Anda di halaman 1dari 142

EFEKTIVITAS KEGIATAN PARENTING SKILL DALAM

PEMBERDAYAAN KELUARGA ANAK JALANAN DI PUSAT


PENGEMBANGAN PELAYANAN SOSIAL ANAK ATAU SOCIAL
DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN (SDC)

SKRIPSI

Oleh

Bani Fauziyyah Jehan

NIM : 1110054100030

Program Studi
Kesejahtraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2014
ABSTRAK

BANI FAUZIYYAH JEHAN


1110054100030

Efektifitas Kegiatan Parenting Skill dalam Pemberdayaan Keluarga Anak


Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social
Development Centre for Children

Kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan


pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children adalah salah
satu kegiatan dalam program pemberdayaan keluarga untuk memberikan edukasi
kepada orang tua tentang pengasuhan anak yang baik dan benar terutama dalam
menangani masalah yang dihadapi orang tua dan anak. Terdapat lima tahapan
kegiatan yang terstruktur dalam kegiatan parenting skill yaitu; memberikan
pemahaman tentang arti anak dalam kegiatan orang tua, memberikan pemahaman
tentang kewajiban orang tua terhadap anak, memberikan gambaran perjalanan
hidup anak dari dalam kandungan sampai lahir ke dunia, memberikan pemahaman
dan berdiskusi tentang keahlian yang harus dimiliki orang tua, memberikan
gambaran kisah nyata tentang kehidupan anak jalanan yang terpisan dan
menderita karena terpisah dari orang tuanya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis efektifitas kegiatan parenting skill dalam
pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan pelayanan Sosial
Anak atau Social Development Centre for Children.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
memiliki cirri khas penyajian datanya dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau
rinci dari para responden hasil wawancara atau observasi. Informan dalam
penelitian ini terdiri dari Kordinator Rehabilitasi Sosial, Kepala Bagian
perencanaan dan pendampingan, staff pendampigan social, serta penerima
manfaat yang aktif mengikuti penyuluhan.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, kegiatan parenting skill di
Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for
Children dinilai efektif karena dengan menjalankan lima tahapan yang diterapkan
oleh penyuluh, penerima manfaat merasa mengerti dan paham bahkan sampai bisa
berhasil mempraktekan materi yang disampaikan oleh penyuluh. Karena sesuai
dengan tujuanya, kegiatan parenting skill mampu memberikan perubahan yang
lebih baik pada penerima manfaat yang mengikuti kegiatan tersebut.

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Efektivitas Kegiatan Parenting Skill dalam Pemberdayaan

Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau

Social Development centre for Children (SDC).” Shalawat serta salam senantiasa

selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang

telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat

guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian

skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin

menghaturkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

hingga selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan para

Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. Ibu Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW selaku Ketua Jurusan

Kesejahteraan Sosial dan bapak Ahmad Zaki M.Si selaku dosen

pembimbing akademik. Terimakasih atas nasehat dan bimbingannya.

ii
3. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah membantu mengarahkan, membina, dan selalu bersedia meluangkan

waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi,

dll.

6. Ibu Dra. Kokom Komalawati, M.Si selaku Ketua Lembaga SDC yang

sudah mengizinkan penulis untuk dapat melakukan penelitian di Lembaga

SDC, serta untuk dukungan dan bantuannya selama ini.

7. Kedua orangtua tercinta papaku Sobani dan mamaku Murdiati yang tak

pernah henti memanjatkan doa dan memberikan dukungannya kepada

penulis, sehingga penulis selalu termotivasi dengan kasih sayang kalian

yang begitu besar. Dan untuk adikku Bani Haniyyah Ramadhan, Wieke

Dwiyanti Ramadhani dan Almira Umayhanna Sabine yang juga turut

memberikan dukungannya bagi kelancaran penulisan skripsi penulis.

8. Rifky Hamdani, yang telah memberikan semangat, dukungan moril dan

perhatian terbaiknya kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

9. Sahabatku tercinta Dysa Restiani yang selalu ada meluangkan waktunya

dan memberi semangat untuk penulis di saat kesulitan sehingga penulis

dapat bangkit kembali untuk menyelesaikan skripsi ini.

iii
10. Robby Milana, S.Pd selaku guru yang selalu ada di saat penulis

mengalami kendala dalam menyelesaikan skripsi, guru sekaligus teman

yang banyak mengajarkan banyak hal kepada penulis.

11. Teman-teman setia penulis yang selalu membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini tanpa mengenal lelah Shabrina Dwi Phitarini

Putri, Putri Puspita Sari, dan Lufiarna.

12. Teman-teman terbaik penulis yang selalu memberikan semangat untuk

penulis Isnaniyah, Pinasthi Septian, Dinda Anggraini, Pipit Febrianti, Ika

Nurjayanti, Siti Jumartina dan berjuang bersama-sama dalam

menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman praktikum II kelompok Tanjung Pasir Timur: Miftah, Fadli,

Daus, Eky, Maul, Udin, Prapti, Novi, Lusi, dan Fifi yang sudah seperti

saudara bagi penulis untuk dapat berbagi cerita, pengalaman, dan pelajaran

hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan dukungan yang

begitu baik.

14. Teman-teman terbaik FIDKOM yang tak henti-henti memberikan

semnagat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi, Ardiyat Ningrum,

Rahmawati Agustini, Ismi Kamalia Fitri, Gabyla Anisa, Aya Aisyah dan

Firdha Muftiha.

15. Teman-teman LSO SKETSA FIDKOM yang selalu menyemangati penulis

baik dalam keadaan susah maupun senang.

16. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang

telah memberikan masukan, do’a, dan semangat di setiap perbincangan.

iv
Semoga skripsi ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa

meridhoi setiap langkah kita, Amin yaa Rabb al-alamin.

Jakarta, 23 Desember 2014

Penulis

Bani Fauziyyah Jehan

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8
D. Metode Penelitian.................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 16
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 17

BAB II KERANGKA TEORI


A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas ...................................................... 19
2. Pengukuran Efektivitas .................................................... 21
B. Parenting Skill
1. Pengertian Parenting Skill ................................................ 22
2. Fungsi Parenting ............................................................. 25
3. Pola Pengasuhan .............................................................. 26
C. Pemberdayaan Keluarga
1. Pengertian Pemberdayaan Keluarga ................................ 28
D. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan .................................................. 31
2. Faktor penyebab ............................................................... 33
3. Penanganan Anak Jalanan ................................................ 34

BAB III PROFIL LEMBAGA


A. Sejarah Pendirian Lembaga .................................................... 37
B. Landasan Hukum .................................................................... 38
C. Visi dan Misi .......................................................................... 39
D. Tujuan dan Fungsi Lembaga .................................................. 39
E. Kebijakan dan Program Lembaga .......................................... 40
F. Struktur dan Organisasi .......................................................... 46

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA


A. Keberhasilan kegiatan Parenting Skill di SDC ...................... 49
B. Ketepatan sasaran parenting skill di SDC .............................. 58
C. Kepuasan sasaran parenting skill di SDC .............................. 63
D. Pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill ........ 67

vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 70
B. Saran ......................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 73


LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 11


2. Tabel 2 Kepuasan Penerima Manfaat .......................................................... 65
3. Tabel 3 Indikator Pencapaian Tujuan .......................................................... 68

viii
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Suasana Penyampaian Materi...................................................... 51


2. Gambar 2 Suasana Pemutaran Video Kehamilan ........................................ 54
3. Gambar 3 Formulir Asesmen Awal ............................................................. 59
4. Gambar 4 Kegiatan Asesmen ....................................................................... 60
5. Gambar 5 Kegiatan Home Visit ................................................................... 61
6. Gambar 6 Penandatanganan Kontrak Pelayanan ......................................... 61

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di bentuk berdasarkan ikatan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil

yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan

seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. 1 Keluarga

juga merupakan sebuah rumah bagi seorang anak untuk mendapatkan kasih

sayang dan perhatian yang sudah menjadi haknya ketika anak lahir ke dunia.

Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak

berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai

suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi

anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling

utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga

pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.

orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua

dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan

yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang

perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola

pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan

tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa.

Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-

1
Meghalaya Baylon, Keluarga Dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan (Jakarta: Salemba Medika, 1978), h. 59.

1
2

cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut

sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik

menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka

hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk

menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.

Orang tua diharapkan dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi

anak, yang bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan paling

utama pola asuh yang diterapkan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang

baik pada anak, sehingga dapat mencegah dan menghindari segala bentuk dan

perilaku menyimpang pada anak di kemudian hari, karena anak merupakan sebuah

ujian yang diberikan Allah kepada umat manusia , sebagaimana tersurat dalam

firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal/8 ayat (28), yang artinya:

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai

cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”

Keluarga yang tergolong ekonomi lemah mempunyai pola asuh tersendiri

dalam mengasuh anak-anaknya. Pola asuh indulgent (penelantaran) banyak

dijumpai pada kalangan keluarga ekonomi lemah. Dimana faktor ekonomi lemah

inilah yang dijadikan alasan bagi orang tua untuk menelantarkan anaknya bahkan

membiarkan anak turun ke jalanan untuk turut membantu perekonomian keluarga.

Ini merupakan salah satu dari ketiga permasalahan anak yaitu eksploitasi anak.

Eksploitasi anak (Child exploitation) menunjuk pada sikap diskriminatif atau

perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga atau

masyarakat. Contohnya memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi

kepentingan ekonomi seperti memaksa anak untuk mengamen di jalan dan


3

sebagainya.2 Ketidak mampuan dan ketidak pedulian orang tua untuk memenuhi

kebutuhan dasar inilah yang akhirnya mendorong anak untuk mandiri memenuhi

kebutuhannya terutama di kota-kota besar. Kota besar yang individualis dan sisi

lain berhadapan dengan ketidakmampuan anak memenuhi kebutuhanya

menyebabkan mereka terlantar.

Al-Istambul dalam bukunya “Parenting Guide” mengatakan bahwa

“perilaku buruk atau nakal yang dilakukan oleh anak-anak cenderung akan

dihukum dengan berbagai cara agar perilaku buruk tersebut tidak berulang lagi”.3

Hukuman-hukuman terkadang diluar kemampuan anak-anak, bahkan bukan

hukuman lagi melainkan lebih pantas disebut dengan siksaan. Kalaupun

keburukan ataupun kenakalan itu tidak terjadi lagi namun yang terjadi adalah

perasaan trauma pada diri anak yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Seorang anak sewajarnya berada pada situasi rumah, lembaga pendidikan

dan lingkungan bermain yang di dalamnya berelasi pada orang dan mempunyai

peranan tertentu. Keadaan mencari nafkah seperti yang dilakoni oleh sebagian

kecil anak-anak jalanan yang kurang beruntung dengan menghabiskan sebagian

besar waktunya di jalanan hal ini menyimpang dari fungsi sosial anak.4

Islam sebagai suatu agama yang mengajarkan pemeluknya agar peduli

terhadap lingkungan sekitar, seperti anak jalanan yang merupakan problema sosial

yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi saat ini, memaksa jutaan anak-anak di

kota bekerja di sektor informal terjun di jalanan menambah pendapatan keluarga.

2
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h. 160.
3
Mahmud Mahdi Al-Istambuli, Parenting Guide: dialog imajiner tentang cara mendidik
anak berdasarkan al-Qur’an, assunah dan psikologi, penerjemah: Muhammad Arifin Altus,
(Jakarta: hikmah, 2006), cet.ke-5,h. 49.
4
Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN), Modul Pelatihan Pekerja Sosial Rumah
Singgah (jakarta: BKSN, 2000), h. 7.
4

Oleh karena itu ajaran Islam telah memerintahkan kepada manusia agar senantiasa

saling tolong-menolong diantara sesama muslim. Itulah konteks Al-Qur’an dalam

kesalehan sosial,

Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi,

industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) telah

mempengaruhi masyarakat pada umumnya, tidak semua masyarakat dapat

beradaptasi dengan perubahan sosial tersebut. Mereka cenderung terpuruk karena

tidak dapat mengikuti perubahan tersebut. Salah satunya adalah faktor ekonomi

yang mana semua harga bahan pokok sudah sangat sulit dijangkau dan

mengakibatkan ekonomi keluarga tidak berjalan semestinya. Pendapatan keluarga

kurang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan ekonomi yang semakin tidak

stabil banyak membuat orang tua lupa akan peran mereka sebagai pengasuh dan

pemberi kasih sayang.

Menurut Sharlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana

individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka

sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan

mereka.5 Artinya ialah mendorong mereka untuk menentukan sendiri apa yang

harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi sendiri apa yang harus ia

lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi

sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depanya.

Pemberdayaan keluarga anak jalanan melalui kegiatan “parenting skill”

menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam mengasuh anak.

Pemberdayaan keluarga melalui kegiatan “parenting skill” merupakan alternatif

5
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 53.
5

dalam menanggulangi masalah anak jalanan. Pemberdayaan mempunyai makna

harfiah membuat seseorang berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah

penguatan (empowerment). Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan,

yakni mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan hak-hak asasinya. Di

dalam pemberdayaan terkandung unsur pengakuan dan penguatan posisi

seseorang melalui penegasan terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki dan

seluruh tatahnan kehidupan.6 Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari

orang yang diberdayakan untuk meraih keberdayaanya. Payne mengemukakan

bahwa suatu proses pemberdayaan (empowerment), pada intinya ditujukan guna

membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan

tindakan yang akan ia lakukan yang berkaitan dengan diri mereka, termasuk

mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini

dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk

menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari

lingkunganya.7

Pemberdayaan anak jalanan melalui kegiatan “parenting skill” merupakan

suatu upaya untuk mengajak orang tua anak jalanan untuk tidak membolehkan

anaknya turun ke jalanan. Upaya pengurangan jumlah anak jalanan melalui

pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial

Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC) dilakukan salah

satunya dengan mengadakan program pemberdayaan keluarga dan terdapat

kegiatan “Parenting Skill”. Kegiatan tersebut dilakukan guna memberikan bekal

6
Tata Sudrajat, Anak Jalanan: Dari Masalah Sehari-hari Sampai Kebijakan, Rumah
yang Hilang: Kumpulan Karangan tentang Anak Jalanan (Jakarta: YKAI, 1996), h. 55.
7
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: FEUI, 2001), h. 32.
6

kepada orang tua dalam menghadapi kondisi ekonomi sulit agar tidak menjadikan

anak sebagai korban. Kegiatan ini merupakan sebuah tantangan bagi Pusat

Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street

Children (SDC) untuk dapat merubah pola pikir orang tua anak jalanan yang

sudah bersifat “matrealisme”.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan memfokuskan dan memperdalam

kajian dengan judul “Efektivitas Kegiatan Parenting Skill dalam

Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan

Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Childreen (SDC)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan penulis dalam hal waktu dan agar terfokusnya

pemikiran maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada

Efektifitas Kegiatan Parenting Skill dalam pemberdayaan keluarga anak

jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social

Development Centre for Children (SDC). Adapun pembatasan tersebut

diantaranya berupa pengukuran efektivitas menurut Cambel J.P dimana dalam

hal ini dapat dilihat dari keberhasilan kegiatan/program, ketepatan sasaran,

kepuasan terhadap kegiatan/program, dan pencapaian tujuan menyeluruh.

Disamping itu, penulis juga membatasi masalah hanya dalam hal

pemberdayaan keluarga anak jalanan yang memiliki ekonomi menengah

kebawah, serta anak jalanan yang bekerja turun ke jalan untuk membantu
7

memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Penelitian pada kegiatan Parenting Skill

ini penulis batasi hanya pada kegiatan di tahun 2014.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah umum dalam

penelitian ini adalah:

“Bagaimana efektifitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan

keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak

atau Social Development Centre for Children?”

Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Bagaimana keberhasilan kegiatan parenting skill di Pusat

Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social

Development Centre for Children?

b. Bagaimana keberhasilan sasaran kegiatan parenting skill di

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social

Development Centre for Children?

c. Bagaimana kepuasan terhadap kegiatan parenting skill di

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social

Development Centre for Children?

d. Bagaimana pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan

parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial

Anak atau Social Development Centre for Children?


8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui efektifitas kegiatan parenting skill dalam

pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan

Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus yaitu:

a. Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan parenting skill di

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social

Development Centre for Children.

b. Untuk mengetahui keberhasilan sasaran kegiatan parenting

skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau

Social Development Centre for Children.

c. Untuk mengetahui kepuasan penerima manfaat terhadap

kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan

Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.

d. Untuk mengetahui pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan

parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial

Anak atau Social Development Centre for Children.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan peneliti dari penelitian ini antara lain:


9

a. Secara teoritis, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan

dapat menambah wawasan tentang ilmu pemberdayaan

keluarga anak jalanan melalui kegiatan parenting skill.

b. Secara akademis, dapat dijadikan sebagai bahan informasi

bagi perpustakaan Universitas, perpustakaan Fakultas, serta

sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

c. Secara praktis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan sebagai evaluasi kritis dalam

pengembangan keluarga anak jalanan baik kelompok

maupun perorangan yang dilakukan oleh lembaga social

yang peduli atas nasib mereka.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan

setting sosial secara lengkap mengenai langkah-langkah/kegiatan parenting

skill yang dilakukan oleh lembaga Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial

Anak atau Social Development Centre for Children (SDC).

Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa metode penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat

diamati.8 Penelitian ini berupaya menggambarkan secara sistematis

mengenai berbagai komponen atau faktor-faktor yang terkait seperti

8
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
h. 3.
10

bagaimana cara SDC memberikan pemahaman tentang pola pengasuhan

anak yang baik kepada para orang tua melalui media MS. Power Point,

video, dan sharing.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Data

tersebut bisa brasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen pribadi,

catatan lapangan, dan dokumen resmi lainya. Metode deskriptif ditujukan

untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang

ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi, juga menentukan

apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama

dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana yang akan

datang.9 Peneliti menggunakan metode deskriptif karena peneliti

menganggap bahwa mtode penelitian ini dapat menggambarkan tentang

suatu peristiwa, kondisi, dan situasi terutama dalam menganalisis efektifitas

kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak jalanan di SDC.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan, mulai

dari 25 April 2014 hingga 19 September 2014. Adapun yang menjadi ,lokasi

penelitian diantaranya:

a. Pusat Pelayanan Sosial Anak atau Social Development

Centre for Children (SDC) yang bertempatkan di Jln. PPA

Bambu Apus RT06 RW01 Cipayung Jakarta Timur.

9
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaha Rosdakarya,
2006) cet. 12, h. 25.
11

b. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Wanita

Bahagia Serang-Banten, 11 September 2014.

4. Teknik Pemilihan Narasumber

Penulis menggunakan teknik probability sampling dalam memilih

narasumber, probability sampling adalah teknik penambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel.10 Jenis yang dipakai dalam penelitian ini

simple random sampling yaitu dikatakan simple karena pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu.11 Dalam hal ini peneliti memilih

narasumber yakni orang tua anak jalanan yang ikut berpartisipasi dalam

kegiatan parenting skill yang diselenggarakan oleh SDC tanpa melihat dari

kriteria tertentu guna mengetahui efektifitas yang dirasakan oleh para orang

tua terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh SDC tersebut.

Untuk lebih jelasnya, keterangan narasumber yang diperoleh dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Rancangan Penelitian

No. Narasumber Informasi yang dicari Jumlah

1. Ketua Lembaga Mencari tahu tentang data dan 1 orang

SDC profil lembaga SDC

2. Koordinator Mencari tahu tentang profil 1 orang

Rehabilitasi Sosial SDC & kegiatan parenting skill

10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung:Alfabeta,2011), h. 64.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 64.
12

SDC

3. Pekerja Sosial Mencari tahu tentang 2 orang

SDC keberhasilan kegiatan parenting

skill di SDC

4. Staf Perencanaan Mencari tahu tentang tujuan 1 orang

& Pelaporan SDC kegiatan parenting skill

5. Anak jalanan Mencari tahu tentang perubahan 1 orang

yang dialami orang tua setelah

mengikuti kegiatan parenting

skill

6. Orang tua anak Mencari tahu tentang efektivitas 5 orang

jalanan kegiatan parenting skill bagi

mereka

5. Macam dan Sumber Data

Penelitian ini menggali data dari pihak-pihak yang tetlibat dalam

kegiatan parenting skill yaitu, pihak lembaga dan penerima layanan kegiatan

parenting skill. Data yang diperoleh terbagi menjadi dua yaitu:

a. Data Primer berupa wawancara mendalam yang diperoleh dari

Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC, 2 orang Pekerja Sosial SDC,

Staf Perencanaan dan Pelaporan, 1 orang anak jalanan, serta 5

orang tua anak jalanan.


13

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literature,

buku-buku perpustakaan, internet, catatan atau dokumen yang

terkait dengan penelitian dari SDC seperti brosur dan arsip.

6. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi, berarti peneliti melihat dan mendengarkan

(termasuk menggunakan tiga indera yang lain, jika terjadi). Dalam

hal ini peneliti mengadakan pengamatan langsung di lembaga yang

dituju dalam hal ini SDC. Peneliti mendatangi SDC untuk

melakukan pengamatan langsung. Semua yang didengar dan dilihat

(termasuk menggunakan alat perekan atau kamera) oleh peneliti

sebagai aktivitas observasi ketika para informan melakukan

kegiatan ini, diceritakan kembali atau dicatat sehingga merupakan

data atau informasi penelitian yang dapat mendukung, melengkapi

atau menambah informasi yang berasal dari hasil wawancara.12

Dalam hal ini peneliti mengikuti kegiatan Parenting Skill yang

diberikan kepada orang tua anak jalanan yang diselenggarakan oleh

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social

Development Centre for Childreen (SDC) di Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Wanita Bahagia, Serang

Banten untuk mengetahui efektifitas kegiatan parenting skill yang

12
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2004) cet.ke-1, h. 22.
14

diberikan kepada para orang tua anak jalanan berupa keberhasilan

kegiatan, ketepatan sasaran, kepuasan sasaran dan pencapaian

tujuan menyeluruh.

b. Wawancara

Melakukan wawancara mendalam berarti menggali informasi

atau data sebanyak-banyaknya dari responden atau informan.13

Dalam hal ini, peneliti melakukan tanya jawab kepada Koordinator

Rehabilitasi Sosial SDC, 2 orang Pekerja Sosial SDC, Staf

Perencanaan dan Pelaporan, 1 orang anak jalanan, serta 5 orang tua

anak jalanan untuk lebih mengetahui pola dan jenis kegiatan

Parenting Skill yang diberikan Pusat Pengembangan Pelayanan

Sosial Anak atau Social Development Centre for Childreen (SDC)

kepada keluarga anak jalanan.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang berupa informasi yang berasal dari

catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun

perorangan.14 Peneliti menggunakan metode ini untuk berusaha

mendapatkan data sekunder sebagai pendukung dari data primer,

Dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan foto-foto, profil

yayasan, mempelajari arsip-arsip, serta berbagai bentuk data

tertulis lainya di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau

13
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, h. 56.
14
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, h. 56.
15

Social Development Centre for street Children berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisa Data

Analisa data kualitatif berawal dari mengumpulkan data atau

informasi hasil wawancara atau observasi, selanjutnya “mengolahnya” dan

akhirnya adalah menarik makna dari balik kumpulan data tersebut sebagai

kesimpulan yang berupa konsep. Dengan ungkapan lain menganalisis pada

hakekatnya adalah pemberitahuan peneliti kepada pembaca tentang apa

saja yang dilakukan terhadap data yang sedang dan telah dikumpulkan,

sebagai cara yang nantinya bisa memudahkan peneliti dalam memberi

penjelasan dari interpretasi dari informan dengan tujuan akhir menarik

kesimpulan.

Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara,

penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian

menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak

pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil

pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokan sesuai

dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara

sistematis.

8. Keabsahan Data

Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik

triangulasi sumber, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:
16

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara, misalnya untuk mengetahui efektifitas kegiatan

parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak

atau Social Development Centre for Children (SDC).

b. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini

peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh penerima

manfaat dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau

instruktur di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau

Social Development Centre for Children (SDC).

E. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan yang berkaitan

dengan topik pembahasan peneliti yang dilakukan pada penulis skripsi ini.

Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui

dengan jelas penelitian skripsi ini, penulis menggunakan kepustakaan berupa

skripsi. Peneliti skripsi ini disusun dianalisa berdasarkan beberapa buku yang

menjelaskan teori-teori yang sesuai dengan judul yang penulis bahas, serta

data-data yang ditemukan di lapangan.

Ada beberapa skripsi yang ada hubunganya dengan judul yang penulis

ambil diantaranya:

1. “Strategi Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Pendidikan Luar Sekolah

(Studi Kasus di yayasan Bina Insan Mandiri Depok)”. (Disusun oleh :

Muhamad Najib Kailani, NIM: 107054102374, jurusan Kesejahteraan


17

Sosial, fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi). Penulis memilih

skripsi tersebut karena objek yang diteliti sama dengan yang diteliti

penulis namun terdapat perbedaan yang jelas pada skripsi penulis dengan

skripsi diatas. Perbedaanya terletak pada penelitian yang dilakukan oleh

skripsi di atas adalah pemberdayaan yang dilakukan melalui pendidikan

luar sekolah sedangkan penulis melalui kegiatan parenting skill.

2. “Efektifitas Penyuluhan Pola Asuh Orang Tua Berbasis Hypnoparenting

pada Wali Murid PAUD Pelangi di Bogor”. (Disusun oleh: Siti Nur

Komariyah, NIM: 109052000019, jurusan bimbingan dan penyuluhan

islam, fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi). Penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan

penyuluhan hypnoparenting yang dilakukan di Paud Pelangi dapat

dikatakan efektif karena keberhasilanya selaras dengan tujuan yang ingin

dicapai. Perbedaan antara skripsi tersebut dengan skripsi penulis yakni

penulis lebih mengarah kepada efektifitas kegiatan parenting skill dalam

pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan

Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC).

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan proposal skripsi ini terdiri dari satu bab, yaitu tentang

pendahuluan. Berdasarkan sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut:

BAB I berisi Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,


18

metodologi Penelitian, Teknik Analisa Data, Tinjauan Pustaka dan Sistematika

penulisan.

BAB II menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan

pembahasan skripsi ini yaitu Efektifitas, Parenting Skill, Pemberdayaan,

Keluarga dan Anak Jalanan.

BAB III mendeskripsikan Seputar Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial

Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC), gambaran

umum lembaga dan pelayanan-pelayanan di Pusat Pengembangan Pelayanan

Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC). SDC

meliputi : Sejarah berdiri, visi dan misi, fungsi dan tujuan, fasilitas sarana dan

prasarana, sumber dana dan struktur organisasi. Sistem pelayanan meliputi:

Sasaran, tahap-tahap, prinsip-prinsip, dan jaringan kerja pelayanan serta

pelayanan-pelayanan di SDC.

BAB IV merupakan pembahasan inti yang yang menguraikan temuan di

lapangan terkait dengan analisis tentang kegiatan parenting skill bagi keluarga

anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial

Development Centre for Street Children (SDC).

BAB V menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran. Dalam bab ini,

penulis mencoba menyimpulkan isi yang dibahas dalam skripsi ini serta

mengemukakan saran-saran.
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektivitas berasal dari kata efek yang artinya akibat atau

pengaruh, juga berasal dari kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau

akibat dari suatu. Jadi efektivitas adalah keberpengaruhan atau

keberhasilan setelah melakukan sesuatu.1

Dalam Kamus Ilmiah Populer disebutkan beberapa pengertian

tentang efektivitas antara lain ketepatgunaan; hasil guna; menunjang

tujuan.2 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan ada

tiga arti efektivitas. Pertama adalah adanya suatu efek, akibatnya,

pengaruh dan kesannya. Arti kedua “manjur” atau “mujarab”. Dan arti

ketiga dapat membawa hasil atau berhasil guna.3 Menurut John M. Echols

dan Hasan Shadily dalam Kamus Inggris-Indonesia bahwa secara

etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya berhasil

guna.4

Menurut Dennis Mc Quail, efektivitas dalam teori komunikasi

berasal dari kata efektif. Artinya terjadi suatu perubahan atau tindakan

sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Perubahan terjadi dalam segi

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. Ke-7, edisi, ke-2, h. 250.
2
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,
1994) h. 128.
3
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 219.
4
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1990), cet. Ke-8, h. 207.

19
20

hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan

tersebut.5

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau

sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun

program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti

yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang

dikutip Soewarno Handayaningrat S. yang menyatakan bahwa “Efektivitas

adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya.”6

Agung Kurniawan dalam bukunya Tramsformasi Pelayanan Publik

mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah

kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau

misi) dari suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau

ketegangan di antara pelaksanaannya”7

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang

target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Dengan bahasa yang lebih

sederhana, efekif berarti “mencapai target”, dan efektifitas adalah “proses

mencapai target.”

5
Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar (Jakarta: Erlangga Pratama, 1992),
h. 281.
6
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Ilmu Pengetahuan dan Manajemen (Jakarta:
Gunung Agung, 1982), h. 16.
7
Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik (Yogyakarta: Pembaruan, 2005), h.
109.
21

2. Pengukuran Efektivitas

Menurut Peter F. Drucker, efektivitas adalah melakukan pekerjaan

dengan benar (doing the right thing). Efektivitas merupakan kemampuan

untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, sesuatu

dikatakan efektif jika tepat sasaran.8

Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan

yang paling menonjol adalah :

a. keberhasilan kegiatan/program

suatu kegiatan dapat dikatakan efektif apabila kegiatan/program

tersebut berhasil dilaksanakan dari tahap pertama hingga tahap

terakhir dan dapat menanggulangi hambatan yang ada.

b. ketepatan sasaran

Apabila tujuan tercapai dan tepat pada sasaran yang dituju maka

suatu kegiatan dapat dikatakan efektif.

c. kepuasan terhadap kegiatan/program

Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam

efektivitas ini bersifat kualitatif (berdasarkan pada mutu). Jika

kegiatan telah berhasil dilaksanakan dan tepat sasaran maka

kegiatan akan dikatakan efektif bila pelaksana dan penerima

manfaat sama-sama merasakan kepuasan atas kegiatan tersebut.

d. pencapaian tujuan menyeluruh

8
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE,1998) Edisi ke-2, h.7.
22

keberhasilan kegiatan/program yang disusul dengan ketepatan

sasaran sehingga membuahkan kepuasan terhadap program

merupakan sebuah pencapaian tujuan kegiatan/program tersebut.

Dengan adanya pengukuran efektivitas maka efektivitas program

dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan

program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.9 Secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai

tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat

melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau mencapai sasaran yang

telah ditentukan sebelumnya.10

Dalam penelitian ini, ukuran efektivitas mencakup; Pertama, orang

tua atau objek yang diteliti memiliki pengetahuan pengasuhan dalam

mengasuh anak yang dilakukan melalui kegiatan parenting skill. Kedua,

orang tua dapat menerapkan pengetahuannya itu kepada anak-anak

mereka sehingga berdampak pada berkurangnya jumlah anak jalanan.

Parenting skill di sini berfungsi untuk mencegah orang tua untuk

memperbolehkan anaknya turun ke jalanan dengan melakukan

keterampilan pengasuhan yang diberikan oleh lembaga.

B. Parenting Skill

1. Pengertian Parenting Skill

Skill berasal dari bahasa Inggris yang berarti keahlian. Keahlian

adalah kemampuan khusus yang dihasilkan dari pengetahuan, informasi,


9
Cambel, J.P, Riset dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora (Jakarta:
Erlangga, 1978), h. 121.
10
Cambel, J.P, Riset dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora,h. 47.
23

praktik dan kecerdasan,11 dan parenting berasal dari bahasa Inggris yang

berarti pengasuhan.

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengasuhan berarti hal (cara,

perbuatan, dan sebagainya) mengasuh. Di dalam mengasuh terkandung

makna menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih,

memimpin, mengepalai, dan menyelenggarakan. Sri Lestari

mengungkapkan istilah asuh sering dirangkaikan dengan asah dan asih

menjadi asah-asih-asuh. Mengasah berarti melatih agar memiliki

kemampuan atau kemampuanya meningkat. Mengasihi berarti mencintai

dan menyayangi. Dengan rangkaian kata asah-asih-asuh, maka pengasuhan

anak bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan anak

dan dilakukan dengan dilandasi rasa kasih sayang tanpa pamrih.12

Menurut Jerome Kagan, seorang psikolog perkembangan,

mendefinisikan pengasuhan (parenting) sebagai serangkaian keputusan

tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan

oleh orang tua/ pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan

memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang

harus dilakukan orang tua/ pengasuh ketika anak menangis, marah,

berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik.13

Berns dalam jurnal instruksional psikologi menyebutkan bahwa

pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang berlangsung terus-

11
Snell Bateman, Manajemen 1, Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia yang
Kompetitif edisi 7, (Jakarta: Saleba 4, 2008), h. 27.
12
Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) h.36.
13
Berns, R.M, Child, Family, School, Community: Socialization and
Support, (USA: Rinehart and Winston,1997), h. 121.
24

menerus dan mempengaruhi bukan hanya bagi anak tetapi juga bagi orang

tua. Senada dengan Berns, Brooks dalam jurnal yang sama juga

mendefinisikan pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada

serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung

perkembangan anak.14

Apabila kata parenting dan skill digabungkan maka akan membentuk

sebuah arti yaitu keahlian dalam mengasuh anak yang dilakukan dengan

serangkaian aksi dan interaksi. Parenting skill membuat kesadaran

pengasuhan yang diikuti oleh kesediaan melakukan peneraan diri (self-

assessment). Dengan melakukan peneraan diri, orang tua akan dapat

mengukur seberapa kadar kontrol dan penerimaan yang dilakukan terhadap

anak. Dengan memiliki kesadaran pengasuhan, maka pelaksanaan tugas

pengasuhan anak yang menghabiskan waktu dan melelahkan tidak terasakan

sebagai beban.15

Beberapa definisi tentang pengasuhan tersebut menunjukkan bahwa

konsep pengasuhan mencakup beberapa pengertian pokok, antara lain:

pengasuhan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan

anak secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Pengasuhan

merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orang tua

dengan anak. Dan parenting sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi,

proses pengasuhan tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak

dibesarkan.
14
Jurnal Instruksional Psikologi, Edisi September 2001 Oleh Jennifer Neal, Donna Frick-
Horbu, h. 1.
15
Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 46.
25

2. Fungsi Parenting

Parenting mempunyai fungsi yang penting dalam tumbuh kembang

anak sehingga anak merasa bahwa orang tua selalu ada di saat anak

membutuhkan. Ada empat fungsi utama parenting, yakni membentuk

kepribadian anak, membentuk karakter anak, membentuk kemandirian

anak, dan membentuk akhlak anak.16 Ke empat fungsi tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Membentuk Kepribadian Anak

Pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak akan mempengaruhi

proses pembentukan kepribadian anak. Anak yang hidup di dalam

keluarga dengan pola asuh demokratis akan membentuk kepribadian

anak yang baik sedangkan anak yang hidup dengan pola asuh otoriter

akan terbentuk dengan kepribadian keras dan pemberontak.

b. Membentuk Karakter Anak

Pembentukan karakter anak sangat dipengaruhi pola asuh yang

diberikan orang tua. Anak yang berkarakter baik tunbuh di dalam

lingkungan keluarga yang harmonis dan memiliki jalinan komunikasi

dua arah.

c. Membentuk Kemandirian Anak

Anak yang tumbuh dengan kemandirian diperoleh dari cara pengasuhan

orang tua yang mengasah kemandiriannya sejak dini. Misalnya di saat

balita diperbolehkan makan sendiri meskipun makanan berceceran.

