Anda di halaman 1dari 11

Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.11 No.

1 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/ 10.33363/wk.v11i1.505

KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS PURWA BHUMI


KAMULAN

I Made Gami Sandi Untara


STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Abstrak
Pengetahuan tentang penciptaan alam semesta atau Kosmologi banyak terdapat
dalam karya sastra Jawa Kuna yang sangat penting dikaji agar umat Hindu mengetahui
secara mendalam mengenai Kosmologi yang terdapat dalam karya sastra Jawa Kuna.
Salah satu karya sastra Jawa Kuna yang mengandung pengetahuan Kosmologi adalah
Purwa Bhumi Kamulan. Purwa Bhumi Kamulan termasuk kelompok lontar Tattwa.
Lontar ini berisi ajaran tentang penciptan dunia yang diuraikan secara mitologis. Seluruh
ajarannya bersifat siwaistik. Proses penciptaan yang diuraikan pada Purwa Bhumi
Kamulan dimulai dari Bhatari Uma lahir dari pergelangan kaki Bhatara Guru. Dari
kekuatan yoga Bhatara dan Bhatari, lahirlah para Dewata, Panca Rsi, Sapta Rsi sebagai
isi dunia ini. Setelah itu barulah dunia ini diciptakan. Pemeliharaan (stithi) dalam teks
Purwa Bhumi Kamulan ketika manusia harus senantiasa harus melakukan pemujaaan-
pemujaaan kepada Bhatara-Bhatari agar terjadinya keseimbangan dalam dunia ini dan
peleburan (pralina) dalam teks Purwa Bhumi Kamulan ketika Selain itu Bhatari Durga
juga memakan manusia sebagai upah telah menciptakan dunia ini akan tetapi tidak semua
manusia yang ada di dunia ini yang dimakan oleh Bhatari Durga. Adapun manusia yang
dimakan dengan enaknya oleh Bhatari Durga, tidak lain yang dimakan adalah orang yang
lahir pada Wuku Carik, yaitu orang yang lahir pada Wuku Wayang, lahir kembar siam
(kadana-kadini), bersaudara lima, tunas tunggul (tunggak wareng), unting-unting.
Kata kunci : Kosmologi Hindu, Purwa Bhumi Kamulan

I. PENDAHULUAN kitab susastra Hindu pada masa


Agama merupakan sebuah berikutnya. Dari kitab Weda (Sruti)
keyakinan dasar yang dimiliki oleh mengalirlah ajarannya dan
setiap umat manusia yang memeluknya. dikembangkan dalam kitab-kitab Smrti,
Setiap agama memiliki kitab suci yang Ithiasa, Purana, Tantra, Darsana, dan
dipakai sebagai dasar yang kuat dalam Tatwa-tattwa yang kita warisi di
pelaksanaan agamanya, sehingga dengan Indonesia (Titib, 1996: 10).
demikian setiap orang dapat Selain bersumber pada kitab-
melaksanakan sesuatu yang dianggap kitab di atas, ajaran agama Hindu juga
baik oleh sebuah agama. Agama Hindu banyak terkandung atau terdapat di
memiliki kitab suci yang disebut dengan dalam sebuah karya sastra. Di Bali,
Weda yang dapat dijadikan sebagai banyak terdapat sastra-sastra agama
pedoman dalam kehidupan beragama. yang berupa lontar-lontar berbahasa
Sebagai kitab suci, Weda adalah Sanskerta dan Jawa Kuna yang
sumber ajaran agama Hindu sebab dari diterjemahkan ke dalam bahasa Bali dan
Wedalah mengalir ajaran yang bahasa Indonesia. Terjemahan ini
merupakan kebenaran agama Hindu. penting karena untuk menjembatani
Ajaran Weda dikutip kembali dan pembaca yang kurang mampu
memberikan vitalitas terhadap kitab- memahami bahasa Sanskerta dan bahasa
34
Kosmologi Hindu Dalam Teks Purwa Bhumi Kamulan
I Made Gami Sandi Untara

