Anda di halaman 1dari 5

NAMA : IKOMANG KARTIKA

NIM : 1911011140

JURUSAN :PAH B1 SIANG

FAKULTAS : DHARMA ACARYA

SOAL UTS HUKUM HINDU

1. Apakah yang dimaksud dg hukum Hindu ?

2. Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber hukum Hindu menurut Weda

3. Apakah yg disebut dengan Nibanda ? Jelaskan

4. Apakah yg dimaksud dengan sanksi Prayascita ?

5. Jelaskan apa yg dimaksud dengan:

a. Kantaka Sodana

b. Dharmasthya

Jawaban

1. Hukum Hindu adalah sebuah tata aturan yang membahas aspek kehidupan manusia secara
menyeluruh yang menyangkut tata keagamaan, mengatur hak dan kewajiban manusia baik
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, dan aturan manusia sebagai warga negara
(tata Negara) seperti kutipan dalam penjelasan Manawa Dharmasãstra (Kitab Hukum Hindu)
disebutkan bahwa :

Hukum Hindu juga berarti perundang-undangan yang merupakan bagian terpenting dari
kehidupan beragama dan bermasyarakat. Ada kode etik yang harus dihayati dan diamalkan
oleh umat Hindu Dharma sehingga menjadi kebiasaan- kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.
Dengan demikian pemerintah dapat menggunakan hukum ini sebagai kewenangan mengatur
tata pemerintahan dan pengadilan, dapat menggunakan sebagai hukuman (atau "Pamidanda";
Hukum Adat) bagi masyarakat yang melanggarnya.

2. Sumber- Sumber hukum hindu menurut weda yaitu Sumber Hukum Hindu Berdasarkan
Sejarah Sumber hukum Hindu dalam arti sejarah adalah sumber hukum Hindu yang digunakan
oleh para ahli hindulogi dalam peninjauannya dan penulisannya mengenai pertumbuhan dan
kejadian hukum Hindu itu terutama dalam rangka pengamatan dan peninjauan masalah aspek-
aspek politiknya, filosofinya, sosiologinya, kebudayaannya dan hukumnya sampai pada bentuk
materiil yang tampak berlaku pada satu masa dan tempat tertentu. Dalam definisi lain sumber
hukum hindu memiliki pengertian Adalah peninjauan dasar-dasar hukum yang dipergunakan
oleh para ahli sejarah dalam menyusun dan meninjau pertumbuhan dalam suatu bangsa
terutama di bidang politik, sosial, kebudayaan, hukum dll, termasuk berbagai lembaga Negara
seperti perbedaan hukum formal dan materiil.

• Sruti

Di dalam Maawadharmasastra 11.10 dikatakana ‘Srutistu wedo wijneyo dharma sastram tu wai
smerti, te sarwatha wam imamsye tabhyam dharmohi nirbhabhau”. Artinya: sesungguhnya
Sruti adalah Weda, Smerti itu Dharmasastra, keduanya tidak boleh diragukan apapun juga
karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber dari pada hukum.

• Smrti

Smrti merupakan kitab-kitab teknis yang merupakan kodifikasi berbagai masalah yang
terdapat di dalam Sruti. Smrti bersifat pengkhususan yang memuat penjelasan yang bersifat
authentik, penafsiran dan penjelasan ini menurut ajaran Hukum Hindu dihimpun dalam satu
buku yang disebut Dharmasastra.

Dari semua jenis kitab Smrti yang terpenting adalah kitab Dharmasastra, karena kitab
inilah yang merupakan kitab Hukum Hindu.
• Sila

Sila di sini berarti tingkah laku. Bila diberi awalan su maka menjadi susila yang berarti
tingkah laku orang-orang yang baik atau suci. Tingkah laku tersebut meliputi pikiran, perkataan
dan perbuatan yang suci. Pada umumnya tingkah laku para maharsi atau nabi dijadikan standar
penilaian yang patut ditauladani. Kaedah-kaedah tingkah laku yang baik tersebut tidak tertulis
di dalam Smerti, sehingga sila tidak dapat diartikan sebagai hukum dalam pengertian yang
sebenarnya, walaupun nilai-nilainya dijadikan sebagai dasar dalam hukum positif sebagaimana
tujuan hukuman mati .

