Anda di halaman 1dari 10

DVAITA VEDANTA DALAM TEKS LONTAR BHUWANA MAHBAH

Oleh:
Mery Ambarnuari, S.Ag., M.Ag

Abstrak

Perkembangan dan penyebaran ajaran agama Hindu menjadikan pustaka suci Veda memiliki bagian-
bagian teks yang sangat banyak, salah satunya merupakan teks-teks yang bersifat kedaerahan yang
ditulis dengan mengutip ajaran-ajaran dalam pustaka suci Veda. Teks lontar Bhuwana Mahbah
merupakan salah satunya. Teks yang membahas tentang penciptaan dan pemeliharaan alam semesta
ini mengandung ajaran yang bersesuaian dengan Dvaita Vedanta yang dualis, yang dimana antara
Tuhan yang menciptakan alam semesta berbeda dengan ciptaanya namun ciptaannya masih dalam
kendali Tuhan sebagai realitas tertinggi.

Kata kunci: Dvaita, Bhuwana Mahbah

Abstract

The development and dissemination of Hindu teachings makes the Vedas Holy Library A lot of
text passages, one of which is the regional texts written by citing the teachings in the Vedic Sacred
Library. The text of Bhuwana Mahbah Lontar is one of them. The text discussing the creation and
preservation of the universe contains teachings that correspond to the dualist Dvaita Vedanta,
which, among others, created the universe different from its creations but the creation is still in
control God as the ultimate reality.

Keywords: Dvaita, Bhuwana Mahbah

I. Pendahuluan serta peradaban manusia, ilmu pengetahuan yang


Secara historis, semua ilmu pengetahuan pada mulanya menjadi satu dengan filsafat mulai
yang dikenal dewasa ini pernah menjadi bagian melebarkan sayapnya untuk mencari tujuan mas-
dari filsafat sehingga filsafat dianggap sebagai in- ing-masing.
duk dari segala ilmu pengetahuan atau the mother Meskipun dalam perkembangannya setiap
of science. Seiring dengan perkembangan zaman ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berar-

94 JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019


ti antara ilmu-ilmu khusus dan filsafat tidak ada Sankhya, Yoga, Nyaya, dan Vaisesika. Semuan-
hubungannya sama sekali. Tetap masih ada ciri ya ini dianggap sebagai aliran ortodoks (astika),
khusus dan batasan-batasan yang tegas yang dimi- karena mereka menerima otoritas dari kitab-kitab
liki oleh setiap ilmu (Maksum, 2014: 22). Sebagai Veda. Sedangkan aliran filsafat heterodoks ter-
induk dari ilmu pengetahuan, filsafat tentu saja diri dari tiga yang utama yang merupakan aliran
mampu melingkupi segala ilmu pengetahuan yang filsafat materialistis seperti Carvaka, Baudhha,
ada termasuk kedalam agama. Agama menurut dan Jaina. Mereka disebut heterodoks (nastika)
E.B Tylor merupakan kepercayaan kepada wujud karena mereka tidak mempercayai otoritas Veda.
yang spiritual (the believe in spiritual beings), se- Veda merupakan rekaman tentang kepustakaan
lanjutnya Tylor membedakan antara yang suci dan India paling awal yang masih tersedia, dan selan-
yang agung (the sacred and the sublime) (Bakhtiar, jutnya pemikiran india, khususnya pertimbangan
2007: 12). Agama sebagai ilmu pengetahuan tentu filosofisnya, sangat dipengaruhi oleh kitab-kitab
saja tak bisa terlepas dari filsafat karena hadirn- Veda ini baik secara positif maupun negative
ya agama sebagai ilmu pasti didapatkan melalui (Maswinara, 1999: 6).
pengetahuan, aktivitas dan melalui suatu metode Seiring dengan penyebaran agama Hindu
tertentu. keluar dari India yang merupakan tempat kelahi-
Ada berbagai macam agama dan aliran rannya, budaya Veda ini juga turut serta menjadi
kepercayaan di muka bumi ini, Hindu merupa- pedoman bagi agama-agama Hindu di berbagai
kan salah satunya. Agama Hindu merupakan ag- belahan dunia termasuk di Indonesia. Di Indone-
ama yang lahir di lembah Sungai Sindhu di India, sia sendiri, ajaran-ajaran agama Hindu telah ban-
dalam masa perkembangannya, agama Hindu yak disadur kedalam daun lontar maupun kulit
menyebar ke berbagai daerah hingga ke wilayah binatang ketika zaman kerajan-kerajaan Hindu di
nusantara yang sekarang dikenal dengan Indone- nusantara, beberapa di antaranya masih tersimpan
sia. Agama Hindu mempunyai Veda sebagai kitab dan dilestarikan oleh umat Hindu khususnya di
sucinya yang dimana ajaran Veda ini bersifat uni- Pulau Bali.
versal dan fleksibel sehingga Agama Hindu mey- Lontar Bhuwana mahbah yang akan
akini ajarannya akan selalu ada sepanjang zaman. dikaji dalam tulisan ini merupakan teks yang
Agama Hindu memiliki sistem filsafatn- isinya menceritakan tentang proses penciptaan
ya tersendiri yang disebut dengan Nawa Darsa- alam semesta. Gagasan yang terdapat dalam
na. Aliran-aliran filsafat nya sesuai dengan prin- teks ini menceritakan tentang proses penciptaan
sip penggolongan tradisional dibagi menjadi dua dan pemeliharaan alam semesta, namun uniknya
kelompok besar yaitu: aliran filsafat ortodoks teks lontar Bhuwana Mahbah ini mengandung
(astika) dan aliran filsafat heterodoks (nastika). ajaran Dvaita Vedanta yang akan dijabarkan
Kelompok pertama terdiri atas enam sistem fi- dalam pembahasan. Lontar Bhuwana Mahbah
losofis utama (yang secara popular dikenal se- sendiri berasal dari Grya Kecicang, Bebandem,
bagai sad darsana), yaitu: Mimamsa, Vedanta, Karangasem dan telah dialih aksara dan dialih

JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019 95


bahasakan oleh Tim Penerjemah Unit Pelaksana bahwa alam semesta ini nyata, juga theistis karena
Teknis (UPT) Pusat Dokumentasi Budaya Dinas menerima Tuhan yang berpribadi sebagai suatu
Kebudayaan Provinsi Bali. kenyataan tertinggi. Semua bergantung kepada
Tuhan sebagai sesuatu yang tertinggi. Dasar ajaran
II. Ajaran Dvaita Vedanta dalam Teks
Madhva adalah mengakui adanya kenyataan yang
Lontar Bhuwana Mahbah
beraneka ragam di dunia ini, semuanya mempunyai
Sistem filsafat Dvaita dikembangkan oleh
ciri dan sifat tersendiri, sehingga menimbulkan
Sri Madhvacarya yang bersumber dari Prasthana
perbedaan-perbedaan. Padartha atau realitas
Traya, yaitu Upanisad, Bhagavadgita dan Brahma
objektif ada dua jenis, yaitu yang berdiri sendiri
Sutra, yang merupakan sistem filsafat Dvaita atau
(svatantra) dan yang bergantung (paratantra).
dualis tak terbatas dan Vaisnavisme Madhva dise-
Tuhan sebagai keberadaan tertinggi sajalah yang
but SadVaisnavisme untuk membedakannya den-
merupakan realitas yang berdiri sendiri, sedangkan
gan Sri Vaisnavisme dari Ramanujacarya (Mas-
alam dan roh merupakan realitas yang bergantung
winara, 1999: 191). Madhva membuat perbedaan
pada Tuhan.
mutlak antara Tuhan, obyek-obyek yang bergerak
maupun yang tidak bergerak dan hanya Tuhan saja Ajaran Dvaita dalam Bhuwana Mahbah
yang merupakan realitas tidak bebas. Vedantanya terlihat dari adanya proses penciptaan dan
Madhva merupakan ajaran perbedaan mutlak, yai- pemeliharaan alam semesta didalam Teks
tu suatu Atyanta-bheda-darsana, yang menegaskan Bhuwana Mahbah.
5 perbedaan besar (panca bheda), yaitu (1) perbe-
Mangke mayoga Ida Hyang Śūnya,
daan antara Tuhan dan Roh Pribadi, (2) perbedaan
angrĕgĕp mantra aji utama wĕnang
antara Tuhan dan materi, (3) perbedaan antara roh
saking adnyana nirmala. Yeki suaranya, Ā.
pribadi dan materi, (4) perbedaan antara satu roh
Sandhi yoganira, wenang sakama-kama.
dengan roh lainnya dan (5) perbedaan antara ma-
Mangke mijil Sanghyang Mareka jati,
teri yang satu dengan materi lainnya (Maswinara,
Guru Tunggal,nga. Sanghyang Guru Reka
1999: 191-192).
(mayoga), mijil Sanghyang Tunggal, nga,
Dvaita mengakui bahwa alam semesta ini
Sanghyang Siwa Reka Mayoga Sanghyang
nyata (ralistis), dan menerima adanya Tuhan yang
Siwa Reka, mijil Sanghyang Parama
berpribadi sebagai suatu kenyataan yang tertinggi.
Wiśesa. Mayoga Sanghyang Parama
Segala sesuatu yang ada tergantung sepenuhnya
Wiśesa, mijil Sanghyang Taya, Mayoga
kepada Tuhan. Tuhanlah yang menjadi sebab
Sanghyang Taya
terjadinya alam semesta, Ia sebagai pencipta,
(Bhuwana Mahbah 2b)
pemelihara, dan pengendali semua yang ada.
Terjemahan:
Madhva menyebut ajaran Dvaita Vedanta
(dualism) sebab pokok ajarannya adalah perbedaan Maka Beliau Hyang Śunya beryoga,
(bheda). Disebut juga realistis karena mengakui mengucapkan mantra ajaran utama (weda).