Jawa Kuna. Aktualisasi hormatnya umat hal ini dikarenakan begitu banyak para
Hindu di Bali dapat dilihat pada tradisi ilmuwan barat yang membahas
Nyastra. Istilah anak nyastra “orang mengenai proses penciptaan alam
berilmu” dalam masyarakat Bali, semesta, proses penciptaan alam semesta
walaupun dalam kenyataannya seorang ini di Barat di kenal dengan istilah
belum tentu seluas itu penguasaan Kosmologi sedangkan di timur dikenal
pengetahuannya. Namun, karena ia dengan istilah Viratvidya. Teori barat
senang membaca dan menulis dan dapat dan teori timur sudah pasti memiliki
berbuat kebaikan/kebajikan terhadap sebuah perbedaan yang sangat mendasar
sesama, biasanya orang itu mendapat mengenai proses penciptaan alam
tempat terhormat di kalangan semesta dan begitu banyak teori barat
masyarakat Bali (Bagus, 1980:8). yang telah digugurkan mengenai proses
Sastra Jawa Kuna merupakan penciptaan alam semesta ini.
salah satu warisan budaya bangsa Menurut pandangan Hawking
Indonesia yang mempunyai nilai sangat (2004: 34) dinyatakan bahwa di era
tinggi. Sejarah telah mencatat bahwa modern ini banyak teori yang muncul
Sastra Jawa Kuna mencapai puncak mengenai proses penciptaan alam
perkembangannya yang sangat subur semesta ini, tetapi walupun dengan
atara abad ke-9 hingga abad ke-16 peralatan yang begitu canggih yang
dipusat-pusat kerajaan Hindu, seperti dimiliki oleh para ilmuwan masalah
Kerajaan Kediri, Singasari, dan penciptaan alam semesta ini tidak ada
Majapahit (Zoetmulder, 1985:18). habisnya dibahas, bahkan semakin
Sesuai dengan sistem kekuasaan pada banyak teori baru yang muncul yang
waktu itu hasil Sastra Jawa Kuna mampu menggugurkan teori
umumnya dijiwai oleh agama Hindu. sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
Hasil karya sastra ini tumbuh subur para ilmuwan barat menyimpulkan
sehingga banyak karya sastra yang lahir, segala yang ada di dunia ini secara
seperti kakawin Bharatayudda, Arjuna empirisme. Empirisme yang dimaksud
Wiwaha, Gatotkacasraya, adalah berkutat pada data-data yang ada
Siwaratrikalpa, dan sebagainya (Wika, disebuah laboratorium sedangkan para
2013:2). agamawan menyimpulkan tentang
Oleh karena itu, kepustakaan proses penciptaan alam semesta ini
Bali sangat kaya dan beraneka ragam menggunakan spiritual dan metafisik.
jenisnya. Keberadaan agama Hindu Pengetahuan tentang penciptaan
banyak tersimpan pada kepustakaan- alam semesta atau Kosmologi banyak
kepustakaan tersebut, baik mengenai terdapat dalam karya sastra Jawa Kuna
Tattwa, Susila, dan Acara. Naskah yang sangat penting dikaji agar umat
keagamaan yang teksnya mengandung Hindu mengetahui secara mendalam
ajaran ketuhanan adalah teks Tattwa. mengenai Kosmologi yang terdapat
Dari sekian banyak teks Tattwa yang dalam karya sastra Jawa Kuna. Salah
ada, ada yang mengandung pengetahuan satu karya sastra Jawa Kuna yang
Kosmologi. Kosmologi merupakan mengandung pengetahuan Kosmologi
pengetahuan mengenai proses adalah Purwa Bhumi Kamulan.
penciptaan alam semesta, menurut Purwa Bhumi Kamulan termasuk
Hindu proses penciptaan alam semesta kelompok lontar Tattwa. Lontar ini
bertumpu pada Tuhan. Tuhan yang berisi ajaran tentang penciptan dunia
dijadikan sebagai penyebab adanya alam yang diuraikan secara mitologis. Seluruh
semesta ini. ajarannya bersifat siwaistik. Proses
Penelitian mengenai konsep penciptaan yang diuraikan pada Purwa
Kosmologi merupakan sebuah penelitian Bhumi Kamulan dimulai dari Bhatari
yang sangat menarik untuk dilakukan, Uma lahir dari pergelangan kaki Bhatara
35
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.11 No.1 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/ 10.33363/wk.v11i1.505

