Anda di halaman 1dari 6

Mukjizat Tasawuf Reki

(Samsul Bakri)

Abstrak
Kesimpulan besar dalam buku ini semakin berkembang suatu zaman semakin banyak
muncul paham-paham yang menyerupai tasawuf (New Age Movement). Fokus penelitian di
dalamnya mengungkapkan adanya kemiripan antara paham tasawuf dan reiki baik dari segi
praktek dan ritualnya. Peran tasawuf reiki ini sebagai terapi yang dapat menyehatkan mental
seseorang untuk menghilangkan stres seseorang dengan cara latihan pernapasan dibarangi dengan
zikir.
Penelitian ini mendukung pendapat Marc Edwards (2005) dalam buku “Reiki, Yoga,
Meditation & Yagyas” yang mengatakan bahwa Newer Reiki adalah aliran yang lahir dari New
Age. Penelitian ini Membantah pendapat Nicolson yang mengatakan tasawuf berasal dari ajaran
buda. Metode penelitiannya adalah studi kasus di Yayasan Wijaya Kusuma Reiki Solo dan
untuk mencari informasi data primer diadakan observasi dan wawancara terhadap para praktisi
tasawuf reiki yang ada di Yayasan tersebut. Untuk data sekundernya peneliti menggunakan
literatur-literatur yang berkaitan dengan tasawuf dan reiki.