96 JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019


Tercipta dari batin yang suci. Demikian pada Tuhan. Selanjutnya proses penciptaan dan
nadaNya : A. pertemuan yoga-Nya. Dapat pemeliharaan alam semesta dalam teks Bhuwana
dipergunakan sekehendak-Nya. Maka Mahbah semakin mengutkan adanya dualitas yang
lahirlah Sanghyang Mareka Jati. Disebut membedakan Tuhan dengan ciptaanya.
juga Guru Tunggal.
a. Proses Penciptaan
− Sanghyang Guru Reka beryoga, lahir- Donder (2007:4) menyatakan terdapat
lah Sanghyang Tunggal atau disebut perbedaan antara Kosmologi Hindu dengan
Sanghyang Siwa Reka. kosmologi yang umum dipelajari oleh ilmuwan
− Sanghyang Śiwa Reka beryoga, lahir- Barat, kosmologi Hindu menempatkan Tuhan
lah Sanghyang Prama Wiśeṣa. pada posisi pertama dan utama sebagai causa
− Sanghyang Prama Wiśeṣa beryoga, la- prima, “cikal bakal” (sangkan paraning dumadi)
hirlah Sanghyang Taya. dari alam semesta ini. Kosmologi Hindu melihat
penciptaan alam semesta atau jagat raya ini
Teks 2b di atas menunjukkan bahwa bermula dari Tuhan. Dari dalam badan atau
Sanghyang Śunya sebagai causa prima dari kandungan Tuhan (hiranya garbha) alam semesta

keberadaan alam semesta. Beliau menciptakan ini dilahirkan, dan kemudian kedalam kandungan

ciptannya namun beliau tidak menjelma menjadi Tuhan (hiranya garbha) pula alam semesta ini

ciptaannya, karena penciptaan terjadi dari yoga akan dikembalikan. Pendapat ini senada dengan

Sanghyang Śunya sehingga Sanghyang Śunya apa yang termuat didalam Teks Bhuwana Mahbah

berada di luar ciptaannya. Hal inilah yang yang menunjukkan bahwa Tuhan merupakan asal
mula dan sumber dari segala yang ada di dunia ini.
menunjukkan bahwa konsepsi Ketuhanan dalam
teks Bhuwana Mahbah adalah Monotheisme Sloka 2a dan 2b dalam Teks Bhuwana
Transenden. Sanghyang Śunya sebagai causa Mahbah menunjukkan bahwa pada mulanya tidak
prima telah mengadakan dirinya sendiri. ada apa-apa, kemudian dari ketidakadaan tersebut
Monotheisme transenden merupakan keyakinan Tuhan mengadakan diri-Nya yang menjadi awal
yang memandang Tuhan Yang Maha Esa berada dan cikal bakal segala yang akan ada yang dalam
jauh diluar ciptaa-Nya. Tuhan Yang Maha Esa teks ini disebut sebagai Sanghyang Śunya. Pada
maha luhur, tidak terjangkau oleh akal pikiran proses selanjutnya, Beliau melakukan Yoga. Hasil
manusia. Hal ini juga sejalan dengan Dvaita dari Yoga Beliau yang tak berwujud (Sunya/
Vedanta. Dvaita menyatakan bahwa ada dua Nirguna) menciptakan manifestasi-Nya (Saguna)
kategori dari kenyataan mutlak, yakni Brahman yang memiliki tugas dan fungsi untuk melanjutkan
sebagai Tuhan personal yang merupakan kenyataan proses penciptaan alam semesta beserta isinya.
mutlak, dan jiwa serta individu dan obyek materi Penjabaran dari proses penciptaan dalam Teks
merupakan kenyataan yang relative yang berbeda Bhuwana Mahbah dapat diklasifikasikan secara
satu dengan yang lainnya namun tetap bergantung sederhana yang dimulai dengan 1). penciptaan

JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019 97


para Dewa, 2). penciptaan unsur Panca Maha Penciptaan selanjutnya melahirkan langit,
Bhuta, 3) Penciptaan isi alam semesta, penciptaan matahari, bulan, dan bintang yang merupakan
ajaran agama, dan 4). penciptaan profesi. Proses benda-benda angkasa. Kelanjutan dari penciptaan
tersebut termuat dalam sloka nomor 2b sampai unsur Panca Maha Bhuta adalah Penciptaan
dengan 4a. Isi Alam Semesta. Hal ini ditunjukkan oleh
kalimat akhir pada teks 3b sampai pada teks
Penciptaan dalam teks Bhuwana Mahbah
menunjukkan suatu proses yang vertikal. Dari 6b: penciptaan sagara atau lautan berasal dari

Tuhan yang mengadakan dirinya sendiri (Sang yoga-Nya Sanghyang Śunya yang melahirkan
Hyang Sunya) beliau beryoga maka pertama- Bhagawan Siwa Kresna dan lahir pula Sanghyang
tama diciptakanlah para dewa, para dewa ini Sagara. Proses selanjutnya adalah bertujuan untuk
nantinya akan melanjutkan proses penciptaan dan menjaga apa yang telah diciptakan sebelumnya,
pemeliharaan. Setiap yoga dari Sanghyang Śunya oleh karena itu Sanghyang Śiwa Reka beryoga,
selalu menciptakan wujud manifestasi Tuhan lahirlah tanah (bumi) sebagai dasar ruang. Yoga
(Saguna Brahman), yang memiliki wujud, tugas, dari Sanghyang Śūnya selanjutnya melahirkan
fungsi, dan kekuatan yang tergambar dari gelar Bhagawan Bhadawang Nala dan Sang Hyang
atau nama yang disandangnya. Proses selajutnya Ananta boga sebagai dasar bumi. Kemudian
adalah wujud manifestasi Tuhan Yang Maha Esa Sanghyang Śūnya beryoga melahirkan penjaga
tersebut melanjutkan proses penciptaan hingga langit, penjaga matahari, dan penjaga bulan.
akhirnya diciptakanlah Panca Maha Bhuta yakni Penjaga langit ialah Sang Hyang Bapa Babu.
pertiwi, akasa, apah, teja, bayu, langit, matahari, Babu bernama I Srah, berdiam di samping lubang
bulan, bintang, api, air , laut, dan bumi yang langit bagian tengah dan Babu bernama I Tanjek
terjadi secara vertikal. Hal ini ditunjukkan oleh
berdiam disamping lubang langit bagian kiri. I
sloka 3a sampai 4a dalam teks Bhuwana Mahbah.
Kirih Pugeh menjaga matahari, dan I Pita Tukup
Sanghyang Śunya beryoga melahirkan Sanghyang
Jiwa menjaga Bulan. Sehingga benda-benda
Mareka Jati/Guru Tunggal/Guru Reka. Sanghyang
angkasa yang diciptakan sebelumnya dilengkapi
Guru Reka beryoga, lahirlah Sanghyang Tunggal
dengan penjaganya masing-masing untuk lebih
atau disebut Sanghyang Siwa Reka. Sanghyang
memaksimalkan tugas dan fungsinya. Asumsi
Śiwa Reka beryoga, lahirlah Sanghyang Prama
terhadap adanya dewa penjaga untuk menjaga
Wiśeṣa. Sanghyang Prama Wiśeṣa beryoga,
ciptaan yang telah tercipta ini menunjukkan
lahirlah Sanghyang Taya, demikian seterusnya
bahwa Tuhan menciptakan wujud keilahian diri-
sampai pada penciptaan unsur Panca Maha Bhuta
yang didalam teks ini unsur Panca Maha Bhuta Nya untuk menjaga keberlanjutan ciptaan-Nya.

