Anda di halaman 1dari 10

GENTA HREDAYA Volume 5 No 2 Oktober 2021 P ISSN 2598-6848

E ISSN 2722-1415

Relevansi Konsep Penciptaan Alam Semesta Lontar Bhuwana Sangksepa


dan Pemahaman Kosmos Masyarakat Bali
Oleh:
Ida Bagus Wika Krishna
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
Email: wikakrishna@gmail.com

Krisna S. Yogiswari
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
Email: yogiswarikrisna@gmail.com

ABSTRACT
Local wisdom is a local idea or view that is wise, full of wisdom, is of a good nature which is
embedded and followed by members of the community. This view is closely related to the nature
of traditional institutions, strict contextuality as well as universal. Lontar Bhuwana Sangksepa
as a form of traditional literature that contains a lot of local wisdom, especially about the
process of creating the universe. This study uses a qualitative approach with the hermeneutic
method. This study found that the cosmological values contained in Lontar Bhuwana have an
influence on the daily life of the Balinese people, this can be seen from the determination of
space in the Balinese residential pattern and the calculation of the implementation and form
of ritual facilities performed by the Balinese people are strongly influenced by the
understanding of the cosmos. developing in society. This study also finds that there is a
relevance of the concept of cosmology in Lontar Bhuwana Sangksepa to the understanding of
the Balinese cosmos.
Keywords: Cosmology, Balinese Society, Lontar Bhuwana Sangksepa

I. PENDAHULUAN hasil laboratorium tersebut. selain itu,


Salah satu pemahaman Hindu ilmuwan Barat hanya menjabarkan proses
mengenai alam semesta ini yaitu alam penciptaan alam semesta ini bersifat siklik.
semesta memiliki sebuah kesadaran. Alam Namun, lain halnya bagi Hindu yang
semesta ini bukanlah semata-mata benda memaparkan bahwa alam semesta ini
mati yang tidak memiliki kesadaran, mengalami proses yang siklik.
melainkan alam semesta ini hidup Pandangan kosmologi Hindu
sebagaimana halnya mahluk hidup. Oleh mengenai asal mula alam semesta ini
karena itu, manusia sebagai mahluk hidup adalah bertumpu kepada keberadaan
yang berkuasa terhadap alam semesta raya Tuhan. Tuhan yang dijadikan sebagai
ini tidak dapat memperlakukan alam penyebab adanya alam semesta ini. Salah
sekehendak hati, karena alam sama seperti satu lontar yang menggambarkan
mahluk hidup, perlu makan, minum, pemahaman tentang kosmologi Hindu atau
perawatan, dan tentunya kasih sayang. penciptaan dunia adalah lontar Bhuwana
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat Sangkșépa. Lontar Bhuwana Sangkșépa ini
dikatakan bahwa alam semesta ini memiliki bersifat siwaistis yang mana Siwa memiliki
kesadaran. Kesadaran itulah yang disebut kedudukan tertinggi dan Siwa yang
sebagai kesadaran kosmis. Kesadaran ini menciptakan dunia ini. Terdapat keunikan
yang tidak dapat dijangkau oleh ilmuwan yang dijumpai oleh peneliti di dalam teks
barat yang hanya berkutat pada data dan ini, yang mana teks ini membahas