A. Latar Belakang
Fenomena munculnya pengalaman batin melahirkan banyak paham dari berbagai
keyakinan yang saling menjastifikasi bahwa paham-paham tersebut lahir dari keyakinan mereka,
salah satunya ialah pemahaman batin dalam islam atau yang lebih fenomenal dikenal dengan
sebutan tasawuf memiliki kotroversi tentang kemunculannya. Banyak yang mengatakan bahwa
tasawuf lahir dari nasrani, budha, dan hindu yang memiliki pesamaan dan tujuan dalam aspek
esoterisnya.1 Padahal dalam sejarah Islam jika ditelusuri secara mendalam bahwa tasawuf sudah
ada sejak masa Rasulullah Muhammad SAW2 ketika beliau sering bertahannus di gua hira untuk
mencari suatu hakikat kebenaran sejati hanya saja pada saat itu istilah tasawuf belum familiar
dikenal masyarakat diawal kemunculan islam hingga akhirnya istilah tasawuf muncul pada abad
ke III dan berkembang pada abad ke IV.
Akulturasi budaya dengan budaya lainnya melahirkan suatu modifikasi dari paham lama
ke paham modern inilah yang terjadi dalam tubuh tasawuf disebabkan interaksi islam dengan
budaya lainnya dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang secara kontemporari. Aliran-aliran
batinpun mengikuti arus perkembangan seiring dengan munculnya pemahaman-pemahaman yang
berbeda hingga lahirlah Reiki. Masuknya Islam ke Jepang sekitar abad ke XVIII tidak menutup
kemungkinan menjadi akulturasi budaya sehingga percampuran tersebut akan mempengarui
pemikiran dan keyakinan orang-orang jepang sendiri dan bisa saja dari keterpengaruhan tersebut
lahirlah reiki.3
1
Bruce Masters, "Sufism,” Online Journal of Encyclopedia of The Ottoman Empire (2009), 539-541,
http://go.galegroup.com/ps/i.do?id= (Akses September 18, 2014).
2
Tasawuf terlahir dari rahim islam yang telah didaulat Rasul dan Quran, untuk mencapai tahap paripurna
harus dibimbing oleh orang suci. Lihat Glenn Masuchika, “The Shambhala Guide to Sufism” Online Journal of
Nonfiction; Islam (September 15, 1997), http://e-resources.pnri.go.id:2056/docview/196803337?accountid=25704
(Akses September 24, 2014).
3
Agama Islam diketahui untuk pertama kali oleh penduduk Jepang pada tahun 1877 sebagai sebagian
pemikiran agama barat dan pada sekitar tahun itu, kehidupan Nabi Muhammad diterjemahkan dalam Bahasa Jepang.
Ini membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang Jepang, tapi hanya sebagai suatu
Tasawuf merupakan sebuah ilmu tentang pengetahuan secara langsung mengenai Tuhan.
Ajaran dan metodenya bersumber dari al-Quran, hadis, ilham orang-orang saleh, dan kasf
(terbukanya hati) melihat tabir, sedangkan Reiki berasal dari bahasa jepang yang diambil dari
kata Rei yang berarti alam semesta dan Ki berarti energi. Dengan kata lain Reiki adalah energi
alam semesta atau biasa disebut para praktisi Reiki sebagai Energi Ilahi dan mempunyai tingkat
getaran yang sangat tinggi juga energinya sangat halus dibanding energi Prana atau energi tenaga
dalam lainnya. Orang yang pertama kali menemukan Reiki adalah seorang pendeta Budha yang
bernama Dr.Mikao Usui setelah bermeditasi selama 21 hari di gunung Kurama.4
Kemunculan tasawuf dan reiki sekarang ini banyak disalah artikan bagi mereka yang
berkecimpung dalam dunia pengobatan spritual yang mana mereka memadukan antara dua istilah
tersebut dengan sebutan tasawuf reiki, padahal antara tasawuf dan reki tidak bisa disatukan
karena tasawuf lebih tinggi dalam mempengaruhi psikis manusia dari pada reiki. Dalam buku ini
juga memang dikatakan oleh M. Abdurrohman Rifai5 bahwa reiki juga sedikit banyak mengalami
modifikasi oleh para penemunya. Pernyataan ini reviewer analisa bahwa dalam perkembangan
tasawuf tidak terlepas dari pengaruh filsafat sehingga muncul aliran-aliran tasawuf yang
dianggap menyimpang dari ajaran islam, yakini aliran al-Ishra>q (pancaran)6 meskipun demikian
aliran ini diambil dari ajaran agama lain yang menyimpang sepeti agama Budha dan Hindu
Memang jika dilihat dari prakteknya antara tasawuf dan reiki semuanya memiliki
kemiripan, apabila kurang cermat memahaminya dan mengetahui latar belakang sejarah keduanya
secara mendalam akan menjadi masalah yang sangat serius. Sepintas orang muslim yang tidak
pernah merasakan duduk dibangku perkuliahan atau mereka yang sangat jarang sekali tersentuh
dengan wawasan keislaman memadai dapat meyakini mereka bahwa tasawuf ini adalah reiki.
Menurut reviewer, belum tentu yang terlihat sama dalam prakter sama juga dalam segi dasar dan
lahirnya. Contoh “Bhianeka Tunggal Ika” yang ada di Indnesia sama dengan ideologi yang
dimiliki Amerika yaitu “E Pluribus Unum” tapi belum tentu orang-orang Amerika tersebut
mengadopsi ideologi bhianeka tunggal ika. Melihat dari sejarah kemerdekaan saja mereka lebih
dahulu dibanding Indonesia begitu halnya Indonesia tidak mungkin juga mengadopsi ideologi
tersebut karena ideologi itu memang dirumuskan oleh Founding Father ketika dalam
merencanakan kemerdekaan Indonesia.7 Untuk menghindari kesalahpahaman tersebut reviewer
menyajikan kritik tentang adanya terapi tasawuf reiki dengan tujuan agar semakin jelas sejarah

pengetahuan dan pemikiran. Interaksi Islam dan Jepang yang penting terjadi pada tahun 1890 ketika Turki
Usmaniyah mengirim utusan yang menumpang sebuah kapal yang dinamakan "Ertugrul" ke Jepang untuk tujuan
menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang
Jepang. Kapal itu yang membawa 609 orang penumpang dalam pelayaran pulang ke negara mereka tenggelam dengan
540 penumpang tewas. Lihat Daily News (Sri Lanka) “History of Islam in Japan” online Journal of Lexis Nexis
Academic (Asia Pacific) (June 18, 2012), http://e-resources.pnri.go.id/library.php?id=10000&key=is (Akses
September 18, 2014).
4 http://reiki-aura.blogspot.com/2011/06/pengertian-reiki.html. Marie N Bremner and other, “Integrating