Guru. Dari kekuatan yoga Bhatara dan Garga mlesat mangidul,


Bhatari, lahirlah para Dewata, Panca matemahan dadi sang mong. Sang
Rsi, Sapta Rsi sebagai isi dunia ini. Maitri mlesat mangulon,
Setelah itu barulah dunia ini diciptakan. matemahan dadi ula, Kurusya
mlesat mangalor, matemahan dadi
II. PEMBAHASAN bwaya. Pratanjala mlesat (ring)
2.1 Struktur Penciptaan Dalam madhya, matemahan hyang kurma
Teks Dalam Teks Purwa Bhumi raja, ingutus sang Pratanjala,
Kamulan tumurun manggawe loka.
Donder (2007:110) mengatakan Lumampah nda tan parowang,
ajaran Hindu selalu melihat sesuatu ingutus Bhatari Uma; dening
dimulai dari Tuhan dan berhenti atau paduka Bhatari, tumurun sang
berakhir pada Tuhan, karena Tuhan dan Pratanjala. Neher amit anganjali,
ciptaannya juga berbentuk melingkar Bhatara lawan Bhatari, angadeg
seperti lingkaran cincin yang tidak dapat sireng pantara, awang-awang
diketahui ujung dan pangkalnya. Teks uwung-uwung. Tan hananing sarwa
Purwa Bhumi Kawulan dengan sangat katon, tan hana ning sarwa umung.
jelas dan tegas mengatakan bahwa Ahening cipta Bhatari, alekas
Bhatara dan Bhatari adalah asal mula anggawe loka, maka daging ing
segala yang ada, sebagaimana sloka bhuwana, kalih lan sang Pratanjala.
berikut : (Purwa Bumi Kamulan ##)
Om purwa bhumi kamulan, paduka
Bhatari Uma; mijil saking limo-limo Terjemahan:
nira Bhatara guru. Mulaning hana Kemudian Bhatara dan Bhatari
Bhatari minaka somah Bhatara ; disuruh membuat dunia, kemudian
mayoga sira Bhatari. Mijil ta sira ia dinobatkan dan namanya sangat
dewata, Panca Resi, Sapta Resi; terkenal, dan kemudian di kutuk
Kosika, sang Garga, Maitri, oleh Bhatara. Kosika pergi ke timur,
Kurusya, sang Pratanjala. berubah menjadi dengen. Sang
(Purwa Bumi Kamulan ##) Garga pergi ke selatan , berubah
menjadi harimau. Sang Maitri pergi
Terjemahan: ke barat berubah menjadi ular.
Om, Purwa Bhumi Kamulan (awal Kurusyapergi ke utara berubah
mula dunia). Yang Mulia Bhatari menjadi buaya. Pratanjala pergi ke
Uma, lahir dari pergelangan kaki tengah , berubah menjadi kura-kura
Bhatara Guru. Mula-mula yang ada besar. Sang Pratanjala diutus turun
adalah Bhatari, sebagai permaisuri membuat dunia. Berjalan dengan
Bhatara. Beryogalah Bhatara dan tanpa teman, (karena) diutus oleh
beryoga pula Bhatari. Lahirlah para Bhatari (Uma), maka turunlah Sang
dewata, panca resi, sapta resi; Pratanjala. Lalu menyembah dan
Kosika, Sang Garga, Maitri, mohon diri (ke hadapan) Bhatara
Kurusya, Sang Pratanjala dan Bhatari. Berdirilah ia di antara
langit yang kosong. Tidak ada
ingutus ikang Bhatara, kalih lan sesuatu yang tampak, tidak ada
sira Bhatari. Kinon sira (ng) gawa sesuatu yang bersuara. Maka pikiran
loka, neher sira sinanmata, kang Bhatari menjadi hening, lalu
wikan patengranira, sina pa de mengeluarkan mentra-mentra untuk
Bhatara. Kosika mlesat mangetan, menciptakan dunia, beserta isinya
matemahan dadi dengen, sang
36
Kosmologi Hindu Dalam Teks Purwa Bhumi Kamulan
I Made Gami Sandi Untara

dunia, bersama dengan sang jiwanya dunia; (kemudian) keluar


Pratanjala. catur pramana (antara lain) apah,
teja, bayu dan akasa. (Sehingga)
Dari sloka di atas terlihat jelas jiwa anda bhuwana menjadi lengkap
bahwa Bhatari merupakan asal mula dari dan kuat; dan sekarang ketiga dunia
segala sesuatu yang ada di dunia ini baik (menjadi sempurna), oleh yoga
mahluk yang bernyawa maupun tidak beliau.
bernyawa. Hal ini dapat dilihat ketika
yang pertama kali ada di dunia ini adalah Berdasarkan uraian teks tersebut,
Sang Hyang Bhatara Guru dan Sang setelah Bhatara dan Bhatari menciptakan
Bhatari Uma, lalu dengan Sang Bhatara dunia ini, lalu Bhatara dan Bhatari mulai
dan Bhatari beryoga dan lahirlah Para menghiasi dunia ini dengan melakukan
Dewa, Panca Rsi Sapta Resi, Sang Yoga Semadi. Dan Lahirlah Sang Hyang
Kosika, Sang Garga dan Sang Pratanjala. Darma, dengan kekuatan Sakti Sang
Lalu kemudian sang Bhatara dan Bhatari Hyang Darma maka terciptanya lah
membuat isi dunia ini dengan Bintang-bintang, matahari, bulan
memerintahkan Sang Pratanjala. Sang sebagai penerang di dunia ini, keluarlah
Pratanjala dengan kekuatannya lalu Panca Maha Bhuta sebagai jiwa dunia
menyembah dan mohon diri kehadapan ini, dan yang terahir keluarlah catur
Bhatara dan Bhatari. Berdirilah Sang pramana sebagai pelengkap dan tenaga
Pratanjala diantara langit yang kosong, yang ada di dunia ini sehingga
tidak ada sesuatu yang tampak, tidak ada lengkaplah isi dunia ini.
sesuatu yang bersuara. Maka pikiran
Bhatari menjadi hening dan Berdasarkan pencitaaan (uttpeti)
mengeluarkan mantra-mantra untuk dalam teks Purwa Bhumi Kamulan
menciptakan dunia beserta isi dunia ini. dijelaskan yang pertama ada didunia ini
Setelah dunia ini tercipta lalu Bhatara adalah Bhatara dan Bhatari, lalu Bhatara
dan Bhatari menciptakan isi dunia ini dan Bhatari menciptakan Para Dewa -
seperti Matahari, Bulan, Bintang seperti Dewi, Sapta Rsi, setelah itu Bhatara dan
yang diuraikan dalam teks berikut: Bhatari dengan kekuatan saktinya
Yoganira sanghyang Dharma mijil menciptakan Alam Semesta ini berserta
tekang maha padma, maka sesek ing isinya dimana yang pertama kali
bhuwana. Mijil ta radtya wulan, diciptakan didunia ini adalah, matahari,
maka suluh ing bhuwana; mijil bulan, bintang kemudian barulah
lintang taranggana, maka tulis ing Bhatara dan Bhatari menciptakan
bhuwana. Mijil panca maha Bhuta, tumbuh-tumbuhan ke dunia ini
maka urip ing bhuwana; mijil ta dilanjutkan menciptakan binatang dan
catur pramana apah, teja, bayu manusia di dunia ini.
akasa. Urip ing anda bhuwana 2.2 Struktur Pemeliharaan Dalam
sampun apasek; mangke punang Teks Dalam Teks Purwa Bhumi
jagat traya apan sampun sirayoga. Kamulan
(Purwa Bumi Kamulan ##) Mahluk-mahluk hidup yang ada di
Terjemahan: alam semesta ini terutama manusia
Dari yoga Sanghyang Dharma, selalu menginginkan suatu keadaan
keluarlah maha-padma, sebagai hidup yang sejahtera (makmur, sehat dan
pelengkap dunia. Kemudian damai). Dimana kesejahteraan hidup
keluarlah matahari dan bulan merupakan dambaan bagi semua orang.
sebagai penerang dunia; keluar Dalam hal ini Tuhan menciptakan
gugusan bintang-bintang, sebagai manusia juga untuk memelihara isi dari
hiasan pada dunia. (Kemudian) alam semesta ini. Karena dengan
keluar Panca MahaBhuta, sebagai manusia memelihara alam semesta ini
37
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.11 No.1 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/ 10.33363/wk.v11i1.505

