Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Weda

B. Kegiatan Belajar : KB 1

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

 Arti Kata Veda dari ethimologi berasal dari urat kata kerja
Vid yang artinya mengetahui dan Veda berarti
“pengetahuan”.
 Dalam pengertian semantik Veda berarti pengetahuan
suci, kebenaran sejati, pengetahuan tentang ritual,
kebijaksanaan tertinggi, pengetahuan spiritual sejati
Konsep (Beberapa istilah
1 tentang kebenaran abadi, ajaran suci atau kitab suci
dan definisi) di KB
sumber ajaran agama Hindu.
 Tentang arti Veda, S. Radhakrishnan lebih jauh
menyatakan; ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
dalam tahap kedua disebabkan oleh pengkajian yang
lebih mendetail.

Menurut Maharsi Sayana, kata Veda yang berasal dari


urat kata Vid yang berarti untuk mengetahui dan Veda berarti
kitab suci yang mengandung ajaran yang luhur untuk
Daftar materi pada KB
2 menuntun menuju kehidupan yang baik dan menghindarkan
yang sulit dipahami
dari bentuk kejahatan (Ista prapy anista parihara
yoralaukikam upayam yogranto vedayanti sa vedah).
Daftar materi yang sering Dari daftar materi yang saya pelajari pada KB 1 yaitu sejarah
3 mengalami miskonsepsi weda saya tidak menemukan materi yang mengalami
dalam pembelajaran miskonsepsi dalam pembelajaran.

A. Pengertian Veda

Arti Kata Veda dari ethimologi berasal dari urat kata kerja Vid yang artinya mengetahui dan Veda
berarti “pengetahuan”. Dalam pengertian semantik Veda berarti pengetahuan suci, kebenaran sejati,
pengetahuan tentang ritual, kebijaksanaan tertinggi, pengetahuan spiritual sejati tentang kebenaran
abadi, ajaran suci atau kitab suci sumber ajaran agama Hindu.
Veda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang
Widhi Wasa. Kitab Suci Veda dikenal pula dengan Sruti, Juga disebut kitab mantra karena memuat
nyanyian-nyanyian pujaan.
Menurut Maharsi Sayana, kata Veda yang berasal dari urat kata Vid yang berarti untuk mengetahui
dan Veda berarti kitab suci yang mengandung ajaran yang luhur untuk menuntun menuju kehidupan yang
baik dan menghindarkan dari bentuk kejahatan (Ista prapy anista parihara yoralaukikam upayam
yogranto vedayanti sa vedah).
Svami Dayananda Sarasvati dalam bukunya Rg Veda di Bhasya Bhumika penjelasan dan komentar
terhadap Rg Weda yang dituliskan dalam bahas Hindi menyatakan kata Veda berasal dari empat kata
atau akar kata kerja sebagaimana uraian berikut.
1) Vid: mengetahui (Anadi, Set, Parasmaipada) – Vetti.

2) Vid: menjadi ada (Divadi, Anit) – Vidyate.

3) Vid: menbedakan (Rudhadi, Anif) – Vinte

4) Vid: mencapai (Tudadi, Set) – Vindati atau Vindate

Lebih jauh Pemand menambahkan akar kata yang lain (ke-5) di dalam Dhatupatha yang dari
padanya ia mendapatkan arti kata Veda. Urat kata Vid: Catanãkhyãnavesesu. disebutkan sebagai konyogasi
di dalam bentuk Atmanepadam. Akar kata ini berarti menunjuk tahu, mengajar, menghubungkan, memberi
tahukan atau menceritrakan.