16
Baumrind, Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology
Monographs, (America: American Psychological Association, 1971) , h. 54.
26

Anak-anak juga dapat diberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya di dalam keluarga.

d. Membentuk Akhlak Anak

Akhlak anak yang baik dapat terbentuk dari cara pengasuhan orang tua

yang memperkenalkan agama, kesopanan, budi pekerti dan tingkah laku

yang baik sejak dini. Anak cenderung memperhatikan tingkah laku

orang tua sehari-hari dan menirunya.17

3. Pola Pengasuhan

Pola asuh anak akan mempengaruhi Self Esteem atau harga dirinya di

kemudian hari. Self Esteem adalah penilaian seseorang terhadap dirinya

yang berkembang dari feeling of belonging (perasaan diterima oleh

kelompok sosialnya), feeling competent (perasaan efisien, produktif), dan

feeling worthwhile (perasaan berharga, cantik, pandai, baik).18

Menurut Baumrind, terdapat 4 macam pola asuh orang tua, yaitu pola

asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh

penelantar.

a. Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan

kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan

mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu

mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.

Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan

anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan

17
Baumrind, D, Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology
Monographs, h. 67.
18
Minah Sirait, M.M, Hubungan Antara Harga Diri dengan Konformitas dalam Hal
Fesyen pada Remaja, (Jakarta: Fakultas Psikologi UI, 2002), h. 95.
27

anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak

untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya

kepada anak bersifat hangat.

b. Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang

mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-

ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan

diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa,

memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa

yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan

menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal

kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.

Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya

untuk mengerti mengenai anaknya.

c. Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan

pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada

anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup

darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan

anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit

bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang tua tipe ini

biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai oleh anak.

d. Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar. Orang tua tipe

ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat

minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk

keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala


28

biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe

ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang

depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu

memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.19

C. Pemberdayaan Keluarga

1. Pengertian Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat seseorang

berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan. Pemberdayaan

pada intinya adalah pemanusiaan, yakni mendorong orang untuk menampilkan

dan merasakan hak-hak asasinya. Pemberdayaan berasal dari bahasa asing

“empowerment”, secara leksikal pemberdayaan berarti penguatan dan secara

teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan.20

Pemberdayaan berarti upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat,

dengan menyediakan sebuah ruang bagi masyarakat untuk mengadakan

pilihan-pilihan dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.

Dalam arti lain, pemberdayaan diartikan sebagai “pemberkuasaan”

dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power) kepada masyarakat

yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged). Sedangkan Rappaport

memberikan pengertian pemberdayaan sebagai suatu cara dimana rakyat,

organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (berkuasa atas)

19
Baumrind, Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology
Monographs, h. 88.
20
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 42.
29

kehidupanya.21 Dapat diartikan juga sebagai pemahaman secara psikologis

pengaruh sosial individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik, dan hak-

hak menurut undang-undang. Payne mengemukakan bahwa pemberdayaan

pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang

terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan

sosial dalam melakukan tindakan.22

Edi Suharto mengemukakan bahwa pemberdayaan berarti

menyediakan sumber daya, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat

guna meningkatkan keterampilan mereka dalam pengambilan keputusan dan

berpartisipasi dalam kegiatan yang mempunyai dampak pada kehidupan

dimasa depan. 23

Sementara keluarga, berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan

oleh Ki Hajar Dewantara, berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua

kata yaitu kawula dan warga. Di dalam bahasa Jawa kuno kawula berarti

hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa

keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari

kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya

dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara

keseluruhan.24

21
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika
Aditama, 2005), h. 59.
22
Isbandi rukminto Adi, Intervensi Komunitas Pembangunan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 78.
23
Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi, (Jakarta:
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004), h. 29.
24
Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Rieneka Cipta), h.
176.
30

Menurut Soerjono keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang

yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan

sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih

mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena perkawinan,

kelahiran, adopsi dan lain sebagainya.25

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk

dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang

berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri

umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver dan Page, yaitu:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan

yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota

kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-

kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk

mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang

walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap

kelompok kelompok keluarga.26

Pemberdayaan keluarga berarti segala upaya bimbingan dan

pembinaan agar keluarga dapat hidup sehat, sejahtera, maju, dan mandiri.

Pemberdayaan keluarga juga dapat diartikan sebagai segala upaya fasilitas

25
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali 2004), h. 23.
26
Khairudin, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Nur Cahaya, 1985), h, 12.
31

yang bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan

mengambil keputusan untuk melakukan pemecahanya dengan benar, tanpa

atau dengan bantuan dari pihak lain.

Ketidakmampuan keluarga dalam menangani masalah yang ada di

dalamnya mendorong adanya sebuah pemberdayaan agar fungsi keluarga yang

tidak berjalan dengan baik dapat berjalan dengan semestinya.

D. Anak Jalanan

1. Pengertian Anak dan Anak Jalanan

Definisi anak menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan, dan

Pengadilan anak menyrbutkan bahwa Anak adalah seseorang yang belum

berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan,

pengertian anak menurut UU RI No. 4 tahun 1979 Anak adalah seseorang

yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21

tahun ditentukan karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial,

kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia

tersebut.27

Istilah anak jalanan sudah menjadi sebuah kesatuan sebuah istilah

umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di

jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Istilah anak

jalanan pertama kali sebenarnya diperkenalkan di Amerika Serikat dan Brazil.

Istilah itu digunakan pada kelompok anak-anak yang hidup di jalan yang
27
Departemen Sosial Propinsi DIY, Populasi Anak Jalanan di DI Yogyakarta.
(Yogyakarta: Departemen Sosial Propinsi DIY, 2010), h. 1.
32

umumnya sudah tidak memiliki hubungan dengan keluarganya. UNICEF lalu

memakai istilah hidup di jalanan untuk mereka yang sudah tidak mempunyai

ikatan dengan keluarga, bekerja di jalanan untuk mereka yang masih

mempunyai hubungan dengan keluarganya.

Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi

dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini

sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan

sangat tidak bersahabat.

Menurut catatan Dinas Sosial DKI Jakarta, sedikitnya ada 4.023 anak

jalanan yang tersebar di 52 wilayah di Jakarta (Abin, 2003). Dalam tiga tahun

terakhir ini, jumlah anak jalanan di Jakarta juga meningkat secara signifikan.

Data yang didapat dari Dinas Sosial DKI Jakarta bahwa jumlah anak jalanan

pada tahun 2009 sebanyak 2.724 anak, pada tahun 2010 meningkat menjadi

5.650 anak, sedangkan pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan menjadi

7.315. Mereka sebagian besar bekerja sebagai pengemis, pengamen, pedagang

asongan, pengelap kaca mobil, penyemir sepatu, pembersih bus umum, dan

joki 3 in 1, dan parkir liar28

Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok.

Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan

ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan

yang erat dengan kedua orang tua mereka. Kedua, children of the street, yakni

anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara 32ember maupun

28
Citra Pujianti, Pemberdayaan Anak Jalanan, Jurnal Ilmiah (Jakarta: FPSI), h. 3.
33

ekonomi. Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang

berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.29

2. Faktor Penyebab

Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam

kehidupan di jalanan, seperti : kesulitan keuangan keluarga, tekanan

kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus

menyangkut hubungan anak dengan orang tua.30

Kombinasi faktor-faktor di atas dapat memicu anak untuk mengambil

inisiatif hidup mandiri atau mencari nafkah di jalanan. Ketidaksadaran orang

tua akan bahaya anak yang hidup di jalanan juga dapat membuat anak dengan

leluasa berkeliaran di jalanan bahkan sampai mendapatkan uang.

Kemiskinan memang merupakan kondisi yang mendorong anak-anak

hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya

faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup

di jalanan. Menurut penjelasan Justika S. Baharsjah, kebanyakan anak bekerja

di jalanan bukanlah atas kemauan mereka sendiri, melainkan sekitar 60% di

antaranya karena dipaksa oleh orang tuanya.31

Menurut Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar masalah anak

terlantar dapat dilihat dari beberapa perpektif, antara lain : anak terlantar yang

mengalami masalah dalam sistem pengasuhan, seperti yang dialami anak-anak

yatim piatu, anak dari orang tua tunggal, anak dengan ayah/ibu tiri, anak dari

keluarga yang kawin muda, anak yang tidak diketahui asal-usulnya (anak yang

29
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group),
h.206.
30
Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak, h.196.
31
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h.197.
34

dibuang orang tuanya); anak yang mengalami masalah dalam cara

pengasuhan, seperti anak yang terlibat dalam tindak kekerasan baik secara

fisik, sosial, maupun psikologis, anak yang mengalami eksploitasi ekonomi

dan seksual bahkan anak yang diperdagangkan; anak yang kebutuhan dasarnya

tidak terpenuhi, seperti anak yang kurang gizi dan anak yang sudah tidak

bersekolah atau putus sekolah. Hal seperti inilah yang banyak terjadi pada

anak-anak jalanan.32

Parsudi Suparlan mengatakan bahwa adanya orang gelandangan di kota

bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, melainkan karena

tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagai warga desa yang

kemudian terpaksa harus mencari tepat yang diduga dapat memberikan

kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota. Anak jalanan dilihat

dari penyebab intensitasnya mereka berada di jalanan memang tidak dapat

disamaratakan. Dilihat dari sebabnya, sangat dimungkinkan tidak semua anak-

anak berada di jalan karena sebab tekanan ekonomi keluarga, namun juga

perlu diperhatikan variable-variabel lain yang mendukung anak-anak hidup di

jalanan, seperti kekerasan dalam keluarga, perpecahan dalam keluarga, atau

pengaruh dari lingkungan sosialnya.33

3. Penanganan Anak Jalanan

Untuk menangani permasalahan anak jalanan, yang dibutuhkan

tidaklah hanya dengan memasukkan anak jalanan ke dalam lembaga-lembaga

yang menaungi permasalahan anak jalanan saja ataupun dengan memberinya

32
Citra Pujianti, Pemberdayaan Anak Jalanan, Jurnal Ilmiah (Jakarta: FPSI), h. 3.
33
Subhansyah, Aan T, dkk Anak Jalanan di Indonesia, Dekripsi Persoalan dan
Penangan (Yogyakarta: YLPS Humana, 1996), h. 78.
35

bentuan secara financial yang hanya akan membuat anak jalanan semakin

ketergantungan dengan belas kasihan para dermawan.

Adanya rumah singgah bagi anak-anak jalanan juga merupakan salah

satu cara pemberdayaan anak jalanan. Rumah singgah dapat berfungsi sebagai

tempat pemusatan sementara yang sifatnya nonformal, tempat dimana anak-

anak dapat dan belajar untuk memperoleh informasi, pengetahuan, wawasan,

serta pembinaan diri awal sebelum menuju kedalam proses pembinaan yang

lebih lanjut. Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah

membantu anak jalanan dalam mengatasi masalah-masalah dan menemukan

alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.34

Menurut Tata Sudrajat, selama ini beberapa pendekatan yang biasa

dilakukan oleh LSM dalam penanganan anak jalanan, yaitu: street based,

centre based, dan community based.

a. Street Based

Model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau

tinggal, kemudian para street educator datang kepada mereka: berdialog,

mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta

menempelkan diri sebagai teman.

b. Centre Based

Yakni pendekatan atau penanganan anak jalanan di lembaga atau panti.

Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan

pelayanan di lembaga atau panti seperti pada malam hari diberikan

34
Arief Achmad, Rumah Singgah Sebagai Tempat Alternatif Pemberdayaan Anak
Jalanan, Jurnal Fajar (Jakarta: LPM UIN, 2002), h. 1.
36

makanan dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat

dengan pekerja sosial.

c. Community Based

Yakni model penanganan yang melibatkan seluruh potensi masyarakat,

terutama keluarga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini bersifat

prevemtif, yakni mencegah anak agar tidak masuk dan terjerumus dalam

kehidupan di jalanan.35

35
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 201.
BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Sejarah Pendirian Lembaga

Sebagai Instansi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan anak

jalanan, Kementerian Sosial dan pemerintah daerah telah berhasil memecahkan

permasalahan anak jalanan, akan tetapi belum maksimal. Untuk meningkatkan

keberhasilan dalam pemecahan masalah baik secara kulitas maupun kuantitas,

maka disusunlah program baru dalam bentuk Pusat Pengembangan Pelayanan

Sosial Anak atau Social Development Centre for Street Children (SDC).

Departemen Sosial sebagai instansi pemerintah yang berkompeten terhadap

penanganan permasalahan sosial anak jalanan mengembangkan suatu konsep

pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi jalanan. Perwujudan dari

konsep tersebut adalah Social Development Center for Children atau Pusat

Pengembangan Pelayanan Sosial Anak yang diresmikan oleh Ibu Negara Hj.

Ani Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 Nopember 2006. SDC

beralamatkan di Jl. Panti Sosial (PPA) Bambu Apus Jakarta Timur.1

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak didirikan untuk menjawab

kebutuhan akan kesejahteraan anak anak jalanan dengan segala

permasalahanya. Adapun permasalahan yang dihadapi anak jalanan

diantaranya kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan,

perlindungan, kasih sayang, kesehatan, makanan, minuman, dan pakaian.

Akhir-akhir ini dijumpai masalah yang lebih serius seperti tracfiking,

1
Wawancara pribadi dengan Dra. Kokom Komalawati M,Si, Bambu Apus 28 April 2014

37
38

eksploitasi seks komersial dan berbagai tindak kekerasan. Jika ditelusuri secara

mendalam, fenomena anak jalanan secara garis besar sebagai akibat dari dua

hal mendasar; problema sosial (sosiologis) karena orang tua yang kurang

perhatian kepada anak-anaknya sehingga mereka para anak mencari perhatian

di luar rumah yakni jalanan sebagai pelarian atau kompensasinya. Kedua,

problema sosial ekonomi yang didominasi oleh masalah kemiskinan, sehingga

benyak orang tua atau keluarga yang tidak mampu menyediakan kebutuhan

dasar anak termasuk kebutuhan untuk mendapat pendidikan secara layak,

kurang/tidak tersedianya fasilitas bermain bagi anakanak di tempat tinggal

yang padat dan kumuh.2

Hal hal yang dikemukakan diatas antara lain menyebabkan program

pemberian pelayanan dan bimbingan bagi anak jalanan sangat penting untuk

dilakukan sebab dipundak anak anak itu juga masa depan bangsa akan

dipikulkan. Kita harus mengantisipasi kehancuran masa depan mereka dan

terjadinya lost generation karena kesalahan generasi sebelumnya.

B. Landasan Hukum

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak dalam pelaksanaan

pelayanan sosial kepada anak jalanan memiliki beberapa landasan hukum yang

digunakan yaitu :

1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) dan Pasal 34

2. Undang Undang RI No. 6 tahun 1974 tentang Ketentuan ketentuan

Pokok Kesejahteraan Sosial

3. Undang Undang RI No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

2
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus, 30 April 2014
39

4. Undang Undang RI No.1 tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO

No.182 tentang Pelarangan Pengadilan Anak dan Tindakan Segera

Penghapusan Bentuk Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak

5. Undang Undang RI No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

C. Visi dan Misi

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak/ SDC Bambu Apus Jakarta

memiliki Visi dan Misi sebagai berikut:

Visi:

Menjadikan anak Indonesia yang mandiri dan normatif secara sosial dan

ekonomi.