tersebut juga diklasifikasikan sebagai dewa. Hal Tahapan berikutnya adalah menciptaan isi
ini dibuktikan dengan adanya kata “Sanghyang” dunia, yang bersumber dari yoga-Nya Sanghyang
yang mengawali penyebutan dari unsur Panca Guru Reka yang melahirkan semua ini, diantaranya
Maha Bhuta tersebut. ; para bidadara dan bidadari; para komara-komari,

98 JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019


para deta-deti, dan Panca Rsi ; Rsi Korsika, Rsi yang mengajarkan kebajikan dan dharma antara
Garga, Rsi Metri, Rsi Kurusya dan Rsi Prĕtanjala. lain: kitab Kurante Bolong, Batur Kaliwasan
Sanghyang Śunya kembali beryoga, maka lahirlah petak, Panca Brahma, Patining Sad Rasa, Sara
laki, perempuan dan banci. Ialah yang menjadi Śāstra Śamuscaya, Raja Peni, Kreta Kundalini,
Guru dari Mantaya, mantiga dan maharya. Jong Biru dan Dharma nglaras.

Dijabarkan pula kedudukan aksara dalam Penciptaan selanjutnya setelah penciptaan


proses penciptaan, sebagai kelanjutan proses aksara ditunjukkan oleh teks 7b yakni penciptaan
penciptaan sebelumnya. Aksara juga memiliki profesi atau golongan pekerjaan yang dilakukan
peranan penting dalam proses penciptaan isi dunia oleh manusia berdasarkan pengetahuan dan aja-
terutama terkait dengan penciptaan ajaran-ajaran ran-ajaran yang sudah mereka dapatkan sebelum-
yang akan dianugerahkan kepada manusia karena nya. Sanghyang Iśwara menciptakan para dalang,
aksara-aksara ini merupakan wahyu suci dari Sanghyang Indra menciptakan para seminan ukir,
Tuhan yang sangat berperan dalam membantu Sanghyang Brahma menciptakan pande besi, San-
kehidupan manusia di bumi. Sanghyang Saraswati, ghyang Mahadewa menciptakan pande Mas, San-
Sanghyang Kawiswara dan Sanghyang Guru Reka ghyang Wisnu menciptakan pande Batu, Bhaga-
bertahta dalam aksara, hal ini mempertegas bahwa wan Siwa Karma menciptakan tukang bangunan
aksara-aksara tersebut merupakan aksara suci dan ilmu bangunan (Asta Kosala). Profesi-profesi
karena terdapat Tuhan yang berstana di dalamnya. ini merupakan pengaplikasian dari ajaran dalam
Beliau menganugerahkan manfaat dari ajaran kitab-kitab yang telah diciptakan sebelumnya den-
tersebut yang diturunkan melalui para bhatara gan tujuan untuk mempermudah kehidupan manu-
dan Bhagawan. Ajaran yang diciptakan meliputi sia di bumi.
ajaran yang digunakan untuk mendekatkan diri
Diciptakan pula segala yang berkaitan
kepada Tuhan sebagai rasa syukur manusia seperti
dengan kehidupan manusia di bumi beserta golon-
ajaran agama, adigama dan dewagama; Ajaran
gan manusia dan asal dari manusia tersebut yang
tentang sesuatu yang bersifat gaib mulai dari
ditunjukkan oleh teks 8a Bhuwana Mahbah beri-
ilmunya hingga segala penyakit yang disebabkan
kut: Sanghyang Bapa Babu menciptakan siang
oleh ilmu hitam; Ilmu astronomi yang digunakan
dan malam untuk mengatur waktu manusia da-
untuk menentukan baik buruknya hari dalam
lam melaksanakan aktivitas. Para bidadara dan
melakukan suatu kegiatan, yang meliputi: Sundari
bidadari mengajarkan berbagai keahlian kepada
Bungkah, Sundari Terus dan Janantaka; Ilmu
para wanita dan mengajarkan tiga penyebab ke-
pengobatan yang bertujuan untuk menangani
bahagiaan bathin. Diciptakanlah manusia pertama
berbagai penyakit yang dialami oleh manusia,
di bumi oleh Sanghyang Wisnu dan Sanghyang
ajarannya meliputi Usadha, Dharma Usada dan
Brahma. Sanghyang Brahma menciptakan orang
Kalimosadha; Diciptakan pula ilmu Nujum, ajaran
laki-laki yang diberi nama Manu dan Sanghyang
Tapa Brata dan ajaran Kamoksan, segala ajaran
Wisnu menciptakan seorang wanita yang diberi

JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019 99


nama Nini Manuh. Kemudian diciptakan empat atau manusia kosmis. Bṛhad’āraṇyaka Upaniṣad
golongan manusia oleh Sanghyang Kasuhunan juga menyatakan bahwa penciptaan adalah jalan
kidul, empat golongan manusia tersebut adalah dari yadnya yang dimana seluruh alam semesta
Brahmana, Ksatria, Wesya dan Sudra. Kemudian menjadi komponen didalamnya, mantramnya:
Sanghyang Giri Putri menciptakan tiga kelom-
pok manusia yang dapat menguasai tiga keahl- Aum. uṣā vā aśvasya medhyasya śiraḥ,
ian utama yang menghantarkan manusia kepada sūryas cakṣuḥ vātaḥ prāṇaḥ, vyāttam ag-
Sanghyang Siwa Tiga (Siwa, Sada Siwa, Parama nir vaiśvānaraḥ; saṁvatsara ātmāśvasya
Siwa), untuk menghormati kemuliaan beliau San- medhyasya, dyauḥ pṛṣṭham, antarikṣam
ghyang Siwa Tiga maka manusia membuat sang- udaram, pṛthivī pājasyam, diśaḥ pārśve,
gar rong tiga atau sanggar yang memiliki tiga ru- avāntaradiśaḥ pārśavaḥ ṛtavoṅgāni,
angan untuk mengingat dan menghormati beliau māsās cārdhamāsāś ca parvāṇi ahorātrāṇi
yang telah menciptakan dan mengajarkan manusia pratiṣṭhāḥ, nakṣa-trāny asthīni, nabho
dalam memusatkan pikiran menuju beliau. māṁsāni; ūvadhyaṁ sikatāḥ, sindhavo
Teks 8b Bhuwana Mahbah menjelaskan gudāḥ, yakṛc ca klomānaś ca parvatāḥ,
unsur yang membentuk manusia, saripati Aka- oṣadhyayaś ca vanaspatayaś ca lomāni.
sa menjadi manusia laki-laki yang berasal dari Udyan pūrvārdhaḥ, nimlocañ jaghanārd-
sperma (kama putih/petak), dewanya Sanghyang haḥ, yad vijṛmbhate tad vidyotate, yad
Semara; Saripati Pretiwi menjadi manusia perem- vidhūnute tat stanayati, yan mehati tad
puan yang berasal dari sel telur (kama bang) de- varṣati; vāg evāsya vāk.
wanya Sanghyang Nareśwari; Saripati ruang/em-
bang menjadi manusia banci berasal dari sperma (Bṛhad’āraṇyaka Upaniṣad I.1.1)
biru (kama dadu) dewanya Nadhi Maya. Diatas
ketiga dewa tersebut adalah: Sang Hyang Ong- Terjemahan:
kara, Sanghyang Iswara, Sanghyang Isora, San- Aum, sesungguhnya, fajar adalah kepala
ghyang Rudra, Sanghyang Mahadewa Sanghyang dari kuda yajña, matahari adalah matanya,
Sangkara, Sanghyang Wisnu, Sanghyang Sambhu angin adalah nafasnya, mulut yang terbuka
yang semuanya mengelilingi makrokosmos, men- adalah api vaiśvānara; tahun adalah tubuh
jaga perbuatan, perkataan dan pikiran. dari kuda yajña, langit adalah punggung-
Sanghyang Suryakanta membuat sesuatu nya, antariksa adalah perutnya, bumi se-
yang kental. Sanghyang Kama, Sanghyang Siwa bagai telapak kakinya, mata angin sebagai
Reka, dan Sanghyang Guru Reka bersatu memben- sisi-sisinya, mata angin-antara adalah ru-
tuk Sanghyang Kama. Sanghyang Kama kemudi- suk-rusuknya, musim adalah anggota-ang-
an mencari wujud pada isi alam untuk dijadikan gota tubuhnya, bulan dan tengah bulanan
sumber kehidupan, hal ini menunjukkan bahwa sebagai persendiannya, siang dan malam
alam semesta dianggap sebagai mahluk kosmis adalah kakinya, bintang-bintang adalah se-