Veda dalam Arti yang Luas

Maurice Wenternitz di dalam bukunya A Hastory of Indian Literature, volume I menyatakan bahwa
Veda (Rg Veda) adalah Pustaka monumental tertua Indo-Eropa. Demikian pula Bloomfield dalam bukunya
The Religien of Veda menyatakan bahwa Rg Veda bukan saja menumen tertua umat manusia, tetapi juga
dokumentasi di timur yang paling tua.
Survepali Radhakrishnan dalam bukunya mengatakan bahwa Veda mengandung makna
kebijaksanaan menunjukkan spiritual yang sejati yang dituju umat manusia. Pertanyaan yang mereka gali
bersifat filosofis sebagai dijelaskan dalam mantram Rg Veda X.129.6 berikut ini: Ko addha veda ka iha
pra vocat kuta ajata kuta iyam visrstih, arvag deva asyavisarjanenatha ko vedayanta ababhuva.
“Siapa sesungguhnya yang mengetahui, siapakah (sesungguhnya) yang mampu menjelaskannya, di
mana ia lahir dan dari manakah ciptaan ini berasal? Sesungguhnya para Devata belakangan dari
terciptanya alam semesta ini. Siapakah yang mengetahui asal dari ciptaan ini?.
Veda dalam bentuk tunggal (dalam bahasa Inggris biasanya ditulis Veda) berarti pengetahuan suci sedang
dalam bentuk jamak (dalam bahasa Inggris biasanya ditulis vedas) berarti dalam pengertian yang luas yakni
seluruh kitab Sruti yang terdiri dari empat (4) Veda (Mantra Samhita), kitab-kitab Brahmana, Aranyaka dan
kitab-kitab Upanisad.
Tentang arti Veda, S. Radhakrishnan lebih jauh menyatakan; ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan dalam tahap kedua disebabkan oleh pengkajian yang lebih mendetail.
B. Asal Usul Veda

Periodisasi zaman Veda sampai saat ini masih menjadi pertanyaan banyak pihak, mengingat tidak adanya
catatan tertulis mengenai kapan kitab Suci tersebut diwahyukan, akhirnya munculah berbagai perkiraan
tentang awal berlangsunganya zaman Veda, antara lain Max Mueller (1200 SM—1000 SM; Wintermitz
(1200 SM—1000SM); Macdonell (1000SM); Pa Rgiter (2000 SM); Grifith (1500 SM); Tilak (6000 SM);
A.C Dass (3500 SM); Dinanath Shastri (20.0000 SM); dan Svami Dayananda Saraswati (1927.947.990
SM). Namun pada umumnya kalangan sejarah berpendapat bahwa zaman Veda diperkirakan berlangsung
antara 2000 SM—1000 SM.
Wahyu suci Veda yang diterima oleh manusia-manusia unggul yang disebut Maharsi, beberapa Maharsi
dan yang paling terkenal disebut Sapta Rsi yaitu tujuh Rsi penerima wahyu suci antara lain:
1. Rsi Grtsamada
2. Rsi Wismamitra
3. Rsi Atri

