. Arif Dwi Saputra, S.S., M.M. selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
3. Orang tua penulis yang selalu mendukung dari segi materi dan non materi.
iii
4. Wiwit Kasiyati, S.S., M.A. selaku Kepala Balai Konservasi Borobudur yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan di Balai
Konservasi Borobudur.
5. Sugiyono, S.H. selaku Ketua Pokja Layanan Publik yang membantu dan
6. Ari Swastikawati, S.Si. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
7. Nahar Cahyandaru, S.Si., M.A. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menjalankan tugas magang sehingga data dapat terkumpul dengan baik. Beliau
8. Henny Kusumawati, S.S. selaku Ketua Pokja Pemanfaatan yang telah memberikan
ilmu dan tidak segan berbagi cerita kehidupan kepada penulis. Beliau juga
memberikan pengalaman dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat belajar
9. Isni Wahyuningsih, S.S., M.A. selaku Ketua Pokja Pemeliharaan Candi Mendut,
Candi Pawon, & Kawasan Borobudur yang selalu memberikan pengarahan serta
berlangsung.
10. Sri Sularsih, S.H. selaku Koordinator Pokja Pemanfaatan & Layanan Masyarakat
yang selalu mengajarkan kami banyak hal terutama dalam pemanfaatan dan pelayanan
masyarakat yang ingin berkunjung ke Candi Borobudur dan hal yang berhubungan
dengan Desa Wisata. Banyak ilmu yang penulis dapat dari Beliau. Kami saling
bercerita satu sama lain dan berbagi pengalaman. Beliau juga selalu menemani
iv
penulis. Hal tersebut membuat penulis semakin semangat dalam menjalankan
magang.
11. Iwan Kurnianto, S.T. selaku Koordinator Pokja Pemanfaatan & Layanan Masyarakat
yang selalu mengajarkan penulis untuk selalu menikmati pekerjaan dengan senang
hati. Beliau senantiasa mendampingi penulis selama menjalani masa PKL di Balai
canda tawanya. Beliau selalu membantu dan mentraktir penulis sehingga penulis
12. Mura Aristina yang selalu memberikan ilmunya yang sangat luar biasa kepada
penulis. Beliau berbagi pengalaman hidupnya dimana hal tersebut menjadi motivasi
bagi penulis untuk tetap semangat dan tidak menyerah dalam menjalani kehidupan.
Beliau juga senantiasa berbagi canda dan tawa kepada penulis sehingga suasana
menjadi santai.
13. Seluruh staf Balai Konservasi Borobudur yang telah membantu penulis selama
14. Rekan-rekan PKL terutama Destyo, Fitria, Arista, dan Citra, serta rekan-rekan dari
15. Seluruh pihak yang telah membantu serta memberikan dorongan dan masukan kepada
banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu,
Akhir kata, semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak.
iv
Yogyakarta, 17 September 2021
Penulis
v
DAFTAR ISI
B. Fokus Masalah.......................................................................................... 3
vi
F. Metode Penelitian . . ................................................................................. 13
F. Struktur Organisasi.24
vii
DAFTAR PUSTAKA .... . ................................................................................. 35
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 2 : Sosialisasi Cagar Budaya Kawasan Candi Borobudur di Balkondes Tuk Songo. .............................2
Gambar 3 : Pendampingan pengambilan gambar oleh mahasiswa Untidar di Candi Borobudur bersama Pak
Iwan. ............................................................................................................................................................... 2
Gambar 4 : Temu kenali Kesenian Buto bersama Mas Lukman dan tim. .......................................................... 2
Gambar 6 : Observasi dan wawancara dengan Kepala Dusun Sendaren II dan sesepuh Dusun mengenai
Kesenian Kudo Sendoko. ..................................................................................................................................2
Gambar 7 : Wawancara dengan Kepala Dusun Kretek I dan sesepuh Dusun di Kantor Balai Desa. .................. 2
Gambar 8 : Observasi gamelan yang berada di Kantor Balai Desa Karangrejo. ...............................................2
Gambar 10 : Wawancara dengan sesepuh sekaligus ketua Kubro Kudo Sendoko di Dusun Sendaren II ...........2
Gambar 11 : Wawancara dengan Kepala Dusun Kretek I dan sesepuh Dusun di Balai Desa Karangrejo. .........2
Gambar 12 : Penyerahan cinderamata oleh mahasiswa STP AMPTA kepada pihak Balai Konservasi
Borobudur. ...................................................................................................................................................... 2
Gambar 13 : Sosialisasi Cagar Budaya Kawasan Candi Borobudur di Dusun Wanurejo. ..................................2
Gambar 16 : Temu kenali Desa dengan Mas Lukman dan Tim, mewawancarai salah satu sesepuh. ...............2
ix
