1 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/ 10.33363/wk.v11i1.505
Abstrak
Pengetahuan tentang penciptaan alam semesta atau Kosmologi banyak terdapat
dalam karya sastra Jawa Kuna yang sangat penting dikaji agar umat Hindu mengetahui
secara mendalam mengenai Kosmologi yang terdapat dalam karya sastra Jawa Kuna.
Salah satu karya sastra Jawa Kuna yang mengandung pengetahuan Kosmologi adalah
Purwa Bhumi Kamulan. Purwa Bhumi Kamulan termasuk kelompok lontar Tattwa.
Lontar ini berisi ajaran tentang penciptan dunia yang diuraikan secara mitologis. Seluruh
ajarannya bersifat siwaistik. Proses penciptaan yang diuraikan pada Purwa Bhumi
Kamulan dimulai dari Bhatari Uma lahir dari pergelangan kaki Bhatara Guru. Dari
kekuatan yoga Bhatara dan Bhatari, lahirlah para Dewata, Panca Rsi, Sapta Rsi sebagai
isi dunia ini. Setelah itu barulah dunia ini diciptakan. Pemeliharaan (stithi) dalam teks
Purwa Bhumi Kamulan ketika manusia harus senantiasa harus melakukan pemujaaan-
pemujaaan kepada Bhatara-Bhatari agar terjadinya keseimbangan dalam dunia ini dan
peleburan (pralina) dalam teks Purwa Bhumi Kamulan ketika Selain itu Bhatari Durga
juga memakan manusia sebagai upah telah menciptakan dunia ini akan tetapi tidak semua
manusia yang ada di dunia ini yang dimakan oleh Bhatari Durga. Adapun manusia yang
dimakan dengan enaknya oleh Bhatari Durga, tidak lain yang dimakan adalah orang yang
lahir pada Wuku Carik, yaitu orang yang lahir pada Wuku Wayang, lahir kembar siam
(kadana-kadini), bersaudara lima, tunas tunggul (tunggak wareng), unting-unting.
Kata kunci : Kosmologi Hindu, Purwa Bhumi Kamulan
Jawa Kuna. Aktualisasi hormatnya umat hal ini dikarenakan begitu banyak para
Hindu di Bali dapat dilihat pada tradisi ilmuwan barat yang membahas
Nyastra. Istilah anak nyastra “orang mengenai proses penciptaan alam
berilmu” dalam masyarakat Bali, semesta, proses penciptaan alam semesta
walaupun dalam kenyataannya seorang ini di Barat di kenal dengan istilah
belum tentu seluas itu penguasaan Kosmologi sedangkan di timur dikenal
pengetahuannya. Namun, karena ia dengan istilah Viratvidya. Teori barat
senang membaca dan menulis dan dapat dan teori timur sudah pasti memiliki
berbuat kebaikan/kebajikan terhadap sebuah perbedaan yang sangat mendasar
sesama, biasanya orang itu mendapat mengenai proses penciptaan alam
tempat terhormat di kalangan semesta dan begitu banyak teori barat
masyarakat Bali (Bagus, 1980:8). yang telah digugurkan mengenai proses
Sastra Jawa Kuna merupakan penciptaan alam semesta ini.
salah satu warisan budaya bangsa Menurut pandangan Hawking
Indonesia yang mempunyai nilai sangat (2004: 34) dinyatakan bahwa di era
tinggi. Sejarah telah mencatat bahwa modern ini banyak teori yang muncul
Sastra Jawa Kuna mencapai puncak mengenai proses penciptaan alam
perkembangannya yang sangat subur semesta ini, tetapi walupun dengan
atara abad ke-9 hingga abad ke-16 peralatan yang begitu canggih yang
dipusat-pusat kerajaan Hindu, seperti dimiliki oleh para ilmuwan masalah
Kerajaan Kediri, Singasari, dan penciptaan alam semesta ini tidak ada
Majapahit (Zoetmulder, 1985:18). habisnya dibahas, bahkan semakin
Sesuai dengan sistem kekuasaan pada banyak teori baru yang muncul yang
waktu itu hasil Sastra Jawa Kuna mampu menggugurkan teori
umumnya dijiwai oleh agama Hindu. sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
Hasil karya sastra ini tumbuh subur para ilmuwan barat menyimpulkan
sehingga banyak karya sastra yang lahir, segala yang ada di dunia ini secara
seperti kakawin Bharatayudda, Arjuna empirisme. Empirisme yang dimaksud
Wiwaha, Gatotkacasraya, adalah berkutat pada data-data yang ada
Siwaratrikalpa, dan sebagainya (Wika, disebuah laboratorium sedangkan para
2013:2). agamawan menyimpulkan tentang
Oleh karena itu, kepustakaan proses penciptaan alam semesta ini
Bali sangat kaya dan beraneka ragam menggunakan spiritual dan metafisik.
jenisnya. Keberadaan agama Hindu Pengetahuan tentang penciptaan
banyak tersimpan pada kepustakaan- alam semesta atau Kosmologi banyak
kepustakaan tersebut, baik mengenai terdapat dalam karya sastra Jawa Kuna
Tattwa, Susila, dan Acara. Naskah yang sangat penting dikaji agar umat
keagamaan yang teksnya mengandung Hindu mengetahui secara mendalam
ajaran ketuhanan adalah teks Tattwa. mengenai Kosmologi yang terdapat
Dari sekian banyak teks Tattwa yang dalam karya sastra Jawa Kuna. Salah
ada, ada yang mengandung pengetahuan satu karya sastra Jawa Kuna yang
Kosmologi. Kosmologi merupakan mengandung pengetahuan Kosmologi
pengetahuan mengenai proses adalah Purwa Bhumi Kamulan.
penciptaan alam semesta, menurut Purwa Bhumi Kamulan termasuk
Hindu proses penciptaan alam semesta kelompok lontar Tattwa. Lontar ini
bertumpu pada Tuhan. Tuhan yang berisi ajaran tentang penciptan dunia
dijadikan sebagai penyebab adanya alam yang diuraikan secara mitologis. Seluruh
semesta ini. ajarannya bersifat siwaistik. Proses
Penelitian mengenai konsep penciptaan yang diuraikan pada Purwa
Kosmologi merupakan sebuah penelitian Bhumi Kamulan dimulai dari Bhatari
yang sangat menarik untuk dilakukan, Uma lahir dari pergelangan kaki Bhatara
35
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.11 No.1 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/ 10.33363/wk.v11i1.505
maka kesejahteraan hidup manusia akan semesta ini maka kesejahteraan di alam
bisa tercapai. semesta ini akan terjadi. Kesejahteraan
Selain untuk memelihara dunia ini, itu dapat di capai juga dengan mahluk
Tuhan juga menciptakan manusia hidup yang ada di alam semesta ini selalu
dengan tugas masing-masing agar berbuat kebaikan dan mengupayakan
kesejahteraan bisa tercapai. Menurut kedamaian antar sesamanya dan tidak
Untara (2019:54), seorang dari melakukan perbuatan-perbuatan yang
Brahmana warna mengembangkan menyimpang dari ajaran dharma.
spritualitas, membangun moral dan Selain itu kesejahteraan itu dapat
mental semua orang. Demikian pula terlaksana dengan adanya pelestarian
ksatria warna mengusahakan keamanan, lingkungan hidup. Dalam usaha
ketertiban, keadilan dan kebenaran untuk melestarikan lingkungan adanya konsep
semua orang. Waisya warna Palemahan yaitu hubungan manusia
mengusahakan keuntungan financial, dengan lingkungan (macrocosmos),
baik untuk dirinya maupun untuk orang dimana manusia dengan konsep tersebut
lain, dan sudra warna pun menyediakan menjaga, merawat binatang, tumbuh-
tenaganya untuk menyukseskan tumbuhan yang ada di alam semesta ini
swadarma semua pihak. Tentang agar keberadaannya tidak punah. Selain
kesejahteraan itu, di dalam kitab itu, dengan tidak membuang sampah
Yajuveda XV.59 disebutkan, “berbuatlah sembarangan, tidak menebang pohon
untuk kesejahteraan bersama dan sembarang, tidak melakukan reklamasi
singkirkan kesusahan mereka” Berkaitan pantai juga termasuk salah salu konsep
dengan kesejahteraan, Bhagavadgȋtā palemahan yang bertujuan untuk
menyatakan sebagai berikut: pelestarian lingkungan.
annād bhavanti bhuūtāni Teks Purwa Bumi Kamulan
parjayād anna sambhavah, yang merupakan salah satu lontar yang
yajnad bhavati parjanyo yadnah membahas penciptaaan alam semesta ini
karma samudbhavah. juga membahas pemeliharaan yang ada
(Bhagavadgȋtā III.14) di alam semesta ini, sebagaimana yang
Terjemahan: dijelaskan dalam sloka berikut:
“Adanya mahluk hidup karena Mangkin krodha Sanghyang Kala,
makanan, adanya makanan karena tumurun sira sakareng, angadeg ring
hujan, adanya hujan karena yadnya, sunyantara, anggawe sanggah pamujan.
adanya yadnya karena karma Neher ta ginawe nira, Brahma, Wisnu,
(Pudja, 1999.87). Maheswara, tumurun ring madhyapada,
Bunyi sloka tersebut juga dapat di arddha moho’nggawe manusa. Hyang
tafsirkan bahwa manusia dapat hidup di Iswara dadi Resi, Hyang Brahma dadi
alam semesta ini karena dengan adanya Brahmana, Hyang Wisnu dadi
makanan. Adanya makanan karena alam Bhujangga, ya tha sira mangkengutus,
semesta telah menyediakannya berupa dening pada nira Sanghyang,
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang ngaturaken tadah saji, sari genep saji
hidup dengan meminum air yang berasal nira, sampun ta mangke winastwan.
dari hujan. Dengan adanya alam semesta Dening pada nira Sanghyang,
ini, manusia, binatang dan tumbuh- Brahmana, Bhujangga, Resi, Saiwa
tumbuhan sangat saling membutuhkan Kalawan Saugata, anglukata dasa mala.
dan wajib harus melaksanakan `Anadah Bhatara Kala, kalih lan Bhatari
pengorbanan (yajǹa) antar sesama Durga, tok sekul Kalawan ulan, sarwa
mahluk hidup. Karena dengan mahluk genep kang tadahan. Tan ilang
hidup melaksanakan yajǹa di alam takonakena.
38
Kosmologi Hindu Dalam Teks Purwa Bhumi Kamulan
I Made Gami Sandi Untara
pemeliharaan didunia ini manusia harus antara manusia dengan sesama manusia
senantiasa harus melakukan pemujaaan- (microcosmos); (3) Palemahan,
pemujaaan kepada Bhatara-Bhatari agar harmonis antara manusia dengan bhuana
terjadinya keseimbangan dalam dunia agung (macrocosmos). Berkaitan dengan
ini. keseimbangan, Bhagavadgȋtā
Dalam ajaran agama Hindu, tentang menyatakan sebagai berikut:
keseimbangan itu dapat ditemukan saha yajnāh prajāh srstvā purovāca
dalam ajaran Tri Hita Karana. Jaman prajāpatih,
dalam (Nardayana, 2009:188) anema prasavisyadhvam esa vo stv
mengemukakan, istilah Tri Hita Karana ista kāma dhuk.
berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari (Bhagavadgȋtā III.10)
kata Tri, Hita dan Karana. Tri berarti Terjemahan:
tiga; Hita berarti baik, senang, gembira, “Sesungguhnya sejak dahulu
lestari; Karana berarti penyebab atau dikatakan, Tuhan setelah menciptakan
sumbernya sebab. Dengan demikian, Tri manusia melalui yajǹa., berkata: dengan
Hita Karana berarti tiga buah unsur yang (cara) ini engkau akan berkembang,
merupakan sumbernya sebab yang sebagaimana sapi perah yang memenuhi
memungkinkan timbulnya kebaikan. keinginanmu (sendiri)” (Pudja,
Ajaran Tri Hita Karana ini, juga tertuang 1999:84).
dalam kekawin Ramayana yaitu Sapi perahan yang dimaksud di sini
bagaimana Sang Dasaratha berbuat kasih adalah yang bisa memenuhi segala
kepada sesama mahluk ciptaan Tuhan, keinginan yaitu tidak lain adalah bumi,
membuat pemujaan terhadap leluhur, ibu pertiwi ini. Bunyi sloka tersebut
dan pemujaan terhadap dewa-dewa. memberikan penegasan bahwa cinta
Prilaku hubungan yang selaras, serasi kasih seorang ibu terhadap anak-
dan seimbang manusia terhadap anaknya yang tiada terputus ibarat cinta
sesamanya terhadap Tuhannya, terhadap kasih Ibu Pertivi (alam semesta) yang
alam semesta beserta isinya akan memberikan makanan yang tiada henti-
menjadikan manusia utama. Dengan hentinya kepada semua mahluk hidup
demikian Tri Hita Karana sebagai sebagai anak-anaknya sehingga terjadi
perwujudan kesejahteraan dan keseimbangan hidup di antara semua
Kebahagiaan, dimana ketiga unsur yaitu mahluk.
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Manusia hidup di alam semesta ini,
(super natural power), manusia manusia harus melaksanakan yajǹa.
(microcosmos), dan alam Karena manusia diciptakan oleh Tuhan
semesta/bhuana (macrocosmos) harus Yang Maha Esa melalui yajǹa. Sebagai
saling menjaga. timbal baliknya, manusia harus
Hal tersebut telah menjadi pola melaksanakan yajǹa. Karena dengan
dasar tatanan kehidupan umat Hindu adanya yajǹa di alam semesta ini maka
terutama di Bali, yang dijadikan budaya keseimbangan hidup di dunia ini akan
perilaku sehari-hari, sehingga muncul terjadi.
konsep Tri Hita Karana yang
mengajarkan pola hubungan yang 2.3 Struktur Peleburan Dalam Teks
harmoni (selaras, serasi dan seimbang) Dalam Teks Purwa Bhumi
diantara ketiga sumber kesejahteraan Kamulan
dan kebahagiaan tersebut, yang terdiri Mahluk hidup yaitu manusia
dari unsur: (1) Parahyangan, harmonis menjadikan dirinya layak untuk
antara manusia dengan Sang Pencipta mendapatkan keabadian dengan
(Brahman); (2) Pawongan, harmonis melewati serangkaian kelahiran dan
40
Kosmologi Hindu Dalam Teks Purwa Bhumi Kamulan
I Made Gami Sandi Untara
tinadah rahina wengi, binuru inguyang bagaikan jurang terbelah dua. Matanya
uyang, dening wado Kala nira. bagaikan matahari kembar, Hidungnya
(Purwa Bumi Kamulan ##) bagaikan sumur kembar, Beliaulah
Terjemahan: Bhatari Durga, namanya saat itu.
Dipandangnya Bhatari Durga, lewat Semua abdi Bhatara Durga dan abdi
samudra, bersama dengan Bhatara Kala. Bhatara kala melakukan yoga, bulu-
Ia menggunakan darah sebagai basma. bulunya dijadikan sumber kejahatan,
Ganitrinya tengkorak manusia. Usus berwujud laki maupun perempuan.
selempangnya. Berselendang berwarna Dipandangnya Bhatari Durga, lewat
merah dan hitam. Diasuh dan diantar samudra, bersama dengan Bhatara Kala.
oleh para hambanya (yang terdiri dari) Lalu Bhatari Durga menggunakan darah
para Kala, tidak jauh dari sanak sebagai basma. Ganitrinya tengkorak
saudaranya, lalu ia menuju kuburan.Di manusia. Usus selempangnya.
perbatasan kuburan anak-anak, (pada) Berselendang berwarna merah dan
pohon kepuh dan randu yang rindang. hitam. Wujud Bhatari Durga pada saat
Dipuja oleh para Kala yang menjadi itu sangat menyeramkan karena Bhatari
hambanya, dengan seperti orang mabuk Durga Dipuja oleh para Kala yang
memakan manusia. Upah menciptakan menjadi hambanya. Selain itu Bhatari
dunia, dimakan., siang dan malam, Durga juga memakan manusia sebagai
dikejar dan diperangkap, oleh para Kala upah telah menciptakan dunia ini akan
yang merupakan para hambanya. tetapi tidak semua manusia yang ada di
Tinutut sa-paranira, tinadah rahina dunia ini yang dimakan oleh Bhatari
wengi, kuneng kang tinadah ira, enaknya Durga. Adapun manusia yang dimakan
anadah jalma. Tan salah tinadah-ira, dengan enaknya oleh Bhatari Durga,
janna wetu wuku carik, wuku wayang tidak lain yang dimakan adalah orang
wuku nira, kadana (n) lawan kadini. yang lahir pada Wuku Carik, yaitu orang
Pandawa lawan metuwang, tunggak yang lahir pada Wuku Wayang, lahir
wareng, unting-unting, uduh-uduh rare kembar siam (kadana-kadini),
bajang, tinadah rahina wengi. bersaudara lima, tunas tunggul (tunggak
(Purwa Bumi Kamulan ##) wareng), unting-unting.
Terjemahan:
Kemana pergi dikejar, dimakan siang
dan malam. Adapun manusia yang III. SIMPULAN
dimakan dengan enaknya. Tidak lain Berdasarkan uraian di atas maka
yang dimakan adalah orang yang dapat simpulkan bahwa teks Purwa
lahir pada Wuku Carik, yaitu orang yang Bhumi Kamulan termasuk kelompok
lahir pada Wuku Wayang, lahir kembar lontar Tattwa. Lontar ini berisi ajaran
siam (kadana-kadini), bersaudara lima, tentang penciptaan dunia yang diuraikan
tunas tunggul (tunggak wareng), unting- secara mitologis. Seluruh ajarannya
unting (?), (itulah yang) dimakan siang bersifat Siwaistik. Kosmologi Hindu
dan malam. dalam teks Purwa Bhumi Kamulan
Berdasarkan uraian dari teks tersebut terdiri dari penciptaan (uttpeti) dalam
dijelaskan bahwa ketika apapun yang teks Purwa Bhumi Kamulan yaitu
disentuh oleh Bhatari Uma akan berubah diuraikan saat Bhatari Uma lahir dari
warna manjadi merah, putih, dan hitam. pergelangan kaki Bhatara Guru. Dari
Tiba-tiba Bhatari Uma menjadi marah kekuatan yoga Bhatara dan Bhatari,
dan murka melihat wujud dirinya, lalu lahirlah para Dewata, Panca Rsi, Sapta
berteriak bagaikan singa meraung, gigi Rsi sebagai isi dunia ini. Setelah itu
dan taringnya panjang, mulutnya barulah dunia ini diciptakan.
42
Kosmologi Hindu Dalam Teks Purwa Bhumi Kamulan
I Made Gami Sandi Untara
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.tth. Purwa Bhumi Kamulan.
Singaraja : Gedong Kirtya.
Bagus, I Gusti Ngurah. 1980. Aksara
Dalam Kebudayaan, Suatu
Kajian Antropologi. Denpasar:
Universitas Udayana.
Donder, I. K. (2007). Kosmologi Hindu:
Penciptaan, Pemeliharaan, dan
Peleburan Serta Penciptaan
Kembali Alam
Semesta. Surabaya: Paramita.
Hawking, Stephen W. 2004. Teori
Segala Sesuatu, Asal Usul dan
Kepunahan Alam Semesta.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Nardayana, Wayan. 2009. Kosmologi
Hindu Dalam Kayonan Pada
Pertunjukan Wayang Kulit Bali.
Tesis. Denpasar: Institut Hindu
Dharma Negeri Denpasar.
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci
(Pedoman Praktis Kehidupan).
Surabaya: Paramita.
Untara, I. M. G. S. (2019).
KOSMOLOGI HINDU DALAM
43
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.11 No.1 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/ 10.33363/wk.v11i1.505
44