maka kesejahteraan hidup manusia akan semesta ini maka kesejahteraan di alam
bisa tercapai. semesta ini akan terjadi. Kesejahteraan
Selain untuk memelihara dunia ini, itu dapat di capai juga dengan mahluk
Tuhan juga menciptakan manusia hidup yang ada di alam semesta ini selalu
dengan tugas masing-masing agar berbuat kebaikan dan mengupayakan
kesejahteraan bisa tercapai. Menurut kedamaian antar sesamanya dan tidak
Untara (2019:54), seorang dari melakukan perbuatan-perbuatan yang
Brahmana warna mengembangkan menyimpang dari ajaran dharma.
spritualitas, membangun moral dan Selain itu kesejahteraan itu dapat
mental semua orang. Demikian pula terlaksana dengan adanya pelestarian
ksatria warna mengusahakan keamanan, lingkungan hidup. Dalam usaha
ketertiban, keadilan dan kebenaran untuk melestarikan lingkungan adanya konsep
semua orang. Waisya warna Palemahan yaitu hubungan manusia
mengusahakan keuntungan financial, dengan lingkungan (macrocosmos),
baik untuk dirinya maupun untuk orang dimana manusia dengan konsep tersebut
lain, dan sudra warna pun menyediakan menjaga, merawat binatang, tumbuh-
tenaganya untuk menyukseskan tumbuhan yang ada di alam semesta ini
swadarma semua pihak. Tentang agar keberadaannya tidak punah. Selain
kesejahteraan itu, di dalam kitab itu, dengan tidak membuang sampah
Yajuveda XV.59 disebutkan, “berbuatlah sembarangan, tidak menebang pohon
untuk kesejahteraan bersama dan sembarang, tidak melakukan reklamasi
singkirkan kesusahan mereka” Berkaitan pantai juga termasuk salah salu konsep
dengan kesejahteraan, Bhagavadgȋtā palemahan yang bertujuan untuk
menyatakan sebagai berikut: pelestarian lingkungan.
annād bhavanti bhuūtāni Teks Purwa Bumi Kamulan
parjayād anna sambhavah, yang merupakan salah satu lontar yang
yajnad bhavati parjanyo yadnah membahas penciptaaan alam semesta ini
karma samudbhavah. juga membahas pemeliharaan yang ada
(Bhagavadgȋtā III.14) di alam semesta ini, sebagaimana yang
Terjemahan: dijelaskan dalam sloka berikut:
“Adanya mahluk hidup karena Mangkin krodha Sanghyang Kala,
makanan, adanya makanan karena tumurun sira sakareng, angadeg ring
hujan, adanya hujan karena yadnya, sunyantara, anggawe sanggah pamujan.
adanya yadnya karena karma Neher ta ginawe nira, Brahma, Wisnu,
(Pudja, 1999.87). Maheswara, tumurun ring madhyapada,
Bunyi sloka tersebut juga dapat di arddha moho’nggawe manusa. Hyang
tafsirkan bahwa manusia dapat hidup di Iswara dadi Resi, Hyang Brahma dadi
alam semesta ini karena dengan adanya Brahmana, Hyang Wisnu dadi
makanan. Adanya makanan karena alam Bhujangga, ya tha sira mangkengutus,
semesta telah menyediakannya berupa dening pada nira Sanghyang,
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang ngaturaken tadah saji, sari genep saji
hidup dengan meminum air yang berasal nira, sampun ta mangke winastwan.
dari hujan. Dengan adanya alam semesta Dening pada nira Sanghyang,
ini, manusia, binatang dan tumbuh- Brahmana, Bhujangga, Resi, Saiwa
tumbuhan sangat saling membutuhkan Kalawan Saugata, anglukata dasa mala.
dan wajib harus melaksanakan `Anadah Bhatara Kala, kalih lan Bhatari
pengorbanan (yajǹa) antar sesama Durga, tok sekul Kalawan ulan, sarwa
mahluk hidup. Karena dengan mahluk genep kang tadahan. Tan ilang
hidup melaksanakan yajǹa di alam takonakena.
38
Kosmologi Hindu Dalam Teks Purwa Bhumi Kamulan
I Made Gami Sandi Untara