Krishna & Yogiswari


173
mengenai penciptaan alam semesta material. Jenis penelitian yang akan
berdasarkan kepada pemahaman Hindu di dilakukan merupakan penelitian kualitatif
Bali. Lontar ini berisikan konsep kosmologi dengan design penelitian terfokus pada
yang sangat unik untuk dikaji. Keunikan library research. Dalam penelitian ini cara
kosmologi yang diceritakan di dalamnya pengumpulan data yang utama adalah
lebih merujuk pada pemahaman kosmologi dengan meneliti pustaka berupa teks
Hindu di Bali, yang mana lebih Bhuwana Sangkșépa. Pada penelitian
menggunakan istilah-istilah dalam kualitatif, peneliti sendiri merupakan alat
kehidupan beragama di Bali. utama dalam pengumpulan data (Nasution,
Teks ini merupakan sebuah teks yang 2002:9). Instrumen pendukung yang
unik karena menggunakan Bahasa diperlukan dalam pengumpulan data adalah
Sansekerta dalam penjabarannya dan kertas dan alat tulis. Untuk menyusun
diterjemahkan kedalam bahasa jawa kuna rancangan studi, draf hasil penelitian dan
serta Indonesia. Peneliti belum pernah laporan penelitian dibutuhkan seperangkat
menemukan lontar yang menggunakan komputer atau laptop. Teknik pengumpulan
bahasa sansekerta dan diterjemahkan data yang digunakan adalah studi
kembali kedalam bahasa Jawa Kuno kepustakaan (dengan kajian pada sumber
sebelumnya. Selain itu, teks ini secara jelas utama), dokumen (dengan kajian dari teks
menjelaskan mengenai proses penciptaan pendukung), dan wawancara. Teknik
alam semesta maupun peleburannya. penentuan informan digunakan dalam
Penjelasan tentang alam semesta di dalam penelitian ini untuk menggali lebih dalam
teks ini dijabarkan sesuai dengan pemahaman masyarakat di Bali tentang
pemahaman masyarakat Bali yang mana, pemahaman kosmos dan untuk memahami
dalam penciptaan alam semesta pengawi secara mendalam tentang istilah dalam teks
menjabarkan bahwa alam ini tercipta Bhuwana Sangkșépa ini. Data yang telah
melalui aksara suci. Begitupun dengan dikumpulkan kemudian direduksi untuk
peleburan alam semesta, yang mana alam menentukan data yang sesuai untuk
semesta secara bertahap hilang perlahan. dianalisis menggunakan metode
Lontar Bhuwana Sangkșépa hermeneutika, sesuai dengan tahapan
merupakan salah satu lontar penting yang hermeneutika sehingga hasil analisis data
memuat ajaran tentang Siwatattwa. Di diharapkan merupakan data yang benar-
dalam dialog itu dijelaskan mengenai benar objektif. Hasil analisis kritis terhadap
hakikat hubungan Bhuwana Agung data kemudian disajikan dalam bentuk
(makrokosmos) dengan Bhuwana Alit deskriptif-naratif.
(mikrokosmos) beserta dengan dewa-
dewanya. Pemahaman kosmologi Hindu II. PEMBAHASAN
yang diungkapkan di dalam teks ini, 2.1 Konsep Penciptaan Alam
menjabarkan secara singkat namun jelas Semesta Lontar Bhuwana
tentang alam semesta ini. Terdapat Sangksepa
kemiripan dalam isi dari teks ini dengan Alam semesta tidaklah ada begitu
teks teks import (teks india). Berdasarkan saja, tentunya mengalami suatu proses yang
kemiripan tersebut penulis ingin mengkaji panjang sehingga dunia ini tercipta. Sama
lebih dalam tentang teks ini. halnya seperti seekor laba-laba yang
membangun rumahnya. Secara perlahan-
METODE lahan dan mengalami suatu proses yang
Penelitian ini menggunakan bertahap. Laba-laba merangkai jaring demi
pendekatan kualitatif bidang filsafat, jaring untuk menciptakan rumahnya
dengan konsep kosmologi dalam Lontar sehingga ia merasa nyaman untuk
Bhuwana Sangksepa dan pemahaman menempati rumahnya. Pengetahuan
kosmos masyarakat Bali sebagai objek tentang alam semesta ini merupakan sebuah

Krishna & Yogiswari


174
pengetahuan yang tidak akan ada habisnya Proses penciptaan dalam Lontar
untuk dibahas. Pencarian awal penciptaan Bhuwana Sangksepa secara ringkas dapat
alam semesta inipun terus berlanjut seakan- ditunjukkan dalam bagan penciptaan alam
akan menjadi suatu rahasia yang perlu semesta di bawah ini, dapat dilihat bahwa
diungkapkan. Di dalamVeda menjelaskan dunia ini mengalami evolusi yang terjadi
bahwa alam semesta ini diciptakan melalui secara dinamis. Proses penciptaan yang
suatu perkembangan. Tahapan awal bertahap itu dapat digambarkan menjadi
penciptaan alam semesta dijelaskan pula di suatu bagan penciptaan. Bagan penciptaan
dalam beberapa teks seperti Rgveda, itu dapat digambarkan menjadi :
Upanishad maupun karya sastra tradisional
lainnya, lontar. NISKAL
Di dalam sloka teks Bhuwana A/
Sangkșépa dijelaskan mengenai awal dari SUNYA

penciptaan dunia ini yang disampaikan


melalui sebuah dialog yaitu: MATR NĀDĀ
NĀDA WINDU
A NTA
Etvam putra māhapŗsnam,
Sarva sandeha nasanam,
Janmetva iśa tattvañca, PAÑCABR TRYAK WIŚW ARDHAC
vakșyāmi śŗnu te vidhih. AHMA SARA A ANDRA
(Bhuwana Sangkșépa, sloka 3)

