Anda di halaman 1dari 138

SKRIPSI

REGISTER TEATER DI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

Oleh:

Erna Trianingsih

J1B018011

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
2023
SKRIPSI

REGISTER TEATER DI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

Oleh:

Erna Trianingsih

J1B018011

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Peneliti dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang


berjudul “Register Teater di Univeesitas Jenderal Soedirman” adalah betul-betul
karya sendiri, dan dalam skripsi ini tidak terdapat kasya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Hal-hal yang
bukan karya penulis dalam arti pendapat ahli yang pernah diterbitkan, dikutip, dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka. Dengan kata lain, semua yang ada dalam
skripsi ini menjadi tanggung jawab peneliti dan apabila terbukti terdapat tulisan
yang dianggap plagiasi, maka penulis bersedia untuk dicabut gelar
kesarjanaannya.

iii
PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS

Saya, yang bertanda tanagan dibawah ini :

Nama lengkap : Erna Trianingsih

Tempat/tanggal lahir : Brebes, 8 September 1999

NIM : J1B018011

Mengizinkan kepada perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Unsoed untuk

mempublikasikan karya tulis ilmiah saya ke internet dengan ketentuan:

1. Materi yang boleh dipublikasikan (pilih salah satu)

a. Judul, abstrak, dan daftar isi saja

2. Dengan ketentuan sekuritas (pilih salah satu)

a. Materi hanya boleh dibaca saja

Demikian surat pernyataan saya. Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-

sungguh dan tanpa tekanan dari siapapaun.

Dibuat di : Purwokerto

Pada : 9 Juli 2023

iv
PERSEMBAHAN

Puji syukur atas rahmat Allah Subhanahu Wata‟ala yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang. Karya ini dipersembahkan untuk mereka yang telah menjadi

penyemangathidup penulis:

1. Allah Subhanahu Wata‟ala yang senantiasa memberi kemudahan dan

kesehatan yang tiada terhitung nilainya.

2. Skripsi ini adalah persembahan kecil penulis untuk Bapak Dasrip, Ibu

Kusnaeni, dan keluarga Bani Wasjan yang telah merawat penulis dengan

penuh kebahagiaan. Terima kasih karena selalu mendoakan, menasihati, dan

membiarkan penulis mengejar impian penulis apapun itu.

3. Teruntuk teman-teman dari Sastra Indonesia 2018 terutama untuk Dewi

Suci Citrawati, Anggun Hesi Antika, Yuni Maulina Saputri, Nida Pratiw,

Maya Wulandari dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu

persatu. Terima kasih atas inspirasi, dorongan, dan dukungan yang telah

kalian berikan kepada penulis. Terima kasih atas kebersamaan yang terjalin

indah. Terima kasih telah memberikan pengalaman yang luar biasa

menyenangkan sehingga susah penulis lupakan

4. Teruntuk teman dari SMA Via Irhas terima kasih atas inspirasi,

dorongan, dan dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis.

5. Teruntuk teman-teman Wisma Laksmita terimakasih atas dorongan dan

bantuan dalam proses menyusun skripsi ini.

6. Teruntuk kaka tingkat yang tidak bisa saya sebutkan terima kasih atas

inspirasi, dorongan, dan dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis.

v
7. Teruntuk teman-teman dari Teater Pojok, Corak, Receh, Bezper,

Arteris, Klise, Teksas, Sianak, Margin, Suntik, dan Timbang terima kasih

partisipasinya dalam pengambilan data penelitian ini.

8. Teruntuk dosen pembimbing: Bapak Erwita Nurdiyanto dan Ibu Octaria

Putri Nurharyani yang telah sabar untuk membimbing penulis dalam

menyusun tugas akhir. Terima kasih atas segala saran, masukan, kritikan,

dan catatan untuk penulis agar menyelesaikan skripsi dengan sebaik-

baiknya. Terima kasih atas waktu dan tenaga yang diberikan untuk

membimbing penulis hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi.

9. Terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada seluruh dosen Sastra

Indonesia yang telah sabar dan ikhlas memberikan ilmu yang sangat

bermanfaat untuk masadepan penulis.

10. Terima kasih kepada siapapun yang telah mendoakan penulis sehingga

penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tanpa doa dari kalian,

penulis tidakdapat berada di titik ini.

11. Terakhir, terima kasih kepada diri sendiri. Terima kasih atas segala

pengorbanan dan kerja keras yang telah dilakukan. Terima kasih untuk tidak

menyerah dalam situasi apapun. Terima kasih, Erna Trianingsih.

vi
MOTTO

“Harus tetap berjalan, walau keadaan tidak memungkinkan”

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah memberikan

ridha- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Register

Teater Di Universitas Jenderal Soedipriman” dengan baik untuk memenuhi

persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) Prodi Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jenderal Soedirman.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai dan berjalan

dengan lancar apabila tidak ada dukungan dari berbagai pihak-pihak yang telah

berkontribusi dalam memberikan kritik, saran, dan bimbingan. Maka dari itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Dr. Ely Triasih Rahayu, S.S., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan kesempatan dalam

penyusunan skripsi.

2. Erwita Nurdiyanto, S.S, M.A., selaku Pembimbing I yang telah ikhlas dan

sabar memberikan bimbingan, saran, dan masukan sehingga penulis bisa

menyelesaikan proses penyusunan skripsi.

3. Octaria Putri Nurhayani, S.S., M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah

ikhlas dan sabar memberikan arahan, saran, masukan, serta motivasi yang

berguna dalam proses penyusunan skripsi.

4. Ashari Hidayat, S.S, M.Hum., selaku penguji yang telah memberikan saran

dan kritik.

5. Gita Anggria Resticka, S.S., M.A., selaku moderator yang telah membantu

dalam pencatatan ujian skripsi serta memberikan saran dan kritik.

viii
6. Segenap Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan ilmu, pengetahuan,

dan pengalaman yang sangat berguna untuk penulis dalam menggapai cita-

cita.

7. Segenap Staf Bapendik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal

Soedirman yang telah memberikan pelayanan dengan baik dalam masa

studi.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang

berlimpah oleh Allah Subhanahu Wata‟ala. Penulis menyadari bahwa skripsi yang

telah ditulis jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih baik. Penulis berharap skripsi ini

dapat menjadirujukan bagi peneliti selanjutnya.

Purwokerto, 10 Mei 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ iii

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ................................................... iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................... v

MOTTO ................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

Abstrak .................................................................................................................. xii

Abstract ................................................................................................................ xiii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 5

BAB II ..................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6

x
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 6

2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 11

2.2.1 Sosiolinguistik .......................................................................................... 11

2.2.2 Fungsi Register ..................................................................................... 20

BAB III ................................................................................................................. 23

METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 23

3.1 Bentuk Penelitian ........................................................................................ 23

3.2 Data dan Sumber Data ................................................................................. 23

3.2.1 Data Primer ........................................................................................... 23

3.2.2 Data Sekunder ....................................................................................... 25

3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 25

3.4 Metode Analisis Data .................................................................................. 26

BAB IV ................................................................................................................. 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 31

4.1 Bentuk, makna dan fungsi dalam register ................................................... 31

4.1.1 Register Teater berupa bentuk Kata Tunggal ....................................... 31

4.1.2 Kata Kompleks ..................................................................................... 90

BAB V................................................................................................................. 111

PENUTUP ........................................................................................................... 111

5.1 Simpulan .................................................................................................... 111

xi
5.2 Implikasi .................................................................................................... 113

LAMPIRAN ........................................................................................................ 118

xii
Abstrak

Teater merupakan unit kegiatan mahasiwa yang memilki minat dan bakat pada
bidang kesenian dan drama. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
mengenai makna regiseter Teater yang ada di Universitas Jenderal Soedirman.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kata yang diperoleh dari percakapan
kelompok teater Unsoed. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
metode simak. Metode simak dilaksanakan dengan teknik dasar sadap dan teknik
lanjutan berupa teknik simak libat cakap, teknik rekam, teknik catat. Teknik
analisis data yang ada dalam penelitian ini menggunakan metode padan
referensial yang diwujudkan dalam teknik dasar dan teknik lanjutan, teknik dasar
yang digunakan berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan yang
digunakan berupa teknik hubung banding. Penyajian analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa metode informal. Hasil penelitian ini ditemukannya
59 data register teater di Unsoed. Data tersebut lalu dikelompokkan berdasarkan
bentuknya yang terdiri dari bentuk kata tunggal berkategori nomina, enam bentuk
kata tunggal. 37 data yang terdiri dari bentuk kata tunggal berkategori nomina, 4
bentuk kata tunggal berkategori verba, dan 5 bentuk kata tunggal berkategori
adjektiva. Adapun register teater Unsoed yang berbentuk kata kompleks, terdiri
dari 2 bentuk kata majemuk, 3 bentuk kata singkatan, dan 7 bentuk kata akronim.

Kata Kunci: Sosiolingustik, Teater, Kualitatif, Simak

xii
Abstract

Theater is a student activity unit that has an interest and talent in the arts and
drama. The purpose of this research is to describe the meaning of theater registers
at Jenderal Soedirman University. The research method used in this research is
descriptive qualitative. The data in this study are words obtained from the
conversation of the Unsoed theater group. The data collection technique in
thisstudy is the listening method. The listening method is carried out using basic
tapping techniques and advanced techniques in the form of proficient listening
techniques, recording techniques, notetaking techniques. The data analysis
technique used in this study uses the referential equivalent method which is
realized in basic techniques and advanced techniques. Presentation of data
analysis used in this study is an informal method. The results of this study found
59 theater register data in Unsoed. The data is then grouped based on its from
which consists of single word from catagorized as nouns 6 single word froms. 37
data consisting of noun catagoris, 4 verb froms, and 5 adjektive forms. Ad for the
Unsoed theater register in the form of a complex word, consisting of 2 compound
tenses, 3 abberviated tenses, and 7 acronym tenses.

Keywords: Sociolinguistic, Theatre, Qualitative, Listen.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang menggunakan bahasa untuk

berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan mudah untuk berinteraksi dengan

masyarakat lainnya. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia sebagai

makhluk sosial yaitu untuk berkomunikasi dengan sesama. Bahasa merupakan

sistem lambang bunyi yang digunakan pada suatu konsep, suatu pengertian dan

pikiran yang ingin disampaikan (Abdul Chaer, 2014:44). Manusia sebagai

makhluk sosial membutuhkan bahasa. Bahasa berperan penting dalam kehidupan

manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa manusia akan mudah melakukan

interaksi satu sama lain. Melalui latar belakang sosial budaya yang berbeda maka

muncul istilah-istilah lain yang menjadi suatu ciri khas. Hal ini terjadi pada

kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa, karena mahasiswa berlatar belakang

sosial budaya yang berbeda. Dalam kegiatan mahasiswa terdapat istilah tertentu

yang hanya dipahami oleh anggota yang tergabung dalam kegiatan tersebut.

Maka dari itu dalam sebuah kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa muncul

istilah-istilah tertentu yang dapat memudahkan mahasiswa untuk memahami

kegiatan tersebut.

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan sebuah lembaga

kemahasiswaan yang menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa yang memiliki

kesamaan minat bakat serta kreativitas yang ingin dikembangkan. Dengan adanya

UKM ini mahasiswa mempelajari dan berkreativitas serta berinteraksi dan

1
berkomunikasi satu sama lain untuk mempelajari kegiatan yang diminatinya.

Suatu kegiatan mempunyai ragam dan variasi bahasa sendiri yang memungkinkan

akan munculnya istilah-istilah tertentu yang dipahami oleh anggota tersebut. Hal

itu dapat dipahami jika variasi bahasa ditinjau dari segi pemakainnya, dan dapat

disebut sebagai Register. Register merupakan variasi bahasa yang digunakan

dalam kegiatan tertentu (Abdul Chaer, 2014:69). Mengenai hal tersebut, terdapat

kegiatan mahasiswa yang ada di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yaitu

kegiatan Teater.

Unit Kegiatan Mahasiswa Teater adalah kegiatan yang menaungi

mahasiswa yang memiliki minat pada seni pertunjukkan. Secara bahasa, teater

merupakan gedung atau ruang pertunjukkan. Universitas Jenderal Soedirman

merupakan salah satu perguruan tinggi yang ada di Banyumas. Banyumas ini

merupakan daerah yang menjunjung tinggi kesenian, salah satunya dalam

kesenian pertunjukkan. Adanya UKM Teater di Universitas Jenderal

Soedirman diharapkan dapat mengembangkan kreativitas mahasiswa pada

bidang kesenian, khususnya bidang seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan dan

kegiatan yang dilakukan oleh UKM Teater menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia untuk saling berinteraksi. Dalam proses berinteraksi maka

muncul istilah yang diucapkan oleh anggota Teater dalam kegiatan, selain itu

dapat mengalami perubahan makna. Hal tersebut terjadi karena adanya

perubahan pada bidang lingkungan penggunaannya. Teater ini merupakan

komunitas pekerja seni dalam kampus atau kegiatan mahasiswa yang berkaitan

dengan seni pertunjukkan. Di dalam komunitas ini terdapat istilah atau kosakata

2
yang hanya dapat dimengerti oleh anggota tersebut saja dan tidak menutup

kemungkinan dalam Teater akan muncul variasi bahasa.

Mengenai kegiatan teater yang ada di kampus Universitas Jenderal

Soedirman tentunya banyak istilah-istilah yang digunakan. Istilah tersebut

digunakan sesuai pada ruang lingkup kegiatan. Istilah-istilah yang dimaksud

adalah penggunaan nama kepengurusan dalam organisasi, latihan, dan alat yang

digunakan. Berikut contoh register pada teater di Unsoed yaitu istilah Stupen.

Contoh kata Stupen bentuk satuan lingualnya termasuk dalam bentuk kata

kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa pemendekan suku kata

pertaman pada komponen kedua lalu digabungkan untuk menghasilkan bentuk

istilah. Istilah Stupen merupakan akronim dari „Studi Pentas‟ yang mengalami

pola pembentukan secara teratur dalam pengelolaannya. Pola pembentukan Stupen

yaitu pengambilan suku kata pertama yang mengalami pola pengekalan kata studi

dan suku kata pertama komponen kedua yaitu kata pentas lalu digabung dan

menghasilkan bentuk akronim berupa istilah Stupen. Istilah Stupen memiliki

makna kontekstual berdasarkan penggunannya yaitu, kata Stupen dalam Teater

Unsoed bermakna „proses belajar bagi anggota baru mengenai tata kepanggungan

atau pementasan yang merupakan salah satu syarat untuk menjadi anggota‟.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai istilah-istilah yang berkaitan dengan register dalam Teater. Istilah

tersebut akan dianalisis berdasarkan makna kontekstual yang terdapat didalamnya,

selanjutnya akan dianalisis mengenai fungsi berdasarkan penggunannya. Pada

setiap fakultas yang ada di Universitas Jenderal Soedirman terdapat kegiatan seni

3
yang didalamnya termasuk seni pertunjukkan, maka sangat penting penelitian ini

untuk dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk dan makna register dalam teater Universitas Jenderal

Soedirman?

2. Bagaimana fungsi register dalam Universitas Jenderal Soedirman?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk dan makna register teater di Universitas Jenderal

Soedirman.

2. Mendeskripsikan fungsi register di Universitas Jenderal Soedirman.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manafaat secara teoritis

maupun praktis :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini memberikan ilmu pengetahuan

dan memberi sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

4
khususnya ilmu Sosiolinguistik dalam bentuk penelitian yang membahas

mengenai register.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran pada masyrakat umum dengan penggunaan bahasa dilingkungan

komunitas teater dan dapat dijadikan rujukan atau refensi untuk penelitian

selanjutnya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian register pekerja Terminal Petikemas Surabaya yang dilakukan

pada tahun 2015 oleh R. Panji Harmoyo dengan hasil penelitian adanya

penanda dalam becakap-cakap menggunakan kosakata bahasa asing yang

digunakan dalam kegiatan profesi bidang pelayaran dan bahasa penanda

berlaku dalam lingkungan terminlas petikemas Surabaya. Dari penelitian

tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya

lakukan. Perbedaan penlitian yang dilakukan oleh Panji meneiliti mengenai

penggunaan bahasa profesi yaitu pekerja petikemas yang ada di Surabaya,

sedangkan penelitian yang saya lakukan mengenai penggunaan bahasa oleh

komunitas Teater yang ada di Universitas Jenderal Soedirman. Adapun

persamaan dari peneliatan ini dengan penelitian yang saya lakukan yaitu

mengenai metode pengumpulan data, keduanya sama-sama menggunakan

metode simak dan metode cakap rekam wawancara. Penelitian register para

pembuat Rokok di kota Kudus pada tahun 2016 yang dilakukan oeh Eli

Kusuma Dewi dengan hasil penelitian terdapat satuan lingual yang berbentuk

tunggal, bilangan, dan bentuk kompleks yang terdiri dari afiksasi dan

reduplikasi. Perbedaan penelitian Eli dengan penelitian ini adalah pada objek

dan sumber data yang digunakan. Penelitian Eli menggunakan tuturan para

pekerja pembuat rokok yang berada di kota Kudus, sedangkan penelitian ini

6
menggunakan tuturan anggota teater di Universitas Jenderal Soedirman.

Persamaan penelitian ini adalah menganalisis menganai fungsinya.

Penelitian register Perdagangan di Jejaring Sosial Bukalapak pada tahun

2016 yang dilakukan oleh Hayu Anggari dan Budi Wahyudi dengan hasil

penelitianya terdapat ragam tulis regiater perdagangan berdasarkan bentk tuturan

ringkas seperti; pelepasan, pemendekan, akronim, singktan dan terdapat

pemanfaatan gaya bahasa pada wacana promosi seperti; personifikasi,

persamaan, dan hiperbola. Selain itu, tedapat fungsi register perdagangan seperti

informasi, instrumental, dan hayal atau imajinasi. Fungsi hayal dan imajinasi

digunakan oleh pedagang untuk menyampaikan dan mengungkapkan gagasan

atau pikiran dan perasaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang saya

lakukan adalah terletak pada sumber data dan objeknya. Sedangkan

persamaannya adalah keduanya sama-sama mengenai pengguaan register terkait

fungsinya dan bentuk register yang berupa pemendekan dan akronim.

Penelitian pemakaian register bahasa kru bus AKAP di Terminal Tirtonadi

Surakarta pada tahun 2018 yang dilakukan oleh oleh Eelen Indrasari dan Wahyu

Oktavia dengan hasil penelitian terdapat 50 kata register yang dikomunitasan

berdasarkan pola register Bahasa kru bus, wujud register, kata khusus dalam

komunitas antar kru bus dan penciptaan kata baru dengan makan yang berbeda.