Misi:

1. Menyelenggarakan perlindungan untuk anak jalanan.

2. Menyelenggarakan bimbingan fisik, mental, sosial dan pelatihan

keterampilan serta pendidikan.

3. Pembinaan keluarga, resosialisasi dan penyaluran dengan memakai

sistem rujukan ke lembaga lain.3

D. Tujuan dan Fungsi Lembaga

1. Tujuan

a. Terciptanya kesamaan visi dan misi antara penyelenggara pelayanan

sosial anak jalanan dalam panti

3
Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre
for Children
40

b. Terselengaranya pelayanan sosial anak jalanan dalam panti secara

profesional

2. Fungsi Lembaga

Sebagai asrama (boarding house) bagi anak jalanan, sekaligus sebagai

institusi yang menjalankan kelanjutan proses pelayanan yang telah diberikan

oleh lembaga atau rumah singgah- rumah singgah yang ada, sebagai asal

perujuk penanganan anak jalanan.4

E. Kebijakan dan Program Lembaga

1. Kebijakan

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak dalam hal kebijakan

yang ditempuh diarahkan pada upaya memberikan perlindungan untuk

kepentingan terbaik bagi anak sesuai dengan Undang Undang RI Nomor 23

tahun 2002 tentang Perlindungan anak

2. Program Lembaga

Dalam hal pelaksanaan program pelayanan yang dilakukan oleh

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak, selain program pemenuhan

kebutuhan dasar yang meliputi pengasramaan, makan, kesehatan,

perlengkapan, pendidikan serta keterampilan ada beberapa program lain

diantaranya adalah:

a. Pendekatan Awal

Kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan sosial

yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program pelayanan

4
Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre
for Children
41

sosial kepada masyarakat, instasnsi terkait, serta organisasi sosial/

LSM, terkait guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien

untuk dapat diseleksi dan ditetapkan secara definitif sesuai dengan

persyaratan yang telah ditentukan melalui langkah langkah sebagai

berikut:

1) Penyampaian informasi kepada masyarakat, instansi terkait,

organisasi sosial melalui pertemuan, konsultasi dan surat menyurat

2) Mengumpulkan, menyususun, mengelompokan dan menganalisa

informasi/ data serta mendiskusikanya untuk menentukan langkah

identifikasi

3) Memberikan motivasi dengan cara penyuluhan dan bimbingan.

b. Penerimaan

Dalam tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menetapkan

calon klien yang memenuhi persayaratan sebagai berikut:

1) Mengisi formulir pendaftaran

2) Assemen

3) Seleksi persyaratan berkas

4) Home Visit

5) Membuat kesepakatan pelayanan sosial antar petugas panti dengan

calon klien

3. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah

Proses ini dilakukan untuk menggali kebutuhan dan permasalahan

anak secara mendalam melalui wawancara untuk:

a. Mengetahui potensi, kemampuan serta keterampilan anak


42

b. Merumuskan dan mendefinisikan kebutuhan dan masalah klien

c. Merumuskan rencana dan tujuan intervensi pelayanan yang

akan diwujudkan

d. Selanjutnya membuat kontrak/ persetujuan atas pelayanan

sosial yang diberikan meliputi:

1) Kesediaan orang tua dan klien untuk memenuhi

persayaratan

2) Jangka waktu mengikuti program pelayanan sosial

3) Jenis program yang disepakati

4. Bimbingan Sosial, Pendidikan dan Keterampilan

Suatu proses pelayanan untuk mengembalikan peranan sosial

pelayanan sehingga mereka dapat melakukan tugas tugas kehidupanya

sesuai dengan perananya yaitu:

1) Bimbingan fisik, olahraga, kesenian, rekreasi, kesehatan dan

kebersihan

2) Bimbingan mental meliputi kegiatan keagamaan

3) Pemberian latihan keterampilan kerja sesuai dengn kemampuan dan

minat serta peluang kerja yang tersedia

4) Pendidikan meliputi pendidikan formal, informal dan non formal

(bimbingan belajar)

5) Terapi psikososial, individual/ kelompok dan keluarga

6) Manajemen kasus dan pembahasan kasus


43

5. Resosialisasi

Merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menyiapkan kondisi

psikis anak yang akan segera kembali kepada keluarga dan masyarakat,

dalam tahapan ini meliputi:

1) Pembekalan klien yang kembali ke lingkungan keluarga dan

lingkungan masyarakat tempat tinggal anak

2) Menghubungi keluarga klien serta lingkungan masyarakat tempat

tinggalnya

6. Reunifikasi Dengan Keluarga

Upaya penyatuan kembali anak dengan keluarga atau pengasuhnya

berupa menyiapkan anak agar bisa kembali kepada orang tua dan

keluarganya

7. Memberdayakan Keluarga Melalui Parenting Skill

Upaya SDC untuk memberikan materi pembekalan kepada orang tua

anak jalanan tentang pola asuh yang baik agar keluarga dapat memenuhi

kebutuhan hidup anak dan mempraktekan materi yang telah diberikan dalam

kegiatan parenting skill ketika anak telah selesai menjalani proses pelayanan

dalam panti ataupun masih menjalani proses pelayanan dalam panti.

Kegiatan ini dilaksanakan di rumah singgah setiap daerah yang bekerjasama

dengan SDC. Tahapan kegiatan parenting skill diantaranya:

a. Memberikan pemahaman edukasi kepada orang tua mengenai anak.

Pemberian edukasi disampaikan oleh pekerja sosial SDC guna

membekali orang tua mengenai pentingnya wawasan mengenai anak.


44

b. Memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak.

Pemberian edukasi disampaikan oleh pekerja sosial SDC guna

membekali orang tua ,engenai pentingnya wawasan mengenai

kewajiban dan tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tua ketika

telah mempunyai anak.

c. Memberikan gambaran masa kehamilan hingga persalinan ibu dalam

bentuk video. Penyampaian video melalui video ditujukan kepada

orang tua agar menyentuh hati nurani orang tua ketika mengingat

kebahagiaan saat mengandung. Penyampaian video ini dipandu oleh

pekerja sosial SDC.

d. Menjelaskan pola pengasuhan anak yang baik melalui adanya diskusi.

Diskusi ini bersifat terbuka, tidak dalam bentuk formal namun tetap

ada keseriusan di dalamnya. Diskusi ini dipandu oleh pekerja sosial

SDC dan staf yang bertugas untuk membantu orang tua agar mau

berpendapat. SDC juga memberikan pelayanan konseling sehingga

orang tua bisa menceritakan keluh kesahnya dan mengetahui solusi

atas permasalahan yang dihadapi.

e. Memberikan gambaran kisah anak jalanan melalui video dokumenter.

Pemberian video dokumenter merupakan tahapan terakhir dalam

kegiatan parenting skill yang dipandu oleh pekerja sosial SDC. Video

ini merupakan kisah nyata yang sengaja dibuat oleh SDC untuk

menegur hati para orang tua mengenai perasaan anak yang terpisah

jauh dari orang tuanya.


45

8. Terminasi

Tahapan ini merupakan tahapan penghentian pelayanan setelah eks

klien dipandang mampu dan mandiri. Sebagai lembaga pelayanan sosial

anak,Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak memiliki sasaran

pelayanan yang ditujukan kepada seluruh anak jalanan. Secara khusus

sasaran layanan lembaga tersebut adalah:

a. Sasaran:

1) Anak jalanan

2) Anak jalanan yang menjadi pengemis dan pemulung

3) Anak jalanan yang dieksploitasi secara ekonomi

4) Orang tua/ keluarga anak

b. Persyaratan:

1) Laki laki dan perempuan yang berusia di bawah 18 tahun

2) Rujukan dari rumah singgah, LSM, Kepolisian, Pekerja Sosial

Masyarakat, keluarga yang berdasarkan assessment awal dapat atau

layak diterima sebagai klien panti

3) Menyatakan kesanggupan mengikuti semua program yang

diselenggarakan oleh panti

4) Anak tidak lagi melakukan aktifitas di jalanan

c. Asal rujukan klien:

1) Rumah Singgah yang berada sekitar Jabodetabek

2) Lembaga Sosial Masyarakat

3) POLRI

4) Keluarga dan masyarakat miskin


46

Adapun dalam hal pendanaan, operasional lembaga, pendanaan

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ APBN.5

F. Struktur dan Organisasi Lembaga

a. Struktur Organisasi SDC Bambu Apus Jakarta

KETUA LEMBAGA

TATA USAHA

PELAYANAN DAN PROGRAM DAN


REHABILITASI SOSIAL ADVOKASI SOSIAL

FUNGSIONAL

PENDAMPING

b. Tugas Pokok dan Fungsi

1) Kepala Panti

Bertugas melaksanakan tugas manajerial dan teknis operasional

pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan Peraturan Perundang

undang undangan yang berlaku

2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha

5
Wawancara pribadi dengan Dra. Kokom Komalawati M,Si, Bambu Apus 28 April 2014
47

Dalam tugasnya melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian,

keuangan, perlengkapan, dan rumah tangga serta kehumasan

3) Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial

Tugasnya melakukan penyusunan rencana dan program,

pemberian informasi dan advokasi, pengkajian dan penyiapan standar

pelayanan serta melakukan pemantauan, evaluasi dan penyusunan

laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial

4) Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

Melakukan registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan

jasmani dan penetapan diagnose, perawatan, bimbingan pengetahuan

dasar pendidikan, mental, sosial, phisik, keterampilan, resosialisasi,

penyaluran.6

c. Fungsi dan Peran Pekerja Sosial

1) Pendamping (Fasilisator)

Pekerja sosial membantu klien untuk mempermudah akses

pelayanan dengan memberikan kesempatan dan fasilitas yang dibutuhkan

oleh klien untuk mengatasi permasalahannya, dan mengembangkan

potensi yang dimilikinya.

2) Pelayanan Mediasi

Sebagai mediator pekerja sosial berupaya membantu

memfasilitasi piha pihak yang mengalami hambatan komunikasi

6
Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre
for Children
48

sehingga satu sama lain saling dukung dalam upaya pencapaian tujuan

yang diingankan.

3) Pelayanan Advokasi

Layanan advokasi sosial perlu diberikan kepada klien yang

mengalami konflik dengan pihak pihak baik individu atau institusi.

Selain itu berupaya memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap

hak hak klien

4) Pelayanan Konseling

Berupaya membantu klien untuk memahami dan menyadari

permasalahan yang dihadapi, memahami potensi dan kekuatan yang

dimiliki,serta membimbing untuk membuka alternative pemecahan

masalah.

5) Peran sebagai Motivator

Membantu klien memberikan dorongan dan semangat dalam

melaksanakan kegiatan dan upaya pemecahan masalah.7

7
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus, 30 April 2014
BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA

Berdasarkan hasil temuan penulis, dapat diperoleh suatu informasi

mengenai efektifitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak

jalanan di Pusat pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development

Centre for Children (SDC). Pada bab ini, hasil temuan penulis dijelaskan melalui

teori Cambel J.P yang mengemukakan bahwa pengukuran efektifitas dibagi

menjadi 4 tahapan, diataranya: keberhasilan kegiatan/program, ketepatan sasaran,

kepuasan terhadap kegiatan/program, dan pencapaian tujuan menyeluruh.

A. Keberhasilan kegiatan Parenting Skill di Pusat Pengembangan Pelayanan

Sosial Anak atau Social Development Centre for Street Children (SDC)

Bentuk-bentuk keberhasilan kegiatan parenting skill dalam

pemberdayaan keluarga anak jalanan di SDC terdapat 5 tahapan yang telah

dilaksanakan SDC, yaitu:

1. Memberikan pemahaman edukasi kepada orang tua mengenai anak

Pemahaman yang diberikan SDC kepada orang tua anak jalanan

berupa pemberian edukasi mengenai hak-hak anak yang harus

diketahui seperti: hak hidup, hak tumbuh kembang, hak untuk

berpartisipasi, hak mendapatkan perlindungan, hak untuk memiliki

identitas berupa nama sebagai pengenal dan status kewarganegaraan,

hak beribadah, hak mengetahui orang tuanya, hak untuk mengenyam

pendidikan, dan hak memperoleh pelayanan kesehatan, spiritual,

sosial. Dalam hal ini, pemberian edukasi tersebut diberikan melalui

49
50

adanya media Ms. Power Point, dan diskusi yang melibatkan

partisipasi para orang tua dengan staf rehabilitasi sosial dari SDC

selaku narasumber kegiatan parenting skill. Seperti yang diungkapkan

oleh ibu Vivi Marlina, AKS selaku koordinator rehabilitasi sosial:

“kami memberikan materi melalui media power point


agar lebih menarik untuk diperhatikan, kami juga
mengemas design slide scara unik agar orang tua tertarik
dan terpancing untuk berdiskusi bersama narasumber”1

Pernyataan tersebut juga didukung oleh pemaparan dari bapak

Nurchamdi, A.md selaku staf perencanaan dan pelaporan:

“kalau kami hanya memberikan edukasi dengan ceramah


atau tanya jawab kurang efektif karena orang tua
cenderung diam saja ketika kami ajak berdiskusi, dengan
adanya power point orang tua lebih memperhatikan dan
itu salah satu strategi kita”2

Dari pemaparan kedua narasumber diatas, dapat terlihat bahwa

pemberian edukasi mengenai anak dilakukan melalui media Ms.

Power Point dan diskusi partisipatif. Materi yang disampaikan berupa

materi yang ringan dan mudah dipahami oleh orang tua karena mereka

yang mengikuti kegiatan parenting skill masih ada yang tidak bisa

membaca sehingga untuk berbicara dengan orang tua harus

menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan bahasa keseharian

mereka. Berikut gambaran suasana saat penyampaian materi

berlangsung:

1
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina,AKS, Bambu Apus 1 September 2014
2
Wawancara pribadi dengan Nurchamdi, A.md, Bambu Apus 1 September 2014
51

Gambar 1
Suasana penyampaian materi oleh SDC

Pada pertemuan tersebut, antusias dari para orang tua sangat

terlihat terutama saat narasumber sedang memaparkan materinya,

mereka saling memberikan pendapatnya secara bersautan. Hal ini

tentu menggambarkan bahwa adanya diskusi tersebut telah

memberikan timbal balik yang positif sehingga para orang tua

memahami materi yang telah disampaikan. Seperti yang dikemukakan

oleh ibu FA:

“saya lebih suka yang begini mba pake komputer terus


ada gambar-gambar jadi seru aja mba, engga kaya orang
lagi belajar pake papan tulis kan bosen kita juga malahan
jadi lebih sayang anak”3

Pemaparan tersebut nyatanya juga didukung oleh pemaparan

sang anak yaitu AR:

“emak kalo abis ngikut acara kumpul-kumpul begitu


pulang-pulang kerumah jadi lebih baik sama saya,
biasanya mah kan ngomel aja ini mah jadi jarang”4

3
Wawancara pribadi dengan FA, Serang 11 September 2014
4
Wawancara pribadi dengan AR, Serang 11 September 2014
52

Sependapat dengan AR, WD juga mengemukakan

pendapatnya:

“jadi baik engga suka nyuruh-nyuruh saya, kadang malah


saya suka diajak ngobrol ditanya maunya saya apaan”5

Berdasarkan wawancara dari kedua narasumber diatas dapat

terlihat bahwa adanya penyampaian materi disertai diskusi yang

diberikan oleh SDC mebuat para orang tua menjadi lebih mengahargai

sang anak sehingga dapat dkatakan bahwa pemberian pemahaman

edukasi tersebut berhasil dilaksanakan.

2. Memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak

SDC memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua

terhadap anak dengan melakukan diskusi yang disampaikan oleh

narasumber melalui media Ms. Power Point. Dalam diskusi tersebut

dijelaskan bahwa ada 4 pilar utama kewajiban orang tua yakni:

mengajarkan tentang keimanan kepada Tuhan, mengajarkan akhlak

yang baik kepada anak, merawat sisi jasmani anak, serta membantu

mengembangkan intelektual anak. Hal tersebut diungkapkan oleh Vivi

Marlina, AKS selaku koordinator rehabilitasi sosial:

“iman, akhlak, jasmani, serta intelektual merupakan hal


yang terpenting dalam mendidik anak karena semua itu
berkesinambungan dan akan menimbulkan efek positif
apabila ditanamkan sejak dini”6

Hal tersebut diperkuat oleh pemaparan dari salah satu orang tua

anak jalanan yang mengikuti kegiatan parenting skill yaitu Ibu HO:

5
Wawancara pribadi dengan WD, Serang 11 September 2014
6
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus 1 September 2014
53

“pas dikasih tau kewajiban orang tua ya kita mah paham


mbak kan emang harus begitu tapi ya gimana kalo buat
praktekin emang pelan-pelan mba yang penting kita mah
mesti lebih perhatian sama anak dulu”7

Pemaparan tersebut diperkuat oleh sang anak yaitu NN:

“enaknya sih bapak tuh jadinya ga suka ngedumel melulu,


tiap abis ikutan acara ini suka nyatetin abis itu dirumah
suka ngebaca baca catetanya terus-terusan”8

Berdasarkan hasil wawancara kedua narasumber diatas, dapat

disimpulkan bahwa pemberian pemahaman mengenai kewajiban

orang tua kepada anak dapat dipahami oleh orang tua dan berjalan

dengan baik.

