SKRIPSI
Disusun oleh
DEVI ANDRIYANI
C0205022
Disusun oleh
DEVI ANDRIYANI
C0205022
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Indonesia
ii
TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW
“JOHN PANTAU” DI TRANS TV
Disusun oleh
DEVI ANDRIYANI
C0205022
Pada tanggal
Dekan
Drs. Sudarno, M. A.
NIP 195303141985061001
iii
PERNYATAAN
NIM : C0205022
Dalam Reality Show “John Pantau” Di Trans TV adalah betul-betul karya sendiri,
bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya,
dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari
skripsi tersebut.
Devi Andriyani
iv
PERSEMBAHAN
serta teman-teman yang setia mendampingi pada saat suka maupun duka.
v
MOTTO
(J-Rocks)
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah s.w.t yang telah
penelitian ini dengan lancar. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Skripsi ini pun tidak mungkin dapat penulis selesaikan tanpa dukungan dan
kerja sama dari berbagai pihak. Penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ini. Untuk
itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. Sudarno, M. A., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
menyusun skripsi.
penyusunan skripsi.
5. Bapak dan ibu dosen jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret
vii
6. Orang-orang tercinta: ibunda, ayahanda, almarhumah Mbah Putri, Mbah
Kakung, Mas Wawan, Mbak Uut, Dik Delta, dan Dik Lala, terima kasih
Surakarta: Nina, Lita, Epit, Dea, Mami, Ian, Said, Eko, Alif, Opix, Hendry,
Erwin, Nisa, Andi, Ruri, Indah, Mila, Lina, Sinta, Maya, Ana, Changgih,
Wiwit, A’am, Septi, Agus, Sigit, dan Wira, terima kasih atas
kebersamaannya.
8. Mbak Hilda, Mbak Yayuk, dan Muryanto atas semua nasihat dan
bantuannya.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat berbagai
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Abstrak .................................................................................................................... xv
B. Landasan Teori.......................................................................................... 11
1. Definisi Pragmatik............................................................................ 11
ix
3. Tindak Tutur..................................................................................... 17
A. Jenis
Penelitian .......................................................................................... 29
1. Berterima Kasih................................................................................. 35
2. Memuji ............................................................................................. 39
3. Menolak............................................................................................... 42
4. Menyalahkan....................................................................................... 45
5. Mencurigai........................................................................................... 49
6. Menuduh.............................................................................................. 53
7. Menyindir............................................................................................ 57
8. Mengkritik.......................................................................................... 61
x
10. Mengejek............................................................................................ 68
11. Menyayangkan.................................................................................... 71
dalam RSJP............................................................................................... 91
xi
B. Saran ......................................................................................................... 117
xii
xii
DAFTAR TANDA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tindak Tutur Ekspresif dan penyebab dari tindak tutur ekspresif dalam
RSJP......................................................................................................... 103
Tabel 2 Efek Perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam
RSJP......................................................................................................... 112
xiv
ABSTRAK
Devi Andriyani. C0205022. 2009. Tindak Tutur Ekspresif dalam Reality Show “John
Pantau”. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini mengkaji tentang tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam
reality show “John Pantau”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu
(1) tindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat dalam reality show “John Pantau”
dan apa penyebab tindak tutur ekspresif tersebut? (2) efek perlokusi apa saja yang
ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam reality show “John Pantau”?
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Teknik pengumpulan data berupa teknik rekam dan teknik catat. Data penelitian
adalah tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif dalam reality show “John
Pantau”. Sumber data penelitian ini terdiri atas enam hari episode penayangan.
Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik analisis padan dan teknik analisis
kontekstual. Teknik penarikan simpulan dalam penelitian ini menggunakan teknik
induktif.
Berdasarkan analisis data, dalam RSJP ditemukan 20 tindak tutur ekspresif.
Pengelompokan 20 jenis tindak tutur ekspresif tersebut, yaitu: (1) tindak tutur
‘berterima kasih’ yang terjadi karena mitra tutur bersedia melakukan apa yang
diminta oleh penutur, karena tuturan ‘memuji’ yang dituturkan oleh penutur kepada
mitra tutur dan karena kebaikan hati penutur yang telah memberikan sesuatu kepada
mitra tutur, (2) tindak tutur ‘memuji’ yang terjadi karena kondisi dari mitra tutur,
karena penutur ingin melegakan hati mitra tutur, karena penutur ingin merayu mitra
tutur, karena penutur telah bersedia meminta maaf dan berjanji kepada anaknya,
karena penutur ingin menyenangkan hati mitra tutur dan karena perbuatan terpuji
yang dilakukan oleh penutur, (3) tindak tutur ‘menolak’ yang terjadi karena mitra
tutur tidak mau melakukan apa yang diminta oleh penutur dan karena mitra tutur
tidak mau menerima pemberian dari penutur, (4) tindak tutur ‘menyalahkan’ yang
terjadi karena kesalahan yang dilakukan oleh mitra tutur, karena mitra tutur tidak
mau bertanggung jawab akan kesalahan yang telah diperbuatnya dan karena mitra
tutur ingin melepaskan diri dari suatu kesalahan, (5) tindak tutur ‘mencurigai’ yang
terjadi karena penutur mempunyai anggapan bahwa mitra tutur telah berbuat sesuatu
yang kurang baik, (6) tindak tutur ‘menuduh’ yang terjadi karena penutur ingin
membuktikan anggapannya bahwa mitra tutur telah melakukan sesuatu yang kurang
baik, (7) tindak tutur ‘menyindir’ yang karena penutur tidak suka dengan apa yang
dilakukan atau dituturkan mitra tutur, karena penutur menyampaikan alasan-alasan
yang tidak masuk akal kepada mitra tutur, dan karena tuturan pertanyaan penutur
terhadap mitra tutur, (8) tindak tutur ‘mengkritik’ yang karena penutur merasa jijik
dengan apa yang dilakukan oleh mitra tutur dan karena penutur tidak suka atau tidak
sependapat dengan apa yang dilakukan atau dituturkan mitra tutur, (9) tindak tutur
‘meminta maaf’ yang terjadi karena permintaan mitra tutur, karena perasaan tidak
enak penutur terhadap mitra tutur karena telah mengganggu waktu mitra tutur, (10)
tindak tutur ‘mengejek’ yang terjadi karena sikap mitra tutur yang tidak bersedia
menuruti permintaan penutur dan karena penutur tidak suka dengan sikap dan tuturan
tidak terpuji yang dilakukan oleh mitra tutur, (11) tindak tutur ‘menyayangkan’ yang
xv
terjadi karena penutur merasa iba atau kasihan terhadap mitra tutur, (12) tindak tutur
‘mengungkapkan rasa heran’ yang terjadi karena rasa keheranan penutur terhadap
sikap atau tuturan mitra tutur, (13) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kaget atau
terkejut’ yang diterjadi karena rasa kaget yang dirasakan oleh penutur terhadap sikap
atau tuturan mitra tutur, (14) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa jengkel atau sebal’
yang terjadi karena penutur merasa kesal terhadap apa yang dilakukan oleh mitra
tutur, (15) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa marah’ yang terjadi karena perasaan
sangat tidak senang mitra tutur terhadap sikap penutur, dan karena rasa takut yang
dirasakan penutur terhadap apa yang sedang dilakukan mitra tutur, (16) tindak tutur
‘mengungkapkan rasa bangga’ yang terjadi karena penutur merasa mempunyai
keunggulan dibandingkan orang lain, (17) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa malu’
yang terjadi karena penutur merasa sangat tidak enak hati terhadap mitra tutur, (18)
tindak tutur ‘mengungkapkan rasa takut’ yang terjadi karena perasaan takut penutur
terhadap sesuatu, (19) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa simpati’ yang terjadi karena
rasa keikutsertaan penutur merasakan perasaan sedih yang sedang dirasakan oleh
mitra tutur, (20) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kecewa’ yang terjadi karena rasa
kecil hati penutur terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur.
Dalam RSJP terdapat 23 tuturan yang mengandung efek perlokusi. Dari 23
tuturan tersebut terbagai menjadi 9 efek perlokusi, yaitu: (1) efek perlokusi
menyenangkan mitra tutur, (2) efek perlokusi melegakan, (3) efek perlokusi
membujuk, (4) efek perlokusi menjengkelkan mitra tutur, (5) efek perlokusi
mendorong, (6) efek perlokusi membuat mitra tutur tahu bahwa…, (7) efek perlokusi
membuat mitra tutur berpikir tentang…, (8) efek perlokusi membuat mitra tutur
melakukan sesuatu, dan (9) efek perlokusi mempermalukan mitra tutur.
BAB I
PENDAHULUAN
antara manusia satu dengan manusia lain. “Bahasa adalah alat yang dipakai untuk
membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan; alat yang dipakai untuk
sebagai alat untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat, juga digunakan untuk
xvi
menyampaikan pesan, berita, dan amanat pada media komunikasi, seperti media
misalnya dalam bentuk media cetak dan elektronik. Yang termasuk media cetak
misalnya surat kabar, majalah, tabloid, dan buku, sedangkan media elektronik
misalnya radio, televisi dan internet. Media cetak dan media elektronik merupakan
sarana komunikasi yang tidak langsung antara penutur dan mitra tutur.
Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bersifat
informatif, hiburan, maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut.
Dari berbagai media di tanah air saat ini, televisi merupakan media yang paling
diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar pada masyarakat
(Iswandi Syahputra, 2006:70). Hal ini karena televisi mempunyai tiga kekuatan
media sekaligus. Dua kekuatan yang pertama adalah televisi mampu menampilkan
gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan
Stasiun televisi Trans TV merupakan salah satu stasiun televisi swasta yang
diminati oleh pemirsa. Trans TV atau televisi Transformasi Indonesia yang berdiri
tahun 2001 sudah bisa menunjukkan prestasinya. Dengan usia yang masih sangat
muda Trans TV mampu merebut perhatian para pemirsa televisi sebagai stasiun
untuk ketiga kalinya berhasil memenangkan Cakram Award sebagai stasiun televisi
xvii
pemirsa televisi negeri ini dengan program buatan sendiri yang menarik dan inovatif.
Dengan motto “Milik Kita Bersama” Trans TV terus melakukan inovasi dalam
program acaranya. Salah satu program acara hasil inovasi Trans TV adalah program
reality show John Pantau (untuk selanjutnya peneliti singkat menjadi RSJP).
John Pantau adalah salah satu program acara yang mengisahkan petualangan
pelanggaran masyarakat yang dibiarkan karena terlampau sering terjadi. Program ini
dengan gaya santai, menghibur dan sedikit konyol, tanpa berusaha menghakimi
pihak yang terlibat. John Pantau merupakan salah satu program yang menarik di hati
para pemirsa televisi. Hal ini terlihat dari ratingnya yang mencapai 1, 8 poin. John
Pantau sebelumnya merupakan salah satu segmen di acara Jelang Sore, karena
(www.republika. co.id).
Selain John Pantau, acara sejenis juga ditayangkan di Metro TV lewat acara
Snapshot dan TV One yang menayangkan Mata Kamera. Tayangan John Pantau
Kamera. John Pantau selalu hadir dengan pantauan yang menangkap basah pelaku
pelanggaran aturan atau larangan, dengan tujuan agar pelaku pelanggaran dapat
memahami mana yang benar dan mana yang salah. Ciri khas dari John Pantau
Potret pelanggaran yang terdapat dalam John Pantau dibingkai secara lucu, tidak
seperti Snapshot dan Mata Kamera yang dibingkai secara serius. Tayangan ini
xviii
mengemas acaranya dengan format humor, sehingga yang diwawancarai tidak
tersinggung (www.wikimu.com).
komunikasi antara reporter acara tersebut, yaitu John, dengan masyarakat yang
tindak tutur, prinsip kesopanan, prinsip kerja sama, implikatur, dan efek perlokusi.
Bahasa yang digunakan oleh para penutur dalam RSJP merupakan bahasa
yang alami. Dikatakan alami karena reporter acara RSJP mewawancarai masyarakat
yang spontan tersebut terdapat banyak tuturan yang berupa ungkapan perasaan para
penuturnya, atau yang disebut dengan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif
mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi
(Cruse, 2000:342).
Tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RSJP dituturkan oleh penuturnya
yang mengungkapkan perasaan yang sedang dialami oleh penutur dalam John
xix
Tuturan “Maaf ganggu sebentar ya…” tersebut merupakan ungkapan
perasaan John. Tuturan tersebut dituturkan John karena merasa telah mengganggu
tukang ojek yang sedang merokok di area SPBU. Tuturan yang dituturkan oleh John
tersebut termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘meminta maaf’. Pada saat itu John
Merujuk pada contoh tuturan di atas, dapat dinyatakan bahwa suatu tuturan
acara RSJP dengan masyarakat pelaku penyimpangan, serta pihak berwenang. Oleh
karena itu, maka John Pantau sarat dengan tindak tutur ekspresif. Fenomena
kebahasaan inilah yang mendorong penulis untuk menjadikan RSJP sebagai objek
penelitian terhadap reality show yang dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan
penggunaan bahasa sebagai media berinteraksi para penutur dalam John Pantau yang
bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi dipelajari dalam ilmu
pragmatik (I Dewa Putu Wijana, 1996:1). Hal ini yang menjadikan ilmu pragmatik
penelitian ini.
B. Pembatasan Masalah
xx
Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan
penulis fokuskan pada masalah pemakaian bahasa yang digunakan dalam percakapan
ditinjau dengan ilmu pragmatik. Aspek pragmatik yang penulis bahas dalam
C. Perumusan Masalah
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Tindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat dalam RSJP dan apa penyebab
2. Efek perlokusi apa saja yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam RSJP?
D. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian yang baik, harus mempunyai tujuan penelitian yang jelas.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RSJP dan penyebab
dalam RSJP.
E. Manfaat Penelitian
xxi
Hasil kajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
ilmu dan dalam hal ini ilmu kebahasaan atau linguistik. Penelitian ini diharapkan
tutur, khususnya tindak tutur ekspresif dalam pragmatik dan efek perlokusi yang
ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif tersebut. Selain itu, dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan model analisis percakapan atau dialog atas salah satu
bentuk wacana yang terdapat dalam media jurnalistik audio visual khususnya pada
2. Manfaat Praktis
percakapan atau dialog reality show, terutama dalam memahami tindak tutur
ekspresif dan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam
RSJP. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau
F. Sistematika Penulisan
penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut.
xxii
Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
sistematika penulisan.
masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam sebuah
penelitian. Selain itu, juga berisi gambaran secara jelas kerangka pikir yang
Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, data
dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian
Bab keempat berisi analisis data. Dari analisis data ini akan didapatkan
hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam
bab pertama.
