Anda di halaman 1dari 13

Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102

Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198


DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

AJARAN YANG TERKANDUNG DALAM LONTAR


PAKEM GAMA TIGA

TEACHINGS CONTAINED WITHIN LONTAR


PAKEM GAMA TIGA

I Gede Raka Mudana

STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

email: rakagede681@gmail.com

ABSTRAK
Pakem Gama Tiga adalah sebuah lontar yang berisi tentang ajaran kesucian
yang akan mengajarkan manusia untuk menjadi suci. Tujuan akhir ajaran Pakem
Gama Tiga adalah mencapai kesucian dan terbebasnya manusia dari kekotoran
akibat pengaruh duniawi. Lontar Pakem Gama Tiga juga merupakan ajaran
keseimbangan antara pola berpikir dan perilaku, yang diimplementasikan kedalam
kegiatan keagamaan dalam masyarakat Hindu. Secara eksplisit, lontar Pakem Gama
Tiga ini menorehkan suatu perihal keunikan dengan mendasari pada penjelasan
ajaran yang hadir dalam teks tersebut, konsep Ketuhanan, serta makna teologi yang
hadir dalam Pakem Gama Tiga. Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah, yaitu: Bagaimana bentuk ajaran yang terkandung dalam Lontar Pakem
Gama Tiga?. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme,
Secara defenitif, strukruralisme berarti paham mengenai unsur-unsur yaitu strukrut
itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya di satu pihak antar hubungan
unsur yang satu dengan yang lainnya, di pihak yang lain hubungan antara unsur
dengan totalitasnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif melalui
pendekatan library research. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi
kepustakaan, studi dokumen dan teknik pembacaan teks. Bentuk ajaran dalam
Lontar Pakem Gama Tiga adalah ajaran tri murti, ajaran kesucian, ajaran yajña,
ajaran catur warna, jenis-jenis pekerjaan dalam kehidupan dan ajaran
kepemimpinan.

Kata Kunci: Bentuk Ajaran, Lontar, Pakem Gama Tiga

ABSTRACT
Pakem Gama Tiga is a lontar containing the teachings of holiness which will
teach humans to be holy. The ultimate goal of Pakem Gama Tiga’s teachings is to
achieve purity and free humans from dirt caused by worldly influences. Lontar Pakem
Gama Tiga is also a teaching of balance between patterns of thinking and behavior,
which is implemented into religious activities in Hindu society. Explicitly, this Pakem
Gama Tiga ejection carves a uniqueness by basing it on the explanation of the teachings
that are present in the text, the concept of God, and the theological meaning that is
present in Pakem Gama Tiga. From the background above, the problem can be
formulated, namely: What is the form of the teachings contained in Lontar Pakem Gama
Tiga? The theory used in this research is the theory of structuralism. With the
mechanism of inter-relationships on the one hand between the relations of one element
with another, on the other hand the relationship between elements and their totality.

45
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

This type of research through a library research approach. Data collection techniques
were carried out by means of literature studies, document studies and text reading
tecniques. The forms of teachings in Lontar Pakem Gama Tiga are the teachings of tri
murti, teachings of holiness, teachings of yajna, teachings of color chess, types of work
in life and teachings of leadership.

Keywords: Forms of Teachings, Lontar, Pakem Gama Tiga

1. PENDAHULUAN peninggalan jaman dahulu. Baik


yang berupa bangunan maupun
Menurut Keputusan
pesamuhan Agung Parisada naskah-naskah lontar. Banyak
Hindu Dharma Indonesia Nomor jenis karya sastra klasik yang
6/Kep/P.A.Parisada/XII/2010 dihasilkan, dipelihara dan
Tentang pemantapan dipelajari sebagai pedoman bagi
pelaksanaan Tattwa, Susila, dan masyarakat dalam pelaksanaan
Ᾱcara, tiga komponen dasar keagamaan Hindu di Bali.
ajaran agama Hindu tersebut
Berbicara mengenai sastra
dikenal dengan Tiga Kerangka
Dasar Agama Hindu, yaitu klasik akan selalu berkaitan
Tattwa, Susila dan Ᾱcara. Tattwa dengan naskah yang merupakan
adalah pengetahuan tentang peninggalan tertulis di atas
Ketuhanan. Susila berasal dari kertas, daun lonta҆ kulit kayu
kata su dan sila. Su berarti baik, dan rotan. Di Bali juga banyak
dan sila berarti dasar, perilaku
terdapat sastra- sastra agama
atau tindakan, susila berarti
perilaku yang baik. Secara yang berupa lontar-lontar baik
umum susila diartikan sama yang berbahasa Sanskerta dan
dengan kata etika. Ᾱcara berarti berbahasa Jawa Kuna maupun
tradisi atau kebiasaan yang salinan lontar yang telah di alih
baik. aksarakan, diterjemahkan ke
Ajaran Agama Hindu dapat dalam bahasa Bali dan Bahasa
dibagi menjadi tiga bagian yang Indonesia. Terjemahan lontar
dikenal dengan “Tiga kerangka
yang berbentuk teks sangat
dasar agama Hindu” dimana
bagian yang satu dengan yang penting dilakukan untuk
lainnya saling mengisi dan menjembati pembaca yang
merupakan satu kesatuan yang kurang mampu memahami
saling berhubungan (Wiana, ajaran agama, tradisi dan
2013 : 75). Apabila salah satu Purana dengan menggunakan
dari tiga kerangka agama
bahasa Sanskerta dan bahasa
diabaikan maka terjadi ketidak
seimbangan pada sistem agama Jawa Kuna.
Hindu. Menurut Triguna (dalam
Bali adalah daerah yang Daging, 2012: 5) menyebutkan
bahwa sastra agama bukan saja
banyak memiliki benda-benda
memuat nilai Ketuhanan

46
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

semata. Sastra agama L.J.J. Caron (Residen Bali-


merupakan petunjuk menjalani Lombok). B. Cox serta I Gusti
kehidupan. Tanpa ada arah yang Putu Djelantik dalam rangka
diikuti oleh manusia akan melindungi kebudayaan Bali,
menjadikan salah arah dan terutama lontar-lontar dan juga
salah kaprah. Manusia agar mudah mempelajarinya
senantiasa mengalami proses (Kinten, 2005: 1 ).
deferiansiasi sosial-struktural Teks lontar seringkali
dan suatu generalisasi nilai, transformasi ajarannya
norma dan makna yang disampaikan dalam bentuk
menyertainya. Dalam hubungan mitos-mitos. Mitologi merupakan
kebudayaan pergeseran itu akan kesadaran primitif berupa
sangat memberi kontribusi gambaran-gambaran mengenai
terhadap sebagai satuan dewa-dewi untuk menjelaskan
budaya. penguasa gejala-gejala alam,
Sastra Jawa Kuna pandangan moral, estetika dan
merupakan salah satu warisan memiliki konsep-konsep tentang
budaya bangsa Indonesia yang adikodrati (Bagus, 2000: 657).
mempunyai nilai sangat tinggi. Penganut agama Hindu di Bali
Sejarah telah mencatat bahwa masih menerima kebenaran
sastra Jawa Kuna mencapai mitos sehingga lontar-lontar
puncak perkembangan yang yang memuat mitologi tetap
sangat subur antara abad ke-9 mendapat perhatian agar umat
hingga abad ke-16 dipusat Hindu mendapatkan pencerahan
kerajaan Hindu (Zoetmulder, dan pengetahuan mengenai
1985 : 18 ). Periode ini ditandai ajaran agama Hindu.
dengan banyaknya muncul Dari sekian naskah yang
karya sastra baik berupa parwa ada dalam kepustakaan Bali,
(prosa) maupun kakawin (puisi). naskah yang memuat teologi
Sesuai dengan sistem suatu Hindu di Bali dikelompokan ke
kekuasaan pada waktu itu hasil dalam lontar tattwa, ajaran
sastra Jawa Kuna umunnya agama Hindu yang memuat
dijiwai oleh agama Hindu. Hasil tentang teologi terdapat pada
karya sastra tersebut tumbuh Lontar Pakem Gama Tiga. Secara
subur sehingga banyak karya intrinsik Lontar Pakem Gama
sastra yang lahir seperti Tiga tergolong ajaran Siwa yang
kakawin Bharatayuddha, Arjuna murni yang dikenal di Bali
Wiwaha, Gatotkacasraya, dengan paham Siwasidhanta.
Siwaratrikalpa, dan sebagainya Lontar Pakem Gama Tiga
(Wika, 2013 : 2). disusun dalam bentuk prosa
Akibat pengaruh menggunakan bahasa Sanskerta
modernisasi, maka perlu singkat dan bahasa Jawa Kuna
diadakan suatu penyelamatan, sebagai penjelasan.
pelestarian, dan pengembangan Lontar Pakem Gama Tiga
terhadap lontar-lontar yang ada sangat menarik untuk dikaji,
di Bali. Pada tanggal 14 dikarenakan dalam Lontar
september 1928, didirikanlah Pakem Gama Tiga terdapat
Gedong Kertya atas prakarsa ajaran Ketuhanan yang

47
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

memperlihatkan dan Tutur Parakriya adalah lontar


menerapkan aspek Teologi yang berisikan tentang petuah-
Hindu yang begitu dalam dengan petuah, nasehat-nasehat yang
berbagai karakteristik aspek mulia tentang kelepasan.
Ketuhanan dalam kehidupan Kelepasan (moksa) menurut
beragama. Dibentuknya ajaran Tutur Parakriya dapat dicapai
Pakem Gama Tiga oleh Ida dengan melaksanakan yoga,
Pedanda Putra Manuaba (tahun untuk menghubungakan diri
1977) karena melihat kehidupan dengan Ida Sang Hyang Widhi
manusia yang semakin merosot Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa.
menyebabkan manusia menjadi Kontribusi penelitian
hina dan rendah, bahkan dapat Astuti terhadap penelitian ini
berperilaku lebih rendah dari adalah sebagai bahan masukan
binatang yang seharusnya untuk membahas Lontar Pakem
seorang manusia terlahir sebagai Gama Tiga (Bentuk Ajaran dan
mahluk yang mulia dan memiliki Makna Teologi Hindu). Obyek
perbedaan dengan mahluk yang diteliti dalam penelitian ini
lainnya. memiliki kesamaan yaitu
Kajian ini menjadi penting menggunakan obyek teks yang
karena naskah yang berupa ada di Bali. Penelitian tersebut
lontar akan diungkap isi serta sama-sama memiliki kajian
muatan yang terdapat di Lontar dengan teks yang
dalamnya. Dari uraian di atas berbeda.
dapat diartikan bahwa Lontar Windya (2020) dalam
Pakem Gama Tiga adalah sebuah penelitian yang berjudul “Ajaran
lontar yang berisi tentang ajaran Pembebasan Dalam Lontar
kesucian yang akan Sanghyang Mahajnana” Dalam
mengajarkan manusia untuk artikelnya Lontar Tattwa
memungkinkan menjadi suci. Sanghyang Mahājñana adalah
Tujuan akhir dari ajaran Lontar salah satu naskah tattwa yang
Pakem Gama Tiga yaitu mengandung ajaran yang
mencapai kesucian dan bersifat Śiwaistik, disajikan
terbebasnya manusia dari dalam bentuk dialog, tanya
kekotoran akibat pengaruh jawab antara Bhatara Guru
diniawi. Lontar Pakem Gama sebagai guru rohani dengan
Tiga juga merupakan ajaran Sang Kumāra sebagai murid,
yang berkaitan dengan membahas hakekat tertinggi
keseimbangan antara pola tentang pembebasan/kalepasan
berpikir dan perilaku yang Pada penelitian Windya
diimplementasikan kedalam sama-sama mengkaji konsep
kegiatan keagamaan. Ketuhanan atau Teologi namun
dengan judul Teks yang berbeda.
2. KAJIAN PUSTAKA Sehingga memberi kontribusi
Astuti (2020) dalam sebagai masukan dan bahan
penelitian yang berjudul Konsep perbandingan dari penelitian ini.
Ketuhanan Dalam Lontar Tutur Berdasarkan dari beberapa
Parakriya”. Dalam artikel Lontar kajian pustaka di atas belum
ada yang mengkaji secara

48
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

mendalam atau khusus tentang Sumber data terdiri dari


Lontar Pakem Gama Tiga, maka data primer dan data sekunder.
dalam penelitian ini akan diteliti Penelitian ini menjelaskan data
secara mendalam mengenai primer diperoleh dari sumber
Lontar Pakem Gama Tiga (bentuk pertama melaluhi prosedur dan
ajaran dan makna teologi Hindu) teknik pengambilan dari
Astuti dan Suadnyana (2020) mengamati Lontar Pakem Gama
dalam artikelnya berjudul Tiga. Dalam mengkaji Lontar
“Konsep Ketuhanan Dalam Pakem Gama Tiga yang dijadikan
Lontar Tutur Parakriya” Lontar pedoman adalah sumber berupa
Tutur Parakriya menguraikan lontar yang sudah dialih
tentang percakapan antara aksarakan dan dialih bahasakan
Bhatara Iswara kepada Sang yang terdapat pada UPTD
Hyang Kumara. Diawali Gedong Kirtya Singaraja Nomor:
permintaan dari Bhatari Uma III B / 4557 dan naskah lontar
agar Sang Hyang Kumara lainya yang terkait. Teori yang
berkenan menanyakan kepada digunakan dalam penelitian ini
Bhatara Iswara tentang ajaran adalah teori strukturalisme. teori
yang mengantarkan sesorang strukturalisme merupakan teori
menuju moksa mekanisme antar hubungannya,
Penelitian Astuti dan antar hubungan unsur yang
Suadnyana memberikan satu dengan unsur lainnya dan
kotribusi terhadap “konsep peranan setiap unsur dalam
Ketuhanan dalam Lontar Tutur karya sastra saling
Parakriya yang akan berhubungan. Mengingat dalam
memberikan pandangan atau struktur teks antara bagian-
masukan terhadap penelitian bagian dan unsur-unsur yang
ini. Penelitian yang dilakukan membangun cerita saling
Astuti dan Suadnyana lebih keterkaitan sehingga terjadi satu
memfokuskan pada konsep kesatuan yang utuh, maka teori
Ketuhanan dalam Lontar Tutur strukturalisme digunakan untuk
Parakriya sedangkan penelitian membedah masalah yang
yang akan peneliti kaji yaitu pertama yaitu bentuk ajaran
Lontar Pakem Gama Tiga yang terkandung dalam Lontar
(Bentuk ajaran dan makna Pakem Gama Tiga.
teologi Hindu) dalam penelitian Teknik yang digunakan
akan dibahas bentuk ajaran, dalam pengumpulan data, yaitu
dan makna yang terkandung studi kepustakaan, studi
dalam lontar. dokumen dan teknik pembacaan
teks. Selanjutnya untuk teknik
3. METODOLOGI analisis data menggunakan
reduksi data, penyajian data,
Penelitian ini merupakan
dan penarikan kesimpulan
jenis penelitian kualitatif. denga
Dalam design penelitian ini cara
pengumpulan data yang utama
adalah dengan meneliti pustaka
berupa Lontar Pakem Gama Tiga.

49
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

4. HASIL PEMBAHASAN Om Awighnamastu nama siddam


Bentuk Ajaran Dalam Lontar Om Dewa-dewi Tri Dewamanem, Tri
Pakem Gama Tiga Murti, Tri Linggatmakem, Tri Purusha,
a. Ajaran Tri Murti Suddhanityem sarwa jagat jiwatmanem.
Om guru dewa guru rupem, guru
Lontar Pakem Gama Tiga
madya guru purwa, guru pantarem.
adalah sebuah teks yang terdiri
Aem (A-ricem) Brahma Iswara dewam
dari simbol verbal berupa Wisnu Jiwatma tri lokem, sarwa jagat
bahasa dan kalimat-kalimat prathistanem sarwa wighna
verbal yang perlu diketahui winasanem, Shiwa Sadashiwa,
ajaran yang termuat di tirthan mrethaning malem,
dalamnya. Para leluhur Buddha tirtha tatragatam, Siwa
terdahulu telah banyak tirtham cagamanem, Igama
membuat bentuk ajaran Iswara dewem, Agama Brahma
beragama yang begitu penting dewatem, Ugama
dalam kehidupan masyarakat Wishnudewanem Mahadewa
terutama untuk dapat Krethajanam. Om guru paduke
menjalankan kegiatan upacara bhyo namah. (Pakem Gama Tiga,
keagamaan untuk dapat 1a)
diwariskan pada generasi Berdasarkan kutipan
penerusnya. Lontar Pakem Gama Tiga
Perwujudan-Nya sebagai tersebut terdapat beberapa
Tri Murti, maka Ida Sang Hyang penyebutan seperti Tri Dwanem,
Widhi Wasa digambarkan Tri Murti, Tri Linggatmakem, Tri
mempunyai tiga wujud Purusha. Penjelasan dari
kekuatan, kemampuan dan manifestasi tersebut adalah
kekuaaan yang maha besar. sebagai berikut: Tri Dewanem
Selain itu Tuhan juga artinya sebagai tiga kekuatan
mempunyai tiga wujud penguasa utama. Tri Murti
kesaktian karena itu juga adalah sebagai tiga penguasa
dinamakan juga sebagi Tri Sakti. kekuatan yang terdapat dalam
Tiga wujud kemampuan, ajaran agama Hindu secara
kekuatan, kekuasaan dan umum dikenal dengan tiga
kesaktian Tuhan itu adalah: (a) kekuatan dari Dewa yaitu Dewa
Tuhan sebagi pencipta yang Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa
disebut Brahma. (b) Tuhan Siwa. Tri Purusa adalah tiga
sebagai pemelihara yang kekuatan penguasa yaitu Siwa
dinamakan Wisnu. (c) Tuhan sebagai kekuatan Dewa yang
sebagi pelebur yang disebut diliputi pengaruh Maya
Siwa (Suhardana, 2008). Ajaran Sadasiwa sebagai kekuatan
suci yang terdapat pada Lontar Dewa yang juga terkena
Pakem Gama Tiga juga terdapat pengaruh maya dan Surya,
bentuk ajaran Tri Murti. Bentuk Paramasiwa sebagai kekuatan
ajaran yang terdapat dalam Sunya atau kekuatan tertinggi.
Lontar Pakem Gama Tiga dapat Tri Linggatmakem adalah tiga
dilihat dalam kutipan berikut kekuatan yang berada pada tiga
ini: alam yaitu, Bhur Loka (alam
bawah), Bwah Loka (alam

50
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

tengah) dan Swa Loka (alam sapraka rania kabeh, maka


atas). Tiga konsep kekuatan Nguni manusa kabeh. Apan ia I
tersebut dalam ajaran suci manusia durania mangawruhing
Pakem Gama Tiga merupakan laku, makanguni ring solah ing
ajaran yang mulia mencangkup kamanusan, kari tunggal
seluruh aspek dari kekuatan pambakania lawan sato, mina,
alam semesta. paksi, duran, wruha ring
b. Ajaran Kesucian pandaratan ing tingkah.
Ajaran kesucian dalam (Pakem Gama Tiga 1b)
Lontar Pakem Gama Tiga Terjemahan:
merupakan ajaran luhur dan Adalah sekarang diceritakan,
utama sebagai pegangan hidup pada suatu saat, Beliau
bagi manusia yang diwariskan Paramaśiwa Murti, tempat
oleh para leluhur terdahulu. beryoganya Dewa Mahadewa,
Pakem Gama Tiga diwariskan diperintah oleh Beliau Sang
sebagai ajaran yang utama Hyang Guru Purusangkara. [1b]
dalam kehidupan manusia Aku akan memulai menyiptakan
untuk menjadikan manusia tiga agama (tiga jalan), adapun
yang sujati. Beliau membuat macamnya itu, Igama, Agama
konsep ajaran suci dan dan Ugama. Penjabarannya:
menciptakan ajaran suci yang Igama merupakan pelaksanaan
diperkenalkan untuk pada kasuksman. Agama
dilaksanakan sebagai kewajiban merupakan wujud nyata di
suci. Pengetahuan ajaran dunia. Adapun Ugama yakni
kesucian tersebut dapat dilihat sebagai pedoman tikah laku di
pada kutipan berikut ini: bumi. Ketiganya itu merupakan
Hana pramangke wuwusa, iki kewajiban Beliau Sang Hyang
kala. Paramashiwa mreti, Śiwa-Dharma menyejahterakan
payogan nira Bhatara dan mendamaikan semesta.
Mahadewa, kinon de nira Sang Ketiganya itu merupakan darma
Hyang Purusangkara. Tengsun dari Sang Hyang Dharma,
animiti gumaweyaken gama tiga, menegakkan kedamaian
nahan ta iwir nihan: Igama, semesta, pada saat Beliau
Agama, Ugama. Pangastunia: Badrawada beserta Bhagawan
Ikang Igama kaglaraning Wraspati, merinci dan
kasuksman, ikang Agama menetapkan tata bahasa Purwa-
pakretin ing jagat mandala. Digama, ada yang dinamakan
Ikang Ugama makasima Gunung Kawi, di kepulauan
lokacaraning jagat. Ika katigania Jawa. Ketika Beliau
darmaning Sang Hyang Shiwa menciptakan alam semesta,
Darma, amakretan ing aywaning sampai pada seisi seluruh
jagat. I kalan nira badrawada dunia, sebagai awal dari
lawan Siwa Bagawan peradaban seuluruh umat
Wrashpati, paricinaken angiket manusia. Sebab manusia itu
basa purwadigama, hana dahulunya jauh dari
ingaraning ukir kawi, ring pengetahuan akan tingkah laku,
Jambudwipa. Duk samana apalagi tingkah laku
gumlar ikang jagat raya, tkeng kamanusiaan, masihlah

51
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

sepemikiran dengan binatang, keharmonisan antar sesama


ikan, ungags atau burung, jauh manusia dan proses pemurnian
pengetahuannya dari tata diri tergabung menjadi satu
krama. (Penterjemah: Pujana, dalam konsep yajn͂a yang
2021) diwariskan oleh para leluhur
Ajaran kesucian dalam sebagai aktivitas kegiatan
Lontar Pakem Gama Tiga keagamaan dan pemujaan.
menjelaskan semua yang Penjelasan konsep yajn͂a yang
menentukan perkataan dan terdapat dalam Lontar Pakem
perbuatan adalah pemikirian. Gama Tiga dapat dilihat dalam
Ketiganya merupakan kewajiban kutipan berikut ini:
dari Sang Hyang Śiwa Dharma Kunang ikang pakretinia,
yang bertugas menyejahterakan ngaran. Yajn͂a, Dewa Yajn͂a,
dan mendamaikan semesta. Bhuta Yajn͂a, kunang pawretinia,
Menjadi darma dari Sang Hyang angaci-aci raga sarira, saking
Dharma yang menegakkan patémoning pawarangan, hana
kedamaian di alam semesta tutug rig jroning garbha,
bersama Badrawada beserta katékaning péjah tan mari ya
Bhagawan Wrêhaspati. widhi-widania. Apa lwirnia:
Pūrwādigama merupakan pakraban. Yan bobot mapag
pedoman tata cara dan tingkah dongan. Rauh wtu kang rare
laku keagamaan pada zaman madapetan. Rikepus udel
dahulu. matlah- tlah. Ring asasih pitung
c.Ajaran Yajna dina pabajang colongan,
Bentuk yajn͂a yang utama matigang sasih, mawton,
adalah terletak pada pikiran dan mapétik, mawintén. Laju atapa
perasaan yang melatar belakangi brata, margining angungsi
terwujudnya atau terlaksananya kanisrayasan. Mangkana
suatu yajn͂a. Pikiran dan pangaci-acining manusa Yajn͂a.
perasaan dimaksud adalah Samalih rehan dewa Yajn͂a,
ketulus-iklasan serta kesucian angaturaken puja wali ring
dan kemurnian pikiran dan sarwa dewata kabeh, saha widi-
perasaan dalam melaksanakan widana, nista, madya, utama.
yajn͂a. Melalui ketulus-iklasan Smalih ambuta Yajn͂a
kita sebenarnya telah sakaliwiraning caru, nista,
mewujudkan sifat-sifat Tuhan madya, utama. (Pakem Gama
dalam diri, karena Tuhan Tiga, 12b)
menciptakan segala ciptaan-Nya, Lontar Pakem Gama Tiga
alam semesta dengan segala juga menjelaskan batasan
isinya adalah karena sifat-sifat terhadap pelaksanaan yang
Beliau Tuhan yang Maha Tulus, berkaitan dengan Dewa Yajn͂a
Maha Iklas, Maha Kasih, dengan dan Bhuta Yajn͂a. Tahapan
kata lain adalah dengan yajn͂a. pelaksanaan Dewa Yajn͂a
(Singer, 2014). Ajaran suci yang dengan menghaturkan upacara
terdapat pada Lontar Pakem kehadapan para Dewata. Ajaran
Gama Tiga juga menerapkan suci Pakem Gama Tiga juga
hakikat yajn͂a tentang mengajarkan upacara Pitra
keseimbangan alam, Yajn͂a. Pitra Yajn͂a terdiri dari

52
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

dua kata, yakni “Pitra” dan Bwana, apan sira wenang


“Yajn͂a”. Secara harfiah, pitra umadég basmakura, dadi Guru-
berarti orang tua yang terdiri loka, dadi guru diksita-dharma,
dari (ayah dan ibu). pinaka purohita de sang Guru
Wisesa an Sang Brahmana Siwa
d. Ajaran Catur Warna Buda ruwawak Igama. (Pakem
Lontar Pakem Gama Tiga Gama Tiga 13b)
sebagai ajaran suci juga
menerapkan dan memaparkan Berdasarkan kutipan
keberadaan kelompok sosial Lontar Pakem Gama Tiga di atas
yang ada di masyarakat. dapat dijelaskan ajaran Catur
Kelompok sosial yang diajarkan Warna dalam kehidupan
dalam Pakem Gama Tiga disebut bermasyarakat. Proses yang
dengan Catur Warna yang terdiri dilakukan disebut dengan
dari Brahmana, Ksatria, Wesya Karma Wasana seseorang yang
dan Sudra. Pembagian memiliki tujuan untuk
kelompok sosial tersebut memberikan kebahagian hati
berdasarkan kemulian jiwa yang orang lain dengan kegiatan yang
dimiliki oleh manusia yang positip demi terciptanya rasa
kemudian diterapkan dalam yang damai pada setiap diri
kehidupun bermasyarakat. manusia. Pengetahuan dan
Penjelasan ajaran Catur Warna tingkah laku manusia dapat
yang diajarkan dalam Lontar dikelompokan menjadi empat
Pakem Gama Tiga dapat dilihat yang disebut dengan Catur
pada kutipan berikut ini: Warna yang meliputi Brahmana,
Kuna punia, ngaran. Ksatriya, Wesya dan Sudra.
Salwiring karma kréta lila Sang Brahmana adalah orang
jnyana, hening nirmala: ika yang memimpin Agama artinya
punia, ngaran. Silarangan Brahmana sebagai simbol Igama,
weruha maungguan, kehidupan masyarakat
kawiwenangan ri tata ing sarira, Brahmana sebagai jiwa dari
lwirnia: Sang Brahma, Ksatriya, masyarakat dan mampu
Waisya, Sudra, hana ring pata memberikan contoh yang baik
tanggih ika, sama ngusanan ira dan sebagai tauladan bagi
igama. Sang Brahmana sira masyarakat sebab Brahmana
usaneng nghulun, sira nuksma adalah individu atau golongan
ring Igama. Kastriya sira masyarakat yang berkecimpung
usaneng bahu kiwa téngén, sira dalam bidang kerohanian.
nuksme ring Agama. Sang
Waisya sira usaneng garbha e. Jenis-jenis Pekerjaan Dalam
wasa, sira nuksma ring Ugama. I Kehidupan
wong Sudra haneng suku kalih, Sebelum manusia melakukan
anuksma ring anda kabeh. I suatu pekerjaan dalam
wong Sudra nusup ring waisya. kehidupan manusia diharapkan
Waisya nusup ring Satriya. untuk memahami kecerdasan
Satriya ya nusup ring yang dimiliki, dengan
Brahmana, Siwa Buda wenang kecerdasan tersebut maka
angastuti Sang Hyang Tri- manusia dengan kecerdasan

53
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

yang dimiliki mampu bekerja wicaksana weruh ring


dan menghidupi dirinya dengan wisesaning tatwa suksma
berbagai jenis pekerjaan atau dyatmika. Pratyaksa, nga. Tatas
swadharma yang tepat. beberapa ring pangawruh linging aji.
jenis-jenis pekerjaan yang Cetaskara, nga. Capéng
dimaksud dalam Lontar Pakem martaka, ring sasémitan ala ayu,
Gama Tiga seperti bertani, kang kari jroning garbha,
berbudaya, berdagang, arsistek wiweka ring polah ning sastra
dan pande besi. Penjelasan sandhi, parama putus ring
tentang Jenis-jenis pekerjaan darmaning aji kabeh. Ansur
dalam kehidupan yang diajarkan pramanika nga, ikang wruh
dalam Lontar Pakem Gama Tiga magawe unen-unen wawalon,
dapat dilihat pada kutipan matangyan suka-wiryaning
berikut ini: jagat. sewka darma putus nga.
Nihan kang tri-guna, lwirnia: ikang ambék kawruh lunaksana
guna nga, pangawisesan angamo akakén Sang Hyang
maguna nga. Satélébing idep. Darma, yata magawe prakréta
Wiguna nga. Tan kapinggingan diksita. Duta mangkana ikang
kaweruhan. Ring sornia ana guna nga. (Pakem Gama Tiga
guna mwah wruh ring salwiring 14b-15a)
saraja-karya pangupa jiwa. Lontar Pakem Gama Tiga
Jiwa-upadana nga. Lwirnia; mengajarkan manusia bekerja
amacul, abudaya, adagang, untuk penghidupan. Pekerjaan
mwah asta kosala kosali, yang diajarkan meliputi bertani,
apande- wesi, angémpu galuh, berbudaya, berdagang, arsistek
den wruhing parama sastrania, dan pande besi. Semua jenis
mwah asawaka dharma putus. pekerjaan tersebut merupakan
Samangkana pangupajiwania keutamaan dalam ajaran Lontar
ring kahayon. Pangkania den Pakem Gama Tiga yang
weruh angémpu Sang Hyang bertujuan untuk mendapatkan
Urip. Guna pacul, magawe penghidupan dan penghasilan di
mretan ning jagat raya. dunia serta mengabdikan diri
Nyudagar améncaraken mréta untuk mencapai tujuan akhir
ning jagat. Asta- kosali, nga. dalam Agama Hindu yaitu
weruh agawe wawagunan, Moksa. Demikianlah jenis-jenis
makadi: yasa, wot, patani, pekerjaan dalam kehidupan
sumanggen, sumangkirang, manusia yang diajarkan dalam
meru, sanggar. Asta-kosala: Lontar Pakem Gama Tiga.
weruh agawe praja. Apande
wesi weruh agawe sanjata, f. Ajaran Pemerintah
sarwa lalandép, makadi Seorang pemimpin dilantik
sapraboting manusa kabeh. Mpu untuk mewujudkan
Galuh ngaran apande mas. kemakmuran dan memberikan
Parama-sastra, nga. Weruh ring perlindungan kepada warga
kalinganing suksmaning sastra, Negara (yang dipimpinya).
weruh ring kawyajnyana, Seorang pemimpin dituntut
pamutéring tutur rahayu. untuk senantiasa mawas diri,
Pragiwaka nga. Prajnyan

54
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

memajukan kesejahteraan dan nguni wira-dira, suranaya. Ika


kemakmuran, bersikap hangat laksana nga. Dasa karma-
(ramah) kepada bawahannya, kartha, kawenangania ikang
keras terhadap dan mampu manusa kabeh, ri sajéng ira
menaklukan musuh-musuhnya, amangku ikang igama tirtha.
perusuh, pelaku kejahatan dan Kaligania ika gawening wang
pencuri. Seorang pemimpin rikalaning maurip. Mangkana
hendaknya senantiasa kramania dadi manusa,
mengangkat harkat dan matangnian ginawe tang dasa
martabat bangsanya, memiliki karsana, pinuji dening eka dasa
keteguhan dan kemantapan ludra. Nihan ta lwirnia: winastu
hati, dan senantiasa dening dasa pura kréthi,
menjalankan kejujuran (Titib, mangastawa ring Sang Hyang
1996). Dasa Ludra, lwirnia: Dasa
Lontar Pakem Gama Tiga Pakréthi, Sawah Pakréthi, Giri
menguraikan dalam sistem Pakréthi, Danu Pakréthi,
pemerintahan harus ada Samudra pakréthi, Manusa
pemerintahan yang mencangkup Pakréthi, Sato Pakréthi, Sarwa
luas wilayah dari yang lebih luas prania pakérthi, Kapandhya
hingga wilayah yang lebih kecil. pakérthi, ika gunawe
Sebagai sistem pemeritahan kahayoning wong, sato, mina
seorang pemimpin diharapkan paksi, taru, buku, tréna, gulma,
memiliki sifat-sifat yang stawara, janggama. Tasakén
berlandaskan pada ajaran suci Pakérthi bumi ring sima nagara.
Pakem Gama Tiga. Penjelasan (Pakem Gama Tiga 15b)
ajaran pemerintahan yang Berdasarkan kutipan
terdapat dalam Lontar Pakem Lontar Pakem Gama Tiga nomor
Gama Tiga dapat dilihat pada 15b dijelaskan ajaran
kutipan berikut ini: mengenahi kepemimpinan.
Bawa, mabawa, wibawa. Sebagai seorang pemimpin yang
Bawa, nga. teja. Mabawa nga. bijaksana hendaknya
lwih suka wibawa nga. lwih memperhatikan kebutuhan
ateja. Nihan tan lwir ning bawa masyarakat dari segi
nga. Ya tika sang Wirbhuja, kesejahteraan, pekerjaan,
amréta takikahing praja kebutuhan makanan dan segala
mandala, milu ring karya Sang kegiatan yang berkaitan dengan
Bupati, lwirnia: patih, aktivitas sosial masyarakat.
punggawa, pramantri, jajénéng, Pada kutipan lontar dijelaskan
adég-adég. Anyaksihin pula sifat yang harus dimiliki
amancagra, andhana dalam memimpin suatu
amacalang. Amrabékel, masyarakat. Seorang pemimpin
Anyubak, Anglurah. mwah harus memiliki sifat Tribawa
salwir kang romawos ring praja- atau sifat kemuliaan yang terdiri
mandala, Ika ngaran abawa. dari bawa yang berarti sinar,
Alaksana, nga. wruh anglakoni artinya seorang pemimpin
sarwa kawruhan hana diharapkan mampu bersikap
muscayakén ring rat, maka adil kepada seluruh masyarakat
dan mampu memberikan

55
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

penerangan kepada seluruh Pakem Gama Tiga yang


masyarakat dalam hal memberikan penghidupan pada
kehidupan sosial dan lain setiap jiwa yang ada di dunia
sebagainya. dan semua jiwa yang ada akan
Pada Lontar Pakem Gama membentuk suatu Negara dan
Tiga dijelaskan sistem kebahagian di dunia.
pemerintahan diumpamakan
seperti sinar yang memiliki Dari berbagai analisis
pusat dan bersinar hingga ke yang telah diuraikan pada
lapisan yang paling bawah. naskah Lontar Pakem Gama Tiga
Lapisan teratas yang diuraikan dapat diberikan pemahaman
dalam Pakem Gama Tiga disebut bahwa bentuk ajaran yang
dengan Bupati yang didukung terkandung dalam Lontar Pakem
oleh para patih, punggawa, Gama Tiga adalah ajaran tri
jajêneng (bendahara), adêng- murti, ajaran kesucian, ajaran
adêg (sekretaris), añakṣihin yajña, ajaran catur warna, jenis-
(saksi), amañca-gra (hubungan jenis pekerjaan dalam
masyarakat), andan-amacalang kehidupan dan ajaran
(pertahan sipil), amrabêkel kepemimpinan. Semua bentuk
(pemimpin desa), añūbak ajaran tersebut dapat di
(petinggi subak), anglurah impelementasikan dalam
(lurah). Semua lapisan yang ada kehidupan masyarakat Hindu
tersebut memiliki tugas dengan berlandaskan pada
tersendiri dalam sistem pakem atau hukum perilaku
pemerintahan yang bertujuan yang ada pada Lontar Pakem
memberikan pelayanan kepada Gama Tiga.
semua masyarakat serta
memberikan kesehjatraan. 5. KESIMPULAN
Pemahaman ajaran yang Berdasarkan hasil
didapat dari kutipan Lontar penelitian tentang Lontar Pakem
Pakem Gama Tiga yaitu, dalam Gama Tiga (bentuk ajaran dan
ajaran pemerintahan terdapat makna Teologi Hindu) dapat
sebuah pakem atau aturan ditarik suatu kesimpulan bahwa
dalam sistem pemerintahan. naskah Lontar Pakem Gama Tiga
Lontar Pakem Gama Tiga dapat diberikan pemahaman
menegaskan untuk menjadi bahwa bentuk ajaran yang
seorang pemimpin harus terkandung dalam Lontar Pakem
memiliki tiga sifat kemuliaan Gama Tiga adalah ajaran tri
yang disebut dengan Tribawa. murti, ajaran kesucian, ajaran
Ajaran Lontar Pakem Gama Tiga yajña, ajaran catur warna, jenis-
juga memberikan ajaran kepada jenis pekerjaan dalam
masyarakat yang menjadi kehidupan dan ajaran
pemimpin agar selalu bekerja kepemimpinan. Semua bentuk
dengan baik demi kesejahteraan ajaran tersebut dapat di
rakyat. Lontar Pakem Gama Tiga impelementasikan dalam
menguraikan bahwa Tuhan kehidupan masyarakat Hindu
menciptakan dan menjaga seisi dengan berlandaskan pada
alam dengan berlandaskan pakem atau hukum perilaku

56
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 14 Nomor 1. (2023) hal 45-57 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v14i1.555 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

yang ada pada Lontar Pakem (Tesis). Denpasar: Institut


Gama Tiga. Hindu Dharma Negeri
Denpasar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Rasa terimakasih peneliti Lontar, Gama- Tiga. 1990. Pusat
sampaikan kepada Tuhan Yang Dokomentasi
Maha Esa, STAH Dharma Kebudayaan Bali, No.
Sentana dan berbagai pihak IIIB. 6037
yang telah membantu Lontar, Pakem Gama Tiga. 1977.
kelancaran penelitian ini Koleksi Gedong Krtya,
sehingga dapat terselaikan tepat Singaraja, No. IIIB /
pada waktunya. Tidak lupa pula 4557.
penulis menyampaikan Pujana, Ida Bagus Anom Wisnu.
terimakasih kepada seluruh Tim (Penterjemah) 2021.
Redaksi Jurnal Widya Genitri Lontar Pakem Gama Tiga.
yang telah menyempurnakan Singer, I Wayan.2014. Kekuatan
artikenal ini sehingga artikel ini Yajn͂a. Surabaya:
menjadi layak untuk diterbitkan Paramita.
dan berguna bagi masyarakat Suhardana, K.M. 2008. Tri Murti
luas. Tiga Perwujudan Utama
Tuhan. Surabaya:
Paramita.
DAFTAR RUJUKAN
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda
Astuti dan Suadnyana, 2020. Suci Pedoman Praktis
Jurnal Genta Hredaya: Kehidupan. Surabaya:
Volume 4 Nomor 2 Paramita.
Oktober 2020. Wiana, I Ketut. 2013. Pokok-
Astuti, Ni Wayan Yuni. 2020. Pokok Ajaran Hindu.
Jurnal Genta Hredaya: Surabaya: Paramita.
Volume 4 Nomor 2 Windya, Ida Made. 2020. Jurnal
Oktober 2020. Jñanasiddhânta: Volume 3
Bagus, Lorens. 2000. Kamus Nomor 2 Oktober 2020
Filsafat. Jakarta: PT. Zoetmulder, P.J. 1985.
Gramedia Pustaka Umum. Kalangwan Satra Jawa
Daging, I Wayan. “Nilai-Nilai Kuno Selayang Pandang
Pendidikan Budi Pekerti (Dick Hartoko SJ, Pentj).
Pada Gaguritan Yasa Jakarta: Djambatan.
Kerthi Karya Ida Pedanda
Gde Nyoman Pidada”

57

Anda mungkin juga menyukai