Gambar 27: Scan Laporan Kerja Harian PKL 8. .................................................................................................2
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya
alam yang ada di bumi, terutama di Indonesia ini merupakan anugerah yang diberikan
dari Yang Maha Kuasa kepada masyarakat Indonesia, sehingga keberadaannya harus
kita rawat dan jaga agar tetap lestari. Dengan demikian sumber daya alam tersebut
dapat memberikan manfaat kepada anak cucu kita yang akan datang apabila dikelola
dengan baik dan benar. Tidak dapat dipungkiri Negara Indonesia mempunyai banyak
kekayaan baik itu kekayaan hayati maupun kekayaan non-hayati. Tidak sedikit
terutama masyarakat Indonesia sendiri. Tidak hanya memiliki sumber daya alam yang
ada di Indonesia menjadi produk andalan pariwisata, sehingga menjadi salah satu
modal untuk menguatkan citra sebagai negara dan bangsa yang layak menjadi
prinsip norma dan budaya. Pernyataan ini di dukung dengan Goeldner dan Ritchie
kegiatannya memanfaatkan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya
1
(Priyanto, 2016). Sedangkan menurut Pendit (1990) wisata budaya merupakan
perjalanan yang dilakukan satu, dua orang, atau lebih ke tempat lain maupun ke luar
negeri atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup dengan cara
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka,
Indonesia adalah negara yang kaya akan ragam alam dan budaya yang luar
biasa. Menurut data BPS (2010) menyatakan bahwa Indonesia mempunyai 1.340
kelompok etnis, 737 bahasa lokal, 6 agama lokal, serta hampir 245 kepercayaan lokal
yang tersebar pada 17.508 pulau-pulau. Kondisi inilah yang menjadikan Indonesia
memiliki keanekaragaman pusaka budaya baik yang berwujud (tangible) maupun tak
internasional dari UNESCO. Hal ini menjadi salah satu pendorong untuk melestarikan
potensi yang dimiliki. Taylor (2013) menyatakan bahwa keragaman budaya dari
seluruh dunia menunjukkan kekayaan pusaka luar biasa yang perlu untuk dihargai.
Untuk itulah pemetaan budaya perlu dilakukan untuk mendata budaya-budaya yang
Desa merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki potensi baik
itupotensi sumber daya alam, potensi sosial dan budaya yang tidak begitu disadari.
Potensi sumber daya alam, sosial dan budaya ini apabila dimaksimalkan tentunya
akan sangat bermanfat bagi desa dalam mengembangkan pembangunan desa atau
dapat merubah keadaan desa untuk menjadi lebih baik lagi. Setiap daerah tentunya
memiliki ciri khas yang menunjukan desa tersebut sehingga membedakan dengan
2
desa yang lainnya. Suatu ciri khas merupakan hal yang dapat dijadikan sebagai daya
tarik dalam melakukan pengelolaan serta pembangunan yang berkelanjutan, hal ini
dikarenakan dengan adanya ciri khas yang menjadi daya tarik hal tersebut dapat
kesejahteraan masyarakat
Salah satu desa yang memiliki kekayaan baik alam maupun budayanya adalah
salah satu desa yang berada di Kecamatan Borobudur, Desa Karangrejo. Desa
Karangrejo merupakan desa wisata yang memiliki aktivitas wisata yang semuanya
dikelola bersama antara masyarakat, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), dan
kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Desa ini ditetapkan menjadi Desa Wisata melalui
SK Bupati tahun 2017. Namun sejak 2014 melalui Musrenbangdes sepakat desa ini
arahnya mau dibawa ke desa wisata. Dilansir dari laman resmi Disparpora Kabupaten
Berkelanjutan. Hal itu berarti Desa ini memiliki potensi alam dan budaya yang layak
untuk dikembangkan dan dikelola agar dapat menjadi produk unggulan pariwisata.
Dengan demikian, penulis telah menemu kenali dan memetakan budaya yang
ada di Desa Karangrejo Borobudur. Sehingga judul dari laporan praktek kerja
lapangan ini adalah “Identifikasi Pemetaan Budaya Pada Kawasan Pedesaan (Studi
B. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3
C. Tujuan Penulisan
Merujuk pada latar belakang dan permasalahan yang telah diungkap di atas, tujuan
Borobudur
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
penelitian selanjutnya.
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak Balai Konservasi
Karangrejo.
4
E. Landasan Teori
1. Pemetaan Budaya
UNESCO telah menyatakan bahwa pemetaan budaya adalah sebuah alat dan cara
yang krusial dalam melestarikan aset budaya dunia, baik yang nyata (tangible)
sudah ada atau dengan menggunakan riset. Dengan melalui kegiatan riset ini
intangible (seperti sikap dan nilai, memori, dan sejarah/kisah pribadi,). Setelah
dengan menginisiasi berbagai kegiatan atau proyek. Tujuan yang paling utama
dari pemetaan budaya menurut Young Clark, & Sutherland (1994 adalah
5
Sebelum melakukan pemetaan, tahap persiapan perlu dilakukan, antara
pelaksanaan.