Perbedaan penelitian register kru bus dengan penelitan ini adalah jika register

kru bus mendeskripsikan menegenai wujud registernya, objek yang dikaji dan

data penelitian. penelitian ini hanya berfokus pada fungsi dan maknanya saja.

7
Sedangkan persamaan penelitia keduanya adalah sama-sama meneliti mengenai

variasi bahasa dan kajiannya.

Penelitian register Ojek Online Di Purwokerto pada tahun 2019 yang

dilakukan oleh Slamet Rianto hasil peneliitian ini adalah terdapat bentuk makna

dan fungsi dalam percakapan. Bentuk register tersebut terdiri dari 23 kata

tunggal, 11 kata kompleks, dua kata majemuk, sembilan akronim, empat

singkatan. Perebedaan penelitian yang dilakukan oleh Slamet dengan saya

adalah pada objek yang penelitian. Jika penelitian ini mengenai Ojek Online

sedangkan penelitian saya adalah mengenai Teater. Persamaaan penelitian ini

dengan penelitian yang saya lakukan adalah keduanya sama-sama meneliti

mengenai register bentuk makna dan fungsi.

Penelitian register dalam Forum Dunia Maya Semprot.Com pada tahun

2019 yang dilakukan oleh Oggy Tri Hasmoro Putra dengan hasil penelitan

terdapat bentuk register yang berupa pola singkatan, bentuk penggalan, bentuk

akronim, dan pada tuturan terdapat penulisan kontraksi yang berawal dari suku

kata. Perbedaan penlitian ini dengan penelitian yang saya lakukan adalah

penelitian Oggy mengenai bentuk penggunaan register yang didalamnya terdapat

singakatan, akronim, pola penulisan dan terdapat satuan lingualnya sedangkan

penelitian saya lakukan mengenai bentuk dan fungsi yang terdapat dalam

kegiatan teater serta perbedaan lainnya adalah pada motode penlitian. Sedangkan

pesamaan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti mengenai register.

Penelitian register dalam Kegiatan Marching Band pada tahun 2019 yang

dilakukan oleh Fitria Primalinda Sari Damopoli dengan hasil penelitian. hasil

8
dari penelitiain ini adalah terdapat makna leksikal dan makna kontekstual yang

terkandung dalam pelatihan marching band yang dikomunitaskan perdivisi.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penlitian yang saya lakukan yaitu pada

analisis data, penelitan ini menggunakan metode padan untuk membedakan

adanya perubahan makna antara makna leksikal dan makna kontekstual

sedangkan penelitian yang saya lakukan menggunakan metode padan hanya saja

untuk memadankan pada bidang lainnya. Selain itu perbedaan lainnya adalah

pada objek penelitian. Persamaan penelitan ini dengan penelitian yang saya

lakukan adalah keduanya sama-sama mengkaji istilah-istilah yang ada pada

kegiatan mahasiswa.

Penelitian register dalam Bentuk Register Urban Mama dalam Grup AIMI

dan HHBF pada tahun 2015 yang dilakukan oleh Luly Zahrotul Lutfiyah dan

Susandi dengan hasil penelitian terdapat bentuk register kata majemuk bahasa

Indonesia, kata bahsa Indonesia, frasa bahasa Indonesia, kata akronim

pemendekan bahasa Indonesia, kode bahasa Indonesia, kata kompleks bahasa

Inggris, frasa bahsa Inggris dan, singkatan bahasa Inggris. Selain itu terdapat

perbedaan dan persamaan penelitian yang dilakukan oleh Luly dan Susandi

dengan penelitian yang saya lakukan. Perbedaan dalam objek yang diambil,

penelitian ini menggunkan objek komunitas grup facebook AIMI dan HHBF

sedangkan objek penelitian saya komunitas teater. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang saya lakukan adalah sama-sama meneliti mengenai

bentuk register.

9
Penelitian karaketeristik pemakaian register antarpramusaji rumah makan

Ayam Penyet Surabaya pada tahun 2020 yang dilakukan oleh Ariana Mana

Sikana dan Diah Arum Hapsari dengan hasil penelitian ini adalah terdapat

register singkatan atau akronim yang digunakan untuk mempersingkat menu,

register tunggal yang digunakan sebagai wujud kata yang keadaannya dapat

berdiri sendiri tanpa perlu adanya afiksasi, register sindiran yang digunakan

untuk memberikan kode halus antarpramusaji, dan register kompleks yang tidak

dapat berdiri sendiri. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

saya lakukan adalah jika penelitian ini meneliti mengenai karakteristik

penggunaan register sedangkan penelitian yang saya lakukan mengenai fungsi

register dan perbedaan lainnya terletak objek penelitian. Persamaan penelitian

ini adalah sama-sama meneliti mengenai register.

Penelitian selanjutnya mengenai Bentuk, Fungsi, dan Pola Pergeseran

Register Kusir Dokar di Wisata Religi Sunan Giri pada tahun 2021 yang

dilakukan oleh Muhammad Mustaghfirin dan Diding Wahyudin dengan hasil

penelitian terdapat bentuk lingualnya mengalami proses perubahan, dan pola

perubahan tersebut dipengaruhi oleh 4 bahasa yaitu bahasa Indonesia, dialek

Jawa Tengah, dialek Giri, dan bahasa Jawa. untuk proses pergeseran terjadi

karena akulturasi budaya selain itu karena faktor migrasi, sosial, dan ekonomi.

Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Muhamad dan kawan-

kawannya dengan penelitian yaitu, jika penelitian Register Kusir Dokar terdapat

bentuk-bentuk yang didalamnya terdapat bentuk lingual, bentuk selingkung

terbatas, bentuk selingkung terbuka, fungsi, dan faktor terjadinya register.

10
Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan mengenai fungsi dan makna yang

ada pada Teater Kampus Purwokerto. Persamaan penelitian ini sama-sama

meneliti penggunaan bahasa pada suatu komunitas.

Penelitian register Fotografi pada Komunitas Fotografer Banyumas pada

tahun 2021 yang dilkukan oleh Arif Aryanto dengan hasil penelitian terdapat 92

istilah register fotografi dari 92 istilah tersebut dikomunitaskan berdasarkan

bentuk registernya. Tujuh register bentuk kata afiks, 37 bentuk kata tunggal, 19

bentuk kata majemuk, dua bentuk akronim tidak beraturan, 16 bentuk singkatan,

dan tujuh istilah register bentuk hibrid. Selain itu, terdapat register yang bersifat

khusus dan umum. Register fotografi ini mempunyai fungsi bahasa berdasarkan

konteksnya. Fungsi bahasa informatif dan fungsi bahasa heuristic. Fungsi bahasa

lainnya yaitu fungsi instrumental, fungsi menyuruh dan fungsi interaksi.

Perbedaan penelitian Arif dengan penelitian ini adalah terletak pada objek dan

sumber data yang dikaji. Penelitian Arif menggunakan objek komuntas fotografi

Banyumas sedangkan penelitian ini menggunakan komunitas teater yang ada di

Universitas Jenderal Soedirman. Persamaan penelitian Arif dengan penelitian ini

adalah menganalisis fungsinya.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sosiolinguistik

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara linguistik dan

sosiologi, kedua bidang ilmu empiris ini memiliki kaitan yang sangat dekat.

Sosiologi merupakan kajian ilmiah tentang proses sosial, lembaga-lembaga, dan

manusia dalam masyarakat. Sedangakan lingusitik merupakan ilmu yang

11
mempelajari mengenai bahasa. Menurut Abdul Chaer (1994) dalam Herdiana

Lestari sosiolinguistik merupakan subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa

dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Maka dari itu, sosiolinguistik

merupakan bidang ilmu yang mempelajari mengenai bahasa dalam proses sosial

yang ada dalam masyarakat. Penggunaan bahasa yang digunakan oleh masyarakat

sangat menentukan ragam bahasa, oleh sebab itu sosiolinguistik meneliti

mengenai fungsi dan ciri bahasa dalam masyarakat dengan konteks sosial

kebudayaan. Sosiolingusitik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

ciri dan berbagai bahasa serta berkaitan dengan hubungan antara bahasawan

dengan ciri fungsi variasi bahasa dalam suatu masyarakat.

Sosiolinguistik cabang dari kajian lingusitik yang terdiri dari dua kata yaitu

sosio yang berarti masyarakat dan linguistik yang berarti kajian bahasa, jadi

sosioliguistik merupakan kajian mengenai bahasa yang berkaiatan dengan kondisi

masyarakat (Sumarsono 2017:1) yang berarti sosiolinguistik digunakan dalam

masyarakat yang memiliki aturan tersendiri dalam penggunaan kebahasaan dilihat

dari situasi yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat dilihat dari kosakata,

pengucapan, serta struktur kalimat. Selain itu perbedaan dapat dilihat dari segi

latar belakang, pendidikan, status sosial, gander, usia, profesi, kelas ekonomi, dan

keyakinan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan jika sosiolinguistik merupakan

ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dalam masyarakat, dimana dalam

masyarakat tersebut terdapat suatu komunitas yang mengakibatkan adanya suatu

12
penggunaan variasi bahasa berasal dari aspek latar belakang sosial, kebudayaan

serta, dan dari aspek lainnya.

2.2.1.1 Variasi bahasa

Variasi bahasa merupakan ragam bahasa masyarakat yang

digunakan dalam berkomunikasi secara lisan. Ragam bahasa tersebut

disebabkan adanya penggunaan bahasa dalam masyarakat yang

beranekaragam. Keragaman yang digunakan oleh suatu komunitas atau

individu menggambarkan bahasa sebagai media bagi penutur bahasa

pada lingkungan kehidupan sosialnya. Dengan menggunakan bahasa

masyarakat dapat berkembang. Oleh sebab itu, dalam proses

berkomunikasi, bahasa dapat menghasilkan suatu makna atau

pemahaman di antara keduanya dan berkomunikasi dengan baik. Masing-

masing masyarakat memiliki sifat yang berbeda yang mengakibatkan

adanya keragaman dalam penggunaan bahasa. Terciptanya keragaman

bahasa selain diakibatkan oleh sifat yang berbeda dalam masyarakat,

namun terjadi juga karena adanya kegiatan interaksi sosial yang

dilakukan oleh masyarakat yang beragam. Keberagaman tersebutlah yang

mengakibatkan adanya variasi bahasa dalam masyarakat. Selain itu

masyarakat sebagai mahluk sosial akan melakukan interaksi dengan

masyarakat lainnya. Dengan interaksi terebut, maka keberagaman bahasa

semakin bertambah jika bahasa digunakan oleh banyaknya penutur dan

dalam wilayah yang luas (Chaer dan Agustina, 2014:61). Terdapat

berbagai macam tuturan yang digunakan oleh masyarakat yang

13
menimbulkan berbagai variasi Bahasa yang dapat dibedakan berdasarkan

penutur, keformalan, sarana, dan penggunaan.

Variasi dari segi penuturnya dapat disebut sebagai idiolek yang

bersifat perseorangan, dialek variasi bahasa dari komunitas yang

jumlahnya relatif, kronolek atau dialek temporal variasi bahasa oleh

komunitas sosial pada waktu tertentu, sosiolek atau dialek sosial variasi

bahasa yang berkaitan dengan setatus dan golongan para penuturnya.

Variasi dari segi penggunaannya atau fungsinya yang dapat

disebut sebagai fungsiolek. Variasi bahasa dari segi pemakaiannya

merupakan bahasa yang digunakan untuk kepentingan atau penggunaan

bahasa sesuai dengan bidangnya. Variasi bahasa ini menyinggung

mengenai sarana penggunaan, bidang penggunaan, gaya, atau tingkat

keformalan. Pemakaian bahasa berdasarkan fungsinya atau fungsiolek

disebut sebagai register. Register ini merupakan varasi bahasa yang

digunakan pada komunitas atau kegiatan tertentu. Seperti halnya

pemakaian bahasa dalam Teater yang ada di Universitas Jenderal

Soedirman. Dalam bidang ini biasanya memiliki istilah atau kosakata

tersendiri yang digunakan.

2.2.1.2 Register
Telah dijelaskan sebelumnya jika register ini dapat disebut juga

dengan fungsiolek. Bidang kegiatan ini kebanyakan memiliki beberapa

kosakata khusus atau tertentu yang digunakan dalam bidang lain.

Register merupakan variasi bahasa yang digunakan berdasarkan

14
penggunaan pada suatu bidang atau kegiatan tertentu dan hanya dapat

dipahami oleh komunitas tersebut saja. Hal tersebut berkaitan dengan

fungsi penggunaan bahasa pada suatu kegiatan tertentu dalam

menggunkana bahasa yang disesuaikan dengan fungsi dan tujuan

pemakaian. Register merupakan variasi bahasa yang muncul akibat

pemakaian bahasa yang disesuaikan pada bidang penggunaan serta fungsi

pemakaian bahasa pada masing-masing penutur, dapat diketahui sebagai

suatu gejala yang timbul pada suatu kegiatan berbahasa. Menurut

Alwasilah (1990: 22) dalam Diyah (2015) ialah penggunaan bahasa yang

khusus atau khas, karena penggunaan bahasa dalam kegiatan tersebut.

Kebahasaan dapat muncul dalam proses komunikasi antara penutur dan

mitra tutur atau dalam kegiatan tertentu.

Haliday (1994:54-55) dalam Kvin Maulana (2021:9617)

mengemukakan bahwa register dibagi menjadi dua jenis, yaitu

selingkung terbuka dan selingkung terbatas yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Selingkung terbatas memiliki makna yang sedikit serta sifat,

jumlah, dan maknanya terbatas maka datanyapun terbatas. Register

ini tidak memiliki tempat secara nyata dalam masyarakat karena

jarang digunakan.

2) Selingkung terbuka menggunakan bahasa yang tidak resmi dan

memiliki corak dan makna yang berhubungan dengan register serta

register ini memiliki ciri yang jelas.

15
Berdasarkan keformalannya terdapat macam gaya atau ragam

dalam variasi bahas Martin Joss 1967 (dalam Agustin dan Chaer,

2014:70-71) Karena register ini termasuk dalam penggunaan bahasa

pada komunitas tertentu maka didalamnya terdapat ragam bahasa, oleh

sebab itu dalam macam-macam register dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ragam Beku (frozen)

Ragam bahasa ini digunakan dalam acara-acara resmi atau

khidmat dan upacara resmi dan kaidahnya ditetapkan secara mantap

serta tidak bisa diubah. Ragam beku ini dapat ditemukan dalam

upacara resmi dan dokumen bersejarah. Selain itu, kalimatnya bersifat

kaku dan lengkap kalimat yang diawali dengan kata bahwa dan

sesungguhnya sebagai tanda jika kata tersebut termasuk ke dalam

ragam beku. Contohnya undang-undang dasar, notaris, dokumen

sejarah, dan naskah pejanjian jual beli.

2. Resmi (formal)

Ragam variasi resmi ini merupakan ragam yang digunakan

dalam situasi resmi serta pola dalam kaidahnya yang sudah ditetapkan

sebagai suatu standar. Biasanya ragam resmi ini digunakan dalam

pidato, surat dinas, buku pelajaran, serta ceramah. Contohnya dalam

dalam pidato.

3. Ragam Usaha (konsultatif)

16
Ragam bahasa ini merupakan ragam bahasa yang efektif. Ragam

ini digunakan dalam percakapan biasa selain itu ragam usaha ini

merupakan ragam bahasa yang paling operasional. Ragam ini dapat

dijumpai pada rapat-rapat atau obrolan yang berorientasi pada

produksi atau hasil dan di sekolah. Contohnya dalam rapat dan

transaksi kenegaraan.

4. Ragam Santai (kasual)

Ragam bahasa ini merupakan ragam yang menggunakan bentuk

kata atau ujaran yang dipendekkan dan dalam kosakatanya terdapat

unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah. Biasanya ragam ini

ditemukan dalam situasi tidak resmi seperti dengan teman atau

keluarga di saat waktu istirahat dan lain sebagainya. Contohnya dalam

berlibur dan berolahraga

5. Ragam Akrab (intim)

Ragam ini merupakan ragam bahasa yang digunakan oleh

penutur yang sudah akrab. Ragam ini dapat ditandai dengan

artikulasi yang tidak jelas. Contohnya dalam anggota keluarga.

2.2.1.3 Bentuk Register


a. Kata

Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai satu pengertian

atau deretan huruf yang diapit oleh dua spasi dan memiliki satu

pengertian atau arti. Kata dapat dapat diklasifikasikan menjadi kelas

17
kata terbuka dan kelas kata terbatas. Kelas kata terbuka merupakan

kelas yang keanggotannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-

waktu berhubungan dengan perkembangan sosial budaya dalam

masyarakat penutur bahasa Chaer (2015:65). Kelas kata terbuka terdiri

dari nomina, verba, dan adjektiva. Kelas terbatas merupakan kelas

kata yang jumlahnya berkurang atau tidak tampak bertambah Chaer

(2015:83), yang termasuk kelas kata terbatas yaitu adverbia,

konjungsi, preposisi, dan artikulasi. Dalam hal ini yang ditemukan

dalam register teater adalah kelas kata terbuka. Kata dibentuk oleh

kata dasar yang mendapatkan alat pembentuk. Alat pembentuk

tersebut berupa afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan akronimisasi.

Proses pembentukan kata dapat dijelaskan sebagai berikut.

2. Akronimisasi

Akronimisasi merupakan proses pembentukan kata dengan

menyingkat sebuah konsep yang diwujudkan dalam sebuah

susunan lebih dari sebuah kata Chaer (2015:236). Adapun

pembentukan akronim dengan cara:

1) Mengambil huruf pertama pada kata yang membentuk konsep.

2) Mengambil suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama

dari suku kata kedua yang membentuk konsep.

3) Mengambil suku kata pertama pada keseluruhan kata yang

membentuk konsep.

18
4) Mengambil suku kata yang dominan pada setiap kata yang

mewadahi konsep tersebut.

5) Mengambil suku kata tertentu dengan modifikasi yang terlihat

tidak beraturan.

6) Mengambil unsur kata yang mewadahi konsep tersebut tetapi

sulit disebutkan keteraturannya.