3. Memberikan gambaran masa kehamilan hingga persalinan ibu dalam

bentuk video

SDC memberikan gambaran masa kehamilan hingga persalinan

ibu kepada para orang tua dalam bentuk video bertujuan untuk

membuat para orang tua mengingat betapa besarnya cinta kasih yang

diberikan kepada anak terutama ketika masih berada di dalam

kandungan. Pemberian video ini secara tidak langsung akan membuat

orang tua merasakan kembali rasa bahagia ketika sedang mengandung

anak mereka, seprti yang diungkapkan oleh bapak Ahmad Suhada

S.Sos selaku narasumber saat kegiatan parenting skill tersebut:

“kami memberi video agar orang tua khususnya para ibu


mengingat kembali bagaimana perjuangan mereka dahulu
ketika mengandung hingga melahirkan dan itu bisa
membuat orang tua kembali merasa seperti mereka
mengalaminya dahulu”9
7
Wawancara pribadi dengan HO, Serang 11 September 2014
8
Wawancara pribadi dengan NN, Serang 11 September 2014
9
Wawancara pribadi dengan Ahmad Suhada S.Sos, Bambu Apus 29 Agustus 2014
54

Hal serupa juga disampaikan oleh ibu Vivi Marlina, aks:

“video tersebut ditujukan agar orang tua lebih sadar


bahwa anak adalah karunia dari Tuhan yang seharusnya
dirawat seperti dulu mereka merawatnya ketika masih
dalam kandungan”10

Pemberian video mengenai masa kehamilan hingga persalinan

ini dapat dikatakan cukup membuat para orang tua merasa tersentuh

hatinya dan tidak sedikit pula orang tua yang menitikkan air mata saat

video tersebut diputar. Hal tersebut dapat terlihat dari suasana yang

terdapat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2
Suasana saat pemutaran video kehamilan

Seperti yang diungkapkan oleh ibu SO:

“jujur saya mah malahan jadi sedih mbak ngeliat video


tadi jadi langsung inget anak saya makanya saya jadi
nangis pas diliatin videonya”11

Pemaparan tersebut juga didukung oleh ibu MA:

“saya engga bisa ngebayangin kalo ada orang tua yang


tega ngebuang anaknya ya mbak, mendingan hidup susah
kaya kita tapi masih usaha ngurus anak”12

10
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus, 1 September 2014
11
Wawancara pribadi dengan SO, Serang 11 September 2014
12
Wawancara pribadi dengan MA, Serang 11 September 2014
55

Sang anak yakni YI juga menyampaikan hal yang serupa:

“Ibu suka cerita kalo malemnya tadi abis liat video


tentang anak di dalem perut terus nyeramahin saya juga
soalnya saya kan perempuan ya jadi kata Ibu nanti pasti
suatu saat ngalamin jadi Ibu jadi mesti kuat dari sekarang
kata Ibu”13

Hal yang sama juga disampaikan oleh salah satu anak dari
orang tua yang mengikuti kegiatan parenting skill yaitu
DH:

“sering cerita-cerita emak kalo abis ikut acara disana,


katanya saya ga boleh bandel soalnya dulu emak hamil
saya mah disayang-sayang”14

Berdasarkan pemaparan orang tua diatas menunjukkan bahwa

pemutaran video yang diberikan oleh SDC tersebut telah membuat

para orang tua sadar bahwa yang dibutuhkan anak adalah kasih sayang

orang tua, belajar dan bermain, serta perhatian penuh dari orang

tuanya bukan turut bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan

hidup keluarga.

4. Menjelaskan pola pengasuhan anak yang baik melalui adanya diskusi

Pada tahapan ini, SDC memberikan pemahaman mengenai pola

pengasuhan yang baik terhadap anak yang membutuhkan perhatian

khusus. Pemberian pemahaman tersebut berupa dibagikanya angket

untuk mengisi permasalahan yang ada dan harapan yang diinginkan

oleh orang tua kepada anak. Hal ini bertujuan agar para orang tua

dapat menyadari permasalahan yang ada pada dirinya sendiri serta

dapat mengungkapkan harapan yang ingin dicapai. Disamping

memberikan angket, SDC juga memberikan materi mengenai pola

13
Wawancara Pribadi dengan YI, Serang 11 September 2014
14
Wawancara Pribadi dengan HD, Serang 11 September 2014
56

pengasuhan anak yang baik seperti menjadi orang tua yang responsif,

mampu meningkatkan kepercayaan diri anak, mampu menepati janji,

menjadi guru sekaligus teman, memberikan bimbingan, bisa menjadi

tauladan, mampu menyeimbangkan disiplin, mampu mengajarkan

keterampilan, mampu mengajarkan waktu dan toleransi, serta lebih

banyak kasih sayang di dalam keluarga. Seperti yang diungkapkan

oleh ibu Vivi Marlina, AKS:

“pemberian angket sebagai salah satu media untuk


membantu orang tua yang tidak suka berbicara di depan
umum serta orang tua dapat tau masalah apa yang ada
dalam diri mereka dan dilanjutkan dengan diskusi untuk
menjelaskan yang tidak dipahami orang tua selama materi
berlangsung”15

Menurut wawancara dari koordinator rehabilitasi sosial diatas,

pemberian angket dan diskusi mengenai pola pengasuhan anak yang

baik telah membuat para orang tua menyadari permasalahan yang ada

pada dirinya serta mengetahui sikap yang harus diterapkan dalam

mengasuh anak. Hal tersebut diperkuat oleh pemaparan dari salah satu

orang tua saat penulis menanyakan manfaat yang didapat setelah

mengikuti diskusi tersebut:

“saya jadi ngerti pas diambil kesimpulanya terus saya


banyak nanya sama petugas-petugas ternyata anak saya
itu modelnya engga mau dikekang makanya malah
ngelawan kalo dibilangin”16

Dari pemaparan kedua narasumber diatas dapat disimpulkan

bahwa pemberian angket merupakan media yang cukup efektif untuk

sebagian orang tua yang mengikuti tahapan tersebut. Orang tua yang

15
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus 3 September 2014
16
Wawancara pribadi dengan KA, Serang 11 September 2014
57

tidak bisa membaca dan menulis memilih untuk dituliskan oleh

petugas, sedangkan dalam diskusi mengenai pola pengasuhan yang

baik dapat terlihat sangat dipenuhi dengan antusiasme orang tua.

5. Memberikan gambaran kisah anak jalanan melalui video dokumenter

SDC memberikan gambaran kisah nyata mengenai kehidupan

seorang anak jalanan yang menderita karena terpisah dari orang

tuanya.

Video dokumenter ini bertujuan untuk memberikan kesadaran

kepada orang tua agar mengetahui dampak buruk yang terjadi ketika

anak berada jauh dari perhatian orang tua sehingga mempengaruhi

psikologis tumbuh kembang anak. Seperti yang diungkapkan oleh ibu

Vivi Marlina, AKS:

“untuk mencairkan suasana setelah agak serius berdiskusi


kami kembali memberikan video namun video kali ini
menggambarkan kisah nyata yang dialami anak asuh kami
sehingga orang tua yang melihat bisa langsung merasakan
bagaimana menderitanya anak apabila terpisah dari orang
tua”17

Pemaparan diatas juga didukung oleh bapak Hardiyanto S.Sos

yang mengatakan bahwa:

“video ini akan membuat orang tua lebih sigap untuk


menjaga anaknya dan sadar akan bahaya yang akan
menimpa anak apabila dibiarkan bermain di jalanan tanpa
pengawasan orang tua”18

Berdasarkan wawancara kedua narasumber diatas dapat

disimpulkan bahwa video tersebut dapat memberikan pelajaran bagi

para orang tua untuk lebih menjaga anaknya dengan memberikan

17
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus 3 September 2014
18
Wawancara pribadi dengan Hardiyanto S.sos, Bambu Apus 5 September 2014
58

perhatian dan kasih sayang serta tidak menjadikan anak sebagai

korban kelemahan ekonomi keluarga.

Para orang tua yang menyaksikan video tersebut nyatanya

banyak yang merasakan tergetar dan tergerak hatinya untuk

menyayangi dan melindungi sang anak agar tidak mengalami nasib

yang serupa dengan anak seperti yang telah digambarkan pada video

tersebut. Hal ini dapat terlihat dari ungkapan salah satu orang tua yang

mengatakan bahwa:

“langsung inget anak saya ya soalnya dia suka main seharian


jadi ngeri kalo sampe kejadian kaya di video yang tadi”19

Hal serupa juga disampaikan oleh bapak KA:

“anak saya suka banget yang namanya keluar rumah


engga pake izin padahal saya suruh bantuin ibunya aja
dirumah tapi bandel pas abis liat video kaya gini jadi
makin mikir kalo ada apa apa di jalan kan kita juga yang
repot”20

Berdasarkan pemaparan dari orang tua diatas, dapat terlihat bahwa video

tersebut sangat berpengaruh untuk dapat membuka pikiran orang tua untuk

tidak melibatkan anak-anak mereka dalam permasalahan keluarga.

B. Ketepatan sasaran parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan

Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC)

Dalam pemberian kegiatan parenting skill, SDC selektif memilih

keluarga yang akan menerima bantuan agar tidak salah sasaran. Adapun

langkah-langkah yang dilakukan oleh SDC dalam menyeleksi penerima

manfaat ialah sebagai berikut:

19
Wawancara pribadi dengan MA, Serang 11 September 2014
20
Wawancara pribadi dengan KA, Serang 11 September 2014
59

1. Pengisian formulir

Calon penerima manfaat diwajibkan untuk mengisi formulir

asesmen awal dengan cara mengisi identitas keluarga sebagai arsip

lembaga SDC. Formulir tersebut dapat dilihat seperti gambar di bawah

ini:

Gambar 3
Formulir Asesmen Awal

2. Asesmen

Pada tahap ini, petugas asesmen dari SDC mewawancarai

calon penerima manfaat baik anak jalanan maupun orang tuanya

secara tidak langsung guna mengkroscek keabsahan data formulir

yang telah diisi oleh orang tua pada tahap pengisian formulir asesmen

awal sebelumnya. Dalam panduan asesmen ini terdapat beberapa

pertanyaan yang berisi mengenai riwayat anak di jalanan, riwayat

pendidikan anak, kondisi kesehatan anak jalanan, serta kondisi

keluarga yang mencakup kesehatan, linhkungan dan perekonomian

keluarga.
60

Gambar 4
Kegiatan Asesmen

3. Seleksi berkas

Dalam hal ini pihak SDC memeriksa persamaan antara

formulir pertama (asesmen awal) yang diisi langsung oleh orang tua

anak jalanan dengan formulir kedua (asesmen) yang diisi oleh petugas

asesmen untuk melihat adanya perbedaan atau tidak dalam kedua

formulir tersebut.

4. Home visit

Dalam melakukan penyeleksian calon penerima manfaat, SDC

bekerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Wanita Bahagia untuk membantu melakukan kegiatan home visit. Saat

home visit dilakukan, calon penerima manfaat tidak mengetahui akan

adanya kunjungan dari pihak SDC untuk meninjau kembali keabsahan

data yang terdapat di formulir.


61

Gambar 5
Kegiatan home visit

5. Penandatanganan Kontrak Pelayanan

Tahap terakhir dalam penyeleksian calon penerima manfaat

ditandai oleh penandatanganan kontrak pelayanan yang dilakukan

oleh 4 pihak yaitu calon klien (anak jalanan), calon penerima manfaat

(orang tua), lembaga yang bersangkutan (SDC), serta rumah singgah

yang membantu proses penyeleksian calon penerima manfaat (LKSA

Wanita bahagia).

Gambar 6
Penandatanganan Kontrak Pelayanan

SDC memiliki beberapa kriteria terhadap keluarga yang akan

menerima bantuan. Seperti yang dipaparkan oleh bapak Suhada

S.Sos:
62

“penerima manfaat pastinya harus keluarga anak jalanan


yang tidak mampu, karena banyak juga anak jalanan yang
asalnya dari golongan ekonomi cukup namun melarikan
diri dari rumah dengan berbagai alasan dan memilih
tinggal dan hidup sebagai anak jalanan”.21

Menurut Bapak Suhada S.Sos kriteria orang tua sebagai

penerima manfaat dapat ditentukan dari mereka yang memiliki

ekonomi menengah ke bawah yang diukur melalui penghasilan orang

tua. Dalam hal ini, SDC sangat selektif dalam menyeleksi anak

jalanan karena pada kenyataanya banyak anak jalanan yang berasal

dari keluarga yang memiliki ekonomi cukup namun mereka memilih

hidup sebagai anak jalanan. Hal ini disebabkan oleh sikap orang tua

yang cenderung berprilaku kasar terhadap sang anak sehingga

membuat anak kurang merasa nyaman saat berada di rumah dan

memilih hidup di jalanan. Hal tersebut nyatanya dibenarkan oleh ibu

Vivi Marlina, AKS:

“ada sebagian dari anak jalanan yang rentan, dalam arti


mereka berasal dari keluarga yang tergolong cukup
namun karena sering berkumpul dan mengamen di jalanan
bersama membuat mereka menjadi ikut-ikutan hidup di
jalanan”22

Berdasarkan pemaparan diatas dapat terlihat bahwa masih

banyaknya anak jalanan yang yang berasal dari keluarga ekonomi

cukup namun sering berkumpul dengan anak-anak jalanan lainya

sehingga membuat mereka merasa nyaman hidup di jalanan tanpa ada

pengawasan dari orang tua sehingga hal ini membuat SDC harus lebih

21
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Suhada S.Sos, Bambu Apus 29 Agustus 2014
22
Wawancara pribadi dengan Vivi marlina, AKS, Bambu Apus 3 September 2014
63

selektif dalam menentukan calon penerima manfaat agar sesuai

dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

Setelah mendapatkan informasi dari kedua narasumber diatas,

penulis mengkroscek kembali kepada keluarga penerima manfaat

mengenai pemenuhan persyaratan yang ditetapkan oleh SDC. Adapun

salah satu kutipan wawancara orang tua mengatakan bahwa:

“Lembaga ini pernah nyamperin saya ke rumah, nanya-


nanya tentang gaji, anak, sama kerjaan. Saya ditawarin
biar anak saya ikut program lembaga terus saya juga
katanya nanti bakalan dapet manfaat kalo anak saya mau
ikut program lembaga”23

Pernyataan diatas memberikan keterangan bahwa SDC telah

melakukan penyeleksian penerima manfaat berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan. Hal tersebut terlihat dari adanya pihak SDC yang

melaksanakan home visit ke rumah salah satu calon penerima manfaat

yang tidak mampu. Seperti yang dijelaskan pada bab 2 (dua)

mengenai efektifitas bahwa suatu kegiatan dapat dikatakan efektif

apabila tujuan dan sasaran yang dituju tepat.

C. Kepuasan sasaran parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan

Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC)

Kepuasan pelayanan parenting skill yang dirasakan oleh orang tua

merupakan salah satu hal yang penting untuk menentukan keberhasilan

kegiatan tersebut. Hal ini dapat diukur melalui perasaan orang tua yang dilihat

dari pelayanan yang diberikan oleh SDC dalam melakukan kegiatan parenting

23
Wawancara pribadi dengan FA, Serang 11 September 2014
64

skill. Dari beberapa orang tua yang penulis wawancarai, mereka

mengungkapkan perasaan mereka terhadap kegiatan parenting skill,

sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ibu FA:

“saya seneng malahan kalo bisa jangan setahun sekali,


setahun lima kali juga saya ikut. Udah orang-orangnya
enak, terus bisa kumpul juga sama ibu-ibu yang lain bisa
curhat-curhatan gitu hehehe (sambil tertawa)”.24

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak KA yang mengikuti

kegiatan parenting skill di SDC:

“Banyak yang bisa didapet dari acara ini, bukan cuma


ngedengerin ceramah doang tapi bisa saling curhat juga
kita sama orang lembaganya.”.25

Sependapat dengan kedua penerima manfaat sebelumnya, Ibu HO juga

mengatakan hal yang tidak jauh berbeda mengenai perasaanya setelah

mengikuti kegiatan parenting skill:

“acara kaya begini bagus banget buat ibu-ibu kaya kita


gini soalnya bikin nambah pinter mba maklum aja kita
kan engga sekolah. Biar kita makin sayang juga sama
anak, abis kadang geregetan kalo bandel rasanya pengen
dimarahin aja tapi pas ikut acara begini jadi mikir-mikir
mau marahin anak.”26

Ibu MA juga berpendapat tentang kegiatan parenting skill ini dengan

semangat:

“seru ikutan acara kaya gini mbak, kaya belajar gitu jadi
inget waktu masih sekolah kan saya mah sekolah sampe
SD doang jadi pas belajar lagi ngeliat layar canggih gitu
seneng deh bawaanya, ada cara buat ngurus anak juga biar
anak saya ga bandel lagi, saya juga jadi kepikiran kalo
anak saya lagi dijalanan, pokoknya seru banget deh
mbak”.27

24
Wawancara Pribadi dengan FA, Serang 11 September 2014
25
Wawancara Pribadi dengan KA, Serang 11 September 2014
26
Wawancara pribadi dengan HO, Serang 11 September 2014
27
Wawancara pribadi dengan MA, Serang 11 September 2014
65

Dari beberapa wawancara narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa

orang tua yang mengikuti kegiatan parenting skill yang diadakan oleh SDC

merasa puas atas pelayanan yang diberikan karena dalam hal ini mereka dapat

saling sharing baik dengan peserta maupun dengan pihak SDC. Di samping

itu, materi yang diberikan oleh SDC dalam kegiatan parenting skill telah

membantu para orang tua mendapatkan ilmu dalam hal mendidik anak. Akan

tetapi, meskipun sebagian besar para orang tua merasa puas terhadap kegiatan

parenting skill tersebut, masih ada orang tua yang merasakan sedikit

kekecewaan terhadap kegiatan tersebut. Salah satunya seperti yang

diungkapkan oleh ibu SO:

“ya.. saya mah seneng-seneng aja sih mbak, paling


kadang bosen nunggu orang orangnya dateng doang
maklum deh suka banget pada ngaret orang sini
mah,jadinya saya engga bisa ikut gara-gara mesti kerja”.28

Menurut pemaparan salah satu orang tua diatas ketidakpuasan kegiatan

parenting skill ini didapat dari ketidaktepatan waktu yang menyebabkan ibu

SO tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut.