Ika takwanta kamung Kumara tan PAÑCĀ SARWĀK SWARA


DAN
KSARA SARA
pahingan mūlanya, tan papadha preśnanta WYAÑJANA

ring kadi kami, haywa śangsaya


warahangkwi kitānaku, prayatna ta kita
ruměngwa wuwus mami, mwang kita Bagan Penciptaan Alam Semesta
Bhațāri. dalam Lontar Bhuwana Sangkșépa
Sumber: Konstruksi Peneliti
Terjemahannya:
Kamu kumara! Pertanyaanmu itu Proses penciptaan alam semesta
mulia benar, tiada bandingannya bagiku. dalam teks Bhuwana Sangkșépa bahwa
Janganlah khawatir. Akan kuajarkan hal itu alam semesta ini mengalami perubahan
kepadamu anakku. Hendaknya engkau yang dinamis. Berdasarkan pada bagan
bersungguh-sungguh mendengarkan kata- diatas, proses dari penciptaan alam semesta
kataku. Demikian pula engkau Bhațāri. ini secara jelas digambarkan bahwa; 1).
(Kantor Dokumentasi, 1995:25) Pada awalnya alam semesta ini bersifat
sunya/hampa/niskala; 2). Lahirlah matra
Pertanyaan ini berawal karena yang merupakan kausa prima yang
kurangnya pengetahuan Bhatari Uma menyebabkan pembentukan alam semesta;
mengenai pengetahuan yoga sebagai salah 3). Kemudian kausa prima ini melahirkan
satu jalan mencapai kalepasan yang Nādānta yang merupakan sabda halus
dijelaskan dalam sloka pertama dan kedua. dalam penciptaan alam semesta; 4).
Pada sloka ini Bhatari Uma memulai Munculah nāda yan merupakan sabda suci
pertanyaannya yang mana Bhatari Uma yang berada di dalam alam semesta pada
ingin mengetahui mengenai asal mula saat itu; 5). Setelah itu, munculah Windu
penjelmaan Tuhan (Bhatara Iswara). Oleh yang merupakan sebuah tanda-tanda yang
karena itu pada sloka ini dijawablah oleh menandakan keberadaan Siwa di dalam
Bhatara Iswara yang mana Bhatara Iswara alam semesta; 6).Ardhacandra merupakan
akan menjelaskan mengenai hakikat dari peruwujudan bulan setengah, apabila
asal mula dunia ini kepada Kumara. dianalogikan merupakan salah satu atribut

Krishna & Yogiswari


175
yang digunakan oleh Siwa yang terletak di Hindu. Selain itu, di dalam teks
bagian kepala beliau. Pada saat nada, windu menjelaskan pula bahwa terdapat suatu
maupun ardhacandra ini meurpakan jalan untuk mencapai kebebasan yang
penyebab dari keberadaan dunia yang tertinggi yang mana di dalam teks
disebut sebagai Tri Antah Karana; 7). disebutkan sebagai Nirbhana. Namun,
lahirlah Wiswa yang meurpakan dalam pengimplementasiannya di
keseluruhan unsur universal; 8).Tryaksara masyarakat pemahaman tersebut dikenal
digambarkan sebagai unsur pembentuk sebagai Moksha.
berupa tiga mantra yatu Ang, Ung, Mang Pengetahuan yang sedemikian
ketiga mantra ini merupakan perwujudan hingga tersebut dijelaskan oleh I Gede
dari Tri Murti beserta denga sifatnya yaitu Suwantana (Wawancara: 23 Februari 2021)
Tri Guna.; 9). Setelah itu, lahirlah bahwa lontar Bhuwana Sangkșepa
Pancabrahma yang merupakan Panca mendapat pengaruh besar dari kitab import
dewata maupun Pancanana yang seperti purana, itihasa dan beberapa kitab
merupakan lima perwujudan dari Siwa agama, namun dengan kecerdasan pengawi
Murti, Panca Brahma ini terdiri dari lima jaman dahulu beliau mengkontekskan
mantra suci yaitu Sa, Ba, Ta, A, dan I. pada ajaran tersebut kedalam pengetahuan lokal.
akhirnya Panca Brahma inilah yang pada Pengetahuan yang terdapat di dalam
akhirnya menciptakan Panca Tan Matra. ; lontar telah Bhuwana Sangkșepa telah
10). Pañcāksara merupakan lima mantra memberikan kontribusi secara langsung
suci yang terdiri dari Na, Ma, Si, Wa, dan kepada masyarakat Hindu khususnya dalam
Ya. Kelima mantra ini merupakan unsur kehidupan masyarakat di Bali. Namun,
dalam pembentukan manusia, yang disebut pengetahuan tersebut tidak secara serta
dengan Panca Maha Bhuta; 11). Setelah merta dipahami oleh masyarakat di Bali.
itu, Panca Brahma dan Panca Aksara ini Pengetahuan masyarakat Bali tentang
kemudian menjadi satu yang pada akhirnya Tattwa ataupun hakikat keberadaan dunia
menghasilkan Dasa Aksara yang ini memerlukan panduan dari seorang guru.
merupakan awal dari pembentukan Di dalam Hindu Bali pengetahuan
Dasendrya. 12). Sarwaksara merupakan tentang kosmologi dan tentang Tuhan
keseluruhan mantra yang ada di dunia ini; hanyalah dimiliki oleh kaum Brahmana
13). Pada akhirnya munculah Swara dan saja, dan yang menuliskan tentang teks-teks
Wyanjana yang merupakan cara seseorang di Bali ini adalah seorang Brahmana pula.
dalam melafalkan manra-mantra suci. Terdapat 3 tahapan pengetahuan yang
Seperti itulah penciptaan alam semesta dimiliki oleh masyarakat Bali. ketiga
berdasarkan Bhuwana Sangksepa. pemahaman tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
2.2 Konsep Penciptaan Alam
Semesta Lontar Bhuwana
Sangksepa dan Pemahaman Orang Suci
Kosmos Masyarakat Bali
Teks Bhuwana Sangkșepa Orang Intelektual
menjelaskan tentang asal mula dari
keberadaan dunia ini (kosmologi), yang Orang Awam
mana juga menjelaskan tentang hakikat
kehidupan. Yang mana dijelaskan bahwa
kehidupan di dunia ini adalah untuk Struktur Pemahaman Tattwa di
sementara dan tidak kekal adanya. Bali
Pemahaman bahwa kehidupan ini tidak Sumber: Dok. Yogiswari, Wawancara
kekal pun dimiliki oleh masyarakat Hindu, Suyoga, 2021
sehingga tercetusnya konsep reinkarnasi di