Reiki and Community-Engaged Scholarship: An Interdisciplinary Educational Innovation,” Online Journal of


Nursing Education Vol 53, no. 9 (September, 2014), 541-543, http://e-
resources.pnri.go.id:2056/docview/1625562650?accountid=25704 (Akses Desember 12, 2014).
5
Abdurrohman Rifai adalah ketua yayasan Wijaya Kusuma Solo
6
al-Ishraaq adalah penyinaran jiwa yang memancarkan cahaya dalam hati, sebagai hasil dari pembinaan
jiwa dan pengemblengan roh disertai dengan penyiksaan badan untuk membersihkan dan menyucikan roh. Lihat
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 228.
7
Michael Smith, “Bhineka Tunggal Ika,” Australian Council of Trade Unions, Oktober 6, 2013, Sunday
http://www.michaelsmithnews.com/2013/10/bhinneka-tunggal-ika.html (Akses Desember 3, 2014).
munculnya antara tasawuf dan reiki serta mengulas interaksi keduannya dengan kepercayaan atau
budaya yang mempengaruhi latar belakang lahirnya.

B. Kelebihan
Kelebihan dalam buku ini dapat menguatkan posisi spritual timur dalam dunia barat dan
penguatan posisi tasawuf dalam ranah psiko spritual dan self healing dikarenakan, praktek yang
ada di reiki hampir seluruhnya sama dalam praktek yang ada dalam tasawuf seperti adanya
mursid dalam tasawuf dan master dalam reiki yang sama-sama memiliki murid dalam menempuh
jalan pembersihan diri. Di samping itu tasawuf yang di pandang mematikan ajaran islam dan
membuat islam mundur seperti yang tercantum dalam buku Amir Syakib Arsilan “lima>za
Taakhara al- Muslimun wa Taqaddama Ghairuhum” terpatahkan sudah dan kontroversi
kemunculan tasawuf yang dikatakan mengadopsi dari keyakinan atau budaya lain seperti yang
dikatakan Nicolson dan Von Kramer yang menyatakan tasawuf merupakan sikap asketik rasul
yang dipengruhi rahib nasrani, ternyata tuduhan mereka salah karena tasawuf memang terlahir
dari rahim islam.
Stuart B. Litvak dan Russel Shorto yang mengatakan psikologi transpersonal (tasawuf)
yang banyak berkembang di timur banyak dapat pengakuan di barat.8 Dari pengakuan tersebut
tidak menutup kemungkinan reiki adalah adopsi dari ajaran tasawuf yang di telah ambil oleh
Mikao Usui dan memodifikasi dengan interpretasinya melihat dari sejarah munculnya tasawuf
yang lebih dahulu dibandingkan reiki. Dalam sejarahnya reiki merupakan perkembangan dari tibet
namun setelah berkembang ajaran budha. seni terrsebut di jadikan ritual keagamaan aliran buda
dan segala praktek yang ada padanya dimodifikasi oleh para pendeta budha sam\pai akhirnya
masuk ke Jepang pada abad ke 18.
Dari sini kita ketahui bahwa reiki lahir dari budaya bukan dari keyakinan tertentu
sedangkan tasawuf bersumber dari al-Quran, meskipun keduanya sama-sama dapat digunakan
dalam pengobatan self healing tetap saja ruang lingkup reiki hanya sebatas penyembuhan
psikologis sedangkan tasawuf ruang lingkupnya lebih dalam dari psikologis yaitu sampai kepada
spritual psikologis. Pernyataan Allen E. Bergin bahwa ada kecendrungan yang semakin
meningkat dalam bidang psikologi dan psikoterapi pada khususnya, terutama tentang pentingnya
peranan religious dalam keberhasilan suatu terapi.9 Dari pernyatan ini semakin menguatkan posisi
taswuf sebagai self healing tertinggi dibanding reiki, karena tasawuf jelas terlahir dari agama
sedangkan reiki bukan.

C. Kelemahan
Dalam buku tersebut banyak istilah-istliah agama budha seperti nirwana, aura, kundalini
dan cakra disamakan dengan latifah, Takhalli, Tahalli, dan Tajalli sehingga terkesan tasawuf
merupakan seni olah batin yang tidak terikat dengan agama apapun. Melihat dari kemunculan
reiki yang muncul pada abad ke 18 sudah barang tentu reiki adalah aliran Spritual New Age

8
Mujidin, “Garis Besar Psikologi Transpersonal: Pandangan Tentang Manusia dan Metode Penggalian
Transpersonal Serta Aplikasinya dalam Dunia Pendidikan,” Indonesian Psychological Journal Vol 2, no. 1 (Januari,
2005), 62.
9
Allen E. Bergin, “Psychotherapy and religious Values,” Journal of Consulting and clinical psychology vol.
48, no.1( 1980), 95-105
Movement. Di takutkan hegemoni reiki lebih besar dari tasawuf sehingga sedikit demi sedikit
sayariat islam yang berlaku dalam tasawuf terbuang dikarenakan hegemoni tersebut misalnya
salat, puasa, tauhid dan lain-lain tidak lagi dilaksanakan dalalam praktek tasawuf.
Tasawuf yang murni lahir dari rahim islam sedikit demi sedikit terkikis dikarenakan
penggabungan nama antara reiki dan tasawuf dalam hal self healing dan olah spritual serta
penyatuan konsep antara keduanya, bisa jadi adanya penyimpangan yang dipahami orang
tentang tasawuf dikarenakan adanya unsur-unsur kesirikan yang terdapat pada reiki dimasukkan
juga dalam tasawuf.
Di samping itu dalam hal silsilah, tasawuf memiliki silsilah yang jelas mulai dari shaykh
yang membawa ajaran tarekat hingga kepada Allah Swt sedangkan dalam reiki seorang master
(tasawuf: mursid) tidak memiliki silsilah yang jelas meskipun dalam olah spritual sama-sama
meminjam kekuatan diluar nalar manusia, dalam reiki hanya meminjam energi dari alam dan
tasawuf lebih kepada penyatuan diri kepada sang khalik.

D. Kritik Metodologi
Dalam buku ini tidak dijelaskan jenis metode apa yang digunakan, menurut hemat
reviewer metode yang dilakukan dalam buku ini ialah jenis kualitatif dan objeknya adalah studi
kasus mengingat bahwa pengarang merupakan seorang praktisi reiki.10 Metode ini juga disebut
postpositivistik dan interpretive serta bersifat natural. Dikatakan postpositivistik karena
didasarkan pada filsafat postpositivisme yakni memandang realitas sosial sebagai suatu yang
holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan bersifat interaktif.11 Adapun dalam
pendekatannya semestinya menggunakan pendekatan fenomenologi karena objek yang diteliti
berhubugan dengan peneliti yaitu seorang praktisi dan fokus penelitiannya mengaitkan hubungan
antara tasawuf dan reki yang real merupakan fenomena yang terjadi dalam suatu komunitas
praktisi tasawuf reiki.
Mendasari penelitian kualitatif yaitu realitas, hubungan dan kebenaran pernyataan yang
alamiah. Realitas yang alamiah dapat diartikan sebagai fenomena sosial yang abstrak, dinamis
dan kontekstual dan dalam buku ini memang realitanya banyak orang mulai percaya dengan
adanya tasawuf reiki sehingga dalam menjaga dan mempertahankan praktek tasawuf reiki ini
sebuah klinik Wijaya Kusuma Solo dijadikan alternatif bagi warga untuk datang berobat dengan
menggunakan metode ini, tercatat lebih 1200 pasien yang penah berobat dan ke klinik ini.12
Dikarenakan ini merupakan realitas yang terjadi, maka dapat digunakan dengan
pendekatan fenomenolgi. Bagi Hegel, fenomenologi berkaitan dengan pengetahuan sebagaimana
ia tampak kepada kesadaran, sebuah ilmu yang menggambarkan apa yang dipikirkan, dirasa dan
diketahui oleh seseorang dalam kesadaran dan pengalamannya saat itu. Proses tersebut
mengantarkan pada perkembangan kesadaran fenomenal melalui sains dan filsafat “menuju
pengetahuan yang absolut tentang Yang Absolut. Ini adalah proses dimana ilmu pengetahuan
secara umum datang mengembangankan pengetahuan secara bertahap yang ditetapkan di

10
Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan permasalahan
dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni dan
budaya, dan lain-lain sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.
Pamela Baxter & Susan jack, ”Qualitative Case Study Methodology: Study Design and Implementation for Novice
Researchers,” Online Journal of The Qualitative Report Vol 13, no. 4 (Desember, 2008), 544-559,
http://www.nova.edu/ssss/QR/QR13-4/baxter.pdf (Akses Desember 10, 2014).
11
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R&B (Bandung: Alfabeta, 2009)
12
Samsul Bakri, Mukjizat Tasawuf Reiki (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2006), 16.
pemikiran Fenomenologi. Sebagaimana diketahui telah diungkapkan sebelumnya, pikiran pada
tahap awal sangat primitif, tanpa esesi alami, yaitu akal kesadaran. Untuk mencapai tahap
pengetahuan asli atau menghasilkan elemen di mana ilmu pengetahuan dapat ditemukan konsepsi
murni ilmu itu sendiri melalui perjalanan panjang yang harus dilakukan. Proses ini terhadap ilmu
pengetahuan dalam hal isi akan membawa penjelasan dan bentuk-bentuk yang akan membuktikan
dalam perjalanan perkembangannya, tidak akan ada apa yang dibayangkan terutama
mengemukakan kesadaran yang tidak ilmiah sampai ke tingkat ilmu. Itu akan menjadi sesuatu
berbeda dari membangun dan meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan.13
Pada penelitian ini tidak di jelaskan secara spesifik antara sumber primer dan sekunder
sehingga bagi pembaca kesulitan membedakan apakah buku ini hasil dari penelitian atau hanya
karya fiksi. Alangkah baiknya di munculkan kedua sumber tersebut dan dibagi kedalam dua
katagori. Pertama, data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh
perorangan/ suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi
yang bersangkutan yang dapat berupa interviw, observasi. Kedua, data sekunder (secondary data)
yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang
diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi
dean arsip-arsip resmi.14
Agar buku ini dapat didikusikan secara akademis dan menghasilkan suatu teori baru
diperlukan adanya diskusi keilmiahaan dalam buku ini, karena dari hasil diskusi tersebut dapat
melahirkan suatu masukan-masukan baru yang dapat melengkapi kekurangan-kekurangan dalam
ranah ilmu pengetahuan. Dalam hal ini diperlukan adanya suatu tim yang memiliki mutidisipliner
ilmu untuk menuangkan segala pendepat merea dalam pendiskuisan teresebut. Metode FGD
dalam penelitian sering dipakai dalam mendiskusikan suatu permasalahan. Focus Group
Discussion adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif
dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelomok teknik ini
digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang
terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari
pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalahyang sedang diteliti.15
Agar penelitian dalam buku ini lebih valid keabsahan isinya harus dianalisa kebenarannya
yang mana dalam pembahasannya data-data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu
diinventarisasi, kemudian dielaborisasi untuk kemudian dilakukan klasifikasi dan pemilihan