• Sadacara

Sadacara dianggap sebagai sumber hukum Hindu positif. Dalam bahasa Jawa Kuna
Sadacara disebut Drsta yang berarti kebiasaan. Untuk memahami pemikiran hukum Sadacara
ini, maka hakekat dasar Sadacara adalah penerimaan Drsta sebagai hukum yang telah ada di
tempat mana Hindu itu dikembangkan. Dengan demikian sifat hukum Hindu adalah fleksibel.

• Atmanastuti

Atmanastuti artinya rasa puas pada diri sendiri. Perasaan ini dijadikan ukuran untuk
suatu hukum, karena setiap keputusan atau tingkah laku seseorang mempunyai akibat.
Atmanastuti dinilai sangat relatif dan subyektif, oleh karena itu berdasarkan
Manawadharmasastra109/115, bila memutuskan kaedah-kaedah hukum yang masih diragukan
kebenarannya, keputusan diserahkan kepada majelis yang terdiri dari para ahli dalam bidang
kitab suci dan logika agar keputusan yang dilakukan dapat menjamin rasa keadilan dan
kepuasan yang menerimanya.

Menurut catatan sejarah perkembangan hukum Hindu, periode


berlakunyahukum tersebut pun dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain :
 Pada zaman Krta Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Manu.
 Pada zaman reta Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) Yang ditulis oleh
Gaulama.
 Pada zaman Dwapara Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis
oleh Samkhalikhita.
Pada zaman Kali Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Parasara.

Hal ini patut kita camkan mengingat agama Hindu bersifat universal, yang berarti kitab
Manawa Dharmasatra yang berlaku pada zaman Kali yuga juga dapat berlaku pada zaman Trata
Yuga

3. Kitab Nibanda juga merupakan kitab suci agama Hindu namun tidak termasuk di dalam
kelompok kitab suci Weda. Tidak termasuk ke dalam kelompok kitab suci Weda, namun isi
ajarannya amat diakui oleh umat Hindu sebagai ajaran yang setaraf dengan ajaran kitan suci
Weda, yang menulisnyapun adalah para Maha Rsi, dan Rsi yang memberikan ulasan serta
pandangannya berupa kritik, komentar, ataupun tafsir terhadap apa yang terdapat dalam kitab
suci Weda. Kitab Nibanda dianggap sebagai suatu karya ilmiah, lantaran ditulis oleh para Maha
Rsi yang ahli dibidangnya masing-masing, dan tetap mengakui bahwa kebenaran Weda adalah
mutlak. Diantara hasil tulisan para Maha Rsi ( semuanya berupa kitab suci) ada yang bernama :
Sarasamuscaya, Purwamimamsa, Tantra, Brahmasutra, Wedantasutra, Wahya, Uttaramimamsa,
serta yang lainnya. ( setiap kitab suci tersebut merupakan penjelasan atau uraian dari kitab suci
Weda baik Sruti dan Smrti )

4. Prayascita merupakan suatu sanksi yang bertujuan untuk mengadakan pembersihan pada
tempat atau keadaan tertentu yang dianggap telah mengotori dan menggagu keseimbangan
kosmos dalam kehidupan masyarakat Desa Pakraman Bakbakan.

5. Menurut Kautilya Kantaka Sodhana, yaitu suatu institusi yang termasuk dalam bidang hukum
publik. Kantaka Sodhana dapat dipandang dari beberapa arti, yaitu ;
 Kantaka Sodhana dalam Arti Subyektif disebut juga lus Puniedi (Bahasa Latin), yaitu
sejumlah peraturan peraturan yang mengatur hak negara untuk menghukum seseorang
yang melakukan perbuatan yang dilarang (Satochid Kartanegara, Tanpa Tahun:2).
 Kantaka Sodhana dalam Arti Objektif disebut lus Poenale (Bahasa Latin), yaitu sejumlah
peraturan-peraturan yang berisikan larangan-larangan dan keharusan-keharusan, yang
mana pelanggarnya dapat diancam dengan suatu hukuman.

Dharmasthya, yaitu suatu institusi yang termasuk dalam bidang hukum privat.

Anda mungkin juga menyukai