Krishna & Yogiswari


176
Berdasarkan gambar di atas dapat Suyoga (wawancara, 26 Februari
dijelaskan bahwa Orang suci memiliki 2021) menjelaskan tentang Gambar diatas
peranan tertinggi dalam menuliskan setiap yang mana pada umumnya pengetahuan
pengetahuan tentang kosmologi. Oleh masyarakat Bali tentang teks sangatlah
karena pengetahuannya yang telah melebihi minim. Pengetahuan tersebut hanyalah
siapapun dan penetahuan tentang Tuhan dimiliki oleh kamu Orang suci yang pada
dapat dikuasai secara benar. Mengapa akhirnya pengetahuan tersebut dipermudah
demikian? Karena pada dasarnya setiap dan dilogikakan oleh kaum intelektual
orang suci tentunya melakukan suatu untuk mempermudah masyarakat
penglihatan mengenai Tuhan termasuk memahami teks ini. Hingga pada akhirnya
alam semesta ini secara mendalam. pengetahuan ini dapat sampai kedalam
Sehingga untuk menelisik secara masyarakat di Bali.
mendalam, orang suci melakukan suatu Dibalik semua itu, kaum orang suci
perenungan maupun pencarian kebenaran pun membentuk suatu konsep untuk
tersebut. menjaga keselarasan dari alam semesta ini.
Perenungan filosofis yang Konsep tersebut dikenal dengan Tri Hita
dilakukan oleh para orang suci tersebut Karana. Konsep ini adalah konsep yang
menghasilkan suatu pengetahuan yang luar telah mendarah daging dan dipedomani
biasa hebatnya. Salah satu Darsana yang oleh masyarakat Bali sebagai cara dalam
memiliki kemiripan dengan perenungan menjaga alam semesta ini. Tri Hita Karana
tersebut disebut dengan Samkhya. Dalam ini merupakan upaya untuk menjadikan
proses pencarian kebenaran di dalam segala yang ada di dunia ini menjadi satu
samkhya dijelaskan bahwa terdapat tiga kesatuan yang selaras dan harmonis.
sistem atau cara untuk mengetahui Gunarta (wawancara, kamis 26 Februari
kebenaran. Samkhya mempergunakan 3 2021) menjelaskan bahwa Tri Hita Karana
sistem cara mencari pengetahuan ini merupakan tiga pilar dalam kehidupan
kebenaran Pratyaksa (pengamatan yang memegang peranan yang penting
langusng), Anumana (penyimpulan) dan sebagai upaya dalam menciptakan
Apta Vakya (penegasan yang benar). Kata keharmonisan dengan Tuhan, Sesama dan
“apta”, artinya “pantas” atau “benar” yang Alam sekitar. Keseimbangan kosmos dapat
ditujukan kepada wahyu-wahyu Veda atau terjadi apabila manusia melakukan peranan
guru-guru yan mendapatkan wahyu mereka secara baik sebagai bagian dari
(Maswinara: 1999: 155). kosmos ini. tanggung jawab terhadap
Seperti itu pula lah yang dilakukan peranan tersebut akan menjaga lingkaran
seorang sulinggih dalam mendapatkan kosmos berjalan sesuai dengan
pengetahuan yang benar itu. Selanjutnya, perputarannya.
kaum intelek berusaha untuk menjadikan Bagi masyarakat Bali, ketika dapat
pengetahuan tersebut menjadi logis. Usaha menerapkan Tri Hita Karana ini secara
melogikakan pengetahuan yang telah baik dan benar, maka peredaran kosmos ini
dirumuskan oleh orang suci tersebut akan baik pula. Seperti yang telah
merupakan upaya untuk menjadikan dijelaskan oleh Kadek Gunarta di atas,
masyarakat menjadi paham tentang hakikat diperlukan peranan manusia dalam
Tuhan serta awal mula keberadaan alam menjaga kesimbangan kosmos.
semesta. Selanjutnya, orang awam Keseimbangan tersebut merupakan
hanyalah sebagai pendengar setia, karena kesimbangan kerja, menjaga alam dan
mereka kurang mengerti tentang bersyukur. Menjadi bagian dari kosmos ini
pengetahuan tattwa tersebut. kaum merupakan suatu tanggung jawab yang
intelektual dan orang sucilah yang lebih besar pula untuk merawat sehingga alam
menguasai pengetahuan tersebut. semesta dapat seimbang.