antara pemikiran-pemikiran yang diperoleh dari data primer maupun dari data sekunder,
kemudian dicoba memberikan interpretasi atau penafsiran sesuai dengan kecenderungan yang
diinginkan oleh teks yang diteliti, setelah itu dituangkan baik dalam bentuk kutipan murni atau
langsung, maupun kutipan tidak langsung (alih bahasa) dengan tidak mengurangi dari esensinya,
kemudian baru diberikan komentar-komentar, ulasan, sanggahan dan lain-lain yang dianggap
13
Charles J. Adams, “Islamic Religious Tradition,” The Study of the Middle East, Leonard Binder, Ed.
(New York: Charles Scribner’s Sons, 1973), 33. G. W. F Hegel, “The Phenomenology of Mind,” Online Journal
Artickle of Blackmask (2001), 11, http:// home. lu.lv/~ruben/Vestures_filozofija/Hegel-
The%20Phemenology%20of%20Mind.pdf (Akses Desember 10, 2014).
14
Concordia University Texas, Concordia Library, “Primary and Secondary Sources,” (Texas: American
Library Association, 2010) http://www.concordia.edu/sitefiles/
w3/Library/Primary%20versus%20Secondary%20Sources.pdf.
15
William Boateng, “Evaluating the Efficacy of Focus Group Discussion (FGD) in Qualitative Sosial
Research,” Online International Journal of Business and Sosial Science Vol 3, no. 7 (April, 2012), 54,
http://ijbssnet.com/journals/Vol_3_No_7_April_ 2012/6.pdf
perlu. Kemudian untuk melengkapi dan mempertajam analisis data dalam peneltiian ini
dipergunakan motode komparasi dengan perdagangan bebas dalam ekonomi global dan peran
negara serta aturan-aturan dalam Islam.16
.
E. Relevansi dengan riset penulis
Dalam penelitian ini relevansinya dengan peneltian penulis adalah tasawuf yang semakin
berkembang dalam era globalisasi ini dalam segala aspek kehidupan manusia yang serba
majemuk. Tuduhan-tuduhan negatif para orientalis dan pemikir islam yang kontra tasawuf yang
merupakan hayalan dan mengada-ngada ajarannya semakin terpatahkan, Paling tidak tuduhan
Clifford Geertz tentang semakin modern suatu zaman akan mematikan ajaran-ajaran tasawuf
dengan berkembangnya dunia pendidikan dan tuduhan negatif ini juga mendapat penguatan dari
Ernest Gellner dan Arberry yang menganggap tasawuf sangat tidak identik dengan modernitas
dan tarekat merupakan kebodohan dapat dibantah dengan kehidupan manusia yang serba
kompleks ini,17 bahkan malah sebaliknya di era sekarang ini justru para penelti semakin tertarik
untuk meneliti tentang spritual dan ini terbukti dengan banyaknya peneliti barat yang meneliti
psikologi kertimuran dan salah satu dari penelitian tersebut ialah psikologi sufsistik.

16
Nihayatul Maskuroh,”Perdagangan Bebas & Peran Negara dalam Perspektif Ibnu Khaldun,, (Serang: FSEI
Press, 2013), 41, Philipp Mayring, “Qualitative Content Analysis,” Online Journal Qualitative Sosial Research
Sosialforschung Vol 1, no 2 (2000), http://www.qualitative-research.net/index.php/fqs/article/view/1089/2386
(Akses Desember 11, 2014)
17
Ernest Gelner, Muslim Society (Cambridge: Cambriedge University Press, 1981), Clifford Gertz, Islam
Observed: Religious Movement in Morocco and Indonesia (Chicago:University of Chicago Press, 1968), A.J Arberry,
Sufism (London: Allen & Unwin, 1950), 122. Lihat juga Julia D. Howel, Sufism and The Modern in Islam (London:
I>.B. Taurist & Co Ltd. 2007), 218.

Anda mungkin juga menyukai