Pada tahap pemetaan ini hal yang dilakukan adalah dengan memproses
data yang telah selesai dikumpulkan dan direkam. Data mentah tersebut
memudahkan pemahaman.
c. Evaluasi (evaluation)
3. Desa Wisata
pedesaan yang menawarkan suasana dengan keaslian desa tersebut baik dari segi
dan struktur tatanan desa, serta potensi yang mampu dikembangkan sebagai daya
dan kebutuhan wisata lainya. Desa wisata adalah pengembangan suatu wilayah
desa yang pada hakikatnya tidak merubah apa yang sudah ada tetapi lebih
6
cenderung kepada penggalian potensi desa dengan memanfaatkan kemampuan
unsur-unsur yang ada dalam desa (mewakili dan dioperasikan oleh penduduk
desa) yang berfungsi sebagai atribut produk wisata dalam skala kecil menjadi
serangkaian kebutuhan perjalanan wisata baik aspek daya tarik maupun sebagai
fasilitas pendukungnya.
(2014) desa wisata adalah suatu daerah pedesaan yang menawarkan keaslian baik
dari segi sosial budaya, adat– istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, struktur
tata ruang desa yang disajikan dalam suatu suatu bentuk integrasi komponen
“Cultural Village is a rural area that offers a whole atmosphere that reflects the
authenticity of the countryside, both in terms of social culture, customs, daily life,
traditional architecture, village spatial structure, and has the potential to be
developed various components of tourism, for example: attractions, food and
beverage, souvenir, lodging, and other tourist needs.”
Bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang artinya : Budaya desa yaitu
seluruh suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan, baik dari segi budaya
sosial, adat istiadat, kehidupan sehari- hari, arsitektur tradisional, struktur spasial
Desa wisata merupakan suatu desa yang dikembangkan melalui potensi yang
dimiliki seperti alam dan lingkungan di pedesaan yang masih terjaga dan masih
7
asri. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang penting dalam desa wisata.
transportasi atau penginapan. Melalui desa wisata ini kegiatan yang dilakukan
tidak ada yang berubah, bahkan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa
wisata tersebut menjadi sebuah ciri khas yang digunakan sebagai daya tarik dari
desa tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa desa wisata adalah suatu wilayah
atau daerah pedesaan yang menyajikan seluruh suasana dan menawarkan keaslian
dan juga kekhasan dari desa tersebut sesuai dengan kegiatan masyarakatnya dan
4. Potensi Desa
”The potential of the village tourism comes from the socio-cultural life,
natural environment, and economic activity. It can become a tourist attraction in
the village. The socio-cultural life with a variety of housing (home and shelter),
the ethnic costume (clothing, dress, garment), the culinary (food and beverage),
the art, the tradition, the values or norms and its dynamics of life can be promoted
to provide added value and prosperity to the people.”
Yang dapat diartikan sebagai berikut : Potensi Wisata Desa berasal dari
8
rumah dan tempat berlindung, kostum etnis (pakaian, baju, garmen), makanan dan
minuman, seni, tradisi, nilai atau norma dan dinamika kehidupan dapat
masyarakat.
Pada pembahasan ini potensi desa secara garis besar dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Potensi fisik
Potensi fisik adalah potensi yang berkaitan langsung dengan sumber daya
1) Lahan, lahan selain merupakan tempat untuk tumbuh tanaman, namun juga
digunakan sebagai sumber bahan tambang, batu bara, batu kapur, marmer,
dan sebagainya. Lahan mempunyai jenis tanah yang bisa digunakan untuk
tumbuh tanaman tertentu. Setiap tanaman akan berbeda dengan jenis tanah
yang cocok.
2) Tanah, yang mempengaruhi pada potensi tanah ini adalah bergantung pada
sebuah pedesaan masih memiliki jenis air yang bersih dan melimpah. Air
diperoleh dari tanah dengan hasil penimbaaan atau mata air yang memang
sudah ada.
4) Iklim, iklim disini sangat erat kaitannya dengan temperatur dan curah
tertentu suatu desa akan menjadi lebih maju akibat cocoknya iklim dengan
9
tanaman yang memberikan hasil yang melimpah dan juga pemanfaatan
yang lainya.
b. Potensi nonfisik
aparatur desa, adat istiadat dan budaya. Penduduk desa yang sudah lama
10
3) Aparatur dan Pamong Desa merupakan sarana pendukung kelancaran dan
lahan pertanian agak subur, topografi tidak rata, serta irigasi sebagian
yang tidak subur, topografi kasar (perbukitan) dan sumber air yang
a. Akomodasi
Akomodasi adalah sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat atau
b. Atraksi
wisatawan sebagai partisipasi aktif dalam kegiatan, seperti kursus tari, bahasa,
11
Kriteria dari desa wisata adalah:
a. Memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas (sebagai atraksi
wisata) baik berupa karakter fisik lingkungan alam pedesaan maupun social
budaya kemasyarakatan.
wisatawan.