Krishna & Yogiswari


177
Suyoga dan Suwantana (2014:1) segala ritus yang didasarkan hari-hari
menjelaskan bahwa masyarakat Bali tertentu (wewaran). Yang mana wewaran
memandang alam semesta diciptakan oleh merupakan pengetahuan tentang kosmologi
Tuhan. Di dalam menjaga keteraturan gerak itu sendiri. segala aktivitas yang dilakukan
semesta, Tuhan telah meletakan dasar oleh orang Bali pada dasarnya mengandung
Hukum yang di dalam Hindu disebut tattwa maupun etika, meskipun mereka
sebagai Rta. Rta adalah hukum alam yang sendiri tidak menyadari hal tersebut.
mengatur segala bentuk aktivitas alam yang Berdasarkan pemaparan Sandika
kompleks dan smepurna. Masyarakat Bali tersebut bahwa orang Bali pada umumnya
memahaminya sebagai hubungan harmonis mewujudkan pemahaman tentang
antara tiga hal yang disebut Tri Hita kosmologi mereka melalui laku atau
karana. Ketiga bagian tersebut meliputi tindakan. Tindakan tersebut merupakan
Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. ritus yang muncul di kalangan masyarakat.
Parahyangan merupakan konsep Masyarakat memahami konsep tentang
keselarasan atau keharmonisan yang alam semesta ini namun mereka sangat
hendaknya diciptakan antara manusia dan minim pengetahuan tentang istilah yang
Tuhan. Dalam parahyangan ini, menyatakan tentang keberadaan alam
masyarakat Bali pada umumnya semesta ini. Disisi lain, oleh karena
mewujudkan rasa sembah Bhakti mereka memahami keberadaan dunia ini
dengan melakukan ritual. Ritual-ritual ini disebabkan oleh Tuhan dan masyarakat
merupakan simbol perwujudan rasa syukur bersyukur telah diberikan kehidupan di
terhadap apa yang telah diberikan dalam dunia ini, hal tersebutlah yang mendasari
kehidupan ini yang baik maupun yang setiap orang ingin melakukan hubungan
buruk. Ritual inilah yang disebutkan yang harmonis dengan Tuhan.
sebagai sebuah cara untuk menjaga Masyarakat Bali dalam
keharmonisan dengan Tuhan. Upaya melaskanakan ritualnya, tanpa sengaja
menjaga keselarasan antara Tuhan ini menggunakan sarana yang berwujudkan
dalam kosmologi merupakan perwujudan simbol-simbol. Simbol simbol tersebut
dari rasa terima kasih umatnya karena merupakan simbol dari alam semesta yaitu
Tuhanlah yang menciptakan alam semesta. segitiga, segiempat dan lingkaran, yaitu:
Ritual ini dipergunakan sebagai
salah satu dari pemahaman masyarakat
tentang keberadaan Tuhan sebagai awal
dari penciptaan. Berdasarkan wawancara
kepada Sandika (Wawancara, 25 Februari
2021) menjelaskan bahwa orientasi Bentuk Sarana Ritual di Bali
berfikir orang Bali tentang alam semesta ini Sumber: Dok. Yogiswari, Wawancara
tidak berkrucut pada teks tetapi masyarakat Sandika, 2021
Bali mewujudkannya kedalam ritus dan
tradisi. Pemahaman tentang alam semesta Berdasarkan gambar di atas, ketiga
di dalam teks hanya dimiliki oleh seorang gambar ini merupakan perwujudan alam
pengawi saja. Terdapat kecendrungan di semesta dalam bentuk sarana. Oleh karena
dalam masyarakat untuk lebih praktik itulah banten yang ada di Bali ini
(melaksanakan) tidak terlalu merupakan perwujudan alam semesta.
mencendrungkan dirinya kepada tattwa. Dimulai dari bentuk segitiga, segitiga
Segala pemahaman tentang alam semesta dalam proses pembentukan alam semesta
ini diwujudkan kedalam bentuk yang tidak merupakan perwujudan dari Panca aksara,
verbal namun ditunjukan kedalam bentuk terdiri dari. Ang, Ung dan Mang.Panca
laku. Salah satu bentuk pemahaman orang aksara ini merupakan simbolisasi dari Tri
Bali terhadap kosmologi dapat dilihat dari Kona (tiga siklus), Tri Murti (trinitas), dan