Bab kelima merupakan simpulan. Berisi simpulan dari hasil penelitian dan
dilanjutkan dengan saran dari penulis yang berhubungan dengan proses penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
dilakukan yang berhubungan dengan tindak tutur pada khususnya dan pragmatik
Dalam landasan teori dijelaskan mengenai pragmatik, peristiwa tutur, tindak tutur,
xxiii
situasi tutur, dan reality show. Dalam kerangka pikir dijelaskan rumusan kerangka
pikir penelitian.
A. Tinjauan Pustaka
menggunakan sumber data tertulis. Penelitian tentang tindak tutur yang bersumber
data dari media komunikasi audio visual atau televisi, terutama yang bersumber dari
reality show, masih sedikit dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dalam upaya menyusun
skripsi ini dan berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut.
Agus Rinto Basuki (2002) dalam tesisnya “Tindak Tutur Ilokusif dalam Seni
menguraikan jenis-jenis tindak tutur dan membagi ke dalam lima kategori seperti
yang dilakukan oleh Searle. Kelima kategori tersebut adalah asertif, direktif,
bagian dengan jumlah total delapan puluh satu macam tindak tutur. (2) Adanya
penanda lingual ke dalam dua kelompok, yaitu berdasarkan bentuk yang terdiri dari
kata, frasa, dan klausa, selanjutnya berdasarkan sifat yang terdiri dari semu dan
nyata. (3) Faktor-faktor yang melatari terjadinya tindak tutur, antara lain penutur, isi
tuturan, tujuan tuturan, status sosial, jarak sosial, intonasi, dan implikatur.
dari hasil penelitian ditemukan 117 tindak ilokusi ekspresif yang dapat
dikelompokkan menjadi 15 jenis, yaitu: (1) mengungkapkan rasa benci atau tidak
xxiv
suka sebanyak 27 tuturan; (2) mengungkapkan rasa suka senang, puas, atau lega
rasa kagum, heran, atau takjub sebanyak 10 tuturan; (5) mengungkapkan rasa kaget,
mengungkapkan rasa jengkel atau sebal sebanyak 4 tuturan; (8) mengungkapkan rasa
marah sebanyak 8 tuturan; (9) meminta maaf sebanyak 15 tuturan; (10) memaafkan
mengungkapkan rasa putus asa; (14) menyalahkan; (15) mengungkapkan rasa bangga
masing-masing sebanyak satu tuturan. Dari ke-117 tuturan tersebut, 53 tuturan (45%)
film. Sementara itu terdapat juga 17 tuturan (15%) tidak diterjemahkan yang
mendeskripsikan cara yang dilakukan mitra tutur saat memberi jawaban (menerima
atau menolak) kepada si penutur. Hasil kajian penelitian tersebut adalah bahwa kita
perempuan dalam mengungkapkan cinta baik secara verbal maupun nonverbal, dan
meskipun terdapat perbedaan, baik dalam kosakata yang dipilih maupun cara
xxv
penyampaiannya, akan tetapi para penutur (laki-laki dan perempuan) mempunyai
Siti Munawaroh (2008) dalam skripsinya “Dialog Film Berbagi Suami Karya
berikut: (1) pelanggaran maksim prinsip kerja sama dalam dialog film Berbagi Suami
karya Nia Dinata berupa pelanggaran maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim
relevansi, dan maksim cara; (2) pelanggaran maksim prinsip kesopanan berupa
maksim kerendahan hati, serta maksim kesepakatan dan maksim simpati; (3) terdapat
Tuturan berimplikatur dalam dialog Berbagi Suami karya Nia Dinata ini dinyatakan
dalam bentuk kalimat perintah, tanya maupun jawaban yang berupa kalimat
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, efek perlokusi yang terdapat dalam
dialog film Berbagi Suami terbagi menjadi sebelas verba penentu, yakni membuat
mitra tutur melakukan sesuatu, menyenangkan, membuat mitra tutur tahu bahwa,
Penelitian Tindak Tutur Ekspresif dalam Reality Show “John Pantau” ini
mengenai tindak tutur dalam reality show di televisi yang menfokuskan pada tindak
ilokusif ekspresif. Dari beberapa tinjauan kajian di atas terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan. Penelitian tindak tutur, tindak tutur ilokusif, tindak tutur ekspresif dan
xxvi
reality show memang pernah dilakukan, namun tidak sama dengan penelitian ini.
Dalam penelitian tindak tutur ekspresif yang dilakukan oleh Adventina Putranti
objek kajiannya bukan acara reality show, sedangkan penelitian tentang reality show
terdahulu yang dilakukan oleh Wimy Winatama lebih memfokuskan pada masalah
penelitian pada tindak tutur ilokusif ekspresif yang terdapat dalam reality show.
B. Landasan Teori
1. Definisi Pragmatik
semakin banyaknya teori-teori yang dikeluarkan oleh para ahli. Para ahli seperti
Austin, Searle dan Grice menghasilkan teori-teori baru tentang ilmu pragmatik.
Austin dan Searle mengemukakan teori-teori tentang tindak tutur (speech act),
sedangkan Grice tentang prinsip kerja sama (cooperative principles) dan implikatur
Ahli bahasa lain seperti Leech juga memberikan batasan dalam ilmu
Oka), Leech mengatakan “pragmatik adalah studi tentang makna ujaran di dalam
bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan
ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik;
komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang
xxvii
saling melengkapi. Karya Leech yang paling menonjol di bidang pragmatik adalah
Menurut Thomas (1995:22), pragmatik adalah bidang ilmu yang mengkaji makna
negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial,
dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran.
atau utterance interpretation. Pendekatan kognitif sering digunakan oleh para ahli
Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab ) menyebutkan beberapa batasan ilmu
xxviii
3. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak
penutur atau pemakai bahasa. I Dewa Putu Wijana (1996:1) mengemukakan bahwa
“pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat
yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran.
Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat
atau diujarkan.
komunikasi. Maksud tuturan, terutama yang implikatif, hanya dapat dikenali melalui
(Rustono, 1999:17).
dikeluarkan oleh para ahli bahasa. Tahun 1962, seorang ahli bahasa yang bernama
J.L. Austin menelusuri hakikat tindak tutur. Melalui karyanya yang berjudul How To
antara tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Selanjutnya, dari tindak
xxix
ilokusi, Austin mengklasifikasikannya menjadi lima macam tindak tutur yaitu
Austin tentang tindak tutur. Menurut Searle, dalam praktik penggunaan bahasa
terdapat setidaknya tiga macam tindak tutur, yaitu tindak lokusioner (locutionary
tindak tutur. Kelima macam tindak tutur itu yaitu, tindak tutur asertif (assertives),
tindak tutur direktif (directives), tindak tutur ekspresif (expressives), tindak tutur
2000:342-343).
Karya lain selain teori tindak tutur adalah teori prinsip kerja sama dan
berjudul “Logic and Conversation”, yang dimuat dalam bunga rampai Syntax and
Semantics: Speech Acts suntingan Cole dan Morgan, Grice mengemukakan buah
pikirannya tentang prinsip kerja sama dan implikatur percakapan (dalam Rustono,
1999:5). Prinsip kerja sama Grice itu seluruhnya meliputi empat maksim, yaitu
maksim kuantitas (quantity maxim), maksim kualitas (quality maxim, maksim relasi
(relation maxim), dan maksim cara (manner maxim) (dalam Kunjana Rahardi,
2005:52).
menentukan tuturan penutur itu santun atau tidak (dalam Thomas, 1995:169).
xxx
Strategi tersebut mencakup lima macam, yaitu: (1) melakukan tindak tutur secara apa
adanya, tanpa berbasa-basi, dengan mematuhi prinsip kerja sama Grice; (2)
dengan menggunakan kesantunan negatif; (4) melakukan tindak tutur secara off
Oka) menyebutkan prinsip kesantunan (politeness principle) yang terdiri atas enam
maksim (1993:206-207). Keenam maksim itu yaitu, maksim kearifan (tact maxim),
dan maksim simpati (symphaty maxim). Teori kesantunan Brown dan Levinson dan
prinsip kesantunan Leech merupakan reaksi atas prinsip kerja sama Grice.
2. Situasi Tutur
Situasi tutur merupakan sebab, sedangkan tuturan merupakan akibatnya. Leech (edisi
Penyapa adalah orang yang menyapa. Penutur adalah orang yang bertutur,
komunikasi. Mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur
di dalam pertuturan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur ini
xxxi
adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan lain
sebagainya.
dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan
makna tuturan. Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua
aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang
bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial disebut
dengan konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu berarti semua latar belakang
maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh
macam tuturan dapat diekspresikan untuk menyatakan suatu tujuan, dan bermacam-
dilihat sebagai melakukan tindakan (act). Tindak tutur sebagai suatu tindakan itu
sama dengan tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja, bagian tubuh yang
berperan yang berbeda. Pada tindakan bertutur bagian tubuh yang berperan adalah
alat ucap.
xxxii
Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi
dalam situasi tertentu. Tuturan tercipta melalui tindakan verbal, maka tuturan itu
3. Tindak Tutur
konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Istilah tindak tutur
atau speech act sendiri mulai diperkenalkan oleh seorang filosof Inggris J. L. Austin
pada pidato kuliahnya yang dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul How to do
things with words (1962). Melalui buku itu, Austin mengemukakan pandangan
bahwa bahasa tidak hanya berfungsi untuk mengatakan sesuatu, bahasa juga dapat
digunakan untuk melakukan sesuatu. Pandangan Austin ini bertentangan dengan para
mengatakan sesuatu.
Searle, salah seorang murid Austin, yang menjadi pendukung dan juga
menyatakan bahwa setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan
oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi.
xxxiii
Menurut Searle (1979:16) tindak tutur adalah penghasilan kalimat dalam kondisi-
kondisi tertentu. Searle juga mengatakan bahwa tindak tutur adalah dasar atau
Menurut Searle, inti dari tindak tutur adalah tindak ilokusi. Menurutnya,
dalam tindak ilokusi, penutur dalam mengatakan sesuatu juga melakukan sesuatu.
Sehubungan dengan itu, Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima
tindak tutur tersebut yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur
komisif, tindak tutur ekspresif dan tindak tutur deklaratif (dalam Cruse, 2000:342-
343).
tutur (Rustono, 1999:31). Tindak tutur adalah gejala individual yang bersifat
menghadapi situasi tertentu. Setiap tindak tutur yang diucapkan oleh seorang penutur
1) Tindak lokusi (locutionary act): tindak tutur yang hanya berfungsi untuk
(1962:99-100).
xxxiv
3) Tindak perlokusi (perlocutionary act): tindak tutur yang menghasilkan efek
(pengaruh) kepada mitra tutur atau the act of affecting someone. Tindak
(1962:101).
yaitu:
misalnya keputusan hakim, juri, dan penengah atau wasit, perkiraan, dan
dengan kata lain perjanjian; menjanjikan untuk melakukan sesuatu, tapi juga
dan keberuntungan orang lain dan merupakan sikap serta ekspresi seseorang
xxxv
5) Ekspositif (expositives utterances): tindak tutur yang memberi penjelasan,
menjadi lima jenis tindak tutur. Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu:
2000:342).
2000:342).
xxxvi
membaptis, mencerai (talak), memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman
(Cruse, 2000:342).
2) Direktif: bentuk tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat
penutur terhadap keadaan yang sedang dialami oleh mitra tutur, misalnya
meminta maaf.
menghukum, memutuskan
6) Rogatif: tindak tutur yang dinyatakan oleh penutur untuk menanyakan jika
xxxvii
1) Asertif (Assertif Utterances): penutur menggunakan bahasa untuk
(Kreidler, 1998:183).
(Kreidler, 1998:185).
hubungan antara penutur dan mitra tutur (1998:194). Tindak tutur fatis
xxxviii
meliputi ucapan salam, ucapan salam berpisah, cara-cara yang sopan seperti
thank you, you are welcome, excuse me yang tidak berfungsi verdiktif atau
ekspresif.
mendukung, menasehati.
mewariskan, menghukum.
xxxix
Selain tersebut di atas, yaitu tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin,
Searle, Leech, Kreidler dan Fraser, tindak tutur dapat diklasifikasikan berdasarkan
tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak
tindak tutur literal dan tindak tutur nonliteral. Bila kalimat berita difungsikan secara
konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat
perintah untuk menyuruh, maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur
langsung (I Dewa Putu Wijana, 1996:30). Pada sisi yang lain, apabila tuturan
perintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya yang bertujuan agar
orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah, maka tindak tutur yang
demikian disebut tindak tutur tidak langsung atau indirect speech act (I Dewa Putu
Wijana, 1996:30). Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
dengan tindak tutur literal adalah tindak tutur tidak literal. Menurut I Dewa Putu
Wijana (1996:32) tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak
Austin, Searle, Leech, Kreidler, dan Fraser di atas menunjukkan bahwa meskipun
salah satu bentuk tindak tutur yang sama, yaitu tindak tutur ekspresif. Hal itu
menunjukkan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan salah satu tindak tutur yang
xl
penting dan juga merupakan tindak tutur yang sangat dominan pemakaiannya dalam
aktivitas berbahasa.
Kategori tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Austin adalah tindak
terhadap kebiasaan dan keberuntungan orang lain dan merupakan sikap serta ekspresi
seseorang terhadap kebiasaan orang lain. Verba tindak tutur behabitif, antara lain
tersirat dalam ilokusi. Verba yang menandai tindak tutur ekspresif, misalnya,
Menurut Leech tindak tutur ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi
untuk menunjukkan sikap psikologis penutur kepada suatu keadaan yang dihadapi
oleh mitra tutur. Leech menyebutkan verba yang menandai tindak tutur ekspresif,
utterances. Kreidler mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif terjadi karena tindakan
xli
penutur, kegagalan penutur serta akibat yang ditimbulkan kegagalan itu. Tindak tutur
ekspresif tersebut, antara lain, ditandai oleh verba mengakui, bersimpati, memaafkan.
tindak tuturnya serupa dengan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur Fraser yang serupa
dengan tindak tutur ekspresif adalah tindakan refleksi perilaku pembicara (acts of
maaf.