100 JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019


bagai tulangnya, mendung sebagai daging- jut dan sekaligus penjagaan terhadap semua yang
nya, makanan dalam perut adalah sebagai telah diciptakan. Dalam teks Bhuwana Mahbah
pasirnya, sungai adalah urat darahnya, hati proses pemeliharaan tersebut ditunjukkan oleh
dan paru-paru adalah gunung-gunungnya, teks 10b-11a berikut ini, dianugerahkannya biji ke-
pohon-pohon obat dan pepohonan adalah hidupan oleh Sanghyang Kasuhunan Kidul kepada
rambutnya, matahari terbit adalah bagian manusia. Biji kehidupan ini yang kemudian tum-
depannya dan matahari terbenam bagian buh menjadi kunir dan tumbuh-tumbuhan lainnya
belakangnya, ketika ia menguap maka ter- yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kemudi-
jadilah petir dan ketika dia menggoyang- an diciptakan catur jadma atau empat golongan
kan tubuhnya maka terjadilah Guntur, keti- manusia yaitu Brahmana, Ksatria, Wesya, dan
ka dia membuang air kecil terjadilah hujan; Sudra yang selanjutnya masing-masing dari catur

suara sesungguhnya adalah suaranya. jadma ini diajarkan keterampilan yang nantinya

(Radhakrisna, 2008: 107) diwariskan secara turun temurun sehingga sam-


pai sekarang ada banyak keterampilan yang bisa
dilakukan oleh manusia. Keterampilan tersebut
Gambaran atau perumpamaan tentang
diajarkan kepada catur jadma agar mempermu-
Tuhan sebagai alam semesta sebagaimana uraian
dah kehidupan manusia didunia ini serta manusia
dalam teks Bhuwana Mahbah dan terdapat pula
dapat memberdayakan kemampuan diri sendiri di-
dalam mantraṁ Bṛhad’āraṇyaka Upaniṣad di
tambah dengan mengolah sumber daya yang dise-
atas biasa disebut sebagai manusia kosmis atau
diakan dialam sehingga kehidupan didunia dapat
manusia jagat raya (Donder, 2007:80). Hal ini
terpelihari dengan baik.
menunjukkan bahwa untuk menggambarkan kes-
Sanghyang Kasuhunan Kidul juga
empurnaan Tuhan, segala partikel atau unsur ter-
menciptakan berbagai hal sebagai anugerah
kecil dari zat (atom) yang ada-pun tak cukup di-
kepada manusia, diantaranya: padi, ketan, injin,
gunakan. Segala tempat dijagat raya ini dipenuhi
emas, perak, ruby, mutiara, intan, biduri, kuningan,
oleh Tuhan dan tidah ada suatu ruang, benda atau
lancing?, besi, tembaga, perunggu dan segala jenis
apapun yang tanpa kehadiran Tuhan didalamn-
permata. Padi, ketan, injin merupakan sumber
ya. Ini juga menunjukkan bahwa Tuhan meliputi
makanan pokok yang dapat dikonsumsi sehari-hari
semuanya dan tidak ada suatu apapun tanpa ke- oleh manusia, sedangkan berbagai jenis batu dan
hadiran Tuhan. hasil tambang lainnya dapat digunakan sebagai
perhiasan dan pakaian untuk membahagiakan
b. Konsep pemeliharaan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kehidupan
Penciptaan alam semesta oleh Tuhan ten- manusia di dunia dapat terpelihara dengan baik
tunya memiliki suatu tujuan dan fungsi tertentu karena kebutuhan utama yaitu sandang, pangan,
yang menyebabkan segala sesuatunya diciptakan, dan papan, bahan-bahannya telah tersedia dialam
oleh karena itu setelah proses penciptaan tentu yang merupakan anugerah dari Tuhan melalui
akan ada proses pemeliharaan sebagai tindak lan- Sanghyang Kasuhunan Kidul.

JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019 101


Terpelihara dan terjaganya kehidupan ma- Apa yang harus dilakukan, sarana dan
nusia didunia juga dapat membantu terpelihara dan upakara apa yang harus dihaturkan termasuk
terjaganya alam semesta sebab manusia merupa- mantram yang digunakan juga telah termuat dalam
kan mahluk ciptaan Tuhan yang memiliki derajat teks Bhuwana Mahbah. Sehingga pada bagian
paling tinggi dibandingkan mahluk hidup lainnya. akhir dari teks Bhuwana Mahbah mengajarkan
Maka dari itu manusia merupakan mahluk cipta- bagaimana manusia menjalankan aktivitas
an Tuhan yang paling mulia sehingga dapat turut keagamaan. Ajaran yang diciptakan sebelumnya
serta menjaga dan memelihara keberadaan tum-
dalam teks ini sudah dibentuk menjadi sesuatu
buhan, hewan, serta mahluk dan benda lainnya
yang lebih sistematis berupa suatu sistem agama
baik yang hidup maupun mati sebagai bentuk dari
yang meliputi tempat suci, hari suci, ritual-ritual,
perpanjangan tangan Tuhan dalam menjaga dan
sarana ritual serta doa-doa pujian atau mantram
memelihara alam semesta yang telah diciptakan
yang digunakan dalam melakukan pemujaan atau
tersebut.
persembahyangan.
Pemeliharaan tahap selanjutnya dilakukan
Proses penciptaan dan pemeliharaan
untuk memperkokoh keagamaan manusia dalam
menjalankan ajaran-ajaran yang diciptakan sebel- dalam teks Bhuwana Mahbah menunjukkan

umnya, maka dibuatlah sistem ritual yang terkait adanya perbedaan antara Tuhan sebagai Realitas
dengan tempat suci, hari suci, dan upacara yang tertinggi dengan mahluk-mahluk ciptaanya.
lengkap dengan sesajan apa yang harus dihatur- Ini menandakan bahwa penekanan ajaran lima
kan. Selain itu juga ditekankan pula ajaran Pitra perbedaan dari Dvaita Vedanta sesuai dengan
Puja, yaitu dengan tidak melupakan pemujaan konsep Kosmologi maupun teisme dalam teks
terhadap leluhur juga termuat dalam Kekawin lontar Bhuwana Mahbah yakni antara Tuhan,
Rāmāyana I: Roh Pribadi, materi, antara roh pribadi dan
materi, antara satu roh dengan roh lainnya dan
Gunamānta Sang Daśaratha, antara materi yang satu dengan materi lainnya itu
Wruh sira ring wéda bhakti ring déwa, berbeda.
tar malupéng pitrěpūja,
māsih ta siréng swagotra kabéh.
III. Simpulan
(prathamas sarggah. 3)
Ajaran Dvaita Vedanta dalam teks Bhu-
wana Mahbah ditunjukkan dalam proses pencip-
Terjemahan:
taan dan pemeliharaan alam semesta, yang dima-
Gunawanlah Sang Dasarata. Pandai bagin-
na proses penciptaan dan pemeliharaan tersebut
da dalam Weda, bakti kepada para dewa.
memposisikan Tuhan berbeda dengan segala se-
Tidak lupa akan pemujaan leluhur. Bag-
suatu yang beliau ciptakan. Tuhan berdiri sendiri,
indapun mengasihi dan menyayangi kelu-
arganya semua. sedangkan yang lainnya bergantung kepada Tuhan

(Sargah I.3) sebagai pencipta dan pengaturnya.

102 JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019


IV. Daftar Pustaka

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama (Wisata


Pemikiran dan Kepercayaan Manusia).
Jakarta: Raja Grafindo Persada

Donder, I Ketut.2007. Kosmologi Hindu


Penciptaan, Pemeliharaan, Peleburan
dan Penciptaan Kembali Alam Semesta.
Surabaya: Paramita.

Gunawan, I Ketut Pasek. 2012. Filsafat Hindu


Nawa Darsana. Surabaya: Paramita

Maksum, Ali. 2014. Pengantar Filsafat.


Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Maswinara, I Wayan. 1999. Sistem Filsafat Hindu


(Sarva Darsana Samgraha). Surabaya: Paramita

Radhakrishnan, S. 2008. Upaniṣad- Upaniṣad


Utama. Surabaya: Paramita

Tim Penterjemah. 1987. Kekawin Rāmāyana


I. Denpasar: Dinas Pendidikan Dasar
Propinsi DATI I Bali

JURNAL SANJIWANI Volume X, No. 2, Edisi September 2019 103

Anda mungkin juga menyukai