7. Pemajuan Kebudayaan
terhadap objek pemajuan kebudayaan. Setiap warga negara dapat berperan aktif
antara lain:
a. Tradisi Lisan
pantun, cerita rakyat, atau ekspresi lisan lainnya. Contoh cerita rakyat antara
lain Malin Kundang dari Sumatera Barat, Tangkuban Perahu dari Jawa Barat,
b. Manuskrip
terkandung di dalamnya serta memiliki nilai budaya dan sejarah, seperti serat,
12
babad, kitab, dan catatan lokal lainnya. Contoh babad antara lain Babad
mitosnya. Contoh serat antara lain Serat Dewabuda, yang merupakan naskah
c. Adat Istiadat
diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain, tata kelola lingkungan, tata
d. Permainan Rakyat
pada nilai tertentu dan dilakukan kelompok masyarakat dengan tujuan untuk
e. Olahraga Tradisional
daya tahan tubuh, serta didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh
Contoh olahraga tradisional antara lain bela diri, pasola, lompat batu, dan
debus.
f. Pengetahuan Tradisional
13
menerus serta diwariskan lintas generasi. Contohnya: kerajinan, busana,
g. Teknologi Tradisional
lesung.
h. Seni
terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan atau medium. Seni terdiri atas seni
pertunjukan, seni rupa, seni sastra, film, dan seni media. Seni pertunjukan
antara lain seni tari, seni teater atau seni musik. Contoh seni sastra yaitu
i. Bahasa
bahasa daerah. Di Indonesia terdapat sekitar 700 bahasa daerah yang tersebar
di berbagai pulau, dari ujung Sumatra hingga Papua. Bahkan, dalam satu
14
provinsi bisa terdapat berbeda-beda bahasa daerah. Misalnya di Provinsi Aceh
j. Ritus
secara terus menerus serta diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain,
a. Toleransi.
b. Keberagaman.
c. Kelokalan.
d. Lintas wilayah.
e. Partisipatif.
f. Manfaat.
g. Keberlanjutan.
h. Kebebasan berekspresi.
i. Keterpaduan.
j. Kesederajatan, dan
k. Gotong royong.
15
e. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
F. Metode Penulisan
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
rinci, factual, dan actual yang didasari dengan pengumpulan data dan pengamatan.
Dengan pendekatan kualitatif, semua fakta dan hasil yang telah didapat dari
pengumpulan data dan pengamatan tersebut baik berupa tulisan, gambar, maupun
Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini berjarak sekitar 3 Km dari ibu kota
16
pelaksanaan praktek kerja lapangan. Adapun pelaksanaanya yaitu pada tanggal 1
3. Teknik Cuplikan
(2014:85) adalah teknik pengambilan sample atau informan sebagai sumber data
dengan pertimbangan dan ketentuan tertentu, karena informan atau orang tersebut
dianggap paling tahu mengenai apa yang akan peneliti inginkan sehingga akan
penelitian ini adalah Bapak Heli Rofikun selaku Kepala Desa Karangrejo, Bapak
Karangrejo.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data utama yang digunakan oleh peneliti
yang sedang diteliti. Dengan demikian, data primer dalam penelitian ini adalah
data yang diambil dari sumber utama yaitu berupa hasil wawancara langsung
dengan Bapak Heli Rofikun selaku Kepala Desa Karangrejo, Bapak Kepala
Karangrejo.Data Sekunder
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada
17
perusahaan, Sehingga peneliti menggunakan buku-buku terkait dengan
masalah penelitian dan dengan informasi dari situs internet. Terutama arsip
a. Observasi
kejadian, dan atau peristiwa dengan bantuan media atau instrument untuk
b. Wawancara
sebagai interviewee dengan tujuan atau maksud untuk mencari jawaban atas
apa yang menjadi pertanyaan dari peneliti. Dalam penelitian ini peneliti
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan oleh peneliti adalah berupa
gambar atau foto baik itu dokumentasi pribadi maupun dokumentasi yang
a. Triangulasi Waktu
18
Peneliti akan melakukan pengecekan berulang-ulang agar data yang
bahwa narasumber yang telah ditemui sebelumnya pada awal pertemuan dapat
b. Triangulasi Sumber
sama dan berbeda untuk diteliti lebih lanjut agar terbukti kredibel.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
dengan menggunkan:
a. Reduksi Data
penyaringan ini dilakukan dengan cara mencari dan membuang kata-kata yang
dianggap tidak penting. Sehingga peneliti dapat terfokus pada data yang
data ini akan siap untuk disusun dan dijadikan sebagai tulisan penelitian.
b. Penyajian Data
19
menjadi tabel,grafik, maupun gambar. Hal ini bertujuan agar peneliti lebih
mudah dalam memproses dan memahami data yang ada. Data-data tersebut
akan disusun berurutan dari data yang pertama kali diperoleh sesuai dengan
dari data tersebut. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis
c. Penarikan Kesimpulan
kesimpulan diperlukan untuk menarik garis besar dari data-data yang telah
hasil dari penarikan kesimpulan ini juga berupa data-data nyata yang teruji
8. Alur Peneletian
b. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan terhadap data yang telah
20
Pada tahap ini dilakukan pengecekan dan pemeriksaan melalui uji keabsahan
data yaitu dengan metode triangulasi waktu dan triangulasi sumber yang
Dimana dalam tahap ini peneliti akan menemukan jawaban dari rumusan
21
BAB II
yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan yang
di pimpin oleh Kepala. Untuk menangani Candi Borobudur yang telah selesai dipugar
memerlukan perawatan, pengamatan dan penelitian terus menerus. Oleh karena itu,
maka pada tahun 1991 berdirilah Balai Studi dan Konservasi Borobudur. Pada tahun
Dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2012 kembali berubah nama menjadi Balai
Konservasi Borobudur. Sebenarnya pada awalnya merupakan bentuk lain dari Centre
pelatihan tenaga teknis dalam bidang konservasi dan pemugaran. Beberapa fasilitas
pelaksana pelatihan tenaga teknis konservasi dan pemugaran untuk institusi tingkat
22
membantu konservasi peninggalan sejarah dan purbakala di seluruh Indonesia, bahkan
Nomor 29 Tahun 2015 yang ditetapkan pada tanggal 27 Oktober 2015, Balai
biologi, kimia, dan arkeologi Candi Borobudur dan cagar budaya lainnya;
Berjalannya organisasi atau institusi tidak terlepas dari adanya visi dan misi
maka ditetapkan Visi dan Misi Balai Konservasi Borobudur 2015 – 2019, yaitu :
Visi
23
“Terwujudnya Kelestarian Candi Borobudur Sebagai Warisan Dunia dan Balai
Misi
penunjang, apalagi Candi Borobudur telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia (World
24
Heritage) dengan Nomor 592/1992. Balai Konservasi Borobudur memiliki
mengembangkan berbagai metode konservasi dan kajian konservasi baik dari batu,
bata, kayu, dan lainnya. Selain itu juga digunakan untuk uji coba bahan konservasi
sebagai bahan pengganti yang lebih aman, efektif dan efisien. Bahan-bahan yang telah
universitas dan institusi lain baik dari Indonesia maupun luar negeri. Beberapa
sama pengembangan metode dan teknik konservasi dengan Negara lain. Dalam
mengelola berbagai arsip foto, gambar, buku, dan lainnya pada masa pemugaran
Candi Borobudur yang kedua dan untuk upaya pelestarian Candi Borobudur
penyelamatan jxz giatan monitoring Candi Borobudur secara kontinyu. Selain itu
25
Perpustakaan Balai Konservasi Borobudur berdiri sejak masa
pemugaran yaitu sekitar tahun 1969. Koleksi buku yang ada meliputi text
berseri, kliping, laporan kegiatan dan koleksi arsip proyek pemugaran Candi
konservasi, geologi dan fotografi. Selain itu terdapat juga koleksi buku-buku
tersebut berupa gambar pada kertas kalkir dari berbagai ragam bentuk dan
ukuran (B.0 – B.4), disimpan dalam almari khusus yang terbuat dari besi
2. Laboratorium
26
d. Laboratorium SEM (Scanning Electron Microscope), melakukan
sampel tersebut.
3. Stasiun Klimatologi
Tenggara Candi Borobudur yang dioperasikan secara manual dan satu stasiun
dengan akurasi yang sangat tinggi, detail, dan akurat, menggunakan sistem
perekaman data pada obyek BCB yang rawan dan beresiko rusak, data
27
edukasi, dan penelitian BCB. Data yang dihasilkan 3D Laser Scanner dapat
yang detail, akurat, sub milimetric data, menangkap data dengan cepat,
menangkap data dengan jumlah yang sangat besar dengan akurasi tinggi,
Pasca Gempa di DIY dan Jawa Tengah, Candi Pawon, Pusat Informasi
Situs Kedulan, Candi Gedong Songo, Pasca Gempa SUMBAR dan Riau (Jam
Gadang, Muara Takus, dan situs yang lain), Candi Lumbung Sengi Magelang,
28
Studio Sejarah Restorasi Candi Borobudur didirikan dengan visi
rasa kecintaan terhadap tanah air, persatuan, dan kebanggaan terhadap Negara.
sejak sebelum, saat berlangsung dan setelah restorasi serta kegiatan konservasi
kendaraan operasional Dr. R. Soekmono, satu dari dua ahli arkeologi pertama
pengunjung studio mengenai Candi Borobudur yang bisa dilihat dari berbagai
disiplin ilmu.
29
F. Struktur Organisasi
30
G. Desa Wisata Karangrejo
Desa Wisata Karangrejo merupakan salah satu desa wisata yang berada di Desa
Karangrejo Kecamatan Borobudur dan sangat dekat dengan Objek Wisata Candi
Borobudur. Desa Karangrejo merupakan sebuah desa dengan luas 174 hektare yang
terletak sekitar 3 Km dari kecamatan Borobudur, atau 6 Km dari ibu kota Kabupaten
1. Dusun Kretek 1,
2. Dusun Kretek 2,
3. Dusun Sendaren 1,
4. Dusun Sendaren 2,
Jumlah penduduk di desa Karangrejo ini sebanyak 2.800 jiwa, dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 916 KK yang terdiri dari 251 KK di Dusun Kurahan, 187
dengan ketinggian 230-240 mdpl dengan luas wilayah sekitar 54,55 Km2. Di desa
Karangrejo terdapat empat bukit yang terdiri dari Bukit Rhema, Punthuk Setumbu dan
Punthuk Cemuris yang terletak di dusun Kurahan, dan Bukit Barede terletak di dusun
Sendaren 1. Terdapat juga aliran sungai purba atau yang disebut Sungai Sileng, yang
dialiri mata air dari perbukitan Menoreh. Di Desa Karangrejo juga terdapat berbagai
objek wisata alam seperti Punthuk Setumbu, Bukit Rhema, Bukit Barede, Pendopo
31
BAB III
sadar wisata (pokdarwis) yang sangat aktif. Keaktifan pokdarwis ini berdampak
Perkembangan industri pariwisata di desa yang terdiri atas 6 dusun dan dihuni oleh
sekitar 2,625 penduduk ini terlihat dari ragam pertunjukan serta aktifitas terkait
Mulai dari jenis tari-tarian seperti Brondut Putro Siswo dan Jathilan Kudo Sendoko,
Obat Abit (Bumen), Rebana, hingga seni pertunjukan seperti wayang orang,
kuno dan karawitan. Jathilan Kudo Sendoko merupakan sejenis pertunjukan Kuda
Lumping di mana penari memperaga kan gerakan tertentu hingga penari dirasuki oleh
Punthuk Setumbu untuk men syukuri berkat Tuhan kepada manusia. Punthuk
Setumbu merupakan sebuah titik pandang matahari terbit yang menjadi semakin
terkenal karena masuk dalam salah satu adegan film remaja nasional. Gereja Ayam
yang terletak tak jauh dari Punthuk Setumbu juga ikut menjadi latar di film yang sama
Pada saat ini Desa Wisata Karangrejo ditetapkan sebagai Desa Wisata super
prioritas oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Desa
32
Berkelanjutan. Hal tersebut menjadi salah satu semangat bagi masyarakat untuk terus
mengembangkan Desa Wisata Karangrejo agar menjadi desa wisata dengan potensi
1. Tradisi Lisan
a. Dusun Sendaren II
di batu ini dipercaya ada penunggu bernama Mbah Gading Melati yang
menikah dengan warga dari Dusun Kretek begitu juga sebaliknya. Hingga
saat ini tradisi lisan tersebut masih diyakini dan belum pernah ada yang
b. Dusun Kretek
rumah masih menggunakan tanggal jawa sebagai acuan hari agar hal yang
akan dilakukan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Contohnya jika akan
Suro.
2. Manuskrip
33
Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara terhadap tokoh Desa, penulis
3. Adat Istiadat
Desa Karangrejo memiliki beberapa adat istiadat atau ritual yang dilakukan
masyarakat di setiap Dusun serta masih tetap lestari hingga saat ini, diantaranya:
dan pariwisata Allah SWT serta sebagai rasa syukur atas anugerah yang telah
yang berisikan hasil bumi Desa Karangrejo, dan juga nasi tumpeng sebagai
pada bulan Suro dengan melakukan ziarah ke makam Kyai Sendoko dan Kyai
c. Saparan, merupakan sebuah tradisi yang dilaksanakan pada Bulan Sapar dalam
Abdi Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono I yang hilang secara misterius saat
34
d. Mauludan, merupakan ritual religius dalam rangka memperingati hari
berceramah keagamaan.
e. Rejepan, rejeban ini dilakukan rutin di setiap dusun pada bulan Rajab, yaitu
keyakinan, atau dalam Bahasa Jawa berasal dari kata “sadran” yang artinya
Ruwah Syakban. Pada ritual ini masyarakat biasa melakukan nyekar atau
setelah dilakukan doa bersama. Ritual ini biasa dilakukan di jalan Desa,
g. Bersih dusun, merupakan tradisi warga Sendaren I yang berupa doa bersama
atau kenduri yang dilakukan di masjid. Dalam kenduri bersama ini biasanya
yang terdiri dari nasi dan lauk pauk. Kemudian akan dimakan bersama-sama.
35
dilakukan agar pemain kubro dapat mengalami kesurupan topeng buta. Ritual
dilakukan dengan cara topeng buta yang akan digunakan diletakan di bawah
pohon beringin besar yang ada di sebelah mata air Dusun Sendaren I dan
4. Permainan Rakyat
Di salah satu dusun yang berada di Desa Karangrejo terdapat beberapa permainan
tradisional yang masih dimainkan. Sampai saat ini permainan tersebut masih
rumah Pak Juliet (Kepala Dusun Sendaren II) atau di lapangan Dusun Sendaren II
yang letaknya berada di seberang rumah Kepala Dusun. Permainan ini biasa
dilakukan pada saat sore hari. Permainan tradisional yang masih lestari tersebut
antara lain :
a. Gobag sodor
b. Petak umpet
c. Permainan Kelereng
d. Bekel
e. Jamuran
f. Cublak-Cublak Suweng
g. Congklak
h. Benthik
i. Egrang
5. Olahraga Tradisional
36
a. Dusun Kurahan
adalah kesenian yang berasal dari Dusun Kurahan dimana dalam kesenian ini
gerakan silat. Kesenian ini berasal dari Dusun Bumen Jelapan. Kesenian ini
dilakukan dari tahun 1960-an dan terakhir di lakakukan pada tahun 2012.
c. Dusun Sendaren II
ada di Jogja dan daerah lainya, olahraga ini telah berdiri sejak tahun 1992 dan
6. Pengetahuan Tradisional
a. Pembuatan batik
37
f. Pembuatan bonsay kelapa
g. Pembuatan jamu
7. Teknologi Tradisional
Pada saat ini masyarakat Desa Karangrejo rata-rata telah menggunakan teknologi
zaman. Penggunaan sapi dalam proses pembajakan sawah masih beberapa kali
dilakukan namun hal tersebut hanya dilakukan untuk kegiatan pariwisata atau
salah satu paket wisata yang ada di Desa Karangrejo. Untuk kegiatan sehari-hari
proses pembajakan sawah telah dilakukan dengan traktor agar pekerjaan menjadi
cepat selesai.
8. Seni
1) Syubbanul Muslimin
2) Hadroh
3) Rebana
b. Dusun Sendaren I
1) Rebana
38
2) Brondut Putro Siswo
c. Dusun Sendaren II
d. Dusun Kurahan
2) Prajuritan
3) Gatoloco
1) Ketoprak
2) Wayang orang
3) Karawitan
4) Topeng Ireng
5) Wayang Kulit
6) Ngesti Budaya
7) Ndolalak
9. Bahasa
Desa Karangrejo merupakan desa yang berada di Jawa Tengah, sehingga bahasa
a. Bahasa Indonesia
10. Ritus
39
Terdapat beberapa ritus yang masih dilaksanakan oleh masyarakat di masing-
masing Dusun Desa Karangrejo. Beberapa ritus yang masih dilakukan tersebut
yaitu :
Desa Karangrejo sebelum masa panen. Tradisi ini biasanya berupa sedekahan
yang akan dibagikan kepada tetangga dan ditaruh pada setiap sudut sawah
yang panen sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT dengan perantara
Dewi Sri.
b. Ngapati, merupakan ritual yang berasal dari kata papat atau empat, yang
berarti suatu ritual atau upacara yang dilakukan pada bulan ke-empat masa
kehamilan per tama seorang perempuan dengan tujuan agar bayi yang dalam
c. Mitoni, murupakan ritual yang berasal dari kata pitu atau tujuh yang berati
suatu ritual atau upacara yang dilakukan pada bulan ke-tujuh masa kehamilan
pertama seorang perempuan dengan tujuan agar bayi yang dalam kandungan
40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa Wisata Karangrejo merupakan salah satu desa wisata yang berada di
desa dengan luas 174 hektare yang terletak sekitar 3 Km dari kecamatan
Borobudur, atau 6 Km dari ibu kota Kabupaten Magelang. Lokasi desa wisata ini
Di Desa Karangrejo terdapat empat bukit yang terdiri dari Bukit Rhema,
Punthuk Setumbu dan Punthuk Cemuris yang terletak di Dusun Kurahan, dan
Bukit Barede yang terletak di Dusun Sendaren 1. Terdapat juga aliran sungai
purba atau yang disebut Sungai Sileng, yang dialiri mata air dari perbukitan
Menoreh. Di Desa Karangrejo juga terdapat berbagai objek wisata alam seperti
Punthuk Setumbu, Bukit Rhema, Bukit Barede, Pendopo Kebun Buah, dan
Balkondes Karangrejo.
Selain banyaknya potensi alam yang dimiliki Desa Karangrejo. Desa ini juga
memiliki potensi budaya yang sangat kaya dan beragam. Tidak mengherankan
Desa ini menjadi desa super prioritas dan mendapat sertifikasi Desa Pemajuan
dapat dikembangkan lagi agar menjadi daya tarik wisata yang unik dank has
Potensi budaya yang berada di Desa Wisata Karangrejo penulis dapatkan dari
hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa tokoh yang
41
adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional,
Tradisi lisan yang masih ada hingga saat ini salah satunya adalah penggunaan
melakukan adat istiadat atau ritual hingga saat ini seperti sedekah bumi, nyadran,
miwiti, dan lain-lain. Ritus seperti mitoni, ngapati, dan miwiti pun masih lestari
hingga saat ini. Permainan tradisional seperti congklak, egrang, dan ebrek pun
masih dimainkan oleh anak-anak di Dusun Sendaren II. Kesenian yang ada di
yang berbeda dari tiap Dusun seperti kesenian topeng ireng dari Dusun Kretek.
Tidak hanya kesenian, olahraga tradisional juga masih ada di beberapa Dusun
Desa Karangrejo, seperti gatoloco dan pamayu. Adapula bahasa yang digunakan
oleh warga Desa Karangrejo yaitu Baha Indonesia dan Bahasa Jawa. Tidak hanya
itu, Desa Karangrejo juga memiliki mitos yang masih dipercaya hingga saat ini
yaitu larangan menikah antara warga Dusun Sendaren dan Dusun Kretek.
Wisata Karangrejo. Potensi yang ada dapat menjadikan daya tarik yang kuat
apabila dikelola dengan baik. Potensi budaya tersebut apabila diikemas dengan
Karangrejo akan menjadi desa wisata yang unik, khas, dan unggul.
B. Saran
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan sehingga dapat
menghasilkan data tersebut di atas. Maka penulis dapat memberikan saran yaitu
antara lain :
42
1. Sebaiknya potensi-potensi yang ada dapat dikelola dengan baik dan optimal
agar dapat menjadi potensi yang khas untuk Desa Wisata Karangrejo.
melestarikan potensi budaya yang ada agar tetap lestari, karena potensi ini
3. Potensi yang ada di Desa Karangrejo masih banyak lagi apabila terus digali
43
DAFTAR PUSTAKA
Iwan Nugroho, P. D. (2018). The Planning and The Development of The Ecotourism
Technology (IJCST), P. 3.
Paramit.
Terhadap Desa Wisata di Jawa Tengah. Jurnal Vokasi Indonesia, 4(1). 76-84.
44
Taylor, K, 2003. Cultural Landscape as Open Air Museum: Borobudur World
Heritage and Its Setting. Humanities Research Vol. 10 No. 2 (Monuments and
B. Undang-Undang
C. Web
WIB.
https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrwZeUBeeZgAlMA7iPLQwx.;_ylu=Y29sbwNz
ZzMEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1625745793/RO=10/RU
=https%3a%2f%2fwww.kemdikbud.go.id%2fmain%2fblog%2f2017%2f06%2
fini-10-objek-budaya-dalam-uu-pemajuan-
kebudayaan/RK=2/RS=PuzZk117HNuxXdBSKIwPWdLEOSE- Diunduh
45
LAMPIRAN
46
Gambar 3 : Pendampingan pengambilan
Gambar 2 : Sosialisasi Cagar Budaya Kawasan gambar oleh mahasiswa Untidar di Candi
Candi Borobudur di Balkondes Tuk Songo. Borobudur bersama Pak Iwan.
47
Gambar 6 : Observasi dan wawancara dengan Gambar 7 : Wawancara dengan Kepala Dusun
Kepala Dusun Sendaren II dan sesepuh Dusun Kretek I dan sesepuh Dusun di Kantor Balai
mengenai Kesenian Kudo Sendoko. Desa.
48
Gambar 10 : Wawancara dengan sesepuh sekaligus ketua
Kubro Kudo Sendoko di Dusun Sendaren II
49
Gambar 13 : Sosialisasi Cagar Budaya Gambar 14 : Pendampingan latihan
Kawasan Candi Borobudur di Dusun tari di Dusun Kembanglimus.
Wanurejo.
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
50
Gambar 17: Scan Surat Permohonan PKL.
51
Gambar 19: Scan Lembar Penilaian PKL 2.
52
Gambar 20: Scan Laporan Kerja Harian 1.
53
Gambar 21: Scan Laporan Kerja Harian 2.
54
Gambar 22: Scan Laporan Kerja Harian PKL 3.
55
Gambar 23: Scan Laporan Kerja Harian PKL 4.
56
Gambar 24: Scan Laporan Kerja Harian PKL 5.
57
Gambar 25: Scan Laporan Kerja Harian PKL 6.
58
Gambar 26: Scan Laporan Kerja Harian PKL 7.
59
Gambar 27: Scan Laporan Kerja Harian PKL 8.
60
Gambar 28: Scan Absensi PKL 1.
61
Gambar 29: Scan Absensi PKL 2.
62
Gambar 30: Scan Absensi PKL 3.
63
Gambar 31: Scan Absensi PKL 4.
64
Gambar 32: Scan Absensi PKL 5.
65
Gambar 33: Scan Absensi PKL 6.
66
Gambar 33: Scan Absensi PKL 7.
67
Gambar 34: Scan Absensi PKL 8.
68
Gambar 35: Scan Absensi PKL 9.
69