Anda di halaman 1dari 18

A.

Pengertian Hukum Hindu

Hukum adalah perturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam

kehidupan sehari-hari, baik yang ditetapkan oleh penguasa, pemerintah maupun

berlakunya secara alamiah.

Unsur-unsur terpenting dalam peraturan hukum memuat dua

hal, yaitu :

I. Unsur yang bersifat mengatur atau normatif

II. Unsur yang bersifat memaksa atau represif

Kebutuhan akan pengetahuan tentang hukum Hindu dirasakan sangat perlu oleh umat Hindu untuk
dipelajari dan dipahami, latar belakang kenapa hukum Hindu penting untuk dipelajari antara lain :

1. Hukum Hindu merupakan bagian dari hukum positif yang berlaku bagi masyarakat

Hindu di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

khususnya pasal 29 ayat 1 dan 2, serta pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang

Dasar 1945.

a. Untuk memahami bahwa berlakunya hukum Hindu di Indonesia dibatasi oleh filsafah

negara Pancasila dan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

b. Untuk dapat mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan antara hukum adat

Bali dengan hukum agama Hindu atau hukum Hindu.

c. Untuk dapat membedakan antara adat murni dengan adat yang bersumber kepada

ajaran-ajaran agama Hindu.

Bentuk hukum Tuhan yang murni dalam ajaran agama Hindu disebut Rta atau Rita,yaitu hukum Tuhan
yang murni bersifat absolut transendental. Rta adalah hukum Tuhan yang bersifat abadi. Rta ini
kemudian dijabarkan ke dalam tingkah laku manusia dan disebut Dharma. Dalam Weda, kitab Smrti
dianggap sebagai kitab hukum Hindu karena didalamnya banyak memuat tentang syarat hukum yang
disebut Dharma.Istilah lain tentang hokum dalam ajaran agama Hindu adalah Widhi, Dresta, Acara,
Agama, Wyawahara, Nitisastra, Rajaniti, dan Artasastra. Namun, dari sekian banyak istilah tersebut yang
paling umum

dalam ilmu hukum adalah Dharma. Di sini, kata Dharma mengandung dua hal, yaitu :
a. Dharma mengandung pengertian norma.

b. Dharma mengandung pengertian keharusan, yang kalau dilanggar dapat dipaksakan dengan ancaman
sanksi/denda

B. Sumber Hukum Hindu

Berdasarkan ilmu, peninjauan sumber hukum Hindu dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Peninjauan sumber hukum dalam arti sejarah

b. Peninjauan sumber hukum dalam arti sosiologis

c. Peninjauan sumber hukum dalam arti filsafat

d. Peninjauan sumber hukum dalam arti formil

1. Peninjauan Sumber Hukum dalam Arti Sejarah

Peninjauan sumber hukum dalam arti sejarah (historis) ditujukan pada penelitian

data-data mengenai berlakunya kaidah-kaidah hukum berdasarkan dokumen tertulis

yang ada. Menurut bukti-bukti sejarah, dokumen tertua yang memuat pokok-pokok

hukum Hindu, pertama-tama dijumpai pada dalam Weda Sruti. Ajaran hukum Hindu

yang ada masih bersifat tradisional, yaitu seluruh isi Weda disampaikan secara lisan

dari generasi ke generasi yang baru.

Fase berikutnya dalam sejarah pertumbuhan hukum Hindu adalah adanya kitab

Dharmasastra yang merupakan kitab undang-undang murni dibandingkan kitab

Sruti.Dharmasastra dinyatakan sebagai bagian dari kitab Kalpasutra. Kitab Kalpasutra

ini dibagi menjadi empat, yaitu :

1) Srautasutra isinya tentang berbagai cara pemujaan, pemeliharaan atau melakukan penghormatan
kepada Triagni.

2) Grhyasutra isinya memuat keterangan penting tentang berbagai upacara yang berlaku untuk golongan
tertentu.

3) Dharmasutra memuat tentang aturan-aturan dasar yang mencakup bidang hukum, agama, kebiasaan
atau acara, dan sistacara.

4) Sulwasutra isinya memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat


bangunan yang berhubungan dengan ilmu arsitektur.

Smrti sebagai sumber hukum Hindu lebih dikenal dengan sebutan Dharmasastra.

Dalam ilmu sejarah, perkembangan dan pembagian berlakunya Dharmasastra, yaitu :

a) Manawa Dharmasastra karya Manu berlaku pada zaman Kerta Yuga.

b) Gautama Dharmasastra karya Gautama berlaku zaman Treta Yuga.

c) Samkhalikhita Dharmasastra karya Samkhalikhita berlaku zaman Dwapara Yuga.

d) Parasara Dharmasastra karya Parasara berlaku zaman Kali Yuga.

2. Peninjauan Sumber Hukum dalam Arti Sosiologis

Dalam mempelajari data-data tertentu yang bersumber pada Weda seperti

Menawa Dharmasastra II.6. Secara tegas mengatakan bahwa sumber Dharma atau

hukum tidak saja Sruti dan Smrti, tetapi juga Sila, Acara dan Atmanastuti. Sosiologi

tidak saja mempelajari bentuk masyarakat tetapi juga kebiasaan dan moral dalam

masyarakat itu. Dengan demikian, faktor sosiologi sangat besar pengaruhnya sebagai

sumber hukum Hindu.