2.2.1.4 Makna Register


Makna digunakan dalam berbagai kegiatan atau keperluan dalam

kehidupan masyarakat sehingga mengakibatkan berbagai macam

pandangan yang berbeda. Menurut Abdul Chaer (2012:289) terdapat

jenis makna yang telah dikemukakan, di antaranya:

1. Makna Leksikal

Makna leksikal merupakan makna sebenarnya atau makna yang

sesuai dengan kamus dasar dapat dipahami juga sebagai makna yang

ada dalam kamus.

2. Makna Kontekstual

Makna Kontekstual merupakan makna yang berhubungan dengan

situasi atau kata yang terdapat dalam konteks.

3. Makna Referensial

Makna referensial merupakan makna dalam sebuah kata apabila

terdapat acuannya. Oleh karena itu, kata yang termasuk dalam

referensial disebabkan adanya acuan yang ada dalam dunia nyata.

19
2.2.2 Fungsi Register

Register merupakan variasi dalam bahasa yang melibatkan penutur

dengan lawan tutur. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan gagasan,

konsep, perasaan atau pikiran. Oleh sebab itu fungsi bahasa dapat dilihat

dari segi penutur, pendengar, topik, amanat pembicara, dan kode. Karena

register ini masuk dalam bahasa maka fungsi register mengacu pada fungsi

bahasa. Fungsi bahasa register yang dikemukakan oleh Haliday dalam

Chaer dan Agustin (2014:14-16) yaitu :

1. Segi pendengar, bahasa tersebut berfungsi direktif dan dapat disebut

fungsi instrumental yaitu bahasa yang digunakan untuk mengatur

tingkah laku pendengar sehingga lawan tutur mau menuruti atau

mengikuti apa yang diharapkan penutur atau penulis;

2. Segi penutur, bahasa tersebut berfungsi personal atau pribadi dan dapat

disebut fungsi emotif yaitu penutur memperlihatkan sikap terhadap apa

yang disampaikannya dan mengungkapkan emosi melalui bahasa, selain

itu menunjukkan emosi di saat menyampaikan tuturannya.

3. Segi kontak antar penutur dan pendengar, bahasa barsebut berfungsi fatik

dan dapat disebut interpersonal dan interactional yaitu menjalin

hubungan, menjaga, menunjukkan perasaan atau solidaritas sosial.

Ungkapan yang digunakan sudah berpola disertai unsur paralinguistik

yang tidak memiliki arti namun memberikan informasi dan membangun

kontak antara penutur dan pendengar dalam pertuturan tersebut.

20
4. Segi topik ujaran, bahasa tersebut berfungsi referensial disebut

representational dan dapat disebut denotatif atau informatif yaitu

membahas mengenai peristiwa atau objek sekitar penutur dalam budaya

pada umumnya. Fungsi ini digunakan untuk menyampaikan pikiran dan

menyatakan pendapat si penutur mengenai peristiwa yang ada di

sekitarnya.

5. Segi kode yang digunakan, bahasa tersebut berfungsi metalingual atau

metalinguistik yaitu bahasa digunakan untuk menjelaskan bahasa atau

arti bahasa (dalam hal ini kata) tersebut.

6. Segi amanat, bahasa tersebut berfungsi Imaginatif disebut fungsi poetich

specch yaitu digunakan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan

perasaan baik secara imaginasi maupun sebenarnya. Fungsi ini biasanya

digunakan untuk kesenangan para pendengar maupun penutur yang

berupa karya seni.

Teater berasal dari bahasa Yunani teattron yaiu tempat melihat atau

area tinggi tempat untuk meletakkan sesajian para dewa, selain itu teater

dapat diartikan sebagai gedung pekerja (pemain dan kru panggung) serta

kegiatannya (isi pentas peristiwa). Teater merupakan kegiatan manusia

secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat utama untuk menyatakan

karsa dan rasa dalam wujud suatu karya (seni), Riantiarno (2011:1). Teater

adalah gedung atau tempat pertunjukan film, sandiwara dan sebagainya

KBBI V, dapat disimpulkan jika teater merupakan tempat orang-orang

atau komunitas yang melakukan pekerjaan atau kegiatan untuk

21
menyampaikan pesan dengan cara bersandiwara. Mengenai komunitas dan

kegiatan teater, di Universias Jenderal Soedirman Purwokerto terdapat

komunitas mahasiswa yang melakukan berkegiatan teater. Universtas

Jenderal Soedirman memiliki 12 fakultas yaitu; 1) Fakultas Pertanian, 2)

Fakultas Biologi, 3) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 4) Fakultas

Peternakan, 5) Fakultas Hukum, 6) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

7) Fakultas Kedokteran, 8) Fakultas Teknik, 9) Fakultas llmu Budaya, 10)

Fakultas Ilmu Kesehatan, 11) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, 12) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Dari 12 fakultas tersebut

terdapat 11 beberapa fakultas memiliki kegiatan Teater. Teater ini

dijadikan sebagai hiburan atau kesenangan tersendiri disamping padatnya

perkuliahan namuan juga dapat dijadikan sebagai kesenangan tersendiri,

selain itu karena sangat sibuknya terkadang UKM Teater ini tidak aktif

untuk beberapa waktu.

22
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian


Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dalam pembahasannya

penelitian ini mendeskripsikan dan menjelasakan fenomena-fenomena

kebahasaan yang dialami oleh anggota Teater Universitas Jenderal Soedirman.

Sedangkan jenis penelitian ini bersifat kualitatif karena penelitian ini

mendeskripsikan dalam bentuk bahasa dan kata, selain itu penelitian ini

mendeskripsikan mengenai makna, bentuk dan fungsi register dalam Teater di

Universitas Jenderal Soedirman.

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini terbagi atas dua macam yaitu data primer dan data

sekunder yang dideskripsikan sebagai berikut:

3.2.1 Data Primer

Data primer adalah data utama yang digunakan seabagai bahan

analisis data dalam penelitian ini. Data primer penelitian ini berupa data

yang prediksi sebagai register dalam komunitas tetaer yang ada di

Universitas Jenderal Soedirman. Di Universitas Jenderal Soedirman terdapat

UKM Teataer pada setiap fakultasnya dimana dalam setiap fakultas

memiliki UKM teater dengan nama yang berbeda dan memiliki nama

makna tersendiri, namun ada beberapa UKM teater yang tidak memiliki

makna namun masih berkaitan dengan fakultasnya. UKM teater tersebut

23
yaitu, Fakultas Pertanian Teater Asal yang berarti semua yang tumbuh akan

kembali keasalnya,

Fakultas Biologi Teater Pojok yang berarti tempat atau

kesekretariannya berada di pojok, Fakultas Peternakan Teater Corak yang

memiliki arti multi tafsir mulai dari orang berbagai daerah, sifat yang

beragam serta tujuan masing-masing yang memiliki keinginan tersendiri

tetapi dapat dijalankan bersama dengan visi misi teater corak, Fakultas

Matematika dan Ilmu Alam Teater Receh yang berarti meramaikan fakultas

MIPA dengan seni dan terbebas dari akademik yang cukup pada fakultas ini

setiap pementasan memiliki ciri khasnya tersendiri yaitu setiap harga atau

tiket pementasan dengan nominal yang tidak bulat atau receh , Fakultas

Ilmu Budaya Teater Teksas yang berarti teater kampus sastra, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Teater SiAnak, Fakultas Ekonomi Bisnis Teater

Margin yang berarti garis tepi yang memiliki makna setiap pementasan

tentang masyarakat pinggiran yang tidak bisa menyuarakan suaranya atau

pendapatnya dan mengambil orang-orang terpinggir dan ramai dibahas

dalam masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Teater Pulih yang berarti

klinik seni yang identik dengan kesehatan serta tempat orang-orang

kesehatan berlajar seni, Fakultas Kedokteran Teater Suntik, Fakultas

Hukum Teater Timbang yang berarti keadilan, Fakultas Ilmu Kelautan

Teater Arteris ( Art Education Of Fisheries and Marine Science) yang

berarti pendidikan seni perikanan dan ilmu laut. Teater ini merupakan

komunitas pekerja seni dalam kampus atau kegiatan mahasiswa yang

24
berkaitan dengan seni pertunjukan. Di dalam komunitas ini terdapat istilah

atau kosakata yang hanya dapat dimengerti oleh anggota tersebut saja dan

tidak menutup kemungkinan dalam Teater akan muncul variasi bahasa.

3.2.2 Data Sekunder

Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah data pendukung

dalam proses analisis yang berupa jurnal, artikel, serta buku bacaan yang

berkaitan dengan penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak.

Dalam penelitian ini, peneliti terlibat sebagai anggota Teater Teksas di Fakultas

Ilmu Budaya Unsoed Purwokerto. Metode simak merupakan metode

pengumpulan data dengan cara menyimak penggunaan bahasa Sudaryanto

(2015:203). Penyimakan dilakukan dengan menyimak pengguna bahasa.

Penyimakan dilakukan dalam kegiatan Teater di Universitas Jenderal Soedirman.

Metode simak terdapat teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar dalam

metode simak, yaitu teknik sadap. Dikarenakan untuk mendapatkan data harus

dengan menyadap pengguna bahasa yang berasal dari tutuan Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto, data tersebut berupa bentuk lisan.

Terdapat teknik lanjutan pertama dalam pengambilan data penelitian yaitu

teknik simak libat cakap. Dalam pelaksanaan teknik libat cakap ini peneliti

berpartisipasi (menyimak) obrolan atau pembicraan yang sedang berlangsung.

25
Teknik simak libat cakap ini dugunakan agar peneliti memeproleh data tuturan

yang terdapat „register Teater Universitas Jenderal Soedirman‟.

Teknik lanjutan yang kedua dari metode simak, yaitu teknik rekam. Teknik

rekam merupakan teknik dengan cara menambil data dengan cara merekam

pengguna bahasa. Selain itu perekaman ini dilakukan karena peneliti tidak mudah

untuk mengingat. Dalam proses perekaman ini, alat perekaman menggunakan

ponsel atau gawai. Setelah memperoleh data lisan dari perekaman tersebut, lalu

peneliti menggunakan teknik lanjutan ketiga, yaitu teknik catat. Teknik catat ini

lanjutan dari teknik rekam. Teknik catat merupakan teknik dalam pengambilan

data dengan cara mencatat hasil penyimakan.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan.

Metode padan merupakan analisis data yang penentuannya di luar, terlepas, dan

tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu metode padan pragmatis. Metode pragmatis

merupakan alat penentunya berupa lawan atau mitra wicara. (Sudaryanto,

2015:15). Metode padan digunakan oleh peneliti karena bentuk register yang

dianalisis berupa mitra wicara pengguna register di Teater Universitas Jenderal

Soedirman. Dalam hal ini bentuk register yang diteliti berupa alat penentunya

adalah mitra wicara pengguna register Teater di Universitas Jenderal Soedirman

di Purwokerto. Mengenai makna yang dihasilakan dalam penelitian ini berupa

kontekstual yang berdasarkan konteks penggunaan register Teater di Universitas

Jenderal Soedirman.

26
Contoh penerapan metode padan pragmatis

“RT bikin jadwal piket, supaya sekrenya bersih terus juga kalo ada

tamu gk kosong”

Berdasarkan tuturan di atas register yang dapat ditemukan dalan Teater

Universitas Jenderal Soedirman, yaitu RT. Istilah RT berdasarkan satuan

lingualnya merupakan bentuk singkatan. Istilah RT hasil bentuk singkatan

dari Rumah Tangga yang penulisannya dilakukan dengan cara dipendekan

pada huruf pertama dari kata pembentukannya. lalu, mengenai penjelasan

makna istilah RT peneliti menggunakan mitra wicara yang mengacu pada

penggunaan istilah RT di Teater Unsoed. Makna kontekstual dalam

penggunaanya yaitu „salah satu bidang dalam kepengurusan mengenai

penanggung jawab barang atau alat yang ada dalam ruang sekretariat atau

sekre‟.

Analisis fungsi bahasa mengacu pada penggunaan bahasa di

komunitas teater Universitas Jenderal Soedirman. Pada tuturan di atas

menjadikan bahasa memiliki fungsi, yang jika dari segi pendengar termasuk

dalam fungsi informatif, karena berorientasi pada informasi penutur agar

diketahui oleh lawan tutur. Pemberian informasi tersebut berupa kebersihan

tempat yang belum dijadwalkan sehingga mengakibatkan tempat tersebut

kotor.

Dalam pelaksanaannya metode padan ini menggunakan teknik dasar

dan teknik lanjutan. Teknik dasar dalam penelitian ini menggunakan teknik

27
pilah unsur penentu. Teknik pilah unsur penentu ialah teknik analsisi data

yang digunakan dengan cara memilah satuan kebahasaan yang dianalisis

menggunakan alat penentu yang berupa daya pilah yang bersifat mental yang

dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 2015:25). Teknik ini digunkan oleh

peneliti untuk menentukan dan memilah register yang digunakan oleh Teater

Universitas Jenderal Soedirman. Teknik ini juga digunakan untuk memilah

dan menentukan register yang muncul berdasarkan bentuk satuan lingual dan

fungsi bahasanya. Dalam penelitian ini penentunya berdasarkan pada

penggunaan register Teater Universitas Jenderal Soedirman dan kamus untuk

menjelskan mengenai maknanya.

Adapun teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan teknik hubung banding. Teknik hubung banding merupakan

analis data dengan cara satuan kebahasaan yang diteliti dengan alat penentu

berupa hubung banding antar unsur semua penentu yang releven dengan

semua unsur satuan kebahasan yang ditentukan (Kesuma, 2007:53).

Penelitian ini menggunakan teknik hubung banding untuk memperbedakan.

Penggunaan teknik hubung banding ini digunakan untuk menghubung

bandingkan penggunaan satuan bahasa yang dalam penggunaan refren

bahasanya berdeda.

Berikut contoh analisis data dalam penlitain ini:

“jadi ini aku selaku kebudayaan kan lagi nysun proker penpro, lha

proker penpro kita ini kebetulan nglanjutin dari taun kemarin”

28
Berkaitan dengan rumusan masalah yang pertama, yaitu

mendeskripsikan bentuk register Teater di Universitas Jenderal Soedriaman,

peneliti menggunankan teknik pilah unsur penentu yang berdaya untuk

memilah dan menentukan register yang terdapat dalam tuturam di atas.

Bentuk register yang ditemukan berdasarkan tuturan di atas adalah Penpro.

Istilah Penpro berdasarkan bentuk satuan lingualnya termasuk dalam istilah

yang berbentuk akronim. Istilah Penpro merupakan hasil bentuk kata pendek

dari Pentas Produksi yang penulisannya dipendekan dengan cara mengambil

suku kata pertama dari kata pembentukannya. Selanjutnya, peneliti

menggunakan teknik hubung banding untuk membedakan dan memperoleh

keterkaitan makna lekisikal dengan makna kontekstual register Teater

Universiras Jenderal Soedirman.

Adapun analisis makna yaitu menjelaskan makna kontekstual register

Teater di Universitas Jenderal Soedirman, maka peneliti menggunakan padan

pragmatis. Bentuk register yang dianalisis penentu mitra wicara maknanya

mengacu pada satuan kebahasaan yang ditututrkan oleh penggunaan register

penpro pada Teater Universitas Jenderal Soedirman.

Pada istilah penpro (Pentas Produksi) peneliti menghubungkan

penggunaan istilah penpro dengan konteks pemakaian register Teater di

Universitas Jenderal Soedirman sehingga makna yang dihasilkan akan

bermakna kontekstual. Setelah diperoleh makna kontekstual istilah penpro,

akan dibandingkan dengan makna penpro dalam KBBI V (2016). Makna

29
yang terdapat dalam kamus digunakan untuk memperbedakam makna

kontekstual penggunaan register Teater Universitas Jenderal Soedirman.

Makna kontekstual Pentas Produksi berdasarkan konteks

penggunaanya di Universitas Jenderal Soedirman bermakna “program kerja

yang dilakukan selama satu tahun sekali berupa pentas produksi atau proses

pementasan yang melibatkan seluruh anggota teater baik anggota baru

maupun alumni, dalam hal ini yang bukan anggota dari teater tersebut dapat

mengikutinya”. Makna leksikal Pentas dalam KBBI bermakna „tempat

memainkan sandiwara‟, lalu makna produksi dalam KBBI bermakna „proses

mengeluarkan hasil‟.

Berkaitan dengan rumusan masalah kedua yaitu mengenai fungsi.

Fungsi bahasa berkaitan dengan pemakaian register Penpro dalam

berlangsungnya tuturan pada komunitas teater di Universitas Jenderal

Soedirman berdasarkan teknik pilah unsur penentu (PUP) adalah termasuk

dalam fungsi informatif, karena menyampaikan pendapat si penutur dan

membahas peristiwa. Fungsi informatif dalam tuturan tersebut penutur

membahas mengenai program kerja yang akan dilaksanakan.

30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pembahasan mengenai data register Teater Universitas Jenderal

Soedirman akan diuraikan pada bab ini. Setelah dilakukan pendataan hasil

penelitian ini terdapat 58 register Teater Unsoed. Data teater tersebut akan dikaji

berdasarkan bentuk, fungsi, dan maknanya. Pada Teater Unsoed bentuk register

yang dianalisis berupa kata yang meliputi kata tunggal dan kata kompleks.

Register yang berbentuk kata tunggal diaktegorikan berdasarkan verba, nomina,

adjektiva dan register yang berbentuk kata kompleks berupa singkatan kata,

akronim, dan kata majemuk. Dalam pemaknaan register peneliti menganalisis

mengenai makna yang berdasarkan konteks penggunaan pada Teater Unsoed.

Mengenai fungsi penggunaan register peneliti menganalisis istilah yang

digunakan oleh Teater Unsoed lalu diikaitkan dengan teori fungsi bahasa menurut

Haliday. Hasil dan pembahasan tersebut sebagai berikut:

4.1 Bentuk, makna dan fungsi dalam register

4.1.1 Register Teater Universitas Jenderal Soedirman yang berupa bentuk

Kata Tunggal

Register kata tunggal merupakan monomorfemis berdiri sendiri yang

memiliki makna kata. Kata tunggal merupakan bentuk satuan gramatikal

yang lebih kecil (Ramlan, 2001:28). Berikut pembahasan hasil analisis

register Teater Universitas Jenderal Soedirman.

31
4.1.1.1 Kata Tunggal Berkategori Nomina

Data 1 : "pokonya lima menit sebelum opening pementasan, tim

yang jaga di luar harus kordinasi dengan tim yang di dalem"

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unseod mengenai pembukaan pementasan

diamana antar team untuk saling mengingatkan atau berkordinasi. Dari

data tersebut ditemukan register opening.

Istilah opening berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah opening terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar, sehingga kata opening

dapat digunakn secara langsung. Berdasarkan jenisnya kata tunggal

opening dalam kamus U-dictonary termasuk kata tunggal yang

berkategori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah opening berasal dari bahasa Inggris yang

bermakna "pembukaan" Udictionary. Kata opening dalam komunitas

teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam

pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya.

Oleh sebab itu, istilah opening digunakan juga oleh komunitas lainnya

yang memiliki makna sama.

Berdasarkan jenis pemakaian istilahnya, kata opening termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya tidak hanya digunakan

oleh bidang teater. Makna leksikal opening dalam bidang teater

bermakna „pembukaan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna (1) perbuatan

32
membuka, cara, proses; (2) permulaan. Berdasarkan penggunaannya

istilah opening memiliki makna kontekstual „permulaan pemntasaan

yang diiringi oleh beberapa iringan musik atau sebagai tanda

pementasana telah dibuka atau dimulai. Selain itu dapat dibuka oleh

pembawa acara yang biasanaya terdapat sambutan.

Register opening bentuk istilah yang digunakan oleh teatar Unsoed

menjadiakan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi dalam tuturan

tersebut memiliki fungsi informatif. Berdasarkan tuturanya penutur

menyampaikan informasi kepada lawan tutur mengenai kordinasi dalam

pementasan.

Data 2 : "segera hadirkan properti di panggung"

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed mengenai adanya perlengkapan yang

diatas panggung. Dari data tersebut ditemukan register properti.

Istilah properti berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata opening terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal properti dalam KBBI V (2016) termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah properti berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna bermakna „harta berupa tanah bangunan serta sarana dan

prasarana yang dari tanah atau bangunan‟ KBBI V (2016). Kata properti

dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki

33
kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah properti digunakan juga oleh

komunitas lainnya yang memiliki makna sama.

Berdasarkan jenis pemakaian istilahnya, kata properti termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya tidak hanya digunakan

oleh bidang teater. Makna lekiskla properti dalam bidang teater

bermakna „perlengkapan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna (1) alat

perkakas; (2) properti panggung. Berdasarkan penggunaanya istilah

properti memiliki makna kontekstual, yaitu “perlengkapan atau barang

yang mewakili untuk aktor berperan, serta perlengkapan yang

mendukung untuk menciptakan tempat terjadinya suatu peristiwa dalam

pementasan”.

Register properti merupakan istilah yang digunakan teater Unsoed

menjadiakan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi dalam tuturan

tersebut yaitu fungsi instrumental, dari tuturan tersebut sutradara kepada

tim untuk menghadirkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam

panggung.

Data 3 : " kita coba dulu adegan dua, waktu kamu nari"

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unseod mengenai babak dalam naskah yang

akan dilakukan dalam latihan pementasan. Dari data tersebut ditemukan

register adegan.

34
Istilah adegan berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata adegan terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal adegan dalam KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah adegan berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna 'pemunculan tokoh baru atau pergantian susunan (layar) pada

pertunjukan wayang, bagian babak dalam lakon sandiwara film KBBI V

(2016). Kata adegan dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna

yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah adegan digunakan

juga oleh komunitas lainnya yang memiliki makna sama.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah adegan termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya tidak hanya digunakan oleh

bidang teater saja. Makna leksikal istilah adegan dalam teater bermakna

„babak‟ dalam KBBI V (2016) bermakna (1) bagian besar dalam suatu

lakon atau drama; (2) bagian dari suatu keseluruhan proses, kejadian,

atau peristiwa; (3) bagian permainan yang waktunya tertentu.

Berdasarkan penggunaanya, istilah adegan memiliki makna kontekstual

yaitu ‟bagian dari keseluruhan peritiwa dalam pementasan‟.

Register adegan merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi

dalam tuturan tersebut yaitu fungsi informatif. Berdasarkan tuturan

35
tersebut penutur memberi informasi mengnai babak yang akan dilakukan

untuk latiahan.

Data 4 : “disini kamu kan berperan sebagai ibu, intonasi kurang

tinggi waktu marahin dia”

Konteks : data terebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh salah

satu anggota teater unsoed mengenai suara yang digunakan oleh salah

satu aktor dalam pementasan tersebut. Dari data tersebut ditemukan

register intonasi.

Istilah intonasi berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata intonasi terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal intonasi dalam KBBI V (2016) termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah intonasi berasal dari bahasa Indonesia yan

bermakna „ketepatan pengucapan dan irama kalimat dalam dialog‟ KBBI

V (2016). Kata intonasi dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna

yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah intonasi digunakan

juga oleh komunitas lainnya yang memiliki makna sama.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah intonasi termasuk dalam

selingkung terbuka karena penggunaanya tidak hanya digunakan oleh

bidang teater saja. Makna leksikal istilah intonasi dalam teater bermakna

„ketepatan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „teapat, kejituan, ketelitian,

36
hal. Berdasarkan penggunaannya istilah intonasi memiliki makna

kontekstual yaitu „pengucapan dialog yang diucapkan oleh aktor dengan

menyesuaikan karakter serta kalimat yang ada dalam naskah untuk

membangun peristiwa dalam pengucapan‟.

Register Intonasi merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi

dalam tuturan tersebut yaitu fungsi informatif, dari tuturan tersebut

memberi informasi mengenai ketepatan pengucapan yang digunakan oleh

aktor.

Data 5 :” coba kamu acting seperti Nir”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang di ucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed mengenai pemilihan aktor untuk

menjadi peran dalam naskah yang akan dipentaskan, dari data tersebut

ditemukan register acting. .

Istilah acting berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata acting terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal acting dalam kamus U-dictonary termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah acting berasal dari bahasa Inggris yang

bermakan 'pemain; penampilan' (U-dicitionary). Kata acting dalam

komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata

dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

37
bidangnya. Oleh sebab itu, istilah acting digunakan juga oleh komunitas

lainnya yang memiliki makna sama.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah acting termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya tidak hanya digunakan oleh

bidang teater saja. Makna leksikal istilah acting dalam teater bermakna

„pemain‟ dalam KBBI V (2016) bermakan (1) orang yang bermain; (2)

seseorang yang memainkan atau memerankan tokoh cerita. Berdasarkan

penggunaanya istilah acting memiliki makna kontekstual yaitu „berperan

sebagai tokoh yang ada dalam naskah pementasan‟.

Register acting merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi Bahasa.

fungsi tersebut yaitu fungsi instrumental, dalam tuturan tersebut penutur

pemain atau aktor memerankan salah satu tokoh yang ada dalam naskah

pementasan.

Data 6 : “hayuhh walaupun sudah malem yuh tetep konsentrasi”

Konteks : data tersebut merupakan salah satu tuturan anggota teater

Unsoed ketika latihan pementasan mengenai fokus dalam latiahan, dari

data tersebut telah ditemukan register konsentrasi.

Istilah konsentrasi berdasarkan satuan lingualnya digolongkan

dalam bentuk kata tunggal. Istikah konsentrasi terdiri satu morfem bebas

yang berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan

jenisnya kata tunggal konsentrasi dalam KBBI V (2016) termasuk kata

tunggal yang berktegori nomina (kata benda).

38
Asal bahasa istilah konsentrasi berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal‟ KBBI V

(2016). Kata konsentrasi dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna

yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah konsentrasi

digunakan juga oleh komunitas lainnya yang memiliki makna sama.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah konsentrasi termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya tidak hanya digunakan

oleh bidang teater saja. Makna leksikal istilah konsentrasi dalam teater

bermakna „pemusatan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „proses,

perbuatan memusatkan, cara‟. Berdasarkan penggunaannya, register

tersebut memiliki makna kontestual yang bermakna „pikiran yang

terpusat dan sadar akan dirinya jika sedang berperan sebagai salah satu

tokoh yang ada dalam pementasan‟.

Register Konsentrasi merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi

tersebut yaitu fungsi instrumental, dalam hal ini penutur bermaksud

menginginkan untuk tetap fokus latihan.

Data 7 : ” tanya demang dulu tuh, boleh apa gak ikut temu teman”

Konteks : data tersebut merupakan salah satu tuturan yang

tuturan yang diucapkan oleh salah satu anggota teater Sianak Unsoed saat

berkumpul disekretaria, mengenai acara yang akan diikuti. Dari data

tersebut telah ditemukan register demang.

39
Istilah demang berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata demang terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal demang dalam kamus KBBI termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah demang berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „kepala distrik; wedana pada zaman Hindia Belanda; gelar

kepala daerah‟ (KBBI V 2016). Kata demang dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah demang hanya digunakan oleh komunitas teater Sianak.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah demang termasuk dalam

selingkung terbatas, karena penggunaanya hanya digunakan oleh

komunitas teater Sianak. Makna leksikal istilah demang dalam teater

bermakna „ketua‟ dalam KBBI V (2016) bermakna (1) orang yang tertua

banyak pengalamn; (2) orang yang memimpin. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu

„pemimpin atau ketua dalam teater SiAnak yang memiliki hak untuk

mengambil keputusan‟.

Register demang merupakan kata yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadikan bahas tersebut memiliki fungsi yaitu

fungsi instrumntal. Dalam tuturan tersebut mengenai kegiatan teataer

yang akan diikuti.

40
Data 8 : “ sing kon mangkat rapat perwakilan teater lurah bae laa”

(yang disuruh berangkat rapat perwakilan teater lurah saja)

Konteks : data tersebut merupakan salah satu tuturan yang

tuturan yang diucapkan oleh salah satu anggota teater Corak Unsoed

disaat berkumpul dalam sekretariat, mengenai kehadiran dalam rapat.

Dari data tersebut telah ditemukan register lurah.

Istilah lurah berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah lurah terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal lurah dalam KBBI termasuk kata tunggal yang berktegori

nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah lurah berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „kepala pemerintahan tingkat rendah‟ (KBBI V 2016). Istilah

lurah dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang

memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku

dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah lurah tidak hanya digunakan

oleh komunitas teater Corak.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah lurah termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya tidak hanya digunakan oleh

komunitas teater Corak. Makna leksikal istilah lurah dalam teater

bermakna „ketua‟ dalam KBBI V (2016) bermakna (1) orang yang tertua

banyak pengalaman; (2) orang yang memimpin. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu

41
„pemimpin atau ketua dalam teater Corak yang berkewajiban untuk

mengetahui atau mengikuti kegiatan lainnya‟.

Register Lurah merupakan istilah yang digunakan oleh teater Corak

Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi

tersebut yaitu fungsi instrumental, dalam tuturan tersebut memiliki fungsi

jika penutur menginginkan ketua untuk dapat mengikuti rapat.

Data 9: “ wedana dua periode kayanya nih mba Bela, hihih ”

Konteks: data tersebut merupakan salah satu tuturan yang

tuturan yang diucapkan oleh salah satu anggota teater Timbang Unsoed

disaat berkumpul dalam sekretariat mengenai rencana pengganti ketua

selanjutnya. Darai data tersebut telah ditemukan register wedana.

Istilah wedana berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah wedana terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal wedana dalam KBBI V (2015) termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah wedana berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „pembantu pimpinan daerah wilayah tingkat dua (kabupaten),

membawahkan beberapa camat; pembantu Bupati‟ KBBI V (2016).

Istilah wedana dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan

yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang

42
berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah wedana hanya

digunakan oleh komunitas teater Timbang.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah wedana termasuk dalam

selingkung terbatas, karena penggunaanya hanya digunakan oleh

komunitas teater Sianak. Makna leksikal istilah wedana dalam teater

bermakna „ketua‟ dalam KBBI V (2016) bermakna (1) orang yang tertua

banyak pengalamn; (2) orang yang memimpin. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu

„prediksi mengenai pengganti pemimpin atau ketua dalam teater

Timbang‟.

Register wedana merupakan kata yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadikan bahas tersebut memiliki fungsi. Fungsi

tersebut yaitu fungsi imaginati, dalam tuturan tersebut bermaksud

keinginan untuk melanjutkan kepengurusannya.

Data 10 : “surate awehna carik bae, soale nyong lagi ora ng sekre ”

(suratnya kasih carik saja, sebab saya sedang tidak di sekre)

Konteks: data tersebut merupakan salah satu tuturan yang

tuturan yang diucapkan oleh salah satu anggota teater Corak Unsoed

mengenai surat yang akan diberikan.

Istilah carik berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah carik terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

43
tunggal carik dalam KBBI V (2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah carik berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „kata penggolongan untuk surat, kertas helai, dan sebagainya‟

KBBI V (2016). Kata carik dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna

yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah carik digunakan

juga oleh komunitas lainnya yang memiliki makna sama.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah carik termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya tidak hanya digunakan oleh

bidang teater saja. Makna leksikal istilah adegan dalam teater bermakna

„sekertatis‟ dalam KBBI V (2016) „orang yang diberi pekerjaan tulis

menulis, surat menyurat, dan penulis‟. Berdasarkan penggunaanya, istilah

carik memiliki makna kontekstual yaitu „surat yang diberikan untuk

teater Corak diberikan kepada sekretaris, karena sekretaris yang

berkewajiban untuk menerimanya‟.

Register Carik merupakan istilah yang digunakan oleh teater

Corak Unsoed yang menjadikan istilah tersebut memiliki fungsi Bahasa.

Dari segi pendengar bahasa tersebut memiliki fungsi instrumental. Fungsi

ini digunakan untuk mengatur pendengar supaya dapat mengikuti

keinginan penutur. Fungsi dalam tuturan tersebut mengenai keamuan

penutur untuk memberikan suratnya kepada sekertaris.

44
Data 11: “kerja sesuai kaur laa, masa lurah kabeh sing garap”.

(kerja sesuai kaur laa, masa lurah semua yang mengerjakan)

Konteks: dari data tersebut merupakan salah satu tuturan yang

diucapkan oleh salah satu anggota teater Corak Unsoed mengenai tugas

dalam bidang kepengurusannya. Dari data itu dapat ditemukan register

kaur.

Istilah kaur berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah kaur terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal kaur dalam KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang berktegori

nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah kaur berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „suku bangasa yang mendiami daerah sekitar sungai kaur,

kabupaten kaur‟ KBBI V (2016). Kata kaur dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah kaur hanya digunakan oleh komunitas teater Corak yang memiliki

makna tersendiri.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah kaur termasuk dalam

selingkung terbatas, karena penggunaanya hanya digunakan oleh bidang

teater Corak saja. Makna leksikal istilah adegan dalam teater bermakna

45
„komunitas‟ dalam KBBI V (2016) bermakna (1) kumpulan; (2)

golongan; (3) gugusan. Berdasarkan penggunaanya, istilah kaur memiliki

makna kontekstual yaitu „bagian dalam bidang organisasi yang

mempunyai tugasnya sendiri‟. Selain itu istilah kaur merupakan nama

lain dari divisi yang digunakan oleh kepengurusan teater Corak.

Register Kaur merupakan istilah yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadiakan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi

tersebut yaitu fungsi informatif, dalam tuturan tersebut memiliki fungsi

mengenai informasi tugas yang dilakukan sesuai dengan tugasnya.

Data 12 : “tanya ke logistik deh, mbok dia yang ngurusin

barang sama alat‟

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapakan

oleh salah satu anggota teater Bezper Unsoed mengenai alat atau barang

yang menjadi tanggugjawab oleh komunitas tersebut. Dari data tersebut

ditemukan register logistik.

Istilah logistik berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata logistik terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal logistik dalam KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah logistik berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „pengadaan, distribusi, perawatan, perlengkapan, penyediaan,

dan ketenagaan‟ KBBI V (2016). Istilah logistik dalam komunitas teater

46
berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah logistik digunakan juga oleh komunitas lainnya yang memiliki

makna sama.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah logistik termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya tidak hanya digunakan oleh

bidang teater saja. „perlengkapan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna (1)

alat, perkaks; (2) properti panggung. Berdasarkan penggunaanya, istilah

logistik memiliki makna kontekstual yaitu „bagian dalam bidang

organisasi yang mempunyai tugas untuk mengurus alat dan perlengkapan

dalam organisai tersebut‟.

Register logistik merupakan istilah yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi

tersebut yaitu fungsi informatif, fungsi tuturan tersebut mengenai

pemberithaun kepada lawan tutur tentang perlengkapan panggung.

Data 13 : “akuwu sekrang jadi jarang pada dateng kalo ada acara

yah”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater SiAnak Unsoed mengenai kehadiran dalam

acara yang diselenggarakan. Dari data tersebut dapat ditemukan register

akuwu.

Istilah akuwu berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah akuwu terdiri satu morfem bebas yang berdiri

47
sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal akuwu dalam KBBI termasuk kata tunggal yang berktegori

nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah akuwu berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „jabatan kepala daerah pada zaman Kediri‟ KBBI V (2016).

Istilah akuwu dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan

yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang

berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah akuwu hanya digunakan

oleh komunitas teater Sianak.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah akuwu termasuk dalam

selingkung terbatas, karena penggunaanya hanya digunakan oleh

komunitas teater Sianak. Makna leksikal istilah akuwu dalam teater

bermakna „alumni‟ dalam KBBI V (2016) „orang yang tekah mengikuti

atau tamat dari suatu perguruan tinggi atau sekolah. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu

„kehadiran alumni mengenai acara yang diselenggarakan oleh teater

Sianak‟. Istilah akuwu merupakan penyebutan atau penggunaan nama

alumni pada teater SiAnak‟.

Register akuwu merupakan kata yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi

tersebut yaitu fungsi informatif, dalam tuturan tersebut fungsi

memberikan informasi. mengenai ketidakhadiran alumni dalam acara

teater Sianak.

48
Data 14 : “oiya, bentar lagi Timbang ultah. Eyang jangn lupa

dikabarin wee”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Timbang Unsoed mengenai acara yang akan

dislenggrakan dan mengingatakan untuk anggota lainnya, dari data itu

telah ditemukan register eyang.

Istilah eyang berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata eyang terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal eyang dalam KBBI termasuk kata tunggal yang berktegori

nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah eyang berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „nenek (laki-laki atau perempuan) datuk (kakek)‟ KBBI V

(2016). Istilah eyang dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna

yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah eyang digunakan

oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah eyang termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah eyang dalam teater bermakna „alumni‟

dalam KBBI V (2016) „orang yang tekah mengikuti atau tamat dari suatu

perguruan tinggi atau sekolah. Berdasarkan penggunaannya, register

tersebut memiliki makna kontekstual yaitu „mengingatkan keoada

49
anggita lainnya menganai kehadiran alumni dalam acara yang akan

disekenggarkan‟. Istilah eyang merupakan penyebutan atau penggunaan

nama alumni pada teater Timbang.

Register eyang merupakan istilah yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fungsi

tersebut yaitu fungsi informatif, dalam tuturan tersebut mengenai

pemberitahuan kepada anggota lainnya untuk mengundang alumni dalam

acara.

Data 15: “dasar kadaver, mentang-mentang udah lulus gak mau

ikut proses lagi huuuu‟

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Klise Unsoed mengenai ejekan atau candaan

yang dialkukan oleh anggota lainnya untuk anggota lainnya, dari data

tersebut ditemuka register kadaver.

Istilah kadaver berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah kadaver terdir satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal kadaver dalam KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah kadaver berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „jenazah, yang biasanya digunakan oleh mahasiswa

kedokteran‟ KBBI V (2016). Istilah kadaver dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

50
sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah kadaver digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah kadaver termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah kadaver dalam teater bermakna „alumni‟

dalam KBBI V (2016) bermakna „orang yang tekah mengikuti atau tamat

dari suatu perguruan tinggi atau sekolah‟. Berdasarkan penggunaannya,

register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu „ejekan atau candaan

kepada alumni yang sudah tidak mengingkuti kegiatan lainnya‟.

Istilah kadaver merupakan penyebutan atau penggunaan nama

alumni pada teater Klise. Register kadaver merupakan istilah yang

digunakan oleh salah satu teater Unsoed yang menjadiakan bahasa

tersebut memilki fungsi. Fungsi tersebut yaitu fungsi imaginatif, dalam

tuturan tersebut mengenai candaan yang dilakukan oleh penutur kepada

lawan tutur tentang keikutsertaan dalam kegiatan.

Data 16 : “pendaftaran oprec buat umum kan?. mbok nanti ada

fosil yang mau ikut “

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Sianak Unsoed mengenai pendaftaan yang akan

menjadi anggota teater Sianak, dari data tersebut ditemukan register fosil.

Istilah fosil berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata fosil terdiri satu morfem bebas yang berdiri

51
sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal fosil dalam KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang berktegori

nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah fosil berasal dari bahasa Indonesia yang bermakna

„sisa tulang binatang dan tumbuhan pada zaman purba yang telah

membatu dan tertanam dibawah lapian tanah‟ KBBI V (2016). Istilah

fosil dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang

memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku

dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah fosil digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah fosil termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah fosil dalam teater Sianak bermakna

„anggota luar biasa‟ Berdasarkan penggunaannya, register tersebut

memiliki makna kontekstual yaitu „pendaftraan anggota yang ingin

tergabung dalam komunitas tersebut, selain itu fosil bermakna sebagai

anggota yang tidak tergabung dalam komunitas tersebut tetapi dapat

mengikuti kegiatannya‟.

Register fosil merupakan istilah yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi yaitu

fungsi informatif. Fungsi dalam tuturan tersebut mengenai

pemeberitahuan kepada anggota lainnya yang memilki keinginan untuk

bergabung dalam komunitas tersebut terutama anggota luar biasa.

52
Data 17 : “buat aktor kontemplasi dulu 10 menit”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed mengenai latihan yang dilakukan oleh

aktor, dari data tersbeut ditemukan register kontemplasi.

Istilah kontemplasi berdasarkan satuan lingualnya digolongkan

dalam bentuk kata tunggal. Istilah kontemplasi terdiri satu morfem bebas

yang berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan

jenisnya kata tunggal kontemplasi dalam KBBI V 2016 termasuk kata

tunggal yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah kontemplasi berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „renungan dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh‟

KBBI V (2016). Istilah kontemplasi dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah kontemplasi digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah kontemplasi termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh

komunitas lainnya. Makna leksikal istilah kontemplasi dalam teater

bermakna „merenung‟ dalam KBBI V (2016) „memandang; menatap‟

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „proses seorang aktor untuk merenungkan dirinya

bahwa ia sedang menjadi aktor atau tokoh yang diperankannya, selain itu

dapat mengingat peristiwa yang ada dalam naskah‟.

53
Register Kontemplasi merupakan kata yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadiakan istilah tersebut memiliki fungsi yaitu

fungsi informatif, dalam tuturan tersebut mengenai aktor untuk

melakukan perenungan atau kotemplasi dalam proses latihan tersebut.

Data 18: “dibagian ini kamu improvisasi aja, biar gak terlelu

cepet”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed mengenai ucapan yang dilakukan oleh

salah satu aktor disaat latihan, dari data tersbeut ditemukan register

improvisasi

Istilah Improviasi berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah improvisasi terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal improvisasi dalam KBBI V 2016 termasuk kata tunggal

yang berkategori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah improviasai berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „pertunjukan atau pembuatan sesuatu tanpa persiapan terlebih

dahulu‟ KBBI V (2016). Istilah improvisasi dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah improvisasi digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah improvisasi termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh

54
komunitas lainnya. Makna leksikal istilah improvisasi dalam teater

bermakna „langsung‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „terus; berlanjut‟

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „sebuah percakapan atau pengucapan secara spontan

yang digunakan oleh aktor dalam pementasan tetapi tidak tertulis dalam

naskah hal terseput supaya alur percakapan antar tokoh dapat berjalan

dan dapat menyambung alur secara perlahan yang‟.

Register improvisais merupakan kata yang digunakan oleh salah

satu teater Unsoed yang menjadiakan istilah tersebut memiliki fungsi

Bahasa. Dari segi topik ujaran bahasa tersebut memiliki fungsi informatif

fungsi ini digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai pikiran,

fungsi bahasa dalam tuturan tersebut yaitu memberitahu mengenai

pengucapan aktor disaat melakukan percakapan.

Data 19:” untuk semua tim besok mulai observasi”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh salah

satu anggota teater Unsoed mengenai kegiatan yang akan dilakukan,

dari data tersbeut ditemukan register observasi.

Istilah observasi berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah observasi terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal observasi dalam KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

55
Asal bahasa istilah observasi berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „cara untuk membantu mengembangkan imajinasi aktor‟ KBBI

V (2016). Istilah observasi dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna

yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah observasi

digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah observasi termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah observasi dalam teater bermakna

„pengamatan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „perbuatan mengamati

dengan sungguh-sungguh‟. Berdasarkan penggunaannya, register tersebut

memiliki makna kontekstual yaitu „proses pencarian mengenai alat atau

bahan yang akan digunakan, selain itu proses untuk mengamati dan

mengembangkan ide gagasan tim panggung maupun tim produksi

mengenai pementasan yang akan di produksi‟.

Register observasi merupakan istilah yang digunakan oleh salah

satu teater Unsoed yang menjadikan istilah tersebut memiliki fungsi,

fungsi tersebut yaitu fungsi informatif. Fungsi dalam tuturan tersebut

memeberi informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan untuk

mengamati.

Data 20 : “pas mau bleckout tempo musiknya tuh agak lambat yaa,

soalnya kan gak langsung tapi perlahan-lahan gitu

56
Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed disaat latihan mengenai suara atau

musik yang akan digunakan dalam pementasan. dari data tersbeut

ditemukan register tempo.

Istilah tempo berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah tempo terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal tempo dalam KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah tempo berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „waktu; masa. Kecepatan, jeda‟ KBBI V (2016). Istilah tempo

dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki

kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah tempo digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah tempo termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah tempo dalam teater bermakna „kecepatan‟

dalam KBBI V (2016) bermakna „(1) waktu yang digunakan untuk

menempuh jarak tertentu; (2) terlampau cepat; (3) tingkat intensitas di

panggung. Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki

makna kontekstual yaitu „kesesuaian mengenai kecepatan atau jeda yang

57
berkaitan dengan hal yange mendungkung mengenai pementasan sperti

muski dan pencahayaan‟.

Register tempo merupakan istilah yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi, fungsi

tersebut yaitu fungsi informatif. Fungsi dalam tuturan tersebut memberi

tahu mengenai kecepatan dalam musik.

Data 21 : “aktor sama musik nih coba nih dengerin suara

metronom ini, tapi sambil main supaya nanti tau keanehannya dimana”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed disaat latihan mengenai alat yang

digunakan untuk mencocokan anatara akrot dan musik, dari data

tersebut ditemukan register metronom.

Istilah metronom berdasarkan satuan lingualnya digolongkan

dalam bentuk kata tunggal. Istilah metronom terdiri satu morfem bebas

yang berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan

jenisnya kata tunggal metronom dalam KBBI V 2016 termasuk kata

tunggal yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah metronom berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „alat mekanis untuk mengatur tempo yang dengan tepat‟ KBBI

V (2016). Istilah metronom dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna

yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah metronom

digunakan oleh komunitas lainnya.

58
Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah metronom termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah metronom dalam teater bermakna „alat

ketukan‟ Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „alat untuk mengatur ketepatan musik dengan kejadian

peristiwa dalam pementasan‟.

Register metronom merupakan kata yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi, fungsi

tersebut yaitu fungsi informatife. fungsi dalam tuturan tersebut

memberitahu mengenai suara alat yang berguna untuk membantu

permasalahan musik dan aktor mengenai ketidakselarasan dalam

pementasan.

Data 22 : “gestur aktor masih kurang yaaa, masih kaku”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed disaat latihan mengenai gerakan yang

dilakukan oleh aktor, dari data tersbeut ditemukan register gestur.

Istilah gestur berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah gestur terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal gestur dalam KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah gestur berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „gerak anggota tubuh akto‟ KBBI V (2016). Istilah gestur

59
dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki

kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah gestur digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah gestur termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah gestur dalam teater bermakna „gerak‟

dalam KBBI V (2016) bermakna „(1) peralihan tempat atau kedudukan

baik hanya sekali maupun berkali-kali; (2) dorongan (batin perasaan, dan

sebagainya. Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki

makna kontekstual yaitu „gerak tubuh aktor yang mencirikan atau sifat

karakter dari tokoh dalam pementasan‟.

Register gestur merupakan kata yang digunakan oleh salah satu

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi. Fugsi

tersebut yaitu fungsi informatif. Fungsi dalam tuturan tersebut mengenai

gerakan yang dilakukan oleh aktor dalam memerankan seorang tokoh

masih kurang.

Data 23: „‟waktu kemaren sih kita udah slesai belum yaaa driling?

Kalo udah fokus ke artistik.”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Pojok Unsoed, ketika latiahn pementasan. Dari

data tersebut ditemukan istilah drling.

60
Istilah driling berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata driling terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal drling dalam kamus U-dictonary termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah drling berasal dari bahasa Inggris yang bermakna

„pemboran; penggerakan; pengeboran‟ U-dictonary. Istilah driling dalam

komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata

dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah driling digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah driling termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah driling dalam teater bermakna

„keseluruhan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „prihal (yang bersifat)

seluruhnya (segenapnya); keseutuhan; totalitas. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu „

„percobaan latihan secara keseluruhan dalam babak proses latiahan

pementasan pada teater Pojok dan teater Corak‟

Register driling merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi .Fungsi tersebut yaitu fungsi informatif.

Fungsi bahasa dalam tuturan tersebut memberi informasi mengenai

61
latiahan yang akan dilakukan dari awal sampai akhir atau secara

keseluruhan.

Data 24 : “ bentar, transisi dari adegan satu ke adegan dua

enaknya maenin lampu ajaapya. Soale nanti kalo balckout jadi

kebanyakn blekoutnya”

Kontkes : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed mengenai peralihan dalam adegan. Dari

data tersebut ditemukan register transisi.

Istilah transisi berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah transisis terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal transisi dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata tunggal

yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah transisi berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „peralihan keadaan‟ KBBI V (2016). Istilah transisi dalam

komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata

dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah transisi digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah transisi termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah transisi dalam teater bermakna

„peralihan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „(1) pergantian; perlintasan;

62
(2) pertukaran. Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki

makna kontekstual yaitu „peralihan babak dalam pementasan yang akan

ditandai dengan pencahayaan‟

Register transisi merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi, fungsi bahasa tersebut yaitu fungsi

instrumental. Fungsi dalam tuturan tersebut penutur meminta kepada

lawan tutur untuk mengatur pencahayaan sebagai tanda peralihan babak.

Data 25: “diskusiin dulu sutradara sama pimpro tentang pentas

keliling”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed disaat rapat mengenai mengenait tempat

pementasan.

Istilah sutradara berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah sutradara terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal, sutradara dalam kamus KBBI V (2016) termasuk kata

tunggal yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah sutradara berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „orang yang memberi pengarahan dan tanggung jawab

mengenai teknis dan artistic dalam pembuatan film dan dalam

pementasan drama‟ KBBI V (2016). Istilah sutradara dalam komunitas

teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam

63
pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya.

Oleh sebab itu, istilah sutradara digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah sutradara termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah sutradara dalam teater bermakna

„pimpinan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „(1) hasil memimpin;

bimbingan; tuntunan (2) kumpulan pemimpin. Berdasarkan

penggunaanya, istilah tersebut memiliki makna kontekstual yaitu

„anggota yang dipilih menjadi pemimpin atau penanggung jawab untuk

mengatur seluruhan tim panggung dan mampu membawakan serta

mempunyai konsep mengenai naskah yang sudah disediakan untuk

dipementasankan‟.

Register sutradara merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadiakan bahasa

tersebut memiliki fungsi, fungsi tersebut yaitu fungsi imaginatif. Fungsi

dalam tuturan tersebut penutur mengenai pementasan dengan ide dan

gagasan yang dibicarakan oleh sutrada dan pimpro yang mengatur

semua keperluan mengenai produksi pementasan.

Data 26: “minggu sore katanya tempat casting di sekre aja”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed mengenai pemilihan aktor untuk

pementasan. Dari data tersebut telah ditemukan register casting.

64
Istilah casting berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah casting terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal casting dalam kamus U-Dictonary termasuk kata tunggal

yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah casting berasal dari bahasa Inggris yang bermakna

„pemilihan pemain-pemain; penungan; penegcoran; lemparan‟ U-

Dictonary. Istilah casting dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna

yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah casting digunakan

oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah casting termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah casting dalam teater bermakna „audisi‟

dalam KBBI V (2016) bermakna „(1) pengujian atau tes yang dilakukan

penyayi, penari, dan sebagaianya; (2) kemampuan atau kepekaan untuk

mendengar. Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki

makna kontekstual yaitu „proses pemilihan pemain atau tokoh yang ada

dalam naskah pementasan, hal tersebut wajib diikuti oleh seluruh

anggota‟.

Register casting merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi, fungsi tersebut yaitu fungsi informatif. Fungsi

65
dalam tuturan tersebut penutur memberi informasi mengenai tempat

pelaksanaan kegiatan catsing yang akan dilakukan.

Data 27: “ Alur di naskah kan gak kaya gitu, pasti kamu lupa yaa?”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed mengenai jalannya cerita dalam naskah,

Dari data tersebut telah ditemukan register alur.

Istilah alur berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah alur terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal alur dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah alur berasal dari bahasa Indonesia yang bermakna

„jalan‟ KBBI V (2016). Istilah alur dalam komunitas teater berhubungan

dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan

makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah alur

digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah alur termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah alur dalam teater bermakna „jalan‟ dalam

KBBI V (2016) bermakna „gerak maju atau mundur‟. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu

„jalannya cerita atau peristiwa dalam pementasan‟.

66
Register alur merupakan kata yang digunakan oleh anggota teater

di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa tersebut

memiliki fungsi. Fungsi bahasa tersebut yaitu fungsi informatif. Fungsi

dalam tuturan tersebut mengenai konsep yang telah dibuat untuk

memastikan latihan pementasan sama atau tidaknya.

Data 28: “pas dialog ini kamu mulai merespon dia “

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

percakapan yang dilakukan oleh aktor. Dari data tersebut telah ditemukan

register dialog

Istilah dialog berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah dialog terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal dialog dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah dialog berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „percakapan‟ KBBI V (2016). Istilah dialog dalam komunitas

teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam

pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya.

Oleh sebab itu, istilah dialog digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah dialog termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah dialog dalam teater bermakna

67
„percakapan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „prihal bercakap-cakap‟.

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „Percakapan yang akan dilakukan oleh aktor dengan

aktor lainnya mengeni isu pementasan‟.

Register dialog merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi. Fungsi bahasa tersebut yaitu fungsi

instrumental. Fungsi dalam tuturan tersebut mengenai tingkah laku ketika

berdialog.

Data 29 “temen-temen mulai eksplorasi di ig atau ditempat lain

aja, supaya pikirannya liar”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

kegiatan yang mendukung untuk mendapat gambaran dalam pementasan.

Dari data tersebut telah ditemukan register eksplorasi

Istilah eksplorasi berdasarkan satuan lingualnya digolongkan

dalam bentuk kata tunggal. Istilah eksplorasi terdiri satu morfem bebas

yang berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan

jenisnya kata tunggal eksplorasi dalam kamus KBBI V 2016 termasuk

kata tunggal yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah eksplorasi berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „penjelajah lapangan dengan tujuan mendapatkan pengetahuan

lebih banyak‟ KBBI V (2016). Istilah eksplorasi dalam komunitas teater

68
berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah eksplorasi digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah eksplorasi termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah eksplorasi dalam teater bermakna

„penelurusan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „penelaahan; penjajakan.

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „mencari ide gagasan atau bahan dan alat yang akan

digunakan dengan survei pada suatu tempat yang berkaitan dengan

konsep atau gagasan dalam naskah‟.

Register eksplorasi merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memilki fungsi, yaitu fungsi informatif. Fungsi dalam tuturan

mengenai pencarian yang berkaitan dengan naskah dalam pementasan.

Data 30: “ Corong cuman ada lima tok,yang lain pada rusak jadi

ya cuman bisa dipake segini”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

alat yang digunakan. Dari data tersebut telah ditemukan register corong

Istilah corong berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah corong terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

69
kata tunggal corong dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata tunggal

yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah corong berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „pipa pembuang asap‟ KBBI V (2016). Istilah corong dalam

komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata

dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah corong digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah corong termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah corong dalam teater bermakna „dalam

KBBI V (2016) bermakna „penelaahan; penjajakan. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu

„tempat untuk meletakan lampu par yang berbentuk tabung‟.

Register corong merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi. Fungsi bahasa tersebut yaitu fungsi informatif.

Fungsi dalam tuturan tersebut penutur menyampaikan mengenai alat

yang digunakan kurang mendukung dari konsep yang telah dibuat sesuai

nasakah.

Data 31: ”kira-kira gedung D cukup buat 300 penonton laa, tapi itu

harus mepet banget sampe depan”

70
Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat rapat untuk pementasan

mengenai tempat untuk pementasan. Dari data tersebut telah ditemukan

register penonton.

Istilah penonton berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah penonton terdir satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal penonton dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata

tunggal yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah penonton berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „orang yang menonton pertunjukan‟ KBBI V (2016). Istilah

penonton dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang

memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku

dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah penonton digunakan oleh

komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah penonton termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh

komunitas lainnya. Makna leksikal istilah penonton dalam teater

bermakna „‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „penelaahan; penjajakan.

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „orang yang datang kepementasan untuk menonton

pertunjukan ditempat yang sudah dipersiapkan‟.

71
Istilah penonton merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi, yaitu fungsi informatf. Fungsi dalam tuturan

tersebut mengenai tempat dan panggung untuk pementasan.

Data 32: “dimmer yang nyala cuman beberapa chenel tok, jadi ya

kudu minjem”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

alat yang akan digunakan untuk mengatur cahaya. Dari data tersebut

telah ditemukan register dimmer.

Istilah dimmer berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah dimmer terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal dimmer dalam kamus U-Dictonary termasuk kata tunggal

yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah dimmer berasal dari bahasa Inggris yang bermakna

„alat penyuram; lampu dim‟ (U-Dictonary). Istilah dimmer dalam

komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata

dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah dimmer digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah dimmer termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

72
lainnya. Makna leksikal istilah dimmer dalam teater bermakna „alat dim‟

dalam KBBI V (2016) bermakna „penelaahan; penjajakan. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu „alat

untuk mengatur intensiatas cahaya lampu‟.

Register dimmer merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi, yaitu fungsi informatif. Fungsi dalam tuturan

tersebut mengenai alat yang digunakan dalam tata cahaya.

Data 33: “ yuh jajal maning musik karo lampu soale timing urung

pas”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

kesesuaian waktu anatar tim. Dari data tersebut telah ditemukan register

timing.

Istilah timming berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah timming terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal timming dalam U-Dictonary termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah timming berasal dari bahasa Inggris yang

bermakna „pengaturan tempo‟ (U-Dictonary). Istilah timming dalam

komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata

dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

73
bidangnya. Oleh sebab itu, istilah timming digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah timming termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah timming dalam teater bermakna „waktu‟

dalam KBBI V (2016) bermakna „kesempatan; tempo; peluang‟.

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „ketepatan waktu atau situasi dalam proses transisi

masuknya cahaya, musik, properti, akor, maupun suasana‟.

Register timming merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi yaitu fungsi instrumental. Fungsi dalam tuturan

tersebut mengenai waktu yang tepat untuk musik dan cahaya.

Data 34: “ intensitas cahayanya agak diredupin lagi waktu Nir

mulai duduk dimejanya”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengnai

cahaya yang menerangi aktor. Dari data tersebut telah ditemukan register

intensitas.

Istilah intensitas berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah intensitas terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

74
kata tunggal intensitas dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata

tunggal yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah intensitas berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „keadaan tingakatan‟ KBBI V (2016). Istilah intensitas dalam

komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata

dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah intensitas digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah intensitas termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh

komunitas lainnya. Makna leksikal istilah intensitas dalam teater

bermakna „tingkatan‟ KBBI V (2016) bermakna „pangkat, kedudukan;

lapisan; kelas‟. Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki

makna kontekstual yaitu „tingkat tinggi rendanhnya cahaya yang

digunkan dalam pementasan‟.

Register intensitas merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi yaitu fungsi imaginatif. Fungsi dalam tuturan

mengenai konsep cahaya panggung.

Data 35: “ ini setwing buat disamping panggung aja, buat nutupin

salon”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

75
kain yang kana digunakan dalam panggung. Dari data tersebut telah

ditemukan register setwing.

Istilah setwing berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah setwing terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal setwing yang berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah setwing berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „kain backdrop‟. Istilah setwing dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah setwing digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah setwing termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah setwing dalam teater bermakna „kain‟

KBBI V (2016) bermakna „barang yang ditenun dari benang kapas‟.

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna „kain

hitam yang berukuran panjang dan digunakan untuk menutupi bagian

samping atau bagaian yang lainnya dalam panggung pementasan‟.

Register setwing merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadiakan bahasa

tersebut memiliki fungsi, yaitu fungsi instrumental. Fungsi dalam tuturan

tersebut mengenai kain penutup panggung.

Data 36: “pas aktor ngangguk mulai fade in”

76
Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan. Mengenai

cahaya dan musik dalam pementasan. Dari data tersebut telah ditemukan

register fade in.

Kata fade in berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata fade in terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal fade in dalam kamus U-Dictonary termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah fade in berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „keadaan tingakatan‟ U-Dictonary. Istilah fade in dalam

komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata

dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah fade in digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah fade in termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah fade in dalam teater bermakna „masuk

bertahap‟ KBBI V (2016) bermakna „bertingkat‟. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu

mulai masukanya suara musik atau cahaya dengan cara bertahap supaya

dapat mengahasilkan cahaya atau musik halus dan membuat nayaman

mata atau telinga penonton yang sedang menonton pementasan tersebut‟.

77
Fade in merupakan istilah yang digunakan oleh anggota teater di

Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa tersebut

memiliki fungsi, yaitu fungsi imaginatif. Fungsi dalam tuturan tersebut

mengenai teknik musik dan cahaya dalam pementasan.

Data 37: ” lampunya taro diatas pakenya sling terus diiket

diatase tiang”

Konteks : data tersebut merupakazn tuturan yang diucapkan

oleh salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan

mengenai peletakan lampu. Dari data tersebut telah ditemukan register

sling.

Istilah sling berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah sling terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal sling dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori nomina (kata benda).

Asal bahasa istilah sling berasal dari bahasa Indonesia yang bermakna

„jerat untuk muatan yang terbuat dari tali, termsuk tali baja atau tali

kawat‟ KBBI V (2016). Istilah sling dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah sling digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah sling termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

78
lainnya. Makna leksikal istilah sling dalam teater bermakna „tali kawat‟

KBBI V (2016) bermakna „tali berbentuk garis lembar-lembar kawat

berukuran lebih dari 2,5 cm peliltannya dilakukan secara khusus,

biasanya digunakan untuk menarik alat angkut dalam suwur tambang‟.

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „kawat yang berbentuk tali untuk jadi tumpuan lampu

pada ketinggian, kawat ini akan dililitkan pada tiang atau benda supaya

menggantung‟.

Register sling merupakan kata yang digunakan oleh anggota teater

di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa tersbut

memiliki fungsi yaitu fungsi instrumental. Fungsi dalam tuturan tersebut

mengenai alat yang digunakan untuk memasang lampu pementasan.

4.1.1.2 Kata dasar terbuka kategori verba

Data 38 :” yuh-yuh mulai take adegan satu sampe dua dulu”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

mulainya latihan. Dari data tersebut telah ditemukan register take.

Istilah take berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah take terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal take dalam kamus U-Dictonary termasuk kata tunggal yang

berktegori verba (kata kerja).

79
Asal bahasa istilah take berasal dari bahasa inggris yang bermakna

„mengambil‟ (U-Dictonary). Istilah take dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah take digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah take termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah take dalam teater bermakna „mengambil‟

KBBI V (2016) bermakna „memberikan; mempertunjukan‟. Berdasarkan

penggunaannya, register tersebut memiliki makna kontekstual yaitu

„dimulainya pementasan atau mengambil adegan disaat pementasan‟.

Register take merupakan kata yang digunakan oleh anggota teater

di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa tersebut

memiliki fungsi yaitu fungsi instrumental. Fungsi dalam tuturan tersebut

mengenai memulainya latiahan pementasan.

Data 39: ” pas dia udah balik badan lampu mulai fade out musik

fade in”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

teknik keluar cahaya. Dari data tersebut telah ditemukan register fade

out.

Kata fade out berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Kata fade out terdiri satu morfem bebas yang berdiri

80
sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal fade out dalam kamus U-Dictonary termasuk kata tunggal yang

berktegori verba (kata kerja).

Asal bahasa istilah Fade out berasal dari bahasa inggris yang

bermakna „menghilang secara bertahap‟ U-Dictonary. Istilah fade out

dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki

kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah fade out digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah fade out termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah fade out dalam teater bermakna

„memudar‟ KBBI V (2016) bermakna „menjadi pudar, menjadi buram‟.

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „teknik menghilangnya cahaya secara perlahan dalam

pementasn‟.

Register fade out merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi yaitu fungsi imaginatif. Fungsi dalam tuturan

mengenai teknik memudaranya cahaya pada panggung pementasan.

Data 40: “model cheking tiket ada presale sama ots, ambil tiket

fisik disini, pasang sendiri, terus diceklis aja tiketnya”.

81
Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed ketika rapat mengenai penjualan tiket

pementasan, dari data tersebut ditemukan register presale.

Istilah presale berdasarkan satuan lingualnya digolongkan

dalam bentuk kata tunggal. Istilah presale terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal presale dalam kamus U-Dictonary termasuk kata tunggal

yang berktegori verba (kata kerja).

Asal bahasa istilah presale berasal dari bahasa Inggris yang

bermakna „menjual‟. Istilah presale dalam komunitas teater berhubungan

dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan

makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah presale

digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah presale termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh

komunitas lainnya. Makna leksikal istilah presale dalam teater bermakna

„penjualan‟ KBBI V (2016) bermakna „proses, cara, perbuatan menjual‟.

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna „salah

satu teknik menjual tiket pementasan dengan waktu yang biasanya

kurang dari seminggu sebelum pementasan atau pra jual dengan harga

tiket lebih murah‟.

Register presale merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

82
tersebut memiliki fungsi Bahasa. Dari segi topik ujaran, bahasa tersebut

memiliki fungsi informatif. Fungsi dalam tuturan tersebut mengenai

pembahasan sistem dalam penjualan tiket pementasan.

4.1.1.3 Kata dasar terbuka kategori adjektifa

Data 41:” vokal harus diperhatiin aktor, jangan kebanyakan minum

es sama gorengan”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

suara aktor. Dari data tersebut ditemukan register vokal.

Istilah vokal berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah vokal terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal vokal dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori adjektiva.

Asal bahasa istilah vokal berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „mengenai suara‟. Istilah vokal dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah vokal digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah vokal termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah vokal dalam teater bermakna „suara‟

83
dalam KBBI V (2016) bermakna „bunyi yang dikeluarkan dari mulut

manusia‟. Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

„suara yang digunakan oleh aktor dengan artikulasi yang jelas‟.

Register vokal merupakan kata yang digunakan oleh anggota teater

di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa tersebut

memiliki Bahasa. Dari segi pendengar, bahasa tersebut meiliki fungsi

instrumental. Fungsi instrumental digunakan untuk mengatur tingkah

laku pendengar. Fungsi dalam tuturan mengenai suara yang harus

diperhatikan oleh akor.

Data 42: ”lagunya Danila yang kemrin kamu kasih tau aku buat

closing aja”.

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

akhiran atau penutupan dalam pementasan. Dari data tersebut telah

ditemukan register closing.

Istilah closing berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah closing terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal closing dalam kamus U-Dictonary termasuk kata tunggal

yang berktegori ajektiva.

Asal bahasa istilah closing berasal dari bahasa Inggris yang

bermakna „penutup‟ (U-Dictonary). Istilah closing dalam komunitas

teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam

84
pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya.

Oleh sebab itu, istilah closing digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah closing termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah closing dalam teater bermakna „penutup‟

dalam KBBI V (2016) bermakna „menutup; pengakhiran; penyudahan‟.

Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna „bagian

penutup pada pementasana, dalam hal ini musik yang digunakan untuk

menandakan bagian penutup atau akhir dalam pementasan‟.

Register closing merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadiakan bahasa

tersebut memiliki fungsi yaitu fungsi informtif. Fungsi dalam tuturan

tersebut mengenai konsep musik yang digunakan untuk penutup untuk

pementasan.

Data 43: “naaah waktu dia mulai berjalan lampu mulai redup”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

pencahayan. Dari data tersebut telah ditemukan register redup.

Istilah redup berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah redup terdiri satu morfem bebas yang berdiri

sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya kata

tunggal redup dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata tunggal yang

berktegori ajektiva.

85
Asal bahasa istilah redup berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „mendung; suram; tidak terang; agak gelap karena terlindung

awan‟ KBBI V (2016). Istilah redup dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah redup digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah redup termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah redup dalam teater bermakna „suram‟

dalam KBBI V (2016) bermakna „kurang terang; kurang kuat

cahayanya‟. Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki

makna „pencahayaan yang digunakan dengan cahaya kurang terang,

dalam hal ini digunakan dalam pementasan sebagai penanda aktor untuk

melakukan aktivitas diatas panggung seperti berjalan dan supaya ketika

pindah kebelakang tidak terlihat‟.

Register redup merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi, yaitu fungsi instrumental.Fungsi dalam tuturan

tersebut mengenai keinginan penutur dalam konsep cahaya panggung.

Data 44: ”di adegan tiga suasananya hening, soalnyakan dia mau

ngomong kejadian sebenarnya pas ditaman”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

86
suasana yang kana dihadirkan dalam panggung. Dari data tersebut telh

ditemukan register hening.

Istilah hening berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah hening terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal hening dalam kamus KBBI V 2016 termasuk kata tunggal

yang berktegori ajektiva.

Asal bahasa istilah hening berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „lengang, sunyi, diam, sepi‟ KBBI V (2016). Istilah hening

dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki

kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah hening digunakan oleh komunitas

lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah hening termasuk dalam

selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh komunitas

lainnya. Makna leksikal istilah hening dalam teater bermakna „lengang‟

dalam KBBI V (2016) bermakna „sunyi sepi; tidak ramai, tidak banyak

orang‟. Berdasarkan penggunaannya, register tersebut memiliki makna

kontekstual yaitu „susana yang sunyi dalam adegan yang ada dalam‟

Register hening merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa tersbut

memiliki fungsi yaitu fungsi instrumental. Fungsi dalam tuturan tersebut

mengenai tim panggung untuk menciptakan susana hening.

87
Data 45: “properti tinggal finishing aja sih, paling diplistur dikit”

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed pada saat latihan pementasan mengenai

perlengkapan untuk panggung. Dari data tersebut ditemukan register

finishing.

Istilah finishing berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah finishing terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal finishing dalam kamus U-Dictonary termasuk kata tunggal

yang berktegori ajektiva.

Asal bahasa istilah finishing berasal dari bahasa Indonesia yang

bermakna „terakhir‟ U-Dictonary. Istilah finishing dalam komunitas

teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam

pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya.

Oleh sebab itu, istilah finishing digunakan oleh komunitas lainnya.

Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah finishing termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh

komunitas lainnya. Makna leksikal istilah finishing dalam teater

bermakna „penyelesaian‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „proses, cara

perbuatan menyelesaiakan‟. Berdasarkan penggunaannya, register

tersebut memiliki makna kontekstual yaitu „akhir atau penyelesaian dari

proses pembutan property untuk perlengkapan panggung‟.

88
Register finishing merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi yaitu fungsi informatif. Fungsi dalam tuturan

tersebut mengenai penyelesaian properti yang akan digunakan untuk

panggung pementasan.

Data 46: “lomba kemarin dijadiin insidental aja, soalnya kan gada

diproker”.

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed ketika rapat pengurus mengenai

kegeiatan yang telah dilakukan. Dari data tersebut telah dietmukan

register insidental.

Istilah insidental berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata tunggal. Istilah insidental terdiri satu morfem bebas yang

berdiri sendiri sekaligus sebagai morfem dasar. Berdasarkan jenisnya

kata tunggal insidental dalam kamus KBBI V (2016) termasuk kata

tunggal yang berktegori ajektiva.

Asal bahasa istilah insidental berasal dari bahasa Indonesia

yang bermakna „dilakukannnya pada kesempatan; tidak secara tetap atau

rutin‟ KBBI V (2016). Istilah insidental dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya

sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu,

istilah insidental digunakan oleh komunitas lainnya.

89
Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah insidental termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan oleh

komunitas lainnya. Makna leksikal istilah insidental dalam teater

bermakna „dadakan‟ dalam KBBI V (2016) bermakna „sesuatu yang

dilakukan secara tiab-tiba‟. Berdasarkan penggunaannya, register

tersebut memiliki makna kontekstual „kegiatan yang dilakuakan secara

mendadak dan tidak ada dalam rencana program kerja kepengurusan‟.

Register insidental merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan bahasa

tersebut memiliki fungsi, yaitu fungsi instrumental. Fungsi dalam tuturan

tersebut mengenai kegiatan yang diluar program kerja untuk dijadikan

program yang tidak terduga.

4.1.2 Kata Kompleks

Register bentuk kompleks merupakan bentuk polimorfemis yang

mengalami proses morfologi dengan melibatakan bentuk dasar dengan

pembentukan katanya untuk mengahasilakan sebuah istilah. Hasil proses

morfologi dalam penelitian ini dibedakan menjadi kata majmuk dan

aberviasi.

4.1.2.1 Kata majemuk

Kata majemuk adalah proses pembentukan regster yang

mengalami komposis dengan menggabungkan dua leksem atau kebih

untuk menghasilkan makna baru dan leksikal baru. Berikut hasil analisis

90
register Teater Unsoed dnegan bentuk kata majemuk beserta fungsi dan

maknanya.

Data 47: ‘’buat pengarah penonton kira-kira butuh enam orang

buat di bagian dalem sama lorong‟‟

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed mengenai pembagaian untuk arahan

penonton, dari data tersebut telah ditemukan register pengarah

penonton.

Istilah Pengarah penonton berdasarkan satuan lingualnya

digolongkan dalam bentuk kata kompleks (polimorfemis), karena

istilah tersebut mengalami proses morfologi berupa proses komposisi

dengan menggabungkan dua leksem menjadi kata baru. Proses

komposisi istilah pengarah penonton mengalami pemajemukan

gabungan bentuk bebas yang terdiri dari penggabungan dua bentuk kata

dasar. Pola gabungan tersebut terbentuk dari kata berkategori nomina

dengan kata penonton berkategori nomina. Istilah pengarah penonton

merupakan kata majemuk karena kedua komponennya sudah menjadi

satu kesatuan dan komponen pembentuknya tidak dapat ditukar

menjadi penonton pengarah, dan pengarah penonton tidak dapat

disisipi unsur lain seperti penyisipan morfem afiks atau konjungsi

karena dapat menyebekan berubah makna.

Asal bahasa istilah pengarah penonton berasal dari bahasa

Indonesia yang bermakana 'mengarahkan penonton menuju tempat

91
pementasan. Kata pengarah penonton dalam komunitas teater

berhubungan dengan kegiatan yang memiliki kata dalam

pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam bidangnya.

Oleh sebab itu, istilah pengarah penonton digunakan juga oleh

komunitas lainnya yang memiliki makna sama.

Penggunaan istilah pengarah penonton memiliki makna

berdasarkan penggunaanya di teater Unsoed. Secara leksikal gabungan

dua kata tersebut dapat ditelaah dari masing-masing maknanya yaitu

kata pengarah dalam KBBI V bermakna „orang yang memberi arahan‟,

kata penonton dalam KBBI V bermakna „orang yang menonton

pertunjukan‟. Sedangkan dalam makna kontekstual dalam taeater

Unsoed „tim yang mengarahkan atau mengatur penonton untuk masuk

kedalam area pementasan‟.

Berdasarkan jenis pemakaian istilahnya, istilah pengarah penonton

termasuk dalam selingkung terbuka, karena penggunannya tidak hanya

digunakan oleh bidang teater. Makna leksial pengarah penonton dalam

bidang teater bermakna „pengarah‟ dalam KBBI V (2016) bermakna

orang yang memberi arahan.

Pengarah penonton merupakan istilah yang digunakan oleh

anggota teater di Universitas Jenderal Soedirman yang menjadikan

bahassa tersebut memiliki fungsi, yaitu fungsi informatif. Fungsi dalam

tuturan tersebut mengenai kebutuhan dalam jalur menuju tempat

pementasan.

92
Data 48 : "aku menggunakan soundtrack ini yaa karena cocok

dengan isu yang dibawakan dalam pementasan".

Konteks : data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh salah

satu tim musik anggota teater Unsoed mengenai suara yang akan

digunakan dalam pementasan. Dari data tersbut telah ditemukan

register soundtrack.

Soundtrack berdasarkan satuan lingualnya digolngakan dalam

bentuk kata kompleks (polimorfemis), karena istilah tersebut

mengalkami proses morfologi, berupa proses kompisisi dengan

menggabungkan dua leksem menjadi kata baru. Proses komposisi

istilah soundtrack mengalami pemajmukan gabungan bentuk bebas

yang terdiri dari penggabungan dua bentuk dasar. Pola gabungan

tersebut terbentuk dari kata sound berkategori nomina dan treck

berkategori nomina. Istilah soundtrack merupukan kata majemuk

karena kedua komponennya sudah menjadi satu kesatuan dan

komponen pembentukannya tidak dapat dapat ditukar menjadi

trecksound, dan soundtrack tidak dapat disisipi unsur lain seperti afiks

atau konjungsi karena dapat menyebabkan perubahan makna.

Penggunaan istilah soundtereck memiliki makna berdasarkan

penggunannya di teater Unsoed. Secara leksikal gabungan dua kata

tersebut dapat ditelaah dari masing-masing maknanya yaitu kata sound

dalam U-dictonary bermkna „bunyi; suara‟ kata track dalam U-

93
dictonary bermakna „jalur‟. makna kontekstual dalam penggunaan

tearter Unsoed adalah „ suara yang akan dijadiakan iringan dalam

pementsasan;tim musik ketika latihan pementasan mengenai pemilihan

musik yang akan dijadikan musik latarbelakang pementasan. Dari data

tersebut ditemukan register soundtrack.

Asal bahasa istilah soundtrack berasal dari bahasa Inggris yang

bermakana 'pita suara; musik film' (U-Dictonary). Kata soundtrack

dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan yang memiliki

kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang berlaku dalam

bidangnya. Oleh sebab itu, istilah soundtrack digunakan juga oleh

komunitas lainnya yang memiliki makna sama.

Berdasarkan jenis pemakaian istilahnya, kata soundtrack termasuk

dalam selingkung terbuka, karena penggunannya tidak hanya

digunakan oleh bidang teater. Makna leksial soundtrack dalam bidang

teater bermakna „musik atau lagu‟ dalam KBBI V (2016) bermakna (1)

seni menyusun nada atau suara dalam urutan; (2) nada yang disusun

sedimkian rupa sehingga mengandung irama dan lagu.

Soundtrack merupakan istilah yang digunakan oleh anggota teater

di Unsoed menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi, yaitu fungsi

informatif. Fungsi dalam tuturan tersebut mengenai penggunaan musik

yang akan dijadikan sebagai iriangan dalam isu pementasan tersebut.

94
4.1.2.2 Aberviasi

Aberviasi adalah proses pembentukan register yang mengalami

perubahan istilah menjadi kata pendek (kompleks) dengan berbagai

proses diantaranya akronim dan singkatan. Mengenai pemaknaanya tidak

mengubah bentuk makna aslinya. Berikus hasil analisis register Teater

Unsoed yang berbentuk pemendekan kata beserta fungsi dan maknanya.

a. Register Berbentuk Singkatan Kata

Register bentuk singakatan adalah hasil dari pemendekan istilah

yang disingkat dengan mengmbil huruf dari bentuk asalanya, lalu

pelaflaan yang diucapkan dieja huruf demi huruf. Berikut penjelasan

mengenai hasil analisi bentuk singkatan kata register Teater Unsoed.

Data 49: “RT bikin jadwal piket, supaya sekrenya bersih terus

juga kalo ada tamu gak kosong”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Teksas Unsoed mengenai kebersihan dan

jadwal sekretariat. Dari data tersebut telah ditemukan register RT.

Istilah RT berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam bentuk

kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pemendekan kata untuk menghasilkan bentuk isitlah. Pemendekan

istilah tersebut berupa penyingkatan kata dengan pengambilan huruf

pertama pada setiap komponenya. Lalu dari segi pelafalannya dieja

huruf demi huruf.

95
Istilah RT bentuk singkatan dari Rumah Tangga hasil dari

pemendekan berupa gabungan huruf dan mengalami pola

pembentukan pengekalan hrurf pertama pada setiap komponenya. Pola

pembentukan tersebut berupa pengambilan huruf pertama pada setiap

komponen yaitu /R/ dari kata Rumah /T/ dari kata Tangga. Bentuk

kependekan tersebut merupakan singkatan kata karena pelafalan

gabungan hurufnya dieja setiap fonem.

Istilah RT dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan

yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang

berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah RT digunakan oleh

komunitas lainnya. Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah RT

termasuk dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan

oleh komunitas lainnya.

Makna kontesktual berdasarkan penggunannya bermakna

„pengurus dibidang kepengursan dalam organisasi yang mengurus,

mengatur, menjaga tempat organisasi dan yang bertanggungjawab

mengenai peminjaman dan pengadaan barang selain itu juga mengatur

jadwal piket guna unutk menjaga keberihan‟.

Register RT merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi yaitu

fungsi informatif. Fungsi informatif dalam tuturan tersebut mengenai

kebersihan yang ada disekretariat.

96
Data 50: “mas Reza mah udah jadi ALB dari lama”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Bezper Unsoed ketika berkumpul dalam

sekretariat mengenai penyebutan untuk anggota yang sudah lulus.

Dari data tersebut telah ditemukan register ALB.

Isitilah ALB berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pemendekan kata untuk menghasilkan bentuk istilah. Pemendekan

kata tersebut berupa penyingkatan kata pengambilan huruf pertama

pada setiap komponenya. Lalu dari segi pelafalannya dieja huruf demi

huruf.

Isitilah ALB bentuk singkatan dari Anggota Luar Biasa hasil dari

pemendekan berupa gabungan huruf dan mengalami pola

pembentukan pengekalan hrurf pertama pada setiap komponennya.

Pola pembenukan tersebut berupa pengambilan huruf pertama pada

setiap komponen yaitu /B/ dari kata Badan /P/ dari kata Pengurus /H/

dari kata Harian. Bentuk kependekan tersebut merupakan singkatan

kata karena pelafalan gabungan hurufnya dieja setiap fonem.

Istilah ALB dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan

yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang

berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah ALB digunakan oleh

komunitas lainnya. Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah ALB

97
termasuk dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan

oleh komunitas lainnya.

Makna kontekstual register ALB adalah „penyebutan untuk

mahasiswa yang tidak mengikuti proses pelantikan namun mengikuti

proses dalam produksi pementasaan dan bukan mahasiswa dalam

fakultas maupun universitas, dalam artian anggota ini tidak terikat

dengan komunitas teater, selain itu penyebutan untuk alumni‟.

Register ALB merupakan istilah yang digunakan oleh

anggota teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki

fungsi yaitu fungsi informatif. Fungsi informatif dalam tuturan

tersebut mengenai anggota yang sudah tidak terikat menjadi anggota

aktif di teater.

Data 51:” tiket OTS sediaian lebih aja soale takut mbok pada beli

mendadak sih”.

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed disaat rapat produksi menegnai

penjualan tiket pemetasan. Dari data tersebut telah ditemukan register

OTS.

Istilah OTS berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pemendekan kata untuk menghasilkan bentuk istilah. Pemendekan

kata tersebut berupa penyingkatan kata pengambilan huruf pertama

98
pada setiap komponenya. Lalu dari segi pelafalannya dieja huruf demi

huruf.

Istilah OTS bentuk singkatan dari yaitu On The Spot yang berarti

„ada di tempat‟ (U-dictonary) hasil dari pemendekan berupa gabungan

huruf dan mengalami pola pembentukan pengekalan huruf pertama

pada setiap komponenya. Pola pembentukan tersebut berupa

pengambilan huruf pertama pada setiap komponen yaitu /O/ dari kata

On /T/ dari kata The /S/ dari kata Spot. Bentuk kependekan tersebut

merupakan singkatan kata karena pelafalan gabungan hurufnya dieja

setiap fonem.

Istilah OTS dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan

yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang

berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah OTS digunakan oleh

komunitas lainnya. Berdasarkan pemakaian istilahnya, istilah OTS

termasuk dalam selingkung terbuka, karena penggunaanya digunakan

oleh komunitas lainnya.

Register OTS merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi yaitu

fungsi informatif. Fungsi informatif dalam tuturan tersebut mengenai

pembahasan tiket yang akan disediakan ditempat pementasan.

b. Register Berbentuk Akronim

99
Data 52: “astrada setiap hari nulis ini kan perkembangan,

pencapaian apa aja dari masing-masing tim? Nah itu nanti bisa buat

litbang sebagai bahan”.

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed disaat rapat mengenai perkembangan

anggota yang nanatinya akan diteliti oleh divisi litbang . Dari data

tersebut telah ditemukan register litbang.

Istilah litbang berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pengekalan suku kata ketiga dan pengekalan suku kata ketiga pada

komponen kedua lalu digabungkan untuk menghasilkan bentuk isitlah.

Istilah litbang bentuk akronim dari Penelitian dan Pengembangan

yang mengalami pemendekan kata secara beraturan. Hal tersebut

karena mengalami pola pembentukan yang teratur dalam

pengelolaannya. Pola pembentukan litbang berupa pengekalan suku

kata ketiga dari komponen pertama yaitu kata penelitian, dan

pengekalan suku kata ketiga komponen kedua yaitu kata

pengembangan lalu digabung dan menghasilkan bentuk kata pendek

berupa litbang. Bentuk kependekan tersebut dilafalkan seacar kata

tidak dieja karnea rangkaian bunyinya beraturan.

Istilah litbang dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan

makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah litbang

100
digunakan oleh komunitas lainnya. Berdasarkan pemakaian istilahnya,

istilah litbang termasuk dalam selingkung terbuka, karena

penggunaanya digunakan oleh komunitas lainnya.

Makna kontekstual berdasarkan penggunannya yaitu bermakna

„bagian kepengurusan yang meneliti mengenai pengembangan minat

bakat anggota‟.

Regiater litbang merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi yaitu,

fungsi informatif. Fungsi informatif dalam tuturan tersebut mengenai

pembahasan agenda atau kegiatan yang akan direncanakan serta

perkembangan minat bakat anggota sesuai dengan hasil penelitian

kegiatan sebelumnya.

Data 53: “pindah ajalaah jadi balon teater sianak, hahahha”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Sianak Unsoed disaat berkumpul dalam

sekretariat mengenai keanggotaan. Dari data tersebut telah ditemukan

register balon.

Istilah balon berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pemendekan suku kata pertama pada komponen pertama dan suku kata

pertama pada komponen kedua lalu digabungkan untuk menghasilkan

bentuk istilah.

101
Istilah balon bentuk akronim dari Bakal Calon yang mengalami

pemendekan kata secara beraturan. Hal tersebut karena mengalami

pola pembentukan yang teratur dalam pengelolaannya. Pola

pembentukan Balon berupa pengekalan dua huruf pertama dari

komponen pertama yaitu kata bakal, dan pengekalan suku kata kedua

komponen kedua yaitu dari kata calo lalu digabung dan menghasilkan

bentuk kata pendek berupa Balon. Bentuk kependekan tersebut

dilafalkan seacar kata tidak dieja karena rangkaian bunyinya.

Istilah balon dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan

makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah balon

digunakan oleh komunitas lainnya. Berdasarkan pemakaian istilahnya,

istilah balon termasuk dalam selingkung terbuka, karena

penggunaanya digunakan oleh komunitas lainnya.

Makna kontekstual istilah balon berdasarkan pengguanannya

yaitu „penyebutan untuk calon anggota yang akan menjadi anggota

teater pada teater Sianak‟.

Register balon merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi, yaitu

fungsi instrumental. Fungsi instrumental dalam tuturan tersebut

mengenai peneyebutan untuk calon anggota yang dalam tuturan

tersebutu terdapat anggota dari teater lain.

102
Data 54: “karena udah workshop dan caang resmi jadi anggota

baru, temen-temen harus bikin kartu tanda anggota yaa”.

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed disaaat kumpul-kumpul disekretariat

mengenai calon anggota yang sudah resmi menjadi anggota aktif

setelah mengikuti rangkaian acara. Dari data tersebut ditemukan

register caang.

Istilah caang berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pemendekan suku kata pertama pada komponen pertama dan suku kata

pertama pada komponen kedua lalu digabungkan untuk menghasilkan

bentuk istilah.

Istilah caang bentuk akronim dari Calon Anggota yang

mengalami pemendekan kata secara beraturan. Hal tersebut karena

mengalami pola pembentukan yang teratur dalam pengelolaannya.

Pola pembentukan caang berupa pengekalan dua huruf pertama dari

komponen pertama yaitu kata calon, dan pengekalan suku kata

pertama komponen kedua yaitu kata anggota lalu digabung dan

menghasilkan bentuk kata pendek berupa caang. Bentuk kependekan

tersebut dilafalkan seacar kata tidak dieja karnea rangkaian bunyinya

beraturan.

Istilah caang dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan

103
makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah caang

digunakan oleh komunitas lainnya. Berdasarkan pemakaian istilahnya,

istilah caang termasuk dalam selingkung terbuka, karena

penggunaanya digunakan oleh komunitas lainnya.

Makan kontekstual istilah Caang yaitu „mahasiswa baru yang

sudah mendaftat untuk menjadi anggota teater namun belum resmi

menjadi anggota akitf‟.

Register caang merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi

bahasa. Dari segi topik ujaran, bahasa tersebut memiliki fungsi

informatif. Fungsi informatif ini digunakan untuk menyampaikan

pendapat penutur dan membahas peristiwa. Fungsi informatif dalam

tuturan tersebut mengenai pembahasan identitas keanggotaan yang

sudah menjadi anggota aktif.

Data 55: “ satek waktu produksi kemarin banyak yang ikut tau”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Teksas Unsoed disaaat rapat produksi

pementsan mengenai keikiutsertaan mahasiswa lainnya yang tidak

menjadi anggota aktif. Dari data tersebut telah ditemukan register

satek.

Istilah Satek berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pemendekan suku kata pertama pada komponen pertama dan suku kata

104
pertama pada komponen kedua lalu digabungkan untuk menghasilkan

bentuk istilah.

Istilah satek bentuk akronim dari Sahabat Teksas yang mengalami

pemendekan kata secara beraturan. Hal tersebut karena mengalami

pola pembentukan yang teratur dalam pengelolannya. Pola

pembentukan satek berupa pengekalan dua huruf pertama dari

komponen pertama yaitu kata sahabat, dan pengekalan suku kata

pertama komponen kedua yaitu kata teksasa lalu digabung dan

menghasilkan bentuk kata pendek berupa satek. Bentuk kependekan

tersebut dilafalkan seacar kata tidak dieja karnea rangkaian bunyinya

beraturan.

Istilah satek dalam komunitas teater berhubungan dengan kegiatan

yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan makna yang

berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah satek hanya

digunakan oleh komunitas teater Teksas. Berdasarkan pemakaian

istilahnya, istilah satek termasuk dalam selingkung terbatas, karena

penggunaanya hanya digunakan oleh komunitas teater Teksas.

Makna kontekstual istilah Satek yaitu „penyebutan untuk

mahasiwa atau anggota yang diluar dari anggota teater teksas namun

mengikuti dalam proses produksi dari awal hingga selesai

pementasan‟.

Register satek merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi, yaitu

105
fungsi informatif. Fungsi informatif dalam tuturan tersebut mengenai

mhasiswa yang ikut serta dalam proses pentas produksi yang ada di

teater Teksas.

Data 56: “kedepannya mau gimana, soale kordinasi antara pimpro

sutradara kaya kurang enak”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed disaat evaluasi pementasan mengenai

komunikasi yang harus dilakukan oleh sesama penangunggjawab

masing-masing tim. Dari data tersebut ditemukan register pimpro.

Istilah pimpro berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pemendekan suku kata pertama pada komponen pertama dan suku kata

pertama pada komponen kedua lalu digabungkan untuk menghasilkan

bentuk istilah.

Istilah pimpro bentuk akronim dari Pimpinan Produksi yang

mengalami pemendekan kata secara beraturan. Hal tersebut karena

mengalami pola pembentukan yang teratur dalam pengelolaannya.

Pola pembentukan pimpro berupa pengekalan dua huruf pertama dari

komponen pertama yaitu kata pimpinan, dan pengekalan suku kata

pertama komponen kedua yaitu kata produksi lalu digabung dan

menghasilkan bentuk kata pendek berupa pimpro. Bentuk kependekan

tersebut dilafalkan seacar kata tidak dieja karnea rangkaian bunyinya

beraturan.

106
Istilah pimpro dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan

makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah pimpro

digunakan oleh komunitas lainnya. Berdasarkan pemakaian istilahnya,

istilah pimpro termasuk dalam selingkung terbuka, karena

penggunaanya digunakan oleh komunitas lainnya.

Makna kontekstual register pimpro berdasarkan penggunannya

yaitu „orang yang memimpin dalam produksi dan dibantu oleh tim

yang dibawahinya‟.

Register pimpro merupakan istilah yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi yaitu

fungsi informatif. Fungsi infromatif dalam tuturan tersebut mengenai

permasalahan yang ada pada pemimpin tim.

Data 57: “ mbokan kamu mau ikut ya gapapa, sebagai refrensimu

sebgai astrada. Tapi dibolehin gak ama sutradaranya”

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed mengenai ajakan yang dilakukan oleh

asisten sutradara untuk menonton pementasan lain untuk pengetahuan .

Dari data tersebut ditemukan register astrada.

Istilah astrada berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pemendekan suku kata pertama pada komponen pertama dan suku kata

107
kedua pada komponen kedua lalu digabungkan untuk menghasilkan

bentuk istilah.

Istilah astrada bentuk akronim dari Asisten Sutradara yang

mengalami pemendekan kata secara beraturan. Hal tersebut karena

mengalami pola pembentukan yang teratur dalam pengelolaannya.

Pola pembentukan astrada berupa pengekalan dua huruf pertama dari

komponen pertama yaitu kata asisten, dan pengekalan suku kata kedua

komponen kedua yaitu kata sutradara lalu digabung dan menghasilkan

bentuk kata pendek berupa astrada. Bentuk kependekan tersebut

dilafalkan seacar kata tidak dieja karnea rangkaian bunyinya beraturan.

Istilah astrada dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan

makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah astrada

digunakan oleh komunitas lainnya. Berdasarkan pemakaian istilahnya,

istilah astrada termasuk dalam selingkung terbuka, karena

penggunaanya digunakan oleh komunitas lainnya.

Makna kontekstual register astrada berdasarkan pnggunannya

yaitu „orang yang membantu sutradara dalam mengatur konsep artistik

kepanggungan‟.

Register astrada merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi yaitu

fungsi informatif. Fungsi dalam tuturan tersebut mengenai astarda

108
untuk ikut dalam kegiatan atau menonton pementasan lain dengan

tujuan supaya astarda mempunyai gambaran untuk pementasan.

Data 58: “ mekos ini tolong benerin dulu aktornya”‟

Konteks: data tersebut merupakan tuturan yang diucapkan oleh

salah satu anggota teater Unsoed disat latihan pementasan mengenai

pakaian atau riasan yang digunakan oleh aktor . Dari data tersebut

ditemukan register mekos.

Istilah mekos berdasarkan satuan lingualnya digolongkan dalam

bentuk kata kompleks, karena mengalami proses morfologi berupa

pemendekan suku kata pertama pada komponen pertama dan suku kata

pertama pada komponen kedua lalu digabungkan untuk menghasilkan

bentuk istlah.

Istilah mekos bentuk akronim dari Make up Kostum yang

mengalami pemendekan kata secara beraturan. Hal tersebut karena

mengalami pola pembentukan yang teratur dalam pengelolaannya.

Pola pembentukan mekos berupa pengekalan dua huruf pertama dari

komponen pertama yaitu kata make up, dan pengekalan suku kata

pertama komponen kedua dari kata kostum lalu digabung dan

menghasilkan bentuk kata pendek berupa mekos. Bentuk kependekan

tersebut dilafalkan seacar kata tidak dieja karena rangkaian bunyinya

beraturan.

Istilah mekos dalam komunitas teater berhubungan dengan

kegiatan yang memiliki kata dalam pemaknaannya sesuai dengan

109
makna yang berlaku dalam bidangnya. Oleh sebab itu, istilah mekos

digunakan oleh komunitas lainnya. Berdasarkan pemakaian istilahnya,

istilah mekos termasuk dalam selingkung terbuka, karena

penggunaanya digunakan oleh komunitas lainnya.

Makna kontekstual berdasarkan penggunannya yaitu „tim yang

mengatur mengenai makup dan kostum terhadap aktor yang sesuai

dengan gagasan pementasan‟.

Register mekos merupakan kata yang digunakan oleh anggota

teater Unsoed yang menjadikan bahasa tersebut memiliki fungsi yaitu

fungsi instrumental. Fungsi instrumental dalam tuturan tersebut

mengenai riasan atau pakaian yang digunakan oleh aktor.

110
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai register teater di

Universitas Jenderal Soedirman dapat disimpulkan telah ditemukannya 58

register teater di Unsoed. Bentuk register di komunitas berdasarkan satuan lingual

yang dibedakan menjadi dua yaitu kata kompleks dan kata tunggal. Kata tunggal

dalam register teater terdapat 37 yang terdiri dari bentuk kata tunggal berkategori

nomina, 4 bentuk kata tunggal berkategori verba, dan 5 bentuk kata tunggal

berkategori adjektiva. Bentuk kata tunggal berkategori nomina yaitu Opening,

Properti, Adegan, Intonasi, Acting, Konsentari, Demang, Lurah, Wedana, Carik,

Kaur, Logisti, Akuwu, Eyang, Kadaver, Fosil, Kontemplasi, Improvisasi,

Observasi,Tempo, Metronom, Gestur, Dirling, Transisi, Sutradara, Casting, Alur,

Dialog, Eksplorasi, Corong, Penonton, Dimmer, Timming, Intensitas, Setwing,

Fade in, Sling. Bentuk kata tunggal berkategori verba yaitu Take, Fade in, Fade

out, Presale bentuk kata tunggal berkategori adjektiva yaitu Vokal, Closing,

Redup, Hening Finishing, Incidental adapun register teater Unsoed yang bentuk

kata kompleks terdapat yang terdiri dari 2 bentuk kata majemuk, 3 bentuk kata

singkatan, dan 7 bentuk kata akronim. Bentuk kata majemuk yaitu pengarah

penonton dan soundtrack.

111
Bentuk kata singkatan yaitu RT, ALB, OTS. Bentuk kata akronim yaitu

Litbang, Balon, Caang, Satek, Pimpro, Astrada, Mekos. Register teater Unsoed

dibedakan menjadi register selingkung terbuka dan selingkung terbatas. Terdapat

56 register selingkung terbuka dan 3 register selingkung terbatas. Dikatakan

register terbuka karena penggunaanya digunakan oleh komunitas lain, sedangkan

register terbatas karena digunakan oleh komunitas teater Unsoed. Pemaknaan

dalam register selingkung terbuka atau register selingkung terbatas dalam

penggunaannya telah disepakati oleh komunitas teater Unsoed.

Analisis fungsi dalam penelitian ini menggunakan teori Haliday dalam

bukunya Chaer dan Agustin yang dikomunitasan menjadi fungsi Instrumental,

fungsi emotif, fungsi interpersonal, fungsi informatif, fungsi metalinguistik,

fungsi imaginatif atau poetich specch. Dalam komunitas teater Unsoed terdapat 18

fungsi Instrumental yaitu mekos, balon, incidental, Redup, Hening, vocal, Sling,

Take, setwing, timming, dialog, transisi, carik, Acting, Konsentari, Demang,

Lurah, properti. Selain itu juga terdapat 35 fungsi informatif yaitu Caang, Satek,

Pimpro, Astrada, Pengarah penonton, Soundtrack, RT, ALB, OTS, Litbang,

pengarah penonton, finishing, closing, presale, Eksplorasi, Corong, Penonton,

eskplorasi, dimmer, alur, casting, Fosil, Kontemplasi, Improvisasi, Observasi,

Tempo, Metronom, Gestur, Dirling, Kaur, Logistik, Akuwu, Eyang, opening,

Adegan, Intonasi 6 fungsi imaginatif atau poetich speech yaitu wedana, cadaver,

sutradara, intesitas, fade in, fade out.

112
5.2 Implikasi

Penelitian ini mengenai register komunitas teater di Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto mengenai bentuk, makna, dan fungsi. Penelitian ini dapat

memberikan perkembangan dalam ilmu kebahasaan khususnya sosiolinguistik dan

manfaat pengetahuan, selain itu penelitian ini dapat memberi informasi mengenai

Teater. Penelitian ini dapat dikaji dari segi variasi bahasa berupa keanekaragaman

bahasa yang digunakan oleh komunitas teater.

113
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, Arif. 2021. “Register Fotografi Pada Komunitas Fotografer Banyumas”.


Skripsi. Purwokerto: Fakultas Ilmu Budaya Unsoed.

Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

_____2015. Morfologi Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

Chaer, Abdul, Leonie Agustin. 2014. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Damopolii, Fitri Primablinda Sari. 2019. Register Dalam Kegiatan Marching


Band. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Ilmu Budaya.

Kusuma, TrimastoyoJati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.


Yogyakarta: Carasvatobooks.

Riantiarno, N. 2011. Kitab Teater. Jakarta: Penerbit Gramedia Widisarana


Indonesia.

Mustofa, Khoirul. 2020. “Register Game Mobile Legend”. Skripsi.


Purwokerto: Fakultas Ilmu Budaya.

Putra, Oggy Tri Hasmoro. 2019. Resiter Dalam Semprot.Com (Kajian


Sosiolinguistik). Skripsi. Purwokwerto: Fakultas Ilmu Budaya.

Rianto,Slamet. Register Ojek Online Di Purwokerto. Skripsi. Purwokerto:


Fakultas Ilmu Budaya.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Santa
Dharma University Press.

Suhrdi. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Semantik. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Sumarsono. 2017. Sosiolingustik. Yogyakarta: SABDA (Lembaga Studi Agama,


Budaya dan Perdamaian).

114
Sumber Referensi Internet

Anggari, Hayu. 2016. Register Perdaganagan Di Jejaring sosial Buka Lapak


(online.) http://eprints.ums.ac.id/47082/13/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf,
diakses 27 Januari 2022.

Dewi, Kusuma Eli. 2016. Register Para Pembuat Rokok di Kota Kudus (onloine).
http://lib.unnes.ac.id/29443/1/2601412054.pdf, diakses 27 Januari 2022.

Fa‟izah Fatin. 2012. Register Pemetik Teh di Desa Kemuning, Kecamatan


Ngaroyso, Kabupaten Karanganyar (online) .
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Register+Pe
metik+Teh+di+Desa+Kemuning%2C+Kecamatan+Ngaroyso%2C+Kabupat
en+Karanganyar+&btnG=,diakses 25 Januari 2022.

Harmoyo, Panji R .2015. REGISTER PEKERJA PETIKEMAS DI SURABAYA


(online).https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/viewFile/88
7/825. diakses 24 September 2022.

Indrasari Elen, dkk. 2020. Karakteristik Pemakaian Register Antarpramusaji


Rumah Makan Ayam Penyet Surabaya (online).
file:///C:/Users/user/Downloads/11730-Article%20Text-38432-1-10-
20200902%20(1).pdf ,diakses 27 Januari 2022.

Khotimah, Novita Dakwah Khusnuk dan Syamsul Sodiq. 20221. Register Jual
Beli Dalam Aplikasi Shopee: Kajian Sosiolingustik (online).
file:///C:/Users/USER/Downloads/41785-Article%20Text-65752-1-10-
20210714.pdf. Diakses 30 November 2022.

Lestari, Herdiana. 2018. Bentuk Fungsi dan Makna Register Komunitas Seniman
Lukis Lombok Drawing Di Kota Mataram. Jurnal Skripsi:Universitas
Mataram.(online). http://eprints.unram.ac.id/10265/. Diakses 24 November
2022.

Lutfiyah, Luly Zahrotul, Susandi. 2019. REGISTER URBAN MAMA DALAM


GRUP AIMI DAN HHBF (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) (online).
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/view/15887/1244
6 . Diakses 24 September 2022.

Maulana, Kevin. Dkk. 2021. Analisis Register di Buletinsuara Universitas


Singaperbangsa Karawang Edisi Ke-27 dan Relevansinya Sebagai Bahan
Ajar Teks Berita di SMP (online).
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/2537/2203. Diakses 25
Desember 2022.

115
Mustaghfirin, Muhamad, dkk. 2021. Bentuk, Fungsi, dan Pola Pergeseran
Register Kusir Dokar Di Wisata Religi Sunan Giri (online).
http://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/2864/1840,diakses 25
Januari 2022.

Mustikawati, Diyah Atik. 2015. Register Bahasa Transportasi (Studi Pemakaian


Bshasa komunitas Profesi (online). http://eprints.umpo.ac.id/2004/1/106-
Dyah-Atiek.pdf .Diakses 15 Desember 2022. diakses 1 November 2022.

Mustikawati Atiek Diyah, M. Hum. 2015. Register Bahasa Trnsportasi. FKIP


Universitas Muhamadiyah Ponorogo (online).
http://eprints.umpo.ac.id/2004/1/106.DyahAtiek.pdf,diakses 28 Januari
2022.

Nazilah Shalihatun Register Kepramukaan Pada Unit Kegiatan Mahasiswa


Gerakan Pramuka (online).
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/72516/Sholihatun
%20Nazilah_Part1.pdf?sequence=1&isAllowed=y ,diakses 21 Januari 2022.

Oktavia, wahyu dan Indersari Elen. 2018. Pemakaian Register


Bahasa Kru Bus Akap Di Terminal Tirtonadi Surakarta (online).
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/dialektika/article/view/7815,diakses 27
Januari 2022.

Prasetya, Tutu. 2012. Bentuk, Makna, dan Fungsi Register TNI AD di


BEKANGDAM V Brawijaya Surabaya (online).
http://journal.unair.ac.id/downloadfullpapersskriptorium1bf2dd960bfull.pdf,
diakses 25 Januari 2022.

Sanjaya, Felik Hera. 2017. ANALISIS REGISTER PADA TUTURAN CUSTOMER


SERVICE BANK DI MALANG (online). https://eprints.umm.ac.id/38352/. diakses
22 Agustus 2022.

Sejuta, Agung. 2016. PENGGUNAAN VARIASI REGISTER DALAM ARTIKEL


DIMEDIA MASA (online).https://www.linguistikid.com/2016/07/variasi-
register-artikel-media-massa-cetak.html. diakses 9 Oktober 2022.

Setyawan, Aan. Pengertian, Ciri, dan Conroh Register dalam Bahasa (online).
https://belajarbahasa.id/artikel/dokumen/210-pengertian-ciri-dan-contoh-
registerdalam-bahasa-2016-11-17-03-58. Diakses 28 Januari 2022. diakses
25 Januari 2022.

Utomo, Wahyu, Damayanti. 2017. Register Percakapan Anggota Kesatuan Lalu


Lintas Polresta Pontianak (online.
https://www.researchgate.net/publication/327179619.diakses 25 Januari
2022.

116
Wahyuni, Tutik. 2021. Sosiolinguistik(online).
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=Er8YEAAAQBAJ&oi=fnd
&pg=PA5&dq=pengertian+sosiolinguistk&ots=lrwMZA9ocP&sig=yVZD-
eMvNLp7XJAOIpKBDH_A-
rU&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20sosiolinguistk&f=false.
Diakses 17 Juli 2022. diakses 25 Januari 2022.

Wahyuni, Tutik. 2021. Sosiolingusitik (online).


https://www.google.co.id/books/edition/SOSIOLINGUISTIK/Er8YEAAAQ
BAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pengertian+sosiolinguistik&printsec=frontcover.
Diakses 1 November 2022.

117
LAMPIRAN

No. Bentuk Satuan Lingual Asal Bahasa Berdasarakan

register kategori

1. Opening Kata benda Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

2. Properti Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

3. Adegan Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

4. Intonasi Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

5. Acting Kata benda Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

6. Konsentari Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

7. Demang Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbatasa

8. Lurah Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesai terbuka

9. Wedana Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbatas

10. Carik Kata benda Bahasa Selingkung

118
Indonesia terbuka

11. Kaur Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbatas

12. Logistik Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

13. Akuwu Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbatas

14. Eyang Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

15. Kadaver Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

16. Fosil Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesai terbuka

17. kontemplasi Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

18. Improvisasi Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

19. Observasi Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

20. Tempo Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

21. Metronom Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

119
22. Gestur Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

23. Dirling Kata benda Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

24. Transisi Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

25. Sutradara Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

26. Casting Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

27. Alur Kata benda Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

28. Dialog Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

29. Eksplorasi Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

30. Corong Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

31. Penonton Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

32. Dimmer Kata benda Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

33. Timming Kata benda Bahasa Inggris Selingkung

120
terbuka

34. Intensitas Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

35. Setwing Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

36. Sling Kata benda Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

37. Take Kata kerja Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

38. Fade in Kata kerja Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

39. Fade out Kata kerja Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

40. Presale Kata kerja Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

41. Vokal Kata adjektiva Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

42. Closing Kata adjektiva Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

43. Redup Kata adjektiva Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

44. Hening Kata adjektiva Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

121
45. Finishing Kata adjektiva Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

46. Incidental Kata adjektiva Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

47. Penngarah Kata majemuk Bahasa Selingkung

penonton Indonesia terbuka

48. Soundtrack Kata majemuk Bahasa inggris Selingkung

terbuka

49. RT Singkatan Bahasa Selirbuka ngkung

Indonesia terbuka

50. ALB Singkatan Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

51. OTS Singkatan Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

52. Litbang Akronim Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

53. Balon Akronim Bahasa Selingkung

Indonesia tertutup

54. Caang Akronim Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

55. Satek Akronim Bahasa Selingkung

Indonesia tertutup

56. Pimpro Akronim Bahasa Selingkung

122
Indonesia terbuka

57. Astrada Akronim Bahasa Selingkung

Indonesia terbuka

58. Mekos Akronim Bahasa Inggris Selingkung

terbuka

123

Anda mungkin juga menyukai