4. Rsi Bharadwaja

5. Rsi Wasistha

6. Rsi Kanwa

7. Rsi Wamadewa

Selain Sapta Rsi tersebut sebagai penerima wahyu suci dikenal pula dua puluh Sembilan Maharsi yang
penerima wahyu yang disebut dengan “Navavimsati Krtyasca Wedavvastha Maaharsihbih” antara lain:
Maharsi Swayambhu, Maharsi Daksa, Maharsi Usana, Maharsi Aditya, Maharsi Wrhaspati, Maharsi
Mrtyu, Maharsi Indra, Maharsi Wasistha, Maharsi Saraswata, Maharsi Tri Dhatu, Maharsi Tridrta,
Maharsi Sandyaya, Maharsi Dharma, Maharsi Triyaguna, Maharsi Dhanan Jaya, Maharsi Kerta Jaya,
Maharsi Ranajaya, Maharsi Gotama, Maharsi Utama, Maharsi Parasara, dan Maharsi Vyasa.
Menururt tradisi Hindu, Maharsi terbesar dan sangat banyak jasanya dalam menghimpun dan
mengkondifikasikan Veda adalah Maharsi Vyasa yang dibantu oleh keempat orang murid beliau yaitu; 1)
Maharsi Paila atau disebut juga Maharsi Pulaha; 2) Maharsi waisampayana; 3) Maharsi Jaimini; dan 3)
Maharsi Sumantu.
Selama pelaksanaan upacara Yadnya, keempat kitab suci Catur Veda diucapkan dan dinyanyikan,
mantra-mantra dalam kitab suci Rg Veda yang diucapakan oleh Pendeta yang disebut Hotri. Mantram-
mantram dalam kitab Sama Veda dinyanyikan oleh Pendeta disebut Udgatri. Mantram-mantram dalam kitab
Yayur Veda dinyanyikan oleh Pendeta disebut Advaryu. Mantram-mantram dalam kitab Atharwa Veda
diucapkan oleh Pendeta disebut Brahmana. Brahmana juga memimpin upacara Yadnya.
Salah satunya yang terpenting adalah upacara Catur Masya Yadnya. Pada upacara ini pendeta tertentu
mempersembahkan havi, kedalam havi pemujaannya disebut havanyagni atau homa agnihotra, baik di
selatan maupuan di utara altar pemujaan. Upacara Catur Masya ini disebut dalam kitab suci Yayur Veda,
akan tetapi tidak dilakukan pada zaman Rg Veda, ini berarti pada zaman Yayur Veda munculah ajaran
etika pengakuan dosa. Etika pengakuan dosa tidak ditemukan dalam Rg Veda. Dalam Rg Veda hanya
ditemukan istilah pertobatan. Dengan demikian dalam upacara Yadnya munculah perubahan peraturan
baru mengenai etika yang tidak ditemukan sebelumnya. Etika bertobat dalam Rg Veda, pada zaman Yayur
Veda berubah menjadi pengakuan dosa (Grisworld. 1999: 341-342).
C. Penerima dan Penyusun Weda
Tradisi yang kuat dalam pikiran orang Hindu bahwa Veda bukan susunan manusia, namun sabda Tuhan,
menunjukkan bahwa mantram-mantram Veda itu tidak dihimpun seperti bentuknya sekarang hingga masa
yang lama setelah penyusunannya ketika penyusunnya dan asalnya benar-benar dilupakan orang. Menurut
tradisi sekarang, bahwa Catur Veda adalah nyata bahwa mantra-mantra Veda disusun oleh beberapa orang
pada beberapa tempat pada waktu yang berbeda-beda dihimpun dan diatur seperti bentuknya sekarang ini
pada suatu waktu tertentu oleh seseorang atau mungkin oleh beberapa orang. Siapakah orang ini dan kapan
karya besar ini dikerjakan, tidak dapat dipastikan.

Sifat Veda Anadi-Ananta

Bila kita mengkaji ajaran yang terkandung dalam kitab suci Veda, ternyata ajarannya itu sangat
relevan dengan perkembangan zaman. Selanjutnya pula bila kita memahami bahwa Veda adalah sabda
Brahman dan sabda itu muncul dari nafas-Nya, maka logislah selama kelangsungan alam semesta yang
merupakan ciptaan-Nya, selama itu ajaran Veda relevan bagi umat manusia. Pernyataan di atas dapat
dimengerti dan didukung pula oleh pernyataan “Anantavai Vedah” yang artinya bahwa Veda bersifat abadi.
Mantram-mantra, yakni syair Veda merupakan sabda yang bersifat abadi dengan pengertian mantra
dikandung pula makna bahwa seseorang yang dengan tekun bermeditasi, mengulang-ulangi pengucapan
mantra akan diselamatkan oleh-Nya (mananattrayate iti mantra).
Mantram-mantram Veda mesti diucapkan dengan keimanan dan kesujudan dengan demikian akan
menyebar kseluruh penjuru atmosfir yang akan mempengaruhi segala ciptaan-Nya. Lebih jauh dapat
ditegaskan bahwa karakteristik (watak atau sifat) dari ajaran Veda seperti telah disinggung di atas adalah:
1) Veda tidak berawal, karena merupakan sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya.
2) Veda tidak berakhir karena ajarannya berlaku sepanjang zaman. Mengingat Veda tidak berawal
dan berakhir, maka disebut “Anadi-Ananta”.
3) Veda Apauruseyam, tidak disusun oleh manusia, melainkan diperoleh atau diterima oleh orang-
orang suci, para Maharsi.
Para Rsi Penerima Wahyu Veda

Maharsi Vyasa atau Krsnadvipayana yang menyusun atau menuliskan kembali ajaran Veda dalam
4 (empat) himpunan (Samhita) dibantu oleh 4 (empat) orang siswanya yaitu:

1) Pulaha atau Paila diyakini menyusun Rg Veda,

2) Vaisampayana, menyusun Yaju Vveda,


3) Jaimini menyusun Sama Veda, dan

4) Sumantu menyusun Atharva Veda.