Penerapan Dharma didasarkan pada asas-asas tertentu, yaitu berdasarkan

Samaya (waktu), Desa (tempat), Acara (kebiasaan), Kula (keluarga), Warna (golongan),

dan Samanya (sifat-sifat umum). Yang berarti ilmu sosiologis sangat berperan dalam

menunjang sumber-sumber hukum Hindu itu.

3. Peninjauan Sumber Hukum dalam Arti Filsafat

Filsafat merupakan aspek rasional dari agama dan merupakan satu bagian

integral dari agama. Filsafat membimbing manusia tidak saja menjadi pandai tetapi

juga menuntun manusia untuk mencapai tujuan hidup, yaitu Jagadhita dan Moksa.

Untuk mencapainya, ilmu filsafat Hindu menegaskan sistem dan metode

pelaksanaannya sebagai berikut :


a) Harus didasarkan pada Dharma.

b) Harus didasarkan melalui keilmuan (Jnana).

c) Hukum didasarkan pada kepercayaaan (Sadhana).

d) Harus didasarkan pada usaha yang secara terus-menerus dengan pengendalian pikiran, ucapan, dan
perilaku.

e) Harus ditembus dengan usaha Prayascita (penyucian).

4. Peninjauan Sumber Hukum dalam Arti Formil

Sumber hukum dalam arti formil adalah sumber hukum yang berdasarkan

bentuk yang dapat menimbulkan hukum positif itu. Artinya, dibuat oleh badan atau

lembaga yang berwenang. Hal-hal yang merupakan sumber hukum dalam arti formil

dan bersifat pasti, yaitu :

a) Undang-undang

b) Kebiasaan dan adat

c) Traktat

Sistem dan asas yang dipergunakan mengenai masalah sumber hukum terdapat

pula dalam kitab Weda, terutama dalam kitab Manawa Dharmasastra II.6. Dari pasal

ini diketahui sumber-sumber hukum menurut Manawa Dharmasastra, yaitu sebagai

berikut :

a) Weda

b) Smrti

c) Sila

d) Acara (Sada cara)

e) Atmanastuti

Sruti menurut penafsiran yang otentik dalam kitab Smrti adalah Weda dalam arti

murni, yaitu wahyu yang dihimpun dalam beberapa buah buku, disebut Mantra

Samitha. Sila merupakan tingkah laku orang-orang beradab, dalam kaitannya dengan
hukum. Acara adalah adat istiadat yang hidup dalam masyarakat yang merupakan

hukum positif. Atmanastuti adalah rasa puas pada diri.

Jawaban Terbaik: Panca berarti ”lima” dan Sraddha berarti ”keyakinan suci”. Panca Sraddha adalah lima
keyakinan inti atau pondasi yang paling mendasar dari Agama Hindu. Keyakinan ini merupakan prinsip
dasar yang harus dipegang teguh oleh setiap penganut Hindu. Sebelum mendalami ajaran Hindu, sangat
penting untuk memahami Panca Sraddha beserta penjelasannya, sebagai landasan dasar atau penerang
jalan untuk menerjemahkan dan memahami filosofi-filosofi Hindu.

1. Percaya terhadap adanya Brahman (Tuhan).


2. Percaya terhadap adanya Hukum Karma.
3. Percaya terhadap adanya Hukum Rta.
4. Percaya terhadap adanya Punarbhawa / Samsara (Reinkarnasi)
5. Percaya terhadap adanya Moksha (Pembebasan Sempurna).

BRAHMAN
Brahman (Tuhan) bersifat kekal, tidak terbatas, tetap ada, tidak berawal dan tidak berakhir. Ada di dalam
segalanya sekaligus diluar segalanya. Merupakan sumber yang maha suci dari segala bentuk materi,
energi, waktu, ruang, kesadaran dan segala sesuatu yang ada di alam semesta. Brahman adalah abadi,
tidak bergender (tidak berjenis kelamin), maha kuasa, maha tahu dan ada dimana-mana.

Tidak ada kata-kata dalam bahasa Sarva Prani (mahluk hidup) termasuk manusia, yang dapat
mendeskripsikan / menjelaskan tentang Beliau secara tepat. Karena itu juga disebut acintya (tidak
terpikirkan).

HUKUM KARMA
Kata karma berasal dari akar kata “kri” dalam bahasa Sansekerta yang berarti “akan melakukan”. Dalam
pengertian paling mendasar, ”karma” dalam bahasa Sanskrit berarti ”perbuatan” atau ”tindakan”.
Hukum Karma dalam ajaran Hindu merupakan hukum absolut yang mengatur Sarva Prani (semua mahluk
hidup yang ada di alam semesta) atau hukum yang ada di balik seluruh roda sebab dan akibat dalam
kehidupan. Karma adalah segala perbuatan yang kita lakukan, sedangkan hasil atau ”buah” dari
perbuatan ini disebut ”Karma-phala”. Hukum Karma berlaku melampaui waktu dan kelahiran kembali.

HUKUM RTA
Rta dalam bahasa Sanskrit berarti “yang memerintahkan atau yang menjalankan materi (benda)”. Rta
adalah ajaran dalam Hindu yang menjelaskan bagaimana alam semesta ini bekerja. Bila Karma adalah
hukum yang mengatur semua mahluk hidup, maka Rta adalah hukum yang mengatur semua materi
(benda) yang tidak hidup. Rta adalah hukum maha adil yang mengatur dinamika alam semesta.