(Purwa Bumi Kamulan ##) sangat senang hatinya, melihat


Terjemahan: hidangan. Diundang dengan
Sekarang Sanghyang Kala marah, japamantra, diiringi suara genta
seketika ia turun, berdiri diantara dunia yang tiada putus-putusnya, suara
yang sepi, membuat sanggar pemujaan. genta oragan riuh, suara sangka riuh
Lalu diciptakan Brahma, Wisnu dan tidak henti-hentinya. Tembus
Maheswara, kemudian turun kedunia, sampai ke angkasa, ditaburi dengan
berkehendak menciptakan manusia. bunga-bungaan, cendana dan bija
Hyang Iswara menjadi Resi. Hyang berwarna kuning, pedupaan dan
Brahma menjadi Brahmana. Hyang dupa menyala. Asap dupa panggil
Wisnu menjadi Bhujangga. MereKalah tembus sampai ke angkasa, bumi
kemudian yang diutus oleh Tuhan jadi harum semerbak bahkan sampai
(Sanghyang), (agar) menghaturkan ke Windu Pada.
sajen, segala jenis sajen yang Mulaning hana amuja, kang
lengkap. Sekarang sudah ditegaskan; manuseng madhya-pada, tadahan
oleh Sanghyang, (bahwa) Brahmana, Bhatara Kala, kalih lan Bhatari Durga.
Bhujangga, Resi, Siwa dan Sogata, Neher sira siramanya : manusa ring
(boleh) meruwat sepuluh jenis madhya-pada, Purnama Kalawan Tilem,
kekotoran. tan kasapa de Hyang Kala, tan kasapa
Berdasarkan uraian dari teks tersebut de Hyang Durga, Tan katadah de Hyang
dijelaskan Sang Hyang Kala marah dan Kala, lan katadah de Hyang Durga, pan
turun ke dunia menciptakan Brahma, sampun sinuddha-mala, deni wastu nira
Wisnu dan Maheswara kemudian Sang Sanghyang.
Hyang Kala meminta agar manusia yang (Purwa Bumi Kamulan ##)
ada di dunia ini melakukan pemujaan Terjemahan:
dan menghaturkan sesajen, sebagaimana (Itulah) awal mulanya adanya
yang dijelaskan dalam teks berikut: manusia dibumi memuja,
Datenge Bhatara Kala, kalih lan mempersembahkan sesajen kepada
Bhatari Durga, angadeg ing puspa-kaki, Bhatara Kala, dan kepada Bhatari
ingayap ing wado Kala, garjita tumon Durga.Lalu ia berjanji, bahwa setiap
ing (ta) tadah (an), tan ilang takonakena. Purnama dan Tilem manusia di bumi
Ingundang ing japa mantra, tinabuhan tidak dikutuk olehBhatara Kala dan tidak
genta-genti, unung kang genta oragan, pula dikutuk oleh Bhatari Durga. Tidak
sangka umung tan pantara. Tutug teka disantap oleh HyangKala, dan tidak pula
ring akasa, siniratan sekar ura, candana dimakan oleh Hyang Durga, sebab sudah
la (wa)n wija kuning, damar murup disucikan kekotorannya oleh berkat
lawan dhupa. Kukus sakeng dhupa Sanghyang (Tuhan).
panggi, tutug teka ring akasa, mrebuk Setelah manusia membuat pemujaan
arum kang bhuwana, kongas tekeng dan menghaturkan sesajen berupa tuak,
windu-pada. nasi, ikan dan berjenis-jenis hidangan
(Purwa Bumi Kamulan ##) lengkap. Lalu Bhatari Kala dengan
Terjemahan: Bhatari Durga berdiri diatas tangkai
Bersantaplah Bhatara Kala bersama bunga dan dipuja oleh para bhaktanya.
dengan Bhatari Durga, tuak, nasi, Bhatara Kala sangat senang dan
dan ikan, berjenis-jenis hidangan menyuruh manusia agar setiap purnama
lengkap. Dan banyak lagi namanya tilem untuk menghaturkan sesajen
yang lain. Kemudian Bhatara Kala kepada Bhatara Kala. Jika manusia tidak
datang, bersama dengan Bhatari menghaturkan sesajen makan manusia
Durga, berdiri diatas tangkai bunga, akan dimakan oleh Sang Hyang Durga.
dipuja oleh para Kala yang Berdasarkan konsep pemeliharaan
merupakan hamba sahayanya, dalam teks Puwa Bumi Kamulan, dalam
39
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.11 No.1 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/ 10.33363/wk.v11i1.505