Krishna & Yogiswari


178
Tri Guna (tiga sifat). Tri kona terdiri dari kosong (tanpa sarana), kemudian kedua
kelahiran, kehidupan dan kematian, sampai keempat menggunakan sarana
TriMurti terdiri dari Brahma (Uttpeti), bunga (sesuai dengan dewata), dan terakhir
Wisnu (sthiti), dan Siwa (Pralina), kembali kepada tangan kosong (tanpa
sedangkan TriGuna terdiri Satwam, Rajas, sarana). Ini merupakan sebuah konsep
dan Tamas. Ketiga hal ini sangat melekat kosmologi yang dimiliki oleh orang Bali.
dalam pengetahuan masyarakat, dalam Berdasarkan pemahaman Sandika di atas,
berperilaku setiap orang hendaknya telah dijelaskan bahwa pada awal
melakukan perbuatan yang sattwam (baik) persembahyangan masyarakat tidak
tidak terlalu aktif dan tidak pasif. menggunakan sarana apapun, yang mana di
Hendaknya masyarakat menyadari bahwa dalam pemahaman kosmos di dalam teks
lahir, hidup, dan mati merupakan suatu ini juga dijelaskan bahwa pada awal
siklus yang mana hal tersebut tidaklah penciptaan segala wujud materi tidak ada.
dapat dicegah. Dalam tahapan kedua munculah berbagai
Kedua yaitu segiempat merupakan macam materi sebagai penghias alam
perwujudan dari panca aksara. Panca semesta beserta dengan manifestasi Tuhan
aksara ini merupakan unsur materi yang yang menjaga alam semesta. Pada
membentuk alam semesta. Terdiri dari Na, persembahyangan terakhir,
Ma, Si, Wa, dan Ya. Panca aksara dalam persembahyangan pun ditutup dengan
proses penciptaan alam semesta melakukan tangan kosong kembali. Hal
berkembang menjadi panca mahabhuta tersebut bermakna bahwa segala yang
yang menyusun segala lapisan materi yang berawal dari kesunyiaan akan kembali
ada di dunia ini. kemudian, bentuk kepada kesunyian juga. Demikian tata cara
lingkaran merupakan wujud dari panca bersembahyang orang Bali yang
brahma. Panca Brahma terdiri dari Sa, Ba, mengandung makna kosmologi Hindu yang
Ta, A, dan I. Dalam pemahaman kosmis, bersifat siklik. Berdasarkan darihal tersebut,
kelima mantra ini merupakan wujud dari terbuktilah pemahaman evolusi kosmologi
panca tan matra yaitu unsur terhalus yang samkhya juga di kalangan masyarakat Bali
membentuk alam semesta. Asalam proses yang menyatakan alam semesta ini
penciptaan maupun peleburan, ketiga mengalami pengembangan maupun
bentuk dengan aksaranya sangatlah penyusutan.
diperlukan. Pawongan, dalam Tri Hita Karana
Dalam pelaksanakan ritus yang ada manusia hendaknya menciptakan hubungan
di Bali, ketiga bentuk inilah yang yang baik sesama manusia, itulah
digunakan sebagai sarana. Berdasarkan pawongan. Dalam kosmologi, keselarasan
kepada pemahaman orang Bali tentang antar manusia ini sangatlah penting dalam
ritual yang ada di Bali, dapat disebutkan mewujudkan keselarasan alam semesta.
bahwa orang Bali memahami tentang isi Mengapa demikian? Hal tersebut
dari alam semesta ini namun, tidak dikarenakan keselarasan alam semesta
mengetahui istilah-istilah Barat ini. (Bhuwana Agung) ditentukan pula oleh
Disamping pemahaman kosmos pun sudah keselarasan manusia (Bhuwana Alit).
dilaksanakan di Bali. hal tersebut dapat Sebuah ajaran yang ditawarkan untuk
dilihat pada saat melakukan menjaga keselarasan umat yaitu tri kaya
persembahyangan, sebagai wujud dari rasa parisuddha hendaknya diimplementasikan.
Bhakti masyarakat kepada Tuhan sebagai Tri Kaya Parisuddha ini terdiri dari
Sang pencipta. berbicara yang baik, berbfikir yang baik,
Sandika (Wawancara; 25 Februari dan berakivitas yang baik. Ketiga hal inilah
2021) dalam persembahyangan di Bali yang hendaknya dilakukan setiap orang
khusunya, masyarakat mengangkat tangan untuk menjaga alam semesta tetap dalam
sebanyak 5 kali. Diawali dengan tangan porosnya.