Hukum Rta yang menggerakkan bertiupnya angin, turunnya hujan, ombak di lautan, pergerakan
matahari, pergerakan planet, pergerakan bulan, pergerakan komet, dll. Termasuk juga datangnya segala
macam bencana alam seperti tornado (angin puting beliung), badai, gunung meletus, gempa bumi, dll.

PUNARBHAWA / SAMSARA
Punarbhawa berarti kelahiran kembali atau reinkarnasi. Sedangkan siklus reinkarnasi yang terjadi
berulang-ulang disebut dengan Samsara. Penjelasan tertua tentang punarbhawa yang masih tersimpan
sampai saat ini adalah terdapat pada buku-buku suci Upanishad dari tahun 800 SM. Disebutkan bahwa
Atman bersifat abadi, sementara tubuh adalah sarana untuk siklus kelahiran dan kematian di dunia.

MOKSHA
Moksha dalam bahasa Sansekerta berarti terbebaskan. Moksha dalam ajaran Hindu adalah kebebasan
Atman dari Samsara dan penyatuan kembali Atman dengan Brahman. Moksha adalah "pembebasan
sempurna" yang menjadi tujuan utama bagi setiap kelahiran (kehidupan).

Moksha dicapai ketika seseorang mencapai "kesadaran" tentang realitas / hakikat sejati (Atma Jnana).
Saat seseorang mencapai moksha, maka ia juga terbebaskan dari hukum karma dan hukum rta.

Selain Moksha, istilahnya ada banyak sekali (tapi maksudnya tetap sama) seperti : Jivan-Mukti, Nirvana,
Mahasamadhi, dll.

Dalam agama Hindu setelah percaya akan adanya Tuhan (Satya Sat) adalah kepercayaan akan
adanya hukum yang ditentukan oleh Tuhan. Hukum itu semacam sifat dari kekuasaan Tuhan
yang diperlihatkan dengan bentuk yang dapat dilihat dan dialami oleh manusia. Bentuk hukum
Tuhan yang murni disebut RTA. Bentuk hukum Rta itu adalah hukum murni yang bersifat absolut
transcendental. Bentuk hukumnya disebut Dharma. Hukum agama yang disebut Dharma ini
bersifat relative karena selalu dikaitkan dengan pengalaman manusia dan karena
itu dharma bersifat mengatur tingkah laku manusia untuk mencapai kebahagiaan di dalam
hidup. Panca berarti ”lima” dan Sraddha berarti ”keyakinan suci”. Panca Sraddha
adalah lima keyakinan inti atau pondasi yang paling mendasar dari Agama Hindu. Keyakinan ini
merupakan prinsip dasar yang harus dipegang teguh oleh setiap penganut Hindu. Sebelum
mendalami ajaran Hindu, sangat penting untuk memahami Panca Sraddha beserta penjelasannya,
sebagai landasan dasar atau penerang jalan untuk menerjemahkan dan memahami filosofi –
filosofi Hindu.

1. Percaya terhadap adanya Brahman (Tuhan).

2. Percaya terhadap adanya Hukum Karma

3. Percaya terhadap adanya Hukum Rta.

4. Percaya terhadap adanya Punarbhawa / Samsara (Reinkarnasi)

5. Percaya terhadap adanya Moksha (Pembebasan Sempurna).


Ajaran Rta dalam agama Hindu menjadi landasan ajaran karma dan phala karma. Rta inilah yang
mengatur akibat dari pada tingkah laku manusia sebagai satu kesatuan yang tak tampak oleh
manusia. Ia hanya dapat dilihat berdasarkan keyakinan akan adanya kebenaran. Dengan
keyakinan atas kebenaran itu Rta dapat dihayati sehingga dengan penghayatan itu akan
terciptalah keyakinan akan adanya Rta sebagai salah satu unsure dalam keyakinan agama Hndu.

Dalam ilmu filsafat terlihat berbagai macam cabang ilmu terutama ilmu etika. Etika membahas
berbagai konsep pandangan tentang nilai yang dianut baik oleh masyarakat tertentu maupun
masyarakat umum. Filsafat membimbing manusia tidak saja menjadi pandai tetapi juga
dimaksudkan untuk menapai semumbenum manusia yang di dalam agama Hindu disebut Moksa.
Moksaadalah tingkat kebahagiaan rohani yang tertinggi. Tingkat kebehagiaan itu merupakan
cita-cita manusia menurut Hindu dimana keadilan dan kedamaian ditegakkan.

Untuk mencapai tingkat kebahagiaan itu ilmu filsafat Hindu menegaskan sistim dan metode
pelaksanaanya seperti :

1. Harus didasrkan pada Dharma

2. Harus diusahakan melalui keilmuan (Jnana)

3. Hukum didasrkan pada usaha-usaha

4. Harus didasarkan pada usaha-usaha yang terus menerus dengan pengendalian (danda)
seperti pengendalian pikiran (mano dando), pengendalian tulis kata (wag/wak danda) dan
pengendalian tingkah laku ( kaya danda)

5. Harus ditebus dengan usaha prayascita (penyucian).

Brahman (Tuhan) bersifat kekal, tidak terbatas, tetap ada, tidak berawal dan tidak
berakhir. Ada di dalam segalanya sekaligus diluar segalanya. Merupakan sumber yang maha suci
dari segala bentuk materi, energi, waktu, ruang, kesadaran dan segala sesuatu yang ada di alam
semesta. Brahman adalah abadi, tidak bergender (tidak berjenis kelamin).
Tidak ada kata-kata dalam bahasa Sarva Prani (mahluk hidup) termasuk manusia, yang dapat
mendeskripsikan / menjelaskan tentang Beliau secara tepat. Karena itu juga disebut acintya tidak
terpikirkan.