Dalam penelitian ini pembahasan tindak tutur ilokusi ekspresif mengacu pada
kategori tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Searle (dalam Cruse,
2000:342-343). Dari kelima jenis tindak ilokusi Searle, tindak ilokusi ekspresif
adalah fokus yang dipilih pada penelitian ini. Pemilihan tersebut dilakukan dengan
pertimbangan bahwa dalam RSJP yang dibahas terdapat banyak tuturan yang berupa
5. Reality Show
direncanakan sebelumnya (tanpa skenario). Semua orang yang terlibat, baik pemain
dan penonton, tidak mengetahui apa yang akan terjadi di dalam sebuah adegan.
Namun, jika pemain sudah diarahkan oleh sutradara berdasarkan skenario, itu bukan
termasuk reality show. Reality show adalah adegan yang mengambarkan realita
(www.kebebasan.wordpress.com/2007/12/25).
mengatakan bahwa konsep sederhana dari reality show adalah memotret kehidupan
xlii
orang awam (bukan selebritis) kemudian disiarkan dan ditonton oleh banyak orang.
adalah program televisi yang menggambarkan perwujudan asli dari suatu peristiwa,
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah sebuah cara kerja yang dilakukan oleh peneliti untuk
menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir yang terkait dengan
penelitian ini secara garis besar dapat dilukiskan pada bagan di bawah ini.
xliii
Percakapan antara John
dengan Pelaku
Penyimpangan dan
Pihak yang Berwenang
Sumber data dalam penelitian ini adalah acara John Pantau. Percakapan
antara John dengan pelaku penyimpangan dan pihak yang berwenang terdiri atas
beberapa jenis tuturan. Penelitian ini mendasarkan analisisnya pada teori tindak tutur
Searle. Dalam hal ini penelitian lebih difokuskan pada tuturan yang mengandung
tindak tutur ekspresif. Tuturan-tuturan yang terdapat dalam RSJP dianalisis dengan
mengklasifikasikan tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RSJP. Tindak tutur
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam Bab III ini dikemukakan metode penelitian yang dipakai. Metode
xliv
karena itu, metode penelitian diperlukan dalam mencapai sasaran penelitian. Dalam
metode penelitian dipaparkan jenis penelitian dan pendekatan, data dan sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis data
A. Jenis Penelitian
dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan (Hadari Nawawi dan Martini Mimi,
semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada dan secara
empiris hidup pada penuturnya, sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang
Dalam penelitian ini, peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data-data
yang berwujud tuturan yang terdapat dalam acara John Pantau. Dengan demikian,
hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena tindak tutur ekspresif yang
reaksi atau tanggapan mitra tutur atau lawan tutur (Edi Subroto, 2007:65). Dalam
menginterpretasikan maksud dari tuturan yang dituturkan. Tindak tutur ekspresif dan
xlv
efek-efek perlokusi yang terdapat dalam John Pantau dianalisis dengan
Data merupakan semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam
(dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi
Subroto, 2007:38). Data merupakan bahan jadi penelitian, bukan bahan mentah
penelitian (Sudaryanto, 1988:9). Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan
Sumber data adalah asal data dari suatu penelitian itu diperoleh. Adapun
sumber data dalam penelitian ini tayangan reality show “John Pantau” pada episode
berikut.
1. Episode penayangan tanggal 15 Maret 2009, dengan tema Buah dan Sayur.
5. Episode penayangan tanggal 19 April 2009, dengan tema Pantau Seputar Jogja.
pengumpulan data, yaitu teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik simak bebas
libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Adapun teknik pengumpulan data dalam
xlvi
penelitian ini adalah teknik rekam dan teknik catat.
berasal dari tayangan media televisi. Menurut Edi Subroto (2007:40), teknik rekam
adalah teknik perolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang
bersifat spontan dengan menggunakan alat bantu yang berupa tape recorder. Alat
bantu yang digunakan untuk merekam data dalam penelitian ini adalah camera
digital dan mp4 player. Setelah data dikumpulkan melalui teknik rekam, penulis
dengan melakukan transkripsi data hasil rekaman dari camera digital dan mp4 player
ke dalam sebuah transkrip data reality show ”John Pantau” agar mudah dilakukan
analisis. Penulis kemudian memaparkan deskripsi data dalam bentuk teks percakapan
Analisis data adalah salah satu kegiatan dalam penelitian yang dimaksudkan
untuk mengorganisasikan data yang diperoleh dalam penelitian agar lebih mudah
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
merupakan metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan
lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa, terlepas
xlvii
dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan
konsep bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif pada RSJP.
Rahardi, 2005:16). Konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang dapat
dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Dalam penganalisisan data
Sebagai tahap akhir dari penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data.
Hasil analisis data disajikan dengan metode penyajian informal dan formal.
Penyajian informal adalah cara merumuskan hasil analisis data dengan menggunakan
kata-kata biasa dan beberapa terminologi yang teknis sifatnya, sedangkan penyajian
formal merupakan cara merumuskan hasil analisis data dengan mengunakan lambang
teknik induktif. Teknik induktif adalah teknik penarikan simpulan dengan cara
xlviii
mempertajam hubungan antara bagian-bagian yang dianalisis (Lexy J. Moeleong,
2001:10)
BAB IV
ANALISIS DATA
dalam RSJP.
Tindak tutur ekspresif tersebut meliputi tindak tutur ‘berterima kasih’, tindak tutur
‘mengkritik’, tindak tutur ‘meminta maaf’, tindak tutur ‘mengejek’, tindak tutur
‘mengungkapkan rasa kaget atau terkejut’, tindak tutur ‘mengungkapkan rasa jengkel
xlix
atau sebal’, tindak tutur ‘mengungkapkan rasa marah’, tindak tutur ‘mengungkapkan
rasa bangga’, tindak tutur ‘mengungkapkan rasa malu’, tindak tutur ‘mengungkapkan
rasa takut’, tindak tutur ‘mengungkapkan rasa simpati’, dan tindak tutur
‘mengungkapkan rasa kecewa’. Berikut uraian semua tindak tutur ekspresif tersebut.
1. Berterima Kasih
Berterima kasih adalah melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah
dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur karena penutur merasa mendapatkan
sesuatu kebaikan dari mitra tutur. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada
contoh berikut.
Bentuk Tuturan :
Tuturan ketiga yang dituturkan oleh John dalam kutipan data (1) di atas
merupakan tindak tutur ekspresif ’berterima kasih’. Dalam percakapan antara John
l
dan penjual sayur di atas, tindak tutur ekspresif ditandai dengan verba ’terima kasih’
yang terdapat dalam tuturan John. Tuturan ’berterima kasih’ yang diucapkan oleh
John kepada penjual sayur dalam percakapan di atas terletak pada tuturan John yang
Tindak tutur ekspresif yang dituturkan oleh John dalam kutipan data tuturan
(1) di atas terjadi karena penjual sayur telah melakukan apa yang diminta oleh John.
Penjual sayur telah mau berjanji di hadapan kamera untuk tidak menyiram dan
mencuci sayur dengan air sungai lagi. Tuturan ’komisif’ yang dituturkan oleh penjual
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’
Bentuk Tuturan :
Tuturan ‘berterima kasih’ kutipan data (2) dituturkan oleh Wied Hary kepada
John. Tuturan “terima kasih... terima kasih” yang dituturkan oleh Wied Hary
bermaksud membalas tuturan John yang berupa tuturan ’memuji’. John memuji Wied
Hary dengan mengatakan “Sering lihat di TV nih, tambah seger aja, Pak mukanya,
Pak”, sehingga Wied Hary merasa senang dan mengucapkan terima kasih kepada
John.
li
Tindak tutur ‘berterima kasih’ yang dituturkan oleh Wied Hary kepada John
terjadi karena tuturan ‘memuji’ yang telah dituturkan oleh John. Seandainya John
dalam percakapan tersebut tidak menuturkan tindak tutur ‘memuji’, maka tindak
tutur ‘berterima kasih’ tidak akan terjadi. Jadi tindak tutur ‘berterima kasih dalam
kutipan data (2) terjadi karena tuturan ‘memuji’ yang telah diucapkan oleh penutur.
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’
John mendatangi badan pengawas obat dan makanan (BPOM) yang sedang
melakukan penyuluhan di sebuah sekolah. John bertanya kepada bapak
penyuluh mengenai obat yang baru saja dibelinya dari sebuah warung. John
lalu mengajak bapak penyuluh mendatangi warung tersebut.
Bentuk Tuturan :
John : “Pak, mau tanya nih, Pak, mau tanya tadi kan
beli obat gini lho, Pak? Saya pikir permen.”
Penyuluh : “Dapat dari mana nih?”
John : “Dari warung di sebelah sana. Bapak mau ikut
nggak boleh bentar, Pak?
Penyuluh : “Boleh!”
John : “Sepuluh menit aja.”
Penyuluh : “Ya..”
John : “Hehe… makasih ya, Pak. Kita datengin,
mungkin Pak, bener ini nggak boleh, bener Pak?”
(RSJP/IV/125)
Dalam percakapan antara John dan bapak penyuluh di atas terdapat tindak
tutur ekspresif ‘berterima kasih’. Tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ tersebut
terdapat pada tuturan John yang mengatakan “Hehe… makasih ya, Pak”. Melalui
tuturan ‘berterima kasih’ John ingin membalas kebaikan bapak penyuluh yang
bersedia mendatangi warung di mana John mendapatkan obat yang dicurigai tidak
terdaftar BPOM.
lii
Tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ yang dituturkan oleh John kepada
bapak penyuluh dari BPOM terjadi karena bapak penyuluh BPOM bersedia
mendatangi warung yang menjual obat-obatan yang dicurigai tidak terdaftar BPOM.
Tuturan ‘berterima kasih yang dituturkan oleh John tidak akan terjadi apabila dalam
peristiwa tutur tersebut bapak penyuluh tidak bersedia ikut dengan John mendatangi
warung.
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’
Pada saat John sedang mewawancarai seorang penjual kursi yang membawa
kursi-kursi dagangannya dengan menaikkannya di sepeda, datang seorang ibu
yang hendak membeli kursi. Ibu tersebut uangnya tidak cukup untuk membeli
kursi, John mau menambahi uang ibu tersebut.
Bentuk Tuturan :
John : “Bu, berapa, Bu?” (sambil menghampiri ibu-
ibu yang mau beli kursi)
Ibu-ibu : “Kemahalan ini mintanya enam puluh.”
John : “O… enam puluh..”
Ibu-ibu : “Tak tawar tiga lima nggak boleh, karena aku
cuma punya tiga lima.”
John : “O… buat apa Ibu?”
Ibu-ibu : “Ibu nggak punya tempat buat duduk.”
John Pantau menambah uang ibu tersebut agar bisa membeli kursi itu.
Ibu-ibu : “Terima kasih, Pak.”
(RSJP/V/133)
Percakapan di atas terjadi antara John dengan seorang ibu yang hendak
membeli kursi. Uang ibu itu tidak cukup untuk membeli kursi. Karena John merasa
iba, John menambahi uang ibu itu, sehingga dia dapat membeli kursi. Dalam
percakapan tersebut ibu pembeli kursi menuturkan tindak tutur ekspresif ‘berterima
kasih’ kepada John atas kebaikan hati John memberi sejumlah uang kepadanya.
Tuturan “Terima kasih, Pak” dituturkan oleh ibu pembeli kursi untuk membalas
liii
kebaikan hati John yang telah memberinya uang sehingga dia dapat membeli kursi.
Tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ yang dituturkan oleh ibu pembeli
kursi di atas terjadi karena kebaikan hati John yang telah memberikan sejumlah uang
kepadanya untuk membeli kursi. Ibu pembeli kursi ingin membalas kebaikan hati
John yang telah memberinya sejumlah uang dengan mengucapkan tuturan ‘Terima
kasih, Pak’.
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ adalah
2. Memuji
dianggap baik, indah, gagah berani, dan sebagainya (Anton M. Moeliono, 2003:904).
Jadi tindak tutur ’memuji’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur terhadap
mitra tutur dengan tujuan untuk mengungkapkan kelebihan yang dimiliki oleh mitra
tutur. Untuk dapat memahami jenis tindak tutur ini dapat diperhatikan pada contoh
berikut.
Bentuk Tuturan :
liv
Tuturan John di atas mengandung tindak tutur ekspresif ‘memuji’. John
melalui tuturan “Ini Bapak yang sayang anak ya” bermaksud untuk mengungkapkan
kelebihan yang yang telah dilakukan oleh tukang ojek, yaitu tukang ojek mau
meminta maaf kepada anaknya karena telah merokok di area SPBU. Selain itu John
juga bermaksud untuk memuji tindakan tukang ojek yang bersedia berjanji kepada
Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ yang dituturkan oleh John Pantau terjadi
karena tuturan permintaan maaf dan tuturan komisif yang dituturkan oleh tukang
ojek. Dua tindakan yang dituturkan oleh tukang ojek itu membuat John memuji
bahwa tukang ojek itu adalah seorang bapak yang sayang anak.
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘memuji’ dapat
Percakapan ini terjadi di sebuah restoran. John mewawancarai seorang ahli gizi
yang bernama Wied Hary. Diawali dengan bertanya mengenai kabar.
Bentuk Tuturan :
tuturannya bermaksud untuk memuji penampilan Wied Hary. Dalam tuturan tersebut
John memuji Wied Hary dengan mengatakan bahwa dia sering melihat Wied Hary
membawakan acara atau menjadi bintang tamu di sebuah acara di televisi. Dengan
mengatakan ‘sering di TV nih’ , secara tidak langsung John ingin memuji Wied Hary
yang sedang terkenal karena sering muncul di televisi. Selain itu, John juga memuji
lv
bahwa wajah Wied Hary semakin segar.
Tindak tutur ekspresif memuji yang terdapat dalam percakapan di atas terjadi
karena John ingin menyenangkan hati Wied Hary. Wied Hary adalah seorang ahli
gizi yang sekarang sedang terkenal. Hal ini terbukti dengan dia sering muncul di
televisi.
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘memuji’ dapat
Percakapan terjadi di sebuah SPBU, antara John dengan seorang ibu yang
menggunakan handphone ketika mengisi bensin. Ibu itu merasa bersalah
dengan apa yang telah dilakukannya karena dia benar-benar tidak tahu jika apa
yang telah dilakukannya berbahaya.