Tabel 2. Kepuasan Penerima Manfaat

No. Nama Puas Tidak Alasan

Puas

1 FA  Merasa puas karena senang bisa

berkumpul dengan orang tua anak

jalanan lainya dan bisa bertukar

pikiran

28
Wawancara Pribadi dengan SO, Serang 11 September 2014
66

2 KA  Merasa banyak manfaat dari adanya

kegiatan parenting skill yang

diadakan oleh SDC, dan bisa

berkonsultasi kepada pihak lembaga

tentang keadaan anaknya.

3 HO  Mendapatkan ilmu tambahan,

terlebih karena dulu hanya tamatan

Sekolah Dasar (SD) sehingga kurang

mengerti pola asuh anak yang baik

dan mengikuti perkembangan anak.

4 MA  Merasa membuat banyak perubahan

terutama terhadap perasaan khawatir

kepada anak apabila anak turun ke

jalanan dan lebih mengerti

resikonya.

5 SO  Ketidaktepatan waktu dalam

melaksanakan kegiatan membuat ibu

TI tidak dapat mengikuti kegiatan

parenting skill.

Berdasarkan tabel kepuasan penerima manfaat diatas, terdapat satu

orang tua yang tidak puas dikarenakan ketidaktepatan waktu dalam berjalanya

kegiatan parenting skill dan empat orang tua lainya menyatakan puas atas

pelayanan yang diberikan oleh SDC.


67

D. Pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill di Pusat

Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre

for Children (SDC)

Merujuk kepada teori yang dikemukakan Cambel J.P tentang

efektifitas, disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan menyeluruh dalam suatu

kegiatan harus melewati tiga tahapan yakni keberhasilan kegiatan/program,

ketepatan sasaran kegiatan/program, dan kepuasan sasaran kegiatan/program.

Dilihat dari keberhasilan kegiatan, semua tahapan yang dilaksanakan dalam

kegiatan parenting skill dapat berjalan dengan lancar dan dipahami oleh orang

tua serta mendapatkan antusias yang cukup menarik perhatian. Bila dalam

ketepatan sasaran, SDC melakukan penyeleksian yang selektif dalam memilih

calon penerima manfaat sehingga sasaran yang dituju tepat dengan kriteria

yang telah ditentukan. Sedangkan bila dilihat dari kepuasan sasaran kegiatan,

mayoritas orang tua yang mengikuti kegiatan parenting skill di SDC

menyatakan kepuasanya seperti yang telah dikutip dalam wawancara pada h.

57. Tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill dapat terwujud apabila ketiga

tahapan tersebut terlaksana. Seperti yang telah dipaparkan oleh bapak

Nurchamdi A.md:

“keberhasilan kegiatan bisa dilihat dari kemandirian orang


tua yang mulai berusaha tidak melibatkan anak dalam
memenuhi kebutuhan nafkah keluarga”.29

Menambahkan apa yang telah disampaikan oleh bapak Nurchamdi

A.md, bapak Hardiyanto S.Sos menyatakan bahwa:

“ketepatan sasaran kegiatan terlihat dari berhasilnya SDC


dalam menyeleksi keluarga anak jalanan yang dilihat dari

29
Wawancara pribadi dengan Nurchamdi,A.md, Bambu Apus 4 September 2014
68

ekonominya dengan cara home visit sedangkan kepuasan


sasaran kegiatan terlihat dari antusias para orang tua
melakukan sharing dengan pihak SDC mengenai cara
mendidik anak dan permasalahan yang sedang dialami”30

Berdasarkan pemaparan kedua narasumber diatas, dapat terlihat bahwa

pencapaian tujuan kegiatan parenting skill ini telah terlaksana dengan baik.

Hal tersebut dapat dilhat dari segi keberhasilan para orang tua menjadi lebih

mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup keuarga tanpa harus melibatkan

anak. Disamping itu, dalam ketepatan sasaran SDC berhasil menyeleksi

keluarga yang memiliki perekonomian menengah kebawah, serta dalam hal

kepuasan para orang tua merasakan adanya manfaat positif yang didapat

setelah mengikuti kegiatan parenting skill.

Untuk dapat melihat gambaran pencapaian tujuan yang dirasakan orang

tua dari kegiatan parenting skill dapat terlihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 3. Indikator Pencapaian Tujuan

No. Nama Indikator Pencapaian Tujuan

Sebelum Sesudah

1 FA Membiarkan anaknya keluar Khawatir jika anaknya

rumah tanpa tahu ananknya keluar rumah tanpa izin, dan

pergi kemana pada siang lebih sering berbincang

hingga malam hari. dengan anaknya tentang

keseharian yang dilakukan

anaknya.

2 KA Beliau bekerja sebagai Lebih tau apa kemauan anak

30
Wawancara pribadi dengan Hardiyanto, S.Sos, Bambu Apus 5 September 2014
69

pemulung sementara anaknya dan mengerti sifat anak yang

diperintahkan untuk tidak suka dikekang.

membantu istrinya di rumah

seringkali kabur untuk pergi

mengamen.

3 HO Jika anaknya melakukan Lebih mengerti pola asuh

kesalahan dan melawan yang baik dalam menrawat

perintah beliau, seringkali dan mendidik anak, dan

memukul anaknya. Terutama dapat mengontrol emosi

bila dikejar petugas bila ada lebih baik dari sebelumnya.

razia justru menyalahkan

anaknya.

4 MA Cenderung tidak peduli Menanyakan setiap anaknya

dengan anaknya yang sering ingin keluar rumah tujuan

kelar rumah dari pagi hingga yang ingin dituju dan

malam hari. disarankan untuk pergi ke

rumah singgah daripada

bermain.

5 SO Merasa sudah benar dalam Paham bahwa yang


mengasuh anak karena ditanamkan pada anaknya itu
mampu dalam memberikan salah dan mencoba untuk
kebutuhan pangan namun merubah pola didik terhadap
sering menyuruh anaknya anaknya.
untuk mengamen.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya telah didapatkan

kesimpulan dari skripsi yang berjudul “Efektifitas Kegiatan Parenting Skill

dalam Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan

Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.” Dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut.

Bahwa kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat

Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for

Children adalah salah satu kegiatan dalam program pemberdayaan keluarga

anak jalanan yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada orang tua

tentang pengasuhan anak yang baik dan benar terutama dalam menangani

masalah yang dihadapi pada diri sendiri dan anak. Kegiatan parenting skill

dilakukan setiap satu tahun sekali di setiap keluarga. Tahun 2014 kegiatan

parenting skill diadakan di rumah singgah LKSA Wanita Bahagia Serang

pada Kamis, 11 September 2014 yang diisi oleh penyuluh dari Pusat

Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for

Children yaitu Bapak Ahmad Suhada S.Sos dan Bapak Hardiyanto S.Sos.

Kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan

Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children ini

dapat dikatakan dan dinilai efektif adalah sebagai berikut:

1. Keberhasilan kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat

Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development

70
71

Centre for Children dengan menjalankan lima tahapan kegiatan

diantaranya memberikan pemahaman tentang anak, memberikan

pemahaman tentang kewajiban orang tua, memberikan video tentang

anak dari dalam kandungan hingga lahir ke dunia, berdiskusi

mengenai cara mengasuh anak yang baik, serta memberikan video

documenter tentang anak yang hidup di jalanan. Semua tahapan

tersebut dapat dilaksanakan secara terstruktur dan dapat berjalan

dengan baik.

2. Ketepatan sasaran parenting skill di Pusat Pengembangan pelayanan

Sosial Anak atau Social Development Centre for Children sesuai

dengan sasaran yang dituju yaitu keluarga anak jalanan yang

tergolong tidak mampu dalam perekonomianya.

3. Kepuasan sasaran kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan

pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children

dilihat dari tabel kepuasan penerima manfaat menyatakan puas dengan

pelayanan kegiatan parenting skill.

4. Pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill di Pusat

Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development

Centre for Children dilihat dari tabel indicator pencapaian tujuan

terlihat perbedaan yang signifikan apabila dilihat dari sebelum dan

sesudah kegiatan parenting skill dilakukan.

B. Saran

Dari hasil pengematan penulis mengenai “Efektifitas Kegiatan

Parenting Skill dalam Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat


72

Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for

Children.” Dan berdasarkan uraian dan temuan data yang penulis dapat,

penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Saran diajukan kepada Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak

atau Social Development Centre for Children. Melihat manfaat dan

tingkat keberhasilan yang efektif dalam pengasuhan dan perubahan

perilaku terhadap anak, alangkah baiknya bila kegiatan parenting skill

dilakukan lebih dari satu tahun sekali.

2. Untuk penyuluh kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan

pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children

agar lebih meningkatkan pengetahuan terutama seputar masalah anak

dan orang tua yang terjadi pada jaman sekarang ini, karena bisa

dirasakan di masyarakat lingkungan dan media elektronik bisa

dikatakan lebih mampu mempengaruhi daripada orang tuanya sendiri.

Dengan ini diharapkan penyuluh bisa memberikan informasi

selengkap-lengkapnya kepada setiap peserta kegiatan parenting skill.

3. Penulis menyadari banyaknya kelemahan dalam penelitian ini yang

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu terbatasnya waktu wawancara

yang dilakukan penulis kepada penerima manfaat, jarak tempat

penelitian yang jauh sehingga memakan waktu yang tidak sebentar,

ketidaksiapan penerima manfaat untuk diwawancarai dengan alasan

rasa malu. Untuk penelitian selanjutnya maka dibutuhkan kemauan

dan kesungguhan yang keras sehingga bisa menyempurnakan tulisan

ini.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adi, Isbandi rukminto, Intervensi Komunitas Pembangunan Masyarakat Sebagai


Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta:Rajawali Pers, 2008.

Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Rieneka Cipta,
2007.

Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN), Modul Pelatihan Pekerja Sosial


Rumah Singgah, Jakarta: BKSN, 2000.

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak., Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.

Baumrind, D, Child-care practices anteceding three patterns of preschool


behavior, Genetic Psychology Monographs, 1967.

Baumrind, D, Current patterns of parental authority, Developmental Psychology


Monographs,1971

Baylon, S.G, Magalaya, A. Keluarga. Dalam: Efendi,Ferry. Keperawatan


kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika 1978.

Berns, R.M, Child, Family, School, Community: Socialization And Support. USA
(US): Rinehart and Winston, 1997.

Cambel, J.P, Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora


Jakarta:Erlangga, 1978.

Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga Pratama,
1992.

Departemen Sosial Propinsi DIY. 2010. Populasi Anak Jalanan di DI Yogyakarta.


Yogyakarta

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT


Refika Aditama, 2005.

Edi Suharto,ed, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi,


Jakarta:Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI,
2004.

73
Hamidi, metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis penulisan Proposal
dan Laporan Penelitian, Malang: UMM Press, 2004.

Handayaningrat, Soewarno, Pengantar Ilmu Pengetahuan dan Manajemen,


Jakarta: Gunung Agung, 1982.

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan


Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2003.

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaha


Rosdakarya, 2006.

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1990.

Khairudin, Sosiologi Keluarga. Jakarta:Nur Cahaya, 1985.

Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Publik., Yogyakarta: Pembaruan,


2005.

Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2000.

Mahmud Mahdi Al-Istambuli, parenting guide: dialog imajiner tentang cara


mendidik anak berdasarkan al-Qur’an, assunah dan psikologi,
penerjemah: Muhammad Arifin Altus, Jakarta: Penerbit hikmah, 2006.

Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam


dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, Bandung: PT. Remaja ROsdakarya,
2001.

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer Surabaya:


Arkola, 1994.

Sirait, Minah M.M. Hubungan Antara Harga Diri dengan Konformitas dalam hal
Fesyen pada Remaja. Fakultas Psikologi UI: Jakarta 2002.

Snell Bateman, Manajemen 1, Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia yang


Kompetitif edisi 7, Jakarta: Saleba 4, 2008.

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali 2004.

Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik


dalam Keluarga, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Subhansyah, Aan T, dkk, Anak Jalanan di Indonesia, Dekripsi Persoalan dan


Penangan. Yogyakarta: YLPS Humana, 1996.
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif,kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta,
2011.

T. Hani Handoko, Manajemen Yogyakarta: BPFE, 1998.

Tata Sudrajat, anak jalanan : dari masalah sehari-hari sampai kebijakan, Rumah
yang hilang: kumpulan karangan tentang anak jalanan, Jakarta: YKAI,
1996.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B),


Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Jurnal

Achmad, Arief, Rumah Singgah Sebagai Tempat Alternatif Pemberdayaan Anak


Jalanan. Dalam Jurnal Fajar. Jakarta: LPM UIN, 2002.

Citra Pujianti, Jurnal Ilmiah-Pemberdayaan anak jalanan. Diterbitkan 28


Desember 2013.

jurnal Instruksional Psikologi, Edisi September 2001 Oleh Jennifer Neal, Donna
Frick-Horbury

75
LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER

Narasumber : Ketua Lembaga Social Development Centre for Children (SDC)

Pertanyaan :

1. Bagaimana sejarah SDC berdiri?

2. Bagaimana tahapan pelayanan sosial di SDC?

3. Siapa saja sasaran penerima manfaat SDC?

4. Apa saja persyaratan penerima manfaat di SDC?


PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER

Narasumber : Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC

Pertanyaan :

1. Apa peran dan fungsi pekerja sosial di SDC?

2. Adakah kriteria yang diberikan SDC dalam meyeleksi penerima manfaat?

3. Apa tujuan kegiatan parenting skill diadakan di SDC?

4. Melalui media apa materi disampaikan?

5. Apa point penting yang disampaikan melalui kegiatan parenting skill?

6. Apa tujuan diberikanya video kehamilan seorang Ibu hingga masa

persalinan?

7. Bagaimana cara mengajak orang tua berdiskusi dalam kegiatan parenting

skill?

8. Apa tujuan diberikanya video tentang penderitaan seorang anak yang

terpisah dari orang tuanya?


PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER

Narasumber : Staf Perencanaan dan Pelaporan SDC

Pertanyaan :

1. Apa tujuan kegiatan parenting skill diadakan di SDC?

2. Melalui media apa penyampaian materi diberikan? Mengapa memilih

media tersebut?

3. Apa tujuan diberikanya angket dalam forum diskusi kepada orang tua?

4. Bagaimana melihat keberhasilan kegiatan parenting skill yang diberikan

SDC?
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER

Narasumber : Pekerja Sosial SDC

Pertanyaan :

1. Bagaimana memahami sikap orang tua anak jalanan yang

cenderung kurang peduli terhadap anak?

2. Bagaimana cara mengajak orang tua anak jalanan untuk mengikuti

kegiatan parenting skill?

3. Apa kriteria yang diberikan SDC kepada orang tua anak jalanan?

4. Bagimana melihat ketepatan sasaran dan kepuasan penerima

manfaat dalam kegiatan parenting skill?


PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER

Narasumber : anak jalanan binaan SDC

Pertanyaan :

1. Sudah berapa lama adik mendapat pelayanan dari SDC?

2. Apakah orang tua adik selalu mengikuti kegiatan parenting skill?

3. Adakah perubahan yang terjadi setelah mengikuti kegiatan parenting skill?

Jika iya bagaimana?

4. Apakah adik masih suka turun ke jalanan?


LAMPIRAN 2

PEDOMAN WAWANCARA KLIEN

Narasumber : orang tua (penerima manfaat)

Pertanyaan :

1. Adakah kunjungan dari SDC ke tempat tinggal Ibu/Bapak sebelum

menjadi penerima manfaat?

2. Apakah materi yang disampaikan cukup jelas?

3. Apakah Ibu/Bapak memahami materi yang diberikan penyuluh? Apa yang

dipahami?

4. Apakah kegiatan ini bermanfaat?

5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak sudah pernah menerima informasi tentang

kegiatan parenting skill?

6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan ketika menonton video mengenai masa

kehamilan hingga persalinan?

7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan ketika menonton video mengenai anak yang

menderita karena terpisah dari orang tuanya?

8. Menurut Ibu/Bapak apakah metode yang disampaikan dapat membantu

dalam mengasuh anak?

9. Masalah apa yang anak Ibu/Bapak alami?

10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan metode yang diberikan dalam kegiatan

parenting skill di rumah? Sejak kapan?

11. Setelah mengikuti kegiatan apa yang Ibu/Bapak lakukan untuk

menghadapi permasalahan anak?


12. Bagaimana perubahan perilaku anak setelah Ibu/bapak menerapkan

metode yang diberikan?

13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas dengan pelayanan kegiatan parenting skill

yang diberikan SDC?


LAMPIRAN 3

PEDOMAN OBSERVASI

Dalam hal ini pedoman observasi penulis diantaranya:

a. Mengamati keberhasilan kegiatan parenting skill yang diselenggarakan

SDC.

1. Pemahaman edukasi tentang anak kepada orang tua.

2. Pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak.

3. Gambaran masa kehamilan ibu.

4. Diskusi mengenai pola pengasuhan anak yang baik.

5. Video dokumenter mengenai gambaran kisah anak jalanan.

b. Melihat ketepatan sasaran kegiatan parenting skill yang diselenggarakan

SDC.

c. Mengetahui tingkat kepuasan orang tua terhadap kegiatan parenting skill

yang diselenggarakan SDC.

d. Melihat sejauh mana tujuan kegiatan parenting skill dapat tercapai.


LAMPIRAN 4

TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Dra. Kokom Komalawati M.Si

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan : Ketua Lembaga Social Development Centre for Children

Tanggal wawancara : Bambu Apus, 28 April 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana sejarah SDC Sebagai Instansi yang bertanggung

berdiri? jawab terhadap permasalahan anak

jalanan, Kementerian Sosial dan

pemerintah daerah telah berhasil

memecahkan permasalahan anak

jalanan, akan tetapi belum maksimal.

Untuk meningkatkan keberhasilan dalam

pemecahan masalah baik secara kulitas

maupun kuantitas, maka disusunlah

program baru dalam bentuk Pusat

Pengembangan Pelayanan Sosial Anak

atau Social Development Centre for

Street Children (SDC). Departemen

Sosial sebagai instansi pemerintah yang

berkompeten terhadap penanganan


permasalahan sosial anak jalanan

mengembangkan suatu konsep

pelayanan yang komprehensif dan

berkelanjutan bagi jalanan. Perwujudan

dari konsep tersebut adalah Social

Development Center for Children atau

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial

Anak yang diresmikan oleh Ibu Negara

Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono

pada tanggal 23 Nopember 2006. SDC

beralamatkan di Jl. Panti Sosial (PPA)

Bambu Apus Jakarta Timur.

2. Bagaimana tahapan pelayanan Yang pertama ada pendekaan awal yaitu,

sosial di SDC? Penyampaian informasi kepada

masyarakat, instansi terkait, organisasi

sosial melalui pertemuan, konsultasi dan

surat menyurat, lalu

mengumpulkan, menyususun,

mengelompokan dan menganalisa

informasi/ data serta mendiskusikanya

untuk menentukan langkah identifikasi,

dan memberikan motivasi dengan cara

penyuluhan dan bimbingan.


Kedua, tahap penerimaan yaitu mengisi

formulir pendaftaran, assemen, seleksi

persyaratan berkas, home visit, membuat

kesepakatan pelayanan sosial antar

petugas panti dengan calon klien.

3. Siapa saja sasaran penerima Ada 4 sasaran penerima manfaat yaitu,

manfaat SDC? anak jalanan, anak jalanan yang menjadi

pengemis dan pemulung, anak jalanan

yang dieksploitasi secara ekonomi, dan

orang tua/ keluarga anak jalanan.

4. Apa saja persyaratan penerima Keluarga yang mempunyai anak jalanan

manfaat di SDC? laki laki dan perempuan yang berusia di

bawah 18 tahun, rujukan dari rumah

singgah, LSM, Kepolisian, pekerja

sosial, masyarakat, keluarga yang

berdasarkan assessment awal dapat atau

layak diterima sebagai klien panti,

menyatakan kesanggupan mengikuti

semua program yang diselenggarakan

oleh panti, dan harus bersedia anak tidak

lagi melakukan aktifitas di jalanan.


TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Vivi Marlina, AKS

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan ; Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC

Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 1 & 3 September 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa peran dan fungsi pekerja Ada 5. Yaitu pendampingan untuk

sosial di SDC? mempermudah akses pelayanan klien,

sebagai mediator, memberikan pelayanan

advokasi untuk memberikan

perlindungan, konseling untuk membuka

alternatif pemecahan masalah, dan

sebagai motivator untuk memberikan

klien dorongan semangat.

2. Adakah kriteria yang diberikan Ya ada. Pertama yaitu harus keluarga

SDC dalam meyeleksi yang mempunyai anak jalanan baik yang

penerima manfaat? bekerja ataupun hanya bermain di

jalanan, yang kedua harus berasal dari

keluarga yang tidak mampu, dan ada

sebagian dari anak jalanan yang rentan,

dalam arti mereka berasal dari keluarga

yang tergolong cukup namun karena


sering berkumpul dan mengamen di

jalanan bersama membuat mereka

menjadi ikut-ikutan hidup di jalanan itu

yang harus diwaspadai.

3. Apa tujuan kegiatan parenting Karena masalah anak-anak itu tidak

skill diadakan di SDC? hanya datang dari anak sendiri,

kebanyakan anak-anak yang turun ke

jalan ada pengaruhnya dengan orang tua

baik yang orang tuanya tidak bekerja

ataupun yang menyuruh anaknya untuk

mengamen di jalanan. Dan kenyataanya

memang begitu dalam menangani anak

apabila hanya anaknya saja yang

diberikan maksimal kurang maksimal

makanya kami memberikan kegiatan

parenting skil. Kalau orang tuanya tidak

diberikan ilmu di parenting skill tapi

hanya anaknya saja ketika pulang

kerumah akan kembali seperti itu lagi.

4. Melalui media apa materi Kami memberikan materi melalui media

disampaikan? power point agar lebih menarik untuk

diperhatikan, kami juga mengemas

design slide scara unik agar orang tua


tertarik dan terpancing untuk berdiskusi

bersama narasumber.

5. Apa point penting yang Memberika pemahaman tentang 4 point

disampaikan melalui kegiatan utama kewajiban orang tua yaitu,

parenting skill? keimanan, akhlak, jasmani, dn inelektual.

Juga disampaikan tentang permasalahan

terbaru tentang anak yang sekiranya

dapat memberikan pengetahuan baru agat

tidak mudah tertipi dengan kebohongan

anak.

6. Apa tujuan diberikanya video Video tersebut ditujukan agar orang tua

kehamilan seorang Ibu hingga lebih sadar bahwa anak adalah karunia

masa persalinan? dari Tuhan yang seharusnya dirawat

seperti dulu mereka merawatnya ketika

masih dalam kandungan.

7. Bagaimana cara mengajak Selain dengan bahasa verbal, pemberian

orang tua berdiskusi dalam angket sebagai salah satu media untuk

kegiatan parenting skill? membantu orang tua yang tidak suka

berbicara di depan umum serta orang tua

dapat tau masalah apa yang ada dalam

diri mereka dan dilanjutkan dengan

diskusi untuk menjelaskan yang tidak

dipahami orang tua selama materi


berlangsung.

8. Apa tujuan diberikanya video Untuk mencairkan suasana setelah agak

tentang penderitaan seorang serius berdiskusi kami kembali

anak yang terpisah dari orang memberikan video namun video kali ini

tuanya? menggambarkan kisah nyata yang

dialami anak asuh kami sehingga orang

tua yang melihat bisa langsung

merasakan bagaimana menderitanya anak

apabila terpisah dari orang tua.


TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Nurchamdi, Amd

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Staf Perencanaan dan Pelaporan SDC

Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 4 September 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa tujuan kegiatan parenting Banyak dari sebagian anak jalanan yang

skill diadakan di SDC? dieksploitasi oleh orang tuanya, oleh

karena itu orang tua perlu diberikan

penanganan tersendiri. Di dalam ilmu

pekerjaan sosial juga begitu ya bahwa

menangani anak harus melibatkan orang-

orang di sekitarnya terutama orang tua.

2. Melalui media apa Kebanyakan kami memberikan lewat

penyampaian materi media Ms. Power Point, kalau kami hanya

diberikan? Mengapa memilih memberikan edukasi dengan ceramah atau

media tersebut? tanya jawab kurang efektif karena orang

tua cenderung diam saja ketika kami ajak

berdiskusi, dengan adanya power point

orang tua lebih memperhatikan dan itu

salah satu strategi kita.


3. Apa tujuan diberikanya Itu juga merupakan bentuk strategi kita

angket dalam forum diskusi dalam menghadapi orang tua yang pemalu

kepada orang tua? untuk bicara di depan banyak orang.

4. Bagaimana melihat Keberhasilan kegiatan bisa dilihat dari

keberhasilan kegiatan kemandirian orang tua yang mulai

parenting skill yang diberikan berusaha tidak melibatkan anak dalam

SDC? memenuhi kebutuhan nafkah keluarga.


TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Ahmad Suhada, S.Sos

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Peekerja Sosial SDC

Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 29 Agustus 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana memahami sikap Disanalah tugas kami untuk memberikan

orang tua anak jalanan yang pemahaman kepada orang tua bahwa

cenderung kurang peduli anak cenderung mengikuti sifat orang tua

terhadap anak? yang tidak peduli. Sehingga akan

menyebabkan ketidakharmonisan di

dalam keluarga. Untuk itulah kami

memberi video agar orang tua khususnya

para ibu mengingat kembali bagaimana

perjuangan mereka dahulu ketika

mengandung hingga melahirkan dan itu

bisa membuat orang tua kembali merasa

seperti mereka mengalaminya dahulu.

2. Bagaimana cara mengajak Caranya dengan adanya sosialisasi

orang tua anak jalanan untuk tentang pembinaan untuk anak-anak

mengikuti kegiatan parenting mereka. Tapi kami memberikan salah

satu syarat yaitu orang tua harus


skill? mengikuti kegiatan parenting skill untuk

memaksimalkan hasil yang akan kita

capai.

3. Apa kriteria yang diberikan Penerima manfaat pastinya harus

SDC kepada orang tua anak keluarga anak jalanan yang tidak

jalanan? mampu, karena banyak juga anak jalanan

yang asalnya dari golongan ekonomi

cukup namun melarikan diri dari rumah

dengan berbagai alasan dan memilih

tinggal dan hidup sebagai anak jalanan.

4. Bagimana melihat ketepatan Ketepatan sasaran dilihat dari apakah

sasaran dan kepuasan penerima penerima manfaat sesuai dengan kriteria

manfaat dalam kegiatan yang telah ditentukan dan kepuasan

parenting skill? dilihat dari banyaknya respon positif

yang diberikan penerima manfaat mulai

dari ketepatan waktu hingga keaktifan

mereka di dalam forum.


TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Hardiyanto, S.Sos

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Pekerja Sosial SDC

Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 5 September 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana memahami sikap Dengan memberikan video dek, video

orang tua anak jalanan yang ini akan membuat orang tua lebih sigap

cenderung kurang peduli untuk menjaga anaknya dan sadar akan

terhadap anak? bahaya yang akan menimpa anak apabila

dibiarkan bermain di jalanan tanpa

pengawasan orang tua. Dari sana akan

timbul perasaan khawatir terhadap anak

dan sedikit demi sedikit akan membuat

orang tua memperhatikan anak mereka.

2. Bagaimana cara mengajak Dengan memberitahukan bahwa anaknya

orang tua anak jalanan untuk harus mengalami perubahan dan

mengikuti kegiatan parenting perubahan tersebut juga harus dimulai

skill? dari diri sendiri (orang tua).

3. Apa kriteria yang diberikan Kriteria utama hanya ada 2, yaitu orang

SDC kepada orang tua anak tua anak jalanan dan berpenghasilan
jalanan? rendah.

4. Bagimana melihat ketepatan Ketepatan sasaran kegiatan terlihat dari

sasaran dan kepuasan penerima berhasilnya SDC dalam menyeleksi

manfaat dalam kegiatan keluarga anak jalanan yang dilihat dari

parenting skill? ekonominya dengan cara home visit

sedangkan kepuasan sasaran kegiatan

terlihat dari antusias para orang tua

melakukan sharing dengan pihak SDC

mengenai cara mendidik anak dan

permasalahan yang sedang dialami.


TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : AR

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Sudah berapa lama adik Dari tahun kemaren kak.

mendapat pelayanan dari SDC?

2. Apakah orang tua adik selalu Iya ikut terus.

mengikuti kegiatan parenting

skill?

3. Adakah perubahan yang terjadi Ada sih kak, emak kalo abis ngikut

setelah mengikuti kegiatan acara kumpul-kumpul begitu pulang-

parenting skill? Jika iya pulang kerumah jadi lebih baik sama

bagaimana? saya, biasanya mah kan ngomel aja ini

mah jadi jarang.

4. Apakah adik masih suka turun Kadang-kadang aja kak kalo lagi

ke jalanan? bosen dirumah kan engga ngapa-

ngapain, tapi kadang juga dilarang

sama emak.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : WD

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Sudah berapa lama adik 2 tahun.

mendapat pelayanan dari SDC?

2. Apakah orang tua adik selalu Setau saya ikut terus soalnya kalo

mengikuti kegiatan parenting pulangnya suka cerita.

skill?

3. Adakah perubahan yang terjadi jadi baik engga suka nyuruh-nyuruh

setelah mengikuti kegiatan saya, kadang malah saya suka diajak

parenting skill? Jika iya ngobrol ditanya maunya saya apaan.

bagaimana?

4. Apakah adik masih suka turun Udah engga dibolehin sama bapak kak,

ke jalanan? saya boleh keluar kalo ke rumah

singgah sama main aja.


LAMPIRAN 5

TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : FA

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014

Alamat : Pekarungan-Serang

No. Pertanyaan Jawaban

1. Adakah kunjungan dari SDC ke Iya ada mbak. Lembaga ini pernah

tempat tinggal Ibu/Bapak nyamperin saya ke rumah, nanya tentang

sebelum menjadi penerima gaji, anak, sama kerjaan mbak. Saya

manfaat? ditawarin biar anak saya ikut program

lembaga terus saya juga katanya nanti

bakalan dapet manfaat kalo anak saya

mau ngikutin program lembaga mbak.

2. Apakah materi yang Ya jelas-jelas aja mbak tapi yang

disampaikan cukup jelas? namanya ibu-ibu kadang mah suka

ngobrol dikit.

3. Apakah Ibu/Bapak memahami Paham, intinya mah kita dusuruh jagain

materi yang diberikan anak biar anak engga bandel ke jalanan

penyuluh? Apa yang dipahami? kan mbak.

4. Apakah kegiatan ini Adalah mbak manfaatnya kalo engga ada

bermanfaat? saya juga engga ikutan kali mbak.


5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Belum pernah sih mbak.

sudah pernah menerima

informasi tentang kegiatan

parenting skill?

6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sedihlah pasti mbak yang namanya

ketika menonton video ngerasain jadi seorang ibu.

mengenai masa kehamilan

hingga persalinan?

7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sedih tapi kaya di TV ya mbak ada cerita

ketika menonton video begituan.

mengenai anak yang menderita

karena terpisah dari orang

tuanya?

8. Menurut Ibu/Bapak apakah Ngebantu mbak

metode yang disampaikan

dapat membantu dalam

mengasuh anak?

9. Masalah apa yang anak Anak saya suka pergi-pergian dari siang

Ibu/Bapak alami? ampe tengah malem, engga tau saya juga

tuh kemana yang penting mah ntar dia

balik ke rumah.

10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan Saya pake yang dibilang kalo kita harus

metode yang diberikan dalam jadi temenya anak mba, sejak saya ikut

kegiatan parenting skill di kegiatan ini mbak.


rumah? Sejak kapan?

11. Setelah mengikuti kegiatan apa Saya lebih sering ngobrol aja sama anak

yang Ibu/Bapak lakukan untuk saya jadi nanya-nanya dia tuh kalo pergi

menghadapi permasalahan kemana sih.

anak?

12. Bagaimana perubahan perilaku Bandel mah masih tapi engga parah

anak setelah Ibu/bapak amat.

menerapkan metode yang

diberikan?

13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas Puas kok mbak. Saya seneng malahan

dengan pelayanan kegiatan kalo bisa jangan setahun sekali, setahun

parenting skill yang diberikan lima kali juga saya ikut. Udah orang-

SDC? orangnya enak terus bisa sambil curhat-

curhat gitu deh.


TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : KA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014

Alamat :Serang Timur

No. Pertanyaan Jawaban

1. Adakah kunjungan dari SDC ke Iya, pernah.

tempat tinggal Ibu/Bapak

sebelum menjadi penerima

manfaat?

2. Apakah materi yang Jelas kok mbak.

disampaikan cukup jelas?

3. Apakah Ibu/Bapak memahami Ya paham, disuruh jagain anak sama

materi yang diberikan penyuluh? harus ngerti maunya anak aja

Apa yang dipahami? sebenernya ini.

4. Apakah kegiatan ini Banyak mbak yang bisa didapet dari


acara ini, bukan cuma ngedengerin
bermanfaat?
ceramah doang tapi bisa saling curhat
juga kita sama orang lembaganya, saya
jadi ngerti pas diambil kesimpulanya
terus saya banyak nanya sama petugas-
petugas ternyata anak saya itu modelnya
engga mau dikekang makanya malah
ngelawan kalo dibilangin.

5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Kalo pake nama parenting skill sih

sudah pernah menerima belum mbak orang namanya aja ribet

informasi tentang kegiatan gitu, tapi kalo begini hampir sama kaya

parenting skill? belajar ya.

6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan Yaaa begitulah.. kalo cewe lebih ngena

ketika menonton video mbak saya kan cowo jadi dibilang sedih

mengenai masa kehamilan mah iya tapi enggak juga.

hingga persalinan?

7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan Jadi mikir mbak, anak saya suka banget

ketika menonton video yang namanya keluar rumah engga pake

mengenai anak yang menderita izin padahal saya suruh bantuin ibunya

karena terpisah dari orang aja dirumah tapi bandel pas abis liat

tuanya? video kaya gini jadi makin mikir kalo

ada apa apa di jalan kan kita juga yang

repot.

8. Menurut Ibu/Bapak apakah Bantu sih mbak.

metode yang disampaikan dapat

membantu dalam mengasuh

anak?

9. Masalah apa yang anak Diem-diem anak saya tuh suka ngamen

Ibu/Bapak alami? mbak padahal saya nyurhnya bantuin


emaknya aja dirumah eh dia malah

ngeluyur.

10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan Pake, tapi emang enggak semua sih,

metode yang diberikan dalam dari setaun yang lalu mbak saya pake

kegiatan parenting skill di yang memberikan waktu dan toleransi.

rumah? Sejak kapan? Gini-gini saya mah suka nemenin anak

saya cerita-cerita tentang jaman dulu

mbak.

11. Setelah mengikuti kegiatan apa Saya sabar aja kalo anak saya ngelawan

yang Ibu/Bapak lakukan untuk berarti ada yang salah sama cara

menghadapi permasalahan ngedidik dia mbak.

anak?

12. Bagaimana perubahan perilaku Kalo keluar rumah udah enggak ngamen

anak setelah Ibu/bapak lagi palingan main tapi ya saya tinggal

menerapkan metode yang di jalanan jadi anak saya pasti tetep

diberikan? mainya di jalanan.

13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas Iya mbak.

dengan pelayanan kegiatan

parenting skill yang diberikan

SDC?
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : HO

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014

Alamat : Sentul-Serang

No. Pertanyaan Jawaban

1. Adakah kunjungan dari SDC ke Pernah.

tempat tinggal Ibu/Bapak

sebelum menjadi penerima

manfaat?

2. Apakah materi yang Lumayan, pas dikasih tau kewajiban


orang tua ya kita mah paham mbak kan
disampaikan cukup jelas?
emang harus begitu tapi ya gimana kalo
buat praktekin emang pelan-pelan mba
yang penting kita mah mesti lebih
perhatian sama anak dulu

3. Apakah Ibu/Bapak memahami Paham, kalo buat saya kontrol emosi


udah itu aja.
materi yang diberikan penyuluh?

Apa yang dipahami?

4. Apakah kegiatan ini bermanfaat? Bermanfaat mbak.

5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Boro-boro mbak, baru dari taun

sudah pernah menerima kemaren ini juga saya ikutan.


informasi tentang kegiatan

parenting skill?

6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sedihlah pasti mbak enggak usah

ketika menonton video ditanya lagi itu mah tadi pada mewek

mengenai masa kehamilan begitu mbak.

hingga persalinan?

7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan Ih saya mah engga ngebayangin deh

ketika menonton video kalo sampe kejadian sama saya.

mengenai anak yang menderita

karena terpisah dari orang

tuanya?

8. Menurut Ibu/Bapak apakah Ngebantu banget.

metode yang disampaikan dapat

membantu dalam mengasuh

anak?

9. Masalah apa yang anak Dia mah nakal suka banget kelayapan

Ibu/Bapak alami? sampe dikejar Satpol PP aja pernah

mbak.

10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan Iya dari pas saya ngikut ini dari taun

metode yang diberikan dalam lalu.

kegiatan parenting skill di

rumah? Sejak kapan?


11. Setelah mengikuti kegiatan apa Kontrol emosi kalo saya mah emang

yang Ibu/Bapak lakukan untuk masalahnya ya, saya tuh emosian

menghadapi permasalahan anak? orangnya jadi ada apa apa dikit gedeg

bawaanya.

12. Bagaimana perubahan perilaku Kalo sayanya enggak marah-marah

anak setelah Ibu/bapak anak saya juga jadinya nurutan dikit

menerapkan metode yang mbak engga perlu saya pukul dulu baru

diberikan? jalan, dipanggil dikit juga nengok.

13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas Puas mbak, acara kaya begini bagus
banget buat ibu-ibu kaya kita gini
dengan pelayanan kegiatan
soalnya bikin nambah pinter mba
parenting skill yang diberikan
maklum aja kita kan engga sekolah.
SDC? Biar kita makin sayang juga sama anak,
abis kadang geregetan kalo bandel
rasanya pengen dimarahin aja tapi pas
ikut acara begini jadi mikir-mikir mau
marahin anak
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : MA

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014

Alamat : Saronggeng-Serang

No. Pertanyaan Jawaban

1. Adakah kunjungan dari SDC ke Ada.

tempat tinggal Ibu/Bapak

sebelum menjadi penerima

manfaat?

2. Apakah materi yang Cukup mbak.

disampaikan cukup jelas?

3. Apakah Ibu/Bapak memahami Iya bisa paham mbak, paham sama

materi yang diberikan penyuluh? kewajiban yang harus kita punya mbak.

Apa yang dipahami?

4. Apakah kegiatan ini bermanfaat? Pasti bermanfaat mbak, kalo enggak

mah kita enggak dateng.

5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Belum mbak.

sudah pernah menerima

informasi tentang kegiatan


parenting skill?

6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sedihnya bukan main mbak, saya engga

ketika menonton video bisa ngebayangin kalo ada orang tua

mengenai masa kehamilan yang tega ngebuang anaknya ya mbak,

hingga persalinan? mendingan hidup susah kaya kita tapi

masih usaha ngurus anak ya mbak.

7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan Seru videonya kaya nonton film.

ketika menonton video

mengenai anak yang menderita

karena terpisah dari orang

tuanya?

8. Menurut Ibu/Bapak apakah Bisa mbak bisa ngebantu.

metode yang disampaikan dapat

membantu dalam mengasuh

anak?

9. Masalah apa yang anak Itu bocah ya sukanya ngeluyur mbak,

Ibu/Bapak alami? susah banget disuruh diemnya.

10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan Nerapin mbak dari saya dikasih materi

metode yang diberikan dalam saya suka nerapin kalo anak saya

kegiatan parenting skill di kambuh bandelnya.

rumah? Sejak kapan?


11. Setelah mengikuti kegiatan apa Saya Tanya terus kalo mau keluar-

yang Ibu/Bapak lakukan untuk keluaran mbak, saya juga sering nyuruh

menghadapi permasalahan anak? mendingan tu anak ke rumah singgah

biar pinteran.

12. Bagaimana perubahan perilaku Mendingan dikit dah, yang namanya

anak setelah Ibu/bapak anak kan susah ya dibilangin tapi

menerapkan metode yang nurutan sih.

diberikan?

13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas Puas mbak, seru ikutan acara kaya gini
kaya belajar gitu jadi inget waktu masih
dengan pelayanan kegiatan
sekolah kan saya mah sekolah sampe
parenting skill yang diberikan
SD doang jadi pas belajar lagi ngeliat
SDC? layar canggih gitu seneng deh
bawaanya, ada cara buat ngurus anak
juga biar anak saya ga bandel lagi, saya
juga jadi kepikiran kalo anak saya lagi
dijalanan, pokoknya seru banget deh
mbak
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : SO

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014

Alamat : Sempu-Serang

No. Pertanyaan Jawaban

1. Adakah kunjungan dari SDC ke Iya pernah waktu itu mbak.

tempat tinggal Ibu/Bapak

sebelum menjadi penerima

manfaat?

2. Apakah materi yang Cukup mbak.

disampaikan cukup jelas?

3. Apakah Ibu/Bapak memahami Paham, kalo anak itu ya titipan Tuhan

materi yang diberikan penyuluh? jangan disia-siain.

Apa yang dipahami?

4. Apakah kegiatan ini bermanfaat? Bermanfaat kalo kita ngerti mah.

5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Belum.

sudah pernah menerima

informasi tentang kegiatan

parenting skill?
6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan jujur saya mah malahan jadi sedih mbak

ketika menonton video ngeliat video tadi jadi langsung inget

mengenai masa kehamilan anak saya makanya saya jadi nangis pas

hingga persalinan? diliatin videonya.

7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sama sedihnya mbak tapi sedihan yang

ketika menonton video video hamil itu.

mengenai anak yang menderita

karena terpisah dari orang

tuanya?

8. Menurut Ibu/Bapak apakah Membantu mbak.

metode yang disampaikan dapat

membantu dalam mengasuh

anak?

9. Masalah apa yang anak Anak saya mah sebenernya penurut

Ibu/Bapak alami? mbak, kayaknya yang bermasalah saya

deh mbak.

10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan Iya nerapin, tapi belom bisa semuanya

metode yang diberikan dalam dikit-dikit aja.

kegiatan parenting skill di

rumah? Sejak kapan?

11. Setelah mengikuti kegiatan apa Nyoba metode yang dikasih yang

yang Ibu/Bapak lakukan untuk katanya kita itu jadi contohnya anak
menghadapi permasalahan anak? kita, kalo kita bener ya anak bener tapi

kalo kitanya ga bener ya gimana anak

mau bener.

12. Bagaimana perubahan perilaku Kalem-kalem aja anak saya.

anak setelah Ibu/bapak

menerapkan metode yang

diberikan?

13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas Kurang puas soalnya taun lalu saya ga

dengan pelayanan kegiatan bisa ikutan gara-gara ngaret.

parenting skill yang diberikan

SDC?
LAMPIRAN 6

HASIL OBSERVASI

Waktu Observasi : Kamis, 11 September 2014

Tempat Observasi : LKSA Wanita Bahagia Serang Banten

Waktu Deskripsi

13.00 WIB Tim parenting skill dari SDC yang terdiri dari wakil ketua

SDC, koordinator rehabilitasi sosial, pekerja sosial, dan staf

tiba di LKSA Wanita Bahagia Serang Banten.

13.00-15.00 WIB Kegiatan parenting skill dimulai dengan ditandai dengan

pembukaan yang dibuka langsung oleh wakil ketua

lembaga SDC, dilanjutkan dengan pemaparan materi yang

diberikan oleh pekerja sosial mengenai pemahaman anak

kepada orang tua. pada pemaparan pertama terlihat banyak

orang tua yang sedikit jenuh dengan pemaparan tersebut,

namun tidak semua orang tua merasa jenuh karena materi

diberikan dengan media MS. Power Point sehingga lebih

menarik untuk dilihat. Dilanjutkan dengan memberikan

materi pemahaman mengenai kewajiban orang tua terhadap

anak, materi tersebut juga masih diberikan lewat media MS.

Power Point. Pada penyampaian materi kali ini, orang tua

terlihat lebih bersemangat untuk berinteraksi, ada 3 orang

tua yang bertanya kepada penyuluh. Dari pertanyaan

tersebut mulai membangun suasana yang tadinya tegang


menjadi lebih cair. Setelah pemberian materi kedua,

penyuluh memperlihatkan video mengenai masa kehamilan

ibu hingga persalinan. Saat video ini diputar tidak sedikit

orang tua yang menitikan air matanya. Selanjutnya diskusi

mengenai pola pengasuhan anak yang baik. Pada sesi ini,

tidak hanya diisi melalui diskusi melainkan juga pengisian

angket yang berisikan tentang kendala yang dihadapi serta

harapan orang tua. orang tua yang tidak bisa membaca serta

menulis dibantu oleh petugas untuk mengisi angket

tersebut. Diskusi ini berjalan penuh dengan antusias orang

tua yang bersahut-sahutan ketika berkomentar ataupun

bertanya sehingga suasana menjadi ramai. Dan kegiatan

terakhir diisi oleh video dukomenter yang berisi tentang

kisah nyata anak jalanan yang terpisah oleh orang tuanya

sehingga menderita dan dibantu oleh SDC untuk bertemu

dengan orang tuanya. Video ini berhasil membuat orang tua

yang menonton memberikan tepuk tanganya kepada SDC.

15.00-15.30 WIB Kegiatan ditutup dengan bersalaman dan ditutup langsung

oleh wakil ketua lembaga SDC.

15.30.16.00 WIB SDC masih menerima orang tua yang ingin bertanya

mengenai permasalahan yang ada pada anak maupun pada

diri mereka sendiri namun malu untuk mengatakanya di

dalam forum.
HASIL OBSERVASI

Waktu Observasi : Senin, 23 Juni 2014

Tempat Observasi : Posyandu Beringin Serang Banten

Waktu Deskripsi

11.00-15.00 SDC mendatangi Posyandu Beringin yang sebelumnya telah

bekerja sama dengan stickholder setempat untuk mendatangi

langsung lokasi dimana terdapat banyak keluarga anak

jalanan yang bermukin di sana. Dengan bantuan stickholder

orang tua berdatangan ke posyandu untuk diberikan

pengarahan beserta penawaran agar anak mereka

mendapakan pelayanan sosial dari SDC dan berhenti turun

ke jalanan. Pengisian formulir dimulai dilanjutkan dengan

assesmen awal kepada orang tua serta anak mereka. Suasana

disana ramai dan agak sulit diatur karena banyaknya warga

yang hanya ingin menonton pengisian formulir tersebut

sehingga membuat suasana ramai.


HASIL OBSERVASI

Waktu Observasi : Senin, 15 September 2014

Tempat Observasi : Serang Banten

Waktu Deskripsi

10.00-16.00 Tim parenting skill dari SDC mendatangi rumah serta

tempat dimana anak dan orang tua anak jalanan sering

berada di daerah tersebut. Tim parenting skill melakukan

kegiatan home visit untuk menyocokan data yang didapat

ketika assesmen dengan keadaan yang sebenarnya.

Kedatangan tim parenting skill dari SDC tidak diketahui

oleh calon penerima manfaat. Bahkan calon penerima

manfaat sampai ada yang kaget dengan kedatangan tim

parenting skill dari SDC. Dari rumah ke rumah hingga

jalanan didatangi oleh tim parenting skill lalu melakukan

wawancara kecil mengenai kabar dan maksud kedatangan

tim parenting skill SDC mendatangi kediaman calon

penerima manfaat. Suasana pada hari itu cukup panas dan

tidak terlalu ramai. Tim parenting skill memakai baju

bebas bukan dengan seragam bati ataupun kementrian

sosial sehingga tidak mencolok dan menarik perhatian

warga setempat.
LAMPIRAN 7

LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN

1. Materi kegiatan parenting skill

Menjadi orang tua responsif . Respon orang tua


Mendewasakan
Melahirkan Mengasuh Membesarkan
sangat penting bagi seorang anak. Berikan mereka
dengan norma dan
nilai yang berlaku apresiasi terhadap hal-hal yang telah mereka
lakukan. Ini akan membuat kedekatan hubungan
orang tua dan anak meningkat.

Mampu meningkatkan kepercayaan diri anak.


Anak dengan harga diri tinggi biasanya lebih
berbahagia dan lebih percaya diri. orang tua harus
Keimanan Akhlak Jasmaniah Intelektual selalu terlibat dalam kehidupan anak untuk
menunjukkan betapa berharganya mereka.

Mampu menepati janji. Sembari menemani pertumbuhan


anak, orang tua harus selalu memegang anji-janji yang
diucapkannya yang menjadi pondasi kepercayaan yang kokoh
antara orang tua dan anak juga mengajarkan anak untuk
selalu menepati janji mereka dan bertindak jujur

HAK HIDUP

 Hak hidup itu hak asasi yang paling


dasar bagi seluruh manusia, tidak
boleh ada kesewenang-wenangan yang
menentukan hidup atau matinya
seseorang.
 Anak sejak di dalam kandungan sudah
dilindungi haknya utk tetap hidup dan
lahir di dunia
2. Asesmen calon penerima manfaat

3. Kegiatan parenting skill


4. Penandatanganan kontrak pelayanan

5. Home visit

6. Wawancara dengan Koor Rehabilitasi Sosial SDC

Anda mungkin juga menyukai