Krishna & Yogiswari


179
Layaknya manusia alam semesta tempat yang dibawah merupakan tempat
inipun memiliki kesadaran kosmis yang dari raksasa. Konsep ini merupakan konsep
mana akan merespon segala perkataan, dari Sapta Loka dan Sapta Patala, yang
perbuatan maupun pikiran, entah baik mana pemahaman masyarakat terhadap
maupun buruk. Oleh karena itulah, sangat pembagian ini dikenal dengan Tri Mandala
penting dalam menjaga ketiga hal tersebut (Utama, Madya, Nista). Gunung sebagai
dan menjadikannya selaras. Pemahaman tempat yang tertinggi merupakan sthana
masyarakat Bali tentang kosmos seperti dari dewa-dewa, manusia akan berada di
inilah yang diterapkan. Pada dasarnya tengah tengah yaitu madya, dan para
masyarakat telah mengimplementasikan raksasa akan berada di tempat yang lebih
pengetahuannya tentang kosmos ini yaitu rendah.
dengan berusaha untuk menciptakan I Putu Gde Suyoga (wawancara,
hubungan baik dengan sesame manusia. kamis 26 februari 2015) menjelaskan
Palemahan, merupakan sebuah bahwa konsep alam semesta ini
konsep yang mana hendaknya masyarakat diimplementasikan oleh orang Bali dalam
mengharmoniskan dirinya dengan alam membangun hunian (rumah) mereka.
sekitar. Salah satu contohnya yaitu dengan Dimana di dalam membangun rumah,
membangun rumah. Dalam membangun seseorang tentunya mempergunakan sikut
rumah, masyarakat Hindu di Bali pada (ukuran) mereka tersendiri sehingga rumah
umumnya lebih memilih untuk bertempat tersebut dapat nyaman pada saat ditempati.
tinggal di daerah antara Gunung maupun selain itu, di dalam konsep Hindu Bali
lautan. Sistem orientasi arah pun sangat mengenal dengan adanya ulu dan teben.
diperhitungkan dalam membangun rumah. Ulun adalah tempat yang lebih tingi dan
Hal ini dipergunakan sebagai salah satu teben adalah tempat yang lebih rendah.
jalan untuk menjaga keharmonisan antara Dalam membangun huniannya,
manusia (Bhuwana Alit) dengan alam masyarakat memperhitungkan beberapa hal
semesta (Bhuwana Agung). untuk itu, yang mana masyarakat tidak
Suyoga (2015: 68) berpendapat secara serta merta mebangun namun
bahwa sistem orientasi arah masyarakat diperlukan sebuah perhitungan untuk
Bali kuno, dari poros kaja ke kelod. Kaja menciptakan keselarasan bagi pemiliknya.
dalam bahasa Bali berarti ke gunung Dalam perhitungan pembuatan rumah pada
sedangkan kelod berarti menuju ke laut. dasarnya masyarakaat Bali menggunakan
Dalam tradisir Bali para dewata memiliki perhitungan yang dikenal dengan Asta
tempat tinggal yang permanen di Kosala-Kosali (sikut). Perhitungan tersebut
ketinggian gunung-gunung, khususnya di diambil dari panjang, tinggi dan lebar
pusat ketinggian gunung agung. Tempat pemiliki rumah sehingga rumah tersebut
paling suci di Bali adalah pura besakih yang dapat menjadi hunian yang layak bagi
ada di kaki gunung agung. Daerha di bawah mereka. Dalam membuat hunian pun
gunung agung, daerah tengah, dipercaya terdapat suatu interaksi antara alam semesta
sebagai tempat yang tepat untuk manusia, dan manusia hendaknya harmonis.
sementara dunia paling bawah, lautan Selain itu pula, masyarakat Bali
merupakan habitat setan dan iblis. sangatlah memperhitungkan hulu dan
Tergambar bahwa tempat yang lebih tinggi teben. Yang mana telah dijelaskan
merupakan sapta loka dan sapta patala sebelumnya bahwa hulun merupakan
kebawah. tempat yang lebih suci dan teben
Berdasarkan dari pemaparan diatas, merupakan tempat yang lebih kotor.
diketahui bahwa gnung merupakan daerah Sehingga, dalam menentukan posisi tempat
yang suci. Sama halnya di dalam teks ini tidur masyarakat Bali sangatlah sensitive
menjelaskan bahwa, tempat yang berada dan posisinya haruslah menuju ke arah
lebih atas merupakan tempat dewata dan gunung. Karena gununglah yang dianggap

Krishna & Yogiswari


180
posisi yang suci. Hal tersebut terjadi karena alam semesta dikenal dengan cosmology
gunung dianggap sebagai tempat para sedangkan pandangan Hindu mengenal
dewata, dan kepala merupakan tempat yang istilah viratvidya sebagai pengetahuan yang
lebih suci, oleh karena itulah kepala membahas mengenai alam semesta.
hendaknya berada sesuai dengan arah Persaingan tersebut juga dapat dilihat dari
gunung. Sedangkan kaki hendaknya bermunculannya teori-teori baru yang ingin
menuju ke arah laut atau arah yang mengungkap keberadaan alam semesta ini.
bersebrangan dengan kepala. Pandangan Hawking (2004:134)
Arsitektur tradisional Bali yan menyatakan di era modern pun banyak teori
dilandasi oleh ajaran Hindu, mengenal dua muncul seputar asal mula alam semesta ini.
sumbu dalam pembagian mandala ‘tata Tetapi walaupun dengan peralatan canggih
ruang’ yakni sumbu natural dan ritual. yang dimiliki para ilmuwan modern mereka
Sumbu natural yaitu arah timur dan barat belum juga mampu tuntas masalah
sbeagai orientasi terbit dan terbenamnya penciptaan ini. Malahan kian hari kian
matahari. Sumbu ritual yakni posisi gunung banyak muncul teori baru yang
dan laut sebagau orientasi hulu dan teben menggugurkan teori sebelumnya. Mungkin
suci dan leteh/cemer. (Bandem dan akan ditemukan teori yang sempurna kalau
Frederik, 2004:viii) manusia benar-benar pandai atau bahkan
Berdasarkan hal tersebutlah, tidak akan pernah ada teori yang memadai
masyarakat Bali pada umumnya tentang penciptaan.
membangun hunian mereka lebih menuju Hal tersebut terjadi di Barat karena
arah gunung daripada lautan. Hal tersebut para ilmuan pada umumnya dan lebih
mencerminkan keseimbangan antara alam cendrung menyimpulkan segala yang ada di
sekitar dan manusi yang dijaga hingga saat dunia ini berdasarkan pada empirisme.
ini. Pemahaman inilah yang dijadikan Empirisme yang dimaksudkan adalah
sebagai pedoman dalam menjaga berkutat pada data-data yang ada dan
keharmonisan antara lingkungan dan laboratorium dalam proses meneliti proses
manusia. penciptaan. Lain halnya dengan pada
Disamping itu, bagi masyarakat agamawan yang menyimpulkan mengenai
Bali rumah dapat digambarkan sebagai keberadaan dunia ini yang mana mereka
makrokosmos dan manusia dapat menggabungkan antara spiritual dan
disebutkan sebagai mikrokosmosnya. Oleh metafisik.
karena pengukuran yang digunakan dalam Bhuwana Sangkșépamerupakan teks
membangun hunian yaitu ukuran manusia, Tattwa yang bersifat Siwaistis. Teks ini
maka dapat dikatakan bahwa apa yang ada mengandung pengetahuan tentang hakikat
di dalam makrokosmos terdapat pula dalam Siwa sebagai Tuhan yang tertinggi. Proses
mikrokosmos. Hal tersebutpun tergambar penciptaan alam semesta dalam teks in
dalam pengetahuan kosmologi Hindu yang mencakup: Penciptaan alam semesta yang
mana menjelaskan bahwa segala yang ada mana segala hal dimulai dari sesuatu yang
di dalam alam semesta ini terdapat pula di sunya; Tuhan sebagai Asal Mula Alam
dalam manusia. Sehingga, kontribusi Semesta yang mana Tuhan dianggap
pemahaman kosmos ini sangatlah luas di sebagai pencipta dari segala wujud materi
masyarakat Bali. yang ada di dunia ini; Tuhan meliputi Alam
Semesta; Pembentukan Panca Wara, Sad
III. PENUTUP Wara, dan Sapta Wara, yang mana dalam
Ketertarikan tentang alam semesta ini proses penciptaan alam semesta terdapat
mengakibatkan persaingan antara mantra-mantra yang mengakibatkan
pandangan Barat dan pandangan Timur munculnya ketiga hal tersebut di dalam
tentang alam semesta. Bagi kaum Barat alam semesta; Alam Semesta Menyatu
pengetahuan yang membahas mengenai dalam Tubuh Tuhan; Peleburan Alam