Dalam ajaran agama Hindu juga dikenal dengan Punarbhawa yang berarti kelahiran kembali atau
reinkarnasi. Sedangkan siklus reinkarnasi yang terjadi berulang-ulang disebut dengan Samsara.
Penjelasan tertua tentang punarbhawa yang masih tersimpan sampai saat ini adalah terdapat pada
buku-buku suci Upanishad dari tahun 800 SM. Disebutkan bahwa Atman bersifat abadi,
sementara tubuh adalah sarana untuk siklus kelahiran dan kematian di dunia.

Menakar Kebenaran
Oleh : I Wayan Ritiaksa, M.Ag. Tabanan
Prihen temen dhrama dumaranang sarat
Saraga sang sadhu sireka tutana
Tanartha tan kama pidonia tan yasa
Ya sakti sang sajjana dharma raksaka.

Artinya:
Utamakannlah kebenaran dengan sungguh-sungguh kepribadian orang budiman yang patut ditiru
bukan keinginan, bukan balas jasa yang menjadi tujuan kekuatan orang berbuat kebaikan adalah
kebenaran dipegang teguh ( Kekawin Ramayana, Sargha 24.89).

Mendengar kata kebenaran akan terlintas dalam pikiran adalah sesuatu yang baik dan disetujui
oleh banyak orang, dibela oleh banyak orang dan banyak yang setuju jika yang benar tersebut
dijadikan ukuran bersama demi ketentraman hidup di dunia.

Dalam prakteknya, kebenaran tidak dapat diukur dengan takaran yang sama antara satu tempat
dengan tempat lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, antara satu Negara
dengan Negara lainnya. Perbedaan ukuran yang dipakai dalam menakar kebenaran disebabkan
oleh pandangan hidup kolektif yang dianggap baik dan benar dalam suatu masyarakat tertentu,
tidak sepenuhnya dapat dianggap baik dan benar pada masyarakat lainnya.

Tentang iklan-iklan ini

Bagikan i

INTRODUCTION

Pada hari ini saya ingin mengajak kita untuk belajar dari sepenggal kisah hidup Rasul Petrus dan
Rasul Yohanes dalam menjalankan pelayanan. Tema renungan kita adalah “TAAT TERHADAP
PERINTAH TUHAN”. Dalam renungan ini ada beberapa poin penting yang akan saya jelaskan
di sini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan perhatian kita semua terhadap penjelasan
firman Tuhan ini, yaitu:

1. PENGERTIAN KATA TAAT DAN PERINTAH

Hal yang pertama-tama harus kita ketahui bersama adalah menyangkut definisi atau arti dari kata
TAAT dan PERINTAH yang saya maksudkan di sini:

Pertama,Pengertian Kata Taat


Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi definisi terhadap kata taat sebagai: 1. Senantiasa
tunduk (kepada Tuhan,pemerintah, dsb); petuh; 2. Tidak berlaku curang; 3. Saleh; kuat
beribadah. Menara Pengawal memberi definisi terhadap kata taat sebagai “Tunduk kepada
wewenang;menjalankan apa yang diperintahkan, mematuhi apa yang dituntut, atau
menjauhkandiri dari apa yang dilarang” (Perpustakaan online Menara Pengawal). Katataat
menurut THESAURUS adalah “alim, berpegang teguh, betah, fantik, kuat(beribadah), loyal,
pasrah, patih, patuh, saleh, setia, takwa, taslim, tawaduk,tunak, tunduk.” (Studi kata-Alkitab
SABDA). KAMUS GLOBAL memberi definisi terhadap kata taat sebagai “kesetiaaan (Studi
kata-Alkitab SABDA)

SarapanPagi Biblika mencatat bahwa kata taat sama dengan kata tunduk dan patuh kata ini
diterjemahkan dari kata Ibrani SYAMA atauSYEMA secara hurufiah artinya “mendengarkan”,
sedangkan dalam bahasa Yunani adalah AKOUO yang juga berarti mendengarkan. (SarapanPagi
Biblika.com), hal ini nampak dalam beberapa terjemahan Alkitab versi Bahasa Ingrisnya di
antaranya King James Version dan New Testament – The Gideons Internatinal khusus dalam
Acts4:19, dalam Terjemahan Baru mengatakan “Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka:
"Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: TAAT kepada kamu atau
TAAT kepada Allah. Sedangkan dalam King James Version mengatakan “But Peter and John
answered and said unto them, Whether it be right in the sight of God to HEARKEN unto you
more than unto God, judge ye”. Kata HAERKEN berarti MENDENGARKAN atau
MEMPERHATIKAN. New Testament – The Gideons Internatinal mengatakan bahwa “But
Peter and John answered and said to them, “whether it is right in the sighof God to LISTEN to
you more than to God, you jodge”. Kata LISTENdi sini berarti MENDENGAR. Meskipun
demikian ada juga Alkitab versi bahasa Ingris lainnya yang menerjemahkan dengan
menggunakan kata OBEY yang artinya TURUT (MENURUTI) PERINTAH ATAU
MENGABDI yaitu Alkitab Contemporary English Version (Acts 4:19 Peter and John
answered,"Do you think God wants us to OBEYyou or to OBEY him). Di sini bisa kita lihat
bahwa kata TAAT bisa berarti MENDENGAR(KAN).

SarapanPagi Biblika menjelaskan bahwa kata “mendengar” yang dimaknakan sebagai ketaatan
tersebut menggambarkan pikiran yang menyerah dan tunduk kepada kekuasaan yang berbicara.
Ide mengenai kepatuhan, yang disarankan kosakata ini adalah suatu pendengaran yang terjadi
di bawah kekuasaan atau pengaruh si pembicara, dan membawah pada pemenuhan
permintaan atau perintahnya. (SarapanPagi Biblika.com). Dari uraian ini saya bisa mengambil
suatu kesimpulan bahwa TAAT berarti “Melaksanakan dengan SETIA apa yang telah
didengar”. Jadi bagisaya kata kuncinya adalah SETIA.

Kedua,Pengertian Kata Perintah

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi definisi terhadap kata PERINTAH adalah: 1.
Perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu; suruhan; 2. Aba-aba komando;
3.Aturan dari pihak atas yang harus dilakukan. Ketika kita berbicara tetang PERINTAH
berarti tidak akan terlepas dari kalimat perintah.“Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi
PERMINTAAN/MENYURUH orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Sebab
itu perintah meliputi SURUHAN YANG KERAS hingga ke PERMINTAAN YANG SANGAT
HALUS. Begitu pulah perintah dapat ditafsirkan sebagai mengijinkan seseorang mengerjakan
sesuatu atau menyatakan syarat untuk terjadinya sesuatu malahan sampai kepada tafsiran makna
ejekan atau sindiran, contoh kalimatnya: buatlah sendiri kalauengkau bisa! Atau tangkaplah jika
engku berani dll. Suatu perintah dapat pula berbalik dari MENYURUH menjadi MENCEGAH
atau MELARANG, contoh kalimatnya: jangan lewat jalan ini! Atau jangan bicara seenak
perutmu dll.(bahasaindonesiayh.blogspot.com). Jadi dapat disimpulakn bahwa PERINTAH
berarti “Permintaan atau Suruhan untuk melakukan sesuatu”

Ketiga,Konklusi

Jika kita kaitkan dengan tema kita “TAAT TERHADAP PERINTAH TUHAN” berarti
“KESETIAAN dalam melakukan apa yang di minta atau disuruh TUHAN”. Kesetiaan adalah
sesuatu yang timbul tanpa adanya paksaan melainkan timbul karena kesadaran sendiri,
melakukan sesuatu dengan kesadaran dari dalam diri adalah SETIA sedangkan melakukan
sesuatu karena intervensi atau tekanan atau intimidasi dari luar itu berarti KETERPAKSAAN.
Jadi jika kita melakukan apa yang diperintahkan TUHAN jangan di dorong oleh rasa
TAKUT(konotasi negatif) dari luar melainkan atas kesadaran penuh untuk tunduk kepada sang
khalik pemilik hidup dan kehidupan.

2. KONSEKUENSI MENJALANKANPERINTAH TUHAN

Di dalam dunia ini ada hukum yang selalu melekat dalam kehidupan manusia yaitu hukum
“Sebab-Akibat” atau dalam Kristenan di kenal dengan sebutan hukum “Tabur-Tuai”. Sedangkan
dalam agama Hindu di kenal dengan sebutan “Kharma-Phala”. Perlu diketahui bahwa hukum-
hukum ini sering dikaitkan dengan kehidupan yang akan datang(akhirat-reinkarnasi dalam
Hindu). Tetapi dalam konteks pembahasan ini saya tidak bermaksud membatasi hukum-hukum
ini hanya pada kehidupan yang akan datang (akhirat-reinkarnasi dalam Hindu).Tetapi lebih ke
arah konsekuansi dalam menjalankan perintah Tuhan baik saat ini maupun saat yang akan
datang. Ketika kita membaca keseluruhan prikop ini(Petrus dan Yohanes di Hadapan Mahkamah
Agama - LAI). Kita bisa melihat konsekuensi yang diterima oleh Rasul Petrus dan Rasul
Yohanes katika menjalankan perintahTuhan.

Acts 4:1-3: “Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara (memberitakan Injil.Red) kepada orang
banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-iman dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang
saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan
memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. Mereka ditangkap
dan diserahkan kedalam tahanan…………..”. Dari ayat ini sangat jelas mengatakan bahwa
imam-imam kepala, kepala pengawal Biat Allah dan orang-orang Saduki SANGAT MARAH
kepada Rasul Petrus dan Rasul Yohanes, sehingga mereka ditangkap dan dijebloskan didalam sel
(menjadikan mereka orang tahanan). Dengan kata lain Konsekusi dari ketaatan mereka adalah
mereka dimarahi dan dijadikan tahanan.

Acts4:5-7: “Pada keesokan harinya pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua danahli-ahli


Taurat mengadakan sidang di Yerusalem, dengan Imam Besar Hanasdan Kayafas, Yohanes dan
Aleksander dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar. Lalu Petrus dan
Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: "Dengan
kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?”. Dari ayat ini kita bisa
melihat bahwa Rasul Petrus dan Rasul Yohanes di sidangkan atau diadili.

Acta 4:17-18: “Tetapi supaya hal itu jangan makin luas tersiar di antara orang banyak, baiklah
kita mengancam dan melarang mereka, supaya mereka jangan berbicara lagi dengan siapa pun
dalam nama itu."Dan setelah keduanya disuruh masuk,mereka diperintahkan, supaya sama
sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus”. Dari bagian Firman Tuhan ini,
kita bisa melihat bahwa Rasul Petrus dan Rasul Yohanes Diancam dan dilarang untuk
mengajar.

Berati konsekuansi yang dialami Rasul Petrus dan Rasul Yohanes ketikan menjalankan printah
Tuhan dalam konteks ini adalah “dimarahi, ditahan, diancam dan dilarang mengajar”. Apakah ini
membuat mereka berhenti menjalankan perintah TUHAN? Jawabannya TIDAK! Acts 4:19 –
“Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka:"Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang
benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi
kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.”
Bagi saya jawaban ini adalah jawaban yang luar biasa, jawaban yang begitu berani dikeluarkan
oleh Rasul Petrus dan Rasul Yohanes kepada para pemuka agama waktu itu. Mengapa saya
katakana demikian? Dari ayat ini sangat jelas mengatakan bahwa “mereka tidak mau berhenti
berbicara tentang apa yang telah mereka lihat atau tentang apa yang telah mereka dengar, dengan
kata lain mereka lebih memilih untuk TAAT kepada Allah ketimbang taat kepada manusia”

Dalam Renungan Harian Manna Sorgawi mencatat khusus tentang ayat ini bahwa “Di sini jelas
bahwa Petrus menempakan perintah manusia, dalam hal ini perintah pemimpin agama
Yahudi, di bawah perintah Tuhan. Dengan kata lain,mereka akan menaati perintah manusia
sejauh itu tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Tetapi, kalau perintah itu bertentangan
dengan perintah Tuhan,maka mereka akan lebih memilih untuk menaati perintah Tuhan dari pada
menaati perintah manusia tersebut” (Februari 2013 No.179 Tahun XV).

Mendengar jawaban Rasul Petrus dan Rasul Yohanes ini membuat pemuka agama Yahudi
semakin keras mengancam mereka, tetapi kemudian para pemuka agama Yahudi melepaskan
mereka karena tidak ada jalan untuk menghukum mereka, akhirnya para Rasul punpun
DIBEBAS, hal ini bisa kita baca dalam Acts 4:21 - Mereka semakin keras mengancam rasul-
rasul itu, tetapi akhirnya melepaskan mereka juga, sebab sidang tidak melihat jalan untuk
menghukum.

Cerita tetang konsekuensi taat terhadap perintah Allah tidak hanya sampai di situ,tetapi ada cerita
lanjutannya. “Disesah, didera, dipenjarakan lagi, diadili lagi dan sampaik kehilangan nyawa, itu
adalah cerita lanjutan dari kisah Rasul Petrus dan Rasul Yohanes ini.
Konon menurut tradisi, Petrus sedang dalam perjalanan meninggalkan Roma (Dalam Misi
Pelayanan) ketika ia berjumpa dengan Yesus di tengah jalan. Petrus bertanya kepada-Nya,
“Tuhan hendak ke manakah Engkau pergi?” (dalam bahasa latin: “Quo Vadis Domine?”) Jawab
Yesus, “Aku datang untuk disalibkan kedua kalinya.” Kemudian Petrus berbalik dan ke Roma. Ia
mengerti bahwa ia harus MENDERITA dan WAFAT(mati) bagi Yesus. (Wikipedia). Menurut
tradisi juga, Petrus wafat dengan cara disalibkan terbalik di Roma saat pemerintahan Nero
setelah menolak disalibkan dengan kepala di atas karena ia merasa tidak layak untuk mati dalam
posisi yang sama seperti Yesus (ia disalibkan karena terus memberitakan tentang Yesus).Petrus
dimakamkan di tempat yang kini persis di bawah altar utama Basilika Santo Petrus di Vatikan
(Wikipedia). Di sini kita bisa melihat bahwa Rasul Petrus mati dalam menjalankan perintah
Allah dengan demikian bisa kita katakan bahwa Rasul Petrus “taat (setia.red) sampai mati,
bahkan mati di kayu salib (salib terbalik). Bagaimana dengan kelanjutan hidup Rasul Yohanes?.
Untuk Rsaul Yohanesia ia ditangkap dan digoreng dalam minyak mendidih di Roma, tetapi
karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes lebih lanjut, maka keajaiban terjadi sehingga
walaupun ia telah digoreng hidup-hidup, ia bisa hidup terus. Tetapi akhirnya ia dibuang dan
diasingkan ke pulau Patmos untuk kerja paksa ditambang batu bara.Pada saat ia berada di sana,
ia mendapatkan wahyu sehingga ia bisa menuliskitab Wahyu. Kemudian ia dibebaskan dan
akhirnya kembali menjadi uskup di Edesse (sekarang wilayah turki). Ia adalah satu-satunya
Rasul yang mencapai usia lanjut dan meninggal dengan tenang. (Wikipedia). Ini artinya Rasul
Yohanes juga tetap taat (setia) terhadap perintah Tuhan sampai ajal menjemputnya.

Apakah konsekuansi dari ketaatan (kesetiaan) yang Rasul Petrus dan Rasul Yohanes alami adalah
suatu Tragedi atau malapateka? Jawabanya TIDAK! Sebab Filipi 1:29 mengatakan “Sebab
kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk
menderita untuk Dia.” Dari ayat ini menjelaskan bahwa PENDERITAAN dalam sebuah ketaatan
(kesetiaan) dianggap sebagai suatu karunia atau anugerah atau berkat. Berarti Petrus dan
Yohanestelah memperoleh berkat dari Tuhan. Selain itu dalam Injil Matius 4:11-12mencatat
“Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan
segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah,karena upahmu besar di sorga, sebab
demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” Dari Terjemahan Baru dikatakan
Berbahagia tetapi dalam terjemahan New Testament – The Gideons Internatinal memakai
kata“Blessed” demikian juga dengan King James Version. Ini artinya mereka adalah orang yang
diberkati atau orang yang harusnya berbahagia. Jadi dapat dikatakan bahwa Petrus dan Yohanes
adalah orang yang paling BERBAHAGIA atau paling DIBERKATI dalam pandangan Tuhan
(tentu ini berbeda dengan pendangan dunia), selain itu ada upah (hadia/ganjaran) yang besar
(Great = Agung, Mulia, nyaman) di sorga sebagai hasil dari ketaatan(kesetiaan)mereka. Hal ini
didukung oleh Wahyu 14:13 yang mengatakan bahwa “Dan aku mendengar suara dari sorga
berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang
ini.""Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena
segala perbuatan mereka menyertai mereka”. Dari ayat ini menjelaskan bahwa “segala
(=semua) perbuatan (ketaatan/kesetian) meyertai mereka.

3. PENERAPANUNTUK ORANG PERCAYA MASA KINI


Taat Terhadap Perintah Tuhan sudah merupakan harga mati bagi setiap orang yang mengaku
percaya kepada Yesus Kristus. Dalam Teks ini secara spesifik berbicara tentang Pekabaran Injil
dimana Rasul Petrus dan Rasul Yohanes tetap taat atau setia mengabarkan Injil meski pun ada
konsekuensi yang tidak mengenakkan yang mereka alami. Pekabaran Injil merupakan salah satu
dari sekian banyak perintah Tuhan. Tetapi pada saat ini saya tidak membatasi Perintah Tuhan
sebatas Pekabaran Injil melainkan seluruh Perintah Tuhan yang termaktup di dalam Firman
Tuhan.

Yohaes10:16 mengatakan “Ada lagi pada-Kudomba-domba lain, yang bukan dari kandang ini;
domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka
akan menjadi satukawanan dengan satu gembala.” Orang percaya diibaratkan sebagai domba-
domba maka sebagai domba yang baik WAJIB MENDENGARKAN SUARA Sang Gembala
adalah harga mati, tidak bisa ditawar-tawar. Di dalam 1 Korintus 7:18-19 mengatakan bahwa
“Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-
tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau
bersunat. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati
hukum-hukum Allah.” Dari ayat ini menjelaskan bahwa menaati perintah Tuhan adalah hal
yang penting lebih dari segala sesuatu (tradisi), dalam Yohanes 14:15 menatakan “Jikalau kamu
mengasihiAku, kamuakan menuruti segala perintah-Ku.”Ini artinya Jangan katakan bahwa kita
mengasihi Tuhan, apa bila kita tidak menuruti perintah Tuhan. Ingat bukan sebagian perintah-
Nya melainkan SEGALA (SELURUH) perintah-Nya. Sedangkan di dalam 2 Korintus 9:13
mengatakan “Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan
Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu
dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang.” Dari ayat ini
menjelaskan kepada kita bahwa dengan menaati perintah Tuhan, maka kita akan atau mampu
menjadi berkat bagi orang lain. Dengan demikian fungsi kita sebagai garam dan terang dunia
dalam Matius 5:13-16 bisa terwujud. (Matius 5:13-16: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam
itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan
diinjak orang. Kamu adalah terang dunia.Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang,
melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah
hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu yang di sorga.")

Pertanyaanuntuk kita renungkan bersama: bagaimana dengan ketaatan (kesetiaan) kita terhadap
perintah Tuhan?. Apakah kita tidak taat atau taat sebagian saja? Ingat Alkitab berkata: Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. (Yohanes 14:15). Mungkin ada
yang berkata bahwa sesuatu yang mustahil untuk melakukan ini atau taat (setia) terhadap
perintahTuhan adalah kemustahilan? Jika ini mustahil, maka Allah tidak akan memberi perintah
seperti ini.Kuncinya BERGANTUNGLAH KEPADA ROH KUDUS. Yohanes 14:16-17
mengatakan “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang
Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia
tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia.Tetapi kamu
mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” Ayat ini menjelaskan
kepada kita bahwa Roh Kudulah yang akan menolong dan menyertai kita selama-lamanya.
Untuk lebih jelasnya bisa di baca dalam ayat lanjutannya (Yohanes 14:23-26) “Jawab Yesus:
"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan
Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi
Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku,
melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku
berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutusoleh
Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan
mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” Dengan bergantung pada
pimpinan Roh Kudus maka kita akan dimampukan untuk taat (setia)terhadap perintah Tuhan.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kalau kita sudah berusaha untuk taat (setia) kepada
perintah Tuhan tetapi kita gagal? Jawabannya jangan berkecil hati,jangan berhenti berjuang
sebab setiap orang percaya PASTI mengalami hal yang sama, termasuk Rasul Paulus di dalam
Roma 7:18-19 mencatat bahwa “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendaki memang ada di dalam aku, tetapi bukan
hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku
perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat”. Artinya
Rasul Paulus pun mengalami pergumulan yang sama. Selain itu Amsal 24:16 mengatakan
“Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh
dalam bencana” dan Mazmur 37:24 mengatakan “Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak,
sebab TUHAN menopang tangannya”. Dari kedua ayat ini menjelaskan bahwa meski orang
benar (orang yang sungguh-sungguh percaya pada Yesus) jatuh sampai tujuh kali pun (Ingat
dalam tradisi Yahudi tujuh adalah angka sempurna) ia akan bangkit kembali, sebab Tuhan
yangmenopangnya, dengan kata lain ia jatuh tidak sampai tergelatak atau dengan kata lain ia
tidak berkanjang tetapi bangkit kembali. Tentunya ini didahului olehrasa berduka yang dari
Tuhan. Matius 5:4 mengatakan “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan
dihibur.” Dari ayat ini mengatakan bahwa orang yang benar-benar menyadari bahwa ia telah
berdosa, maka dia dikatakan BERBAHAGIA atau dalam terjemahan Ingrisnya Diberkati
(Blessed). Menyadari dosa di sini artinya merasa sedih (berduka) kemudian dilanjutkan dengan
tindakan datang kepada Tuhan (seperti cerita tentang anak bungsu). 1 Yohanes 1:9 mengatakan
“Jikalau kita mengaku segala dosa kita, maka Allah itu setia dan adil, sehingga Ia mengampuni
segala dosa kita, dan menyucikan kita dari pada segala kejahatan”. Ini artinya ketika kita datang
mengaku dosa di hadapan Tuhan, maka Allah akan mengampuni kita. Ini adalah janji Firman
Tuhan.

Satuhal yang perlu kita ingat jangan pernah meyembunyikan dosa kita atau dengan kata lain dosa
harus diselesaikan. Confucius pernah berkata “Seseorang yang melakukan kesalahan dan tidak
membetulkannya telah melakuan satu kesalahan lagi”. Ada satu kata bijak yang mengatakan
“Tidak ada seorang pun yang sempurna. Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak.
Menyedihkanmelihat orang berkeras bahwa mereka benar maski pun sudah terbukti bersalah
(Anonim). Selain itu Jhon Calvin mengatakan "Orang suci bukanlah orang yang tanpa
dosa,tetapi seseorang yang mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap dosa sekecilapapun".
Tetapi ini tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak taat (setia) terhadap perintah Tuhan, sebab
Tuhan kita adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui.Hal ini sangat jelas tercatat dalam ayat-ayat
berikut ini:
Yeremia 17:10 – Aku,TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi
balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil
perbuatannya."

Ayub 37:16 – Tahukah engkau tentang melayangnya awan-awan,tentang keajaiban-keajaiban


dari Yang Mahatahu

Mazmur 139:1-4: Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.TUHAN, Engkau menyelidiki dan
mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku
dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kau
maklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah
Kauketahui, ya TUHAN.

Acts 1:24 – Mereka semua berdoa dan berkata: "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati
semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini,Ibrani 4:13 –
Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu
telanjang dan terbuka di depanmata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan
pertanggungan jawab.

Dari semuaayat-ayat ini menerangkan kepada kita bahwa Allah itu maha tahu! Ada pepatah yang
mengatakan bahwa “dalamnya laut bisa di ukur tetapi di dalam hati siapatahu”. Pepatah ini
hanya berlaku bagi manusia tetapi tidak dengan Tuhan. Jadi bisa dikatakan “Dalam laut bisa
diukur dan dalam hati Tuhan tahu”. Oleh karena itu kita tidak bisa berbohong di hadapan Allah.
Maka dari itu marilah kita taat (setia) terhadap perintah Tuhan, meskipun ada banyak tantangan
yang kita hadapi tetapi percayalah ada kebahagiaan kekal yang Tuhan sediakan kepada mereka
yang taat (setia) kepada-Nya. Firman Tuhan berkata “Sebab penderitaan ringan yang sekarang
ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari
pada penderitaan kami (2Korintus 4:17)”. 2 Timotius 4:7-8 mengatakan “Aku telah mengakhiri
pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh
Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada
semua orang yang merindukan kedatangan-Nya”. Dan Matius23:13 mencatat “Tetapi orang
yang bertahan (TL: Bertekun) sampai pada kesudahannya akan selamat”. Akhir kata TAAT
(SETIALAH) TERHADAP PERINTAH TUHAN sampai AKHIR hidup ini, seperti lirik lagu
berikut ini yang mungkin sudah jarang dinyanyikan digereja-gereja:

Setiasetialah, Setialah sampai mati

Seperti Tuhan Yesus, Setialah sampai mati

Apakah balasanmu, Tentang kasih setialah

Setia setialah,Setialah sampai mati

Soli Deo Gloria. Tuhan memberkati.

Anda mungkin juga menyukai