Anda di halaman 1dari 7

UAS HUKUM HINDU

Nama : I Gusti Ngurah Gede Maheshwara Wedananta


NPM : 202010121386
Kelas : C2
Matkul : Hukum Hindu
Dosen : Dr. I Nyoman Subamia,SH.,M.FIL.H
SOAL :
1. Bagaimana eksistensi Hukum Hindu di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan filsafat Hukum Hindu di Indonesia?
3. Jelaskan yang saudara ketahui perihal sejarah Hukum Hindu!
4. Sebutkan sumber-sumber Hukum Hindu!
5. Apa itu Hukum Hindu?
6. Apa tujuan perkawinan menurut Agama Hindu?
7. Sebutkan jenis-jenis karma phala!

JAWABAN :
1. Mengengenai konsepsi hukum hindu ini, dalam makalah seminar (cendikiawan hindu Indonesia, 16-17
sepetember 1988) telah di uraikan secara panjang lebar terutama sekali dalam bagian mengenai tinjauan
umum tentang hukum hindu. Namun apa yang di sajikan di dalam uraian tersebut menurut hemat
pembahas belum memberikan ketegasan mengenai apa yang sebenarnya hukum hindu itu. Paling tidak,
belum ada kejelasan mengenai konsepsi hukum hindu yang di gunakan oleh pemasaran. Di dalam
makalah terlihat penggunaan konsepsi hukum hindu sebagai nilai, sebagai hukum alam yang bersifat
abadi, sebagai hukum positif yang tercermin dalam perundang-undangan. Di dalam Dharma terkandung
pedoman hidup bertingkah laku sebagai umat beragama (hindu), sehingga dengan demikian mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas, yaitu mengikuti pelaksanaan keagamaan. Sehubungan dengan hal
tersebut maka perlu di telusuri lebih lanjut yaitu yang mana dari sumber-sumber tersebut benar-benar
sebagai sumber hukum bagi umat hindu. Menurut hemat pembahasan sumber yang jelas bagi umat hindu
adalah weda dan smerti karena banyak bentuknya yang tertulis dan dapat di pandang sebagai sumber yang
di peroleh langsung dari wahyu Tuhan. Sedagkan yang lainnya seperti acara dan atmanastuti lebih banyak
menunjukkan identitasnya sebagai sumber dalam kehidupan beragama (dharma dalam arti sempit)

2. Filsafat merupakan dasar Sumber hukum yang dalam arti filsafat merupakan aspek rasional dari agama
dan merupakan satu bagian yang tak terpisahkan atau integral dari agama. Filsafat merupakan aspek
rasional dari agama dan merupakan satu bagian yang tak terpisahkan atau integral dari agama. Fisafat
adalah ilmu pikir, yang merupakan fleksibiltasi rasional ke dalam sifat kebenaran dan memberikan
pemecahan yang jelas dalam mengemukakan peramsalahan-permasalahan yang kurang tampak dari
kehidupan ini, dimana ia juga menunjukkan jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi dari penderitaan
akibat kelahiran dan kematian. Untuk mencapai tingkat kebahagiaan, dalam ilmu filsafat Hindu
menegaskan sistem dan metode pelaksanaanya sebagai berikut :
a. Harus berdasarkan pada dharma.
b. Harus diusahakan melalui keilmuan (Jnana)
c. Hukum didasarkan pada kepercayaan (Sadhana)
d. Harus diddasarkan pada usaha yang secara terus menerus dengan pengendalian pikiran, ucapan, dan
perilaku.
3. Sejarah Hukum Hindu dimulai dari para tokoh agama yang saling berdebat pada waktu itu, berbagai
tulisan yang berkaitan dengan Hukum Hindu adalah suatu perhatian khusus dari para Maharshi kepada
pembinaan umat manusia. Adapun nama – nama penulis Hukum Hindu antara lain; Gautama, Wisnu,
Baudhayana, Shanka-likhita, Aphastamba, Harita, Usanama, Kasyapa, Brhraspati, Wikana, Paitinasi, dan
Manu. Terlihat jelas adanya penulisan Hukum Hindu merupakan refrensi Hukum Hindu sudah lama
diawali dengan berbagai perdebatan dan kritik sehingga melahirkan aliran-aliran dalam Hukum Hindu.
Aliran Hukum Hindu diantaranya adalah
Aliran Yajnyawalkya oleh Yajnyawalkya
Aliran Mithaksara oleh Wijnaneswara
Aliran Dayabhaga oleh Jimutawahana
Dari ketiga aliran tersebut akhirnya dapat berkembang pesat khususnya di India dan sekitarnya, dua aliran
yaitu aliran Yajnyawalkya dan aliran Wijnaneswara, mendapatkan perhatian khusus serta penyebarannya
yang sangat luas
Pelembagaan aliran-aliran tersebut sebagai sumber Hukum Hindu yang terdapat dalam Dharmasastra
adalah pasti atau tidak diragukan lagi karena terdapatnya ulasan–ulasan oleh para penulis Dharmasastra
yang diketengahkan setelah maha Rshi Manu yaitu Medhati (900 SM), dan Kullukabhata (120 SM).
Setidak tidaknya membuat kemungkinan perkembangan sejarah Hukum Hindu yang mengalami
perubahan prinsip disesuaikan dengan perkembangan saat itu. Dan dengan wilayah penyebarannya seperti
di Burma, Muangthai sampai ke Indonesia.

4. Sumber hukum bagi umat Hindu atau masyarakat yang beragama Hindu adalah kitab suci Veda. Sruti
adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Sumber Hukum Menurut Ilmu
Sumber Hukum Hindu Berdasarkan Sejarah
Sumber hukum Hindu dalam arti sejarah adalah sumber hukum Hindu yang digunakan oleh para ahli
hindulogi dalam peninjauannya dan penulisannya mengenai pertumbuhan dan kejadian hukum Hindu itu
terutama dalam rangka pengamatan dan peninjauan masalah aspek-aspek politiknya, filosofinya,
sosiologinya, kebudayaannya dan hukumnya sampai pada bentuk materiil yang tampak berlaku pada satu
masa dan tempat tertentu. Dalam definisi lain sumber hukum hindu memiliki pengertian Adalah
peninjauan dasar-dasar hukum yang dipergunakan oleh para ahli sejarah dalam menyusun dan meninjau
pertumbuhan dalam suatu bangsa terutama di bidang politik, sosial, kebudayaan, hukum dll, termasuk
berbagai lembaga Negara seperti perbedaan hukum formal dan materiil .

Menurut catatan sejarah perkembangan hukum Hindu, periode berlakunyahukum tersebut pun dibedakan
menjadi beberapa bagian, antara lain :

Pada zaman Krta Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh Manu.
Pada zaman reta Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) Yang ditulis oleh Gaulama.
Pada zaman Dwapara Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Samkhalikhita.
Pada zaman Kali Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh Parasara.
Hal ini patut kita camkan mengingat agama Hindu bersi!at universal, yang berarti kitab Manawa
Dharmasatra yang berlaku pada zaman Kali yuga juga dapat berlaku pada zaman Trata Yuga.

Sumber Hukum Dalam Arti Sosiologis


Penggunaan sumber hukum ini biasanya dipergunakan oleh para sosiolog dalam menyusun thesa-
thesanya, sumber hukum itu dilihat dari keadaan ekonomi masyarakat pada jaman-jaman sebelumnya.
Sumber hukum ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus di tunjang oleh data-data sejarah dari
masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu sumber hukum ini tidak bersifat murni berdasarkan ilmu sosial
semata melainkan memerlukan ilmu bantu lainnya seperti pada dampak negatif hukuman fisik di sekolah .

Sumber Hukum Dalam Arti Filsafat


Merupakan dasar pembentukan kaedah-kaedah hukum itu sendiri. Sumber hukum ini dapat bersumber
dari banyak sumber dan luas, karena isi sumber hukum ini meliputi seluruh proses pembentukan sumber
kukum sejak jaman dahulu hingga sekarang. Daya mengikat hukum ini terhadap para anggotanya
tergantung pada sifat dan bentuk kaedah-kaedah hukum ini, apakah bersifat normatif atau bersifat
mengatur dalam contoh kasus pelanggaran hak warga negara.

Sumber Hukum Dalam Arti Formil


Menurut Prof. Mr. Dr. J.L. Van Appeldoorn sumber hukum ini timbul dan dibuat berdasarkan cara dan
bentuk yang dapat menimbulkan hukum positif, seperti:

Undang-Undang
Undang-Undang dibedakan menjadi dua, yaitu Undang-Undang dalam arti formil dan undang-undang
dalam arti materil. Undang-undang dalam arti formil bersifat mengabdi pada hukum materil, sedangkan
undang-undang dalam arti meteril menunjuk pada kaedah-kaedah yang berlaku dan menjadi sandaran
dalam bertingkah laku bagi seseorang di dalam peninjauan masalah materi sumber-sumber hukum,
peninjauan masalah sumber hukum dalam arti formil inilah yang paling penting. Masalah sumber hukum
dalam arti formil inipun memerlukan pembuktian yang berdasarkan peninjauan sejarah sumber sosial dan
falsafah yang dianutnya.
Kebiasaan
Kebiasaan dianggap sumber hukum karena kecenderungan manusia mengikuti tata cara atau tingkah laku
yang bersifat ajeg. Kebiasaan ini bersumber pada dasar hukum yang bersifat normatif sebagiamana
contoh hukuman denda .

Traktat
Traktat adalah perjanjian yang dilakukan oleh Negara-negara tertentu mengenai hal-hal tertentu pula.
Traktat merupakan sumber hukum yang mengikat Negara-negara yang mengadakan perjanjian dan
mempunyai kekuatan sumber hukum yang jelas sebagai dampak demokrasi liberal .

Di samping sumber sumber hukum yang disebutkan di atas, ada juga sumber hukum yangdiambil dari
yurisprudensi dan pendapat para ahli hukum. Sistem dan a(as yang digunakan untuk masalah sumber
hukum terdapat pula dalam kitab Veda terutama dalam kitab Manawa Dharmasastra sebagai berikut :

“Idanim dharma pra mananya bavedokhilo dharma mulam smrti sile,ca tad vidam acarasca iva, sadhunam
atmanastustireva ca”.(Manawa Dharmasastra II.6 ).

“Seluruh pustaka suci Veda (sruti) merupakan sumber utama dharma (agama Hindu) ,kemudian barulah
smerti di samping sila (kebiasaan”kebiasaan yang baik dari orang”orang yang menghayati Veda) dan
kemudian acara (tradisi”tradisi dari orang”orang suci) serta akhirnya atmanstuti (rasa puas diri sendiri).”
Berdasarkan penjelasan sloka suci kitab hukum Hindu tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa sumber-
sumber hukum Hindu menurut Manawa Dharmasastra adalah Veda Sruti, Veda Smerti, Sila, Acara
(Sadacara), Atmanastuti.

Sumber Hukum Menurut Weda


Menurut Manawadharmasastra, sumber hukum Hindu berturut-turut sesuai urutan adalah sebagai berikut :
-Sruti
Di dalam Manawadharmasastra 11.10 dikatakana ‘Srutistu wedo wijneyo dharma sastram tu wai smerti,
te sarwatha wam imamsye tabhyam dharmohi nirbhabhau”. Artinya: sesungguhnya Sruti adalah Weda,
Smerti itu Dharmasastra, keduanya tidak boleh diragukan apapun juga karena keduanya adalah kitab suci
yang menjadi sumber dari pada hukum.

-Smrti
Smrti merupakan kitab-kitab teknis yang merupakan kodifikasi berbagai masalah yang terdapat di dalam
Sruti. Smrti bersifat pengkhususan yang memuat penjelasan yang bersifat authentik, penafsiran dan
penjelasan ini menurut ajaran Hukum Hindu dihimpun dalam satu buku yang disebut Dharmasastra.
Dari semua jenis kitab Smrti yang terpenting adalah kitab Dharmasastra, karena kitab inilah yang
merupakan kitab Hukum Hindu.

-Sila
Sila di sini berarti tingkah laku. Bila diberi awalan su maka menjadi susila yang berarti tingkah laku
orang-orang yang baik atau suci. Tingkah laku tersebut meliputi pikiran, perkataan dan perbuatan yang
suci. Pada umumnya tingkah laku para maharsi atau nabi dijadikan standar penilaian yang patut
ditauladani. Kaedah-kaedah tingkah laku yang baik tersebut tidak tertulis di dalam Smerti, sehingga sila
tidak dapat diartikan sebagai hukum dalam pengertian yang sebenarnya, walaupun nilai-nilainya
dijadikan sebagai dasar dalam hukum positif sebagaimana tujuan hukuman mati .

-Sadacara
Sadacara dianggap sebagai sumber hukum Hindu positif. Dalam bahasa Jawa Kuna Sadacara disebut
Drsta yang berarti kebiasaan. Untuk memahami pemikiran hukum Sadacara ini, maka hakekat dasar
Sadacara adalah penerimaan Drsta sebagai hukum yang telah ada di tempat mana Hindu itu
dikembangkan. Dengan demikian sifat hukum Hindu adalah fleksibel.

-Atmanastuti
Atmanastuti artinya rasa puas pada diri sendiri. Perasaan ini dijadikan ukuran untuk suatu hukum, karena
setiap keputusan atau tingkah laku seseorang mempunyai akibat. Atmanastuti dinilai sangat relatif dan
subyektif, oleh karena itu berdasarkan Manawadharmasastra109/115, bila memutuskan kaedah-kaedah
hukum yang masih diragukan kebenarannya, keputusan diserahkan kepada majelis yang terdiri dari para
ahli dalam bidang kitab suci dan logika agar keputusan yang dilakukan dapat menjamin rasa keadilan dan
kepuasan yang menerimanya.

-Nibanda
Nibanda merupakan kitab yang berisi kritikan, gubahan-gubahan baru dengan komentar yang
memberikan pandangan tertentu terhadap suatu hal yang telah dibicarakan juga sebagai tujuan hukum
pidana .

5. Hukum Hindu merupakan bagian dari hukum positif yang berlaku bagi masyarakat Hindu di Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal 29 ayat 1 dan 2, serta
pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945.
6. Adapun 3 tujuan pernikahan menurut ajaran Hindu menurut kitab kitab Manavadharmasastra yaitu:
Dharmasampati, kedua mempelai secara bersama-sama melaksanakan Dharma yang meliputi semua
aktivitas dan kewajiban agama seperti melaksanakan Yajña , sebab di dalam grhastalah aktivitas Yajña
dapat dilaksanakan secara sempurna.
Praja, kedua mempelai mampu melahirkan keturunan yang akan melanjutkan amanat dan kewajiban
kepada leluhur. Melalui Yajña dan lahirnya putra yang suputra seorang anak akan dapat melunasi hutang
jasa kepada leluhur (Pitra rna), kepada Deva (Deva rna) dan kepada para guru (Rsi rna).
Rati, kedua mempelai dapat menikmati kepuasan seksual dan kepuasan-kepuasan lainnya (Artha dan
kama) yang tidak bertentangan dan berlandaskan Dharma.
Tujuan lain dari pernikahan menurut ajaran Hindu adalah membentuk keluarga ( rumah tangga) yang
bahagia dan kekal maka dalam agama Hindu sebagaimana diutarakan dalam kitab suci Veda perkawinan
adalah terbentuknya sebuah keluarga yang berlangsung sekali dalam hidup manusia.

7. 1.Sancita Karmaphala
Sancita Karmaphala adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis pahalanya
dinikmati dan masih merupakan sisa yang menentukan kehidupan kita sekarang.
2. Prarabdha Karmaphala
Prarabda Karmaphala adalah hasil perbuatan kita pada kehidupan sekarang yang pahalanya diterima habis
dalam kehidupan sekarang juga.
3. Kriyamana Karmaphala
Kriyamana Karmaphala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada waktu kehidupan
sekarang, namun dinikmati pada waktu kehidupan yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai