Anda di halaman 1dari 4

Peran Mahasiswa dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 dan

Bencana Alam di Indonesia

Mahasiswa sebagai kaum intelektual diharapkan mampu menjadi agen


perubahan bagi suatu negara ke arah yang lebih baik. Peran serta mahasiswa
sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya aspek sosial.
Sebagai seorang mahasiswa, sudah menjadi kewajiban kita untuk peka terhadap
keadaan dan masalah yang terjadi di sekitar kita.

Seperti yang kita tahu, saat ini bangsa kita sedang menghadapi dua
permasalahan besar, yakni Pandemi Covid-19 dan bencana alam. Mahasiswa
harus mampu berpikir kritis, inovatif, dan solutif, serta berkontribusi lebih dalam
menghadapi permasalahan ini.

Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia sejak Februari 2020


berdampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Aspek yang paling terdampak adalah aspek ekonomi,
politik, dan sosial. Dalam aspek ekonomi, pandemi Covid-19 telah memberikan
pengaruh besar terhadap mikroekonomi dan makroekonomi nasional.

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa hal paling utama untuk


menghentikan penyebaran Covid-19 adalah dengan membatasi interaksi sosial
dalam masyarakat. Untuk itu, pemerintah menetapkan kebijakan social distancing.
Kebijakan itu mengharuskan semua warga negara untuk bekerja, belajar, dan
beribadah dari rumah.

Kebijakan social distancing dianggap merugikan berbagai kalangan karena


kebijakan ini telah melumpuhkan berbagai kegiatan ekonomi. Sampai saat ini,
banyak UMKM tidak bisa beroperasi seperti biasanya bahkan ada yang terpaksa
gulung tikar. Apabila hal ini tidak ditangani dengan tepat, ekonomi Indonesia
akan semakin merosot karena UMKM berkontribusi besar dalam Produk
Domestik Bruto (PDB).

Selain berdampak bagi pengusaha UMKM, Covid-19 juga membuat


sebagian besar orang kehilangan pekerjaannya. Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Indonesia mencatat ada lebih dari 6,4 juta pekerja yang dirumahkan atau
mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19. Hal ini
berakibat meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia. Saat ini, angka
kemiskinan Indonesia menyentuh 10%.
Pandemi belum usai, permasalahan kembali menerpa Indonesia. Musim
penghujan yang tak menentu membuat Indonesia diterpa berbagai macam bencana
alam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 657
bencana yang terjadi di seluruh Indonesia pada Januari-Februari 2021. Bencana
alam itu didominasi oleh banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan angin puting
beliung.

Bencana di awal tahun merupakan kabar buruk yang menjadi duka


mendalam bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Bencana tersebut terjadi
secara beruntun. Bencana itu telah merenggut banyak korban jiwa dan
menimbulkan banyak kerugian. Para korban harus kehilangan tempat tinggal,
kehilangan mata pencaharian, terserang berbagai macam penyakit, dan mengalami
trauma. Selain kerugian yang diderita oleh para korban, bencana juga telah
merusak berbagai fasilitas umum.

Dari kedua permasalahan di atas, kita sebagai mahasiswa harus


berkontribusi dalam upaya memulihkan perekonomian Indonesia. Salah satu cara
yang bisa ditempuh adalah menggiatkan aksi-aksi sosial seperti penggalangan
dana untuk korban bencana dan orang-orang yang terdampak pandemi.
Penggalangan dana bisa dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Kita bisa
melakukannya secara online maupun offline. Setelah dana terkumpul, kita bisa
menyalurkan bantuan berupa uang tunai ataupun sembako. Khusus untuk korban
bencana, kita juga bisa menyalurkan bantuan berupa obat-obatan dan pakaian
layak pakai.

Dalam memulihkan UMKM, kita bisa mengadakan Virtual EXPO


UMKM. Virtual EXPO UMKM ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli
konsumen. Karena masih pandemi, kita bisa melakukan EXPO UMKM ini secara
online. Selain cara tersebut, kita juga bisa membantu memasarkan produk-produk
UMKM itu lewat sosial media atau marketplace. Saat pandemi, minat konsumen
untuk membeli barang-barang secara online meningkat. Peluang besar jika kita
mampu memanfaatkan hal tersebut dengan baik.

Kerja sama antara pemerintah, mahasiswa, dan masyarakat sangat


diperlukan agar permasalahan tersebut bisa terlewati. Kepercayaan masyarakat
pada pemerintah adalah hal utama agar kerja sama ini bisa terjalin. Mahasiswa
bisa menjadi jembatan penghubung keduanya.
Organisasi dan Pandemi

Menjalankan organisasi di tengah pandemi bukanlah hal yang mudah,


akan ada banyak rintangan yang menghadang. Rintangan tersebut tidak boleh
dijadikan sebagai alasan kegagalan sebuah organisasi. Suatu organisasi tetap bisa
mencapai tujuannya apabila ada komitmen yang kuat dari seluruh pengurus.
Komitmen tersebut harus selalu diingat dan dijalankan dengan sungguh-sungguh.

Masalah yang silih berganti dalam sebuah organisasi adalah hal yang
umum. Masalah tersebut akan semakin bertambah banyak pada saat pandemi
seperti sekarang ini. Seringkali masalah tersebut muncul secara tiba-tiba dan tidak
akan selesai dengan sendirinya. Oleh karena itu, pengurus harus segera
menyelesaikan permasalah tersebut agar tidak menjadi boomerang yang akan
menghancurkan organisasi itu sendiri.

Salah satu masalah yang akan dihadapi dalam berorganisasi secara daring
adalah kurangnya komunikasi dan koordinasi internal. Kedua hal tersebut
merupakan kunci utama dalam menjalankan sebuah organisasi.
Padamkenyataannya, membangun komunikasi dan koordinasi adalah hal yang
sulit. Dalam kondisi offline atau tatap muka langsung, seringkali koordinasi
belum bisa dilakukan secara maksimal apalagi komunikasi dan koordinasi secara
daring.

Koordinasi antar pengurus yang kurang baik seringkali menyebabkan


kesalahpahaman atau miskomunikasi. Keadaan tersebut akan menghambat seluruh
program kerja yang ada. Miskomunikasi juga bisa membuat kekacauan baru
karena pengurus tidak tahu batasan pekerjaan yang ia dapatkan. Akibatnya, akan
ada ketidakseimbangan dalam pelaksanaan tugas.

Solusi untuk menghadapi masalah tersebut adalah membuat perencanaan


yang matang. Perencanaan yang dimaksud bisa berupa perincian program kerja
agar seluruh pengurus mengetahui peran dan tugas mereka dengan jelas. Selain
perencanaan, koordinasi yang baik akan tercipta dengan adanya kesamaan
persepsi. Meskipun setiap pengurus memiliki tugas yang berbeda, mereka akan
menyadari bahwa semua itu dalam rangka saling melengkapi satu sama lain
apabila memiliki persepsi yang sama.

Solusi selanjutnya adalah menciptakan keterbukaan antar pengurus.


Keterbukaan itu bisa terwujud apabila ada pendekatan informal kepada setiap
pengurus. Pendekatan tersebut bisa diraih dengan prinsip kekeluargaan.
Kekeluargaan akan menciptakan perasaan saling memiliki dan membutuhkan satu
sama lain.

Masalah selanjutnya yang akan dihadapi dalam berorganisasi via online


adalah manajemen waktu yang buruk dari para pengurus. Manajemen waktu yang
buruk mengakibatkan kinerja pengurus kurang maksimal, kurang aktifnya
pengurus karena merasa terbebani, dan pekerjaan yang dilakukan tidak selesai
sesuai deadline. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kerberjalanan organisasi.
Jika tidak dilakukan penanganan yang tepat, masalah tersebut akan memengaruhi
pengurus yang lain. Cara untuk mengatasinya adalah membiasakan atau melatih
pengurus untuk bisa menentukan prioritas utama dan membuat reminder agar
pengurus menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.

Masalah selanjutnya adalah kurangnya antusias dan partisipasi warga.


Salah satu fungsi organisasi adalah untuk memberikan pelayanan terhadap
warganya. Pelayanan tersebut dikemas dalam bentuk program kerja, di mana
dalam program kerja tersebut membutuhkan kontribusi yang besar dari warganya.
Apabila warganya tidak mau berkontribusi, program kerja tersebut tidak akan bisa
berjalan lancar.

Perlu usaha ekstra untuk menumbuhkan partisipasi warga. Contohnya


adalah membuat program kerja yang menarik, sering menyosialisasikan program
kerja yang akan dilaksanakan, meminta saran dan masukan, menjalin hubungan
dengan non-pengurus, dan meminta feedback saat program kerja tersebut telah
terlaksana. Feedback ini berfungsi sebagai bahan evaluasi agar tidak mengulang
kesalahan yang sama pada program kerja yang lainnya.

Masalah yang akan dihadapi selanjutnya adalah program kerja terlaksana


kurang optimal. Ada beberapa program kerja yang seharusnya wajib
diselenggarakan secara langsung atau offline. Namun, pandemi membuat semua
program kerja dialihkan menjadi daring. Program kerja tersebut tetap terlaksana
namun tidak mencapai esensinya. Solusi yang bisa diambil adalah membuat
program kerja yang tidak terlalu banyak namun beresensi. Pengurus harus
membuat program kerja yang tetap menarik meskipun diselenggarakan secara
daring.

Pada intinya masalah yang dihadapi dalam menjalankan organisasi saat


pandemi harus diselesaikan bersama. Pengurus tidak bisa berdiri sendiri, mereka
harus bisa saling melengkapi.

Anda mungkin juga menyukai