Di dalam kitab-kitab Purana kita jumpai pengelompokan Rsi ke dalam 3 (tiga) katagori yaitu:

a) Devarsi,

b) Brahman,

c) Rajarsi.

Di samping pengelompokan ke dalam 3 (tiga) kategori tersebut di atas, kitab Matsya Purana dan
Brahmanda Purana menyebutkan 5 (lima) kelompok Rsi sebagai berikut.

1) Brahmarsi

2) Satyarsi,

3) Devarsi,

4) Srutarsi,

5) Rajarsi

Seorang Brahmarsi menurut kitab Brahmanda Purana tugasnya mempelajari dan mengajarkan Veda,
jadi fungsinya sebagai pandita. Adapun seorang yang dinyatakan sebagai satyarsi adalah gelar para Rsi
yang mempunyai asal usul langsung dari Tuhan Yang Maha Esa pada permulaan penciptaan dunia ini.
Kelompok Devarsi dikenal pula dengan nama Prajapati. Di dalam kitab Brahmanda Purana (1.2.9.18-19)
disebut adanya 9 (Sembilan) Prajapati yaitu:

1) Marici,

2) Bhrgu,

3) Ahgira,

4) Pulastya,

5) Pulaha,

6) Kratu,

7) Daksa,
8) Atri dan
9) Vasistha.

Di antara 9 (Sembilan) Prajapati itu ada pula yang disebut-sebut namanya didalam kitab Rgveda, sebagai
Rsi yang dikaitkan dengan mantra-mantra dalam kitab suci ini. Adapun 4 (empat) kelompok lainnya
(Brahma, Satya, Sruta, dan Rajarsi) di dalam Brahmanda Purana masing-masing disebutkan berturut-turut:

1) Sanaka,

2) Sananda,

3) Sanatana, dan

4) Sanatkumara.

Selain nama-nama yang telah disebut disebut di atas, terdapat pula keterangan lain yang menyebutkan
kelompok “saptarsi penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang terhimpun jika dikaitkan dengan jangka
waktu tertentu. Adapun saptarsi dan keluarga (gotra) dari sapta (maha) Rsi, yang paling banyak disebut
adalah:
1) Grtsamada,

2) Visvamitra,

3) Vamadeva,

4) Atri,

5) Bharadvaja,

6) Vasistha, dan

7) Kanva.

Untuk mengenal lebih jauh tentang masing-masing para Rsi itu serta kaitannya dengan turunnya wahyu
Veda dapat dijelaskan hal-hal yang penting sebagai berikut:

1) Maharsi Grtsamada

Maharsi Grtasamada adalah Maharsi yang banyak dihubungkan dengan turunnya mantra-mantra
Veda, terutama Rgveda Mandala II.
2) Maharsi Visvamitra

Maharsi Visvamitra adalah Maharsi yang kedua yang banyak disebut-sebut namanya dan dikaitkan
dengan seluruh Mandala III Rgveda. Kitab Mandala III Rgveda ini terdiri dari 58 Sukta.
3) Maharsi Vamadeva

Maharsi Vamadeva banyak dihubungkan dengan Mandala IV kitab Rgveda.

4) Maharsi Atri

Maharsi Atri pada umumnya banyak dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra Mandala V Rgveda.
Sayang sekali kita tidak mengenal banyak tentang Maharsi ini.
5) Rsi Bharadvaja

Maharsi Bharadvaja adalah Maharsi yang banyak dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra dari
Mandala VI, kecuali ada beberapa saja yang diturunkan melalui Sahotra dan Sarahotra.
6) Maharsi Vasistha

Nama Vasistha sering digunakan sebagai nama keluarga kadang kala sebagai nama pribadi.