pemeliharaan didunia ini manusia harus antara manusia dengan sesama manusia
senantiasa harus melakukan pemujaaan- (microcosmos); (3) Palemahan,
pemujaaan kepada Bhatara-Bhatari agar harmonis antara manusia dengan bhuana
terjadinya keseimbangan dalam dunia agung (macrocosmos). Berkaitan dengan
ini. keseimbangan, Bhagavadgȋtā
Dalam ajaran agama Hindu, tentang menyatakan sebagai berikut:
keseimbangan itu dapat ditemukan saha yajnāh prajāh srstvā purovāca
dalam ajaran Tri Hita Karana. Jaman prajāpatih,
dalam (Nardayana, 2009:188) anema prasavisyadhvam esa vo stv
mengemukakan, istilah Tri Hita Karana ista kāma dhuk.
berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari (Bhagavadgȋtā III.10)
kata Tri, Hita dan Karana. Tri berarti Terjemahan:
tiga; Hita berarti baik, senang, gembira, “Sesungguhnya sejak dahulu
lestari; Karana berarti penyebab atau dikatakan, Tuhan setelah menciptakan
sumbernya sebab. Dengan demikian, Tri manusia melalui yajǹa., berkata: dengan
Hita Karana berarti tiga buah unsur yang (cara) ini engkau akan berkembang,
merupakan sumbernya sebab yang sebagaimana sapi perah yang memenuhi
memungkinkan timbulnya kebaikan. keinginanmu (sendiri)” (Pudja,
Ajaran Tri Hita Karana ini, juga tertuang 1999:84).
dalam kekawin Ramayana yaitu Sapi perahan yang dimaksud di sini
bagaimana Sang Dasaratha berbuat kasih adalah yang bisa memenuhi segala
kepada sesama mahluk ciptaan Tuhan, keinginan yaitu tidak lain adalah bumi,
membuat pemujaan terhadap leluhur, ibu pertiwi ini. Bunyi sloka tersebut
dan pemujaan terhadap dewa-dewa. memberikan penegasan bahwa cinta
Prilaku hubungan yang selaras, serasi kasih seorang ibu terhadap anak-
dan seimbang manusia terhadap anaknya yang tiada terputus ibarat cinta
sesamanya terhadap Tuhannya, terhadap kasih Ibu Pertivi (alam semesta) yang
alam semesta beserta isinya akan memberikan makanan yang tiada henti-
menjadikan manusia utama. Dengan hentinya kepada semua mahluk hidup
demikian Tri Hita Karana sebagai sebagai anak-anaknya sehingga terjadi
perwujudan kesejahteraan dan keseimbangan hidup di antara semua
Kebahagiaan, dimana ketiga unsur yaitu mahluk.
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Manusia hidup di alam semesta ini,
(super natural power), manusia manusia harus melaksanakan yajǹa.
(microcosmos), dan alam Karena manusia diciptakan oleh Tuhan
semesta/bhuana (macrocosmos) harus Yang Maha Esa melalui yajǹa. Sebagai
saling menjaga. timbal baliknya, manusia harus
Hal tersebut telah menjadi pola melaksanakan yajǹa. Karena dengan
dasar tatanan kehidupan umat Hindu adanya yajǹa di alam semesta ini maka
terutama di Bali, yang dijadikan budaya keseimbangan hidup di dunia ini akan
perilaku sehari-hari, sehingga muncul terjadi.
konsep Tri Hita Karana yang
mengajarkan pola hubungan yang 2.3 Struktur Peleburan Dalam Teks
harmoni (selaras, serasi dan seimbang) Dalam Teks Purwa Bhumi
diantara ketiga sumber kesejahteraan Kamulan
dan kebahagiaan tersebut, yang terdiri Mahluk hidup yaitu manusia
dari unsur: (1) Parahyangan, harmonis menjadikan dirinya layak untuk
antara manusia dengan Sang Pencipta mendapatkan keabadian dengan
(Brahman); (2) Pawongan, harmonis melewati serangkaian kelahiran dan
40
Kosmologi Hindu Dalam Teks Purwa Bhumi Kamulan
I Made Gami Sandi Untara

kematian berulang kali. Perubahan membahas penciptaaan alam semesta ini


badan jasmani bukan berarti terjadinya juga membahas pemeliharaan dan
perubahan pada sang roh. Tak satu pun peleburan yang ada di alam semesta ini,
penjelmaan yang tetap tinggal abadi, sebagaimana yang dijelaskan dalam
sebagaimana yang dikatakan sloka sloka berikut mengenai halnya
berikut: peleburan:
dehino smim yathā dehe Dinelo Bhatari Uma, satampakira
kaumāram yauvanam jara Bhatari: hana putih, hana abang, hana
tathā dehāntara praptir dhȋras kuning, hana ireng. Kaget Bhatari Sri
tatra na muhyati Uma, agila tuwon ing awak, neher masih
(Bhagavadgȋtā II.13) nadah janma, mangerak masingha-
Terjemahan: nada; waja masalit masiyung, tutukilwir
“Sebagaimana halnya dengan sang jurang parah ro; netra kadi Surya
roh ada pada masa kecil, masa muda dan kembar, irung kadi sumur bandung;
masa tua demikian juga dengan kuping Iwir leser ing pa
diperolehnya badan baru, orang (ha;roma…agimbal;awak awegah
bijaksana tak tergoyahkan” (Pudja, aluhur, luhur ira tan pantara; tutug ing
1999:39). anda bhuwana, tutug madhya ning
Dari sloka tersebut dijelaskan akasa; sira ta Bhatari Durga, aranira
bahwa setiap mahluk hidup memiliki roh duk samana.
individual, mahluk hidup mengganti (Purwa Bumi Kamulan ##)
badannya setiap saat. Kadang-kadang ia Terjemahan:
berwujud sebagai anak-anak, kadang- Dipandanglah Bhatari Uma, setiap
kadang sebagai anak remaja, dan kadang yang disentuh oleh Bhatari, ada putih,
sebagai orang yang tua. Namun roh yang ada merah, ada kuning dan ada yang
sama masih ada dan tidak mengalami hitam. Tiba-tiba Bhatari Sri Uma
perubahan apapun. Akhirnya roh menjadi murka melihat wujud dirinya,
individual tersebut meninggalkan lalu tumbuh dorongan untuk memakan
badannya pada waktu meninggal dan manusia, lalu berteriak bagaikan singa
berpindah ke badan lain. Oleh karena meraung. Gigi dan taringnya panjang.
sang roh pasti akan mendapatkan badan Mulutnya bagaikan jurang terbelah dua.
lain dalam penjelmaannya yang akan Mata bagaikan matahari kembar. Hidung
datang. bagaikan sumur kembar. Telinga
Dalam kematian mahluk hidup, bagaikan paha berdiri tegak. Rambut
tidak ada yang benar-benar musnah. digulung, badannya tinggi besar,
Semuanya adalah perubahan, seperti tingginya tidak terkira, dari anda
aliran air yang berganti secara terus- bhuwana (Bulatan bumi) sampai ke
menerus. Atman sebagai Roh Abadi pertengahan langit, beliaulah Bhatari
yang berdiam di dalam diri setiap Durga, namanya saat itu.
mahluk, tidak mengalami perubahan. Dineleng Bhatari Durga, mentas ta
Evolusi roh hanyalah sebuah proses saking samudra, sareng lan Bhatara
lanjutan sebagai jalan pembebasan roh Kala, apa ta jalukanira? Abhasma sira
dari belenggu ketidaksadarannya (māyā rudhira, kapala ganitri nira, usus ta
dan avidyā). Dengan perjalanan secara sandangan-ira, asampet sira bang ireng.
terus-menerus (reinkarnasi), diharapkan Ingemban ingiring-iring, dening wado
roh akan semakin sadar akan hakikat Kala nira, tan sah ring pasanak ira,
dirinya yang sejati sehingga bersatu angher po sira ring setra. Setra wates
kembali kepada Tuhan (Brahman Ătman pabajangan, kepuh randu kurambiyan,
Aikyam). ingayap ing wado Kala, dremba moha
Teks Purwa Bumi Kamulan yang nadah janma. Ulih ing anggawe loka,
merupakan salah satu lontar yang
41
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.11 No.1 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/ 10.33363/wk.v11i1.505

tinadah rahina wengi, binuru inguyang bagaikan jurang terbelah dua. Matanya
uyang, dening wado Kala nira. bagaikan matahari kembar, Hidungnya
(Purwa Bumi Kamulan ##) bagaikan sumur kembar, Beliaulah
Terjemahan: Bhatari Durga, namanya saat itu.
Dipandangnya Bhatari Durga, lewat Semua abdi Bhatara Durga dan abdi
samudra, bersama dengan Bhatara Kala. Bhatara kala melakukan yoga, bulu-
Ia menggunakan darah sebagai basma. bulunya dijadikan sumber kejahatan,
Ganitrinya tengkorak manusia. Usus berwujud laki maupun perempuan.
selempangnya. Berselendang berwarna Dipandangnya Bhatari Durga, lewat
merah dan hitam. Diasuh dan diantar samudra, bersama dengan Bhatara Kala.
oleh para hambanya (yang terdiri dari) Lalu Bhatari Durga menggunakan darah
para Kala, tidak jauh dari sanak sebagai basma. Ganitrinya tengkorak
saudaranya, lalu ia menuju kuburan.Di manusia. Usus selempangnya.
perbatasan kuburan anak-anak, (pada) Berselendang berwarna merah dan
pohon kepuh dan randu yang rindang. hitam. Wujud Bhatari Durga pada saat
Dipuja oleh para Kala yang menjadi itu sangat menyeramkan karena Bhatari
hambanya, dengan seperti orang mabuk Durga Dipuja oleh para Kala yang
memakan manusia. Upah menciptakan menjadi hambanya. Selain itu Bhatari
dunia, dimakan., siang dan malam, Durga juga memakan manusia sebagai
dikejar dan diperangkap, oleh para Kala upah telah menciptakan dunia ini akan
yang merupakan para hambanya. tetapi tidak semua manusia yang ada di
Tinutut sa-paranira, tinadah rahina dunia ini yang dimakan oleh Bhatari
wengi, kuneng kang tinadah ira, enaknya Durga. Adapun manusia yang dimakan
anadah jalma. Tan salah tinadah-ira, dengan enaknya oleh Bhatari Durga,
janna wetu wuku carik, wuku wayang tidak lain yang dimakan adalah orang
wuku nira, kadana (n) lawan kadini. yang lahir pada Wuku Carik, yaitu orang
Pandawa lawan metuwang, tunggak yang lahir pada Wuku Wayang, lahir
wareng, unting-unting, uduh-uduh rare kembar siam (kadana-kadini),
bajang, tinadah rahina wengi. bersaudara lima, tunas tunggul (tunggak
(Purwa Bumi Kamulan ##) wareng), unting-unting.
Terjemahan:
Kemana pergi dikejar, dimakan siang
dan malam. Adapun manusia yang III. SIMPULAN
dimakan dengan enaknya. Tidak lain Berdasarkan uraian di atas maka
yang dimakan adalah orang yang dapat simpulkan bahwa teks Purwa
lahir pada Wuku Carik, yaitu orang yang Bhumi Kamulan termasuk kelompok
lahir pada Wuku Wayang, lahir kembar lontar Tattwa. Lontar ini berisi ajaran
siam (kadana-kadini), bersaudara lima, tentang penciptaan dunia yang diuraikan
tunas tunggul (tunggak wareng), unting- secara mitologis. Seluruh ajarannya
unting (?), (itulah yang) dimakan siang bersifat Siwaistik. Kosmologi Hindu
dan malam. dalam teks Purwa Bhumi Kamulan
Berdasarkan uraian dari teks tersebut terdiri dari penciptaan (uttpeti) dalam
dijelaskan bahwa ketika apapun yang teks Purwa Bhumi Kamulan yaitu
disentuh oleh Bhatari Uma akan berubah diuraikan saat Bhatari Uma lahir dari
warna manjadi merah, putih, dan hitam. pergelangan kaki Bhatara Guru. Dari
Tiba-tiba Bhatari Uma menjadi marah kekuatan yoga Bhatara dan Bhatari,
dan murka melihat wujud dirinya, lalu lahirlah para Dewata, Panca Rsi, Sapta
berteriak bagaikan singa meraung, gigi Rsi sebagai isi dunia ini. Setelah itu
dan taringnya panjang, mulutnya barulah dunia ini diciptakan.
42
Kosmologi Hindu Dalam Teks Purwa Bhumi Kamulan
I Made Gami Sandi Untara

Pemeliharaan (stithi) dalam teks Purwa BHAGAVADGĪTĀ. Jñānasiddhâ


Bhumi Kamulan ketika manusia harus nta: Jurnal Teologi Hindu, 1(1).
senantiasa harus melakukan pemujaaan- Wika, I Made. 2013. “Kajian Teologi
pemujaaan kepada Bhatara-Bhatari agar
Hindu Kakawin Bharata
terjadinya keseimbangan dalam dunia ini
dan peleburan (pralina) dalam teks Yuddha”. Tesis. Denpasar:
Purwa Bhumi Kamulan ketika Selain itu Institut Hindu Dharma Negeri
Bhatari Durga juga memakan manusia Denpasar.
sebagai upah telah menciptakan dunia ini Wulandari, N. P. A. D., & Untara, I. M.
akan tetapi tidak semua manusia yang G. S. (2020). NILAI-NILAI
ada di dunia ini yang dimakan oleh FILSAFAT KETUHANAN
Bhatari Durga. Adapun manusia yang
DALAM TEKS
dimakan dengan enaknya oleh Bhatari
Durga, tidak lain yang dimakan adalah ĀDIPARWA. Genta
orang yang lahir pada Wuku Carik, yaitu Hredaya, 4(1).
orang yang lahir pada Wuku Wayang,
lahir kembar siam (kadana-kadini),
bersaudara lima, tunas tunggul (tunggak
wareng), unting-unting.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.tth. Purwa Bhumi Kamulan.
Singaraja : Gedong Kirtya.
Bagus, I Gusti Ngurah. 1980. Aksara
Dalam Kebudayaan, Suatu
Kajian Antropologi. Denpasar:
Universitas Udayana.
Donder, I. K. (2007). Kosmologi Hindu:
Penciptaan, Pemeliharaan, dan
Peleburan Serta Penciptaan
Kembali Alam
Semesta. Surabaya: Paramita.
Hawking, Stephen W. 2004. Teori
Segala Sesuatu, Asal Usul dan
Kepunahan Alam Semesta.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Nardayana, Wayan. 2009. Kosmologi
Hindu Dalam Kayonan Pada
Pertunjukan Wayang Kulit Bali.
Tesis. Denpasar: Institut Hindu
Dharma Negeri Denpasar.
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci
(Pedoman Praktis Kehidupan).
Surabaya: Paramita.
Untara, I. M. G. S. (2019).
KOSMOLOGI HINDU DALAM

43
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.11 No.1 2020
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
P-ISSN : 2089-6662
DOI: https://doi.org/ 10.33363/wk.v11i1.505

44

Anda mungkin juga menyukai