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ yang dituturkan oleh John di atas terjadi
karena John ingin melegakan hati ibu yang sedang diwawancarainya. Dalam
percakapan di atas ibu itu merasa bersalah karena telah melakukan kesalahan yakni
lvi
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘memuji’ dapat
Bentuk Tuturan :
Dalam percakapan kutipan data (8) di atas terdapat tindak tutur ekspresif
‘memuji’. Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ tersebut terdapat pada tuturan John, yang
berbunyi “kenalan dong adik ganteng”. Tuturan memuji yang dituturkan oleh John
tersebut ditujukan John kepada siswa TK yang sedang membeli jajanan sosis
bersama dengan ibunya. Pengertian ‘ganteng’ adalah mempunyai wajah yang elok,
jadi tuturan John tersebut sangat tepat jika dimaksudkan untuk memuji siswa TK itu.
Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ yang dituturkan oleh John terjadi karena
John ingin merayu siswa TK itu agar mau berkenalan dengannya. Tuturan ‘memuji’
yang dituturkan oleh John bertujuan untuk membujuk siswa TK itu agar mau
berkenalan dengannya.
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘memuji’ adalah data
3. Menolak
lvii
Menolak adalah tidak menerima pemberian dan tawaran orang lain (Anton M.
penutur kepada mitra tutur untuk tidak menerima sebuah tawaran atau ajakan dari
mitra tutur. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada contoh berikut.
John menyuruh penjual sayur untuk keliling kota Bekasi jika penjual sayur itu
tidak menepati janjinya untuk tidak mencuci sayuran dengan air sungai lagi.
Bentuk Tuturan :
penjual sayur akan benar-benar menepati janjinya untuk tidak mencuci sayur dengan
air sungai lagi. John menawarkan kepada penjual sayur itu apabila penjual sayur
Tindak tutur ekspresif ‘menolak’ tersebut terdapat dalam tuturan penjual sayur yang
Tindak tutur ekspresif ‘menolak’ di atas terjadi karena penjual sayur tidak
mau melakukan apa yang diminta oleh John. Penjual sayur tidak mau melakukan apa
yang diminta oleh John sehingga dia menuturkan tindak tutur ‘menolak’.
lviii
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘menolak’ dapat
Percakapan terjadi di halaman rumah salah seorang warga yang membeli obat
dari sebuah warung yang dicurigai menjual obat yang tidak terdaftar BPOM.
Penyuluh dari BPOM memberikan penyuluhan kepada warga yang telah
membeli obat itu. John bermaksud untuk mengganti obat yang telah diminum
oleh anak dari pembeli obat itu dengan sebuah kerupuk.
Bentuk Tuturan :
Dalam percakapan di atas John bermaksud untuk memberi anak dari pembeli
obat sebuah kerupuk, sebagai pengganti obat yang telah diminum anak itu. Anak dari
pembeli obat itu menolak ketika akan diberi kerupuk oleh John. Tuturan menolak
yang dituturkan oleh anak dari pembeli obat di atas termasuk dalam tindak tutur
ekspresif ‘menolak’. Tuturan ‘menolak’ dari anak pembeli obat itu yaitu, “Nggak
Tindak tutur ekspresif ‘menolak’ yang dituturkan oleh anak dari pembeli obat
di atas terjadi karena anak dari pembeli obat itu tidak mau menerima kerupuk yang
akan diberikan oleh John. Apabila anak dari pembeli obat itu bertujuan untuk
menerima kerupuk dari John, dia tidak akan menuturkan tindak tutur ‘menolak’.
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘menolak’ dapat
lix
kecil penumpang becak yang menaiki becak yang melawan jalan searah. John
menyuruh anak kecil itu untuk menasehati tukang becak agar tidak melawan
jalan searah lagi.
Bentuk Tuturan :
Pada percakapan kutipan data (11) di atas mengandung tindak tutur ekspresif
‘menolak’. Pada percakapan di atas John menyuruh anak kecil penumpang becak
untuk menasehati tukang becak agar tidak melawan jalan searah lagi, tetapi anak
kecil tersebut malah menuturkan tuturan “Nggak mau”. Tuturan “Nggak mau” yang
dituturkan oleh anak kecil tersebut dimaksudkan untuk menolak keinginan John.
Tuturan “Nggak mau” yang dituturkan oleh anak kecil itu merupakan sebuah wujud
Tindak tutur ekspresif ‘menolak’ yang dituturkan oleh anak kecil penumpang
becak di atas terjadi karena anak kecil penumpang becak tidak mau melakukan apa
yang diminta oleh John. Tujuan anak kecil tersebut adalah menolak apa yang disuruh
4. Menyalahkan
adalah tindak tutur yang berisi ungkapan perasaan penutur untuk menganggap orang
lx
lain atau dirinya sendiri menjadi penyebab kesalahan. Untuk memahami tindak tutur
Percakapan terjadi di dekat sungai. Ada seorang ibu yang memprotes apa yang
telah dilakukan oleh penjual sayur, yakni mencuci sayur dengan air sungai.
John meminta tanggapan penjual sayur.
Bentuk Tuturan :
yang menyalahkan penjual sayur tersebut ditandai dengan tuturan “Masak anak kecil
disuruh makan kangkung dengan rasa air sungai, ya kan?”. Melalui tuturannya John
ingin menyampaikan bahwa penjual sayur telah berbuat sesuatu yang salah, yaitu
mencuci sayur dengan air sungai, sedangkan sayur tersebut biasanya dimakan oleh
terjadi karena penjual sayur berbuat sesuatu yang salah. Mencuci sayur dengan air
sungai adalah perbuatan yang salah karena sayuran yang dicuci dengan air sungai
dapat membahayakan kesehatan. Menjual sayur yang telah dicuci dengan air sungai
lxi
itu. John meminta tanggapan pemilik satwa seandainya anak dari bapak yang
menonton satwa liar tersebut tergigit peliharaan pemilik satwa.
Bentuk Tuturan :
John dalam percakapan di atas mengajak bapak penonton satwa yang sedang
pemilik satwa apabila anak dari bapak penonton satwa itu tergigit monyet bagaimana
jawaban yang menyiratkan kalau dia tidak mau bertanggung jawab, yakni “Ya bawa
ke rumah sakit aja”. Bapak penonton satwa dan John yang mendengar jawaban dari
pemilik satwa itu kemudian menyalahkan tindakan pemilik satwa. Bapak penonton
satwa, melalui tuturan “Lho tapi yang nggigit kan monyetnya Bapak, yang
punya kan Bapak” dan John melalui tuturan “Iya, kan masalahnya dari Bapak? Ini
bagaimana, kalau ada anak orang kena gigit”, bermaksud untuk menyalahkan
pemilik satwa.
tidak mau bertanggung jawab apabila ada seorang anak yang digigit oleh satwa
pemilik satwa sadar akan kesalahan yang telah diperbuatnya, bahwa memelihara
lxii
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘menyalahkan’
Percakapan terjadi antara John dengan penjual es cendol yang sedang berjualan
es cendol. John menyalahkan penjual es cendol karena menjual es yang
cendolnya terdiri atas beberapa macam warna. John beranggapan bahwa
cendol-cendol yang dijual penjual es cendol itu tidak menggunakan pewarna
makanan. Penjual es cendol itu tidak mau disalahkan.
Bentuk Tuturan :
cendol karena dia tidak mau bertanggung jawab apabila lima tahun kemudian orang
yang meminum es cendolnya baru merasakan sakit. Tuturan yang digunakan oleh
John untuk menyalahkan penjual es adalah “Mbak kan juga ikut andil, gimana sih,
Mbak kan juga salah!”. Dalam tuturan tersebut sangatlah jelas bahwa tujuan John
yang dituturkan oleh John di atas terjadi karena penjual es cendol tidak mau
bertanggung jawab dengan apa yang akan terjadi pembeli es cendolnya nanti. Jadi,
terjadinya tindak tutur ekspresif ‘menyalahkan’ yang dituturkan oleh John di atas
lxiii
John mewawancarai seorang tukang becak motor (betor) yang memboncengkan
seorang turis asing. Tukang betor tersebut tidak menyuruh turis asing itu
memakai helm. John menyalahkan tukang betor itu.
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ‘menyalahkan’ tersebut terdapat dalam tuturan John Pantau.
John melalui tuturan “Mau jauh atau dekat kalau jatuh nggak pake helm sakit juga
kan. Ini gara-gara Bapak nggak suruh pake helm, mister ini bisa masuk rumah sakit”
bermaksud untuk menyalahkan tukang betor yang tidak menyuruh penumpang betor,
yang seorang turis asing, untuk memakai helm, sedangkan tuturan “Tapi kan yang
boncengin Bapak, terus Bapak juga nggak nyuruh pake helm, ini kesalahan Bapak,
dua kali lho salahnya!” dimaksudkan John untuk menyalahkan tukang betor karena
tidak mau bertanggung jawab jika turis asing itu jatuh dari betor.
disebabkan oleh kesalahan yang diperbuat oleh mitra tutur. Apabila penutur tidak
melakukan suatu kesalahan, maka tidak akan terdapat tindak tutur menyalahkan yang
lxiv
data dengan nomer kode (RSJP/II/38), (RSJP/II/41), (RSJP/III/66), (RSJP/III/90),
5. Mencurigai
Mencurigai adalah menaruh rasa kurang percaya kepada orang lain karena
orang tersebut dianggap berbuat sesuatu yang kurang baik (Anton M. Moeliono,
menganggap mitra tuturnya telah berbuat sesuatu yang kurang baik. Untuk
Percakapan terjadi di kantor pegawai SPBU. Percakapan antara John dan Pak
Nanang ini membicarakan tentang apa yang telah dilakukan oleh Pak Mochtar,
yaitu merokok di area SPBU. Pak Nanang malah memberikan sebuah
pengakuan bahwa dia juga merokok, hal ini membuat John curiga kepadanya.
Bentuk Tuturan :
Pada percakapan tuturan data (16) di atas terdapat tindak tutur ekspresif
‘mencurigai’ yang dituturkan oleh John Pantau. Seorang pegawai SPBU yang
bernama Pak Nanang ketika dimintai komentar oleh John tentang rekannya yang
merokok di area SPBU malah membuat pengakuan kalau dia juga merokok.
Pengakuan Pak Nanang bahwa ternyata dia juga merokok membuat John menjadi
curiga kepadanya. Melalui tuturan “Merokok di mana?” dengan disertai raut muka
lxv
yang mengekspresikan rasa curiga, John mencurigai Pak Nanang juga merokok di
area SPBU seperti rekan kerja Pak Nanang yang bernama Pak Mochtar.
Tindak tutur ekspresif ‘mencurigai’ yang dituturkan oleh John Pantau di atas
terjadi karena John menganggap Pak Nanang juga melakukan sesuatu hal yang tidak
baik seperti Pak Mochtar, yaitu merokok di area SPBU. Pengakuan dari Pak Nanang
yang mengatakan bahwa dirinya juga merokok, merupakan faktor yang membuat
Bentuk Tuturan :
‘mencurigai’. Tindak tutur ekpresif ‘mencurigai’ terdapat dalam tuturan John yang
berbunyi “Biasa ya?”. Tuturan John yang berupa pertanyaan dituturkannya dengan
tujuan untuk mencurigai tukang ojek bahwa tukang ojek sudah biasa menghisap
Tindak tutur ekspresif ‘mecurigai’ yang dituturkan oleh John Pantau terjadi
karena John ingin membuktikan bahwa tukang ojek memang berbuat sesuatu yang
kurang baik, yaitu sudah biasa merokok sehari dua batang rokok. John menganggap
tukang ojek sudah biasa merokok, sehingga dia mengajukan pertanyaan yang berupa
lxvi
tuturan curiga kepada tukang ojek. Jika tukang ojek itu adalah orang yang jujur, dia
akan mengatakan hal yang sebenarnya, sebaliknya, jika tukang ojek itu adalah orang
Percakapan terjadi di pinggir jalan. Ada seorang siswa SMA yang sudah pulang
sekolah ketika jam pelajaran belum berakhir. John mewawancarai siswa SMA
itu.
Bentuk Tuturan :
terdapat dalam tuturan “Bener udah pulang sekolah jam sepuluh?”. Tuturan tersebut
dituturkan John karena siswa tersebut pulang sebelum jam pelajaran berakhir,
Tindak tutur ekspresif ‘mencurigai’ yang dituturkan oleh John terjadi karena
John mempunyai anggapan bahwa siswa SMA yang sedang diwawancarainya telah
menuturkan jika pulang sekolah pukul sepuluh, padahal umumnya pelajaran sekolah
lxvii
Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘mencurigai’
Percakapan terjadi di depan sebuah kantor. Ada seorang ibu dan bapak PNS
yang berboncengan naik motor hendak meninggalkan kantor. John yang tahu
jam kerja belum selesai, lalu mewawancarai bapak dan ibu PNS tersebut.
Bentuk Tuturan :
Tuturan “Udah waktunya pulang ya?” dan “Bapak yang bener udah pulang”
bentuk kecurigaan John terhadap ibu dan bapak pegawai negeri sipil yang sedang
diwawancarai oleh John pada saat itu. Pada saat itu baru pukul 15.30 tetapi ibu dan
bapak PNS itu sudah naik motor hendak meninggalkan kantor. Pada umumnya
pegawai negeri sipil yang bekerja di kantor biasanya pulang pada pukul 16.00, hal ini
menjadikan John curiga bahwa kedua PNS tersebut sudah pulang sebelum jam kerja
berakhir.
Tindak tutur ekspresif ‘mencurigai’ yang dituturkan oleh John terjadi karena
John menganggap ibu dan bapak PNS tersebut telah berbuat sesuatu yang kurang
baik, yakni pulang lebih cepat dari jadwal pulang. Anggapan John tersebut
membuatnya menaruh rasa kurang percaya terhadap ibu dan bapak PNS itu.
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘mencurigai’ adalah data
(RSJP/VI/176).
lxviii
6. Menuduh
baik (Anton M. Moeliono, 2003:1215). Tindak tutur ‘menuduh’ adalah tindak tutur
yang disampaikan oleh penutur untuk memastikan mitra tutur telah berbuat kurang
Bentuk Tuturan :
Pada kutipan (17) data di atas, tindak tutur ekspresif ‘menuduh’ terdapat pada
tuturan yang berbunyi “Mas, pakai tangan nih emang tangannya bersih?” yang
dituturkan oleh John. Tuturan John tersebut merupakan bentuk tuduhan John bahwa
penjual permen gulali tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membentuk
permen-permen gulali. Kata “Mas” dalam tuturan John tersebut sudah bermaksud
Tindak tutur ekspresif ‘menuduh’ yang dituturkan oleh John di atas terjadi
karena John mempunyai anggapan bahwa penjual permen gulali telah berbuat
sesuatu yang kurang baik, yaitu tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
membentuk permen. Melihat dari cara pembuatan permen gulali yang dibentuk
lxix
sedemikian rupa dengan menggunakan tangan, maka timbul keinginan John untuk
menuduh penjual permen bahwa penjual permen tidak mencuci tangan terlebih
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ‘menuduh’ terletak pada tuturan John yang berkata
“Sedikit, tapi dibeliin tiap hari adiknya?”. Tuturan John tersebut bukan hanya sebuah
pertanyaan, tetapi juga mengandung sebuah tuduhan bahwa ibu siswa TK setiap hari
lxx
Tindak tutur ekspresif ‘menuduh’ yang dituturkan oleh John terjadi karena
John ingin membuktikan kebenaran dari anggapannya bahwa ibu dari siswa TK itu
setiap hari membelikan anaknya sosis yang diindikasi mengandung pewarna kain.
Ibu dari siswa TK tersebut sudah mengetahui jika jajanan sosis mengandung pewarna
Percakapan terjadi di pinggir jalan, antara John Pantau dengan seorang tukang
becak yang melawan jalan searah. John menuduh tukang becak itu sering
melawan jalan searah.
Bentuk Tuturan :
Tuturan yang dituturkan oleh John Pantau pada kutipan data (22) di atas
bermaksud untuk menuduh tukang becak. Melalui tuturan “Bapak sering melawan
arus gini ya?” John telah menunjuk dan mengatakan bahwa tukang becak sering
Tindak tutur ekspresif ‘menuduh’ yang dituturkan oleh John Pantau di atas
terjadi karena John ingin membuktikan kebenaran dari anggapannya bahwa tukang
becak memang sudah sering melawan jalan searah. Anggapan John bahwa tukang
becak telah berbuat sesuatu yang kurang baik tersebut, mendorong John untuk
lxxi
Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘menuduh’ dapat
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ’menuduh’ pada kutipan data (23) di atas terdapat pada
tuturan John. Melalui tuturan “Tapi emang udah sering kayak gini ya, Bang, ya?”,
John bermaksud menuduh tukang betor telah sering melakukan pelanggaran dengan
oleh John terjadi karena John mempunyai anggapan bahwa tukang betor sering
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘menuduh’ adalah data
lxxii
(RSJP/VI/173), dan (RSJP/VI/179).
7. Menyindir
secara tidak langsung atau tidak terus terang (Anton M. Moeliono, 2003:1069).
Tindak tutur ‘menyindir’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan oleh penutur untuk
mengkritik atau mencela mitra tutur secara tidak langsung atau tidak terus terang.
Pemilik usaha jagung rebus tidak mau mengakui kalau merebus dengan air
sumur yang dekat sungai itu tidak baik untuk kesehatan, dia selalu mengelak
dengan mengatakan alasan-alasan yang tidak masuk akal. John yang mulai
kesal dengan pemilik usaha jagung rebus kemudian mengeluarkan sindiran.
Bentuk Tuturan :
Tuturan John pada percakapan di atas tidak hanya sekedar untuk bertanya,
tetapi juga bermaksud untuk menyindir pak bos. Tuturan “mungkin karena sudah ada
rasa-rasanya jadi malah manis ya, Pak?” digunakan untuk menyindir pak bos yang
ketika itu mengatakan alasan-alasan yang tidak masuk akal. Ketika disindir oleh
John, pak bos malah mengiyakan, dan kemudian John menuturkan kalimat sindiran
berikutnya, yakni “Justru malah air jagungnya ini menjadi enak ya, Pak, ya?”.
Tindak tutur ‘menyindir’ yang dituturkan oleh John di atas terjadi karena
alasan-alasan yang tidak masuk akal yang dituturkan oleh pak bos. Perkataan pak bos
lxxiii
yang tidak sesuai dengan kenyataan mendorong John untuk ‘menyindir’ pak bos.
Tindak tutur ‘menyindir’ ini telah membuat pak bos merasa tersindir. Ketika John
menuturkan kalimat-kalimat sindiran kepada pak bos, pak bos justru malah
Percakapan antara John dan pemilik satwa liar terjadi di halaman rumah
pemilik satwa liar. John bertanya apakah pemilik satwa liar tersebut
mempunyai ular.
Bentuk Tuturan :
Pemilik satwa : “Ya kalau ular banyak, ada lima ratus ekor.”
John : “Lima ratus ekor.. ya ya ya.. bisa nih
dikulak ya? Sekilonya berapa, Pak?”
Pemilik satwa : “Hehehe..”
John : “Ya, lima ratus ekor tuh bisa dikulak ya.”
Pemilik satwa : “Hehehe..”
(RSJP/II/60)
Tuturan John pada percakapan kutipan data (33) di atas mengandung tindak
tutur ekspresif ‘menyindir’. Tuturan “Lima ratus ekor.. ya ya ya.. bisa nih dikulak
ya? Sekilonya berapa, Pak?” dan “Ya, lima ratus ekor tuh bisa dikulak” dituturkan
John untuk menyindir pemilik satwa yang mempunyai lima ratus ekor ular.
Pengertian “dikulak” dalam tuturan John tersebut adalah dapat dibeli dengan jumlah
yang banyak.
Tindak tutur ekspresif ‘menyindir’ di atas terjadi karena John tidak suka
dengan jawaban dari pemilik satwa yang mengatakan mempunyai lima ratus ekor
ular. Perasaan John yang tidak suka dengan sikap pemilik satwa yang memelihara
ular sampai lima ratus ekor mendorong John untuk menyindir pemilik satwa itu.
lxxiv
Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘menyindir’ dapat
Bentuk Tuturan :
Tuturan “Atau baik hati, saking baik hatinya dia merokok di Pom bensin ya?
Hahaha…” merupakan sebuah sindiran yang ditujukan kepada Pak Mochtar. Tuturan
sindiran tersebut dituturkan John untuk menyindir Pak Mochtar yang sedang
merokok di parkiran area SPBU. Tindak tutur ekspresif ‘menyindir’ terjadi karena
John tidak suka dengan sikap Pak Mochtar yang merokok di area SPBU, terlebih
Bentuk Tuturan :
lxxv
Penumpang : “Ndak, masih kuat jalan.”
John : “Uh…uh..uh… berarti aku dah nggak kuat
jalan.. Kita berfoto dulu, Pak, berfoto dulu..
Perbedaannya.? (John menunjukkan perbedaan
sepatu baru, tongkat, hiasan baju, dan kumis),
Gantengan mana?? Hehe….”
(RSJP/V/144)
Tuturan “Ndak, masih kuat jalan” adalah tindak tutur ekspresif menyindir.
Tuturan penumpang becak tersebut selain untuk menjawab pertanyan John, juga
dituturkannya untuk menyindir John yang memakai tongkat. Penumpang becak yang
berpakaian adat Jawa menyindir John karena John masih muda tetapi menggunakan
tongkat. Tuturan penumpang becak tersebut berhasil menyindir John, hal ini terlihat
dari tuturan John yang mengatakan “Uh…uh..uh… berarti aku dah nggak kuat
jalan…”.
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘menyindir’ adalah data
8. Mengkritik
disampaikan oleh penutur untuk mengemukakan kritiknya terhadap sesuatu hal yang
telah dilakukan oleh mitra tutur. Untuk memahaminya dapat diperhatikan pada
contoh berikut.
lxxvi
Bentuk Tuturan :
John pada tuturan yang kedua bermaksud untuk mengkritik penjual jagung.
Melalui tuturan “Bapak kok jorok banget sih, Pak. Saya peragakan ya Pak ya,
kalau misalnya habis nimba air, dari sumur yang deket sungai, trus kebelet pipis,
langsung ke jamban, ya kan masuk ya kan? Hahaha.. Deket soalnya. Coba lihat,
diukur ya (mengukur jarak sumur dengan tempat mandi), jaraknya cuma satu
langkah! Bapak….!!” John ingin menyampaikan kritiknya terhadap apa yang telah
dilakukan oleh penjual jagung. John ingin penjual jagung tahu bahwa apa yang telah
dilakukannya, yakni merebus jagung dengan air sumur yang dekat dengan sungai
Tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ yang dituturkan oleh John terjadi karena
John merasa jijik dengan keadaan dari sumur penjual jagung. Melalui tuturan
air sumur yang letaknya berdekatan dengan sungai sangat tidak sehat, apalagi sumur
lxxvii
(29) Konteks Tuturan :
Bentuk Tuturan :
John yang mengatakan “Aduh... peraturan dibikin sendiri” dan “Luar biasa, rokoknya
masih menyala-nyala ya”. Tuturan John tersebut merupakan kritikan atas perbuatan
Pak Mochtar. Tindak tutur ekspresif ’mengkritik’ tersebut terjadi karena John tidak
suka dengan apa yang dilakukan oleh Pak Mochtar, yaitu merokok di area SPBU.
Bentuk Tuturan :
lxxviii
Tuturan mengkritik terdapat pada tuturan John Pantau yang mengatakan
“Aa…a… kenapa langsung diminum dari gelasnya hahaha…. harusnya kan dari
sendoknya.” Tuturan tersebut dituturkan John untuk mengkritik ibu penjual es cendol
yang meminum es cendol langsung dari gelas, tidak menggunakan sendok. Tindak
tutur ekspresif ‘mengkritik’ dituturkan John karena John juga akan meminum es
cendol itu, setelah ibu penjual es cendol mencoba meminum es cendol itu. John
merasa jijik jika harus meminum sisa es cendol yang telah diminum ibu penjual es
cendol.
Percakapan terjadi di pinggir jalan. Ada seorang tukang betor yang membawa
empat orang penumpang. John bertanya kepada penumpang betor itu apakah
naik betor berempat itu berbahaya atau tidak.
Bentuk Tuturan :
John pada tuturan yang kedua bermaksud untuk mengkritik jawaban dari penumpang
betor yang mengatakan “Karena sudah nggak muat, nggak mungkin aku jongkok
kan?”. Jadi tuturan ‘kalau nggak muat kan nggak mesti naik gitu loh! merupakan
dituturkan oleh John terjadi karena John tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh
lxxix
penumpang betor.
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ adalah data
9. Meminta Maaf
2003:745). Jadi tindak tutur ‘meminta maaf’ adalah tindak pertuturan yang
disampaikan penutur kepada mitra tutur melalui kata-kata maaf dengan tujuan untuk
Bentuk Tuturan :
lxxx
Pada kutipan data (40) terdapat tindak tutur ekspresif ‘meminta maaf’.
Tindak tutur ekspresif ‘meminta maaf’ tersebut dituturkan oleh tukang ojek untuk
meminta maaf kepada anaknya karena telah merokok di area SPBU. Tindak tutur
ekspresif ‘meminta maaf’ yang dituturkan oleh tukang ojek di atas terjadi atas
dorongan John. Dalam percakapan tersebut John menyuruh tukang ojek untuk
menghadap kamera dan memintanya untuk mohon maaf kepada anak tukang ojek itu.
Bentuk Tuturan :
meminta maaf ketika akan mewawancarai dosen UGM tersebut, terkait dengan
kesehatan jajanan yang sering dibeli oleh anak kecil. Tindak tutur ekspresif ‘meminta
maaf’ terjadi karena perasaan tidak enak John telah mengganggu waktu kerja dosen
UGM tersebut.
Percakapan terjadi di pinggir jalan dekat salah satu sekolah menengah atas di
Yogyakarta. John mewawancarai seorang siswa yang bolos sekolah. John
lxxxi
meminta siswa bolos itu untuk meminta maaf ke orang tua.
Bentuk Tuturan :
Tuturan ‘meminta maaf’ dituturkan oleh siswa bolos yang ditujukan kepada
ibunya. Melalui tuturan “Maaf ya Bu...” siswa bolos itu memohon ampun atas
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ‘meminta maaf’ terdapat pada tuturan ibu PNS ketika
mengatakan “Iya, saya minta maaf, telah pulang cepat, sebelum waktunya”.
Tuturan tersebut ditujukan kepada atasannya karena telah pulang cepat sebelum
lxxxii
waktunya. Tindak tutur ekspresif ‘meminta maaf’ dituturkan ibu PNS atas dorongan
John. Tuturan ‘meminta maaf’ dalam percakapan data di atas tidak akan terjadi jika
John tidak mendorong ibu PNS tersebut untuk meminta maaf di hadapan kamera.
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘meminta maaf’ adalah
10. Mengejek
2003:286). Tindak tutur ‘mengejek’ adalah tindak pertuturan yang dituturkan oleh
penutur kepada mitra tutur untuk mengungkapkan kejelekan yang dimiliki oleh mitra
Bentuk Tuturan :
John : “Yak, nanti kalau sudah tua baru kerasa. Yak, kita
tanya-tanya sama…. (melihat-lihat masyarakat yang
menyaksikan John mewawancarai penjual sayur)
Ooh… ada ibu-ibu.. Bu sini Bu.”
Ibu (1) : “Ya (tidak mau mendekat ke arah John).”
John : “Oo.. ibu ini cantik-cantik malu.
Ibu (1) : “Hehe…” (tersenyum)
(RSJP/I/20)
John pada tuturan yang kedua tidak bermaksud memuji, tetapi bermaksud
lxxxiii
untuk mengejek. Sebetulnya tuturan John memang mengandung ucapan memuji,
tetapi karena seorang ibu yang hendak diwawancarai oleh John tidak mau maju,
maka tuturan John tersebut jelas bermaksud mengejek. Jadi tuturan “Cantik-cantik
Tindak tutur ekspresif ‘mengejek’ di atas dituturkan oleh John karena sikap
seorang ibu yang tidak mau maju dan mendekat pada John ketika akan
cantik malu” bukan merupakan tuturan memuji, melainkan mengejek. Kata ‘malu’
menunjukkan pada sikap yang kurang baik yaitu segan melakukan sesuatu karena
agak takut.
Percakapan terjadi di sebuah SPBU, ada seorang artis (Asri Welas) yang
ketahuan tidak mematikan mesinnya ketika mengisi bensin. John melihat
keadaan dalam mobil artis tersebut.
Bentuk Tuturan :
dalam mobil Asri ‘Welas’. Dalam mobil Asri ‘Welas’ terdapat banyak sekali barang
dan berantakan. Tuturan ‘mengejek’ “Wah ini namanya rumah berjalan, ya kan, ada
kasurnya, ada makanan nasi kotak isinya” dituturkan John karena tidak suka dengan
keadaan dalam mobil Asri ‘Welas’ yang begitu berantakan, tidak tertata dengan rapi.
lxxxiv
Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengejek’ dapat
Bentuk Tuturan :
tembok”. Tuturan “hebat bener” mungkin dapat diartikan sebagai pujian, tetapi
secara pragmatis tuturan tersebut dapat diartikan mengejek, karena apa yang telah
dilakukan siswa bolos bukan merupakan perbuatan yang terpuji. Tindak tutur
ekspresif ‘mengejek’ di atas terjadi karena John tidak suka dengan sikap yang tak
terpuji dari siswa yang membolos, yakni masih kecil sudah membolos sekolah
lxxxv
(39) Konteks Tuturan :
Bentuk Tuturan :
Tuturan John pada percakapan kutipan data (47) di atas mengandung tindak
majikannya ya Bu, ya?” dituturkan John untuk mengejek apa yang dilakukan oleh
salah seorang penumpang betor pada waktu itu. Ketika diwawancarai oleh John salah
seorang penumpang betor duduk di besi tempat untuk berpegangan, sehingga dia
terlihat seperti pembantu yang sedang ikut dengan majikannya. Tindak tutur
ekspresif ‘mengejek’ dituturkan John karena John tidak suka dengan sikap
penumpang betor yang memaksakan diri naik betor, ketika betor sudah penuh dengan
penumpang.
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘mengejek’ adalah data
lxxxvi
11. Menyayangkan
merasa menyesal akan apa yang telah dilakukan oleh mitra tutur. Untuk
John bertanya kepada seorang ibu apakah dia memberikan sayuran yang telah
disiram dengan air sungai kepada anak-anaknya. Ibu tersebut mengiyakan. John
menyayangkan hal tersebut.
Bentuk Tuturan :
rasa sungai..” John bermaksud untuk menyayangkan perbuatan yang telah dilakukan
oleh ibu yang telah memberikan sayuran yang disiram dengan air sungai kepada
anak-anaknya. John menyayangkan mengapa itu terjadi, karena anak ibu yang
karena perasaan John yang kasihan kepada anak ibu yang digendong. Anak ibu yang
sedang digendong masih sangat kecil, masih balita, sehingga kalau memakan sesuatu
yang tidak bersih langsung akan terkena penyakit. Kondisi inilah yang membuat
lxxxvii
12. Mengungkapkan Rasa Heran
Rasa heran adalah perasaan seseorang yang merasa ganjil ketika melihat atau
rasa heran’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur ketika merasa
ganjil dengan tuturan yang dituturkan oleh mitra tutur. Untuk memahaminya dapat
John menyalahkan pak bos yang merebus jagung dengan air sumur yang dekat
dengan air sungai. Ketika disalahkan, pak bos malah menuturkan bahwa air
sumur yang dekat dengan sungai adalah air yang bagus. Mendengar hal tersebut
John keheranan.
Bentuk Tuturan :
“Ha??? Bagus? Kenapa, Pak?” dituturkan oleh John setelah dia mendengar alasan
dari pak bos yang mengatakan bahwa air sumur yang dekat dengan sungai adalah air
yang bagus. Tuturan yang dituturkan oleh pak bos tersebut jelas membuat John
Rasa keheranan yang dirasakan oleh John ketika mendengar alasan yang
rasa heran’. Seandainya John tidak keheranan ketika mendengar alasan dari pak bos,
tidak mungkin John akan menuturkan tindak tutur yang mengungkapkan rasa heran.
Dan seandainya pak bos tidak menuturkan alasan yang tidak masuk akal, maka John
lxxxviii
Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan
rasa heran’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (50) data berikut.
Bentuk Tuturan :
John. Tuturan “Ya ampun… Bapak, baru satu yang buntung, masih ada sembilan”
merupakan rasa heran John atas apa yang telah terjadi pada pemilik satwa, yakni ibu
jari dari pemilik satwa tersebut buntung karena terkena gigitan ular cobra. Rasa heran
John juga muncul karena pemilik satwa itu tidak mempunyai rasa jera untuk
John di atas terjadi karena rasa heran yang dirasakan oleh John ketika mendengar ibu
jari pemilik satwa yang buntung karena terkena gigitan ular. Seandainya John tidak
merasa ganjil dengan apa yang telah terjadi pada pemilik satwa, dia tidak akan
rasa heran’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (51) data berikut.
lxxxix
yang membawa kursi dagangan di sepedanya.
Bentuk Tuturan :
terhadap jawaban penjual kursi. Penjual kursi dalam percakapan di atas mengatakan
“Nggak” yang artinya membawa kursi dengan naik sepeda di jalan raya tidak
berbahaya. Rasa heran John timbul karena sikap yang tidak biasa dari penjual kursi,
karena pada umumnya membawa kursi dengan naik sepeda di jalan raya merupakan
tindakan yang berbahaya. Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa heran’ terjadi
karena rasa heran yang dirasakan oleh John ketika mendengar penjual kursi
mengatakan tidak berbahaya jika membawa kursi dengan naik sepeda di jalan raya.
rasa heran’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (52) data berikut.
Bentuk Tuturan :
xc
Rasa heran John ketika mendengar jawaban dari anak kecil yang mengatakan
keningnya. Tuturan “Nggak papa” yang dituturkan oleh anak kecil di atas bermakna
dia mau kalau badannya luka-luka. Hal tersebut yang menjadikan John keheranan.
Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa heran’ terjadi karena rasa heran yang
dirasakan oleh John ketika mendengar jawaban dari anak kecil itu.
Moeliono, 2003:489). Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kaget atau terkejut’ adalah
tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur berkaitan dengan rasa heran, ketika
Percakapan terjadi di sumur yang airnya digunakan untuk merebus jagung oleh
seorang penjual jagung. John meminta pendapat penjual jagung apakah air
resapan sungai itu bersih atau kotor. John kaget karena penjual jagung
mengatakan kurang tahu.
Bentuk Tuturan :
kagetnya. Tuturan “Apa??? Kurang tahu bapaknya sendiri?” dituturkan John ketika
penjual jagung mengatakan bahwa kurang tahu apakah merebus dengan air sungai itu
xci
bersih atau tidak. Orang awam pastinya tahu kalau air sungai itu mengandung
bakteri, kuman, dan logam yang berbahaya, apalagi sungai-sungai yang ada di kota-
kota besar yang sering digunakan untuk mandi, cuci, dan kakus.
John terjadi karena rasa kaget yang dirasakan oleh John ketika mendengar penjual
jagung tidak mengetahui apabila merebus jagung dengan menggunakan air sungai itu
bersih atau tidak. Penjual jagung yang menuturkan ’kurang tahu’ menyebabkan John
rasa kaget’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (54) data berikut.
Bentuk Tuturan :
John ketika mendengar pengakuan pemilik satwa jika dia sudah pernah dipenjara
selama tiga bulan. John tidak menyangka jika pemilik satwa tersebut pernah
dipenjara, sehingga dia kaget ketika mendengar pengakuan dari pemilik satwa.
terperanjat John atas tuturan yang dituturkan oleh pemilik satwa. Seandainya John
xcii
tidak terperanjat ketika mendengar tuturan dari pemilik satwa, maka tindak tutur
ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ tidak akan terjadi pada percakapan di atas.
rasa kaget’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (55) data berikut.
Bentuk Tuturan :
John : “Wa……a….”
Asri ‘Welas’ : “E………”
(RSJP/III/99)
kaca belakang mobil dibuka. John tidak menyangka kalau yang duduk di belakang
sopir adalah seorang artis yang bernama Asri ‘Welas’. Tuturan “Wa……a….” yang
dituturkan oleh John dapat mewakili rasa kagetnya pada waktu itu. Tindak tutur
ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ dituturkan John karena rasa kagetnya ketika
rasa kaget’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (56) data berikut.
xciii
karena dia bisa bolos sekolah.
Bentuk Tuturan :
Dalam percakapan di atas John sangat tidak menyangka jika anak kecil
penumpang becak mau badannya luka-luka karena agar bisa membolos sekolah.
perasaan kaget John ketika mendengar jawaban dari anak kecil itu. Tindak tutur
ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ terjadi karena John tidak menyangka jika
anak kecil penumpang becak itu akan menjawab pertanyaan John dengan tuturan
seperti itu. Rasa kaget John merupakan penyebab utama tindak tutur ekspresif
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘mengejek’ adalah data
Rasa jengkel atau sebal adalah rasa kesal terhadap sesuatu karena kecewa
atau tidak suka (Anton M. Moeliono, 2003:469). Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa
jengkel atau sebal’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur kepada
mitra tutur karena tidak suka dengan apa yang telah dilakukan oleh mitra tutur.
Pemilik usaha jagung rebus (pak bos) mengiyakan ketika ditanya oleh John
bahwa ada seribu jagung yang dimakan oleh warga Jakarta setiap harinya.
xciv
John kemudian mengomentari hal tersebut.
Bentuk Tuturan :
jengkel’. Melalui tuturan ‘Ya nggak gitu!’, pak bos ingin mengungkapkan perasaan
jengkelnya terhadap John ketika John bertanya sesuatu kepadanya. Dalam tuturan
tersebut rasa jengkel pak bos terhadap John terlihat dari nada bicaranya serta raut
pak bos terhadap John terjadi karena perasaan jengkel pak bos ketika mendapat
sindiran dari John. Seandainya ketika ditanya oleh John, pak bos tidak merasa
jengkel maka tuturan ‘ya nggak gitu’ tidak dapat diartikan sebagai tuturan
‘mengungkapkan rasa jengkel’. Tentu saja apabila tuturan tersebut dilakukan dengan
rasa jengkel’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (58) data berikut.
xcv
akan mencuci sayuran dengan air sungai.
Bentuk Tuturan :
Tuturan “Huh!!” merupakan ekspresi rasa jengkel John terhadap sikap ibu
penjual sayur. Ibu penjual sayur telah mau berjanji tidak akan mencuci sayuran
dengan air sungai lagi, tetapi pada akhirnya ketika John akan mengakhiri
wawancaranya ibu penjual sayur itu ternyata masih akan mencuci sayur dengan air
sungai. Sikap dari penjual sayur itu membuat John jengkel. Rasa kesal John terhadap
rasa jengkel’.
rasa jengkel’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (59) data berikut.
John mewawancarai seorang sopir bus yang tidak mematikan mesin ketika
mengisi bensin. Pada awalnya sopir bus tidak mau mengakui kalau mengisi
bensin tidak mematikan mesin itu adalah perbuatan yang salah, tetapi pada
akhirnya dia mengakuinya. John kesal dengan jawaban-jawaban dari tukang
sopir itu.
Bentuk Tuturan :
xcvi
Tuturan “Salah??? Kenapa tadi bilang benar?!!” merupakan ekspresi rasa
jengkel John terhadap sopir bus. Pada awalnya sopir bus mengatakan jika mengisi
bensin tidak dimatikan mesinnya bukan merupakan hal yang salah, tetapi ketika
ditanya lagi oleh John, sopir bus tersebut malah mengatakan salah. Tuturan ekspresif
‘mengungkapkan rasa jengkel’ dituturkan John karena rasa kesal yang dirasakannya
rasa jengkel’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (60) data berikut.
Bentuk Tuturan :
Pada kutipan data (60) di atas ungkapan rasa jengkel John terjadi karena
mitra tuturnya melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya. Dalam percakapan di
atas mitra tutur John bernama Pak Mochtar, seorang pegawai SPBU yang melakukan
pelanggaran dengan merokok di area SPBU. Ketika diwawancarai oleh John, Pak
Mochtar telah meminta maaf karena telah berbuat salah, akan tetapi di tengah-tengah
xcvii
area SPBU. John yang sudah kesal terhadap perbuatan Pak Mochtar lalu
jengkel atau sebal’ adalah data dengan nomer kode (RSJP/I/12), (RSJP/I/18) dan
(RSJP/II/40).
Rasa marah adalah perasaan sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan
tutur ‘mengungkapkan rasa marah’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh
penutur kepada mitra tutur karena sangat tidak senang dengan apa yang telah
dilakukan oleh mitra tutur karena penutur merasa dihina, diperlakukan dengan tidak
berikut.
Bentuk Tuturan :
xcviii
Pada kutipan data (61) di atas terdapat tindak tutur ekspresif
dituturkan oleh pak bos, pemilik usaha jagung yang diwawancarai oleh John. Pak bos
marah ketika mendengar tuturan John yang mengatakan bahwa semua warga Jakarta
memakan jagung dari rebusan air sumur. Pada awalnya pak bos hanya kesal kepada
John, akan tetapi ketika John tertawa pak bos langsung marah-marah melalui tuturan
“Nggak boleh gitu! Itu rahasia itu!” dan “Kalau begitu itu jangan disenter!”.
perasaan sangat tidak senang pak bos ketika John mengatakan bahwa semua warga
Jakarta memakan jagung dari rebusan air sumur. Rasa sangat tidak senang pak bos
rasa marah’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (62) data berikut.
Bentuk Tuturan :
xcix
ditertibkan ya? Emangnya nggak boleh jualan di
sini?”
Penjual satwa : “Nggak boleh!”
(RSJP/II/51)
Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa marah’ mitra tutur John juga terdapat
dalam kutipan data (62) di atas. Penjual satwa marah-marah ketika John
diungkapkannya melalui tuturan “Jangan Pak nanti diobrak-abrik, lagi”, “Nanti saya
ditangkep lagi pake-pake kamera kayak gini”, “Harganya dua puluh lima ribu” dan
“Nggak boleh!”. Tuturan “Jangan Pak nanti diobrak-abrik, lagi” dan “Nggak boleh!”
memang dapat dikategorikan sebagai tindak tutur ‘melarang’, tetapi dalam peristiwa
percakapan kutipan data (62) di atas tuturan tersebut merupakan ungkapan rasa
marah penuturnya. Ekspresi muka cemberut dan nada bicara yang sedikit keras
merupakan penanda dari rasa marah yang sedang dirasakan oleh penjual satwa.
Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa marah’ kutipan data (62) terjadi
karena rasa takut penjual satwa jika dia ditangkap oleh Dinas Kehutanan. Rasa takut
tersebut muncul karena John membawa kamera, sehingga apa yang sedang
dilakukannya dapat dilihat oleh orang banyak. Seandainya penjual satwa tidak takut
ditangkap oleh Dinas Kehutanan, dia tidak akan marah-marah kepada john.
rasa marah’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (63) data berikut.
Percakapan terjadi di sebuah SPBU, di mana ada seorang artis yang melarang
sopirnya untuk mematikan mesin meskipun sedang mengisi bensin. Artis yang
bernama Asri ‘Welas’ itu malu karena diketahui oleh John. Dia malah
memarahi sopirnya.
Bentuk Tuturan :
c
John : “Haduh… sini… sini… sini…”(menarik tangan
Asri ‘Welas’ agar turun dari mobil)
Asri ‘Welas’ : (Keluar dari mobil) “Hehehe.. ketahuan deh.”
John tertawa.
Asri ‘Welas’ : “Ki, kamu lihat-lihat dong, Ki!” (berbicara
kepada sopirnya)
(RSJP/III/104)
marahnya melalui tuturan “Ki, kamu lihat-lihat dong, Ki!” disertai dengan muka
cemberut dan nada yang agak keras. Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa
marah’ di atas terjadi karena perasaan sangat tidak senang Asri ‘Welas’ karena
Rasa bangga adalah perasaan besar hati, merasa gagah karena mempunyai
penutur karena merasa besar hati atau merasa gagah karena mempunyai keunggulan
dibanding orang lain. Untuk memahaminya dapat diperhatikan pada contoh berikut.
Percakapan terjadi di halaman rumah salah seorang pemilik satwa liar yang
diwawancarai oleh John. Pemilik satwa liar itu menuturkan kalau dia senang
menjiwai binatang-binatang peliharaannya. Dia juga mengatakan bahwa
seharusnya orang-orang belajar kepadanya.
Bentuk Tuturan :
ci
Pemilik satwa : “Nggak.”
John : “Oo…”
Pemilik satwa : “Harusnya orang-orang tu belajar sama saya.”
John : “Gimana cara meliharanya ya?”
Pemilik satwa : “Iya, gimana cara melihara, gimana cara
menjinakkan.”
(RSJP/II/53)
Pada percakapan kutipan data (64) di atas terdapat tindak tutur ekspresif
dituturkan oleh pemilik satwa yang sedang diwawancarai John pada saat itu. Pemilik
satwa merasa bangga atas apa yang telah dilakukannya, dia bangga karena dia
memelihara satwa liar. Ungkapan rasa bangga pemilik satwa terdapat pada tuturan
yakni memelihara satwa liar. Rasa bangga yang dimiliki oleh pemilik satwa itu
Rasa malu adalah perasaan sangat tidak enak hati (hina, rendah, dan
disampaikan oleh penutur karena merasa sangat tidak enak hati karena berbuat
sesuatu yang kurang baik. Untuk memahaminya dapat diperhatikan pada contoh
berikut.
cii
penumpang dari mobil itu membuka kaca mobil. Ternyata penumpang dari
mobil itu adalah seorang artis bernama Asri ‘Welas’.
Bentuk Tuturan :
Perasaan tidak enak hati dari Asri ‘Welas’ diungkapkannya melalui tuturan
“Aduh jangan dong…. malu..”. Tuturan tersebut merupakan ungkapan rasa malu
Asri ‘Welas’ ketika dia diketahui oleh John sedang melakukan pelanggaran, yakni
menyuruh sopirnya untuk tidak mematikan mesin ketika mengisi bensin. Tindak
tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa malu’ dituturkan Asri ‘welas’ karena perasaan
sangat tidak hatinya karena dia telah berbuat sesuatu yang kurang baik, yakni tidak
Rasa takut adalah perasaan gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap
‘mengungkapkan rasa takut’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur
karena merasa gentar (ngeri) ketika menghadapi sesuatu yang dianggap akan
berikut.
ciii
(58) Konteks Tuturan :
Bentuk Tuturan :
Pada percakapan kutipan data (66) di atas terdapat tindak tutur ekspresif
dituturkan oleh John ketika dia akan meminum es cendol yang telah dibuatkan oleh
John karena John takut jika setelah minum es cendol itu dia akan sakit. Perasaan
penutur karena merasa ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh mitra tutur.
John mewawancarai siswa yang tertangkap bolos sekolah oleh gurunya. Siswa
civ
itu kelihatan sangat sedih.
Bentuk Tuturan :
“Kamu kok sedih gitu, kenapa?”. John ikut merasa sedih ketika melihat wajah siswa
yang membolos sekolah yang terlihat sangat sedih dan pucat. Rasa keikutsertaan
John merasakan perasaan sedih siswa bolos itu membuatnya bertindak tutur
sedih siswa bolos, maka tidak mungkin John akan menuturkan tindak tutur ekspresif
Rasa kecewa adalah rasa kecil hati atau tidak puas karena tidak terkabul
disampaikan oleh penutur karena merasa kecil hati atau tidak puas dengan apa yang
dilakukan oleh mitra tutur. Untuk memahaminya dapat diperhatikan pada contoh
berikut.
cv
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kecewa’ kutipan data (68) terdapat pada
tuturan John. John mengungkapkan rasa kecewanya terhadap Pak Mochtar melalui
tuturan “Huhuhuhu… saya sudah capek ini, Mas, huhuhu… ini saya
kembali’in”. John mengungkapkan tuturan kecewa tersebut karena John merasa kecil
hati karena apa yang telah dilakukannya untuk membuat Pak Mochtar tidak
menerima telepon di area SPBU. John merasa apa yang dilakukannya hanyalah sia-
sia, apalagi Pak Mochtar malah mengatakan bahwa menggunakan telepon di area
Verba perlokusi ditemui dalam RSJP. Efek perlokusi yang terdapat dalam
RSJP terbagi menjadi sembilan verba penentu, yakni: (a) efek perlokusi
menyenangkan mitra tutur, (b) efek perlokusi melegakan, (c) efek perlokusi
membujuk, (d) efek perlokusi menjengkelkan mitra tutur, (e) efek perlokusi
cvi
mendorong, (f) efek perlokusi membuat mitra tutur tahu bahwa…, (g) efek perlokusi
membuat mitra tutur berpikir tentang…, (h) efek perlokusi membuat mitra tutur
melakukan sesuatu, dan (i) efek perlokusi mempermalukan mitra tutur. Berikut
Percakapan ini terjadi di sebuah restoran. John mewawancarai seorang ahli gizi
yang bernama Wied Hary. Diawali dengan bertanya mengenai kabar.
Bentuk Tuturan :
Tuturan “Sering lihat di TV nih, tambah seger aja, Pak mukanya, Pak”
sengaja dituturkan oleh John untuk memuji Wied Hary. Tindak tutur ekspresif
’memuji’ tersebut dituturkan oleh John agar Wied Hary senang. Efek perlokusi dari
pujian John adalah Wied Hary tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada
John.
Bentuk Tuturan :
cvii
Tuturan “Ini bapak yang sayang anak ya”, bertujuan untuk menyenangkan
tukang ojek. Tuturan “Ini bapak yang sayang anak ya” sengaja dilakukan untuk
menyenangkan hati tukang ojek karena tukang ojek itu telah mau menuruti
permintaan John, yaitu meminta maaf kepada anaknya. Efek Perlokusi yang
Bentuk Tuturan :
ekspresif ‘memuji’. Tuturan tersebut sengaja dituturkan John dengan tujuan agar
penampilannya lebih bagus dibanding John. Efek perlokusi dari tuturan memuji John
adalah penumpang becak tersenyum yang menandakan dia senang mendapat pujian
dari John.
Bentuk Tuturan :
cviii
Ibu PNS tersenyum.
(RSJP/VI/184)
Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ pada percakapan kutipan data (72) di atas
juga menghasilkan efek perlokusi ‘menyenangkan hati mitra tutur’. Tuturan “Ibu
tambah cantik kalau pas tersenyum” sengaja dituturkan John agar ibu PNS merasa
senang. Efek perlokusi dari tuturan ‘memuji’ John tersebut adalah ibu PNS menjadi
ge-er. Hal ini terlihat dari sikap ibu PNS yang menjadi salah tingkah setelah John
memujinya.
Percakapan terjadi di sebuah SPBU, antara John dengan seorang ibu yang
menggunakan handphone ketika mengisi bensin. Ibu itu merasa bersalah
dengan apa yang telah dilakukannya karena dia benar-benar tidak tahu jika apa
yang telah dilakukannya berbahaya.
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ pada percakapan kutipan data (74) di atas
Ibunya cantik” sengaja dituturkan John untuk melegakan hati seorang ibu yang
cix
bersalah karena dia telah melakukan kesalahan yang tidak disengaja, sehingga dia
sampai bertanya kepada John apakah tindakannya dapat dimaafkan. John yang
mengetahui bahwa ibu tersebut memang benar-benar tidak tahu kalau menggunakan
telepon seluler di area SPBU dilarang, lalu menuturkan tindak tutur ekspresif
‘memuji’ yang bertujuan untuk melegakan hati ibu itu. Efek perlokusi dari tuturan
memuji John adalah ibu yang melakukan pelanggaran tersebut tersenyum dengan
lega.
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ yang dituturkan oleh John pada kutipan data
dituturkan John untuk membujuk siswa TK agar mau berkenalan dengannya. Tuturan
“Kenalan dong adik ganteng” telah membuat siswa TK terbujuk sehingga mau
cx
(67) Konteks Tuturan :
Pak bos mengatakan kalau jagung juga merupakan makanan pokok. Dia juga
mengatakan kalau jagung justru tidak mengandung formalin. Kemudian John
mengkritiknya dengan tuturan “Oh iya, tapi pake kuman ya Pak dari air
sungai?!!!!!”.
Bentuk Tuturan :
Tuturan kritikan “Oh iya, tapi pake kuman ya Pak dari air sungai?!!!!!”
sengaja dituturkan oleh John untuk membalas jawaban dari pak bos yang
mengatakan “justru itu malah tidak mengandung formalin”. Tujuan dari tindak tutur
ekspresif ‘mengkritik’ yang dituturkan John adalah agar pak bos menjadi jengkel.
Efek perlokusi yang dihasilkan dari tuturan ini adalah pak bos langsung menjawab
“Nggak” dengan nada yang tinggi dan disertai raut muka yang berubah menjadi
Pemilik usaha jagung rebus (pak bos) mengiyakan ketika ditanya oleh John
bahwa ada seribu jagung yang dimakan oleh warga Jakarta setiap harinya.
John kemudian mengomentari hal tersebut.
Bentuk Tuturan :
John : “Huhuhuhu… Bapak…. Bapak…. (ekspresi
muka menangis) kalau ada sepuluh gerobak, satu
gerobaknya seratus biji, berarti ada seribu jagung
yang dimakan setiap harinya oleh warga Jakarta
ya?”
Pak bos : “Iya (menganggukkan kepala).”
John : “Semuanya makan dari rebusan air sumur?”
Pak bos : “Ya nggak gitu!” (dengan nada menyentak)
John : “Haha…Bapak..!!! Saya pijiti lho, Pak.” (sambil
memijat pundak pak bos)
(RSJP/I/13)
Dalam percakapan kutipan data (77) di atas, tindak tutur ekspresif ‘menuduh’
yang dituturkan oleh John sengaja dituturkan oleh John untuk membuat jengkel pak
cxi
bos. Tuturan “Semuanya makan dari rebusan air sumur?” sengaja dituturkan oleh
John untuk menuduh pak bos dengan tujuan agar pak bos menjadi jengkel. Efek
perlokusi yang dihasilkan dari tuturan ini adalah pak bos menjadi jengkel. Hal ini
terlihat dari jawaban pak bos yang mengatakan “Ya nggak gitu!’ dengan nada yang
Ada seorang ibu yang memprotes apa yang telah dilakukan oleh penjual sayur,
yakni mencuci sayur dengan air sungai. Setelah mendengar protes dari ibu
tersebut, John menyalahkan penjual sayur. Penjual sayur beralasan “Tapi
sebelum dimasak kan dicuci lagi pake air bersih”, sehingga John
mengkritiknya.
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ pada percakapan kutipan data (78) di atas
kandungan yang tidak bisa hilang lho, Mbak” mempunyai tujuan untuk mendorong
penjual sayur agar tidak mencuci sayur dengan air sungai lagi. Efek perlokusi yang
dihasilkan adalah penjual sayur mengatakan ‘Ya, mungkin nggak dicuci pake air kali
lagi”.
cxii
bahwa sebelum disiram dengan air sungai, sayuran sudah disiram air bersih
ketika di rumah. John kemudian mengkritik penjual sayur itu.
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ pada percakapan kutipan data (79) di atas
menghasilkan efek perlokusi ‘membuat mitra tutur tahu’. Tuturan John “Lho, Mbak
tahu nggak?”, “Kalau dimakan orang kan bisa berbahaya, bisa menyebabkan kanker
lho katanya”, dan “Tapi kan kandungan-kandungannya tidak bisa hilang kalau
cuma disiram air bersih gitu aja Mbak, apalagi sungai ini dipakai buat nyuci gerobak,
dipakai buat nyuci becak, dipakai buat mandi juga”telah memberikan efek perlokusi.
Efek perlokusi dari tuturan tersebut adalah penjual sayur menjadi tahu bahwa air
bakteri, dan logam-logam yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Penjual sayur
sebelumnya tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. Ini terbukti dari tuturan
penjual sayur yang mengatakan “Enggak” ketika ditanya oleh John. Efek
cxiii
(71) Konteks Tuturan :
Percakapan terjadi antara John dengan salah seorang pemilik satwa. Pemilik
satwa menuturkan jika dia tidak takut memelihara satwa yang dilindungi,
meskipun sudah tahu kalau hukumannya lima tahun penjara. John lalu
mengkritiknya.
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ pada percakapan kutipan data (79) di atas
menghasilkan efek perlokusi ‘membuat mitra tutur tahu bahwa’. Tuturan “Ha…. ini
kan termasuk satwa liar dilindungi yang nggak boleh dipelihara dan dimiliki, bisa
kena denda seratus juta sama lima tahun penjara lho Pak” sengaja dituturkan John
untuk memberitahu pemilik satwa. Efek perlokusi yang dihasilkan adalah pemilik
satwa menjadi tahu kalau memelihara satwa yang dilindungi tanpa ijin, selain bisa
terkena pidana lima tahun, juga dapat terkena denda seratus juta. Tuturan “Gitu ya?”
yang dituturkan oleh pemilik satwa membuktikan bahwa dia tidak tahu kalau selain
cxiv
Ketika berbincang-bincang dengan penjual jagung, John melihat ada ruangan di
dekat sumur. John menanyakan tentang ruangan itu, karena berada di depan
sumur. Penjual jagung mengatakan kalau ruangan itu adalah kamar mandi.
Bentuk Tuturan :
efek perlokusi ‘membuat mitra tutur berpikir tentang’. Tuturan “Bapak kok jorok
banget sih, Pak. Saya peragakan ya Pak ya, kalau misalnya habis nimba air, dari
sumur yang deket sungai, trus kebelet pipis, langsung ke jamban, ya kan masuk ya
kan? Hahaha.. Deket soalnya. Coba lihat, diukur ya (mengukur jarak sumur dengan
tempat mandi), jaraknya cuma satu langkah! Bapak….!!” merupakan sebuah kritikan
dari John. Tuturan ekspresif ‘mengkritik’ yang dituturkan oleh John tersebut telah
membuat penjual jagung berpikir tentang hal hal itu. Efek perlokusinya adalah
cxv
Bentuk Tuturan :
Tuturan “Pak ini kok nggak ada airnya sih, Pak, biasanya ngrebus kan pake
air, Pak?” yang diucapkan John bukan semata-mata untuk mengkritik penjual jagung.
melakukan sesuatu, yakni agar penjual jagung memperlihatkan air rebusan jagung.
Efek perlokusi dari tuturan ini adalah tindakan penjual jagung memperlihatkan air
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ’mengkritik’ pada kutipan data (83) di atas mempunyai
efek perlokusi ’membuat mitra tutur melakukan sesuatu’. Tuturan “Nggak boleh…
ha..ha..ha… terus kenapa masih merokok hayo… katanya nggak boleh?” telah
rokoknya.
cxvi
(75) Konteks Tuturan :
Percakapan terjadi di kantor pegawai SPBU. Ada seorang pegawai SPBU yang
ketahuan sedang merokok di parkiran SPBU. Ketika diwawancarai oleh John
rokok pegawai SPBU itu belum dimatikan, John lalu mengkritiknya.
Bentuk Tuturan :
’membuat mitra tutur melakukan sesuatu’. Tuturan “Luar biasa, rokoknya masih
menyala-nyala ya” sengaja dituturkan John agar Pak Mochtar melakukan sesuatu,
yakni mematikan rokoknya. Efek perlokusinya adalah Pak Mochtar membuang dan
mematikan rokoknya.
John takut ketika akan meminum es cendol yang dibuatkan oleh penjual es
cendol. John menyuruh penjual es cendol untuk mencobanya terlebih dahulu.
Penjual es cendol bersedia meminum es cendol itu.
Bentuk Tuturan :
Tindak tutur ekspresif ’mengkritik’ yang dituturkan John pada kutipan data
(85) juga menghasilkan efek perlokusi ’membuat mitra tutur melakukan sesuatu’.
cxvii
Tuturan “Aa…a… kenapa langsung diminum dari gelasnya hahaha… harusnya kan
Bentuk Tuturan :
John : “Yak, nanti kalau sudah tua baru kerasa. Yak, kita tanya-
tanya sama….(melihat-lihat masyarakat yang menyaksikan
John mewawancarai penjual jagung) Ooh.. ada ibu-ibu.. Bu
sini, bu.”
Ibu-ibu (1) : “Ya (tidak mau mendekat ke arah John).”
John : “Oo.. Ibu ini cantik-cantik malu.”
(RSJP/I/ 20)
Tuturan ‘mengejek’ yang dituturkan oleh John kepada seorang ibu di atas,
sengaja diucapkannya untuk mempermalukan ibu tersebut. Tuturan ‘Ibu ini cantik-
cantik malu’ dituturkan John karena ibu tersebut tidak mau mendekat ke arah John
ketika John memintanya untuk mendekat. Efek perlokusi dari tuturan ini adalah ibu
tersebut tetap tidak mau maju dan tidak mau mendekat ke arah John. Dia tetap tidak
mau maju karena dia merasa semakin malu dengan tuturan ejekan dari John itu.
Tabel 1
cxviii
No Tindak Tutur Ekspresif dan Nomor Data
Penyebab Terjadinya
1 Berterima Kasih
(RSJP/III/94),
(RSJP/V/160),
(RSJP/IV/125),
(RSJP/VI/183).
(RSJP/I/35).
2 Memuji
tutur
cxix
penutur
tutur (RSJP/III/82),
(RSJP/IV/110),
(RSJP/IV/121),
(RSJP/126),
(RSJP/IV/130),
(RSJP/V/143),
(RSJP/V/155).
3 Menolak
4 Menyalahkan
tutur (RSJP/II/41),
(RSJP/III/66),
(RSJP/III/90),
(RSJP/V/148),
(RSJP/VI/164) .
cxx
diperbuatnya
suatu kesalahan
5 Mencurigai
(RSJP/III/86),
(RSJP/V/149),
(RSJP/VI/172),
(RSJP/VI/176).
6 Menuduh
(RSJP/III/67),
(RSJP/III/68),
(RSJP/III/77),
(RSJP/III/87),
(RSJP/III/88),
(RSJP/III/91),
(RSJP/III/92),
cxxi
(RSJP/III/103),
(RSJP/III/105),
(RSJP/III/107),
(RSJP/III/111),
(RSJP/IV/113),
(RSJP/IV/118),
(RSJP/IV/119),
(RSJP/IV/127),
(RSJP/IV/128),
(RSJP/IV/129),
(RSJP/V/134),
(RSJP/V/135),
(RSJP/V/140),
(RSJP/V/141),
(RSJP/V/150),
(RSJP/V/152),
(RSJP/V/153),
(RSJP/V/156),
(RSJP/V/158),
(RSJP/VI/163),
(RSJP/VI/167),
(RSJP/VI/169),
(RSJP/VI/173),
(RSJP/VI/179).
cxxii
7 Menyindir
(RSJP/III/64),
(RSJP/III/75),
(RSJP/III/83),
(RSJP/III/84),
(RSJP/V/147),
(RSJP/VI/174).
tutur
mitra tutur
8 Mengkritik
cxxiii
(RSJP/I/23), (RSJP/I/25),
(RSJP/I/27), (RSJP/II/39),
(RSJP/II/42), (RSJP/II/44),
(RSJP/II/45), (RSJP/II/47),
(RSJP/II/49), (RSJP/II/59),
(RSJP/II/61),
(RSJP/III/65),
(RSJP/III/69),
(RSJP/III/73),
(RSJP/III/76),
(RSJP/III/80),
(RSJP/III/85),
(RSJP/III/96),
(RSJP/III/98),
(RSJP/III/106),
(RSJP/IV/112),
(RSJP/IV/117),
(RSJP/IV/120),
(RSJP/IV/123),
(RSJP/IV/124),
(RSJP/V/139),
(RSJP/VI/161),
(RSJP/VI/165),
(RSJP/VI/177),
cxxiv
(RSJP/VI/180),
(RSJP/VI/181)
9 Meminta Maaf
(RSJP/III/62),
(RSJP/III/78),
(RSJP/III/89),
(RSJP/III/102),
(RSJP/IV/122),
(RSJP/V/142),
(RSJP/V/154),
(RSJP/VI/166),
(RSJP/VI/171),
(RSJP/VI/175).
(RSJP/III/70),
(RSJP/V/159),
(RSJP/VI/182).
10 Mengejek
cxxv
b. Penutur tidak suka dengan sikap dan (RSJP/I/2), (RSJP/II/50),
(RSJP/V/145),
(RSJP/V/146),
(RSJP/V/151),
(RSJP/VI/162),
(RSJP/VI/178).
11 Menyayangkan
(RSJP/V/137).
(RSJP/III/79),
(RSJP/III/99),
(RSJP/V/138).
cxxvi
a. Penutur merasa kesal terhadap apa yang (RSJP/I/18), (RSJP/I/30),
(RSJP/III/74),
(RSJP/IV/95).
mitra tutur
cxxvii
a. Rasa kecil hati penutur terhadap apa (RSJP/III/97).
Tabel 2
(RSJP/III/72),
(RSJP/IV/121),
(RSJP/IV/126),
(RSJP/IV/130),
(RSJP/V/143),
(RSJP/V/155),
(RSJP/VI/184).
Berpkikir Tentang…
cxxviii
8 Efek Perlokusi Membuat (RSJP/I/3),
Sesuatu (RSJP/III/85),
(RSJP/IV/115).
BAB V
PENUTUP
dipaparkan simpulan dari hasil penelitian tindak tutur ekspresif dalam Reality Show
“John Pantau”. Dalam saran dipaparkan saran dari penulis yang berhubungan dengan
penelitian selanjutnya.
A. Simpulan
pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa simpulan. Terdapat dua hal pokok
yang perlu disampaikan dalam simpulan ini. Dua simpulan yang dimaksud dapat
cxxix
(a) Tindak tutur ‘berterima kasih’: 8 tuturan terjadi karena mitra tutur bersedia
melakukan apa yang diminta oleh penutur, 1 tuturan terjadi karena tuturan
‘memuji’ yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur dan 2 tuturan
(b) Tindak tutur ‘memuji’: 1 tuturan terjadi karena kondisi dari mitra tutur, 1
tuturan terjadi karena penutur ingin melegakan hati mitra tutur, 1 tuturan
terjadi karena penutur ingin merayu mitra tutur, 1 tuturan terjadi karena
tuturan terjadi karena penutur ingin menyenangkan hati mitra tutur dan 1
(c) Tindak tutur ‘menolak’: 2 tuturan terjadi karena mitra tutur tidak mau
melakukan apa yang diminta oleh penutur dan 1 tuturan terjadi karena
dilakukan oleh mitra tutur, 2 tuturan terjadi karena mitra tutur tidak mau
terjadi karena mitra tutur ingin melepaskan diri dari suatu kesalahan.
(f) Tindak tutur ‘menuduh’ yang terjadi karena penutur ingin membuktikan
anggapannya bahwa mitra tutur telah melakukan sesuatu yang kurang baik.
cxxx
(g) Tindak tutur ‘menyindir’: 8 tuturan terjadi karena penutur tidak suka dengan
apa yang dilakukaan atau dituturkan mitra tutur, 1 tuturan terjadi karena
tutur, 1 tuturan terjadi karena penutur tidak mengira akan jawaban yang
(h) Tindak tutur ‘mengkritik’: 2 tuturan terjadi karena penutur merasa jijik
dengan apa yang dilakukan oleh mitra tutur dan 37 tuturan terjadi karena
penutur tidak suka atau tidak sependapat dengan apa yang dilakukan atau
(i) Tindak tutur ‘meminta maaf’: 6 tuturan terjadi karena permintaan mitra
(j) Tindak tutur ‘mengejek’: 1 tuturan terjadi karena sikap mitra tutur yang
penutur tidak suka dengan sikap dan tuturan tidak terpuji yang dilakukan
(k) Tindak tutur ‘menyayangkan’ yang terjadi karena penutur merasa iba atau
(l) Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa heran’ yang terjadi karena rasa
cxxxi
(m) Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kaget atau terkejut’ yang diterjadi
karena rasa kaget yang dirasakan oleh penutur terhadap sikap atau tuturan
mitra tutur.
(n) Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa jengkel atau sebal’ yang terjadi karena
penutur merasa kesal terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur.
perasaan sangat tidak senang mitra tutur terhadap sikap penutur, dan 1
tuturan terjadi karena rasa takut yang dirasakan penutur terhadap apa yang
lain.
(q) Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa malu’ yang terjadi karena penutur
(r) Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa takut’ yang terjadi karena perasaan takut
(s) Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa simpati’ yang terjadi karena rasa
(t) Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kecewa’ yang terjadi karena rasa kecil
cxxxii
2. Dalam RSJP terdapat 23 tuturan yang mengandung efek perlokusi. Dari 23
yakni:
B. Saran
waktu, serta dana. Untuk itu, penulis sangat berharap kepada peneliti lain agar
mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan bahasa yang ada di dalam acara
1. Menggali lebih dalam tentang berbagai macam tindak tutur ekspresif, karena
jumlah tindak tutur sangat banyak. Bagi peminat pragmatik dapat meneliti jenis
tindak tutur ekspresif pada acara reality show yang lain, mengingat acara reality
cxxxiii
show juga banyak terdapat fenomena kebahasaan yang menarik untuk dijadikan
bahan penelitian.
tindak tutur ekspresif dalam reality show, sehingga akan didapatkan sebuah
kajian yang mendalam tentang tindak tutur ekspresif dalam reality show.
3. Untuk dapat mewujudkan kedua saran tersebut, maka para peneliti lanjutan
diharapkan dapat mencari data yang lebih banyak, agar menemukan berbagai
jenis tindak tutur ekspresif dan penyebab terjadinya tindak tutur ekspresif, serta
DAFTAR PUSTAKA
Adventina Putranti. 2007. “Kajian Terjemahan Tindak Ilokusif Ekspresif dalam Teks
Terjemahan Film American Beauty”. Surakarta: Program Studi Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret.
Agus Rinto Basuki. 2002. “Tindak Tutur Ilokusif dalam Seni Pertunjukkan
Ketoprak”. Surakarta: Program Studi Pasca Sarjana Universitas Sebelas
Maret.
Anton M. Moeliono. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Austin, J. L. 1962. How to Do Things with Words. New York: Oxfod University
Press.
Hadari Nawawi dan Martini Mimi. 2005. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
cxxxiv
Iswandi Syahputra. 2006. Jurnalistik Infotainment: Kancah Baru Jurnalistik dalam
Industri Televisi. Yogyakarta: Pilar Media.
Siti Munawaroh. 2008. “Dialog Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata: Sebuah
Tinjauan Pragmatik”. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
________. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wacana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Yule, George. 2006. Pragmatik (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan
Rombe Mustajab ). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumber Internet
cxxxv
Gumgum Gumilar. Reality Show. http://www.gumilarcenter.com. (diakses tanggal 29
Mei 2009).
Wimy Winatama. Pengungkapan Cinta dalam Reality Show Katakan Cinta: Kajian
Sosiopragmatik. http://www.adln.lib.unair.ac.id. (diakses tanggal 6 Juni
2009).
cxxxvi