Krishna & Yogiswari


181
Semesta, merupakan proses kosmologi Kastama, Emo. 1987. Menjelajah ke Alam
dalam Hindu yang mana alam semesta ini Atom sampai Bintang; Ilmu Alamiah
tidak hanya diciptakan. Namun, alam Dasar. Jakarta: Lembaga Penerbit
semesta juga mengalami peleburan dan Fakultas Ekonomi Universitas
kembali kepada-Nya. Indonesia.
Relevansi konsep kosmologi ini Kinten , I Gede. 2005. Konsep Ketuhanan
sangatlah nampak pada masyarakat Bali, dalam Teks Ganapati Tattwa. Thesis.
meskipun pada dasarnya mereka tidak Denpasar: Program Pascasarjana
mengetahui tentang istilah kosmologi yang Institut Hindu Dharma Negeri
terkandung di dalam teks-teks di Bali. Denpsasr.
Meskipun tidak mengetahui secara tattwa, Maswinara, I Wayan. 2006. Sistem Filsafat
namun masyarakat Bali Hindu (Sarva Darsana
mengimplementasikan pengetahuan Samgraha).Surabaya:Paramita.
kosmos tersebut kedalam kehidupan sehari- Moleong, J Lexy. 2006. Metodologi
hari dan menjadikannya pedoman. Sebuah Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
cara yang digunakan oleh masyarakat Bali Rosdakarya.
untuk memahami kosmos ini yaitu dengan Moleong, J.Lexy. 2009. Metodologi
memahami konsep Tri Hita Karana. Penelitian Kualitatif. Bandung:
Konsep tersebut merupakan sebuah cara Remaja Rosdakarya.
untuk menjaga keseimbangan kosmos. Ram, Pandit Sri dan Ramanuja Achari.
2005. The Cosmic
DAFTAR PUSTAKA Game.Sydney:Simha Publications
Ananda, I Nyoman, 2004. Konsep Tangkas, I Made. 2008. Asal dan Alasan
Ketuhanan Dalam Teks Wrhaspati Penciptaan Alam Semesta (Perspektif
Tattwa. Thesis. Denpasar: Institut Teologi Hindu). IHDN Denpasar:
Hindu Dharma Negeri Denpasar. Jurnal Sanjiwani.
Ananda, I Nyoman. 2008. Konsep
Penciptaan Dunia dan Manusia
dalam Wrhaspati Tattwa. IHDN
Denpasar: Jurnal Sphatika.
Azwar, Saifudin. 2003. Metode penelitian .
Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Bandem, I Made dan Frederik Eugene
deBoer.2004. Kaja dan Klod Tarian
Bali dalam Transisi. Terjemahan.
Jogjakarta: Badan Penerbit Institut
Seni Indonesia.
Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu:
Penciptaan, Pemeliharaan dan
Peleburan serta Penciptaan Kembali
Alam Semesta. Surabaya: Paramita.
Hawking, Stephen W. 2004. Teori Segala
Sesuatu, Asal Usul dan Kepunahan
Alam Semesta. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif
Interdisipliner Bidang Social
Budaya Filsafat Seni Agama dan
Humaniora. Yogyakarya:
Paradigma.

Krishna & Yogiswari


182

Anda mungkin juga menyukai