Maharsi Vasistha banyak dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra Mandala VII Rgveda.
7) Mahrsi Kanva

Maharsi Kanva merupakan Maharsi penerima wahyu dan banyak dikaitkan dengan Mandala VIII
Rgveda.

D. Bahasa yang digunakan dalam Veda


Bahasa yang digunakan dalam Veda adalah bahasa Sanskerta dan bahasa ini tetap juga
digunakan sampai berkembangnya susastra Veda pada zaman sesudah Veda itu dihimpun dalam
empat (4) himpunan yang disebut dengan Samhita dan keempat Samhita itu dikenal dengan nama
Catur Veda, yang terdiri dari Rg Veda, Yayur Veda, Sama Veda dan Atahrwa Veda. Istilah atau
nama Sanskerta sebagai nama bahasa ini dipopulerkan oleh seorang Mahãrsi bernama Pãnini.
Beberapa tahun kemudian atas jasa Maharsi Patanjali yang menulis kitab Bhãsa dan
merupakan buku kritik terhadap karya Panini yang ditulis pada abad ke II SM. makin terungkaplah
nama Daivivak untuk menamai bahasa yang digunakan dalam Veda.
Penulis yang tampil sesudah Maharsi Panini adalah Maharsi yang terkenal dengan nama
Katyayana yang hidup pada abad V SM. Bahasa Sanskerta dibagi oleh para ahli ke dalam tiga
kelompok:
1) Bahasa Sanskerta Veda (Vedic Sanskrit) yakni bahasa Sanskerta yang digunakan dalam Veda yang
umumnya jauh lebih tua yang digunakan di susastra Hindu seperti dalam Itihasa, Purana,
Dharmsastra, dan lain-lain.
2) Bahasa Sanskerta Klasik (Classical Sanskrit) yakni bahasa Sanskerta yang digunakan dalam
susastra Hindu seperti Itihasa (Ramayana dan Mahabharata), Purana (MahaPurana dan Upa Purana,
Smrti (kitab-kitab hukum yaitu Dharmsastra).
3) Bahasa Sanskerta Campuran (Hybrida Sanskrit), seperti yang digunakan pada beberapa Negara
bagian di India dan Sanskerta di Indonesia oleh para ahli disebutnya sebagai Archipelago Sanskrit
atau Bahasa Sanskerta kepulauan yakni bahasa Sankerta yang digunakan di tanah air. Baik Hybrida
Sanskrit maupun Archipelago Sanskrit keduanya tidak murni lagi seperti bahasa dua jenis Sanskerta
sebelumnya (Sanskerta Veda dan Klasik).

Apakah doa mutlak harus menggunakan Bahasa sansekerta hal ini tidak mutlak sebab doa adalah
cetusan hati atau bahasa hati yakni bahasa ibu yang mudah kita pahami. Mantramantra Veda
berfungsi sebagai kavaca (Baju) dan panjara(Benteng). keduanya berfungsi sebagai pelindung bagi
mereka yang tekun mengucapkan mantra-mantra Veda. Tentang pengucapan mantram, kitab Nirukta
1.18 menyatakan sebagai berikut:

“seseorang yang mengucapakan mantram (Veda) dan tidak memahami makna yang terkandung
dalam mantram (Veda) itu, tidak pernah memperoleh penerangan seperti halnya sebatas kayu
bakar, walaupun disiram dengan minyak tanah, tidak akan terbakar bila tidak disulut dengan api.
Demikian orang yang hanya mengucapkan (membaca) mantram (Veda) tidak mendapatkan
cahaya pengetahuan yang sejati”.

Ahli-ahli Eropa yang banyak berkecimpung di dalam mempelajari bahasa Sanskerta, antara lain: Max
Muller, Weber, Sir Wilian Jones, H. T. Colebrocke, Keilharn, Grimm, Grassmann, Jesperson, C. Wilkin,
A. Roger, Roth, Griffith, A. A. Macdonell, M. M. William Monier, Hillebrant, Winternitz, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai